• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan pembimbing memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan pembimbing memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Motif juga dapat membantu seseorang untuk mengadakan prediksi

tentang perilaku. Apabila orang dapat menyimpulkan motif dari perilaku

seseorang dan kesimpulan tersebut dengan benar, maka orang dapat

memprediksi tentang apa yang akan diperbuat oleh orang yang

bersangkutan dalam waktu yang akan datang. Contohnya orang yang

mempunyai motif berafiliasi yang tinggi, maka ia akan mencari

orang-orang untuk berteman dalam banyak kesempatan.

Jadi sekalipun motif tidak menjelaskan secara pasti apa yang akan

terjadi, tetapi dapat memberikan ide tentang apa yang sekiranya akan

diperbuat oleh seorang individu. Misalnya orang yang butuh akan prestasi,

maka ia akan bekerja keras, secara baik dalam belajar, bekerja ataupun

dalam aktivitas-aktivitas lainnya.1

Sedangkan motivasi dapat dikatakan pula sebagai pendorong usaha

atau pencapaian prestasi. Adapun tujuan dari motivasi adalah mendorong

timbulnya perbuatan seperti belajar, mengarahkan aktifitas lanjut usia di

Yayasan Pusaka karena besar kecilnya motivasi mempengaruhi dan

menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.

Sepanjang rentang kehidupan, seseorang akan mengalami

perubahan fisik dan psikologis. Dalam psikologi perkembangan

1

(2)

disebutkan bahwa dalam diri manusia terjadi perubahan-perubahan fisik,

bahkan sampai pada anggapan bahwa masa tua merupakan masa yang

mudah dihinggapi segala penyakit dan mengalami kemunduran mental

seperti menurunnya daya ingat, masa inilah yang disebut masa lansia.2

Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir didalam

rentang kehidupan manusia didunia ini, Banyak hal penting yang perlu

diperhatikan guna mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan

sebaik-baiknya.

Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun keatas.

Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan

indikator utama yang tampak jelas, guna membedakan periode ini dengan

periode-periode sebelumnya.

Dalam psikologi perkembangan ada beberapa perubahan fisik yang

terjadi pada masa lansia diantaranya rambut yang sudah memutih, kulit

yang mengering dan keriput serta gigi yang telah tanggal.3

Seseorang menjadi tua merupakan fenomena perkembangan

manusia yang alamiah dalam kehidupan manusia yang tidak mungkin

dihindari, jika diberi umur panjang oleh Allah SWT. Namun bagi sebagian

orang menjadi tua merupakan suatu yang menakutkan karena dengan

berfikir menjadi tua mereka tidak dibutuhkan, dihargai dan menganggap

keberadaannya menjadi beban keluarga dan anak cucu mereka sehingga

pemikiran itu akan berpengaruh pada kejiwaannya.

2

Elizabeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga,1998) h. 380 3

(3)

Seperti yang telah dijelaskan bahwa proses menua merupakan

proses yang disertai dengan penurunan fungsi fisik, mental dan sosial yang

saling berinteraksi satu dengan yang lain memiliki potensi menimbulkan

masalah kesehatan jiwa pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering

dialami adalah gangguan depresi dan lain sebagainya.4

Menurut Sarlito W.S bahwa pada saat dipensiunkan maka

seseorang akan merasa kehilangan kesibukan sekaligus merasa kurang

duperlukan lagi, bertepatan dengan itu anak-anak mulai berubah dan akan

meninggalkan rumah, badan mulai melemah, dan tidak mungkin untuk

berpergian jauh. Sebagai akibatnya semangat mulai menurun, mudah

terserang penyakit dan segera akan mengalami kemunduran mental, hal ini

disebabkan oleh mundurnya fungsi-fungsi otak dan daya konsentrasi

berkurang.5

Uraian diatas menjadi pendorong dan sekaligus melatarbelakangi

penulis untuk mengangkat judul skripsi ini yaitu “ peran pembimbing

dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di Yayasan Pusaka

Cengkareng Jakarta Barat “ .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Harapan-harapan menurut David Berry, merupakan imbangan dari

norma-norma sosial karena itu dapat dikatakan peranan-peranan ini

dapat ditentukan oleh norma-norma di masyarakat. Artinya seseorang

4

Dep.Kes.RI, Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut, (Jakarta: Dirjen.Pelayanan Medik,1995),h.5

5

(4)

diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan pekerjaannya

dan dalam pekerjaan-pekerjaan lain.

Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap

masalah-masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan pembatasan

masalah pada peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup

pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng Jakarta Barat

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana cara pembimbing dalam memberikan motivasi hidup

pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng?

b. Apakah harapan para lansia tentang pemberian motivasi hidup?

c. Apakah terdapat kesesuaian antara cara pembimbing dalam

memberikan motivasi hidup dengan harapan lansia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui cara pembimbing dalam memberikan motivasi

hidup pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng.

b. Untuk mengetahui harapan para lansia tentang pemberian motivasi

hidup.

c. Untuk mengetahui terdapat kesesuaian antara cara pembimbing

(5)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Akademis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan, baik tentang

program, kondisi maupun kesesuaian antara cara konselor dengan

harapan para lansia. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan evaluasi bagi konselor dalam melakukan konseling.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi atau acuan

bagi para keluarga yang memiliki orangtua yang mempunyai usia

di atas 60 tahun agar dapat membimbingnya dengan baik.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

jenis penelitian lapangan (field research) dimana peneliti langsung ke

lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini

mengenai peran pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada

lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dalam

6

(6)

hal ini yang diteliti adalah peran pembimbing dalam memberikan motivasi

hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Pusaka Cengkareng, yang beralamat di

jalan Cendrawasih IV Rt.0012/07 Cengkareng Barat, Jakarta Barat 11730.

Adapun waktu penelitian dimulai dari 26 Februari 2009 hingga 30 Mei

2009.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah konselor yang terlibat langsung

dalam memberikan motivasi hidup dan lansia yang juga terlibat dalam

proses konseling tersebut. Kemudian objeknya yaitu peran pembimbing

dalam memberikan motivasi hidup pada lansia.

5. Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode

observasi, wawancara yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indera.

Sumber utama peneltian ini adalah objek penelitian, yakni pada

konseling yang diberikan untuk memotivasi lansia Pusaka Cengkareng.

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka

instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi

segalanya dan keseluruhan proses penelitian.7

7

(7)

Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapangan,

handycame, dan pedoman wawancara.

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik pemerikasaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki

kriteria :

a. Kredibilitas (derajat kepercyaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik

pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,

hal itu dapat dicapai dengan jalan :

1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain, Dalam hal ini penulis

membandingkan jawaban yang diberikan oleh pembimbing dengan

klien mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang

berkaitan.

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan

mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

8. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,

(8)

a. Observasi, yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat

indera. Terkait dengan masalah bagaimana peran pembimbing dan

metode yang digunakan dalam memberikan motivasi hidup pada lansia

di Pusaka Cengkareng.

b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada

konselor untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis

terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang

berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang

dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu

dengan handycam untuk merekam hasil wawancara dan mencatat

informasi yang didapat waktu itu.

c. Dokumentasi, yaitu menelaah dokumentasi dan arsip yang dimiliki

yayasan.

9. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara,

penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian

menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak

pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil

pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai

dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara

(9)

E. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai lansia yang

telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi

penelitian diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul skripsi, Konselor

dalam memberikan bimbingan rohani islam di usia lanjut di Panti Jompo

Cipayung Jakarta Timur, penulis Siti Zulaeha, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2001, yang berisi

tentang bimbingan rohani pada lansia.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini

penulis membahas mengenai peran pembimbing dalam memberikan

motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat

sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan merupakan bab awal yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Kajian Teori yang berisikan masalah inti dalam judul skripsi ini, yaitu memuat tentang pengertian teori peran,

pengertian pembimbing, pengertian motivasi hidup,

prinsip-prinsip motivasi hidup, pengertian lansia, peran

pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia

serta kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

(10)

berdirinya, visi, misi, struktur Organisasi dan kondisi lansia

di Pusaka Cengkareng Barat Jakarta Barat

BAB IV Temuan analisa yang terdiri dari bagaimana cara konselor dalam memberikan motivasi hidup pada lansia, harapan

para lansia dan kesesuaian antara cara konselor

memberikan motivasi hidup dengan harapan para lansia.

(11)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ Peran adalah beberapa

tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat dan harus dilaksanakan.”8

Dalam kamus ilmiah popular, peran diartikan sebagai fungsi,

kedudukan atau bagian dari kedudukan, seseorang dikatkan berperan atau

memiliki peranan karena dia (orang tersebut) mempunyai status dalam

masyarakat.

Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang

lainnya tersebut. Akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai

dengan statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan

sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”9

Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan

status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda akan tetapi saling

berhubungan erat antara satu sama lainnya.

Karena yang satu tergantung pada yang lainnya begitu juga

sebaliknya, maka peran diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang

berbeda akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dapat

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1998),h. 667

9

(12)

dikatakan berperan atau memiliki peran dikarenakan seseorang tersebut

mempunyai status dalam masyarakat walau kedudukan ini berbeda antara

satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki

peran yang sesuai dengan statusnya.

Pengertian peran menurut Jenning yang dikutip oleh Ira Yoga yaitu

“cara berinteraksi yang melibatkan tingkah laku oleh dan untuk individu,

yang pada akhirnya ada proses penempatan status peranan seseorang

dalam keluarga, orang, masyarakat dan sebagainya.” Adapun Gibb dan

Gordon, sebagaimana yang dikutip oleh Ira Yoga mendefinisikan “peran

yaitu lahir dari interaksi dalam masyarakat itu sendiri dengan

memposisikan peran interaksi mereka dalam masyarakat, melalui

partisipasi dalam memainkan peran tertentu.”10

Sedangkan David Berry mendefinisikan “peran sebagai

seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu.11

Harapan-harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan

imbangan dari norma-norma sosial karena itu dapat dikatakan

peranan-peranan ini dapat ditentukan oleh norma-norma di masyarakat.

Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang

diharapkan pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lain.

Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama

bahwa “harapan tentang peran adalah harapan-harapan lain pada umumnya

10

http://ireyoga.org/adapt/modul_kepemimpinan

11

(13)

tentang perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh

seseorang yang mempunyai peran tertentu.”12

Peran sangat menentukan kelompok social masyarakat, dalam

artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan

agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai

dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan)dimana ia bertempat

tinggal.

Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta

menjalankan peran.13

David Berry mengatakan bahwa didalam “ peran terdapat dua

macam harapan yaitu : Pertama, harapan-harapan masyarakat terhadap

pemegang peran dari pemegang peran.

Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau

kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap orang yang

berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya atau

kewajiban-kewajibannya.

2. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk

sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk

atau manusia lainnya.

Maka pada posisi semacam inilah, peran sangat menentukan

kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan

masing-12

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial,(Jakarta: CV Rajawali, 1984), Cet.Ke-1.h.235

13

(14)

masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya

yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengn kedudukannya

dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia bertempat tinggal.

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari

masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan

sebagaimana mestinya sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan

tersebut.

Individu dituntut memegang peran yang diberikan oleh masyarakat

kepadanya, dalam hal ini peran dapat dilihat sebagian dari struktur

masyarakat, misalnya peran-peran dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan

dan peran-peran lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.

Dari penjelasan dapat terlihat suatu gambaran bahwa suatu peran

tidak dapat berjalan tanpa adanya atau memiliki kedudukan, maksudnya

yaitu dengan adanya kedudukan tersebut maka peranan itu dapat berjalan

sesuai dengan tugas yang dimilikinya.

B. Pengertian Pembimbing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pembimbing adalah orang yang

membimbing, pemimpin, penuntun.14 Sedangakan menurut Prayitno,

”Pembimbing adalah orang yang membantu individu untuk membantu mereka

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat

pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi yang diperlukan untuk

(15)

menyesuaikan diri yang baik.” Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas

pembimbing adalah melakukan bimbingan terhadap lansia itu sendiri.15

Menurut M. Hamdani Adz-Dzaky menguraikan pengertian konseling

adalah aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan

saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan

klien, dimana konseling datang dari pihak klien yang disebabkan

ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan sehingga ia memohon pertolongan

kepada pembimbing agar dapat memberikan bimbingan dengan

metode-metode psikologis dalam pelaksanaan :

1. Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh.

2. Mengembangkan kualitas kesehatan mental.

3. Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri

individu dan lingkungannya.

4. Menanggulangi problem hidup dan kehidupan secara mandiri.16

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling

a. Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan

kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi

b. Memperoleh wawasan baru tentang berbagai alternatif, pandangan dan

pemahaman-pemahaman, serta ketrampilan-ketrampilan baru

c. Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri; mencapai kemampuan untuk

mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya;

15

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka cipta), h. 94

16

(16)

kemampuan untuk mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses

pencapaian tujuan yang dikehendaki.

(Coleman, dalam Thompson & Rudolph, 1983)

d. Tujuan konseling dapat terentang dari sekedar klien mengikuti

kemauan-kemauan konselor sampai pada masalah pengambilan

keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi,

penyembuhan, dan penerimaan diri sendiri.

(Thompson & Rudolph, 1983).17

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling 1. Fungsi pemahaman

a. Pemahaman tentang klien

Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya

pemeberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau

pihak-pihak lai dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka

mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu

itu. Pemahaman tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan

lebih jauh lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang

pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi

lingkungannya.

b. Pemahaman tentang masalah klien

Pemahaman terhadap masalah klien itu terutama menyangkut

jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan

kemungkinan berkembangnya (kalau tidak segera diatasi). Pemahaman

17

(17)

masalah oleh individu (klien) sendiri merupakan modal dasar bagi

pemecahan masalah tersebut. Sejak awal prosesnya, pelayanan

bimbingan dan konseling diharapkan mampu mengantarkan klien

memahami masalah yang dihadapinya. Apabila pemahaman masalah

klien oleh klien itu sendiri telah tercapai maka pelayanan bimbingan

dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi pemahaman dengan

baik.

c. Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas”

Pemahaman tentang lingkungan yang “lebih luas” artinya

dalam arti sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu

yang secara langsung mampengaruhi individu tersebut seperti keadaan

rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi dan sosio emosional

keluarga, hubungan antar tetangga dan lain sebagainya. Paparan

singkat lebih lajut berikut ini menyangkut beberapa jenis lingkungan

yang “lebih luas” seperti lingkungan sekolah bagi para siswa,

lingkungan kerja dan industri bagi para karyawan, dan

lingkungan-lingkungan kerja bagi para individu sesuai dengan sangkut-paut

masing-masing. Pemahaman yang baik terhadap hal-hal tersebut akan

memungkinkan menjalani kehidupan sebagaiman dikehendaki.

2. Fungsi Pencegahan

a. Pengertian pencegahan

Pencegahan yaitu upaya mempengaruhi dengan cara yang

positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan

(18)

benar-benar terjadi (Horner & McElhaney,1993). Lingkungan yang baik

akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena

itu lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Adapun

aplikasi upaya pencegahan adalah bahwa:

(1) Mencegah adalah menghindari timbulnya atau meningkatnya

kondisi bermasalah pada diri klien

(2)Mencegah adalah mempunyai dan menurunkan faktor organik

dan stres

(3)Mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri dan dukungan

kelompok.

b. Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan yang harus dilakukan konselor adalah :

(1)Mendorong perbaikan lingkungan yang kalu diberikan akan

berdampak negatif terhadap individu yang bersangkutan

(2)Mendorong perbaikan kondisi diri pada diri klien

(3)Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang

diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan

kehidupannya.

(4)Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan

memberi resiko besar dan melakukan sesuatu yang akan

memberikan manfaat.

(5)Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang

(19)

3. Fungsi Pengentasan

Upaya pengentasan msalahnya pada dasarnya dilakukan secara

perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang

diderita oleh individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan

demikian penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap

kondisi masing-masing masalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki

ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani

berbagai masalah yang beraneka ragam.

4. Fungsi pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang

baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan

maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.

Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang

membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan.

Oleh karena itu kedua fungsi itu tidak dapat dipisahkan. Dalam

pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan

pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan

dan program.

Selain fungsi bimbingan dan konseling yang sudah

dikemukakan di atas, ulasan dalam pelayanannya juga memiliki tujuan

yang jelas menurut George dan Christiani, seperti yang dikutip Singgih

(20)

1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku

2. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu

3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukkan keputusan

4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan

5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan klien.18

C. Pengertian Motivasi Hidup

Motif sebagai pendorong pada umunya tidak berdiri sendiri, tetapi

saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, hal-hal yang dapat mempengaruhi

motif disebut motivasi. Motivasi sendiri merupakan keadaan dalam diri

individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.19 Sedangkan

pengertian hidup adalah yang menjadikan sesuatu merasa dan mengetahui juga

bergerak, yang selalu ditandai dengan rasa, gerak dan sadar.

Menurut hemat saya pengertian motivasi itu sendiri berarti suatu

dorongan untuk tetap terus bergerak, sadar dan merasakan. Artinya dorongan

yang mengarah kepada eksistensi hidup.

Manusia ingin tetap dapat bergerak, merasakan dan sadar dalam

kehidupan, sehingga dibutuhkan motivasi atau dorongan agar hidup atau rasa

itu dapat bermakna.

Motivasi memiliki 3 aspek antara lain :

1. Keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak karena

kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau

karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir

dan ingatan.

18

Singgih D.Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,(Jakarta: PT. Gunung Mulia,1992), Cet ke-23, h. 24

19

(21)

2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini

3. Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.

Salah satu aspek dalam konseling yaitu motivasi, yaitu memberikan

dorongan kepada klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya

memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif.

Memahami motivasi merupakan satu hal yang sangat penting bagi para

konselor dalam proses konseling karena beberapa alasan, yaitu : (1) klien

harus didorong untuk bekerja sama dalam konseling dan senantiasa berada

dalam situasi itu, (2)klien harus senantiasa dorong untuk berbuat dan berusaha

sesuai dengan tuntutan , (3) motivasi merupakan hal yang penting dalam

memelihara dan mengembangkan suasana konseling.

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk

mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu.

Motivasi memiliki karakteristik :

(1)Sebagai hasil dari kebutuhan

(2)Terarah kepada suatu tujuan

(3)Menopang perilaku.

Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan dan

penaksiran perilaku. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong

individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada pencapaian suatu

tujuan. Dalam bentuk uang sederhana, motivasi dapat digambarkan dalam

kerangka :

(22)

Ada lima hal yang menjadi alasan bahwa motivasi itu merupakan

suatu proses yang kompleks, yaitu:

1. Motif yang menjadi sebab dari tindakan seseorang itu tidak dapat diamati

akan tetapi hanya diperkirakan.

2. Individu mempunyai kebutuhan atau harapan yang senantiasa berubah dan

berkelanjutan

3. Manusia memuaskan kebutuhannya dengan bermacam-macam cara

4. Kepuasan dalam satu kebutuhan tertentu dapat mengarah kepada intensitas

kebutuhan

5. Perilaku yang mengarah kepada tujuan, tidak selamanya dapat

menghasilkan kepuasan.

Sesuai dengan kerangka diatas maka dari setiap proses motivasi dan

perilaku akan menghasilkan berbagai peristiwa yang bervariasi antara

individu yang satu dengan yang lainnya ataupun pada setiap individu dalam

waktu dan tempat yang berbeda. Setiap orang selalu terdorong untuk

melakukan tindakan yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang telah

diinginkan. Bilamana tujuan itu tercapai, maka kemungkinan ia akan

memperoleh kepuasan.

Akan tetapi , tidak selamanya setiap perbuatan itu dapat mencapai

tujuan yang diinginkan dan menghasilkan kepuasan. Dalam situasi ini individu

akan mengalami kegagalan dan merasakan kekecewaan yang selanjutnya

dapat menimbulkan frustasi, dalam keadaan frustasi ini ada dua kemungkinan

(23)

yaitu tindakan yang tergolong konstruktif, dan tindakan yang tergolong

defensif.

Reaksi yang tergolong konstruktif adalah apabila individu mampu

menghadapi kegagalan secara realistik dan mampu melakukan tindakan untuk

menghadapi kegagalan secara realistik dan dapat dibenarkan menurut norma

yang berlaku. Reaksi inilah yang paling banyak diharapkan oleh setiap orang.

Sedangkan reaksi defensif adalah bentuk perilaku reaksi yang

ditunjukkan untuk mempertahankan dan melindungi dirinya dari kegagalan

yang dihadapi.

Pada umumnya tindakan defensif ini terjadi dalam keadaan kurang

disadari dan kehilangan kontrol diri, sehingga dapat menimbulkan

gejala-gejala gangguan mental. Dari bentuk perwujudannya, ada beberapa bentuk

perilaku defensif sebagai reaksi frustasi disebut :

1. Rasionalisasi yaitu mencari-cari dalih atau alasan untuk menutupi

kegagalannya

2. Proyeksi adalah melempar sebab-sebab kegagalannya kepada pihak di

luar dirinya

3. Kompensasi, yaitu mencari sukses dalam bidang lain untuk menutupi

kegagalan dalam satu bidang

4. Regresi yaitu berperilaku kekanak-kanakan

5. Menarik diri, yaitu menghindarkan diri dari keadaan yang tidak

menyenangkan baik secara fisik maupun psikis

6. Represi, yaitu menekan atau melupakan hal-hal yang tidak

(24)

7. Agresi, yaitu melakukan perlawanan atau penyerangan terhadap

hal-hal yang dianggap sebagai penyebab kegagalannya.

8. Sublimasi, yiatu dengan mencari penyaluran atau tujuan pengganti

9. Cemas tak berdaya, yaitu keadaan diam tak berdaya tanpa melakukan

apa-apa.

Faktor yang menggerakan tingkah laku manusia dalam jiwa adalah

ilmu jiwa disebut dengan motif. Motif (motive) berasal dari kata

“Motion” memiliki arti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Menurut

istilah psikologi mengandung arti penyebab yang diduga untuk suatu

tindakan, suatu aktivitas yang sedang berkembang dan suatu kebutuhan.

Adapun faktor-faktor itu adalah :

1. Faktor Personal (biologis)

Motif biologis yang mempengaruhi perilaku manusia seperti

kebutuhan akan makan, minum dan istirahat serta kebutuhan seksual.

2. Faktor Sosiopsikologis

Merupakan faktor karakteristik yang disebabkan oleh proses

sosial yang dialami oleh setiap orang, karakteristik ini mempengaruhi

tingkah lakunya. Motif ini antara lain : Keingintahuan, motif

kompetensi, motif cinta, motif harga diri, nilai dan makna hidup,

kepercayaan.

3. Faktor Situasional

Faktor ini dapat mempengaruhi seseorang menyesuaikan

(25)

4 . Faktor Rohaniah

Kebutuhan rohaniah dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu

pendidikan, penglaman dan suasana yang melindunginya. Semakin

tinggi pendidikan seseorang dan semakin luas pengalamannya, maka

semakin banyak dan tinggi tingkat kebutuhan ruhaniahnya.20

Perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang

dibentuk dan perilaku yang dipelajari. Pembentukan perilaku dapat

melalui :

1. Imitasi (Peniruan) terhadap perbuatan orang lain merupakan salah

satu aspek dari kegiatan manusia (Menurut Charles Bird)

2. Sugesti juga merupakan faktor yang banyak mempengaruhi sikap dan

tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.

3. Simpati yang berarti perasaan tertariknya seseorang kepada orang lain

yang membuat seseorang menjadi peniru sikap yang disimpatikan.

4. Situasi kebersamaan dalam situasi dimana sekumpulan manusia

berada pada suatu tempat dalam kurun waktu tertentu secara

insidental. Tingkah laku yang muncul bukan lagi sebuah tingkah laku

individual melainkan tingkah laku secara kolektif massal.21

D. Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Hidup

Beberapa konsep dan teori yang telah dikemukakan diatas, dapat

dijadikan kerangka acuan dalam mewujudkan berbagai upaya memberikan

motivasi. Berdasarkan hal iti, beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan

acuan adalah sebagai berikut :

20

Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1999), h. 77 21

(26)

1. Prinsip kompetisi

Maksudnya adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar

pribadi. Kompetisi inter pribadi yaitu kompetisi dalam diri pribadi

masing-masing dari tindakan kerja dalam dimensi tempat atau waktu. Sedangkan

kompetisi antar pribadi adalah persaingan antar individu yang satu dengan

yang lain. Dengan persaingan sehat dapat ditimbulkan motivasi untuk

bertindak secara lebih baik. Melalui konseling, konselor dapat membantu

klien untuk mampu berkompetisi secara sehat dalam dirinya dan antar

pribadi maupun orang lain.

2. Prinsip Pemacu

Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada

pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat,

peringatan dsb.Dalam hal ini motif individu ditimbulkan dan ditingkatkan

melalui upaya secara teratur untuk mendorong selalu melakukan berbagai

tindakan sebaik mungkin.

3. Prinsip ganjaran dan hukuman

Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk

melakukan tindakan yang dilakukan. Setiap untuk kerja yang baik apbila

diberi ganjaran yang memadai, cenderung akan meningkatkan

motivasi.Demikian pula hukuman yang diberikan dapat menimbulkan

motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan

hukuman itu. Hal yang harus diingat adalag agar ganjaran dan hukaman itu

dapat diterapkan secara tepat agar benar-benar dirasakan oleh yang

(27)

4. Kejelasan dan Kedekatan Tujuan

Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan maka akan makin

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Konselor seyogyanya

membantu klien dalam memahami tujuannya secara jelas. Melalui

konseling, klien dibantu untuk membuat tujuan-tujuan yang masih umum

dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.

5. Pemahaman Hasil

Dalam kaitan ini konselor seyogianya selalu memberikan balikan

kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh klien. Umpan balik

ini akan bermanfaat untuk mengukur derajat kerja yang telah dihasilkan

untuk keperluan perbaikan dan pengingkatan selanjutnya.

Klien hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan

terhindar dari berkembangnya rasa gagal.

6. Pengembangan Minat

Prinsip dasarnya adalah bahwa motivasi seseorang cenderung

meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam

melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan

dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat seseorang dalam

melakukan tindakannya.

Para konselor diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan

minat klien dalam aktivitas konseling. Dengan demikian klien akan

memperoleh rasa senang dan kepuasam dalam keseluruhan kegiatan

(28)

7. Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial

maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk

bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan

fisik konseling yang sebaik mungkin.22

E. Pengertian Lansia

Sepanjang rentang kehidupan, seseorang akan mengalami perubahan

fisik dan psikologis. Dalam psikologi perkembangan disebutkan bahwa dalam

diri manusia terjadi perubahan-perubahan fisik, bahkan sampai pada anggapan

bahwa masa tua merupakan masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan

akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, masa

inilah yang disebut dengan masa lansia.

Tugas perkembangan yang hendaknya dilalui oleh para lansia adalah :

1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan

2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

4. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya

5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis

Menurut Thomae menganggap proses lansia sebagai interaksi

perubahan-perubahan dalam sepuluh subsystem yang menyebabkan

orang-orang pada usia lanjut begitu berbeda, antara lain :

22

Mohamad Surya, Psikologi Konseling,(Bandung: C.V Pustaka Bani Quraisy, 2003) h. 113-116

(29)

1. Permasalahan belajar pada awal proses tua, misalnya riwayat

pendidikan, kebiasaan dalam mengadakan aktifitas fisik dan mental,

makanan, hobi, dan hubungan sosial.

2. Perubahan dalam system biologis, misalnya kesehatan, fungsi sensoris,

biomorfosa atau proses penuaan primer, kemunduran dalam ingatan.

3. Perubahan dalam peran sosial, misalnya pindah ke panti, kehilangan

teman hidup, sahabat atau keluarga lain, menjalin persahabatan baru,

peran sosial baru.

4. Situasi sosio-ekonomis dan ekologis, misalnya hal-hal yang berkaitan

dengan penghasilan, jaminan sosial, perumahan, kendaraan, jaminan

pelayanan medis.

5. Perubahan sifat-sifat kepribadian, misalnya dalam hal aktivitas,

perhatian, suasana hati, kreativitas, penyesuaian, kontrol diri.

6. Perubahan berbagai macam aspek kognitif

7. Ruang hidup individual seperti konsep diri, orientasi nilai dan agama,

sikap terhadap kematian.

8. Kepuasaan hidup atau keseimbangan yang dicapai antara kebutuhan

individual dan situasi kehidupan

9. Kemampuan untuk mengembalikan keseimbangan melalui sikap tidak

menyerah yang mengakibatkan tingkah laku prestasi.

10.Kompetensi sosial sebagai ukuran global kemampuan individu untuk

memenuhi tuntutan sosial dan biologis.24

Adapun perkembangan agama pada lansia berpusat pada kematian

24

(30)

yang menjadi sesuatu sifat yang pribadi. Dan menurunnya kehadiran dan

partisipasi dalam kegiatan dimasjid yang banyak disebabkan karena

factor-faktor lain seperti keadaan kesehatan yang memburuk, tidak ada transportasi,

malu karena tidak memiliki pakaian yang sesuai ataupun tidak mampu

menyumbang uang dan perasaan yang tidak dibutuhkan oleh masyarakat.

Sehingga para lansia enggan untuk beribadah namun dengan perasaan

takutnya terhadap kematian.25

Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap

keagamaan pada lansia, namun secara garis besarnya ciri-ciri keberagamaan

pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Kehidupan keagamaan pada lansia sudah mencapai tingkat kemantapan.

2. Meningkatnya kecenderungan untuk pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul terhadap pengakuan realitas tentang kehidupan akhirat

secara lebih sungguh-sungguh.

4. Timbul rasa takut terhadap kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya.26

25

Neny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.136

26

(31)
[image:31.612.111.507.107.509.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM

PUSAKA CENGKARENG JAKARTA BARAT

A.Pusaka Cengkareng Jakarta Barat A. Sejarah berdirinya

Dalam rangka mewujudkan cita-cita untuk mencerdaskan anak

bangsa dan mengurangi kemiskinan, maka pada tanggal 19 januari 1983

didirikan Yayasan Pembina anak sehat Sosrokartono oleh Ir.R.Ng.Soearto

Sosrohadikoesoemo. Tujuannya ialah mengenang dan melestarikan

pemikiran-pemikiran pamannya yaitu Drs.R.M.Pandji

Sosrokartono(1877-1952) sarjana Oosterse Talen,Univ LEIDEN, Nederland, lulusan tahun

1908 dan beliau adalah kakak Raden Ajdeng Kartini. Sosrokartono adalah

seorang Filosogf, Humanis, Suka menolong sesame dan pemerhati

pendidikan, termasuk pendidikan anak-anak keluarga kurang mampu.

Yayasan ini bergerak dibidang pendidikan, sosial dan

kemanusiaan. Pada tahun 1983 Ir.S.Sosrohadikoesoemo membeli sebidang

tanah seluas 375 m2 dan dengan bantuan sahabat-shabat di Nederland

didirikan sekolah Dasar Swasta “Sosrokartono”. Sebagian besar murid

tidak dipungut biaya, bahkan semua diberi makan siang dan seluruhnya

dikelola atas biaya sendiri. Sengaja dipilih daerah Rawa bengkel,

Cengkareng Barat, Jakarta Barat, karena daerah tersebut miskin dan sangat

(32)

Adapun tiga terpadu yayasan adalah :

1. Bidang Pendidikan : SD.Sosrokartono

Sekolah dasar didirikan pada tahun 1983, di Jl.Cendrawasih

Rt.012/ Rw.07, Cengkareng Barat, Jakarta Barat, status sekolah:

akreditasi. Jumlah murid 120 anak, terdiri dari kelas I samapai kelas VI.

Murid-murid sebagian berasal dari keluarga yang tidak mampu dan

tidak dipungut bayaran sekolah, 35% murid membayar Rp.6.000/bulan.

Biaya operasional sekolah dan honor Guru/ Staf ditanggung oleh

yayasan. Tidak ada subsidi dari pemerintah, sedang anggaran

Rp.80.000.000,- per tahun. Keadaan sekolah memprihatinkan,

memerlukan dana bantuan.

2. Bidang Sosial

Panti asuhan adinda didirikan pada tanggal 17 oktober 1998

menampung 35 anak yang keluar dari SD Sosrokartono karena adanya

krisis moneter dan mereka kebanyakan anak yatim/piatu. Mereka

disekolahkan sampai SMP/SMU/SMEA/SMK.

Dewasa ini panti asuhan adinda mengasuh dan menyekolahkan

50 anak usia 8-17 tahun. Mereka mendapat pakaian dan sepatu dll,

makan 3x sehari dan pengobatan yang memadai. Selain pelajaran

kesenian ( menyanyi dan menari) olahraga serta belajar keterampilan.

Sumber dana dan biaya operasional 125 juta pertahun: 50%

subsidi pemerintah, kekurangannya mencari donator tetap/ tidak tetap

dari masyarakat untuk biaya pendidikan tanpa membebani yayasan.

(33)

Mereka tergabung dalam pusaka VIII (Pusat santunan dalam

keluarga). PUSAKA VIII merupakan suatu lembaga/ proyek pelayanan

kesejahteraan social yang menyantuni Lanjut usia 60 tahun keatas dari

keluarga kurang mampu dan gizi buruk dan bertemnpat tinggal tidak

layak huni. Diseluruh Jakarta ada 114 pusaka, tergabung dalam Badan

Kerja Sama Pusaka (BKSP), pusaka VIII didirkan dan diketuai oleh

Almarhumah Ibu Joyce Sosrohadikoesoemo (1979-2002), sampai

sekarang anggotanya berjumlah 50 lansia.

Pelayanan yang diberikan adalah memberikan makanan

3xseminggu( untuk 2x makan sehari) bagi lansia yang tinggal di Rawa

bengkel, Cengkareng Barat, Jakarta Barat. Untuk lansia yang

bertempat tinggal di luar Cengkareng mendapat santunan bulanan dan

makanan berupa natura(beras, mie instant dll). Kegiatan-kegiatan

lainnya adalah pemeriksaa kesehatan oleh Puskesmas Cengkareng,

pengajian dan senam lansia seminggu sekali, santunan Hari raya

dengan pemberian paket lebaran serta rekreasi.

B. Letak Geografis

PUSAKA 8 “Yayasan Sosrokartono” Cengkareng Barat, Jakarta

Barat terletak di jalan Cendrawasih VI RT.0012/07 No.47, Cengkareng

Barat, Jakarta Barat 11730.

C. Visi dan Misi

Visi yayasan sosrokartono adalah menjadikan yayasan sebagai

pusat kegiatan didalam tiga bidang yaitu pendidikan, sosial dan

(34)

Misi yayasan sosrokartono adalah memberikan pendidikan kepada

anak yatim, yatim-piatu dan anak-anak keluarga yang tidak mampu, serta

lansia dengan membina dan mengembangkan kualitas jasmaniah, mental

dan rohaniah mereka sesuai dengan perkembangannya agar mencapai taraf

hidup yang lebih baik.

D. Struktur Organisasi Pusaka “Yayasan Sosrokartono” STRUKTUR KEPENGURUSAN

PUSAKA CENGKARENG

Pengurus Yayasan : P.A.S Sosrokartono

Kepala Bidang Sosial : Ny.Sukadari Honggowongso

Ketua Pusaka 8 : Hj. Sri Murdjiah

Bendahara : Dewi. N. Kartini SE

Sekretaris : Dra. Dewi Pujiwati

Pendamping/ Pelayanan Teknis

1. Pelayanan Keterampilan : Ny. Murtini

2. Pelayanan Kesehatan : Ny. Yetti Hadi

3. Pelayanan Mental Spiritual /Keagamaan : Ny. Sukarsih

4. Pelayanan Makanan : Ny. Sutanti

(35)

Pengurus Yayasan P.A.S. Sosrokartono

Kepala Bidang Sosial Ny. Sukadari

Ketua Pusaka VII Hj. Sri Murdjiah

Bendahara Dewi. N. Kartini, SE

Pendamping/ Pelayanan Teknis

Sekretaris Dra. Dewi Pujiwati

Pelayanan Keterampilan

Ny. Murtini

Pelayanan Kesehatan

Ny. Yetti Hadi

Pelayanan Spiritual /Keagamaan

Ny. Sukarsih

Pelayanan Makanan

Ny. Sutanti

Pelayanan Rekreasi / Olahraga Ny. Deni Kurniati/ Emi

(36)

E. Kondisi Lansia

Pusaka yang merupakan singkatan dari Pusat Santunan Keluarga yang

berarti lansia mendapatkan santunan dan ilmu agama kesehatan dan yang

lainnya namun mereka tetap tinggal bersama keluarga mereka

masing-masing.

Kondisi lansia di Pusaka ini sangat baik. Kondisi tubuhnya yang

sudah mulai renta tidak menyurutkan niat mereka untuk menuntut ilmu

agama, apalagi mengingat mereka merasa sudah mulai lupa dengan apa

yang telah dipelajari sebelumnya sehingga membuat mereka termotivasi

untuk belajar lagi yang telah dipelajari dulu.

Adapun dua orang lansia yang mempunyai kekurangan dalam

penglihatan dalam hal ini lansia yang tunanetra, tetapi mereka tidak

meratapi apa yang ada didirinya, mereka tetap bersemangat untuk belajar

tentang pengetahuan agama. Dan mereka tidak rendah diri, mereka tetap

sempurna seperti lansia yang lainnya.

Lansia yang terdapat di Pusaka mayoritas adalah warga sekitar yang

memiliki keadaan ekonomi bawah sehingga selain mendapatkan

pengetahuan agama dan sosial merekapun mendapatkan santunan berupa

makanan pokok sehari tiga kali yaitu pagi, siang, dan sore.

Dengan kondisi ekonomi yang lemah tidak membuat mereka

menjadi orang yang tidak berdaya tetapi mereka justru sangat menyadari

pentingnya menuntut ilmu apalagi ilmu agama sebagai bekal di hari akhir

(37)

Jadi dapat dikatakan bahwa lansia yang berada di Pusaka mayoritas

dari warga sekitar yang dapat dikatakan tidak mampu dan perlu dibantu

agar terpenuhinya kebutuhan rohani maupun jasmaninya secara baik.

Mereka pun sangat antusias terhadap kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakan oleh Pusaka.

Para lansia pun sangat merasa nyaman dengan memiliki ketua

Pusaka dan Penanggungjawab harian yang sangat ramah dan baik,

sehingga mereka tidak segan untuk bercerita tentang apapun yang terjadi

(38)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai peran konselor dalam

memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat yang

meliputi bagaimana peran konselor dalam memberikan motivasi hidup pada

lansia, harapan-harapan lansia dan kesesuian antara harapan lansia dengan

konseling yang diberikan oleh konselor.

A. Identifikasi Subyek (Informan)

Identifikasi subyek (Informan) di Yayasan Pusaka ini terdapat 4

informan yang terlibat langsung pada proses bimbingan antara lain :

1. Ibu Hj. Sri Murdjiati selaku ketua yayasan Pusaka, yang juga terlibat pada

aktivitas lansia dan proses bimbingan itu. Ibu Sri ini yang juga

memberikan bimbingan keagamaan terhadap lansia di sela-sela aktivitas

yang dilakukan oleh lansia.

2. Ibu Hj. Nani selaku penanggung jawab harian yang bertugas mengontrol

setiap kegiatan lansia, dan beliau pun menyampaikan bimbingan yang

bersifatnya sosial kemasyarakatan agar lansia dapat bersosialisasi dengan

baik di umurnya yang sudah tidak muda lagi.

3. Ibu Emi selaku pendamping keseluruhan lansia, artinya tugas beliau

adalah mengatur lansia di dalam kegiatan. Pendamping lansia di Yayasan

ini selain mendampingi lansia juga membantu dalam kegiatan juga.

4. Ibu Rojiah sebagai perwakilan lansia yang menjabat juga sebagai ketua

(39)

B. Program Bimbingan Bagi Lansia

Program bimbingan pada lansia di Yayasan Pusaka Cengkareng ini terdapat 4

bidang antara lain :

1. Bidang Kegamaan

Bidang Kegamaan mencakup pelatihan-pelatihan iqro atau Al-Qur’an dan

yasin setiap hari kamis pukul 09.30 – 11.00. Pelatihan ini di ikuti oleh

seluruh lansia pada Yayasan Pusaka ini. Tujuan di adakannya bimbingan

atau pelatihan ini agar lansia masih dapat mengingat dan mengucapkannya

dengan baik walaupun di usianya yang sekarang ini. Selain itu ada juga

ceramah kegamaan yang dilakukan pada hari yang sama yaitu hari kamis

pukul 11.00 – 12.00, tujuannya adalah membimbing dan memotivasi

lansia agar tetap semangat dalam menuntut ilmunya terutama dibidang

kegamaan.

Selain itu adapaun layanan curhat di sesi ceramah keagamaan agar lansia

dapat langsung berdiskusi dan dapat bertukat fikiran.

2. Bidang Kesenian dan Keterampilan

Bidang kesenian merupakan bidang yang paling di minati oleh lansia,

karena lansia dapat mengapresiasikan kreasinya melalui sebentuk kegiatan

yang mengarah kepada bidang kesenian contoh kegiatannya adalah :

a. Bermain alat musik ataupun tes vokal artinya bernyanyi dan dapat juga

kesenian berupa tarian daerah dan tak ketinggalan yaitu modeling.

Kegiatan ini dilakukan pada hari selasa dan sabtu pada pukul 09.00 –

12.00. Untuk modeling biasanya hanya di latih untuk keperluan

(40)

b. Membuat kue atau jenis masakan yang bebas dari kolesterol, karena

mengingat kondisi lansia yang tidak memungkinkan untuk memakan

makanan yang tidak sehat. Kegiatan ini dilakuka pada hari rabu pukul

09.00 – 12.30. Pada kegiatan ini lansia dapat membuat kreasi makanan

non kolesterol menjadi makanan yang enak dan lezat.

c. Melukis atau menggambar sesuai dengan kreatif dan sesuai dengan

kehendaknya tetapi tetap dibatas normal. Kegiatan ini dilakukan pada

hari selasa dan sabtu pukul 15.00 – 17.00 bertujuan untuk mengetahui

apa yang sedang dialami oleh lansia pada saat itu.

3. Bidang Olahraga dan Kesehatan.

a. Mengadakan olahraga berupa senam kebugaran jasmani, ataupun jalan

santai yang diadakan dua minggu sekali. Tepatnya pada hari senin dan

jum’at pada pukul 07.00- 08.00. Kegiatan ini biasa dilakukan di

Yayasan atau terkadang di lapangan yang ada diluar yayasan namun

letaknya bersebelahan dengan yayasan.

b. Mengadakan pengobatan gratis sebulan sekali untuk mengecek

kesehatan lansia. Sehingga lansia tetap dapat sehat dan bugar.

Biasanya juga diberikan vitamin seminggu sekali yang berguna

menambah stamina agar dapat menjalani aktivitas dengan baik dan

lancar.

C. Peran Pembimbing dalam Pemberian Motivasi Hidup Pada Lansia 1. Mengarahkan lansia dalam segi perilaku dan kemasyarakatan agar tetap

(41)

2. Membimbing lansia pada setiap persoalan-persoalan yang di alami atau

yang mereka hadapi saat itu.

3. Membantu lansia dalam setiap kegiatan yang mereka laksanakan, artinya

pembimbing juga terlibat pada kegiatan.

4. Memberikan arahan yang bersifat kegamaan pada saat ceramah

keagamaan yang bertujuan agar lansia tetap mengingat ajaran dan anjuran

agama.

5. Menjadi sahabat lansia yang baik, karena lansia itu telah mengalami

perubahan-perubahan secara fisik maupun psikologis sehingga

pembimbing harus lebih perhatian seperti memperhatikan anak-anak kecil.

D. Harapan Lansia terhadap Pemberian Motivasi Hidup

Menurut lansia, motivasi hidup pada lansia sangat dibutuhkan sebagai

semangat untuk menjalani kehidupan walaupun perubahan-perubahan yang

banyak terjadi pada lansia. Namun ternyata lansia memiliki harapan terhadap

pemberian motivasi hidup yang baik menurut lansia, adalah pemberian

motivasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pendekatan yang dilakukan

pun akan terasa lebih bermanfaat yang dirasakan, karena lansia tidak merasa

di ceramahi atau di nasehati dengan seseorang yang jauh lebih muda dan tidak

berpengalaman dibanding lansia.

Harapan itu menjadi acuan konselor agar dapat menimbulkan konseling

yang efektif artinya konseling atau pemberian motivasi yang disampaikan pun

bermanfaat bagi tumbuh kembang lansia.

Lansia sangat membutuhkan semangat dalam menjalani kehidupan ini

(42)

motivasi itu dapat bermanfaat bagi dirinya. Dan dapat diterapkan dalam

kehidupannya sehari-hari.

Selain itu adapun keinginan lansia adalah ingin sejahtera, yang dapat

diartikan ingin bahagia secara fisik dan psikis, terpenuhinya kebutuhan akan

makan, dan berkembang dengan baik. Selain itu lansia ingin untuk terlibat dan

ikut serta dalam berbagai kegiatan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Sehingga dapat disimpulkan harapan itu antara lain :

1. Agar terpenuhinya kebutuhan psikisnya, artinya lansia membutuhkan

teman untuk sharing atau curhat artinya tempat untuk berbagi apa yang

menjadi masalah dan persoalan yang melanda dirinya saat itu.

2. Memiliki wadah dan bimbingan dalam mengapresiasikan berbagai

kesenian, keterampilan ataupun bidang lainnya.

3. Mendapatkan motivasi atau semangat yang dapat terus mempertahankan

kualitas hidupnya.

Karena sesuai dengan namanya yaitu Pusaka Santunan Keluarga yang

berarti lansia hanya mengikuti program yang telah ditentukan dan

mendapatkan santunan berupa makanan sehari-hari, sembako, ataupun uang

tunai. Sehingga untuk tempat tinggal, mereka dikembalikan lagi pada

keluarganya.

Ditinjau dari kerjasama ini merealisasikan bahwa peran pembimbing

dan lansia sangat penting dalam mencapai tujuan pembimbing dalam

memberikan motivasi hidup itu sendiri.

Hal ini selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Gibb dan Gordon,

(43)

interaksi dalam masyarakat itu sendiri dengan memposisikan peran interaksi

mereka dalam masyarakat, melalui partisipasi dalam memainkan peran

tertentu.

Demikian pula dengan apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto

bahwa “ peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian

diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar

menjalankan perannya. Yaitu menjalankan hak dan kwajiban sesuai dengan

kedudukannya dalam masyarakat ( lingkungan ) dimana ia bertempat tinggal.

Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan

suatu peranan.27

Setelah mendapatkan motivasi hidup melalui bimbingan agama dan

layanan konseling yang dapat membantu mereka dalam mengatasi masalah

yang tengah mereka hadapi membuat mereka merasa nyaman dan dianggap

layak berada di Pusaka.

Sehingga dapat dianalisis bahwa terjadinya kenaikan yang cukup baik

dari segi psikologis lansia itu sendiri. Lansia dimanapun mereka berada, pasti

terjadi pergeseran kebutuhan, artinya mereka sudah tidak perlu lagi mengurus

hal-hal yang berat ataupun yang dapat dikerjakan oleh orang yang lebih muda

dan tidak mampu mengerjakannya. Itulah yang membuat lansia merasa

terabaikan dari lingkungan keluarga, lingkungan sosial ataupun lingkungan

yang lainnya yang sudah tidak memerlukan tenaganya lagi.

27

(44)

Sehingga dapat dikatakan bahwa peran pembimbing dalam

memberikan motivasi hidup itu dapat berbagai cara dengan mengadakan

kegiatan yang memacu kreatifitas, kesenian ataupun keterampilan lansia.

E. Kesesuaian antara harapan dengan Konseling yang baik

Kesesuian berarti selaras dan seimbang apa yang diharapkan dengan

kenyataan yang didapat. Kesesuian antara harapan lansia dengan penangan

konseling yang telah diberikan oleh pembimbing telah dapat dikatakan

berhasil atau sesuai, karena dapat dianalisis bahwa apa yang menjadi

harapan-harapan lansia dapat diwujudkan dengan konseling yang efektif dari konselor.

Penanangan konseling yang baik adalah dapat mewujudkan apa yang

menjadi harapan lansia. Jika terjadi keseuaian , maka itulah yang dinamakan

berhasil. Setelah dilihat, diamati dan ditinjau lebih jauh lagi ternyata di Pusaka

ini terjadinya kesesuaian apa yang menjadi harapan lansia. Peran pembimbing

dapat membangkitkan motivasi hidup atau dorongan untuk tetap terus

bergerak, sadar dan dapat merasakan didalam lansia.

Karena kemampuan dan kualitas pembimbing yang cukup baik, juga

dapat membantu Pusaka dalam mengendalikan dan mengatur lansia didalam

program maupun diluar program.

Itu menandakan bahwa terjadinya, kerjasama yang mutualisme, yang

berarti saling menguntungkan antara pihak yang satu dengan yang lainnya

atau dapat dikatakan antara konselor dengan pihak Pusaka.

Sehingga penulis dapat menyimpulkan, bahwa terjadinya kesesuian

antara harapan lansia dengan cara pembimbing dalam memberikan motivasi

(45)

Dengan keberhasilan pembimbing menjalankan perannya dalam

memberikan motivasi hidup pada lansia telah mampu meningkatkan kualitas

lansia di Pusaka Cengkareng Jakarta Barat.

Optimalisasi pembimbing yang berada di Pusaka Cengkareng

diantaranya membimbing dan mendampingi lansia dalam mengikuti program

yang telah ditentukan ataupun kegiatan yang telah dibuat. Pembimbing ikut

serta dalam berbagai kegiatan, sehingga pembimbing adalah pemain juga, dan

bukan pemantau ataupun seorang yang memerintah untuk itulah pembimbing

dituntut dapat berperan didalam segala hal yang berkenaan dengan program

sehingga dapat mendapatkan hasil yang optimal atau dapat diartikan bahwa

pembimbing atau pendamping ini bersifat fleksibel.

Dari faktor inilah perkembangan lansia dapat dikatakan pesat.

Sehingga kerjasama yang terjadi antara pembimbing ataupun pendamping

dapat dikatakan suatu kesatuan yang menunjukan besar pengaruhnya

pembimbing dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di Pusaka.

Perkembangan lansia yang demikian baik tidak terlepas dari peran

pembimbing yang lain untuk bekerja sama dengan pembimbing secara

berkesinambungan guna mencapai tujuan yang hendak dicapai yaitu

memberikan motivasi hidup dan program yang telah ditetapkan agar lansia

tetap sehat secara fisik dan psikologis dan memiliki wawasan yang baik.

Dengan tercapainya tujuan yang dicapai oleh pembimbing dalam

memberikan motivasi hidup pada lansia ini membuktikan kerjasama yang

(46)

kewajibannya secara penuh sehingga hasil atau tujuan yang didapatkan

(47)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai pembahasan sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa peran konselor dalam memberikan motivasi hidup pada lansia di

Pusaka Cengkareng Jakarta Barat dalam pelaksanaannya konselor sangat

berperan penting dalam perkembangan lansia dan mewujudkan apa yang

menjadi harapan lansia.

Penilaian tersebut dapat dilihat kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran konselor yang sangat berpengaruh pada lansia terutama psikisnya.

Itu terlihat dari perkembangan lansia yang baik dan selalu bersemangat

karena motivasi yang diberikan efektif.

2. Harapan lansia tentang konseling yang baik.

3. Kesesuaian antara harapan lansia dengan penanganan konseling yang baik

telah berhasil dilaksanakan, karena telah terjadi kesesuian antara harapan

itu dengan cara konselor dalam melakukan konseling.

Konselor telah berhasil mewujudkan apa yang menjadi harapan

lansia. Motivasi hidup yang diberikan ternyata berpengaruh besar dalam

kehidupannya. Sehingga lansia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam

bidang psikisnya.

Itu semua dapat terlihat dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan

(48)

psikisnya. Mereka terabaikan dan jauh untuk dari kata sehat psikisnya. Namun

berbeda hal dengan yang mendapatkan motivasi hidup dari konselor yang

cukup profesional, lansia terlihat sehat fisiknya maupun psikisnya.

Semua hal yang berkaitan dengan harapan lansia dapat terwujud

dengan layanan konseling yang diberikan. Artinya terselesaikannya

problematika yang lansia hadapi membuat lansia sehat secara psikis.

B. Saran

Untuk lebih memaksimalkan peran konselor dalam memberikan

motivasi hidup pada lansia, didasari hasil studi dan penelaahan serta observasi

yang tertera dalam penelitian ini, penulis akan mengemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Pembimbing hendaknya merencanakan program baru atau kreatif yang baru

agar lansia tidak jenuh dengan kegiatan yang telah diatur.

2. Pembimbing hendaknya menjalin kerjasama dengan pihak lain berkaitan

dengan program kegiatan selain dapat memperluas jaringan dan

mensosialisasikan (mempublikasikan) program, hal itu juga dapat

digunakan untuk mencari dana tambahan untuk membantu merealisasikan

Gambar

GAMBARAN UMUM

Referensi

Dokumen terkait