• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pemimpin Informal dalam Keberlanjutan Kelompok (Kasus : Gapoktan Ternak Domba Mekar Jaya, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Pemimpin Informal dalam Keberlanjutan Kelompok (Kasus : Gapoktan Ternak Domba Mekar Jaya, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)

PERANAN PEMIMPIN INFORMAL DALAM KEBERLANJUTAN

KELOMPOK

(

Kasus

:

Gapoktan Ternak Domba Mekar Jaya, Desa Kadipaten,

Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka

)

JAKA SULAKSANA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(120)

ABSTRACT

JAKA SULAKSANA. The Role of Informal Leader in Sustainability of Group (case : Mekar Jaya Farmers Group United, Kadipaten Village, Kadipaten Subdistrict, Majalengka District.

This research take the theme about the role of Informal Leaders in Sustainability process of farmers group. The group here is Farmers sheep groups united that called Mekar Jaya. The frame of this research think that the sustainabilty of Farmers group is influenced by several factors. Those are internal factors of group, The role of informal leaders, afld external factors of group. This research also want to see about The rank or stage of sustainability of group itself.

The sample of research is about 79 peoples who is the members of group. The data was wllected by using quitiinary and depth interview. The survei has conducted since March until April 2002. Finnaly, the data was analyzed by using Tau-kendall technique to explain correlation among sustair~ability of group with the factors that can influence it. Sosiometry technique is also using to find the cliques and the leaders in group. The analysis is completed by explaining the developmen! stage of group with planned change method.

The result shows that the most significant factors that involved in sustainability process of group IS agent of change which has done by motivation to be a member that included in internal factors. The most significant role of infomlai leaders which has done in sustainability process is to help group to rezch their elfrt and the representative of members opinion. The interested result is about iht? cooperation between farmers group and government that shows negative 11: correlation value. It different with helping from university representatitfe that bas

positive correlation with sustainability of group.

Specially, The explanatiir~ of the role of informal leader shows that z!;eie t ;e four roles which has strong correlation with sustainability of group. They

an?

!2

!?el,

the group to reach tha aim, to create the group value, to represent the op!n:c?n group, and facilitator to solve the conflict.

Final explanation is talking about the sustainable stage of group that sl;cll!.

(121)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang be judul :

PERANAN PEMlMPlN INFORMAL DALAM KEBERLANJUTAN KELOMPOK

( Kasus : Gapoktan Temak Dornba Mekar Jaya, Desa Kadipaten, Kecarnatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka )

~dlalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua sumber data dan inforrnasi yang digunakan felah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

t

Bogor, 17 September 2002

-

Jaka Sulaksana
(122)

PERANAN PEMlNlPlN INFORMAL

DALAM KEBERLANJUTAN

KELOMPOK

(

Kasus

:

Gapoktan Temak

Oomba

Mekar Jaya,

Desa

Kadipaten,

Kecamatan Kadipaten,

Kabupaten

Majalengka

)

JAKA SULAKSANA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(123)

Judul Tesis : Peranan Pemimpin Informal dalam Keberlanjutan Kelompok

(Kasus : Gapoktan Ternak Domba Mekar Jaya, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat)

N m a Mahasiswa : Jaka Sulaksana

N ~ P : PO5500013

Program Studi : llmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

1. K o ~ i Pembim ing

94

Ir. tsmail Pulunnan. MSc

Ketua

4

Dr. Ir. B ' a intin S, MA Dr. Ir. Sumardio. MS

w

Mengetahui

2. Ketua Program Studi ram

Pascasa

jana

llmu Penyuluhan Pembangunan

(124)

Penulis dilahirkan di Majalengka, pada tanggal 1 April 1977. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Asep Usman Yahya dan Ibu Kurniasih. Selanjutnya pada tahun 1982, penulis menjadi siswa SDN 2 Sukaraja, Jatiwangi sampai 1988, kemudia melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 2 Jatiwangi sejak 1989 sampai 1991. Pada tahun 1992, penulis melanjutkan studi di SMAN 1 Majalengka sampai dengan tahun 1994. Semasa studi, penulis selalu menjadi juara umum di sekolahnya.

Pada tahun 1994, penulis masuk menjadi mahasiswa IPB melalui jalur USMI, dengan mengambil Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Lulus sarjana pada tahun 1998. Semasa kuliah S-1, penulis aktif dalam kegiatan organisasi, dan pernah menjadi ketua MISETA periode 199711 998. Selain aktif dalam kegiatan organisasi, penulis juga pemah menjbdi asisten luar biasa untuk mata kuliah Dasar-dasar Manajemen. Prestasi lain yang pernah dicapai adalah menjadi peserta Program Persahabatan Abad 21 Indonesia- Jepang di Osaka.

(125)

Dalam pengembangan sistem otonomi daerah, pengembangan pmgram- program pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan. Program pemberdayaan pada sektor pertanian tentunya membutuhkan keberadaan intiiusi-institusi masyarakat untuk mendukung implementasi program tersebut. Keberadaan kelompok-kelompok tani memiliki posisi penting dalam pengembangan otonomi daerah.

Tesis ini melihat aspek keberlanjutan dari kelompok tani, dalam ha1 ini kelompok temak domba Mekar Jaya, Kadipaten, Majalengka. Tesis ini sebagai syarat untuk mempemleh gelar Magister Sains pada Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan. Alhamdulillah, tesis ini bisa terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Dalam hai ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terirna kasih secara khusus kepada :

-

Bapak Ir.lsmai1 Pulungan, MSc ( ketua komisi pembimbing ), Dr.lr.Basita Gintjg

S, MA ( Anggota ), dan Dr.lr. Sumardjo, MS ( Anggota ) yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan p e n g e t i i mulai dari pembuatan proposal sampai terselesainya tesis ini.

-

Rasa tetima kasih, cinta, dan kasih sayang yang sedalam-dalamnys penulis

sampaikan kepada ayahanda ( Bapak Usman Yahya ) dan lbunda ( Ibu Kttmiasih ) yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan studi.

-

Tak lupa kakak-kakak senasib sepe juangan, mudah-mudahan kita bisa terus

bersama

-

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan karib sekaligus guru
(126)

Joni, Pak Dasta, Pak Eye dan seluwh anggota Gapoktan Temak Domba Mekar Jaya.

-

Terima kasih kepada Pak Yana, Bu Sri, Mbak Dewi, Mbak Rosa, Mbak Nelva,

Teh Ati, Mbak Astri, Pak Joy, Mas Slamet, Mbak Yuli, Pak Padi, Pak Dadang, Mas Taufik, Kang Memed, Teh Ela, Mbak Elia, Bu Haryati, dan seluruh rekan PPN atas kebersamaannya, kekompakannya dalam studi di IPB ini.

-

Buat rekan-rekan PSB dan Abdul, makasih atas persahabatan, begadang, dan
(127)
[image:127.561.70.511.34.741.2]

DAFTAR

IS1

...

DAFTAR TABEL

... DAFTAR GAMBAR

PENDAHULUAN

...

Latar belakang

...

...

Permadahan

...

Tujuan Peneliian

. .

Kegunaan penehttan

...

:

...

TIN JAUAN PUSTAKA

...

...

Peranan

Pemimpin informal

...

...

Pola kepemimpinan Kelompok Tani

...

Keberianjutan kdom pok

...

Dinamika Kdompok

...

Stmktur Kelompok ::

..

...

Pemdiharaan dan Pembinaan kelompok

...

Suasana Kelompok

...

:

...

Efektivitas Kelom pok

...

Sikap

...

Motivasi

...

Perkembangan Kdompok

...

Proses Adopsi dalam kelompok

...

Proses Disi dalam Kelompok

Kelompok sebagai Wahana Pengembangan Ekonomi Pedesaan

KERANGKA BERFlKlR

...

...

Hipotesis Penetiiian

METODOLOG1 PENELITIAN

...

...

Ranc8ngan Penelin

...

Lokasi Penelitin

...

Popuiasi. sampel. unit analisis

Pengumpulan data

...

.

.

...

...

Uji

Validiters

...

Uji Reliibiliis

...

Analisis data

...

Definisi operasional serta pengukurannya

HASlL DAN PEMBAHASAN

...

Gambaran Umum Kelompok Ternak Dornba Mekar Jaya

...

Sejarah Perkernbangan Kelompok

...

Faktor internal Kebmpok

...

Faktor Eksternal Kelorn pok

...

(128)

Peranan Pemimpin Informal dalam Keberlanjutan Kelompok

...

Keberlanjutan Kelompok

...

Hubungan antara Faktor Internal dan Keberianjutan Kelompok Hubungan antara Faktor Ekstemal dan Kebedanjutan Kelompok

...

Peranan Pemimpin Informal dan Keberlanjutan Kelompok

...

Tingkat Keberianjutan Kelompok

...

Perkembangan Kelompok sebagai Perubahan Terencana

...

PEMBAHASAN

...

...

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

DAFTAR PUSTAKA

...

...

(129)

DAFTAR TABEL

...

Hasill uji korelasi antar pertanyaan dalam satu variabel

Sebaran Persentase Umur dan Pendidikan

...

Sebaran Persentase Umur dan Pendapatan

...

Sebaran Persentase Umur dan Pendiiikan Non Formal

...

...

Sebaran Persentase Umur dan Masa Keanggotaan

Sebaran Persentase Pendidikan dan Pengalaman Beternak Domba Sebaran Persentase MK dan Pengalaman Beternak Domba

...

Sebaran Persentase Pendapatan dan Pengataman betemak Domba Sebaran Persentase Pendidikan dan Penclapatan Anggota

...

Sebaran Persentase Masa Keanggataan dan Pendapatan Anggota

...

...

Sebaran Persentase Faktor Internal Klp dan umur

...

Sebaran Persentase Faktor lnternal Klp dan pendidikan

Sebaran Persentase Faktor Internal Klp dan PNF

...

Sebaran Persentase Faktor lnternal Klp dan pendapatan anggota

..

Sebaran Persentase Faktor Internal Klp dan pengalaman beternak

...

...

Sebaran Persentase Faktor lnternal Kip dan masa keanggotaan Sebaran Persentase Faktor Eksternal Klp dan keberlanjutan klp

...

Sebaran Persentase Peranan Pemimpin Informal dan keberlanjutan .. Sebaran Persentase Kebedanjutan Kelompok dan f . lnternakl klp

...

Nilai Korelasi Antara Faktor Internal dengan keberlanjutan klp

...

Nilai Korelasi Antara Faktor Eksternal dengan Keberlanjutan klp

...

Nilai korelasi Faktor Eksternal dengan faktor internal

...

(130)

DAFTAR GAMBAR

lnteraksi positii antara Kelompok dan Pemerintah

...

lnteraksi negatif antara Kelompok dan Pemerintah

...

Skema hubungan Faktor internal dgn keberlanjutan klp

...

Skema hubungan Faktor ekstemal dgn kebedanjutan klp

...

Skema hubungan Peranan PI dgn keberlanjutan klp

...

Skema hubungan ketiga faktor independen

...

Kerangka alur penelitian

...

...

Skema tahapan perkembangan KMJ

lnteraksi negatif antara KMJ dgn pernda

...

...

Klik dalam klp dan pemimpinnya
(131)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semenjak reformasi bergulir di pertengahan Mei 1998, perubahan-perubahan terus berjalan. Sa!ah satu dari s e k i banyak perubahan yang terjadi pada kebijakan pemerintah adalah digulirkannya program otonomi daerah di seluruh wilayah I1 Indonesia. Program otonomi daerah adalah program nasional yang mengutamakan adanya desentralisasi kekuasaan dan wewenang &lam pengelolaan rumah tangga daerah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Program otonomi daerah ini rnenekankan pada peningkatan kemandirian dad daerah yang bersangkutan untuk mengelola wilayahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuannya rnasing-masing.

Program otonomi daerah menekankan kemandirian di berbagai sektor, termasuk sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Hal ini dikarenakan sektor ini rnasih merupakan sektor yang memenuhi hajat hidup sebagian besar rakyat Indonesia, terutama di pedesaan. Salah satu Daerah II yang mengembangkan pemberdayaan di sektor pertanian adalah Daerah I1 Majalengka. Program yang diimplemenfasikan adabh Program Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Pemberdayaan

Allrrsyarakat

Petani (PKPN MPMP). Pelaksanaan Program ini didukung oleh potensi sumberdaya alam pertanian yang cukup besar di Kabupaten Majalengka.

Salah satu program pemberdayaan yang dilakukan berada di Desa Kadipaten, di Gabungan Kelompok Tani Mekar Jaya (KMJ). Gabungan Kelompok tani

ini

terdiri dari beberapa kelompok tani.
(132)

Gapoktan temak domba Mekar Jaya diirikan atas adanya kesadaran masyarakat sebagai suatu kelompok yang dapat menjadi sarana pengembangan kesejahteraan masyarakat.

Pennasalahan

Kebertahanan atau keberlanjutan keberadaan Kelompok Temak Domba Mekar Jaya merupakan salah satu fenornena tersendiri, yang membedakannya dengan kelornpok-kebmpok lain dengan latar belakang sama. Hal ini menjadi pertanyaan,

(133)

Dad gambamn latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dimmuskan pennasalahan dari penelrim ini adalah :

a) Seberapa jauh hubungan faktor internal kelompok dengan keberlanjutan kelompok?

b) Sejauh mana peranan pemimpin informal dahm keberlanjutan kelompok 3

c) Bagaimana hubungan faktor eksternal dengan keberlanjutan kelompok ?

d) Bagaimana hubungan peranan pemimpin informal dengan faktor internal serta faktor eksternal kebmpok ?

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

Menjelaskan hubungan faktor internal kelompok dengan keberhnjutan k e h p o k Menjelaskan hubungan peranan pemimpin informal &lam kelompok dengan

keberlanjutan kelompok I

Menjelaskan hubungan faktor eksternal dengan keberfanjutan kelompok

Menjelaskan hubungan peranan pemimpin informal dan faktor internal dengan ekstemal kelompak

Kegunaan Penelitian

Penelitii ini diharapkan akan dapat rnemberikan manfaat antara lain :

(134)

Memberikan rnasukan saran perbailcan dan pengembangan program bagi

pemerintah daerah dan instansi-instansi terkai.

(135)

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan

Peranan ( Soekanto, 1992 :268 ) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang haws dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.. Peranan mencakup tiga hal, yaitu : (1) norma- norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat ; (2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi ; (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku indiviiu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Pemimpin informal

Dalam kehidupan masyarakat desa terdapat pemimpin masyarakat yang berasal dari masyarakat dan dipatuhi deh masyarakatnya. Pemimpin masyarakat ini menurut Ufford dalam Sri Rejeki ( 1998 ) disebut sebagai local leaders (pemimpin lokal).

(136)

adalah : (a) berstatus sebagai pemimpin fonnal selama jabatan tertentu, atas dasar legalis formal deh penunjukkan pihak yang berwenang, (b) sebelum

pengangkatannya, dia htms memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih dahulu,

(c) diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya s e h i g a selalu memili atasan, (d) mendapatkan balas jasa rnateriil dan non materiil

tertentu, serta penghasilan sarnpingan laiinya, (e) bisa mencapai promosi atau

kenaikan pangkat formal, (f) apabila melakukan kesalahan akan rnendapatkan sanksi

dan hukuman (g) selama menjabat kepernimpinan diberi kekuasaan dan wewenang.

Sedangkan pemimpin informal adalah orang yang tidak rnendapatkan

pengangkatan formal sebagai pemimph, namun karena ia memiliki sejumlah kualias

unggul, dia memiliki kedudukan sebagai orang yang mampu mempenga~hi kondisi

psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Ciri-cirinya adalah : (a) tidak

memiliki penunjukkan formal atau legitimasi sebagai pemimpin, (b) ditunjuk dan diakui

oleh kebmpok rakyat dan masyarakat sebagai pemimpin dan status kepemimpinanfiya

itu berlangsung selama kelompok yang bersangkutan rnasih mau mengakui dan

menerkna pribadinya, (c) tidak mendapatkan dukungan dad suatu organisasi formal

dalam rnenjalankan tugas kepemimpinannya, (d) tidak rnendapatkan imbalan balas jasa

atau bila msndapat imbalan balas jam, maka imbalan itu diberikan secara sukatela, (8)

tidak perfu memenuhi persyaratan formal tertentu, dan

(9

tidak dapat dihukum apabila melakukan kesalahan, kecuali pribadiiya tidak diakui lagi d m diiinggalkan massanya.

Termasuk dalam pemimpin formal

adam

kepaia desa dan perangkatnya, sedangkan

pernimpin informal adalah tokoh adat, tokoh agama, d m kaum intelektual desa.

Dalam Shaw ( 1971 ) dikatakan bahwa ada tiga faktor yang berhubungan

dengan kepemimpkran

,

yaitu (1) Group goal facilitation ( fasiliiasi tujuan kelompok )
(137)

(2) Group sociebiljty ( sosiabilias kelompok ) artinya faktor-faktor yang yang dipeflukan untuk menjaga keiompok tetap betfungsi dengan baik ; dan (3) I-& prominem

(kemajuan individu) yang meliputi faktor-faktor yang rnewakili aspirasi anggota.

Peran kepemimpinan &lam kebmpok ( Gibson et a1 : 1993 ) merupakan suatu karakteristik penting dalam kebmpok. Pemimpin kelompok rnempunyai pengaruh

tertentu temadap para anggota kebmpok. Dalam keiompok formal, pemimpin dapat

menjalankan kekuasaannya yang secara resmi diberi sanksi, artinya pemimpin &pat

memberi ganjaran atau menghukum para anggota yang tidak mentad pengarahan,

perintah, atau peraturan.

Peran kepemimpinan juga merupakan faktor penting dalam kebmpok informal.

Orang yang menjadi pemimpin kelompok informal pada umumnya dipandang sebagai

anggota yang dihormati dan yang berwibawa, yang :

1. Membantu kebmpok dalam mencapai tujuannya.

2. Memungkinkan para anggota memenuhi kebutuhan. 3 i

3. Mewujudkan nilai kebmpok. Pemimpin pa& pokoknya merupakan persoMkasi

dari

nilai, motif,

dan

aspirasi dari keanggataan.

4. Merupakan pilihan para anggota kekmpok untuk mewakiii pendapat mreka d m

interaksi dengan pemimpin kebmpok lain.

5. Merupakan seorang fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik kebmpok.

Dalam Dahama & Bhatnagar (1980), disebutkan bahwa ada beberapa faktor

yang

mempengaruhi keefektii seorang pemimpin. FaktotSaktor itu

adalah

:

(1) Pemenuhan kebutuhan

(2) Prestise

(3) Keanggotaan yang bemilai

(138)

(5) lnteraksi yang kuat (6) Kejelasan tujuan

(7) Kelornpok yang kecil

(8) Homogenitas

(9) Kejadian-kejadian di luar

(1 0) Posisi yang meningkat

(1 1) Tekananlserangan dari lingkungan luar

Pola Kepemimpinan kelompok tani

S.V. Reddy, (1972) dalam Bhatnagar, mengidentifikasi peranan dari seorang pernirnpin kebmpok pertanian atau kontak tani sebagai berikut :

(1) Raising demonstration plots and showing

it

to others ; meningkatkan dernonstrasi plot dan rnenunjukkan ke anggota yang lain.

(2) Keeping themselves abmast with the latest agticultural technology ; menFga selaiu akrab dengan teknologi terbaru.

(3) Adopting themselves all the impmved agricultural practices ; mengadopsi praktek pertanian yang terbaru.

(4) Orgadsing meeiYngs and other discussions groups ; mengorganisir pertemwn

dan

dikusi kelompok.

(5) Sewing as M e t i n g advisers; melayani sebagai penasihat marketing.

(6) Supplying the improved seeds to the fanners ; mensuplai benih yang unggul kepada petani lain.

(7) Assisting the farmers in getting credit ; membantu mendapatkan kredit

(139)

(9) Educating the farmers to grow mcwe than W o crops a year ; mendidik para petani untuk rnenumbuhkan lebih dari dua tanaman dalam setahun.

(10) Acting as liaison officers befween the extension wofkers and the farmers ;

bertindak sebagai pelegitimasi hubungan antara penyuluh dan petani.

(1 1 ) Educating the fanners in the latisst agricultural technology ; mendidik para petani dalam teknokgi pertanian terbaru.

(12) Helping the fellow fanners in getting the needed agricultural inputs ; membantu para petani dalam mendapatkan input pertanian.

Pemimpin informal seringkali dapat bergati-ganti karena situasi dan kondisi yang berbeda-beda yang terdapat pada suatu saat tertentu. Seorang pemimpin yang tidak marnpu mernpertahankan kehormatan dan wibawanya seperti yang dimsakan oleh para anggota dapat diganti dengan pemimpin lain yang dianggap lebih berwibawa dan pantas sesuai dengan aspirasi keanggotaan kelompok. Jika ingin tetap menJadi pemimpin dalam jenis kebmpok apapun juga, orang hams memiliki pengetahuan d m keterampilan yang diperlukan untuk rnembantu

dan

membimbiig kebmpdc ke arah penyelesaian tugas.

Keberianjutan Keiompok

(susWnaMIltty

of Group )
(140)

sehingga pedu ditemukan

cam

untuk memanf-kan sumberdaya alam tersebut

dengan lebih m i e n dan bertanggung

jawab.

Rojas (1999) rnengatakan bahwa konsep berkelanjutan bedcaitan dengan

kesehnbangan pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang.

Konsep ini sesuai dengan pemikiran Herdt & Steiner (1995) bahwa pataian yang berkelanjutan adalah proses usahatani yang memperhatikan kemampuan sistem untuk

mempertahankan produktivitas &lam jangka panjang. Lebih jauh k g i dikatakan bahwa

yang lebiih penthg adalah keberlanjutan dari institusi. lnstiiusi menurut Huntington

(1968) dalam Goldsmith iJI BrinkeM, adalah nilaiiilai yang stabil atau pola perilaku

yang stabil. Nilai atau pewku yang positii inilah yang hams stabil dalam jangka miang.

Penyuluhan dilakukan untuk mengubah perilaku lama ke dalam perilaku bam

yang lebih kondusif untuk berkembang. Lionberger & Gwin (1982) mengatakan bahwa pe~bahan perilaku dipengaruhi oleh variabel personal, &n variabel situasiqhal.

Variabel personal biisanya terdiri dari latar belakang, kepemyaan,

dan

kebiisaan.

Variabel situasional

dapat

berupa kebijakan pemerintah, i W i , dan lain-lain. Kedua

variabel ini yang

akan

diamati

dalam

hubungannya dengan keberlanjutan kekmpok,

d i satu variabel khusus @tu peranan pernimpin krfomral dalam kelompok.

A m variabel situasional berupa kebijakan pemerintah, akan dilihat kondisi

kekmpok dengan adanya intervensi tersebut. Menurut Serageldim & Gruotaert (1999) interaksi antara kekwnpdc kecil dengan kelompok besar dapat bempa interaksi yang

positii atau negatif yang artinya pemerintah bisa atau sudah tidak bisa lagi

(141)

Tipe A T i e B

[image:141.557.63.513.25.702.2]

Oambar 1. lnderaksi positif antara kelompok dengan pemerintah

(142)
[image:142.557.46.517.34.769.2]

Gambar di atas menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan

oleh

Pemerhtah Daerah terhadap kebmpok bisa rnengakibatkan membaiknya hubungan atau

memburultnya di antara keduanya. Akan tetapi intervensi yang terlalu rnendalam ke kehidupm kebmpok, akan berakibat negatif bagi kelompok. Pada Gambar 1,

dijelaskan bahwa terjadi pergeseran keadaan dad tipe A, yaitu suatu keadaan yang rnenggambarkan adanya pemerintah yang menaungi kebmpok-kelompok masyarakat, menjadi tipe B, yaitu keadaan yang terjadi ketika terjadi kohesi

yang

lebi erat di

antara

kekmpdr-kebmpok masyarakat itu sendiri dan semakin memusat berada pada

pengaruh pemerintah.

Gambar 2 menunjukkan bahwa ada pergeseran dad tipe A menjadi tipe B, yaitu keadaan yang terjadi ketika kelompok-kelompok masyarakat saliig teqmcar satu

sama lain dm menghindari berhubungan dengan pemerintah.

Brinkemoff et a1 ( 1990 ) mengatakan bahwa institusi adalah sistem. Kebmpok sebagai sebuah sistem

,

haws memiliki unsur-unsur berikut mi : I

1. Input ( sumberdaya )

,

yaitu material, uang, manusia, i n f o m i , clan penget8huan

merupakan

ha1

yang didapat dad lingkungannya

dan

akan memiW kontdbusi pada

produksi

output.

2. Output, wetti produk,

dan

pelayanan

adatah

hasU

dari

m u

k e l o i i

stacr

3. Teknologi, metode dan proses

dalam

transformasi input menjadi

output.

4. Lingkungan, yaitu keadaan di s e w kelompok yang dapat mempengaruhi jalannya

kelompok.

5. Keinginan, yaitu strategi, tujuan, rencana dad pengambil keputusan.

(143)

7. Budaya, yaitu

norma,

kepercayaan, dan nilai

dalam

kelornpok.

8. Stnlktur, yaitu hubungan antar individu, kebmpok dan unit yang tebih besar.

Dalam hubungannya dengan keberlanjutan, perlu adanya stabilisasi norma atau

sistem yang kondusif dalam jangka panjang. Parsons (1971) mengatakan bahwa ada

penrbahan di dalam sistem dan perubahan sistem itu sendiri. Perubahan di &lam

sistem terdiri dari kornpetisi antar keknnpok

dan

modifikasi normatid. Kedua hal tersebut akan d i i dalam penelitinn ini. Sedangkan perubahan sistem b i bersifat revduskner. Perubahan inipun pada saatnya akan mengubah norma rnasyarakat atau

kelompok.

Dinamika kelompok

Dinyatakan oleh Shaw (1 981) bahwa dinamika kebmpok (group dynamics) yaitu

kekuatan-kekuatan di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok Qan

perilaku anggota kebmpok untuk tercapainya tujuan kelompok.

Menilai dinamika kebmpok berarti rnenilai kekuatan-kekuatan yang m w l dad

berbagai sumber di dalam kelompok Kekuaban-kekuatan di dalam kebmpok tersebut

seperti dikemukakan oieh Slamet (1978) d a b Syamsu et a1 (1991) yaitu (1) tujuan

kebmpok, (2) struktur kelompok, (3) fungsi tugas, (4) pembinaan kekmpok, (5) kekompakan kebmpok, (6) suasana kebmpok, (7) tekanan pada keiompok, (8)

(144)

Struktw kelompok

Struktur kelompok merupakan &ah satu unsw dinamika kelompok. Dinyatakan

oleh Cartwright dan Zander (1968) bahwa stnrkhrr kelompok yaitu bentuk hubungan antara individu-indiu di dalam kekmpdr

yang

diisuaikan dengan posisi dan

peranan masing-masing indiiidu. Kebmpok yang telah memiliki struktur yaitu kebmpok

yang telah memiliki bentuk hubungan yang stabl antar anggota kelompok.

Struktur kelompok dapat dibentuk secarrr formal, tetapi sebaliknya S t ~ k t ~ r di

dalam kekmpok dapat juga timbul tanpa diibentuk (Slamet dalam Syamsu et a/. 1991).

Pada kekmpok yang sangat formal, segala peraturan yang ada hubungannya dengan

struktur kelompok dbuat dengan jelas dan tertulis, sehingga semua anggota menjadi

tahu. Dengan ini, maka stnrktur kekmpolt menjadi stabil. Sebaliknya struktur tetap

stabil

pada

kelornpok yang tidak formal walaupun tanpa peraturan tertulis dan tanpa

persetujuan formal. Kebmpok tersebut tetap mempunyai kekuatan dan penuh dinarnika

karena masing-masing

anggota

menyadari tugasnya. Selanjutnya dikemukakan juga

bahwa st~ktur kebmpdc yaitu cam kelompok tersebut mengatur dirinya sendiri dalam

mencapai tujuan kelompok. Lebih

lanjut

dijekkan tentang unsur-unsur Wktur

SbYktw

kek,murn

atau pengamblkn

k@putusan. Pengambii keputusan

yang s e b didomkrasi oleh

oraneorang

tertentu dapat mengakiikan tidak

memuaskan angllota kekmpok. Keputusciin kebmpok disesuaikan dengan keinginan

s e l u ~ h anggota

dan

diusahakan me-mnya. Kesempatan anggota untuk berpartisipasi rnengambii keputusan dapat menyesuaikan keinginan anggota kebmpok

serta memuaskan anggota kelompok tersebut

karena

merasa dihargai. Struktur

kebmpok sebagai s a M satu unsur diinamlka kebmpok semakin melemah jika

(145)

Struktur tugas atau pembagian pekerjaan. Masing-masing anggata kebmpok mernpunyai kemarnpuan yang berbeda-beda, Setiap anggota menginginkan tugas- tugas tertentu sehingga mendapatkan kepuasan dari tugasnya. Struktur tugas menjadi semakin baik jika masing-masing anggota kebmpok semakin memsakan terlibat dalam tugas-tugas kelompok dan tugas-tugas tersebut semakin memuaskan masingmasing anggota kebmpok. Semakin baik struktur tugas rnaka struktur kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kebmpok se~mkin kuat.

Sbukbr komunikasi. Komunikasi yang tidak lancar di dalam kebmpok menyebankan ketklakpuasan anggota kelompok untuk berpartisipasi di

&lam

kelompok. Dengan demikian struktur kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin lemah. Sebatilknya anggota kelompok menjadi puas jib komunikasi di dalam kelompok lancar. Struktur kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok menjadi semakin kuat.

Sarana yang tersedia untuk te jadinya interaksi. lnteraksi di d a m kebmpok diperlukan. Struktur harus menjamin terjadinya interaksi. Struktur kebmpdt sebagai salah satu unsur dinamika kebmpok semakin kuat jika semaki besar kemwrgkinan terjadinya interaksi. Sebaliknya struktur kelompdr sebagai salah satu unsur d i i i k a kelompok semakin lemah jika semakin kecil kemungkinan terjadinya interaksi.

Perneliharaan dan Pembinaan kelornpok (Group Building and Manindenance)

(146)

kontrol sosial ; (5)

adanya

kesempatan mendapatkan anggota baru ; dan (6) adanya sosialisasi. Dijelaskan juga oleh Slam& dalam Syamsu et a/ (1991). tentang unsur- unsur pembinaan dan pengembangan kebmpok seperti berikut ini :

Partisipasi semua anggota kelompok. Partisipasi tirnbul dengan adanya petasaan anggota kebmpok menjadi bagian dari kelompok. Semakim tiiggi rasa memiliki kelompok, semakin tinggi

rasa

tanggung jawab anggota kebmpok terhadap kekmpoknya sehingga semakin tinggi tingkat partisipasinya. Ini berarti semakin berhasil usaha mempertahankan kehidupan kelompok. Dengan d e m i k i pembinaan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakin kuat. Sebaliknya semakin rendah rasa tanggung jawab kebmpok terhadap kelompoknya, semaki rendah tingkat partisipashya. Ini berarti usaha mempertahankan kehidupan kelompok semakin kurang behasil. Dengan demikii pembinaan kelompok sebagai salah satu dinamika kebmpok semakin lernah.

Adanya fasititas. Fasilias mew pakan salah satu kebutuhan dalam melaksanakan pembinaan kelompok. Semakim terjamin tersedianya fasiliis semakin b e w i usaha mernpertahankan kehidupan kelompok, sehingga pembinaan keiompok sebagai salah

&u

unsur dinamika kebmpok semaki kuat. Sebaliknya semakin kurang terjamin tersedianya fasilkas. semakh kurang berhasil usaha mempertahankan kehiipan kelompok, sehimgga pembinaan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kebmpok semakii lemah.
(147)

tempat anggota bisa berpadisipasi, semakin kurang berhasil usaha mempertahankan kehidupen k'ebmpok. Dengan demikian pembinaan kebmpok sebagai salah satu unsur

dinamika kebmpok semakin lemah.

Adanya kontrol sosial. Kontml sosial sangat diperlukan dalam pembinaan

kelompok. Semakii jelas fungsi kontrol sosial dirasakan oleh anggota kebmpok,

semakin berhasil usaha mempertahankan kehidupan kelompok. Dengan d e m i k i

p e m b i i n kelornpok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok semakii kuat. Sebaliknya semakii kurang jelas dirasakan fungsi kontml sosial dirasakan

oleh

anggota kebmpok semakin kurang berhasil usaha mempertahankan kehidupan

kehpok. Dengan demikii pembinaan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika

kelompok semakii lemah.

Adanya kesempatan mendapatkan anggota baru. Mendapatkan anggota

baru me~pakan bagian pembinaan kebmpok dengan adanya kemungkiian keluamya

anggata kelornpok yang lama. Semakin terbuka kesempatan mendapatkan anggota

baru, mmakin berhasil usaha mempertahankan kehidupan kelompok. Dengan

demikii pembinaan kebmpok sebagai saJah satu unsur dinarnika kelompok semakin

kuat. Semakin tertutup kesempatan -811 anggota baru, semakin kurang

behsil mempedahankan kehiiupan

kern.

Dengan demikii pembiiaan

keiompok sebagcti salah

satu

unsur dinamika kebmpok semaki lemah.

Adanya sosialisasi. Sosiaiisasi merupakan proses pendidikan yang membuat

anggota

baru

mengetahui noma, tujmn

dan

laii-lainnya yang ada di dalam kebmpok.

Tanpa adanya sosialisasi maka semaki banyak anggota baru yang merasa asing di

dalam kelompoknya sehingga partisipasi kurang dapat diharapkan. Semakm baik

proses sosialisasi rnaka semakin berhasil usaha mempertahankan kehidupan

(148)

kelompok semakin kuat. Sebaliknya semakin kurang berhsil usaha mempertahankan kehidupan kebmpok jika proses sosia1isasi semakin buruk. Dengan demikian pembinaan kelompok sebagai

salah

satu unsur dinamika kelompok semakin lemah.

Suasana Kelompok

Suasana kebmpok merupakan salah satu unsur dinamika kelompok. CartMight

(1968) menyatakan bahwa kebmpok mempunyai suasana yang menentukan reaksi anggota kelompok terhadap kebmpoknya. Suasana kebmpok yang dimaksudkan yaitu

rasa hangat dan setia kawan, rasa takut dan saling mencurigai, sikap saling menerima dan sebagainya. Kebmpok yang menarik yaitu kelompok yang memiliki suasana di mana anggotanya merasa salig diterima clan saling dihargai. D e m i k i juga halnya jika suasana kelompok penuh rasa persahabatan, maka kelompok semakin menarik.

Selanjutnya Slamet dalam Syarnsu et a1 (1991) menguraikan tentang suasana kelompok. Suasana kelompok yaitu keadaan moral, sikap dan perasaan-perasaan yang umumnya terdapat dalam kelornpok. Faktor yang mempengaruhi suasana kelompok yaitu (1) hubungan antara anggota kelompok, (2) kebebasan berpartisipasi, (3) Lingkungan fisik.

Efektivitas Kelompok

(149)

Sikap

Menurut Van den Ban (1998), sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu datam lingkungannya. Komponen-kornponen sikap adatah pengetahuan, perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk betiidak. Sikap merupakan keyakinan, perasaan, atau penilaiin individu yang bersifat positii atau negatif (menyenangkan atau tidak menyenangkan) dan memberikan

arah

atau kecenderungan kepada hdividu tersebut untuk berperilaku sesuai dengan sikap yang dimilikinya.

Motivasi

Secara umum mativasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motivasi menurut Kartono ( 2001 ), ialah :

(1) Gambaran penyebab yang akan menimbulkan tingkah laku, menuju pada s a s a F tertentu.

(2) A h a n dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat.

(3) Ide pokok yang sementara berpengaruh bemr terhadap tingkah hku manusia,

b i y a merupakan satu p e r i s t i masa lampau.

B e r e h Steiner mendefmisikan mdkres sebagai berikut :

A motive is an inner state that energizes activities or moves (hence motivation)

(150)

1. Meningkatkan asosiasi dan integrasi kebmpok ; menjamin keterpaduan. 2. Menjamin efektivitas dan efisiensi kerja semua anggota kebmpok.

3. Wningkatkan partisipasi aktii dan tanggung jawab sosial semua anggota. 4. Meningkatkan produktiiitas semua sektor dan anggota kelompok.

5. Menjamin teriaksananya realisasi din dm pengembangan din pada setiap anggota kelompok.

6. Menjamin teriaksananya realisasi diri dan pengembangan diri pada setiip anggota kelompok, dan memberikan kesemprrtan untuk melakukan ekspresi bebas.

Perkembangan Keiompok

Setelah kelompok terbentuk, terjadilah beberapa fase. Dimulai dengan fase icrklusi, apakah akan terus masuk ke dahm kelompok atau akan keluar dari dalam kelompok. Setelah terjawab,

rnaka

muncullah persoalan kontrol, menyangkut

I

pengambilan keputusan.

Masalah

selanjutnya adalah penyatuan emosi.

biasing-masing

anggota

be~saha mencari posisi yang paling tepat dabm kebmpok dalam kaitannya dengan hubungan afeksi ini. Ketiga tahap ini dapat te rjadi beberapa kali. Pada waktu kelompok mendekati masa akhimya, b a ~ t a h terjadi urutan yang terbalik, yaitu afeksi, kernudian diiuti kontml clan diikhiri oleh inkkrsi (atau ekskkrsi).

Tuckman dalam Syamsu et a1 (1991) memperlihatkan proses yang terjadi dalam kelompok, yaitu :

(151)

2. Tahap pancaroba, ditandai dengan mulai terjadinya konflik, karena setiap anggota mulai menonjolkan dirinya masing-masing.

3. Tahap pembentukan

norma.

Rasa kebersamaan sebagai akibat dari tahap pancaroba

dapat

menciptakan norma kelompok.

4. Tahap berprestasi. Dengan keluwesan yang ada, tercipta kesempatan bagi anggota untuk berprestasi.

Tahapan pembentukan kelompok ini sejalan dengan urutan perubahan yang terencana (Planned Change) menurut Lippit (1958), yang diawali oleh adanya hubungan antara Agen Pembaharu (AP) dengan kelompok. Perubahan terencana te rjadi dalam beberapa fase. Fase-fase itu adalah sebagai berikut :

Fase 1: Pembentukan kebutuhan untuk berubah

/

Ada tiga tipe berbeda dalam tiiik permulaan hubungan antara Agen PembaHaru (AP) dan klien. (1) hubungan mungkm dimulai ketika AP melihat adanya kebutuhan untuk dibantu dari suatu sistem klien dan mencoba untuk menstimulasi kesadaran klien untuk berubah. ; (2) hubungan dapat dimulai ketika ada pihak ketiia yang memiliki hubungan baik dengan AP ataupun Win, yang melihat adanya kebutuhan dari klien

(152)

Fase 2 : Pembentukan hubungan AP dan kliin

Langkah selanjutnya adahh pendugaan motivasi dari kliin untuk menerima dan memanfaatkan bantuan yang diberikan. Pembentukan hubungan kohesif antara AP dan sistem klien , ditunjang dengan kemauan untuk maju akan membentuk motivasi yang kuat untuk kesinambungan hubungan kerja.

Sebagian besar dari AP rnenggambarkan a w l dari hubungan yang

ada,

sebagai masa pengujian penghampan tentang hubungan yang saling menguntungkan baik dari AP ataupun klien untuk kemajuan hubungan berikutnya. Dengan proses komunikasi verbal dan observasi, rnasing masing pihak saling menyesuaikan diri, sukses tidaknya penyesuaian ini ( reliablitas dan durabilitas ) adahh faktor penthg dari keberhasilan keseluruhan hubungan.

Fase 3 : Diagnosa Permasalahan

i

Metode yang digunakan oleh AP fase ini, yaitu fase proses diagnosa permasalahan dari ktien, &pat diklasifikasikan dalam empat cara

:

1) Mendapatkan informasi ; 2) pengolahan informasi atau formula diagncsa ; 3) ,menstimulasi pemahaman dan menerima pandangan diagnostik ; 4) Menanamkan keahliin diagnustik.

Fase 4 : Menyusun Maksud dan Tujuan dari Kegiatan

Ada empat cam yang digunakan dalam ha1 ini, yaitu : (1) menjelaskan arah dari pembaharuan ; (2) Membangunkan dan mendorong keinginan untuk berubah ; (3)

(153)

Fase 6

:

Transfer dan Stabilisasi Perubahan

Memperoleh kesadaran baru dan membangun keinginan baru juga k e a h l i baru adalah aspek penting dari proses pembaharuan. Ujian utama dari bantuan yang diberikan oleh AP adalah mempertahankan stabilitas dan permanensi dari perubahan perilaku klien ketika AP tidak lagi aktii bersarna klien.

Faso 6

:

Generalisasi dan Stabilisasi Perubahan

Fungsi utarna dari AP selama fase 6 adalah untuk menjamin generalisasi dan penyebaran usaha pembaharuan yang tehh dimulai. Keteriibabn AP tidak hanya untuk menjaga pembaha~an tetap di permukaan, tetapi juga menyediakan alat di mana

inforrnasi tentang akibat dari pembaharuan dapat mengalir dengan mudah ke seluruh bagian sistem. Di banyak kasus, aht ini sudah tersedia, tetapi titik utama adalah hams adanya keadilan dan evaluasi inteligen dari pembaharuan oleh keseluruhan sistem di

I

mana pembaharuan Ru terjadi.

Fa- 7

:

Mencapai Hubungan Akhir
(154)

Proses Adopsi dalam kelompok

Kelornpok dalam menerima pe~bahan yang datang, melakukan atau mengalami suatu proses adopsi. Proses adopsi diawali oleh subkelompok atau segelintir orang dahm kelompok. Subkelompok itu bisanya merupakan para pemimpin kelompok yang berfungsi sebagai pemirnpin opini. Rogers dalam Van den Ban (1998)

mengusulkan serangkaii tahap sebagai berikut : (1) pengetahuan ; (2) Pengimbauan ;

(3) lmplementasi ; (4) Konfirmasi. Proses ini terjadi dalam kelompok dalam rnenerima perubahan yang dibawa dari luar kekmpok.

Proses Difusi dalam Kelompok

Adjid (1985) mengungkapkan bahwa respons partisipatif para anggota kelompok tani terhadap prakarsa, informasi, ajakan, pengarahan, kewibawaan kepemimpinan kebmpok inti, dalam rangka upaya terlaksananya program kelompok, dipengaruhi oleh penepsi para anggota kelompok tani terhadap makna yang d i n i k k i dari hasil interaksinya dengan kekmpdc inti

dan

sesama anggota. Makna tersebut adalah rnanifestasi penghayatan para petani terhadap nilai clan

mated

yang

dikomunikasikan, serta integritas, jasa, karsa, dan karya kelompok inti.

Kelompok Sebagai Wahana Pengembangan Ekonomi Pedesaan

(155)
(156)

KERANGKA BERFlKIR

Peneliian ini ingin melihat tiigkat keberlanjutan kelompok dengan mengambil kasus pada Kelompok Ternak Domba Mekar Jaya. Keberlanjutan kelornpok Temak domba Mekar Jaya merupakan hal/fenomena tersendiri. Keberlanjutan ini diperlihatkan dengan adanya kedinamisan kelompok. Unsur kedinamisan kelompok yang diielii di sini adalah struktur ketompok, suasana kebmpok, pembinaan dan pengembanan kelompok, dan efektiiitas kekmpok.

Terdapat beberapa faktor yang diduga bemubungan dengan keberlanjutan kelompok ternak domba Mekar Jaya. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal kelompok, faktor eksternal kebmpok, dm peranan pemimpin informal. Penelitin ini ingin membuktikan apakah ketiga faktor di atas berhubungan secara nyata dengan salah satu atau lebih unsur dinamika atau keberlanjutan kelompok. Selaii itu, ingin dilihat juga faktor yang paling kuat memiliki hubungan atau pengaruh terhayap keberlanjutan kelompok.

(157)
[image:157.561.57.499.33.756.2]

Gambar 3. Skema hubungan Faktor internal kelompok dengan kebertanjubn

Faktor eksternal kelompok yang diduga berhubungan dengan keberlanjutan kelompok adalah Bantuan Pemerintah Daerah, pihak perguruan tinggi, dan intensitas penyuluhan. Ketiga faktor ekstemal ini diduga berhubungan karena pada umumnya di Indonesia, Pemerintah Daerah memiliki peranan yang besar &lam perkembangan kelompok. Begitu juga dengan akses informasi, yang diduga berasal dari pihak Perguruan Tiiggi. Bahkan lebih jauh diduga tidak hanya akses informasi yang diberikan oleh pihak Perguruan Tinggi, tetapi juga bantuan teknologi dan permodalan, di samping aspek pendidikan kebmpok. Faktor terakhir yaitu htensitas penyuluhan, d e n y dugaan bahwa para petani masih memerlukan penyuluhan. Oleh karena itu, penting untuk dilihat tentang htensitas penyuluhan hi, yang berisikan kuantitas dan kualiis penyuk~han. Hasilnya nanti akan didukung juga oleh data kualitatif yang akan menjelaskan tentang kelebihan dan kekumgan dari penyuluhan tersebut.

(158)

Faktor terakhir adalah peranan pemimpin informal, yaitu dilihat dari (1) Membantu kelompok &lam mencapai tujuannya; (2) Memungkinkan para anggota memenuhi kebutuhan ; (3) Mewujudkan nilai kebmpdr ; (4) Merupakan pilihan para anggota kebmpok untuk mewakili pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin kebmpok lain ; (6) Merupakan seorang fasilitator yang dapat menyeiesaikan kontlik kebmpok. Faktor peranan pemimpin diduga berhubungan karena secara umum pada masyarakat pedesaan di Indonesia, peran tokoh masyarakat sabagai opinion leader

masih kuat dan merupakan stimulus dan katalisator bagi perkembangan pembangunan

Gambar 5. Skema Hubungan Peranan Pemimpin Informal dengan Keberlanjutan Kelompek

Penjehsan tentang peranan pemimpin informal d i d dengan terlebih dahulu menemukan pemimpin-pemimpin dan pam pengikutnya dalam kelompok. Metode ini dilakukan dengan teknik sosiometri untuk menggambarkan jaringan komunikasi

(Communication Network)

dalam

kelompok. [image:158.557.68.506.16.772.2]
(159)

Pemimpin informal, hubungan antara peranan pernimpin informal dan faktor eksternal

kelompok.

[

Faktor Internal N p

1

[image:159.561.53.497.39.759.2]

Faktor Ekstemal Ktp Peranan Pemimpin Mmnal

Gambar 6. Skema Hubungan ketiga Faktor Independen

Secara keseluruhan, faktor-faktor yang berhubungan dan mempengaruhi

(160)

Faktor internal kelompok

I

1. Karakteristik individu Urnur anggota Pendidikan non formal Pendidikan fonnal

Tingkat pendapatan anggota Pengalaman anggota dalarn

beternak domba Masa keanggotaan

Sikap anggota terhadap usaha ternak domba

Sikap anggota terhadap kelompok ternak domba

Motivasi rnawk rnenjadi anggota

I

Peranan Pemhpln lnfo~mal

I

1. Membantu kdompok daiarn Keberlanjutan kelompok

rnencapai tujuan

2. Mernbantu para anggota 1. Struktur kelompok

memenuhi kebuhrhan 2. Pembinaan dan pengembangan

3. Mewujudkan nil4 kdompok kelompok

4. MewakiIi pendapat kelompok 3. Suasana kelompok dalam interaksi dengan 1 Efektivitas kelompok pemirnpin kelompok lain

5. Fasilitator yang &pat menyelesaikan konflik

Faktor ekstemal

I

1. Pihak perguruan

2. Kebijakan PEMDA

[image:160.564.59.519.70.755.2]

( 3. Intensitas penyuluhan

I

(161)

Hipobsis penelitian

1. Terdapat hubungan yang nyata antara faktor internal dengan keberhnjutan

kelompok.

2. Terdapat hubungan yang nyata antara peranan pemimpin inforrnal dalam kebmpok

dengan keberlanjutan kelompok.

3. Terdapat hubungan yang nyata antara faktor ekstemal dengan keberlanjutan

kelompok.

4. Terdapat hubungan yang nyata antara peranan pemimpin inforrnal dalam kebmpok

(162)

Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitii kasus yang bersifat korelatif deskriptif. Penelitiin ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang bemubungan dengan kebertahanan suatu kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal kebmpok, faktor ekstemal kelompok, dan faktor peranan pemimpin informal.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Gabungan Kelompok temak domba Mekar Jaya ,

Desa Kadipaten. Kec. Kadipaten, Kab. Majalengka. Pemilihan lokasi ini lebih didasarkan atas pertimbangan kasus, bahwa di lokasi ini telah terjadi proses pemberdayaan dan keberlanjutan kelompok dengan sejumlah karakteristik di dalamnya, termasuk faktor kepemimpinan informal.

I

Populasi, Sampel, dan Unit analisis

Populasi penelitian adalah semua anggota kelompok Temak Domba Mekar Jaya yang berjumlah 79 orang. Semua anggota populasi menjadi sampel penelitii.

Hal

ini dimaksudkan untuk menambah siginifikansi hasil penelitii (Complete

enurnerstion ).

Unit analisis penelitin ini adalah Peranan pemirnpin informal dalam kebmpok dengan anggota kebmpok sebagai responden.

Pengumpulan Data

(163)

meliputi buku-buku administrasi kelompok, laporan-iaporan hasil peneliian

dan

kepustakaan

lam

tentang kepemimpinan informal, rnonografi desa, dan catatan statistik

Kantor Pemerintah Desa setempat.

Oalam pengisian daftar pertanyaan, jawaban responden digali dari wawancara

yang berpedoman pada pertanyaan dalam daftar pertanyaan. Se&ngkan pengamatan

di lapangan dilakukan dengan menghadiri pertemuan-pertemuan kelompok.

Pengumprlbn data dilakukan dari Bulan Maret sampai April 2002.

Uji validitas

Uji validitas data dilakukan untuk mendapatkan pengukuran yang tepat, meliputi

validitas isi ( content validity ) dan validitas kerangka ( construct validity ).

Uji validitas isi dilakukan dengan

cara

mencemrati tiigkat isi instrumen yang

mewakili seluruh aspek yang dinyatakan sebagai kerangka konsep. Semakin lengkap

aspek yang merupakan kerangka konsep penelitin &pat terkandung dalam instrumen

penelitin, maka akan sernakin tinggi pula validitas instrumen tersebut.

ValMis

kerangka (construct validity) dilakukan dengan menetapkan kerangka-

kerangka konsep yang digunakan &lam penewin. Kemudian atas dasar konsep

konsep itulah disusun t o m ukut operasionalnya. Kmepkonsep yang digunakan

dalam penelitinn ini disusun dari hasil pemaharnan kepustakaan serta pendapat para

ahii di bidangnya ( komisi pembimbig ).

Uji Reliabilitas

Uji reliibilitas dilakukan untuk mendapatkan instrumen dengan keterandalan

yang tinggi dalam pengukuran variabel peneliti. Metodenya rnenggunakan metode

(164)

yang

berbeda.

Uji releilitas dilakukan di lokasi yang serupa dengan lokasi peneiitiin dengan sampel sebanyak 10 % dari sampel sesungguhnya. Kemudian hasil pengukuran pertama dan kedua dles dengan teknik korelasi product moment. Dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : r

=

koefisien korelasi

N

=

Banyaknya kasus

X

=

Variabel bebas [image:164.557.44.503.23.740.2]

Y

=

Variabel tergantung

Tabel 1. Hasil Uji Korehsi Antar Pertilnyaan dalam Suatu Varhbel yang diukur Variabel Utama

Karakteristik internal

anggota

Motivasi masuk menjadi anggota Sikap anggda thd Usaha temakdomba Sikap anggota thd kekmpok

Peranan Pemimpin lnfonnal Faktor eksternal kelompok Keberlanjutan Kelompok

Kisaran Korelasi I I

(165)

Analisis data

Analisis data dilakukan secara deskriptii. Analisis kualitatif dilakukan untuk semua tujuan penelitian. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik pengujian korelasi menggunakan teknik korelasi Tau-b Kendall.

Analisis tingkat keberlanjutan kelompok menggunakan tahapan perkembangan ala Tuckman (Syamsu, 1991), tahapan perubahan terencana (Lippit, 1958), dan metode tangga (Sumardjo, 1987). Selain itu, dilakukan juga analisis sosiometri untuk menemukan pemimpin-pemimpin informal dalam kelompok. Analisis ini juga nantinya berguna untuk menunjukkan klik-klik dalam kelompok (Selltiz, et a/, 1959) atau jaringan komunikasi yang ada dalam kelompok (Chu et a/, 1976 ).

Definisi Operasional serta pengukurannya

Pemimpin Informal adalah orang-orang yang berpengaruh dalam kelompok dan rnenjadi anggota kelompok.

A. Peranan pemimpin informal informal

.

Peranan pemimpin informal adalah perangkat perilaku dari pemimpin informal yang diharapkan dilakukan dalam

kelompok, yaitu sebagai pembina kelompok. Diukur dari :

(166)

sedang jika dapat membantu pencapaian sebagian besar tujuan kelompok, dan termasuk tinggi jika dapat rnembantu pencapaian sernua tujuan kelompok.

Kontribusi tindakan pemimpin infomnal &lam membantu para anggota

memenuhi kebutuhannya, diukur dari pengetahuan akan kebutuhan anggota,

penjelasan hubungan kebutuhan anggota dengan tujuan kelompdr, Bersikap

adil pada anggota. Kemudian dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu rendah

,

sedang dan tinggi. Kontribusi tindakan pemimpin informal meml?antu pemenuhan kebutuhan anggda termasuk rendah jika tidak mampu membantu

pemenuhan kebutuhan anggota, termasuk sedang bila dapat membantu

pemenuhan kebutuhan sebagian anggota kelompok, &n termasuk tiggi jika

dapat membantu pernenuhan kebutuhan semua anggota kebmpok. .,

(3) Kontribusi tindakan peminpin informal dalam mewujudkan nilai kebmpok. Di ukur &ri kedekatan anggota dengan pemimpin, kesepahaman anggota dan pemimpin akan nilai dalam kelompok, pemimpin dapat menarnpiang

aspirasi/keinginan anggda. Kemudian dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah,

sedang dan tinggi. Kontribusi tindakan pemimpin informal dalam mewujudkan

nilai kebmpok termasuk rendah j i i t i a k dapat mewujudkan nilai kelompok, sedang jika dapat mewujudkan sebagian besar nilai kelompok, clan termasuk tinggi jika

dapat

mewujudkan sernua nilai kelompok.

(4) Kontribusi tindakan pemimpin informal dam mewakili penclapat anggota dalam

berinteraksi dengan pemimpin kelompok lain. Pengukurannya didasarlcan atas

kekmpok dapat berinteraksi dengan kelompok lain dengan pecan pemimpin,

hubungan yang baik antam anggota kelompok dengan anggota kebmpok lain.

Dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dikatakan rendah,

(167)

sebagian anggota yang mampu diwakili, dm tiiggi jika mampu menjadi

rnewakili semua pendapat anggota dalam berinteraksi dengan pemimpin

kelompok lain.

(5) Kontribusi tindakan pemimpin informal sebagai fasilitator penengah konfiik.

Dikategorikan menjadi tiga, yaihr kecil, sedang, dan besar. Diukur

dari

ketergantungan anggota dengan keberadaan pemimpin, frekwensi pemimpin

dapat berperan rnenengahi konflik antar anggota. Dikatakan rendah jika

pemimpin informal tidak mampu menjadi penengah konflik, sedang jika hanya

sebagian konflik yang bisa diatasi , dan tinggi jika mampu menjadi penengah semua konflik yang pernah terjadi.

B. Faktor internal keiompok, meliputi

1. Umur anggota yang dihitung sejak dilahirkan sampai saat sekarang (ulang tahun

terakhir ), yaitu rendah jika kurang dari 34 tahun , sedang jika berkisar

antam

34

sampai

53 tahun

,

clan tinggi, jika lebii dari 53 tahun.

2. Pendapatan anggata, dilihat dari jumtah penghasilan yang diterima

deh

anggota

dalam satu bulannya. Pengkategoriannya rendah jika kurang dari Rp, 250.000.00

,

sedang jika berkisar mtara Rp. 250.000, 00 s.d Rp. 500.000, 00, dan tinggi jika lebih dari Rp. 500.000,OO.

3. Pendidikan formal anggota yang d i t i dari jenjang pendidikan akademis terakhir yang berhasil dicerpai anggda. Kemudii dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah

jika tidak tarnat SD, sedang jib tamat SD

,

dan tinggi jika tamat SMP.
(168)

pengetahuan dan pendapatan keluarganya selama 3 tahun terakhir. Kemudian dikategorikan menjadi 3. yaitu rendah jika kurang dari dua kali ,sedang jika berkisar antara dua hingga empat kali, dan tinggi jika lebih dari empat kali.

5. Masa Keanggotaan anggota kelompok yang dihitung sejak masuk menjadi anggota kelompok hingga menjadi responden dahm penelitian ini. Kemudian dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah (baru) jika kurang dari lima tahun, sedang jika berkisar antara lima hingga sepuluh tahun, dan tinggi (lama) jika lebih dari sepuluh tahun.

6. Pengahman berusaha ternak domba yaitu lama anggota berusaha ternak domba. Diukur dari jumlah tahun berusaha ternak. Kemudian dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah (baru) jika kurang dari lima tahun, sedang jika berkisar antara lima hingga sepuluh tahun, dan tinggi (lama) jika lebih dari sepuluh tahun.

7. Motivasi menjadi anggota yaitu dorongan/alasan anggota ingin menjadi anggota kelompok. Dalam ha1 ini dibagi menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Hasilnya dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

8. Sikap anggota terhadap usaha ternak domba, yang dilihat dari minat, dan dukungan anggota terhadap pengembangan ternak. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

9. Sikap anggota tehadap kelompok, dilihat dari minat berkelompok dan dukungan terhadap segala kegiatan kebmpok. Dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

10. Norma kelompok, dilihat dari pengetahuan dan ketaatan anggota terhadap norrna kelompok. Dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

C. Keberlanjutan kelompok

(169)

(1) Struktur Kelompok, meiiputi :

a. Kesesuaian struktur kekuasaan atau pengambilan keputusan dengan keinginan dan kepuasan seluwh anggota dalam kelompok.

b. Aliran-aliran informasi yang mernadai dalam St~ktur komunikasi

c. Ketersedii sarana untuk tetjadinya interaksi.

Kemudian dikategorbn menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

(2) p e m b i kekmpok, meiiputi :

a. Adanya

usaha

untuk meningkatkan partisipasi anggota dalam setiap kegiatan kebrnpok. Kemudian dikategorikan menjadi tiga, yaitu tidak baik, kurang baik

dan

baik.

b. Adanya usaha untuk mengadakan kegiatan agar kelompok menjadi lebih hidup.

c. Adanya usaha mengadakan koordinasi guna menghindari konflik yang

membahayakan kelompok

Gambar

Gambaran Umum Kelompok Ternak Dornba Mekar Jaya ............... Sejarah Perkernbangan Kelompok ..........................................
Gambar 2. Inderaksi negaW antam kelompok dengm pemerintah
Gambar di atas menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan oleh Pemerhtah
Gambar 3. Skema hubungan Faktor internal kelompok dengan kebertanjubn
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Persentase ketuntasan secara individual meningkat dari 19 siswa menjadi 24 siswa yang tuntas belajar, persentase ketuntasan

Bab pertama. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian serta

Berdasarkan data-data dari hasil penelitian, uraian perbandingan tiap siklus, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kegiatan

Keragaman spesies avifauna yang dijumpai di Hutan Penelitian Oilsonbai menunjukkan adanya 33 spesies avifauna dari 20 famili yang tersebar pada tipe habitat hutan

penulis berkesimpulan bahwa lembaga pendidikan keluarga, masyarakat dan sekolah saling berkolaborasi didalam meningkatkan kualitas karakter anak – anak atau generasi

Kedudukan Pengadilan Pajak menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak adalah pengadilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman. Kemandirian

Perlakuan pupuk kandang sapi mampu meningkatkan jumlah cabang, jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga, jumlah bintil akar, dan luas daun per pot tanaman kacang pinto

Adanya penurunan kadar MDA serum pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol daun bayam merah dibanding dengan kelompok kontrol negatif menunjukkan adanya