• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI

VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS

(DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)

TESIS

Guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama: Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

Ninik Artiningsih

NIM :S 541002042

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI

VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS

(DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)

Disusun Oleh: Ninik Artiningsih

NIM :S 541002042

Telah disetujui oleh tim pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 19661108 199003 2 001

Jarot Subandono, dr., M.Kes NIP 19680704 199903 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

(3)

commit to user

iii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI

VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS

(DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)

Disusun Oleh: Ninik Artiningsih

NIM :S 541002042

Telah disetujui oleh tim penguji

Pada tanggal…..

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota

Prof.Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA (K) NIP 19490317 197609 1 001

Dr. Hermanu, M.Pd

NIP 19560303198603 1 001

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 19661108199003 2 001

(4)

commit to user

iv

MOTTO

Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)

Tuntutlah ilmu dan belajarlah ilmu untuk ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)

(5)

commit to user

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA:

SUAMI DAN ANAK ANAKKU

DUNIA KEBIDANAN

ALMAMATERKU

Siapa yang ingin mencapai puncak sukses, dia harus memanjat

dan

(6)

commit to user

vi

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : NINIK ARTININGSIH

NIM. : S.541002042

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI

VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON

MOJOKERTO) Adalah benar-benar karya otentik saya sendiri. Hal-hal yang terdapat dalam tesis ini dan yang bukan karya saya diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila diketahui di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut

Surakarta, April 2011

Yang membuat pernyataan,

(7)

commit to user

vii

ABSTRAK

Ninik Artiningsih. S 541002042. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cervik. Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011

Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam rahim atau serviks yang dapat terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Hal ini dapat dicegah dengan tindakan yang efektif melalui IVA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Sampel sebesar 100 WUS yang ada di wilayah Puskesmas Blooto Kota Mojokerto yang memenuhi criteria inklusi, diambil dengan teknik cluster random sampling. Variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap WUS, sedangkan variabel terikatnya pemeriksaan IVA. Lembar kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sudah diukur validitas dan reliabilitasnya dan selanjutnya data dianalisis dengan korelasi person dan regresi dengan bantuan komputer program SPSS.

Hasil analisis statistic menunjukkan ada hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,535). Ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381). Secara simultan pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebesar 49,3%

Kesimpulan penelitian ini adalah hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap WUS dengan pelaksanaan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker servik. Hendaknya dilakukan peningkatan pengetahuan wanita usia subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto mengenai pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, bidan praktik swasta, media elektronika, maupun penyuluhan-penyuluhan

(8)

commit to user

viii

ABSTRACT

Ninik Artiningsih. S 541002042. Relationship Between Level Knowledge and Attitudes of Fertile Aged Women with Behavior Inspection Visual Acetic Acid in the Context of Early Detection of Cervik Cancer. Thesis Studai Family Medicine Program. Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta. 2011

Cervical cancer is a malignant tumor that grows inside the uterus or cervix that may occur in women aged 35-55 years. This can be prevented by effective action through IVA. The purpose of this study to determine the relationship between the level of knowledge and Women Aged Fertile with IVA inspection within the framework of early detection of cervical cancer

This study is a cross sectional analytic approach. Samples of 100 women in the area of PHC Blooto Mojokerto who meet criteria for inclusion, extracted with cluster random sampling technique. The independent variable was the knowledge and attitude of women, while the dependent variable IVA behavior. Questionnaire used for data collection that has measured the validity and reliability and then the data were analyzed by correlation and regression persons with SPSS.

The result of statistical analysis showed there was significant and positive relationship between knowledge and behavior examination women IVA (p = 0.000 and r = 0.535). There is a significant and positive relationship between attitude and behavior examination women IVA (p = 0.000 and r = 0.381). Simultaneously, knowledge and attitudes influence the behavior of IVA on women in Blooto PHC, Prajurit Kulon Mojokerto City, amounting to 49.3% The conclusion of this research is a significant relationship between knowledge and attitude to the implementation of inspection women IVA in order the early detection of cervical cancer. It should be improving the knowledge of women of childbearing age in Blooto PHC, Prajurit Kulon, Mojokerto on behavior IVA. This can be done by increasing the flow of information through health centers, private practice physicians, midwife private practice, electronic media, and the extension-extension

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA

USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS”. Tesis ini disusun

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kesehatan pada

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H.M. Syamsul Hadi, dr., Sp.KJ., selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk

menjalani pendidikan Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan surat

keputusan pengangkatan dosen pembimbing proposal mahasiswa program

studi Magister Kedokteran Keluarga.

3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku ketua

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

(10)

commit to user

x

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa

membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

5. Jarot Subandono, dr., M.Kes., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

6. Suami dan anak anak tercinta, terima kasih dukungan moril, material dan

doanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan

penulisan tesis ini.

7. Teman – teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana kelas paralel I

Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret

Surakarta 2010, terima kasih atas kerjasama selama pendidikan dan

penyusunan tesis ini.

Semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Allah

SWT dicatat sebagai amal sholeh. Akhirnya saran dan kritik yang membangun

untuk perbaikan tesis ini sangat penulis harapkan.

Surakarta, Maret 2011

(11)

commit to user

3. Konsep Wanita Usia Subur……….………

4. Inspeksi Visual Asam Asetat………

(12)

commit to user

xii

D. Hipotesis ………..

BAB III METODE PENELITIAN………..

A. Desain Penelitian………

B. Tempat dan Waktu Penelitian………

C. Populasi, Sampel dan Sampling………

D. Identifikasi Variabel Penelitian………..

E. Definisi Operasional Variabel………

F. Instrumen dan Analisis Uji Coba Penelitian………

G. Teknik Pengumpulan Data………

H. Teknik Analisis Data……….

I. Etika Penelitian………….………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN………..

A. HASIL PENELITIAN………...

1. Data Umum Penelitian……….

a. Umur Responden………...

b. Pendidikan Responden………..

2. Data Khusus Penelitian………

a. Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan IVA………. b. Sikap WUS terhadap prilaku pemeriksaan IVA………

c. Perilaku WUS dalam pemeriksaan IVA………

3. Uji Hipotesis Penelitian ………...

a. Hubungan Pengetahuan WUS dengan Pemeriksaan IVA……. b. Hubungan Sikap WUS dengan Pemeriksaan IVA……… c. Hubungan antar Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS dengan

Pemeriksaan IVA………

B. PEMBAHASAN………

1. Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pemeriksaan IVA. 2. Hubungan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA………

(13)

commit to user

xiii

3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks…

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………

A.SIMPULAN………

B.IMPLIKASI……….

1. Implikasi Teoritis………

2. Implikasi Managerial………...

C. SARAN………..

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN………..

64

69 69 69 69 69 70

(14)

commit to user

Perbandingan IVA dengan test penapisan lain……… Hasil uji validitas variabel pengetahuan tentang IVA …… Hasil uji validitas item butir soal variabel sikap…………. Hasil uji validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA…. Hasil uji reliabilitas kuesioner………. Distribusi Kelompok Umur Wanita Usia Subur…………. Distribusi Tingkat Pendidikan Wanita Usia Subur………. Distribusi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA… Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA…. Distribusi Sikap Wanita Usia Subur Terhadap IVA……… Indicator Sikap Wanita Usia Subur Terhadap IVA………. Distribusi Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA……….. Indikator Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA………. Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan IVA………. Hubungan Antara Sikap WUS dengan Perilaku Pemeriksaan IVA……… Ringkasan Analisis Regresi Berganda……….. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan Koefisien

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia

HIV = Human Immunoe Virus

IVA = Inspeksi Visual Asam Asetat

Mupar = Muda Paritas Rendah

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

WUS = Wanita Usia Subur

% = Prosentase

p = Probability

n = alfa atau tingkat kesalahan

r = koefisien korelasi

R2 = R kuadrat atau koefisien determinan

(17)

commit to user

Lembar Konsul Dosen Pembimbing ……….

(18)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang

tumbuh didalam rahim atau serviks yang dapat terjadi pada wanita usia 35-55

tahun. Kanker leher rahim dapat dicegah dengan tindakan yang efektif melalui

IVA (Sukaca, 2009). IVA singkatan dari Inspeksi Visual Asam Asetat adalah

cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis

puskesmas. prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut

rahim dengan asam asetat. kondisi keasaman lendir di permukaan mulut rahim

yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih.

melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada

mulut rahim (Nurcahyo, 2010 ).

Data yang didapat dari yayasan kanker indonesia (2007) menyebutkan setiap

tahunnya sekitar 500.000 perempuan di diagnosa menderita kanker serviks dan

lebih dari 250.000 meninggal dunia (Sukaca, 2009). Angka kejadian kanker leher

rahim di Indonesia tahun 2008 diperkirakan sekitar 150 (0,15%) - 180 (0,18%) per

100.000 penduduk. Penderita kanker leher rahim umumnya datang kedokter

kandungan sudah terlambat, sehingga pengobatan yang didapat hanya perawatan

paliatif yang masih bisa dilakukan untuk tujuan peningkatan kualitas hidupnya

(19)

commit to user

Pada tahun 2008 sekitar 20.000 perempuan di Jawa Timur didiagnosa

menderita kanker leher rahim dan 41 kasus meninggal dunia (Suhaemi, 2009). Di

Kota Mojokerto khususnya di Puskesmas Blooto jumlah Wanita Usia Subur

(WUS) dengan lesi prakanker ditemukan relative tinggi, pada pelaksananan

pemeriksaan IVA tanggal 14 april 2010 dari 40 Wanita Usia Subur yang

diperiksa 11 Wanita Usia Subur atau 27,5 % dinyatakan lesi pra kanker positif

,bulan Mei 2010 dilakukan pemeriksaan IVA pada 151 Wanita Usia Subur

dinyatakan IVA positif 36 Wanita Usia Subur atau 23,8% , dan Agustus 2010

diperiksa 60 Wanita Usia Subur dinyatakan IVA positif 20 Wanita Usia Subur

atau 33,3% . tingginya Wanita Usia Subur dengan lesi prakanker positif tidak

dibarengi dengan tingginya jumlah Wanita Usia Subur yang mau melakukan

pemeriksaan IVA, pada tahun 2009 Wanita Usia Subur yang diperiksa IVA

sebanyak 47 orang dari 5322 Wanita Usia Subur atau baru 0,87 %, pada tahun

2010 dari 5393 Wanita Usia Subur sudah diperiksa IVA 312 Wanita Usia Subur

atau 5,8% jumlah ini masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 80%(Laporan

tahunan Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto,

2009-2010). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit

Kulon Kota Mojokerto pada tanggal 28 Nopember 2010 dilakukan wawancara

pada 10 wanita usia subur didapatkan 8 (80%) wanita usia subur tidak tahu

tentang IVA dan 2 (20%) wanita usia subur tahu tentang IVA. Dari 10 Wanita

Usia Subur hanya 1(10%) Wanita yang mau melakukan pemeriksaan IVA. Dari

data diatas menunjukkan kurangnya pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur

(20)

commit to user

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari umur, intelegensi,

kepribadian, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman,

motivasi, sumber informasi, minat dan pekerjaan (Meliono, 2008). Rendahnya

pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA menyebabkan sikap Wanita Usia

Subur kurang dalam melakukan pemeriksaan IVA untuk deteksi kanker mulut

rahim. Dampak dari rendahnya sikap Wanita Usia Subur menyebabkan sebagian

besar wanita datang berkunjung dengan diagnosa kanker leher rahim stadium

lanjut (Sarwana, 2005). Oleh karena itu, penyampaian informasi pada wanita usia

subur tentang IVA sangat diperlukan untuk dapat merubah perilaku masyarakat

terutama wanita usia subur, tenaga kesehatan (bidan) dapat mendeteksi

kemungkinan kanker leher rahim dengan memperhatikan gejala klinik dan pada

pemeriksaan dalam.

Melihat latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian

dengan judul “ Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia

Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks di

Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto”.

B. Rumusan masalah

1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur dengan

pemeriksaan IVA ?

2. Adakah hubungan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA ?

3. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur

(21)

commit to user C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia

Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks .

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan Wanita Usia Subur dengan

pemeriksaan IVA

b. Mengidentifikasi hubungan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan

IVA

c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia

Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai masukan dan pengetahuan tentang IVA (inspeksi visual asam

asetat) sehingga ibu dapat melakukan pencegahan dan pemeriksaan lebih

dini tentang kanker leher rahim atau serviks.

b. Sebagai sumber pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah kesehatan

reproduksi khususnya tentang kanker cerviks dan pemeriksaan IVA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan

dan masukan bagi tenaga kesehatan,khususnya dalam memberikan

(22)

commit to user

b. Bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan reproduksi pada Wanita Usia Subur khususnya dalam rangka

(23)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 ).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda

atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya (Meliono, 2008)

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris,

khususnya mata dan telinga dalam proses tertentu.Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt

behaviour) (Sunaryo,2004).

b. Ranah Kognitif

Sunaryo (2004) berpendapat bahwa pengetahuan dibagi kedalam 6

(24)

commit to user 1). Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang pernah dipelajari

sebelumnya yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan dan

menyatakan.

2). Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

dan dapat menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang

diketahui.

3). Penerapan (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum,

rumus-rumus, metode-metode dalam situasi nyata.

4). Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian

yang lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan

masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat

menggambarkan, membuat bagan, memisahkan membuat bagan, proses

adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan

fisiologi.

5). Sintesis (Synthesis)

Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam

(25)

commit to user

menyusun, meringkaskan, merencanakan, menyesuaikan suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

6). Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek,

evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau dapat menyusun

sendiri (Sunaryo, 2004 ).

c. Proses Adopsi Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1). Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.

2). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

3). Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

(26)

commit to user

5). Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(Notoatmodjo, 2007 )

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa pengetahuan sepanjang sejarah

dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan

untuk memperoleh kebenaran, yaitu :

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a). Cara coba-coba salah (Trial dan Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan

bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan

menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah dapat

dipecahkan.

b). Cara kekuasaan atau otoriter

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun

berdasarkan masa lalu.

c). Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

(27)

commit to user

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapkan pada masa lalu.

d). Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi.

Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan

deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum kepada yang khusus.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “ atau lebih populer

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold van

Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini kita kenal

sebagai metodologi penelitian ilmiah.

e. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

1). Faktor Internal

a). Umur

Menurut Hurlock yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001),

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan

(28)

commit to user b). Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar.Perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh

pula terhadap tingkat pengetahuan (Hendra AW,2008).

c). Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik individu yang bisa dipengaruhi

oleh lingkungan sekitarnya. Kepribadian yang terbuka akan memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi dikarenakan terbuka pada semua informasi

baru yang datang dari luar. Sebaliknya kepribadian tertutup (introfet)

akan memiliki pengetahuan yang kurang (Desmita, 2006 ).

2). Faktor Eksternal

a). Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga

sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut

pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh (Hendra AW,2008).

b). Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

(29)

commit to user c). Sosial budaya

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya

dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami poses

belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

d). Informasi

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh

informasi. Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media

cetak maupun media elektronik maka pengetahuan yang dimiliki

semakin meningkat.

e).Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman

akan mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang

yang tidak memiliki pengalaman.

f).Motivasi

Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan

tertentu (Yasin, 2008 ).

g).Sumber Informasi

Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga

(30)

commit to user

informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk

berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

h). Minat

Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang

pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk

memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi

dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada

akhirnya nanti akan meningkatkan pengetahuan seseorang.

i). Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Adanya suatu

pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu untuk

menyelesaikan pekerjaan tersebut. Status pekerjaan yang rendah sering

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

f. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Kategori pengetahuan menurut Nursalam (2008) yaitu :

Baik : nilai 76 – 100%

Cukup : nilai 56 – 75%

(31)

commit to user

2. KONSEP SIKAP

a. Pengertian Sikap

Dalam memberikan definisi tentang sikap, diantara para ahli banyak

terjadi perbedaan. Terjadinya hal ini karena sudut pandang yang berbeda

tentang sikap itu sendiri. Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting

dalam bidang psikologi sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan

berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya

diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu

kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan

adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap

respon pada keadaan tertentu Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap

dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili

oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles

Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka

pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief, Bogardus, LaPierre, Mead dan

Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Dapat

dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan

yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu

(32)

commit to user

kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema

triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan

konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi

didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial

untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif,

afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan

berperilaku terhadap suatu objek.

b. Pembentukan Sikap

Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan

sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam

interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap

berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995).

Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa

factor faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman

pribadi kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi

atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri

individu.

1). Pengalaman pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,

(33)

commit to user

akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam

situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman

lebih mendalam dan lebih lama membekas.

2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong

oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik.

3) . Pengaruh kebudayaan

Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat

menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam

membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku

yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita

alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak

pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang

menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.

4). Media massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan

pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru

(34)

pesan-commit to user

pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal

sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang

boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran

agama sangat menentukan system kepercayaan maka tidaklah

mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut

berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya

orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya

atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.

Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga

pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal

yang menentukan sikap.

6). Faktor emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk

mekamisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap

(35)

commit to user

tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan

lama.

c. Perubahan dan Fungsi Sikap

Sikap ternyata dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses

belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya

pengalaman-pengalaman baru yang dialami individu (Davidoff, 1991).

Katz (dalam Azwar ,1995) menyebutkan fungsi sikap ada empat, yaitu :

1). Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa

individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang

diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya.

Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif

terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan

membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

2). Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk

menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam

egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan ,

maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang

akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

3). Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk

memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya

(36)

commit to user

4). Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk

mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk

mengorganisasikan pengalamannya.

d. Penerjemahan Sikap Dalam Tindakan

Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna

mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku,

yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, dan

postulate of contigent consistency.

Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut:

1). Postulat Konsistensi

Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi

petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan

dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi

postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung antara sikap dan

perilaku.

2). Postulat Variasi Independen

Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti

dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua

dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.

3). Postulat Konsistensi Kontigensi

Postulat konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap

dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.

(37)

commit to user

merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap

dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat

disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu

situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal dalam

menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.

Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai

bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya

maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang

ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya,

potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan

muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya

terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu mengalami atau merasakan

hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam mengatakan sikap

yang sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman fisik maupun

ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan

sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh

individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin sejalan

dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa

yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan, Semakin kompleks situasinya

dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak

maka semakin sulitlah mempediksikan perilaku dan semakin sulit pula

(38)

commit to user 3. Konsep Wanita Usia Subur

a. Pengertian

Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sudah mengalami

menstruasi dengan umur sampai 15 — 49 tahun (Hanafi, 2004 ).

WUS muda paritas rendah (Mupar) adalah WUS yang berumur dibawah 30

tahun dengan jumlah anak 0-2 orang. WUS bukan Mupar adalah WUS yang

berumur diatas 30 tahun dengan jumlah anak berapa saja atau umur istri

dibawah 30 tahun dengan jumlah anak 3 atau lebih (Wanda, 2009 ).

b. Faktor yang mendorong WUS melakukan IVA

Faktor-faktor yang mendorong wanita usia subur melakukan IVA menurut

(Sumarno, 2009) meliputi:

1) Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap IVA dan tempat pelayanan

IVA

2) Faktor kualitas pelayanan terhadap pemeriksaan IVA,

3) Faktor aksesibilitas yang mendorong pemeriksaan IVA dan tempat

pelayanan IVA adalah faktor kemudahan sarana transportasi

4) Faktor dari keunggulan IVA yang murah sehingha mudah dijangkau

oleh masyarakat

5) Pelayanan IVA tidak didukung pemberian informasi yang memadai

6) Hubungan interpersonal yang baik antara petugas dengan WUS hanya

dengan pelayanan swasta

(39)

commit to user

3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

1. Pengertian

IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan

atau tenaga medis puskesmas. prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan

cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. kondisi kesamaan lendir di

permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah

warna menjadi putih. melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat

melihat bercak putih pada mulut rahim (Nurcahyo, 2010 ).

Pemerikasaan serviks secara visual menggunakan asam cuka (IVA)

berarti melihat serviks dengan mata telanjang untuk mendeteksi

absornormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah

yang tidak normal kan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih

(acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi

prakanker. IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan

sumberdaya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain (Depkes,

2007).

b. Keunggulan IVA

1).Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan

2).Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk

penampisan kanker rahim

3).Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan

(40)

commit to user

4).Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan

mengenai penatalaksanaanya (pengobatan atau rujukan)

5).Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayan ini mudah didapat

6).Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan,

dan

7).Tidak bersifat infasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi bebagai

lesi pra-kanker .(Depkes, 2007)

Tabel 2.1 Perbandingan IVA dengan test penapisan lain

Jenis tes Aman Praktis Terjankau Efektif Available

IVA ya ya ya ya ya

Pap smear ya tidak tidak ya tidak

HPV/DNA Test

ya tidak tidak ya tidak

Cervicho graphy

ya tidak tidak ya tidak

Sumber: Depkes, 2007

c. Syarat IVA

1). Dilakukan diluar siklus haid

2). Pada masa kehamilan, nifas dan paska keguguran

3). Sebelum menopause. Pada pasien menopause sudah tidak kelihatan,

deteksi bisa dilakukan dengan pap smear (Depkes RI, 2007 )

d. Faktor risiko penilaian IVA

1). Paritas

2). Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah

(41)

commit to user

4). Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah

5). Riwayat infeksi menuklar seksual (termasuk HIV)

6). Merokok

7). Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal

8). Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher

rahim

9). Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis)

(Depkes RI, 2007)

Tujuan pemeriksaan IVA

1). Mendapatkan kanker servik pada stadium lebih awal.

2). Untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang

dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian.

3). Penanganan secara dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker

mulut rahim

4). Pengobatan diharapkan berhasil lebih baik.

(Winkjosastro, 2005 )

d. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan IVA menurut

Depkes RI (2007 ):

1). Meja periksa gynecologi dan kursi.

2).Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan

serviks

(42)

commit to user 4). Nampan atau wadah.

5). Sarana pencegahan infeksi.

6). Kapas lidi

7). Sarung tangan periksa sekali pakai.

8). Spatula kayu yang masih baru.

9). Larutan asam asetat (3-5%)

10).Larutan clorin 0,5% untuk mensterilkan alat dan sarung tangan.

e. Kategori pemeriksaan IVA

Ada beberapa kategori yang dapat di pergunakan, salah satu kategori

adalah:

1). IVA negatif, maka akan menunjukkan leher rahim normal.

2). IVA radang, adalah serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan

jinak lainnya (polip serviks)

3). IVA positif, adalah ditemukannya bercak putih (aceto white

epithelium), inilah gejala prakanker. Kelompok ini yang menjadi

sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA. sebab

temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra kanker (displasia

ringan, sedang, berat atau kanker serviks insitu).

4). IVA kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit menurunkan temuan

stadium kanker serviks.

5). Walaupun demikian akan bermanfaat pada penurunan kematian, akibat

kanker serviks bila ditemukan masih dalam stadium invasiv dini

(43)

commit to user f. Tindakan IVA.

Tindakan IVA menurut (Depkes RI, 2007 ) meliputi:

1). Menanyakan riwayat singkat tengtang kesehatan reproduksi antara lain:

a). Paritas.

b). Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali

menikah.

c). Pemakaian alat KB.

d). Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah.

e). Riwayat infeksi menular seksual (termasuk HIV)

f). Merokok.

g). Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal.

h). Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher

rahim.

i). Penggunaan steroid atau obat-obatan alergi yang lama (kronis)

2). Langkah yang dilakukan :

a). Inspeksi genitalia eksterna , apakah terjadi discharge pada mulut

uretra.

b).Masukkan speculum sepenuhnya secara perlahan untuk melihat

serviks. Atur speculum sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat

c). Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas.

d). Amati serviks apakah ada infeksi, keputihan, kista naboti

e). Gunakan lidi kapas untuk membersihkan cairan yang keluar. Buang

(44)

commit to user

f). Identifikasi ostium servikalis dan daerah di sekitarnya

g). Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada servik

sampai seluruh permukaan serviks benar-benar telah teroles secara

merata. Buang kapas lidi yang telah dipakai

h). Tunggu 1 menit agar terserap dan memunculkan reaksi acetowhite.

i). Periksa serviks dengan teliti. Lihat apakah servik mudah berdarah.

Cari adanya bercak putih yang tebal atau epithel acetowhite yang

menandakan IVA positif.

j). Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru

untuk menghilangkan sisa asam asetat dari serviks dan vagina. Buang

kapas lidi ke dalam wadah.

k). Lepaskan speculum secara halus.

l). Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektrovaginal (bila ada indikasi).

3). Setelah tes IVA.

a). Bersihkan lampu secara PI

b). Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

c). Cuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar bersih dan

dikeringkan.

d). Minta ibu agar berpakain.

e). Catat temuan hasil tes IVA bersama temuan lain. Gambarkan sebuah

peta serviks pada area yang berpenyakit pada catatan.

(45)

commit to user

g). Jika hasil negative, beritahu kapan harus control. Jika hasil tes positif

atau diduga kanker , beritahu pengobatan segera yang dapat diberikan

4). Klasivikasi IVA

Tes IVA negative : Halus berwarna merah muda, seragam, tidak

berfitur, ektropion, servitis, ovula Nabothin, dan lesi acetowhite tidak

signifikan .

Tes IVA positif : Bercak putih (acetowhite ephitelium sangat jelas

terlihat) dengan batas yang tegas dan meninggi, tidak mengkilap yang

terhubung atau meluas dari daerah squamo columnar juncon.

Dicurigai kanker : Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah

berdarah atau luka bernanah / ulcer

5). Pemberi Pelayanan IVA

Petugas Kesehatan yang terdiri dari:

a). Bidan terlatih IVA.

b). Dokter Umum terlatih IVA.

c). Dokter spesilis Obstretri dan Gynecologi

6). Tempat Pelayanan

a). Rumah Sakit.

b). Puskesmas

c). Puskesmas Pembantu.

d). Polindes.

e). Klinik Dokter Spesialis/ Dokter Umum / Bidan.

(46)

commit to user 7). Orang yang harus dirujuk untuk tes IVA

a). Setiap wanita yang sudah atau pernah menikah

b).Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks, seperti perokok,

menikah muda, sering berganti pasangan

c).Memiliki banyak anak

d).Mengidap penyakit infeksi menular seksual (Sukaca, 2009)

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Luluk Ikmanun 2009, hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi

Wanita Usia Subur melakukan pemeriksaan IVA di Desa cukur gulung

kabupaten Pasuruan . Metode penelitian analitik dengan analisis korelasi

sederhana dari pearson dan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan

tingkat pengetahuan dan motivasi Wanita Usia Subur untuk melakukan

pemeriksaan IVA pada nilai p = 0,045, menyimpulkan adanya hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi Wanita Usia Subur

untuk melakukan pemeriksaan IVA

2. Sri Lestari 2010, pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap

pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun, Data dianalisis

dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan

95%. Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu persepsi

keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015), persepsi

manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada variabel yang

(47)

commit to user

3. Ervin Nuraini 2010, Gambaran Tingkat pengetahuan WUS tentang manfaat IVA

di Desa Jatijajar Kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Berdasarkan hasil

penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu dalam melakukan

pemeriksaan pap smear di Desa Jatijejer Kecamatan Trawas Kabupaten

Mojokerto dengan methode penelitian diskriptif dapat disimpulkan bahwa hampir

seluruh responden mempunyai pengetahuan sedang dalam melakukan

(48)

commit to user

C. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir dari kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

: Diteliti :Tidak diteliti

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan sikap

WUS dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

dalam rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks.

PENGETAHUAN

Factor yang mempe ngaruhi sikap

1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang

(49)

commit to user

D. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian atau rumusan

masalah (Nursalam, 2008 ).

Dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian :

a. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan inspeksi visual

asam asetat (IVA)

b. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

asetat (IVA)

c. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Pada Wanita Usia Subur dalam rangka deteksi dini kanker cerviks di

(50)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian

analitik dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan observasi

atau pengukuran variabel pada saat yang sama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon

Kota Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan pada bulan

Pebruari sampai April 2011

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Arikunto, 2006). Pada penelitian ini populasinya adalah semua Wanita Usia

Subur usia 15 – 49 tahun di wilayah Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit

Kulon Kota Mojokerto sebesar 5393 orang.

2. Sampel dan teknik sampling

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006).

(51)

commit to user n = N

N (d)² + 1

n = 5393 = 5393 = 98 dibulatkan 100

5393 (0,1)² + 1 54,93

Teknik sampling sampel dalam penelitian ini dengan teknik cluster

random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kelompok

yang ada pada populasi dan dilakukan secara random. Dalam penelitian ini

sampel terbagi pada 5 puskesmas pembantu yaitu

- Puskesmas Pembantu Kemasan terdiri dari 20 WUS

- Puskesmas pembantu Pekuncen terdiri dari 20 WUS

- Puskesmas Pembantu Prajurit Kulon terdiri dari 20 WUS

- Puskesmas Pembantu Kranggan terdiri dari 20 WUS

- Puskesmas Pembantu Suratan terdiri dari 20 WUS

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk menghilangkan

bias hasil penelitian.Kriteria dalam pemilihan sampel penelitian ini meliputi :

a..Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

1. WUS yang sudah menikah

2. WUS yang sehat jasmani dan rohani

(52)

commit to user b..Kriteria eksklusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. WUS yang belum menikah

2. WUS yang ada pada saat penelitian tetapi sedang sakit

3. WUS yang tidak bisa baca tulis

D. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini variabelnya adalah:

1. Variabel pengaruh atau variabel bebas (independent variabel) yaitu tingkat

pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur

2. Variabel terpengaruh atau variabel terikat (dependent variabel) yaitu

pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks

E. Definisi Operasional

1. Tingkat pengetahuan tentang IVA adalah pemahaman responden tentang

pengertian ,tujuan, keuntungan, cara pemeriksaan,syarat, dan tempat

pelayanan. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur dan

responden diminta menyatakan jawabannya atas pernyataan tentang

pengetahuan yang terdiri dari 12 pertanyaan. Adapun criteria penilaian adalah

dengan memberikan skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah untuk pertanyaan

positif (favourable), begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative

(53)

commit to user

sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 12. Pengukuran data dilakukan

berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden .

Skala : kontinum

2. Sikap terhadap pemeriksaan IVA adalah pernyataan, pendapat atau anggapan

responden tentang pemeriksaan IVA.

Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur. Pengukuran

sikap dilakukan dengan menanyakan sebanyak 12 pertanyaan kepada

responden yang harus menjawab salah satu dari 4 pilihan jawaban yaitu

sangat tidak setuju dengan skor 1, tidak setuju dengan skor 2, setuju dengan

skor 3, sangat setuju dengan skor 4 untuk pertanyaan positif (favourable),

begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative ( unfavourable) maka

jawaban sangat tidak setuju dengan skor 4, tidak setuju dengan skor 3, setuju

dengan skor 2, sangat setuju dengan skor 1, sehingga kemungkinan skor

terendah adalah 12 dan tertinggi 48. Pengukuran data berdasarkan jumlah

total skor yang diperoleh responden.

Skala : kontinum

3. Pemeriksaan IVA adalah tindakan atau aktivitas yang dilakukan WUS dalam

rangka deteksi dini kanker cerviks yang dapat diamati langsung .

Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur dan responden

diminta menyatakan jawabannya atas pertanyaan tentang perilaku yang terdiri

dari 8 pertanyaan. Adapun kriteria penilaian adalah dengan memberikan skor

1 jika jawaban ya dan skor 0 jika jawaban tidak untuk pertanyaan positif

(54)

commit to user

(unfavourable), dengan pemberian skor 0 jika jawaban ya dan skor 1 jika

jawaban tidak, sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 8. Pengukuran data

dilakukan berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden.

Skala : kontinum

F. Instrumen dan Analisis Uji Coba Instrumen penelitian

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner penelitian untuk mengukur

pengetahuan, sikap dan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker

cerviks.

2. Analisis Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dipergunakan untuk mengetahui apakah instrumen

penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat pengukur yang

baik atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah mengetahui seberapa jauh

alat pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan reliabilitas yang

sudah dikategorikan baik dan memenuhi persyaratan, kemudian dipersiapkan

untuk dibagikan kepada kelompok responden uji coba.

a. Uji Validitas

Arikunto (1998) mengemukakan : Uji validitas digunakan untuk

mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau

mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat. Valid tidaknya suatu

instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien karelasi antara skor item dengan

(55)

commit to user

secara signifikan dinyatakan gugur. untuk mencari validitas alat ukur dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh pearson dan dikenal sebagai

rumus korelasi product moment , yaitu :

r

xy = N ∑ XY – (∑X)(∑Y) .

√{(N∑X2) – (∑X)2}{(N∑Y2) – (∑Y)2}

(Suharsini Arikunto.1991)

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X = Skor masing masing item

Y = Skor total

XY =Jumlah perkalian X dan Y

X2 = Jumlah kuadrat dari X

Y2 = Jumlah kuadrat dari Y

N = Jumlah subyek

1). Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan IVA

Berdasarkan hasil analisis uji validatas instrumen variabel pengetahuan IVA

didapatkan semua item pertanyaan sebanyak 12 soal dinyatakan valid dan tidak

ada item pertanyaan yang tidak valid, sehingga semua item pertanyaan dapat

digunakan untuk pengambilan data, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(56)

commit to user

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

Sumber data : Data Primer 2011

2). Hasil Uji validitas item butir soal variabel sikap

Berdasarkan hasil analisis uji validitas instrumen variabel sikap

menunjukkan bahwa semua item butir soal kuesioner pada variabel sikap

(57)

commit to user

Tabel 3.2 Hasil Uji validitas item butir soal variabel sikap

Sumber data : Data Primer 2011

3). Hasil Uji Validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA

Berdasarkan tabel 3.3 hasil analisis uji validitas instrumen variabel

perilaku pemeriksaan IVA menunjukkan bahwa semua item butir soal kuesioner

pada variabel sikap sebanyak 8 soal mempunyai nilai

r

hitung lebih besar dari

dari

r

tabel sehingga semua item butir soal kuesioner dinyatakan valid. Sehingga

semua item pernyataan dapat digunakan untuk mengambil data, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini

(58)

commit to user

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA

No Item

r

hitung

r

tabel n=30,

Sumber data: Data Primer 2011

b. Uji reliabilitas

Singarimbun (1995) mendefinisikan reliabilitas adalah indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan .

Cara untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak diuji dengan

menggunakan metode Alpha Cronbach . sebuah instrumen dianggap telah

memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas

yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0.6.

Suatu alat ukur dikatakan mempunyai taraf reliabilitas tinggi, jika alat

tersebut dikenakan pada kelompok yang sama memberikan hasil yang sama

(59)

commit to user Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus :

r11 = k . 1 - ∑ab2

k-1 at2

keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

∑ ab2 = jumlah varians butir

αt2 = varians total

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Variabel Alpha Chronbach Keterangan

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

0,816

0,916

0,889

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber : Data Primer, 2011

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel (pengetahuan, sikap dan

perilaku) memiliki nilai alpha Chronbach lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner

yang disusun untuk variabel variabel tersebut reliabel

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan methode kuesioner. Jenis kuesioner

yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah pertenyaan

(60)

commit to user

(Notoatmojo S,2005). Jenis data primer meliputi : pengetahuan, sikap dan

pemeriksaan IVA. Kuesioner diberikan kepada responden pada saat responden

datang ke Puskesmas Blooto untuk memeriksakan diri.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan

Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.

1 Editing

Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada

lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya

menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nazir, 2005).

2 Coding

Adalah Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu.

Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa

angka (Nazir, 2005).

3 Scoring

Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal

(Nazir, 2005).

4 Tabulating

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Nazir,

(61)

commit to user ANALISIS DATA

a). Pengetahuan WUS tentang inspeksi visual asam asetat (IVA)

Setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden jika benar mendapatkan

nilai 1 dan jika salah mendapatkan nilai nol. Kemudian dianalisis dengan

menggunakan rumus :

f

P = X 100% N

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar

(Budiarto, 2002)

Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :

Pengetahuan Baik : 76 - 100%

Pengetahuan Cukup : 56 - 75%

Pengetahuan Kurang : < 56%

(Nursalam, 2008)

b. Sikap WUS melakukan pemeriksaan IVA

Skala Likert

Pernyataan positif Pernyataan Negatif

SS : 4 SS : 1

S : 3 S : 2

TS : 2 TS : 3

(62)

commit to user

Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus :

f

P = X 100% N

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar

(Budiarto, 2002)

Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :

Sikap Baik : 76 - 100%

Sikap Cukup : 56 - 75%

Sikap Kurang : < 56%

c. Perilaku WUS tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA)

Setiap pernyataan yang dipilih oleh responden jika sesuai mendapatkan

nilai 1 dan jika tidak sesuai mendapatkan nilai nol. Kemudian dianalisis

dengan menggunakan rumus :

f

P = X 100% N

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir………………………………………
Tabel 2.1 Perbandingan IVA dengan test penapisan lain
Gambar 2.1 :  Kerangka Berpikir Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan sikap
tabel 3.1 berikut ini
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian di atas dibuktikan bahwa baru 56,25% guru yang sangat berperan, artinya masih ada 43,75% yang peranannya belum

Ibnu Affan Saving Co-Operative Ltd adalah koperasi syariah yang telah berdiri selama 7 tahun dengan mengharapkan bisaterhindar umat Islam dari kemungkinan terjerumusnya

Tahap selanjutnya (penelitian utama) dilakukan optimasi suhu dan mol FAME yang ditambahkan pada sintesa SPE dan menentukan derajat esterifikasi dari SPE hasil

Pada siklus I penelitian belum berhasil karena angka keberhasilan belum mencapai 75% yakni baru 73%.Kemudian dilanjutkan pada siklus II kemampuan motorik halus

yang telah mengikuti Internship Dosen Pendidikan Pancasilu se-Indonesia yang diselenggarakan pada. tanggal 1

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Barat melaksanakan Pelelangan Paket Pengadaan Alat Inventaris Kantor pada KPP Madya

21 Kedua ayat tersebut menjelaskan tentang kebolehan melakukan ijârah atau sewa menyewa, dalam hal ini adalah tenaga manusia, yaitu pemberian upah terhadap orang yang

Dalam konteks pembagian pendapatan pada kerjasama di desa Pepe Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan menggunakan sistem yang adil artinya apabila ada keuntungan