• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah : Studi pada LKS berkah Madani Kelapa DUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah : Studi pada LKS berkah Madani Kelapa DUA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH

(Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)

Oleh :

Siti Nur Lailatul Mahmudah

NIM : 203046101762

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH

(Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh :

Siti Nur Lailatul Mahmudah

NIM : 203046101762

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. DR. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo, M.A Drs. Ahmad Yani, M.Ag.

NIP. 150 165 267 NIP. 150 269 678

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul FUNGSI JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH

(STUDI PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA), telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 23 Juni 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A. (...) NIP. 130 789 745

Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, M.Ag. (...) NIP. 150 269 678

Pembimbing I : Prof. DR. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, M.A.

(...)

NIP. 150 165 267

Pembimbing II : Drs. Ahmad Yani, M.Ag. (...) NIP. 150 269 678

Penguji I : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. (...) NIP. 150 318 308

(4)

ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟا

ِﻦﻤْﺣﱠﺮﻟا

ِﷲا

ِﻢْﺴِﺑ

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur pada Allah SWT yang senantiasa memberikan

petunjuk serta melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta yang Maha Kuasa

atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan penuh kesungguhan.

Skripsi yang berjudul ” Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada

LKS Berkah Madani Kelapa Dua” akhirnya dapat terselesaikan walaupun harus

dijalani dengan waktu yang sangat panjang dan telah menghabiskan biaya yang tidak

sedikit. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada tulisan ini. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis guna

menyempurnakan karya yang sederhana ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima-kasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

memberikan bimbingan, bantuan serta dukungan demi terselesaikannya skripsi ini.

Ucapan terima-kasih ditujukan kepada :

1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas

(5)

2. Ibu Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Jurusan dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif,

M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA selaku Koordinator Program Ekstensi

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaimah Tahido Yanggo MA selaku dosen pembimbing

skripsi I (pertama), dan Bapak Drs. Ahmad Yani M.Ag. selaku dosen

pembimbing skripsi II (kedua). Terima-kasih banyak untuk bimbingan serta

waktu yang telah diluangkan untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua Orang tua (Ahmad Sajadi dan Janatun) yang telah membesarkan,

mendidik, memberikan dukungan moral maupun materiil, fasilitas serta doa

sebanyak-banyaknya kepada penulis untuk menyelesaikan program strata 1 (S1),

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini dan juga, semoga semua

perjuangan ini dapat bermanfaat.

6. LKS Berkah Madani Kelapa Dua yang telah dengan suka cita menerima penulis

untuk melakukan studi. Bapak Zainal Zayadi, Bapak Arrison, Mbak Umai, Mbak

Anik, serta seluruh staf LKS Berkah Madani Kelapa Dua, terima-kasih atas

bantuannya.

7. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Indonesia,

(6)

8. Kakak (mba Amin & Bang Fikri) dan adik-adik (Hakim, Khootib, Endah, Jamil,

Malihah, Fadhil, Habibi, Imas, Khofifah & Zakiyah). Juga seluruh keluarga yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

9. Para sahabat seperjuangan, Anita C, Ayu Lisa, Andi K, M. Arif R (Babe) dan

juga seluruh teman Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10.Teman-teman KKS 2006.

11.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tak dapat

disebutkan satu-persatu.

12.Yang terakhir, sahabat dalam susah dan senang yang selalu direpotkan dalam

segala urusan. Terima-kasih banyak atas semangat, doa serta segala bantuannya.

Thx Jo.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang setimpal. Akhirul

kalam, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khazanah dalam bidang

muamalat.

Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1429 H 24 April 2008 M

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Permasalahan...

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

D. Tinjauan Pustaka ...

E. Metode Penelitian ...

F. Sistimatika Penulisan ...

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DALAM

PEMBIAYAAN MUDHARABAH

A. Jaminan ...

1....Pengertia

n Jaminan ...

2...Jaminan

Menurut KUH Perdata ...

3...Jaminan

(8)

4....Fungsi

Jaminan ...

B. Mudharabah ...

1....Pengertia

n dan Landasan Hukum Mudharabah ... 28

2....Rukun

dan Syarat Mudharabah ... 33

3....

Macam-Macam Mudharabah ... 35

4...Fasad /

Batalnya Mudharabah ... 36

BAB III PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA

A. Sejarah LKS Berkah Madani Kelapa Dua ... 38

B. Visi dan Misi LKS Berkah Madani Kelapa Dua... 39

C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua ... 40

D. Produk-produk dan Jasa LKS Berkah Madani Kelapa Dua.. 49

E. Arah perkembangan Usahanya LKS Berkah Madani Kelapa Dua. 53

F. Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah

Madani Kelapa Dua ... 55

G. Penerapan Jaminan dalam Akad Mudharabah pada LKS

(9)

BAB IV ANALISIS TENTANG JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA

A. Analisis Terhadap Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada LKS

Berkah Madani Kelapa Dua...

B. Analisis Terhadap Prosedur Pembiayaan Mudharabah pada LKS

Berkah Madani Kelapa Dua...

C. Analisis Hukum Islam Terhadap Fungsi Jaminan dalam

Pembiayaan Mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...

B. Saran-saran... 70

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak manusia mengenal hidup bergaul, timbullah suatu masalah yang harus

dipecahkan bersama-sama, yaitu bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan

hidup mereka masing-masing karena kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat

dipenuhi oleh dirinya sendiri. Semakin luas pergaulan mereka, bertambah kuatlah

ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu. Sesuai

dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang

selalu membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain.

Dalam ekonomi Islam, ketergantungan semacam ini terdapat dalam model

kerja-sama yang dikenal dengan musyarakah (syirkah) dan mudharabah. Dengan

adanya kerjasama semacam itu dapat diharapkan bahwa kebutuhan manusia dapat

terpenuhi. Seiring perkembangan zaman, manusia membuat lembaga formil untuk

melegalkan transaksi-transaksinya tersebut di mata hukum agar dapat

dipertanggung-jawabkan jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan

hukum yang berlaku. Lembaga tersebut adalah lembaga Keuangan, baik berupa

bank atau non bank.

Bank yang dalam konteks ekonomi sebagai sarana peredaran uang selalu

(11)

manusia tersebut. Sebab, di satu sisi, manusia memiliki kelebihan dana sehingga

dia menyimpan uangnya tersebut pada bank supaya aman. Di sisi lain, ada yang

tidak memiliki dana namun dia mempunyai tekad dan kemampuan untuk

berusaha demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah kiranya yang

memunculkan akad kerja-sama mudhârabah sehingga dana dapat tersalur dan

dapat mewujudkan kesejahteraan yang merata serta untuk memperoleh

keberkahan sesuai dalam hadis rasulullah SAW yaitu :

ْﻬ

ْ

,

لﺎ

ْ أ

ْ

:

ﷲا

ﷲا

لْﻮﺳر

لﺎ

ْ

ﺔآﺮ ا

ﻬْﻓ

ث ﺛ

ﺳو

,

أ

ﻰ ا

ْ ا

,

ﺮ ْا

ْ و

ﺔﺿرﺎ ْاو

ْ ْ

ْ ْ

ﺮْ ﺎ

.

)

اور

(

1

Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual". (H.R Ibnu Majjah)

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja-sama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyerahkan (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Mudharabah disebut juga

muqaradhah (qiradh). Qiradh berasal dari kata al qardhu, artinya pemilik

memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan yang mendapat keuntungan2.

1

Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, (Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975), h. 768

2

(12)

Ada hal menarik dalam perkembangannya mengenai pembiayaan

mudharabah ini. Dalam fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)3, pembiayaan

mudharabah adalah pembiayaan yang bersifat amanah (yad al-amanah).

Perjanjian ini merupakan perjanjian yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi

dan menjunjung tingkat keadilan antara kedua belah pihak. Karenanya

masing-masing pihak harus menjaga kepentingan bersama. Artinya, tidak diperkenankan

shahibul mâl memintakan jaminan kepada mudharib karena mudharib hanyalah

sebagai pengelola modal. Dalam literatur fikih pun tidak tercantum bahwa

jaminan sebagai salah satu syarat dari perjanjian tersebut.

Sedangkan dalam penjelasan pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Perbankan No.

10 tahun 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa "Dalam memberikan kredit

atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai

keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta

kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan

pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan". Untuk memperoleh

keyakinan tersebut, sebelum memberikan pembiayaan, bank syariah harus

melakukan penilaian dengan seksama terhadap 5 C (Character, Capital,

Capacity, Collateral dan Condition of Economi) dari nasabah (debitur). Di

samping itu bank juga harus memperhatikan hasil AMDAL (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan) skala besar bagi perusahaan besar dan berisiko besar.

3

(13)

Untuk mengurangi risiko pada kesanggupan serta kemampuan tersebut,

jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti

keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi

kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor yang harus

diperhatikan oleh bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Masih pada UU

Perbankan No.10 dalam pasal 1 mengenai ketentuan umum penjelasan no. 23

yaitu : "Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur

kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah". Hal ini menjelaskan bahwa jaminan harus pula

disertakan dalam bentuk agunan.

Jelas terlihat bahwa dalam literatur fikih dan dalam fatwa MUI, jaminan

dalam pembiayaan mudharabah adalah tidak diperlukan. Sedangkan dalam

ketentuan UU Perbankan yang telah tersebutkan di atas, jaminan merupakan salah

satu hal yang perlu diperhatikan oleh bank / lembaga keuangan syariah mengingat

dana masyarakat yang harus dilindungi agar jangan sampai merugikan

masyarakat selaku nasabah, maupun pihak bank / lembaga keuangan syariah

sendiri. Padahal, menurut pengertian mudharabah di atas, dapat tergambar bahwa

mudharib adalah pihak yang tidak mempunyai uang sehingga dia memohon

kepada orang lain untuk memberikan modal dengan catatan pengembalian modal

dan pembagian keuntungan jika ada keuntungan.

Kemudian menjadi hal yang menarik untuk melihat apakah lembaga

(14)

(selanjutnya disebut LKS Berkah Madani), telah menerapkan prinsip syariah

secara murni dalam praktik muamalah di lapangan, terutama terhadap jaminan

dalam pembiayaan mudharabah. Sebab menurut penulis, akad mudharabah

merupakan akad yang paling cocok untuk diterapkan di Indonesia jika sesuai

dengan prinsip syariah mengingat Indonesia masih membutuhkan dana untuk

mengembangkan perekonomian yang terbentur pada masalah modal (dana).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membahas masalah tersebut

dalam skripsi yang berjudul "Fungsi Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)".

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan mengenai hal-hal sebagai berikut:

a) Pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS Berkah Madani Kelapa

Dua

b) Fungsi jaminan yang diterapkan pada pembiayaan mudharabah LKS

Berkah Madani Kelapa Dua

c) Analisis hukum Islam terhadap jaminan dalam pembiayaan mudharabah

2. Dari pembatasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa

pokok-pokok permasalahan yang dibahas adalah sebagai berikut :

a) Bagaimana konsep pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh LKS

(15)

b) Bagaimana fungsi jaminan yang diterapkan dalam pembiayaan

mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua?

c) Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jaminan dalam pembiayaan

mudharabah pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mengenai

konsep pembiayaan mudharabah dan mengenai fungsi dari jaminan yang

disertakan dalam pembiayaan mudharabah oleh Berkah Madani Kelapa Dua,

serta untuk mendapatkan informasi tentang pandangan hukum Islam terhadap

fungsi jaminan dalam pembiayaan mudharabah.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara

lain :

a) Bagi peneliti adalah untuk memperbanyak wawasan mengenai konsep

pembiayaan mudahrabah, khususnya mengenai fungsi jaminan pada

pembiayaan mudharabah.

b) Untuk lembaga keuangan syariah, agar dapat mengetahui bagaimana

menurut hukum Islam mengenai jaminan dalam pembiayaan mudharabah.

c) Bagi masyarakat luas, dapat menjadi bahan rujukan ketika hendak

melakukan perjanjian kerja-sama berupa mudharabah dan diminta untuk

(16)

telah mengerti maksud dari penyertaan jaminan.

D. Tinjauan Pustaka

Setelah membuka daftar skripsi tahun sebelumnya maka dapat disimpulkan

bahwa belum ada skripsi sebelumnya yang membahas mengenai fungsi jaminan

dalam pembiayaan mudharabah. Skripsi sebelumnya yang membahas mengenai

jaminan dan telah terdaftar dalam pustaka skripsi UIN Syarif Hidayatullah adalah:

1. Aplikasi kegiatan penjaminan dalam bidang perbankan dilihat dari prinsip

konvensional dan syariah. Oleh Anifa, 2002. (Skripsi tidak dapat

diperlihatkan oleh perpustakaan fakultas Syariah dan Hukum.)

2. Penjaminan barang gadai dalam perspektif Islam dan aplikasinya pada bank

syariah (Studi kasus pada BNI Syariah), oleh Livia, 201046100855, 2005.

Gadai dalam perbankan syariah ditetapkan dalam 2 produk perbankan yaitu

sebagai produk pelengkap dan produk pinjaman atau produk tersendiri.

Mekanisme rahn dalam perbankan adalah nasabah yang menyerahkan barang

kepada bank untuk ditaksir. Apabila nasabah setuju, maka akad terjadi dan

nasabah akan mendapatkan pinjaman yang dibutuhkan dan setelah jatuh

tempo, nasabah harus melunasi pinjaman tersebut.

Pembahasan dalam skripsi ini lebih ditekankan pada bagaimana pandangan

hukum Islam mengenai penyertaan jaminan dalam pembiayaan mudharabah.

E. Metode Penelitian

(17)

Metode yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah

menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu peneliti menggambarkan

permasalahan yang didasari pada data yang ada kemudian diambil

[image:17.612.113.531.247.539.2]

kesimpulan.4 Jadi, dalam penelitian ini penulis hendak mendapatkan

gambaran mengenai jaminan yang diterapkan dalam pembiayaan mudharabah

pada Berkah Madani dan kemudian diambil kesimpulan..

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan (LibraryResearch)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode library research,

yaitu studi buku-buku di perpustakaan dengan pengumpulan data dari

buku-buku yang relevan dengan studi ini. Dan juga dilakukan dengan cara

mengumpulkan data berdasarkan laporan yang terkait dengan masalah

penelitian ini.

b) Studi Lapangan (FieldResearch)

Penelitian lapangan adalah untuk memperoleh data yang valid, penulis

terjun langsung ke lapangan atau ke lokasi penelitian yaitu LKS Berkah

Madani Kelapa Dua. Penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh

informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

4

(18)

tentang fungsi jaminan pada pembiayaan mudharabah. Pelaksanaannya

dilakukan terhadap orang yang mengetahui banyak tentang jaminan.

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang

dikeluarkan oleh fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistimatika Penulisan

Sistimatika penulisan dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan secara

sistimatis bab per bab yang erat kaitannya antara bab satu dengan bab yang

lainnya karena merupakan sebuah satu rangkaian. Skripsi ini terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistimatika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Bab ini membahas tentang pengertian jaminan, jaminan pada umumnya,

jaminan menurut hukum Islam, fungsi jaminan, pengertian dan landasan hukum

mudharabah, rukun dan syarat akad mudharabah, macam-macam mudharabah dan

fasad / batalnya akad mudharabah.

BAB III PROFIL MENGENAI LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA

Bab ini berisi tentang sejarah LKS Berkah Madani, visi dan misi, struktur

(19)

prosedur pembiayaan mudharabah pada LKS Berkah Madani dan penerapan

jaminan dalam akad mudharabah.

BAB IV ANALISIS TENTANG JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA

Dalam bab ini membahas tentang analisis terhadap penerapan jaminan dalam

akad mudharabah, analisis terhadap prosedur pembiayaan pada LKS Berkah

Madani, dan analisis hukum Islam terhadap fungsi jaminan dalam pembiayaan

mudharabah

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari penelitian

dan saran-saran yang dapat dianggap perlu bagi Berkah Madani dan juga untuk

(20)

BAB II

LANDASAN TEORITIS TENTANG JAMINAN DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

A. Jaminan

1. Pengertian Jaminan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, jaminan berasal dari kata jamin

yang artinya adalah menanggung. Jaminan adalah tanggungan atas pinjaman

yang diterima (borg) atau garansi atau janji seseorang untuk menanggung

utang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi5.

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu

zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara

kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya di samping pertanggung-jawaban

umum debitur terhadap barang-barangnya6.

Di dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional yang

diselenggarakan di Yogyakarta dari tanggal 20 s.d 30 Juli 1977 disimpulkan

pengertian jaminan, Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan hukum7.

Pengertian ini senada dengan pengertian jaminan menurut Hartono

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), h. 348

6

Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada) ,ed I cet1, h. 21

7

(21)

Hadisoeprapto bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur

untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban

yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan8.

Menurut M. Bahsan, jaminan adalah segala sesuatu yang diterima

kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam

masyarakat9.

Pengertian lain tentang jaminan adalah : Suatu perikatan antara kreditur

dengan debitur dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk

pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku

apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si

debitur10.

Hasanuddin Rahman menyebutkan bahwa jaminan adalah tanggungan

yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur karena

pihak kreditur mempunyai kepentingan bahwa debitur harus memenuhi

kewajibannya dalam suatu perikatan11.

Menurut penulis, jaminan adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang

penerima dana (debitur) kepada orang yang mengucurkan dana (kreditur)

yang dapat dijadikan keyakinan oleh kreditur pada saat dalam masa perjanjian

pembiayaan, dan dapat digunakan sebagai salah satu penyelesaian

8

Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22 9

Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 22 10

Gatot Supramono, Perbankan dan Permasalahan Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta, Djambatan, 1996) h. 75

11

(22)

pembiayaan apabila suatu saat debitur tidak dapat mengembalikan pinjaman /

dana.

2. Jaminan Menurut KUH Perdata

Di Indonesia, telah diatur mengenai hukum jaminan. Pengaturan

hukum positif tentang jaminan terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUH Perdata) Pasal 1150-1161,

Jaminan merupakan perjanjian yang bersifat accesoir yaitu perjanjian

yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian pokok12. Perjanjian

pokok dari jaminan adalah perjanjian pemberian kredit atau pembiayaan.

Jaminan terbagi menjadi dua jenis13, yaitu :

a. Jaminan Materiil (Kebendaan)

Jaminan materiil adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu

benda yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas

benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti

bendanya (droit de suit) dan dapat diperalihkan.

Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam,

yakni gadai, hak tanggungan, jaminan fidusia dan hipotek.

b. Jaminan Immateriil (Perorangan)

12

Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, h. 30 13

(23)

Jaminan immateriil adalah jaminan yang menimbulkan hubungan

langsung pada perseorangan tertentu, dapat dipertahankan terhadap

debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

Yang termasuk jaminan perorangan adalah borg (penanggung adalah

orang lain yang dapat ditagih), tanggung-menanggung dan perjanjian

garansi.

3. Jaminan Menurut Hukum Islam

Jaminan dalam hukum Islam dikenal dengan Adh-Dhamân. Perkataan

dhamân” itu keluar dari masdar dhimmu yang berarti menghendaki untuk

ditanggung. Dhamân menurut pengertian etimologis atau lughat ialah

menjamin atau menyanggupi apa yang ada dalam tanggungan orang lain.

Yang semakna dengan dhamân adalah kata kafalah. Dalam kamus istilah fiqih

disebutkan pengertian dhamaan adalah jaminan utang atau dalam hal lain

menghadirkan seseorang atau barang ke tempat tertentu untuk diminta

pertanggung-jawabannya atau sebagai barang jaminan14.

Menurut M. Hasan Ali, Dhamân adalah menjamin (menanggung) untuk

membayar hutang, menggadaikan barang atau menghadirkan orang pada

tempat yang telah ditentukan15.

Para Ulama Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) menjelaskan bahwa

dhamân ialah menyanggupi hak yang telah tetap atau bakal tetap atas orang

14

M. Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2002), cet 3, h. 59 15

(24)

lain beserta hak tersebut masih tetap pada orang yang dijamin atau

menyanggupi untuk mendatangkan orang yang memilkul suatu hak.16

Imam Mawardi (Mazhab Syafi'i) mengatakan, bahwa dhamân dalam

pendaya-gunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diyat (denda),

jaminan terhadap kekayaan, terhadap jiwa dan jaminan terhadap beberapa

perserikatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat17.

Rukun dan syarat jaminan adalah 18:

a. Dhaman (yang menjamin) disyaratkan ahli mengendalikan hartanya

(baligh berakal)

b. Madhmun 'anhu (orang yang dijamin) disyaratkan terlepas dari hutang

yang akan dibayarnya

c. Madhmunlah (penerima jaminan) disyaratkan dikenal betul-betul oleh

yang menjamin

d. Malmadhmun (harta yang dijamin) disyaratkan banyaknya dan tetap

e. Sighat (ijab kabul) disyaratkan dengan lafal yang menunjukkan jaminan

seperti "Aku jamin piutangmu atas si anu sebanyak sekian"

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa jaminan berbentuk gadai

(rahn) dan kafalah. Berikut penjelasan mengenai bentuk-bentuk jaminan:

1) Gadai (Rahn)

16

Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, ( Semarang, CV. Asy-Syifa, 1994) h. 376

17

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, h. 260 18

(25)

Secara harfiah, rahn berarti tsubut dan dawam yaitu tetap dan lestari.

Secara syara', rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diberikan

sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai

tebusan19. Para pengikut Mazhab Syafi'i, mendefinisikan bahwa rahn

adalah menjadikan nilai jaminan sebagai ganti utang tatkala tidak bisa

melunasinya.

Pengikut Mazhab Hambali mendefinisikan bahwa rahn adalah barang

yang dijadikan jaminan utang, dimana harga barang itu sebagai ganti

utang ketika tidak sanggup melunasinya.

Mazhab Maliki mendefinisikan bahwa rahn adalah sesuatu yang bisa

dibendakan/ diwujudkan harta yang diambil dari pemiliknya sebagai

jaminan untuk utang yang harus dibayar.

Imam Abu Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya Fathul Wahab

mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda

sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu

bila utang tidak dibayar20.

Menurut hemat penulis, rahn adalah sesuatu yang memiliki bentuk

dan nilai/ harga yang dimiliki oleh seseorang dan dapat dijadikan sumber

kepercayaan untuk suatu perjanjian kerja-sama atau utang piutang.

19

Muhammad Firdaus NH, dkk, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta, Renaisans, 2005), cet 1, h.16

20

(26)

Landasan hukum rahn adalah :

a) Al Qur'an

Al-Qur'an menurut bahasa berarti bacaan dan menurut istilah ushul

fiqh al-Qur'an berarti " Kalam (perkataan) Allah yang diturunkan-Nya

dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW

dengan bahasa arab serta dianggap beribadah bagi yang

membacanya"21.

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 283 :

Artinya : " Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai/ sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis , maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya itu) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang

21

(27)

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

b) Al-Hadis

Pada prinsipnya, yang dimaksud dengan hadis adalah segala

sesuatu yang dirujuk / disandar kepada nabi, baik berupa perkataan,

perbuatan maupun ketetapannya22.

ﺔ ﺋﺎ

ْ

داﻮْﺳ

ﻷا

ْ

ْهاﺮْا

ْ

شﺎ ْ ﻷا

ْ

ىﺮ ْ ا

ﺳو

ْ

ﷲا

ا

نا

ﺎﻬْ

ﷲا

ﺿر

رد

هرو

ا

ﻰ ا

ﺎ ﺎ

يدْﻮﻬ

ْ

)

اور

يرﺎ ا

(

.

23

Artinya : "Dari A’masy, dari Ibrahim, dari Aswad, Dari 'Aisyah r.a bahwa Nabi Muhammad SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan cara berjanji, dan digadaikannya sehelai baju besi." (H.R. Bukhari dan Muslim)

c) Ijma'

Kata ijma' secara bahasa berarti "Kebulatan tekad terhadap

sesuatu persoalan" atau "Kesepakatan tentang suatu masalah".

Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan 'Abdul Karim Zaidan

adalah "Kesepakatan para mujahid di kalangan umat Islam tentang

hukum syara' pada satu masa setelah Rasulullah wafat"24.

Para Ulama sepakat membolehkan akad rahn.

22

Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h.71 23

Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, (Beirut, Darul Fikr, 1994), h.154

24

(28)

d) Kaidah Fiqih

ْ ﻷا

ﺔ ﺎ ا

ت ﺎ ا

ْ ﻓ

ْ د

لﺪ

ْنأ

ا

ﺎﻬ ْﺮْ

Artinya : " Pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya."

Rukun rahn25:

a) Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang) dan murtahin

(yang menerima barang)

b) Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) dan marhun bih

(pembiayaan)

c) Shighat, yaitu ijab dan qabul

Syarat sah gadai (rahn)26 :

a) Berakal

b) Baligh

c) Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad

sekalipun tidak satu jenis.

d) Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian

(murtahin) atau wakilnya.

Berakhirnya akad rahn :

a) Penyerahan marhun kepada pemiliknya.dengan penyerahan itu

25

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta, Djambatan, 2003) cet 2, edisi revisi, h. 209

26

(29)

menurut jumhur selain Syafi’iyah akad akan berakhir karena ia adalah

penguat atas utang, kalau diserahkan maka tidak ada lagi penguat dan

berakhirlah gadai.

b) Pelunasan utang semuanya

c) Menjual secara paksa yang dilakukan rahin dengan perintah qadhi

atau dilakukan qadhi (hakim) kalau rahin enggan.

d) Pembebasan hutang dengan apapun sebabnya

e) Pembatalan gadai oleh murtahin

f) Malikiyah mengatakan gadai batal sebelum dipegangnya (marhun)

dengan meninggalnya rahin atau bangkrutnya, atau adanya tuntutan

dari para pemberi utang untuk melunasi, atau ada tuntutan hakim agar

dia dilarang bertransaksi atau dengan sakit atau gila yang membawa

kepada kematiannya.

g) Kesepakatan Fuqoha bahwa gadai berakhir karena matinya rahin

h) Adanya transaksi lain atas marhun seperti ijarah, hibah atau sedekah.27

2) Kafalah

Dalam pengertian bahasa kafalah berarti adh-dhammu

(menggabungkan). Menurut pengertian syara', kafalah adalah proses

penggabungan tanggungan kafîl (orang yang berkewajiban melakukan

makful bihi (yang ditanggung)) menjadi tanggungan ashîl (orang yang

27

(30)

berhutang) dalam tuntutan/permintaan dengan materi sama atau hutang,

atau barang, atau pekerjaan28.

Menurut Ulama Mazhab Hanafi (Al-Hanafiyah) menerangkan

definisi dhamân atau kafalah adalah mengumpulkan suatu tanggungan

kepada tanggungan yang lain dalam hal menagih atau menuntut diri atau

hutang atau benda29.

Menurut Ulama Mazhab Maliki (Al-Malikiyah) menerangkan bahwa

dhamân, kafalah dan hamalah adalah lafaz-lafaz sinonim atau semakna

yaitu pemilik suatu hak memfungsikan tanggungan orang yang menjamin

dengan tanggungan orang yang dijamin, baik fungsi tanggungan itu

bergantung kepada sesuatu atau tidak tergantung kepadanya30.

Para Ulama Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) menjelaskan bahwa

dhamân ialah menyanggupi hak yang telah tetap atau bakal tetap atas

orang-lain beserta hak tersebut masih tetap pada orang yang dijamin atau

menyanggupi untuk mendatangkan orang yang memikul suatu hak31.

Ulama Mazhab Syafi’I menerangkan dhamân menurut pengertian

syara’ ialah perjanjian yang menetapkan kesanggupan untuk menjamin

28

Sabiq, Fikih Sunnah 13, h. 157 29

Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h.371 30

Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 371 31

(31)

hak yang tetap dalam tanggungan orang lain, atau mendatangkan barang

yang dijamin atau mendatangkan diri orang yang berhak didatangkan32.

Lebih jelasnya, kafalah (guaranty) adalah jaminan, beban atau

tanggungan yang diberikan oleh penanggung (kâfil) kepada pihak ketiga

untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful).

Atas jasanya penjamin dapat meminta imbalan tertentu dari orang yang

dijamin.

Praktik kafalah dalam perbankan syariah sama halnya seperti garansi

bank (bank guarantee) pada perbankan konvensional.

Landasan hukum kafalah adalah :

a) Al-Qur'an

Al-Qur'an surat Yusuf ayat 72:

Artinya : "Penyeru-penyeru itu berkata : "kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya."

b) Al-Hadis

Hadits Nabi riwayat Bukhari :

32

(32)

أ

ﺳو

ْ

ﷲا

ا

نأ

عﻮْآﻷا

ْ

ﺔ ﺳ

ْ

ﺎﻬْ

ةزﺎ

,

لﺎ ﻓ

:

ْﻮ ﺎ

؟ ْد

ْ

ْ

ْ ه

:

,

ْ

ﻰ ﻓ

.

ىﺮْ أ

ةزﺎ

أ

,

لﺎ ﻓ

:

ْ

ْ ه

د

ْ

ْﻮ ﺎ

؟ ْ

:

ْ

.

لﺎ

:

ْ ﻜ ﺎ

اْﻮ

.

لﺎ

:

ْﻮ

أ

ةﺪ

:

ﷲا

لْﻮﺳرﺎ

ْد

,

ْ

ﻰ ﻓ

33 .

Artinya: " Dari Salamah bin Akwa', " Telah dihadapkan kepada

Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk

dishalatkan. Rasulullah SAW bertanya, 'Apakah ia mempunyai hutang?' Sahabat menjawab 'Tidak'. Maka, beliau menshalatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah SAW pun bertanya, 'Apakah ia mempunyai hutang?' Sahabat menjawab 'Ya'. Rasulullah SAW berkata 'Shalatkanlah temanmu itu' (beliau sendiri tidak mau menshalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, 'Saya menjamin hutangnya ya Rasulullah'. Maka Rasulullahpun menshalatkan jenazah tersebut."(HR. Bukhari dari Salamah bin Akwa')

c) Kaidah Fiqh

ْ ﻷا

ﺔ ﺎ ا

ت ﺎ ا

ْ ﻓ

ْ د

لﺪ

ْنأ

ا

ﺎﻬ ْﺮْ

Artinya : “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

Rukun dan syarat kafalah34 :

a) Kafil, yaitu orang yang menjamin. Disyaratkan mampu untuk

melunasi makfulbih

33

Imam Abi Abdilah Muhammad Bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardazbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Al Bukhari Juz III, Jilid II, h. 57

34

(33)

b) Makful lahu, yaitu orang yang berpiutang. Disyaratkan jelas, dapat

hadir pada waktu akad, berakal sehat.

c) Makful’anhu atau Ashîl, yaitu oaring yang berutang. Disyaratkan

mempunyai kemampuan untuk untuk menyerahkan utang tersebut,

baik ia sendiri yang menyerahkannya maupun wakilnya.

d) Makful bih adalah utang, barang atau orang (jiwa) yang

dipertanggung-jawabkan.

e) Lafadz atau ucapan ijab dan qabul.

B. Fungsi Jaminan

Jaminan memiliki fungsi antara lain :

1. Menjamin agar debitor berperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya

dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau

sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil35.

2. Memberikan dorongan kepada debitor untuk memenuhi janjinya, khususnya

mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah

disetujui agar debitor dan pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan

kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank36.

3. Memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak lembaga keuangan

35

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), cet 2, h. 286

36

(34)

bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan

kredit.

4. Memberikan hak dan kekuasaan kepada lembaga keuangan untuk

mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitor melakukan cidera janji,

yaitu untuk pengembalian dana yang telah dikeluarkan oleh debitor pada

waktu yang telah ditentukan.

C. Mudhârabah

1. Pengertian dan Landasan Hukum Mudhârabah

Perkataan mudharabah adalah dikeluarkan dari bentuk masdar

adh-dharbu, yang artinya pergi. Tentang ma'na ini Allah telah berfirman dalam

Surat Al-Muzammil Ayat 20 :

(35)

Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Mudharib berarti orang yang berjalan dimuka bumi untuk mencari atau

mendapatkan karunia Allah.37

Mudhârabah menurut pengertian etimologis (bahasa) ialah suatu

pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang yang memberikan

modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian

37

(36)

keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjiannya, sedang

kerugian ditanggung oleh pemilik modal38.

Menurut Ulama Mazhab Hanafi (Al-Hanafiyah) adalah perjanjian

kerja-sama perniagaan dengan melihat tujuan para pelakunya adalah merupakan

persekutuan dalam memperoleh keuntungan39.

Menurut Mazhab Maliki (Al-Malikiyah) mudharabah atau qiradh

menurut syara’ ialah akad perjanjian mewakilkan dari pihak pemilik modal

kepada lainnya untuk meniagakannya secara khusus pada emas dan perak

yang telah dicetak dengan cetakan yang sah untuk tukar menukar kebutuhan

hidup40.

Menurut Mazhab Hambali (Al-Hanabilah) mudharabah atau kerja-sama

perniagaan adalah suatu pernyataan tentang pemilik modal menyerahkan

sejumlah modal tertentu dari hartanya kepada orang yang meniagakannya

dengan imbalan bagian tertentu dari keuntungannya41.

Ulama penganut Mazhab Syafi’I menerangkan kerjasama perniagaan

atau mudharabah atau qiradh adalah suatu perjanjian kerjasama yang

dikehendaki agar seseorang menyerahkan modal kepada orang lain agar ia

38

Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV, h. 66 39

Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV h. 67 40

Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h.73 41

(37)

melakukan niaga dengannya dan masing-masing pihak akan memperoleh

keuntungan dengan beberapa persyaratan yang ditentukan42.

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul mâl) menyediakan seluruh (100%)

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan

usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam

kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan

akibat kelalaian si pengelola, tetapi seandainya kerugian diakibatkan karena

kecurangan atau kelalaian si pengelolan maka si pengelola harus

bertanggung-jawab atas kerugian43.

Landasan hukum mudharabah :

a) Al-Qur'an

Hukum mudharabah berlandaskan pada QS. Al-Jumu’ah ayat 10 :

Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

b) Al-Hadis

42

Al-Jaziri, Fiqih Empat Mazhab jilid IV , h. 84 43

(38)

Hukum mudharabah berlandaskan pada hadis :

ْﻬ

ْ

,

لﺎ

ْ أ

ْ

:

ر

لﺎ

ﷲا

ﷲا

لْﻮﺳ

ﺔآﺮ ا

ﻬْﻓ

ث ﺛ

ﺳو

ْ

,

أ

ﻰ ا

ْ ا

,

ﺔﺿرﺎ ْاو

ْ ْ

ْ ْ

ﺮْ ﺎ

ﺮ ْا

ْ و

).

اور

(

44

Artinya : Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual". (H.R Ibnu Majah).

Keberkahan yang terkandung dalam melepas orang berdagang ialah

karena telah membukakan jalan bagi orang yang hidupnya kekurangan

untuk berusaha secara halal sehingga ia dapat dengan cara lebih baik dan

sesuai dengan tuntunan agama45.

c) Ijma'

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,

mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun

mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma'.

d) Qiyas

Qiyas (analogi) menurut bahasa berarti "Mengukur sesuatu dengan

sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya".

Menurut istilah ushul fiqh, seperti dikemukakan oleh Wahbah

44

Al-Hafidzi Abi Abdullah Muhammad Ibnu Yazid Al-Qozwilni Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz III dalam Kitab Tijarah, (Libanon, Darul Ihya Al-Turats, 1975), h. 768

45

(39)

Zhuhaili adalah : menghubungkan (menyamakan hukum) sesuatu yang

tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan

hukumnya karena ada persamaan 'illat antara keduanya46.

Adapun qiyas mudhârabah disamakan dengan musaqah (mengambil

upah dari menyiram tanaman).47

2. Rukun dan Syarat Mudhârabah

Rukun Mudhârabah adalah 48:

a) Pihak yang berakad

1) Pemilik modal (shahibulmâl)

2) Pengelola modal (mudharib)

b) Objek yang diakadkan

1) Modal (mâl)

2) Kerja

3) Keuntungan

c) Sighat

1) Serah (ijab)

2) Terima (qobul)

Syarat mudharabah49 :

a) Pihak yang berakad (shahibul mâl dan mudharabah)

46

Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Suatu Pengantar), h. 130 47

Wahbah Zuhaili, Kapita Selekta Al-fiqhu Al-islam wa Adillatuhu, h. 5/ 40 48

Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah , h.63

49

(40)

Keduanya harus memiliki kemampuan untuk mewakili dan

mewakilkan. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi

haruslah orenag yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat

sebagai wakil, karena pada satu posisi orang yang akan mengelola

modal adalah wakil dari pemilik modal, itulah sebabnya, syarat-syarat

seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad

mudharabah50.

b) Objek yang diakadkan adalah modal, kerja dan keuntungan.

i. Harus dijelaskan besaran modal yang disetorkan kepada mudharib,

jumlah dan mata uangnya.

Yang terkait dengan modal, disyaratkan jelas jumlahnya, Tunai

(Tidak boleh berbentuk hutang), dan diserahkan sepenuhnya

kepada pedagang/ pengelola modal.

ii. Jangka waktu pengelolaan modal.

iii. Jenis pekerjaan yang dimudharabahkan.

iv. Proporsi pembagian keuntungan. Yang terkait dengan keuntungan,

disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian

masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang itu seperti

setengah, sepertiga atau seperempat51. Apabila pembagian

keuntungan tidak jelas, menurut Ulama Hanafiyah akad itu fasid

50

Nasroen Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000) cet 1, h. 178 51

(41)

(rusak). Demikian juga halnya apabila pemilik modal

mensyaratkan bahwa kerugian ditanggung bersama, menurut

Ulama Hanafiyah, syarat seperti ini batal dan kerugian ditanggung

sendiri oleh pemilik modal.

c) Sighat

i. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.

ii. Antara ijab dan qobul harus selaras baik dalam modal, kerja,

maupun penentuan nisbah.

iii. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan

keabsahan transaksi pada hal/ kejadian yang akan datang.

3. Macam-Macam Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu 52:

a) Mudharabah Muthlaqah

Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah

bentuk kerjasama antara shahibul mâl dan mudharib yang cakupannya

sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan

daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqh ulama salaf Ash-Shalih, seringkali

dicontohkan dengan ungkapan If'al ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari

shahibulmal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

b) Mudharabah Muqayyadah

52

(42)

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted

mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah

muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau

daerah usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan

kecenderungan umum si shahibulmâl dalam memasuki dunia usaha.

4. Fasad / Batalnya Mudharabah :

Para Ulama Fiqh menyatakan bahwa akad mudharabah dinyatakan

batal dalam hal-hal sebagai berikut53 :

a) Masing-masing pihak menyatakan akad batal atau pekerja dilarang untuk

bertindak hukum terhadap modal yang diberikan atau pemilik modal

menarik modalnya.

b) Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jika pemilik modal yang

wafat, menurut Jumhur Ulama, akad itu batal, karena akad mudharabah

sama dengan akad wakalah (perwakilan) yang gugur disebabkan wafatnya

orang yang diwakilkan. Di samping itu, jumhur Ulama berpendapat bahwa

akad mudharabah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, Ulama Malikiyah

berpendapat bahwa jika salah seorang yang berakad meninggal dunia,

akadnya tidak batal, tetapi dilanjutkan oleh ahli warisnya, menurut mereka

akad mudharabah boleh diwariskan.

c) Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum.

Seperti gila. Karena orang gila tidak cakap lagi bertindak hukum.

53

(43)

d) Jika pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam) menurut Imam Abu

Hanifah, akad mudharabah batal.

e) Modal habis di tangan pemilik modal sebelum dikelola oleh pekerja.

Demikian juga halnya, mudharabah batal apabila modal itu dibelanjakan

oleh pemilik modal sehingga tidak ada lagi yang boleh dikelola oleh

pekerja.

f) Keuntungan dimiliki oleh pemilik harta, dan apabila pemodal

mensyaratkan kerugian ditanggung oleh pelaksana.54

Dengan demikian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa akad

mudharabah dapat menjadi batal apabila dalam proses perjalanan mudharabah

itu salah satu pihak mengingkari atau tutup usia, atau karena tidak cakap

melaksanakan akad tersebut dan atau pemilik mensyaratkan keuntungan dari

dimiliki oleh pemilik harta dan jika terdapat kerugian ditanggung oleh

pelaksana.

54

(44)

BAB III

PROFIL LKS BERKAH MADANI KELAPA DUA

A. Sejarah LKS Berkah Madani

Krisisi ekonomi yang berkepanjangan merupakan buah dari kesalahan

kebijakan pemerintah di bidang ekonomi pada masa lalu. Ketidak-berpihakan

terhadap ekonomi kerakyatan menimbulkan ketidak-adilan dan semakin

memperlebar jurang kesenjangan sosial dan ekonomi di tengah masyarakat.

Sistem ekonomi ribawi semakin menambah jauh turunnya keberkahan yang

dijanjikan Allah SWT kepada masyarakat yang bertakwa kepada-Nya.

Menghadapi kondisi tersebut, pada tanggal 19 Oktober 2004, pada bulan

suci Ramadhan 1425 H, 34 orang professional muda yang memiliki visi untuk

mewujudkan lembaga keuangan mikro yang berbasis masyarakat dengan sistem

syariah yang bernama Lembaga Keuangan Syariah Berkah Madani. Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) Berkah Madani berbadan hukum Koperasi Jasa

Keuangan Syariah yang disahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi dan UKM

Nomor 486/BH/MENEG.I/V/2006.

Operasional LKS Berkah Madani dimulai tepat pada tanggal 10 Februari

(45)

38.000.000,00 (Tiga Puluh Delapan Juta Rupiah)55. LKS Berkah Madani

berlokasi di Jl. Akses UI No. 44 Kelapa Dua Depok.

DPK (Dana Pihak Ketiga) LKS Berkah Madani per Desember 2006 tercatat

Rp. 809 juta (delapan ratus sembilan juta rupiah) dari Rp.721 juta (tujuh ratus dua

puluh satu juta). Sedangkan pembiayaan per Desember 2006 meningkat menjadi

Rp.1.77 miliar (satu miliar tujuh ratus tujuh puluh juta rupiah) dari Rp. 1,5 miliar

(satu miliar lima ratus juta rupiah)56.

Pada tahun 2007, total pembiayaan meningkat menjadi Rp. 1.996.707.620,-.

Pembiayaan yang disalurkan adalah untuk pembiayaan murabahah sebesar 52%,

pembiayaan mudharabah sebesar 40,95%, ijarah (sewa) 4,52 % dan Qardh

sebesar 1,97%57.

B. Visi dan Misi LKS Berkah Madani

Visi LKS Berkah Madani adalah " Menjadi Lembaga Keuangan Syariah

yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam memberikan solusi yang

bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan

dengan berlandaskan prinsip-prinsip fathanah, amanah, shiddiq dan tabligh".

Misi LKS Berkah Madani adalah:

1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun

non-finansial.

55

"Berangkat dari Nol, Aset BMT Berkah Madani melonjak tajam", Artikel diakses pada 19 September 2007, http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=260112&kat_id=256

56

"BMT Kembangkan Bisnis Makanan Dan Sembako", Artikel diakses pada 30 Oktober 2007, http://.bmt.berkahmadani .com/index_files/page1090.htm

57

(46)

2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktifitas

masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.

3. Menjadi LKS yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan

usaha nasabahnya.

4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder

melalui pelayanan terbaik kepada shareholder58.

C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani

Struktur organisasi adalah suatu gambaran secara skematis tentang

hubungan kerja-sama orang-orang yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka

usaha mencapai suatua tujuan. Tujuan struktur orgenisasi adalah untuk

mempermudah dalam melaksanakan tugas, membagi suatu kegiatan-kegiatan

kerja besar menjadi kegiatan-kerja yang lebih kecil. Di samping itu juga untuk

mempermudah pimpinan dalam melaksanakan tugas pengawasan.

Adapun struktur organisasi LKS Berkah Madani adalah sebagai berikut :

1. Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Rapat Anggota Tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi

dalam LKS yang berbadan hukum koperasi, sehingga seluruh anggota

memiliki hak yang sama untuk meminta keterangan dan pertanggung-jawaban

dari Badan Pengurus dan Badan Pengawas mengenai pengelolaan LKS.

58

(47)

Pelaksanaan rapat anggota dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun

sekali59. Rapat anggota akan membahas dan menetapkan antara lain :

a) Anggaran dasar

b) Kebijakan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha LKS

c) Pemilihan dan pemberhentian pengurus dan pengawas

d) Rencana kerja dan anggaran LKS

e) Pengesahan laporan

f) Pengesahan, pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya

g) Pembagian sisa hasil usaha

h) Penggabungan dan peleburan pembagian dan pembubaran LKS

2. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Dewan ini wajib untuk diadakan dan dioperasionalkan untuk lembaga

keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Anggota

DPS harus terdiri dari para ahli di bidang Syariah muamalah yang didukung

oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang operasional Lembaga

Keuangan Syariah60. Secara umum tugas dan tanggung-jawab dari DPS

adalah:

a) Mengawasi kegiatan usaha LKS agar tidak menyimpang dari ketentuan

dan prinsip-prinsip Syariah

b) Memberikan nasihat dan saran kepada pengurus, pengelola dan pengawas

59

Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 60

(48)

keuangan yang berkaitan dengan aspek Syariah

c) Menelaah aspek Syariah terhadap produk dan pengembangan produk jasa

keuangan yang ditawarkan oleh LKS

3. Badan Pengurus

Pengurus adalah orang-orang yang dipilih oleh anggota LKS dalam

rapat anggota. Pada tahap awal pendirian, pengurus biasanya dipilih dari

badan pendiri. Persyaratan pemilihan pengurus dicantumkan dalam AD

(Anggaran Dasar) / ART (Anggaran Rumah Tangga) secara umum61. Pada

LKS Berkah Madani ketentuan pengurus adalah sebagai berikut :

a) Pengurus LKS dipilih dari dan oleh anggota

b) Pengurus LKS terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara

c) Pengurus bertanggung-jawab atas perkembangan LKS dalam : memeriksa

LKS, memberi pengarahan, mengontrol pengelola, membantu pengelola

memecahkan masalah yang dihadapi serta memberikan laporan kepada

badan pendiri dan anggota LKS

d) Pada LKS Berkah Madani, masa kerja pengurus adalah 3 tahun sekali.

Setiap tahun pengurus LKS dan pengelola harus membuat laporan

pertanggung-jawaban.

4. Badan Pemeriksa atau Pengawas

Badan ini diadakan sebagai bagian dari prinsip kehati-hatian

(prudential) bagi LKS dalam melaksanakan operasionalnya. Anggota Badan

61

(49)

Pemeriksa / Pengawas dipilih oleh Rapat Anggota. Badan Pemeriksa /

pengawas bertanggung-jawab kepada Rapat Anggota62. Secara umum tugas

dan tanggung-jawab Badan Pemeriksa / Pengawas adalah :

a) Membuat kebijakan umum untuk melakukan pengawasan pelaksanaan

kegiatan operasional sehingga sesuai dengan tujuan lembaga.

b) Melakukan pemeriksaan terhadap pengelola LKS

c) Melakukan pengawasan kegiatan operasional

d) Membuat laporan hasil pengawasan

5. Bidang Operasional

Bidang Operasional berfungsi sebagai aparat manajemen yang

ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang

operasional LKS. Fungsi tersebut meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif

secara efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan dan pengamanan

pelayanan jasa-jasa LKS sesuai dengan sistim dan prosedur operasional LKS.

Pada LKS Berkah Madani bidang operasional terbagi menjadi 3 bagian, yaitu

customerservice, teller dan staf administrasi pembiayaan63.

Tugas dan tanggung jawab Customer service antara lain :

a) Memberikan informasi dan penjelasan secara menyeluruh kepada nasabah

mengenai produk-produk LKS Berkah Madani.

b) Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah dengan ramah, cepat

62

Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 63

(50)

dan memuaskan

c) Memberikan pelayanan terhadap keluhan nasabah

d) Mencatat seluruh keluhan dan masukan dari nasabah

e) Melakukan pendokumentasian berkas-berkas nasabah

f) Menjaga database nasabah dengan baik dan terkendali

Tugas dan tanggung-jawab Teller adalah :

a) Memproses seluruh transaksi pembayaran dan pengeluaran uang pada

LKS Berkah Madani

b) Memproses seluruh transaksi penerimaan dana baik tunai maupun non

tunai pada LKS Berkah Madani

c) Mengelola anggaran yang telah disetujui

d) Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran kas

e) Mengelola dana kas kecil operasional LKS Berkah Madani

f) Bertanggung-jawab atas tersedianya dana untuk keperluan transaksi harian

Tugas dan tanggung-jawab Staf Administrasi Pembiayaan antara lain :

a) Melakukan registrasi pembiayaan

b) Menyusun akad pembiayaan

c) Memonitor kelengkapan dokumen pembiayaan dan jaminan sesuai dengan

persyaratan dan ketentuan komite pembiayaan

d) Membuat laporan realisasi pencairan dana pembiayaan

e) Memantau pelunasan pembiayaan

(51)

bagi hasil

g) Melakukan fungsi dan tugas review atas proposal yang diajukan

h) Membantu menjalankan fungsi pengawasan kepada nasabah

i) Membuat analisis awal proposal calon nasabah

6. Bidang Marketing

Bidang marketing bertugas untuk membantu Direksi dalam menangani

tugas-tugas khususnya yang menyangkut pemasaran dan pembiayaan64. Tugas

pokok dan tanggung-jawab bidang marketing antara lain :

a) Memberikan infornasi dan penjelasan secara menyeluruh kepada calon

nasabah mengenai produk-produk LKS Berkah Madani baik produk

simpanan, pembiayaan, maupun produk lainnya

b) Memberikan pelayanan pembukaan tabungan di luar kantor

c) Memberikan pelayanan permohonan pembiayaan

d) Melakukan survey terhadap calon nasabah pembiayaan

e) Melakukan proses analisis kelayakan dan analisis jaminan calon nasabah

pembiayaan

f) Menyusun memo komite Pembiayaan dan mengajukan kepada komite

pembiayaan

g) Menjaga hubungan baik dengan nasabah

h) Melakukan monitoring terhadap nasabah pembiayaan

i) Membantu penanganan nasabah pembiayaan bermasalah

64

(52)

7. Bidang Keuangan

Bidang Keuangan merupakan bidang yang melaksanakan pekerjaan

yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang65. Secara umum

tugas dan tanggung jawabnya adalah :

a) Mengkompilasi seluruh rancangan anggaran tahunan LKS Berkah Madani

yang telah disusun oleh setiap bagian

b) Menyusun anggaran bulanan berdasarkan anggaran tahunan yang telah

disetujui

c) Melakukan proses akuntansi sesuai dengan siklus akuntansi pada

umumnya

d) Melakukan verifikasi setiap permohonan uang yang diajukan

e) Melakukan verifikasi dan validasi data transaksi yang dimasukkan oleh

teller

f) Menyiapkan laporan keuangan LKS baik secara rutin berdasarkan periode

akuntansi maupun sewaktu-waktu secara intensif

g) Menyusun laporan realisasi anggaran

h) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran tahunan

Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi LKS Berkah Madani 66:

65

Standar Operasional Prosedur LKS Berkah Madani Kelapa Dua, 2005 66

(53)
[image:53.612.113.549.105.619.2]

Gambar 1 : Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua RAPAT ANGGOTA TAHUNAN BADAN PENGAWAS BADAN PENGURUS GENERAL MANAGER Zainal Zayadi DEWAN PENGAWAS SYARIAH Personalia ( ) General Affair ( ) Keuangan Diah Ramadha N

Manajer Operasional Siti Umainah Manajer Pendukung ( ) Manager Marketing Zainal Zayadi Customer Service Diah Ramadha N

Teller Anik Andri Lestari

Kordinator AO : Mubin Upara Supriyantoro

Asisten AO : Fachroji Achmad Staff Administrasi

Diah Ramadha N Accounting

(54)

Susunan pengurus Lembaga Keuangan Syariah pada tahun 2007 adalah

sebagai berikut:

1. Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Muhammad Haikal

Anggota : Arisson Haikal

2. Badan Pengawas

Ketua : Asril

Angggota : Rahfi Saefulshaf

3. Badan Pengurus

Ketua Umum : Andi Estetiono

Ketua 1 : Budi Hartanto

Ketua 2 : Bambang Wahyudiono

Sekertaris 1 : Wawan W. Setiawan

Sekertaris 2 : Johan Machrobi

Bendahara 1 : Yoke Paramita

Bendahara 2 : Fevin Andryanto

D. Produk-Produk dan Jasa LKS Berkah Madani

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dalam menjalankan usahanya tidak

dapat dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur produk dan

operasionalnya. Hadirnya LKS berfungsi sebagai intermediate antar pemilik dana

(55)

sebagai penarik dana dari masyarakatyang dihimpun dalam simpanan dana

nasabah. Sedangkan sebagai pengelola atau penyalur dana kepada masyarakat,

LKS mampu memberikan keuntungan secara material kepada semua pihak yang

melakukan investasi di dalamnya.

Sesuai dengan fungsinya, LKS Berkah Madani menawarkan beberapa jenis

produk yang dihimpun dan disalurkan kembali kepada masyarakat.

Produk-produk LKS Berkah Madani terdiri dari :

1. Simpanan Tabungan

Jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh LKS Berkah Madani

relatif bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki oleh

simpanan tersebut. LKS Berkah Madani melayani jasa simpanan tabungan

yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan. Dengan

akad mudharabah muthlaqah, nasabah mendapatkan bagi hasil yang halal

sesuai syariah Islam. Bagi hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian,

menjamin bagi hasil yang diperoleh lebih adil. Bentuk-bentuk simpanan

tersebut antara lain :

a. Tabungan Berkah Hasil

Tabungan Berkah Hasil adalah tabungan investasi yang mudah dan

sesuai syariah. Nasabah dapat melakukan penyetoran dan penarikan dana

sewaktu-waktu dengan mudah. Merupakan tabungan dengan akad

mudharabah muthlaqah yang dapat memberikan bagi-hasil yang adil,

(56)

b. Tabungan Berkah Amanah

Tabungan Berkah Amanah adalah tabunga khusus bagi organisasi

atau lembaga. Insya Allah menjamin dana lembaga atau organisasi

nasabah aman dan mendapat bagi-hasil yang adil, halal dan sesuai syariah.

c. Tabungan Pendidikan Berkah Siswa

Adalah tabungan dana pendidikan bagi para pelajar dan mahasiswa.

Membiasakan para pelajar dan para mahasiswa untuk hidup terencana dan

hemat dengan menabung.

d. Tabungan Haji atau Umrah Berkah Talbiyah

Tabungan ini berupa tabungan persiapan dana ongkos ibadah haji

dan umrah. Membantu nasabah dalam mewujudkan niat suci untuk

beribadah ke Tanah Suci. Menabung sekaligus berinvestasi dan

mendapatkan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai dengan syariah. Insya

Allah ibadah nasabah mendapat ridha dan berkah dari Allah.

e. Tabungan Berkah Qurban

Tabungan Berkah Qurban membantu nasabah merencanakan

keuangan untuk melaksanakan ibadah qurban yang setiap tahun menjadi

kewajiban bagi setiap muslim yang mampu.

f. Tabungan Berkah Fitri

Tabungan Berkah Fitri adalah tabungan khusus untuk

mempersiapkan kebutuhan keuangan yang meningkat ketika menghadapi

(57)

g. Tabungan Berkah Walimah

Tabungan ini bertujuan untuk membantu nasabah mempersiapkan

kebutuhan keuangan dalam menghadapi hari pernikahan.

2. Investasi Berjangka Berkah Invest

Investasi Berjangka Berkah Invest adalah sarana yang tepat untuk

beinvestasi dana nasabah dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan, dapat

diperpanjang secara otomatis (automaticrollover) dan bagi hasil setiap bulan

akan dipindahkan ke rekening simpanan nasabah. Dana nasabah akan dikelola

sebagai pembiayaan pada usaha mikro yang sesuai dengan syariah dan

memiliki prospek usaha yang baik dengan perputaran dana yang cepat. LKS

akan mengelola dana nasabah dengan amanah dan profesional. Dengan

demikian, selain menguntungkan, investasi ini juga membantu pemberdayaan

ekonomi rakyat khususnya asaha mikro.

3. Pembiayaan Syariah

a. Pembiayaan Ijarah

Fasilitas pembiayaan berupa sewa barang atau jasa dengan

pe

Gambar

gambaran mengenai jaminan yang diterapkan dalam pembiayaan mudharabah
Gambar 1 : Struktur Organisasi LKS Berkah Madani Kelapa Dua
Tabel  1 : Tingkat persentase nilai likuidasi dari tanah

Referensi

Dokumen terkait

Pembahaman yang dibawa Adji Darmadji bukan sekadar pada as- pek pola persajakan, seperti rima, majas, dan diksi, melainkan juga sam- pai pada aspek tipografi, nuansa, dan makna

Ada beberapa syarat ideal untuk menjadikan suatu pelarut organik menjadi Ada beberapa syarat ideal untuk menjadikan suatu pelarut organik menjadi pelarut pada

Pada tahun 2004 di ikuti oleh 24 partai politik, yaitu PNI Marhaenisme, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Bulan Bintang, Partai Merdeka, Partai

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa responden paling tinggi memilih jawaban sangat setuju pada pernyataan saya menyukai cerita di Aplikasi Wattpad bertema dakwah

 Strength : - memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia kepada anak-anak, pemuda, dan warga dusun Butoh kidul. - Hadiah dan penghargaan yang diberikan diharapkan

M!neral merupakan komponen pen,usun atuan+ ,an" merupakan aan !nduk

Fitur aplikasi yang terdapat dalam aplikasi Kabusaki ini adalah menu pencarian yang di dalamnya terdapat berbagai tombol yang dapat digunakan untuk mencari informasi