• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) : STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN BANJARNEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) : STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN BANJARNEGARA"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Analysis of Zakah, Infaq, and Shadaqah (ZIS) Funds in the BAZNAS, Banjarnegara Regency

SKRIPSI

Disusun Oleh:

TRI SOFYAN DESTIANA PUTRA 20120430268

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

iii Nomor Mahasiswa : 20120430268

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS): STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN BANJARNEGARA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 2 november 2016

(3)

iv

(Berlomba-lomba Dalam Kebaikan)

Kapanpun, dimanapun dan siapapun adalah guru, bukan karena mereka pintar,

tapi karena kebijaksanaan kita.

Bismillah, Semua Pasti Bisa

(4)

v

mas) tercinta yang telah memberikan segalanya untuku

Seluruh sahabatku

(5)

viii

“ANALISIS PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS): STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN BANJARNEGARA” dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat muslim kepada fitrah yang benar dan jalan yang di ridhoi-Nya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dana bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan terselesaikanya skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan tenaga serta bantuan moril maupun materiil khususnya kepada:

1. Dr. Nano Prawoto, SE.,MSi. selaku Dekan Fakultas Ekononmi Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi Ekoonomi Keuangan dan Perbankan Islam atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh studi.

3. Dr.H. Masyhudi Muqorrobin, M.Ec., Akt., selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktunya dan memberikan saran kepada penulis hingga terselesaikanya skripsi ini.

4. Semua dosen jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan tulus ikhlas dari awal kuliah hingga terselesaikanya skripsi ini.

5. Kedua orang tuaku Sutar Karto Miharjo dan Sarmi Karto Miharjo yang selalu ada telah memberikan segalanya kepada penulis.

6. Kedua kakakku, Sohibun dan Nangimah dan seluruh keluarga besarku,

(6)

ix

Ahmad Faroby, Alin Lastianti, Arizka Dwi H, Tutut Lina W, Rini Selviana, Widiastuti S. Terimakasih sudah mau menjadi bagian dari cerita indahku, sukses selalu gengs, long last dan tetap seru buat kita semua.kalian terbaek gaess

9. Teruntuk sahabat terbaikku alumni Muallimin 2012 Bayu, Ndaru, Dimas, Biin, Paijo dan semua sahabat angkatan 86

10.Keluarga kecil di jogja Anggi Septiaga dan Diki Alfa yang selalu memberikan segalanya demi kelancaran penelitin ini

11.Sahabat IMM FE yang selalu memberikan dukungan, terima kasih atas pelajaran berharga dari kalian. Konsisten merah!

12.Seluruh kerabat mahasiswa Fakultas Ekonomi Khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi angkatan 2012

13.Keluarga bapak Supri yang telah memberikan fasilitas tempat tinggal selama penulis menyelesaikan studi.

14.Semua pihak yang tidak dapat disubutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat selama penulis menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu , kritik, saran dan pengembangan penelitian sangat diperlukan. Dan semoga karya kecil ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 1 April 2016

(7)

x

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... .. ii

(8)

xi

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36

F. Metode Analisis Data ... 37

a) Menghitung Perkembangan Pertumbuhan ... 37

b) Analisis Regresi ... 37

c) Analisis Skala Likert J ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Aspek Geografis dan Wilayah Administratif ……… .... 42

1. Kondisi Fisik Wilayah ………... .. 44

C. BAZNAS Kabupaten Banjarnegara ………. .. 72

(9)

xii

3. Uji Asumsi Klasik ………. .. 79

4. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ……… ... 83

5. Pembahasan ……… . 87

C. Kepuasan Muzakki Terhadap Kinerja BAZNAS ... 87

BAB VI Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ………. . 95

1. Pertumbuhan Kinerja Pengelolaan Dana ZIS ………. ... 95

2. Pengaruh pendapatan mustahiq Terhadap zakat yang diterima ……… ... 95

3. Kepuasan Mustahiq Terhadap Kinerja BAZNAS …… ... 96

B. Saran ………... .. 96

(10)

xiii

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kab Banjarnegara... 46

Tabel 4.3 Banyaknya Desa/Kelurahan, Kepadatan ... 48

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Kab. Banjarnegara 51

Tabel 4.6 Pengeluaran per Kapita/bulan th 2009-2012 ... 53

Tabel 5.1 Koleksi Distribusi Dana ZIS di BAZNAS th 2011-2015 74

Tabel 5.2 Variabel Penelitian ... 78

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas ... 80

Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82

Tabel 5.6 Hasil Uji Auto Kolerasi ... 83

Tabel 5.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 84

Tabel 5.8 Hasil Uji Pengaruh Simultan ... 85

Tabel 5.9 Hasil Uji Pengaruh Parsial ... 86

(11)
(12)
(13)

vi

muzaki. Data yang digunakan adalah data primer dengan beberapa responden baik untuk mustahiq maupun muzakki dengan melakukan wawancara langsung kepada mereka, dengan model analisa tabel pertumbuhan, regresi linier berganda, dan skala Likert J.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pertumbuhan kinerja pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara masih kurang optimal. Pengelolaan dana ZIS yang baik adalah penghimpunan dana secara rutin pada muzakki dan pendistribusian dana secepat mungkin kepada mustahiq. (2) Hubungan antara pendapatan mustahiq terhadap zakat yang diterima memiliki pengaruh negative dan signifikan. dan (3) Tingkat Kepuasan muzakki pada kinerja pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara masih dianggap kurang memuaskan. Pengelolaan dana ZIS yang amanah dan professional memberikan kepuasaan kepada muzakki dari segi pelayanan.

(14)

vii

of the muzakki. Primary data are collected from both mustahiq or the recipients of the zakah and the muzakki, and analized using, growth model, multiple regression and Likert analys

The result of this study showed that : (1) Growth of zakah, infaq and sadaqah fund management in BAZNAS Banjarnegara Regency still not optimal. A good fund management of zakah, infaq and sadaqah is continuous collection fund from muzakki and fast distribution as found zakah, infaq and sadaqah fund to mustahiq; (2) income of mustahiq has the megative and significant effect to zakah of distribusion and (3) satisfication of the muzakki to BAZNAS in Banjarnegara Regency mostly is still not satisfied. Management of Zakah, Infaq and sadaqah fund based on the trusteeship and professionalism in their service, will effect satisfied level of muzakki

(15)

1 A. Latar Belakang

Sebagaimana yang tertulis pada sila ke-5 yaitu tentang keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

untuk aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan

kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya

Kemakmuran dan Kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin

selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Secara garis besar dapat di artikan

bahwa tujuan sila ke-5 salah satunya adalah untuk Kemakmuran dan

Kesejahteraan masyarakat. Indonesia juga merupakan salah satu Negara

dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dimana dalam Agama Islam

mensejahterakan masyarakat adalah salah satu misi wajib yang harus

dilaksanakan, tapi pada kenyataanya memakmurkan dan mensejahterakan

masyarakat bahkan di Negara yang mayoritas muslim tidaklah gampang,

Begitu banyak cara yang harus dilakukan begitu banyak yang harus

dikorbankan, begitu pula dengan resiko yang dihadapi juga sangatlah besar.

Tidak ada sebuah negara yang sepenuhnya bisa mewujudkan negara yang

makmur dan sejahtera, karena selalu ada hambatan-hambatan yang datang.

Sebuah kemakmuran dan kesejahteraan tercipta jika antara pemerintah dan

(16)

Didukung pula dengan keinginan yang kuat, sistem manajerial yang

terstruktur, ditunjang dengan tenaga yang ahli serta profesional dan juga

yangtidak kalah penting yaitu kesediaaan dana untuk operasionalnya. Skema

sistem jujur dan adil ini sejak dahulu merupakan sistem yang diucapkan oleh

Islam. Islam tidak pernah mengajarkan sebuah kebatilan dalam bentuk

apapun. Tujuannya hanyalah agar umat di bumi ini menjadi rukun antar

sesama, makmur, dan sejahtera.

Namun dalam prakteknya menerapkan sifat jujur dan adil tidaklah

mudah, sering kita lihat dalam jajaran di pemerintahan contohnya, banyak

sekali kasus korupsi yang melanda Negara ini, disebabkan karena sifat rakus

atau merasa tak puas diri akan harta dan kekayaan yang dimiliki, seakan

menambah kesenjang antar si kaya dan si miskin.kaum miskin semakin tidak

bisa menutup kebutuhan hidupnya. Faktor penyebabnya banyak sekali, akibat

dari pemutusan hubungan kerja, tidak memiliki kemampuan ahli, sampai

dengan sifat manusia yang pemalas karena bergantung dari belas kasihan

orang lain. Fenomena ini merupakan sebuah penyakit bangsa, kaum miskin

akan menumpuk dan menjadi masalah yang besar bagi Negara khususnya bagi

Negara ini.

Kemiskinan adalah masalah kemanusiaan yang telah lama di

perbincangkan karena berbicara tentang kemakmuran dan upaya

penangananya. Dalam islam sebenarnya sudah di ajarkan cara penangananya

(17)

berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta

pembangunan ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni

orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen

yaitu mengentaskan kemiskinan. Peran zakat sebagai satu bagian dari rukun

Islam merupakan salah satu pilar dalam membangun perekonomian umat.

Di Negara ini sebenarnya juga sudah banyak di buat

peraturan-peraturan menangani masalah kemiskinan, yang tentunya mengadopsi atau

memakai sistem zakat yang telah di ajarkan dalam islam. Dalam zakat

terdapat skema sistem yang jujur dan adil, selain itu zakat tidak hanya

merupakan sebuah ibadah ritual saja, tetapi mencakup juga dimensi sosial,

ekonomi, keadilan, dan kesejahteraan. Keberadaan zakat tidak bisa dipisahkan

dengan instrumen infaq dan shadaqah, karena infaq dan shadaqah juga

berperan penting dalam membantu dalam mengatasi masalah kemiskinan.

Beberapa tujuan zakat salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar

sang mustahiq, Kenyataan adanya stratifikasi sosial, dimana ada orang-orang

yang berkecukupan dan juga ada kelompok masyarakat yang penuh dengan

keterbatasan, bahkan untuk mencukupi kebutuhan pokok saja terasa amat

sulit. Padahal kebahagiaan yang didambakan setiap orang itu, menurut Nabi

Saw.:”Ada empat tanda kebahagiaan bagi manusia : Isteri yang shalihah,

rumah yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang bagus”. (HR.Ibnu

Hibban). Dalam kenyataannya, jangankan kebahagiaan, tidak sedikit yang

(18)

sandang (pakaian), pangan (makanan pokok) dan papan (tempat tinggal yang

memenuhi standar dasar dan minimal. Zakat dapat menjadi sarana untuk

mengatasi kebutuhan dasar tersebut.

Di Indonesia sebenarnya banyak Badan ataupun amil zakat, infaq, dan

shadaqah (BAZ/LAZIS) yang sudah di dukung dengan tenaga professional,

banyak juga masyarakat yang sudah menyalurkan dana mereka kepada Badan

ataupun Lembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS)

seperti LAZISMU, BAZNAS, DOMPET DUAFA dan lain-lain, Akan tetapi

hal ini semacam sia-sia karena Badan ataupun Lembaga-lembaga amil zakat,

infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS) dinilai kurang tepat dalam pendistribusian

dana yang telah di sumbangkan, selain itu ada juga Badan ataupun

Lembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS) yang menyalurkan

dana ke mustahiq hanya bersifat konsumtif, tentu dengan cara semacam ini

masalah besar tentang mengatasi kemiskinan dan memberikan kesejahteraan

umat belum bisa teratasi. Harus dengan pengelolaan yang efektif sehingga

masalah yang besar tadi bisa diselesaikan.Apalagi melihat keadaan Badan

ataupunLembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS)

yang ada di daerah-daerah yang dirasa masih kurang efektif dalam

menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan kesejahteraan umat.

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja

pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah yang terdapat di Kabupaten

(19)

Badan ataupun lembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah yang

terdapat di Kabupaten Banjarnegara. Analisis evaluasi kinerja ini akan di

lakukan menggunakan analis kuantitatif dan pendekatan indikator rasiorasio

pengelolaan dana yang digunakan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis

akan mengambil judul dalam penulisan tugas akhir ini dengan judul:

“Analisis Pengelolaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS) : Studi Kasus

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara”.

B. Batasan Masalah Penelitian

Penulis hanya membatasi pada Analisis Pengelolaan Dana Zakat,

Infak, dan Shadaqah (ZIS) : Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara dengan melihat pertumbuhan kinerja

pengumpulan dana ZIS dan pengaruh pendistribusiannya dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat serta tingkat kepuasan muzaki terhadap kinerja

(20)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimana perkembangan pertumbuhan pengelolaan ZIS di Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara?

2.Bagaimana pengaruh pendapatan mustahiq terhadap zakat yang diterima

mustahiq dalam upaya mensejahterakan masyarakat?

3.Bagaimana tingkat kepuasan muzaki terhadap kinerja pengelolaan dana ZIS

pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan kinerja pengelolaandana

ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Banjarnegara.

2. Untuk menjelaskan pengaruh pendapatan mustahiq terhadap jumlah dana

ZIS yang diterima dalam upaya mensejahterakan masyarakat.

3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan muzaki pada kinerja BAZNAS

(21)

E. Manfaat Penelitian

Kontribusi yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini antara lain:

1. Bagi Penulis dan para pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah

pengetahuan dengan mengimplementasikan teori yang ada dan realitas

yangterjadi, khususnya mengenai pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah

(ZIS).

2. Bagi institusi terkait (BAZ/LAZIS), diharapkan penelitian ini bisa

menjadibahan pertimbangan dan masukan dalam meningkatkan kinerja

operasionaldan menentukan langkah-langkah terbaik selanjutnya demi

pertumbuhan danperkembangan (BAZ/LAZIS) di Indonesia pada masa

yang akan datang.

3. Dapat dijadikan bahan rujukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya

yang mengangkat permasalahan yang sama.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman isi penelitian ini, maka penulis menyajikan

sistematika pembahasannya menjadi beberapa bab.

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas uraian latar belakang atau

dasar pemilihan pokok bahasan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

dari penelitian, dan manfaat dari penelitian ini.

Bab II akan dipaparkan landasan teori yang akan dijadikan dasar dalam

(22)

pengertian, sejarah, jenis-jenis, hukum, manfaat,dan pembagian golongan.

Selain itu, pada bab ini dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang

menjadi rujukan untuk melanjutkan penelitian serta hipotesis.

Bab III dijelaskan metode penelitian yang digunakan meliputi objek

penelitian, jenis data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,

definisi operasional pengelolaan, variabel penelitian, dan alat analisis yang

digunakan untuk menganalisis data.

Bab IV menjelaskan gambaran umum obyek penelitian yang meliputi: aspek

Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Banjarnegara, pengelolaan

zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara

terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Bab V berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian mengenai analisis

perkembangan pertumbuhan kinerja pengelolaan dana ZIS, pengaruh zakat

yang diterima terhadap pendapatan mustahiq, dan tingkat kepuasan muzaki

kepada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara.

Bab VI yang merupakan akhir dari penulisan akan ditarik kesimpulan serta

saran atas topik yang dibahas berdasarkan pada pembahasan bab-bab

(23)

9

1. Zakat

a. Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa, berarti nama’ = kesuburan, thaharah =

kesucian, barakah keberkatan yang berarti juga tazkiyah, tathhier =

mensucikan. Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama, dengan zakat,diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala.

Karenanya dinamakanlah “harta yang dikeluarkan itu” dengan zakat. Kedua, zakat itu merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa.

Kata zakat dipakai untuk dua arti: subur dan suci. Dalam Al Qur’an

disebutkan secara ma’rifah sebanyak 300 kali, 8 kalidiantaranya terdapat

dalam surat Makiyah, dan selainnya terdapat dalam surat-surat

Madaniyah. Definisi Zakat menurut fiqih berarti sejumlah harta tertentu

dengan sifat-sifat tertentu yang wajib diserahkan kepada golongan tertentu

(mustahiqqin). Zakat adalah hak harta yang wajib dibayarkan dan syari'at

Islamtelah mengkhususkan harta yang wajib dikeluarkan serta kelompok

orang yang berhak menerima zakat, juga menjelaskan secara jelas tentang

waktu yang tepat untuk mengeluarkan kewajiban zakat. Sedangkan

menurut terminologi syari'ah (istilah syara'), zakat berarti kewajiban atas

(24)

dalam waktu tertentu. Seorang yang membayar zakat karena keimanannya

niscaya akan memperoleh kebaikan yang banyak. (Abdul Hamid

Mahmud. 2006.)

b. Zakat dalam Islam

Di dalam Al-Qur’an telah di tegaskan bahwa zakat telah disyari’atkan kepada umat Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Di dalam Islam,

zakat baru disyari’atkan pada tahun ke dua Hijriyah, meskipun di dalam ayat-ayat Makkiyah zakat banyak disinggungkan secara garis besar.

Sesudah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah, zakat baru

disyari’atkan secara terperinci. Diatur macam-macam harta yang wajib

dikeluarkan zakatnya, batas-batas kekayaan yang dikenai wajib zakat yang

disebut nishab, kadar-kadar zakat yang wajib dibayarkan, dan cara

pembagian zakat. Ketika Nabi Muhammad SAW masih tinggal di

Makkah, tahun pertama setelah beliau hijrah. Kewajiban yang

menyangkut harta kekayaan kaum muslimin adalah kewajiban shadaqah

yang belum ditentukan batas-batasnya seperti yang telah ditentukan dalam

zakat.Shadaqah diperuntukkan bagi fakir miskin, anak-anak yatim dan

orang-orang yang memerlukan bantuan, atas dasar kerelaan hati pemberi

shadaqah. Bagi kaum yang memiliki harta dan kekayaan yang lebih

dianjurkan untuk membagikan sebagian harta yang dimiliki kepada para

(25)

Al-Lail ayat 5 dan 6 yang berbunyi bahwa, orang-orang yang memberikan

sebagian hartanya dan bertakwa kepada Allah SWT akan mendapatkan

pahala yang terbaik. Bersadaqah juga merupakan salah satu bentuk ibadah

umat Islam kepada Tuhannya, dengan semata-mata bertakwa kepada Allah

SWT. Bagi mereka yang kikir atau tidak membagi hartanya maka mereka

tergolong orang yang mendustakan Allah SWT, karena harta bukan

merupakan kunci untuk mendapatkan ketakwaan. Harta hanyalah alat

yang diberikan oleh Allah SWT untuk manusia gunakan sebagai

pemenuhan atas kebutuhan manusia setiap saat. Sifat harta yang dapat

memberikan apapun kebutuhan yang kita inginkan membuat manusia

buta, karena sesungguhnya harta itu hanyalah merupakan titipan dari

Allah SWT yang sewaktu-waktu dapat diambil dari kita. Hanya

orang-orang yang beriman saja yang tidak tergoda oleh silaunya harta, karena

memiliki iman ketakwaaan yang kuat kepada Allah SWT.Setelah zakat

disyari’atkan secara terperinci pada tahun ke dua hijriyah, pelaksanaannya

masih mengandalkan kesadaraan para wajib zakat. Petugas penghimpun

zakat juga belum ditentukan, baru diadakan pada tahun ke sembilan

hijriyah, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW mengutus para petugasnya

ke daerah-daerah pedalaman Jazirah Arab, termasuk Yaman. (Abdul

(26)

c. Kedudukan zakat

Zakat dalam syari’at Islam adalah hak fakir miskin dan muzakki

lainnya sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Taubah ayat 60, yang melekat pada harta kekayaan orang-orang kaya. Membayarkan

zakat adalah kewajiban atas si kaya untuk diberikan kepada yang berhak,

bukan merupakan limpahan kebaikan hati para wajib zakat terhadap fakir

miskin dan muzakki lainnya yang berhak atas zakat. Penegasan Al-Qur’an

bahwa zakat adalah hak fakir miskin dan muzakki lainnya yang melekat

pada harta kekayaan orang-orangkaya, mengandung konsekwensi bahwa

jika para wajib zakat tidak menunaikan pembayaran zakat, berarti mereka

telah merampas hak fakir miskin dan muzakki lainnya.Guna menjamin

terpenuhinya hak fakir miskin Islam memberi wewenang kepada penguasa

untuk menangani pemungutan dan pembagian zakat. Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi

Muhammad SAW agar memungut zakat bagi para wajib zakat. Perintah

untuk memungut zakat tersebut dalam kedudukan Nabi sebagai kepala

negara atau kepala pemerintahan.Jika terjadi pembangkangan dari para

wajib zakat, penguasa memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan

dengan tindak kekerasan. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar

pernah terjadi pembangkangan yang akhirnya oleh Khalifah dilakukan

(27)

sebagai salah satu kara kterborang beriman, pemurah, baik, dan takwa.

Sebaliknya, zakat menjadikan sika penggan membayarkannya sebagai

salah satu ciri orang musyrik dan munafik.Membayarkan zakat adalah

bukti keimanan dan ketulusan, seperti dinyatakan oleh sebuah hadist

shahih : “Zakat adalah sebuah keimanan”. Di samping itu, zakat juga

merupakan garis pemisah antara muslim dan kafir, iman dan nifak,

sertatakwa dan durhaka. Tanpa membayarkan zakat seseorang tidak dapat

dianggap masuk ke dalam kelompok orang yang beriman, untuk mereka

yang taat AllahSWT telah tuliskan kemenangan, menjamin masuk surga

firdaus, serta takwa bahkan bagi mereka yang durhaka kepada Allah SWT

telah disediakan tempatyang tepat. Islam mengancam bagi mereka yang

enggan mengeluarkan zakat dengan hukuman yang berat di dunia maupun

di akhirat. Selain itu juga mengancam mereka yang menumpuk emas dan

perak tanpa mau mengeluarkan hak Allah SWT. Tanpa membayar zakat,

seseorang menjadi musyrik. (Abdul Hamid Mahmud. 2006.)

d. Hikmah zakat

1) Mengkikis sifat kikir dan melatih seseorang untuk memiliki sifat

dermawan, yang dapat mengantarkan menjadi orang yang mensyukuri

nikmat dari Allah SWT, untuk mensucikan harta dan dirinya.

2) Menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi pemberi dan penerima

(28)

masyarakat. Terjadinya kesenjangan sosial dapat menimbulkan

ketegangan, kecemasan, dan permusuhan dalam masyarakat, yang

menyebabkan keresahan bagi pemilik harta.

3) Menjadi dorongan untuk terus mengembangkan harta benda, baik dari

segi mental spiritual maupun dari segi ekonomi psikologi.

4) Menciptakan dan memelihara persatuan, persaudaraan sesama umat

manusia dan menumbuhkan solidaritas sosial secara nyata dan

berkesinambungan.

5) Pilar amal jama'i antara aghniya dengan para mujahid serta da'i yang

berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

6) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

7) Untuk pengembangan potensi umat.

8) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam.

9) Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi

umat. (Abdul Hamid Mahmud. 2006.)

e. Ciri-ciri zakat

1) Zakat merupakan sebuah pungutan yang dikenakan kepada sebagian

dari harta pokok (harta produktif) dan keuntungannya.

2) Zakat dalam Islam anti memanipulasi harta kekayaan, dan sekaligus

mendorong untuk mengembangkannya. Tujuannya memiliki arti social

(29)

membawakan manfaat bagi masyarakat, secara langsung maupun tidak

langsung. Masyarakat akan menikmati hasil perputaran harta itu dari

segala segi.

3) Zakat lebih cenderung merupakan pajak lokal. Jika terdapat kelebihan

danazakat ketika semua muzakki telah mendapatkan haknya, maka dana

zakattersebut bisa digunakan kepada baitul mal yang terdapat di daerah

lain yang nantinya juga akan dibagikan kepada muzakki di daerah

tersebut.

4) Zakat adalah kewajiban agama, yang telah ditentukan oleh Allah SWT

dan Rasulnya maka umat Islam wajib menaatinya. Perkembangan

ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat dilakukan dengan jalan ijtihad, dengan menggunakan akal pikiran yang sejalan dengan jiwa

ajaran Al-Qur’andan sunah Rasul. (Abdul Hamid Mahmud. 2006.)

f. Dasar hukum zakat

Ada beberapa ayat dalam Alquran yang menjadi dasar kewajiban untuk

menunaikan zakat.

1. QS. al-Taubah ayat 103

“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan diri dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

(30)

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang

-orang yang ruku”. 3. QS.al-Hajj ayat 78.

“Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakatdan berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah yang Dia merupakan Wali bagi kamu’.

4. QS. Ali 'Imran ayat 180.

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.Dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.(Abdul Hamid Mahmud. 2006.)

g. Prinsip-prinsip zakat

1. Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa orang yang membayar zakat

merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.

2. Prinsip pemerataan dan keadilan merupakan tujuan sosial zakat, yaitu

membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada

manusia.

3. Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus

dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah

lewat jangka waktu tertentu.

4. Prinsip nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang

menghasilkan itu harus dikeluarkan.

5. Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang

(31)

6. Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara

semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan. (Hikmat Kurnia dan A.

Hidayat. 2008.)

h. Tujuan zakat

1. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.

2. Mengangkat derajat fakir miskin.

3. Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan

mustahiq lainnya.

4. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam

dan manusia pada umumnya.

5. Menghilangkan sifat kikir dan dan loba para pemilik harta.

6. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati

orang-orang miskin.

7. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam

masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara keduanya.

8. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,

terutama bagi yang memiliki harta.

9. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

menyerahkan hak orang lain padanya.

10. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.

11. Berakhlak dengan akhlak Allah.

(32)

13. Mengembangkan kekayaan batin.

14. Mengembangkan dan memberkahkan harta.

15. Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan, sehingga dapat

merasa hidup tenteram dan dapat meningkatkan kekhusyukan beribadat

kepada Allah SWT.

16. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.

17. Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.

Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si

kaya. Dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan

kemiskinan dari masyarakat. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah

penumpukan kekayaan di tangan sebagian kecil manusia dan merupakan

sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.

(Faridah Prihartini. 2005)

i. Jenis dan sumber zakat

Zakat secara garis besar dibagi dua, yaitu:

a. Zakat fitrah (badan) yang semata-mata merupakan pembersihan jiwa.

b. Zakat harta (maal).

Zakat nafs (jiwa) disebut zakat fitrah merupakan zakat untuk

menyucikan diri. Zakat fitrah dikeluarkan dan disalurkan kepada yang

berhak pada bulan Ramadhan sebelum tanggal 1 Syawal (hari raya Idul

(33)

daerah yang ditempati, maupun berupa uang yang nilainya sebanding

dengan ukuran/harga bahan pangan atau makanan pokok tersebut.

Zakat fitrah ialah zakat yang wajib disebabkan berbuka dari puasa

Ramadhan. Hukumnya wajib bagi setiap muslim, baik kecil atau dewasa,

laki-laki dan wanita, budak atau merdeka. Zakat fitrah itu wajib atas setiap

muslim yang memiliki kelebihan makanan selama satu hari satu malam

sebanyak satu sha’ (1 sha’ untuk ukuran Indonesia kira-kira 3,5 liter) dari

makanannya bersama keluarganya.

Berikut ini ada beberapa waktu dan hukum membayar zakat fitrah:

1. Waktu yang diperbolehkan, yaitu awal Ramadhan sampai hari

penghabisan Ramadhan.

2. Waktu wajib, yaitu dari terbenam matahari penghabisan Ramadhan.

3. Waktu yang lebih baik (sunat, yaitu dibayar sesudah salat subuh

sebelum pergi salat hari raya.

4. Waktu haram, yaitu zakat fitrah dibayar sesudah terbenam matahari

pada hari raya itu. (Agustianto. 2002.)

Zakat maal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan

harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Menurut

Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah bahwa zakat harta itu terbagi dalam empat

kualifikasi. Kualifikasi pertama terdiri dari tanam-tanaman dan

(34)

terdiri emas dan perak. Kualifikasi keempat terdiri dari harta perdagangan.

Sedangkan rikaz (harta temuan) sifatnya insidental atau sewaktu-waktu.

Berdasarkan sumber-sumber zakat yang didapat, maka ada beberapa

jenis sumber harta yang dapat dijadikan jenis-jenis zakat. Beberapa

sumber tersebut antara lain berupa:

1. Zakat profesi

2. Zakat perusahaan

3. Zakat surat-surat berharga

4. Zakat perdagangan mata uang

5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan

6. Zakat madu dan produk hewani

7. Zakat investasi properti

8. Zakat asuransi syariah

9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias dan

sektor lainnya yang sejenis

10. Zakat sektor rumah tangga modern

Ketentuan tentang sumber harta yang dapat dijadikan objek zakat di

atas merupakan hasil perkembangan dari perekonomian Islam yang cukup

baik di berbagai sektor.Sektor industri merupakan sektor yang terus

mengalami peningkatan dalam memberikan sumbangan kepada

(35)

yang cukup penting sebagai sumber zakat. (Didin Hafidhuddin, Op.Cit.,

hlm. 93-121)

j. Golongan yang dibebani kewjiban zakat

1. Mampu

2. Baligh

3. Mencapai nishab

4. Mu’allaf

k. Golongan Yang berhak menerima zakat

1. Fakir

2. Miskin

3. Pengurus zakat

4. Muakhlaf yang di bujuk hatinya

5. Budak atau orang yang belum merdeka

6. Orang-orang yang berhutang

7. Orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)

(36)

2. Infaq

Pengertian Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan

sesuatu (harta) untuk dipergunakan kepentingan orang banyak. Dalam

pengertian ini, termsuk juga infaq yang dikeluarkan oleh orang-orang kafir

untuk kepentingan agamanya.menurut Istilah, Pengertian infaq adalah

mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk satu kepentingan

yang diperintahkan ajaran islam. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang

beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia

dalam kondisi lapang maupun sempit. infaq dapat diberikan kepada siapa

saja, misalnya kedua orang tua, anak yatim dan lain sebagainya.

Pengertian Infaq Menurut Al Jurjani (Al jurjani, tt : 39) adalah

penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan manusia.Dengan demikian,

infaq memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan zakat. Dalam

kategorisasinya, Infaq dapat diumpamakan dengan “alat-alat transportasi

umum”, hal ini mencakup pesawat, mobil, kereta api, bus, kapal dan lain

sebagainya. Sedangkan Zakat diumpamakan dengan “mobil”, sebagai

salah satu alat transportasi .Maka hibah, waqaf, wasiat, nazar (untuk

membelanjakan harta), pemberian nafkah kepada keluarga, pemberian

hadiah, kaffarah (berupa harta) karena melanggar sumpah, membunuh

dengan sengaja, melakukan zihar dan ijma disiang hari pada bulan

Ramadhan adalah termasuk infaq. Bahkan zakat juga termasuk salah satu

(37)

Dari kategori diatas merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan,

baik kebutuhan pihak pemberi mapun pihak penerima. Dengan kata lain,

Pengertian infaq adalah kegiatan penggunaan harta secara konsumtif

“yakni pembelanjaan atau pengeluaran harta untuk memenuhi kebutuhan”

bukan secara produktif, penggunaan harta untuk dikembangkan dan

diputar lebih lanjut secara ekonomis.

Membayar zakat dan shadaqah juga disebut infaq, karena sama-sama

menyisihkan atau membersihkan harta di jalan Allah SWT semata-mata

karena beribadah kepada Tuhan.Telah menjadi kebiasaan dalam

masyarakat Indonesia bahwa infaq mempunyai konotasi lebih tertuju pada

sedekah sunah yang diberikan untuk kegiatan agama. Misalnya

membangun rumah ibadah (masjid, langgar, mushalla), mendirikan rumah

sakit Islam, mendirikan madrasah-madrasah, pantipanti,dan

sekolah-sekolah baik yang dikelola oleh perorangan maupun lembaga keagamaan.

Berinfaq bukan berarti membelanjakan maupun menggunakan harta

dengan sesuka hati, namun ada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

dalam Islam baik diwaktu hidup dan sesudah mati.Diwaktu hidup, seperti

hibah, hadiah, dan sedekah, adakalanya ketika mati berbentuk seperti

wasiat. Islam telah menetapkan ketentuan penggunaan harta ini, sehingga

melarang individu untuk menghadiahkan, menghibahkan, atau untuk

menafkahkannya, kecuali apa yang tidak diperlukan oleh orang yang

(38)

Yusuf Qardawi dalam bukunya (Kiat Islam Berpendapat 1995)

berpendapat, dengan membagi sasaran dalam membelanjakan harta

menjadi dua kelompok yaitu :

a) Untuk tujuan fisabillillah, dengan beberapa variasi :

1. Dalam bentuk perintah dan peringatan seperti terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 195 Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk

membelanjakan harta yang kita miliki dengan sebaik-baiknya jangan

berboros-boros, kita diharapkan untuk berperilaku hemat. Selain itu juga

Allah SWT menganjurkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada

sesame dengan membagikan sebagian hartanya kepada mereka yang

membutuhkan.

2. Dalam bentuk ingkar dan anjuran seperti terdapat dalam Al-Qur’an

surah Al-Hadid ayat 10 Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang

kikir, orang-orang yang tidak membagi sebagian hartanya kepada umat

yang membutuhkan. Allah SWT selalu mengetahui setiap tindakan yang

dilakukan oleh umatnya, dan bagi mereka yang ingkar akan disiapkan

balasan yang setimpal dengan amal perbuatan yang dilakukannya.

3. Dalam bentuk ganjaran mulia sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261 bagi mereka yang memberikan sebagian

hartanya kepada umat yang membutuhkan dengan ikhlas hati dan

semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka Allah SWT akan melipat

(39)

hanya sebutir padi maka Allah SWT akan melipat gandakannya. Karena

Allah SWT maha mengetahui, lagi maha melihat.

4. Dalam bentuk ancaman keras sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 34 harta yang ditimbun dan tidak dimanfaatkan,

apalagi tidak dinafkahkan. Maka ganjaran yang diterima oleh orang

tersebut adalah siksa yang pedih dari Allah SWT. Inilah ganjaran bagi

orang-orang yang kikir dan tidak mau membagikan sebagian hartanya.

b) Untuk diri dan keluarga, yaitu larangan bagi seorang muslim yang tidak

memperbolehkan atau mengharamkan harta halal dan harta yang baik

untuk diri dan keluarganya, padahal dia mampu untuk mendapatkannnya.

Ayat-ayat yang menjelaskan tentang jumlah nafkah yang wajib untuk

dibelanjakan (di infaq-kan) terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah

ayat 215 yang artinya :

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibubapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orangorang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.”

Faedah dari berinfaq adalah akan didoakan oleh malaikat setiap hari

sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

(40)

3. Sedekah

Sedekah adalah pemberian sesuatu dari seorang muslim kepada yang

berhak yang menerimanya secara ikhlas dan sukarela tanpa dibatasi oleh

waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridha Allah dan pahala

semata Menurut al-jurjani, seorang pakar bahsa arab dan pengarang buku

at-ta’rifat,mengartikan sedekah sebagai pemberian seseorang secara ikhlas kepada yang berhak menerimanya yang diiringi oleh pemberian pahala

dari Allah SWT. Bedasarkan pengertian ini , maka infak adalah

(pemberian atau sumbangan) harta untuk kebaikan termasuk dalam

kategori sedekah.

Ulama fiqih sepakat bahwa sedekah merupakan salah satu perbuatan

yang disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah. Kesepakatan mereka itu

di dasarkan kepada firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 280 yang

artinya:

“ dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”Selain itu juga bedasarkan hadist, “bersekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena

hal itu dapat menutupi dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Ibnu Al-Mubarak)

Sedekah dalam konsep islam mempunyai arti yang luas, tidak hanya

terbatas pada pemberian sesuatu yang bersifat materiil kepada orang-orang

miskin, tetapi lebih dari itu, sedekah mencakup semua perbuatan

(41)

dalam ajaran islam dapat dilihat pada beberapa hadist Nabi Muhammad

SAW sebagai berikut, “hendaklah setiap muslim bersedekah.” Para

sahabat bertanya, wahai rasul, bagaimana orang-orang yang tidak meiliki

sesuatu bisa bersedekah?“ RasulAllah SAW menjawab :

“hendaklah ia berusaha dengan tenaganya hingga ia memperoleh

keuntungan bagi dirinya0, lalu ia bersedekah (dengannya).” Mereka

bertanya lagi, “jika ia tidak memperoleh sesuatu?” jawab rasulluah SAW, “hendaklah ia menolong orang yang terdesak oleh kebutuhan dan

mengharapkan bantuannya.” Mereka bertanya lagi, “ dan jika hal itu juga tidak dapat dilaksanakan?” rasulullah SAW bersabda,” hendaklah

ia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, karena hal itu semacam sedekahnya.” (HR Ahmad bin Hambal)

Selain hadist di atas, ada pula hadist lain yang menjelaskan mengenai

jenis-jenis sedekah, hadist tersebut juga diriwayatkan oleh Ahmad bin

Hambal.

setiap diri dianjurkan bersedekah setiap hari, sedekah itu banyak bentuknya. Mendamaikan dua orang yang bermusuhan dengan cara adil adalah sedekah. Menolong seseorang untuk menaiki binatang tungganganya adalah sedekah. Menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah dan setiap langkah yang dilangkahkan seseorang untuk

megajarkan solat adalah sedekah.”

Dari beberapa hadist di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bersedekah

itu bisa berupa:

1. Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang miskin

2. Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan

3. Berlaku adil dalam mendamaikan orang yang bersengketa

4. Membantu seseorang yang akan menaiki kendaraan yang akan

(42)

5. Menyingkirkan rintangan-rintangan dari tengah jalan , seperti duri,

batu, kayu dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran orang

yang berlalu lintas

6. Melangkahkan kaki ke jalan Allah

7. Mengucapkan atau membaca dzikir kepada Allah

8. Menyuruh orang berbuat baik dan mencegah kemungkaran

9. Membimbing orang yang buta, tuli, bisu serta menunjuki orang yang

meminta petunjuk tentang sesuatu seperti tentang alamat rumah dan

lain-lain

10.Memberi senyuman kepada orang lain

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra, Raslullah SAW bersabda, “ apabila sedekah telah keluar dari tangan pemiliknya, maka ia jatuh

pada kekuasaan Allah sebelum sedekah itu sampai pada tangan orang

yang meminta atau yang di beri, lalu sedekah itu berbicara dengan

lima kalimat itu, yaitu:

1. Pada mulnya aku kecil, maka engkau besarkan aku

2. Aku ini sedikit, maka engkau menjadikan aku banyak

3. Aku asalnya adalah musuhmu, maka engkau menjadikan aku

kekasihmu

4. Pada awlanya aku cepat musnah, maka engkau menjadikan aku kekal

5. Pada mulanya engkau menjagaku, maka sekarang akulah yang

(43)

B. Penelitian Terdahulu

1. Mawardi, 2005. penelitiannya yang berjudul “Strategi efektifitas peran

lembaga zakat di Indonesia”, mendeskripsikan tentang persoalan kebijakan pemerintahan strategi efektifitas peran lembaga zakat di

Indonesia. Strategi efektifitas peran badan atau lembaga zakat di

Indonesia tidak terlepas dari perannya sebagai pengumpul zakat,

mendayagunakan dan mendistribusikannya secara profesional, dari

keseluruhan unsur yang ada, baik pemerintah yang memberikan

perlindungan dan keamanan bagi para muzakki, mustahik danamil

zakat, juga bagi para pengelola yang terpisah-pisah secara

kelembagaan(berbentuk badan atau lembaga) mampu bekerja sama

diantara mereka denganpara pengawas. Tidak ada kata kemandirian

dan keberhasilan dalam mengurushal yang besar seperti kepentingan

sosial masyarakat, jika tidak dilakukan dengan adanya kerjasama dan

seringnya mengadakan sharing, agar wawasannya dapat terus maju dan

berkembang, terlebih lagi di Indonesia yang berpenduduk muslim

terbanyak di dunia, merupakan modal besar memberdayakan zakat

yang menjadi kewajiban dalam menunaikannya. Hanyatinggal

diberikan pengetahuan yang memadai kepada para calon muzakki

untuk memberikan kelebihan hartanya yang masuk kedalam harta

(44)

menjadimustahik. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah badan atau

lembaga zakat(amil) harus terpercaya.

2. Pada penelitiannya Wara Komaria. 2010. yang berjudul pengelolaan

dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada Lembaga Kantor Zakat

LPUQ dan Badan Amil Zakat (BAZ) memilik hasil Kinerja

pengelolaan dana ZIS pada BAZ Kabupaten Jombang masih kurang

optimal. Terlihat dari segi pendistribusian dana ZIS yang tidakn

sebanding dengan jumlah dana ZIS yang terkumpul dan Kinerja

pengelolaan dana ZIS pada Kantor Zakat LP-UQ sangat amanah dan

profesional. Banyak donatur yang mempercayai kinerja pengelolaan

Kantor Zakat LP-UQ. Dana ZIS yang terkumpul segera didistribusikan

kepada yang membutuhkan. Sedangkan dana zakat yang terdistribusi

tidak mempengaruhi pendapatan mustahiq. Karena dana ZIS yang

disalurkan dapat dikatakan masih jauh dari jumlah dana yang

diharapkan bisa membantu terpenuhinya kebutuhan mustahiq. Dan

untuk tingkat kepuasan Dari 20 responden muzakki menunjukkan

sebagian besar responden yaitu sebanyak 46% menyatakan kinerja

pengelolaan ZIS pada BAZ Kabupaten Jombang kurang memuaskan.

Dikarenakan kinerja pengelolaan dana ZIS yang kurang optimal.

Sedangkan pada Kantor Zakat LP-UQ Kabupaten Jombang 41%

(45)

Kabupaten Jombang sangat memuaskan. Dikarenakan kinerja

pengelolaan dana ZIS pada Kantor Zakat LP-UQ sangat amanah dan

profesional.

3. Dalam penelitian yang dilakukan Siti Maesaroh pada tahun 2014

dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Mustahik Melalui Zakat, Infaq , Shodaqoh (Studi pada Lembaga Amil

Zakat, Infaq & Shodaqoh Sabilillah Kota Malang) memiliki hasil

secara simultan variabel-variabel independen yang terdiri dari, bantuan

ZIS untuk pendidikan, lama menerima, jumlah anggota keluarga dan

umur kepala keluarga berpengaruh terhadap variabel dependen

pendapatan rumah tangga yang menerima bantuan ZIS Namun secara

parsial, hanya tiga variabel yaitu bantuan ZIS untuk pendidikan,

jumlah anggota keluarga dan umur kepala keluarga, berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan rumah tangga yang menerima bantuan

ZIS. Sedang satu variabel lain yaitu lama menerima bantuan ZIS tidak

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah tangga yang

menerima bantuan ZIS.

4. Umrotul Khasanah, 2010. penelitiannya yang berjudul “Analisis model pengelolaan dana zakat di Indonesia: kajian terhadap badan

(46)

persoalan zakat yang menyimpan potensi ekonomi sangat besar

dipandang penting melihat cara memanfaatkannya didasarkan pada

fungsi sosialnya bagi kepentingan masyarakat yang menyentuh

kalangan miskin maupun kaya. Apabila seluruh mekanisme tanggung

jawab sosial yang Islami itu benar-benar dilaksanakan, masyarakat

Islam bisa menjadi masyarakat dengan tingkat kesejahteraan tinggi,

dan terbebas dari segala bentuk ketimpangan sosial. Dalam hal

pendayagunaan dana zakat, lembaga amil model organisasi bisnis dan

model birokrasi sudah siap dengan rencana pendistribusian dan

program pemberdayaan sehingga pemanfaatan dana zakat bisa

dilakukan secara terarah. Hal ini antara lain disebabkan keunggulan

manajemen mereka yang ditandai dengan penyusunan skala prioritas

dalam pendayagunaan zakat yang dibuat atas dasar urgensi kebutuhan

fakir-miskin dan para asnaf lainnya. Selain itu, mereka juga

menerapkan nilai-nilai akuntabilitas dan transparansi dalam

manajemen keuangan, dan terbuka bagi auditing oleh akuntan publik.

Semua itu dituangkan dalam sistem dan prosedur kerja yang rapi.

Yang masih menjadi kelemahan umum organisasi amil zakat adalah

lemahnya upaya pengembangan jaringan antar-lembaga (aliansi

strategis), serta kegiatan koordinasi, integrasi dan sinergi. Apabila

(47)

akan dapat ditingkatkan dan program pemberdayaan umat pun dapat

dilaksanakan secara lebih luas dan lebih terarah.

C. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan latar belakang, beberapa tujuan dan landasan

teori tersebut dapat disimpulkan sementara pendapatan mustahiq diduga

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah zakat yang

(48)

34

A. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banjarnegara

yang merupakan salah satu propinsi di Jawa Tengah, dimana di Kabupaten

Banjarnegara ini terdapat Badan amil zakat nasional yang dapat

membantu pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat

Kabupaten Banjarnegara melalui mekanisme pengumpulan dan

pendistribusian dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua data :

pertama, menggunakan data primer yang merupakan data yang

dikumpulkan oleh peneliti secara langsung. kedua, merupakan data

sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan berasal dari

literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, dimana

pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain. Data-data yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah data yang telah dipublikasikan di masyarakat

dan dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya. Sumber data berasal

(49)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

1999:55). Dalam penelitian ini semua populasi akan dijadikan target

sampel penelitian. Pengertian sampel sendiri adalah bagian dari populasi

yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Penelitian ini

menggunakan metode non-probabilitas dengan convenience sampling.

Artinya pengambilan sampel tidak harus proporsional terhadap

populasidan pemilihan sampel sesuai dengan preferensi peneliti.

Keunggulan dari metode ini adalah tidak memerlukan daftar populasi yang

panjang. Metode sampel inisesuai digunakan untuk penelitian eksploratif

(penelitian untuk mengembangkan pengetahuan atau dugaan yang sifatnya

masih baru) sebagai pendahuluan. Data yang akan dianalisis diperoleh dari

hasil survei lapangan.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sebanyak 80

responden/sampel. Perincian responden pada masing-masing alat analisis

yang digunakan sebagai berikut : pertama analisis regresi sederhana,

sebanyak 50 responden mustahiq BAZNAS kabupaten banjarnegara.

Kedua analisis skala Likert, sebanyak 30 responden muzakki BAZNAS

kabupaten Banjarnegara. Jumlah responden/sampel ini diharapkan dapat

(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini, diperoleh dengan

menggunakan teknik yaitu:

a) Studi pustaka, dengan cara mengkaji berbagai literatur (buku bacaan)

yang relevan dan sumber-sumber lain seperti, artikel, makalah-makalah,

dokumen-dokumen dan media cetak atau dengan mengakses internet yang

digunakan untuk penelitian ini agar memperoleh landasan teori yang

relevan.

b) Dokumentasi, dengan cara mengumpulkan arsip-arsip, data catatan dari

lembaga statistik laporan keuangan yang dimiliki oleh Badan Amil Zakat

(BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara, serta berbagai literatur baik buku,

jurnal maupun makalah atau badan resmi seperti Badan Pusat Statistik.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1) Zakat Yang Diterima Mustahiq

Yaitu jumlah uang yang di terima oleh mustahiq dari dana zakat yang di

distribusikan oleh Badan Amal Zakat Kabupaten Banjarnegara.

2) Pendapatan Mustahiq

Yaitu Pendapatan Mustahiq diluar dari pendapatan yang di terima dari

zakat, pendapatan mustahiq pada variabel ini di hitung sebelum Mustahiq

(51)

F. Metode analisis data

Di dalam penelitian ini digunakan analisis kuantitatif, analisis kuantitatif

dilakukan dengan menguraikan seluruh data maupun informasi yang

diolah dengan alat analisis yang digunakan.

Untuk itu dalam studi ini digunakan alat analisis sebagai berikut :

a) Menghitung Perkembangan/Pertumbuhan Pengelolaan Dana ZIS

Digunakan untuk mencari persentase perkembangan/pertumbuhan sebagai

pembanding dari tahun ke tahun. Mencari perkembangan BAZ/LAZIS

dengan melihat pertumbuhan cara pengumpulan dan pendistribusian dana

ZIS.

Dengan rumus sebagai berikut:

g

Keterangan :

g = (growth) (%)

i = pengumpulan dan pendistribusian

t = periode waktu

t-1 = tahun sebelumnya

b) Analisis Regresi sederhana

Digunakan untuk mengukur atau mengetahui pengaruh variabel

independen (x) dalam hal ini adalah pendapatan mustahiq terhadap

(52)

diterima. Dalam analisis regresi akan diperoleh, uji t test, uji f test,

persamaan dan determinasi. Uji koefisien regresi secara parsial (uji t test),

uji t secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen yang terdapat dalam persamaan secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu zakat yang diterima. Taraf

signifikansi yang digunakan adalah 5%. Kriteria penerimaan Ho atau

menolak Ha, jika nilai t signifikansi hasil perhitungan lebih kecil (<) dari

taraf signifikansi 0,05, maka menolak Ho dan menerima Ha (Mason,

1999).

Uji koefisien regresi (uji f test), digunakan untuk mengetahui apakah

variable independen berpengaruh terhadap jumlah dana zakat yang

diterima. Kriteria penerimaan Ho atau menolak Ha, jika nilai f signifikan

hasil perhitungan lebih kecil (<) dari taraf signifikan 0,05, maka menolak

Ho, jika f signifikansi lebih besar dari (>) tingkat signifikansi yang

digunakan maka menerima Ho (Mason,1999).

Pengujian koefisien determinasi (R2), pengujian koefisiensi determinasi

(R2) dilakukan untuk mengetahui tingginya derajat hubungan antara

semua variabel independen (x) terhadap variabel dependen (Y).

Kecocokan model akan baik apabila R2 semakin besar atau semakin

mendekati nilai satu, maka pengaruh dari kedua variabel akan semakin

besar.

(53)

Y = a + bx + e

Y = zakat yang diterima mustahiq

X= pendapatan mustahiq

a = konstanta

b = koefisien

e = standart eror

c) Analisis Skala Likert J.

Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

tentang objek atau fenomena tertentu.Untuk dapat mengukur maka

digunakan bantuan questioner untuk mempermudah dalam melakukan

survei. Skala Likert J. memiliki dua bentuk pernyataan yaitu: pernyataan

positifi dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2,

dan 1, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5.

Berikut merupakan contoh dari pernyataan: sangat puas/SP dengan nilai 5,

puas/P dengan nilai 4, cukup puas/CP dengan nilai 3, kurang puas/KP

dengan nilai 2, tidak puas/TP dengan nilai 1. Dengan demikian nantinya

dapat diketahui sejauh mana tingkat kepuasan para muzakki pada Badan

(54)

42

A. Aspek Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12’-7⁰31’ Lintang Selatan

dan 109⁰29’ -109⁰45’50” Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di

bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah

barat ke timur.Batas wilayah administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah

sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang

b. Sebelah Timur : Kab. Wonosobo

c. Sebelah Selatan : Kab. Kebumen

d. Sebelah Barat : Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas

Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki luas 1.070 Km2. Kabupaten

Banjarnegara terbagi dalam 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa dan 12

kelurahan, serta terbagi dalam 953 dusun, 5.150 Rukun Tetangga (RT) dan

1.312 Rukun Warga (RW).Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan

Banjarnegara dan Kalibening yang terealisasi pada tanggal 1 Juni 2004, yaitu

Kecamatan Pagedongan dan Kecamatan Pandanarum. Luas wilayah,

(55)

TABEL 4.1

Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas, dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara Tahun 2015 No Kecamatan

(56)

1. KONDISI FISIK WILAYAH

Kondisi fisik wilayah Kabupaten Banjarnegara dapt diliat dari aspek

bentukan alam dantopografi.

a. Bentukan Alam dan Topografi

Bila ditinjau dari bentuk tata alam dan penyebaran geografis, maka Kabupaten

Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu:

1. Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief

bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan Kalibening,

Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara, Banjarmangu dan

Punggelan;

2. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah

sungai Serayu yang subur mencakup sebagian wilayah Kecamatan

Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo

Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu;

3. Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan

bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara, Bawang,

Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan.

Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi,

meskipun kebanyakan berada pada ketinggian 100 m dpl karena letaknya

yang berada pada jalur pegunungan, yang sebagian besar berada pada

(57)

hanya seluas 9,82% saja. Adapun ketinggian topografi setiap daerah di

Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut :

1. Kurang dari 100 mdpl meliputi luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten

yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja,

Purwonegoro dan Bawang.

2. Antara 100-500 mdpl, meliputi luas 37,04 % luas wilayah Kabupaten

Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwonegoro,

Bawang, Banjarmangu, Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Punggelan dan

Madukara.

3. Antara 500-1.000 mdpl, meliputi luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten

Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Sigaluh dan sebagian

Banjarnegara.

4. Lebih dari 1.000 mdpl, meliputi luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten

Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening,

Pagentan, Pejawaran dan Batur.

2. KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Dalam merencanakan suatu daerah tidak dapat terlepas dari masalah

kependudukan yang ada di suatu wilayah. Kondisi kependudukan suatu

wilayah yang perlu diperhatikan meliputi laju pertumbuhan penduduk, tingkat

(58)

a. Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun di

Kabupaten Banjarnegara dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk

terbesar adalah pada tahun

2011 yaitu sebesar 0,79% dan pertumbuhan terkecil adalah pada tahun 2020

yaitu 0,54%. Jika dirinci tiap kecamatan dalam 5 tahun terakhir dan perkiraan

5 tahun yang akan dating , maka dapat diketahui bahwa rata-rata angka

pertumbuhan penduduk tertinggi adalah berada di Kecamatan Sigaluh yaitu

sebesar 1,24% dan pertumbuhan penduduk terendah adalah berada di

Kecamatan Purwanegara sebesar 0,24%. Untuk lebih lengkapnya jumlah dan

pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel

(59)

TABEL 4.2

Laju Pertumbuhan Penduduk

Menurut Kecamatan Kabuaten Banjarnegara

No Wilayah Laju pertumbuhan penduduk (persen) Rata-rata

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

(60)

b. Kepadatan Penduduk

Jumlah rumah kepadatan penduduk kabupaten banjarnegara sebesar 843

jiwa/Km2. Kemudia berdasarkan jumlah kepadatan penduduknya maka,

angka kepadatan penduduktertinggi adalah di Kecamatan Banjarnegara yaitu

sebesar 2.543 jiwa/Km2, dan angka kepadatan penduduk terendah adalah di

Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 345 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya

mengenai jumlah rumah tangga dan angka kepadatan penduduk diKabupaten

Banjarnegara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

TABEL 4.3

Banyaknya Desa/Kelurahan, Kepadatan

Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara Tahun 2015

No Kecamatan Kepadatan

1 Susukan 1018

2 Purwareja Klampok 1886

3 Mandiraja 1234

(61)

c. Struktur penduduk

Struktur penduduk menurut jenis kelamin, rasio jenis kelamin dan

kecamatan di kab.Banjarnegara.

TABEL 4.4

Penduduk Menurut Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara 2015

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis

Kelamin

Tahun2012 444837 442452 100,27

(62)

3. PENDIDIKAN

Fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara meliputi TK, SD, SMP,

SMA dan politeknik, Kondisi fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara

dapat didiskripsikan sebagai berikut:

a. Fasiilitas Pendidikan Umum

1. Fasilitas pendidikan playgroup dan taman kanak-kanak di Kabupaten

Banjarnegara pada tahun 2013 sebanyak 757 unit, yang tersebar di seluruh

wilayah kabupaten, Persebaran playgroup terbesar berada di Kecamatan Rakit

sebanyak 59 unit, kemudian Kecamatan susukan sebesar 52 unit,Sedangkan

fasilitas pkaygroup terkecil di kecamatan karangkobar dan pandanarum

sebanyak 19 unit,

2. Fasilitas SD baik negeri maupun swasta berjumlah 850 unit pada

Tahun 2013, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan punggelan 70 unit

dan terkecil pada Kecamatan Pandanarum 23 SD negeri,

3. Fasilitas SMP berjumlah 144 unit pada Tahun 2013, dengan

penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara (13 unit) dan terkecil pada

Kecamatan Pandanarum, batur dan sigaluh dengan (4 unit),

4. Fasilitas SMA dan SMK baik negeri maupun swasta di Kabupaten

Banjarnegara berjumlah 50 unitpada Tahun dengan penyebaran terbanyak di

kecamatan banjarnegara dengan 11 unit, disusul klampok dengan 7 unit

(63)

6. STIE Taman Siswa dan STIMIK Tunas Bangsa terdapat di Kecamatan

Banjarnegara

TABEL 4.5

Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Kab. Banjarnegara 2013

No Kecamatan PlayGroup

Gambar

TABEL 4.1 Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas, dan Penduduk
TABEL 4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
TABEL 4.3 Banyaknya Desa/Kelurahan, Kepadatan
TABEL 4.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dana zakat, infaq dan shadaqah menjadi potensi-potensi kepedulian yang harus dikelola seoptimal mungkin. Salah satu bentuk pengoptimalan tersebut adalah pendayagunaan dana

Pengelolaan Zakat profesi, Infaq, dan Shadaqah. Namun meskipun sudah ada undang-undang tentang zakat nomor 38 tahun 1999 yang mengatur Pengelolaan zakat tersebut, tapi

kinerja terhadap pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di

Dalam bab ini penulis juga menyantumkan subyek dan obyek penelitian, adapun subyeknya adalah tentang strategi penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah

Pengaruh Dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh ZIS terhadap Pertumbuhan Penerima Manfaat Dana ZIS melalui Pertumbuhan Jumlah Program Pemberdayaan Berdasarkan hasil analisis jalur dari

Model Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Al-Washliyah LAZWASHAL Menigkatkan kesadaraan untuk berzakat di tengah masyarakat serta mempermudah akses untuk melakukakan zakat, infaq

Dengan demikian telah terjadi peningkatan pada jumlah pengumpulan dana Zakat, Infaq, dan Sedekah ZIS yang dilakukan oleh Unit Pengumpulan Zakat UPZ Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS

Mubasirun, 2013:500 BAZNAS Kabupaten Mempawah mempunyai 5 lima program dalam penyaluran dana ZIS Zakat Infaq dan Shodaqoh, kelima program tersebut adalah Kemanusiaan, Kesehatan,