SIKAP PETANI TERHADAP KEGIATAN
LEGALISASI ASET TANAH MELALUI
PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)
(Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
SAHREZA NASUTION 050304062
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
SIKAP PETANI TERHADAP KEGIATAN
LEGALISASI ASET TANAH MELALUI
PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)
(Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
SAHREZA NASUTION 050304062
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanain
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
SIKAP PETANI TERHADAP KEGIATAN
LEGALISASI ASET TANAH MELALUI
PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)
(Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
SAHREZA NASUTION 050304062
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanain
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Ir.Luhut Sihombing, MP Ir.Thomson Sebayang, MT
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Judul Skripsi : Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang) Nama : Sahreza Nasution
Nim : 050304062 Departemen : Agribisnis
Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
RINGKASAN
SAHREZA NASUTION (050304062), dengan judul “SIKAP DAN PRILAKU PETANI TERHADAP KEGIATAN LEGALISASI ASET TANAH MELALUI PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)” (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,
Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.
Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian, untuk menjelaskan bagaimana sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN,dan untuk menjelaskan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN.
Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh petani pemilik lahan yang telah mensertifikasi tanahnya melalui program PPAN yang berjumlah sebanyak 30 orang petani, dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.Seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.
Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Realisasi program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa petani di daerah penelitian sudah memilki sertifikat tanah. Begitu juga telah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian/pertanahan untuk mendukung dan meningkatkan pengetahuan petani akan proses sertifikasi tanah sehingga kesejahteraan petanipun bisa lebih baik. Sikap petani terhadap program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupatn Deli Serdang, telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program PPAN adalah sebanyak 17 orang dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 13 orang. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil analisis didapat bahwa seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden tidak menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani pada program PPAN. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima
RIWAYAT HIDUP
Sahreza Nasution dilahirkan di Medan, 30 Mei 1987 sebagai anak keempat dari Bapak dr. H. Saad Sahlul Nasution Sp.OG dan ibu Hj. Sri Bahagia lubis. Pendidikan yang pernah penulis tempuh adalah :
1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1993 – 1999 di SD Diponegoro ,Kisaran, Asahan.
2. Sekolah Lanjut Tigkat Pertama (SLTP) Tahun 1999 – 2002 di SLTP Diponegoro ,Kisaran, Asahan.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2002 – 2005 di SMA Negeri 1 Medan.
4. Tahun 2005 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera utara, Medan melalui jalur SPMB.
5. Pada bulan Juni – Juli 2009, penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Lae Itam, kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi. 6. Pada bulan Februari - Mei 2010 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa kota Lama, Kecamatan Hamparan Deli Serdang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis diberikan kesempatan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “ Sikap Petani Terhadap Kegiatan Legalisasi Aset Tanah Melalui Program PPAN (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Thomson Sebayang , MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu DR. Ir Salmiah Msi selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh instansi dan para responden yang terkait dalam penelitian ini atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.
Segala hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda dr. H. Saad Sahlul Nasution Sp.OG dan ibuda Hj. Sri Bahagia lubis serta Kakak tersayang Decy Sahriani Nasution, SE, dr. Yuliza Sahrina Nasution, dr. Scheni Regina Lubis serta abangku dr.Januar Sahnanda dan dr. Ali Imran Harahap, dr. Syukri Asdar Putra Hasibuan untuk doa dan semangat yang diberikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan buat Mayang Damayanti, SP untuk dukungan dan semangatnya dan teman-teman SEP 05 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan skripsi ini dapat berguna untuk kita semua.
Medan, Agustus 2011
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 8
Tujuan Penelitian ... 8
Kegunaan Penelitian ... 8
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 9
Landasan Teori ... 20
Kerangka Pemikiran... 25
Hipotesa Penelitian ... 26
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27
Metode Pengambilan Sampel ... 28
Metode Pengumpulan Data ... 28
Metode Analisis Data ... 29
Defenisi dan Batasan Operasional ... 32
Defenisi ... 32
Batasan Operasional... 33
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI Deskripsi Daerah Penelitian ... 34
Luas Wilayah dan Batas Desa Lama ... 34
Keadaan Penduduk ... 35
Sarana dan Prasarana ... 37
Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel ... 38
HASIL DAN PEMBAHASAN Teknis Pelaksanaan Program Pembaharuan Agraria Nasional di daerah Penelitian ... 40
Hubungan antara Karakteristik sosial Ekonomi petani dengan sikap petani terhadap program PPAN di Daerah Penelitian ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 53 Saran ... 54
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hal.
1. Data sertifikat yang diterbitkan di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan tahun 2010...
5
2. Jumlah Peserta PPAN menurut Desa di Kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang 2010...
27
3.
Jumlah Penduduk di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2010...
35
4.
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Desa Lama Tahun 2010
36
5. Jenis Sarana yang terdapat di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak...
37
6. Karakteristik Sampel Petani di Daerah Penelitian... 38
7 . Sikap Petani Terhadap Program PPAN……… 45
8. Hubungan antara Umur dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN ...
47
9. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Umur dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN.
48
10. 48
11. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Luas Lahan dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN………..
49
12. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN………
50
13. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani Terhadap program PPAN…………
51
14. Hubungan antara Pendapatan Petani dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN……….
52
15 Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Antara Pendapatan dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN………
51
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Hal.
1. Lingkup Hubungan Agraria... 14
2. Skema Kerangka Pemikiran... 17
RINGKASAN
SAHREZA NASUTION (050304062), dengan judul “SIKAP DAN PRILAKU PETANI TERHADAP KEGIATAN LEGALISASI ASET TANAH MELALUI PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)” (Studi Kasus : Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,
Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir.Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.
Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian, untuk menjelaskan bagaimana sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN,dan untuk menjelaskan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN.
Metode penentuan daerah penelitian yang digunakan adalah pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus artinya seluruh petani pemilik lahan yang telah mensertifikasi tanahnya melalui program PPAN yang berjumlah sebanyak 30 orang petani, dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.Seluruh metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif.
Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini adalah : Realisasi program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, sudah berjalan dan telah direalisasikan walaupun belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa petani di daerah penelitian sudah memilki sertifikat tanah. Begitu juga telah dilakukannya kegiatan penyuluhan pertanian/pertanahan untuk mendukung dan meningkatkan pengetahuan petani akan proses sertifikasi tanah sehingga kesejahteraan petanipun bisa lebih baik. Sikap petani terhadap program PPAN desa Lama Kecamatan Hamparan Perak, Kabupatn Deli Serdang, telah diketahui bahwa dari 30 sampel yang menunjukkan sikap positif terhadap program PPAN adalah sebanyak 17 orang dan yang menunjukkan sikap negatif adalah sebanyak 13 orang. Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Dari hasil analisis didapat bahwa seluruh faktor-faktor sosial ekonomi petani responden tidak menunjukkan adanya hubungan dengan sikap petani pada program PPAN. Dengan demikian H1 ditolak dan H0 diterima
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini
dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar rakyat Indonesia senantiasa
membutuhkan dan melibatkan soal tanah. Bahkan pada sebagian masyarakat, tanah dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena di sana terdapat simbol status sosial yang dimilikinya (Hutagalung, 2009).
Problematika pertanahan terus mencuat dalam dinamika kehidupan bangsa kita. Berbagai daerah di nusantara tentunya memiliki karakteristik permasalahan
pertanahan yang berbeda di antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Keadaan ini semakin nyata sebagai konsekuensi dari dasar pemahaman dan pandangan orang Indonesia terhadap tanah. Kebanyakan orang Indonesia memandang tanah
sebagai sarana tempat tinggal dan memberikan penghidupan sehingga mempunyai fungsi yang sangat penting (Sumarjono, 2009).
Pembaruan agraria adalah suatu upaya korektif untuk menata ulang struktur agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang bersendi kepada keadilan
agraria. Keadilan agraria itu sendiri adalah suatu keadaan dimana tidak ada konsentrasi berlebihan dalam penguasaan dan pemanfaatan atas sumber-sumber
Reforma Agraria merupakan agenda bangsa yang diharapakan dapat
memberikan titik terang bagi terwujudnya keadilan sosial dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dengan berbagai program pelengkapnya, Reforma
Agraria diharapakan dapat membantu masyarakat miskin (sebagian besar petani)
beranjak dari keterpurukan ekonomi menuju kehidupan yang layak dan mandiri. (Satiawan, 1999).
Upaya pelaksanaan pembaruan agraria dimulai dari dilaksanakannya program landreform, yaitu suatu upaya yang mencakup pemecahan dan
penggabungan satuan-satuan usaha tani, dan perubahan skala pemilikan. Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan kemampuan petani dengan berbagai program-program pendidikan, upaya penyediaan kredit, pemilikan teknologi
pertanian, sistem perdagangan yang adil, dan mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi massa petani dan koperasi petani, serta infrastruktur lainnya
(Anonimous,2005).
Konsep Reforma Agraria tidak lepas dari apa yang disebut dengan konsep
Landreform. landreform merupakan bagian dari agrarianreform dan
agrarianreform itu sendiri tidak tidak bisa dijalankan tanpa adanya landreform.
Dalam konteks reforma agraria, peningkatan produksi tidak akan mampu dicapai
secara optimal apabila tidak didahului oleh landreform. Sementara, keadilan juga tidak mungkin dapat dicapai tanpa landreform. Jadi, landreform tetaplah menjadi langkah dasar yang menjadi basis pembangunan pertanian dan pedesaan.
Pada Negara- Negara maju di dunia,ada kecendrungan menurunnya jumlah
petani dan bertambahnya luas daerah- daerah pertanian, sehingga lahan garapannya semakin luas. Beda dengan Indonesia, walaupun jumlah persentase
jumlah petani menurun, tetapi secara absolute meningkat, sementara itu luas lahan pertanian justru berkurang (Husodo,2004).
Sejak tahun 2006 petani dan rakyat miskin di Indonesia dijanjikan suatu
program landreform melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) oleh presiden SBY. Pada bulan Mei 2007 pemerintah mengeluarkan Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang PPAN. Dari draft tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum PPAN hanya berbicara masalah pembagian tanah saja, dan bukan pelaksanaan pembaruan agraria secara hakiki. RPP tersebut juga
menunjukkan tidak jelasnya proses penyediaan tanah yang disebutkan akan berasal dari tanah bekas HGU, bekas kawasan pertambangan dan kawasan hutan.
Peta lokasi objek tanah yang akan dibagikan dan waktu pelaksanaan PPAN tidak dijelaskan. Tujuan dari landreform yang sesungguhnya untuk menumbuhkan keadilan struktur penguasaan dan kepemilikan tanah masih jauh
dari harapan. Padahal konstitusi kita mengamanatkan bahwa penerima redistribusi tanah dalam landreform adalah petani miskin, penggarap, buruh tani
dan subyek lainnya sesuai Undang-undang No.5 tahun 1960 tentang pokok-pokok agraria atau lebih dikenal dengan UUPA 1960. Bukan untuk kepetingan investor seperti yang diinginkan Bank Dunia (Anonimus, 2008).
sebidang tanah. Pemindahan atau peralihan hak atas tanah ini harus dibuktikan
dengan akta otentik (Sumardjono, 2009).
Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam
kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah. Tanah merupakan sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian
sekarang ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai (Sihombing, 2009).
Lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:
1) Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.
2) Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa
yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya (Utomo, 1992). Penggunaan tanah dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1) Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada
orang lain, pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.
2) Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga
3) Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.
(Sihaloho, 2004).
Untuk menindaklanjuti realisasi program pembaharuan agraria di provinsi Sumatera Utara khususnya di daerah penelitian kabupaten Deli Serdang, maka
Badan Pertanahan Nasional (BPN) kabupaten menerbitkan sertifikat secara otentik sesuai dengan penggunaannya pada tiap- tiap kecamatan, seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Banyaknya sertifikat yang diterbitkan di Kabupaten Deli Serdang menurut Kecamatan tahun 2010
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang
Obyek Reforam Agraria atau tanah merupakan komponen dasar dalam
Reforma Agraria. Berkenaan dengan penetapan obyek Reforma Agraria, maka pada dasarnya tanah yang ditetapkan sebagai obyek Reforma Agraria adalah tanah-tanah Negara dari berbagai sumber yang menurut peraturan
perundang-undangan dapat dijadikan sebagi obyek Reforma Agraria.
Sesuai dengan tahapan perencanaan luas tanah yang dibutuhkan untuk
dalam kurun waktu 2007-2014 adalah seluas 9,25 juta Ha. Pada dasarnya subyek
Reforma Agraria adalah penduduk miskin di perdesaan baik petani, nelayan maupun non-petani/nelayan (BPN RI, 2007).
Program Reforma Agraria yang dicanangkan pemerintah merupakan suatu program yang terdiri dari kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas subyek Reforma Agraria (petani miskin). Pengembangan kapasitas petani miskin
merupakan suatu proses penguatan petani agar mereka dapat mengenali masalah-masalah yang dihadapinya dan secara mandiri dapat menyelesaikan masalah-masalahnya
sendiri. Kemandirian adalah suatu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai suatu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerja sama yang saling
menguntungkan ( Ismawan, 2005).
Dari beberapa penjelasan tersebut, pengembangan kapasitas dapat
diartikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat mengatasi keterbatasan yang membatasi kesempatan hidup mereka, sehinga memperoleh hak yang sama tehadap sumberdaya dan menjadi perencana
pembangunan bagi diri mereka. Melalui pengembangan kapasitas, masyarakat akan lebih berdaya dan mandiri dalam meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraannya.
Minat seseorang / masyarakat untuk menyertipikatkan tanah bisa didasarkan pada informasi tertentu yang didapatkannya yang dapat mendorongnya
untuk melakukan sertipikasi tanah. Informasi tersebut bisa mengenai manfaat sertipikat tanah, tujuan dari sertipikasi tanah, tentang biaya, dan jangka waktu
ini akan dilihat, apakah ada hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang
manfaat sertipikat tanah, tujuan sertipikasi tanah, persepsinya tentang biaya, dan tentang jangka waktu pendaftaran sampai dikeluarkannya sertipikat tanah, atau
1.2 Identifikasi Masalah
1) Bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah
penelitian?
2) Bagaiman sikap petani di daerah penelitian terhadap program PPAN?
3) Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah penelitian
dengan sikapnya terhadap program PPAN?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk menjelaskan bagaimana teknis pelaksanaan program PPAN yang
dilaksanakan di daerah penelitian.
2) Untuk menjelaskan bagaimana sikap petani di daerah penelitian terhadap
program PPAN.
3) Untuk menjelaskan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani di daerah
penelitian dengan sikapnya terhadap program PPAN.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penilitian ini adalah:
1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam
mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan program PPAN di daerah penelitian.
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan.
3)
Sebagai bahan informasi bagi pihak akademik yang ingin mengadakanBAB II
TINJAUAN PUSTAKA,
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada hak tertentu yang membebaninya (Sumarjono, 2009).
Pendaftaran berasal dari kata Cadaster (Bahasa Belanda kadaster) yaitu istilah untuk record (rekaman), menunjukkan tentang luas, nilai dan kepemilikan atau lain – lain atas hak terhadap suatu bidang tanah. Selain itu, pendaftaran
berasal dari bahasa latin “Capilastrum” yang berarti suatu register atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi. Dalam artian yang tegas Cadaster adalah
rekord (rekaman daripada lahan – lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan hukum lainnya) (Purba, 2006)
UUPA memberi pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat
(2) yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi : 1.) Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah.
2.) Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.
Kegiatan yang berupa pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah akan
menghasilkan pula peta-peta pendaftaran tanah dan surat ukur. Di dalam peta pendaftaran tanah dan surat ukur akan diperoleh keterangan tentang letak, luas,
dan batas-batas tanah yang bersangkutan, sedangkan kegiatan yang berupa pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut akan diperoleh keterangan-keterangan tentang status tanahnya, beban-beban apa yang ada diatasnya, dan
subyek dari haknya. Kegiatan terakhir dari pendaftaran tanah adalah pemberian surat bukti atas tanah yang lazim disebut dengan sertifikat.
Sedangkan pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 angka 1 PP No. 24 Tahun 1997 adalah : “Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah secara terus – menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun termasuk pemberian surat bukti haknya bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak – hak tertentu yang membebani (Santoso, 2008)
Pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu yang ada di wilayah – wilayah tertentu, pengolahan,
penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda bukti
Pendaftaran tanah mengandung unsur – unsur sebagai berikut :
1.) Dilakukan secara terus – menerus
Terus – menerus dimaksudkan apabila sekali tanah itu didaftarkan maka setiap
terjadi perubahan atas tanah maupun subyeknya harus diikuti dengan pendaftaran tanah. Boedi Harsono berpendapat bahwa kata “ terus – menerus ” menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan, yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data
yang sudah terkumpul dan tersedia selalu harus disesuaikan dengan perubahan – perubahan yang kemudian, hingga tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir.
2.) Pengumpulan Data Tanah
Data yang dikumpulkan pada dasarnya meliputi 2 macam, yaitu :
a. Data fisik, yaitu data mengenai letak tanahnya, batas – batas tanahnya dan
luasnya berapa serta, bangunan dan tanaman yang ada diatasnya.
b. Data yuridis, yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa pemegang hak
tersebut, serta peralihan dan pembebanannya jika ada. 3.) Tujuan tertentu
Pendaftaran tanah diadakan untuk menjamin kepastian hukum (legal cadastre)
dan kepastian hak atas sebagaiman tercantum dalam ketentuan Pasal 19 UUPA. Hal tersebut berbeda dengan pendaftaran tanah sebelum UUPA, yang bertujuan
untuk dasar penarikan pajak (fiskal cadastre). 4.) Penerbitan alat bukti hak / sertifikat
Sertifikat adalah surat tanda bukti hak, diterbitkan untuk kepentingan pemegang
hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada dalam surat ukur dan data yuridis yang telah di daftar dalam buku tanah. Menurut Peraturan Pemerintah
yuridis dan surat ukur yang memuat data fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid
menjadi satu dalam suatu sampul dokumen. Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan
sebagai pemegang hak atau pihak lain yang dikuasakan olehnya.
Konsep agraria tidak hanya mencakup tanah atau pertanian saja, tetapi memiliki cakupan yang lebih luas dari itu. Konsep agraria juga merujuk pada
berbagai hubungan antara manusia dengan sumber-sumber agraria serta hubungan antar manusia dalam rangka penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria
(Sitorus,2002).
Pengembangan dan penyederhanaan proses-proses pelayanan pertanahan terus dijalankan, dengan membangun terobosan-terobosan baru menjadi
keniscayaan ketika menghadapi kenyataan bahwa masih ada 69% dari ± 85 juta bidang tanah yang belum teregalisasi. Jika menggunakan skema yang sudah
dijalankan selama ini, maka perlu 110 tahun untuk dapat mensertifikatkan semua tanah diseluruh Indonesia.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. BPN berperan aktif didalam mensukseskan program PPAN
(Program Pembaharuan Agraria Nasional) dan di dalam pembuatan sertifikat tanah untuk petani sehingga dapat meningkatkan hak tanah juga daya saing petani pedesaan.
Paradigma pembangunan yang mengejar pertumbuhan telah membawa kondisi pertanian dan pedesaan Indonesia menjadi terpuruk. Padahal, pedesaan
bergulirnya revolusi hijau yang justru telah menggadaikan kemandirian dan
kedaulatan para petani. Saat ini arah pembangunan masih diarahkan semata-mata pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ekspor. Ujung-ujungnya, kondisi
sosial ekonomi menjadi keropos dan negara tidak mampu memenuhi hak sebagian besar rakyatnya untuk hidup layak dan bermartabat (Sumardjono, 2009).
Secara kategoris, subyek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas
(sebagai kesatuan dari unit-unit rumah tangga), pemerintah (sebagai representasi negara), dan swasta (private sector). Ketiga subyek agraria tersebut memiliki
ikatan dengan sumber-sumber agraria melalui institusi penguasaan/pemilikan (tenure institution). Dalam hubungan-hubungan itu akan menimbulkan kepentingan-kepentingan social ekonomi masing-masing subjek berkenaan
dengan penguasaan/pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria tersebut. Bentuk dari hubungan ini adalah hubungan sosial atau hubungan sosial agraria
yang berpangkal pada akses (penguasaan, pemilikan, penggunaan) terhadap sumber agraria.
Komunitas
Sumber Agraria
Keterangan :
: hubungan teknis agraria : hubungan sosio agraria
Gbr 1. Lingkup Hubungan - Hubungan Agraria ( Sitorus, 2002 )
Makna Reforma Agraria adalah restrukturisasi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan, dan pemilikan sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu
menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima komponen mendasar di dalamnya,
yaitu:
1) Resturukturisasi penguasaan aset tanah ke arah penciptaan struktur sosial
ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan (equity),
2) Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan (welfare),
3) Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya
secara optimal (efficiency),
4) Keberlanjutan (sustainability), dan
5) Penyelesaian sengketa tanah (harmony).
Berdasarkan makna Reforma Agraria di atas, dirumuskan tujuan Reforma
Agraria sebagai berikut:
1) Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah
ke arah yang lebih adil, 2) Mengurangi kemiskinan,
4) Memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah,
5) Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan,
6) Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan 7) Meningkatkan ketahanan pangan.
Badan Petanahan Nasional RI (2007)
Inti dari reforma agraria adalah upaya politik sistematis untuk melakukan perubahan struktur penguasaan tanah dan perbaikan jaminan kepastian
penguasaan tanah bagi rakyat yang memanfaatkan tanah dan kekayaan alam yang menyertainya, dan yang diikuti pula oleh perbaikan sistem produksi melalui penyediaan fasilitas teknis dan kredit pertanian, perbaikan metode bertani, hingga
infrastruktur sosial lainnya.
Adapun tujuan dari Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)
adalah:
1) Menciptakan pemerataan hak atas tanah diantara para pemilik tanah. Ini
dilakukan melalui usaha yang intensif yaitu dengan redistribusi tanah,
untuk mengurangi perbedaan pendapatan antara petani besar dan kecil yang dapat merupakan usaha untuk memperbaiki persamaan diantara
petani secara menyeluruh.
2) Untuk meningkatkan dan memperbaiki daya guna penggunaan lahan.
Dengan ketersediaan lahan yang dimilikinya sendiri maka petani akan
mengurangi jumlah petani penggarap yang hanya mengandalkan sistem
bagi hasil yang cenderung merugikan para petani.
Tanah merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai ekonomis.
Saat ini, jumlah luasan tanah pertanian tiap tahun terus mengalami penurunan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal
tersebut mengakibatkan permintaan akan lahanpun meningkat. Pada akhirnya, terjadilah konversi lahan pertanian ke non-pertanian seperti perumahan, industri,
dan lain sebagainya untuk memenjuhi permintaan yang ada. Konversi lahan yang terjadi tak lepas dari kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah dan pihak swasta yang cenderung membawa dampak negatif terhadap lingkungan.
Pembaruan agraria merupakan prasyarat utama bagi rakyat pedesaan yang selalu dalam posisi termarginalkan untuk melepaskan diri dari eksploitasi
kekuatan ekonomi besar dan penindasan kekuasaan politik rezim yang dominan. Pembaruan agraria bertugas untuk menciptakan proses perombakan dan pembangunan kembali struktur sosial masyarakat, khususnya masyarakat
pedesaan, sehingga tercipta dasar pertanian yang sehat, terjaminnya kepastian pemilikan tanah bagi rakyat sebagai sumber daya kehidupan, terciptanya sistem
kesejahteraan sosial dan jaminan sosial bagi rakyat pedesaan, serta penggunaan sumberdaya alam sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dengan demikian pembaruan agraria yang dicita-citakan harus menganut falsafah kedaulatan rakyat
Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) mengingatkan pemerintah agar
tidak sekadar merealisasikan PPAN tapi juga memberi dukungan modal dan pemberdayaan petani sehingga dapat produktif. Ketika PPAN digulirkan, maka
pemerintah segera mem-back up dengan kebijakan penyediaan sarana pendukung pertanian seperti penyediaan pasar, akses permodalan, dan penguatan kelembagaan petani lewat koperasi.
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah pemerintah dan bertanggung jawab kepada
presiden dan dipimpin oleh kepala (Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006). Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral (Anonimus,2009).
Menurut Badan Petanahan Nasional RI (2007) makna Reformasi agraria melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) adalah restrukturisasi
penggunaan, pemanfaatan, penguasaan, dan pemilikan sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima
komponen mendasar di dalamnya, yaitu:
1) Resturukturisasi penguasaan aset tanah ke arah penciptaan struktur
sosial-ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan (equity),
2) Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasis keagrariaan (welfare),
3) Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya
secara optimal (efficiency),
Berdasarkan makna Reforma Agraria di atas, maka tujuan Reforma
Agraria diantaranya adalah untuk menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil, mengurangi
kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah, mengurangi sengketa dan konflik pertanahan, memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup, dan
meningkatkan ketahanan pangan.
Untuk menunjang keberhasilan PPAN, maka tanah atau obyek PPAN harus
tersedia dalam jumlah yang memadai dan dengan kualitas yang baik. Demikian pula jangka waktu penyediaan tanahnya tidak boleh terlalu lama, dengan cara yang sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejalan dengan tahapan
perencanaan yang telah ditentukan.
Tanah-tanah obyek reforma agraria pada dasarnya adalah tanah negara
yang menurut peraturan perundang-undangan dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, tanah-tanah yang dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria adalah :
1) Tanah yang haknya tidak diperpanjang atau tidak mungkin diperpanjang;
2) Tanah yang berasal dari pelepasan hak
3) Tanah hak yang pemegangnya melanggar ketentuan dan atau yang tidak
sejalan dengan keputusan pemberian haknya; 4) Tanah obyek landreform;
5) Tanah bekas obyek landreform;
6) Tanah timbul;
8) Tanah yang dihibahkan oleh Pemerintah untuk reforma agraria; 9) Tanah tukar menukar dari pemerintah;
10) Tanah yang diadakan oleh pemerintah untuk reforma agraria; 11) Tanah pelepasan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi;
12) Tanah yang sudah dilepaskan dari kawasan kehutanan menjadi tanah
negara yang pemanfaatan tanahnya tidak sesuai dengan peruntukannya.
Tanah-tanah obyek Reforma Agraria ini, tersebar baik di wilayah padat maupun kurang padat penduduk. Keberadaan tanah obyek Reforma Agraria dalam
wilayah yang berpenduduk padat dipandang strategis dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan pertanahan seperti sengketa dan konflik pertanahan. Sengketa dan konflik pertanahan diperkirakan lebih
terkonsentrasi di wilayah-wilayah yang berpenduduk padat.
Sedangkan untuk wilayah berpenduduk kurang padat, tanah diperkirakan
lebih tersedia dan lebih luas sehingga lebih dimungkinkan untuk melaksanakan restrukturisasi penguasaan dan penggunaannya. Untuk wilayah berpenduduk kurang padat, alternatif penyediaan tanah yang dapat dilaksanakan adalah tanah
yang berasal dari kawasan hutan, tepatnya pada kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPKv).
Pertimbangan penyediaan tanah dari kawasan Hutan Produksi yang dapat di-Konversi ini antara lain adalah:
1) Menata penguasaan dan penggunaan tanahnya, sehingga fungsi ekosistem
kawasan ini tetap terjaga,
2) Peruntukan penggunaan sebagai kawasan hutan produksi dapat lebih
3) Peraturan perundang-undangan yang ada memungkinkan dilepaskannya
tanah-tanah tersebut dari kawasan hutan, dan
4) Meminimalkan persinggungan dengan tanah-tanah yang telah dikuasai oleh
masyarakat.
Landasan Teori
Reforma Agraria, yang dalam implementasinya disebut juga Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN), merupakan upaya bersama seluruh
komponen bangsa dalam rangka menata kembali ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menuju struktur yang lebih menjamin keadilan, keberlanjutan dan meningkatkan kesejahteraan, sesuai dengan
prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat. PPAN merupakan suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan,
kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia (Sumarjono, 2009).
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu,
artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan kepada benda- benda, orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma, dan lain- lain. Jika individu bersikap positif terhadap objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu atau memuji
atau mendukung objek tersebut , jika ia bersikap negatif, maka ia akan cenderung untuk mengganggu, atau menghukum atau merusak objek tersebut.
Definisi sikap antara lain sebagai berikut :
1) Berorientasi kepada respon
Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau
memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.
2) Berorientasi kepada kesiapan respon
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respon. Suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.
3) Berorientasi kepada skema triadik
Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku
terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.
Komponen atau Struktur Sikap, antara lain terdiri dari :
1) Komponen kognisi yang berhubungan dengan belief (kepercayaan atau
keyakinan), ide, konsep, persepsi, stereotipe, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
2) Komponen Afeksi yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: - Pengalaman pribadi
- Kebudayaan
- Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers) - Media massa
- Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama - Faktor Emosional
Pengamatan terhadap indikator sikap sewaktu individu berkesempatan untuk mengungkap sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan”setuju” atau “tidak setuju”.
Prosedur penskalaan dengan metode likert didasari oleh dua asumsi, yaitu:
1) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pertanyaan yang favorable atau pertanyaan yang tak favorable
2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan
oleh responden yang mempunyai sikap negatif. (Azwar,1995).
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif yang berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan, ide, konsep persepsi, opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen afektif
yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang menyangkut perasaan individu terhadap objek, sikap dan menyangkut masalah emosi serta bertingkah
Para petani dalam kemampuannya menerima pemberitahuan atau hal – hal
yang baru sifatnya tidak sama atau akan sangat tergantung kepada keadaan status sosial, ekonomi, psikologis serta tingkat pengetahuan dan pendidikannya. Petani
yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian – pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap
adanya tekhnologi baru (Kartasapoetra,1991).
Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha
ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha pertanian ( Kartasapoetra, 1991).
Hubungan antara nilai – nilai individu dan sikapnya tidaklah sederhana.
Dalam satu hal, sejauh mana berbagai sistem nilai individu membentuk perkembangan dan pengaturan sikap tampaknya merupakan fungsi dari
keterpusatan nilai. Jika bagi seorang ini merupakan nilai sentral (pusat) maka sikap kelompok minoritas dapat bersifat sama nilainya dengan kelompok mayoritas (Krech dkk, 1996).
Sikap – sikap yang selaras dengan sikap – sikap lain dalam suatu kumpulan seyogyanya relatif lebih mudah bergerak kearah yang selaras
dibandingkan dengan sikap – sikap yang tidak selaras dengan sikap – sikap lain. Teori keseimbangan memperkirakan bahwa suatu sikap yang dalam keadaan yang tidak seimbang dengan sikap lain dalam suatu kumpulan akan bergerak cenderung
Kerangka Pemikiran
Tanah mempunyai ciri khusus yang bersegi dua, yakni sebagai benda dan sumberdaya alam. Seperti halnya air dan udara, yang merupakan sumber daya
alam karena tidak dapat diciptakan oleh manusia. Tanah menjadi benda bila telah diusahakan oleh manusia, misalnya menjadi tanah pertanian atau dapat pula dikembangkan menjadi tanah perkotaan. Pengembangannya dilakukan oleh
pemerintah melalui penyediaan prasarana yang akan meningkatkan nilai tanah dan disadari bahwa tanah adalah benda yang dimiliki oleh masyarakat kerena di
ciptakan melaui investasi dan keputusan masyarakat melalui pemerintah.
Dalam implementasi program PPAN tersebut memunculkan sikap yang bervariasi
sesuai apa yang dialami masing-masing petani di daerah penelitian terhadap program PPAN tersebut yang dipangaruhi oleh dorongan-dorongan dari dalam
diri petani, baik faktor sosial seperti umur, tingkat pendidikan, dan faktor ekonomi seperti luas lahan pertanian yang dimiliki, dan total pendapatan keluarga.
Dimana sikap petani terhadap program PPAN merupakan bentuk dari reaksi ataupun respon terhadap stimulus, yakni memunculkan dalam bentuk sikap positif
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
---
Keterangan : : Menyatakan Hasil : Menyatakan Proses
--- : Menyatakan Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Program PPAN
Sikap Petani
Negatif Postif
Petani
Faktor sosial:
• Umur
• Tingkat pendidikan
Faktor Ekonomi:
• Luas Lahan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran, dapat diidentifikasikan beberapa
hipotesis yang berhubungan dengan penelitian sebagai berikut : 1) Sikap petani sampel terhadap program PPAN adalah positif
2) Ada hubungan karakteristik sosial ( umur, tingkat pendidikan formal,)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian terpilih di Desa Lama, Kecamatan Hamparan
Perak, Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan desa tersebut karena Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu desa yang telah dilaksanakan program PPAN dengan peserta terbanyak
oleh BPN Deli Serdang, seperti tertera pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Jumlah Peserta PPAN menurut Desa di Kecamatan Hamparan Perak, kabupaten Deli Serdang 2010
NO. Kabupaten / kota Jumlah
(Bidang)
1. Kota Rantang 33
2. Paluh Manan 14
3. Bulu Cina 30
4. Sei Baharu 116
5. Lama 127
6. Selemak 56
Total 376
Metode Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani pemilik tanah/lahan yang berada di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak. Besarnya jumlah penduduk Desa
Lama adalah sebanyak 2000 jiwa. Dari masing – masing populasi tersebut 122 KK adalah bermata pencaharian sebagai petani, dan 15 KK bermata pencaharian bukan petani, pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sensus
artinya seluruh petani pemilik lahan yang telah mensertifikasi tanahnya melalui program PPAN yang berjumlah sebanyak 30 orang petani, dengan pertimbangan
bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun data yang dikumpulkan pada
penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekuder. Data primer diperoleh dari petani responden di daerah penelitian melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu Kantor Kepala Desa Lama, Kantor Kecamatan Hamparan Perak, dan instansi-instansi terkait
Metode Analisis Data
Tujuan 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat data – data yang diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan di daerah penelitian.
Tujuan 2 dianalisis dengan teknik penskalaan likert yaitu dengan pemberian skor pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan positif : Sangat Setuju (SS) diberi skor 5, Setuju (S) diberi skor 4, Ragu-ragu (R) diberi skor 3,
Tidak Setuju (Ts) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Untuk pernyataan negatif : Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2,
Ragu-ragu (R) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 4, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 5.
Pengukuran sikap petani sampel terhpadap program PPAN dapat digunakan
dengan menggunakan rumus Likert, yaitu:
T = 50 + 10
[
]
sx x−
Keterangan :
T = Skor standart x = Skor responden
x = Skor rata-rata responden
s = Deviasi standart skor kelompok Kriteria Pengujian :
T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif
Tujuan 3 dianalisis dengan Rank Spearman, dengan rumus :
Berdasarkan perhitungan nilai rs yang nantinya didapat melalui analisis di atas, maka akan diperkirakan kekuatan hubungan korelasinya. Dengan melihat
Kriteria uji hipotesis
Berikut adalah table interpretasi terhadap nilai r hasil analisis korelasi : Tabel 3. Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi
Interval Nilai r* Interpretasi
0,001 – 0,200 Korelasi Sangat lemah
0,201 – 0,400 Korelasi Lemah
0,401 – 0,600 Korelasi Cukup Kuat
0,601 – 0,800 Korelasi Kuat
0,801 – 1,000 Korelasi Sangat Kuat
*)Interpretasi berlaku untuk nilai positif maupun negatif
(Triton, 2006 ).
Pada uji dua arah ( sig. 2-tailed), dengan alat bantu SPSS ( Statistic Product and Service Solution):
Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Sig < (0.05)………..H0 ditolak, H1 diterima
Sig > (0.05)………..H0 diterima, H1 ditolak
Dimana :
H1 : Ada hubungan karakteristik faktor sosial dan faktor ekonomi dengan sikap petani terhadap program PPAN
Definisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman istilah-istilah yang terdapat dalam skripsi.
Definisi
1) PPAN adalah akronim dari Program Pembaruan Agraria Nasional yang
merupakan suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia
2) Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada di bawah pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. BPN adalah sebagai pelaksana
dan pengkoordinir Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN).
3) Karakteristik petani adalah ciri dan keadaan mengenai diri petani yang mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan dan luas lahan.
4) Umur sampel adalah usia petani sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.
5) Tingkat pendidikan sampel adalah pendidikan formal petani terakhir yang pernah ditempuh.
6) Jumlah pendapatan keluarga adalah total seluruh pemasukan yang di terima
7) Sikap adalah derajat atau tingkat kesesuaian seseorang terhadap objek
tertentu, kesesuaian atau tidak kesesuaian dinyatakan dalam skala.
8) Sikap positif adalah sikap yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima,
menyetujui, serta melaksanakan Program Pembaruan Agraria nasional ( PPAN).
9) Sikap negatif adalah sikap yang menunjukan atau memperlihatkan,
penolakan, atau tidak menyetujui, terhadap Program Pembaruan Agraria Nasional ( PPAN).
Batasan Operasional
1) Penelitian dilakukan di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
2) Waktu penelitian adalah tahun 2010
3) Penelitian dilakukan pada program Pembaharuan Agraria (PPAN) selama 1 tahun terakhir di daerah penelitian.
4) Sampel dalam Penelitian ini adalah Pemerintah khususnya BPN yang membuat Program Pembaharuan Agraria (PPAN) dan Petani yang menerima
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Kawasan ini merupakan kawasan sentra pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani sebanyak 75%. Sehingga pada tahun 2008 sampai dengan sekarang masih bergulir Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) atau pemberian sertifikasi tanah
secara legal yan bertujuan untuk mensejahterakan petani di daerah tersebut di dalam berusaha tani.
Luas dan Letak Geografis
Secara administratif, Desa Lama memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paluh Manan Sebelah Selatan berbatasa dengan Desa Bulu Cina Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Baharu Sebelah Barat berbatasan dengan desa Kota Rantang
Jarak desa penelitian dengan ibu kota kecamatan sekitar 18 km, sementara jarak desa penelitian dengan ibukota kabupaten sekitar 46 Km dan jarak desa
a. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Lama menurut data yang diperoleh dari kantor kepala desa adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2010
Jumlah Jiwa
Laki-laki
Perempuan Jumlah Total Banyaknya KK (Kepala Keluarga)
829 920 1.749 248
Sumber : Kantor Desa lama, Kecamatan Hamparan perak Tahun 2009
Tabel 3 menunjukkan keadaan penduduk di daerah penelitian terdiri dari laki-laki berjumlah 829 Jiwa dan perempuan berjumlah 920 jiwa ,ini
Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di desa penelitian
terdiri dari petani, PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta buruh dan nelayan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Desa Lama Tahun 2010
No. Jenis Kegiatan/Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Pertanian tanaman pangan 742 44,11
2. Nelayan 40 2,37
3. PNS dan ABRI 83 4,93
4. Perdagangan 57 3,38
5. Usaha kerajinan 51 3,03
6. Peternak 34 2.02
7. Lainnya 675 40,13
Jumlah 1.682 100.00
Sumber : Kantor Desa lama, Kecamatan Hamparan perak Tahun 2009
Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk desa penelitian adalah
bermata pencaharian sebagai petani yaitu 742 jiwa (44,11%), penduduk yang sebagai nelayan adalah sebanyak 40 jiwa (2,37%), sementara penduduk yang
mempunyai mata pencaharian PNS & TNI adalah 83 jiwa (4,93%), yang mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang sebesar 57 jiwa (3,38%) dan penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak sekitar 34 jiwa (2,02&)
b. Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana desa menjadi faktor yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, serta sangat mempengaruhi
perkembangan dan masyarakat di daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana akan mengakibatkan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil peternakan/pertanian lancar, yang secara tidak langsung akan mempercepat laju
pembangunan. Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Jenis Sarana yang terdapat di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak
Sumber : Kantor Desa lama, Kecamatan Hamparan perak Tahun 2009
Tabel 5 di atas menunjukkan jenis dan banyaknya jumlah sarana yang ada di daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 5 di atas maka dapat dilihat bahwa sarana
dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Hamparan Perak sudah termasuk lengkap, baik dilihat dari bidang pendidikan (sekolah), tempat ibadah, dan kesehatan.
Jenis Sarana Jumlah (Unit)
Mesjid 3
Poliklinik desa (puskesmas) 1
Jembatan 2
Kantor Gapoktan 1
Industri aspal 1
Rumah kasa 2
Kantor Kepala Desa 1
Sekolah 4
Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik petani yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik petani meliputi umur, tingkat pendidikan, luas lahan, dan pendapatan keluarga. Secara lebih jelas
karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Karakteristik Sampel Petani di Daerah Penelitian
NO. Karakteristik Sampel
Petani Satuan Rentang Rataan
1. Umur Tahun 29 - 62 41,23
2. Luas Lahan m² 195-19591 4316,61
3. Tingkat Pendidikan Tahun 6 – 17 8,53
4. Pendapatan Rupiah/Tahun 6.600.000 –
86.400.000 30.510.000 Sumber : Analisis Data Primer dari Lampiran 1.
Umur
Umur petani sampel berpengaruh pada pengelolaan usahataninya. Dari Tabel 6 diketahui bahwa umur petani sampel berkisar antara 29 – 62 tahun dengan rataan sebesar 41,23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata umur petani
sampel masih tergolong usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk mengusahakan usahataninya.
Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola
mengoptimalkan usahataninya. Rata-rata tingkat pendidikan formal petani adalah
9,37 tahun dengan rentang 6 – 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata petani sampel tergolong tamatan sekolah dasar.
Luas Lahan
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa luas lahan petani sampel adalah
berkisar antara 195 – 19591 m², dengan rataan 4316,6 m². Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel tidak mempunyai lahan yang luas dalam
pengelolaan usahatani.
Total Pendapatan Keluarga
Total pendapatan keluarga yang diperoleh petani sampel dapat mempengaruhi petani dalam mengelola usahataninya. Total pendapatan keluarga
petani sampel berkisar antara Rp. 6.600.000; sampai Rp.86.400.000; dengan rata- rata Rp. 30.510.000; per tahun atau Rp. 2.542.500; per bulan. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa petani sampel telah dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Teknis pelaksanaan program PPAN yang dilaksanakan di daerah penelitian
Pelaksanaan PPAN dengan program sertifikasi tanah di Desa Lama, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang dilakukan melalui tahapan
penetapan lokasi, penyuluhan, pengukuran dan pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman, penetapan hak, pembukuan hak, penerbitan sertifikat, dan penyerahan sertifikat. Reformasi agraria adalah upaya politik sistematis untuk
melakukan perubahan struktur penguasaan tanah dan perbaikan jaminan kepastian penguasaan tanah untuk rakyat, khususnya petani yang memanfaatkan tanah dan
yang diikuti pula oleh perbaikan sistem produksi melalui penyediaan fasilitas teknis dan kredit pertanian, perbaikan metode bertani, hingga infrastruktur sosial lainnya atau peningkatan hak petani atas penguasaan lahan pertaniannya dalam
bentuk sertifikat tanah yang diberikan pemerintah melalui Badan Pertanahan
Nasional (BPN) sebagai pelaksana
.
Adapun proses pelaksanaan program pembaharuan agraria di daerah
Kelengkapan
Gambar 3. Proses Pembuatan Sertifikasi Tanah pada Program PPAN di Desa Lama
Menghadiri Penyuluhan di
Langkah pertama dalam mensertifikasi tanah yaitu memastikan bahwa
petani mempunyai sekurang – kurangnya satu dokumen asli ( bukan fotocopy) dari banyak kemungkinan macam dokumen. Langkah kedua yaitu menghadiri
acara penyuluhan yang dilaksanakan di balai desa dengan arahan dari petugas Badan Pertanahan Nasional Kabupaten. Langkah ketiga pemohon petani diarahkan untuk mengisi formulir dan menandatangani berita acara. Setelah
memasukkan berkas peserta menunggu tindak lanjut dari BPN untuk pemasangan tanda batas(patok). Petani menunjukkan batas- batas bidang tanah kepada petugas
adjukasi.
Proses selanjutnya Badan Pertanahan akan menunjuk petugas dari kantor kepala desa sebagai penanggung jawab (kepala Dusun) dan akan mengawasi
jalannya program PPAN. Kepala dusun mendatangi kantor BPN kabupaten dan menyerahkan berkas – berkas dan biaya sertifikasi yang dibutuhkan. Petani
menunggu terbitnya sertifikat hak milik tanah dalam rentang waktu 30 hari setelah pengajuan.
Secara kategoris, subyek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas
(sebagai kesatuan dari unit-unit rumah tangga), pemerintah (sebagai representasi negara), dan swasta (private sector). Ketiga subyek agraria tersebut memiliki
ikatan dengan sumber-sumber agraria melalui institusi penguasaan / pemilikan (tenure institution). Dalam hubungan-hubungan itu akan menimbulkan kepentingan-kepentingan sosial ekonomi masing-masing subjek berkenaan
agraria yang berpangkal pada akses (penguasaan, kepemilikan, penggunaan)
terhadap sumber agraria (Sitorus, 2002)
Pelaksanaan sertifikasi tanah melalui Program Pembaruan Agraria
Nasional (PPAN) dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010 di Desa Lama, Kecamatan Hamparan perak, Kabupaten Deli Serdang telah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini dikarenakan faktor – faktor sebagai
berikut :
a) Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan bantuan
aparat desa / kelurahan dengan maksud untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang PPAN dan manfaatnya.
b) Adanya keinginan dari masyarakat sendiri untuk mensertifikasi tanahnya,
karena untuk pelaksanaan PPAN ini dibebaskan dari biaya untuk mensertifikasikan tanahnya oleh Kantor Pertanahan.
Hambatan – hambatan yang timbul dalam pelaksanaan program sertifikasi tanah melalui PPAN di Desa Lama antara lain sebagai berikut :
1) Pemohon kurang cepat melengkapi kekurangan berkas permohonan.
2) Pemohon tidak bisa hadir pada waktu pengukuran bidang tanah, hal ini di
atasi dengan diusahakan pengukuran di lain waktu segera mungkin.
3) Pemilik tanah sudah tidak mengetahui asal muasal atau riwayat tanah karena
diperoleh melalui jual beli dibawah tangan, hal ini di atasi dengan kerja sama dengan sesepuh desa.
4) Luas tanah tidak sesuai dengan luas yang tertera pada bukti – bukti
Kesadaran yang dimiliki masyarakat Desa Lama, Kecamatan Hamparan
Perak, Kabupaten Deli Serdang masih dianggap kurang, walaupun masyarakat mengetahui adanya kewajiban untuk mendaftarkan tanah yang dimilikinya.
Namun, kenyataannya pengetahuan mereka tentang adanya kewajiban pendaftaran tanah tersebut tidak menjadikan mereka mau melaksanakan pendaftaran hak atas tanah yang dimilikinya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendidikan masyarakat
yang bersangkutan yang mayoritas berpendidikan dasar.
Minat masyarakat dalam melaksanakan sertifikasi tanah dipengaruhi oleh
faktor ekonomi yaitu bahwa biaya untuk mensertifikatkan tanah milik petani tersebut mahal, sehingga masyarakat memilih untuk bersikap menunggu adanya pelaksanaan program pemerintah tentang pendaftaran tanah secara sistematik
melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) untuk mensertifikatkan tanah milik petani tersebut, masyarakat merasa perlu adanya transparansi biaya
pelayanan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat dan jangka waktu penyelesaian dalam pensertifikatan tanah petani tersebut.
B. Sikap petani terhadap Program Pembaruan Agraria Nasional di Daerah Penelitian
Sikap petani terhadap program PPAN yang disampaikan anggota BPN dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi
Sikap kelompok tani bisa berupa positif dan negatif. Untuk pernyataan
positif jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi Nilai 1, Tidak setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu-ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4 dan sangat setuju
(SS) diberi nilai 5. Demikian sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 5, tidak setuju (TS) diberi nilai 4, ragu-ragu (R) diberi nilai 3, setuju (S) diberi nilai 2 dan sangat setuju (SS) diberi nilai 1.
Dari jawaban setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap katagori kemudian secara komulatif dilihat deviasinya
menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing-masing-masing pernyataan dijumlahkan.
Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut kedalam skor standart, yang mana dalam hal ini
digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 7,92, sehingga apabila skor standart
>50, berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart ≤ 50, berarti mempunyai sikap negatif.
Tabel 7. Sikap Petani Terhadap Program PPAN.
No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Positif 17 56,67%
2 Negatif 13 43,33
JUMLAH 30 100
Sumber : Diolah dari Lampiran 7
Berdasarkan pada tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 sampel
dibandingkan dengan sampel yang menyatakan sikap negatif, yaitu 17 orang
(56,67%), sedangkan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 13 orang (43,33%). Petani yang menyatakan sikap positif tersebut disebabkan oleh
tanggapan petani yang merasa bahwa dengan adanya program PPAN tersebut, petani menjadi lebih mudah dalam hal pengurusan sertifikasi tanahnya.
Secara umum petani di daerah penelitian dapat menerima program PPAN
dengan sangat baik. Hal ini terjadi karena program PPAN tersebut dianggap penting bagi petani, yaitu para petani menjadi lebih memahami mengenai
pentingnya legalitas atau keabsahan dari sertifikasi tanah. Petani juga menjadi memahami bagaimana tata cara atau proses dalam melakukan proses legalisasi sertifikat tanah, sehingga mempermudah petani dalam melakukan sertifikasi tanah
petani tersebut.
Dengan adanya program PPAN ini, petani juga dapat mengetahui secara
jelas luas areal dari tanah petani tersebut beserta dengan batas-batasnya. Hal ini juga dapat mengurangi masalah petani mengenai sengketa tanah. Dengan sudah di legalisasinya sertifikasi tersebut tanah dapat mempermudah petani dalam
menjalain kerja sama dengan berbagai lembaga keuangan (BANK), karena petani sudah dapat menjaminkan sertifikat tanah tersebut.
C. Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Program PPAN
Karakteristik sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap petani
Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel ini, maka dianalisis dengan
alat uji korelasi Rank Spearman dengan nilai = 0,05.
a. Hubungan Antara Umur Petani dengan Sikap Petani
Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)
Umur petani adalah salah satu karakteristik yang berkaitan erat dengan respon
petani dalam melaksanakan kegiatan program PPAN. Umur dapat dijadikan indikator untuk menentukan petani dapat atau tidaknya menerima
program-program yang diberikan, termasuk program-program PPAN yang dilaksanakan oleh lembaga BPN.
Tabel 8. Hubungan antara Umur dengan Sikap Petani terhadap Program PPAN
No Umur Sikap Petani Total
Positif negatif
1 29 - 50 12 (40%) 12 (40%) 24 (80%)
2 >50 5 (16,67%) 1 (3,33%) 6 (20%)
Total 17 (56,67%) 13 (43,33%) 30 (100%)
Diolah dari lampiran 1 dan 7
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa hubungan umur petani dengan sikap
petani terhadap program PPAN, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kelompok umur produktif 29 – 50 tahun terdapat 12 orang (40%) yang bersikap positif, dan terdapat 12 orang (40%) yang bersikap negatif. Pada kelompok umur