• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Sabut Kelapa Pada Campuran Beton Terhadap Kuat Tekan Dan Sebagai Peredam Suara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Sabut Kelapa Pada Campuran Beton Terhadap Kuat Tekan Dan Sebagai Peredam Suara"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA PADA

CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN

SEBAGAI PEREDAM SUARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Sipil

Oleh

RICHO RONALD MARPAUNG

08 0404 042

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

(2)

ABSTRAK

Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah Beton. Bahan dasar dari beton adalah campuran dari semen, air,agregat halus dan agregat kasar, sedangkan beton yang menggunakan tulangan baja disebut beton bertulang. Perkembangan zaman di era globalisasi yang pesat ini mengakibatkan terus bertambahnya jumlah barang bekas/limbah yang keberadaanya dapat menjadi masalah bagi kehidupan, salah satunya adalah keberadaan limbah sabut kelapa. Untuk itu, banyak hal yang telah dilakukan dalam rangka mendaur ulang guna mengatasi masalah keberadaan limbah ini. Salah satunya adalah dengan memamfaatkan limbah tersebut untuk keperluan yang bisa digunakan.

Dalam penelitian ini, sabut kelapa digunakan sebagai bahan tambahan pada campuran beton normal. Variasi penambahan sabut kelapa pada beton normal untuk mengetahui nilai kuat tekan ,kuat tarik dan nilai absorsi yang lebih baik serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton berupa kuat tekan dan kuat tarik. Adapun variasi penambahan sabut kelapa yang digunakan adalah 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan pengujian yang dilakukan berupa kuat tekan, kuat tarik, dan absorbsi. Dari hasil pengujian diperoleh hasil penurunan pada nilai slump, penurunan nilai kuat tekan dan kuat tarik belah serta kenaikan nilai absorsi serap bunyi.

Penurunan kuat tekan sabut kelapa masing-masing sebesar 86,84%, 67,43%, 48,62%, 30,52% dari beton normal.Kuat tekan terbesar pada penambahan sabut kelapa terdapat pada persentase 5% sebesar 39,72 MPa sehingga memenuhi mutu beton yang direncanakan. Sedangkan penurunan kuat tarik penambahan sabut kelapa masing-masing sebesar 76,69%, %, 70,76%, 66,95%,55,29% dari beton normal. Kuat tekan terbesar sabut kelapa 5% sebesar 34,16 MPa.Penaikan nilai koefisien absorsi sabut kelapa terbesar adalah pada variasi penambahan sabut kelapa 20% yaitu 0,93411 pada frekuensi 1500 hz.

Dari hasil pengujian tersebut diperoleh penurunan pada kuat tekan, kuat tarik belah. Untuk itu, jika diadakan penelitian lebih lanjut ada baiknya nilai variasi sabut kelapa diperkecil kurang dari 5% agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti. Penelitian lanjutan untuk beton mutu tinggi dapat dilakukan dengan mencampur suatu larutan yang dapat meningkatkan daya ikat antara sabut kelapa dengan material penyusun beton lainnya.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA PADA CAMPURAN BETON

TERHADAP KUAT TEKAN DAN SEBAGAI PEREDAM SUARA”.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :

1. Ibu Rahmi Karolina, ST, MT selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(4)

6. Teristimewa dihati buat keluarga saya, terutama kepada kedua orang tua saya, bapak dan Mamak yang telah memberikan doa, motivasi, semangat dan nasehat kepada saya. Terima

kasih atas segala pengorbanan, cinta, kasih sayang dan do’a yang tiada batas untuk saya.

Suadara-saudara tercinta adik saya ferdy marpaung, dessy marpaung.

7. Terimakasih buat keluarga saya keluarga besar marpaung, buat namboru-namboru saya yang sudah membantu banyak dalam hal doa dan materi. Buat nenek saya Op. Roma br silaen yang selalu ada dalam setiap usaha saya.

8. Buat teman-teman seperjuangan 08 ,frans parlindungan, Nopandi, Pardi, Tumpal, Jathendra, eric, Frengky , Deyva , chan dan mahasiswa sipil lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.

9. Adek-adek 2011, chandra, defrin , manimpan,

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahamahan saya dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR NOTASI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Penelitian ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Metodologi Penelitian ... 5

1.5 Tempat Penelitian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Umum ... 8

2.2 Bahan Penyusun Beton ... 9

2.2.1 Semen ... 9

2.2.1.1 Umum ... 9

2.2.1.2 Semen Portland ... 11

2.2.1.3 Sifat-sifat Semen Portland ... 11

2.2.1.4 Jenis-jenis Semen Portland ... 14

2.2.1.5 Senyawa kimia ... 15

(6)

2.2.3.1 umum ……… ... 16

2.2.3.2 Jenis Agregat……… 17

2.3 Sifat-sifat Beton ... 22

2.3.1 Sifat-sifat Beton Segar (Fresh Concrete) ... 22

2.3.1.1Kemudahan Pengerjaan (Workability) ... 22

2.3.1.2Pemisahan Kerikil (Segregation) ... 24

2.3.1.3Pemisahan Air (Bleeding) ... 25

2.3.2 Sifat-sifat Beton Keras (Hardened Concrete) ... 25

2.3.2.1 Kekuatan Tekan Beton (f’c) ... 29

2.3.2.2Kuat Tarik Belah Beton ... 31

2.3.2.3Uji peredam suara ………32

2.3.3 Bahan Tambahan ... 35

2.3.3.1 Umum ... 35

2.3.3.2 Alasan penggunaan Bahan Tambahan ... 37

2.3.3.3 Perhatian Penting Dalam Bahan Tambahan ... 38

2.3.3.4. Jenis Admixture ... 39

2.3.3.4.1 Mineral Admixture ... 39

2.3.3.4.2 Bahan Tambahan lainnya ... 41

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Umum ... 45

3.2 Bahan-bahan penyusun beton ... 48

3.2.1. Semen Portland ... 48

3.2.2. Agregat Halus ... 48

3.2.3. Agregat Kasar ... 51

3.2.4. Air ... 55

3.2.5. Sabut Kelapa ... 55

3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) ... 55

3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton ... 56

(7)

3.6 Penggunaan Sabut kelapa ... 57

3.7 Pengujian Sampel ... 58

3.7.1 Uji kuat Tekan Beton ... 59

3.7.2 Uji Kuat Tarik Beton ... 60

3.7.3 Uji Peredam Suara ... 61

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Slump ... 66

4.2 Uji Kuat Tekan Beton ... 67

4.3 Pola Retak Pada Pengujian Kuat Tekan ... 68

4.4 Uji Kuat Tarik Beton ... 70

4.5 Uji Peredam Suara ... 72

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Variasi Sabut kelapa dan Jumlah Benda Uji ... 6

Tabel 2.1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton ... 16

Tabel 2.4 perkembangan kuat beton dengan bahan pengikat PC type 1 ... 31

Tabel 2.5 komposisi serat sabut kelapa ... 42

Tabel 4.1 Nilai Slump berbagai jenis beton... 66

Tabel 4.2 Kuat tekan silinder ... 67

Tabel 4.3 perhitungan kuat tarik beton... 71

Tabel 4.4 Nilai absorsiVariasi serabut kelapa 0%... 73

Tabel 4.5 Nilai absorsiVariasi serabut kelapa 5%... 74

Tabel 4.6 Nilai absorsiVariasi serabut kelapa 15%... 75

Tabel 4.7 Nilai absorsi Variasi serabut kelapa 20 %... 76

Tabel 4.8 Nilai absorsiVariasi serabut kelapa 5 % , 10 % , 15%, 20%... 76

Tabel 4.9 Hubungan Kekuatan Beton rata-rata dengan koefisien serap bunyi rata-rata untuk setiap serabut kelapa ... 76

Tabel 4.10 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 0%... 77

Tabel 4.11 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 5%... 78

Tabel4.12 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 10%... 79

Tabel4.13 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 15%... 79

(9)

untuk Variasi serabut kelapa 20%... 80

Tabel4.15 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Abrams ... 24

Gambar 2.2 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton ... 26

Gambar 2.3 Perkiraan Kuat tekan beton pada berbagai umur ... 27

Gambar 2.4 Pengaruh Jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada fas ... 28

Gambar 2.5 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton ... 30

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Beton Normal ... 46

Gambar 3.2Diagram Alir Pembuatan Beton Normal dengan sabut kelapa ... 47

Gambar 3.3 Benda uji silinder ... 59

Gambar 3.4 Uji split cylinder ... 61

Gambar 3.5 impedance tube ... 61

Gambar 3.6 Skema alat uji Tabung Impedansi ... 64

Gambar 4.1 Grafik nilai slump terhadap variasi sabut kelapa ... 67

Gambar 4.2 Grafik kuat terhadap variasi sabut kelapa ... 68

Gambar 4.3 Pola Retak cone and shear pada kuat tekan ... 69

Gambar 4.4 Gambar pola retak pada silender beton ... 69

Gambar 4.5 Grafik kuat tarik silinder terhadap serabut kelapa ... 72

Gambar 4.6 Grafik nilai koefisien serap bunyi dengan sabut kelapa 0 %... 73

Gambar 4.7 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serabut kelapa 5 % ... 74

Gambar 4.8 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serabut kelapa 10% .. 75

Gambar 4.9 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serabut kelapa 15% .. 75

Gambar 4.10 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serabut kelapa 20% 76 Gambar 4.11 Grafik nilai Koefisien serap bunyi dengan serabut kelapa 0%, 5%, 10%, 15%, 20% terhadap frekuensi ... 77

Gambar 4.12 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 0%... 78

Gambar 4.13Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 5%... 79

(11)

Gambar 4.15 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 15%... 80

Gambar 4.16 Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 20%... 80

(12)

DAFTAR NOTASI

SSD: saturated surface dry n : jumlah sampel SD : simpangan baku

f'c : kuat tekan beton karakteristik (MPa) fr : kuat lentur (MPa)

fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2) P : beban tekan (kg)

A : luas penampang (cm2) S : deviasi standar (kg/cm2)

σ’b : kekuatan masing – masing benda uji (kg/cm2)

σ’bm : kekuatan Beton rata –rata (kg/cm2)

N : jumlah Total Benda Uji hasil pemeriksaan

bm

: tegangan rata-rata (kg/ cm²)

bk

: tegangan karakteristik (kg/ cm²) Fct : tegangan rekah beton (kg/cm) P : beban maksimum (kg)

L : panjang sampel (cm) D : diameter (cm)

F : beban yang diberikan (kg)

: regangan

L

: perubahan panjang (cm) : angka ekivalen

Ebaja :: elastisitas baja (2,1 x 105MPa)

: tegangan (kg/ cm²)

E : modulus elastisitas (kg/ cm²) k : Faktor Pembacaan Dial (mm) M : momen pada daerah patahan (kgcm)

(13)

b : lebar balok (cm) h : tinggi balok (cm) w : momen tahanan (cm3) R : modulus patahan (kg/ cm²)

c

: berat jenis beton (kg/cm3)

s

m : massa sample kering (kg)

b

m : massa sample setelah direndam (kg)

g

m : massa sample digantung di dalam air (gm)

air

: Berat Isi air (0.997 gr/cm3)

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Concrete Mix Design

Lampiran II Pemeriksaan Bahan

Lampiran III Data Pengujian

Lampiran IV Hasil Analisa pengujian Laboratorium Sabut kelapa

(15)

ABSTRAK

Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah Beton. Bahan dasar dari beton adalah campuran dari semen, air,agregat halus dan agregat kasar, sedangkan beton yang menggunakan tulangan baja disebut beton bertulang. Perkembangan zaman di era globalisasi yang pesat ini mengakibatkan terus bertambahnya jumlah barang bekas/limbah yang keberadaanya dapat menjadi masalah bagi kehidupan, salah satunya adalah keberadaan limbah sabut kelapa. Untuk itu, banyak hal yang telah dilakukan dalam rangka mendaur ulang guna mengatasi masalah keberadaan limbah ini. Salah satunya adalah dengan memamfaatkan limbah tersebut untuk keperluan yang bisa digunakan.

Dalam penelitian ini, sabut kelapa digunakan sebagai bahan tambahan pada campuran beton normal. Variasi penambahan sabut kelapa pada beton normal untuk mengetahui nilai kuat tekan ,kuat tarik dan nilai absorsi yang lebih baik serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton berupa kuat tekan dan kuat tarik. Adapun variasi penambahan sabut kelapa yang digunakan adalah 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan pengujian yang dilakukan berupa kuat tekan, kuat tarik, dan absorbsi. Dari hasil pengujian diperoleh hasil penurunan pada nilai slump, penurunan nilai kuat tekan dan kuat tarik belah serta kenaikan nilai absorsi serap bunyi.

Penurunan kuat tekan sabut kelapa masing-masing sebesar 86,84%, 67,43%, 48,62%, 30,52% dari beton normal.Kuat tekan terbesar pada penambahan sabut kelapa terdapat pada persentase 5% sebesar 39,72 MPa sehingga memenuhi mutu beton yang direncanakan. Sedangkan penurunan kuat tarik penambahan sabut kelapa masing-masing sebesar 76,69%, %, 70,76%, 66,95%,55,29% dari beton normal. Kuat tekan terbesar sabut kelapa 5% sebesar 34,16 MPa.Penaikan nilai koefisien absorsi sabut kelapa terbesar adalah pada variasi penambahan sabut kelapa 20% yaitu 0,93411 pada frekuensi 1500 hz.

Dari hasil pengujian tersebut diperoleh penurunan pada kuat tekan, kuat tarik belah. Untuk itu, jika diadakan penelitian lebih lanjut ada baiknya nilai variasi sabut kelapa diperkecil kurang dari 5% agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti. Penelitian lanjutan untuk beton mutu tinggi dapat dilakukan dengan mencampur suatu larutan yang dapat meningkatkan daya ikat antara sabut kelapa dengan material penyusun beton lainnya.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Di era globalisasi ini, perkembangan konstruksi di Indonesia terus mengalamai peningkatan yang signifikan. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur, seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi dan jembatan antar pulau yang memiliki bentang yang sangat panjang.

Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah Beton. Bahan dasar dari beton adalah campuran dari semen, air,agregat halus dan agregat kasar, sedangkan beton yang menggunakan tulangan baja disebut beton bertulang. Namun belakangan ini banyak sekali beton menggunakan bahan tambahan (addictive) agar bisa memenuhi permintaan konsumen. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai alternatif dapat dilakukan diantaranya adalah dengan aneka usaha peningkatan bahan limbah anorganik maupun limbah pertanian. Potensi Iimbah pertanian di Indonesia cukup besar. Salah satunya adalah sabut kelapa.

Sabut kelapa dapat juga digunakan sebagai peredam sura. Kualitas dari bahan peredam

suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar

α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai berkisar dari 0 sampai 1. Jika α

bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap. Sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100%

(17)

meningkatkan penyerapan bunyi. Jika ditilik lebih mendalam benda-benda di sekeliling kita yang tampak kurang berguna, ada yang dapat dimanfaatkan sebagai peredam suara. Sabut kelapa mempunyai struktur yang serupa dengan peredam yabg telah ada. di sisi lain, Kelapa dihasilkan Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 1997 areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Dan menurut humas Departemen Pertanian, produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton kelapa kering (kopra) (Pustakabogor.net, 2003). Dari hasil panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk sampingan berupa sabut kelapa yang sangat melimpah. Karena sabut kelapa yang dihasilkan dari sebuah Kelapa adalah sekitar 35% berat buah (Ristek.go.id, 2004). Namun, belum semua sabut kelapa yang ada dimanfaatkan dengan optimal.

Pada tugas akhir ini beton yang dipakai adalah beton ringan, umumnya kekuatan tekan beton ringan untuk umur 28 hari berkisar antara 20,68 – 27,58 MPa, untuk beton precast dan press tress umumnya 34,47 MPa. Beton ringan yang digunakan adalah beton ringan struktural. Beton ringan struktural adalah beton yang dibentuk dari agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan pasir alam sebagai pengganti agregat halus ringan. Pada umur 28 hari beton ini mempunyai kekuatan tekan lebih dari 24,8 MPa bahkan ada beberapa yang menghasilkan kekuatan tekan lebih dari 41,3 MPa. Beton ini digunakan untuk membuat bagian-bagian yang bersifat structural, memiliki insulasi, tetapi lebih baik dari pada beton normal.

(18)

Adapun tugas akhir saya didasari oleh 3 (tiga) penelitian :

1. “Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefisien Penyerapan bunyinya” tahun 2006 oleh Ainie Khuriati, Eko Komaruddin dan Muhammad Nur. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa sabut kelapa dipakai sebagai peredam suara dengan memberikan variasi sampel 12 buah dimana α A = 0,3 , B = 0,44, C = 0,27, D= 0,44, E=0,51, F=0,44,G=0,47, H=0,49, I=0,31, J=0,41. Dalam jurnal ini yang diuji adalah Penyerapan Bunyi dan dimana benda uji yang dipakai adalah Silinder. Dari hasil pengujian Pada frekuensi di bawah 500 Hz DECI-TEX 3D 25 koefisien penyerapannya sedikit lebih bagus dari sampel E. Tetapi untuk frekuensi di atas 500 Hz sampai dengan 1500 Hz sampel E mempunyai koefisien penyerapan lebig bagus.

2. “Kajian Kuat Tekan Beton( compressive strength ) pada beton dengan campuran abu sera kelapa ” tahun 2011 oleh Hendra Alexander dan Mukhlis. Pada jurnal ini penelitian bertujuan untuk mengetahui pemamfaatan abu dari serat kelapa sebagai subsitusi sebagian semen pada pembuatan beton. Benda uji yang dipakai pada pengujian ini menggunakan Silender 150 mm x 300 mm dan Kubus 150 mm x 150 mm x 150 mm, Variasi penggunaan abu serat kelapa pada penelitian ini adalah 0% , 10 % 15 % 20 % dan 25 %. Pengujiann yang dilakukan adalah kuat tekan.

3. “ Studi Pemamfaatan Pencampuran Jerami dan sabut Kelapa Sebagai Bahan

dasar Sekat Absorsi Bunyi Antar Ruangan di Kapal” oleh Ir. Alam

(19)

serbuk kelapa dan serat jerami dicampur dan di buat perbandingan massa bahan antara serat kelapa dan jerami yaitu 1 : 1, 1 : 2 dan 2 : 1. Pengujian yang dilakukan pada serat jerami dan kelapa adalah uji absorpsi dengan menggunakan tabung impedansi. Hasil dari penelitian ini adalah Pada frekuensi di atas 350 pencampuran jerami dan sabut kelapa mampu sebagai penganti bahan absorber yang terbuat dari rockwool.

1.2. Batasan Masalah

1. Mutu Beton f’c = 20 Mpa

2. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm untuk pengujian tekan dan tarik.

3. Benda uji yang digunakan untuk uji kebisingan mempunyai diameter 11,2 cm dan tinggi 2 cm.

4. Benda Uji dikeringkan di bawah sinar matahari yang sebelumnya sudah di cacah dan dibersihkan.

5. Pengujian :

 Kuat tekan

 Kuat tarik

 Kebisingan / Peredam Suara

6. Material tambahan penyusun beton terdiri dari sabut kelapa pendek dengan ukuran sekitar 3 cm. Komposisi serat yang digunakan pada masing-masing benda uji adalah 5%,10%,15% dan 20% .

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

(20)

1. Mengetahui dan memanfaatkan limbah pertanian dalam hal ini sabut kelapa sebagai bahan pengisi pada beton terhadap kuat tekan, dan kuat tarik beton.

2. Mengetahui perbedaan kuat tekan, dan kuat tarik dan peredaman suara dari beton normal dengan beton yang ditambah dengan sabut kelapa.

1.4. Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah uji eksperimental di laboratorium.

Adapun karakterisitik material yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Sabut kelapa

Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa yang di cacah dan yang dikeringkan terlebih dahulu. Metode pencacahan sabut kelapa ini dilakukan secara manual, untuk membuat sabut dengan serat panjang dan serat pendek dilakukan pemotongan sabut, pemotongan sabut kelapa dilakukan dengan menggunakan pisau atau gunting. Ukuran pemotongan sabut kelapa sekitar 3 cm

b. Benda uji

(21)

Tabel 1.1 variasi sabut kelapa dan jumlah benda uji

Fas variasi penambahan sabut kelapa

banyaknya benda uji

jumlah

Tekan

tarik

belah kebisingan D15 x

30 (cm)

D15 x 30 (cm)

D11,2 x 2 (cm)

0,55 Beton Normal 5 5 4 14

0,55 5% 5 5 4 14

0,55 10% 5 5 4 14

0,55 15% 5 5 4 14

0,55 20% 5 5 4 14

∑ = 70

Jadi banyaknya benda uji yang digunakan :

1. Untuk uji Kuat Tekan sebanyak 25 silinder. 2. Untuk uji Kuat Tarik Belah sebanyak 25 silinder. . 3. Untuk uji Kebisingan sebanyak 20 silinder.

Adapun variasi yang digunakan adalah

1. Variasi 1, tanpa penambahan serat kelapa.

2. Variasi 2, Penambahan serat kelapa sebesar 5%

3. Variasi 3, Penambahan serat kelapa sebesar 10%.

4. Variasi 4, Penambahan serat kelapa sebesar 15%.

(22)

1.5 Tempat Penelitian

Laboratorium Teknologi Beton dan Bahan Rekayasa Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara untuk pengujian tarik dan tekan. Laboratorium Noise / Vibration Program Magister Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara untuk pengujian kebisingan.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB. I Pendahuluan

Bab ini mencangkup latar belakang penelitian,perumusan masalah,batasan masalah,maksud dan tujuan penelitian,tempat penelitian dan sistematika penulisan. BAB. II dasar teori

Pada bab ini berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaiatan tentang penelitian BAB. III Metode penelitian

Pada bab ini berisikan tentang prosedur percobaan yang meliputi pendahuluan,sistematika penelitian,peralatan,pembuatan benda uji dan pengujian. BAB. IV Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini membahas tentang hasil dari percobaan kuat tekan dan tarik belah dan menganalisis data yang diperoleh.

BAB. V Kesimpulan dan Saran

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Umum

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.

Kata beton dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Latin concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggabungkan menjadi satu. Dalam bahasa Jepang digunakan kata kotau-zai, yang arti harafiahnya material-material seperti tulang; mungkin karena agregat mirip tulang-tulang hewan. (Teknologi Beton, 2007)

Beton merupakan pencampuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan suatu perbandingan tertentu. Perbandingan ini tentu saja tidak sembarangan dikarenakan kekuatan yang diinginkan, karakteristik bahan dan fungsi bangunan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan beton.

Sifat –sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja dari beton beton tersebut berdampak pada kekuatan yang diinginkan, kemudahan dalam pengerjaannya dan keawetannya dalam jangka waktu tertentu.

(24)

Sebagai bahan konstruksi beton mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan beton antara lain :

1. Harganya relatif murah.

2. Mampu memikul beban yang berat.

3. Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. 4. Biaya pemeliharaan/perawatannya kecil.

Kekurangan beton antara lain :

1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).

2. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.

3. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.

4. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.

II.2. Bahan Penyusun Beton

II.2.1. Semen

II.2.1.1 Umum

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar, sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).

(25)

selain semen yang ditambahkan pada tahap pencampuran terhadap agregat halus maupun kasar dengan air ( sesuai SNI 2847 acuan ASTM C494 ).

Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.

Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu : a. Kehalusan Butir

Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat mengurangi bleeding (kelebihan air yang bersama dengan semen bergerak ke permukaan adukan beton segar), akan tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.

b. Waktu Ikatan

Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sutu tahap dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan pada waktu sampai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir. Pada semen portrland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah :

 Waktu ikat awal > 60 menit

 Waktu ikat akhir > 480 menit

(26)

c. Panas hidrasi

Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut hidrasi.

d. Pengembangan volume (lechathelier)

Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beon, karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar ± 0,8 % (A.M Neville, 1995). Akibat perbesaran volume tersebut , ruang antar partikel terdesak dan akan timnul retak – retak.

II.2.1.2 Sement Portland

Menurut Standar Industri Indonesia (SII 0013-1981), definisi Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

II.2.1.3 Sifat-Sifat Semen Portland

Sifat-sifat semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisaka dan sifat kimia. a. sifat fisika semen portland

sifat-sifat fisika semen meliputi : 1. kehalusan butir (finesess)

(27)

kepermukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut.

2. Kepadatan (density)

Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m3. Pada kenyataannya, berat jenis semen yan gdiproduksi berkisar antara 3,05 Mg/m3 sampai 3,25 Mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran.

3. Konsistensi

Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan keceptan hidrasi. Konsistensi semen mortar bergantung pada konistensi semen dan agregate pencampurnya.

4. Waktu pengikatan

Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari mulai bereaksi dengna air dan menjadi pasta semen cukup kaku unutk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibagi menjadi dua :

a. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan.

(28)

Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0-2,0 jam, tetapi tidak bole kurang dari 1,0 jam, sedangkan initial setting time tidak boleh lebig dari 8,0 jam.

5. Panas hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air. Dalam pelaksanaannya, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan.

6. Perubahan volume (kekalan)

Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan capurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengiktan terjadinya. Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tida sempurna serta yang terdapat dalam campuran tersebut.

b. Sifat kimia

Sifat-sifat kimia semen portland terdiri dari : 1. Kesegaran semen

Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran dilakukan pada semen dengan suhu 900-1000oC. Kehilangan berat ini terjadi karena kelembaban yang menyebabkan yang menyebabkan prehidrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.

2. Sisa yang tak larut

Sisa bahan yang tk habis bereaksi adalah sisa bahan tak aktif yang terdapat pada semen. Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik kualitas semen.

(29)

Seperti yang telah diuraikan, hidrasi terjadi jika semen bersentuhan dengan air. II.2.1.4 Jenis-Jenis Semen Portland

Semen Portland menurut Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) dibagi menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :

 Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Semen ini digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.

 Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Semen ini digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa.

 Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin (winter season).

 Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. Semen ini digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar dan masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.

(30)

kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.

II.2.1.5 Senyawa Kimia

Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen portland, yaitu :

a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S. b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S. c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.

d. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF. (Teknologi Beton,2003)

Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikat/mengunci ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen (Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen.

II.2.2 Air

Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang rendah menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous.

Air yang digunakan sebagai campuran harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton.

(31)

a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.

b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

c. Tidak mengandungf klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan, tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.

Sumber air pada penelitian ini adalah jaringan PDAM Tirtanadi yang terdapat di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

II.2.3 Agregat II.2.3.1 Umum

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.

Tabel 2.1 Pengaruh sifat agregat pada sifat beton

Sifat Agregat Pengaruh pada Sifat Beon

Bentuk, tekstur, gradasi Beton cair

Kelecakan Pengikatan dan Pengerasan Sifat fisik, sifat kimia,

Beton keras

(32)

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm.

II.2.3.2 Jenis Agregat

Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur permukaannya.

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus.

1. Agregat Halus

Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher).

(33)

Adapun spesifikasi tersebut adalah : a. Susunan Butiran ( Gradasi )

Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik, karena akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh material lain sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk mengurangi penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus tersebut. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine Modulus. Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :

 Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2

 Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9

 Pasir Halus : 2.2 < FM < 2.6

[image:33.595.112.469.513.770.2]

Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan ASTM C 33 – 74 a. Batasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Batasan Gradasi untuk Agregat Halus

Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan

9.5 mm (3/8 in) 100

4.76 mm (No. 4) 95 – 100

2.36 mm ( No.8) 80 – 100

1.19 mm (No.16) 50 – 85

0.595 mm ( No.30 ) 25 – 60

(34)

b. Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ( ayakan no.200 ), tidak boleh melebihi 5 % ( ternadap berat kering ). Apabila kadar Lumpur melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.

c. Kadar Liat tidak boleh melebihi 1 % ( terhadap berat kering )

d. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organic yang akan merugikan beton, atau kadar organic jika diuji di laboratorium tidak menghasilkan warna yang lebih tua dari standart percobaan Abrams – Harder dengan batas

standarnya pada acuan No 3.

e. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari 0,60% atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah pemuaian. f. Sifat kekal ( keawetan ) diuji dengan larutan garam sulfat :

 Jika dipakai Natrium – Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.

 Jika dipakai Magnesium – Sulfat, bagiam yang hancur maksimum 15 %.

2. Agregat Kasar

Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang berukuran lebih besar dari 5 mm, sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia. Serta ketahanan terhadap penyusutan.

(35)

1. Batu pecah alami : Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami yang digali, yang berasal dari gunung merapi.

2. Kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.

3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya hasil dari proses lain seperti dari blast -furnace dan lain-lain.

4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : dengan adanya tuntutan yang spesifik pada zaman atom yang sekarang ini, juga untuk pelindung dari radaisi nuklir sebagai akibat banyaknya pembangkit atom an stasiun tenga nuklir, maka perlu ada beton yang melindungi dari sinar X, sinar gamma, dan neutron. Pada beton demikian syarat ekonomis maupun syarat kemudahan pengerjaan tidak begitu menentukan. Agregat yang diklasifikasikan disini misalnya baja pecah, barit, magnatit, dan limonit.

Spesifikasi dari Agregat kasar

Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Susunan butiran (gradasi)

(36)
[image:36.595.165.354.98.271.2]

Tabel 2.3 Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991) ukuran lubang

ayakan (mm)

persentase lolos komulatif (%)

38,1 95 - 100

19,1 35 – 70 9,52 10 - 30

4,75 0 – 5

2. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berklebihan di dalam mortar atau beton.

3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca seperti terik matahari atau hujan.

4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200), tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka agregat harus dicuci.

5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:

 Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih dari 24% berat.

(37)

6. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.

II.3 Sifat-sifat Beton

Karakteristik dari beton dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kualitas yang dituntut untuk tujuan konstruksi tertentu. Pendekatan praktis yang paling baik adalah mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton. Adapun sifat-sifat beton yaitu:

II.3.1 Sifat-sifat Beton Segar (Fresh Concrete)

Beton segar merupakan suatu campuran antara air, semen, agregat dan bahan tambahan jika diperlukan setelah selesai pengadukan, usaha-usaha seperti pengangkutan,

pengecoran, pemadatan, penyelesaian akhir dan perawatan beton dapat mempengaruhi beton segar itu sendiri setelah mengeras.

Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut, dituang, dipadatkan, tidak ada kecendrungan untuk terjadi segregasi (pemisahan kerikil dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Hal ini karena segregasi maupun bleeding mengakibatkan beton yang diperoleh akan jelek.

Tiga hal penting yang perlu diketahui dari sifat-sifat beton segar, yaitu: kemudahan pengerjaan (workabilitas), pemisahan kerikil (segregation), pemisahan air (bleeding).

II.3.1.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)

Kelecakan adalah kemudahan mengerjakan beton, dimana menuang (placing) dan memadatkan (compacting) tidak menyebabkan munculnya efek negatif berupa pemisahan (segregation) dan pendarahan (bleeding).

(38)

b. Mobilitas: kemudahan mengisi acuan dan membungkus tulangan.

Beton dengan mobilitas yang baik umumnya mempunyai kompaktibilitas yang baik pula. Jadi umumnya cukup mengandalkan mobilitas.

c. Stabilitas: kemampuan untuk tetap menjadi massa homogen tanpa pemisahan. Unsur-unsur yang mempengaruhi workabilitas yaitu :

1. Jumlah air pencampur.

Semakin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar itu dikerjakan ( namun jumlahnya tetap diperhatikan agar tidak terjadi segregasi)

2. Kandungan semen.

Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan penambahan air campuran untuk memperoleh nilai f.a.s (faktor air semen) tetap.

3. Gradasi campuran pasir dan kerikil.

Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan. Gradasi adalah distribusiukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.

4. Bentuk butiran agregat kasar

Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan. 5. Cara pemadatan dan alat pemadat.

(39)
[image:39.595.191.416.231.415.2]

Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump yang didasarkan pada ASTM C 143-74. Percoban ini menggunakan corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm (disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerucut Abrams

II.3.1.2 Pemisahan Kerikil( Segregation)

Beton cair bisa dipandang sebagai suatu suspensi butir agregatdi dalam matriks mortar semen. Bila kohesi tidak cukup untuk menahan partikel dalam suspensi maka akan terjadi segregasi. Campuran beton yang tersegregasi adalah sukar atau tidak mungkin dituang, tidak seragam, sehingga kualitasnya jelek.

(40)

c. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran, d. Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat,

e. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering.

Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka diusahakan air yang diberikan sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang terlalu besar dan cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara yang betul.

II.3.1.3 Pemisahan Air (Bleeding)

Perdarahan sering terjadi setelah beton dituang dalam acuan. Bisa dilihat dengan terbentuknya lapisan air pada permukaan beton. Karena berat jenis semen lebih dari 3 kali berat jenis air maka butir semen dalam pasta, terutama yang cair, cenderung turun. Pada beton yang normal dengan konsistensi yang cukup, bleeding terjadi secara bertahap dengan rembesan seragam pada seluruh permukaan. Namun pada campuran yang kurus (lean) dan basah, akan membentuk saluran sehingga air bisa mengalir dengan cukup cepat untuk mengangkut butir semen halus ke atas.

Perdarahan bisa dikurangi dengan menambah semen, memakai semen dengan butir halus, atau menambah pengisi halus (filler) seperti pozzolan. Sayangnya semua upaya di atas akan menambah susut pengeringan dan retak. Yang paling efektif adalah dengan mengurangi air sambil mempertahankan kelecakan dengan memakai air entrainment. ( Paul Nugraha, Antoni, 2007)

II.3.2 Sifat-sifat beton keras

(41)

Perilaku mekanik beton keras merupakan kemampuan beton di dalam memikul beban pada struktur bangunan. Kinerja beton keras yang baik ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang tinggi, kuat tarik yang lebih baik, perilaku yang lebih daktail, kekedapan air dan udara, ketahanan terhadap sulfat dan klorida, penyusutan rendah dan keawetan jangka panjang. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton ialah :

1. Faktor air semen dan kepadatan

Semakin rendah nilai faktor air semen semakin tinggi kuat tekan betonnya, namun kenyataannya pada suatu nilai faktor air semen tertentu semakin rendah nilai faktor air semen kuat tekan betonnya semakin rendah pula, hal ini karena jika faktor air semen terlalu rendah adukan beton sulit dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air semen tertentu (optimum) yang menghasilkan kuat tekan beton maksimum.

Kepadatan adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan betonnya setelah mengeras. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan adukan beton dapat dilakukan dengan cara pemadatan dengan alat getar (vibrator) atau dengan memberi bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang besifat mengencerkan adukan beton sehingga lebih mudah dipadatkan.

50 fas 0.4 kekuatan 40 fas 0.5 beton (Mpa) 30 fas 0.6 20

10 0

[image:41.595.110.489.505.654.2]

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

(42)

2. Umur beton

Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Biasanya nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari. Kekuatan beton akan naik secara cepat (linear) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu kenaikannya tidak terlalu signifikan (Gambar 2.3). Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan mencapai 65% dan pada umur 14 hari mencapai 88% - 90% dari kuat tekan umur 28 hari.

40 35 30 25 20 tegangan

( Mpa ) 28 hari 6 bulan 5 tahun

[image:42.595.141.449.260.414.2]

waktu ( umur) Gambar 2.3 Perkiraan Kuat tekan beton pada berbagai umur

3. Jenis semen

Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif.

Jenis Portland semen yang digunakan ada 5 jenis yaitu : I, II, III, IV, V. Jenis- jenis semen tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang berbeda.

4. Jumlah semen

(43)

beton mengandung banyak pori yang mengakibatkan kuat tekan beton rendah. Jika nilai slump sama (fas berubah), beton dengan kandungan semen lebih banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi.

40 35 kekuatan 30 beton 25 (Mpa) 20 15 10

[image:43.595.72.471.176.357.2]

220 240 260 280 300 320 340 360 Jumlah Semen per m3 beton (kg)

Gambar 2.4 Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor air semen sama (Kardiyono, 1998)

5. Sifat agregat

(44)

II.3.2.1 Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton merupakan kekuatan tekan maksimum yang dapat dipikul beton persatuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20 – 40 MPa. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh : faktor air semen (water cement ratio = w/c), sifat dan jenis agregat, jenis campuran, kelecakan (workability), perawatan (curing) beton dan umur beton.

1. Faktor Air semen

Faktor air semen (water cement ratio = w/c) sangat mempengaruhi kuat tekan beton. Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah airnya sedikit yang akan menghasilkan kuat tekan beton yang besar.

D.A Abrams pada tahun 1918 menyatakan bahwa untuk material yang diberikan, kekuatan beton hanya tergantung pada satu faktor saja, yaitu faktor air semen dari pasta. Ini dinyatakan dengan rumus :

= �

Dimana : � = kuat tekan pada umur tertentu A = Konstanta Empiris

B = Konstanta tergantung sifat semen, dan w/c= Faktor air semen.

(45)

50 fas 0.4 kekuatan 40 fas 0.5 beton (Mpa) 30 fas 0.6 20

10 0

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Gambar 2.5 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama masa perkembangannya (Tri Mulyono, 2003)

2. Sifat dan jenis agregat

Sifat dan jenis agregat yang digunakan juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang digunakan akan dihasilkan kuat tekan beton yang tinggi. Selain itu susunan besar butiran agregat yang baik dan tidak seragam dapat memungkinkan terjadinya interaksi antar butir sehingga rongga antar agregat dalam kondisi optimum yang menghasilkan beton padat dan kuat tekan yang tinggi.

3. Jenis Cam puran

Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton. Jumlah pasta semen harus cukup untuk melumasi seluruh permukaan butiran agregat dan mengisi rongga-rongga diantara agregat sehingga dihasilkan beton dengan kuat tekan yang diinginkan.

4. Perawatan (curing)

(46)

akan menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan mencapai reaksi hidrasi kimiawi penuh.

5. Umur Beton

Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100 % setelah beton berumur 28 hari. Menurut SNI T-15-1991, perkembangan kekuatan beton dengan bahan pengikat PC type 1 berdasarkan umur beton disajikan pada Tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4 Perkembangan Kekuatan Beton dengan bahan pengikat PC type 1

II.3.2.2 Kuat Tarik Beton

Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu 10%–15% f’c. Kuat tarik beton berpengaruh terhadap kemampuan beton di dalam mengatasi retak awal sebelum dibebani. Pengujian terhadap Kekuatan tarik beton dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengujian tarik langsung,untuk menguji tarik langsung pada spesimen silinder maupun prisma dilakukan dengan menempelkan benda uji pada suatu pelat besi dengan lem epoxy. Tepi benda uji harus digergaji dengan gerinda intan untuk menghilangkan pengaruh pengecoran atau vibrasi. Beban kecepatan 0,005 MPa/detik sampai runtuh. 2.Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan menggunakan “Split

cylinder test”. Dengan membelah silinder beton terjadi pengalihan tegangan tarik melalui bidang tempat kedudukan salah satu silinder dan silinder beton tersebut terbelah

Umur beton (hari)

3 7 14 21 28 90 365

(47)

sepanjang diameter yang dibebaninya. Tegangan tarik tidak langsung dihitung dengan persamaan :

� =��

Dimana : T = kuat tarik beton (MPa) P = beban hancur (N) l = Panjang spesimen (mm) d = diameter spesimen (mm)

II.3.2.2 Uji peredaman suara

Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. peredam suara adalah bahan yang dapat mengurangi kebocoran suara di sebuah ruangan.

Uji peredaman suara atau uji kebisingan ini dilakukan dengan menggunakan alat impedance tube dengan ASTM 1050, ISO 10543-2:1998.

Sumber kebisingan dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a) Bising interior,

(48)

b) Bising eksterior,

Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi.Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi suara, dan waktu terjadinya kebisingan.

Reduksi Faktor-Faktor alami penyebab kebisingan, yakni : a) Jarak

Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Dalam kasus di permukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui udara. Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas karena gesekan dengan udara.

b) Serapan Udara

Udara mempunyai massa. Udara mengisi ruang kosong diatas bumi dan digunakan oleh suara untuk merambat. Namun adanya udara juga sebagai penghambat gelombang suara. Gelombang suara akan mengalami gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap udara daripada udara lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara gelombang bunyi dengan massa udara. udara yang bersuhu rendah akan lebih menyerap suara daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan lebih besar.

c) Angin

Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.

d) Permukaan Bumi

(49)

Bahan peredam suara untuk mengurangi kebisingan dapat menggunakan bahan-bahan jadi yang sudah ada ataupun membuatnya sendiri, diantara bahan-bahan yang sudah ada tersebut antara lain adalah bahan berpori, resonator dan panel (Lee, 2003), sementara material yang sering digunakan adalah glasswool dan rockwool, namun dapat juga diganti dengan gabus maupun bahan yang berkomposisi serat.

Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan

terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai

α berkisar antara 0 sampai 1, jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap, sedangkan

jika α bernilai 1 artinya 100% bunyi yang datang diserap oleh bahan.

Material komposit alami (indigenous materials) seperti serat batang kelapa sawit (oil palm frond fiber), sekam padi (rice husk), serabut kelapa (coconut fiber), eceng gondok (eichhornia crassipes), dan serat nenas mempunyai potensi komersial yang sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai material pengganti komposit serat kaca (glass fiber). Hal ini dikarenakan harga yang relative rendah, proses yang sederhana dan juga jumlahnya yang melimpah di sekitar lingkungan kita

Serat-serat yang telah digunakan dan diteliti untuk meredam kebisingan (bunyi) antara lain serat bamboo, serabut kelapa. Dalam penelitian ini menggunakan serabut kelapa sebagai tambahan di dalam campuran beton sebagai benda uji pada uji peredaman suara atau kebisingan.

(50)

absorber menjadi solusi paling baik dalam penerapan metode pengendalian bising. Selama ini panel penyerap suara yang dikembangkan menggunakan serat absorber sintetis yang diimpor sehingga harganya menjadi mahal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan material absorber yang mempunyai kualitas baik dengan bahan baku yang terbuat dariserat alami dan tersedia melimpah di sekeliling kita. Karakteristik akustik dan mekanis suatu material komposit dapat diketahui dengan melakukan suatu pengujian. Pengujian akustik suatu material merupakan suatu proses untuk menentukan sifat-sifat akustik, yang berupa koefisien penyerapan, refleksi, impedansi, dan transmission loss suara. Untuk menghasilkan produk yang rendah bising maka pengujian karakteristik akustik suatu material menjadi langkah utama dalam menentukan karakteristik akustik suatu bahan. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan sifat akustik dari bahan komposit adalah pengujian/penelitian dengan menggunakan tabung impedansi.

II.3.3 Bahan Tambahan

II.3.3.1 Umum

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

(51)

pengerasan, menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi.

Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifat beton.

Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk bahan tambah yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494,

Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete”.

Untuk memudahkan pengenalan dan pemilihan admixture, perlu diketahui terlebih dahulu kategori dan penggolongannya, yaitu :

1. Air entraining Agent (ASTM C 260), yaitu bahan tambah yang ditujukanuntuk membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih kecil didalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah ketahanan awal pada beton. 2. Chemical admixture (ASTM C 494), yaitu bahan tambah cairan kimia yang

ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.

(52)

Keuntungananny antara lain : memperbaiki kinerja workability, mempertinggi kuat tekan dan keawetan beton, mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly ash, slang, dan silica fume.

4. Miscellanous admixture (bahan tambah lain), yaitu bahan tambah yang tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas seperti bahan tambah jenis polimer (polypropylene, fiber mash, serat bambu, serat kelapa dan lainnya), bahan pencegah pengaratan dan bahan tambahan untuk perekat (bonding agent).

II.3.3.2 Alasan Penggunaan Bahan Tambahan

Penggunaan bahan tambahan harus didasarkan pada alasan-alasan yang tepat misalnya untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu pada beton. Pencapaian kekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat harga beton, memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah retak dan lain sebagainya. Para pemakai harus menyadari hasil yang diperoleh tidak akan sesuai dengan yang diharapkan pada kondisi pembuatan beton dan bahan yang kurang baik.

Keuntungan penggunaan bahan tambah pada sifat beton, antara lain : a. Pada beton segar (fresh concrete)

 Memperkecil faktor air semen

 Mengurangi penggunaan air.

 Mengurangi penggunaan semen.

 Memudahkan dalam pengecoran.

 Memudahkan finishing. b. Pada beton keras (hardened concrete)

 Meningkatkan mutu beton

 Kedap terhadap air (low permeability).

(53)

 Berat jenis beton meningkat.

II.3.3.3 Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambahan

Penggunaan bahan tambah di lapangan sering menimbulkan masalah-masalah tidak terduga yang tidak mengguntungkan, karena kurangnya pengetahuan tentang interaksi antara bahan tambahan dengan beton. Untuk mengurangi dan mencegah hal yang tidak terduga dalam penggunaan bahan tambah tersebut, maka penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku dan yang terpenting adalah memperhatikan dan mengikuti petunjuk dalam manualnya jika menggunakan bahan

“paten” yang diperdagangkan.

a. Mempergunakan bahan tambahan sesuai dengan spesifikasi ASTM (American Society for Testing and Materials) dan ACI (American Concrete International).

Parameter yang ditinjau adalah :

 Pengaruh pentingnya bahan tambahan pada penampilan beton.

 Pengaruh samping (side effect) yang diakibatkan oleh bahan tambahan. Banyak bahan tambahan mengubah lebih dari satu sifat beton, sehingga kadang-kadang merugikan.

 Sifat-sifat fisik bahan tambahan.

 Konsentrasi dari komposisi bahan yang aktif, yaitu ada tidaknya komposisi bahan yang merusak seperti klorida, sulfat, sulfide, phosfat, juga nitrat dan amoniak dalam bahan tambahan.

 Bahaya yang terjadi terhadap pemakai bahan tambahan.

 Kondisi penyimpanan dan batas umur kelayakan bahan tambahan.

 Persiapan dan prosedur pencampuran bahan tambahan pada beton segar.

(54)

 Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.

b. Mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan dosis pada brosur dan melakukan pengujian untuk mengontrol pengaruh yang didapat.

Biasanya percampuran bahan tambahan dilakukan pada saat percampuran beton. Karena kompleksnya sifat bahan tambahan beton terhadap beton, maka interaksi pengaruh bahan tambahan pada beton, khususnya interaksi pengaruh bahan tambahan pada semen sulit diprediksi. Sehingga diperlukan percobaan pendahuluan untuk menentukan pengaruhnya terhadap beton secara keseluruhan.

II.3.3.4 Jenis Admixture II.3.3.4.1 Mineral Admixture a). Kerak Tanur Tinggi (Slag)

Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag dalam

ATSM. C.9889, “standard spesification for ground granulated blast-furnace slag use in

concrete and mortar”, (ASTM, 1995 : 494) adalah produ non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasi pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya kedalam air.

(55)

Seiring dengan semangat pelestarian lingkungan, maka perusahaan penghasil limbah slag mencari solusi pemanfaatan limbah slag tersebut. Berdasarkan penelitian sebelumnya limbah slag dapat dimanfaatkan sebagai agregat kasar dan agregat halus dalam bahan konstruksi dan campuran perkerasan aspal

b).Abu Terbang (Fly Ash)

Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau abu terbang di kenal di Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.

c).Uap Silika (Silika Fume)

(56)

SF bisa dipakai sebagai pengganti sebagian semen, meskipun tidak ekonomis. Kedua sebagai bahan tambahan untuk memperbaiki sifat beton, baik beton segar maupun beton keras.Untuk beton normal dengan kadar semen di atas 250 kg/m³, kebutuhan air bertambah dengan ditambahnya SF. Campuran lebih kohesif. Pada slump yang sama, lebih banyak energi dibutuhkan untuk menghasilkan aliran tertentu. Ini mengindikasikan stabilitas lebih baik dari beton cair. Perdarahan (bleeding) sangat berkurang sehingga perlu perawatan dini untuk mencegah retak susut plastis, khususnya pada cuaca panas dan berangin. SF baisanya dipakai bersama super plastisizer. Beton dari SF memperlihatkan kekuatan awal yang rendah. Namun perawatan temperatur tinggi memberi pengaruh percepatan yang besar. Potensi kekuatan adalah 3 sampai 5 kali dari semen portland per unit massa sehingga untuk kekuatan yang sama, umur 28 hari memberikan faktor air semen yang lebih besar. Panas hidrasi juga 2 kali lebih besar, namun karena potensi kekuatan tinggi, evolusi panas total bisa lebih rendah bila kadar semen dikurangi. Jadi beton dengan kekuatan tinggi (diatas 100 Mpa) dapat dihasilkan. Sifat mekanis lainnya seperti kuat tarik dan lentur dan modulus elastisitas berkaitan dengan kuat tekan seperti halnya beton dari semen portland.

II.3.3.4.2 bahan tambah lainnya

(57)

a) Serabut kelapa

[image:57.595.83.502.376.622.2]

Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potasium (Rindengan et al., 1995) Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, tannin, dan potasium.

Tabel 2.5 Komposisi Serat Sabut Kelapa

Parameter Hasil Uji

Komposisi (%)

Metode Uji

Kadar Abu 2.02 SNI 14-1031-1989

Kadar Lignin ( Metode Klason) 31.48 SNI 14-0492-1990

Kadar Sari 3.41 SNI 14-1032-1989

Kadar Alfa Selulosa 32.64 SNI 14-0444-1989 Kadar Total Selulosa 55.34 Metoda Internal BBPK Kadar Pentosan sebagai Hemiselulosa 22.70 SNI 01-1561-1989

Kelarutan dalam NaOH 1 % 20.48 SNI 19-1938-1990 Sumber : Sunario, 2008 dalam ( Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas) Dilihat sifat fisisnya sabut kelapa terdiri dari:

(58)

Selama ini pemanfaatan serat sabut kelapa hanya digunakan untuk industri rumah tangga sekala kecil. Misalnya baham pembuatan sapu, tali, keset dan alat-alat rumah tangga lainnya.

b) Abu Kulit Gabah (Rice Husk Ash)

Kulit gabah dari penggilingan padi dapat digunakan sebagi bahan bakar dalam proses produksi. Kulit gabah terdiri dari 75% bahan mudah terbakar dan 25% berat akan berubah menjadi abu. Abu ini dikenal dengan dengan Rice Husk Ash (RHA) yang mempunyai kandungan silika reaktif sekitar 85 – 90%.

Untuk membuat abu kulit gabah menjadi silika reaktif yang dapat digunakan sebagai material

Gambar

Tabel 2.2 Batasan Gradasi untuk Agregat Halus
Tabel 2.3 Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991)
Gambar 2.1 Kerucut Abrams
Gambar 2.2 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama masa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variasi penambahan abu sekam padi dan cangkang telur terhadap kuat tekan beton.. Metode penelitian yang

Atas kehendak- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN SERAT IJUK DAN SABUT KELAPA PADA BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan nano material abu sekam padi dan bahan tambah superplasticizer digunakan variasi prosentasi material nano abu sekam padi

Disisi lain, penambahan abu sekam padi (ASP) dapat meningkatkan kekuatan tekan beton melalui reaksi antara silika (SiO2) pada ASP dengan kalium hidroksida (Ca(OH)2), yang

Walaupun trend mengalami penurunan, akan tetapi nilai kuat tekan beton yang dihasilkan masih memenuhi K- 200.Hal tersebut menunjukkan bahwa abu arang dapat digunakan sebagai

Berdasarkan hasil penelitian sekam padi dan tempurung kelapa sebagai penganti agregat halus dan agregat kasar dapat disimpulkan bahwa Penggunaan sekam padi dan tempurung

Abu ini dikenal dengan dengan Rice Husk Ash (RHA) yang mempunyai kandungan silika reaktif sekitar 85% - 90%. Untuk membuat abu sekam menjadi silika reaktif yang dapat

Pada penelitian terdahulu Eniarti M., (2006) sudah melakukan penelitian tentang serat serabut kelapa pada beton ringan dengan panjang serat 5 cm dan variasi konsentrasi