• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilu 2014 (studi kasus mengenai perilaku komunikasi calon anggota legislatif perempuan dari partai GERINDRA dan partai keadilan sejahtera (PKS) di daerah pemilhan satu kota bandung dalam pemil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dalam Pemilu 2014 (studi kasus mengenai perilaku komunikasi calon anggota legislatif perempuan dari partai GERINDRA dan partai keadilan sejahtera (PKS) di daerah pemilhan satu kota bandung dalam pemil"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

ii Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan dan rumusan penelitian Saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditemukan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.

Bandung, Agustus 2014

(2)

i

PERILAKU KOMUNIKASI CALON ANGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMILU 2014

A PRADANA UGAN NIM: 41810014

Telah disetujui dan disahkan di Bandung pada tanggal Agustus 2014

Menyetujui:

(Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dari Partai GERINDRA dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah

Pemilihan Satu Kota Bandung Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014)

Pembimbing

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si NIP. 4127 35 30 012 Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia

Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A NIP. 4127 70 00 014

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

(3)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas semua rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini yang berjudul “PERILAKU KOMUNIKASI CALON ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMILU 2014 (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan Dari Partai GERINDRA dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014”.

Peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Edy Ugan dan Ibu Sukartini Mayang yang telah melahirkan dan membesarkan peneliti. Terimakasih atas semua kasih sayang yang telah diberikan serta dorongan dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.

(4)

vii

2. Bapak Drs. Manap Solihat., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengesahan untuk judul dan untuk seluruh ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama perkuliahan.

3. Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi dan selaku Dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bantuan dan tentunya ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan segala bimbingan, arahan, waktu, dan semangat selama peneliti mengerjakan sampai dengan menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Peneliti sangat berterimakasih atas kesediaan waktu yang telah banyak diberikan untuk membimbing peneliti selama ini.

5. Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom selaku Dosen Wali yang telah memberikan segala perhatian, waktu, dan bimbingannya selama peneliti menempuh studi hingga saat ini.

(5)

viii

8. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah mengurus semua keperluan administrasi selama peneliti melakukan penyusunan karya ilmiah ini.

9. Untuk Ibu Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd dan Ibu Hj. Milly Utami, S.Pd yang telah banyak membantu peneliti dalam penulisan skrpsi ini sebagai informan penelitian serta memberikan semangat dan motivasinya. Tidak lupa juga pengalaman dan ilmu bagi peneliti ketika melakukan obsevasi. Pengalaman ini tidak akan peneliti lupakan.

10. Untuk teman terdekat Restu Novia Anggraeni yang telah memberikan semangat, perhatian dan dukungan yang tulus serta kesediaannya membantu selama peneliti melakukan penelitian sampai dengan menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.

11. Untuk teman-teman IK-H2 yang telah memberikan warna baru bagi persahabatan kita selama ini dan pastinya peneliti akan selalu merindukan kalian walaupun kita tidak bersama lagi. Dan juga untuk pertemanan serta bantuan selama perkuliahan bagi teman-teman IK-1 2010.

(6)

ix

bisa peneliti sebutkan satu persatu. Mohon maaf atas segala kekurangan peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih perlu penyempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari segi keilmuan maupun lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Bandung, Juli 2014 Peneliti,

(7)

1. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Abdee Pradana Ugan

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 10 Mei 1989

NIM : 41810014

Tingkat/Semester : 4/8

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jln. Cibarengkok No. 193/182C RT/RW

03/10 Kec. Sukajadi Kel. Sukabungah Kota Bandung – Jawa Barat

No. Tlp/HP : 082129144664

Berat Badan : 55 Kg

(8)

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Cibarengkok No. 193/182C RT/RW 03/10 Kec. Sukajadi Kel. Sukabungah Kota Bandung – Jawa Barat

b. Nama Ibu : Sukartini Mayang

Pekerjaan : Wiraswasta

(9)

1. 2011 - 2012

Komunikasi UNIKOM Div. Olahraga 2. 2005 - 2006 Anggota OSIS SMA Angkasa

Bandung Div. Tata Tertib 3. 2002 - 2003 Anggota OSIS SMP Negeri

1. 2010 Pelatihan Table Manner Bersertifikat

2. 2010 Seminar Fotografi, Lomba

Foto Essay dan Apresiasi Seni Bersertifikat

3. 2011 Seminar Shutter Bersertifikat

4. 2011 Seminar Islam dan Moralitas

Pembangunan Bersertifikat

6. 2012 Communication Cup 4 Bersertifikat /

(10)

9. 2012 Study Tour Mass Media

Tahun Akaademik 2012 Bersertifikat

10. 2012

2. 2014 Event Nike Warehaouse

Bandung Announcer

Hormat Saya, Peneliti

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Astrid, S. Soesanto. 1980. Komunikasi Sosial di Indonesia. Bina Cipta, Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 2006. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Budyatna, Muhammad. ; Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Prenada Media Goup

Denzin, Norman K. ; Lincoln, Yvonna S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendi, Onong Uchjana. 2006. Hubungan Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Hikmat, Mahi M. 2010. Komunikasi Politik (Teori dan Praktik). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Kantaprawira, Rusadi, 1983. Sistem Politik di Indonesia, Sinar Baru, Bandung

(12)

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2013. Komunikasi Politik, Politik Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan, dan Media). Terjemahan: Tjun Surjaman. Cetakan III, Remadja Rosdakarya, Bandung.

Papasi, J.M. 2010. Ilmu Politik (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, A.P. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Syam, Nina W. 2010. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Varma, S.P. 1995. Teori Politik Modern, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(13)

2. Sumber Karya Ilmiah

F.S.M, Nurannfi. 2012. Komunikasi Politik Anggota Legislatif Perempuan (Studi Kasus Komunikasi Politik Anggota Legislatif Perempuan Dalam Kebijakan Penyusunan Anggaran Badan Pemberdayaan Konsituen, Perempuan dan KB di DPRD Kabupaten Majalengka). Tesis: Universitas Padjajaran Bandung.

Mutia, Shera. 2013. Perilaku Komunikasi Komunitas Penggemar Grup Musik (Studi Kasus Pada Komunitas Dorks – Penggemar Grup Musik Pee Wee Gaskins di Jakarta). Skripsi: Universitas Padjajaran Bandung.

Mutiara, Ria Dwi. 2013. Perilaku Komunikasi Sales Promotions Girl Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotions Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di Dokumsel Bandung). Skripsi: Universitas Komputer Indonesia.

3. Sumber Online

http://partaigerindra.or.id

http://www.pks.or.id

(14)

x

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 9

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

(15)

xi

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu ... 12

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 18

2.1.2.1 Definisi Komunikasi... 18

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 20

2.1.2.3 Bentuk Komunikasi ... 22

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ... 25

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 25

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antar pribadi ... 25

2.1.3.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 27

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 27

2.1.3.4 Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional ... 29

2.1.3.5 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 30

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 32

2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 32

2.1.4.2 Macam-macam Bahasa Verbal ... 34

2.1.4.3 Tatabahsa Verbal ... 34

2.1.4.4 Fungsi Bahasa ... 35

2.1.4.5 Hambatan Bahsa... 36

(16)

xii

2.1.5.4 Klarifikasi Pesan Non Verbal ... 42

2.1.5.5 Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 45

2.1.5.6 Tujuan Komunikasi Non Verbal ... 46

2.1.6 Tinjauan Tentang Motif ... 47

2.1.7 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi ... 48

2.1.8 Tinjauan Tentang Komunikasi Politik ... 49

2.1.8.1 Definisi Komunikasi Politik ... 49

2.8.1.2 Bidang-bidang Ilmu Politik ... 51

2.8.1.3 Definisi Sistem Politik ... 53

2.8.1.4 Komunikasi Politik dan Sistem Politik... 53

2.1.9 Tinjauan Tentang Calon Legislatif ... 56

2.1.9.1 Tinjauan Tentang Calon Legislatif Perempuan ... 56

2.1.9.2 Persyaratan Menjadi Calon Legislatif ... 58

2.1.10 Tinjauan Tentang Partai Politik ... 60

2.1.10.1 Definisi Partai Politik ... 61

2.1.10.2 Ciri-ciri Partai Politik ... 64

2.1.10.3 Tujuan Partai Politik ... 66

(17)

xiii

2.2.1 Teori Interaksi Simbolik ... 71

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran ... 73

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 77

3.1 Objek Penelitian ... 77

3.1.1 Sejarah Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) ... 77

3.1.1.1 Logo dan Arti Logo Partai GERINDRA ... 83

3.1.1.2 Visi dan Misi Partai GERINDRA ... 84

3.1.2 Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)... 85

3.1.2.1 Lambang dan Unsur Lambang PKS ... 87

3.1.2.2 Visi dan Misi Partai GERINDRA ... 89

3.2 Metode Penelitian……… ... 92

3.2.1 Desain Penelitian ... 92

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 97

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 97

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 98

3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian ... 101

3.2.3.1 Subjek Penelitian ... 101

(18)

xiv

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 112

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 112

3.2.6.1 Waktu Penelitian ... 113

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 115

4.1 Profil Informan Penelitian ... 118

4.2 Hasil Penelitian ... 133

4.2.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 133

4.2.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 144

4.2.3 Motif Yang Melatari Perilaku Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 158

4.3 Pembahasan Penelitian ... 161

4.3.1 Penggunaan Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 161

4.3.2 Penggunaan Komunikasi Non Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 168

(19)

xv

4.3.5 Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di

Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 186

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 191

5.1 Simpulan ... 191

5.2 Saran ... 194

5.2.1 Bagi Calon Anggota Legislatif Perempuan ... 194

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 197

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 200

(20)

xvi

Tabel 2.2 Jumlah Konsituen Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 69 Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 104 Tabel 4.1 Profil Informan Penelitian... 112 Tabel 4.2 Kategori Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan

(21)

xvii

Gambar 2.2 Peta Geografi Daerah Pemilihan Kota Bandung ... 68

Gambar 2.3 Daftar Calon Tetap di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 69

Gambar 2.4 Model Alur Kerangka Pemikiran ... 75

Gambar 3.1 Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) ... 83

Gambar 3.2 Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 87

Gambar 3.3 Komponen-komponen Analisis Data: Model Kualitatif ... 107

Gambar 3.4 Uji Keabsahan Data Dalam Penelitian Kualitatif ... 109

Gambar 4.1 Informan Ibu Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd ... 119

Gambar 4.2 Informan Ibu Hj. Milly Utami, S.Pd ... 122

Gambar 4.3 Informan Bapak Didit Doni ... 125

Gambar 4.4 Informan Bapak Agus Salim ... 127

Gambar 4.5 Informan Bapak Agus Rahman ... 129

Gambar 4.6 Informan Ibu Enok Suriah ... 131

Gambar 4.7 Model Penggunaan Komunikasi Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 167

Gambar 4.8 Model Penggunaan Komunikasi Non Verbal Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu Kota Bandung ... 178

(22)
(23)

xix

(24)

Dari Partai GERINDRA dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Daerah Pemilihan 1 Kota Bandung Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh:

ABDEE PRADANA UGAN NIM: 41810014

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(25)

77

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Bermula dari Keprihatinan, Partai Gerindra lahir untuk mengangkat rakyat dari jerat kemelaratan, akibat permainan orang-orang yang tidak peduli pada kesejahteraan. Dalam sebuah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara intelektual muda Fadli Zon dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo. Ketika itu, November 2007, keduanya membahas politik terkini, yang jauh dari nilai-nilai demokrasi sesungguhnya. Demokrasi sudah dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memiliki kapital besar. Akibatnya, rakyat hanya jadi alat. Bahkan, siapapun yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan politik akan dengan mudah jadi korban. Kebetulan, salah satu korban itu adalah Hashim sendiri. Dia diperkarakan ke pengadilan dengan tudingan mencuri benda-benda purbakala dari Museum radya Pustaka, Solo, Jawa tengah. “Padahal Pak Hashim ingin melestarikan benda-benda cagar budaya,“ kata Fadli mengenang peristiwa itu. Bila keadaan ini dibiarkan, negara

(26)

the triumph [of evil] is for good men to do nothing.” Dalam terjemahan bebasnya, “kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka para penjahat yang akan bertindak.“ terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Hashim

pun setuju bila ada sebuah partai baru yang memberikan haluan baru dan harapan baru. Tujuannya tidak lain, agar negara ini bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja. Sementara kondisi yang sedang berjalan, justru memaksakan demokrasi di tengah himpitan kemiskinan, yang hanya berujung pada kekacauan.

Gagasan pendirian partai pun kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo. Rupanya, tidak semua setuju. Ada pula yang menolak, dengan alasan bila ingin ikut terlibat dalam proses politik sebaiknya ikut saja pada partai politik yang ada. Kebetulan, Prabowo adalah anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum. Namun, ketika itu Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?” kata

Fadli.

(27)

rumah, yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir, berkumpulah sejumlah nama. Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi dan Haris Bobihoe. Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk. “Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang

Fadli. Karena padatnya jadwal pembuatan AD/ART , akhirnya fisik Fadli ambruk juga. Lelaki yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di IPS ini harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu.

Fadli tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan partai baru ini. Bahkan dia merasa pesimistis bahwa gagasan pembentukan partai baru itu akan terus berlanjut. Namun diluar dugaan, ketika Hashim datang menjenguk di rumah sakit, Hashim tetap antusias pada gagasan awal untuk mendirikan partai politik. Akhirnya, pembentukan partai pun terus dilakukan secara maraton. Hingga akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan oleh Hashim sendiri. Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas oleh Prabowo Subianto.

(28)

dan berketuhanan yang berlandaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945.

Budaya bangsa dan wawasan kebangsaan harus menjadi modal utama untuk mengeratkan persatuan dan kesatuan. Sehingga perbedaan di antara kita justru menjadi rahmat dan menjadi kekuatan bangsa indonesia. Namun demikian mayoritas rakyat masih berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tidak mampu merumuskan dan melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat mayoritas bangsa indonesia dari kemelaratan. Bahkan dalam upaya membangun bangsa, kita terjebak dalam sistem ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar telah memporak-porandakan perekonomian bangsa, yang menyebabkan situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat dan bangsa. Hal itu berakibat menggelembungnya jumlah rakyat yang miskin dan menganggur. Pada situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa indonesia ini kecuali harus menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.

(29)

berkumpul untuk acara Sea Games Desember 2007, demi mendukung tim Indonesia, terutama polo dan pencak silat yang berhasil lolos untuk dipertandingkan di sana.

Kebetulan Prabowo adalah ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia). Namun ajang kumpul-kumpul tersebut kemudian dimanfaatkan untuk membahas nama dan lambang partai. Nama partai harus memperlihatkan karakter dan ideologi yang nasio-nalis dan kerakyatan sebagaimana manifesto Gerindra. tersebutlah nama “Partai Indonesia Raya”. Nama yang sebenarnya

tepat, namun sayang pernah digunakan di masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra. “Kalau begitu pakai kata GERAKAN, jadi Gerakan Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh semangat. Peserta rapat pun kemudian menyetujuinya. Selain gampang diucapkan, juga mudah diingat: Gerindra, begitu bila disingkat. Nah, setelah persoalan nama selesai, tinggal soal lambang. Lambang apa yang layak digunakan?

(30)

Hasilnya, sebagian masyarakat justru menyukai bila Gerindra menggunakan lambang harimau. Harimau adalah binatang yang sangat perkasa dan menggetarkan lawan bila mengaum. Namun, Prabowo memiliki ide lain, yakni kepala burung garuda, ya hanya kepalanya saja. Gagasan itu disampaikan oleh Prabowo sendiri, yang juga disetujui oleh pendiri partai yang lain.

Maka jadilah Partai Gerindra yang kita kenal sekarang. Perpaduan antara nama dan lambang yang tepat, sebab keduanya menggambarkan semangat kemandirian, keberanian dan kemakmuran rakyat. Kepala burung garuda yang menghadap ke kanan, melambangkan keberanian dalam bersikap dan bertindak. Sisik di leher berjumlah 17, jengger dan jambul 8 buah, bulu telinga 4 buah, dan bingkai gambar segi lima yang seluruhnya mengandung arti hari kemerdekaan, 17-8-1945. Dalam perjalanannya kemudian, terbukti, Gerindra mendapatkan tempat di hati masyarakat, meski berusia muda. Ketika iklan kampanye gencar dilakukan, burung garuda dan suaranya ikut memberi latar belakang sehingga para penonton merasa tergugah dengan iklan tersebut.1

1

(31)

3.1.1.1 Logo dan Arti Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Gambar 3.1

Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Sumber: www.partaigerindra.or.id

1. Kotak persegi panjang bergaris hitam, dasar warna putih, yang melambangkan kesucian dan keikhlasan. Di tengah terdapat lima persegi bergaris hitam dengan dasar merah.

2. Di tengahnya terdapat gambar kepala Burung Garuda dengan warna kuning keemasan, melambangkan kemakmuran.

(32)

4. Kepala Burung Garuda pada lehernya terdapat sisik yang berjumlah 17, terdapat jengger dan jambul berjumlah 8, bulu telinga yang berjumlah 4, bingkai gambar kepala Burung Garuda persegi 5, yang menyimbulkan tanggal kemerdekaan Indonesia, 17-8-45.

5. Di atasnya bertuliskan PARTAI berwarna hitam, di bawahnya bertuliskan GERINDRA berwarna merah dengan tepi tulisan berwarna hitam, di bawahnya lagi tulisan GERAKAN INDONESIA RAYA berwarna hitam.

3.1.1.2 Visi dan Misi Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

Visi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah ”Menjadi Partai Politik yang mampu menciptakan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial dan tatanan politik Negara yang melandaskan diri pada nilai-nilai nasionalisme dan religiusitas dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Adapun misi yang diusung oleh partai GERINDRA adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan kedaulatan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Mendorong pembangunan nasional yang menitik beratkan pada

(33)

berkelanjutan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan bagi seluruh warga bangsa dengan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing.

3. Membentuk tatanan sosial dan politik masyarakat yang kondusif untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan kesejahteraan rakyat. 4. Menegakkan supremasi hukum dengan mengedepankan praduga

tak bersalah dan persamaan hak di depan hukum.

5. Merebut kekuasaan pemerintahan secara konstitusional melalui Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden untuk menciptakan lapisan kepemimpinan nasional yang kuat.

3.1.2 Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Pada 20 Juli 1998 PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il.

(34)

PSII 1905) menggelar acara sarasehan dan silaturahmi partai-partai Islam di Masjid Al-Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.

Akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya batas minimum keikut sertaan parpol pada pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua persen, maka PK harus merubah namanya untuk dapat ikut kembali di Pemilu berikutnya. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

(35)

Yudhoyono Presiden Indonesia ke 6 sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai pjs Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015.2

3.1.2.1 Lambang dan Unsur Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Gambar 3.2

Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Sumber: www.pks.or.id

2

(36)

Unsur-unsur dari lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah:

(37)

3.1.2.2 Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Visi Indonesia yang dicita-citakan Partai Keadilan Sejahtera adalah “Terwujudnya Masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat.”

Adapun misi yang diemban oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bagi Indonesia dan masyarakatnya adalah:

(38)

yang diawali dengan membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif. Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan industry pertahanan nasional. Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah dalam lembagalembaga kenegaraan di tingkat pusat, provinsi dan daerah. Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam mengupayakan stabilitas kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Menggalang solidaritas dunia demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya.

(39)

resources & knowledge. Semua itu dilaksanakan di atas landasan (filosofi) ekonomi egaliter yang akan menjamin kesetaraan atau valuasi yang sederajat antara (pemilik) modal dan (pelaku) usaha, dan menjamin pembatasan tindakan spekulasi, monopoli, dan segala bentuk kriminalitas ekonomi yang dilakukan oleh penguasa modal dan sumber-sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptanya kesetaraan bagi seluruh pelaku usaha.

(40)

masyarakat sejahtera, melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat mewadahi dan membantu proses pembangunan berkelanjutan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada sebelum proses penelitian dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik pelaksanaan penelitian menjadi terarah, jelas, dan maksimal. Metode penelitian dapat bermakna sempit atau luas. Dalam arti sempit, metode penelitian berhubungan dengan rancangan penelitian atau prosedur-prosedur pengumpulan data dan analisis data.

Sebaliknya dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara teratur untuk menyelidiki masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki dan dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut.

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus.

(41)

Sementara itu, menurut Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 2000:3), penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh atau menyeluruh). Jadi pendekatan ini bertujuan untuk memahami Calon Anggota Legislatif Perempuan dalam perilaku komunikasinya.

Hal seperti ini juga dipertegas oleh Creswell (1998:14) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang latar tempat dan waktunya alamiah. Paradigma ini juga memungkinkan untuk dilakukan interpretasi secara kualitatif atas data-data penelitian yang telah diperoleh. Disamping itu, jenis penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif (Littlejohn, 1993:16).

Dalam penelitian ini, rancangan dan jalannya penelitian ini secara jelas dapat tergambarkan lewat 14 karakteristik pendekatan kualitatif seperti yang dijelaskan oleh Lincon dan Guba (1985, 39-43) sebagaimana paparan berikut ini:

1. Latar alamiah (natural setting)

2. Manusia sebagai instrumen (human instrument)

3. Penggunaan pengetahuan yang tidak eksplisit (utilization of tacit knowledge)

4. Metode-metode kualitatif (qualitative methods) 5. Sampel purposif (purposive sampling)

(42)

7. Teori berlandaskan pada data di lapangan (grounded theory) 8. Desain penelitian mencuat secara alamiah (emergent design) 9. Hasil penelitian berdasarkan negoisasi (negotiated outcomes) 10. Cara pelaporan studi kasus (sace study reporting mode) 11. Interpretasi idiografik/kontekstual (idiographic interpretation) 12. Aplikasi temuan tentatif (tentative application of findings) 13. Batasan ditentukan fokus (focus-determined boundaries)

14. Keterpercayaan dengan kriteria khusus (special criteria for trustworthiness).

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan paradigma konsturktivis dalam desain penelitian studi kasus. Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang ditangkap manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri (Matthews, 1994 dalam Suparno, 1997). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamatan, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya.3 Jadi dapat disederhanakan bahwa peneliti tidak menilai benar atau salahnya sebuah kasus yang diteliti, melainkan hanya mengungkapkan secara alami kejadian atau kasus yang ada pada subjek yang diteliti.

Studi kasus merupakan suatu desain penelitian yang dipilih untuk mempelajari sebuah kasus dengan batasan yang jelas. Menurut John W Creswell. Ia menyebutkan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebuah pendekatan dari

3

(43)

proses memahami berdasarkan pada perbedaan-perbedaan yang jelas mengenai tradisi metodologi dari pendekatan yang mengeksplorasi masalah-masalah sosial atau yang dialami oleh manusia.

Dalam penelitian ini studi kasus digunakan sebagai desain penelitiannya. Dengan kata lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Dalam hal ini, penelitian yang mengambil dua Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung sebagai subjek penelitiannya telah memiliki batasan kasus yang jelas. Batasan yang menjadi pembeda terhadap fenomena komunikasi kelompok lainnya dan tentu saja menjadikan tema penelitian ini menarik.

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (dalam Mulyana, 2002:201) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut :

 Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

 Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

(44)

 Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan (trust worthiness).

 Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

 Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Studi kasus adalah sebuah penelitian yang lebih menghendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer. Oleh sebab itu, potret yang holistik serta tetap memunculkan karakteristik yang apa adanya dari Calon Anggota Legislatif Perempuan adalah sebuah hal yang diharapkan muncul sebagai hasil dari penelitian ini. Dalam penelitian ini, pendekatan kasus yang diamati adalah Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mengamati, memahami dan menganalisis Perilaku Komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung. Salah satu karakter penelitian kualitatif adalah melakukan pengamatan dan berinteraksi dengan subyek penelitian.

(45)

dan motif yang melatari Calon Anggota Legislatif Perempuan dalam perilaku komunikasinya.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Studi Pustaka

Studi kepustakaan dimaksud untuk memperoleh telaah teori-teori komunikasi dan teori-teori pendukung yang dapat memberikan penjelasan mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti, diantaranya:

1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah mengumpulkan data melalui buku-buku literatur dan sumber data lainnya, dilengkapi dengan pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan dibahas untuk mendapatkan data teoritis yang akan dijadikan sebagai bahan pembanding dalam pembahasan masalah . Seluruh data yang telah diperoleh melalui cara ini merupakan data sekunder yang disajikan dengan cara mengutip dan mengungkapkan kembali teori-teori yang ada yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan demi menunjang kesempurnaan dari hasil penelitian.

2. Internet Searching

(46)

lengkap. Internet searching merupakan suatu situs yang akan kita cari sebagai mesin pembantu dalam pencarian situs yang peneliti butuhkan dalam penelitian.

3.2.2.2 Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke tempat objek penelitian, terdiri dari :

1. Wawancara Mendalam

Dalam buku Metode Penelitian Kualitatif, wawancara yang mendalam adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan, bagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya tentang kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. (Mc Millan dan Schumacher 2001 : 443).

(47)

mudah dikualifikasi, digolongkan, dan diklasifikasikan, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung serta konstituen yang terlibat sebagai sumber informasi penelitian.

2. Observasi Partisipasif

Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu observasi dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi pastisipasif. Dalam observasi ini, peneliti terilabat dengan kegiatan sehari-hari atau kegiatan yang berhubungan dengan kampanye dari para Calon Anggota Legislatif Perempuan. Ketika melakukan pengamatan, peneliti juga ikut dalam melakukan apa yang dikerjakan oleh para Calon Legislatif perempuan. Dengan objek partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku Calon Anggota Legislatif tersebut yang Nampak.

Menurut Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa:

“in participant observation, the researcher observes what

(48)

yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.4

Observasi pasrtisipasif tersebut dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:

1) Partisipasi Pasif

Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan subjek yang akan diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2) Partisipasi Moderat

Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipasif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

3) Partisipasi Aktif

Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh subjek penelitian, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

4) Partisipasi Lengkap

Dalam mengumpulkan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang

4

(49)

dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti. 3. Dokumentasi

Dengan teknik pengumpulan data dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber yang tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya pikir. Teknik dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokuen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen yang terkait dengan fokus penelitian. (Satori, 2009:148).

3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian 3.2.3.1 Subjek Penelitian

(50)

Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap Calon Anggota Legislatif Perempuan dari partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam perilaku komunikasi yang dilakukannya ketika sedang berkampanye terhadap masyarakat.

3.2.3.2 Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hendrarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai macam informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu informan kunci (key informan), informan utama dan informan tambahan.

(51)

3.2.3.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik pengambilan informan pada penelitian ini menggunakan Purposive sampling. Dimana informan menjadi sumber informasi yang mengetahui tentang penelitian yang sedang diteliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi penelitian. Informan dari penelitian ini adalah 2 orang Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung, 2 orang anggota Partai dari para Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung dan 2 orang konsituen dari Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.

Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan beberapa pertimbangan. Informan yang dimaksud adalah informan yang terlibat langsung atau informan yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.

(52)

Oleh Spradley dalam Sugiono (2005 : 49) dinamakan ”Social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis”. Pada penelitian ini, peneliti mengamati perilaku komunikasi Calon Anggota Legislatif Perempuan di Daerah Pemilihan Satu (DAPIL 1) Kota Bandung.

Untuk lebih jelas, informan penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

3. Didit Doni Anggota Partai GERINDRA

4. Agus Salim Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

5. Agus Rahman Konsituen DAPIL 1

6. Enok Konsituen DAPIL 1

(53)

Adapun alasan peneliti dalam penentuan informan yaitu:

A. Informan kunci Sri Astuty Juda Ningsy, S.Pd dan Hj. Milly Utami, S.Pd adalah karena kedua Calon Legislatif tersebut adalah merupakan sosok yang cukup dikenal di Daerah Pemilihan Satu diantara calon legislatif perempuan lainnya. Dasar yang kedua yaitu dilihat dari tingkat strata yang dimiliki keduanya cukup kredibel dengan gelar sarjana Pendidikan yang diemban oleh keduanya dan yang ketiga didasari dari ekspektasi kedua calon tersebut yang di Pemilihan Umum tahun sebelumnya tidak terpilih.

B. Informan pendukung Didit Doni dan Agus Salim didasari karena keduanya merupakan orang yang partai politiknya sama dengan para informan kunci. Selain itu, kedua orang tersebut merupakan kerabat dekat dari para calon Anggota Legislatif perempuan tersebut.

(54)

3.2.4 Teknik Analisa Data

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka diperlukan teknik langkah-langkah untuk menganalisa data-data yang telah diperoleh. Teknik analisia data adalah suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematis mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan antara bagian dan keseluruhan.

”Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain”. ( Moleong, 2005 : 248).

(55)

Gambar 3.3

Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif

Sumber: Miles and Huberman dalam Sugiono (2005:247)

Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, adalah langkah untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan dalam penelitian langkah ini dilakukan sesuai dengan teknik pengumpulan data penelitian yang dilakukan. Teknik yang dilakukan adalah wawancara, pengamatan, studi kepustakaan dan penelusuran online. Kesemua teknik itu peneliti lakukan untuk menyelesaikan penelitian ini.

(56)

catatan yang telah diperoleh setelah mengumpulkan data. Peneliti mereduksi data setelah melakukan pengumpulan data, hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti selama dilapangan. Sehingga hal ini memudahkan peneliti untuk melanjutkan analisa data pada tahap berikutnya.

3. Penyajian Data atau Analisis data, yakni penyusunan penyajian kategori jawaban informan dalam tabel/ tabulasi serta gambar / kecenderungan dari informan disertai analisis awal terhadap berbagai temuan data di lapangan sebagai proses awal dalam pengolahan data. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami. 4. Proses akhir penarikan kesimpulan, yaitu dilakukannya pembahasan

(57)

3.2.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Menurut Sugiono (2005:270) cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi data, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck. Tetapi memilih beberapa saja sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian yang dilakukan. Seperti yang digambarkan dibawah ini :

Gambar 3.4

Uji Keabsahan Data Dalam Penelitian Kualitatif

Sumber : Sugiyono (2005:270) Uji

Keabsahan Data

Perpanjangan Pengamatan

Peningkatan Ketekunan

Triangulasi

Diskusi dengan Teman Sejawat

(58)

1. Perpanjangan Pengamatan (Prolonged engagement)

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. (Sugiyono, 2012:270)

2. Meningkatkan Ketekunan (Persistent observation)

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. (Sugiyono, 2012:272)

3. Triangulasi (Peer Debriefing)

(59)

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiono, 2012:273).

4. Diskusi dengan teman sejawat (Peer Debriefing)

Jika penelitian itu dilakukan oleh tim, peneliti dapat mendiskusikan hasil temuan sementaranya dengan teman sejawat peneliti. Atau dapat dilakukan dalam suatu moment pertemuan sumber data lalu dilakukan diskusi untuk mendapatkan data yang benar-benar teruji. Meleong (2006:334) mengungkapkan bahwa diskusi dengan teman sejawat akan menghasilkan : (1) pandangan kritis terhadap hasil penelitian, (2) temuan teori substantive, (3) membantu mengembangkan langkah berikutnya, (4) pandangan lain sebagai pembanding. (Satori, 2009:172)

5. Membercheck

(60)

dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan. Dengan demikian, perlu dilakukan diskusi lebih lanjut apabila ditemukan ketidakcocokan antara data yang sudah dielaborasi oleh peneliti dengan penjelasan lebih lanjut dari informannya. Dalam kasus ini, peneliti harus menyesuaikan dengan pemberi data, sehingga data atau informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.

Membercheck dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau

setelah mendapatkan suatu temuan, atau kesimpulan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneliti menyampaikan temuan kepada pemberi data. Data yang disampaikan peneliti mungkin ada yang dikurangi, ditambah, disepakati, atau ditolak. Untuk kelengkapan bukti kepercayaan, peneliti perlu mendokumentasikan moment ini dan membuat formal administrative sebagai kelengkapan administrasi penelitian. (Sugiono, 2005 : 276)

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.6.1 Lokasi Penelitian

(61)

3.2.6.2 Waktu Penelitian

(62)

77

No Kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Penulisan Bab 1 Bimbingan 3 Penulisan Bab II Bimbingan 4 Pengumpulan Data Lapangan 5 Penulisan Bab III Bimbingan 6 Seminar UP 7 Penulisan BAB IV Bimbingan 8 Penulisan BAB V Bimbingan 9 Penyusunan Keseluruhan Draft 10 Sidang Skripsi

Tabel 3.2 Tabel Penelitian

(63)

12 2.1 Tinjauan Pustaka

Adapun tinjauan pustaka yang peneliti lakukan untuk melengkapi penelitian ini dilakukan dengan berbagai aspek tinjauan. Ini dilakukan guna menambahkan ilmu dan melengkapi penelitian yang berkaitan dengan keilmuan ilmu komunikasi, khususnya tentang perilaku komunikasi.

2.1.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

tersebut sudah dipersiapkan sehingga hal ini

memudahkan anggota legislatif

dalam menyampaikan

pesannya atau pendapatnya dengan

siapapun mereka berbicara berkaitan

dengan kebijakan penyusunan anggaran, sehingga

dengan partisipasi komunikasi politik

dari anggota legislatif perempuan,

dapat memberikan warna tersendiri bagi

(69)

penyusunan anggaran di tahun 2012. Sumber: Peneliti, 2014

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat lepas kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti pada kenyataanya yang diungkapkan

oleh Everett M. Rogers yang dikutip Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu

Komunikasi: Suatu Pengantar” menjelaskan bahwa Komunikasi adalah

proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka, (Mulyana, 2003:62). Namun secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran pesan dari individu yang satu kepada individu lainnya.

(70)

penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2005:42).

Komunikasi sendiri mempunyai banyak definisi menurut pendapat beberapa ahli, namun tetap berada dalam pengertian yang sama mengenai apa pengertian atau definisi dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi menurut Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam

buku “Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek” adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. (Effendy, 2001:10)

Sementara itu, Charles R. Wright yang dikutip oleh Santoso mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

“Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang bersifat mendasar

dan vital dalam kelestarian hidup manusia. Dengan fundamental atau mendasar maksudnya bahwa setiap konsituen manusia primitif atau modern dibangun atas dasar kapasitas anggotanya untuk saling memenuhi melalui komunikasi. Suatu konsesus kerja mengenai pranata sosial, dinyatakan vital sepanjang kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain memerlukan pengawasan sosial”. (Santoso, 1986:40).

Adapun pengertian komunikasi menurut Sedangkan menurut Gerald A. Miller yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“In the main, communication has as its central interest those

(71)

(s) with conscious intent to affect the latte’s behavior”. (Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya). (Effendy, 2002: 49)

Dari beberapa definisi komunikasi menurut pendapat bebarapa ahli di atas, ada satu definisi yang sangat familiar yang sering digunakan dan merupakan salah satu dari model – model komunikasi yaitu definisi komunikasi menurut Harold D. Laswell. Menurut Laswell, komunikasi

adalah merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” menyatakan

“apa”, “kepada siapa”, “dengan saluran apa”, dan “dengan akibat atau hasil

apa” (Who says what in which channel to whom and with what effect), (Effendy, 2002:10). Dengan demikian dari beberapa definisi menurut ahli – ahli komunikasi tersebut, kita dapat menarik sebuah pengertian ataupun kesimpulan dari apa itu komunikasi. Komunikasi dapat diartikan juga sebagai sebuah proses menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan untuk memberikan informasi ataupun mengubah prilaku.

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

(72)

menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku ataupun perubahan secara sosial.

1. Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

2. Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.

3. Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perlaku maupun tindakan seseorang

4. Perubahan sosial (social change)

(73)

2.1.2.3 Bentuk Komunikasi

Adapun bentuk – bentuk komunikasi seperti yang dikutip dalam

buku “Metode Riset Komunikasi Organisasi” adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi Personal (Personal Communication). Terdiri dari komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) dan komunikasi antarpersonal (interpersonal Communication).

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication). Pertama dalam bentuk komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti : ceramah (lecture), diskusi panel (panel discussion), simposium (symposium), forum, seminar, dan curahsaran (brainstorming). Kedua, komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking).

3. Komunikasi Massa (Mass Communication), misalnya : pers, radio, televisi, dan film.

4. Komunikasi Medio (Medio Communication), misalnya : surat, telepon, pamflet, poster, dan spanduk.

(74)

bukunya Techniques of Effective Communication (1979) membagi komunikasi atas tiga tipe. (Cangara, 2005)

Berdasarkan sudut pandang beberapa pakar komunikasi, dapat diklasifikasikan ada tujuh tipe atau bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Dengan Diri Sendiri) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. (Cangara, 2005:30)

2. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Antarpribadi)

Komunikasi antapribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mulyana, 2003:73)

3. Komunikasi Kelompok Kecil

(75)

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut juga pidato, ceramah atau kuliah umum. (Mulyana, 2003:74) 5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasional terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. (Mulyana, 2003:75) komunikasi organisasional juga didefinisikan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung (Goldbaher dalam Tubbs dkk, 2008:18)

6. Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya atau antarbudaya yaitu komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda secara ras, etnik atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). (Tubbs dkk, 2008:19)

7. Komunikasi Massa

(76)

orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, ananonim dan heterogen. (Mulyana, 2003:75)

2.1.2.4 Fungsi Komuniksi

Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.

Adapun fungsi komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Membangun konsep diri (Estabilishing Self-Concept) 2. Eksistensi Diri (Self Existence)

3. Kelangsungan Hidup (Live Concinuity)

4. Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)

5. Terhindar dari tekanan dan ketegangan (Free from pressure and stress).

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.1.3.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi

(77)

Menurut Effendi (2003), pada hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif serta berhasil atau tidak.1

Terdapat tiga ancangan utama dari definisi komunikasi antar pribadi, yaitu: 2

1. Definisi Berdasarkan Komponen (Componential)

Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

2. Definisi Berdasarkan Hubungan Diadik (Relational/Dyadik) Komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang pasti dan jelas. Contohnya seperti pramuniaga dengan pelanggan, orang tua dengan anak, wawancara antara dua orang, dan sebagainya.

1

http://www.serbaserbikomunikasi.com/2013/04/pengertian-komunikasi-antar-pribadi.htm

2

(78)

3. Definisi Berdasarkan Pengembangan (Developmental)

Komunikasi antar pribadi dimulai dari komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi pribadi atau intim.

Seperti yang diutarakan menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik verbal maupun non verbal.

2.1.3.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi

Ada tiga ciri-ciri komunikasi antat pribadi yang dikemukaan oleh Deddy Mulyana, yaitu:

1. Proses komunikasi dalam anggotanya berupa tatap muka; 2. Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong karena

peserta bebas berbicara, ini disebabkan kedudukannya relatif sama (tidak ada yang mendominasi pembicaraan atau pembicara tunggal); dan

3. Sumber dan penerima sulit dibedakan dan diidentifikasi karena antar anggota saling mempengaruhi satu sama lain.

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

(79)

antarpribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri sendiri.

Dengan memperbincangkan diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Nasihat seorang filsuf terkenal Socrates yaitu : cogito ergosum yang memiliki arti kurang lebih ”kenalilah dirimu”. Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar pribadi.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian-kejadian orang lain.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

4. Mengubah sikap dan perilaku

(80)

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.

6. Membantu

Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain.

2.1.3.4 Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Proses Transaksional Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang sangat unik, artinya tidak seperti kegiatan lainnya. Selain itu, komunikasi antar pribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

1. Komunikasi Antar Pribadi sebagai Proses

Sebagai suatu proses, komunikasi antar pribadi merupakan rangkaian tindakan, kejadian dan kegiatan yang terjadi secara terus menerus atau bisa dibilang merupakan suatu yang dinamis.

2. Komponen-komponen dalam Komunikasi Antar Pribadi Saling Tergantung

(81)

dengan komponen lain maupun dengan komponen secara keseluruhan.

3. Para pelaku dalam Komunikasi Antar Pribadi Bertindak dan Bereaksi

Di dalam proses tradisional, setiap orang, melakukan tindakan memberi reaksi tindakan sebagai manusia yang utuh. Orang tidak dapat bertindak hanya dengan pikiran dan emosi saja, tetapi melibatkan pikiran, emosi, sikap, gerakan tubuh, pengalaman sebelumnya, dan lain-lain.

2.1.3.5 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antar pribadi ini oleh Joseph A Devito dilihat dari dua perspektif, yaitu:

1. Humanistis, meliputi sifat-sifat: 1) Keterbukaan

Aspek keterbukaan menunjuk paling tidak pada 2 aspek tentang komunikasi antar pribadi. Pertama kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Kedua keterbukaaan untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur.

2) Perilaku Suportif

(82)

a) Deskriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan suportif dibanding dengan suasana yang evaluatif. b) Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi

adalah orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkan.

c) Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki sifat berpikir terbuka. 3) Perilaku Positif

Komunikasi antar pribadi akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap orang lain dan berbagai situasi komunikasi.

4) Empatis

Empati adalah kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain.

5) Kesamaan

Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi.

2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat : 1) Bersikap yakin

Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri.

(83)

Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi dengan orang lain bila ia bisa membawa ras kebersamaan.

3) Manajemen Interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak.

4) Perilaku Ekspresif

Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. 5) Orientasi Pada Orang Lain

Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal 2.1.4.1 Definisi Komunikasi Verbal

Gambar

Gambar 3.1 Logo Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)
Gambar 3.2 Lambang Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Tabel 3.1
Gambar 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempertahankan keseimbangan stok ikan dalam suatu populasi sangatlah penting untuk memberikan kesempatan berreproduksi setidaknya sekali dalam seumur hidup, oleh karena

Paradoks kembar merupakan sebuah teori yang berhubungan dengan postulat satu yang memberlakukan hukum fisaka berlaku sama untuk setiap pengamat di dalam kerangka acuan yang

Selain itu, ditemukan lima aspek kehidupan paling penting bagi sebagian besar penduduk dewasa di Jakarta dalam kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu aspek keluarga, aspek

Nilai Cs-137 inventory total pada lokasi pembanding la adalah 169 bq/m2• Pada lokasi pembanding IIa dapat dijelaskan bahwa pada kedalaman (16-18) em konsentrasi lebih tinggi, hal

Sebagai masukan bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia didalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait dengan mekanisme Good Corporste

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan kadar profil lipid (LDL, HDL, trigliserida, dan kolesterol total) pada pasien NSTEMI dan STEMI.. Metode: Penelitian

Dalam menganalisis kestabilan suatu PBH, ada beberapa metode yang dapat digunakan, pada penelitian ini metode analisis kestabilan yang digunakan yaitu melalui