• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : NAFI’ATUS SYARIFAH

20130310162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : NAFI’ATUS SYARIFAH

20130310162

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

HALAMAN PENGESAHAN KTI

HUBUNGAN JENIS DAN TINDAKAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ORANG TUA BALITA USIA 1-59 BULAN DI POSYANDU NGEBEL, KASIHAN, BANTUL

Disusun Oleh: NAFI’ATUS SYARIFAH

20130310162

Telah disetujui dan akan diseminarkan pada tanggal 7 November 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Sc Dr. dr. H. Kusbaryanto, M. Kes NIK: 19810621200710173076 NIK: 19650807199701173022

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG, M. Kes NIK: 19711028199709173027

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Nafi’atus Syarifah

NIM : 20130310162

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 28 Oktober 2016 Yang membuat pertanyaan,

Nafi’atus Syarifah

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Jenis dan Tindakan Pola Asuh Orang tua dengan Kepatuhan Kunjungan Orang Tua Balita Usia 1-59 Bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Denny Anggoro Prakoso, MSc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dr. dr. H. Kusbaryanto, M. Kes selaku dokter penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan serta arahan kepada penulis.

4. Bapak Suwarno Kasmoeri, Ibu Suprihatin, Kakak Muhammad Arif Fahmi dan Adik Muhammad Afif Alwan atas semua kasih sayang, perhatian, nasihat, motivasi, dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

5. Teman-teman AORTA, Avina Aroisa, Riska Anggraeni, Yulia Rachmi Widiastuti, Dimas Adhi Pradita, Fernanda Arifta Hutama, Oky Somang Setiawan, dan Kalam Majid Biruni yang sudah setia menjadi tempat berkeluh

(6)

kesah dan selalu memberikan dukungan, hiburan serta semangat selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Teman-teman satu kelompok bimbingan, Tiara Kusumadewi, Nindy Ellena, dan Novihani Hidayati yang telah membantu dan memberi dukungan satu sama lain.

7. Teman-teman Medallion Pendidikan Dokter Angkatan 2013 yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan penyelesainan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah khazanah ilmu pengetahuan Kedokteran Indonesia.

Yogyakarta, 28 Oktober 2016

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Keaslian Penelitian ... 6

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 37

I. Jalannya Penelitian ... 39

J. Kesulitan Penelitian... 40

K. Etika Penelitian ... 41

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 51

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ... 6 Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita ... 19 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Posyandu Kemuning A

Ngebel Kasihan Bantul ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di Posyandu Kemuning A

Ngebel Kasihan Bantul ... 45 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pola Asuh Orangtua di

Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul... 46 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Posyandu Kemuning A

Ngebel, Kasihan, Bantul ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepatuhan Kunjungan Balita ke

Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul... 47 Tabel 4.6 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan

Balita Ke Posyandu. ... 48 Tabel 4.7 Hubungan antara Pola Asuh Makan dan Kepatuhan

Kunjungan Balita Ke Posyandu. ... 49 Tabel 4.8 Hubungan antara Pola Asuh Diri dan Kepatuhan

Kunjungan Balita Ke Posyandu. ... 50 Tabel 4.9 Hubungan antara Tindakan Pola Asuh Kesehatan dan

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu. ... 50

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 27 Gambar 2. Kerangka Konsep ... 28

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian

Lampiran 2. Surat Pertujuan (Informed Consent) Lampiran 3. Form Karakteristik Responden Lampiran 4. Kuesioner Jenis Pola Asuh Lampiran 5. Kuesioner Tindakan Pola Asuh

Lampiran 6. Data Mentah Karakteristik Responden dan Balita

Lampiran 7. Data Mentah Jenis dan Tindakan Pola Asuh serta Kepatuhan Lampiran 8. Distribusi Karakteristik Responden

Lampiran 9. Distribusi Karakteristik Balita Lampiran 10. Analisis Jenis Pola Asuh Lampiran 11. Analisis Tindakan Pola Asuh Lampiran 12. Analisis Kepatuhan

Lampiran 13. Hubungan Jenis Pola Asuh dengan Kepatuhan Lampiran 14. Hubungan Tindakan Pola Asuh dengan Kepatuhan

(11)

ABSTRACT

Background: Based on Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2007 to 2013, the prevalence of low-nutrient children is 19,6% increasing. Nutrient state’s disorder will influence the growth and development from toddler until the next phase. That is the reason why we should pay attention. One of the most important factors in toddler’s nutrient state is parenting. The indication of health service utilization is the presence of people to attend to the health service itself, in this case, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). The adherence of parents to monitor children’s growth and development using Kartu Menuju Sehat (KMS) is the key.

Purpose: To analyze the relations between parenting and the adherence of toddler’s (1-59 months old) visitation in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul.

Methods: This is a quantitative using analytic observational research with cross-sectional approach. Samples that used are parents with 1-59 months old toddler in Ngebel Posyandu. From these samples, 52 respondents were collected with simple random sampling technique using Chi Square Test and Kolmogorov Smirnov to analyze the data.

Results and Discussion: 28 respondents had authoritative kind of parenting with

29 children with bad eating parenting, 30 children with good self parenting, 33

children with bad health parenting, and 28 respondents were not adherence to visit Posyandu. There is a relation between parenting and the adherence for Posyandu visitation with p value = 0,007 for the parenting type, p value = 0,000 for eating parenting, p value = 0,004 for self parenting and p = 0,015 for health parenting.

Conclusion: There is a relation between parenting and the adherence of Posyandu visitation for toddler between 1-59 months old in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul

Keywords: Parenting, Adherence, Posyandu

(12)

INTISARI

Latar belakang: Berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 prevalensi gizi kurang meningkat 19,6%. Gangguan status gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang berperan dalam status gizi balita adalah pola asuh orang tua. Indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut, dalam hal ini spesifik pada pemanfaatan Posyandu. Kepatuhan orang tua sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun Ngebel berjumlah 52 responden dengan teknik Simple Random Sampling menggunakan analisis data Chi-Square Test dan Kolmogorov Smirnov.

Hasil dan Pembahasan: Jenis pola asuh autoritatif sebanyak 28 responden dengan tindakan asuh makan tidak baik sebanyak 29 balita, asuh diri baik sebanyak 30 balita, asuh kesehatan tidak baik sebanyak 33 balita dan 28 responden tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Pola asuh orang tua berhubungan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dengan nilai p = 0,007 untuk jenis pola asuh, p = 0,000 untuk tindakan asuh makan, p = 0,004 untuk asuh diri dan p = 0,015 untuk asuh kesehatan.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

Kata Kunci: Pola Asuh, Kepatuhan, Posyandu

(13)
(14)

prevalence of low-nutrient children is 19,6% increasing. Nutrient state’s disorder will influence the growth and development from toddler until the next phase. That is the reason why we should pay attention. One of the most important factors in toddler’s nutrient state is parenting. The indication of health service utilization is the presence of people to attend to the health service itself, in this case, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). The adherence of parents to monitor children’s growth and development using Kartu Menuju Sehat (KMS) is the key.

Purpose: To analyze the relations between parenting and the adherence of toddler’s (1-59 months old) visitation in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul.

Methods: This is a quantitative using analytic observational research with cross-sectional approach. Samples that used are parents with 1-59 months old toddler in Ngebel Posyandu. From these samples, 52 respondents were collected with simple random sampling technique using Chi Square Test and Kolmogorov Smirnov to analyze the data.

Results and Discussion: 28 respondents had authoritative kind of parenting with 29

children with bad eating parenting, 30 children with good self parenting, 33 children

with bad health parenting, and 28 respondents were not adherence to visit Posyandu. There is a relation between parenting and the adherence for Posyandu visitation with p value = 0,007 for the parenting type, p value = 0,000 for eating parenting, p value = 0,004 for self parenting and p = 0,015 for health parenting.

Conclusion: There is a relation between parenting and the adherence of Posyandu visitation for toddler between 1-59 months old in Ngebel Posyandu, Kasihan, Bantul

(15)

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu faktor yang berperan dalam status gizi balita adalah pola asuh orang tua. Indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepatuhan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan tersebut, dalam hal ini spesifik pada pemanfaatan Posyandu. Kepatuhan orang tua sangat penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

Metode: Jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun Ngebel berjumlah 52 responden dengan teknik Simple Random Sampling menggunakan analisis data

Chi-Square Test dan Kolmogorov Smirnov.

Hasil dan Pembahasan: Jenis pola asuh autoritatif sebanyak 28 responden dengan tindakan asuh makan tidak baik sebanyak 29 balita, asuh diri baik sebanyak 30 balita, asuh kesehatan tidak baik sebanyak 33 balita dan 28 responden tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Pola asuh orang tua berhubungan dengan kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dengan nilai p = 0,007 untuk jenis pola asuh, p = 0,000 untuk tindakan asuh makan, p = 0,004 untuk asuh diri dan p = 0,015 untuk asuh kesehatan.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak bawah lima tahun (balita) merupakan masa terbentuknya dasar

kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, keterampilan

berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain sebagainya.

Perkembangan dan pertumbuhan anak pada masa kini memerlukan perhatian

yang lebih khusus. Apabila perkembangan dan pertumbuhan anak mengalami

gangguan, hal ini akan berakibat pada terganggunya persiapan terhadap

pembentukan anak yang berkualitas (Lubis dan Chairuddin, 2004).

Saat ini perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks dan

menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius (Renstra

Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia jumlah balita pada tahun 2013

sebanyak + 24 juta jiwa dari jumlah penduduk 250 juta jiwa atau sebesar

9,6%. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai jumlah balita

264.856 dimana 16,2% mengalami gizi kurang atau buruk (Riskesdas, 2013).

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014,

perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan

menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% pada

tahun 2014. Hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) dari tahun 2007 ke tahun

2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana gizi kurang

(underweight) meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%. Hal ini terjadi karena

(17)

tepat yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,

mudah sakit dan berdaya saing rendah. Seribu hari pertama kehidupan seorang

anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya. Pada periode itu

anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius dan apabila

lewat dari seribu hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati

(Renstra Kementerian Kesehatan, 2015).

Status gizi sering dikaitkan dengan berbagai faktor yang

mempengaruhinya, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung

adalah penyakit infeksi dan konsumsi makanan (Soekirman, 2000). Sedangkan

faktor tidak langsung adalah tidak cukup persediaan pangan, pola asuh,

pelayanan kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan tidak memadai.

(Soekidjo, 2003).

Pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang

tua dalam mendidik, menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008). Menurut pandangan Islam selain sebagai

anugerah, amanah dan rahmat, anak juga bisa menjadi cobaan bagi orang

tua, karena tidak jarang orang tua gagal dalam pengasuhan dan pendidikan

anaknya, sesuai yang disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Anfal: 28 yang

berbunyi:

(18)

Serta seperti hadist yang telah diriwayatkan oleh HR. Bukhori berikut ini:

“Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janjimu itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada

mereka.” –(HR. Bukhari)

Jadi, perlu usaha yang tidak mudah dan tanggung jawab yang besar

untuk menjadikan anak seperti yang orang tua harapkan, karena peran orang

tua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter anak sesuai dengan apa

yang orang tua inginkan. Peran orang tua salah satunya adalah dengan

memberikan pola asuh terhadap anak untuk membina akhlak mereka.

Ketidaktepatan dalam pemberian pola asuh dapat menimbulkan beberapa

gangguan pada tumbuh kembang anak.

Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar

terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh

masyarakat. Posyandu menjadi pelayanan kesehatan penting untuk bayi dan

balita yang paling awal. Namun, pada kenyataannya warga masyarakat sendiri

banyak yang tidak memanfaatkan Posyandu (Yulifah dan Johan, 2009).

Masyarakat masih lebih banyak sebagai objek daripada sebagai subjek

pembangunan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).

Partisipasi balita dalam program Posyandu biasanya menurun setelah

anak menginjak umur 2 tahun padahal seharusnya anak berpartisipasi dalam

kegiatan Posyandu sampai umur 5 tahun (Anwar dkk, 2010). Ketidakpatuhan

kunjungan Posyandu mengakibatkan ibu tidak akan memperoleh informasi

dini mengenai kesehatan anak balitanya sehingga tidak ada dorongan untuk

(19)

Kedatangan orang tua sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)

melalui penimbangan bulanan balita dan mengetahui keadaan kesehatan serta

memberikan pelayanan kesehatan lainnya pada balita. Dengan adanya

pemantauan dari KMS dapat meminimalkan terjadinya gizi buruk dan balita

berat badannya dibawah garis merah (BGM) (Departemen Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial, 2001).

Posyandu Ngebel adalah Posyandu yang mempunyai populasi balita

yang cukup besar untuk 1 dusun yaitu 54 balita. Berdasarkan data Posyandu

Maret 2015, terdapat 11 balita yang tidak naik berat badannya, dan terdapat 5

balita yang turun berat badannya. Data–data diatas menjadi bahan kajian yang

menarik diteliti untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan kepatuhan

kunjungan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, masalah yang penulis

rumuskan adalah apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan

kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan,

Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan

(20)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak usia 1-59 bulan di

Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul.

b. Mengetahui kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu

Ngebel, Kasihan, Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada

orang tua dan masyarakat dalam menciptakan pola asuh yang baik

untuk balita usia 1-59 bulan dan pentingnya kunjungan di Posyandu.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi petugas

kesehatan dan digunakan sebagai bahan edukasi untuk masyarakat.

c. Bagi Pengambil Kebijakan

Diharapkan penelitian ini dapat membantu dalam menentukkan

kebijakan atau keputusan yang akan diambil dalam menyelesaikan

(21)

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Desain Variabel Hasil

rhitung = 0,539 dengan p= 0,000 (p < 0,05)

Posyandu balita di

Posyandu Wijaya dengan pola asuh baik, 10 responden mengalami gizi tidak baik dengan pola asuh kurang dan 10 koresponden lainnya gizi tidak baik dengan pola

asuh baik.

(22)

nutritional niat yang terkait dengan partisipasi. Regresi logistik menunjukkan bahwa pemantauan status gizi balita adalah alasan utama bahwa ibu berpartisipasi dalam Posyandu. Ibu yang puas

dengan layanan

Perbedaan dengan ketiga penelitian tersebut adalah pada penelitian ini

(23)

kepatuhan kunjungan di Posyandu dengan subjek penelitian balita usia 1-59

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menurut

dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008). Kepatuhan adalah sebagai tingkat

penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan

oleh dokter atau orang lain (Slamet, 2007).

b. Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

Niven (2008) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

1) Usia

Tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja seiring dengan bertambahnya

umur. Dari segi kepercayaan, masyarakat lebih mempercayai orang

yang lebih dewasa daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini berkaitan dengan pengalaman dan

kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara

berpikir semakin matang.

(25)

2) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan seseorang

dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa penddikan

tersebut merupakan pendidikan yang aktif.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh setiap

orang sebagai suatu rutinitas atau kebiasaan setiap hari dimana

setiap tindakan tersebut mendapat penghargaan atau imbalan baik

berupa uang ataupun barang. Pekerjaan seseorang dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan orang tersebut.

4) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri

kepribadian seseorang yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah

jarak dan waktu. Hal ini bisa jadi sangat mempengaruhi kepatuhan

seseorang.

5) Dukungan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2

(26)

hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dan

mempertahankan kebudayaan. Dukungan positif dari keluarga

dapat meningkatkan kepatuhan orang tersebut.

6) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

(kualitas pelayanan)

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada

klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu

penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat

meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan

tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu dalam kunjungannya ke

Posyandu.

c. Manfaat Kepatuhan Kunjungan ke Posyandu

Pemeliharaan kesehatan dapat diusahakan dengan cara

memonitor morbiditas balita dan segera membawa berobat ke tempat

pelayanan kesehatan apabila sakit. Pelayanan kesehatan merupakan

salah satu faktor langsung yang erat kaitannya dengan kejadian infeksi

penyakit atau morbiditas. Upaya penurunan angka morbiditas balita

dapat diusahakan dengan memanfaatkan akses pelayanan kesehatan

dan penatalaksanaan kasus penderita secara benar dan tepat waktu

(Hidayat dan Jahari, 2011). Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan

kesehatan adalah kepatuhan kunjungan masyarakat ke pusat pelayanan

(27)

kesehatan Posyandu (Hutami dan Ardianto, 2015). Pentingnya

keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat yang merupakan

pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana

sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga berencana.

Selain itu, wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk

tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman serta

bermusyawarah untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi

baik masalah keluarga atau masalah masyarakat itu sendiri (Sembiring,

2004).

Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan Posyandu tentu akan

berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya, karena salah satu

tujuan Posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat

terutama anak balita dan ibu hamil (Meilani, dkk., 2009). Kegiatan

Posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya

pemberian imunisasi saja, tetapi juga memonitor tumbuh kembang

bayi dan balita melalui kegiatan penimbangan dan pemberian makanan

tambahan. Pencegahan dan penanganan gizi buruk juga dapat segera

ditangani sedini mungkin, karena pada dasarnya anak balita bergizi

buruk tidak semua lahir dalam keadaan berat badan tidak normal

(28)

2. Ketidakpatuhan

a. Definisi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan adalah perilaku yang ditandai dengan beberapa

bentuk tindakan seperti menunda mencari bantuan kesehatan

(pengobatan), tidak berpartisipasi dalam program kesehatan,

melanggar kesepakatan, atau gagal mengikuti instruksi (Bittikaka,

2011).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Dalam jurnal yang dikemukakan oleh Sulistiyanti dan

Untariningsih (2013), ada beberapa hal yang menyebabkan ibu balita

tidak datang ke Posyandu. Menurut Kasmita (2000), meliputi:

pekerjaan rumah tangga, anak sakit, bepergian ketempat lain, bekerja

ditempat lain dan lupa. Sedangkan menurut Widiastuti dan Kristiani

(2006) alasan ibu balita tidak datang ke Posyadu antara lain:

1) Ibu balita yang tidak mau datang ke Posyandu karena tidak

mengetahui manfaat Posyandu.

2) Alasan ibu balita tidak membawa ke Posyandu karena faktor anak

sakit atau sedang tidur atau anak takut ditimbang.

3) Alasan lain ibu balita enggan berkunjung ke Posyandu, khususnya

ibu balita kelompok menengah ke atas karena merasa telah

membawa anaknya ke dokter.

4) Faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor

(29)

Posyandu. Ibu yang bekerja tidak membawa anaknya ke Posyandu

kemungkinan karena Posyandu diselenggarakan pada hari kerja

dan jam kerja.

c. Dampak ketidakpatuhan terhadap balita

Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita perlu mendapatkan

perhatian karena sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya.

Dampak ketidakpatuhan kunjungan balita ke Posyandu adalah tidak

terpantaunya pertumbahan anak sehingga orang tua tidak mengetahui

bahwa anak menderita gizi kurang atau gizi buruk, terjadinya drop out

cakupan imunisasi dan apabila terdapat kelainan pada anak balita tidak

dapat dilakukan rujukan segera ke Puskesmas (Hutami dan Ardianto,

2015). Dari hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),

diperoleh informasi bahwa balita yang sehat dan status gizi baik

berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB lebih banyak pada balita

yang memanfaatkan Posyandu dan balita yang sakit lebih dan status

gizi buruk banyak pada balita yang tidak pernah ke Posyandu (Hidayat

dan Jahari, 2011).

3. Pola Asuh Orang tua

a. Definisi Pola Asuh

Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

artinya adalah ayah dan ibu(Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

(30)

orang tua dalam penelitian ini yaitu ayah dan ibu kandung dari anak

(anak tinggal bersama ayah dan ibu) (Ulumuddin, 2014). Pola berarti

model, contoh, sistem atau cara kerja, sedangkan asuh berarti menjaga,

merawat, memelihara dan mendidik anak. Jadi pengertian pola asuh

adalah suatu cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik,

menjaga, merawat, dan memelihara anak (Departemen Pendidikan

Nasional, 2008). Perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh

peranan lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa adanya

suasana hangat penuh kasih sayang yang mendasari terjalinnya

hubungan batin dan kedekatan emosi antara orang tua dan anak, proses

tumbuh kembang tidak akan berjalan optimal (Lidyasari, 2012).

b. KlasifikasiPola Asuh

Widyarini (2011) berpendapat bahwa secara garis besar pola

pengasuhan orang tua terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi

tiga jenis, yaitu, autoritatif, otoriter dan permisif.

1) Autoritatif

Orang tua dengan pola asuh autoritatif berusaha untuk

membuat anaknya berpikir secara rasional, beorientasi pada

masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling

memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang

mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga

menggunakan kekuasaan bila perlu, mendidik anak untuk mandiri

(31)

mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada

kebutuhan semata.

2) Otoriter

Orang tua dengan pola asuh otoriter berusaha untuk

membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku setiap

sikap anak sesuai dengan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai

kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling

memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Terkadang

orang tua menolak anak dan sering menerapkan hukuman kepada

anak.

3) Permisif

Orang tua dengan pola asuh permisif menunjukkan sikap

menerima dan bersikap positif terhadap impuls,

keinginan-keinginan, dan perilaku anaknya, jarang menggunakan hukuman,

berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberi tanggung jawab

rumah tangga, membiarkan dan tidak mengontrol anak untuk

mengatur aktivitasnya sendiri, berusaha mencapai sasaran tertentu

dengan memberikan alasan, namun tidak menunjukkan kekuasaan.

c. TindakanPola Asuh

1) Asuh Makan

Dikutip dari Waryana (2010), asuh makan adalah cara makan

seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan dan

(32)

psikologi budaya dan sosial. Perilaku pemberian makan adalah

seperangkat interaksi yang kompleks antara pengasuh/ orang tua

dan anak yang melibatkan proses pemilihan, konsumsi dan regulasi

makanan (Burn, 2004). Perilaku pemberian makan orang tua dapat

diartikan juga sebagai aktifitas orang tua untuk memenuhi diet,

kesehatan dan keamanan, membantu mengembangkan dan

mempertahankan perilaku makan yang baik, dan mempromosikan

lingkungan makan yang menyenangkan (Nugroho, dkk., 2014).

Pola asuh makan pada balita berkaitan dengan kebiasaan makan

yang telah ditanamkan sejak awal pertumbuhan manusia (Adriani

dan Kartika, 2011). Pemberian makanan bergizi mutlak dianjurkan

untuk anak melalui peran ibu atau pengasuhnya (Diana, 2006).

Masalah kurang gizi (malnutrisi) pada balita dapat

disebabkan oleh perilaku ibu dalam pemilihan bahan makanan (Jayanti, dkk., 2011). Malnutrisi akan menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya manusia, perlambatan pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan, penurunan produktivitas, peningkatan penyakit dan kematian (Anwar, dkk., 2010).

Bahar (2002) menyatakan bahwa pengasuhan makanan anak

fase 6 bulan pertama adalah pemenuhan kebutuhan anak oleh ibu

dalam bentuk pemberian ASI atau makanan pendamping/pengganti

ASI pada anak. Dinyatakan cukup bila diberi ASI semata dengan

(33)

dan dinyatakan kurang bila tidak memenuhi kriteria tersebut.

Pengasuhan makanan anak pada fase 6 bulan kedua adalah

pemenuhan kebutuhan makanan untuk bayi yang dilakukan ibu,

dinyatakan cukup bila anak diberikan ASI plus makanan

pendamping ASI (MP-ASI) seperti makanan lumat yang terdiri

dari tepung-tepungan dicampur susu, dan atau nasi (berupa bubur

atau nasi biasa) bersama ikan, daging atau putih telur lainnya

ditambah sayuran (dalam bentuk kombinasi atau tunggal) diberi

dalam frekuensi sama atau lebih 3 x per hari, dan kurang bila tidak

memenuhi kriteria tersebut.

Pada dasarnya pemberian makanan kepada bayi bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bayi. Bayi usia 6-12 bulan

membutuhkan zat gizi terutama energi dan protein sejumlah 650

kalori dan 16 gram protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu (ASI)

adalah 400 kalori dan 10 gram protein, sehingga kebutuhan yang

diperoleh dari MP-ASI adalah 250 kalori dan 6 gram protein.

Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 kalori dan 8 gram protein,

sehingga kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar

500 kalori dan 12 gram protein (Depkes RI, 2006).

Kreatifitas ibu dalam penyajian makanan untuk balita sangat

diperlukan agar makanan terlihat menarik sehingga dapat

menimbulkan selera makan anak. Penyajian makanan yang akan

(34)

frekuensi makan yang dianjurkan dalam sehari. Pemberian

makanan dibagi menjadi tiga waktu makan yaitu pagi, siang, dan

malam. Pemberian makanan selingan yaitu antara dua waktu

makan yaitu antara makan pagi dan makan siang serta antara

makan siang dan makan malam seperti tercantum dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita

Umur Bentuk Makanan Frekuensi

0 – 6 Bulan

ASI Eksklusif Sesering Mungkin

(35)

Selain takaran dan frekuensi makanan untuk balita, ada juga

anjuran pemberian makanan untuk balita berdasarkan Depkes RI

(2006), yaitu:

a) Umur 0-6 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:

(1) Beri ASI minimal 8 kali sehari yaitu pagi, siang dan malam

setiap kali bayi menginginkan minum ASI

(2) Jangan berikan makanan atau minuman selain ASI

(3) Susu bayi dengan payudara kanan dan kiri secara

bergantian

b) Umur 6-12 bulan, anjuran pemberian makanan yaitu:

(1) Teruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun

(2) Kenalkan makanan pendamping ASI pada umur 6-9 bulan

dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi

tim lumat, 2 kali sehari

(3) Makanan pendamping ASI diberikan setelah pemberian

ASI

(4) Umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI, dimulai

dari bubur nasi, sampai nasi tim, 3 kali sehari

(5) Pada makanan pendamping ASI, tambahan telur atau ayam

atau ikan atau tempe atau tahu atau daging sapi atau wortel

atau bayam atau kacang hijau atau santan atau minyak

(6) Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik,

(36)

kadaluwarsa produk tersebut

(7) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

c) Umur 1- 2 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu:

(1) Beri ASI kapanpun balita menginginkan

(2) Beri nasi lembek 3 kali sehari

(3) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

(4) Beri buah-buahan atau sari buah

(5) Bantu anak untuk makan sendiri

d) Umur 2-3 tahun, anjuran pemberian makanan yaitu :

(1) Beri makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali

sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah

(2) Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan

(3) Jangan berikan makanan yang manis dan lengket diantara

waktu makan

e) Umur 3-5 tahun anjuran pemberian makanannya sama dengan

anjuran pemberian makanan umur 2-3 tahun

Memberi makan pada anak harus dengan kesabaran dan

ketekunan, sebaiknya menggunakan cara-cara tertentu seperti

dengan membujuk anak. Jangan memaksa anak, bila dipaksa

akan menimbulkan emosi pada anak sehingga anak menjadi

kehilangan nafsu makan (Pudjiadi, 2005).

2) Asuh Kesehatan

(37)

Hal ini berkaitan dengan interaksi terhadap sarana dan prasarana

yang ada di lingkungan rumah tangga dan lingkungan

sekelilingnya. Status kesehatan merupakan salah satu faktor pola

asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang lebih

baik (Anas, 2013). Menurut Budi (2006), jenis sakit yang dialami,

frekuensi sakit, lama sakit yang diderita sangat mempengaruhi

kesehatan dan status gizi balita.

Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita yang sakit dan

pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan

kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi balita. Balita yang

tidak mendapatkan imunisasi, lebih tinggi mengalami resiko

penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di Posyandu

melalui kegiatan penimbangan akan lebih mudah mendapatkan

informasi akan adanya gangguan status gizi pada balita. Sakit yang

tidak kunjung sembuh akan mempengaruhi nafsu makan sehingga

menyebabkan rendahnya asupan gizi pada balita (Anas, 2013).

3) Asuh Diri

Sulistjiani (2001) berpendapat bahwa lingkungan yang sehat

terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Hal ini harus

diupayakan secara perlahan-lahan dan terus menerus serta

dibiasakan karena tidak dapat dilakukan dalam sekaligus. Oleh

karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat

sehat seperti berikut:

a) Mandi 2 kali sehari

(38)

c) Makan teratur 3 kali sehari

d) Menyikat gigi sebelum tidur

e) Buang air kecil pada tempatnya/WC.

Hasil penelitian Anwar (2000), asuh diri meliputi perilaku ibu

memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan, dan sanitasi

lingkungan. Pemberian nutrisi tanpa memperhatikan kebersihan

akan meningkatkan risiko balita mengalami infeksi seperti diare.

Rendahnya sanitasi dan hygiene pada pemberian MP ASI akan

meningkatkan risiko atau infeksi lain pada balita karena

kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroba (Bambang,

2005).

4. Posyandu

a. Definisi Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk

upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola

dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Sedangkan menurut Ismawati (2010), Posyandu adalah kegiatan

kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat

(39)

dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan,

maupun tempat tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat.

b. Tujuan Posyandu

Tujuan Posyandu yaitu penurunan angka kematian bayi, anak

balita dan angka kelahiran, mempercepat penerimaan Norma Keluarga

Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), meningkatkan pelayanan

kesehatan ibu untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan, dan

meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi

untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat, memelihara dan

menngkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, dan pasangan usia

subur (Ismawati, 2010).

c. Sasaran Posyandu

Menurut Iskandar (2009), sasaran Posyandu adalah seluruh

masyarakat, terutama bayi (0-11 bulan), anak balita (12 bulan-60

bulan), ibu hamil, melahirkan, nifas, menyusui, dan pasangan usia

subur.

d. Kegiatan Posyandu

Jenis kegiatan Posyandu dikenal dengan Panca Krida Posyandu

yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), imunisasi, Keluarga Berencana

(40)

Pencapaian hasil kegiatan Posyandu program gizi dapat dilihat melalui

balok SKDN (S= jumlah anak balita yang ada di wilayah kerja

Posyandu tertentu, K= jumlah anak balita yang memiliki KMS (Kartu

Menuju Sehat), D= jumlah anak balita yang datang ditimbang, N=

jumlah anak balita yang menunjukkan kenaikan berat badannya). Data

pada balok SKDN sesuai fungsinya dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu: kelompok data yang dapat digunakan untuk

pemantauan pertumbuhan balita di suatu wilayah, yaitu N/D,

sedangkan kelompok lainnya adalah yang digunakan untuk tujuan

pengelolaan program/kegiatan di Posyandu, yaitu D/S dan K/S

(Depkes RI, 2006). D/S (jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap

bulan untuk ditimbang dibandingkan jumlah semua balita di wilayah

Posyandu) memberikan gambaran tingkat partisipasi masyarakat dalam

kegiatan penimbangan bulanan. Target atau “standar cakupan minimal

untuk D/S adalah 85%” (RenStra Kementrian Kesehatan, 2010).

e. Pelayanan Posyandu

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh

kader, tim penggerak PKK desa/ kelurahan serta petugas kesehatan

dari Puskesmas. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah

didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri

(Ismawati 2010). Pelayanan Posyandu dilakukan dengan “pola lima

(41)

1) Meja 1 : Pendaftaran (Pencatatan bayi, balita, ibu hamil,

ibu menyusui dan (pasangan usia subur)

2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita

3) Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan

5) Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga

Berencana (KB), imunisasi dan pengobatan, serta

pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.

Petugas pada meja 1-4 dilakukan oleh kader Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) sedangkan meja 5 merupakan meja

(42)

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Pola Asuh Orang tua

(43)

C. Kerangka Konsep

__________= Variabel yang diteliti

--- = Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

1. H0: Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan

kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan,

Bantul.

2. H1: Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kepatuhan

kunjungan balita usia 1-59 bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan,

Bantul.

Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan di

Posyandu Pola asuh orang tua

Variabel lain:

1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Akomodasi

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi

atau yang biasa disebut dengan desain penelitian observasional analitik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dengan rancangan penelitian

secara cross sectional mengenai pola asuh orang tua terhadap kepatuhan

kunjungan balita usia 1-59 bulan. Penelitian ini menekankan waktu

pengukuran/ observasi data variabel bebas dan terikat hanya satu kali dan

secara simultan pada suatu saat, sehingga tidak ada tindak lanjut. Dengan studi

ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena dihubungkan dengan

penyebab (Nursalam, 2015).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang

mempunyai anak usia 1-59 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi. Berdasarkan data yang diperoleh dari data kependudukan dusun

Ngebel, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, jumlah populasi adalah sebanyak

54 orang.

2. Sampel

Menurut Taro Yamane dan Slovin (1962), apabila jumlah populasi

(N) diketahui maka teknik pengambilan besar sampel dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

(45)

�= N N. d + 1

Keterangan:

n = Besar jumlah sampel

N = Besar populasi

d = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%) (Ridwan,

2010)

Berdasarkan rumus tersebut, dengan jumlah populasi 54 balita maka

diperoleh jumlah sampel minimal sebagai berikut:

n = N

N.d2+ = .( , ) + = 47,8 = 48 balita

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dimana

kriteria tersebut yang menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1) Orang tua yang memiliki balita usia 1-59 bulan di Posyandu dusun

Ngebel

2) Bersedia menjadi koresponden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:

1) Balita yang tidak mempunyai atau kehilangan Kartu Menuju Sehat

(46)

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah adalah Simple

Random Sampling, karena semua sampel memiliki kesempatan yang sama

untuk dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002). Cara pengambilan

sampel dengan random yang digunakan adalah dengan cara mengundi

nomer sesuai kedatangan pada saat Posyandu dengan jumlah undian yang

diambil sesuai jumlah sampel yaitu 48 balita.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 di Posyandu

Dusun Ngebel Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

a. Variabel Bebas

Pola asuh orang tua balita usia 1-59 bulan.

b. Variable Terikat

Kepatuhan kunjungan balita usia 1-59 bulan.

c. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:

1) Usia orang tua

2) Pendidikan orang tua

3) Pekerjaan orang tua

4) Akomodasi orang tua

5) Dukungan keluarga

(47)

2. Definisi Operasional

a. Pola Asuh Orang tua

1) Jenis Pola Asuh

Jenis pola asuh adalah kebiasaan perilaku yang diterapkan

orang tua pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu

ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi

negatif ataupun positif. Skala yang digunakan adalah skala

nominal. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner yang

terdiri 30 pertanyaan: 13 pertanyaan ototiter, 13 pertanyaan

autoritatif, dan 4 pertanyaan permisif. Parameter yang digunakan

yaitu setiap pertanyaan mempunyai nilai mulai dari “Tidak Pernah”

sampai “Selalu” dan nilai 1 2 3 4 5 6. Di akhir setiap bagian, semua

nilai dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pertanyaan pada

bagian tersebut. Skor yang paling tinggi menujukkan pola asuh

yang diterapkan.

2) Tindakan Pola Asuh

Tindakan pola asuh adalah tindakan orang tua yang dapat

menggambarkan pola asuh makan, pola asuh diri, dan pola asuh

kesehatan. Skala yang digunakan adalah skala nominal. Cara

pengukuran dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner masing

- masing 8 pertanyaan untuk pola asuh makan, pola asuh diri, dan

10 pertanyaan pola asuh kesehatan. Parameter berdasarkan skala

(48)

jawaban yang salah diberi skor 0, sehingga total skor berkisar

antara 0-8. Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka tindakan

pola asuh dapat dikatakan baik apabila bobot nilai yang dicapai >

50% dan kurang baik apabila bobot nilai yang dicapai <50%

(Anas, 2013).

b. Kepatuhan

Definisi kepatuhan dalam peneitian ini adalah orang tua yang

patuh mengikuti anjuran atau aturan yang telah ditetapkan sesuai

dengan jadwal pelaksanaan program Posyandu. Skala yang digunakan

adalah skala ordinal. Cara pengukuran menggunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS), yaitu menghitung seberapa sering balita berkunjung ke

Posyandu dan menghitung D/S Posyandu yang mengindikasikan

jumlah balita yang datang ke Posyandu setiap bulan untuk ditimbang

dibandingkan jumlah semua balita di wilayah Posyandu dengan target

>85%. Parameter yang digunakan untuk menilai kepatuhan adalah

dengan menggunakan modifikasi formula complience yaitu rasio dari

jumlah kegiatan Posyandu yang diikuti dibagi jumlah kegiatan

Posyandu yang harus diikuti dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi

(Hayness, 1979).

C = Jumlah kegiatan Posyandu yang diikuti x 100% Jumlah kegiatan Posyandu yang harus diikuti

Nilai hasil ukur tingkat kepatuhan “C” (Complience) yaitu antara

(49)

cukup patuh apabila nilai kepatuhan 26-74%, dan dikatakan tidak

patuh apabila nilai kepatuhan 0-25%.

E. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari formulir data berisi

karakteristik responden, informed consent sebagai bukti kesediaan menjadi

responden, kuesioner jenis pola asuh, dan kuesioner tindakan pola asuh

oleh Robinson, dkk (1995) yang telah dikembangkan oleh Evelyn dan

Savitri (2015).

2. Alat

a. Kartu Menuju Sehat (KMS)

b. Printer

c. Alat tulis

3. Bahan

Kertas HVS A4

F. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diambil secara langsung pada responden meliputi data

identitas ibu dan data anak, data pola asuh orang tua dan data

kepatuhan kunjungan Posyandu di dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.

b. Data Sekunder

(50)

Posyandu Ngebel yaitu jumlah ibu yang mempunyai anak usia 1-59

bulan di dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.

2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara menyebar kuesioner untuk memperoleh data pola asuh orang

tua dan mencatat frekuensi kunjungan balita ke Posyandu melalui Kartu

Menuju Sehat (KMS).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas (kesahihan dan keterandalan) sudah

pernah dilakukan sebelumnya dalam penelitian Robinson, dkk (1995) yang

dikembangkan oleh Evelyn dan Savitri (2015). Uji validitas dilakukan

dengan cara mengukur korelasi item dengan skor total item menggunakan

Corrected Item Total Correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel

maka dinyatakan valid dan sebaliknya, pada taraf signifikan 0,05 dengan uji

dua sisi dan jumlah data n = 30. Didapat dari tabel r tabel 0,361 (Priyatno,

2010).

Ketentuan kuesioner dikatakan valid pada penelitian ini, jika :

1. Nilai r CorrectedItemTotalCorrelation > 0,361 dikatakan valid

2. Nilai r CorrectedItemTotalCorrelation < 0,361 dikatakan tidak valid

Reliabilitas dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya

dengan m enggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis

(51)

nilai koefisien reliabilitas yang terukur dalam interval >0,60 sampai dengan

0,95 maka dinyatakan reliabel.

Kuesioner jenis pola asuh sudah pernah dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas. Untuk pola asuh autoritatif didapatkan hasil seluruh variabel

autoritatif sebanyak 13 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total>

0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,83, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh pertanyaan variabel pola asuh autoritatif valid dan reliabel. Untuk uji

validitas pola asuh otorier seluruh variabel otoriter sebanyak 13 pertanyaan

mempunyai nilai corrected item total > 0,361 dengan nilai cronch’s alpha

0,81, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel otoriter

valid dan reliabel. Untuk uji validitas pola asuh permisif seluruh variabel

permisif sebanyak 4 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total >

0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,65, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh pertanyaan variabel permisif valid dan reliabel. Kuesioner tindakan

pola asuh sudah pernah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas sebelumnya.

Untuk uji validitas dan relibilitas pola asuh makan didapatkan hasil seluruh

variabel asuh makan usia 0-59 bulan sebanyak 32 pertanyaan mempunyai

nilai corrected item total> 0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,953, maka

dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel asuh makan valid dan

reliabel. Untuk uji validitas dan reliabilitas pola asuh diri seluruh variabel

asuh diri sebanyak 10 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total >

0,361 dengan nilai cronch’s alpha 0,880, maka dapat disimpulkan bahwa

(52)

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik,

yaitu pengolahan data yang manggunakan analisis statistik dengan bantuan

alat computer (Notoatmojo, 2003). Pengolahan data dilakukan melalui

kegiatan sebagai berikut:

a. Pengeditan

Data yang diperoleh selanjutnya diedit sesuai kebenarannya dan

kevalidannya, ini dilakukan untuk mengetahui penyimpangan

data-data yang didapatkan selama pengukuran jika ditemui data-data yang salah

pengisian maka data itu tidak dipergunakan.

b. Pengkodean (coding)

Pengkodean yaitu kode-kode tertentu pada jawaban responden.

Dalam pengkodean penelitian ini sebagai berikut:

1) Jenis Pola Asuh

a) Autoritatif kode 1

b) Otoriter kode 2

c) Permisif kode 3

2) Tindakan Pola Asuh

a) Baik kode 1

b) Tidak baik kode 2

3) Kepatuhan Kunjungan Balita Usia 1-59 bulan

(53)

b) Cukup Patuh kode 2

c) Tidak Patuh kode 3

c. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang

perlu diberi penilaian atau skor. Pemberian skor dalam penelitian ini

adalah dari jawaban responden untuk dengan range 1-6, jawaban

selalu diberi skor 6, dan untuk jawaban tidak pernah diberi skor 0

untuk kuesioner jenis pola asuh. Untuk kuesioner Tindakan Pola Asuh

diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah.

d. Tabulasi Data

Sebelum data dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah

ditentukkan, data ditabulasikan dengan melakukan penentuan data

sehingga diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel penelitian,

kemudian memindahkan data kedalam tabel yang sesuai dengan

kriteria.

2. Analisis Data

Data yang diambil berupa karakteristik responden dan kuesioner pola

asuh orang tua menggunakan kuesioner jenis pola asuh dan kuesioner

tindakan pola asuh yang telah tervalidasi, dan kepatuhan kunjungan balita

menggunakan perhitungan metode Complience. Distribusi data kemudian

dilihat normalitasnya menggunakan program analisis statistik komputer.

Setelah itu, dilakukan uji hipotesis dengan uji hubungan metode

(54)

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap prapenelitian

Tahap ini meliputi studi pustaka terhadap penelitian, dan studi

pendahuluan ke Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul untuk menentukan

waktu penelitian, dan persiapan materi dan konsep untuk mendukung

jalannya penelitian.

2. Tahap persiapan penelitian

Tahap ini meliputi kegiatan perumusan masalah, penyusunan

proposal, penyusunan instrumen penelitian, pengurusan surat izin untuk

melaksanakan penelitian.

3. Tahap penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mengumpulkan calon

responden berdasarkan kelompok umur di Posyandu Ngebel, Kasihan,

Bantul. Penelitian dilakukan pada saat diadakannya kegiatan Posyandu

untuk melakukan pengambilan data dengan metode interviewer completed

questioner yaitu pengisian kuesioner yang diisikan oleh peneliti. Sebelum

pengisian kuesioner dimulai, perlu dipastikan bahwa responden sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu, responden diberi

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian serta penjelasan

singkat mengenai kuesioner yang akan diberikan dan apabila ibu balita

yang menjadi calon responden bersedia, maka responden dipersilakan

(55)

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan

acuan kuesioner serta dilakukan pencatatan data kunjungan balita dengan

melihat Kartu Menuju Sehat (KMS). Setelah pengisian selesai, peneliti

melakukan pengecekan ulang mengenai komponen kuesioner dan

kelengkapan pencatatan data kunjungan ke Posyandu. Penelitian

dilanjutkan dengan mendatangi rumah calon responden yang tidak hadir

saat kegiatan Posyandu.

4. Tahap penyelesaian

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dibahas untuk

penyusunan karya tulis ilmiah dan dilanjutkan dengan pendadaran.

J. Kesulitan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kesulitan dalam

jalannya penelitian, antara lain:

1. Jadwal Posyandu hanya sekali dalam sebulan dan dilakukan di pagi hari.

2. Mayoritas usia kader sudah tidak termasuk dalam usia produktif sehingga

kinerja kader tidak maksimal dan kurang berperan aktif dalam kegiatan

Posyandu.

3. Pelaksanaan Posyandu yang tidak tepat waktu membuat beberapa orang

tua mengurungkan niatnya untuk mengikuti kegiatan Posyandu.

4. Pencarian alamat rumah responden orang tua yang tidak datang ke

(56)

K. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2007) terdapat 5 macam, antara lain;

informed consent, anonimity, confidentiality, do not harm, dan fair treatment.

Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Kepatuhan

Kunjungan Balita Usia 1-59 Bulan di Posyandu Ngebel, Kasihan, Bantul”

memperhatikan beberapa hal yang menyangkut etika penelitian sebagai

berikut:

1. Informed consent, yaitu peneliti memberikan lembar permohonan menjadi

responden dan persetujuan menjadi responden pada calon responden. Jika

responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan dan

menghormati hak responden.

2. Anonimity, yaitu nama responden hanya diketahui oleh peneliti. Pada saat

publikasi juga tidak dicantumkan nama responden melainkan

menggunakan kode angka.

3. Confidentiality, yaitu data atau informasi yang didapat selama penelitian

akan dijaga kerahasiaannya dan hanya peneliti yang dapat melihat data

tersebut.

4. Do not harm, yaitu meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat

penelitian yang timbul pada penelitian ini.

5. Fair treatment, yaitu melakukan perlakuan yang adil dan memberikan hak

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Bantul merupakan sebuah kabupaten yang berada di bawah wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa dan 933 dusun. Desa Tamantirto adalah sebuah desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan luas

wilayah +672,000 Ha. Batas wilayah Desa Tamantirto adalah sebagai

berikut:

a. Utara : Desa Ambarketawang

b. Selatan : Desa Bangunjiwo

c. Barat : Desa Bangunjiwo

d. Timur : Desa Tirtonimolo

Desa Tamantirto memiliki 89 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah

penduduk sebanyak 25.108 orang. Kepadatan penduduk mencapai 3.736

jiwa/km2 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 7.149 yang tersebar dalam 10 dusun, yaitu Gatak, Ngebel, Ngrame, Jetis, Jadan, Brajan,

Gonjen, Kasihan, dan Kembaran.

Dusun Ngebel terdiri dari 10 Rukun Tetangga serta terdapat 2

Posyandu yaitu Kemuning A dan Kemuning B. Posyandu Kemuning A

mencakup RT 1 hingga RT 5, sedangkan Kemuning B mencakup RT 6

(58)

2. Deskripsi Karakteristik Responden

Data karakteristik responden pada penelitian ini yang dilihat dari

usia, alamat, pendidikan, dan pekerjaan dengan jumlah responden

sebanyak 52 orang menunjukkan bahwa hasil perhitungan statistik usia ibu

saat dilakukannya penelitian berkisar antara 21 - 50 tahun dengan proporsi

terbesar yaitu 51,9% pada usia ibu antara 21 - 30 tahun yang berjumlah 27

responden. Sementara karakteristik respoden yang dilihat dari alamat RT

dari RT 1 hingga RT 5 dengan proporsi terbesar yaitu 32,7% pada RT 02

yang berjumlah 17 responden. Untuk karakteristik pendidikan responden,

mayoritas adalah SMA dengan proporsi 38,5% berjumlah 20 orang,

sedangkan untuk pekerjaan dari responden, mayoritas adalah Ibu Rumah

Tangga dengan proporsi 61,5% berjumlah 33 responden. Secara rinci

(59)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Kriteria Frekuensi %

3. Deskripsi Karakteristik Balita

Karakteristik balita meliputi umur, dan jenis kelamin yang

berjumlah 52 balita. Hasil perhitungan statistik untuk karakteristik balita

yang dilihat dari usia balita menunjukkan bahwa usia balita 0-6 bulan

berjumlah 6 balita (11,5%), 7-12 bulan berjumlah 5 balita (9,6%), 12-23

bulan 14 balita (26,9%), dan 24-59 bulan 27 balita (51,9%).

Sementara itu karakteristik balita dilihat dari jenis kelamin, balita

laki-laki berjumlah 25 balita (48,1%) dan balita perempuan berjumlah 27

balita (51,9%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara laki –

(60)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Kriteria Frekuensi %

1 Usia (bulan)

0-6 bulan 6 11.5

7-11 bulan 5 9.6

12-23 bulan 14 26.9

24-59 bulan 27 51.9

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 25 48.1

Perempuan 27 51.9

4. Pola Asuh Orang tua

Pola asuh orang tua dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu

jenis pola asuh dan tindakan pola asuh.

a. Jenis Pola Asuh

Jenis pola asuh dalam penelitian ini adalah autoritatif,

otoriter, dan permisif. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan

hasil bahwa pola asuh orang tua autoritatif sebanyak 28 responden

(53,9%), untuk otoriter berjumlah 5 orang (9,6%), dan untuk

(61)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Pola Asuh Orangtua di Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Jenis Pola Asuh Frekuensi %

1 Autoritatif 28 53.9

2 Permisif 19 36.5

3 Otoriter 5 9.6

Mayoritas orang tua di Posyandu Kemuning A Ngebel,

Kasihan, Bantul menerapkan jenis pola asuh autoritatif. Hal ini

menujukkan bahwa orang tua berusaha untuk membuat anaknya

berpikir secara rasional, beorientasi pada masalah yang dihadapi,

serta menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima.

b. Tindakan Pola Asuh

Tindakan pola asuh dalam penelitian ini terbagi menjadi

pola asuh makan, pola asuh kesehatan, dan pola asuh diri.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Balita di Posyandu Kemuning A Ngebel, Kasihan, Bantul (N=52)

(62)

5. Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Kepatuhan kunjungan balita ke Posyandu dinilai menggunakan Kartu

Menuju Sehat (KMS) dengan cara menghitung rasio seberapa sering balita

berkunjung ke Posyandu dibagi jumlah kegiatan Posyandu yang harus

diikuti dan dinyatakan dalam bentuk prosentasi. Dikatakan patuh apabila

nilai kepatuhan 75-100%, dikatakan cukup patuh apabila nilai kepatuhan

26-74%, dan dikatakan tidak patuh apabila nilai kepatuhan 0-25%.

Mayoritas balita tidak patuh untuk berkunjung ke Posyandu. Secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kepatuhan Kunjungan Balita ke Posyandu Kemuning A Ngebel Kasihan Bantul (N=52)

No Kepatuhan Frekuensi %

1 Patuh 0 0

2 Cukup Patuh 24 46.15

3 Tidak Patuh 28 53.85

6. Hubungan Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Data untuk variabel pola asuh diperoleh dari kuesioner yang diisi

oleh responden, yaitu kuesioner jenis pola asuh dan tindakan pola asuh.

a. Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Terdapat 3 jenis pola asuh yang dihubungkan dengan kepatuhan

kunjungan balita ke Posyandu, yaitu otoriter, autoritatif, dan permisif.

Masing – masing jenis pola asuh di hubungkan dengan kategori

(63)

Tabel 4.6 Hubungan antara Jenis Pola Asuh dan Kepatuhan Kunjungan Balita KePosyandu (N=52)

Jenis Pola Asuh

Kepatuhan Kunjungan Ke Posyandu Total

P

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa dari 19 balita dengan

pola pengasuhan permisif, sebanyak 4 balita masuk dalam kategori

cukup patuh dan 15 balita tidak patuh. Sebanyak 5 balita dengan pola

pengasuhan otoriter, 1 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan 4

balita tidak patuh. Sedangkan 28 balita dengan pola pengasuhan

autoritatif, 19 balita masuk dalam kategori cukup patuh dan tidak

patuh sebanyak 9 balita. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tidak

ada balita yang masuk dalam kategori patuh dari masing-masing jenis

pola asuh. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua yang

menjadi responden dari ketiga jenis pola asuh tersebut tidak patuh

untuk membawa balitanya berkunjung ke Posyandu. Berdasarkan hasil

uji statistik dengan Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p sebesar

0.007 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara jenis pola asuh dengan kepatuhan kunjungan balita ke

Posyandu. Uji Kolmogorov Smirnov dilakukan karena syarat untuk uji

Gambar

Tabel 1. Keaslian Penelitian
Tabel 2. Pola Pemberian Makanan Balita
Gambar 1.  Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemasukan agama Islam ke Buton adalah melalui tiga gelombang: pertama, agama Islam diterima secara rasmi dengan Raja Buton ke-6 La Kilaponto (bergelar Sultan Murhum) sekitar abad

Hasil dari penelitian adalah nilai ramalan terbaik untuk NAV PREF, dan PRMF menggunakan ARIMA dengan One Step Ahead Forecasting, sedangkan PFIF menggunakan VARIMA dengan One

Tuhan sekalian alam, karena atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: Perbandingan Hasil

Salah satu tujuan eksternal PR adalah untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar badan atau instansi hingga terbentuklah opini publik yang favorable

sebagai pembanding adalah tingkat bunga deposit tiga bank (pemerintah dan swasta) untuk periode 12 bulan dan untuk Reksa dana pendapatan tetap syariah menggunakan tingkat

Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa telah mengalami peningkatan lebih baik dalam hasil belajarnya, dibandingkan pada waktu

kepada siswa tentang materi yang telah lalu. Cara guru menutup pelajaran dengan mengutarakan apa yang akan dipelajari pada minggu depan dan mengingatkan peralatan apa saja

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian analisis teknis dan ekonomis usaha perikanan tangkap Drift Gill Net di Pelabuhan Perikanan Cilacap, dilihat dari