• Tidak ada hasil yang ditemukan

Coenosia humilis Meigen (Diptera : Anthomiidae) Predator Lalat Penggorok Daun di Pertanaman Kentang : Kelimpahan, Pemangsaan dan Pengaruh Budidaya Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Coenosia humilis Meigen (Diptera : Anthomiidae) Predator Lalat Penggorok Daun di Pertanaman Kentang : Kelimpahan, Pemangsaan dan Pengaruh Budidaya Tanaman"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

Cueaosia h r c x p ~ ~ ~ MEIGEM (DXPTERG: ANTRQMYIIDAE) PREDATOR LALAT PENGOROK DAUN DI PERTANAMAN KENTANG:

KELTMPARAXV, PEMANGSAAN DAN PENGARUH BUDlDAYA TANAMAN

Oleh: HARWANTQ

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTMIAN BQGOR

(63)

WARWANTO. Cuenosia humilis Meigen (Diptera: Anthurnyiidae) Predator Lalat Pengoruk Daun di P e ~ a n m a n Kentang: Kelimpahan, Pemangsaan

dan

Pengamh Budidaya Tanaman, Dibimbing aleh AllNU RAUF sebagai ketua, NINA MARYANA dm DhDAN HXNDAYANA sebagai anggata,

Penelitim dilaksmakan di Desa S h a n a h , Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, dm berlangsung wjak bulm April ssunpai dengm Uktuber 2001. Penelitian krtujum untulr mengkaji kclimpahan lalat C. hurnilis Meigen (Di ptera: hnthorny iidae) dm L,iriomyza huidubrensis (Blanchd) (Diptera: Agrumyzidae), mcmahami perilaku predator dm rnenenhrkan tingkat pemangsaannya, mengevaluasi pengmh aj ir dan apii kasi insektisida terhadap predsltor dm mangsa. Hasil penelitim menunjukkrtn bahwa kelimpaExan Idat C.

humilis pada I&an tanpa insektisida selalu lebih tinggi daripada mangsmya (L. huidobremis). Baik Ialat C. humidis rnaupun L. huidohrensis u m m y t f lebih banyak &if gada sore hari. Berdasarkm penmgkapm di lapangan terhdap predator yang sedmg mernangsa, sebagian besar (60,18%) mmgsa addah ztnggota frunili Agromyzidae. Seklum rnelakukan pemangsastn, predator biasmya menunggu mangsanyst dengm bextengger pada dam, ajir, atau substrat lain yang tersedia di pertanman. Pemangsaan dilakukan dengm menyergap d m menerkm rnmgsa

ymg

(64)

Dengan ini saya menyatakm bahwa tesis ymg berjudul:

Coenosia humilis Meign (Diptera: Anhumyiidae) Predator blstt Pengarok

Budidaya Tanman

adalah benar rnempakm hasil kmyia saya sendiri dm belum pernah

dipublikasiHran,

Sernua sumkr data

d m

infumasi yang digmakan telah d i n y a ~ i secara jelas d m dapat diperi ksa kebenarmya.
(65)

Cuenosiu huaniiis MEXGEN (BXPTERA: ANTWOMYXIDAE) PREDATOR LALAT PENGURQK DAUN DI PERTANAMAN ICENTANG:

KELIMPARAN, PEMANGSAAN DAN PENGARWH IBUDIDAYA TANAMAN

Tesis

sebagal salah satu syamt untuk memperoleh gelar Maglster Sains psda

Program Studi Entomologi dan Fitopatologi

PROGRAM PASCASARJANA XNSTITUT PERTANXAN BQGQR

(66)

judul Tesis : Coenosia humilis Meigen (Diptera: Anthomyiidae) Predator lalat Pmngorak Dam di Pertanaman Kentang: Kelimpahan, Pemmgsm dan Penganrh Budidaya Tanamm

Nama : Harwanto

NRP : 99201

Program Studi : Entamalagi dm Fitopatologi

(Dr.

h,

Nina Mamma, MSi,) (Dr. Ir

.

~adanhndakana) ~ n ~ ~ o t w
(67)

Penulis dilahirkm pada kinggal 5 Juni 1966 di Nganjuk, Jawa Tirnur, scbagai

an& ke tiga dari lima bersaudara dari ft>u P a i d

d m

Ayah Krarnadiwirjo. Pada e&un 1992, penulis rnemperoleh gelar Sarjana Pertmian pada Fakdtcts Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mztlmg, Mulai tanggal 1 September 1999 penulis t e r d w sebagai mEihasiswa Program Pendidikan Master (S2) pada Program Pascmaxjma, 'fnstitut Pertankan Bogor dengan kasiswa dari Prayek ARMP

IT

Badan Penelitian

d m

Pengembangan Perhim, Departemen Pertmian,
(68)

Puji syukur pnutis panjatkm ke hadirat Allah SWT karena berkrtt rahnnat dm karunia Nya pnulis dapat menyelesaikan tesis ini. Topik yang dipilih dalam pnelitian y m g diiaksmakan rnulai April sampai dengan Qktuber 2001 adctlah predator, dengan judul Coemia humilis Meigen (Diptera: hthomyiidae) Predator Lalat Pengorok Dam di Pertanman Kentmg: Kelimpahan, Pcmmgsaan dm Penganrh Budidaya Tanman.

Pada kcsernpatan ini penulis rncnyampaikan penghargstan dm terima kasih kepada Bapak Dr, Xr. Aunu h u f , M.Sc atas kesedim beliau menjadi Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. 1r. Nina Mayma, MSi d m Bap& Dr. Ir. Dadan Hindayana masing-masing sebagai mggota komisi pembimbing, yang tel& bmyak memberikan

d m ,

birnbingan, rnasukan dm dorungan dalam penywunan tesis ini, Ucrtpan terima kasih juga penutis samgaikan kepada Kcpala Badm Pcnelitim dm Pengembangan Pertmian, Kepala Pusat Penelitian Sosid Ekunomi Pertanim, Kepda Balai Pengkajian Tcknofogi Pertmian, dawa Tengah serb Pemimpin Pruyek Pembinaan Kelembagasm Penelitian dm Pengembangan Pertanian (ARM 11)

Departemen Pertmian, atas ijin, kesempatan dm dukungm biaya yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikm program Master (S2)

di

IPB, sehingga proses penyelesaian studi pendis dapat berjalan dengm lancar, Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dirckhu: Pragrm Pasca Sarjana

PB,

Ketuzt Program Studi Entomolagi dm Fitapatologi yang telah mengijinkan penulis untuk mengikuti pendidikm pada Program Pascasarj

ana

IPB. TerimaXsih disampaikan p d a kepada keluarga Pak Dodo ymg telah rnembantu tempat, tinggal
(69)

DAFTAR IS1

Halaman D A F T m TABEL

...

X

...

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN

...

1

...

Latar Belakang f

...

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitim

...

4

...

TIMJAUAN PUSTAKA 5

Biolagi L. huidubre~asis

... .... ...

5

...

Musuh Alami 6

...

Biologi

dm

Perikaku Coenosia sp 7

...

Peranan Musuh Alami dalam PEIT 9

...

Faktor yang MempngaruRi Kebemdm Musuh Alami 1 1

...

Pengenddim L. huidobremis 13

...

BAHAN

DAN METODE 16

PerkembanganPopufasi

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

...

1.6

...

Aktivitas Nstrian 17

...

.

Perilah Pemmgsaan Ldat: C humilis 18

...

Tingkat Pemmgsaan 18

. .

...

Pengmh Pemberian Aj lr I9

...

Pengamh Aplikasi fnsektisida 19

...

Analisis Data 20

(70)

e ne mA j

...

26

...

PengaruR Aplikasi Xnsekt isida 28

(71)

Hafaman

...

1 Pola aktivitas harim lalztt C, humilis dm L. Bzuido brensis 23

...

2 Rerhagai serangga yang menjadi mangsa lalat predator C, humilis 25

3 Tingkat pemmgsaan ldat C, humilis p d a berbagai kerapatan L, huidoBr*ensis

...

di labamtarium dan lapangam 26

4 Rataan kelimpahan Zdat C. humitis

dm

L. hui$obr*ensis pads pet& tanpa

insektisida dm petak pctani

...

29

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kriteria pengambilan keputusan b e r d a w h kelimpahm hama dm musuh

d m i n y a

...

10

...

2 Perkembangan papulasi Ialat C. humilis dm L. huidobrensix 2 1 3 Perkembangan populasi lalat C: humilis per 3 rumpun

...

27

...

4 Perkernbangan populasi L. huidolrremis per 3 rumpun 27

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

...

1

Gambar

budidaya kentang dengin ajir

.

..

..

,,

40

...

(72)

Latar Befakang

Kentang (ASokunu~ tuberosurn L.) merupdcan sd& vatu komuditas hortikdtura ymg mernpunyai nilai ekonomis yang sangat penting. Oleh karma itu kentang rnendapat prioritas utama dalam pengembangan tmmm hortikultwa di Indonesia (Asaridhi 1995; Sahzft 19951, Rab-rah produktivi-tas kentang di tingkat petmi sekitar 16,12 tanlha, sedangkan di tingkat penelitian dapat mencapai 35 b a a (Sinaga et ab. 1997).

Sdah mtu kendala utama ymg menyebabkm rendahnya tingkat produktivitas di tingkat petmi addah gmgguan hma, Sampai saat ini paling tidak terdapat 18 jenis hama yang menyerang tanman kentang di Indonesia (CIP & BALITSA 1996). Empat jenis diantaranya rnerupakan hama utama ymg sangat rnemgikm petani kentang yaitu pengerek m b i , Phfhurimaea uperculella ZelI (hpidoptem: Gelechiidae), kutudaun persik,

Myzus

persicae Sulz. (Hornoptera: Aphididac), trip, Thr@ p a h i K m y (Thysanoptera: Thripidae) (Sastrosiswojo 1995; Sinaga

ec

a2. 1997) dm lalat pengorok dam, Lfriomyaa hui'uhrep2sis (Blanchard) (Diptern: Agromyzidm) f Rauf 1

495).

L. huidobrensis menrpsllcan hama pendatmg

b m

di Indonesia. Bama ini pertma kali ditemukan pada bulm September 1994, saat menyerang pertanman kentang

di

Desa Tugu selatan, Cisarua, Bogor (Rauf 19951, Kehilangan

hwil

(73)

2

Ddm k w n w&tu sekitar iima t&un terakhir, L. huidobrensis sudah menyebar ke s e l u d wilayah sentra pruduksi sayman di Indonesia (Rauf et at. 2000). Cepatyrya tingkat penyebaran L. huidobrensis ini hrkaitan dengan sifatnya yang polifag. Dilaporkan

bahwa

inang L. huidobremis terdiri atas 70 spesies tanaman

yang tergalong ke dalam 20 fcunili (Rauf ef a/. I999,2000).

Mengingat banydmya tanman inarig yang ada di lapangan, pennasalahan hama

L, huidubrewis terjadi hampir setiap musim. Dalam mengendalikan L. huidobremis kcbanyakan petani mengmdalkan pada penggunaan insektisida, walaupun hasilnya sering tidak memuaskan (Rauf et al. 2000).

tgntuk menghindari dam& negatif pengunam insektisida seperti terbunuhnya musuh almi, peledakan h a sekunder dm pencemaran Iingkungan, perlu segera dicari cara-cara pengendalistn yang ramah lingkungan a k u pengendalim y q berbasis ekulagi. C m pengendalian yang diyakini

m m

terhadap lin&ungan dm rnenlpakan kamponen utama &lam pengendalian hama terpadu (PHT) adalah pernmfaa$an pcuasitaid, predator dm patugen. Ketiganya di kend sebagai m u s h dmi dm merupakm kornponen penyusun ekosistern pertmian (ag.roekasistem) (Rauf 1996). Sebagai btgim dari upaya pengembangan PHT pada tanman saywan dm bunga-bungaan, berbagai penclitim telah di1aHcukan untuk. memahami bialogi, ekulogi dm cara-cxa pengendalimya terkadap hama

bruu

ini ( S u p h a 1998; Lologau 1998; Ydensri et sl. 2000; Hamdani et al. 200 I).
(74)

3

et al, 2000)

d m

kesesuaian inmg (Pumomo et al. 2001). Bersmaan dengan kegiatan tersebut sering dijumpai sejenis lalat sedmg mernangsa imago L. huidohrensis (pengamatan lapangan C&yuno/FAO, ShepadlClemsan University, Rauf/IPB). Lalat predator tersebut kemudian diidentifikasi melalui bantuan CAB International (CABI) sebagai Coe~aosia huwzilis Meigen (Diptera: hthomyiidae). Di daerah sentra tmamm kentang Pangalengm, kclimpahan lalat: predator ini c k u p tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa m u s h alami tersebut rnempunyai daya adstptasi y m g tin@ pada ekosistem tanman semusim seperti kentang. Seperti p d a umumnyct sermgga predator yang brsifat generalis, Coenusiu juga memerlukstn serangkaian sumber daya ruang

d m

rnaknan (mangsst) ymg berztgm.

Peneluswan pustztlca mengungkapkan, bahwa

di

Indonesia ldat predator ini beXum bmyak difahstmi baik kehidupctn maupun patensinya ddsun pngendtalim hayati. Di Jennan dalam Iima tahun terakhir ini lalat Cbenosia mendapat perhatian sebagai agens pengendalian hayati hama. Kukne (1 938) berhasil mengembmgbiakkan secara mztssal C. attenuaba, C. humilis dm C. strigipes untuk digwakm dalam pengenckdian hayati h m a - h a bunga dm sayuran di mm& kaca.

Walaupun potensinya baru digdi belakmgan ini, beberapct penelitian tentang biolugi Cognosiff telah iebih dulu dilakukm (Perron & LaFrance 1952; Perran el al,

(75)

ldat Liriowzyza, imago kutu kebul, wercng dam dm berbagai sermgga IEtinnya ymg b e d w a n kecil f Minkenberg 1 990; Kuhne 1 998).

Karena ldat it. hwmilis rnmerupakan serangga ymg

banr

dikendi dalarn kepustakam entomalogi di Indonesia, pemahman tent@ kehidupan predator ini rnasih sangat langka. Pada pihak lain, pemmfaatan C. humitis dalam PHT perlu rnemgertimbm&an pola budidaya tanaman yang ada. Petmi kentang umwnnya

sangat intensif dalam penggunm pestisida (Rauf 1999). Selain itu, ddam dua tahun

belakmgan ini petani kentang di Pangalengm mengembmgkm inavmi b m dalm hrcocok tanm kentang, bcrupa penggunaan ajir bambu mtuk menopang pertunbuhm tajuk. Belum diketahui p e n g d aplikasi

insektisida

dm penggunm aj ir ini terhadap kelimpahan C. humiailis dm

L.

huidobrensis.

Tujuan PemeXitian

Atas dasar pertimbmgan tersebut, penelitian ini dilakukan dengm tujuan untuk mengkaj i kelimpahm Idat predator C. humilis

d m

mmangsmya L. huidohrensix, mernakami perilaku predator d m menentukm tingkat. pmangsaamya, serta rnengevaluasi p e n g d ajir dm aplikasi inscktisida terhadap kedua jenis ldat tadi.

D a l m upstya mendukung pengembangan

dm

penerapan PHT di fndonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi komponen PHT pada tanman kentang temtama &dam pengenddim L. hur'dobrensis. H a i l penelitian juga dapat memberikan informasi tentang potensi pemttngsaan lalrtt C. humilis terbadap L. huidobren,~is, Selain itu h a i l penelitian dihztrrtgkm dapat memberikan informasi terkini cam budidaya kenmg y m g dapat mmeperhhankan kelimpahan ldat C.
(76)

Biotugi

L.

huidobrensh

Telur, Telur L. huid~brensis berbentuk seperti ginjal dcngan w m a agak keputih-putihan

dm

tembus pandang (Parella 1987; Supartha 1998). Ukurm panjang telur rata-rata 0,13

mm.

Rat= stadium telur pada suhu 16,9 - 20,1°C

dm

kelembaban 83 - 90,8% addah 2,90 hari.

Larva. Larva terdiri dari tiga instar. Instar awal tidak bewarm, sedangkm insta-2 d m -3 berwarna kckuningan atau putih bening. Larva berbentuk silinder mengecil pada bagian depannya. Fwe perkembangan larva rata-mta 8,9 1

h

i

,

dengan perincian instar-1 2,95 hari, instar-2 2,77 hari, dm instar-3 J,19 hari (Sup& 1998). Larva L. huidobrensis yang b m keluar dari telur langsung malcan dm rnengorok jaringm daun m p a i menjelang berkepompong. Gejala serangan larva ditandai dengan adanya korokan pada dam yang menyerupai terowongan kecil

yang rnengular. Korokm yang dibuat aleh larva instar- t sangat sulit dilikat dengan mata telanjang kccuali setelah

korokm

mengering, Gejala

korakan

t m a

instar-:!

dm

-3 masingmasing 3,4

kdi

dm 7,7 kali lebih panjmg dari pada karakan larva instar- 1. SeteIah berkembang sempurzla, I m a instar-3 kemudian keluar

dari

lubmg kurokm dengm cara merubek ujung korokan dengm kit mulutnya, Larva kemudim turn ke tanah mtuk membcntuk pupa (Supartha 1998).
(77)

6

Imago. Imago bet ina L. huido brmsis mempunyai ovipositor pada ujung abdamennya, dm ukwm tubuhnya Xebih besir dm kbih panjang (2,30 - 3,00 mm)

dibandingkan

imago jantm (2,20 - 2,40 mm). Lama Ridup imago betina rata-mta 10,26 hari dm imago jmt'm mta-rats 6,00 hari. Siklus hidup pada taxlaman kentang, rata-ratia 23,86 hari (Supartha 1998). Imago L, huidohrensis betina yang

b m

muncul langsung rnelakukan aktivitas makm dcngan cara rnenusukkan ovipositornyzt pada

bagian

zrtas atau bawah permukaan dam kemudian menghisap cairan yang keluar dari k k a s tusulcstn. Minkenberg (1990) melaporkan bslhwa bekas tusukan ovipositor beruk:uran sekitar 0,50 mm. Bcrsmaan dengan penusukm untuk m&m, imago juga melakukan penusukan untuHr meletaMcan telur pada jaringan mesafil. Rats-rata jumlah tusukan per ekur sekama satu hari adalah 11 9 tusukm. Persentase jumlah telur ymg diletakkm di permukm bawah dam (69,110/0) lebih banyak d x i pada di pemuicm atas dam (30,89%). Imago aktif pa& pagi hari (08.00 - 1 1.00)

dm sore hari (14.00

-

17.00) ( S u p h a 2998).

Musub Alami

Hingga saat ini di Indonesia terdapat 12 spesies pamitoid dari ordo Hymenoptera y m g berasosiasi dengan L. huidobrensis (Rauf er al. 2000). Sepululr di a n t m y a tergulong Eulophidae yaitu Asecodes sp., Ch~'yso~-'huri~ sp., Cirrospilus

urnbiguus (Hmsson and LaSalla), Closrerocmus sp., Hemiptursenus varicurnis

(78)

7

dijumpcti pada pertanamsln kentang ddah H varicumis (Supartha 1998). Minkenberg ( 1 990) melaporkan bahwa lalat Drupes serbaenesceras (Collin), Tachidromiia annulafa Fallen (Diptera: Emgididae), Coenosia affenuata (Zetterstedt) (Diptern: hthumyiidae), scmut Panerime (Hymenoptera: Formicidae), laba-laba (Oxyopidae), serta lalrtt Dolichapodidae (Diptera) scring dijumpai memangsa imago L. ~ f a l i i

Efasil pengmatan lapangan dua eafim tcrakhir

di

daerah-daed sentra tanaman kentang dm saywan di Xndanesia sering ditemukm sejenis Ialat yang memmgsa

imago L, huidohrensis. Setelah dilakukm identifikasi melalui bantuan CAB1 lalat predator tersebut adalah Coemsia humilis Meigen (Diptera: Anthomyiidae) (Rauf ef al. 2000).

Bialogi dan Perilaku Coenosh sg,

Telur, Telw C. figrim bedurctn panjang 1,60

mm,

lebar 0,37 mm,

d m

benvma caklat twang (LeRuux & Penon 1960). Pada bagian dorsal telur terdapat garis-garis rnembujur. Larva rnuncul dari bagian anterior telur dengan cwa mendorung bagian korion dengm dat rnulut ymg seperti kait. Secara perlahn larva kernudian keluctr h i relur. Pada suhu 25OC stadium telur addah 5 hari (Kuhnc

1998)

(79)
(80)

9

predator menus- probsisnya pada biigian tub& mangsa di mtara toraks dm kepala rnangsa atau pada bagian abdomen dm kmudian menghisap cairan tubufi itu.

Lama pemangsaan pada Duosophila rnelanoguster d m HyIemya antiqua sekitar 1 0

-

1 5 menit, predator biasanya melepaskan mangsmyrt apabila diganggu (Perron et

02. 1956). Morris & Cloutier (1987) mengmati bahwa bila ada ganggum predator

kadangkala &bang dengan membawa mangsanya. Kernampurn mernmgsa sekitar 5 ekur lstlat H, uantiqua per hari, dm pada predator ymg berusia lanjut kernampurn mernangsa berkurmg menjsldi 1

-

2 ekor per hari.

Tidak terdapat: perbedm perilaku pemangsaan antam di lapangan dengrtn

di

labamtarium. Predator biasanya bergcrak sangat cepat pada saat rnenyergap mangsa. Sebelum melakukan penyerangan, predator bertengga pada substrat: untuk memantau mangsanya, Tinglcat pemangsstan oleh predator betina

lebik

banyak dibmdingkan jmtan. Selma hidupnya, seekor btina predator mmpu menghabiskan 498 ekor rnmgsa (Morris & CIoutier 1987).

Peranan Musub Afami dalam PNT

Pernanfaataxl musuh alami terutama parasitoid dm predator dalam pcngenddian hama dikcnal dengan istilah pengendalian hayati. Dalam PHT

musuh

a l m i r n e r u p a h komponen utama pengendalian (Wilson & Huffiker 1987). Ddam pel&smaannya pcngendalian hayati biasmya tidak semudah seperti penggmasur insektisida karena prlu treberapa persyaratan khusus yang hams dipnuhi
(81)

I0

adalah kondisi habitat yang sesuai, rnisalnya dengan rnenyediakan tempat berlindung untuk predator (Herlinda 2000) dan rnenyediakan makanan tambahan seprti tanaman bunga-bungaan untuk pxasitoid (Baggen & Gurr 1 9 8 ) .

Dalam PHT, pengambilan ireputusan pengendalian hama hendaknya didasarkan pada kelirnpahan populasi hama dan musuh alaminya baik yang berupa parasiloid rnaupun predator. Pa& urnumnya parmitoid bersifat spesialis &an predator bersifat generalis. Sebagai ilustrasi proses pengambiian keputusan dengan rnernpertimbang- kan kclimpahan musuh alarni terlihat pada Gambar 1 (Rauf 1996).

s

4 d d -a

g

2

u d CL

5

(fenologi tanaman, hama, cuaca

+

Perlu informasi lebih

banyak

[image:81.612.107.538.332.505.2]

Kerapatan h m a Kerapatan hama

Gambar 1. Ksiteria pengambilan keputusan berdaswkm kelirnpakan h a dm musuh alminya (Rauf 1996)

(82)

11

tertinggi mtara kerapatam hma terhadap predator. Bila perbandingan mtam h m a dengan predator tremilai lebih rendah daripada nisbah rcritisnya, rnstka predator mampu menekan perkembangan pupulasi hama,

Pada sektor I, f I

d m

III (Gambar 1) keadaan perEanaman man karma kernpatan h m a rendah dm kerapatan predator tinggi. Pad& sektar

IV pertanaman

rawm karma kerapatan h a relatif lebih thggi d a i pada predator. Untuk

mengwmgi ketidalqxastian

dm

menghindari kckeliman pengambilan keputusan di sektur IV, m&a perlu digali lebih banyak infumasi yang meliputi fast: perkembangan tanaman, cuaca, dm Istin-lain termauk:

risiku

terhadap lingkungan ymg mungkin timbul dari tindakm ymg diterapkan, Kunsep pengmbilm keputusan ini dapat pula diterapkan unhrk p a i t a i d dengan rnenggmti mbmg peran predator (nisbah hitis) d e n p ambang pmasitisasi.

Ddam perspektif global akhir-&ir

ini

sering didengmg-dengungkan sistem pertmian berkelmjutm (sustainable ugriculaure) dengan penelranan pada msuk.m (input) luar yang rend& (LEIS..) (Reijntjes et ab. 1992). Untuk mendukung program tersebut smgatlah tqat bila pemmfaatan m u s h alami ymg merupakan komponen utma dalam PHT dikedepankan. Bila ha1 ini dapat diteraph dengan bdk, kimya tujuan pengelolam agraekosistern s e c m arif dapat terwujud, yang pada gilirmya &pat meningkatkstn tctraf hidup petmi.

Frtktor yang Mempengaruht Keberadaan Musuh Atami

(83)

12

ganggum ymg wring terjadi pada agroekosistem addah praktek budidaya misalnya pengolahan tanah, penyiangm, p e d a i a n insektisida dm pcmmenan. Pr&ek budidaya tersebut secara ekologi sering tidak mendukwg kehidupm mwuh dami. Aplikasi insektisicla menyebabkm

m u s h

alami terbunuh, dm praktek budidaya bersih menyebabkm inang

dm

sumber daya kmbahan berkwmg ketersediaamya (DeBach & k.Euff&er 1971). Keadam tersebut pada akhirnya berdcunpak terhadap agroekosistem ( Altieri 1 999).

M e n w n y a keseimbmgm

dm

keragman dalam aguekusistem, terutama keragman musuh dmi dstgat: medorang terjrtdinya ledalcan hma. trpaya pengelalam agruekosistem yang dapat meningkatkan Iceragman musuh dami

dm sekdigus menurunkm kerapntan populasi hama di mtwmya adalah diversifikasi habitat seperti mempertahankan vegetasi liar di Iahan pinggir, turnpangsari, ratasi, tanman penutup tanah, b&m orgmik, tansun tidak serempak

dm

pengolaha h a h minimum (Altieri 1 999; Herlinda 2000).
(84)

13 Salah satu metode untulc mengevduasi peranan predator adalah eeknik kumgan (butson & Gilstrap 1989). Ccua ixli diterapkan dengm mernanipulasi jumlah kerapatan rnangsn dm pemmgsa sesuai yang diingidan. Dalam

pelaksruraannya di lapangan biasanya diistkukn p n g w g a n tan- dengan

kain kasa. Selanjutnya

ke dalam

k w g a n dimasukkan h a m dan predator dengm perbandingan kerapatcur yang berbeda-beda. Pada u m m y a serangga predator bersifat polifag. QIeh karena itu keberadwmya di lapangan tidak tergmtung pada kerapatrtn satu jenis mangsa. Walaupun demikian predator rnemiliki daya adaptasi ymg tinggi terhadap lingkungan dm mempunyai daya pencar ymg ccpstt serta rnsunpu

beralih

mstngsa apabila mmgsa utama mulai berkwang. UntuXc rnengukur tingkat keefektifan predator dapat didasarkan pada day8 pemangsamnya (Kl-iaboutli & Mack 1 993 ).

PengendaIian

L.

haridabrensis

Upaya pengendat ian hama L, h wid0 brensis sebaihya berpedaman padt konsepsi PHT. D d m PEIT teknik pengenddim yang dapat diterdph paling tidstk h a s memenuhi berberapa persyarsttm yaitu mencapsli =saran kditzts dan kuantitas produksi, secara elmnomi efisien, secara ehlogi dapat clipcrtanggmgjaw~bkan, secara telrnis dapat dilaksmakan d m dapat diterimct secara sosial budaya (Untung

(85)

14

Pengelolw ekosistem dengm csua bercocok tanam clitujukan agar Iingkungan pestmaman tid& sesuai untuXc perkembangan hma. Paling tidak ada tiga cara bercocok tanm yang dapat diterapkan unhk mengenddikan L. huidobrensis yaitu penggunaan bibit kentang ymg sehat, penimbunan dam kentang yang

terserang, dm p e n g g u m varietrts resisten.

Tanaman ymg sehat

dm

tumbuk subur umumnya mampu mentolermsi sermgan L, huidobrensis temtama pada fase vcgetatif. Scrmgan L. huidobrensis biztsanya dimulai dari daun bagim bawah, 01eh kens itu, pnirnbmm dam ymg terserang dengan tmah pada saat melakukm pengguludm wagat dimjurkm. Selanjutnya penggunaan tanaman (varietas) ymg resisten merupakan cara yang

paling ideal untuk mengenddikan h a dm menekm kerusakm, dm c x a ini dinilai paling kompatibellsesuai dengan cam pengendalim lain. Supartha (1998) melaporkan ada tiga klon kentang yang menunjukkan mekmisme antisenosis dm mtibiosis terhadap 1;. huiiobr*ensis yaitu K. 419.8

GT,

K. 432.5 GT dari CIP 387.169.14.

Penggmaan perangkztp kuning berperekat merupakan cara perrgendalian yang

mudah diterapkan, murah dm efektif. Cara ini pada awalnya bertujum untuk memonitor perkembangan ppulasi imago, heria lalat L. huidotrrerasis tertrtrik pada

w m a kuning. Dengan memasang sebanyak 60

-

80 bwh perangkap per ha dilapurkan dapat mengumgi aplikasi insektisida dari 4 - 6 kdi menjadi 1 - 2 b l i per m u s h tanam f CIP I997 daltmm Setiawati 1998).
(86)

15

(87)
(88)

bentkuran tinggi 60 cm

d m

diameter bagim bawah 50 cm. Sebelum dikmng media dihamparkan terlebih dahulu selama 10 h a i , Setiap media didmg lima kali. Pengamatan dilaksmakan selama satu b u h dengm interval pengamatan set@ 10

htri semi. B a n y h y a lstlat predator ymg muncul pada setiap k m g a n dihitung dm

dicatat.

Aktivifas Warian

PeneIitim dilakmakm pada Eatran ymg m a dengan penelitian untuk perkembangan populasi. Akkivitas harian

lalat

C. hamilis dm L, huidob~.ensis dimati secara in situ dengan menghitung banyaknya Idat C. hurnilis dm L. huidobrensis ymg terdapat pada tajuk. Untuk rnaksud tersebut, pada tiap sub-pet& dipilih dua guludm ymg masing-masing terdiri dari 15 m p u n . Pengmatan dilakukan pada tiga periode waktu: pa@ (pk. 07.00 - 10.00), siang ( pk. 1 1.00 - 14.00) dm sore ( pk,

15.00

-

18.00). P d a tiap periade, guludm ymg diamdi diusahakan berbeda.

P e n g m a h berlangsung setkip minggu sejak tanaman kmur 35 hingga 70

hri

setelah t r t n m (EST).

(89)

Perilaku Pemangsaan Laht C. humiris

Perilaku pemangsaan d i m & secara langsung di lapangan. Pengamatan meliputi proses pemmgsaan, frekuensi pemarzgsm

dm

jmis mctngsa, Yang disebut perkma dilaJsukan dengm menunggui dm merigmati predator sejak menyergap hingga pengimpan mangsa. Frekuensi pemangsam ditentukan dengan menghihzng seluruh predator yang tcrdapat pada tajuk tanman cantoh dm banyalcnya predator dengm mangsa pada dat mulutnya. Pengamlttm berlmgsung setiap minggu sejak 35 hingga

70

HST.

Lama

pengamatan pada tiap minggu addah 2 jam sehingga total lama pengma-tan 12 jam. Untuk menentukm jenis mangsa, secara periodik Idat predator dcngan rnmgsa pada mulutnya dikumpulkan dari lapangan. Serangga y m g

rnenjstdi mangsa tadi kemudian dibawa kc laboratorium muk diidentifikasi.

Tingkat Pemangsaan

Penenturn tinbat p e m a n g w dilakuXcan daim kwngatl plastik berbentuk silinder ymg tperulcwan diameter 7 cm dm tinggi 12 cm,

dm

yang pmmukaan atasnya ditutupi kain kasa. Kc dalam kunmgm dimasukkm sebanyak 30 elcar L. huidobrensis dm 1 ekur lalat CC, humibis. Setelah 24 jam, b m y h y a

L,

huidubrensi.~ yang mati karena dimmgsa diRitung dm dicaht. Percobaan diulang sebanyak empat kali. D a l m percobaan ini, Mat L. huidobremis

daxl

C. humilis diperoleh dengan cara mengumpulb iangsung dari pertanman kentang yang tidak diaplikasi insektisida.
(90)

sdmgkm

di

lapangan berukum diameter 40 cm dm tinggi 70 cm. Masing-masing percabaan diulang 5 dm 6 kdi. Ke ddam s d a p kmngm dimasukkan

Mat.

L. huidubmnsis dengm karslpatcul 5, 10,

IS,

20, 25

d m

30 ekar unhrXc

di

laboratorium,

dm

2 0, 20,25 dm 30 ekot untuk. di lapangan. Ke dalam setiap kunuzgan kemudian d i m a s u k h 1 ekur lalat C. humilis. Setelah 24 jam diamati bmyhyst Idat pengorok d m yang mati kwena dimangsa dm ymg masih hidup dicacat.

Pengaruh Pemberlan Ajir

Percabam terdiri a W dua pet& pertanman kentang tanpa ajir dm dengm ajir, yang masingmasing petak hnrkuran 64

m2

dan lPerjwak sekitas 10

rn

satu sama lain. Setiap pet& dibagi rnenjadi tiga sub-petak sebagcti ulangm. Pada perldcusuz ajir, setiap m p u l diberi ajir yang terbuat t t i bmbu dengm tinggi 65 cm dari permukaan tanah (Lampiran Gamkar I).

Pada

setiap sub-ptak (ulangan) ditentukan enam unit cant& pada wstk diagonal. Setiap unit: contoh terdiri dari 1 rn baris tanaman (3 rumpun) dm dengan l m a pngamatan 10 menit. Pengamatm kclimpahan ldat C, humilis dm L. huidobrensis dilakukm secara langsung dengm menghitung banyalulya Palat ymg hinggap pada tajuk

d m

yang bertengger pada rtjir.

Pengaruh Aplikasl Xnsektisida

P e n g a d aplikasi insektisida dikaji dengan membandingkan kelimpahan Idat

(91)

20

insektisida ymg digunakm

adstlah

karbosdfan dengan dosis 1,5 cc/l dm fielcuensi aplikasi sam kdi per rninggu.

Kelimgahan ldat C. hhunzilis dm L. huidobuemis diamati secara in siru pada tajuk kentang, Untuk maksud tersebut, pa& setiap sub-pet& ditentukm 3 unit cantoh. Setiap unit contoh terdiri dari I

m

bais tanman (3 rumpun) dengan lama pengamatan 10 menit. Pengamatm Ialat predator

dm

pengorok dam juga dilakukan dengan perangkap kuning. lJntuk rnaksud itu, pada setiap p e a dipasmg sebanyak 10

buaR

perangkstp kuning (tinggi 18

cm

dm diameter 8 cm), dan b a n y h y a perangkap diperlkdm sebagai ulangm. Perangkap dipasmg pada ketinggian 50 ern dari p e m u k m tztnafi dengan cara dij epitkm pada aj ir bambu.

Analisis Data

(92)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Papulasi Lalat

C.

Xzumilik dan L. huidobrensis

Perkembangan pugulasi lalat C. huwrilis dm L. huidobrensis pada pertanaman kentang disajikan pada Gmbar 2 . Tampak bahwa kerapatan populasi L.

huidubrewis meningkat sejdan dengm bert#mbahnya umur tanaman, mencaprti p u n c h y a (selcitar 1 ekor per tiga rumpun) pada saat tanaman benunu 56 HST, d m

setelah itu menurun hingga menjelang panen. Pula ymg sma dilaparkan

oleh

Supartha (1 998) ymg rnelakukm perielitian perkembangan papulasi L. huidobrensis pctda pertmaman kentang di Lernbang. Pada w u r tersebut kemalran berat pada tanaman kentang biasanya muiai tamp& nyata (Setiawati ef al. 199gaj.

35 42 49 56 63 70

Umur tanaman (HST)

Berkda dengm L.

h

uido

brepz~is, perkembangan populasi Idat C. humilis

memperlihatkan pola ymg eidak tegas hubungamya dengan perkernbangan bamm

(93)

22

(35 dm 42 HST). Pa& saat itu, wdaupun kelimpahm lalat L. huidobrensis masih rendah

(kurang

dari O,J ekor per tiga nunpun), kerapatan Ialat predator hampir mencapai 1 ekos per tiga nunpun, Dilapurkm bahwa ldat Coenosia bersifat polifag (Kuhne 1998). Predator yang bersifat demikian dapat memanf~tkan

seranggt

lain sebagai mangmya, sebelum mmgsa utamanya tiba atau cukup tersedia di pertanaman (Wiedemmm & Smith 19971, Fenomem seperti ini terjadi pula pada predator pada ekosistem sawah sebingga menjamin stabilitas pada ekosistem tersebrat (Settle ef a!. 1996).

Kelimpahsur populasi seprti disebutkan di atas dipraleh dari pengmatm pada pet& pertmaman kentang tanpa aplikasi insektisida. Secara mum ttunpak bahwa populasi Mat. C. humilis selstlu lebih tinggi daripada ldat L. huidobrevwis. Walaupun demikim, belum

diketahui dengm

pasti besamya peranan predator

ini

&lam pengaturan populasi lalat pengoruk dam di lapangan. Perkemtxangan ppulasi L. huidobrensis tidak

knya

ditentukan aleh predator, tapi juga oleh fator lain seperti iklirn, fase periumbuhan tanaman dan parasitoid. Supartha (1 998) melaporkan bahwa tingkat parasitisasi larva L. htiidoblr~lnsis 01eh paraitaid I-I. vuricor~zis pada p e r t m a n kentang h p a insektisida dapat mencapai 50%, Kiranya upaya pengendalian hayati lala% pngoruk dam kentang perlu didasarkan pada keselunlhan kumunitas musuEr alami,

dm

tidak terbatsts hanya pada spesies tertentu.

Aktivitas Warian Lalat C. humilk dan L. hrcidobrensis

(94)

pada pagi dm tenrtama pada sore h i . Efai ini ditunjukkm oleh b a n y h y a

lalat

C humilis dm L, huidobrensis baik yang ditem- pada tajuk kentang maupun yang

tertangkap pada p m g k a p kuning. Pada pagi hrui b m y h y a lalat C. hasmilis zttm L.

huido brepnsis yang ditemukan pada tajuk. atau ymg terbngkap pada permgbp kuning sekitEtr 2-3 kali lipat lebih bmyak d a i pada yang tertangkap pada siarig hari, dm pada sore hari mencapai 4-5 kali lipat (Tabel 1). R e n d h y a alctivitas pada simg hari diduga karma sebagian besar Ialat brlindung di tempat y m g teduh untuk

C. humilis yang L. huid&rensis yang

Pengmatan diternulcan pada ditemukan pad8a

n pagi simg sore n Pagi siang sore

Pada tanaman 176 36-93 11.36 51.70 110 34.55 21.82 43.54

Adanya k e m a a n waktu aktivitas antara predator dm rnmgsmya seperti disebutkan

di

atas mengisymtkan potensi yang

dirniliki oleh

C. hurnilis d d m menekm perkembangan pdpulasi L, huidobmnsis, Hal ini dimungkinkan kwena pada keadaan demikian peluang predator menernukan mmgsmya Iebih tinggi terutama

pada sore hari.

Frekuensi dan Perilah Pernangsasn

(95)

24

d m

ajir. Dari jumlah tersebut sebanyak 18 ekur (4,8%) sedang mdakukan pemmgsaan, dengan lebih dwi separuhnya (10 ekorj dijumpai pada sore hxi. Frekuensi pemmgsm ini dapat meningkat dengan makin krlimpahnya mangsa.

Sebelum rnelakuIrsur pemangsaan biasanya lalat C, humih menungp mangsa dengan krtengger pada dam, stjir, atau substrat lainnya ymg tersedia di p e r t m a n (Lampiran Gambar 2). Segera setelah

melihat

mangsa, lalat predator menyergap dan menerkam mmgsa yang sedmg terbang dengm keewam tungkdnyi. Lalat predator kemudim hinggap (Lampiran Gcunbar 3 dan 4) dan segera membunuh

dm

mengisap rnmgsa dengan probosisnya. Wdaupun mendapat gmgguan, seperti pada w i t ditmgkap dengan botol, predator tebp tidak melepaskan mangsanya. Pada kandisi lapangan, pernangsm berlangsung sek-itar 9- I5 menit per mangsa. Pemeriksaan Iebih seksama mengunghpkan bahwa pcngisqan rnangsa dilalculcan pa& bagian abdomen, sedmgkan bagian tor&, sayap h twgkai tamp& utuh.

Jenis Mangsa

(96)

Tak12. Berbagai serangga yang menj adi mangsa lalat predator C. humilis

Diptera Agrornyzidae 68 60.18

Drosophilidae 7 6.19

Phoridae 4 3.54

Sciaridae 4 3.54

Dolichopodidae I 0.88

Platystromatidae 1 0.88

Sphaerocmidae 3 2.65

Chiranomidae 1 0.88

Hornoptera Psyllidae 3 2.65

DeIphacidae 15 13.27

Cicadell idae 3 2.65

Tidak teridentifilcasi

(nrsak)

3 2.65

Jump& 1 I3 1 OQ,QQ

Walaupun sulit untuk: mengidentifikasi sampai jenjang spesies, diperkimkm bahwa sebagian hsar dari lalat tadi

adalah

L. huidobremix. Kelimpahan yang tinggi dari Idat penguruk d a w di p e r t m a n kentang mernun&inkannya lebih mudah ditemukan dm lebih dipilih oleh predator.

Tingkat Pemangsaarr

Di labaratafium seekor ldat C. humilis mmpu memangsct rata-rrtta 23,5 ekor lalat pengorok dam selama 24 jm atau sekicitar 1 ekur per j jam, Pada percobaan ini

(97)

hingga satu bulan. Kedw peneliti ini menmbahkan bakwa setiap ekar Idat predator rnampu memangsa sekitar 230 ekar lalat Drosophila selsuna bidupnya.

rendah. Walaupun demikian, pada kelimp&an C. humilk ymg tinggi seprti padst pertanman kentang di Pmgalengan diharapkan lalat predator ini dztpat m e m k r i h sumbangan dalam p n e k m pogulasi hama L. huidobrensis.

Admya sifat terpztut-kernpatan ini mengisyaratkan ciri biologi yang baik dari C.

Tabel 3. Tingkat pernangsaan ldat C. humilis pada krbagai kerapatan L. huidobrensis di Iaboratorium

dm

lapangan

Banyaknya rnangsa B m y h y a lalat L. huidobrensis yang dimmgsa di

5 3.8

2

1.64 tidak ada data

15 8.8 -t. 5.07

tidak

ada data

Pengaruh Pernberian Ajir

[image:97.612.79.536.394.567.2]
(98)

Nasil analisis rnenunjukkan tidak ada perbedam yang nyata antara kelimphan total

C. humilis pada pet& yang diberi ajir dengm yang tmpa ajir, begitu pula u n u

bahwa kelimpahan papulasi lalat predator konsisten lebih tinggi pada p':rhnman kentang ymg diberi ajir (Gambar 3). Kecendemgan

ini

tidak tamp& jelas untuk: kelimpahan Ialat L. huidobrensis f G m b x

41,

m q.2 ;

+

Ajir

V)

7 - ^ ^" " .7- -- I. -7

35 43 50 57

M

71

Umur tam (HST)

Gmbar 3. Perkembangan populasi C. hutnilis per 3 rumpun

Umur tanaman (#ST)

(99)

Pemberian ajir bmbu pada pertmaman kentang awdnya dim&udkan unhk menopang pertumbuhan tanamm kentang agar tumbuh tegak, dm whzk mengurmgi serangm penyakit khususnya Phytophthora infestas. DEtri aspek pengenddian hayati L. hui$obrensis penggunm ajijir &pat, dipanclang sebagai sdah sahr cwa

mmipulasi lingkungan yang dapat meningkatkan kelimpahm

musutx

alami,

Hsrwanto

et al. (2001) menduga b&wa ajir rnenyediakan tambahan tempat brtengger bagi C.

htamilis untuk memantau mmgsanya.

Pengaru h Apfikasl Insektisida

Bmydmya ldat C. humilis dm L, huidobrensis yang dijumpai pada tajuk kent-ang dm yang tertangkag perangkctp kuning pada lafrctn trtnpst insektisida

dm

lahm pctani disstjikm pada Tabel 4. Hasil malisis statistik rnenunjukkctn bahwa rataan b m y h y a Ialat C, humr'lis nyata lebih rendah pada pet& petani dari pa& petak tanpa insektisida. Hal yang sebaliknya terjadi pada lalat L. huilobremis, kelimpahmnya pada pet& getmi sekitar 5 Mi lipat lebih tinggi daripada pet& $anpa insektisida. Hal ini rnenunjukkm bahwa aplikasi insektisida seperti ymg

dihkukan

(100)

Tabel 4.1Rataan kelimpahan lalat C. humilis dm L. huidobrensis pada petak -pa irrsektisida dm petak petmi

Bmyaknya lalstt ymg ditemukaxl B a n y h y a lalat yang

per tiga rumpun tertangkap per perangkap Perlakuan 17. humilis L. huidobremis C. hurnr'lis L. huidobrensis

insektisida 5,41flX,89 b 2,75+1,06

b

5,40i2,9 la 9,30?5,9X a

* h g k a

selajur yang diikuti huruf yang brbeda m e n u n j u h perbdaan nyata

menurut uj i BNT ( a -: 0,05).

Selain karena mcnmrmya m u s h almi, lebih berlfmphya Xdat L. huidobrensis pada pet& yang

diaplikasi

insektisida mungkin karma insektisida y m g d i g W a n tidak efektif. Dalam penelitian ini, jenis insektisida yang diaplikasikm oleh petmi addah karbosulfm. Insektisida ini tidak termasuk ymg dianjwkan untuk mengenddikan ldat pengorok dam (Kompes 1998).

Penelitian

ymg

dilakukan

oleh Soeriaatmadja & Uhan ( 1 998) juga menunj&kan bahwa aplikasi insektisida teffube11zwon, Morflwuran, flufenokuron

dm

deltametrin tidak dapat menekm perkembangan pupulasi L, huidob~.emis.

Lebih berlimpahnya 1;. huidobrensis pada pet& yang diaplikasi insektisida mungkin juga berhubungtn dengan

telah

resistennya h m a

ini

terhstdap berbagai jenis inscktisida (MacDanald I991 ; Parella & T m b l e 1989; Parella et al. 1984). Paella & Keil (1984) menduga bahwa lalat L. huidobrensis yang menyebar

ke

bmbagai negara, krmasuk Indonesia, addah yang telah resisten terhadap inseictisida.
(101)

yang nyata antara pehk petmi dengan petak tanpa inscktisida. Banyalcnya lalat yang tertmgkap perztngkap kuning sangat berkaitan dengan &ivitas terbang lalat,

d m

Idat y m g tertmgbp dapat berwal

dari

tempat yang berjaak j a h dari perangkap. Dengm dernikian, secara m u m penggumm pemgkap kming kurang sesuai untuk mengevduasi pengaruh aplikasi insektisida terhadap kelimpahm hama dm musuk alminya.

Peluang Pemanfaatarr C. humilk

Berdasarkan hasil penelitim seperti telah disajikm di &pan, tampaknya Idat. C. humilis memiliki potensi untuk digumkan sebagai agens hayati

dalam

pengenddian L. hecidobrensis, Penilaian ini dilandasi pertimbangan sebagai berikut: kelimpahan C.

hunailis umumnya tinggi, mangsa utammya adalah L. huidobrensis, memperlihatkan

kesmaan pola aktivitas dengan mangsst utamanya, serta tingkat pemangsaannya

yang bersifcft terpaut-Irerapatan dengm kelimprthan mangsanya.

(102)

rnassal Idat: predator, Mengingat tanmm bunga dm sayuran memiliki ambang toIermsi keruskm ymg renclah, upaya pengendalim hayati mungkin perlu disertai ser~ifikasi produk. Kiranya

hd

ini

bukan

mempakan sesuatu yang rnustahil, terntima h e n a kunsumen dari produk pertmian semacam ini umumnya memiliki latar k l a h n g pendidikan

dan

ekunumi yang memadai dm cukup peduli terhadap masalah kcsehtan dm lingkungan.

Untuk agruekosistem yang terbuka s e p e ~ i kekanyakan tanaman pertaxaman kentang atau sayuran lainnya, pengendalian hayati ymg sesuai untuk dikernbangkan addah

melalui

manipulasi habitat. Penelitian yang &l&ukan rnenunjukkan bakwa penggunw ajir bambu dayat: meningkatkan kelimpahm predator C. huwailis. Pada saat

ini

pengg- ajir bmbu dalam budidaya kentang masih terbatas pada pemi anggota Tim Petani Pemandu PHT Pangalengan (TP4). Praktek ini seyogymya dapat dimasymkatkan secara lebih luas ke petmi-petmi kentang laimya.

Bentuk lain dari mmipulasi

habitat.

adalah pengelolaan tempat pmkembangbiakan C, humilis. Dilaparkan b&wa C. figrirau meletakkm telur dalm komgas atau tanah y m g berkornpos, dm larva yang kelua d a i telur hidup sebagai predator pa&a cacing tanah Eiseniu rosea (Savigny) (Yahnke & George 1972). Hasil pengmatan pendahuluan di Pangalengm menunjukkm b&wa imago C, humilis muncul dari contoh kuturm sapi dm kompas dari jamur bus& yang diambil dari sekitar pertanaman kentang. Penelitian lanjutan diperlukan untulc mengkaji pengar& penyedim kompus dm kotorm sapi terhadap peningkatan kclimpahan C. humilis.
(103)

sangat intensif dalm penggunaan insektisida, Dari penelitian ymg telah dilakukm ditunjukkm bsthwa kellmpdxan Idat C. hutnilis lebih rendah pada pertanman petmi

dibandingkan dengan pertmaman y m g $id& distgfikasi insektisida,

Lebih

d a i itu, insektislda yang banyak digmakm petani umumnya tidak mmpu menekan

secangm

L. huicdobrensis (Rauf 1995). Ddam upaya kunservasi musuh a l m i , insektisida yang seyogyanya digunakan mtuk mengendalikan L. huidobrensis addIda yang efektif

dan

juga aman terhadap musuh dami. Dilaporkan bahwa insektisida yang efektif terhadap

lalat penguxak dam diantaranya adalah sirornazin dm abamectin f Weintraub 2001),

P e n g d kedua insehisida ini terhadap lalat C. hurnilis belum diketahui.

Pemanfaatan C: hurnilis dalam pengendalim hayati

baik

melalui inundasi, mrxrripulasi habitat, maupun konservasi memerlukm pemahaman tentang kehidupan predator tersebut. Oleh henst itu, penelitian tentang biologi d m ekuIogi C. humilis
(104)

KESIMPULAN

DAN

SARAN

Pada pertanaman kenttang tanpa insektisida, kelimpahan lalat, predator C.

(105)

DAFTAR PUSTAKA

Altieri AM. 1999, 'The ecological role of biodiversity

in

agroecosystems. Agric Ecasys Environ 74: 19-3 I.

Asandhi AA, 1 995. Meningkatkan produktivitas kentang. M M a h clismpa&n pa& Seminar Agribisnis Kentang. Agribusiness Club, Jakarta 18 -

X

9 Januari 1995. 2%

Asandhi AA. 2000, Peranan musuh dami untuk mengendalikm lalat ppengosok dam Liriomyza huidobrensis pada

tmmm

kentstng. Balitsa. Laporan tahunstn ksi1 penelitian PAATP. I5h.

Raggen K, Gurr MG. 1998.

The

influence of faad on Cupidosoma koehleri (Hymenoptera: Encyrtidae), and the use of flowering plant as a habitat management tool to enhance biological control of potato moth, Phtho~.imaea opevcult.lbu (Lepidoptera: Gelechiidae). Biological Control 1 I :9- 1 7.

[CIP] International Potato Center. 1997. Developing IPM components for leaf miner fly in the Canete Valley. Peru. Lima. Peru. 7pp.

[CIP] Central Internation4 Potato, [BALXTSA] Balai Penelitian Tmman Saywan. 1996. Penyakit, Elma

dm

Nematada utama tanman kentang, Lembang: Bdai Pcnelitian Tanaman Sayuran. 124h.

DeBach P, HuRaker CI3, 1971, Experimentid techniques for evaluation of the efectiveness of natural enemies. 'In: Huff&er CB (eds.). Biological Control. New York: Plenum p, 1 1 3-140.

Hamdmi, Prijono D, Rauf A. 200 1. Keefektifan insektisida dami terhadap pengoruk dam Lkiomyza huidobrensis ((Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada

t m a n hias. M a a h disctmpaikan pada seminar Program Pascmarjma

PB,

Bogor, 15 Januai 2001, 16k.

EIarwmto, Rauf A, Mqma

N,

Hindayma D. 2001. Studi pendahulum kelimpahm dm putensi Coenosia har~ili~s Mcigen (Diptera: Anthurniiydae): Predator Mat pengorok dam. Di dalm: Sukartana P, Prasadja

X,

Arifin M, Wikardi E A, Kaomini, Soesilawati. Pmgelalaan serangga yang bijksana menuju aptimasi praduksi. Bagor: Prosiding Seminar NasionaI IIf PEI Cabang Bogur, 153 - 158. Herlinda S, 2000, Andisis komunitas artropoda predator penghuni Iansehp
(106)

Khwbutli MS, Mack TB. 1993. Effect of temperature, humidity, and pre density an feeding rate of the striped earwig (Dermaptera: Labiduridae). Environ Entornol 22: 1 234-1 139.

b u t s o n AE, Gilstrap FE, 1989, Direct evaluation of natwd enemies of the Southwestern Corn Borer (Ifipidaptera: Pyralidae) in Texas Cam. Envirun Entoma1 18: 732-739,

Kornisi Pestisida. 1998. Pestisida

untuk:

pertanian

dm

kehutanm. Jakarta: Komisi Pestisida, Departemen Pertarrim. 256h.

Kuhne S

.

1 998. Open restring of generalist predators: A strategy

fur

improvement of biological pest control in greenhouses. Phytoprasitica 26: 277 - 28 1 .

kRuux

H,

Perrun

JP.

1960. Description of immature stages of Coenosila tigrina (F.) f Diptern: hthumyiidae). With notes on fibernation of larvae and predation by adult. Can Entarnal 93: 264 - 96,

Lolugau AB. 1998. Sermgan Ialat pengurok dam, LBiomyza hwidobrensb (Blanchard) (Diptern: Agromyzidae), pada pertanman kentang dm upaya pngendaliwya [tesis]

.

Bogor: P r o w Pasca Sarj a m , Insti tut Pertmian Bogur. 63h.

MacDanald QC, 198 1. Responses of the dien leaf miner Liriomyza trifolii and

Lirdomyza huidobremis f Diptera: Agrumyzidae) to some pesticides scheduled fur their control in the UK. Crop Protection 10:509-5 1 3.

Minkenberg QPJM. 1990. The leafminer Liriomyza trfolii and Liriomyza bryoninue, their parasitoids and host piants: a review. la Seasonal inoculative biological control. p.23

-

59.

Morris DE, Cloutier C . 1987. Biology of the predatory fly Coenosia tigrim (Fab.) (Diptera: Anthornyiidae): Reproduction, development, and larval feeding on ea-thwrms in the laboratory. Can Entarnal 1 1 9: 3 8 1-393.

Parella MP. 1987. Biology of Liuiomyza. Annu Rev Bntomol32:20X-224.

Parella MP, Keil CB. 1984, Insect pest management: the lesson of Lirjomyza, Bull Entomol Soc Arner 3022-25.

(107)

Pmlla

MP, Trumble JT. 1989. Decline of resistance in Liriomyztl gr@lii (Diptera: Agrumyzidae) in the absence of insecticide selection pressure. J Econ Entomol 82:365-368.

Perron JP, LaFrance J. 2 952. A note on a dipterous predator of the onion maggot, Hylernyn lanriqua (Mg.) Can Etomol 84: 1 12.

Perron JP, LeRoux El, LaFrance J. 1956. Notes on Coe~aosia figrim (F.) (Diptera: Anhomyiidae) mainly on habits and rewing, Cm Entarnal 88: 608-61 I .

Purnomo, Rauf A, Sasrommono S, Santoso T. 2001. Li~Eomyzu huidobremis (Blanchad) (Diptera: Agrumyzidae): Kesesuaian in*, perkembangan papulasi dan pengenddiannya. Makalah disampaikan pada seminar Program Pascasarjana IPB, Bogar, 20 September 200 1. 't 7h.

Rauf A. 1995, Liriomyza: h a m pendatang

b m

di Indonesia. Bul HPT 8: 46-48. Rauf A. 1996. Analisis ekosistern daiam pengendalim h a terpadu. Pelatifran

peramdm hama dm penyakit tanaman padi dm palawija tingkat nasiand. Jatisari 2- 19 Jmwi 1996.9l-i.

Rauf A, Harahap IS, Zakia

H.

1999. H m a pengorok dam: tantangan b m bagi agribisnis bunga di Indonesia. Makalah disajikm pada Workshop FIori kdtura

2. Bogor, I2 Mei 1999.7h.

Rauf A, Shcpard

BM,

Johnson

MW,

2000. Leafminers in vegetables, ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host craps, species composition and parasitoids. Internat J Pest Management 46: 257-266.

Reijntjes C, Haverkort B, Water-Bayer A. 1992. Pertmian

rnm

dcpan: Pengantar untuk pertanian berkelmjutan dengan input lm rendah. Yogyakata: Kanisius. 27Qh.

Salzat S. 1995. Varietas kentang dm pemuliaannya. Makalah dismpaikan pada Seminar Agribisnis Kentang. Agribusiness Club, Jakarta I S -

X

9 Jmuari 1995. 9h,

Sastrasiswuja S. 1995. Z-Iasil-hail penelitim

d m

pengembangan pengendalim h m a terpadu serta penerapannya p d a budidaya kentang. Makalah disampaikan pada Seminar Agribisnis Kentang. Agribusiness Club, Jakarta 1 8

-

19 dauari 1995.
(108)

Setiawati W, 1998. Liviomyza huidobremis Rma banr padst

tmmm

kentang. Monograf no. 14. Lembmg: Balitsa.

Setiawati W, Sctstrosiswojo S, Udiarto BK. 1998a, Pcnguj jian resistensi hkerapa varietasllkultiva kcntang terhadstp hama Liriomyzu huidobrensis. Balitsa. Lap. AFBN I99711 998,

Setiawati W, Soeri~tmadja RE, Laksanawati. 1998b Ekplorasi m u s h dami h m a Ldriomyza huidubvemis pada tanaman kentang,

Bd

i tsa. Lap. APBN 1 997/1998. Settle WH, Ariawan H, Astuti ET, Cahyana W, Hakim AL, Hindayma D, Lestztri AS,

Pajmingsih, Sartmto, 1996. Managing tropical rice pests through conservation of generalist na

Gambar

Gambar 1. Ksiteria pengambilan keputusan berdaswkm kelirnpakan hadm musuh alminya (Rauf 1996)
Tabel 3. Tingkat pernangsaan ldat C. humilis pada krbagai kerapatan L. huidobrensis di Iaboratorium dm lapangan

Referensi

Dokumen terkait

respectivement pour chaque contrat impute sur le present protocole.. - Une convention d'application entre d'une part le Ministere des Finances de la Republique

Program Keluarga Berencana (KB) untuk pria yang lebih dikenal dengan vasektomi juga makin diminati dan dapat diterima di Sumatera Utara dengan jumlah pasangan usia subur

Yang dimaksud merek dagang usaha kriya batik adalah merek yang digunakan pada produk kriya batik yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau

Untuk itu saya sebagai penulis tertarik untuk membuat suatu konten sebagai layanan publik pada BlackBerry berupa aplikasi pencari hotel menggunakan teknologi

Rujukan Berita Acara Hasil Negosiasi Nomor : BA / 15 / I / 2016 / Labforcab Plg tanggal 11 Januari 2016 tentang Penetapan Pemenang Penyedia Barang Bekal Kantor TA 2016

Selanjutnya berdasarkan hasil pengumpulan / inventarisasi sanggahan / keberatan yang disampaikan kepada Panitia, Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran

Hasil uji regresi linier berganda pada tabel koefisien didapatkan nilai X1, dan X3 adalah positif dengan nilai X1 sebesar 231, dan nilai X3 sebesar 639, yang dimana

Dengan mengacu pada dokumen yang diterbitkan oleh enGauge 21 st century skill (NCREL & Metiri Group, 2004), dapat diketahui setidaknya terdapat 4 domain