• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lokasi Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Rumah Makan Mana Cililin Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Lokasi Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Rumah Makan Mana Cililin Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan kuliner di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan gencarnya publikasi yang dapat dilihat pada media cetak, televisi, dan internet tentang wisata kuliner. Kekayaan budaya Indonesia pada bidang makanan (kuliner) di tandai dengan beragamnya jenis masakan dengan cita rasa dan sajian khas, telah hidup dan berkembang sebagai warisan budaya yang dapat di promosikan ke tengah masyarakat secara luas, nasional dan internasional. Sejalan dengan itu munculah pusat-pusat wisata kuliner di berbagai kawasan di Indonesia.

(2)

Bandung merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Barat dan Bandung pun mempunyai wilayah yang sangat luas. Bandung terpecah menjadi empat wilayah yaitu wilayah Utara, Selatan, Barat, Timur, dimana wilayah utara meliputi Kabupaten Bandung Barat , Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. Kabupaten Bandung Barat mempunyai potensi untuk melakukan suatu usaha, di karenakan Kabupaten Bandung Barat mempunyai penduduk yang cukup besar dan didukung oleh masih sedikit nya persaingan bisnis di daerah Kabupaten Bandung Barat, hal tersebut di sebababkan oleh sedikit nya usaha usaha bisnis yang berdiri di Kabupaten Bandung Barat, begitu juga dengan bisnis kuliner.

Kabupaten Bandung Barat pun khususnya daerah Cililin memiliki wisata alam yaitu Curug Malela dan Curug Sawer dengan demikian Kabupaten Bandung Barat khususnya daerah Cililin memiliki potensi untuk membangun atau mengembangkan suatu usaha, karena dengan adanya wisata alam tersebut banyak orang berdatangan.

(3)

ini memaksa para pengusaha bisnis rumah makan ini saling bersaing untuk berusaha menarik perhatian konsumen. Sebuah perusahaan harus mampu dalam mengenali dan mengetahui apa yang menjadi keinginan konsumen. Dengan tujuan agar perusahaan dapat selalu menciptakan standar harga produk yang sesuai dengan keinginan konsumen serta penempatan lokasi usaha sedekat mungkin dengan konsumen dan menempatkan lokasi yang strategis agar konsumen pun lebih tertarik dan memutuskan untuk membeli produk yang kita jual.

Keberhasilan dalam pemasaran suatu produk perusahaan tidak hanya dinilai dari seberapa banyak produk itu laku terjual, namun lebih diutamakan ialah bagaimana cara mempertahankan pangsa pasar. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian hendaknya juga dilakukan oleh perusahaan.

Hal ini terlihat dari bermacam-macam makanan yang sama ditawarkan terhadap masyarakat di Bandung Barat, rumah makan yang berada di Kabupaten Bandung Barat yaitu, Rumah Makan Malela, Rumah Makan Ciminyak dan Rumah Makan lainnya. Salah satu rumah makan yang diminati di Kabupaten Bandung Barat ialah Rumah Makan Manapa.

Rumah Makan Manapa berdiri pada tahun 2006 dimana nama yang diambil dari rumah makan tersebut adalah nama jalan. Rumah Makan Manapa menyajikan masakan makanan khas sunda karena masyarakat setempat lebih menyukai makanan khas sunda.

(4)

mempengaruhi pelanggan dalam melakukan pembelian produk, dengan sasaran yaitu untuk mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dani Hamdani (25 oktober 2014) selaku pemilik Rumah Makan tersebut diperoleh data transaksi pembelian konsumen dalam kurun waktu dari Januari 2013- Juni 2014, seperti terlihat pada tabel 1.1:

Tabel 1.1

Jumlah konsumen yang melakukan transaksi di Rumah Makan Manapa

Bulan dan tahun Jumlah konsumen yang melakukan

transaksi

Januari 2013 980

Februari 2013 940

Maret 2013 910

April 2013 910

Mei 2013 900

Juni 2013 900

Juli 2013 840

Agustus 2013 950

September 2013 750

Oktober 2013 770

November 2013 750

Desember 2013 700

Januari 2014 790

Februari 2014 740

Maret 2014 710

April 2014 690

Mei 2014 650

Juni 2014 600

(Sumber Rumah Makan Manapa tahun 2013-2014 )

(5)

Tabel 1.1

Jumlah konsumen yang melakukan transaksi Di Rumah Makan Manapa

Berdasarkan tabel di atas terdapat penurunan konsumen yang melakukan transaksi di Rumah Makan Manapa dari Januari 2013 sampai juni 2014. Hal ini mengindetifikasikan menurunnya konsumen yang melakukan transaksi pembelian.

Rumah Makan Manapa berada di daerah Manapa Cililin Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat,dimana terdapat banyak pemukiman warga. Namun Rumah Makan Manapa mengalami penurunan yang melakukan transaksi. Menurut Dani Hamdani (25 oktober 2014) selaku pemilik Rumah Makan Manapa, dimana terjadinya indikasi penurunan keputusan pembelian konsumen tersebut diakibatkan munculnya Rumah Makan pesaing tiap tahun cendurung bermunculan hingga mengalihkan pandangan konsumen untuk membeli di Rumah Makan Manapa yang memberikan harga yang relatif lebih murah serta lokasi lahan parkir Rumah Makan Manapa yang kurang memadai yang membuat konsumen kurang nyaman untuk menyimpan kendaraannya dan lokasi Rumah Makan Manapa pun sangat jauh dari pusat keramaian. Begitu juga menurut Safaruddin (2013:39)

(6)

pengaruh Lokasi terhadap keputusan pembelian. Lokasi (Place) yang nota bene sangat berkaitan erat dengan keputusan pembelian.

Keputusan tentang penempatan produk berkaitan dengan ketersediaan produk/keragaman produk dengan jumlah yang sesuai dan di lokasi yang sangat tepat. (Tjiptono, 2005 : 73) dalam Hendra Fure (2013:275). Jumlah dan jenis produk yang dijual di suatu tempat semakin beragam, maka konsumen pun akan merasa puas jika ia melakukan pembelian di tempat tersebut dan ia tidak perlu melakukan pembelian di tempat yang lain.

Lokasi menurut Lupiyoadi dalam Aprih Santoso dan Sriyuni Widowati (2011:183) menyatakan bahwa lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.

Untuk mengetahui baik tidaknya Lokasi Rumah Makan Manapa, maka penulis melakukan survey awal terhadap 30 konsumen di Rumah Makan Manapa seperti tabel dibawah ini.

Table 1.2

Survey awalLokasi

ITEM YA % TIDAK %

Lokasi Rumah Makan Manapa mudah di jangkau

13 43,3% 17 56,7%

Lokasi Rumah Makan Manapa strategis 16 53,3% 14 46,7%

Lokasi parkir Rumah Makan Manapa cukup luas

9 30.0% 21 70.0%

Lokasi 42.2 % 57.8%

(7)

Berdasarkan table di atas 43,3% orang mengatakan berbelanja di Rumah Makan Manapa karena lokasi nya mudah di jangkau dan 56,7% orang tidak, itu menandakan lokasi Rumah Makan Manapa kurang baik. Lalu 53.3% orang mengatakan berbelanja di Rumah Makan Manapa karena lokasi nya yang strategis, dan 46.7% orang mengatakan tidak. Dan 30.0% orang mengatakan berbelanja di Rumah Makan Manapa karena Lokasi lahan parkir cukup luas, dan 70.0% orang mengatakan tidak. Dan hasil survey awal lokasi 42.2% orang mengatakan ya dan 57.8% mengatakan tidak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lokasi Rumah Makan Manapa masih kurang baik.

Harga adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk. Perusahaan harus menetapkan harga jual untuk yang pertama kalinya, terutama pada saat mengembangkan produk baru. Penetapan harga jual berpotensi menjadi suatu masalah karena keputusan penetapan harga jual cukup kompleks dan harus memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Hasan (2008: 298) yang dikutip oleh Sarini kodu (2013:1252)

(8)

Table 1.2 Survey awalHarga

ITEM YA % TIDAK %

Harga makanan Rumah Makan Manapa terjangkau dengan pendapatan anda

13 43.3% 17 56.7%

Harga makanan Rumah Makan Manapa sesuai dengan kualitas

16 53.3% 14 46.7%

Harga makanan Rumah Makan Manapa lebih mahal dari rumah makan lainnya

13 43.3% 17 56.7%

Harga 46.7% 53.3%

(Sumber Rumah Makan Manapa tahun 2014)

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukan bahwa hasil survei awal terhadap 30 konsumen yang datang ke Rumah Makan Manapa, didapati hasilnya 43,3% menyatakan bahwa harga pada Rumah Makan Manapa terjangkau dengan pendapatannya sedangkan 56,7% menyatakan tidak terjangkau dengan pendapatannya, dan 53,3% menyatakan ya terhadap kualitas makanan pada Rumah Makan Manapa sedangkan 46,7 menyatakan tidak. Sementara harga makanan di Rumah Makan Manapa lebih mahal dari Rumah makan lainnya 43,3% menyatakan ya dan 56,7% menyatakan tidak. Hasil survei tersebut mengindikasikan bahwa Harga pada Rumah Makan Manapa belum sesuai dengan harapan konsumen.

(9)

dalam suatu penelitian yang berjudul“Pengaruh Lokasi dan Harga Terhadap

Keputusan Pembelian di Rumah Makan Manapa Cililin Kabupaten Bandung Barat ”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang penelitian. Serta untuk memberikan batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas, maka identifikasi masalah yang ditetapkan sebagai berikut:

 Berdasarkan latar belakang, Rumah Makan Manapa harus tetap bersaing

dengan Rumah makan lainnya, walaupun lokasi Rumah makan Manapa sudah cukup strategis bukan berarti konsumennya tidak akan beralih ke Rumah Makan yang lain. Mengingat Bandung khususnya Kabupaten Bandung Barat banyak Rumah makan yang dibangun dengan menawarkan harga murah dan lokasi yang lebih baik kepada para konsumennya.

 Penurunan jumlah konsumen yang berkunjung menunjukkan adanya

indikasi pada keputusan pembelian konsumen, adanya yang berpindah terhadap Rumah Makan Manapa dan berpindah ke Rumah Makan lain.

 Hasil survei awal menjelaskanan bahwa lokasi belum baik hal ini

(10)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dalam latar belakang untuk memudahkan dalam pembahasan agar tidak terlalu meluas dan dapat tepat sasaran yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana lokasi pada Rumah Makan Manapa di Kabupaten Bandung Barat.

2. Bagaimana harga pada produk Makanan Rumah Makan Manapa.

3. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada produk Makanan Rumah Makan Manapa.

4. Sejauh mana pengaruh lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen pada Rumah Makan Manapa, baik secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan mengungkapkan mengenai lokasi, harga dan keputusan pembelian serta menganalisis lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui lokasi pada Rumah Makan Manapa di Kabupaten Bandung Barat.

(11)

4. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Rumah Makan Manapa, baik secara simultan maupun parsial.

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi pihak-pihak yang membutuhkan, diantaranya :

a. Bagi Perusahaan

Penelitian tentang lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan bagi perusahaan yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

2. Kegunaan Akademis a. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai lokasi, harga, dan keputusan pembelian melalui penerapan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori penelitian ini.

b. Bagi Peneliti lain

(12)

c. Bagi Universitas

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan perpustakaan universitas dan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat memperluas tinjauan penelitian dan dapat meneruskan penelitian ini agar lebih efektif.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian ini di Rumah Makan Manapa, di Jl.Manapa Cililin Kab. Bandung Barat.

Tabel 1.3

Waktu dan Tempat Penelitian

Keterangan

Bulan

Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan

Proposal Pelaksanaan

Penelitian Pengumpulan

Data Pengolahan

dan Analisis Data

Penyusunan Laporan dan Bimbingan

(13)

13 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Lokasi

2.1.1.1 Pengertian Lokasi

Lokasi sangatlah penting bagi pemasar, untuk memasarkan produk, keputusan untuk menentukan lokasi haruslah tepat, dan sebaliknya jika keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelum bisnis dimulai. Lokasi yang strategis dan nyaman akan membujuk para konsumen untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhannya. Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang sangat besar karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha.

Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran eceran, pemilihan lokasi yang tepat dan strategis pada sebuah gerai atau toko akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis. (Berman & Evans dalam Ma’ruf 2006 : 113). Sedangkan menurut Peter J. Paul dalam Tomi

Kurniawan, Mudiantono (2013:2), berpendapat bahwa lokasi yang baik menjamin tersedianya akses yang cepat, dapat menarik sejumlah besar konsumen dan cukup kuat untuk mengubah pola berbelanja dan pembelian konsumen. Lokasi yang tepat dan strategis memudahkan akses bagi calon konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

(14)

yang dapat dilihat dari banyaknya khalayak yang melewati di setiap harinya, presentase hanya sekedar berkunjung maupun dilanjutkan dengan melakukan pembelian.

Dari beberapa uraian di atas maka menurut penulis lokasi adalah tempat dimana perusahaan di alokasikan untuk melakukan kegitan atau menjual suatu produk perusahaan tersebut kepada konsumen untuk menghasilkan laba, pemilihan lokasi pun harus cermat dan baik karena dengan adanya lokasi yang baik konsumen akan lebih tertarik dibandingkan dengan lokasi yang kurang baik. 2.1.1.2 Tiga Jenis Interaksi Yang Mempengaruhi Lokasi,

Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi menurut Lupiyoadi dalam Aprih Santoso dan Sri Yuni Widowati (2011 : 183), yaitu:

1. Konsumen mendatangi pemberi jasa

Apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis.

2. Pemberi jasa mendatangi konsumen

Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas.

3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung

(15)

2.1.1.3 Tahap Tahap Dalam Pemilihan Lokasi

Menurut Tjiptono, (2006) dalam Aprih santoso/Sri yuni widowati (2011:183) Fakor yang perlu di pertimbangkan dalam pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut:

1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas lebih dari jarak pandang normal.

3. Lalu lintas (traffic,) menyangkut dua pertimbangan utama berikut:

a) Banyaknya orang yang lalu-lalang memberikan peluang besar terhadap terjadinya perencanaan, dan/atau tanpa melalui usaha-usaha khusus. b) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan,

misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau ambulan.

4. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.

5. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.

6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. 7. Kompetisi, yaitu lokasi pesaing. Sebagai contoh, dalam menentukan lokasi

(16)

8. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang usaha tersebut terlalu berdekatan dengan pemukiman penduduk.

2.1.1.4 Indikator lokasi

Menurut Aprih Santoso,Sri Yuni Widowati (2011,184) Lokasi dapat didefinisikan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan atau usaha sehari– hari. Indikator dari variabel lokasi adalah:

1. Keterjangkauan. 2. Kelancaran.

3. Kedekatan dengan kediamannya

Sedangkan menurut Raharjani (2005) dalam Saffarudin (2013,27) lokasi para pengecer adalah satu determinan yang sangat penting, retailer harus memilih lokasi yang strategis dalam menempatkan gerainya. Suatu lokasi yang strategis apabila :

1. Berada di pusat keramaian. 2. Kepadatan populasi.

3. Kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum.

4. Kelancaran arus lalu lintas.

5. Dan arah lokasi yang tidak membingungkan.

(17)

Kelancaran, Kedekatan dengan kediamannya. yang mendefinisikan lokasi sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan atau usaha sehari–hari. 2.1.2 Harga

2.1.2.1 Pengertian Harga

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh produk tersebut. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan karena unsur yang lain adalah mengeluarkan biaya (Tan, 2011:26) dalam Jilly Bernadette Mandey (2013:97). Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa Jilly Bernadette Mandey (2013:97).

Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga berdasarkan nilai yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas. Menurut Kotler & Keller (2009:86) dalam tahun-tahun terakhir, beberapa perusahaan menerapkan penetapan harga nilai yang cukup rendah untuk penawaran berkualitas tinggi. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan produk yang lebih murah. Dari fenomena ini konsumen konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk dengan harga ekonomis dengan manfaat yang besar.

(18)

menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan proporsi nilai suatu produk. Pemasaran produk perlu memahami aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price-quality inferences) dan petunjuk harga (price clues).

Hasan (2008: 298) yang dikutip oleh Sarini kodu (2013:1252) berpendapat bahwa harga adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk. Perusahaan harus menetapkan harga jual untuk yang pertama kalinya, terutama pada saat mengembangkan produk baru. Penetapan harga jual berpotensi menjadi suatu masalah karena keputusan penetapan harga jual cukup kompleks dan harus memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhinya.

Menurut Tjiptono (2008:152) yang dikutip oleh Fitria Engla Sagita (2012:2) dari sudut pandang konsumen, harga sering kali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan sebagai manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan jasa.

(19)

2.1.2.2 Faktor – faktor penetapan harga

Menurut Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:76) Perusahaan harus menetapkan harga pada saat pertama kali mekeka mengembangkan produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau wlayah geografis baru, dan ketika perusahaan memasukan penawaran pekerjaan kontrak baru. Perusahaan harus memutuskan di mana perusahaan akan mempromosikan produknya berdasarkan kualitas dan harga.

1. Memilih tujuan penetapan harga

Mula-mula perusahaa menutuskan di mana perusahaan ingin memposisikan penawarran pasarnya. Semakin jelas tujuan perusahaan, semakin mudah perusahaa menetapkan harga. Lima tujuan utama adalah : kemampuan bertahan, laba saat ini maksimum, pangsa pasar maksimum, pemerahan pasar maksimum, dan kepemimpinan kualitas produk.

2. Menentukan permintaan.

Setiap harga akan mengarah ke tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu akan memiliki berbagai dampak pada tujuan pemasaran perusahaan. Jadi semakin tinggi harga, semakin rendah permintaan. 3. Memperkirakan biaya.

(20)

memproduksi, mendistribusikan, dan menjual produk, termasuk tingkat pengembalian yang wajar untuk usaha dan risikonya. Tetapi, ketika perusahaan menetapkan harga produk yang dapat menutupi biaya penuh mereka, profitabilitas tidak selalu menjadi hasil akhirnya. 4. Menganalisis biaya, harga, dan penawaran pesaing.

Dalam kisaran kemungkinan harga yang ditentukan oleh permintaan pasar dan biaya perusahaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya, harga, dan kemungkinan reaksi harga pesaing.

5. Memilih metode penetapan harga.

Berdasarkan jadwal permintaan pelanggan, fungsi biaya, dan harga pesaing, kini perusahaan harus siap memilih harga yang akan ditetapkan.

6. Memilih harga akhir.

Metode penetapan harga mempersempit kisaran dari manapa perusahaan harus memilih harga akhirnya. Dalam memilih harga, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-fsktor tambahan, termasuk dampak kegiatan pemasaran lain, kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga berbagi keuntungan dan risiko, dan dampak harga pada pihak lain.

(21)

a. Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk.

b. Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli. Bagi konsumen yang tidak terlalu terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian produk otomotif dan elektronik,kerap kali harga menjadi faktor yang dapat mereka mengerti. Tidak jarang pula harga dijadikan semacam indikator kualitas.

c. Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan, besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk bersankutan dan sebaliknya.

d. Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh.

e. Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat, dari empat unsur bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika pasar.

f. Harga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Dalam pemasaran produk prestisius yang mengutamakan citra kualitas dan eksklusivitas, harga menjadi unsur paling penting.

(22)

2.1.2.3 Indikator Harga

Menurut Stanton dan Rosvita,(2010:24), yang dikutip oleh Fitria Engla Sagita ada empat indikator yang mencirikan harga yaitu:

1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3. Daya saing harga

4. Kesesuaian harga dengan manfaat

Adapun menurut Kotler&Amstrong (2001:14) dalam Hendra Fure (2013:276) indikator harga antara lain :

1.Harga yang sesuai dengan manfaat 2.Persepsi harga dan manfaat

3.Harga barang terjangkau 4.Persaaingan harga

5.Kesesuain antara harga dengan kualitas

Dari uraian indikator di atas maka peneliti mengacu pada penelitian Stanton dan Rosvita, (2010:24), hal ini berdasarkan survey di Rumah Makan Manapa, yang dimana konsumen melakukan transaksi pembelian dikarenakan factor harga yang berdasarkan: Keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, kesesuaian harga dengan manfaat

2.1.3 Keputusan Pembelian Konsumen

2.1.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

(23)

“Keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.”

Pengambilan keputusan pembelian konsumen adalah proses

pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya (Nugroho, 2008:415) dalam Jilly Berbadette Mandey (2013:97). Keputusan pembelian adalah proses keputusan pembeli tentang merek mana yang dibeli (Kotler dan Amstrong, 2008:179) dalam Jilly Bernadette Mandey (2013:97). Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi 2 faktor bisa berada antara niat dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah orang lain. Jika seseorang yang mempunyai arti penting bagi konsumen, maka ia dapat mempengaruhi konsumen tersebut. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapat, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual (Kotler dan Amstrong, 2008:179). Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

2.1.3.2 Tahap Tahap Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob

(24)

proses pembelian sebuah produk. Lima tahap ini tidak berlaku untuk pembelian dengan keterlibatan yang rendah, karena tahapan ini menampung seluruh cakupan pertimbangan yang muncul saat seorang konsumen menghadapi pembelian” Sumber: Menurut Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Bob

Sabran(2009:185)

Penjelasannya dari lima tahap proses keputusan pembelian konsumen pada gambar adalah sebagai berikut:

1.Pengenalan kebutuhan. Pada proses pembelian ini dimulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan konsumen dapat dipengaruhi oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi berbagai macam keadaan yang memicu kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi- informasi dan data dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk.

2.Pencarian informasi. Setelah mengenali kebutuhannya, maka konsumen akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk.Pada tingkat selanjutnya, konsumen itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi yaitu mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk. Pemasar perlu mengetahui sumber-sumber informasi utama Pengenalan

kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

(25)

yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu:

a.Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan

b.Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan ditoko

c.Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen

d.Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk

3. Evaluasi alternatif. Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, pada model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar untuk memahami proses evaluasi konsumen, yaitu:

a) konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan.

b) konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

(26)

1. Keputusan pembelian. Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Karena keputusan pembelian dalam penelitian ini merupakan variabel y maka materi memperluas akan lebih detail.

Ada enam keputusan yang dilakukan oleh pembeli, yaitu :

a) Pilihan Produk. Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau menggunakan menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.

b) Pilihan Merek. Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek yang terpercaya.

c) Pilihan Penyalur. Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja, keluasan tempat dan lain sebagainya.

(27)

satu minggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali atau sebulan sekali dan lain-lain.

e) Jumlah Pembelian. Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu jenis produk. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.

f) Metode Pembayaran. Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang akan dilakukan dalam pengambilan keputusan konsumen menggunakan produk atau jasa. Saat ini keputusan pembelian dipengaruhi oleh tidak hanya aspek budaya, lingkungan, dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian sehingga memudahkan konsumen untuk melakukan transaksi baik didalam maupun diluar rumah.

2.Perilaku pasca pembelian. Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar harus memantau kepuasan paska pembelian, tindakan paska pembelian, dan pemakaian paska pembelian pada masing-masing produk.

2.1.3.3 Indikator keputusan Pembelian

(28)

keputusan pembelian. Dimana untuk mengukur keputusan pembelian yang diambil oleh konsumen Sutisna (2003) dalam Safarudin (20113:30) diantaranya :

1. Benefit association. Kriteria benefit association menyatakan bahwa konsumen menemukan manfaat dari produk yang akan dibeli dan menghubungkan dengan karakteristik merek. Kriteria manfaat yang bisa diambil adalah kemudahan mengingat nama produk ketika dihadapkan dengan keputusan membeli produk

2. Prioritas dalam membeli. Prioritas untuk membeli terhadap salah satu produk yng ditawarkan bisa dilakukan oleeh konsumen apabila perusahaan menawarkan produk yang lebih baik dari produk pesaingnya.

3. Frekuensi pembelian. Ketika konsumen memblei produk tertentu dan merasa puas dengan kinerja produk tersebut, maka konsumen akan sering membeli kembali produk tersebut kapan membutuhkannya.

Dari uraian indikator di atas maka peneliti mengacu pada Kotler dan Keller (2009:185) yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

(29)

Penelitian Terdahulu bahwa menunjukan bahwa lokasi, keberagaman produk, harga, dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap minat beli

(30)

distribusi, harga pengaruhnya terhadap keputusan pembelian

distribusi, dan harga berpengaruh promosi dan strategi harga secara

(31)

2.2 Kerangka Pemikiran

Semakin ketat persaingan dalam bisnis kuliner sekarang ini memaksa para pengusaha bisnis kuliner ini saling bersaing untuk berusaha menarik perhatian konsumen, berbagai strategi di lakukan agar perusahaan semakin berkembang. Sebuah perusahaan harus mampu dalam mengenali dan mengetahui apa yang menjadi keinginan konsumen. Dengan tujuan agar perusahaan dapat selalu menciptakan keinginan konsumen yang sesuai dengan keinginannya.

Hal ini pun terjadi di dalam usaha kuliner, karena usaha kuliner merupakan usaha yang cukup menjanjikan dalam segi keuntungan nya, dalam hal ini khusus nya di Rumah Makan Manapa , Rumah Makan Manapa berdiri di daerah Cililin kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Akan tetapi lokasi Rumah Makan Manapa agak susah terlihat jika dari jarak yang sedikit jauh. dan lokasi juga merupakan hal yang membuat seserorang menentukan keputusan pembeliannya dimana konsumen lebih memilih lokasi yang dekat dengan tempat kediamannya atau tempat melakukan kegiatan sehari hari nya sehingga tidak menghabiskan waktu nya hanya untuk berbelanja. Hal ini mengacu pada pendapat Aprih Santoso,Sri Yuni Widowati (2011,184) Lokasi dapat didefinisikan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan atau usaha sehari–hari. Bahwa indikator dari lokasi adalah:Keterjangkauan, Kelancaran, Kedekatan dengan kediamannya.

(32)

pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen apakah biaya tersebut sesuai dengan manfaat yang diterima oleh konsumen. Untuk mengukur nilai harga maka diperlukan indikator : Keterjangkauan harga, Kesesuaian harga dengan kualitas produk, daya saing harga, Kesesuaian harga dengan manfaat. Hal ini mengacu pada pendapat Rosvita (2010:24) yang dikutip oleh Fitria Engla Sagita (2012:4

Keputusan pembelian konsumen adalah hal yang sangat diharapkan oleh perusahaan karena akan menciptakan suatu keunggulan bersaing dan keuntungan bagi perusahaan. Lokasi yang cukup strategis dan lahan parkir yang cukup luas dan harga yang terjangkau oleh konsumen cendrung akan lebih mudah diterima oleh konsumen, sehingga konsumen akan membeli suatu produk yang mempunyai lokasi yang cukup nyaman dan harga yang cukup terjangkau. Hal tersebut dapat diukur melalui: Pengenalan Kebutuhan, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, Perilaku Setelah Pembelian, y ang mengacu pada teori Phillip Kotler yang digunakan juga oleh Winardi (2010:200) dalam Jackson R.S. Weenas (2013:610).

2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel

2.2.1.1 Keterkaitan Lokasi dengan Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Safaruddin (2013:39) pengaruh Lokasi terhadap keputusan pembelian. Lokasi (Place) yang nota bene sangat berkaitan erat dengan keputusan pembelian. Jadi varibel lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

(33)

tepat(Tjiptono, 2005 : 73) dalam Hendra Fure (2013:275). Jumlah dan jenis produk yang dijual di suatu tempat semakin beragam, maka konsumen pun akan merasa puas jika ia melakukan pembelian di tempat tersebut dan ia tidak perlu melakukan pembelian di tempat yang lain. Hal serupa akan ia ulangi untuk pembelian berikutnya.

Adapun menurut Aprih Santoso,Sri Yuni Widowati (2011:179) membuktikan bahwa lokasi menjadi faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan keputusan pembelian.

2.2.1.2 Keterkaitan Harga dengan Keputusan Pembelian Konsumen

Penelitian terdahulu yang dilakukan, Erwin Rediono Tan (2011:25) yang

mengananlisis pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

konsumen,menyatakan bahwa mempunyai pengaruh serempak dan signifikan terhadap keputusan konsumen. Adapun menurut Jackson R.S.Weenas membuktikan bahwa harga sebagai variabel independen mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian.

2.2.1.3 Keterkaitan Lokasi dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

(34)

Dan berdasarkan teori yang ada maka kerangka pemikiran yang di ajukan sebagai berikut :

(2013:39)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Pengaruh Lokasi dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Rumah Makan Manapa Cililin Kabupaten Bandung Barat

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:93) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis menerapkan hipotesis sebagai berikut :

 Hipotesis utama

Terdapat Pengaruh Lokasi Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Rumah Makan Manapa.

 Sub hipotesis LOKASI

Keterjangkauan Kelancaran

Kedekatan dengan tempat kediaman

Keputusan Pembelian Pengenalan kebutuhan

Pencarian informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan pembelian

Perilaku pasca pembelian HARGA

Kerjangkaun harga.

Kesesuaian harga dengan kualitas.

Daya saing harga.

(35)

H1 :Terdapat pengaruh Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Rumah Makan Manapa.

(36)

36 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun laporan.

Objek penelitian menurut Umar Husain (2005:303) mengatakan bahwa objek penelitian “menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain yang dianggap perlu”.

Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah“Pengaruh Lokasi dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian (Survei pada Konsumen Rumah Makan Manapadi Cililin Kabupaten Bandung Barat ), dengan uraian variabel sebagai berikut:

1. Variabel Independent (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel Independent (variabel X) dalam penelitian ini adalah lokasi sebagai variabel X1 dan harga sebagai variabel X2.

(37)

Penelitian dilakukan di Rumah Makan Manapa Cililin Kabupaten Bandung Barat dengan memilih responden penelitian adalah para konsumen yang datang.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian atau Teknik penelitian dengan cara pengumpulan data atau mencari data dan mencatat data baik data primer maupun sekunder dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Kajian pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan membaca buku atau literatur/karya ilmiah lainnya yang mempunyai hubungan dengan penulisan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan digunakan untuk mendapatkan data primer dari objek penelitian.

Metode penelitian lapangan langsung yang digunakan untuk memperoleh data pokok sebagai berikut:

1. Observasi dengan menggumpulankan data yang dilakukan langsung terhadap objek penelitian dan mengunjungi perusahaan nya secara langsung. Pengamatan langsung ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang diperlukan serta membandingkan keterangan yang diperoleh sebelumnya dengan ketepatan data yang ada diperusahaan.

(38)

3. Dokumentasi dengan untuk mengumpulkan dan menganalisa data – data penting yang dibutuhkan oleh penulis.

Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2013:2), menyatakan bahwa metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode Penelitian pada dasanya sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan verifikatif. Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2009:206) mendefinisikan:

"Penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi."

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan bahwa:

Metode Verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk

menguji suatu cara dengan benar atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu pengujian pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent yang diteliti.

3.2.1 Design Penelitian

(39)

1. Mengumpulkan data dan informasi tentang objek penelitian dan pembahasan nya baik dari objek tersebut,maupun dari kajian pustaka. 2. Membuat hipotesis untuk membuktikan adanya hubungan atau dampak

antara pengaruh Lokasi dan Harga dengan Keputusan Pembelian

3. Wawancara dengan pihak-pihak terkait terutama responden terpilih dengan masalah yang diteliti.

4. Menganalisa data-data yang diperoleh untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat.

5. Membuat kesimpulan terhadap hasil hipotesis. 6. Menyusun Penelitian.

(40)

Tabel 3.1

3.2.2 Operasional Variabel

Operasionalvariabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pengukuran variabel-variabel penelitian.Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat-sifat atau nilai dari seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008:11).

(41)

adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent meliputi (variabelX1) dalam penelitian ini adalah Lokasi dan (variabel X2) Harga.

2. Variabel dependent (variabel tidak bebas),

adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent.Variabel dependent yaitu variabel Y yang dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian, Lokasi dan Harga merupakan faktor penyebab, sedangkan Keputusan Pembelian faktor akibat.

Tabel 3.2

Tabel Operasional Variabel Penelitian

(42)

hargasering kali

3.Daya saing Tingkat kemampuan

3.2.3 Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2008 : 72) adalah wilayah generalisasi yang

(43)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli di Rumah Makan Manapa Bandung, rata rata perbulan konsumen Rumah Makan Manapa adalah sebanyak 800 orang.

3.2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Adapun definisi sampel menurut Sugiyono adalah : Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi, meskipun jumlah sampel relatif kecil tetapi harus dapat mewakili ciri-ciri dan sifat-sifat keseluruhan populasi”.(Sugiyono ,2008 : 74)

(44)

Rumus yang digunakan adalah pendapat Slovin yang dikutip dari Drs.Husein Umar ( 2009:146 )yaitu:

dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

e = Persentase kelonggaran

Dari jumlah populasi ( N ) yang terdiri dari orang, maka jumlah sampel penelitian (n) atau responden yang harus diambil berdasarkan dengan tingkat persentase kelonggaran sebesar 10% adalah sebagai berikut :

Dari penghitungan di atas, maka di ketahui responden sebanyak 89 responden dan di bulatkan menjadi 90 responden

3.2.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data

Data yang digunakan oleh peneliti ada dua jenis, yaitu :

1. Data primer, yaitu merupakan data informasi yang diperoleh dari pengamatan langsung pada pelanggan atau konsumen yang menjadi objek penelitian. Yang digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu: observasi, wawancara, kuesioner

2. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari perusahaan, dilakukan dengan menelaah dan mengkaji catatan/laporan dan

2

1

N

n

Ne

(45)

dokumen-dokumen lain yang diberikan secara langsung dan dirancang secara offline, yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, yang dalam hal ini adalah lokasi, harga dan keputusan pembelian.

3.2.4.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Studi Pustaka ( Library Research )

Yaitu mengumpulkan data dan mempelajari atau membaca pendapat para ahli yang terdapat dalam buku, jurnal, internet, dan berbagai sumber lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh landasan teori – teori yang dapat menunjang penelitian. Sehingga penelitian yang dilaksanakan mempunyai landasan teori yang kuat dan menunjang.

2. Studi Lapangan ( Field Research )

Dalam teknik ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data yang diperlukan. Adapun studi lapangan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

a. Observasi

(46)

varibel penelitian. Kemudian hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan

b. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara langsung kepada pemilik Rumah makan Manapa dengan masalah yang dibahas sehingga memperoleh data – data yang diperlukan.

c. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari daftar butir-butir pertanyaan pernyataan tertulis kepada 90 orang konsumen yang datang ke Rumah Makan Manapa untuk menjawab, tentang variabel lokasi, harga dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian

d. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Suharsimi Arikunto (2010:274) menyatakan bahwa “didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, jurnal, majalah, dokumen, catatan harian dan sebagainya”. Teknik ini digunakan untuk

mengetahui lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian di Rumah Makan Manapa.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis

(47)

(2009:13), data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Sementara untuk data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring). Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu, dua dan tiga, yaitu mengenai pengaruh lokasi, harga, dan keputusan pembelian dengan cara mengelompokan data, ditabulasikan, kemudian diberikan penjelasan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang keempat, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lokasi dan harga terhadap keputusan pembelian di Rumah Makan Manapa Kabupaten Bandung Barat.

Untuk mengungkap aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti, diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan, agar kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Suatu instrumen ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes tersebut. Untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini, yaitu kuesioner.

(48)

3.2.5.1Uji Validitas

Uji validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur, atau sejauh mana alat ukur yang digunakan mengenai sasaran. Semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut semakin mengenai pada sasarannya.

Menurut Cooper (2006:720) validitas adalah “Validity is a characteristic

of measuraenment concerned with the extend that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan dalam mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing pertanyaan yang ditujukan kepada responden dengan total skor untuk seluruh item. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah korelasi person product moment.

(49)

menunjukan item tersebut mempunyi validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3

Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka hal ini dilakukan untuk mengetahui pernyataan kuesioner mana yang valid dan mana yang tidak valid, dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat signifikan r kritis = 0,300

apabila alat ukur tersebut berada < 0,300 (tidak valid). Pengujian statistik mengacu pada kriteria :

 r hitung< r kritis maka tidak valid  r hitung> r kritis maka valid

Berikut ini merupakan tabel uji validitas dari masing-masing variabel, yaitu sebagai berikut :

1. Uji Validitas Lokasi (X1)

Hasil pengujian validitas Lokasi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini : Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Lokasi

Variabel Pertanyaan Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

Lokasi (X1)

p1 0,840 0,3 valid

p2 0,745 0,3 valid

p3 0,709 0,3 valid

p4 0,698 0,3 valid

p5 0,801 0,3 valid

p6 0,664 0,3 valid

(50)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefesien validitas pernyataan variable Lokasi melebihi titik rkritis = 0,300. Sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan variable lokasi valid.

2. Uji Validitas Harga(X2)

Hasil pengujian validitas Harga dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini. Tabel 3.4

Hasil Penguji Validitas Harga

Variabel Pertanyaan Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

Harga (X2)

p7 0,868 0,3 valid

p8 0,683 0,3 valid

p9 0,891 0,3 valid

p10 0,924 0,3 valid

Sumber : Hasil kuesioner (diolah)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefesien validitas pernyataan variable Lokasi melebihi titik rkritis = 0,300. Sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan variable harga valid.

3. Uji Validitas Keputusan Pembelian(Y)

(51)

Tabel 3.5

Hasil Penguji Validitas Keputusan Pembelian

Variabel Pertanyaan Koefisien Validitas

Titik

Kritis Keterangan

Keputusan Pembelian Konsumen (Y)

p11 0,895 0,3 valid

p12 0,904 0,3 valid

p13 0,904 0,3 valid

p14 0,545 0,3 valid

p15 0,641 0,3 valid

p16 0,509 0,3 valid

Sumber : Hasil kuesioner (diolah)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefesien validitas pernyataan variable Lokasi melebihi titik rkritis = 0,300. Sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan variable harga valid.

3.2.5.2Uji Realibilitas

Menurut Saifuddin Azwar (1999:158), tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas (alpha cronbach). Walaupun secara teori besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00 , tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam suatu pengukuran karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial.

(52)

reliabilitas yang positif. Untuk menghitung koefisien reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach :

Dimana :

α = koefisien reliabilitas

r = rata-rata korelasi antara faktor pembentuk sub variabel

k = jumlah faktor yang membentuk sub variabel

Untuk menghitungnya menggunakan bantuan SPSS 21 for windows, bila koefisien reliabilitas telah dihitung, setelah itu dibuat hipotesis :

Ho : Instrument penelitian tidak reliabel

Ha : Instrument penelitian reliabel

Dengan ketentuan : Jika r Alpha > r tabel maka Ho ditolak

Jika r Alpha < r tabel maka Ho diterima.

Adapun hasil uji reliabel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.6

(53)

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien

Reliabilitas Titik Kritis Keterangan

Lokasi (X1) 0,816 0,7 reliabel

Harga (X2) 0,851 0,7 reliabel

Keputusan pembelian (Y)

0,839 0,7 reliabel

Sumber : Hasil kuesioner (diolah)

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan metode cronbach alpha, Lokasi (X1) adalah sebesar 0,816, Harga (X2) sebesar 0,851 dan Keputusan pembelian(Y) sebesar 0,839 karena r hasil perhitungan menunjukkannilai lebih besar dari r tabel (0,70) sehingga semua variabel yang digunakan reliabel.

3.2.6 Rancangan Analisi dan Perancangan Hipotesis 3.2.6.1 Rancangan Analisis

3.2.6.1.1 Analisis Deskriftif/Kualitatif

Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.

(54)

bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden.

Sumber:Umi Narimawati (2007:84)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Persentase Skor Ideal No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 - 36.00 Tidak Baik

2 36.01 - 52.00 Kurang Baik

3 52.01 - 68.00 Cukup

4 68.01 - 84.00 Baik

5 84.01 – 100 Sangat Baik

Sumber : Umi Narimawati (2007:84) Skor actual

% Skor = x 100%

(55)

Tabel 3.8

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal No % Jumlah

Skor

Kriteria Kriteria Lokasi Kriteria Harga Kriteria Keputusan Pembelian

1 20.00-

36.00

Tidak Baik Tidak Strategis Tidak

Terjangkau

Tidak Baik

2 36.01-

52.00

Kurang Baik Kurang Strategis Kurang Terjangkau

Kurang Baik

3 52.01-

68.00

Cukup Cukup Strategis Cukup

Terjangkau

Cukup Baik

4 68.01-

84.00

Baik Strategis Terjangkau Baik

5 84.01 –

100

Sangat Baik Sangat Strategis Sangat Terjangkau

Sangat Baik

3.2.6.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karena data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala interval melalui “Methode of Successive Interval” (Hays, 1969:39).Dan selanjutnya dilakukan

analisis regresi korelasi serta determinasi.

1. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

(56)

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner

b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal. d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan

memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e) Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval Density at Lower limit – Density at Upper Limit Means of Interval =

Area at Below Density Upper Limit – Area at Below LowerLimit Dimana:

Means of Interval = Rata-Rata Interval

Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah

Density at Upper Limit = Kepadatan atas bawah

Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas

Area Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah

f) Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

(57)

RUMAH MAKAN MANAPA Kabupaten Bandung Barat Cililin digunakan analisis regresi Berganda (Multiple Regression).

2. Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.

Persamaan Regresi Linier Berganda adalah:

Dimana :

Y = variabel dependen X1, X2 = variabel independen Α = konstanta

β 1, β 2 = koefisien masing-masing faktor

Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah Lokasi(X1) dan Harga (X2), sedangkan variabel dependen adalah Keputusan Pembelian (Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya.

Y = α + β1X1 + β 2X2 + e Dimana:

Y = Keputusan pembelian

α = Konstanta dari persamaan regresi

β1 = Koefisien regresi dari variable X1, Lokasi

(58)

β2 = Koefisien regresi dari variable X2, Harga

X1 = Lokasi

X2 = Harga

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik merupakan dasar dalam model regresi linier berganda yang dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis.

Beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (multiple linear regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti, terdiri atas:

a. Uji Normalitas

(59)

b. Uji Multikolinier

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

1. koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar, yang mengakibatkan standar error nya semakin besar pula.Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF). Menurut Gujarati (2003: 362), jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastitas

(60)

residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson (D-W). Kriteria uji: bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:

a. jika D-W < dLatau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi.

b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.

c. Tidak ada kesimpulan jika dL ≤ D-W ≤dU atau 4 –dU ≤ D-W ≤ 4-dL.

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

3. Analisis Korelasi

(61)

� − �

− − � − �

tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus:

Dimana: -1 ≤ r ≤ +1

r = koefisien korelasi

x =Lokasi, Harga

y = Keputusan pembelian

n = jumlah responden

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada Tabel 3.8 dibawah ini.

Tabel 3.9

Tingkat Keeratan Korelasi

0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)

0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 – 0.60 Korelasi sedang

0.61 – 0.80 Cukup tinggi

0.81 – 1 Korelasi tinggi

(62)

4. Analisis Koefisien Determinasi

Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2).Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SSreg/SStot .

% 100

2

x r Kd

Dimana:

d : Koefisien determinasi r : Koefisien Korelas 3.2.6.2 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah Pengaruh Lokasi dan Harga terhadap Keputusan pembelian konsumen di RUMAH MAKAN MANAPA Kabupaten Bandung Barat Cililin. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.

Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut : 1. Pengujian Secara Parsial

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

(63)

( )

( )

thitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.

b. Hipotesis

H1. ρ= 0, Tidak terdapat pengaruh Lokasi terhadap Keputusan pembelian konsumen di RUMAH MAKAN MANAPA.

H11. ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh Lokasi terhadap keputusan

pembeliankonsumen di RUMAH MAKAN MANAPA.

H2. ρ = 0, Tidak terdapat pengaruh Harga terhadap Keputusan pembelian konsumen di RUMAH MAKAN MANAPA.

H12. ρ ≠ 0,Terdapat pengaruh Harga terhadap keputusan pembelian

konsumen di RUMAH MAKAN MANAPA. c. Kriteria pengujian

H0 ditolak apabila thitung< dari ttabel( α = 0,05)

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka

kriteria peneerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya diantara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.

(64)

2. Pengujian Secara Simultan

Melakukan uji f, untuk menguji pengaruh bersama sama variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

H0 : = 0, Lokasi dan Harga secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Keputusan pembelian konsumen di Rumah Makan Manapa.

Ha : ≠ 0, Lokasi dan Harga secara bersama-sama berpengaruh terhadap Keputusan pembelian konsumen di di Rumah Makan Manapa.

Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan H1 :

Gambar 3.1

Daerah penerimaan dan penolakan Ho

Sumber: Sugiyono (2009:185) Daerah peneriman

H0

Daerah penolakan H0

Daerah penolakan H0

(65)

65 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Rumah Makan Manapa bergerak dibidang usaha kuliner yang berdiri pada tahun 2006. Dan pada sub bab ini penulis akan menjelaskan dimana peneliti melakukan penelitian. Penulis melakukan penelitian di Rumah Makan Manapa Cililin Kabupaten Bandung Barat. Rumah Makan Manapa berada di Jl.Manapa Cililin Kabupaten Bandung Barat.

4.1.2 Sejarah Perusahaan

Pada tahun 2006 Ayah dari bapak dani hamdani membangun tempat di daerah manapa beliau mempunyai ide untuk membuat rumah makan, karena beliau tahu bahwa istri dari anaknya tersebut yaitu bapak dani hamdani mahir dalam memasak, Rumah Makan Manapa berdiri pada tahun 2006 dimana nama yang diambil dari rumah makan tersebut adalah nama jalan. Rumah Makan Manapa menyajikan masakan makanan khas sunda. Rumah Makan Manapa berada di daerah Manapa Cililin Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. 4.1.3 Struktur Organisasi

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Matriks Penelitian
Tabel Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk dari Mom Milk Manahan mempunyai rasa yang enak, menu yang bervariasi, desain makanan yang menarik, dan porsi makanan yang sesuai

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, PELAYANAN DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN RUMAH MAKAN ADITYA JAYA DI KABUPATEN ACEH

Analisis Pengaruh Pengenalan Merek, Persepsi Kualitas, Harapan Konsumen dan Inovasi Produk terhadap Keputusan Membeli Dan Dampaknya Pada Loyalitas Konsumen (Studi Kasus: Produk

Variabel kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, artinya semakin tinggi nilai persepsi konsumen terhadap kualitas produk, maka akan

Menurut Swastha dan Irawan (2008), keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-sumber yang ada

Skripsi berjudul; Pengaruh Produk, Harga, Lokasi dan Fasilitas Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi kasus pada “Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo

a. Pengenalan kebutuhan, kebutuhan konsumen mungkin muncul karena menerima informasi baru tentang suatu produk, kondisi ekonomi, periklanan, atau karena

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian yang berjudul pengaruh produk, harga, lokasi, dan fasilitas terhadap keputusan pembelian konsumen