• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembingkaian Berita Pilkada Serentak Di Jawa Barat 2015 ( Analisis Framing Robert N. Entman Pada Pembingkaian Berita Pilkada Serentak 9 Desember 2015 pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembingkaian Berita Pilkada Serentak Di Jawa Barat 2015 ( Analisis Framing Robert N. Entman Pada Pembingkaian Berita Pilkada Serentak 9 Desember 2015 pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1 Oleh,

Nalendra Agung Sangga Lasmana NIM. 41810051

ABSTRACT

This study aims to determine how the framing and perspectives of journalists and newspaper editors to construct and establish the reality of the news elections Simultaneously in West Java in 2015 in the Daily Morning Tribune Jabar and Daily Mind To find out, researchers used four categories were used as sub focus is defining problem, estimating the cause of the problem, make a moral decision, and stressed the settlement.

The method used in this study is a qualitative methodological approach to the analysis model framing Robert N. Entman. This model is used to determine how the mass media construct reality. For data collection was done by means of documentation, interviews, library research and internet searching.

The results showed that the Daily Morning Tribune Jabar and Daily Mind framing news Elections Simultaneously in West Java in 2015 as follows: Defining the second issue of the newspaper each raised the issue and the protrusion of the dominant aspect but in the body of news have the same issues and problems the same one. Estimating cause of the problem in the newspapers is different, cause problems in the Morning Daily Tribune Jabar is lack of socialization dilakuka the winning projections are being made to construct the public to the reality of what happened.

(2)

2 1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu teks media dapat diteliti dengan menggunakan analisis framing, sebagaimana diketahui media menggambarkan sebuah peristiwa dengan menonjolkan aspek tertentu dan mengabaikan aspek yang lain, serta bagaimana media menempatkan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapat alokasi dan perhatian yang lebih besar ketimbang isu lainnya. Dalam praktiknya, hampir semua media akan menyeleksi isu yang ada, menonjolkan isu tertentu dengan mengabaikan isu yang lain, menonjolkan aspek tertentu dari isu tersebut sambil menyembunyikan dan bahkan membuang aspek yang lain. Verifikasi dan seleksi data, penyajian dalam bentuk berita, hingga penempatannya di sebuah rubrik tertentu.

Analisis framing disini, peneliti akan meneliti pembingkaian berita Pilkada Serentak Di Jawa Barat 9 Desember 2015, Suasana sepi serempak dirasakan di delapan daerah yang akan melaksanakan pilkada di Jawa Barat. Ke-8 daerah itu adalah Indramayu, Pangandaran, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Karawang, Sukabumi, dan Depok.

(3)
(4)
(5)

5 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Pada hakikatnya penelitian terdahulu merupakan suatu referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:

2.1.1.1. Skripsi Shirley Suandrea Chandra, UNIKOM 2013

“Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus

narkoba : (Analisis Framing Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)”

2.1.1.2. Skripsi Feri Setiawan, UNIKOM 2014

“Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki pada

Pemberitaan “Bandung, The City Of Pig” Di Harian Umum Pikiran

Rakyat Dan Bandung Ekspres Edisi 5 Februari 2014”

2.1.1.3. Skripsi Agung Raharja, UNIKOM 2015

(6)

6

Terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya. Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adlah tingkat observasi (level of observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality).

2.1.3. Tinjauan Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitnner dalam Rakhmat yang mengatakan Mass communication is messages communicated though a mass medium to a large of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang). Tinjauan Media Massa

(7)

7

ditengah dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital.

2.1.4.2 Surat Kabar

Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”(Junaidi, 1991 : 105).

(8)

8 2.1.4.3 Karakteristik Surat Kabar

(9)

9

dengan menghimpun berita. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret dan nyata, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, dan menghidupi aspek pers.

2.1.6. Fungsi Pers

Salah satu pakar komunikasi yang juga merupakan Dosen di Universitas Komputer Indonesia, Mahi M. Hikmat di dalam bukunya yang berjudul “Etika dan Hukum Pers” menjelaskan empat fungsi pers, yaitu :

1. Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

(10)

10 1. Straight news report 2. Depth news report, 3. Comprehensive 4. Interpretative report, 5. Feature story,

6. Depth reporting

7. Investigative reporting, 8. Editorial writing

2.1.8 Nilai Berita

Menurut Sumadiria, nilai berita terbagi menjadi 11 nilai, yaitu:

1. Keluarbiasaan, berita adalah sesuatu yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan.

(11)

11 tidak.

2.1.9 Unsur Berita

Dalam proses pembelajaran memahami sebuah berita tentunya kita harus memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita. Adapun unsur-unsur berita terdiri atas what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Berikut penjelasan yang lebih lengkap dari unsur-unsur berita, yaitu :

1. What

2. Who

3. When 4. Where

5. Why

6. How

2.1.10Struktur Berita

(12)

12 2.2 Konsep Framing

Dalam ilmu komunikasi, konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media massa. Framing dapat dipandangan sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu-isu tertentu mendapat alokasi lebih besar dari isu yang lain.

2.3 Kerangka Pemikiran

(13)

13 3.1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert N. Entman. Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikannya dan menyampaikannya kepada khalayak.

3.1.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah tempat media mempublikasikan berita yang akan diteliti, peneliti mencoba meneliti cara pembingkaian berita yang dilakukan oleh media secara detail.

3.1.2 Analisis Framing Model Robert N. Entman

(14)

14

3.1.3 Skema Framing Robert N. Entman

Analisis penelitian ini menggunakan model Robert N. Entman yang mengopersionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes (sumber masalah), make a moral judgement (keputusan), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian).

3.2.Informan Penelitian

Wartawan atau pihak yang bersedia mengeksplorasi pengalaman mereka secara sadar dari masing-masing media yang akan diteliti. Merupakan informan dari penelitian ini mereka adalah yang membuat berita tentang pilkada serentak yang berlangsung di Jawa Barat

3.3. Teknik Pengumpulan Data

(15)

15 3.3.2.1 Wawancara Mendalam

3.3.2.2 Dokumentasi

3.3.2.3 Internet Searching

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap Surat Kabar Harian Pagi Tribun Jabar yang berlokasi di Jalan Sekelimus Utara No. 2-4 Bandung dan Surat Kabar Harian Umum Pikiran Rakyat yang berlokasi di Jalan Asia Afrika No. 77 Bandung.

3.4.2. Waktu Penelitian

(16)

16 4.1Hasil Penelitian

4.1.1Gambaran Objek Penelitian

Objek penelitian adalah tempat media mempublikasikan berita yang akan diteliti,peneliti mencoba meneliti cara pembingkaian berita yang dilakukan oleh media secara detail. Tempat penelitan ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yakni penelitian yang pertama di Harian Umum Pikiran Rakyat dan yang kedua dilakukan di Harian Pagi Tribun Jabar. Berita yang peneliti pilih adalah berita mengenai pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 9 Desember 2015.

4.1.1.1.1Sejarah Harian Pagi Tribun Jabar

Harian Pagi Tribun Jabar berawal dari media massa berbentuk surat kabar yang diberi nama Metro Bandung. Metro Bandung ini bergerak dalam persurat kabaran yang mempunyai daya tarik dalam segi iklan. Metro Bandung merupakan terbitan dari perusahaan penerbitan Bandung Media Grafika.

4.1.1.1.2 Visi dan Misi Harian Pagi Tribun Jabar

(17)

17

Harian Umum (HU) Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan menjadi tuan rumah yang dominan di Jawa Barat. Ia diupayakan untuk dapat hidup dalam masa yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang masa. Dikelola oleh generasi terbaik di zamannya, surat kabar ini diyakini akan terus maju, tumbuh dan berkembang baik sebagai institusi sosial maupun bisnis.

4.1.1.2 Pemberitaan di Harian Umum Pikiran Rakyat 4.1.1.2.1 Mendefinisikan Masalah (Define Problem)

Pendefinisian masalah pada berita mengenai Pilkada Serentak di Jawa Barat 9 Desember 2015 di Harian Umum Pikiran Rakyat tertulis pada judul berita yaitu Dua Juta Pamflet dan Poster Siap Dibagikan.

4.1.1.2.2 Memperkirakan Penyebeb Masalah (Diagnose Causes)

Perkiraan penyebab masalah dalam pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 9 Desember pada Harian Umum Pikiran Rakyat ini terletak dari pernyataan Yana Sumarna, perwakilan tim pemenangan pasangan calon bupati dan wakil bupati Bandung nomor urut 1.

4.1.1.2.3 Penilaian Masalah (Make Moral Judgement)

(18)

18

“Komisioner KPUD Kabupaten Bandung kelompok kerja Logistik Agus Hasbi Noor mengakui, dalam pembagian alat peraga kampanye tahap 1 ini baru berupa poster dan pamflet. Sementara, untuk alat peraga berupa flyer dan brosur, akan dibagikan pada pekan depan.”(paragraf 10).

Menjelaskan bahwa keterangan yang disampaikan kelompok kerja KPUD Agus Hasbi Noor itu sebagai bagian Logistik di KPUD juga harus taat terhadap ketentuan jadwal berlangsungnya Pilkada serentak .

4.1.1.3 Pemberitaan di Harian Pagi Tribun Jabar

4.1.1.3.1 Mendefinisikan Masalah (Define Problem)

Pemberitaan mengenai Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat dalam Harian Pagi Tribun Jabar tangga; 16 September 2015 dibuat dengan judul “Pilkada Serentak Dan Sikap Acuh Warga”. Judul pada pemberitaan di Harian Pagi Tribun Jabar dapat dijadikan sebagai inti persoalan masalah.

4.1.1.3.2 Memperkirakan Penyebeb Masalah (Diagnose Causes)

(19)

19

mengganggu konsolidasi demokrasi di daerah, menurunnya jumlah pemilih karena tidak masuk daftar pemilih tetap dibeberapa daerah, sosialisasi politik yang kurang, Pembatasan Alat Peraga Kampanye (APK) dibatasi karena regulasi mengakibatkan seolah-olah menguntungkan Pasangan calon tersebut karena sudah terbangun popularitasnya dan 9 desember 2015 seperti prediksi-prediksi sebelumnya.

4.1.1.3.4 Penyelesaian Masalah (Treatment Recomendation)

Penyelesaian masalah yang dibingkai pada pemberitaan Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat dalam Harian Pagi Tribun Jabar terkait dengan pemberitaan yang memuat kinerja KPUD dan tim dari tiap wakil pasangan calon dirasa masih kurang berkopeten dalam mensosialisasikan siapa saja calonnya hingga masih ada saja yang bahkan masyarakat tidak tau kapan berlangsungnya pilkada.

4.1.3 Pembahasan

(20)

20

dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 9 Desember 2015 di Jawa Barat, adalah bagaimana pelaksanannya mampu mendorong orientasi politik masyarakat di Jawa Barat lebih bagus, paling tidak dalam kurun waktu pelaksanaan Pilkada. Masyarakat juga secara tidak langsung akan dapat membedakan tugas kedua lembaga yang berpengaruh terhadap jalannya Pilkada serentak yaitu KPUD dan Bawaslu.

(21)

21

menjadi berita utama sejak awal bulan oktober 2015. Berita diatas memberitakan suasana saat menjelang pilkada serentak dilaksanakan di Jawa Barat.

4.1.3.3 Perbedaan Pembingkaian Berita Pilkada Serentak 9 Desember 2015 Di Jawa Barat

(22)

22 5.1. Simpulan

Setelah penulis menganalisa pemberitaan tentang Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat dalam Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar dengan menggunakan analisis framing Robert N. Entman, berikut simpulan yang dapat penulis peroleh :

(23)

23

(24)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Suatu teks media dapat diteliti dengan menggunakan analisis framing, sebagaimana diketahui media menggambarkan sebuah peristiwa dengan menonjolkan aspek tertentu dan mengabaikan aspek yang lain, serta bagaimana media menempatkan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapat alokasi dan perhatian yang lebih besar ketimbang isu lainnya. Dalam praktiknya, hampir semua media akan menyeleksi isu yang ada, menonjolkan isu tertentu dengan mengabaikan isu yang lain, menonjolkan aspek tertentu dari isu tersebut sambil menyembunyikan dan bahkan membuang aspek yang lain. Verifikasi dan seleksi data, penyajian dalam bentuk berita, hingga penempatannya di sebuah rubrik tertentu.

Analisis framing disini, peneliti akan meneliti pembingkaian berita Pilkada Serentak Di Jawa Barat 9 Desember 2015, Suasana sepi serempak dirasakan di delapan daerah yang akan melaksanakan pilkada di Jawa Barat. Ke-8 daerah itu adalah Indramayu, Pangandaran, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Karawang, Sukabumi, dan Depok.

(25)

Timur sampai Priangan Barat. Deklarasi kampanye damai sudah dimulai hampir di semua daerah juga sebagai pertanda gong dimulainya adu simpati untuk menarik pemilik suara. Di beberapa daerah yang melaksanakan pilkada serentak ini sebagai contoh, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur banyak warga yang tidak tersentuh pemberitahuan baik dalam segi informasi lisan dan tulisan. Mereka kebanyakan bingung ketika ditanya siapa yang akan dicoblos pada 9 Desember nanti.

Jangankan calon, adanya pencoblosan juga kebanyakan belum mengetahuinya. Cara kampanye dengan sekadar menempel baliho, spanduk, pamflet, dan stiker serta mengibarkan bendera memang cara yang paling mudah dan murah. Namun cara itu sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

(26)

bersambung setiap harinya. Maka peneliti memilih kedua media cetak tersebut untuk diteliti pembingkaian beritanya pada berita pilkada serentak terutama dari sikap masyarakat yang bersikap dingin terhadap pelaksanaan Pilkada yang datang kurang dari dua bulan lagi 1.

Menurut penulis, munculnya era media sosial semakin mempersempit tatap muka antara calon pemimpin dengan warga yang akan dipimpinnya dikarenakan suatu keterbatasan teknologi dan lingkungan yang menjadi penghambat pula untuk masuknya berbagai sumber informasi yang tergolong sangat penti ini. Kampanye di media sosial dirasakan cukup untuk menjangkau mereka yang berada di pelosok dan tak sempat dikunjungi akan tetapi tidak setiap orang memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi yang terbilang pas-pasan di daerahnya belum lagi bagi mereka yang kurang peduli terhadap perkembangan di dunia politik.

Masalah lain yang timbul ialah tidak seluruh warga yang berada di pelosok ini memiliki akun yang dapat menjangkau informasi yang dimuat pada media sosial. Dua bulan bukan waktu yang banyak untuk meraih pemilik suara dan mengubah sikap mereka dari yang acuh menjadi aktif memilih. Beban berat ada di penyelenggara Pilkada serentak ini, namun kerjasama semua pihak sangat menentukan kualitas pemilihan calon pemimpin agar dapat diterima warga dengan baik tanpa ada sikap acuh dari warganya.

______________________

(27)

Analisis framing secara sederhana digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui realitas (peristiwa, aktor, kelompok) yang dibingkai oleh media, pembingkaian tersebut menggunakan proses konstruksionis. Pendekatan konstruksionis menilai bagaimana media atau wartawan melihat berita berdasarkan fakta atau peristiwa. Bagi kaum konstruksionis realitas bersifat subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.

Realitas tercipta lewat konstruksi cara pandang wartawan dalam pemberitaan tentang Pilkada serentak dalam sudut pandang yang berbeda. Dalam pandangan konstruksionis media tidak hanya dilihat sebagai saluran berita namun media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan seperti ini menolak argumen yang mengatakan bahwa media sebagai tempat saluran berita, tetapi media digambarkan sebagai agen yang menafsirkan realitas yang disajikan kepada khalayak. Sehingga walaupun isi pemberitaan sama namun cara penyajiannya berbeda. Hal ini dilakukan oleh media untuk membuat media agar lebih menarik sehingga semakin menarik khalayak untuk membacanya.

(28)

Pendekatan konstruksionis terdapat dua karakteristik yang dimiliki oleh wartawan. Yang pertama, bagaimana wartawan menggambarkan sebuah realitas, dan yang kedua wartawan memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.

Lawrence Newman mengatakan bahwa :

“Tujuan utama dari paradigma konstruksionis adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana media mengkonstruksikan realitas. Selain itu, konstruksionis melihat realitas sebagai suatu yang bersifat relatif, eksis dalam bentuk konstruksi, tersebar, dan juga spesifik. Dan realitas tergantung dari bagaimana wartawan memahami dan memaknai fakta yang terkandung sebelum disajikan menjadi sebuah berita. (Eriyanto, 2002:53)”

Selain wartawan, kebijakan penerbitan berita juga ditentukan oleh media yang bersangkutan, sebab media massa memiliki empat fungsi yaitu informasi, edukasi, hiburan dan persuasif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayak akan pemenuhan kepuasan informasi.

Untuk memaksimalkan kinerja dari surat kabar sebagai salah satu media massa, Effendy mengatakan bahwa surat kabar sebagai media massa memiliki karakteristik yang mencakup publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan.

(29)

Konsep framing Robert N. Entman dilihat dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan isu (Eriyanto, 2002:221).

Entman mengatakan bahwa:

framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.”(Eriyanto, 2002:221).

Melihat konsepsi Entman tersebut dapat diketahui bagaimana media mengemas sebuah berita dengan cara menyeleksi isu yang diangkat dan menonjolkan sebuah informasi agar menjadi lebih bermakna, menarik, dan lebih di ingat oleh khalayak. Dalam konsepsi Entman framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir terhadap peristiwa yang diwacanakan.

(30)

citra sesuai dengan visinya. Dalam menyikapi suatu pemberitaan, setiap media memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi pemberitaan yang masuk, misalnya dalam pemberitaan politik yang dibangun di atas misi masing-masing. Idealisme setiap media senantiasa melingkupi perbedaan misi tersebut. Dalam sudut pandang dari sikap politik dan motif pemberitaan media atas peristiwa yang muncul dalam politik tertentu bisa sama bisa juga berbeda. Media merupakan faktor yang sangat penting bagi pembentukan image, citra maupun stigma.

Kita dapat memperoleh informasi mengenai realitas yang tengah berlangsung di suatu tempat memalui media massa khususnya media massa cetak. Sementara, realitas yang dihadirkan media ke hadapan pembaca bukanlah realitas yang sesungguhnya, melainkan yang sudah dibentuk, dibingkai dan dipoles sedemikian rupa oleh media tersebut. Peranan media massa dalam proses mengkonstruksi suatu peristiwa menjadi signifikan dalam pembentukkan realitas sosial. Untuk mengetahui bagaimana media mengkonstruksi berita biasanya digunakan analisis framing.

Latar belakang tersebut peneliti memilih untuk membuat sebuah penelitian tentang pemberitaan media massa yang berjudul “Pembingkaian

(31)

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana Pembingkaian Berita Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015?

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan rumusan masalah makro, maka peneliti merumuskan masalah mikro sebagai berikut :

1. Bagaimana Define Problems (Pendefinisian Masalah) Pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015?

2. Bagaimana Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah) Pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015?

(32)

4. Bagaimana Treatment Recomendation (Menekankan Penyelesaian) Pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitan

1.3.1. Maksud Penelitan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana Pembingkaian Berita Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015?”.

1.3.2. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan penelitian pembingkaian berita sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Define Problems (Pendefinisian Masalah) Pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015.

(33)

3. Untuk mengetahui Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) Pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015.

4. Untuk mengetahui Treatment Recomendation (Menekankan Penyelesaian) Pemberitaan Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015.

5. Untuk mengetahui Pembingkaian Berita Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 Dalam Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015.

1.4. Kegunaan Penelitan

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Peneliti berharap penelitian ini berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi umumnya dan Ilmu Jurnalistik Khususnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Bagi Peneliti

(34)

2. Bagi Universitas

Diharapkan penelitian ini berguna bagi penelitian selanjutnya terutama dalam bidang ilmu komunikasi jurnalistik mengenai pembingkaian berita atau analisis framing.

3. Bagi Perusahaan Media

(35)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Penelitian Terdahulu

Pada hakikatnya penelitian terdahulu merupakan suatu referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:

2.1.1.1. Skripsi Shirley Suandrea Chandra, UNIKOM 2013

“Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus

narkoba : (Analisis Framing Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)”

2.1.1.2. Skripsi Feri Setiawan, UNIKOM 2014

“Analisis Framing Zhondang Pan Dan Gerald M. Kosicki pada

Pemberitaan “Bandung, The City Of Pig” Di Harian Umum Pikiran Rakyat Dan Bandung Ekspres Edisi 5 Februari 2014”

2.1.1.3. Skripsi Agung Raharja, UNIKOM 2015

(36)
(37)
(38)

Tribun Jabar dan Harian

(39)

untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi

yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.

Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan di berbagai kalngan, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan dianut secara sama. (Deddy Mulyana, 2007: 45-46).

(40)

Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.

2.1.3. Tinjauan Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bitnner dalam Rakhmat yang mengatakan Mass communication is messages communicated though a mass medium to a large of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah salah satu bentuk penyampian pesan dengan menggunakan media. Komunikator hanya menyampaikan pesan tanpa melalui siap dan golongan mana pesan tersebut diterima dan ada kalanya proses komunikasi terjadi dengan menggunakan media.

(41)

ciri tersendiri. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikais dari benrbagai sudut pandang, seperti halnya Effendy (1993) mengartikan komunikasi massa yaitu komunikasi melalui media massa modern, seperti surat kabar, radio, film dan televisi. Melalui media massa sebuah informasi atau pesan dapat disampaikan kepada komunikan yang beragam dan jumlah yang banyak secara serentak. Akibatnya terciptalah global village dimana setiap kejadian yang terjadi di suatu negara dalam beberapa saat bisa diketahui oleh masyarakat di dunia.

2.1.4. Tinjauan Media Massa

Elvinaro mengatakan, media massa pada dasarnya dapat menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media massa elektronik meliputi televisi, radio siaranm film dan media on-line.

Sebuah media bisa disebut media massa jika memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik Media massa menurut Cangara (2006) antara lain:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

(42)

Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa

2.1.4.1Media Cetak

Media cetak ini merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat disamping media elektronik dan juga media digital. Dan ditengah dinamika masyarakat yang demikian pesat, media cetak dianggap sudah tertinggal dibandingkan dengan dua pesaingnya yakni media elektronik dan media digital. Meski demikian, bukan berarti media cetak sudah tidak mampu meraih konsumen yang menantikan informasi yang dibawanya.1

Secara harfiah pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media penyampai informasi yang memiliki dan terkait dengan

1

(43)

kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Dari pengertian ini, kita bisa melihat bahwa media cetak adalah sebuah media yang didalamnya berisi informasi yang terkait dengan kepentingan masyarakat umum dan bukan terbatas pada kelompok tertentu saja.

Dan pengertian media cetak tersebut, maka ada keunggulan media ini dibandingkan dua pesaingnya tersebut. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang.

2.1.4.2 Surat Kabar

Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

(44)

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers. Namun, karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar.

Definisi surat kabar menurut George Fox Mott yaitu :

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing.

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi.

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi.

(45)

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah :

“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca”(Effendy, 1993 : 241).

Dari beberapa pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa surat kabar adalah sebuah lembaga penerbitan pers berupa lembaran cetak, memuat laporan yang terjadi di masyarakat secara periodik, bersifat umum dan mengandung nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

2.1.4.3 Karakteristik Surat Kabar

Berdasarkan ruang lingkupnya, terdapat surat kabar lokal, regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, terdapat surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasanya, terdapat surat kabar berbahasa Indonesia, Inggris, dan daerah. Sebagai media massa, surat kabar mencakup publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan.

1. Publisitas : adalah penyebaran pada publik atau khalayak 2. Periodesitas : menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa

(46)

3. Universalitas : menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia

4. Aktualitas : menunjuk pada keadaan yang “kini” dan “sebenarnya”.

5. Terdokumentasikan : dari berbagai fakta yang disajikan surat kaar dalam bentuk berita atau artikel, dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan dan dibuat kliping.

2.1.5. Tinjauan Pers

Sekarang kata pers atau press digunakan untuk merujuk semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan menghimpun berita. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai jiwa dan raga. Pers berasal dari perkataan Belanda pers yang artinya menekan atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret dan nyata, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, dan menghidupi aspek pers.

Sumadiria dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Indonesia”

menjelaskan bahwa pers adalah :

(47)

bukan hanya menunjuk pada media cetak berkala melainkan juga mencakup media elektronik auditif dan media elektronik audiovisual barkala yakni radio, televisi, film dan media on line internet. Pers dalam arti luas disebut media massa.” (Sumadiria, 2005:31)

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Pokok Pers No. 40/1999, yang terdapat di buku Sumadiria yang berjudul “Jurnalistik Indonesia”

menyatakan bahwa pers adalah :

“Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.” (Sumadiria, 2005:31)

(48)

2.1.6. Fungsi Pers

Salah satu pakar komunikasi yang juga merupakan Dosen di Universitas Komputer Indonesia, Mahi M. Hikmat di dalam bukunya yang berjudul “Etika dan Hukum Pers” menjelaskan empat fungsi pers, yaitu :

1. Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)

3. Rekreasi/Penghibur (to entertaint) 4. Kontrol Social (to influence)

Penjelasan ke empat fungsi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Informatif

(49)

dianggap lengkap jika keenam pertanyaan tersebut sudah terjawab dengan komplit.

2. Mendidik

(50)

3. Rekreasi/Penghibur

Fungsi pers yang ketiga lebih melekat pada media elektronik : radio dan televisi. Bahkan sebelum hadirnya televisi dan radio yang bervisi news, fungsi menghibur merupakan fungsi utama. Walaupun begitu bagi sebagian media besar elektronik, ampai saat ini fungsi menghibur tetap merupakan fungsi yang dominan. Bahkan kalau di persentasekan sebagian besar televisi dan radio menjalankan fungsi hiburannya di atas 80% dari 100% acara yang mereka tayangkan. Fungsi ini memang mengamanatkan pers harus mampu memerakan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat, khususnya bagi pembaca, pendengar atau penontonya. Dalam media cetak, fungsi menghibur ini pun dilakukan dengan memuat kisah-kisah dunia, baik yang nyata dalam bentuk feature atau fiksi berupa cerpen atau cerita beersambung, puisi, berita acara hiburan, berita seputar selebritis, humor, komik, dan lain sebagainya.

4. Kontrol Sosial

(51)

melahirkan pers sebagai lembaga kekuatan ke empat dalam konsep pemisahan kekuasaan dari Montisque atau dalam sistem pembagian kekuasaan seperti di Indonesia. Oleh karena itu, pers mendapat julukan four estate ; pers adalah pilar demokrasi ke empat setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dalam kerangka ini, kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolute. Di Negara-negara yang menganut paham demokrasi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat (watchdoug function). Pers juga harus bersikap independent atau menjaga jarak yang sama terhadap semua kelompok dan organisasi yang ada. (Hikmat, 2011 : 54-57)

(52)

1. Fungsi Ekonomi

Kehadiran pers di banyak Negara ikut mendukung berjalannya roda perekonomian. Pers ikut mengambil bagian dari upaya ikut membangun ekonomi Negara dengan tampil sebagai perusahaan perusahaan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi suatu Negara. Misalnya dengan ikut menciptakan lapangan pekerjaan, pembayaran pajak dan kegiatan ekonomi lainya.

2. Fungsi Sosial

(53)

3. Fungsi Mediator

Pers adalah lembaga media sehingga fungsi utama pers adalah sebagai mediator, dimana berfungsi sebagai penghubung atau fasilitator, dengan memediasi berbagai kepentingan dan berbagai elemen dalam masyarakat.

4. Fungsi Mempengaruhi

Pers memiliki fungsi dapat mempengaruhi. Hal itu disadari lama dengan dibuktikannya banyak teori yang mengungkapkan kehebatan pers dalam mempengaruhi individu maupun kelompok. Pers memiliki mata pisau yang tajam untuk mengubah kognisi, afeksi dan psikomotorik individu atau kelompok, apalagi dengan era teknologi informasi yang makin canggih. Daya rangsang televisi dan internet dapat memberikan pengaruh besar terutama kepada anak-anak dan remaja yang belum memiliki daya filter yang kuat.

5. Fungsi Sejarah

(54)

Bahkan, salah satu sumber otentik bagi catatan sejarah bagi para sejarawan adalah pers.

2.1.7 Jenis Berita

Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Sumadiria antara lain :

1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

2. Depth news report, reporter menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

3. Comprehensive merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

4. Interpretative report, biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

5. Feature story, penulis mencari fakta yang menarik perhatian pembacanya.

6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistk yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwafenomenal atau aktual.

(55)

demi suatu tujuan. Biasanya pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis.

8. Editorial writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.

2.1.8 Nilai Berita

Menurut Sumadiria, nilai berita terbagi menjadi 11 nilai, yaitu:

1. Keluarbiasaan, berita adalah sesuatu yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkan.

2. Kebaruan, berita adalah sesuatu yang baru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti. 3. Akibat, dampak suatu pemberitaan bergantung pada

beberapa hal yaitu seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak.

(56)

5. Kedekatan, berita adalah kedekatan, baik secara geografis maupun psikologis.

6. Informasi, informasi yang diberikan harus bermanfat bagi khalayak.

7. Konflik, berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.

8. Orang penting

9. Ketertarikan manusiawi

10. Kejutan, berita bisa membawa sebuah kejutan yang tidak pernah terduga.

11. Seks.

2.1.9 Unsur Berita

(57)

1. What

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.

2. Who

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa.

3. When

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur when, yaitu menyebutkan waktu kejadian peristiwa.

4. Where

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian.

5. Why

(58)

6. How

Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan.

2.1.10 Struktur Berita

Susunan atau struktur berita, khususnya dalam berita langsung, pada umumnya mengacu pada struktur piramida terbalik, yaitu memulai penulisan berita dengan mengemukakan bagian berita yang dianggap paling penting, kemudian diikuti bagianbagian yang dianggap agak penting, kurang penting, dan seterusnya. Susunan berita bentuk piramida terbalik ini menguntungkan pembaca dalam hal efisiensi waktu karena langsung mengetahui berita paling penting. Karenanya, bentuk ini bisa lebih menarik perhatian pembaca.

2.2 Konsep Framing

(59)

framing dapat dipakai untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandangan yang digunakan oleh wartawan atau media massa saat mengkonstruksi fakta, yaitu dengan mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti agar lebih diingat, untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai pespektifnya (Sobur, 2004 : 162).

Menurut Sudibyo dalam Sobur. Pada awalnya framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh lagi oleh Ervin Goffman pada tahun 1974. Goffman mengandaikan framing sebagai kepentingan-kepentingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

(60)

Tabel 2.2

Definisi Framing para Ahli

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat alokasi lebih besar dari sisi lain.

William A. Gamsom Cara bercerita atau gugusan ide ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan kontruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan idndividu untuk mengkontruksi makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitiin Strategi bagaimana realitas/ dunia

(61)

sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu

(62)

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan hubungan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita

Sumber : Eriyanto. Analisis Framing: Kontruksi, ideologi dan politik media. Yogyakarta. LKIS. 2002

Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam. Menempatkan aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dibungkam dengan aspek budaya yang akrab di benak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide atau informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak. (Eriyanto, 2002:186)

(63)

membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diinget khalayak. Informasi yang menonjol lebih diterima oleh khalayak.

Tahap awal framing tidak dilakukan oleh media. Manusia memiliki kemampuan untuk menafsirkan realitas yang terjadi di sekitarnya berdasarkan frame of reference dan field of experience yang dimilikinya. Eriyanto menyatakan, ada empat hal yang dilakukan manusia ketika menyusun bingkai konstruksi realitasnya sendiri, yaitu:

1. Simplifikasi, manusia cenderung memandang segala peristiwa melalui kerangka berpikir yang sederhana, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Seiring dengan bertambahnya usia, pengetahuan, dan pengalaman, manusia akan memandang dunia secara lebih beragam. Namun tetap saja proses pemahaman realitas akan dilakukan secara sederhana.

2. Klasifikasi, manusia menyadari bahwa dunia terdiri dari berbagai hal, sehingga secara psikologis manusia akan memisahkan hal-hal tersebut ke dalam beberapa kategori untuk memudahkan proses pemahaman. Manusia melekatkan ciri-ciri tertentu pada sebuah kategori tertentu, sehingga segala peristiwa yang terjadi dapat terlihat perbedaan-perbedaannya. 3. Generalisasi, klasifikasi membantu manusia melihat ciri-ciri

(64)

berdekatan atau mirip pada ciri-ciri yang didapat pada klasifikasi. Hal ini dapat menghasilkan prasangka.

4. Asosiasi, suatu peristiwa tidak hanya diidentifikasi atau dipahami, tetapi selanjutnya dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Keragaman dunia dianggap memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Menurut Eriyanto, dalam buku Analisis Framing :

“Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.” (Eriyanto, 2002:188).

Eriyanto juga menyebutkan framing sebagai berikut :

(65)

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dan redaksi. Yang pada akhirnya menentukan fakta mana yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti yang dikatakan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2002:67-68).

(66)

hidup membentuk, dan menginterpresentasikan makna di dalamnya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya. Paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Akhirnya, dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.

(67)

Bungin dalam bukunya “Konstruksi Sosial Media Massa” yang

mengutip dari Berger dan Luckman menjelaskan bahwa :

“Konstruksi sosial adalah sebuah proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi yang terjadi antara individu di dalam masyarakat. Ketiga proses tersebut terjadi secara simultan membentuk dialektika, serta menghasilkan realitas sosial berupa pengetahuan umum, konsep, kesadaran umum, dan wacana publik. Konstruksi sosial dibangun oleh individu dan masyarakat secara dialektika. Dan yang dimaksud konstruksi sosial itu adalah realitas sosial yang berupa realitas obyektif, subyektif, maupun simbolis”. (Bungin, 2008:212)

Atas dasar pemikiran semacam itulah kaum konstruksionis memiliki pandangan tersendiri dalam melihat wartawan, media dan berita. Konsep mengenai konstruksionisme ini diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Luckmann melalui “The Social Construction of Reality, A Treatise in

the Sociological of Knowledge” (1966). Ia menggambarkan proses sosial

melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. (Bungin, 2008:13).

(68)

Gambar 2.1

Alur Kerangka Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2015

Pemberitaan Pilkada Serentak Di Jawa Barat 9 Desember 2015

(69)

Dari gambar skema kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai gambar diatas adalah sebagai berikut :

1. Konstruksi realitas berita sebagai teori atau kerangka pemikiran teoritis dasar pada analisis framing dalam penelitian ini.

2. Pemberiraan pilkada serentak di Jawa Barat dalam menyambut Pilkada serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat. Merupakan sebagai bahan informasi dalam sebuah pemberitaan yang akan ditulis oleh para wartawan.

3. Wartawan/Redaktur, yang berperan dalam pembuatan dan penyeleksian semua kebijakan keputusan berita Pilkada serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat melalui proses konstruksi dari penonjolan berita, dimana pada proses ini penelitian untuk mengetahui kebijakan media Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat terhadap berita Pilkada serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat melalui analisis teknik framing dari Robert Entman, dengan membagi empat elemen identifikasi masalah sebagai berikut :

1.Pendefinisian masalah (define problem) 2.Penyebab masalah (diagnose causes) 3.Penilaian masalah (make moral judgement)

(70)

4. Berita sebagai hasil pekerjaaan yang telah dilakukan oleh wartawan dan redaktur. Pada proses tahapan ini yang menjadi pusat perhatian penting dalam penelitian, disini hasil berita dari yang telah dibuat oleh wartawan.

5. Pembaca sebagai proses akhir dari penyampaian informasi tentang pemberitaan Pilkada serentak di Jawa Barat 9 Desember 2015.

(71)

121 5.1. Simpulan

Setelah penulis menganalisa pemberitaan tentang Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat dalam Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar dengan menggunakan analisis framing Robert N. Entman, berikut simpulan yang dapat penulis peroleh :

(72)

2. Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat membuat berita sesuai dengan fakta yang ada dilapangan tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, maka penonjolan aspek dari kedua media massa tersebut tentu akan berbeda bahkan dalam setiap pemberitaannya juga akan terlihat berbeda. Harian Pagi Tribun Jabar dalam berita ini menonjolkan aspek human interest pada pemberitaan tentang Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat. Pada Harian Umum Pikiran Rakyat, penonjolan aspek yang dimunculkan dalam berita ini adalah suasana serta kondisi dimana peristiwa itu terjadi dan bagaimana peristiwa itu terjadi.

3. Penilaian moral (Moral Judgement) yang dimunculkan dalam kedua surat kabar ini juga tentu berbeda, karena dilihat dari masalah dan sumber masalah yang menjadi sudut pandang wartawan dan media yang bersangkutan. Sebagai gagasan untuk memperkuat definisi masalah serta penyebab masalah, penilaian moral menambahkan argumen untuk memperkuat dua aspek tersebut sehingga pembaca dapat membedakan serta mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa tersebut. 4. Penyelesaian masalah (Treatment Recommendation)yang diberitakan

(73)

menangani proses berlangsungnya pesta demokrasi khususnya di Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Barat. Sedangkan pada berita Harian Umum Pikiran Rakyat, Subjektifitas yang dihadirkan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat, memberikan fungsi kontrol secara tidak langsung kepada masyarakat, berupa himbauan kepada pembaca tentang pengawasan terhadap kinerja KPU dan pasangan calon pemenangan suara dalam melaksanakan pilkada serentak.

(74)

5.2. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian mengenai analisis framingtentangpemberitaan Pilkada Serentak 9 Desember 2015 di Jawa Baratpada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat, peneliti ingin memberikan beberapa saran.

5.2.1. Saran Kepada Media

Kepadaperusahaan yang mudah-mudahan dapat berguna bagi perusahaan. Beberapa saran itu ialah :

1. Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyatharus tetap menjaga nilai Objektifitas dan Subjektifitas dalam setiap pemberitaan secara konsisten fakta yang ada dilapangan. Sehingga dapat menjaga keberimbangan berita dan kemenarikan sebuah pemberitaan.

2. Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat memasukan kutipan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa yang ada di lapangan, agar keseimbangan pemberitaan tetap terjaga.

3. Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat bisa memberikan informasi dan calon informan yang lebih baik kepada penelitian selanjutnya agar data yang didapatkan sesuai dengan tujuan penelti.

5.2.2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya

(75)

1. Saran yang ditujukan untuk mahasiswa bahwa penelitian ini dapat dikaji lagi dari sudut pandang yang berbeda, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik untuk menambah khazanah di bidang ini.

(76)

9 Desember 2015 Pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Gelar Sarjana Strata 1 Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

NALENDRA AGUNG SANGGA LASMANA NIM. 41810051

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(77)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... i LEMBAR PERNYATAAN ... ii LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii ABSTRAK ... iv ABSTRACT ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... x DAFTAR GAMBAR ... xvi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR BAGAN ... xviii DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 8 1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8 1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9 1.3.1 Maksud Penelitian ... 9 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9 1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

(78)

xi

2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 12 2.1.1.1 Skripsi Shirley Suandrea Chandra,

(79)

xii

(80)

xiii

4.1.1.1 Profil Harian Pagi Tribun Jabar ... 71 4.1.1.1.1 Sejarah Harian Pagi Tribun Jabar 72 4.1.1.1.2 Visi dan Misi Harian Pagi

Tribun Jabar ... 73 4.1.1.1.3 Struktur Organisasi Harian Pagi

Tribun Jabar ... 74 4.1.1.2 Profil Harian Umum Pikiran Rakyat .... 75

4.1.1.2.1 Sejarah Harian Umum Pikiran

Rakyat ... 76 4.1.1.2.2 Visi Harian Umum Pikiran

Rakyat ... 79 4.1.1.2.3 Misi Harian Umum Pikiran

Rakyat ... 82 4.1.1.2.4 Struktur Perusahaan Harian

(81)

xiv

4.1.2.1.1 Mendefinisikan Masalah

(Define Problem) ... 90 4.1.2.1.2 Memperkirakan Masalah

(Diagnose Causes) ... 92 4.1.2.1.3 Penilaian Masalah

(Make Moral Judgement) ... 94 4.1.2.1.4 Penyelesaian Masalah

(Treatment Recommendation) . 96 4.1.2.2 Pemberitaan di Harian Pagi

Tribun Jabar ... 97 4.1.2.2.1 Mendefinisikan Masalah

(Define Problem) ... 97 4.1.2.2.2 Memperkirakan Masalah

(Diagnose Causes) ... 98 4.1.2.2.3 Penilaian Masalah

(Make Moral Judgement) ... 100 4.1.2.2.4 Penyelesaian Masalah

(Treatment Recommendation) . 102 4.1.3 Pembahasan ... 102

4.1.3.1 Pembingkaian Berita Pada Harian

(82)

xv

di Jawa Barat ... 117

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 121

5.2 Saran ... 124

5.2.1 Saran Kepada Media ... 124

5.2.2 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 129

(83)

xvi

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran ... 45

Gambar 3.1 Pemberitaan Harian Umum Pikiran Rakyat... 49

Gambar 3.2 Pemberitaan Harian Pagi Tribun Jabar ... 50

Gambar 4.1 Pemberitaan Harian Umum Pikiran Rakyat... 66

Gambar 4.2 Pemberitaan Harian Pagi Tribun Jabar ... 66

Gambar 4.3 Logo Harian Pagi Tibun Jabar ... 71

(84)

xvii

Tabel 2.1. Matrik Perbedaan Tinjauan Terdahulu ... 13

Tabel 2.2. Definisi Framing Menurut Para Ahli ... 37

Tabel 3.1. Skema Framing Robert N. Etman ... 50

Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian ... 56

Tabel 3.3 Jadwal dan Waktu Penelitian ... 63

Tabel 4.1 Objek Penelitian Secara Utuh ... 67

(85)

xviii

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Redaksi Harian

(86)

xix

Lampiran 1 Surat Pengajua Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 129

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan ... 130

Lampiran 4 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 131

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Skripsi ... 132

Lampiran 6 Lembar Revisi Skripsi ... 133

Lampiran 7 Surat Pengantar Ke Redaksi Pikiran Rakyat... 134

Lampiran 8 Surat Pengantar Ke Redaksi Tribun Jabar ... 135

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ... 136

Lampiran 9 Dokumentasi ... 149

(87)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Biagi, Shirley. 2010. Media/Impact: Pengantar Media Massa. (Terj.). Jakarta: Salemba Humanika.

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.

Cangara, H. Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

DeVito, Joseph A., 2011. Komunikasi Antarmanusia. Edisi kelima. (Terj.). Jakarta: Karisma Publishing.

Eriyanto. 2002. Analisis framing: konstruksi, ideologi, dan politik media. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Goodman, Douglas J, dan George Ritzer. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

(88)

Littlejohn, Stephen W., Karen A. Foss. 2012. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.

M Hikmat, Mahi. 2011. Etika dan Hukum Pers. Bandung : Batic Press.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sobur, Alex. 2001. Analisis Text Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit. ALFABETA.

(89)

Sumber Website :

http://jabar.tribunnews.com/2015/09/16/pilkada-dan-sikap-acuh-warga. (diakses pada, 19 September 2015).

http://www.anneahira.com/pengertian-media-cetak.htm . (diakses pada, 21 September 2015).

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/analisis-bingkai-framing-analysis/ (diakses pada, 23 September 2015).

Sumber lain :

Arsip Pikiran Rakyat

Arsip Tribun Jabar

(90)
(91)

vi

“PEMBINGKAIAN BERITA PILKADA SERENTAK DI JAWA BARAT 2015 (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Pembingkaian Berita Pilkada Serentak Dan Sikap Acuh Warga 9 Desember 2015 Pada Harian Pagi Tribun Jabardan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015)” ini bisa selesai dibuat.

Penyusunanskripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat Sidang Skripsi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) tahun 2015.

Dalam skripsi ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non-teknis. Namun atas izin Tuhan YME, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima, baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.Skripsi ini dibuat dengan waktu yang cukup dari mulai pra-riset hingga penyusunan skripsi selesai saat ini

Saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dukungan, dorongan dan bimbingan terutama Yth :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(92)

vii

3. Bapak Sangra Juliano P, M.I.kom., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu saat peneliti melakukan kegiatan perkuliahan dan memberikan motivasi untuk terus maju.

4. Bapak Manap Solihat, M.Si., selaku Dosen Wali bagi Peneliti, atas motivasi yang ibu berikan kepada peneliti pada saat peneliti mengikutiperkuliahan dan bimbingan skripsi ini.

5. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan serta motivasi kepada peneliti pada penulisan skripsi ini.

6. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkulian.

7. Astri Ikawati, Amd.Kom., Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan perkuliahan, serta penelitian yang peneliti laksanakan. 8. Kang Arief Permadi, selaku redaktur harian pagi Tribun jabar yang telah

bersedia menjadi informan penelitan.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.1           Alur Kerangka Pemikiran
Table Manner Course at Amaroossa Hoptel

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk kandang ayam sangat baik digunakan dalam budidaya tanaman ubi jalar karena pupuk kandang ayam selain dapat memenuhi kebutuhan unsur hara juga dapat

Tauhid, adil, berkehendak bebas, tanggung jawab dan ihsan adalah aspek dari etika bisnis Islam. Nilai-nilai etika bisnis Islam wajib diterapkan bagi perusahaan yang

Peningkatan skor kemampuan interpersonal rata-rata dari pre-test ke pos-test yaitu sebesar 13,09 poin dan (3) Observasi pada saat pemberian tindakan untuk peningkatan

Peneliti Leni (2015) melaporkan bahwa pengaruh model role playing pada hasilkelas XI SMA dengan tema efektifitas metode role playing berbantuan medispro untuk

Perdagangan manusia semakin marak dikarenakan keuntungan yang diperoleh pelakunya sangatlah besar, bahkan menurut PBB perdagangan manusia ini adalah sebuah

Linen yang sudah dicuci harus bebas dari detergen, bahan pemutih atau bahan kimia lainnya yang dapat bereaksi dengan uap sehingga menyebabkan perubahan

Mengidentifikasi postur kerja para pekerja manual material handling (MMH) Industri Kecil pembuatan tahu yang ada di Desa Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo dengan metode

Salah satu upaya perbaikan penyaluran daya listrik yang mudah dilakukan dan bermanfaat dalam waktu yang lama untuk mengantisipasi perkembangan beban yang dipikul oleh