• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIAMETER KEPALA MINI KOLOM TERHADAP BEBAN DAN DEFORMASI PELAT FLEXIGLASS DI ATAS TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DIAMETER KEPALA MINI KOLOM TERHADAP BEBAN DAN DEFORMASI PELAT FLEXIGLASS DI ATAS TANAH LEMPUNG EKSPANSIF"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP BEBAN DAN DEFORMASI PELAT

FLEXIGLASS

DI ATAS TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

Disusun oleh :

MUHAMAD YOGMA TAFALAS 20120110273

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

i

TUGAS AKHIR

PENGARUH DIAMETER KEPALA MINI KOLOM

TERHADAP BEBAN DAN DEFORMASI PELAT

FLEXIGLASS

DI ATAS TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

Disusun oleh :

MUHAMAD YOGMA TAFALAS 20120110273

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(3)

ii

SURAT PERNYATAAN

Tugas Akhir “Pengaruh Diameter Kepala Mini Kolom Terhadap Beban dan Deformasi Pelat Flexiglass di atas Tanah Lempung Ekspansif” merupakan bagian dari penelitian payung “SISTEM KOLOM DARI CAMPURAN MIKROKALSIUM DAN MIKROSILIKA UNTUK FONDASI PERKERASAN LENTUR JALAN PADA TANAH EKSPANSIF” yang didanai melalui skim Riset Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Republik Indonesia Tahun Anggaran 2016/2017 Nomor : DIPA-042.06.0.1.401516/2016 tanggal 7 Desember 2015.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

Mahasiswa

(Muhamad Yogma Tafalas)

NIM. 20120110273

Ketua Peneliti

(Dr.Eng. Agus S. Muntohar, M.Eng.Sc.)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah,6-8)

"Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia" (Nelson Mandela)

(5)

v

Allah SWT Yang Maha Besar yang melimpahkan ilmu pengetahuan pada setiap hamba-Nya

Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri teladan bagi kita

Kakek tercinta Muhammad Tafalas dan Mail serta nenek tercinta Mahapia Tafalas dan Saoda Tafalas atas segala tetesan keringat, peluh, dan air mata demi cintanya

untuk ananda

Ayahanda Markoco, dan Ibunda tercinta Siti Masita Tafalas atas segala tetesan darah, peluh, dan air mata demi cintanya untuk ananda

Om tersayang Sunardi, Abu Tafalas, Fadli Tafalas, Askin Tafalas, Muhidin tafalas, Guzali Tafalas, Alwan Follow, dan Bustam, atas cinta, nasihat dan

pengorbanannya untuk ananda

Tante tersayang Miryam Tafalas, Tari, Wulan, Hurul In, Ija Mokodompit, Wahyu, Safia, Kima, Nur, Ning, dan Tante Sukma atas nasihat dan cintanya untuk ananda

Muhammad Rifai Tafalas, Rani Setia Wati, Muhammad Mu’ti Tafalas, Hasan, dan Tika sebagai adik kandung yang selalu memberikan dukungan dan doa Ida, Ika, Nabil, Izza, Waman, Ama, Difa, Itop, Woli, Hagar, Una, Azizi, Risa,

Rafa, Riga, Hardi, Jihan, Nita, dan Inaya sebagai adik sepupu yang selalu mendukung dalam doa

Dewi Harianti yang selalu menyemangatkanku membangun cinta, membantu memudahkan hampir setiap kesulitanku

Sahabat kuliah saya, Reski Oktanil Martin, Habibi, dan Ahmad Zuhdi serta rekan kerja Tugas Akhir, Nakosa Rafa, yang selalu meberikan masukan dan motivasi

Semua orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan dan doanya, semua sangat

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan dan menyelesaikan penuyusunan laporan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Sholawat serta salam penyusun ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabat-sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan studi dalam menempuh pendidikan jenjang S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, dukungan, kritik dan saran sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, diantaranya :

1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST., MT., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Ir. Anita Widianti, MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik universitas Muhammadiyah Yogyakrta.

3. Bapak Dr. Eng. Agus Setyo Muntohar, ST., M. Eng. Sc., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan koreksi dalam pembuatan laporan ini.

4. Ibu Willis Diana, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan koreksi dalam pembuatan laporan ini.

5. Ir. Anita Widianti, MT., selaku Dosen Penguji Tugas Akhir

(7)

vii

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

8. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberi do’a, motivasi, dan

dukungan baik secara moral maupun materiil.

9. Kakek dan Nenek tercinta yang selalu memberi do’a, motivasi, dan dukungan baik secara moral maupun materiil.

10.Teman-teman Teknik Sipil 2012 yang telah memberikan saran, nasehat, bantuan, dukungan, dan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir. 11.Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini

yang tidak dapat penyusun ungkapkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan do’anya.

Penyususn menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian studi dalam bidang Teknik Sipil dan bermanfaat terutama bagi kelanjutan studi penuyusun, Aamiin.

Yogyakarta, September 2016

(8)

viii

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Ruang Lingkup... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif ... 5

B. Stabilisasi Tanah dengan Kapur Karbit dan Abu Sekam Padi ... 6

C. Stabilisasi Tanah dengan Teknik Kolom ... 7

D. Kapur Limbah Karbit dan Abu Sekam Padi ... 9

1. Kapur Limbah Karbit ... 9

2. Kapur Limbah Karbit ... 10

E. Modulus Reaksi Tanah Dasar ... 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 12

B. Bahan ... 14

D. Pelaksanaan Penelitian ... 18

1. Penelitian Pendahuluan ... 18

2. Pembuatan Benda Uji ... 18

3. Penjenuhan Benda Uji ... 21

4. Uji Beban (Loading Test) ... 22

E. Analisis data ... 24

(9)

ix

3. Pengaruh Tekanan Terhadap Modulus Reaksi Tanah Dasar ... 35 4. Kadar Air Setelah Pengujian ... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 38 B. Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A (Pengujian Pendahuluan)

LAMPIRAN B (Pengujian Distribusi Butir Tanah dan Kepadatan Tanah) LAMPIRAN C (Pengujian Pengembangan)

LAMPIRAN D (Pengujian Pembebanan)

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat pengembangan tanah ekpansif berdasarkan indeks plastisitas .... 6

Tabel 2.2 Hasil Pengujian Analisis Kimia Limbah Karbit ... 9

Tabel 2.3 Kandungan Kimia Abu Sekam Padi ... 10

Tabel 3.1 Variasi Benda Uji ... 13

Tabel 3.2 Karakteristik Tanah Asli ... 15

(11)

xi

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian... 14

Gambar 3.2 Kurva distribusi ukuran butir ... 15

Gambar 3.3 Grafik plastisitas tanah menurut ASTM D4318 untuk klasifikasi tanah berbutir halus ... 16

Gambar 3.4 Drum uji sebagai silinder benda uji dan penumbuk ... 17

Gambar 3.5 Bor manual ... 18

Gambar 3.6 Alat uji loading test ... 18

Gambar 3.7 Drum uji berisi tanah ekpansif ... 19

Gambar 3.8 Drum uji (a) pembuatan lubang (b) kolom polos SiCC yang sudah dicor ... 20

Gambar 3.9 Sketsa kolom polos (gambar tidak berskala) ... 21

Gambar 3.10 Drum uji (a) pembuatan lubang (b) kolom T-Shape SiCC yang sudah dicor ... 22

Gambar 3.11 Sketsa kolom T-Shape ... 22

Gambar 3.13 Model sitem pelat untuk pengembangan ... 23

Gambar 3.14 Model sistem pelat (a) kondisi di lab (b) sketsa posisi dial gauge dan profing ring ... 25

Gambar 3.15 Hasil pengujian loading test ... 25

Gambar 4.1 Kurva (a) hubungan penurunan vertikal (mm) terhadap waktu (b) hubungan pengembangan (%) terhadap waktu ... 27

Gambar 4.2 Kurva (a) hubungan penurunan vertikal (mm) terhadap waktu (b) hubungan pengembangan (%) terhadap waktu ... 28

Gambar 4.3 Kurva (a) hubungan penurunan vertikal (mm) terhadap waktu (b) hubungan pengembangan (%) terhadap waktu ... 29

(12)

xii

Gambar 4.5 Kurva hubungan beban terhadap penurunan (a) dial gauge B, C, dan

D (b) dial gauge A ... 31

Gambar 4.6 Kurva hubungan beban terhadap penurunan (a) dial gauge B, C, dan D (b) dial gauge A ... 33

Gambar 4.7 Hubungan (a) pengembangan dan waktu ditengan pelat dan (b) perubahan vertikal dan waktu di tengah pelat ... 34

Gambar 4.8 Hubungan beban dan penurunan di tengah ... 36

Gambar 4.9 Hubungan tekanan dan penurunan di tengah pelat... 37

(13)
(14)

xiii

INTISARI

Tanah lempung ekspansif merupakan tanah yang memiliki daya dukung yang rendah, oleh sebab itu diperlukan suatu upaya stabilisasi agar nilai daya dukungnya meningkat sehingga dapat digunakan sebagai tanah dasar dalam suatu konstruksi. Metode perbaikan tanah dengan teknik kolom kapur atau bahan pozzolan merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya dukung tanah ekspansif akibat beban dan juga dapat digunakan untuk menahan pelat terhadap gaya angkat ke atas saat tanah mengembang. Pada naskah ini disajikan hasil pengujian pengembangan-deformasi dan beban-deformasi pada pelat flexiglass yang didukung dan tanpa didukung oleh kolom-kolom SiCC. Teknik kolom yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dua bentuk, yaitu kolom dengan bentuk polos dan kolom dengan bentuk pembesaran di kepala kolom atau T-Shape. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh diameter kepala kolom terhadap beban dan deformasi pelat terhadap pengembangan tanah. Pengamatan defleksi pelat akibat beban dan pengembangan dilakukan dengan model di laboratorium. Kolom dan pelat diuji di atas tanah ekspansif yang diletakkan dalam drum uji dengan ukuran tinggi 95 cm dan lebar 54 cm. Lapisan tanah lempung ekpansif setebal 70 cm berada di atas lapisan pasir jenuh air setebal 20 cm. Diameter kolom (Dc) yang digunakan adalah 5,08 cm

dengan panjang 50 cm. Diameter kepala kolom yang digunakan adalah 15,24 cm (3Dc). Pengujian beban (loading test) dilakukan setelah 4 hari penjenuhan dan

setelah kolom berumur 14 hari. Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa pemasangan kolom SiCC mampu mengurangi defleksi akibat pengembangan di tengah pelat dari 64,79 mm menjadi 61,65 mm dan 57,11 mm masing-masing untuk kolom polos dan kolom T-Shape. Defleksi akibat beban sebesar 140 kg terhadap pelat fleksibel yang didukung oleh kolom polos dan kolom T-Shape masing-masing adalah 35,1 mm dan 9,05 mm. Hasil menunjukkan bahwa tanah yang diperkuat oleh kolom T-Shape mampu mengurangi defleksi yang terjadi pada pelat akibat beban mencapai 4 kali bila dibandingkan tanah yang diperkuat dengan kolom polos. Selanjutnya, pelat fleksibel di atas tanah lempung yang tidak didukung oleh kolom hanya mampu menerima beban sebesar 45 kg. Defleksi akibat beban terhadap pelat fleksibel pada beban 45 kg adalah sebesar 11,84 mm.

(15)

1

A. Latar Belakang

Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang memiliki sifat kembang susut yang besar dan perilakunya sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air. Sifat kembang susutnya dipengaruhi oleh mineral montmorillonite. Mineral ini mempunyai sifat menyerap dan menyimpan air yang sangat tinggi. Hardiyatmo (2006) mengatakan bahwa tanah lempung yang mengandung mineral montmorillonite sangat mudah mengembang akibat kenaikan kadar air. Sudjianto (2006) menyatakan bahwa tanah lempung ekspansif merupakan lempung yang memiliki fluktuasi kembang-susut tinggi. Menurut Hardiyatmo (2010), tanah lempung ekspansif oleh akibat perubahan kadar air akan mengalami perubahan volume yang sangat besar dan pengembangan tanah ini akan merusak perkerasan jalan.

Kerusakan bangunan berupa gedung dan perkerasan jalan yang dibangun di atas tanah lempung ekspansif telah menjadi perhatian untuk ditangani secara serius mengingat pembangunan di bidang infrastruktur pekerjaan umum terus meningkat. Penyusutan dan pengembangan tanah lempung ekspansif akan memberikan pengaruh besar terhadap konstruksi yang didukungnya. Pengaruh ini contohnya antara lain kenaikan (heave) dan retak-retak (cracking) pada perkerasan jalan raya, bangunan, bendungan, dan lain-lain.

(16)

2

teknik kolom kapur (lime-column) seperti yang diterapkan oleh Budi (2003), Muntohar & Liao (2006), dan Tonoz dkk. (2003). Metode perbaikan tanah dengan teknik kolom kapur menggunakan semen atau bahan pozzolan merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi pengaruh tekanan pengembangan pada tanah ekspansif.

Kajian tentang penggunaan kolom-kapur atau kolom kapur/semen untuk memperkuat tanah ekspansif telah diteliti oleh Swamy (2002), Tonoz dkk. (2003), Rao dan Thyagaraj (2003), Hewayde dkk (2005) menjelaskan bahwa teknik kolom ini dapat juga dianggap seperti fondasi tiang mini (mini pile) yang berfungsi untuk mengendalikan gaya angkat dan deformasi. Muntohar (2014) melakukan simulasi numerik terhadap penggunanan teknik kolom untuk sistem fondasi perkerasan lentur pada tanah ekspansif. Hasil kajiannya menyebutkan bahwa penggunaan teknik kolom dengan pembesaran di bagian kepala kolom dapat mengurangi deformasi vertikal akibat pengembangan, juga mampu mengurangi deformasi vertikal akibat pembebanan pada sistem tanah yang didukung oleh kolom-kolom atau tiang-tiang.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode teknik kolom SiCC, yang mana deformasi vertikal pada pelat flexiglass di atas tanah lempung yang diperkuat oleh kolom tunggal polos dan kolom tunggal dengan pembesaran dibagian kepala kolom atau kolom tunggal T-Shape akan dikaji dan diteliti serta akan dibandingkan dengan derformasi vertikal pada pelat flexiglass di atas tanah lempung tanpa diperkuat oleh kolom SiCC.

B. Rumusan Masalah

(17)

memperbaiki sifat tanah dasar dan meningkatkan daya dukung tanah dasarnya sehingga mampu untuk mengurangi deformasi terhadap flexiglass akibat pengembangan dan pembebanan.

Berdasaran penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi dari kolom SiCC terhadap deformasi pelat flexiglass akibat pengembangan dan akibat beban di atas tanah lempung ekspansif? 2. Bagaiamana pengaruh pembesaran kepala kolom terhadap deformasi pelat

flexiglass akibat pengembangan dan akibat beban di atas tanah lempung ekspansif?

3. Bagaimana kontribusi dari kolom SiCC terhadap modulus reaksi tanah dasar akibat tekanan yang diberikan?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mempelajari kontribusi dari kolom SiCC terhadap deformasi pelat flexiglass akibat pengembangan di atas tanah lempung ekspansif

2. Mengkaji pengaruh pembesaran kepala kolom terhadap deformasi pelat flexiglass akibat pengembangan dan akibat beban di atas tanah lempung ekspansif.

3. Mempelajari kontribusi dari kolom SiCC terhadap modulus reaksi tanah dasar akibat tekanan yang diberikan.

D. Ruang Lingkup

Pembahasan dalam penelitian ini memiliki ruang lingkup yang dibatasi hal-hal berikut ini :

1. Pengujian pembebanan dilakukan menggunakan tong dengan diameter 54 cm dan tinggi 90 cm.

(18)

4

3. Pembuatan kolom menggunakan material pengganti semen berupa SiCC yang bahan penyusunnya dari kapur karbit dan abu sekam padi.

4. Diameter (Dh) kolom mortar SiCC yang digunakan adalah 5,08 cm (2 inch)

dengan pembesaran kepala kolom sebesar 3Dh atau sebesar 15,24 cm (6

inch) dan panjang kolom yang digunakan 50 cm.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk mempelajari perilaku deformasi pelat plexiglass yang didukung dan tanpa didukung oleh kolom SiCC.

2. Di bidang Teknik Sipil

(19)

5

A. Kakarteristik Tanah Lempung Ekspansif

Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak (Terzaghi, 1987). Tanah lempung sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain (Das, 1988).

Menurut Das (1988) tanah lempung merupakan tanah yang terdiri dari partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat plastis apabila dalam kondisi basah. Hardiyatmo (2002) menyebutkan bahwa sifat-sifat tanah lempung sebagai berikut:

1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm, 2. Permeabilitas rendah,

3. Kenaikan air kapiler tinggi, 4. Bersifat kohesif,

5. Kembang susut tinggi, 6. Proses konsolidasi lambat.

(20)

6

Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang mempunyai potensi kembang-susut yang tinggi. Apabila terjadi peningkatan kadar air tanah akan mengembang disertai dengan peningkatan tekanan air pori dan timbulnya tekanan pengembangan dan sebaliknya apabila kadar air berkurang akan terjadi penyusutan.

B. Stabilisasai Tanah dengan Kapur Karbit dan Abu Sekam Padi Stabilisasi adalah salah satu cara untuk mereduksi sifat kembang susut dan meningkatkan daya dukung tanah pada tanah ekspansif. Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan stabilisasi tanah didasarkan pada pemanfaatan kandungan silica yang terkadung dalam abu sekam padi tersebut. Abu sekam padi yang dicampurkan dengan kapur karbit mampu memperbaiki sifat-sifat fisis dan geoteknik

tanah (Muntohar, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Muntohar (2002)

menyebutkan bahwa stabilisasi kapur dan abu sekam padi mengurangi indeks

plastisitas tanah dari 40% menjadi 5%. Pengurangan ini sebagai akibat dri

berkurangnya batas cair dan bertambahnya batas plastis.

Diana et al. (2012) meneliti tentang penggunaan abu sekam padi dan limbah

karbit sebagai stabilisasi tanah lempung. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

karakteristik kuat tekan bebas tanah lempung yang distabilisasi kedua bahan tersebut.

Variasi perbandingan limbah karbit dan abu sekam padi yang digunakan adalah

30:70%, 50:50% dan 70:30%. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proporsi

campuran limbah karbit dan abu sekam padi yang baik adalah 50:50% (atau

perbandingan 1 : 1). Kuat tekan bebas tanah yang distabilisasi dengan kapur karbit

dan abu sekam padi meningkat seiring dengan lamanya umur benda uji, peningkatan

kuat tekan bebas paling besar terjadi dari umur 7 hari sampai 14 hari.

Tabel 2.1 Derajat pengembangan tanah ekpansif berdasarkan indeks plastisitas Derajat Pengembangan Indeks Plastisitas

(21)

Jaturapitakul dan Roongreung (2003) melakukan penelitian dengan mencampurkan limbah karbit yang memiliki komponen kimia utama CaO dengan abu sekam padi yang mengandung silika sebagai bahan baku semen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan yang paling tinggi dihasilkan pada komposisi 50 % limbah karbit dan 50 % abu sekam padi pada hari ke 180.

Gogot et al. (2002) meneliti tentang pengaruh pencampuran abu sekam padi dan kapur untuk stabilisasi tanah ekspansif. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kuat tekan bebas tanah lempung yang distabilisasi menggukan kapur karbit dan/atau abu sekam padi. Untuk pencampuran menggunakan abu sekam padi dan kapur karbit, variasi pencampuran yang digunankan adalah 20:80%, 30:70%, 40:60%, sedangkan untuk kapur karbit saja presentasi yang digunakan terhadap tanah asli adalah 5%, 7.5%, 8%, 10%, 12%, 16%, 18%, 24%. Dari hasil peneletian ini didapatkan bahwa penambahan kapur sebesar 24% pada tanah asli dapat menaikkan kekuatan sampai 400%. Apabila 60% kapur tersebut diganti dengan abu sekam padi, peningkatan kekuatan turun menjadi 300%. Penurunan kekuatan ini masih jauh diatas kekuatan tanah asli sehingga pemanfaatan abu sekam padi sebagai bahan stabilisasi masih effektif untuk mereduksi penggunaan kapur. Komposisi campuran 40% kapur dan 60% abu sekam padi memberikan kekuatan yang paling optimum. Kandungan kapur yang optimum untuk stabilisasi tanah ekspansif adalah antara 8% sampai dengan 15%.

C. Stabilisasi Tanah dengan Teknik Kolom

(22)

8

lempung sehingga terbentuklah kolom-kolom tegak (Rogers dan Glendinning, 1997).

Muntohar dan Rahmadika (2015) melakukan simulasi numerik untuk mengetahui pengaruh pembesaran kepala kolom bentuk T-Shape pada sistem fondasi jalan raya terhadap deformasi akibat pengembangan tanah ekpansif. Diameter kolom (Dc) yang digunakan adalah 0,15 m dengan panjang 1 m.

Diameter kepala kolom (Dch) divariasikan 2Dc, 3Dc, dan 4Dc. Jarak antar kolom

ke kolom atau spasi (s) diatur 4Dc, 5Dc, 6Dc dan 8Dc. Penampang badan jalan yang dimodelkan berukuran 15 m panjang dan kedalaman 10 m, dengan struktur perkerasan jalan setebal 0,2 m untuk lapis fondasi dan 0,2 m subbase serta lapis aspal setebal 0,1 m. Lapisan tanah lempung setebal 4,5 m berada di atas lapisan pasir jenuh air setebal 5 m. Hasil ini menunjukkan bahwa pemasangan kolom-kolom pada tanah lempung untuk menopang lapisan perkerasan lentur jalan mampu mengurangi perbedaan penurunan. Perbesaran kepala kolom hingga mencapai 3 kali diameter kolom menghasilkan pengurangan deformasi hingga mencapai 10% jika dibandingkan dengan deformasi tanpa perkuatan kolom.

Muntohar (2009) melakukan uji laboratorium untuk mengatahui kuat tekan dan karakteristik beban-penuruan tanah lunak menggunakan teknik kolom kapur. Kolom kapur dirancang sebagai kolom tunggal dengan diameter 50 mm dan kedalam 200 mm yang dimasukkan dalam kotak uji dengan ukuran 1,2 m x 1,2 m dan tinggi 1 m. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemasangan kolom kapur meningkatkaan kuat dukung tanah disekitarnya baik arah radikal maupun vertikal hingga mencapai jarak 3D dari pusat-pusat kolom kapur. Kadar kapur yang digunakan berbanding lurus dengan perkuatan tanah, semakin banyak kadar kapur yang digunakan maka kekuatan tanah cenderung meningkat. Stabilisasi tanah lunak menggunkan teknik kolom kapur ini dapat meningkatkan daya dukung tanah dari 0,23 kN menjadi 5,2 kN.

(23)

tanah yang diperkuat kolom SiCC, serta benda uji kolom SiCC. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuat tekan bebas menurun dengan meningkatnya kadar air tanah untuk benda uji tanah yang diperkuat dengan kolom SiCC. Kuat tekan terbesar didapatkan pada benda uji tanah yang diperkuat kolom SiCC dengan kadar air 30,5% pada umur 28 hari yaitu sebesar 282 kPa. Untuk pengujian benda uji kolom SiCC, didapatkan kontribusi terbesar adalah pada keadaan tanah dengan kadar air basah optimum yaitu sebesar 47%. Kekuatan tekan bebas meningkat seiring dengan bertambahnya umur benda uji semua kadar air pada tanah. Kekakuan tanah meningkat seiring dengan bertambahnya umur karena dibuktikan dari nilai E50 yang semakin tinggi.

D. Kapur Limbah Karbit dan Abu Sekam Padi 1. Kapur Limbah Karbit

Karbit yang digunakan dalam industri las, gas tabung dan electroplating akan menghasilkan bahan buang (residue) berupa kapur hidroksida Ca(OH)2 hingga 60%, atau yang lebih dikenal dengan kalsium karbit (calsium carbide/CC). Limbah karbit ini berpotensi sebagai bahan pembentuk pozzolan bila dicampur dengan silika (SiO2), sehingga dapat terbentuk bahan sementasi (cemented material) calsium silicate hydrate (CSH).

Tabel 2.2 Hasil Pengujian Analisis Kimia Limbah Karbit (Joel dalam Agrina, 2015)

Senyawa Kimia Presentase (%)

SiO2 2,69 dari sampel pada waktu dipijarkan pada suhu dan waktu tertentu

(24)

10

2. Abu Sekam Padi

Abu sekam padi (rice husk ash) adalah sisa pembakaran sekam padi yang diperoleh dari tanaman padi. Abu sekam padi merupakan salah satu bahan pozzolan yang cukup potensial digunakan untuk keperluan kosntruksi karena mempunyai sifat pozzolanik yang tingg dari kandungan silikanya. Sekam padi menghasilkan abu lebih banyak dibandingkan dari sisa pembakaran lain. Sekam yang dihasilkan oleh tanaman padi setelah panen berkisar 18-28%.

Pada pembakaran sekam menjadi abu sekam padi akan terjadi kehilangan banyak zat-zat organik, dan menghasilkan banyak sisa silika. Silika termasuk unsur yang paling dominan dan menguntungkan dari abu sekam padi. Silika yang terkadung dalam abu sekam padi mencapai 93% (Swamy dalam Hanwar dan Aguskamar, 2002). Pengaruh panas terhadap silika dalam sekam dapat menghasilkan perubahan struktural terhadap aktifitas pozzolan dan kehalusan butirnya. Menurut Swamy (dalam Hanwar dan Aguskamar, 2002) temperatur pembakaran untuk kulit gabah adalah sekitar 350oC dan kehilangan berat terjadi pada suhu 500oC. Pada temperatur yang lebih tinggi pembakaran padi menghasilkan abu sekam padi yang lebih cerah. Komposisi kimia abu sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.3 Kandungan kimia abu sekam padi (Joel dalam Agrina, 2015)

Senyawa Kimia Presentase (%)

SiO2 1,54

(25)

E. Modulus Reaksi Tanah Dasar (Subgrade)

Modulus reaksi tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan (q) pada suatu pelat kaku terhadap lendutan, seperti yang dinyatakan dalam

Berdasarkan ASTM D1196 modulus reaksi tanah dasar didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan (q) terhadap penurunan dengan syarat penurunan yang ditentukana adalah sebesar 1,25 mm (0,05 inc), seperti yang

(26)

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tahapan Penelitian

Pengujian dilakukan untuk mengkaji perilaku sistem fondasi dengan pelat fleksiglass yang didukung oleh kolom-kolom SiCC pada tanah ekspansif di Laboratorium Geoteknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengujian beban dilakukan di atas pelat fleksiglass yang berfungsi sebagai fondasi berbahan mika dengan diameter 25 cm dan tebal 0,5 cm. Pada pengujian ini variabel utama yang akan dikaji adalah defleksi pelat dan beban ultimit yang bekerja pada sistem fondasi, baik yang ditopang oleh kolom SiCC atau pun tanpa ditopang oleh kolom SiCC.

Benda uji disiapkan dengan tiga kondisi yakni drum uji berisi tanah dan drum uji berisi tanah yang diperkuat oleh dua variasi kolom SiCC. Dua variasi kolom SiCC, yaitu kolom SiCC dengan bentuk lingkaran polos dan dengan bentuk pembesaran di kepala kolom atau T-Shape. Variasi pengujian untuk penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1. Pengujian pembebanan dilakukan setelah kolom berumur 14 hari. Sebelum pengujian beban, tanah dalam drum uji digenangi air selama 4 hari untuk mengamati pengembangan.

(27)

Secara garis besar tahapan penelitian seperti disajikan dalam diagram alir pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian Persiapan Alat dan

Bahan

Pengujian Pendahuluan Sifa-Sifat Tanah (LL, PL, Gs, Pemadatan, Distribusi butir)

Pembuatan Benda Uji

Benda Uji Tanah Dengan Kolom

Polos Benda Uji Tanah

Tanpa Kolom

Benda Uji Tanah Dengan Kolom

T-Shape

Perawatan Umur Kolom SiCC Sampai

Dengan 14 Hari

Penjenuhan Selama 4 Hari Klasifikasi

USCS dengan Simbol CH

Ya

Tidak Mulai

(28)

14

Tanah dasar yang digunakan yaitu tanah lempung ekpansif yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur. Sifat-sifat tanah disajikan dalam Tabel 3.2. Distribusi ukuran butir tanah disajikan oleh kurva pada Gambar 3.2. Berdasarkan kurva distribusi ukuran butir tanah ini, tanah yang digunakan mengandung fraksi tanah berbutir halus sebanyak 84% dan fraksi tanah berbutir kasar sebanayak 16%. Dengan demikian, karena fraksi tanah berbutir halus lebih dari 50%, maka dikategorikan sebagai tanah berbutir halus. Selanjutnya dari hasil pengujian batas cair dan batas plastis (Tabel 3.2), menurut sistem klasifikasi tanah Unified Soil Classification System (ASTM D422) tanah diklasifikasikan sebagai tanah lempung plastisitas tinggi dengan simbol CH.

Gambar 3.1 (Lanjutan) Bagan alir penelitian

Gambar 3.2 Kurva distribusi ukuran butir Pembebanan (Loading Test)

Analisis Data

(29)

0 Universitas Muhammadiya Yogyakarta. Ukuran pasir yag digunakan adalah pasir lolos saringan No. 10 dan tertahan pada saringan No. 40.

3. Abu Sekam Padi

Abu sekam padi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari daerah Kecamatan Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan memiliki ukuran butir 0,075 mm atau lolos saringan No.200. Abu sekam padi yang digunakan mengadung 87,68% silika.

Tabel 3.2 Karakteristik Tanah Asli

Parameter Nilai

(30)

16

4. Kapur Karbit

Kapur yang digunakan pada penelitian ini adalah kapur yang berasal dari limbah karbit dan biasanya disebut sebagai kapur karbit. Kapur karbit yang digunakan berasal dari Kecamatan Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ukuran butir kapur karbit yang digunakan kurang dari 0,075 mm atau lolos saringan No.200.

C. Alat

1. Cetakan Benda Uji

Alat yang digunakan untuk mencetak benda uji adalah drum uji berbentuk silinder yang diperkaku arah lateral dengan diameter 55 cm dan tinggi 95 cm. Gaya lateral adalah gaya pada drum uji yang bersifat horizontal dengan arah yang tidak menentu. Alat penumbuk yang digunakan adalah alat penumbuk berbentuk silinder yang terbuat dari besi dengan berat 8,6 kg, panjang 10 cm, diameter 5 cm dengan pembesaran di kepala penumbuk sebesar 10 cm. Gambar 3.4 menunjukkan alat penumbuk dan drum uji sebagai alat cetakan silinder benda uji yang dikekang di sekelilingnya.

(31)

2. Alat Bor Tanah

Bor yang digunakan untuk mengebor tanah dalam drum uji untuk dimasukkan mortar SiCC adalah bor manual dengan panjang 1 meter dan dibagian ujung bor dipasang bucket dengan tujuan agar tanah yang sudah dibor mudah untuk dikeluarkan (Gambar 3.5).

3. Alat Uji Loading Test

Dalam penelitian ini, uji beban dilakukan secara manual. Rangka besi sebagai penahan beban, penempatan dial gauge dan penempatan profing ring dirangkai setelah benda uji dibuat di dalam drum uji seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Pengaturan alat berupa dial gauge pada saat pengembangan dibuat berbeda dengan pada saat loading test. Hal ini dilakukan karena profing ring yang tersedia hanya satu, sementara drum uji yang tersedia sebanyak 3 buah (Gambar 3.6).

Rangka reaksi Rangka beban

Profing ring Rangka dudukan

dial gauge

Piston penekan Dial gauge

Beban

Gambar 3.6 Alat uji loading test Gambar 3.5 Bor manual

Bucket Pegangan

(32)

18

Penelitian pendahuluan bertujuan agar mengetahui sifat-sifat indeks tanah yang digunakan. Pengujian sifat-sifat indeks meliputi uji berat jenis, batas cair, batas plastis, distribusi ukuran butir tanah, dan pemadatan. Hasil-hasil uji pendahuluan disajikan pada Lampiran A.

2. Pembuatan Benda Uji

Benda uji yang dibuat pada penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis pengujian yakni drum uji berisi tanah, drum uji berisi tanah dengan kolom polos, dan drum uji berisi tanah dengan kolom T-Shape. Drum uji berisi tanah yang dipadatkan dengan dan tanpa kolom dibuat bertujuan untuk membandingkan seberapa besar pengaruh dari kolom SiCC tersebut pada tanah.

a. Drum Uji Berisi Tanah

Tanah yang sudah disipakan kemudian ditempatkan dalam drum uji dengan diameter 54 cm dan tinggi 95 cm, setelah itu dipadatkan pada derajat kepadatan 95% MDD dengan kondisi optimum kering. Pemadatan dilakukan per 20 kg tanah yang dimasukkan dalam drum uji sampai dengan 200 kg dengan ketinggian tanah 70 cm. Sebelum tanah dasar dipadatkan, terlebih dahulu dimasukkan pasir ke dalam tong yang kemudian dipadatkan dengan tujuan untuk menyerap air di atasnya. Ketebalan pasir setelah dipadatkan adalah 20 cm seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.7.

(33)

b. Drum Uji Berisi Tanah dengan Kolom Polos

Setelah tanah dipadatkan dalam drum uji seperti pada persiapan drum uji berisi tanah, kemudian dibuatkan lubang di tengah drum uji dengan kedalaman 50 cm dan diameter 5,08 cm menggunakan bor tangan manual (Gambar 3.8a). Kolom dicetak didalam lubang menggunakan mortar SiCC. Kolom yang dibuat memiliki ukuran diameter dan tinggi masing-masing 5,08 cm (2 inch) dan 50 cm (Gambar 3.9). Kolom SiCC dibuat dari mortar SiCC yang merupakan campuran pasir, abu sekam padi, kapur karbit dan air. Kapur karbit dan abu sekam padi berfungsi sebaga bahan ikat. Perbandingan air terhadap bahan ikat (water binder ratio, wbr) sebesar 0,6. Perbandingan antara berat pasir, abu sekam padi dan kapur karbit adalah 2 : 1 : 1. Setelah semua bahan disiapkan maka bahan tersebut dicampurkan dengan volume air yang sudah ditentukan hingga membentuk mortar, kemudian mortar dimasukkan kedalam lubang yang sudah dibuat sebelumnya dan dipadatkan dengan ditusuk-tusuk tiap 1/3 dari padat mortar. Gambar 3.8b menunjukkan hasil kolom mortar SiCC yang telah dicetak di dalam drum uji berisi tanah.

(a) (b)

Gambar 3.8 Drum uji (a) pembuatan lubang (b) kolom polos SiCC yang sudah dicor

Mortar SiCC yang sudah

(34)

20

c. Drum Uji Berisi Tanah dengan Kolom T-Shape

Tanah yang sudah dipadatkan kemudian dilubangi dibagian tengah drum uji dengan kedalam 50 cm dan diameter 5,08 cm menggunakan bor manual. Dibagian atas lubang yang sudah dibuat, diperbesar lubangnya menggunakan bucket pipa dengan diamter 15,24 cm seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.10a. Kolom yang akan dicor memiliki ukuran diameter dan tinggi masing-masing 5,08 cm (2 inch) dan 50 cm dengan pembesaran di kepala kolom sebesar 15,24 cm. (Gambar 3.11). Campuran mortar SiCC yang digunakan sama seperti yang digunakan untuk membuat kolom polos, yaitu campuran abu sekam padi, kapur karbit, pasir dan air. Campuran abu sekam padi dan kapur karbit merupakan bahan pengikat penggati semen. Setelah campuran mortar sudah disiapkan, kemudian mortar tersebut dimasukkan atau dicor ke dalam lubang dan dipadatkan dengan ditusuk-tusuk tiap 1/3 dari padat mortar. Gambar 3.10b menunjukkan hasil kolom mortar SiCC yang telah dicetak di dalam drum uji berisi tanah.

50 c

m

5,08 cm

(35)

3. Penjenuhan Benda Uji

Sebelum dilakukan uji beban atau loading test, terlebih dahulu benda uji yang sudah disiapkan dijenuhkan atau diberi air selama 4 hari bertutur-turut.

(a) (b)

Gambar 3.10 Drum uji (a) pembuatan lubang (b) kolom T-Shape SiCC yang sudah dicor

50

cm

15,24 c

m

15,24 cm

5, 08 cm

Gambar 3.11 Sketsa kolom T-Shape (Gambar tidak berskala)

Mortar SiCC yang sudah di

cor Lubang untuk

(36)

22

Drum uji dalam tahap penjenuhan harus selalu terisi air, sehingga proses pengembangan dapat berjalan dengan baik. Penjenuhan dilakuakn dengan tujuan untuk mengetahui deformasi pelat fleksibel yang terjadi pada setia benda uji baik tanah tanpa kolom, tanah dengan kolom polos atau pun tanah dengan kolom T-Shape. Pengembangan diamati dari sejumah arloji ukur (dial gauge) yang dipasang seperti pada Gambar 3.12. Sejumlah arloji pengukur deformasi (dial gauge) diletakkan di 2 titik di atas pelat dan 1 titik tepat di atas tanah (Gambar 3.12 dan 3.13).

4. Uji Beban (Loading Test)

Uji beban dilakukan untuk mengetahui hubungan beban dan deformasi pelat pada setiap benda uji. Pengujian dilakukan setekah 4 hari penjenuhan. Beban diberikan secara terpusat di tengah-tengah pelat melalui profing ring yang ditahan oleh rangka baja (Gambar 3.14). Pembebanan dilakukan secara bertahap hingga mencapai keruntuhan. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut

a. Profing ring sebagai dudukan beban dirangkai dan dipasang di rangka besi.

DG C DG B DG A

Pelat fleksibel

(37)

b. Sejumlah arloji pengukur deformasi (dial gauge) diletakkan di 3 titik di atas pelat dan 1 titik di atas tanah. Letak titik beban adalah di pusat pelat (titik B) dan dan arloji pengukur deformasi pada jarak-jarak 0; 10; dan 35 cm dari pusat pelat atau pada titik-titik A, B, C, D (Gambar 3.14a dan 3.14b).

c. Sebelum uji beban, dial gauge di atas pelat dan di atas tanah serta jarum arloji ukur pada proving ring diatur hingga nol.

d. Kemudian benda uji diberi beban hingga 140 kg untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada setiap benda uji. Beban yang diberikan pada benda uji secara bertahap, yaitu mulai dari 20 kg. Pada gambar 3.15 menunjukkan benda uji selah dilakukan uji beban.

DG D

(38)

24

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari laboratorium berupa kurva hubungan waktu dengan perubahan vertikal akibat pengembangan, kurva hubungan beban dengan penurunan akibat beban pada setiap benda uji, dan kurva hubungan tekanan dan penurunan akibat pembebanan. Dari grafik hubungan waktu-perubahan vertikal dan beban-penurunan dapat ditentukan defleksi pada pelat fleksibel akibat pengembangan dan beban baik dengan dan tanpa perkuatan kolom SiCC. Selanjutnya, kurva hubungan tekanan dan penurunan dapat ditentukan nilai modulus rekasi tanah dasar (subgrade).

Catatan :

DG : Dial Gauge (arloji ukur) PR : Profing Ring

Gambar 3.14 Model sistem pelat (a) kondisi di lab (b) sketsa posisi dial gauge dan profing ring

(39)

25

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

P

Dia Gauge A Dial Gauge B Dial Gauge C

A. Hasil Penelitian 1. Tahap Pengembangan

Selama pengembangan, tanah dalam kondisi undrained yang menyebabkan kondisi tanah dalam keadaan tergenang air. Deformasi pada pelat fleksiglass akibat pengembangan tanah seiring waktu akan terus meningkat. Muntohar (2014) melakukan pengujian terhadap deformasi pelat fleksibel menunjukkan bahwa tanah yang didukung kolom kapur mampu mengurangi deformasi akibat pengembangan. Deformasi di atas pelat dan tanah dalam presentase diperoleh dari hasil perbandingan perubahan vertikal (mm) terhadap tinggi tanah awal. Berikut disajikan grafik hubungan antara perubahan vertikal terhadap waktu dan hubungan pengembangan terhadap waktu untuk setiap benda uji.

a. Tanah tanpa perkuatan kolom

(40)

26

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

P

Dial Gauge A Dial Gauge B Dial Gauge C

0,00

Dial Gauge A Dial Gauge B Dial Gauge C

Berdasarkan hasil nilai pengembangan yang didapatkan pada benda uji tanah tanpa kolom, didapatkan nilai deformasi selama 4 hari pengembangan pada dial gauge A sebesar 67,09 (Gambar 4.1a) mm atau 9,58% (4.1b), dial gauge B sebesar 64,79 mm (Gambar 4.1a) atau 9,26% (Gambar 4.1b), dan dial gauge C sebesar 44,79 mm (Gambar 4.1a) atau 6,40% (Gambar 4.1b).

b. Tanah yang diperkuat kolom polos

Gambar 4.1 Kurva (a) hubungan penurunan vertikal (mm) terhadap waktu (b) hubungan pengembangan (%) terhadap

waktu (b)

(41)

0,00

Dial Gauge A Dial Gauge B Dial Gauge C

0,00

Dial Gauge A Dial Gauge B Dial Gauge C

Berdasarkan hasil pengembangan yang didapatkan pada benda uji tanah yang diperkuat kolom polos, didapatkan nilai deformasi selama 4 hari pengembangan pada dial gauge A sebesar 52,86 mm (Gambar 4.2a) atau 7,55% (4.2b), dial gauge B sebesar 57,11 mm (Gambar 4.2a) atau 8,16% (Gambar 4.2b), dan dial gauge C sebesar 54,30 mm (Gambar 4.2a) 7,76% (Gambar 4.2b).

c. Tanah diperkuat kolom T-Shape (b)

Gambar 4.2 Kurva (a) hubungan penurunan vertikal (mm) terhadap waktu (b) hubungan pengembangan (%) terhadap waktu

(42)

28

0,01 0,10 1,00 10,00 100,00 1.000,0010.000,00

P

Dial Gauge A Dial Gauge B Dial Gauge C

Berdasarkan hasil nilai pengembangan yang didapatkan dari grafik di atas pada benda uji tanah yang diperkuat kolom T-Shape, didapatkan nilai deformasi selama 4 hari pengembangan pada dial gauge A sebesar 56,05 mm (Gambar 4.3a) atau 8% (4.3b), dial gauge B sebesar 61,65 mm (Gambar 4.3a) atau 8,81% (Gambar 4.3b), dan dial gauge C sebesar 51,25 mm (Gambar 4.3a) 7,32% (Gambar 4.3b).

2. Tahap Pembebanan

Secara umum, defleksi pelat bertambah besar dengan bertambahnya tekanan atau beban yang bekerja di atas pelat (Muntohar, 2014). Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh grafik hubungan beban dan penurunan sebagai berikut.

(b)

Gambar 4.3 Kurva (a) hubungan penurunan vertikal (mm) terhadap waktu (b) hubungan pengembangan (%) terhadap

(43)

a. Tanah tanpa perkuatan kolom

Dial Gauge B Dial Gauge C Dial Gauge D

(a)

(b)

(44)

30

Berdasarkan hasil nilai pembebanan dari grafik di atas, didapatkan nilai deformasi pelat fleksiglass setelah diberi beban 45 kg pada dial gauge A sebesar 0,26 mm (Gambar 4.4b), dial gauge B sebesar 11,84 mm (Gambar 4.4a), dan dial gauge C sebesar 8,96 mm (Gambar 4.4a), dial gauge D sebesar 4,76 mm (Gambar 4.4a). Pelat fleksibel pada drum uji yang tidak diperkuat kolom SiCC hanya mampu menahan beban 45 kg.

b. T anah yang diperkuat kolom polos

0

Dial Gauge B Dial Gauge C Dial Gauge D

(a)

(b)

(45)

Berdasarkan hasil nilai pembebanan dari grafik di atas, didapatkan nilai deformasi pelat fleksibel setelah diberi beban 140 kg pada dial gauge A sebesar 37,01 mm (Gambar 4.5b), dial gauge B sebesar 37,01 mm (Gambar 4.5a), dan dial gauge C sebesar 23,28 mm (Gambar 4.5a), dial gauge D sebesar 36,48 mm (Gambar 4.5a). Perilaku pengembangan tanah di samping pelat atau pada pembacaan dial gauge A berbeda dengan dial gauge yang lain. Deformasi pada dial gauge A awalnya mengalami penurunan, namun seiring bertambahnya beban tanahnya mengalami pengembangan. Hal ini disebabkan karena semakin besar beban yang diberikan, maka tanah yang berada dekat dengan kolom akan mengalami deformasi ke arah lateral dan aksial sehingga menyebabkan tanah di samping yang awalnya mengalami penurunan, lambat laun akan mengembang. Selain itu, kapur aktif yang telah mati pada kolom SiCC akan bereaksi dengan mineral lempung ekpansif monmorillinit, sehingga mampu menetralisir muatan negatif lempung yang menyebabkan kemampuan tanah dalam menyerap air akan berkurang dan meninggkatkan daya dukung tanah.

c. Tanah diperkuat kolom T-Shape

0

Dial Gauge B Dial Gauge C Dial Gauge D

(46)

32

Berdasarkan hasil nilai pembebanan dari grafik di atas, didapatkan nilai deformasi pelat fleksibel setelah diberi beban 140 kg pada dial gauge A sebesar 0,14 mm (Gambar 4.6b), dial gauge B sebesar 11,12 mm (Gambar 4.6a), dan dial gauge C sebesar 10,35 mm (Gambar 4.6a), dial gauge D sebesar 10,35 mm (Gambar 4.6a). Sama halnya pada kolom polos, perilaku pengembangan tanah di samping pelat pada pembacaan dial gauge A berbeda dengan dial gauge yang lain. Deformasi pada dial gauge A awalnya mengalami penurunan, namun seiring bertambahnya beban tanahnya mengalami pengembangan. Hal ini disebabkan karena semakin besar beban yang diberikan, maka tanah yang berada dekat dengan kolom akan mengalami deformasi ke arah lateral dan aksial sehingga menyebabkan tanah di samping yang awalnya mengalami penurunan, lambat laun akan mengembang. Selain itu, kapur aktif yang telah mati pada kolom SiCC akan bereaksi dengan mineral lempung ekpansif monmorillinit, sehingga mampu menetralisir muatan negatif lempung yang menyebabkan kemampuan tanah dalam menyerap air akan berkurang dan meninggkatkan daya dukung tanah.

0

(47)

B. Pembahasan

1. Perilaku Deformasi Pelat Akibat Pengembangan

Selama pengembangan, tanah dalam kondisi undrained yang menyebabkan kondisi tanah dalam keadaan tergenang air. Deformasi pada pelat fleksiglass akibat pengembangan tanah seiring waktu akan terus meningkat. Muntohar (2014) melakukan pengujian terhadap deformasi pelat fleksibel menunjukkan bahwa tanah yang didukung kolom kapur mampu mengurangi defleksi akibat pengembangan dan beban. Pada gambar 4 ditunjukkan grafik hubungan persen pengembangan dan grafik hubungan perubahan vertikal terhadap waktu. Hasil menunjukkan bahwa defleksi pelat fleksiglass tanpa diperkuat kolom selama 4 hari penjenuhan akibat pengembangan adalah sebesar 9,26% (Gambar 4.7a) atau sebesar 64,79 mm (Gambar 4.7b). Sementara defleksi terhadap pelat fleksibel yang diperkuat oleh kolom polos sebesar 8,81% (Gambar 4.7a) atau sebesar 61,65 mm (gambar 4.7b). Selanjutnya, tanah yang diperkuat menggunakan kolom T-Shape, defleksi terhadap pelat akibat pengembangan adalah sebesar 8,16% (gambar 4.7a) atau sebesar 57,11 mm (Gambar 4.7b).

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

P

Tanah Tansh + Kolom Polos Tanah + Kolom T-Shape

(48)

34

Presentase perbedaan vertikal diperoleh dari perbandingan antara penurunan terhadap tinggi tanah awal. Nilai perbedaan defleksi pelat fleksibel di atas tanah lempung dengan dan tanpa perkuatan kolom SiCC relatif kecil. Hal ini disebabkan oleh kolom-kolom yang masih berada di zona aktif pengembangan (active zone). Model kolom yang digunakan adalah model floating piles yang mana antara tanah dan kolom hanya berupa hubungan mekanis (mechanically improved), sehingga ketika terjadi pengembangan maka hasil yang diperoleh tidak terlalu berbeda jauh.

2. Perilaku Deformasi Pelat Akibat Pembebanan

Perilaku sistem fondasi pelat fleksiglass yang didukung oleh kolom-kolom terhadap beban yang bekerja di atasnya seperti disajikan pada Gambar 4.8. Secara

0,00

Tanah Tanah + Kolom Polos Tanah + Kolom T-Shape

(b)

(49)

0

Tanah + Kolom Polos Tanah + Kolom T-Shape Tanah

umum, defleksi pelat bertambah besar dengan bertambahnya tekanan atau beban yang bekerja di atas pelat (Muntohar, 2014). Gambar 4.8 menunjukkan hasil bahwa defleksi pelat yang terjadi pada tanah tanpa kolom cukup besar, yaitu sekita 11,84 mm untuk beban 45 kg. Pelat fleksiglass di atas tanah tanpa kolom hanya mampu menahan beban sampai 45 Kg. Selanjutnya, defleksi pelat fleksiglass di atas tanah lempung yang diperkuat oleh kolom polos dan kolom T-Shape dengan beban 140 kg masing-masing 35,1 mm dan 9,05 mm. Hasil menunjukkan bahwa tanah yang diperkuat oleh kolom T-Shape mampu mengurangi defleksi yang terjadi pada pelat akibat beban mencapi 4 kali. Kondisi kolom seperti floating piles menyebabkan beban yang terima oleh pelat fleksiglass yang diperkuat kolom SiCC akan dilawan oleh gesekan (friction) yang terjadi antara kolom dan tanah lempung.

Perbesaran kepala kolom mampu meningkatkan daya atau kemampuan kolom (column efficacy) dalam menerima dan meneruskan beban ke tanah di sekitarnya. Liu dkk. (Dalam Mahardika, 2012) menyebutkan penggunaan kolom dengan perbesaran di bagian kepala menghasilkan bidang kontak yang lebih besar, sehingga beban yang bekerja di permukaan pelat akan lebih besar yang diteruskan ke kepala kolom

(50)

36

Tanah + Kolom Polos Tanah + Kolom T-Shape Tanah 3. Pengaruh Kolom SiCC Terhadap Modulus Reaksi Tanah Dasar

Modulus reaksi tanah dasar merupakan perbandingan antara tekanan terhadap penurunan. Pada tekanan yang sama, semakin besar penurunan yang terjadi pada pelat fleksibel maka semakin kecil nilai modulus reaksi tanah dasarnya (Hardiyatmo, 2009). Berdasarkan STM D1196 nilai modulus reaksi tanah dasar pada tanah tanpa diperkuat kolom adalah sebesar 6,4 × N/mm3 (Tabel 4.1), tanah yang diperkuat oleh kolom polos adalah sebesar 8 × N/mm3 (Tabel 4.1), dan tanah yang diperkuat dengan kolom T-Shape adalah sebesar 7.04 × N/mm3 (Tabel 4.1). Hasil menunjukkan bahwa tanah lempung ekspansif yang diperkuat oleh kolom T-Shape mempunyai nilai modulus reaksi tanah dasar 9 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan tanah yang diperkuat kolom polos dan 11 kali lipat lebih besar dibandingakn dengan tanah tanpa kolom.

Tabel 4.1 Nilai Tekanan dan Modulus Reaksi Tanah Dasar

Benda Uji Tekanan, P (N/mm2) k = P/ (N/mm3)

Tanah 0,0008 6,4 ×

Tanah + Kolom Polos 0,001 8 ×

Tanah + Kolom T-Shape 0,0088 7.04 ×

(51)

4. Kada Air Setelah Pengujian

Kadar air setelah pengujian diambil dari setiap drum uji dengan kedalaman pengambilan sampel adalah 0, 35, dan 70 cm. Gambar 4.10 menunjukkan bahwa kadar air untuk drum uji berisi tanah pada kedalam 0, 35, dan 70 cm berturut-turut adalah 81%, 70%, dan 76%. Kada air untuk drum uji berisi tanah yang diperkuat kolom polos adalah 81%, 72%, dan 84%. Selanjutnya, kadar air untuk drum uji yang diperkuat kolom T-Shape berturut-turut adalah 81%, 72%, dan 76%.

0

35

70

65 70 75 80 85

K

e

d

a

la

m

a

n

(

cm

)

Kadar (%)

Tanah Tanah + Kolom Polos Tanah + Kolom T-Shape

(52)

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa kolom SiCC secara umum dapat mengurangi potensi kembang-susut dan dapat meningkatkan daya dukung tanah. Secara rinci kesimpulan penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Pemasangan kolom SiCC mampu mengurangi defleksi akibat pengembangan di tengah pelat dari 64,79 mm menjadi 61,65 mm dan 57,11 mm masing-masing untuk kolom polos dan kolom T-Shape akibat pengembangan.

2. Pemasangan kolom-kolom SiCC juga mampu mengurangi defleksi yang diakibatkan oleh beban sebesar 140 kg. Defleksi akibat beban terhadap pelat fleksibel yang didukung oleh kolom polos dan kolom T-Shape masing-masing adalah 35,1 mm dan 9,05 mm. Hasil menunjukkan bahwa tanah yang diperkuat oleh kolom T-Shape mampu mengurangi defleksi yang terjadi pada pelat akibat beban mencapi 4 kali bila dibandingkan tanah yang diperkuat dengan kolom polos.

3. Pelat fleksibel di atas tanah lempung yang tidak didukung oleh kolom hanya mampu menerima beban sebesar 45 kg. Defleksi akibat beban terhadap pelat fleksibel pada beban 45 kg adalah sebesar 11,84 mm.

(53)

B.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya :

1. Pada penelitian selanjutnya, dapat digunakan variasi panjang kolom. 2. Pada penelitian selanjutnya, dapat digunakan variasi tinggi tanah lempung

yang digunakan.

3. Pada penelitian selanjutnya, untuk dapat diperhatikan masalah penyetingan alat sehingga dalam penelitian tidak terjadi kesulitan yang berarti.

(54)

40

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Ninik dan Yuni, Ana, 2009, Pengaruh Penambahan Kapur Pada Tanah Lempung Ekspansif Dari Dusun Bodrorejo Klaten, Fakultas Teknik Sipil UKRIM Yogyakarta

ASTM D422, 2013, Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils. ASTM D1196, Standard Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Test of

Soils and Flexible Pavement Component, for Use in Evaluation and Design of Airport adn Highway Pavements

Budi, G.S., 2003, Penyebaran kekuatan dari kolom yang terbuat dari limbah karbit dan kapur, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 5, No. 2, 2003, pp. 99-102.

Budi, Gogot Setyo, Ariwibowo, D.S., dan Jaya, A.T, (2002), Pengaruh Pencampuran Abu Sekam Padi Dan Kapur Untuk Stabilisasi Tanah Ekspansif, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 4, No. 2, 94 – 99

Diana W, Muntohar AS, Rahmawati A, 2012, Kuat Tekan Bebas Tanah Lempung yang Distabilisasi Dengan Limbah Karbit dan Abu Sekam Padi. Geoteknik. (Proseding Konteks 6):G - 33.

Diana, Willis, 2015, Experimental Study on Expansive Soil: The Effect of Pile Installation on Slab Heave, The 10th International Forum on Strategic Technologi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

Hakim, Arif Luqman, 2015, Pengaruh Variasi Jarak Dan Panjang Kolom Stabilisasi Tanah Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Metode Deep Soil Mix Tipe Panels Diameter 2 Cm Terhadap Daya Dukung Tanah, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

(55)

41

Hardiyatmo, H.C., 2012, Mekanikan Tanah 1, UGM: Gadjah Mada University Press

Luthfiarta D, 2014, Stabilisasi Tanah Lempung Lunak Dari Ds. Jono Kec. Tanon Kab. Sragen Menggunakan Kolom Kapur Dengan Variasi Jarak Pengambilan Sampel Naskah Publikasi. Naskah Publ Tugas Akhir UMS. :3-5.

Muntohar, A.S., 2003, “Lime-column in expansive soil: A study on the

compressive strength”, Proceeding the 1st International Conference on Civil Engineering, 1-3 October 2003, Malang, East Java.

Muntohar, A.S., Rosyidi, S.A.P., Diana, W., dan Iswanto (2014), “Perilaku Beban – Deformasi Pelat Fleksibel Didukung Dengan Kolom-Kolom Eco-Sicc Di Tanah Ekspansif. Laporan Penelitian Tahun I “Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi”, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta (unpublished).

Muntohar, A.S., 2014, The SiCC Column Improved the Expansive Clay, Proseding Qir pp. 6-7

Muntohar, A.S., 2014, Improvement of Expansive Subgrade Using Column Technique of Carbide Lime and Rice Husk Ash Mixtures, Southeast Asia Conference on Soft Soils Engineering and Ground Improvement (SOFT SOILS 2014), Bandung, Indonesia, 20–23 Oktober 2014, pp. I4-1 - I4-6. Muntohar. A.S., dan Nugraha, R.A., 2014, Pengaruh Pembesaran Kepala Kolom

Bentuk T-Shape Pada Sistem Fondasi Jalan Raya Terhadap Deformasi Akibat Pengembangan Tanah Ekspansif, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil XI – 201, ISBN 978 – 602 – 72056 – 0 – 4

(56)

42

Muntohar, A.S., 2014, Improvement Of Expansive Subgrade Using Column Technique Of Carbide Lime And Rice Husk Ash Mixtures, Proceedings, Vol. 2, Bandung, Indonesia

Muntohar, A.S., 2003, “Lime-Column in expansive soil : A study on the

compressive strength”, Presented Paper, International Conference on Civil Engineering, 1-3 October, Malang, Jawa Timur, Indonesia.

(57)

42

LAMPIRAN A

(58)
(59)

44

3 berat piknometer + tanah kering + air (wpws, t) g 86,07 88,43 85,73 88,23

4 berat piknometer + air ( W pw,t) g 79,808 82,0505 79,4199 81,9994

5 temperatur ( T) °C 28,5 28,4 27 27,1

6 berat jenis , Gs,t 2,68 2,63 2,64 2,61

7 berat jenis pada T = 20° C, Gs 2,68 2,63 2,64 2,61

8 rata-rata berat jenis 2,64

BATAS CAIR

No Percobaan ke - 1 2 3 4

1 jumlah pukulan 11 20 22 32

2 nomor cawan

(60)

45

(61)

46

Berat cawan + tanah basah, Wcb g 29,46 30,22

Berat cawan + tanah kering, Wcd g 27,32 28,03

Kadar air % 11,93 11,88

kadar air rata-rata 11,9

URAIAN Satuan hasil

berat total contoh tanah basah g 65

berat total contoh tanah kering, w g 58,09

berat tanah berdiameter <0.075 mm, B2 g 48,82

berat tanah berdiameter >0.075 mm, B1 % 9,27

t menit t© R(aksen) L K D R P Pa

R1 R2

2 30 -2 28 31 9,745804386 0,01248 0,027549 35,05 60,46 52,91

5 24 -2 28 25 10,61340439 0,01248 0,018183 29,05 50,11 43,85

30 17 -2 28 18 11,62560439 0,01248 0,007769 22,05 38,04 33,29

60 13 -2 28 14 12,20400439 0,01248 0,005628 18,05 31,14 27,25

250 8 -2 28 9 12,92700439 0,01248 0,002838 13,80 23,81 20,83

(62)

47

nomor saringan ukuran butir berat tertahan persen berat persen lolos

ASTM (mm) pada saringan (g) tertahan pada saringan (%) saringan (%)

#4 4,47 0 0 100

10 2 0 0 100

20 0,85 2,09 3,60 96,40

40 0,425 2,94 5,06 91,34

60 0,25 1,06 1,82 89,52

140 0,105 2,03 3,49 86,02

200 0,075 1,15 1,98 84,04

pan <0,075 0 0,00 84,04

Jumlah 9,27

diameter persen lolos saringan (%)

4,74 100

2 100

0,85 96,40190412

0,425 91,34046781

0,25 89,51559622

0,105 86,02079496

0,075 84,04098144

0,0275492 52,91

0,0181826 43,85

0,0077689 33,29

0,0056285 27,25

0,0028379 20,83

(63)
(64)

49

Pemadatan Tanah

No. Uraian

Satuan

Pemdatan ke-

1 2 3 4 5

1 Berat Silinder Kosong, W1 g 1943 1958 1935 1463 1695

2 Berat Silinder + tanah padat, W2 g 3285 3458 3392 2995 3262

3 Berat Tanah Padat (Wm) g 1342 1500 1457 1532 1567

4 Diamneter silinder (D) cm 10,14 10,7 10,07 10,05 10,14

5 Tinggi silinder (H) cm 12 11,6 12 11,8 11,86

6 Volume silinder, V cm3 969,05 1043,07 955,72 936,06 957,75

7 Berat volume basah kN/m3 13,59 14,11 14,96 16,06 16,05

8 Pemeriksaan kadar air

a Nomor cawan A T B A T B A T B A T B A T B

b berat cawan (wc) g 10,12 9,26 9,11 9,5 9,45 9,4 9,55 10,06 9,53 10 9,97 9,23 9,51 9,86 9,54

c Berat cawan + tanah basah (Wb) g 30,12 29,26 29,11 29,5 29,45 29,4 29,55 30,06 29,53 30 29,97 29,23 29,51 29,86 29,54

d Berat cawan + tanah kering (Wd) g 27,54 25,92 26,63 26,59 25,99 26,83 25,36 26,05 26,55 24,92 24,80 24,03 23,25 23,74 23,85

e Berat air, Ww = Wb-wd g 2,58 3,34 2,48 2,91 3,46 2,57 4,19 4,01 2,98 5,08 5,17 5,20 6,26 6,12 5,69

f Berat tanah kering Ws= wd- wc g 17,42 16,66 17,52 17,09 16,54 17,43 15,81 15,99 17,02 14,92 14,83 14,80 13,74 13,88 14,31

g kadar air, w = (ww/ws) *100 % 14,81 20,05 14,16 17,03 20,92 14,74 26,50 25,08 17,51 34,05 34,86 35,14 45,56 44,09 39,76

h kadar air rata-rata % 16,34 17,56 23,03 34,68 43,14

i Berat Volume kering kN/m3 11,68 12,00 12,16 11,92 11,21

j Berat jenis, Gs 2,645 2,645 2,645 2,645 2,645

k Garis jenuh kN/m 18,12 17,72 16,13 13,53 12,12

(65)
(66)

50

LAMPIRAN B

(67)

51

Waktu Pembacaaan Dial Gauge A Diall Guage B Dial Gauge C

T (menit)

Pembacaarn Nilai Pengembangan Pembacaarn Nilai Pengembangan Pembacaarn Nilai Pengembangan

(68)

52

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

P

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

(69)

53

Waktu

Pembacaaan Dial Gauge A DialL Guage B DIAL GAUGE C

T (menit)

Pembacaarn Nilai Pengembangan Pembacaarn Nilai Pengembangan Pembacaarn Nilai Pengemban

(70)

54

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

P

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

(71)

55

Waktu

Pembacaan Dial Gauge A Diall Guage B Dial Gauge C

T (menit)

Pembacaarn Nilai Pengembangan Pembacaarn Nilai Pengembangan Pembacaarn Nilai Pengembangan

(72)

56

0,01 0,1 1 10 100 1000 10000 100000

P

0,01 0,10 1,00 10,00 100,00 1.000,00 10.000,00

(73)

46

LAMPIRAN C

(74)

57

DATA PEMBEBANAN

Tanah dengan Kolom SiCC Polos, Panjang 50 cm

Beban Dial Gauge A mm Dial Gauge B mm Dial Gauge C mm Dial Gauge D mm Profing Ring

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 90 0,9 450 4,5 339 3,39 590 5,9 14

40 90 0,9 1364 13,64 984 9,84 1227 12,27 28

60 50 0,5 2442 24,42 1552 15,52 2100 21 42

80 44 0,44 3069 30,69 2085 20,85 2754 27,54 54

100 32 0,32 3269 32,69 2168 21,68 3098 30,98 69

120 37 0,37 3511 35,11 2288 22,88 3212 32,12 83

140 35 0,35 3701 37,01 2328 23,28 3648 36,48 104

120 46 0,46 3818 38,18 2335 23,35 3674 36,74 83

100 46 0,46 3765 37,65 2322 23,22 3655 36,55 71

80 45 0,45 3773 37,73 2305 23,05 3655 36,55 57

60 43 0,43 3767 37,67 2292 22,92 3639 36,39 45

40 37 0,37 3734 37,34 2237 22,37 3590 35,9 30

20 32 0,32 3623 36,23 2170 21,7 3523 35,23 16

(75)
(76)

59

Tanah tanpa kolom

Beban Dial Gauge A mm Dial Gauge B mm Dial Gauge C mm Dial Gauge D mm Profing Ring

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 82 0,82 41 0,41 12 0,12 1

6 1 0,01 188 1,88 118 1,18 36 0,36 3

9 2 0,02 215 2,15 186 1,86 64 0,64 5

12 5 0,05 365 3,65 238 2,38 92 0,92 7

15 8 0,08 440 4,4 390 3,9 127 1,27 10

18 8 0,08 522 5,22 348 3,48 165 1,65 12

21 10 0,1 605 6,05 416 4,16 210 2,1 14

24 12 0,12 682 6,82 475 4,75 252 2,52 16

28 16 0,16 762 7,62 539 5,39 300 3 19

32 17 0,17 868 8,68 617 6,17 362 3,62 22

36 19 0,19 982 9,82 706 7,06 428 4,28 26

39 24 0,24 1030 10,3 861 8,61 446 4,46 28

42 25 0,25 1042 10,42 869 8,69 451 4,51 30

45 26 0,26 1184 11,84 896 8,96 476 4,76 32

42 27 0,27 1198 11,98 918 9,18 591 5,91 30

39 27 0,27 1192 11,92 915 9,15 590 5,9 28

36 27 0,27 1184 11,84 911 9,11 589 5,89 26

32 26 0,26 1162 11,62 903 9,03 585 5,85 23

28 24 0,24 1139 11,39 895 8,95 578 5,78 20

24 24 0,24 1109 11,09 885 8,85 570 5,7 17

21 23 0,23 1087 10,87 877 8,77 565 5,65 15

18 21 0,21 1062 10,62 868 8,68 559 5,59 13

(77)

60

(78)

61

Kolom SiCC berbentuk T-Shape, panjang 50 cm

Beban Dial Gauge A mm Dial Gauge B mm Dial Gauge C mm Dial Gauge D mm Profing Ring

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 92 0,92 35 0,35 15 0,15 25 0,25 13

40 22 0,22 58 0,58 40 0,4 99 0,99 27

60 21 0,21 324 3,24 230 2,3 224 2,24 41

80 21 0,21 409 4,09 389 3,89 372 3,72 52

100 22 0,22 677 6,77 645 6,45 608 6,08 66

120 20 0,2 998 9,98 846 8,46 814 8,14 76

140 14 0,14 1112 11,12 1035 10,35 1035 10,35 87

120 27 0,27 1143 11,43 1070 10,7 1053 10,53 78

100 28 0,28 1132 11,32 1068 10,68 1046 10,46 69

80 26 0,26 1108 11,08 1057 10,57 1034 10,34 55

60 34 0,34 1095 10,95 1054 10,54 1034 10,34 44

40 29 0,29 1045 10,45 1029 10,29 1016 10,16 29

20 33 0,33 990 9,9 995 9,95 984 9,84 15

(79)
(80)

46

LAMPIRAN D

(

KADAR AIR SEBELUM DAN SESUDAH

Gambar

Tabel 2.3 Kandungan kimia abu sekam padi (Joel dalam Agrina, 2015)
Gambar 2.1 Grafik hubungan tekanan dan penurnan ASTM D1196
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
Gambar 3.2 Kurva distribusi ukuran butir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mematuhi standar-standar dalam buklet ini akan membantu Anda menjadi layak untuk memasuki bait suci, di mana Anda dapat melakukan tata cara-tata cara sakral bagi leluhur Anda

Sementara itu, pada ayat (2) pasal yang sama disebutkan ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru Sebagaimana dimaksud akan diatur dengan peraturan

Tercapainya peran STKIP-Setia Budhi Rangkasbitung dalam mewujudkan sivitas akademika yang dapat menjadi teladan dalam rangka melaksanakan peningkatan SDM

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis regresi data panel menunjukkan bahwa

"Each month of this anniversary year the ANC is focusing on a different area of South African life, organising and participating in local activities which make a positive difference

Alat bantu penggiling ikan yang lama memiliki banyak kekurangan selama digunakan untuk melakukan pekerjaan, terutama pada hasil proses penggilingan yang kurang lembut, desain

Ruang publik dapat dilihat dari posisi warga masyarakat sebagai pihak yang disentuh atau merespon kekuasaan dari 3 ranah kekuasaan, yaitu dalam lingkup kekuasaan negara (state),

Hal ini dikarenakan beberapa variabel tersebut memiliki kategori yaitu keamanan, kemudahan, risiko kinerja dan kenikmatan berbelanja, biasanya dapat menjadi masalah