• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MEMBANGUN KAWASAN WISATA KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA HERITAGE YANG ISLAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI MEMBANGUN KAWASAN WISATA KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA HERITAGE YANG ISLAMI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

HERITAGE YANG ISLAMI

THE TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY FOR YOGYAKARTA PALACE (KERATON) AS AN ISLAMIC HERITAGE

Oleh

SARI KWARTIKA ANWAR 20130430293

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017

(2)

i

HERITAGE YANG ISLAMI

THE TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY FOR YOGYAKARTA PALACE (KERATON) AS AN ISLAMIC HERITAGE

Oleh

SARI KWARTIKA ANWAR 20130430293

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017

(3)

ii

STRATEGI MEMBANGUN KAWASAN WISATA KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

HERITAGE YANG ISLAMI

THE TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY FOR YOGYAKARTA PALACE (KERATON) AS AN ISLAMIC HERITAGE

Diajukan Oleh

SARI KWARTIKA ANWAR 20130430293

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(4)

iii

STRATEGI MEMBANGUN KAWASAN WISATA KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

HERITAGE YANG ISLAMI

THE TOURISM DEVELOPMENT STRATEGY FOR YOGYAKARTA PALACE (KERATON) AS AN ISLAMIC HERITAGE

Diajukan oleh

SARI KWARTIKA ANWAR 20130430293

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal

Yang terdiri dari

Ketua Tim Penguji

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv Dengan ini saya,

Nama : Sari Kwartika Anwar Nomor Mahasiswa : 20130430293

Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP)

Fakultas : Ekonomi

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “STRATEGI MEMBANGUN KAWASAN WISATA KERATON YOGYAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA HERITAGE YANG ISLAMI” tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 26 Desember 2016

(6)

v

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan

(7)

vi

Skripsi dengan judul “Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta

Sebagai Kawasan Wisata

Heritage

Yang Islami” ini penulis persembahkan untuk :

1.

Orang tua tecinta Bapak Kusriyanto dan Ibu Srimulyati yang telah

memberikan

do’a,

dukungan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

2.

Saudara-saudara tersayang kak Nurul Anwar, kak Wahyu Riani dan kak

Cahya Triyanti yang juga memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

3.

Kakak sekaligus sahabat kak Winey One Saputri yang telah membantu dan

memberi semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4.

Sahabat-sahabat seperjuangan Arum Indah Nur Fitriana dan Putri

Immanur Riahayu yang telah membantu, memberi semangat dan menemani

penulis dari awal kuliah sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

(8)

vii

Penelitian dengan judul “Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage yang Islami” bertujuan

mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta dan mendeskripsikan strategi pengembangan pariwisata islami yang sesuai untuk dilakukan dalam pengembangan wisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta dengan metode IPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel secara random sampling, obyek penelitian pada pengambilan sampel pada penelitian ini meliputi pengunjung dan masyarakat sekitar Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode Immportance Performance Analysis (IPA) dan analisis SWOT. Hasil dari penelitian adalah strategi pengembangan wisata syari’ah dengan memperbaiki fasilitas penunjang untuk beribadah pengunjung yang beragama Islam,dan kebersihan tempat beribadah pengunjung yang beragam Islam, hal tersebut dianggap penting karena pada pembangunan wisata berbasis syari’ah harus memperhatikan kebersihan dan kemudahan pengunjung untuk beribadah.

(9)

viii

This research is entitled "Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage yang Islami (The Tourism Development Strategy For Yogyakarta Palace (Keraton) As An Islamic Heritage)” the goals is to identify an internal factors (strength and weaknes) in improving islamic tourism at “Keraton Yogyakarta”, which identifying (chance and threat) in improving islamic tourism at the area of Keraton Yogyakarta. This research is describes the strategies to improving Islamic tourism which corresponding to do in improving Islamic tourism in the area of Keraton Yogyakarta with using Importance Performance Analysis (IPA) method. This reseacrh is use the random sampling method in chosing respondence. The object of the research in this research is covering visitor and community near the Area of Keraton Yogyakarta. The result data is treated using Importance Performance

Analysis (IPA) and SWOT method analysis. The result of the research is strategies in

improving syari’ah tourism which improvement tourist facilities for worship islamic tourist and cleanlines the place to pray for moslem tourist. It is importance because in developing syari’ah tourism basicly must pay attention in cleanlines and easy for tourist to worship.

(10)

ix

Segala pujii bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage Yang Islami”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Ibu Lilies Setiartiti, Dra.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.

2. Ayah dan ibu serta keluarga penulis yang senantiasa memberikan dorongan, doa dan perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

3. Seluruh jajaran dosen dan karyawan pada program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Muhamamadiyah Yogyakarta yang selama ini telah membantu dalam setiap kegiatan pembelajaran dan perkuliahan

4. Sahabat dan teman-teman khususnya Winey One Saputri, Arum Indah Nur Fitriana dan Putri Immanur Riahayu yang telah memberikan bantuan dan semangat selama proses penyelesaian skripsi ini

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk memperbaiki karya tulis dengan topik ini.

(11)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9

1. Teori Pariwisata ... 9

2. Strategi ... 12

3. Teori Pariwisata Syariah/Islami ... 13

4. Konsep dan Kebijakan Pariwisata Syariah di Indonesia .. 19

5. Analisis SWOT ... 24

(12)

xi

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Jenis dan Sumber Data ... 30

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 31

E. Metode Pengumpulan Data ... 32

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

G. Alat Analisis ... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi ... 41

1. Kondisi Fisik Keraton Yogyakarta ... 41

2. Kondisi Demografi ... 43

3. Karakteristik Sosial ... 44

4. Kondisi Ekonomi ... 46

B. Sejarah Keraton Yogyakarta ... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Importance Performance Analysis ... 55

B. Analisis SWOT ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SAR AN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

(13)

xii

Tabel 2.1. Perbandingan Wisata Syariah dengan Wisata Konvensional

dan Wisata Religi ... 18 Tabel 3.1 Matrik SWOT ... 37 Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Kraton Berdasarkan Menurut

Kelurahan ... 43 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Kraton Yogyakarta Menurut

Jenis Kelamin Per Kelurahan di Kecamatan Kraton Tahun

2015 ... 43 Tabel 4.3 Banyaknya Perangkat Kelurahan, Kecamatan, RW dan RT

di Kecamatan Kraton Tahun 2015 ... 44 Tabel 4.4 Banyaknya Pemeluk Agama Dirinci Menurut Kelurahan di

Kecamatan Kraton Tahun 2015 ... 45 Tabel 4.5 Banyaknya Tempat Ibadah Dirinci Menurut Kelurahan di

Kecamatan Kraton Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.6 Banyaknya Industri Besar/Sedang Menurut Kelurahan

di Kecamatan Kraton Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.7 Banyaknya Usaha Percetakan Dan Penerbitan Menurut

Kelurahan di Kecamatan Kraton Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.8 Jumlah Usaha Konstruksi Menurut Jensi Usaha Dirinci Per

Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.9 Banyaknya Usaha Pertukangan Menurut Kelurahan di

Kecamatan Kraton Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.10 Banyaknya Usaha Jasa Reparasi Menurut Kelurahan di

(14)

xiii

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Strategis ... 24

Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT ... 26

Gambar 3.1 Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis ... 39

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Keraton Yogyakarta ... 41

(15)
(16)

vii

Penelitian dengan judul “Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage yang Islami” bertujuan

mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta dan mendeskripsikan strategi pengembangan pariwisata islami yang sesuai untuk dilakukan dalam pengembangan wisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta dengan metode IPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel secara random sampling, obyek penelitian pada pengambilan sampel pada penelitian ini meliputi pengunjung dan masyarakat sekitar Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode Immportance Performance Analysis (IPA) dan analisis SWOT. Hasil dari penelitian adalah strategi pengembangan wisata syari’ah dengan memperbaiki fasilitas penunjang untuk beribadah pengunjung yang beragama Islam,dan kebersihan tempat beribadah pengunjung yang beragam Islam, hal tersebut dianggap penting karena pada pembangunan wisata berbasis syari’ah harus memperhatikan kebersihan dan kemudahan pengunjung untuk beribadah.

(17)

viii

This research is entitled "Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage yang Islami (The Tourism Development Strategy For Yogyakarta Palace (Keraton) As An Islamic Heritage)” the goals is to identify an internal factors (strength and weaknes) in improving islamic tourism at “Keraton Yogyakarta”, which identifying (chance and threat) in improving islamic tourism at the area of Keraton Yogyakarta. This research is describes the strategies to improving Islamic tourism which corresponding to do in improving Islamic tourism in the area of Keraton Yogyakarta with using Importance Performance Analysis (IPA) method. This reseacrh is use the random sampling method in chosing respondence. The object of the research in this research is covering visitor and community near the Area of Keraton Yogyakarta. The result data is treated using Importance Performance

Analysis (IPA) and SWOT method analysis. The result of the research is strategies in

improving syari’ah tourism which improvement tourist facilities for worship islamic tourist and cleanlines the place to pray for moslem tourist. It is importance because in developing syari’ah tourism basicly must pay attention in cleanlines and easy for tourist to worship.

(18)

A. Latar Belakang

Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu menggairahkan aktivitas bisnis untuk menghasilkan manfaat sosial. budaya, dan ekonomi yang signifikan bagi suatu negara. Ketika pariwisata direncanakan dengan baik, mestinya akan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan pariwisata terlihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata dapat mendorong sektor lainnya untuk berkembang. Keberhasilan yang paling mudah untuk diamati adalah bertambahnya jumlah kedatangan wisatawan dari periode ke periode (Som dan Badarneh, 2011 dalam Utama, 2014)

Saat ini wisata juga merupakan suatu kebutuhan manusia dalam menambah ilmu pengetahuan atau hanya sekedar untuk menghilangkan rasa penat setelah melakukan r utinitas sehari-hari. Banyak wisatawan yang menghabiskan hari liburnya untuk berwisata ke tempat wisata di daerahnya atau di luar daerahnya. Tidak hanyak anak-anak saja yang merasakan kegembiraan saat berwisata tetapi orang dewasa bahkan orang tua juga merasakan kegembiraan saat berwisata. Meningkatnya jumlah wisatawan setiap periodenya, membuat pemerintah daerah atau pihak swasta dalam mengelola pariwisata melakukan pembangunan dan pengembangan pariwisata guna memberikan fasilitas dan kenyamaan yang lebih baik. Contohnya adalah

(19)

dengan adanya fasilitas untuk beribadah umat muslim, sehingga wisatawan muslim tertarik untuk mengunjungi tempat wisata karena kemudahan untuk beribadah di tempat wisata itu.

Pariwisata islami dinilai memiliki prospek yang cukup bagus dalam perkembangan pariwisata di Indonesia. Potensi pasar pariwisata islami makin prospektif lantaran jumlah pendapatan yang didapatkan dari wisatawan muslim terbilang tinggi. Rata-rata kaum muslim yang ada di Asia, Amerika, dan Eropa merupakan kalangan kelas menengah. Mereka adalah pasar yang pas untuk dibidik oleh pelaku usaha karena daya beli mereka terus naik. UNWTO memperkirakan jumlah tersebut merupakan 12,3 % dari total belanja wisatawan secara global di tahun 2011. Sedangkan penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara muslim ke Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan sebesar $1,6 milyar dari total $8,5 milyar. (Yuniawati, 2013)

(20)

kerajaan di Yogyakarta masih lekat dan dapat terlihat secara nyata dengan masih kokohnya Keraton Yogayakarta yang digunakan sebagai pusat budaya dan tempat tinggal Sultan serta keluarganya.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Keraton Yogyakarta yang memutuskan untuk bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia pada tahun 1950 ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan dan rumah tangga istananya serta masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Selain sebagai tempat tinggal Sultan dan keluarganya, Kraton Yogyakarta kini juga dijadikan sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, replika pusaka keraton, gamelan, barang-barang pemberian dari raja-raja Eropa dan lain sebagainya. Bangunan keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa terbaik yang memiliki ruang-ruang mewah, lapangan dan paviliun yang luas.

(21)

Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono bertempat tinggal di pesanggrahan Ambar Ketawang yang berada di wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana Keraton Yogyakarta memiliki tujuh pelataran inti yaitu, Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamadhungan Ler (Kamadhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta masih memiliki warisan budaya baik upacara adat maupun benda-benda kuno bersejarah. Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat yang lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila nilai-nilai filosofi dan mitologi begitu menyelubungi Istana Keraton Yogyakarta (Darmadjati, 1989 dalam Salamah, 2008).

(22)

kedermawanan Sultan kepada rakyatnya, dengan upacara inti pelepasan Gunungan atau bahan makanan yang dirangkai menyerupai gunung. Gunungan diarak dari Pagelaran Keraton Yogyakarta menuju halaman di Masjid Kauman dan didoakan oleh ulama keraton di Masjid Gedhe Kauman. Setelah itu, gunungan dilepas dan diperebutkan oleh masyarakat Yogyakarta sebagai simbol berkah. Dalam satu tahun kalender Islam, tradisi grebeg dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu :

1. Grebeg Syawal, dilaksanakan untuk merayakan telah berakhirnya Bulan Ramadhan sebagai ungkapan syukur dan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Grebeg syawal adalah upacara adat keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang diselenggarakan tiap Syawal penanggalan Hijriyah, atau bertepatan dengan Hari Raya ‘Idul Fitri. Upacara ini biasanya dilangsungkan di sekitar Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta seusai dilaksanakannya sholat ‘Idul Fitri berjama’ah.

2. Grebeg Maulud, diadakan setiap 12 Rabiul Awwal, sebagai puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Grebeg diawali dengan arak-arakan perangkat gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogowilogo. 3. Grebeg Besar, dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

(23)

definisi Pariwisata Islami. Definisi pariwisata Islami merupakan kegiatan yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi syariat Islam (Kemenpar, 2012). Pariwisata Islami dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik produk dan jasanya yang bersifat universal. Tidak berbeda dengan pariwisata umumnya, pariwisata islami juga memiliki produk dan jasa wisata, objek wisata dan tujuan wisata, namun hanya saja produk, jasa, objek dan tujuan wisata tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan etika Islam. Jadi pariwisata Islami tidak terbatas hanya pada wisata religi, namun pariwisata yang mengedepankan syariat Islam, seperti:

1. Pelayanan yang ramah

2. Kebersihan tempat wisata dari najis 3. Menjaga budaya dan kearifan lokal

4. Mempunyai sarana pendukung bagi wisatawan untuk beribadah 5. Tidak ada unsur musyrik

(24)

Dalam upaya membangun wisata islami di kawasan wisata Keraton Yogyakarta perlu adanya kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat dan lembaga yang terkait. Sehingga penulis mengambil tema penelitian : "Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Yogyakarta Sebagai Kawasan Wisata Heritage Yang Islami".

B. Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah yang akan diteliti :

1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta?

2. Bagaimana faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata Islami di Kawasan Keraton Yogyakarta?

3. Bagaimana strategi pembangunan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta

2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan pariwisata islami di Kawasan Keraton Yogyakarta

(25)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis terutama terhadap pengembangan pariwisata islami yang sekarang sedang menjadi program dari Kementrian Pariwisata.

b. Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk peneliti lain yang sejenis atau berkaitan dengan isi dari penelitian

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini sebagai rekomendasi atau masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan pariwisata islami khususnya di Kawasan Keraton Yogyakarta

(26)

A. Landasan Teori 1. Teori Pariwisata

Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998, hal: 23 dalam Yuliani, 2103). Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000, hal: 2 dalam Yuliani, 2013).

Sedangkan Pendit (2003 : 20) dalam Sitorus (2008: 34), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (2008 : 111), menjelaskan Pariwisata sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

(27)

Pendit (2003) dalam Sitorus ( 2008: 34), menjelaskan bahwa istilah pariwisata pertama kali diperkenalkan oleh dua budayawan pada sekitar tahun 1960, yaitu Moh. Yamin dan Prijono. Kedua budayawan ini memberikan masukan kepada pemerintah saat itu untuk mengganti istilah tour agar sesuai dengan bahasa khas Nusantara. Istilah Pariwisata sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sebagai berikut :

Pari = Penuh, Lengkap, Keliling

Wis (man) = Rumah, properti, Kampung, Komunitas Ata = Pergi, Terus Menerus, Mengembara

Yang bila diartikan secara keseluruhan, pariwisata adalah Pergi Secara Lengkap, Meninggalkan Rumah (Kampung) untuk berkeliling secara terus menerus.

Menurut Spillane (1987) dalam Baskoro (2013), pariwisata dikelompokkan berdasarkan tujuan dan motif seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata, diantaranya :

1. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Merupakan jenis pariwisata yang memiliki tujuan untuk mengetahui suatu daerah wisata dengan meninggalkan tempat tinggalnya dalam mengisi liburan guna memperoleh udara segar atau untuk menghilangkan kepenatan dari rutinitas sehari-hari.

2. Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

(28)

3. Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Adalah jenis pariwisata yang dilakukan orang-orang yang sedang berlibur untuk mengetahui adat-istiadat, sejarah, seni budaya, agama maupun gaya dan cara hidup suatu bangsa.

4. Pariwisata Untuk Olahraga (Sports Tourism)

Merupakan pariwisata yang dilakukan dalam rangka untuk melatih ketangkasan jasmani dan menyegarkan rohani. Jenis ini dapat dibagi menjadi dua kategori :

a. Big Sports Event, yaitu pariwisata yang dilakukan karena adanya

peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World Cup,

dan lain-lain.

b. Sports Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi

yang ingin berlatih dan mempraktekkannya sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga basket, sepak bola, dan lain-lain.

5. Pariwisata Untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)

Merupakan jenis pariwisata yang dilakukan karena adanya pekerjaan yang harus dilakukan di suatu daerah atau suatu negara.

6. Pariwisata Untuk Berkonvensi (Convenetion Tourism)

Merupakan pariwisata dalam rangka mengikuti suatu acara atau kegiatan seperti seminar, pameran, konferensi dan lain sebagainya yang diselingi dengan kegiatan wisata di waktu senggangnya.

(29)

relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 1994 dalam Sitorus, 2008).

2. Strategi

Menurut Rangkuti (2006), strategi merupakan suatu alat untuk mecapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar.

(30)

Menurut pendapat Rangkuti (2004:6), strategi dapat dikelompokkan berdasarkan 3 (tiga) tipe strategi, yaitu:

a. Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi pengembangan produk, strategi akuisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

b. Strategi Investasi

Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya, apakah perusahaan ini melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diiventasi, dan sebagainya.

c. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena bisnis ini berorientasi kepada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

3. Teori Pariwisata Syariah/Islami

(31)

(Kemenpar, 2012). Fasilitas dan layanan yang disediakan tersebut tidak berbeda dengan fasilitas umum lainnya, hanya saja fasilitas dan layanan yang disediakan tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Sehingga masyarakat muslim dapat menikmati fasilitas dan layanan yang disediakan masyarakat dengan leluasa.

Pariwisata syariah telah diperkenalkan sejak tahun 2000 dari pembahasan pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pariwisata syariah merupakan suatu permintaan wisata yang didasarkan pada gaya hidup wisatawan muslim selama liburan. Selain itu, pariwisata syariah merupakan pariwisata yang fleksibel, rasional, sederhana dan seimbang. Pariwisata ini bertujuan agar wisatawan termotivasi untuk mendapatkan kebahagiaan dan berkat dari Allah SWT (Munirah, 2012 dalam Dharma, 2017).

(32)

Berdasarkan pengertian di atas, konsep syariah yang tidak melanggar atau bertentangan dengan nilai-nilai dan etika syariah berhubungan dengan konsep halal dan haram di dalam islam. Halal diartikan dibenarkan, sedangkan haram diartikan dilarang. Konsep halal dapat dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif agama dan perspektif industri. Yang dimaksud dengan perspektif agama, yaitu sebagai hukum makanan apa saja yang boleh dikonsumsi oleh konsumen muslim. Ini membawa konsuekensi adanya perlindungan konsumen. Sedangkan dari perspektif industri. Bagi produsen pangan, konsep halal ini dapat diartikan sebagai suatu peluang bisnis. Bagi industri pangan yang target konsumennya sebagian besar muslim, diperlukan adanya jaminan kehalalan produk akan meningkatkan nilainya yang berupa nilai yang tidak berwijud (intangible value). Contoh produk pangan yang kemasannya tercantum label halal lebih menarik bagi konsumen muslim (Hamzah & Yudiana, 2015 dalam Kemenpar, 2015).

(33)

Kelima, menjaga keamanan dan kenyamanan. Keenam, menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Ketujuh, menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal.

Menurut Chukaew (2015), ada delapan faktor standar dalam pengukuran pariwisata syariah dari segi administrasi dan pengelolaannya untuk semua wisatawan, hal tersebut dapat menjadi suatu karakteristik tersendiri, yaitu :

a. Pelayanan kepada wisatawan haruslah cocok dengan prinsip muslim secara keseluruhan;

b. Pemandu dan staf harus memiliki disiplin dan menghormati prinsip-prinsip Islam;

c. Mengatur semua kegiatan agar tidak bertentangan dengan prinsip Islam;

d. Bangunan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. ;

e. Restoran harus mengikuti standar internasional pelayanan halal; f. Layanan transportasi harus memiliki keamanan sistem proteksi;

g. Ada tempat-tempat yang disediakan untuk semua wisatawan muslim melakukan kegiatan keagamaan; dan

h. Bepergian ke tempat-tempat yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam.

(34)

a. Lokasi: Penerapan sistem Islami di area pariwisata. Lokasi pariwisata yang dipilih merupakan yang diperbolehkan kaidah Islam dan dapat meningkatkan nilai-nilai spiritual wisatawan.

b. Transportasi: Penerapan sistem, seperti pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram sehingga tetap berjalannya syariat Islam dan terjaganya kenyamanan wisatawan (Utomo, 2014 Utomo dalam Chukaew 2015).

c. Konsumsi: Islam sangat memperhatikan segi kehalalan konsumsi, hal tersebut tertuang dalam Q.S Al-Maidah ayat 3. Segi kehalalan disini baik dari sifatnya, perolehannya maupun pengolahannya. Selain itu, suatu penelitian menunjukkan bahwa minat wisatawan dalam makanan memainkan peran sentral dalam memilih tujuan wisata (Moira, 2012 dalam Chukaew, 2015).

d. Hotel: seluruh proses kerja dan fasilitas yang disediakan berjalan sesuai dengan prinsip syariah (Utomo dalam Chukaew, 2015). Menurut Rosenberg (dalam Sahida, 2009), pelayanan disini tidak sebatas dalam lingkup makanan maupun minuman, tetapi juga dalam fasilitas yang diberikan seperti spa, gym, kolam renang, ruang tamu dan fungsional untuk laki-laki dan perempuan sebaiknya terpisah.

(35)

Tabel 2.1.

Perbandingan Wisata Syariah dengan Wisata Konvensional dan Wisata Religi

Sumber : Ngatawi Al Zaztrow dalam Dini Andriani dkk, 2015

No Item

Perbandingan Konvensional Religi Syariah

1. Objek Alam, budaya,

heritage, kuliner

Tempat ibadah, kesenangan yang

berdimensi nafsu,

ketentraman batin

Memenuhi keinginan dan kesenangan serta menumbuhkan kesadaran beragama

4. Guide Memahami dan sejarah tokoh dan lokasi

yang menjadi objek wisata

Membuat turis tertarik pada

objek sekaligus membangkitkan spirit religiuitas wisatawan. Mampu kepuasan batin dalam kehidupan manusia

5. Fasilitas Ibadah Sekadar pelengkap Sekadar pelengkap

Menjadi bagian yang menyatu dengan objek

pariwisata, ritual peribadatan

menjadi bagian paket hiburan

6. Kuliner Umum Umum Spesifik yang halal

7. Relasi dengan Masyarakat di Lingkungan

prinsipprinsip syariah

(36)

Dengan melihat tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wisata syariah merupakan wisata yang lengkap karena mencakup wisata konvensional dan religi di dalamnya. Tidak hanya itu, wisata syariah merupakan wisata yang lebih kompleks dibandingkan dengan kedua wisata (konvensional dan religi) karena wisata syariah menekankan pada produk halal dan sesuai dengan syariat Islam.

4. Konsep dan Kebijakan Pariwisata Syariah Di Indonesia

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Bab I)

(37)

A review of the verses of the Holy Quran shows that traveling and exploration have been emphasized at least in seven verses; 1. Studying the life of the people of the past (QS. 3: 137); 2. Studying the destiny of the people of the past (QS. 30:42); 3. Studying how prophets were raised (QS. 16: 36); 4. Studying the life of evildoers (QS. 6: 11); 5. Thinking about the creation; 6. Thinking about what happened to wrongdoers; 7. Visiting safe and prosperous towns (QS. 34: 11); 8. The Holy Quran calls people to travel and to learn lessons from what happened to the infidels and deniers of divine signs; 9. In general, it can be said that traveling helps people achieve theoretical and practical explanations and to reaffirm their faiths in the resurrection day. Traveling helps people learn from the past and prevents tyranny and oppression; and 10. Travelling improves sight, hearing, and inner knowledge and rescue people from inactivity and inanition.

Pengertian wisata religi dikembangkan pula sebagai semua upaya pemasaran dan pengembangan produk yang diarahkan pada umat Islam, meskipun tidak terkait motivasi agama (Henderson, 2010), atau upaya yang menekankan pentingnya turis Muslim dan non-Muslim sebagai pasar baru dan tujuan untuk pariwisata (Ala Hamarneh, 2011); Dengan kata lain,

Islamic tourisme untuk mempromosikan pariwisata di kalangan umat

Islam, mengembangkan tujuan wisata baru, dan memperkuat kerjasama antar organisasi dan antar-pemerintah di Dunia Islam.

Islamic tourism can be defined as traveling activities of Muslims when moving from one place to another or when residing at one place outside their place of normal residence for a period less than one year and to engage in activities with Islamic motivations. It should be noted that Islamic activities must be in accordance with generally accepted principles of Islam; i.e. halal (Zamani Farahani and Anderson, 2010).

Dari penjelasan diatas, maka indikator wisata syariah dapat disimpulkan sebagai berikut:

(38)

b. Pariwisata identik dengan Muslim (tunduk pada kepatuhan dengan nilai-nilai Islam), meskipun dapat diperluas yang mencakup non Muslim.

c. Wisata religi (ziarah dan kunjungan ke tempat-tempat suci di seluruh dunia Islam).

d. Pariwisata Islam yaitu suatu pariwisata dengan dimensi moral baru yang didasarkan pada nilai-nilai yang dapat diterima, berdimensi etis dan memiliki standar transendental.

e. Wisata Islam yaitu perjalanan yang bertujuan dengan motivasi “keselamatan” atau kegiatan yang berarti berasal dari motivasi Islam. f. Pariwisata Islam berfokus pada isu-isu seperti keterlibatan (Muslim),

tempat (tujuan Islam), produk (daerah tempat tinggal, makanan, dan minuman), dimensi (ekonomi, budaya, agama, dll), dan pengelolaan proses pelayanan (pemasaran dan isu-isu etis). Motivasi dan niat yang sangat penting dalam Islam, karena mereka terkait dengan sikap dan tujuan mereka.

Dalam membangun pariwisata yang halal atau pariwisata islami maka perlu adanya kebijakan-kebijakan yang harus diterapkan dan dijalankan supaya wisata islami dapat di bangun dengan baik sesuai ketentuan syariat Islam sehingga wisatawan mendapat kenyamanan saat berwisata.

(39)

Kepariwisataan bertujuan untuk :

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. menghapus kemiskinan;

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa; h. memupuk rasa cinta tanah air;

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. mempererat persahabatan antarbangsa

Di samping itu, kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip: a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai

pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan; b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan

lokal;

c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;

(40)

f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;

g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata; dan

h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU Pariwisata, Bab III, 2009).

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar meyakinkan bahwa pengembangan wisata syariah penting karena manfaatnya tidak hanya dapat dirasakan oleh wisatawan Muslim. Wisata syariah bersifat terbuka untuk semua orang. Kemenparekraf akan menggerakkan wisata syariah di hotel, restoran, serta spa. Diharapkan wisata syariah dapat menjadikan Indonesia sebagai destinasi yang ramah untuk wisatawan Muslim dan memerlukan standarisasi. Ciri wisata islami antara lain ada paket-paket wisata syariah yang meliputi destinasi ramah wisatawan Muslim, serta hotel, restoran, dan spa yang halal (Kemenpar, 2012).

5. Analisis SWOT

(41)

Salah satu langkah dalam pengambilan keputusan strategis yaitu dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Dalam perkembangannya saat ini analisis SWOT, banyak dipakai dalam penyususnan perencanaan strategi bisnis (Strategic Business Planning) yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan (Rangkuti, 2006).

DIAGRAM 2.1

Proses Pengambilan Keputusan Strategis

Analisis SWOT merupakan identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan alternatif setrategi. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan

Kelemahan Ancaman

Kekuatan Peluang

Strategi Membangun Kawasan Wisata Keraton Sebagai Kawasan Wisata Heritage

Yang Islami SWOT

Analisis Eksternal Analisis

(42)

keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan strategi, serta kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006).

(43)

Gambar 2.2 Diagram Analisis SWOT

Keterangan masing-masing kuadran diagram analisis SWOT sebagai berikut:

Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strtegy).

Kuadaran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, kita ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strateginya adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

(44)

Kuadaran 4 : Kondisi yang dihadapi adalah peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak, menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal (Rangkuti, 2006).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya baik dalam bentuk penelitian biasa, skripsi, tesis dan jurnal yang masih memiliki hubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dengan demikian, penelitian sebelumnya dapat mendasari pemikiran penulis dalam menyusun skripsi. Adapun penelitiannya sebagai berikut :

(45)

2. Jaelani (2014), Pengembangan wisata islami merupakan usaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pajak hotel dan restoran, dan sekaligus meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Pengembangan wisata islami memerlukan fungsi pengelolaan yang kreatif dan inovatif berdasarkan atas perencanaan yang matang, pelaksanaan yang konsisten, dan evaluasi yang terukur dan konstruktif. Pembangunan wisata islami dilakukan secara terintegrasi dan holistik yang akan mewujudkan kepuasan semua pihak. Perlunya integrasi aspek-aspek terkait yang terdiri dari aspek daya tarik destinasi, aspek transportasi atau aksesibilitas, aspek fasilitas utama dan pendukung, dan aspek kelembagaan. Dalam pengelolaan daerah sebagai pusat wisata maka diperlukan penataan sentra bisnis masyarakat lokal yang mestinya dapat digalakkan, penataan penginapan, hotel, dan sejenisnya yang diarahkan pada pada area sub urban atau pinggiran kota untuk mengurangi kekroditan kota, dan penataan daerah atraksi wisata baik yang given/alamiah maupun man-made/buatan yang dapat diarahkan pada kawasan rural atau countryside.

(46)

wisata syariah di Indonesia, menganalisis kesiapan masing-masing destinasi wisata melalui persepsi pelaku usaha wisata dan wisatawan dalam mengembangkan wisata syariah di Indonesia, dan menghasilkan strategi yang tepat untuk mengembangkan wisata syariah sesuai karakteristik destinasi wisata di Indonesia. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui FGD, wawancara mendalam dan penyebaran kuesioner terhadap 100 orang wisatawan di Aceh dan Manado. Berdasarkan hasil kajian ini, Aceh sudah cukup optimal mencanangkan wisata syariah dalam produk wisatanya namun masih memerlukan beberapa perbaikan atau strategi dalam menggaet wisman Malaysia sebagai market utamanya. Sementara, Manado ditemukan belum optimal atau belum siap dalam pengembangan wisata syariah dan masih cukup banyak yang harus disiapkan jika akan mengembangkan wisata syariah.

(47)

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Natsir, 1998 dalam Wahid, 2015). Penelitian deskriptif digunakan bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan dengan lebih baik sifat-sifat yang diketahui keberadaannya serta relevan dengan variabel-variabel yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata Keraton Yogyakarta. Lokasi tersebut dijadikan sebagai objek penelitian didasarkan atas berbagai hal, salah satunya karena Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam yang masih berdiri kokoh dan masih dilakukannya tradisi-tradisi kerajaan dalam memperingati hari besar Islam.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data perimer merupakan data yang diperoleh melalui interaksi secara langsung kepada responden dengan melakukan wawancara dan dibantu dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada warga dan wisatawan yang berada di sekitar kawasan wisata Keraton Yogyakarta. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari suatu instansi, serta sumber pustaka yang ada.

(48)

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

random sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan prosedur

pengambilan sampel yang sangat mudah, unit pemilihan sampel hanya satu macam, kesalahan klasifikasi dapat dihindarkan, cukup dengan gambaran garis besar dari populasi dan merupakan disain sampel yang paling sederhana dan mudah. Setiap elemen dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih atau teknik pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan bersedia untuk dijadikan responden.

Penentuan sampel yang dicari dengan memakai rumus Slovin, yaitu :

�= � 1 +��2

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang akan diteliti

N :Jumlah populasi (warga disekitar kawasan wisata Keraton

Yogyakarta tahun 2015)

e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih ditolerir (ditetapkan 10%)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

(49)

2. Metode Study Kepustakaan, merupakan taknik pengumpulan data dengan cara membaca penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

3. Kuisioner, merupakan suatu cara untuk memperoleh informasi dengan memberikan daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah kepada responden yang akan dijadikan sampel.

4. Dokumentasi, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan literatur-literatur dari perpustakaan, informasi-informasi tertulis baik dari instansi terkait maupun berasal dari internet yang berhubungan dengan penelitian untuk memperoleh data sekunder.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi konseptual dalam Abdul Wahid (2015) merupakan suatu usaha untuk menjelaskan pembatasan pengertian antara konsep satu dengan konsep lainnya supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Berdasarkan penjelasan diatas ada beberapa penjelasan definisi konseptual yang dapat diberikan antara lain : 1. Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan

melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998 dalam Abdul Wahid, 2015)

(50)

3. Strategi adalah sebuah pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan jangka panjang.

4. Pariwisata syariah adalah kegiatan yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah yang memenuhi syariat Islam (Kemenpar, 2012).

5. Pembangunan pariwisata adalah perkenalan nilai budaya bangsa dan meningkatkan kualitas budaya nasional dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan bangsa, kelestarian, dan mutu lingkungan hidup serta mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.

G. Alat Analisis

Analisis data pada dasarnya merupaka proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintepretasikan untuk mencari makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian (Wardiyanta, 2006).

Dalam penelitian ini, metode yang dipilih dan digunakan untuk menganalisis data adalah:

1. Analisis Deskriptif

(51)

mengetahui secara garis besar mengenai objek penelitian dengan data yang diperoleh melalui hasil dokumentasi, catatan observasi, data resmi berupa dokumen atau arsip, memorendum dalam proses pengumpulan data dan semua pandangan yang diperoleh dari manapun serta dicatat.

2. Analisis SWOT

Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman (Rangkuti, 2006).

Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Beberapa pemahaman mengenai pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman menurut Robinson dan pearce, 2003 sebagai berikut :

a. Eksternal

1) Peluang (Opportunity)

Peluang merupakan sistuasi yang bersifat positif dihadapi oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Opportunity

(52)

didalamnya: Kerjasama dengan institusi pendidikan, balai pengobatan dan rumah sakit rujukan.

2) Ancaman/Hambatan (Threat)

Hambatan adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu organisasi, yang apabila berhasil di atasi akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Ancaman (Threat)

merupakan ancaman bagi organisasi baik itu dari luar maupun dari dalam. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi perusahaan. Komponen didalamnya antara lain: Adanya saingan baru, tuntutan masyarakat, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.

b. Internal

1) Kekuatan (Strength)

(53)

2) Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah berbagai kekurangan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan berperanan besar, tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimililiki oleh organisasi. Komponen yang termasuk didalamnya dapat berupa fasilitas, kapabilitas manajemen dan pemasaran.

Tabel 3.1

Opportunities (O)

Strategi ( SO ) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi ( WO ) Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ancaman / Treath (T)

Strategi ( ST ) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi ( WT ) Ciptakan strategi yang bersifat defensif dan meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman

(54)

Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan yakni :

a) Strategi SO. Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya

b) Strategi ST. Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman

c) Strategi WO. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

d) Strategi WT. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif (bertahan) dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3. Metode Importance Performance Analysis (IPA)

Metode ini mengaitkan antara tingkat kepentingan (importance) suatu atribut yang dimiliki obyek tertentu dengan kenyataan atau kinerja

(performance) yang dirasakan oleh pengguna.

Langkah pertama untuk Metode IPA adalah dengan mencari harga kesesuaian. Tingkat kesesuaian merupakan hasil perbandingan antara skor kinerja yang memberikan kepuasan pengunjung dengan skor kepentingan dengan memberikan huruf X untuk kinerja dan huruf Y untuk kepentingan. Adapun rumus yang digunakan :

��� = �

� × 100 %

Dengan �� = Tingkat Kesesuaian Responden � = Skor Penilaian Kinerja

� = Skor Penilaian Kepentingan

(55)

Langkah kedua yaitu menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan untuk setiap item dari atribut dengan rumus:

X

= ∑��=1 � Y� = ∑��=1

dengan X� = Bobot rata-rata tingkat kepuasan item ke-i Y

= Bobot rata-rata tingkat kepentingan item ke-i n = Jumlah responden/sampel

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan untuk keseluruhan item dengan rumus:

=

∑��=1��

=

∑��=1��

dengan: � = Nilai rata-rata kepuasan item

� = Nilai rata-rata kepentingan item p = Jumlah item

Nilai � ini memotong tegak lurus pada sumbu horizontal, yakni sumbu y mencerminkan kepuasan item (x) sedangkan nilai � memotong tegak lurus pada sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan item (y). Setelah diperoleh bobot kepuasan dan kepentingan item serta nilai rata-rata kepuasan dan kepentingan item, kemudian nilai-nilai tersebut diplotkan kedalam diagram kartesius seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1.

(56)

Gambar 3.1.

Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis

Diagram Importance-Performance Analysis (IPA) ini (Gambar 3.1) terdiri dari empat kuadran, yaitu:

a. Kuadran I, wilayah yang memuat item-item yang memiliki tingkat kepentingan relatif tinggi dengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi pula. Item yang masuk kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan pengguna sehingga harus tetap dipertahankan karena semua item ini menjadikan produk atau jasa tersebut unggul di mata pengguna.

b. Kuadran II, wilayah yang memuat item-item dengan tingkat kepentingan yang relatif rendah dan dirasakan oleh pengguna terlalu berlebihan dengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi. Biaya yang digunakan untuk menunjang item yang masuk kuadran ini dapat dikurangi agar dapat menghemat biaya pengeluaran.

( Pertahankan prestasi)

(57)

c. Kuadran III, wilayah yang memuat item-item dengan tingkat kepentingan yang relatif rendah dan kenyataan kinerjanya tidak terlalu istimewa dengan tingkat kepuasan yang relatif rendah. Item yang masuk kuadran ini memberikan pengaruh sangat kecil terhadap manfaat yang dirasakan oleh pengguna.

(58)

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Kondisi Fisik Keraton Yogyakarta a. Peta Lokasi

Gambar 4.1

Peta Wilayah Kecamatan Kraton Yogyakarta

Sumber: Badan Pusat Statistik

b. Kondisi Geografis Wilayah

Secara geografis Yogyakarta terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Kota Yogyakarta terletak antara 110° 24’ 19”- 110° 28’ 53” Bujur Timur dan 07° 15’ 24”- 07° 49’26” Lintang Selatan. Kota Yogyakarta terdapat 14 kecamatan dan salah satunya adalah kecamatan Kraton dengan lokasi di dalam benteng Keraton

(59)

Yogyakarta Hadiningrat. Batas wilayah kecamatan Kraton sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Kecamatan Ngampilan dan Kecamatan Gondomanan

2) Sebelah Timur : Kecamatan Gondomanan dan Kecamatan Mergangsan

3) Sebelah Selatan : Kecamatan Mantrijeron

4) Sebelah Barat : Kecamatan Mantrijeron dan Kecamatan Ngampilan

c. Iklim

Keadaan iklim wilayah adalah tropis dan angin muson tiap tahun berganti arah. Suhu minimum 26 º C maksimum 36 º C (sumber data : Kecamatan Kraton).

d. Luas Wilayah

(60)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kecamatan Kraton Berdasarkan Menurut Kelurahan

Sumber Badan Pusat Statistik

2. Kondisi Demografi a. Penduduk

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kecamatan Kraton Yogyakarta Menurut Jenis Kelamin Per Kelurahan Di Kecamatan Kraton

Tahun 2015

Desa/Kelurahan Penduduk

L P L+P

Patehan 2901 2984 5885

Panembahan 4554 4755 9309

Kadipaten 3293 3549 6842

Jumlah 10.748 11.288 22.036

Sumber: Badan Pusat Statistik

(61)

3. Karakteristik Sosial a. Pemerintahan

Secara administrasi Kecamatan Kraton terdiri dari 3 kelurahan. Setiap kelurahan memiliki perangkat sebanyak 8 orang, sedangkan untuk kecamatan memiliki perangkat sebanyak 19 orang. Kelurahan Panembahan merupakan kelurahan dengan jumlah RW/RT terbanyak yaitu 18 RW dan 78 RT diikuti kelurahan Kadipaten dengan jumlah RW/RT sebanyak 15 RW/53 RT dan kelurahan patehan dengan jumlah RW/RT sebanyak 10 RW/ 44 RT.

Tabel 4.3

Banyaknya Perangkat Kelurahan, Kecamatan, RW Dan RT Di Kecamatan Kraton Tahun 2015

Lurahan/Kecamatan Banyaknya Perangkat

RW RT

Patehan 8 10 44

Panembahan 8 18 78

Kadipaten 8 15 53

Kraton 19 - -

Jumlah 43 43 175

Sumber : Badan Pusat Statistik

b. Agama

(62)

576 orang atau sekitar 2,59 %, Hindu dengan jumlah penganut sebanyak 24 orang atau sekitar 0,10 % dan yang memiliki penganut paling sedikit di kecamatan Kraton adalah agama Budha dengan jumlah penganut hanya 1 orang atau sekitar 0,0045 % saja yang terdapat di kelurahan Kadipaten.

Meskipun kecamatan Kraton memiliki banyak keragaman dalam menganut agama, namun kecamatan Kraton atau di kawasan Keraton Yogyakrta hanya memperbolehkan bangunan masjid atau langgar yang digunakan sebagai tempat beribadah. Sehingga penganut agama lain selain muslim tidak dapat menemukan bangunan beribadah lain seperti gereja, vihara dan pura. Hal ini sudah menjadi peraturan (paugeran) kecamata Kraton yang ditetapkan, karena mengingat Istana Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam yang masih berdiri hingga saat ini.

Tabel 4.4

Banyaknya Pemeluk Agama Dirinci Menurut Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2015

Kelurahan Islam Protestan Katho-lik

Hindu Budha

Patehan 4990 155 737 3 -

Panembahan 7709 248 1335 16 -

Kadipaten 6053 173 610 5 1

Jumlah 18752 576 2862 24 1

(63)

Tabel 4.5

Banyaknya Tempat Ibadah Dirinci Menurut Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2015

Kelurahan Masjid Langgar/ Mushola

Sumber Badan Pusat Statistik

4. Kondisi Ekonomi a. Industri

Tabel 4.6

Banyaknya Industri Besar/Sedang Menurut Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2014

Kelurahan

Sumber : Badan Pusat Statistik

b. Percatakan dan Penerbitan

Tabel 4.7

Banyaknya Usaha Percetakan Dan Penerbitan Menurut Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2014

Kelurahan Percetakan Penerbitan

Patehan 2 1

Panembahan 3 -

Kadipaten 3 -

Jumlah 8 1

(64)

c. Usaha Konstruksi

Tabel 4.8

Jumlah Usaha Konstruksi Menurut Jensi Usaha Dirinci Per Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2014

Kelurahan Jenis Konstruksi

BTL Gedung Sipil

Patehan - - -

Panembahan - 6 -

Kadipaten 1 2 -

Jumlah 1 8 -

Sumber : Badan Pusat Statistik

d. Usaha Pertukangan

Tabel 4.9

Banyaknya Usaha Pertukangan Menurut Kelurahan Di Kecamatan Kraton Tahun 2014

Kelurahan Tukang Cukur Tukang Jahit Salon

Patehan 4 5 6

Panembahan 6 6 8

Kadipaten 5 7 7

Jumlah 15 18 21

Sumber : Badan Pusat Statistik

e. Jasa Reparasi

Tabel 4.10

Banyaknya Usaha Jasa Reparasi Menurut Keluraha Di Kecamatan Kraton Tahun 2014

Kelurahan Sepeda Sepeda Motor

Mobil Elektronik

Patehan 5 4 3 3

Panembahan 8 6 3 4

Kadipaten 6 4 2 3

Jumlah 19 14 8 10

Sumber : Badan Pusat Statistik

(65)

guide. Namun belakangan ini pendapatan dan perekonomian pedagang kaki lima dan pemberi jasa tour guide mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena kebijakan dari Istana Keraton Yogyakarta yang memindahkan kawasan parkir di sekitar kawasan wisata Keraton ke kawasan parkir Ngabean dan Abu Bakar Ali. Sehingga wisatawan yang biasanya berjalan kaki menuju lokasi wisata karena tempat parkir yang dekat dengan lokasi wisata kini mereka memilih untuk menaiki kendaraan yang sudah disediakan. Selain itu, pemindahan kawasan parkir ini juga menyebabkan jumlah wisatawan menurun, sehingga para pemberi jasa tour guide juga mengalami penurunan pendapatan. (wawancara Sunaryo, 2016)

B. Sejarah Keraton Yogyakarta

Kerajaan Mataram Islam, yang didirikan oleh Panembahan Senopati pada tahun 1575, mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja ketiga, memerintah pada tahun 1613 sampai dengan 1645. Pada waktu itu wilayah kekuasaan kerajaan meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian dari wilayah Jawa Barat. Namun dalam masa pemerintahan raja-raja yang menggantikannya nampak adanya kemunduran.

(66)

dari daerah Priangan. Wilayah kerajaan semakin menyempit setelah berakhirnya perang Giyanti pada tahun 1755, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian, yaitu kerajaan Surakata dan kerajaan Yogyakarta (Sartono, 1977 dalam Cahyani, 2015).

Kerajaan Keraton Yogyakarta atau kraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tanggal 29 Rabiulakir 1680 (Jw) atau 13 Februari 1755 beberapa bulan setelah perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari.

Sultan Hamengku Buwono dikenal sebagai ahli bangunan yang unggul sejak masih muda. Ia memimpin pembangunan Keraton Yogyakarta, menentukan bentuk dan ukurannya, serta menyelesaikannya dalam waktu kurang lebih satu tahun. Lokasi Keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggrahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan bahwa lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang berada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I tinggal di pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah kecamatan Gamping Kabupaten Sleman (Cahyani, 2015)

Keraton sering disebut kêdhaton, terbentuk dari kata karatu-an atau

ka-dhatu-an yang berarti tempat tinggal raja. Pengertian ini menjelaskan bahwa

(67)

fisik, Keraton Yogyakarta merupakan bangunan monumental yang memiliki nilai estetika tinggi, mengandungmakna dan simbol sebagai perwujudan sifat-sifat agung kehidupan sebuah kerajaan. Bentuknya didasari oleh pandangan hidup yang berakar pada kepercayaan masyarakat penghuninya, yang ketika itu memiliki keyakinan agama Islam-Jawa, yang berkaitan dengan agama Hindu. Alam pikir Hindu-Jawamemandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dengan kosmos alam raya. Terdapat kepercayaan bahwa kerajaan (Keraton Yogyakarta) merupakan replika dari susunan jagat raya. (Brongtodiningrat, 1978 dalam Wardani, 2013)

Secara umum, Keraton Yogyakarta adalah bagian dari mata rantai kesinambungan tipologi keraton-keraton di Jawa. Kesamaan tipologi ini terjadi karena latar belakang persepsi kosmologi yang sama, yakni kosmologi Hindu tentang Jagad Purana yang berpusat pada suatu benua bundar

Jambudwipa dikelilingi tujuh lapisan daratan dan samudera. Pada benua

tersebut terdapat gunung (mèru) tempat para dewa bersemayam. Keraton Yogyakarta sebagai lingkungan binaan, disusun secara konsentrik berdasarkan replika jagat raya untuk menjaga keselarasan hidup. Titik pusat dalam susunan replika itu sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan kosmos.

Pada skala negara, susunan konsentris Keraton Yogyakarta terwujud dalam kota yang berpusat pada kuthagara (keraton sebagai pusat dan paréntah

njêro), dikelilingi nagara (paréntah njaba, para pangeran, patih, dan pejabat

keraton yang lain), dan nagaragung (pusat kota yang besar), serta

(68)

tersebut menunjuk Keraton Yogyakarta sebagai pusat sentris, termasuk dalam pengembangan dan pembangunan. Keraton Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan merupakan karya monumental, yang menjadi sumber ide dan pengembangan arsitektur di luar keraton (Soemardjan,2009 dalam Wardani, 2013).

Kestabilan seluruh tatanan dunia manusia (mikro) terjaga karena kedudukan kuthagara yang menjadi titik pusat mampu menjaga keseimbangan makros kosmos. Sultan tinggal di pusat keraton dan menjadi sumber kekuatan yang mengalirkan kesejahteraan ke daerah serta membawa kestabilan tatanan kosmos. Kosmos jagat raya (makro) dipercaya menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan, tetapi dapat pula membawa bencana. Keselarasan kerajaan (mikro) dengan jagat raya (makro) dicapai melalui tersusunnya tipologi kerajaan yang hierarkis mengikuti pola dasar alam semesta. Keraton Yogyakarta disusun secara hierarkis, yakni arah utara-selatan merupakan ruang umum, resmi, dan tempat upacara, sedangkan arah timur-barat merupakan ruang pribadi, yang akrab dan keramat. (Lombart,2000 dalam Wardani, 2103).

Dalêm Prabayêksa berfungsi sebagai titik pusat pertemuan arah

utara-selatan dan timur-barat. Dalêm terbesar di Keraton Yogyakarta ini berada di pusat inti kêdhaton, dan untuk mencapai pusat harus melewati pelataran dan pintu gerbang yang berlapis. Pelataran arah utara-selatan, meliputi:

(69)

c. Kêmandhungan Lor d. Sri Manganti e. Kêdhaton f. Kêmagangan

g. Kêmandhungan Kidul h. Sitihinggil Kidul i. Alun-alun Kidul.

Pelataran kêdhaton merupakan puncak konstelasi dari sembilan pelataran tersebut. Kêdhaton diapit oleh dua pelataran domestik tempat keluarga keraton tinggal. Peralihan dari pelataran ke pelataran berikutnya dapat ditempuh melalui sembilan pintu gerbang, yakni:

a. Pangurakan b. Tarub Agung, c. Brajanala d. Sri Manganti e. Danapêrtapa f. Kêmagangan g. Gadhung Mlati h. Kêmandhungan i. Gadhing.

(70)

Kêputrèn berada di bagian barat, sedangkan Kêsatriyan berada di bagian timur. Di ruang hunian Kêputrèn digunakan untuk upacara keluarga, terutama yang terkait dengan aktivitas domestik kaum perempuan, upacara kesuburan dan upacara ritus kehidupan. Konsentrasi ruang di pusat keraton itu menunjuk pada supremasi yang diraih dengan konsentrasi dua sisi dari karakteristik ganda, yakni urusan luar dan dalam, ranah negara dan keluarga, lingkup lelaki dan perempuan. Sultan Hamengku Buwana I sebagai penguasa, merupakan penghubung dari kedua poros utara-selatan dan timur-barat yang berada tepat di pusat kêdhaton. (Santosa, 2000 dalam Wardani, 2013)

Sultan Hamengku Buwana I adalah seorang raja yang berbudi luhur, adil bijaksana, berjiwa kesatria, jujur, dan tidak meninggalkan sifat têpo sêliro. Pada masa pemerintahannya, yang bersifat feodal, kebudayaan dan kesenian mencapai kemajuan pesat. Sultan Hamengku Buwana I adalah pencipta tata letak dan tata bangunan Keraton Yogyakarta. Ia juga dikenal sebagai seorang ahli gamelan, pencipta gending Gajah Hendro, dan pencipta seni tari Běksan

Lawung. Sultan Hamengku Buwana I berhasil memupuk dan mempertinggi

Gambar

Tabel  2.1.
Gambar 2.2
Tabel 3.1 Matrik SWOT
Gambar 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

yaitu Play dan Exit yang merupakan struktur navigasi hirarki. Jika memilih Play maka akan menampilkan tiga objek yaitu daun, batang, dan akar. Apabila memilih daun maka

Media tersebut juga dapat digunakan sebagai media pendamping untuk setiap siswa sehingga tercipta suasana kondusif dalam proses pembelajaran Media pembelajaran yang

Asas berwawasan lingkungan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan. dan mengutamakan perlindungan

• Dari thin client ke server: input keyboard dan mouse. • Dari server ke thin client: berupa gambar atau tampilan melalui monitor. Untuk memungkinkan server melakukan proses

JAMES BERNOULLI adalah suatu distribusi teoritis yang menggunakan var random diskrit (var yang.. hanya memiliki nilai tertentu, nilainya merupakan bilangan bulat dan asli

Berdasarkan Pengumuman Pelelangan Umum Dengan Pascakualifikasi Nomor : 01/UMUM/PLU/UM- B/2012 tanggal 6 Juli 2012, setelah dilakukan evaluasi terhadap Dokumen Penawaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kategori rendah lila ibu hamil trimester III dengan berat badan lahir bayi di RSUD Wates, Kulon Progo, Yogyakarta

Pengaruh Susu Probiotik Terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.