Analysis of Zakah, Infaq, and Shadaqah (ZIS) Funds in the BAZNAS, Banjarnegara Regency
SKRIPSI
Disusun Oleh:
TRI SOFYAN DESTIANA PUTRA 20120430268
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii Nomor Mahasiswa : 20120430268
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS): STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN BANJARNEGARA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 2 november 2016
iv
(Berlomba-lomba Dalam Kebaikan)
Kapanpun, dimanapun dan siapapun adalah guru, bukan karena mereka pintar,
tapi karena kebijaksanaan kita.
Bismillah, Semua Pasti Bisa
v
mas) tercinta yang telah memberikan segalanya untuku
Seluruh sahabatku
viii
“ANALISIS PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS): STUDI KASUS BAZNAS KABUPATEN BANJARNEGARA” dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis tujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat muslim kepada fitrah yang benar dan jalan yang di ridhoi-Nya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dana bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dengan terselesaikanya skripsi ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran, waktu dan tenaga serta bantuan moril maupun materiil khususnya kepada:
1. Dr. Nano Prawoto, SE.,MSi. selaku Dekan Fakultas Ekononmi Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi Ekoonomi Keuangan dan Perbankan Islam atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh studi.
3. Dr.H. Masyhudi Muqorrobin, M.Ec., Akt., selaku Pembimbing Skripsi yang senantiasa meluangkan waktunya dan memberikan saran kepada penulis hingga terselesaikanya skripsi ini.
4. Semua dosen jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan tulus ikhlas dari awal kuliah hingga terselesaikanya skripsi ini.
5. Kedua orang tuaku Sutar Karto Miharjo dan Sarmi Karto Miharjo yang selalu ada telah memberikan segalanya kepada penulis.
6. Kedua kakakku, Sohibun dan Nangimah dan seluruh keluarga besarku,
ix
Ahmad Faroby, Alin Lastianti, Arizka Dwi H, Tutut Lina W, Rini Selviana, Widiastuti S. Terimakasih sudah mau menjadi bagian dari cerita indahku, sukses selalu gengs, long last dan tetap seru buat kita semua.kalian terbaek gaess
9. Teruntuk sahabat terbaikku alumni Muallimin 2012 Bayu, Ndaru, Dimas, Biin, Paijo dan semua sahabat angkatan 86
10.Keluarga kecil di jogja Anggi Septiaga dan Diki Alfa yang selalu memberikan segalanya demi kelancaran penelitin ini
11.Sahabat IMM FE yang selalu memberikan dukungan, terima kasih atas pelajaran berharga dari kalian. Konsisten merah!
12.Seluruh kerabat mahasiswa Fakultas Ekonomi Khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi angkatan 2012
13.Keluarga bapak Supri yang telah memberikan fasilitas tempat tinggal selama penulis menyelesaikan studi.
14.Semua pihak yang tidak dapat disubutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat selama penulis menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu , kritik, saran dan pengembangan penelitian sangat diperlukan. Dan semoga karya kecil ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 1 April 2016
x
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... .. ii
xi
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36
F. Metode Analisis Data ... 37
a) Menghitung Perkembangan Pertumbuhan ... 37
b) Analisis Regresi ... 37
c) Analisis Skala Likert J ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Aspek Geografis dan Wilayah Administratif ……… .... 42
1. Kondisi Fisik Wilayah ………... .. 44
C. BAZNAS Kabupaten Banjarnegara ………. .. 72
xii
3. Uji Asumsi Klasik ………. .. 79
4. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ……… ... 83
5. Pembahasan ……… . 87
C. Kepuasan Muzakki Terhadap Kinerja BAZNAS ... 87
BAB VI Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan ………. . 95
1. Pertumbuhan Kinerja Pengelolaan Dana ZIS ………. ... 95
2. Pengaruh pendapatan mustahiq Terhadap zakat yang diterima ……… ... 95
3. Kepuasan Mustahiq Terhadap Kinerja BAZNAS …… ... 96
B. Saran ………... .. 96
xiii
Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kab Banjarnegara... 46
Tabel 4.3 Banyaknya Desa/Kelurahan, Kepadatan ... 48
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 49
Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Kab. Banjarnegara 51
Tabel 4.6 Pengeluaran per Kapita/bulan th 2009-2012 ... 53
Tabel 5.1 Koleksi Distribusi Dana ZIS di BAZNAS th 2011-2015 74
Tabel 5.2 Variabel Penelitian ... 78
Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas ... 80
Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81
Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 82
Tabel 5.6 Hasil Uji Auto Kolerasi ... 83
Tabel 5.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 84
Tabel 5.8 Hasil Uji Pengaruh Simultan ... 85
Tabel 5.9 Hasil Uji Pengaruh Parsial ... 86
vi
muzaki. Data yang digunakan adalah data primer dengan beberapa responden baik untuk mustahiq maupun muzakki dengan melakukan wawancara langsung kepada mereka, dengan model analisa tabel pertumbuhan, regresi linier berganda, dan skala Likert J.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pertumbuhan kinerja pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara masih kurang optimal. Pengelolaan dana ZIS yang baik adalah penghimpunan dana secara rutin pada muzakki dan pendistribusian dana secepat mungkin kepada mustahiq. (2) Hubungan antara pendapatan mustahiq terhadap zakat yang diterima memiliki pengaruh negative dan signifikan. dan (3) Tingkat Kepuasan muzakki pada kinerja pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara masih dianggap kurang memuaskan. Pengelolaan dana ZIS yang amanah dan professional memberikan kepuasaan kepada muzakki dari segi pelayanan.
vii
of the muzakki. Primary data are collected from both mustahiq or the recipients of the zakah and the muzakki, and analized using, growth model, multiple regression and Likert analys
The result of this study showed that : (1) Growth of zakah, infaq and sadaqah fund management in BAZNAS Banjarnegara Regency still not optimal. A good fund management of zakah, infaq and sadaqah is continuous collection fund from muzakki and fast distribution as found zakah, infaq and sadaqah fund to mustahiq; (2) income of mustahiq has the megative and significant effect to zakah of distribusion and (3) satisfication of the muzakki to BAZNAS in Banjarnegara Regency mostly is still not satisfied. Management of Zakah, Infaq and sadaqah fund based on the trusteeship and professionalism in their service, will effect satisfied level of muzakki
1 A. Latar Belakang
Sebagaimana yang tertulis pada sila ke-5 yaitu tentang keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat
untuk aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya
Kemakmuran dan Kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin
selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Secara garis besar dapat di artikan
bahwa tujuan sila ke-5 salah satunya adalah untuk Kemakmuran dan
Kesejahteraan masyarakat. Indonesia juga merupakan salah satu Negara
dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dimana dalam Agama Islam
mensejahterakan masyarakat adalah salah satu misi wajib yang harus
dilaksanakan, tapi pada kenyataanya memakmurkan dan mensejahterakan
masyarakat bahkan di Negara yang mayoritas muslim tidaklah gampang,
Begitu banyak cara yang harus dilakukan begitu banyak yang harus
dikorbankan, begitu pula dengan resiko yang dihadapi juga sangatlah besar.
Tidak ada sebuah negara yang sepenuhnya bisa mewujudkan negara yang
makmur dan sejahtera, karena selalu ada hambatan-hambatan yang datang.
Sebuah kemakmuran dan kesejahteraan tercipta jika antara pemerintah dan
Didukung pula dengan keinginan yang kuat, sistem manajerial yang
terstruktur, ditunjang dengan tenaga yang ahli serta profesional dan juga
yangtidak kalah penting yaitu kesediaaan dana untuk operasionalnya. Skema
sistem jujur dan adil ini sejak dahulu merupakan sistem yang diucapkan oleh
Islam. Islam tidak pernah mengajarkan sebuah kebatilan dalam bentuk
apapun. Tujuannya hanyalah agar umat di bumi ini menjadi rukun antar
sesama, makmur, dan sejahtera.
Namun dalam prakteknya menerapkan sifat jujur dan adil tidaklah
mudah, sering kita lihat dalam jajaran di pemerintahan contohnya, banyak
sekali kasus korupsi yang melanda Negara ini, disebabkan karena sifat rakus
atau merasa tak puas diri akan harta dan kekayaan yang dimiliki, seakan
menambah kesenjang antar si kaya dan si miskin.kaum miskin semakin tidak
bisa menutup kebutuhan hidupnya. Faktor penyebabnya banyak sekali, akibat
dari pemutusan hubungan kerja, tidak memiliki kemampuan ahli, sampai
dengan sifat manusia yang pemalas karena bergantung dari belas kasihan
orang lain. Fenomena ini merupakan sebuah penyakit bangsa, kaum miskin
akan menumpuk dan menjadi masalah yang besar bagi Negara khususnya bagi
Negara ini.
Kemiskinan adalah masalah kemanusiaan yang telah lama di
perbincangkan karena berbicara tentang kemakmuran dan upaya
penangananya. Dalam islam sebenarnya sudah di ajarkan cara penangananya
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta
pembangunan ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni
orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen
yaitu mengentaskan kemiskinan. Peran zakat sebagai satu bagian dari rukun
Islam merupakan salah satu pilar dalam membangun perekonomian umat.
Di Negara ini sebenarnya juga sudah banyak di buat
peraturan-peraturan menangani masalah kemiskinan, yang tentunya mengadopsi atau
memakai sistem zakat yang telah di ajarkan dalam islam. Dalam zakat
terdapat skema sistem yang jujur dan adil, selain itu zakat tidak hanya
merupakan sebuah ibadah ritual saja, tetapi mencakup juga dimensi sosial,
ekonomi, keadilan, dan kesejahteraan. Keberadaan zakat tidak bisa dipisahkan
dengan instrumen infaq dan shadaqah, karena infaq dan shadaqah juga
berperan penting dalam membantu dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Beberapa tujuan zakat salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar
sang mustahiq, Kenyataan adanya stratifikasi sosial, dimana ada orang-orang
yang berkecukupan dan juga ada kelompok masyarakat yang penuh dengan
keterbatasan, bahkan untuk mencukupi kebutuhan pokok saja terasa amat
sulit. Padahal kebahagiaan yang didambakan setiap orang itu, menurut Nabi
Saw.:”Ada empat tanda kebahagiaan bagi manusia : Isteri yang shalihah,
rumah yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang bagus”. (HR.Ibnu
Hibban). Dalam kenyataannya, jangankan kebahagiaan, tidak sedikit yang
sandang (pakaian), pangan (makanan pokok) dan papan (tempat tinggal yang
memenuhi standar dasar dan minimal. Zakat dapat menjadi sarana untuk
mengatasi kebutuhan dasar tersebut.
Di Indonesia sebenarnya banyak Badan ataupun amil zakat, infaq, dan
shadaqah (BAZ/LAZIS) yang sudah di dukung dengan tenaga professional,
banyak juga masyarakat yang sudah menyalurkan dana mereka kepada Badan
ataupun Lembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS)
seperti LAZISMU, BAZNAS, DOMPET DUAFA dan lain-lain, Akan tetapi
hal ini semacam sia-sia karena Badan ataupun Lembaga-lembaga amil zakat,
infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS) dinilai kurang tepat dalam pendistribusian
dana yang telah di sumbangkan, selain itu ada juga Badan ataupun
Lembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS) yang menyalurkan
dana ke mustahiq hanya bersifat konsumtif, tentu dengan cara semacam ini
masalah besar tentang mengatasi kemiskinan dan memberikan kesejahteraan
umat belum bisa teratasi. Harus dengan pengelolaan yang efektif sehingga
masalah yang besar tadi bisa diselesaikan.Apalagi melihat keadaan Badan
ataupunLembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah (BAZ/LAZIS)
yang ada di daerah-daerah yang dirasa masih kurang efektif dalam
menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan kesejahteraan umat.
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja
pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah yang terdapat di Kabupaten
Badan ataupun lembaga-lembaga amil zakat, infaq, dan shadaqah yang
terdapat di Kabupaten Banjarnegara. Analisis evaluasi kinerja ini akan di
lakukan menggunakan analis kuantitatif dan pendekatan indikator rasiorasio
pengelolaan dana yang digunakan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
akan mengambil judul dalam penulisan tugas akhir ini dengan judul:
“Analisis Pengelolaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS) : Studi Kasus
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara”.
B. Batasan Masalah Penelitian
Penulis hanya membatasi pada Analisis Pengelolaan Dana Zakat,
Infak, dan Shadaqah (ZIS) : Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara dengan melihat pertumbuhan kinerja
pengumpulan dana ZIS dan pengaruh pendistribusiannya dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat serta tingkat kepuasan muzaki terhadap kinerja
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.Bagaimana perkembangan pertumbuhan pengelolaan ZIS di Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara?
2.Bagaimana pengaruh pendapatan mustahiq terhadap zakat yang diterima
mustahiq dalam upaya mensejahterakan masyarakat?
3.Bagaimana tingkat kepuasan muzaki terhadap kinerja pengelolaan dana ZIS
pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan kinerja pengelolaandana
ZIS pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten
Banjarnegara.
2. Untuk menjelaskan pengaruh pendapatan mustahiq terhadap jumlah dana
ZIS yang diterima dalam upaya mensejahterakan masyarakat.
3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan muzaki pada kinerja BAZNAS
E. Manfaat Penelitian
Kontribusi yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini antara lain:
1. Bagi Penulis dan para pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dengan mengimplementasikan teori yang ada dan realitas
yangterjadi, khususnya mengenai pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah
(ZIS).
2. Bagi institusi terkait (BAZ/LAZIS), diharapkan penelitian ini bisa
menjadibahan pertimbangan dan masukan dalam meningkatkan kinerja
operasionaldan menentukan langkah-langkah terbaik selanjutnya demi
pertumbuhan danperkembangan (BAZ/LAZIS) di Indonesia pada masa
yang akan datang.
3. Dapat dijadikan bahan rujukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya
yang mengangkat permasalahan yang sama.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman isi penelitian ini, maka penulis menyajikan
sistematika pembahasannya menjadi beberapa bab.
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas uraian latar belakang atau
dasar pemilihan pokok bahasan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
dari penelitian, dan manfaat dari penelitian ini.
Bab II akan dipaparkan landasan teori yang akan dijadikan dasar dalam
pengertian, sejarah, jenis-jenis, hukum, manfaat,dan pembagian golongan.
Selain itu, pada bab ini dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang
menjadi rujukan untuk melanjutkan penelitian serta hipotesis.
Bab III dijelaskan metode penelitian yang digunakan meliputi objek
penelitian, jenis data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,
definisi operasional pengelolaan, variabel penelitian, dan alat analisis yang
digunakan untuk menganalisis data.
Bab IV menjelaskan gambaran umum obyek penelitian yang meliputi: aspek
Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Banjarnegara, pengelolaan
zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Bab V berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian mengenai analisis
perkembangan pertumbuhan kinerja pengelolaan dana ZIS, pengaruh zakat
yang diterima terhadap pendapatan mustahiq, dan tingkat kepuasan muzaki
kepada BAZNAS Kabupaten Banjarnegara.
Bab VI yang merupakan akhir dari penulisan akan ditarik kesimpulan serta
saran atas topik yang dibahas berdasarkan pada pembahasan bab-bab
9
1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa, berarti nama’ = kesuburan, thaharah =
kesucian, barakah keberkatan yang berarti juga tazkiyah, tathhier =
mensucikan. Syara’ memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama, dengan zakat,diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala.
Karenanya dinamakanlah “harta yang dikeluarkan itu” dengan zakat. Kedua, zakat itu merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa.
Kata zakat dipakai untuk dua arti: subur dan suci. Dalam Al Qur’an
disebutkan secara ma’rifah sebanyak 300 kali, 8 kalidiantaranya terdapat
dalam surat Makiyah, dan selainnya terdapat dalam surat-surat
Madaniyah. Definisi Zakat menurut fiqih berarti sejumlah harta tertentu
dengan sifat-sifat tertentu yang wajib diserahkan kepada golongan tertentu
(mustahiqqin). Zakat adalah hak harta yang wajib dibayarkan dan syari'at
Islamtelah mengkhususkan harta yang wajib dikeluarkan serta kelompok
orang yang berhak menerima zakat, juga menjelaskan secara jelas tentang
waktu yang tepat untuk mengeluarkan kewajiban zakat. Sedangkan
menurut terminologi syari'ah (istilah syara'), zakat berarti kewajiban atas
dalam waktu tertentu. Seorang yang membayar zakat karena keimanannya
niscaya akan memperoleh kebaikan yang banyak. (Abdul Hamid
Mahmud. 2006.)
b. Zakat dalam Islam
Di dalam Al-Qur’an telah di tegaskan bahwa zakat telah disyari’atkan kepada umat Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Di dalam Islam,
zakat baru disyari’atkan pada tahun ke dua Hijriyah, meskipun di dalam ayat-ayat Makkiyah zakat banyak disinggungkan secara garis besar.
Sesudah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah, zakat baru
disyari’atkan secara terperinci. Diatur macam-macam harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya, batas-batas kekayaan yang dikenai wajib zakat yang
disebut nishab, kadar-kadar zakat yang wajib dibayarkan, dan cara
pembagian zakat. Ketika Nabi Muhammad SAW masih tinggal di
Makkah, tahun pertama setelah beliau hijrah. Kewajiban yang
menyangkut harta kekayaan kaum muslimin adalah kewajiban shadaqah
yang belum ditentukan batas-batasnya seperti yang telah ditentukan dalam
zakat.Shadaqah diperuntukkan bagi fakir miskin, anak-anak yatim dan
orang-orang yang memerlukan bantuan, atas dasar kerelaan hati pemberi
shadaqah. Bagi kaum yang memiliki harta dan kekayaan yang lebih
dianjurkan untuk membagikan sebagian harta yang dimiliki kepada para
Al-Lail ayat 5 dan 6 yang berbunyi bahwa, orang-orang yang memberikan
sebagian hartanya dan bertakwa kepada Allah SWT akan mendapatkan
pahala yang terbaik. Bersadaqah juga merupakan salah satu bentuk ibadah
umat Islam kepada Tuhannya, dengan semata-mata bertakwa kepada Allah
SWT. Bagi mereka yang kikir atau tidak membagi hartanya maka mereka
tergolong orang yang mendustakan Allah SWT, karena harta bukan
merupakan kunci untuk mendapatkan ketakwaan. Harta hanyalah alat
yang diberikan oleh Allah SWT untuk manusia gunakan sebagai
pemenuhan atas kebutuhan manusia setiap saat. Sifat harta yang dapat
memberikan apapun kebutuhan yang kita inginkan membuat manusia
buta, karena sesungguhnya harta itu hanyalah merupakan titipan dari
Allah SWT yang sewaktu-waktu dapat diambil dari kita. Hanya
orang-orang yang beriman saja yang tidak tergoda oleh silaunya harta, karena
memiliki iman ketakwaaan yang kuat kepada Allah SWT.Setelah zakat
disyari’atkan secara terperinci pada tahun ke dua hijriyah, pelaksanaannya
masih mengandalkan kesadaraan para wajib zakat. Petugas penghimpun
zakat juga belum ditentukan, baru diadakan pada tahun ke sembilan
hijriyah, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW mengutus para petugasnya
ke daerah-daerah pedalaman Jazirah Arab, termasuk Yaman. (Abdul
c. Kedudukan zakat
Zakat dalam syari’at Islam adalah hak fakir miskin dan muzakki
lainnya sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Taubah ayat 60, yang melekat pada harta kekayaan orang-orang kaya. Membayarkan
zakat adalah kewajiban atas si kaya untuk diberikan kepada yang berhak,
bukan merupakan limpahan kebaikan hati para wajib zakat terhadap fakir
miskin dan muzakki lainnya yang berhak atas zakat. Penegasan Al-Qur’an
bahwa zakat adalah hak fakir miskin dan muzakki lainnya yang melekat
pada harta kekayaan orang-orangkaya, mengandung konsekwensi bahwa
jika para wajib zakat tidak menunaikan pembayaran zakat, berarti mereka
telah merampas hak fakir miskin dan muzakki lainnya.Guna menjamin
terpenuhinya hak fakir miskin Islam memberi wewenang kepada penguasa
untuk menangani pemungutan dan pembagian zakat. Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi
Muhammad SAW agar memungut zakat bagi para wajib zakat. Perintah
untuk memungut zakat tersebut dalam kedudukan Nabi sebagai kepala
negara atau kepala pemerintahan.Jika terjadi pembangkangan dari para
wajib zakat, penguasa memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan
dengan tindak kekerasan. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar
pernah terjadi pembangkangan yang akhirnya oleh Khalifah dilakukan
sebagai salah satu kara kterborang beriman, pemurah, baik, dan takwa.
Sebaliknya, zakat menjadikan sika penggan membayarkannya sebagai
salah satu ciri orang musyrik dan munafik.Membayarkan zakat adalah
bukti keimanan dan ketulusan, seperti dinyatakan oleh sebuah hadist
shahih : “Zakat adalah sebuah keimanan”. Di samping itu, zakat juga
merupakan garis pemisah antara muslim dan kafir, iman dan nifak,
sertatakwa dan durhaka. Tanpa membayarkan zakat seseorang tidak dapat
dianggap masuk ke dalam kelompok orang yang beriman, untuk mereka
yang taat AllahSWT telah tuliskan kemenangan, menjamin masuk surga
firdaus, serta takwa bahkan bagi mereka yang durhaka kepada Allah SWT
telah disediakan tempatyang tepat. Islam mengancam bagi mereka yang
enggan mengeluarkan zakat dengan hukuman yang berat di dunia maupun
di akhirat. Selain itu juga mengancam mereka yang menumpuk emas dan
perak tanpa mau mengeluarkan hak Allah SWT. Tanpa membayar zakat,
seseorang menjadi musyrik. (Abdul Hamid Mahmud. 2006.)
d. Hikmah zakat
1) Mengkikis sifat kikir dan melatih seseorang untuk memiliki sifat
dermawan, yang dapat mengantarkan menjadi orang yang mensyukuri
nikmat dari Allah SWT, untuk mensucikan harta dan dirinya.
2) Menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi pemberi dan penerima
masyarakat. Terjadinya kesenjangan sosial dapat menimbulkan
ketegangan, kecemasan, dan permusuhan dalam masyarakat, yang
menyebabkan keresahan bagi pemilik harta.
3) Menjadi dorongan untuk terus mengembangkan harta benda, baik dari
segi mental spiritual maupun dari segi ekonomi psikologi.
4) Menciptakan dan memelihara persatuan, persaudaraan sesama umat
manusia dan menumbuhkan solidaritas sosial secara nyata dan
berkesinambungan.
5) Pilar amal jama'i antara aghniya dengan para mujahid serta da'i yang
berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
6) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
7) Untuk pengembangan potensi umat.
8) Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam.
9) Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
umat. (Abdul Hamid Mahmud. 2006.)
e. Ciri-ciri zakat
1) Zakat merupakan sebuah pungutan yang dikenakan kepada sebagian
dari harta pokok (harta produktif) dan keuntungannya.
2) Zakat dalam Islam anti memanipulasi harta kekayaan, dan sekaligus
mendorong untuk mengembangkannya. Tujuannya memiliki arti social
membawakan manfaat bagi masyarakat, secara langsung maupun tidak
langsung. Masyarakat akan menikmati hasil perputaran harta itu dari
segala segi.
3) Zakat lebih cenderung merupakan pajak lokal. Jika terdapat kelebihan
danazakat ketika semua muzakki telah mendapatkan haknya, maka dana
zakattersebut bisa digunakan kepada baitul mal yang terdapat di daerah
lain yang nantinya juga akan dibagikan kepada muzakki di daerah
tersebut.
4) Zakat adalah kewajiban agama, yang telah ditentukan oleh Allah SWT
dan Rasulnya maka umat Islam wajib menaatinya. Perkembangan
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat dilakukan dengan jalan ijtihad, dengan menggunakan akal pikiran yang sejalan dengan jiwa
ajaran Al-Qur’andan sunah Rasul. (Abdul Hamid Mahmud. 2006.)
f. Dasar hukum zakat
Ada beberapa ayat dalam Alquran yang menjadi dasar kewajiban untuk
menunaikan zakat.
1. QS. al-Taubah ayat 103
“Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan diri dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang
-orang yang ruku”. 3. QS.al-Hajj ayat 78.
“Maka dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakatdan berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah yang Dia merupakan Wali bagi kamu’.
4. QS. Ali 'Imran ayat 180.
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.(Abdul Hamid Mahmud. 2006.)
g. Prinsip-prinsip zakat
1. Prinsip keyakinan keagamaan, yaitu bahwa orang yang membayar zakat
merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya.
2. Prinsip pemerataan dan keadilan merupakan tujuan sosial zakat, yaitu
membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada
manusia.
3. Prinsip produktivitas, yaitu menekankan bahwa zakat memang harus
dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah
lewat jangka waktu tertentu.
4. Prinsip nalar, yaitu sangat rasional bahwa zakat harta yang
menghasilkan itu harus dikeluarkan.
5. Prinsip kebebasan, yaitu bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang
6. Prinsip etika dan kewajaran, yaitu zakat tidak dipungut secara
semena-mena, tapi melalui aturan yang disyariatkan. (Hikmat Kurnia dan A.
Hidayat. 2008.)
h. Tujuan zakat
1. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.
2. Mengangkat derajat fakir miskin.
3. Membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil, dan
mustahiq lainnya.
4. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam
dan manusia pada umumnya.
5. Menghilangkan sifat kikir dan dan loba para pemilik harta.
6. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati
orang-orang miskin.
7. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam
masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara keduanya.
8. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama bagi yang memiliki harta.
9. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain padanya.
10. Zakat merupakan manifestasi syukur atas Nikmat Allah.
11. Berakhlak dengan akhlak Allah.
13. Mengembangkan kekayaan batin.
14. Mengembangkan dan memberkahkan harta.
15. Membebaskan si penerima (mustahiq) dari kebutuhan, sehingga dapat
merasa hidup tenteram dan dapat meningkatkan kekhusyukan beribadat
kepada Allah SWT.
16. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
17. Tujuan yang meliputi bidang moral, sosial, dan ekonomi.
Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si
kaya. Dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan
kemiskinan dari masyarakat. Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah
penumpukan kekayaan di tangan sebagian kecil manusia dan merupakan
sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.
(Faridah Prihartini. 2005)
i. Jenis dan sumber zakat
Zakat secara garis besar dibagi dua, yaitu:
a. Zakat fitrah (badan) yang semata-mata merupakan pembersihan jiwa.
b. Zakat harta (maal).
Zakat nafs (jiwa) disebut zakat fitrah merupakan zakat untuk
menyucikan diri. Zakat fitrah dikeluarkan dan disalurkan kepada yang
berhak pada bulan Ramadhan sebelum tanggal 1 Syawal (hari raya Idul
daerah yang ditempati, maupun berupa uang yang nilainya sebanding
dengan ukuran/harga bahan pangan atau makanan pokok tersebut.
Zakat fitrah ialah zakat yang wajib disebabkan berbuka dari puasa
Ramadhan. Hukumnya wajib bagi setiap muslim, baik kecil atau dewasa,
laki-laki dan wanita, budak atau merdeka. Zakat fitrah itu wajib atas setiap
muslim yang memiliki kelebihan makanan selama satu hari satu malam
sebanyak satu sha’ (1 sha’ untuk ukuran Indonesia kira-kira 3,5 liter) dari
makanannya bersama keluarganya.
Berikut ini ada beberapa waktu dan hukum membayar zakat fitrah:
1. Waktu yang diperbolehkan, yaitu awal Ramadhan sampai hari
penghabisan Ramadhan.
2. Waktu wajib, yaitu dari terbenam matahari penghabisan Ramadhan.
3. Waktu yang lebih baik (sunat, yaitu dibayar sesudah salat subuh
sebelum pergi salat hari raya.
4. Waktu haram, yaitu zakat fitrah dibayar sesudah terbenam matahari
pada hari raya itu. (Agustianto. 2002.)
Zakat maal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan
harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Menurut
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah bahwa zakat harta itu terbagi dalam empat
kualifikasi. Kualifikasi pertama terdiri dari tanam-tanaman dan
terdiri emas dan perak. Kualifikasi keempat terdiri dari harta perdagangan.
Sedangkan rikaz (harta temuan) sifatnya insidental atau sewaktu-waktu.
Berdasarkan sumber-sumber zakat yang didapat, maka ada beberapa
jenis sumber harta yang dapat dijadikan jenis-jenis zakat. Beberapa
sumber tersebut antara lain berupa:
1. Zakat profesi
2. Zakat perusahaan
3. Zakat surat-surat berharga
4. Zakat perdagangan mata uang
5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan
6. Zakat madu dan produk hewani
7. Zakat investasi properti
8. Zakat asuransi syariah
9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias dan
sektor lainnya yang sejenis
10. Zakat sektor rumah tangga modern
Ketentuan tentang sumber harta yang dapat dijadikan objek zakat di
atas merupakan hasil perkembangan dari perekonomian Islam yang cukup
baik di berbagai sektor.Sektor industri merupakan sektor yang terus
mengalami peningkatan dalam memberikan sumbangan kepada
yang cukup penting sebagai sumber zakat. (Didin Hafidhuddin, Op.Cit.,
hlm. 93-121)
j. Golongan yang dibebani kewjiban zakat
1. Mampu
2. Baligh
3. Mencapai nishab
4. Mu’allaf
k. Golongan Yang berhak menerima zakat
1. Fakir
2. Miskin
3. Pengurus zakat
4. Muakhlaf yang di bujuk hatinya
5. Budak atau orang yang belum merdeka
6. Orang-orang yang berhutang
7. Orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)
2. Infaq
Pengertian Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk dipergunakan kepentingan orang banyak. Dalam
pengertian ini, termsuk juga infaq yang dikeluarkan oleh orang-orang kafir
untuk kepentingan agamanya.menurut Istilah, Pengertian infaq adalah
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk satu kepentingan
yang diperintahkan ajaran islam. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang
beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia
dalam kondisi lapang maupun sempit. infaq dapat diberikan kepada siapa
saja, misalnya kedua orang tua, anak yatim dan lain sebagainya.
Pengertian Infaq Menurut Al Jurjani (Al jurjani, tt : 39) adalah
penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan manusia.Dengan demikian,
infaq memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan zakat. Dalam
kategorisasinya, Infaq dapat diumpamakan dengan “alat-alat transportasi
umum”, hal ini mencakup pesawat, mobil, kereta api, bus, kapal dan lain
sebagainya. Sedangkan Zakat diumpamakan dengan “mobil”, sebagai
salah satu alat transportasi .Maka hibah, waqaf, wasiat, nazar (untuk
membelanjakan harta), pemberian nafkah kepada keluarga, pemberian
hadiah, kaffarah (berupa harta) karena melanggar sumpah, membunuh
dengan sengaja, melakukan zihar dan ijma disiang hari pada bulan
Ramadhan adalah termasuk infaq. Bahkan zakat juga termasuk salah satu
Dari kategori diatas merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan,
baik kebutuhan pihak pemberi mapun pihak penerima. Dengan kata lain,
Pengertian infaq adalah kegiatan penggunaan harta secara konsumtif
“yakni pembelanjaan atau pengeluaran harta untuk memenuhi kebutuhan”
bukan secara produktif, penggunaan harta untuk dikembangkan dan
diputar lebih lanjut secara ekonomis.
Membayar zakat dan shadaqah juga disebut infaq, karena sama-sama
menyisihkan atau membersihkan harta di jalan Allah SWT semata-mata
karena beribadah kepada Tuhan.Telah menjadi kebiasaan dalam
masyarakat Indonesia bahwa infaq mempunyai konotasi lebih tertuju pada
sedekah sunah yang diberikan untuk kegiatan agama. Misalnya
membangun rumah ibadah (masjid, langgar, mushalla), mendirikan rumah
sakit Islam, mendirikan madrasah-madrasah, pantipanti,dan
sekolah-sekolah baik yang dikelola oleh perorangan maupun lembaga keagamaan.
Berinfaq bukan berarti membelanjakan maupun menggunakan harta
dengan sesuka hati, namun ada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Islam baik diwaktu hidup dan sesudah mati.Diwaktu hidup, seperti
hibah, hadiah, dan sedekah, adakalanya ketika mati berbentuk seperti
wasiat. Islam telah menetapkan ketentuan penggunaan harta ini, sehingga
melarang individu untuk menghadiahkan, menghibahkan, atau untuk
menafkahkannya, kecuali apa yang tidak diperlukan oleh orang yang
Yusuf Qardawi dalam bukunya (Kiat Islam Berpendapat 1995)
berpendapat, dengan membagi sasaran dalam membelanjakan harta
menjadi dua kelompok yaitu :
a) Untuk tujuan fisabillillah, dengan beberapa variasi :
1. Dalam bentuk perintah dan peringatan seperti terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 195 Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk
membelanjakan harta yang kita miliki dengan sebaik-baiknya jangan
berboros-boros, kita diharapkan untuk berperilaku hemat. Selain itu juga
Allah SWT menganjurkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada
sesame dengan membagikan sebagian hartanya kepada mereka yang
membutuhkan.
2. Dalam bentuk ingkar dan anjuran seperti terdapat dalam Al-Qur’an
surah Al-Hadid ayat 10 Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang
kikir, orang-orang yang tidak membagi sebagian hartanya kepada umat
yang membutuhkan. Allah SWT selalu mengetahui setiap tindakan yang
dilakukan oleh umatnya, dan bagi mereka yang ingkar akan disiapkan
balasan yang setimpal dengan amal perbuatan yang dilakukannya.
3. Dalam bentuk ganjaran mulia sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261 bagi mereka yang memberikan sebagian
hartanya kepada umat yang membutuhkan dengan ikhlas hati dan
semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka Allah SWT akan melipat
hanya sebutir padi maka Allah SWT akan melipat gandakannya. Karena
Allah SWT maha mengetahui, lagi maha melihat.
4. Dalam bentuk ancaman keras sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 34 harta yang ditimbun dan tidak dimanfaatkan,
apalagi tidak dinafkahkan. Maka ganjaran yang diterima oleh orang
tersebut adalah siksa yang pedih dari Allah SWT. Inilah ganjaran bagi
orang-orang yang kikir dan tidak mau membagikan sebagian hartanya.
b) Untuk diri dan keluarga, yaitu larangan bagi seorang muslim yang tidak
memperbolehkan atau mengharamkan harta halal dan harta yang baik
untuk diri dan keluarganya, padahal dia mampu untuk mendapatkannnya.
Ayat-ayat yang menjelaskan tentang jumlah nafkah yang wajib untuk
dibelanjakan (di infaq-kan) terdapat pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah
ayat 215 yang artinya :
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibubapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orangorang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.”
Faedah dari berinfaq adalah akan didoakan oleh malaikat setiap hari
sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
3. Sedekah
Sedekah adalah pemberian sesuatu dari seorang muslim kepada yang
berhak yang menerimanya secara ikhlas dan sukarela tanpa dibatasi oleh
waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridha Allah dan pahala
semata Menurut al-jurjani, seorang pakar bahsa arab dan pengarang buku
at-ta’rifat,mengartikan sedekah sebagai pemberian seseorang secara ikhlas kepada yang berhak menerimanya yang diiringi oleh pemberian pahala
dari Allah SWT. Bedasarkan pengertian ini , maka infak adalah
(pemberian atau sumbangan) harta untuk kebaikan termasuk dalam
kategori sedekah.
Ulama fiqih sepakat bahwa sedekah merupakan salah satu perbuatan
yang disyariatkan dan hukumnya adalah sunnah. Kesepakatan mereka itu
di dasarkan kepada firman Allah di dalam surat Al-Baqarah ayat 280 yang
artinya:
“ dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”Selain itu juga bedasarkan hadist, “bersekahlah walaupun dengan sebutir kurma, karena
hal itu dapat menutupi dari kelaparan dan dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Ibnu Al-Mubarak)
Sedekah dalam konsep islam mempunyai arti yang luas, tidak hanya
terbatas pada pemberian sesuatu yang bersifat materiil kepada orang-orang
miskin, tetapi lebih dari itu, sedekah mencakup semua perbuatan
dalam ajaran islam dapat dilihat pada beberapa hadist Nabi Muhammad
SAW sebagai berikut, “hendaklah setiap muslim bersedekah.” Para
sahabat bertanya, wahai rasul, bagaimana orang-orang yang tidak meiliki
sesuatu bisa bersedekah?“ RasulAllah SAW menjawab :
“hendaklah ia berusaha dengan tenaganya hingga ia memperoleh
keuntungan bagi dirinya0, lalu ia bersedekah (dengannya).” Mereka
bertanya lagi, “jika ia tidak memperoleh sesuatu?” jawab rasulluah SAW, “hendaklah ia menolong orang yang terdesak oleh kebutuhan dan
mengharapkan bantuannya.” Mereka bertanya lagi, “ dan jika hal itu juga tidak dapat dilaksanakan?” rasulullah SAW bersabda,” hendaklah
ia melakukan kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, karena hal itu semacam sedekahnya.” (HR Ahmad bin Hambal)
Selain hadist di atas, ada pula hadist lain yang menjelaskan mengenai
jenis-jenis sedekah, hadist tersebut juga diriwayatkan oleh Ahmad bin
Hambal.
“ setiap diri dianjurkan bersedekah setiap hari, sedekah itu banyak bentuknya. Mendamaikan dua orang yang bermusuhan dengan cara adil adalah sedekah. Menolong seseorang untuk menaiki binatang tungganganya adalah sedekah. Menyingkirkan rintangan dari jalan adalah sedekah dan setiap langkah yang dilangkahkan seseorang untuk
megajarkan solat adalah sedekah.”
Dari beberapa hadist di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bersedekah
itu bisa berupa:
1. Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang miskin
2. Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan
3. Berlaku adil dalam mendamaikan orang yang bersengketa
4. Membantu seseorang yang akan menaiki kendaraan yang akan
5. Menyingkirkan rintangan-rintangan dari tengah jalan , seperti duri,
batu, kayu dan lain-lain yang dapat mengganggu kelancaran orang
yang berlalu lintas
6. Melangkahkan kaki ke jalan Allah
7. Mengucapkan atau membaca dzikir kepada Allah
8. Menyuruh orang berbuat baik dan mencegah kemungkaran
9. Membimbing orang yang buta, tuli, bisu serta menunjuki orang yang
meminta petunjuk tentang sesuatu seperti tentang alamat rumah dan
lain-lain
10.Memberi senyuman kepada orang lain
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra, Raslullah SAW bersabda, “ apabila sedekah telah keluar dari tangan pemiliknya, maka ia jatuh
pada kekuasaan Allah sebelum sedekah itu sampai pada tangan orang
yang meminta atau yang di beri, lalu sedekah itu berbicara dengan
lima kalimat itu, yaitu:
1. Pada mulnya aku kecil, maka engkau besarkan aku
2. Aku ini sedikit, maka engkau menjadikan aku banyak
3. Aku asalnya adalah musuhmu, maka engkau menjadikan aku
kekasihmu
4. Pada awlanya aku cepat musnah, maka engkau menjadikan aku kekal
5. Pada mulanya engkau menjagaku, maka sekarang akulah yang
B. Penelitian Terdahulu
1. Mawardi, 2005. penelitiannya yang berjudul “Strategi efektifitas peran
lembaga zakat di Indonesia”, mendeskripsikan tentang persoalan kebijakan pemerintahan strategi efektifitas peran lembaga zakat di
Indonesia. Strategi efektifitas peran badan atau lembaga zakat di
Indonesia tidak terlepas dari perannya sebagai pengumpul zakat,
mendayagunakan dan mendistribusikannya secara profesional, dari
keseluruhan unsur yang ada, baik pemerintah yang memberikan
perlindungan dan keamanan bagi para muzakki, mustahik danamil
zakat, juga bagi para pengelola yang terpisah-pisah secara
kelembagaan(berbentuk badan atau lembaga) mampu bekerja sama
diantara mereka denganpara pengawas. Tidak ada kata kemandirian
dan keberhasilan dalam mengurushal yang besar seperti kepentingan
sosial masyarakat, jika tidak dilakukan dengan adanya kerjasama dan
seringnya mengadakan sharing, agar wawasannya dapat terus maju dan
berkembang, terlebih lagi di Indonesia yang berpenduduk muslim
terbanyak di dunia, merupakan modal besar memberdayakan zakat
yang menjadi kewajiban dalam menunaikannya. Hanyatinggal
diberikan pengetahuan yang memadai kepada para calon muzakki
untuk memberikan kelebihan hartanya yang masuk kedalam harta
menjadimustahik. Dan yang tidak kalah pentingnya ialah badan atau
lembaga zakat(amil) harus terpercaya.
2. Pada penelitiannya Wara Komaria. 2010. yang berjudul pengelolaan
dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) pada Lembaga Kantor Zakat
LPUQ dan Badan Amil Zakat (BAZ) memilik hasil Kinerja
pengelolaan dana ZIS pada BAZ Kabupaten Jombang masih kurang
optimal. Terlihat dari segi pendistribusian dana ZIS yang tidakn
sebanding dengan jumlah dana ZIS yang terkumpul dan Kinerja
pengelolaan dana ZIS pada Kantor Zakat LP-UQ sangat amanah dan
profesional. Banyak donatur yang mempercayai kinerja pengelolaan
Kantor Zakat LP-UQ. Dana ZIS yang terkumpul segera didistribusikan
kepada yang membutuhkan. Sedangkan dana zakat yang terdistribusi
tidak mempengaruhi pendapatan mustahiq. Karena dana ZIS yang
disalurkan dapat dikatakan masih jauh dari jumlah dana yang
diharapkan bisa membantu terpenuhinya kebutuhan mustahiq. Dan
untuk tingkat kepuasan Dari 20 responden muzakki menunjukkan
sebagian besar responden yaitu sebanyak 46% menyatakan kinerja
pengelolaan ZIS pada BAZ Kabupaten Jombang kurang memuaskan.
Dikarenakan kinerja pengelolaan dana ZIS yang kurang optimal.
Sedangkan pada Kantor Zakat LP-UQ Kabupaten Jombang 41%
Kabupaten Jombang sangat memuaskan. Dikarenakan kinerja
pengelolaan dana ZIS pada Kantor Zakat LP-UQ sangat amanah dan
profesional.
3. Dalam penelitian yang dilakukan Siti Maesaroh pada tahun 2014
dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Mustahik Melalui Zakat, Infaq , Shodaqoh (Studi pada Lembaga Amil
Zakat, Infaq & Shodaqoh Sabilillah Kota Malang) memiliki hasil
secara simultan variabel-variabel independen yang terdiri dari, bantuan
ZIS untuk pendidikan, lama menerima, jumlah anggota keluarga dan
umur kepala keluarga berpengaruh terhadap variabel dependen
pendapatan rumah tangga yang menerima bantuan ZIS Namun secara
parsial, hanya tiga variabel yaitu bantuan ZIS untuk pendidikan,
jumlah anggota keluarga dan umur kepala keluarga, berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan rumah tangga yang menerima bantuan
ZIS. Sedang satu variabel lain yaitu lama menerima bantuan ZIS tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah tangga yang
menerima bantuan ZIS.
4. Umrotul Khasanah, 2010. penelitiannya yang berjudul “Analisis model pengelolaan dana zakat di Indonesia: kajian terhadap badan
persoalan zakat yang menyimpan potensi ekonomi sangat besar
dipandang penting melihat cara memanfaatkannya didasarkan pada
fungsi sosialnya bagi kepentingan masyarakat yang menyentuh
kalangan miskin maupun kaya. Apabila seluruh mekanisme tanggung
jawab sosial yang Islami itu benar-benar dilaksanakan, masyarakat
Islam bisa menjadi masyarakat dengan tingkat kesejahteraan tinggi,
dan terbebas dari segala bentuk ketimpangan sosial. Dalam hal
pendayagunaan dana zakat, lembaga amil model organisasi bisnis dan
model birokrasi sudah siap dengan rencana pendistribusian dan
program pemberdayaan sehingga pemanfaatan dana zakat bisa
dilakukan secara terarah. Hal ini antara lain disebabkan keunggulan
manajemen mereka yang ditandai dengan penyusunan skala prioritas
dalam pendayagunaan zakat yang dibuat atas dasar urgensi kebutuhan
fakir-miskin dan para asnaf lainnya. Selain itu, mereka juga
menerapkan nilai-nilai akuntabilitas dan transparansi dalam
manajemen keuangan, dan terbuka bagi auditing oleh akuntan publik.
Semua itu dituangkan dalam sistem dan prosedur kerja yang rapi.
Yang masih menjadi kelemahan umum organisasi amil zakat adalah
lemahnya upaya pengembangan jaringan antar-lembaga (aliansi
strategis), serta kegiatan koordinasi, integrasi dan sinergi. Apabila
akan dapat ditingkatkan dan program pemberdayaan umat pun dapat
dilaksanakan secara lebih luas dan lebih terarah.
C. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan latar belakang, beberapa tujuan dan landasan
teori tersebut dapat disimpulkan sementara pendapatan mustahiq diduga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah zakat yang
34
A. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Banjarnegara
yang merupakan salah satu propinsi di Jawa Tengah, dimana di Kabupaten
Banjarnegara ini terdapat Badan amil zakat nasional yang dapat
membantu pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat
Kabupaten Banjarnegara melalui mekanisme pengumpulan dan
pendistribusian dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua data :
pertama, menggunakan data primer yang merupakan data yang
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung. kedua, merupakan data
sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan berasal dari
literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, dimana
pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain. Data-data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah data yang telah dipublikasikan di masyarakat
dan dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya. Sumber data berasal
C. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yangmempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
1999:55). Dalam penelitian ini semua populasi akan dijadikan target
sampel penelitian. Pengertian sampel sendiri adalah bagian dari populasi
yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode non-probabilitas dengan convenience sampling.
Artinya pengambilan sampel tidak harus proporsional terhadap
populasidan pemilihan sampel sesuai dengan preferensi peneliti.
Keunggulan dari metode ini adalah tidak memerlukan daftar populasi yang
panjang. Metode sampel inisesuai digunakan untuk penelitian eksploratif
(penelitian untuk mengembangkan pengetahuan atau dugaan yang sifatnya
masih baru) sebagai pendahuluan. Data yang akan dianalisis diperoleh dari
hasil survei lapangan.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sebanyak 80
responden/sampel. Perincian responden pada masing-masing alat analisis
yang digunakan sebagai berikut : pertama analisis regresi sederhana,
sebanyak 50 responden mustahiq BAZNAS kabupaten banjarnegara.
Kedua analisis skala Likert, sebanyak 30 responden muzakki BAZNAS
kabupaten Banjarnegara. Jumlah responden/sampel ini diharapkan dapat
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini, diperoleh dengan
menggunakan teknik yaitu:
a) Studi pustaka, dengan cara mengkaji berbagai literatur (buku bacaan)
yang relevan dan sumber-sumber lain seperti, artikel, makalah-makalah,
dokumen-dokumen dan media cetak atau dengan mengakses internet yang
digunakan untuk penelitian ini agar memperoleh landasan teori yang
relevan.
b) Dokumentasi, dengan cara mengumpulkan arsip-arsip, data catatan dari
lembaga statistik laporan keuangan yang dimiliki oleh Badan Amil Zakat
(BAZNAS) Kabupaten Banjarnegara, serta berbagai literatur baik buku,
jurnal maupun makalah atau badan resmi seperti Badan Pusat Statistik.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1) Zakat Yang Diterima Mustahiq
Yaitu jumlah uang yang di terima oleh mustahiq dari dana zakat yang di
distribusikan oleh Badan Amal Zakat Kabupaten Banjarnegara.
2) Pendapatan Mustahiq
Yaitu Pendapatan Mustahiq diluar dari pendapatan yang di terima dari
zakat, pendapatan mustahiq pada variabel ini di hitung sebelum Mustahiq
F. Metode analisis data
Di dalam penelitian ini digunakan analisis kuantitatif, analisis kuantitatif
dilakukan dengan menguraikan seluruh data maupun informasi yang
diolah dengan alat analisis yang digunakan.
Untuk itu dalam studi ini digunakan alat analisis sebagai berikut :
a) Menghitung Perkembangan/Pertumbuhan Pengelolaan Dana ZIS
Digunakan untuk mencari persentase perkembangan/pertumbuhan sebagai
pembanding dari tahun ke tahun. Mencari perkembangan BAZ/LAZIS
dengan melihat pertumbuhan cara pengumpulan dan pendistribusian dana
ZIS.
Dengan rumus sebagai berikut:
g
Keterangan :
g = (growth) (%)
i = pengumpulan dan pendistribusian
t = periode waktu
t-1 = tahun sebelumnya
b) Analisis Regresi sederhana
Digunakan untuk mengukur atau mengetahui pengaruh variabel
independen (x) dalam hal ini adalah pendapatan mustahiq terhadap
diterima. Dalam analisis regresi akan diperoleh, uji t test, uji f test,
persamaan dan determinasi. Uji koefisien regresi secara parsial (uji t test),
uji t secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen yang terdapat dalam persamaan secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu zakat yang diterima. Taraf
signifikansi yang digunakan adalah 5%. Kriteria penerimaan Ho atau
menolak Ha, jika nilai t signifikansi hasil perhitungan lebih kecil (<) dari
taraf signifikansi 0,05, maka menolak Ho dan menerima Ha (Mason,
1999).
Uji koefisien regresi (uji f test), digunakan untuk mengetahui apakah
variable independen berpengaruh terhadap jumlah dana zakat yang
diterima. Kriteria penerimaan Ho atau menolak Ha, jika nilai f signifikan
hasil perhitungan lebih kecil (<) dari taraf signifikan 0,05, maka menolak
Ho, jika f signifikansi lebih besar dari (>) tingkat signifikansi yang
digunakan maka menerima Ho (Mason,1999).
Pengujian koefisien determinasi (R2), pengujian koefisiensi determinasi
(R2) dilakukan untuk mengetahui tingginya derajat hubungan antara
semua variabel independen (x) terhadap variabel dependen (Y).
Kecocokan model akan baik apabila R2 semakin besar atau semakin
mendekati nilai satu, maka pengaruh dari kedua variabel akan semakin
besar.
Y = a + bx + e
Y = zakat yang diterima mustahiq
X= pendapatan mustahiq
a = konstanta
b = koefisien
e = standart eror
c) Analisis Skala Likert J.
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang objek atau fenomena tertentu.Untuk dapat mengukur maka
digunakan bantuan questioner untuk mempermudah dalam melakukan
survei. Skala Likert J. memiliki dua bentuk pernyataan yaitu: pernyataan
positifi dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2,
dan 1, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5.
Berikut merupakan contoh dari pernyataan: sangat puas/SP dengan nilai 5,
puas/P dengan nilai 4, cukup puas/CP dengan nilai 3, kurang puas/KP
dengan nilai 2, tidak puas/TP dengan nilai 1. Dengan demikian nantinya
dapat diketahui sejauh mana tingkat kepuasan para muzakki pada Badan
42
A. Aspek Geografis dan Wilayah Administratif
Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12’-7⁰31’ Lintang Selatan
dan 109⁰29’ -109⁰45’50” Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di
bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah
barat ke timur.Batas wilayah administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang
b. Sebelah Timur : Kab. Wonosobo
c. Sebelah Selatan : Kab. Kebumen
d. Sebelah Barat : Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas
Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki luas 1.070 Km2. Kabupaten
Banjarnegara terbagi dalam 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa dan 12
kelurahan, serta terbagi dalam 953 dusun, 5.150 Rukun Tetangga (RT) dan
1.312 Rukun Warga (RW).Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan
Banjarnegara dan Kalibening yang terealisasi pada tanggal 1 Juni 2004, yaitu
Kecamatan Pagedongan dan Kecamatan Pandanarum. Luas wilayah,
TABEL 4.1
Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas, dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara Tahun 2015 No Kecamatan
1. KONDISI FISIK WILAYAH
Kondisi fisik wilayah Kabupaten Banjarnegara dapt diliat dari aspek
bentukan alam dantopografi.
a. Bentukan Alam dan Topografi
Bila ditinjau dari bentuk tata alam dan penyebaran geografis, maka Kabupaten
Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu:
1. Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief
bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan Kalibening,
Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara, Banjarmangu dan
Punggelan;
2. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah
sungai Serayu yang subur mencakup sebagian wilayah Kecamatan
Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo
Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu;
3. Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan
bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara, Bawang,
Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi,
meskipun kebanyakan berada pada ketinggian 100 m dpl karena letaknya
yang berada pada jalur pegunungan, yang sebagian besar berada pada
hanya seluas 9,82% saja. Adapun ketinggian topografi setiap daerah di
Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut :
1. Kurang dari 100 mdpl meliputi luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten
yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja,
Purwonegoro dan Bawang.
2. Antara 100-500 mdpl, meliputi luas 37,04 % luas wilayah Kabupaten
Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwonegoro,
Bawang, Banjarmangu, Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Punggelan dan
Madukara.
3. Antara 500-1.000 mdpl, meliputi luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten
Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Sigaluh dan sebagian
Banjarnegara.
4. Lebih dari 1.000 mdpl, meliputi luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten
Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening,
Pagentan, Pejawaran dan Batur.
2. KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA
Dalam merencanakan suatu daerah tidak dapat terlepas dari masalah
kependudukan yang ada di suatu wilayah. Kondisi kependudukan suatu
wilayah yang perlu diperhatikan meliputi laju pertumbuhan penduduk, tingkat
a. Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun di
Kabupaten Banjarnegara dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk
terbesar adalah pada tahun
2011 yaitu sebesar 0,79% dan pertumbuhan terkecil adalah pada tahun 2020
yaitu 0,54%. Jika dirinci tiap kecamatan dalam 5 tahun terakhir dan perkiraan
5 tahun yang akan dating , maka dapat diketahui bahwa rata-rata angka
pertumbuhan penduduk tertinggi adalah berada di Kecamatan Sigaluh yaitu
sebesar 1,24% dan pertumbuhan penduduk terendah adalah berada di
Kecamatan Purwanegara sebesar 0,24%. Untuk lebih lengkapnya jumlah dan
pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel
TABEL 4.2
Laju Pertumbuhan Penduduk
Menurut Kecamatan Kabuaten Banjarnegara
No Wilayah Laju pertumbuhan penduduk (persen) Rata-rata
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
b. Kepadatan Penduduk
Jumlah rumah kepadatan penduduk kabupaten banjarnegara sebesar 843
jiwa/Km2. Kemudia berdasarkan jumlah kepadatan penduduknya maka,
angka kepadatan penduduktertinggi adalah di Kecamatan Banjarnegara yaitu
sebesar 2.543 jiwa/Km2, dan angka kepadatan penduduk terendah adalah di
Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 345 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya
mengenai jumlah rumah tangga dan angka kepadatan penduduk diKabupaten
Banjarnegara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 4.3
Banyaknya Desa/Kelurahan, Kepadatan
Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara Tahun 2015
No Kecamatan Kepadatan
1 Susukan 1018
2 Purwareja Klampok 1886
3 Mandiraja 1234
c. Struktur penduduk
Struktur penduduk menurut jenis kelamin, rasio jenis kelamin dan
kecamatan di kab.Banjarnegara.
TABEL 4.4
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara 2015
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis
Kelamin
Tahun2012 444837 442452 100,27
3. PENDIDIKAN
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara meliputi TK, SD, SMP,
SMA dan politeknik, Kondisi fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara
dapat didiskripsikan sebagai berikut:
a. Fasiilitas Pendidikan Umum
1. Fasilitas pendidikan playgroup dan taman kanak-kanak di Kabupaten
Banjarnegara pada tahun 2013 sebanyak 757 unit, yang tersebar di seluruh
wilayah kabupaten, Persebaran playgroup terbesar berada di Kecamatan Rakit
sebanyak 59 unit, kemudian Kecamatan susukan sebesar 52 unit,Sedangkan
fasilitas pkaygroup terkecil di kecamatan karangkobar dan pandanarum
sebanyak 19 unit,
2. Fasilitas SD baik negeri maupun swasta berjumlah 850 unit pada
Tahun 2013, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan punggelan 70 unit
dan terkecil pada Kecamatan Pandanarum 23 SD negeri,
3. Fasilitas SMP berjumlah 144 unit pada Tahun 2013, dengan
penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara (13 unit) dan terkecil pada
Kecamatan Pandanarum, batur dan sigaluh dengan (4 unit),
4. Fasilitas SMA dan SMK baik negeri maupun swasta di Kabupaten
Banjarnegara berjumlah 50 unitpada Tahun dengan penyebaran terbanyak di
kecamatan banjarnegara dengan 11 unit, disusul klampok dengan 7 unit
6. STIE Taman Siswa dan STIMIK Tunas Bangsa terdapat di Kecamatan
Banjarnegara
TABEL 4.5
Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan Kab. Banjarnegara 2013
No Kecamatan PlayGroup