• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Pada Film Republik Twitter Karya Kunt Agus (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Pada Film Republik Twitter Karya Kunt Agus (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

GILANG NOVANDA NIM. 41810082

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Gilang Novanda Nama Panggilan : Gilang

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 16 Nopember 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Telepon : 085722051755

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Ayah : Caca Sulaeman

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Nama Ibu : Hj. Teguh Kun Parasih

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat Orang Tua : Jln. Kebon Jeruk No. 325 RT. 05 RW 20 Ds. Cibeureum Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi 40535

Motto : Selama masih bernapas, selama itu terdapat kesempatan

(5)

No Tahun Uraian Keterangan 1. 2010 - 2014 Program Sudi Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Jurnalistik. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Berijazah

2. 2007 - 2010 SMA ANGKASA, Bandung Berijazah

3. 2004 – 2007 SMP ANGKASA, Bandung Berijazah 4. 1998 – 2004 SDN Cibeureum 1, Bandung Berijazah 5. 1997- 1998 TK TAWEKAL Cibeureum, Bandung Berijazah

PENDIDIKAN NON FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2009/2010 Ganesha Operation, Bandung -

2. 2002 English institute PQEC CIMINDI -

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Patroli Keamanan Sekolah (PKS) -

2. 2010 Koma (Komunitas Musik Angkasa) -

PELATIHAN DAN SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2010 Peserta Table Maneer Hotel Amarosa Bandung Bersertifikat 2. 2011 Peserta Islam dan Moralitas Pembangunan Bersertifikat 3. 2011 PesertaWork Shop MC & Radio Annoucer di

Unikom

Bersertifikat

(6)

5. 2012 Peserta Work Shop Sinematogrfi communication, Unikom Bandung

Bersertifikat

6. 2014 Peserta Cepat dan Mudah Membuat Website Online

Bersertifikat

PENGELAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2012 Portal Paseban.com -

2. 2013 Surat Kabar Harian Galamedia -

No Uraian

1. Kemampuan Komputer (Ms. Office, Photoshop, Internet, dll) 2. Menulis

(7)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR… ... … vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB IPENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... ... ....1

1.2 Rumusan Masalah... ... .11

1.2.1 Pertanyaan Makro.. ... ...11

1.2.2 Pertanyaan Mikro ... ...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... ... ..11

1.3.1 Maksud Penelitian.... ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian.. ... .12

1.4. Kegunaan Penelitian... ... ...12

1.4.1 Kegunaan Teoritis... ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis... ... ...13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.. ... ....14

(8)

x

2.1.2.2 Proses Komunikasi . ... ...21

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Massa ... ... ...24

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa.... ... 24

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa . ... ....26

2.1.4 Tinjauan Tentang Film .. ... ..30

2.1.4.1 Pengertian Film.... ... .31

2.1.4.2 Jenis-Jenis Film ... ... ..32

2.1.4.3 Film Sebagai Proses Komunikasi ... ... .34

2.1.4.4 Film Sebagai Media Komunikasi Massa .... ... .36

2.1.4.5 Film Dalam Perspektif Kritis ... 39

2.1.5 Tinjauan Tentang Semiotika ... ...41

2.1.6 Tinjauan Representasi ... ..43

2.1.7 Tinjauan Mengenai Twitter ... .44

2.2. Kerangka Pemikiran.... ... ..45

2.2.1 Hegemoni .... ... .45

2.2.1.1 Sejarah Hegemoni.. ... ..47

2.2.1.2 Konsep Hegemoni . ... ...48

2.2.1.3 Praksis Hegemoni.... ... ..51

2.2.2 Model Alur Kerangka Pemikiran ... ... ..54

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... ... ....55

3.1 Objek Penelitian... ... ..55

(9)

xi

3.2 Metode Penelitian... ... ..63

3.2.1 Desain Penelitian.... ... ..64

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data.... ... ...76

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 76

3.2.2.2. Studi Lapangan ... 77

3.2.3 Teknik Penentuan Informan.... ... .77

3.2.4 Teknik Analisa Data... ... .. 79

3.2.4.1 Uji Keabsahan Data... ... .80

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.... ... .85

3.2.5.1 Lokasi Penelitian... ... ..85

3.2.5.2 Waktu Penelitian... ... .85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

4.1 Profil Informan ... 88

4.2 Hasil Penelitian ... 89

4.2.1 Level Realitas... 89

4.2.2 Level Representasi ... 93

4.3 Pembahasan ... 97

4.3.1 Sequence Prolog ... 98

4.3.1.1 Level Realitas ... 100

4.3.1.2 Level Representasi ... 105

4.3.1.3 Level Ideologi Pada Sequence Prolog ... 111

(10)

xii

4.3.3 Sequence Epilog ... 123

4.3.3.1 Level Realitas ... 124

4.3.3.2 Level Representasi ... 124

4.3.3.3 Level Ideologi Pada Sequence Epilog ... 127

4.4 Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Pada Film Republik Twitter ... 124

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 135

5.1 Simpulan ... 135

5.2 Saran ... 137

5.2.1 Saran Bagi Universitas ... 137

5.2.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ... 138

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xiii

Tabel 3.1 Sequence film Republik Twitter.... ... ..61

Tabel 3.2 Tabel Proses Representasi Fiske.. ... ....66

Tabel 3.3 Data Informan Penelitian ... ... ... 78

(12)

xiv

pesan... ... .35

Gambar 3.1 Poster Film Republik Twitter.. ... ....55

Gambar 4.1 Sequence Prolog ... 98

Gambar 4.2 Sequence Ideological Content ... 112

(13)

xv

(14)

140

Adian, Donny G. 2011. Setelah Marxis. Depok: Koekoesan.

Ardianto & Erdinaya, Lukiati Komala. 2009. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta. Jalasutra.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. PT LKiS Pelangi Aksara.

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Effendy, Heru. 2010. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga.

Fiske, John. 2011. Cultural and Communication Studies; Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta. Jalasutra.

Fiske, John. 1987. Television Culture. London: Routledge.

(15)

141

Mulyana, Deddy. Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor : PT Ghalia Indonesia.

Santoso, Listiyono. 2007. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sobur, Alex. 2013.Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Stokes, Jane. 2006. How to do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta : PT. Grasindo.

Wibowo, Indiwan S. 2011.Semiotika Komunikasi. Jakarta: MitraWacanaMedia.

Sumber Karya Ilmiah

(16)

142

Savitri, Imar. 2013. Representasi Berkahirnya Politik Apartheid Dalam Film Invictus. Bandung. Unikom.

Novarina, Novia. 2014. Strategi pemasaran Kedai Kuma Ramen joint melalui jejaring sosial twitter sebagai media promosi. Bandung. Unikom.

Sumber Lain :

Defining Communication Theories, 2006

Kelas Menengah Kelas Apa? Disalin dari Jurnal Prisma Halaman 85- 88, Edisi 2,

februari 1984, Jakarta.

Meyer, Thomas. Demokrasidan Libertarian. 2012

Rosidi, Sakban. Analisis Wacana Kritis Sebagai Ragam Paradigma Kajian Wacana.

Internet Searching

Bayupabuna. 2011. Hegemoni:

http://bayupabuna.wordpress.com/2011/10/06/hegemoni/

Yudi. 2012. Paradigma Kritis dan Marxis:

http://cibengnews.blogspot.com/2012/11/paradigma-kritis-dan-marxisme.html

Teori Hegemoni Media :

(17)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirrabill’alamin, Ucap syukur kehadirat Allah SWT, karena

atas ridho-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Penelitian ini dengan tepat waktu. Penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat mengikuti sidang skripsi. Terima kasih kepada Ayah dan Ibu saya tercinta, yang selalu mengiringi langkah saya dengan doa, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar dan terselesaikan.

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menghadapi banyak permasalahan namun berkat adanya doa, dorongan dan dukungan akhirnya kendala itu dapat teratasi. Dan penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A Selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung. yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

(18)

vii

bimbingannya selama peneliti melakukan perkuliahan.

4. Bapak Adiyana Slamet, S.IP, M.Si, selaku dosen pebimbing yang telah banyak memberikan masukan, dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan Penelitian ini.

5. Yth. Ibu Rismawaty., S.Sos., M.Si., Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano M.Ikom, Bapak Olih Solihin S.Sos., M.Ikom, Bapak Inggar Prayoga., S.I.Kom, Ibu Tine Agustin, Wulandari., S.I.Kom, selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia. yang telah memberikan ilmu pelajaran dan pengalaman kepada peneliti serta kehangatan dalam setiap perkuliahan.

6. Yth. Ibu Astri Ikawati., A.Md selaku Sekretariat Program Studi Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relation, serta Ibu Ratna yang telah banyak membantu peneliti perihal administrasi.

7. Untuk Mama dan Papa yang selalu telah memberikan segalannya, serta keluarga besar yang telah mendukung selama ini.

(19)

viii

telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan penyusunan penelitian ini dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bandung, Juli 2014 Peneliti

(20)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi, jadi legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Media juga dapat menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media massa dapat menjadi alat untuk membangun dan kultur ideologi dominan.

Pembentukan wacana merupakan media perjumpaan sekaligus konsentrasi antara pihak yang dominan dan pihak yang resisten.(Darma:2009) Hegemoni diperlukan karena pengalaman sosial terus menerus memberi gambaran ideologi dominan. Ideologi dominan terus menerus berhadapan dengan resistensi yang harus diatasinya dalam upaya untuk memenangkan kesepakatan rakyat atas tatanan sosial yang dipromosikannya. Ideologi sebagai kesadaran palsu tetap menekankan peran ideologi dalam menjaga kekuasaan. Hegemoni melibatkan memenangkan dan memenangkan kembali secara terus menerus kesepakatan anggapan di kalangan masyarakat. (Eryanto:2001)

(21)

Hegemoni lebih menekankan ideologi itu sendiri, bentuk ekspresi, cara penerapan mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya, sehingga upaya itu berhasil mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka. Ideologi adalah segala sesuatu yang mendasari aspek-aspek dalam kehidupan kita. Apapun hal yang orang-orang lakukan, terkandung sebuah ideologi.

Ideologi itu bisa datang dari media. Dengan demikian, media melalui pemikiran Althusser didudukkan sebagai media ideologis. Media senantiasa memiliki dan menjalankan ideologi tertentu. Seluruh teks di media dilandasi oleh sebuah ideologi.

Dalam Pandangan Gramsci perubahan sosial bukanlah semata-mata upaya menyangkut masalah kekuatan ekonomi dan fisik, tapi juga melibatkan perebutan wilayah kebudayaan dan ideologi. (Darma:2009). Pertimbangan urgensi eksplorasi dari epistemologi Gramsci yang kiri setidak didasarkan beberapa asumsi. Hubungan dialektis antara epistemologi dan kebudayaan (termasuk politik) yang secara kongkret individual bisa ditafsirkan sebagai hubungan eksistensial, mengangkat pemikiran dan tindakan seorang subjek atau tokoh pada dataran epistemologisnya yang menelanjangi jangkauan, oleh karena sumber, efektifitas, akibat dan pola pengetahuan dan pemikirannya. (Santoso:2007)

(22)

yang harus diatasinya dalam upaya untuk memanangkan kesepakatan rakyat atas tatanan sosial yang dipromosikan.

Wacana yang semacam itu mampu mengontrol, mengarahkan, dan meminta seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang diinginkan. Kebenaran yang didefinisikan individu sesuai dengan kebenaran yang dikonsepsikan. Twitter dapat menampung berbagai aspirasi masyarakat karena diakses secara bebas oleh penggunanya. Di setiap sudut kota, masyarakat urban tidak bisa melepas Twitter dalam genggamannya. Twitter seperti wajib dimiliki setiap masyarakat urban sebagai identitas di dunia maya.

Bebasnya kabar yang dapat masuk melalui Twitter memacu manusia untuk dapat menguasai, memanipulasi, dan mengeksploitasi suatu isu. Artinya terdapat konsep hegemoni dalam kerangka wacana yang dikontruksi. ‗Kicauannya‘ mampu mempengaruhi pandangan masyarakat dengan isu-isu yang dibuat. Kabar yang beredar di jejaring sosial Twitter merupakan kekuatan yang cukup kuat. Mengingat sebuat aplikasi jejari sosial Twitter sudah mendominasi penyebaran informasi di dalam kehibupan masyarakat urban.

(23)

Adapun keunggulan jejaring sosial twitter dibanding jejaring sosial lainnya diambil dari kompasiana.com. Banyak kelebihan-kelebihan yang kita bisa dapatkan. Tidak hanya berbagi, tapi dari twitter juga kita bisa mendapatkan informasi yang padat singkat, dan jelas.

Hanya 140 karakter itu malah menjadi salah satu ke unggulan twitter. karena dari jumlah yang sedikit itu informasi akan lebih singkat dan lebih mudah untuk di baca. Update timeline cepat, pertemanan tidak terbatas, hingga tokoh masyarakat aktif menggunakan twitter.

Dunia Twitter adalah kombinasi kata ringkas yang menggambarkan eksistensi seseorang di dunia maya juga ekspresinya lewat Twitter. Reaksi yang diberikan satu sama lain saat berekspresi di Twitter, mampu menyimpulkan pemikiran seseorang terhadap sesuatu hal.

Statment dari atau sebuah ‗Tweet‘ mampu bergulir seperti bola salju yang

semakin lama semakin besar. Sehingga anggapan tersebut mampu dikonstruksi oleh masyarakat dan menjadi kebenaran konvensional baik subjek maupun objek.

Jejaring sosial Twitter menjadi media yang bagus untuk menyelipkan sebuah ideologi. Sifatnya yang mampu berinteraksi dan melihat respon dari isu yang dibuat menjadi keungtungan tersendiri bagi tatanan sosial yang dipromosikannya.

(24)

Beragam cara informasi di berikan melalui internet tak terkecuali lewat jejaring sosial seperti Twitter yang sekarang lagi banyak digunakan oleh penduduk dunia, berbagai macam akun Twitter khususnya mengenai informasi sudah banyak muncul di dunia bahkan di Indonesia yang memiliki Akun Twitter seputar berita yang mengupas informasi-informasi.

Realitas ini mampu ditangkap Kuntz Agus dalam film garapannya Republik Twitter yang dirilis pada 16 Februari 2012. Boleh jadi karena film ini

mengungkap siklus penyamaran di dunia maya khususnya Twitter. Karena masyarakat adalah pelaku sosial di Twitter cyberspace yang diceritakan dalam film ini. Film yang mengangkat fenomena jejaring sosial ini isinya tidak hanya sebatas positif-negatif dari sebuah media sosial. Semua hal yang umum kita jumpai dari Twitter diangkat secara blak-blakan.

Republik Twitter Adalah film yang berlatar belakang kegilaan jaman akan

Jejaring Sosial Twitter. Sejak kemunculan “si burung biru” Twitter di jagad virtual, realitas dan dinamika kehidupan virtual semakian riang dengan beragam kicauannya. “Suara rakyat adalah Suara Twitter.” Kutipan Kemal, salah satu

tokoh yang ada dalam film Republik Twitter.

(25)

Secara sepintas, sebenarnya film ini mengisahkan bagaimana kehidupan masyarakat urban dengan komitmen cintanya. Namun peneliti mendapatkan garis cerita dimana dalam film tersebut sarat akan nilai hegemoni dari cara berkomunikasi dan jejaring sosial Twitter mampu menggiring opini publik di kehidupan hari-harinya.

Film yang berlatar belakang jejaring sosial Twitter ini memiliki peran utama cerita tentang masyarakat urban yang tidak bisa dilepaskan dengan kemajuan teknologi. Sukmo, mahasiswa tingkat akhir di Yogjakarta begitu lihai dalam mengelola akun Twitter-nya. Dari eksplorasinya di dunia maya Twitter membawa pertemuan yang tidak lagi dibatasi oleh ruang. Dunia maya membawa masyarakat ke dalam satu tempat di mana tidak bisa dihambat lagi oleh suatu wilayah. Di film ini juga mempertemukan individu dengan yang lainnya lewat jejaring sosial Twitter yang sama-sama aktif di dunia maya. Perburuan informasi menuntut masyarakat untuk mengambil informasi dari segala arah. Begitu juga melalui Twitternya.

(26)

dirinya kedalam lubang hitam yang semakin mengikat. Bisnis pencitraan politik berbasis jejaring sosial yang digawangi Belo terkena kasus dengan bocornya manipulasi kabar yang dikerjakan perusahaannya.

“Generasi menunduk” 1 yang diungkapkan andre adalah salah satu kritik

sosial kepada tweeps, dan user social network lainnya karena lupa bahwa dunia bukan hanya maya.

Film Republik Twiter merupakan film yang memiliki banyak pesan yang akan di sampaikan kepada khalayak, pesan – pesan tersebut dapat tertangkap secara visual ataupun lisan. Pesan tentang dampak dari kemajuan teknologi dan jejaring sosial, pesan tentang ketergantungan terhadap Twitter, tentang dominasi Twitter pada penyebaran informasi terhadap masyarakat urban, hingga pesan cinta merupakan unsur – unsur pesan yang tersajikan di dalam film tersebut, makna dari pesan – pesan tersbut sangat jelas sekali tergambarkan di dalam film Republik Twitter, dengan di perkuat melalui gaya berbicara, gestur, mimik wajah dari sang

pemain, agar proses penyampaian pesan yang ingin di sampaikan terhadap khalayak bisa di terima dengan baik.

Film merupakan salah satu bentuk dari media massa, dimana fungsi dari Film itu sendiri adalah Pemberi informasi, Pendidikan, dan Hiburan untuk khalayak, karena sifat film yang audio visual menjadi sarana pemberian pesan dan makna untuk khalayak yang efektif.

Dalam sejarahnya, film pada masa modern sebagai media yang cukup efektif dalam menyebarkan pesan atau informasi mempersuasif khalayak, dimana

1

(27)

Rupakata Cinema membuat sebuah film fiksi mengenai perkembangan jaman, dan film tersebut menceritakan dimana masyarakat lebih memilih jejaring sosial untuk mendapatkan informasi, hal tersebut mampu dengan mudah mengangkat atau membuat sebuah isu di dalam upaya untuk memenangkan kesepakatan masyarakat dan dapat menggiring opini khalayak.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2009:127), film saat ini telah menjadi bidang kajian peneliatian yang banyak diminati, dimana banyak unsur – unsur yang dapat di teliti didalam film.

Film dapat mempengaruhi banyak struktur kehidupan yang ada di masyarakat, isu – isu yang disampaikan di dalam sebuah film dapat menimbulkan sebuah opini yang beragam di mata khalayak, perbedaan persepsi juga sering muncul dikarenakan memiliki sudut pandang yang berbeda - beda mengenai pesan atau makna yang ada di dalam suatu film.

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda. Kemudian diturunkan dalam bahasa Inggris menjadi Semiotics. Dalam bahasa Indonesia, semiotika atau semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti.

(28)

masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Ketiga, Kebudayaan tempat tanda dan kode bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. (Fiske, 2007:60)

Berhubungan dengan film yang sarat akan simbol dan tanda, maka yang menjadi perhatian peneliti di sini adalah dari segi semiotikanya, dimana dengan semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada di dalamnya yang tersirat. Sederhananya semiotikaa itu adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja. Jalinan tanda dalam film terasa lebih kompleks karena pada waktu yang hampir bersamaan sangat mungkin berbagai tanda muncul sekaligus, seperti visual, audio, dan teks. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film Republik Twitter.

Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan dibenak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjuk sesuatu, yakni objeknya (Fiske, 2007:63).

(29)

The Codes of Television dari John Fiske sering digunakan pada penelitian untuk menganalisis teks berbentuk gambar gerak atau moving picture. Teori ini menyatakan bahwa peristiwa yang dinyatakan dalam sebuah gambar gerak memiliki kode – kode sosial sebagai level pertama adalah reality (realitas), level kedua adalah representation (representasi), dan level ketiga adalah ideology (ideologi).

Film Republik Twitter menunjukan bagaimana jejaring sosial Twitter mampu digunakan sebagai alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan, dan juga mampu mengkonstruksi anggapan umum dengan mengangkat sebuah isu yang dapat diterima anggapanya oleh masyarakat. Menurut Gramsci, perubahan sosial bukanlah semata-mata upaya menyangkut masalah kekuatan ekonomi dan fisik, tapi juga melibatkan perebutan wilayah kebudayaan dan ideologi. Dari uraian di atas yang akan menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini adalah bagaimana memahami makna dan tanda – tanda mengenai hegemoni jejaring sosial Twitter dalam film Republik Twitter. Untuk mengakaji makna dan tanda – tanda mengenai hegemoni jejaring sosial Twitter dalam film Republik Twitter, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika sebagai pisau bedah dalam penelitian.

Melalui pendekatan Semiotika John Fiske dalam penelitian ini, peneliti akan menelaah realitas, representasi, dan ideologi dari sebuah film yang berjudul “Republik Twitter”. Ketiga level tersebut (realitas, representasi, ideologi),

(30)

membentuk pemahaman mengenai makna dan tanda – tanda hegemoni jejaring sosial Twitter dalam film yang berjudul “Republik Twitter”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Makro

Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan makro sebagai berikut. “Bagaimana Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter

Dalam Film Republik Twitter?”

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Dari rumusan masalah tersebut peneliti membuat pertanyaan mikro sebagai berikut :

1. Bagaimana level Realitas Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter?

2. Bagaimana level Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter?

3. Bagaimana level Ideologi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

(31)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mengkaji level Realitas Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

2. Untuk mengetahui dan mengkaji level Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

3. Untuk mengetahui dan mengkaji level Ideologi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

4. Untuk mengetahui dan mengkaji Representasi Hegemoni Jejaring Sosial Twitter Dalam Film Republik Twitter

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, secara umum dibidang jurnalistik maupun secara khusus untuk yang akan meneliti menggunakan semiotika yang membedah makna dan tanda yang terdapat dalam sebuah karya ataupun media lainya. Onong Uchjana Effendy (2001:102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarluasannya kepada masyarakat. Penyebearluasan inforamasi yang berupa “text”

(32)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu. yaitu mengkaji langsung tentang analisis semiotika yang terdapat dalam sebuah karya film.

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia kedepannya dalam mengungkap makna dan tanda dalam sebuah karya film.

3. Bagi Khalayak

(33)

14 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadaisehingga penulisan skripsi ini lebih memadai. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika. Melalui metode ini peneliti dapat melihat secara detail maksud pemilihan, pengkombinasian, dan pengunaan tanda – tanda dalam film Republik Twittersehingga dapat merepresentasikan hegemonipada film Republik

(34)
(35)
(36)

Pendekatan

(37)

Definisi yang menempatkan komunikasi sebagai suatu proses yaitu definisi Hovland, Janis and Kelley yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) adalah seorang ahli sosiologi Amerika, mengatakan bahwa :

Communication is the process by which an individual transmits

stimuly (ussually verbal) to modify the behaviour of other individuals”.

Dengan kata lain Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa melalui komunikasi, setiap manusia dapat menyampaikan apa yang didalam pikirannya baik pengiriman lambang-lambang yang berarti seperti bahasa atau simbol untuk mencapai kesamaan makna dengan manusia lain.

Menurut Onong U. Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menyatakan bahwa fungsi komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Menginformasikan (to inform), yaitu memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yangterjadi, ide atau pikiran, dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educate), yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.

(38)

4. Mempengaruhi (to influence), yaitu fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. (Effendy, 1998:36)

Secara garis besar, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dan informasi yang memudahkan dan memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia disegala bidang kehidupan. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan dengan satu sama lain dan mencapai satu kesamaan makna. Profesor Wilbur Schramm mengatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. (Changara, 2002:2)

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu

Komunikasi dalam Teori dan Praktek”.

“Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “Communications”

berasal dari kata latin “Communicatio, dan bersumber dari kata “Communis” yang berarti “sama”, maksudnya adalah sama makna.

(39)

kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan mengerti bahasa pesan yang disampaikan”.(Effendy, 2005 : 9).

Sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek Carl I. Hovland, mendenifisikan “Komunkasi adalah upaya yang sistematis untuk

merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. (Effendy, 2005 : 10).

Sedangkan Menurut Gode (1969:5) yang dikutip oleh Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, memberikan pengertian komunikasi adalah “It is a process that makes common to or several

what the monopoly of one or some (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang)”. (Wiryanto, 2004 : 6).

Sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi. Menurut Harold D. Laswell cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah “Dengan menjawab pertanyaan

sebagai berikut: Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With

What Effect”. (Wiryanto, 2004 :7).

Pertanyaan ini mengandung lima unsur dalam komunikasi yang menunjukkan studi ilmiah mengenai komunikasi cenderung untuk berkonsentrasi pada satu atau beberapa pertanyaan diatas :

(40)

tulisan. dalam hal ini komunikator melihat dan menganalisa factor yang memprakasai dan membimbing kegiatan komunikasi.

2. Say What (mengatakan apa), pesan yaitu: ide, informasi, opini yang dinyatakan sebagai isi pesan dengan menggunakan simbol atau lambang yang berarti.

3. In which channel (melalui saluran apa) media ialah alat yang dipergunakan komunikator untuk menyampaikan pesan agar pesan lebih mudah untuk diterima dan dipahami, biasanya komunikator menggunakan pers, radio, televisi, dan lain-lain.

4. To Whom (kepada siapa) komunikan ialah orang yang menjadi sasaran komunikator dalam menyampaikan pesan. untuk itu seorang komunikator harus mengetahui betul sifat dan kondisi komunikan dimanapun berada.

5. Effeck (efek) yakni efek atau pengaruh kegiatan komunikasi yang di lakukan komunikator kepada komunikan, sehingga terlihat adanya perubahan yang terjadi dalam diri komunikan.

(41)

bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Maksud dari lambang disini adalah bahasa, sinyal, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan

komunikan kepada komunikator. Menurut Effendy (1998:13) proses komunikasi secara primer dimulai ketika komunikator menjadi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaan ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator itu. Ini berarti komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Dalam proses ini komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi (decoder).

(42)

komunikator yang menerima sandi, dan komunikan dapat menjadi komunikator sehingga komunikan mengirimkan sandi. Dalam proses komunikasi ini, komunikator dapat langsung menangkap langsung umpan balik dari komunikan atau disebut juga immediate feedback. Selain komunikasi antarpesona proses komunikasi secara primer juga dapat berlangsung di dalam komunikasi kelompok, disinipun umpan baliknya dapat segera diterima oleh komunikator.

2. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melakukan komunikasi karena komunikannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan banyak lagi merupakan media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

(43)

memperhitungkan ciri – ciri atau sifat – sifat media yang akan digunakan.

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Massa

Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi), memiliki sedikitnya enam unsur, yakni komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan), efek dan umpan balik.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni :

“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).” (Rakhmat, 2003 : 188).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikais massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi massa itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah : radio siaran dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya dikenal sebagai media cetak, serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop.

2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa

(44)

1. Surveillance (Pengawasaan) 2. Interpretation (Penafsiran) 3. Linkage (Pertalian)

4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) 5. Entertainment (Hiburan)

(Dominick dalam Ardianto, Elvinaro. dkk. 2007: 14).

Surveillance (pengawasaan) Fungsi pengawasan komunikasi

massa dibagi dalam bentuk utama: fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang suatu ancaman; fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

Interpretation (penafsiran) Media massa tidak hanya memasok

fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca, pemirsa atau pendengar untuk memperluas wawasan.

Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota

masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi

(45)

(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilali kelompok media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

Entertainment (hiburan) Radio siaran, siarannya banyak

memuat acara hiburan, Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. meskipun memang ada radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Karakteristik komunikasi massa dalam buku Komunikasi Massa (Suatu Pengantar), Elvinaro Ardianto, dkk (2007 : 7) menjelaskan ada delapan karakteristik komunikasi maassa, yaitu :

1. Komunikator Terlembagakan

(46)

cetak. Menurut Wright komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi msaa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen

Komunikan pada massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersonal, komunikator akan mengenal komunikannya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan lain – lain.

(47)

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative lebih banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000 : 99). Dimensi isi menunjukan suatu muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.

Dalam konteks komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaiamana seorang komunikator menyusun pesan secara sitematis, baik sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya mengapa perlu ada cara penulisan lead untuk media cetak, lead untuk media elektronik (radio maupun televise), cara menulis artikel yang baik, dan seterusnya. Semua itu menunjukan pentingnya unsur isi dalam komunikasi massa.

6. Komunikasi Bersifat Satu Arah

(48)

massa yang merupakan kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersonal. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.

7. Stimulasi Alat Indera

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah. Pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan media televis dan film, khalayak menggunakan indera penglihatan dan pendengaran.

(49)

khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, e-mail atau surat pembaca itu menggambarkan feedback komunikasi massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat pembaca, mengirim e-mail itu menunjukan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed).

2.1.4 Tinjauan Tentang Film

Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip – prinsip fotografi dan proyektor. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. menonton film ke bisokop menajdi aktivitas popular bagi orang ameria pada tahun 1920 – 1950an.

Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life of an American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Potter pada tahun 1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975 : 246). Film Amerika diproduksi di Hollywood. Film yang dibuat di Hollywood membanjiri pasar global dan mempengaruhi sikap, perilaku dan harapan – harapan orang di belahan dunia.

(50)

Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang – orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang – kadang menjadi mesin uang yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri. (Dominick, 2000 : 306).

2.1.4.1 Pengertian Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV (Cangara, 2002:135). Gamble (1986:235) berpendapat, film adalah sebuah rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi. Sementara bila mengutip pernyataan sineas new wave asal Perancis, Jean Luc Godar, film adalah ibarat papan tulis, sebuah film revolusioner dapat menunjukkan bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan.

(51)

(terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005:3).

2.1.4.2 Jenis-Jenis Film

1. Film Cerita (Story Film)

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukkan semua publik dimana saja (Effendy, 2003:211).

Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik (Ardianto dan Erdinaya, 2007:139). Dalam Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser (2006:13), Heru Effendy membagi film cerita menjadi Film Cerita Pendek (Short Films) yang durasi filmnya biasanya di bawah 60 menit, dan Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) yang durasinya lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi

90 – 100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk kedalam kelompok ini.

2. Film Dokumenter (Documentary Film)

John Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya

(52)

2003:213). Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin (Effendy, 2006:12).

3. Film Berita (News Reel)

Film berita atau news reel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 2003:212).

4. Film Kartun (Cartoon Film)

Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun dalam perkembangannya kini film yang menyulap gambar lukisan menjadi hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Menurut Effendy (2003:216) titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi hidup.

5. Film-film Jenis Lain

a. Profil Perusahaan (Corporate Profile)

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.

(53)

Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA).

c. Program Televisi (TV Program)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita.

d. Video Klip (Music Video)

Dipopulerkan pertama kali melalui saluran televisi MTV pada tahun 1981, sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. (Effendy, 2006:13-14).

2.1.4.3 Film Sebagai Proses Komunikasi

Beberapa ahli menyebutkan dilihat dari sudut pandang ada beberapa fungsi lain dari film, seperti : Fungsi informatif, fungsi edukatif, bahkan fungsi persuasif. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional sejak 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy dalam Elvinaro dan Lukiati. 2004 : 136).

(54)

meraih sejumlah besar orang dengan muatan pesan yang ditujukan untuk mempengaruhi tindakan dan cara berpikir mereka. Film adalah salah satu alat komunikasi paling signifikan yang pernah ada sejak munculnya tulisan tujuh ribu tahun yang lalu. (Monaco, 2000 : 64).

Telah disebutkan di awal bahwa keberadaan bioskop menjadi suatu kekuatan dan juga kelemahan bagi film, karena penonton diajak secara statis untuk menikmati film namun di lain pihak hal itu semakin memfokuskan perhatian pada pesan yang hendak disampaikan.

Sedangkan secara sifat, dapat dikatakan media film dapat dinikmati berbeda dengan sarana media massa lainnya, karena film memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku itu beserta faktor – faktor pendukungnya. Apa yang terlihat di layar seolah – olah

kejadian yang nyata, yang terjadi di hadapan matanya.

Menurut Kotler, efek dari penyampaian sebuah pesan bergantung pada bagaimana cara menyampaikannya (Kotler, 2000 : 634). Seperti yang dijelaskan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Interaksi antara Kata-kata, Simbol, dan Gambar dalam menyampaikan pesan

Sumber : Jefkins. 1994 : 62 33 Unsur Verbal:

Kata- Lata

Makna

Unsur Non Verbal: Simbol dan

(55)

Jadi apabila kita berbicara mengenai film, pesan yang ingin disampaikan oleh film sangat ditentukan oleh perpaduan gambar dan suara dan faktor – faktor pendukungnya.

2.1.4.4 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa menyiarkan informasi yang banyak dengan menggunakan saluran yang disebut media massa. Dalam perkembangannya film banyak digunakan sebagai alat komunikasi massa, seperti alat propaganda, alat hiburan, dan alat – alat pendidikan. Media film dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah alat atau sarana komunikasi, media massa yang disiarkan dengan menggunakan peralatan film; alat penghubung berupa film.

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi, Oey Hong Lee (1965:40), misalnya menyebutkan, film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati. (Sobur, 2009:126)

(56)

dikemas oleh seorang sutradara sesuai dengan tendensi masing – masing. Ada yang tujuannya sekedar menghibur, memberi penerangan, atau mungkin kedua-duanya. Ada juga yang memasukan dogma – dogma tertentu sekaligus mengajarkan sesuatu kepada khalayak.

Dalam scopenya, ilmu komunikasi terbagi menjadi tiga, yaitu bentuk spesialisasinya, medianya, dan efeknya. Film termasuk ke dalam medianya, yaitu media massa. Media massa digunakan untuk komunikasi massa karena sifat massalnya. Film juga termasuk media periodik, yang kehadirannya tidak terus menerus tapi berperiode.

Sebagai media massa, content film adalah informasi. Informasi akan mudah dipahami dan tertangkap dengan visualisasi. Pada hakekatnya film seperti juga pers berhak untuk menyatakan pendapat atau protesnya tentang sesuatu yang dianggap salah. Kelebihan film dibanding media massa lainnya terletak pada susunan gambar yang dapat membentuk suasana. Film mampu membuat penonton terbawa emosinya.

Film memiliki semua karakteristik yang dibutuhkan untuk menjadi media massa, gabungan dari faktor audio dan visual yang dengan segala isinya adalah sarana yang tepat untuk menyampaikan pesannya kepada para penontonnya.

(57)

media elektronik, yakni media yang dalam penyajian pesan sangat bergantung pada adanya listrik. Sebagai media massa elektronik dan adanya banyak unsur kesenian lain, film menjadi media massa yang memerlukan proses lama dan mahal (Baksin, 2003 : 2).

Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda dengan seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, musik, dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni film sangat mengandalkan teknologi, baik sebagai bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonnya. Film merupakan penjelmaan keterpaduan antara berbagai unsur, sastra, teater, seni rupa, teknologi, dan sarana publikasi. Dalam kajian media massa, film masuk ke dalam jajaran seni yang ditopang oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada penonton yang ikut menunjang lahirnya karya film.

(58)

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. sejak itu, maka merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat kepada dampak film terhadap masyarakat. Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya.

2.1.4.5Film Dalam Perspektif Kritis

Mengkritisi konstruksi wacana media yang selama ini menjadi wadah idealisme pelaku media. Penulis berharap dapat lebih jauh melihat kekuasaan terhadap teks, dan menemukan konsep yang menarik perihal kekuatan media, serta mengungkap makna yang tersembunyi dengan pandangan kritis terhadap wacana media.

(59)

upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara : kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang labih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. (Sobur:2004:128)

Konsep ‗representasi‘ dalam studi media massa, termasuk film,

bisa dilihat dari beberapa aspek bergantung sifat kajiannya. Studi media yang melihat bagaimana wacana berkembang di dalamnya —biasanya dapat ditemukan dalam studi wacana kritis pemberitaan media — memahami ‗representasi‘ sebagai konsep yang “menunjuk pada

bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan” (Eriyanto, 2001:113).

(60)

menampilkan seseorang, kelompok atau suatu gagasan dalam pemberitaan.

Sementara itu, menurut John Fiske (1997:5) representasi merupakan sejumlah tindakan yang berhubungan dengan teknik kamera, pencahayaan, proses editing, musik dan suara tertentu yang mengolah simbol-simbol dan kode-kode konvensional ke dalam representasi dari realitas dan gagasan yang akan dinyatakannya.

Menurut Fiske, dalam sebuah praktek representasi asumsi yang berlaku adalah bahwa isi media tidak merupakan murni realitas karena itu representasi lebih tepat dipandang sebagai cara bagaimana mereka membentuk versi realitas dengan cara-cara tertentu bergantung pada posisi sosial dan kepentingannya. Pendapat Fiske mengenai representasi ini berlaku dalam sebuah proses kerja media secara umum dan sudah mulai menyinggung mengenai kaitan antara representasi dengan realitas bentukan yang diciptakan oleh suatu media.

2.1.5 Tinjauan Tentang Semiotika

(61)

fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang, 1998:262).

Tanda - tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya dalam berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.

(62)

dan dihidupi (cultivated). Ia hadir dalam proses interpretasi (semiosis) yang mengalir.

2.1.6 Tinjauan Representasi

Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi dalam bukunya yang berjudul Understanding Media Semiotics mengungkapkan bahwa representasi adalah proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu, yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau diarasakan dalam bentuk fisik. Dapat dikaraktersitikan sebagai proses konstruksi bentuk X untuk menimbulkan perhatian kepada sesuatu yang ada secara material atau konseptual, yaitu Y, atau dalam bentuk spesifik Y,X – Y.

Danesi mencontohkan representasi dengan konstruksi X yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentuk kepada materil atau konsep tentang Y. Sebagai contoh misalnya konsep sex diwakili atau ditandai melalui gambar sepasang sejoli yang sedang berciuman secara romantis.

(63)

John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam represntasi yaitu : 1. Level Reality: Kode yang tercakup dalam level ini adalah penampilan,kostum, riasan, lingkungan, tingkah laku, cara berbicara, bahasa atau geraktubuh, ekspresi, suara.

2. Level Representation: Di level kedua ini kode yang termasuk di dalamnyaadalah seputar kode-kode teknik, seperti kamera, pencahayaan, editing,music, dan suara. Di mana level ini menstransimisikan kode-kodekonvensional.

3. Level Ideology: Level ini adalah hasil dari level realita dan levelrepresentasi yang terorganisir atau terkategorikan kepada penerimaan danhubungan sosial oleh kode-kode ideology, seperti individulisme, patriarki,ras, kelas, materialisme, kapitalisme.

2.1.7 Tinjauan Mengenai Twitter

Twitter merupakan jenis situs jejaring sosial pertemanan yang memungkinkan para penggunanya mendapatkan relasi denganmendaftarkan dirinya pada situs tersebut. Kehadiran jejaring sosial Twitter semakin meramaikan persaingan situs-situs social networking yang sudah ada sebelumnya seperti Friendster, Facebook, Plurk, dan lain-lain.Setiapsitus jejaring sosial mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

(64)

57micro-blogging yang memfasilitasi anda sebgai pengguna, dapat memberikan informasi terbaru, nformasi tentang diri anda, bisnis, dan lain sebagainya.

Setiap anda menulis pada Twitter, status tersebut disebut dengan Tweets, apabila Tweets anda berjumlah 100 maka anda sudah menulis status pada Twitter sebanyak 100 kali, Tweets merupakan penulisan teks berbasis 140 karakter. Jadi jumlah maksimal karakter yang anda tuliskan sebagai status hanya terbatas pada jumlah maksimal 140 karakter.

Sejak diperkenalkan oleh Jack Dorsey pada tahun 2006, Twittermengalami perkembangan yang cukup pesat di dunia situs jejaring sosial. Twitter dapat dijuluki sebagai “SMS of the internet” sebagai program

aplikasi internet untuk mengirim pesan pendek ke aplikasi-aplikasi lain.

2.2. Kerangka Pemikiran 2.2.1 Hegemoni

Hegemoni dapat didefinisikan sebagai pengaruh, kekuasaan, atau dominasi kemlopok sosial tertentu atas kelompok sosial lainnya yang biasanya lebih lemah. Gagasan mengenai hegemoni dapat ditelusuri balik hingga ke pandangan Antonio Gramsci, salah seorang pendiri partai komunis di italia yang kemudian dipenjara oleh penguasa yang beraliran fasis.

(65)

materialdari mereka berlawanan dengan cara berpikir dominan sehingga memunculkan perlawanan terhadap ideologi dominan.

Hegemoni bisa didefinisikan sebagai dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar (common sense).

Pandangan Gramsci mengenai hegemoni berdasarkan pada gagasan Karl Marx mengenai “kesadaran yang salah” (false consciousness), yaitu

keadaan di mana individu menjadi tidak menyadari adanya dominasi dalam kehidupan mereka. Gramsci menyatakan bahwa sistem sosial yang mereka dukung justru telah mengeksploitasi diri mereka sendiri, mulai dari budaya popular hingga agama. Menurut Gramsci, kelompok dominan dalam masyarakat berhasil mengarahkan orang kepada perasaan puas terhadap keadaan. Kepercayaan sosial itu sering kali diterima sebagai common sense, yang diterima tanpa banyak dipertanyakan.

Persetujuan (consent) merupakan faktor penting dalam hegemoni. Masyarakat akan memberikan persetujuan jika mereka diberikan imbalan (misal kebebasan, barang, dan lain-lain). Pada akhirnya, orang akan lebih menyukai hidup dalam msayarakat dengan berbagai pemberian tersebut dan menerima atau setuju dengan ideologi budaya dominan.

Namun demikian hegemoni merupakan proses yang bersifat cair dan Hall menyebut hegemoni bersifat temporer dengan ciri adanya “pertunjukan

(66)

pada msayrakat bersifat kontadiktif, saling bersaing dan selalu dalam keadaan konflik. Dengan kata lain, prjuangan di antara berbagai ideologi yang saling berkontradiksi itu akan terus menerus menghasilkan perubahan. Dengan demikian, sebagaimana sikap dan nilai-nilai atas berbagai topik kehidupan yang mengalami perubahan dalam masyarakat, demikian pula halnya dengan berbagai ideologi yang terkait dengan topik – topik tesrebut.

Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus (consenso) dari pada melalui penindasan terhadap kelas sosial lain. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melaluiyang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-struktur kognitif dari masyarakat itu. Itulah sebabnya hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan (Gramsci, 1976:244).

Jika dilihat sebagai strategi, maka konsep hegemoni bukanlah strategi eksklusif milik penguasa. Maksudnya, kelompok manapun bisa menerapkan konsep hegemoni dan menjadi penguasa. Gramsci mengeluarkan argumen bahwa kegagalan tersebut disebabkan oleh ideologi, nilai, kesadaran diri, dan organisasi kaum buruh tenggelam oleh hegemoni kaum penguasa (borjuis).

2.2.1.1 Sejarah Hegemoni

(67)

pemimpin intelektual dari gerakan massa proletar di Turin selama Perang Dunia Pertama dan masa sesudah itu. Italia, menjelang perang usai merupakan sebuah pemandangan penting dari pertarungan politik partai. Sebuah pertarungan yang dengan cepat membuahkan kemenangan kepada fasisme pada 1922 dan melenyapkannya hak-hak politik. Sebagai anggota kunci dari Partai Sosialis Italia dan kemudian Partai Komunis Italia (PCI), Gramsci melihat kegagalan gerakan massa buruh revolusioner dan bangkitnya fasisme reaksioner didukung oleh massa kelas pekerja. Kalangan neo-marxisme lainnya dari Mazhab Frankfurt, Theodor Adorno juga menelanjangi Fasisme sebagai puncak dari sisi negatif Kapitalisme.

Hal itulah yang memberikan pertanyaan-pertanyaan bagi Antonio Gramsci, seperti mengapa Kapitalisme bisa bertahan di Eropa Barat padahal melewati momen krisis – dan telah diramal oleh Marx akan mengalami pembusukan – serta diterima oleh massa pekerja, bahkan ketika berujud sebagai Fasisme seperti yang terjadi di Italia. Kaum proletariat Italia tidak seperti kaum Bolshevix di Uni Soviet.1

2.2.1.2 Konsep Hegemoni

Bagi Gramsci ideologi tidak hanya tumbuh dan bekerja dalam kelas buruh yang didominasi oleh kelas pemilik modal (Marx), tapi juga dapat berlangusng di setiap aspek kehidupan, mulai dari keluarga,

1

(68)

lembaga agama, budaya politik, dan lain-lain melalui mekanisme “hegemoni”.

Dalam Prison Notebooks (1971) Gramsci mencatat bahwa sebuah kelompok menjadi hegemonik bilamana kelompok tersebut mengartikulasikan kepentingan sektoralnya sebagai kepentingan umum, lalu merealisasikan dalam kepemimpinan moral dan politik. Masyarakat akan setuju, dan tidak akan merasa sedang dikendalikan sebuah kekuatan tertentu. Di titik inilah hegemoni bekerja, atas dasar “persetujuan” dari segenap elemen masyarakat, dan sama sekali tidak

diupayakan melalui jalan kekerasan (Gahran,2011: 42).

Hegemoni adalah model penguasaan yang lebih halus, yaitu secara ideologis. Titik awal gagasan hegemoni adalah bahwa sebuah kelompok menyelenggarakan kekuasaan terhadap kelompok subordinat melalui persuasi.

(69)

Asumsi hegemoni Gramsci menegaskan bahwa kekuasaan melibatkan kelompok sosial tertentu yang mengamankan persetujuan (aktif atau pasif) dari strata sosial lainnya ketimbang memaksakan sebuah keputusan. Di sini jelas bahwa hegemoni lebih mengandalkan mekanisme halus integrasi ideologis ketimbang jalan langsung dalam bentuk koersi.

Masyarakat dalam konsep Gramsci di tempatkan pada supersturtur. Berangkat dari asumsinya kapitalisme bertahan oleh karena saling keterkaitan antar basis dan superstruktur dalam menentukan perubahan sosial, meskipun prakondisi sosial dan ekonomi untuk transisi sosialme sudah ada. Kapitalisme masih bertahan karena ideologi yang ditekantakn menerima keadaan umum dominasi budaya borjuasi yang menempatkan pengguna kekuatan politik tidak diperlukan lagi dalam mempertahankan kekuasaan. Dengan kata lain, salah satu penyebab kapitalisme bertahan adalah karena genggaman ideologisnya terhadap massa.

(70)

2.2.1.3 Praksis Hegemoni

Teori hegemoni Antonio Gramsci menganalisa berbagai relasi kekuasaan dan penindasan di masyarakat. Lewat perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu masyarakat, dan media massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan kelompok penguasa. Alat kontrol tersebut memainkan peranan penting dalam menciptakan lembaga dan sistem yang melestarikan ideologi kelas dominan.

Bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Artinya, kelompok-kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa.

Hegemoni ideologis dapat dieksekusi oleh kelas yang dominan, tidak hanya dengan mengerahkan kekuatan negara, tapi melalui berbagai sarana budaya. Bagi Gramsci, ideologi beroprasi dan di produksi dalam masyarakat sipil, lingkup individu non-negara dan aktifitas kelompok.

Gambar

Penelitian TerdahuluTabel 2.1
 Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan kinerja ruang transportasi multimoda yang terdiri dari pejalan kaki, pesepeda dan angkutan umum untuk kondisi eksisting, rencana 1 dan rencana 2

Dari hasil validasi model prediksi curah hujan menunjukkan model Jaringan Syaraf Tiruan cocok digunakan untuk memprediksi curah hujan pada pewilayah hujan 3, model Wavelet

Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian pada tingkat Usaha Pengelolaan Hutan (“UPH”) terhadap persyaratan-persyaratan Forest Stewardship Council (“FSC”)

Oleh karena itu dengan kondisi pelemahan ekonomi global yang berdampak pada kondisi ekonomi domestik Indonesia, sehingga mengakibatkan Pemerintah Republik

Maka penelitian ini akan memanfaatkan teknologi pesawat tanpa awak untuk dapat digunakan sebagai alat bantu mengumpulkan data berupa citra udara yang hasilnya akan menjadi

Masalah ketepatan waktu juga menjadi faktor penghambat kualitas pelayanan, di kantor Desa Parigi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa , masalah waktu kerja yang

Tahapan ini dalam penelitian harus melakukan analisis sebagai alur sistem kerjasama yang sedang berjalan di Universitas Nasional, kemudian melakukan analisis data