ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA
PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH DI
BAZNAS KOTA MOJOKERTO
SKRIPSI
Oleh :
NAZALIA ROHMAH
NIM : C94212144
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Sistem Pengendalian Internal pada Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota Mojokerto” ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di BAZNAS kota Mojokerto, bagaimana penerapan pengendalian internal pada pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di BAZNAS kota Mojokerto, serta bagaimana pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto jika dilhat dengan pendekatan pengendalian internal oleh COSO.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam pengolahan data menggunakan triangulasi data dengan tujuan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh. Selanjutnya data dianalisis dimulai dari memilah dan meilih data, menyajikan data secara keseluruhan, kemudian menarik kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh.
Hasil penelitian yang di peroleh adalah, bahwa pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di BAZNAS kota Mojokerto, mulai dari pengumpulan hingga pendistribusian dan pendayagunaan sudah sesuai dengan ketetapan peraturan perundang-undangan yang ada. Meskipun masih ada beberapa hal yang masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan terutama dalam hal sosialisasi dan edukasi zakat, infaq, dan shadaqah untuk masyarakat kota Mojokerto. Kemudian pelaksanaan pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto masih belum terlaksana dengan maksimal serta belum adanya petunjuk pelaksanaan pengendalian internal yang digunakan petugas pengendalian internal. Jika dikorelasikan dengan komponen pengendalian internal oleh COSO, pengendalian internal pada BAZNAS kota Mojokerto di kepengurusan 2010-2014 belum memenuhi seluruh komponen, yaitu pada penetapan resiko dan pemantauan.
Dari hasil penelitian di atas, diharapkan sosialisasi dan edukasi lebih diintensifkan lagi agar pemahaman tentang zakat, infaq dan shadaqah bisa merata ke seluruh lapisan masyarakat kota Mojokerto. Selanjutnya hendaknya segera dibuat SOP/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto sebagai pedoman pelaksanaan serta rutin dilakukan evaluasi dalam pelaksanaan pengendalian internal, agar terwujud BAZNAS yang transparan dan akuntabel.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
A. Sistem Pengendalian Internal ... B. Zakat, Infaq, Shadaqah dan Pengelolaannya ...
23 33 BAB III DATA PENELITIAN ...
A. Profil BAZNAS Kota Mojokerto ... B. Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shodaqah di
BAZNAS Kota Mojokerto ... C. Penerapan Sistem Pengendalian Internal di
BAZNAS Kota Mojokerto ... 41 41
57
64 BAB IV HASIL PENELITIAN ...
A. Analisis Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota Mojokerto ... B. Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Internal pada Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota Mojokerto ... C. Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Internal pada Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota Mojokerto Dilihat dengan Pendekatan Pengendalian Internal oleh COSO (Committee of Sponsoring Organization) ...
67
67
71
72
BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...
81 81 82 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan kewajiban setiap Muslim untuk mensucikan hartanya
dan sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah
SWT. Zakat juga merupakan pilar ketiga dari lima pilar dalam Islam yang
terangkum dalam rukun Islam. Perintah untuk mengeluarkan zakat sudah
disebutkan secara jelas di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di dalam
al-Qur’an perintah membayar zakat yang beriringan dengan perintah salat
diulang sebanyak 33 kali. Sedangkan perintah berzakat yang diiringi dengan
perintah lain seperti infaq dan shadaqah diulang sebanyak lebih dari 40 kali.
Hal tersebut menunjukkan bahwa keharusan membayar zakat sama
pentingnya dengan keharusan kita untuk melakukan salat.
Zakat bisa dikatakan sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara
orang-orang yang berkecukupan hidupnya dengan para mujahid yang seluruh
waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, sehingga tidak memiliki
waktu berikhtiar dari kepentingan nafkah diri dan keluarga. Zakat juga
sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang
harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan,
sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya
2
membuka lapangan kerja dan usaha yang luas, sekaligus penguasaan aset-aset
oleh umat Islam.1
Salah satu ayat di dalam al quran yang menjelaskan tentang perintah
membayar zakat adalah pada Surat at-taubah ayat 103
“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”2
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa zakat itu diambil dari orang-orang
yang sudah berkewajiban membayar zakat (muzakki) untuk selanjutnya
didistribusikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq).
Zakat tersebut diambil dan didistribusikan oleh petugas yakni para amil
zakat. Dalam ayat tersebut juga dijelaskan bahwa zakat merupakan ibadah
dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan manfaat yang besar, baik
bagi yang membayar (muzakki) maupun yang menerima (muztahiq). Harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
bertambah, suci dan baik
Sejarah perjalanan profesi amil zakat telah ditorehkan berabad silam dan
telah dicontohkan oleh Rasulullah sallallahu ’alaihi wassallam dan para
sahabatnya. Rasulullah pernah mempekerjakan seorang pemuda dari suku
3
Asad yang bernama Ibnu Lutaibah untuk mengurus zakat Bani Sulaim. Beliau
juga pernah mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil
zakat. Beliau juga pernah mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, yang
disamping bertugas sebagai da’i, juga mempunyai tugas khusus menjadi amil
zakat.
Pada zaman Khulafaur Rasyidin tepatnya pada zaman Khalifah Umar bin
Khattab zakat sudah dikelola oleh Negara. Lembaga pengelola kala itu
dikenal dengan Baitul Maal, yakni sebagai institusi yang memobilisir dana
dan daya dari umat yang digunakan untuk upaya – upaya pembangunan
meningkatkan harkat, derajat dan martabat atau perbaikan kualitas hidup
kaum dlu’afa’-fuqara’-masakin, dan umat pada umumnya berdasarkan
syari’ah.3
Di Indonesia, lahirnya amil zakat dimulai ketika masuknya kerajaan
Islam sejak 13 abad yang lalu. Sejak saat itu Islam mulai dikenal di seluruh
pelosok Nusantara. Sedikit demi sedikit beberapa daerah mulai mengenal,
memahami dan mempraktekkan ajaran-ajaran islam, tak terkecuali
pelaksanaan zakat. Namun, pada kala itu zakat masih dijalankan secara
personal, dari muzakki langsung kepada mustahiq.
Setelah sekian lama praktek zakat dilakukan secara personal/ individu,
beberapa lapisan masyarakat muslim mulai menyadari bahwa perlu adanya
peningkatan kualitas pengelolaan zakat yang seharusnya tidak lagi dilakukan
secara personal. Harus ada lembaga atau badan dalam mengelola dan
4
mendayagunakan zakat dengan baik dan terkoordinasi. Sehingga mulai
bermunculan lembaga-lembaga pengelola zakat (LAZ) yang diharapkan
memiliki peran strategis dalam pengumpulan dan pemberdayaan zakat.
Di Indonesia, lembaga pengelola/ amil zakat sudah berkembang pesat.
Ada dua jenis lembaga pengelola zakat di indonesia, yakni Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ atau yang dikenal dengan
BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) merupakan satu-satunya lembaga
resmi yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No.
8 tahun 2001. Di dalam UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaa zakat
disebutkan bahwa BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri Agama. Sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara nasional, maka BAZNAS memiliki kewenangan
memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS
kabupaten/ kota, dan LAZ. Selanjutnya BAZNAS pusat berhak meminta
laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah kepada
BAZNAS Provinsi, BAZNAS kabupaten/ kota dan LAZ. Sedangkan LAZ
merupakan bentukan dari masyarakat yang memiliki tujuan ikut membantu
mensejahterkan masyarakat Indonesia melalui zakat infaq dan shadaqah ini.
Dengan berkembangnya lembaga/ badan amil zakat di Indonesia,
diharapkan potensi zakat di Indonesia tergali dengan baik. Potensi zakat di
Indonesia sangat besar. Namun antara potensi dan realisasi penghimpunan
5
menunjukkan angka potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 217 triliun
setiap tahunnya.4 Sedangkan berdasarkan laporan ketua umum BAZNAS Didin Hafidhuddin pada tahun 2014 penerimaan zakat masih mencapai angka
Rp 3,2 triliun.5 Itu artinya masih ada kekuatan dan kehebatan zakat dalam membantu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia yang masih tersimpan.
Dalam rangka mendukung keberadaan dan peran organisasi pengelola
zakat, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan sebagai
pedoman pelaksanaan pengelolaan zakat, yakni Undang-undang No.38 tahun
1999 tentang Pengelolaan zakat yang telah diamandemen menjadi
Undang-undang Nomor 23 tahun 2011. Peraturan lainnya yang mendukung dan
menjelaskan Undang-undang tersebut diantaranya Keputusan Menteri Agama
Nomor 373 tahun 2003 tentang pelaksanaan UU Nomor 38 tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2014 tentang pelaksanaan UU Nomor
23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
Hingga saat ini, pertumbuhan BAZ dan LAZ dari tahun ke tahun terus
menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan, meski terdapat kendala dan
kekurangan yang perlu diperbaiki di masa yang akan datang. Kemajuan
tersebut melahirkan kebutuhan terhadap piranti yang dimiliki oleh setiap
lembaga pengelola zakat yang dituntut agar bekerja secara profesional,
amanah, transparan dan akuntabel.
4 Irfan Syauqi Beik, Zakat, Wakaf, dan Kebijakan Prudensial, dalam
http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/zakat-wakaf-dan-kebijakan-makroprudensial/, diakses pada 25 Oktober 2015
5 Vera Erwaty Ismainy, 2015 Baznas Targetkan Penerimaan Zakat Rp 2,4 Triliun, dalam
6
Namun, hingga saat ini, masyarakat masih banyak yang menyalurkan
zakatnya secara individu/personal. Padahal dengan membayarkan zakat
secara personal, menurut Dekan Fakultas Ekonomi Unissula dalam ASEAN
International Conference on Islamic Finance (AICIF), cenderung berorientasi
pada consumption based bagi penerima (mustahik), sehingga kurang terjaga
keberlanjutannya. Hal tersebut merupakan salah satu penghambat
produktivitas zakat di Indonesia.6
Keputusan sebagian masyarakat yang masih menyalurkan zakatnya
secara personal salah satunya adalah masih kurangnya tingkat kepercayaan
masyarakat tentang manajemen pengeloaan pada lembaga zakat, terutama
transparansi dari pengelolaan zakat itu sendiri. A. Mukhlis dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa untuk meningkatkan penerimaan zakat,
tidak hanya menekankan aspek keagamaan, tetapi ikut memerhatikan aspek
sosial, kepuasan diri, dan organisasi. Diantara hal yang memengaruhi
kepatuhan membayar zakat adalah adanya peran dari Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ). Keprofesionalan OPZ dapat membuat wajib zakat lebih patuh
untuk membayar zakat di lembaga tersebut. Dengan meningkatkan mutu
pelayanan OPZ seperti dalam hal transparansi, sosialisasi, dan administrasi,
maka preferensi responden dalam membayar zakat di lembaga tersebut akan
semakin meningkat.7
6 Redaksi Forum Zakat, Kepercayaan Masyarakat Membayar Zakat Melalui Lembaga Masih Kurang, dalam http://forumzakat.org/kepercayaan-masyarakat-zakat-melalui-lembaga-masih-kurang/ (diakses pada 25 November 2015)
7 A Mukhlis dan Irfan SB, “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan
7
Transparansi dan akuntabilitas dari badan dan lembaga amil zakat akan
berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
Karena memang pada hakikatnya lembaga amil zakat merupakan lembaga
publik karena mengelola dana publik. Sehingga sudah menjadi kewajiban
lembaga untuk bertanggung jawab atas dana yang dikelolanya.
Transparansi dan akuntabilitas pada sebuah lembaga pengelola zakat
akan bisa tercapai dengan baik apabila lembaga tersebut sudah menerapkan
sistem pengendalian internal dan manajemen pengelolaan zakat dengan
efektif. Sehingga bisa dikatakan optimalisasi zakat dipengaruhi oleh
manajemen pengelolaan zakat, dalam hal ini pengendalian internal, di mana
dapat berperan mewujudkan tata kelola zakat yang baik.
Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dirancang untuk
memberikan jaminan tercapainya tujuan yang berkaitan dengan efektivitas
dan efisiensi operasi, reliabilitas pelaporan keuangan, dan ketaatan pada
peraturan hukum yang berlaku.8 Penerapan pengendalian internal pada suatu organisasi atau perusahaan yang baik, akan berpengaruh langsung pada
efektivitas operasional organisasi atau perusahaan tersebut.
Salah satu lembaga/ badan amil zakat bentukan pemerintah di tingkat
kabupaten/ kota adalah BAZNAS kota Mojokerto. Tugas dari lembaga ini
sudah jelas yakni untuk memberdayakan zakat dan menegakkan rukun Islam
di Indonesia pada umumnya dan di kota Mojokerto pada khususnya. Sehingga
8
manajemen pengelolaan zakat di BAZNAS kota Mojokerto pun harus efektif
dan tentunya berawal dari pengendalian internal yang efektif pula.
Di kota Mojokerto sendiri, potensi zakat sebenarnya cukup besar,
berdasarkan asumsi BAZNAS terdapat 4.470 muzakki yang mempunyai
kekayaan tiap bulan Rp. 3.600.000,- (Tiga juta enam ratus ribu rupiah).
Apabila mereka menyalurkan zakatnya melalui BAZ, maka akan terkumpul
dana zakat sebesar Rp. 4.693.500.000,- (Empat milyar enam ratus sembilan
puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah). Berdasarkan data dari BAZ Kota
Mojokerto pada akhir Desember 2014, jumlah muzakki yang menyalurkan
zakatnya melalui BAZ sebanyak 2.463 orang (55%) dengan jumlah dana
zakat sebesar Rp. 1.200.000.000,- (Saru milyar dua ratus juta rupiah), berarti
masih ada 45% para muzakki yang belum menyalurkan zakatnya melalui
BAZ Kota Mojokerto.9 Padahal sudah ada Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota Mojokerto untuk mendukung pembayaran
zakat melalui Lembaga/ Badan Amin Zakat yakni Peraturan Daerah Nomor
03 tahun 2010 tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah.
Sejauh ini sistem pengendalian internal pada BAZNAS Kota Mojokerto
sudah ada. Berdasarkan ketetapan perundang-udangan, mulai dari
undang Nomor 38 tahun 1999 yang selanjutnya diubah menjadi
Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 hingga Peraturan BAZNAS dan Peraturan
Daerah. Dengan ketentuan pengendalian internal yang telah ditetapkan
9
tersebut, diharapkan pengendalian internal dalam pengelolaan zakat, infaq,
dan shadaqah pada BAZNAS pada umumnya dapat berjalan dengan baik.
Dengan telah adanya pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto,
penulis berinisiatif untuk meneliti sejauh mana penerapan sistem
pengendalian internal dalam kaitannya dengan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah di BAZNAS kota Mojokerto dengan
judul “Analisis Sistem Pengendalian Internal pada Pengelolaan Zakat, Infaq,
dan Shadaqah di BAZNAS Kota Mojokerto”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
masalah – masalah yang perlu diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Potensi zakat di Indonesia yang sudah tercapai masih rendah
2. Prosedur pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah di BAZNAS kota
Mojokerto
3. Masih banyak muzakki yang meberikan kewajiban zakatnya langsung
kepada mustahiq
4. Butuh pengelolaan zakat yang transparan dan akuntabel
5. Kendala yang dihadapi dalam pengumpulan dan distribusi dana zakat,
infaq, dan shadaqah
6. Potensi zakat di kota Mojokerto belum tergali dengan maksimal
7. Penerapan sistem pengendalian internal pada pengelolaan zakat, infaq, dan
10
8. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem pengendalian internal
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti hanya memberikan batasan
pada tiga hal agar lebih fokus dalam melakukan penelitian. Tiga batasan
masalah tersebut adalah prosedur pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah,
penerapan sistem pengendalian internal pada pengelolaan zakat, infaq, dan
shadaqah, serta pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto jika
dilihat dari pendekatan pengendalian internal oleh COSO.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang serta identifikasi dan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah di BAZNAS
kota Mojokerto?
2. Bagaimana penerapan sistem pengendalian internal dalam pengelolaan
zakat, infaq, dan shadaqah di BAZNAS Kota Mojokerto?
3. Bagaimana sistem pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto jika
dilihat dari pendekatan pengendalian internal oleh COSO?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui prosedur pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah di BAZNAS
kota Mojokerto
2. Mengetahui penerapan sistem pengendalian internal dalam pengelolaan
11
3. Mengetahui sistem pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto
jika dilihat dari pendekatan pengendalian internal oleh COSO
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya adalah untuk
memberikan gambaran hubungan antara topik penelitian yang dilakukan
dengan penelitian sejenis yang kemungkinan sebelumnya pernah dilakukan,
sehingga tidak akan terjadi pengulangan penelitian.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti/
Tahun Metodologi Temuan Persamaan dan Perbedaan
Budi Prijanto, Dessy Puspitasari / 2005 Deskriptif Kualitatif
Pengendalian internal
terhadap prosedur
pemberian / kredit
investasi pada Bank
Eksekutif Internasional
(Persero) Tbk cabang Kelapa Gading, Jakarta Timur dinilai baik dan efekiif.
Variabel pada penelitian ini sama dengan variabel yang peneliti gunakan. Namun fokus penelitian ini sudah berbeda, yakni jika pada penelitian ini fokus pada pemberian kredit ivestasi
pada bank eksekutif
internasional, sedangkan
penelitian yang sekarang
lebih fokus pada
pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah.
Sylvie Widyahapsari/
2010
Secara keseluruhan
pelaksanaan pengendalian internal pada kantor AJB Bumiputera sudah baik, mulai dari sudah adanya otorisasi dari pihak yang
berwenang hingga
dibentuknya kantor
pengendalian internal
wilayah yang bertugas
sebagai pengawas
(internal). Namun masih
Pada penelitian ini dan
peneliatian yang akan
dilakukan sama-sama
menggunakan variabel
pengendalian internal.
Namun, fokus dari
penelitian dan penelitian
yang akan diberikan
berbeda. Apabila pada
penelitian sebelumnya
fokus pada pengeluaran kas
12
ada sedikit kekurangan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan.
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan fokus pada penelolaan zakat di BAZNAS kota Mojokerto
Muhammad
Afif / 2014 Deskriptif Kualitatif
BMT El Nusa Pucuk
Lamongan sudah
menjalankan sebagian dari prinsip sistem manajemen dan pengendalian internal meskipun belum secara
keseluruhan dikarenakan
sederhananya sistem dan
keberadaan lembaga
tersebut.
Pada penelitian ini dan
peneliatian yang akan
dilakukan sama-sama
menggunakan variabel
pengendalian internal.
Namun, fokus dari
penelitian dan penelitian
yang akan diberikan
berbeda. Pada penelitian sebelumnya memiliki fokus pada penggajian karyawan di BMT El Nusa Pucuk Lamongan, sedangkan pada
penelitian yang akan
dilakukan fokus pada
pengelolaan zakat di
BAZNAS kota Mojokerto
Junita Stevani
Wuisan/ 2013 Deskriptif Analisis
Unsur-unsur pengendalian
internal berdasarkan
kerangka kerja COSO tidak semuanya berjalan dengan efektif. Unsur yang sudah
berjalan efektif adalah
unsur penilaian resiko
dengan adanya kelayakan pemberian kredit bagi calon
konsumen serta unsur
informasi dan komunikasi juga telah berjalan efektif.
Sedangkan unsur
lingkungan, aktivitas
pengendalian dan
pemantauan terhadap
piutang belum berjalan dengan efektif dikarenakan
beberapa sebab. Yakni
unsur lingkungan
pengendalian kurang efektif karena tidak adanya komite
audit yang mengawasi
kinerja semua personil, dan
unsure aktivitas
pengendalian belum
berjalan efektif dimana pemisahan tugas belum
Pada penelitian ini dan
peneliatian yang akan
dilakukan sama-sama
menggunakan variabel
pengendalian internal.
Namun, fokus dari
penelitian dan penelitian
yang akan diberikan
berbeda. Pada penelitian
sebelumnya membahas
tentang pengendalian
internal pada piutang lease di PT Finansia Multi
Finance. Sedangkan
penelitian yangakan
dilakukan membahasn
tentang pengendalian
13
dilakukan dengan baik serta
pemantauan terhadap
piutang tidak berjalan
efektif karena tidak adanya komite sudit. Uswatun Hasanah/ 2013 Analisis Deskriptif
Sistem pengendalian intern
pengeluaran kas dari
pembiayaan mudharabah
pada BMT HARUM
Cabang Magelang sudah berjalan dengan efektif,
ditandai dengan: BMT
HARUM Cabang Magelang
mempunyai struktur
organisasi yang sederhana dan terdapat pemisahan tugas yang jelas dalam setiap bagian, telah ada
pembagian wewenang
dalam pemberian otorisasi atas transaksi perusahaan, terlaksanaya praktik yang
sehat pada sistem
pengendalian intern
pengeluaran kas, karyawan BMT HARUM Cabang Magelang sudah sesuai dengan mutu dan tanggung
jawab yang diberikan
kepadanya.
Pada penelitian ini dan
peneliatian yang akan
dilakukan sama-sama
menggunakan variabel
pengendalian internal.
Namun, fokus dari
penelitian dan penelitian
yang akan diberikan
berbeda. Yakni apabila pada
penelitian sebelumnya
fokus pada pengeluaran kas
dari pembiayaan
mudharabah di BMT
Harum cabang Mageleng, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan fokus kepada pengelolaan zakat di BAZNAS kota Mojokerto
Hesti Arlich Arifiyani dan Sukirno, Ph.D / 2012 Kausal komparatif
Pengendalian Intern,
Kepatuhan dan Kompensasi Manajemen secara parsial dan simultan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Perilaku Etis
Karyawan PT Adi Satria Abadi Yogyakarta
Pada penelitian ini dan
peneliatian yang akan
dilakukan sama-sama
menggunakan variabel
pengendalian internal.
Selanjutnya pada penelitian ini menggunakan metode
kausal komparatif,
sedangkan pada penelitian
yang akan dilakukan
menggunakan metode
kualitatif deskriptif.
Penelitian yang berjudul “Analisis Sistem Pnegendalian Internal pada
Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota Mojoekerto” ini
14
kepada analisis pengendalian internal pada pengelolaan zakat di BAZNAS.
Sedangkan penelitian sebelumnya memiliki fokus pada keputusan pemberian
pembiayaan/ kredit, penggajian, pengeluaran kas dan pada piutang lease.
Walaupun sama-sama menganalisis mengenai pengendalian intern, namun
dengan fokus yang sudah berbeda maka hasil penelitian yang diperoleh juga
akan berbeda. Lokasi penelitian juga sudah jelas berbeda, sehingga juga akan
mempengaruhi hasil penelitian.
Penelitian ini akan menganalisis tentang penerapan sistem pengendalian
internal pada pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah di BAZNAS Kota
Mojokerto. Pengelolaan yang dimaksud adalah mulai dari pengumpulan dana
hingga pemberdayaan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Selain itu penelitian
ini juga menganalisis bagaimana sistem pengendalian dalam mewujudkan
tata kelola zakat yang akuntabel.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
a. Kegunaan Teoretis
Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pembanding untuk penelitian
selanjutnya dengan tema yang sama serta untuk memperkaya informasi
dalam rangka memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang kelembagaan
15
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
kepada BAZNAS Kota Mojokerto sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan strategis.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji
skebenarannya oleh orang lain.10 Pada penelitian ini beberapa definisi operasional diantaranya sebagai berikut:
a. Sistem pengendalian internal
Sistem Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk
mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan BAZNAS Kota
Mojokerto. Pengendalian internal ini berperan penting dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan BAZNAS Kota Mojokerto. Sistem
Pengendalian internal ini dilakukan dengan tujuan agar terwujud badan
amil zakat yang memiliki tata kelola zakat yang efektif dan akuntabel.
b. Pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah
Pengelolaan disini merupakan suatu proses dari pengumpulan dana zakat,
infaq, dan shadaqah pada BAZNAS kota Mojokerto hingga
pendayagunaannya kepada masyarakat. Pengelolaan zakat, infaq, dan
10 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,(Yogyakarta : Graha Ilmu,
16
shadaqah mengacu pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 serta
peraturan daerah kota Mojokerto Nomor 3 tahun 2010. Pengelolaan zakat
dalam dibantu juga oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang telah
dibentuk dan diberikan SK oleh BAZNAS kota Mojokerto.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode
kualitatif deskriptif, yakni penelitian yang pemecahan masalahnya dengan
menggunakan data empiris dengan tujuan memahami fenomena sosial
melalui gambaran holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam
makna (meaning)11.
2. Sumber Data
Dalam sebuah penelitian sumber data merupakan faktor yang sangat
penting, karena sumber data akan mempengaruhi kualitas dari hasil
penelitian. Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data
sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh
data atau informasi langsung dengan menggunakan
instrumen-instrumen yang ditetapkan. Jadi, sumber data primer yang digunakan
dalam penelitian ini berhubungan langsung dengan BAZNAS Kota
17
Mojokerto, yakni pengurus, kepala Kantor dan karyawan BAZNAS
Kota Mojokerto.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data atau informasi
yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang
bersifat publik, yang terdiri atas struktur organisasi data kearsipan,
dokumen, laporan-laporan, serta buku-buku, jurnal, dan lain
sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini.12 Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1) Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat
2) Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Pengelolaa Zakat, Infaq, dan Shadaqah.
3) Laporan Tahunan BAZNAS Kota Mojokerto
4) Website BAZNAS Republik Indonesia
5) Wing Wahyu Winarso. Sistem Informasi Akuntansi
6) Umrotul Khasanah. Manajemen Zakat Modern
7) Dll.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam
penelitian, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
12 Wahyu Purhantara, Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
18
ditetapkan.13 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
a. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah
cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan,
transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
yang lainnya.14 Dengan menggunakan teknik ini, peneliti mencari dokumen dari lembaga terkait yakni BAZNAS Kota Mojokerto yakni
berupa profil, visi dan misi, laporan triwulan, laporan tahunan,
majalah terbitan BAZNAS, dan dokumen lainnya yang valid.
b. Wawancara
Pengumpulan data dengan wawancara adalah cara atau teknik
untuk mendapatkan informasi atau data dari interviewee atau
responden dengan wawancara antara langsung face to face antara
interviewer dengan interviewee.15 Wawacara dalam penelitian ini
dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada pihak yang terkait
diantaranya yakni pihak BAZNAS Kota Mojokerto.
c. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu bentuk
pengumpulan data primer, yang sangat bermanfaat, sistematik dan
selektif dalam mengamati dan mendengarkan interaksi atau fenomena
19
yang terjadi. 16 Dalam metode observasi ini peneliti mengamati kegiatan pengelolaan zakat di BAZNAS kota Mojokerto.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah seluruh data diperoleh dari sumber data, selanjutnya
pengolahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Teknik triangulasi ini
dilakukan untuk mengetahui keabsahan dari data. Triangulasi ialah usaha
mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari
berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak
mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.
Teknik triangulasi terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah
triangulasi sumber, yakni menggali kebenaran informan tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui
wawancara dan observasi, bisa menggunakan observasi terlibat
(participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal. Selanjutnya yakni triangulasi metode
yang dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan
cara yang berbeda dari sumber yang sama 17
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keabsahan data adalah
dengan triangulasi sumber. Di awal penelitian, setelah menjelaskan topik
16
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 237
17 Anonim, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dalam
20
penelitian kepada pihak BAZNAS kota Mojokerto, peneliti menanyakan
bagaimana penerapan pengendalian BAZNAS kota Mojokerto kepada
Bapak Wuliyono selaku koordinator badan pelaksana di periode
2010-2014. Beliau menjelaskan bahwa sebenarnya sudah ada sistem
pengendalian internal di BAZNAS kota Mojokerto yakni dengan sudah
adanya peraturan yang telah menjelaskan tentang pengawasan dalam
pelaksanaan pengelolaan zakat. Namun, bapak Wuliyono merasa bahwa
selama periode 2010-2014, pengendalian internal belum terlaksana
dengan baik. Badan pengawas selaku yang bertugas dalam pengendalian
masih belum melaksanakan tugasnya. Pertanyaan yang sama juga peneliti
tanyakan kepada 4 badan pelaksana lainnya yakni bidang pengumpulan,
administrasi, pendistribusian dan bidang keuangan, dan peneliti
mendapatkan jawaban yang sama dalam hal pelaksanaan pengendalian
internal di BAZNAS kota Mojokerto, yakni belum terlaksana.
Setelah peneliti melihat peraturan perundang-undangan yang
menjelaskan tentang tugas dan wewenang badan pengawas selaku
pengendali internal, peneliti mencoba menggambarkannya melalui bagan.
Selanjutnya bagan tesebut peneliti tunjukkan kepada bapak Wuliyono
untuk meminta verivikasi apakah bagan tersebut sudah sesuai dengan
pelaksanaan pengendalian internal yang ada di BAZNAS kota Mojokerto.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
21
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting danyang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh dirisendiri maupun
orang lain.18 Menurut Miles dan Huberman, ada tiga macam kegiatan dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verivikasi.19 a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tulisan di lapangan.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan keputusan yang terus berkembang menjadi sebuah siklus.
c. Verifikasi
Verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan suatu upaya
menarik konklusi dari hasil reduksi dan penyajian data.20
I. Sistematika Pembahasan.
Sistematika Pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan mempermudah memahami pembahasan dalam
18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , (Bandung: AlfaBeta, 2012), 89
19
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif; Analisis Data, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 129.
22
penelitian ini, maka alur pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bab pertama berisi latar belakang masalah, indentifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisI
operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisi landasan teori yang menjelaskan tentang konsep sistem
pengendalian internal dan tentang pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah.
Hal ini merupakan studi literatur dari berbagai referensi.
Bab ketiga berisi deskripsi data yang diperoleh yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti secara objektif, meliputi gambaran BAZNAS Kota
Mojokerto secara umum, visi dan misi, sejarah berdirinya, dan struktur
organisasi.
Bab keempat berisi analisis hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yang mengacu pada rumusan masalah. Pertama mengenai prosedur
pengeloaan zakat, infaq, dan shadaqah. Kedua mengenai penerapan sistem
pengendalian internal pada pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah di
BAZNAS kota Mojokerto.
Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil
BAB II
KERANGKA TEORETIS
A. Sistem Pengendalian Internal
1. Definisi Sistem Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah proses yang dirancang untuk memberikan jaminan tercapainya tujuan yang berkatan dengan efektivitas dan efisiensi operasi, reabilitas pelaporan keuangan, dan ketaatan pada peraturan hukum yang berlaku. 1
Menurut The American Institute of Certified Publics Accountants (AICPA), yakni sebuah organisasi profesi akuntansi yang cukup kuat di Amerika Serikat, dalam buku Wing Wahyu Winarto, pengertian sistem pengendalian intern adalah2:
Rencana organisasi dan semua ukuran dan metode terkoordinasi yang diterapkan dalam suatu perusahaan untuk melindungi aktiva, menjaga keakurasian dan keterpercayaan data akuntansi, meningkatkna efisiensi, dan meningkatan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.
Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO), dalam buku Wing Wahyu Winarto, pengertian pengendalian intern adalah sebagai berikut3:
Internal control as the process implemented by the board of directors, management, and those under their direction to provide reasonable assurance that control objectives are achieved with regards to:
1 TMBooks, Sistem Informasi Akuntansi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2015), 36.
2 Wing Wahyu Winarno, Sistem Informas Akuntansi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), 11.4.
24
- Effectiveness and efficiency of operations - Reliability of financial reporting
- Compliance with applicable laws and regulations
Menurut Siti Kurnia Rahayu dalam bukunya “Auditing” Pengendalian
Intern adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai guna mencapai tujuan-tujuan berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Menjaga keakayaan dan catatan organisasi c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan d. Efektivitas dan efisiensi operasi
Tujuan pokok struktur pengendalian intern tersebut dapat dipenuhi dengan pengendalian yang baik. Tujuan pertama dan kedua dapat dipenuhi dengan pengendalian akuntansi, sedangkan tujuan ketiga dan keempat dengan pengendalian administrasi yang baik.
a. Pengendalian akuntansi
Meliputi rencana organisasi serta prosedur dan catatn yang relevan dengan pengamanan aktiva, yang disusun untuk meyakinkan bahwa:
25
2) Transaksi tecatat sehingga dapat dibuat khtisar keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku serta menekankan pertangung jawaban atas harta perusahaan
3) Penguasaan atas aktiva diberikan hanya denganpersetujuan dan otorisasi pimpinan
4) Jumlah aktiva dalam catatan dicocokkan dengan aktiva yang ada pada waktu yang tepat dan tindakan yang sewajarnya jika terjadi perbedaan
b. Pengendalian administratif
Pengendalian yang ditujukan untuk mendorong efisiensi operasional dan menjaga diikutinya kebijakan perusahaan
Dapat berupa rencana organisasi dan prosedur juga catatan yang relevan dengan pembuatan keputusan yang mengantarkan pimpinan perusahaan untuk menyetujui atau memberi wewenang terhadap transaksi-transaksi
Pelimpahan wewenang merupakan fungsi pimpinan perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi dan itu merupakan titik tolak untuk menciptakan pengendalian akuntansi dan transaksi
2. Komponen Pengendalian Internal
26
dapat dipenuhi. Kepentingan auditor terutama berkaitan dengan pencegahan atau pendetesian salah saji yang material dalam laporan keuangan. Dalam perencanaan audit, auditor harus memperoleh suatu pemahaman yang memadai atas komponen pengendalian internal untuk merencanakan audit dengan cara melaksanakan prosedur guna memahami desai pengendalian yang relevan bagi penyusunan laporan keuangan4.
Kelima konsep tersebut adalah lingkungan pengendalian, penetapan risiko manajemen, aktivitas pengendalian dan pemantauan, sistem informasi dan komunikasi akuntansi, pemantauan
a. Lingkungan pengendalian5
Lingkungan pengendalian berkenaan dengan tindakan-tindakan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur yang merefleksikan keseluruhan sikap manajemen, dewan komisaris, pemilik, dan pihak lainnya terhadap pentingnya pengendalian intern bagi entitas.
Lingkungan pengendalian menetapkan corak dan suasana suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian personil dan organisasi. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, dengan menciptakan dan menyediakan disiplin dan struktur.
Faktor-faktor yang membentuk lingkungan pengendalian intern antara lain:
1) Integritas dan nilai etika
27
2) Komitmen terhadap kompetensi
3) Partisipasi dewan komisariat dan komite audit 4) Falsafah manajemen dan gaya operasinya 5) Struktur organisasi
6) Penetapan wewenang dan tanggung jawab
7) Kebijakan dan praktik di bidang sumber daya manusia b. Penetapan risiko
Penilaian risiko merupakan proses identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian internal. Tahapan yang paling kritis adalah mengidenfikasi perubahan kondisi internal dan eksternal serta aktivitas terkait yang diperlukan. Contoh risiko yang relevan dari proses pelaporan keuangan meliputi perubahan dalam lingkungan operasi organisasi, perubahan personil, perubahan sistem informasi, teknologi baru, perubahan industri, lini produk baru, dan peraturan baru.6
Ada tiga kelompok risiko yang dihadapi perusahaan, yaitu: 1) Risko strategis, yaitu mengerjakan sesuatu dengan cara yang
salah. Kesalahan seperti ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya dengan baik
2) Risiko financial, yaitu risiko mengahdapi kerugian keuangan. Hal ini dapat disebabkan karena uang hilang, dihambur-hamburkan,
28
atau dicuri. Oleh karenanya perusahaan harus menghindari penggunaan uang.
3) Risiko informasi, yaitu menghasilkan informasi yang tidak relevan, atau informasi yang keliru, atau bahkan sistem informasinya tidak dapat dipercaya. Karena akurasi informasi penting, maka harus dijaga jangan sampai ada informasi keliru.7 c. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan sekumpulan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan dan digariskan untuk tujuan keberhasilan pengendalian dalam perusahaan. Aktivitas pengendalian pada dasarnya berbentuk pengendalian yang menggunakan pendekatan berbasis teknologi informasi dan pengendalian yang menggunakan pendekatan manual.
Pendekatan berdasarkan teknologi informasi secara khusus berkaitan dengan lingkungan teknologi pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum meliputi kegiatan yang berhubungan dengan audit teknologi informasi, yang ditujukan melindungi lingkungannya agar dikelola dengan baik, sehingga proses pengendalian mendapatkan dukungan lebih efektif. Berkaitan dengan pengendalian aplikasi lebih ditujuka untuk mencegah, mendeteksi dan memperbaiki kesalahan pada pengolahan sistem komputer.
29
Pengendalian fisik berkaitan dengan sistem konvensional yang melakukan aplikasi prosedur manual. Namun konsep pengendalian ini tetap memperhatikan terhadap dampak pengendalian yang berhubungan dengan lingkungan teknologi informasi pengendalian fisik dalam perusahaan terdiri dari beberapa unsur berikut:
1) Kewenangan penanganan transaksi
Wewenang yang diberikan oleh pimpinan tertinggi dalam suatu organisasi dalam rangka menjalankan suatu tugas atau fungsi dapat dikatergorikan sebagai otorisasi. Ini bentuk pelimpahan tugas dan wewnang kepada pegawai untuk menentukan pilihan yang tepat untuk kemajua organisasi. Seorang pegawai akan bertindak sesuai prosedur apabila dirinya mendapatkan wewenang untuk memutuskan tindakan dalam pekerjaan. Setiap transaksi yang berhubungan dengan tugasnya akan diberikan wewenang.
2) Spesialisasi tanggung jawab
30
berdampak pada kebijakan perusahaan. Oleh sebab itu harus jelas memisahkan tugas dan tanggung jawabsetiap pegawai.
3) Format dan penggunaan dokumen pekerjaan
Penggunaan dokumen yang baik harus didesain dengan memperhatikan format yang jelas dan mempermudah pekerjaan seseorang. Mempermudah bukan berarti format dokumen tidak informatif, tapi isi dokumen harus menginformasikan sesuai dengan kebutuhan organisasi perusahaan.
4) Pengamanan harta kekayaan perusahaan
Semua harta kekayaan perusahaan harus mendapat pengawasan, kelengahan dalam menjaga aset dapat menghancurkan keberlangsungan perusahaan. Aset perusahaan bermacam-macam bentuknya, baik aset fisik maupun nonfisik, semua harus dijaga dari incaran pihak luar maupun pihak dari dalam sendiri yang tidak meiliki tanggung jawab.
5) Independesi pemeriksaan
Untuk mengetahui kinerja perusahaan, pemeriksaan harus dilakukan secara objektif. Untuk menghasilkan pemeriksaan tersebut, perlu dilakukan secara intensif dan dilakukan oleh badan independen yang berasal dari luar perusahaan, dimana mereka dapatbekerja secara profesional8
31
d. Sistem informasi dan komunikasi
Untuk berfungsi secara efektif dan efisien, organsisasi memerlukan informasi yang relevan yang disediakan bagi orang dan pada saat yang tepat. Selain itu informasi harus pula andal dalam akurasi dan kelengkapannya.
Yang menjadi perhatian auditor adalah sistem informasi akuntansi dan cara dimana tangung jawab pengendalian internal atas pelaporan keuangan dikomunikasikan di seluruh organisasi. Kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem berdampak pada kemampuan manajemen untuk mengambil keputusan semestinya dalam mengelola dan mengendalikan aktivitas entitas dan menyusun laporan keuangan yang andal.
32
Komunikasi dapat mengambil berbagai bentuk seperti panduan kebijakan, akuntansi, dan panduan pelaporan keuangan serta memorandum. Komunikasi juga dapat dilakukan secara lisan dan melalui tindakan manajemen. Saluran komunikasi yang terbuka adalah esensial bagi pemfungsian sistem informasi akuntansi secara benar.9
e. Pemantauan
Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat dimonitor secara efektif melalui penialaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.
Penilaian khusus biasanya dilakukan secara berkala ketika terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi, atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, Internal Audit adalah pihak yang bertangung jawab atas pemantauan sistem pengendalian internal. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian internal sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.10
9 Siti Kurnia Rahayu, Auditing… 235-236.
33
B. Zakat, Infaq, Shadaqah dan Pengelolaannya 1. Zakat
a. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan
perkembangan’, al-thaaratu ‘kesucian’, dan al-shalahu ‘ keberesan.11
Adapun menurut syara’, berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta. Madzhab Maliki mendefiniskannya dengan “Mengeluarkan
sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq)-nya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.”
Madzhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan “Menjadikan
sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik
orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah
SWT.” Menurut madzhab Syafi’I, zakat adalah ungkapan unutk
keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut madzhab Hanbali, zakat ialah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula.
Meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada
34
prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.12
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan bertambah, suci dan beres (baik).
b. Hikmah Zakat
Kesenjangan penghasilan rezeki dan mata pencarian di kalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bias dipungkiri. Hal ini dalam penyelesaiannya, memerlukan campur tangan Allah SWT. Allah mewajibkan orang yang kaya untuk memberikan hak yang wajib kepada orang fakir. Buka untuk tathawwu’ atau sekedar pemberian kepadanya. Kefardhuan zakat merupakan jalan yang paling utama untuk menyelesaikan kesenjagan tersebut. Juga ia bias merealisasikan sifat gotong royong dan tanggung jawab social di kalangan masyarakat islam.13
Adapun hikmah zakat adalah sebagai berikut:
1) Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan para pendosa dan pencuri. Nabi SAW bersabda:
35
اا لا ا اْ ا ْ ا ْ اِ
ا,
اا ا ا اْا ْ ْاا ا
ا,
اء عد اءَبْلالا ْا اع ا
Peliharalah harta-harta kalian dengan zakat. Obatilah orang-orang sakit kalian dengan sedekah. Dan persiapkanlah doa untuk (mengahadapi) malapetaka
2) Zakat merupakan pertolongan bagi orang fakir dan orang-orang yang sangat memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan semangat – ketika mereka mampu melakukanya – dan bisa mendorong mereka unutk meraih kehidupan yang layak. Dengan tindakan ini, masyarakat akan terlindung dari penyakit kemiskinan, dan Negara akan terpelihara dari penganiayaan dan kelemahan. Setiap golongan bertanggung jawab untuk mencukupi kehidupan orang-orang fakir.
3) Zakat menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil. Ia juga melatih seorang Mukmin untuk bersifat pemberi dan dermawan. Mereka dilatih untuk tidak menahan diri dari mengeluarkan zakat, melainkan mereka dilatih untuk ikut andil dalam menunaikan kewajiban sosial, yakni kewajiban untuk mengangkat (kemakmuran) negara dengan cara memberikan harta kepada fakir miskin, ketika dibutuhkan atau dengan mempersiapkan tentara, membendung musuh, atau menoong fakir miskin dengan kadar yang cukup.
36
2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang artinya menafkahkan atau membelanjakan.14 Sedangkan menurut terminologi syari’at, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.15
Ada beberapa perbedaan antara zakat dengan infaq, jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikelurkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah disaat lapang maupun sempit. Jika zakat harus diberikan kepada mustahiq tertentu (8ashnaf), mala infaq boleh diberikan kepada siapapun juga, misalnya untuk kedua orang tua, anak yatim, dan sebagainya.16 3. Shadaqah
Shadaqah berasal dari akar kata shodaqo jama’ dari shidqan yang berarti kejujuran, berkata benar.17 Menurut terminology syari’at, pengertian shadaqah zama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi, shadaqoh memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non materil juga.18
Walaupun tujuan zakat dan shadaqah sama, manun kedia istilah ini berbeda jika dipandang dari segi hukum. Para Fuqoha sepakat pada
14 Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq, danShadaqah (Menurut Hukum Syara’ dan
Undang-undang), (Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2006), 5.
15 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Sedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 14.
16 Didin Hafidhuddin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, (Jakarta, Gema Insani, 2007), 15. 17 Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq, dan Shadaqah…, 9.
37
dasarnya hukum shadaqah adalah sunnah, berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Disamping sunnah, ada kalanya hukum shadaqah menjadi haram, yaitu dalam kasus seseorang yang bershadaqah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima shadaqah tersebut akan menggunakan harta shadaqah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya hukum shadaqah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang dioerlukan saat itu. Hukum shadaqah juga menjadi wajib jika seseorang bernadzar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga19
4. Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)
Dalam pengelolaan zakat, pengumpulan dan pendistribusian zakat merupakan dua hal yang sama pentingnya. Namun, al-Qur’an lebih memperhatikan masalah pendistribusiannya. Hal ini mungkin disebabkan pedistribusian mencakup pula pengumpulan. Apa yang didistribusikan jika tidak ada sesuatu yang harus lebih dahulu dikumpulkan atau diadakan.20
Pengumpulan adalah perihal mengumpulkan, perhimpunan, dan pengarahan.21 Sehingga pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah dapat dikatakan sebagai perbuatan mengumpulkan harta dengan tujuan
19 Benny Kurniawan, Manajemen Sedekah, (Jakarta: Jelajah Nusa, 2012), 2. 20 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern…, 64.
38
kebajikan dengan syarat yang sudah ditentukan dalam ketetapak syariat islam.
Dasar hukum dari pengumpulan zakat, infaq, maupun shadaqah telah ditetapkan oleh Allah diantaranya dalam surat at-taubah ayat 103,22
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Selain ayat diatas, Allah juga berfirman dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 195,23
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Dua ayat diatas merupakan sebagian dari ayat al-Quran yang dapat
dijadikan dasar hukum pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah oleh
lembaga pengelola zakat.
Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan/ didistribusikan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Zakat tersebut harus
39
disalurkan kepada para mustahiq, terutama fakir miskin24 sebagaimana tergambar dalam surat at-taubah ayat 60,25
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Zakat yang disalurkan dapat bersifat konsumtif, yaitu untuk memenuhi keperluan sehari-harinya dan dapat pula bersifat produktif, yaitu untuk menambah modal usahanya. Zakat yang bersifat konsumtif dinyatakan antara lain dalam QS al-baqarah ayat 273.
Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana yang pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, yang dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW telah memberikan kepadanya zakat lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Dalam kaitan dengan pemberian zakat yang bersifat produktif, terdapat pendapat yang menarik sebagaimana dikemukaan oleh Yusuf Qardhawi dalam Fiqh zakat bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dan uang zakat untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang masa. Pengganti pemerintah untuk saat ini dapat dsiperankan oleh BAZ atau LAZ yang kuat, amanah, dan
24Didin Hafidhuddin, “Potensi Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia”, Dialog
Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, Nomor 63, tahun XXX (Juli 2007), 41.
25
40
profesional. BAZ atau LAZ jika memberikan zakat yang bersifat produktif harus pula memberikan pembinaan/ pendampingan kepada para mustahiq agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan bail dan agar para mustahiq semakin meningkat kualitas keimanan dan keislamannya. Zakat juga dapat dipergunakan untuk menanggulangi masalah pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.26
26Didin Hafidhuddin, “Potensi Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia”,
BAB III
DATA PENELITIAN
A. Profil BAZNAS Kota Mojokerto
1. Sejarah Singkat
Sejak ditetapkanya Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat, kemudian ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 581 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan Keputusan Presiden
Nomor 8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional, Pemerintah
Kota Mojokerto menindaklanjuti dengan ditetapkannya Peraturan Daerah
Kota Mojokerto Nomor 1 Tahun 2003 tentang Zakat, Infaq, dan
Shadaqah.
Setelah ditetapkan Peraturan Daerah tersebut Pemerintah Kota
Mojokerto membentuk kepengurusan Badan Amil Zakat atas usulan
dantor Departemen Agama Kota Mojokerto. Namun dalam menjalankan
tugas-tugasnya Pengurusnya Badan Amil Zakat belum bisa maksimal, hal
ini bisa dilihat dari hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah yang
rata-rata hanya mencapai Rp 75.000.000,- per tahun. Pengumpulan dana
tersebut hanya dari sektor infaq dan shadaqah dari beberapa UPZ/ SKPD
sedangkan dari sektor zakat masih belum ada.
Pada tahun 2009 Pemerintah Kota Mojokerto melakukan evaluasi
42
dengan menerbitkan Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 54 Tahun
2009 tentang Pedoman Teknis Pemungutan Zakat Pendapatan, Infaq, dan
Shadaqah bago PNS, Karyawan BUMN/ BUMD, Anggota DPRD dan
Warga Masyarakat Kota Mojokerto. Selain itu Pemerintah Kota
Mojokerto juga mengeluarkan Keputusan Walikota Mojokerto Nomor
188.45/518/417.104/2009 tentang Perubahan Keputusan Walikota
Mojokerto Nomor 188.45/666/417.104/2007 tentang Pengurus Badan
Amil Zakat (BAZ) periode 2007-2010.
Dalam rangka meningkatkan efektivitasn kinerja Pengurus BAZ
Periode 2007-2010 yang terbentuk pelaksanakan beberapa program kerja
diantaranya adalah melaksanakan program sosialisasi, edukasi, dan
publikasi kepada masyarakat khususnya bagi PNS di lingkungan
Pemerintah Kota Mojokerto. Kegiatan tersebut ternyata sangat efektif,
hal ini bisa dibuktikan dengan peningkatan hasil pengumpulan zakat,
infaq, dan shadaqah BAZ Kota Mojokerto pada tahun 2010 yaitu
mencapai 352.458.500,- dengan perincian Rp 222.424.625,- dari dana
zakat dan Rp 130.033.875,- dari dana infaq dan shadaqah atau mengalami
peningkatan sebesar 469% dari hasil pengumpulan tahun 2009.
Pada tahun 2010 Pemerintah Kota Mojokerto telah melakukan
perubahan atas Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 1 Tahun 2003
tentang zakat, infaq, dan shadaqah menjadi Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2010 tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah.1 Salah satu
43
indikator terjadinya perubahan Peraturan Daerah tersebut adalah
ketentuan besaran infaq pegawai negeri sipil structural maupun
fungsional sesuai dengan jabatan, eselon, dan golongannya, anggota <