KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : NAFI’ATUS SYARIFAH
20130310162
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : NAFI’ATUS SYARIFAH
20130310162
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
HALAMAN PENGESAHAN KTI
HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL
Disusun Oleh: NAFI’ATUS SYARIFAH
20130310162
Telah disetujui dan akan diseminarkan pada tanggal 7 November 2016
Dosen Pembimbing Dosen Penguji
dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc Dr. dr. H. Kusbaryanto, M. Kes NIK: 19810621200710173076 NIK: 19650807199701173022
Mengetahui,
Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M. Kes NIK: 19711028199709173027
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Nafi’atus Syarifah
NIM : 20130310162
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 28 Oktober 2016 Yang membuat pertanyaan,
Nafi’atus Syarifah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Jenis dan Tindakan Pola Asuh Orang tua dengan Kepatuhan Kunjungan Orang Tua Balita Usia 1-59 Bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. dr. Denny Anggoro Prakoso, MSc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Dr. dr. H. Kusbaryanto, M. Kes selaku dokter penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan serta arahan kepada penulis.
4. Bapak Suwarno Kasmoeri, Ibu Suprihatin, Kakak Muhammad Arif Fahmi dan Adik Muhammad Afif Alwan atas semua kasih sayang, perhatian, nasihat, motivasi, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.
5. Teman-teman AORTA, Avina Aroisa, Riska Anggraeni, Yulia Rachmi Widiastuti, Dimas Adhi Pradita, Fernanda Arifta Hutama, Oky Somang Setiawan, dan Kalam Majid Biruni yang sudah setia menjadi tempat berkeluh
kesah dan selalu memberikan dukungan, hiburan serta semangat selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teman-teman satu kelompok bimbingan, Tiara Kusumadewi, Nindy Ellena, dan Novihani Hidayati yang telah membantu dan memberi dukungan satu sama lain.
7. Teman-teman Medallion Pendidikan Dokter Angkatan 2013 yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan penyelesainan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah khazanah ilmu pengetahuan Kedokteran Indonesia.
Yogyakarta, 28 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Keaslian Penelitian ... 6
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
D. Variabel dan Definisi Operasional ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Metode Pengumpulan Data ... 34
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
H. Pengolahan dan Analisis Data ... 37
I. Jalannya Penelitian ... 39
J. Kesulitan Penelitian... 40
K. Etika Penelitian ... 41
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 51
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian ... 6 Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita ... 19 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Posyandu Kemuning A
Ngebel Kasihan Bantul ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di Posyandu Kemuning A
Ngebel Kasihan Bantul ... 45 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pola Asuh Orangtua di
Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul... 46 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Posyandu Kemuning A
Ngebel, Kasihan, Bantul ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepatuhan Kunjungan Balita ke
Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul... 47 Tabel 4.6 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan
Balita Ke Posyandu. ... 48 Tabel 4.7 Hubungan antara Pola Asuh Makan dan Kepatuhan
Kunjungan Balita Ke Posyandu. ... 49 Tabel 4.8 Hubungan antara Pola Asuh Diri dan Kepatuhan
Kunjungan Balita Ke Posyandu. ... 50 Tabel 4.9 Hubungan antara Tindakan Pola Asuh Kesehatan dan
Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu. ... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ... 27 Gambar 2. Kerangka Konsep ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian
Lampiran 2. Surat Pertujuan (Informed Consent) Lampiran 3. Form Karakteristik Responden Lampiran 4. Kuesioner Jenis Pola Asuh Lampiran 5. Kuesioner Tindakan Pola Asuh
Lampiran 6. Data Mentah Karakteristik Responden dan Balita
Lampiran 7. Data Mentah Jenis dan Tindakan Pola Asuh serta Kepatuhan Lampiran 8. Distribusi Karakteristik Responden
Lampiran 9. Distribusi Karakteristik Balita Lampiran 10. Analisis Jenis Pola Asuh Lampiran 11. Analisis Tindakan Pola Asuh Lampiran 12. Analisis Kepatuhan
Lampiran 13. Hubungan Jenis Pola Asuh dengan Kepatuhan Lampiran 14. Hubungan Tindakan Pola Asuh dengan Kepatuhan
ABSTRACT
Background: Based on Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2007 to 2013, the prevalence of low-nutrient children is 19,6% increasing. Nutrient state’s disorder will influence the growth and development from toddler until the next phase. That is the reason why we should pay attention. One of the most important factors in toddler’s nutrient state is parenting. The indication of health service utilization is the presence of people to attend to the health service itself, in this case, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). The adherence of parents to monitor children’s growth and development using Kartu Menuju Sehat (KMS) is the key.
Purpose: To analyze the relations between parenting and the adherence of toddler’s (1-59 months old) visitation in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul.
Methods: This is a quantitative using analytic observational research with cross-sectional approach. Samples that used are parents with 1-59 months old toddler in Ngebel Posyandu. From these samples, 52 respondents were collected with simple random sampling technique using Chi Square Test and Kolmogorov Smirnov to analyze the data.
Results and Discussion: 28 respondents had authoritative kind of parenting with
29 children with bad eating parenting, 30 children with good self parenting, 33
children with bad health parenting, and 28 respondents were not adherence to visit Posyandu. There is a relation between parenting and the adherence for Posyandu visitation with p value = 0,007 for the parenting type, p value = 0,000 for eating parenting, p value = 0,004 for self parenting and p = 0,015 for health parenting.
Conclusion: There is a relation between parenting and the adherence of Posyandu visitation for toddler between 1-59 months old in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul
Keywords: Parenting, Adherence, Posyandu
INTISARI
Latar belakang: Berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 prevalensi gizi kurang meningkat 19,6%. Gangguan status gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang berperan dalam status gizi balita adalah pola asuh orang tua. Indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut, dalam hal ini spesifik pada pemanfaatan Posyandu. Kepatuhan orang tua sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun Ngebel berjumlah 52 responden dengan teknik Simple Random Sampling menggunakan analisis data Chi-Square Test dan Kolmogorov Smirnov.
Hasil dan Pembahasan: Jenis pola asuh autoritatif sebanyak 28 responden dengan tindakan asuh makan tidak baik sebanyak 29 balita, asuh diri baik sebanyak 30 balita, asuh kesehatan tidak baik sebanyak 33 balita dan 28 responden tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Pola asuh orang tua berhubungan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dengan nilai p = 0,007 untuk jenis pola asuh, p = 0,000 untuk tindakan asuh makan, p = 0,004 untuk asuh diri dan p = 0,015 untuk asuh kesehatan.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.
Kata Kunci: Pola Asuh, Kepatuhan, Posyandu
prevalence of low-nutrient children is 19,6% increasing. Nutrient state’s disorder will influence the growth and development from toddler until the next phase. That is the reason why we should pay attention. One of the most important factors in toddler’s nutrient state is parenting. The indication of health service utilization is the presence of people to attend to the health service itself, in this case, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). The adherence of parents to monitor children’s growth and development using Kartu Menuju Sehat (KMS) is the key.
Purpose: To analyze the relations between parenting and the adherence of toddler’s (1-59 months old) visitation in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul.
Methods: This is a quantitative using analytic observational research with cross-sectional approach. Samples that used are parents with 1-59 months old toddler in Ngebel Posyandu. From these samples, 52 respondents were collected with simple random sampling technique using Chi Square Test and Kolmogorov Smirnov to analyze the data.
Results and Discussion: 28 respondents had authoritative kind of parenting with 29
children with bad eating parenting, 30 children with good self parenting, 33 children
with bad health parenting, and 28 respondents were not adherence to visit Posyandu. There is a relation between parenting and the adherence for Posyandu visitation with p value = 0,007 for the parenting type, p value = 0,000 for eating parenting, p value = 0,004 for self parenting and p = 0,015 for health parenting.
Conclusion: There is a relation between parenting and the adherence of Posyandu visitation for toddler between 1-59 months old in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang berperan dalam status gizi balita adalah pola asuh orang tua. Indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut, dalam hal ini spesifik pada pemanfaatan Posyandu. Kepatuhan orang tua sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun Ngebel berjumlah 52 responden dengan teknik Simple Random Sampling menggunakan analisis data
Chi-Square Test dan Kolmogorov Smirnov.
Hasil dan Pembahasan: Jenis pola asuh autoritatif sebanyak 28 responden dengan tindakan asuh makan tidak baik sebanyak 29 balita, asuh diri baik sebanyak 30 balita, asuh kesehatan tidak baik sebanyak 33 balita dan 28 responden tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Pola asuh orang tua berhubungan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dengan nilai p = 0,007 untuk jenis pola asuh, p = 0,000 untuk tindakan asuh makan, p = 0,004 untuk asuh diri dan p = 0,015 untuk asuh kesehatan.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak bawah lima tahun (balita) merupakan masa terbentuknya dasar
kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, keterampilan
berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain sebagainya.
Perkembangan dan pertumbuhan anak pada masa kini memerlukan perhatian
yang lebih khusus. Apabila perkembangan dan pertumbuhan anak mengalami
gangguan, hal ini akan berakibat pada terganggunya persiapan terhadap
pembentukan anak yang berkualitas (Lubis dan Chairuddin, 2004).
Saat ini perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks dan
menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius (Renstra
Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia jumlah balita pada tahun 2013
sebanyak + 24 juta jiwa dari jumlah penduduk 250 juta jiwa atau sebesar
9,6%. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai jumlah balita
264.856 dimana 16,2% mengalami gizi kurang atau buruk (Riskesdas, 2013).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014,
perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan
menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% pada
tahun 2014. Hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) dari tahun 2007 ke tahun
2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana gizi kurang
(underweight) meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%. Hal ini terjadi karena
tepat yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,
mudah sakit dan berdaya saing rendah. Seribu hari pertama kehidupan seorang
anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya. Pada periode itu
anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius dan apabila
lewat dari seribu hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati
(Renstra Kementerian Kesehatan, 2015).
Status gizi sering dikaitkan dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
adalah penyakit infeksi dan konsumsi makanan (Soekirman, 2000). Sedangkan
faktor tidak langsung adalah tidak cukup persediaan pangan, pola asuh,
pelayanan kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan tidak memadai.
(Soekidjo, 2003).
Pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang
tua dalam mendidik, menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008). Menurut pandangan Islam selain sebagai
anugerah, amanah dan rahmat, anak juga bisa menjadi cobaan bagi orang
tua, karena tidak jarang orang tua gagal dalam pengasuhan dan pendidikan
anaknya, sesuai yang disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Anfal: 28 yang
berbunyi:
Serta seperti hadist yang telah diriwayatkan oleh HR. Bukhori berikut ini:
“Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janjimu itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada
mereka.” –(HR. Bukhari)
Jadi, perlu usaha yang tidak mudah dan tanggung jawab yang besar
untuk menjadikan anak seperti yang orang tua harapkan, karena peran orang
tua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter anak sesuai dengan apa
yang orang tua inginkan. Peran orang tua salah satunya adalah dengan
memberikan pola asuh terhadap anak untuk membina akhlak mereka.
Ketidaktepatan dalam pemberian pola asuh dapat menimbulkan beberapa
gangguan pada tumbuh kembang anak.
Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar
terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh
masyarakat. Posyandu menjadi pelayanan kesehatan penting untuk bayi dan
balita yang paling awal. Namun, pada kenyataannya warga masyarakat sendiri
banyak yang tidak memanfaatkan Posyandu (Yulifah dan Johan, 2009).
Masyarakat masih lebih banyak sebagai objek daripada sebagai subjek
pembangunan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Partisipasi balita dalam program Posyandu biasanya menurun setelah
anak menginjak umur 2 tahun padahal seharusnya anak berpartisipasi dalam
kegiatan Posyandu sampai umur 5 tahun (Anwar dkk, 2010). Ketidakpatuhan
kunjungan Posyandu mengakibatkan ibu tidak akan memperoleh informasi
dini mengenai kesehatan anak balitanya sehingga tidak ada dorongan untuk
Kedatangan orang tua sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)
melalui penimbangan bulanan balita dan mengetahui keadaan kesehatan serta
memberikan pelayanan kesehatan lainnya pada balita. Dengan adanya
pemantauan dari KMS dapat meminimalkan terjadinya gizi buruk dan balita
berat badannya dibawah garis merah (BGM) (Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, 2001).
Posyandu Ngebel adalah Posyandu yang mempunyai populasi balita
yang cukup besar untuk 1 dusun yaitu 54 balita. Berdasarkan data Posyandu
Maret 2015, terdapat 11 balita yang tidak naik berat badannya, dan terdapat 5
balita yang turun berat badannya. Data–data diatas menjadi bahan kajian yang
menarik diteliti untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan kepatuhan
kunjungan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah yang penulis
rumuskan adalah apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan
kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan,
Bantul?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak usia 1-59 bulan di
Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.
b. Mengetahui kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu
Ngebel, Kasihan, Bantul.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada
orang tua dan masyarakat dalam menciptakan pola asuh yang baik
untuk balita usia 1-59 bulan dan pentingnya kunjungan di Posyandu.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi petugas
kesehatan dan digunakan sebagai bahan edukasi untuk masyarakat.
c. Bagi Pengambil Kebijakan
Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam menentukkan
kebijakan atau keputusan yang akan diambil dalam menyelesaikan
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Desain Variabel Hasil
rhitung = 0,539 dengan p= 0,000 (p < 0,05)
Posyandu balita di
Posyandu Wijaya dengan pola asuh baik, 10 responden mengalami gizi tidak baik dengan pola asuh kurang dan 10 koresponden lainnya gizi tidak baik dengan pola
asuh baik.
nutritional niat yang terkait dengan partisipasi. Regresi logistik menunjukkan bahwa pemantauan status gizi balita adalah alasan utama bahwa ibu berpartisipasi dalam Posyandu. Ibu yang puas
dengan layanan
Perbedaan dengan ketiga penelitian tersebut adalah pada penelitian ini
kepatuhan kunjungan di Posyandu dengan subjek penelitian balita usia 1-59
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Kepatuhan
a. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menurut
dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008). Kepatuhan adalah sebagai tingkat
penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan
oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007).
b. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
Niven (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:
1) Usia
Tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya
umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai orang
yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini berkaitan dengan pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara
berpikir semakin matang.
2) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan seseorang
dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa penddikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh setiap
orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari dimana
setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau imbalan baik
berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang dapat
mempengaruhi tingkat kepatuhan orang tersebut.
4) Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri
kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah
jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi kepatuhan
seseorang.
5) Dukungan keluarga
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2
hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dan
mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari keluarga
dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut.
6) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
(kualitas pelayanan)
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien
adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada
klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu
penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat
meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan
tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu dalam kunjungannya ke
Posyandu.
c. Manfaat Kepatuhan Kunjungan ke Posyandu
Pemeliharaan kesehatan dapat diusahakan dengan cara
memonitor morbiditas balita dan segera membawa berobat ke tempat
pelayanan kesehatan apabila sakit. Pelayanan kesehatan merupakan
salah satu faktor langsung yang erat kaitannya dengan kejadian infeksi
penyakit atau morbiditas. Upaya penurunan angka morbiditas balita
dapat diusahakan dengan memanfaatkan akses pelayanan kesehatan
dan penatalaksanaan kasus penderita secara benar dan tepat waktu
(Hidayat dan Jahari, 2011). Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan
kesehatan adalah kepatuhan kunjungan masyarakat ke pusat pelayanan
kesehatan Posyandu (Hutami dan Ardianto, 2015). Pentingnya
keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat yang merupakan
pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana
sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga berencana.
Selain itu, wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta
bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
baik masalah keluarga atau masalah masyarakat itu sendiri (Sembiring,
2004).
Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan Posyandu tentu akan
berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya, karena salah satu
tujuan Posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat
terutama anak balita dan ibu hamil (Meilani, dkk., 2009). Kegiatan
Posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya
pemberian imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang
bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan dan pemberian makanan
tambahan. Pencegahan dan penanganan gizi buruk juga dapat segera
ditangani sedini mungkin, karena pada dasarnya anak balita bergizi
buruk tidak semua lahir dalam keadaan berat badan tidak normal
2. Ketidakpatuhan
a. Definisi Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan adalah perilaku yang ditandai dengan beberapa
bentuk tindakan seperti menunda mencari bantuan kesehatan
(pengobatan), tidak berpartisipasi dalam program kesehatan,
melanggar kesepakatan, atau gagal mengikuti instruksi (Bittikaka,
2011).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan
Dalam jurnal yang dikemukakan oleh Sulistiyanti dan
Untariningsih (2013), ada beberapa hal yang menyebabkan ibu balita
tidak datang ke Posyandu. Menurut Kasmita (2000), meliputi:
pekerjaan rumah tangga, anak sakit, bepergian ketempat lain, bekerja
ditempat lain dan lupa. Sedangkan menurut Widiastuti dan Kristiani
(2006) alasan ibu balita tidak datang ke Posyadu antara lain:
1) Ibu balita yang tidak mau datang ke Posyandu karena tidak
mengetahui manfaat Posyandu.
2) Alasan ibu balita tidak membawa ke Posyandu karena faktor anak
sakit atau sedang tidur atau anak takut ditimbang.
3) Alasan lain ibu balita enggan berkunjung ke Posyandu, khususnya
ibu balita kelompok menengah ke atas karena merasa telah
membawa anaknya ke dokter.
4) Faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor
Posyandu. Ibu yang bekerja tidak membawa anaknya ke Posyandu
kemungkinan karena Posyandu diselenggarakan pada hari kerja
dan jam kerja.
c. Dampak ketidakpatuhan terhadap balita
Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita perlu mendapatkan
perhatian karena sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya.
Dampak ketidakpatuhan kunjungan balita ke Posyandu adalah tidak
terpantaunya pertumbahan anak sehingga orang tua tidak mengetahui
bahwa anak menderita gizi kurang atau gizi buruk, terjadinya drop out
cakupan imunisasi dan apabila terdapat kelainan pada anak balita tidak
dapat dilakukan rujukan segera ke Puskesmas (Hutami dan Ardianto,
2015). Dari hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),
diperoleh informasi bahwa balita yang sehat dan status gizi baik
berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB lebih banyak pada balita
yang memanfaatkan Posyandu dan balita yang sakit lebih dan status
gizi buruk banyak pada balita yang tidak pernah ke Posyandu (Hidayat
dan Jahari, 2011).
3. Pola Asuh Orang tua
a. Definisi Pola Asuh
Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
artinya adalah ayah dan ibu(Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
orang tua dalam penelitian ini yaitu ayah dan ibu kandung dari anak
(anak tinggal bersama ayah dan ibu) (Ulumuddin, 2014). Pola berarti
model, contoh, sistem atau cara kerja, sedangkan asuh berarti menjaga,
merawat, memelihara dan mendidik anak. Jadi pengertian pola asuh
adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik,
menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008). Perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh
peranan lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa adanya
suasana hangat penuh kasih sayang yang mendasari terjalinnya
hubungan batin dan kedekatan emosi antara orang tua dan anak, proses
tumbuh kembang tidak akan berjalan optimal (Lidyasari, 2012).
b. KlasifikasiPola Asuh
Widyarini (2011) berpendapat bahwa secara garis besar pola
pengasuhan orang tua terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu, autoritatif, otoriter dan permisif.
1) Autoritatif
Orang tua dengan pola asuh autoritatif berusaha untuk
membuat anaknya berpikir secara rasional, beorientasi pada
masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling
memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang
mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga
menggunakan kekuasaan bila perlu, mendidik anak untuk mandiri
mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada
kebutuhan semata.
2) Otoriter
Orang tua dengan pola asuh otoriter berusaha untuk
membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku setiap
sikap anak sesuai dengan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai
kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling
memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Terkadang
orang tua menolak anak dan sering menerapkan hukuman kepada
anak.
3) Permisif
Orang tua dengan pola asuh permisif menunjukkan sikap
menerima dan bersikap positif terhadap impuls,
keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, jarang menggunakan hukuman,
berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab
rumah tangga, membiarkan dan tidak mengontrol anak untuk
mengatur aktivitasnya sendiri, berusaha mencapai sasaran tertentu
dengan memberikan alasan, namun tidak menunjukkan kekuasaan.
c. TindakanPola Asuh
1) Asuh Makan
Dikutip dari Waryana (2010), asuh makan adalah cara makan
seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan dan
psikologi budaya dan sosial. Perilaku pemberian makan adalah
seperangkat interaksi yang kompleks antara pengasuh/ orang tua
dan anak yang melibatkan proses pemilihan, konsumsi dan regulasi
makanan (Burn, 2004). Perilaku pemberian makan orang tua dapat
diartikan juga sebagai aktifitas orang tua untuk memenuhi diet,
kesehatan dan keamanan, membantu mengembangkan dan
mempertahankan perilaku makan yang baik, dan mempromosikan
lingkungan makan yang menyenangkan (Nugroho, dkk., 2014).
Pola asuh makan pada balita berkaitan dengan kebiasaan makan
yang telah ditanamkan sejak awal pertumbuhan manusia (Adriani
dan Kartika, 2011). Pemberian makanan bergizi mutlak dianjurkan
untuk anak melalui peran ibu atau pengasuhnya (Diana, 2006).
Masalah kurang gizi (malnutrisi) pada balita dapat
disebabkan oleh perilaku ibu dalam pemilihan bahan makanan (Jayanti, dkk., 2011). Malnutrisi akan menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya manusia, perlambatan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan, penurunan produktivitas, peningkatan penyakit dan kematian (Anwar, dkk., 2010).
Bahar (2002) menyatakan bahwa pengasuhan makanan anak
fase 6 bulan pertama adalah pemenuhan kebutuhan anak oleh ibu
dalam bentuk pemberian ASI atau makanan pendamping/pengganti
ASI pada anak. Dinyatakan cukup bila diberi ASI semata dengan
dan dinyatakan kurang bila tidak memenuhi kriteria tersebut.
Pengasuhan makanan anak pada fase 6 bulan kedua adalah
pemenuhan kebutuhan makanan untuk bayi yang dilakukan ibu,
dinyatakan cukup bila anak diberikan ASI plus makanan
pendamping ASI (MP-ASI) seperti makanan lumat yang terdiri
dari tepung-tepungan dicampur susu, dan atau nasi (berupa bubur
atau nasi biasa) bersama ikan, daging atau putih telur lainnya
ditambah sayuran (dalam bentuk kombinasi atau tunggal) diberi
dalam frekuensi sama atau lebih 3 x per hari, dan kurang bila tidak
memenuhi kriteria tersebut.
Pada dasarnya pemberian makanan kepada bayi bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bayi. Bayi usia 6-12 bulan
membutuhkan zat gizi terutama energi dan protein sejumlah 650
kalori dan 16 gram protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI)
adalah 400 kalori dan 10 gram protein, sehingga kebutuhan yang
diperoleh dari MP-ASI adalah 250 kalori dan 6 gram protein.
Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 kalori dan 8 gram protein,
sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar
500 kalori dan 12 gram protein (Depkes RI, 2006).
Kreatifitas ibu dalam penyajian makanan untuk balita sangat
diperlukan agar makanan terlihat menarik sehingga dapat
menimbulkan selera makan anak. Penyajian makanan yang akan
frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Pemberian
makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi, siang, dan
malam. Pemberian makanan selingan yaitu antara dua waktu
makan yaitu antara makan pagi dan makan siang serta antara
makan siang dan makan malam seperti tercantum dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita
Umur Bentuk Makanan Frekuensi
0 – 6 Bulan
ASI Eksklusif Sesering Mungkin
Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita, ada juga
anjuran pemberian makanan untuk balita berdasarkan Depkes RI
(2006), yaitu:
a) Umur 0-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:
(1) Beri ASI minimal 8 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam
setiap kali bayi menginginkan minum ASI
(2) Jangan berikan makanan atau minuman selain ASI
(3) Susu bayi dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian
b) Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:
(1) Teruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun
(2) Kenalkan makanan pendamping ASI pada umur 6-9 bulan
dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi
tim lumat, 2 kali sehari
(3) Makanan pendamping ASI diberikan setelah pemberian
ASI
(4) Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai
dari bubur nasi, sampai nasi tim, 3 kali sehari
(5) Pada makanan pendamping ASI, tambahan telur atau ayam
atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel
atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak
(6) Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik,
kadaluwarsa produk tersebut
(7) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan
c) Umur 1- 2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu:
(1) Beri ASI kapanpun balita menginginkan
(2) Beri nasi lembek 3 kali sehari
(3) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan
(4) Beri buah-buahan atau sari buah
(5) Bantu anak untuk makan sendiri
d) Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu :
(1) Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali
sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah
(2) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan
(3) Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara
waktu makan
e) Umur 3-5 tahun anjuran pemberian makanannya sama dengan
anjuran pemberian makanan umur 2-3 tahun
Memberi makan pada anak harus dengan kesabaran dan
ketekunan, sebaiknya menggunakan cara-cara tertentu seperti
dengan membujuk anak. Jangan memaksa anak, bila dipaksa
akan menimbulkan emosi pada anak sehingga anak menjadi
kehilangan nafsu makan (Pudjiadi, 2005).
2) Asuh Kesehatan
Hal ini berkaitan dengan interaksi terhadap sarana dan prasarana
yang ada di lingkungan rumah tangga dan lingkungan
sekelilingnya. Status kesehatan merupakan salah satu faktor pola
asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang lebih
baik (Anas, 2013). Menurut Budi (2006), jenis sakit yang dialami,
frekuensi sakit, lama sakit yang diderita sangat mempengaruhi
kesehatan dan status gizi balita.
Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan
pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan
kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi balita. Balita yang
tidak mendapatkan imunisasi, lebih tinggi mengalami resiko
penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di Posyandu
melalui kegiatan penimbangan akan lebih mudah mendapatkan
informasi akan adanya gangguan status gizi pada balita. Sakit yang
tidak kunjung sembuh akan mempengaruhi nafsu makan sehingga
menyebabkan rendahnya asupan gizi pada balita (Anas, 2013).
3) Asuh Diri
Sulistjiani (2001) berpendapat bahwa lingkungan yang sehat
terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Hal ini harus
diupayakan secara perlahan-lahan dan terus menerus serta
dibiasakan karena tidak dapat dilakukan dalam sekaligus. Oleh
karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat
sehat seperti berikut:
a) Mandi 2 kali sehari
c) Makan teratur 3 kali sehari
d) Menyikat gigi sebelum tidur
e) Buang air kecil pada tempatnya/WC.
Hasil penelitian Anwar (2000), asuh diri meliputi perilaku ibu
memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan, dan sanitasi
lingkungan. Pemberian nutrisi tanpa memperhatikan kebersihan
akan meningkatkan risiko balita mengalami infeksi seperti diare.
Rendahnya sanitasi dan hygiene pada pemberian MP ASI akan
meningkatkan risiko atau infeksi lain pada balita karena
kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroba (Bambang,
2005).
4. Posyandu
a. Definisi Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk
upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Sedangkan menurut Ismawati (2010), Posyandu adalah kegiatan
kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat
dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan,
maupun tempat tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat.
b. Tujuan Posyandu
Tujuan Posyandu yaitu penurunan angka kematian bayi, anak
balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan, dan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat, memelihara dan
menngkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, dan pasangan usia
subur (Ismawati, 2010).
c. Sasaran Posyandu
Menurut Iskandar (2009), sasaran Posyandu adalah seluruh
masyarakat, terutama bayi (0-11 bulan), anak balita (12 bulan-60
bulan), ibu hamil, melahirkan, nifas, menyusui, dan pasangan usia
subur.
d. Kegiatan Posyandu
Jenis kegiatan Posyandu dikenal dengan Panca Krida Posyandu
yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), imunisasi, Keluarga Berencana
Pencapaian hasil kegiatan Posyandu program gizi dapat dilihat melalui
balok SKDN (S= jumlah anak balita yang ada di wilayah kerja
Posyandu tertentu, K= jumlah anak balita yang memiliki KMS (Kartu
Menuju Sehat), D= jumlah anak balita yang datang ditimbang, N=
jumlah anak balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya). Data
pada balok SKDN sesuai fungsinya dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: kelompok data yang dapat digunakan untuk
pemantauan pertumbuhan balita di suatu wilayah, yaitu N/D,
sedangkan kelompok lainnya adalah yang digunakan untuk tujuan
pengelolaan program/kegiatan di Posyandu, yaitu D/S dan K/S
(Depkes RI, 2006). D/S (jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap
bulan untuk ditimbang dibandingkan jumlah semua balita di wilayah
Posyandu) memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan penimbangan bulanan. Target atau “standar cakupan minimal
untuk D/S adalah 85%” (RenStra Kementrian Kesehatan, 2010).
e. Pelayanan Posyandu
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh
kader, tim penggerak PKK desa/ kelurahan serta petugas kesehatan
dari Puskesmas. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah
didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri
(Ismawati 2010). Pelayanan Posyandu dilakukan dengan “pola lima
1) Meja 1 : Pendaftaran (Pencatatan bayi, balita, ibu hamil,
ibu menyusui dan (pasangan usia subur)
2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita
3) Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan
5) Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), imunisasi dan pengobatan, serta
pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.
Petugas pada meja 1-4 dilakukan oleh kader Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) sedangkan meja 5 merupakan meja
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Pola Asuh Orang tua
C. Kerangka Konsep
__________= Variabel yang diteliti
--- = Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
1. H0: Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan
kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan,
Bantul.
2. H1: Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan
kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan,
Bantul.
Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di
Posyandu Pola asuh orang tua
Variabel lain:
1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Akomodasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi
atau yang biasa disebut dengan desain penelitian observasional analitik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan rancangan penelitian
secara cross sectional mengenai pola asuh orang tua terhadap kepatuhan
kunjungan balita usia 1-59 bulan. Penelitian ini menekankan waktu
pengukuran/ observasi data variabel bebas dan terikat hanya satu kali dan
secara simultan pada suatu saat, sehingga tidak ada tindak lanjut. Dengan studi
ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena dihubungkan dengan
penyebab (Nursalam, 2015).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang
mempunyai anak usia 1-59 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi. Berdasarkan data yang diperoleh dari data kependudukan dusun
Ngebel, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, jumlah populasi adalah sebanyak
54 orang.
2. Sampel
Menurut Taro Yamane dan Slovin (1962), apabila jumlah populasi
(N) diketahui maka teknik pengambilan besar sampel dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
�= N N. d + 1
Keterangan:
n = Besar jumlah sampel
N = Besar populasi
d = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) (Ridwan,
2010)
Berdasarkan rumus tersebut, dengan jumlah populasi 54 balita maka
diperoleh jumlah sampel minimal sebagai berikut:
n = N
N.d2+ = .( , ) + = 47,8 = 48 balita
Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dimana
kriteria tersebut yang menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun
Ngebel
2) Bersedia menjadi koresponden
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:
1) Balita yang tidak mempunyai atau kehilangan Kartu Menuju Sehat
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah Simple
Random Sampling, karena semua sampel memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002). Cara pengambilan
sampel dengan random yang digunakan adalah dengan cara mengundi
nomer sesuai kedatangan pada saat Posyandu dengan jumlah undian yang
diambil sesuai jumlah sampel yaitu 48 balita.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 di Posyandu
Dusun Ngebel Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel Bebas
Pola asuh orang tua balita usia 1-59 bulan.
b. Variable Terikat
Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan.
c. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:
1) Usia orang tua
2) Pendidikan orang tua
3) Pekerjaan orang tua
4) Akomodasi orang tua
5) Dukungan keluarga
2. Definisi Operasional
a. Pola Asuh Orang tua
1) Jenis Pola Asuh
Jenis pola asuh adalah kebiasaan perilaku yang diterapkan
orang tua pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu
ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi
negatif ataupun positif. Skala yang digunakan adalah skala
nominal. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner yang
terdiri 30 pertanyaan: 13 pertanyaan ototiter, 13 pertanyaan
autoritatif, dan 4 pertanyaan permisif. Parameter yang digunakan
yaitu setiap pertanyaan mempunyai nilai mulai dari “Tidak Pernah”
sampai “Selalu” dan nilai 1 2 3 4 5 6. Di akhir setiap bagian, semua
nilai dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pertanyaan pada
bagian tersebut. Skor yang paling tinggi menujukkan pola asuh
yang diterapkan.
2) Tindakan Pola Asuh
Tindakan pola asuh adalah tindakan orang tua yang dapat
menggambarkan pola asuh makan, pola asuh diri, dan pola asuh
kesehatan. Skala yang digunakan adalah skala nominal. Cara
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner masing
- masing 8 pertanyaan untuk pola asuh makan, pola asuh diri, dan
10 pertanyaan pola asuh kesehatan. Parameter berdasarkan skala
jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga total skor berkisar
antara 0-8. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka tindakan
pola asuh dapat dikatakan baik apabila bobot nilai yang dicapai >
50% dan kurang baik apabila bobot nilai yang dicapai <50%
(Anas, 2013).
b. Kepatuhan
Definisi kepatuhan dalam peneitian ini adalah orang tua yang
patuh mengikuti anjuran atau aturan yang telah ditetapkan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan program Posyandu. Skala yang digunakan
adalah skala ordinal. Cara pengukuran menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS), yaitu menghitung seberapa sering balita berkunjung ke
Posyandu dan menghitung D/S Posyandu yang mengindikasikan
jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap bulan untuk ditimbang
dibandingkan jumlah semua balita di wilayah Posyandu dengan target
>85%. Parameter yang digunakan untuk menilai kepatuhan adalah
dengan menggunakan modifikasi formula complience yaitu rasio dari
jumlah kegiatan Posyandu yang diikuti dibagi jumlah kegiatan
Posyandu yang harus diikuti dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi
(Hayness, 1979).
C = Jumlah kegiatan Posyandu yang diikuti x 100% Jumlah kegiatan Posyandu yang harus diikuti
Nilai hasil ukur tingkat kepatuhan “C” (Complience) yaitu antara
cukup patuh apabila nilai kepatuhan 26-74%, dan dikatakan tidak
patuh apabila nilai kepatuhan 0-25%.
E. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari formulir data berisi
karakteristik responden, informed consent sebagai bukti kesediaan menjadi
responden, kuesioner jenis pola asuh, dan kuesioner tindakan pola asuh
oleh Robinson, dkk (1995) yang telah dikembangkan oleh Evelyn dan
Savitri (2015).
2. Alat
a. Kartu Menuju Sehat (KMS)
b. Printer
c. Alat tulis
3. Bahan
Kertas HVS A4
F. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data yang diambil secara langsung pada responden meliputi data
identitas ibu dan data anak, data pola asuh orang tua dan data
kepatuhan kunjungan Posyandu di dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.
b. Data Sekunder
Posyandu Ngebel yaitu jumlah ibu yang mempunyai anak usia 1-59
bulan di dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara menyebar kuesioner untuk memperoleh data pola asuh orang
tua dan mencatat frekuensi kunjungan balita ke Posyandu melalui Kartu
Menuju Sehat (KMS).
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas (kesahihan dan keterandalan) sudah
pernah dilakukan sebelumnya dalam penelitian Robinson, dkk (1995) yang
dikembangkan oleh Evelyn dan Savitri (2015). Uji validitas dilakukan
dengan cara mengukur korelasi item dengan skor total item menggunakan
Corrected Item Total Correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel
maka dinyatakan valid dan sebaliknya, pada taraf signifikan 0,05 dengan uji
dua sisi dan jumlah data n = 30. Didapat dari tabel r tabel 0,361 (Priyatno,
2010).
Ketentuan kuesioner dikatakan valid pada penelitian ini, jika :
1. Nilai r CorrectedItemTotalCorrelation > 0,361 dikatakan valid
2. Nilai r CorrectedItemTotalCorrelation < 0,361 dikatakan tidak valid
Reliabilitas dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya
dengan m enggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis
nilai koefisien reliabilitas yang terukur dalam interval >0,60 sampai dengan
0,95 maka dinyatakan reliabel.
Kuesioner jenis pola asuh sudah pernah dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas. Untuk pola asuh autoritatif didapatkan hasil seluruh variabel
autoritatif sebanyak 13 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total>
0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,83, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh pertanyaan variabel pola asuh autoritatif valid dan reliabel. Untuk uji
validitas pola asuh otorier seluruh variabel otoriter sebanyak 13 pertanyaan
mempunyai nilai corrected item total > 0,361 dengan nilai cronch’s alpha
0,81, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel otoriter
valid dan reliabel. Untuk uji validitas pola asuh permisif seluruh variabel
permisif sebanyak 4 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total >
0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,65, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh pertanyaan variabel permisif valid dan reliabel. Kuesioner tindakan
pola asuh sudah pernah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas sebelumnya.
Untuk uji validitas dan relibilitas pola asuh makan didapatkan hasil seluruh
variabel asuh makan usia 0-59 bulan sebanyak 32 pertanyaan mempunyai
nilai corrected item total> 0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,953, maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel asuh makan valid dan
reliabel. Untuk uji validitas dan reliabilitas pola asuh diri seluruh variabel
asuh diri sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total >
0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,880, maka dapat disimpulkan bahwa
H. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik,
yaitu pengolahan data yang manggunakan analisis statistik dengan bantuan
alat computer (Notoatmojo, 2003). Pengolahan data dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut:
a. Pengeditan
Data yang diperoleh selanjutnya diedit sesuai kebenarannya dan
kevalidannya, ini dilakukan untuk mengetahui penyimpangan
data-data yang didapatkan selama pengukuran jika ditemui data-data yang salah
pengisian maka data itu tidak dipergunakan.
b. Pengkodean (coding)
Pengkodean yaitu kode-kode tertentu pada jawaban responden.
Dalam pengkodean penelitian ini sebagai berikut:
1) Jenis Pola Asuh
a) Autoritatif kode 1
b) Otoriter kode 2
c) Permisif kode 3
2) Tindakan Pola Asuh
a) Baik kode 1
b) Tidak baik kode 2
3) Kepatuhan Kunjungan Balita Usia 1-59 bulan
b) Cukup Patuh kode 2
c) Tidak Patuh kode 3
c. Scoring
Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang
perlu diberi penilaian atau skor. Pemberian skor dalam penelitian ini
adalah dari jawaban responden untuk dengan range 1-6, jawaban
selalu diberi skor 6, dan untuk jawaban tidak pernah diberi skor 0
untuk kuesioner jenis pola asuh. Untuk kuesioner Tindakan Pola Asuh
diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
d. Tabulasi Data
Sebelum data dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah
ditentukkan, data ditabulasikan dengan melakukan penentuan data
sehingga diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel penelitian,
kemudian memindahkan data kedalam tabel yang sesuai dengan
kriteria.
2. Analisis Data
Data yang diambil berupa karakteristik responden dan kuesioner pola
asuh orang tua menggunakan kuesioner jenis pola asuh dan kuesioner
tindakan pola asuh yang telah tervalidasi, dan kepatuhan kunjungan balita
menggunakan perhitungan metode Complience. Distribusi data kemudian
dilihat normalitasnya menggunakan program analisis statistik komputer.
Setelah itu, dilakukan uji hipotesis dengan uji hubungan metode
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap prapenelitian
Tahap ini meliputi studi pustaka terhadap penelitian, dan studi
pendahuluan ke Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul untuk menentukan
waktu penelitian, dan persiapan materi dan konsep untuk mendukung
jalannya penelitian.
2. Tahap persiapan penelitian
Tahap ini meliputi kegiatan perumusan masalah, penyusunan
proposal, penyusunan instrumen penelitian, pengurusan surat izin untuk
melaksanakan penelitian.
3. Tahap penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengumpulkan calon
responden berdasarkan kelompok umur di Posyandu Ngebel, Kasihan,
Bantul. Penelitian dilakukan pada saat diadakannya kegiatan Posyandu
untuk melakukan pengambilan data dengan metode interviewer completed
questioner yaitu pengisian kuesioner yang diisikan oleh peneliti. Sebelum
pengisian kuesioner dimulai, perlu dipastikan bahwa responden sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu, responden diberi
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian serta penjelasan
singkat mengenai kuesioner yang akan diberikan dan apabila ibu balita
yang menjadi calon responden bersedia, maka responden dipersilakan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan
acuan kuesioner serta dilakukan pencatatan data kunjungan balita dengan
melihat Kartu Menuju Sehat (KMS). Setelah pengisian selesai, peneliti
melakukan pengecekan ulang mengenai komponen kuesioner dan
kelengkapan pencatatan data kunjungan ke Posyandu. Penelitian
dilanjutkan dengan mendatangi rumah calon responden yang tidak hadir
saat kegiatan Posyandu.
4. Tahap penyelesaian
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dibahas untuk
penyusunan karya tulis ilmiah dan dilanjutkan dengan pendadaran.
J. Kesulitan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kesulitan dalam
jalannya penelitian, antara lain:
1. Jadwal Posyandu hanya sekali dalam sebulan dan dilakukan di pagi hari.
2. Mayoritas usia kader sudah tidak termasuk dalam usia produktif sehingga
kinerja kader tidak maksimal dan kurang berperan aktif dalam kegiatan
Posyandu.
3. Pelaksanaan Posyandu yang tidak tepat waktu membuat beberapa orang
tua mengurungkan niatnya untuk mengikuti kegiatan Posyandu.
4. Pencarian alamat rumah responden orang tua yang tidak datang ke
K. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007) terdapat 5 macam, antara lain;
informed consent, anonimity, confidentiality, do not harm, dan fair treatment.
Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Kepatuhan
Kunjungan Balita Usia 1-59 Bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul”
memperhatikan beberapa hal yang menyangkut etika penelitian sebagai
berikut:
1. Informed consent, yaitu peneliti memberikan lembar permohonan menjadi
responden dan persetujuan menjadi responden pada calon responden. Jika
responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan dan
menghormati hak responden.
2. Anonimity, yaitu nama responden hanya diketahui oleh peneliti. Pada saat
publikasi juga tidak dicantumkan nama responden melainkan
menggunakan kode angka.
3. Confidentiality, yaitu data atau informasi yang didapat selama penelitian
akan dijaga kerahasiaannya dan hanya peneliti yang dapat melihat data
tersebut.
4. Do not harm, yaitu meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat
penelitian yang timbul pada penelitian ini.
5. Fair treatment, yaitu melakukan perlakuan yang adil dan memberikan hak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Bantul merupakan sebuah kabupaten yang berada di bawah wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa dan 933 dusun. Desa Tamantirto adalah sebuah desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan luas
wilayah +672,000 Ha. Batas wilayah Desa Tamantirto adalah sebagai
berikut:
a. Utara : Desa Ambarketawang
b. Selatan : Desa Bangunjiwo
c. Barat : Desa Bangunjiwo
d. Timur : Desa Tirtonimolo
Desa Tamantirto memiliki 89 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah
penduduk sebanyak 25.108 orang. Kepadatan penduduk mencapai 3.736
jiwa/km2 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 7.149 yang tersebar dalam 10 dusun, yaitu Gatak, Ngebel, Ngrame, Jetis, Jadan, Brajan,
Gonjen, Kasihan, dan Kembaran.
Dusun Ngebel terdiri dari 10 Rukun Tetangga serta terdapat 2
Posyandu yaitu Kemuning A dan Kemuning B. Posyandu Kemuning A
mencakup RT 1 hingga RT 5, sedangkan Kemuning B mencakup RT 6
2. Deskripsi Karakteristik Responden
Data karakteristik responden pada penelitian ini yang dilihat dari
usia, alamat, pendidikan, dan pekerjaan dengan jumlah responden
sebanyak 52 orang menunjukkan bahwa hasil perhitungan statistik usia ibu
saat dilakukannya penelitian berkisar antara 21 - 50 tahun dengan proporsi
terbesar yaitu 51,9% pada usia ibu antara 21 - 30 tahun yang berjumlah 27
responden. Sementara karakteristik respoden yang dilihat dari alamat RT
dari RT 1 hingga RT 5 dengan proporsi terbesar yaitu 32,7% pada RT 02
yang berjumlah 17 responden. Untuk karakteristik pendidikan responden,
mayoritas adalah SMA dengan proporsi 38,5% berjumlah 20 orang,
sedangkan untuk pekerjaan dari responden, mayoritas adalah Ibu Rumah
Tangga dengan proporsi 61,5% berjumlah 33 responden. Secara rinci
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)
No Kriteria Frekuensi %
3. Deskripsi Karakteristik Balita
Karakteristik balita meliputi umur, dan jenis kelamin yang
berjumlah 52 balita. Hasil perhitungan statistik untuk karakteristik balita
yang dilihat dari usia balita menunjukkan bahwa usia balita 0-6 bulan
berjumlah 6 balita (11,5%), 7-12 bulan berjumlah 5 balita (9,6%), 12-23
bulan 14 balita (26,9%), dan 24-59 bulan 27 balita (51,9%).
Sementara itu karakteristik balita dilihat dari jenis kelamin, balita
laki-laki berjumlah 25 balita (48,1%) dan balita perempuan berjumlah 27
balita (51,9%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara laki –
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)
No Kriteria Frekuensi %
1 Usia (bulan)
0-6 bulan 6 11.5
7-11 bulan 5 9.6
12-23 bulan 14 26.9
24-59 bulan 27 51.9
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 25 48.1
Perempuan 27 51.9
4. Pola Asuh Orang tua
Pola asuh orang tua dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu
jenis pola asuh dan tindakan pola asuh.
a. Jenis Pola Asuh
Jenis pola asuh dalam penelitian ini adalah autoritatif,
otoriter, dan permisif. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan
hasil bahwa pola asuh orang tua autoritatif sebanyak 28 responden
(53,9%), untuk otoriter berjumlah 5 orang (9,6%), dan untuk
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pola Asuh Orangtua di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)
No Jenis Pola Asuh Frekuensi %
1 Autoritatif 28 53.9
2 Permisif 19 36.5
3 Otoriter 5 9.6
Mayoritas orang tua di Posyandu Kemuning A Ngebel,
Kasihan, Bantul menerapkan jenis pola asuh autoritatif. Hal ini
menujukkan bahwa orang tua berusaha untuk membuat anaknya
berpikir secara rasional, beorientasi pada masalah yang dihadapi,
serta menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima.
b. Tindakan Pola Asuh
Tindakan pola asuh dalam penelitian ini terbagi menjadi
pola asuh makan, pola asuh kesehatan, dan pola asuh diri.
Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Posyandu Kemuning A Ngebel, Kasihan, Bantul (N=52)
5. Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu
Kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dinilai menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) dengan cara menghitung rasio seberapa sering balita
berkunjung ke Posyandu dibagi jumlah kegiatan Posyandu yang harus
diikuti dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi. Dikatakan patuh apabila
nilai kepatuhan 75-100%, dikatakan cukup patuh apabila nilai kepatuhan
26-74%, dan dikatakan tidak patuh apabila nilai kepatuhan 0-25%.
Mayoritas balita tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepatuhan Kunjungan Balita ke Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)
No Kepatuhan Frekuensi %
1 Patuh 0 0
2 Cukup Patuh 24 46.15
3 Tidak Patuh 28 53.85
6. Hubungan Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu
Data untuk variabel pola asuh diperoleh dari kuesioner yang diisi
oleh responden, yaitu kuesioner jenis pola asuh dan tindakan pola asuh.
a. Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu
Terdapat 3 jenis pola asuh yang dihubungkan dengan kepatuhan
kunjungan balita ke Posyandu, yaitu otoriter, autoritatif, dan permisif.
Masing – masing jenis pola asuh di hubungkan dengan kategori
Tabel 4.6 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita KePosyandu (N=52)
Jenis Pola Asuh
Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Total
P
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa dari 19 balita dengan
pola pengasuhan permisif, sebanyak 4 balita masuk dalam kategori
cukup patuh dan 15 balita tidak patuh. Sebanyak 5 balita dengan pola
pengasuhan otoriter, 1 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan 4
balita tidak patuh. Sedangkan 28 balita dengan pola pengasuhan
autoritatif, 19 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan tidak
patuh sebanyak 9 balita. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tidak
ada balita yang masuk dalam kategori patuh dari masing-masing jenis
pola asuh. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua yang
menjadi responden dari ketiga jenis pola asuh tersebut tidak patuh
untuk membawa balitanya berkunjung ke Posyandu. Berdasarkan hasil
uji statistik dengan Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p sebesar
0.007 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara jenis pola asuh dengan kepatuhan kunjungan balita ke
Posyandu. Uji Kolmogorov Smirnov dilakukan karena syarat untuk uji