• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penyakit Diabetes Mellitus Dengan Metode Sugeno

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penyakit Diabetes Mellitus Dengan Metode Sugeno"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENYAKIT

DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO

SKRIPSI

MARIANI VALENTINA TAMPUBOLON

061401096

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

MARIANI VALENTINA TAMPUBOLON

061401096

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN

PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO

Kategori : SKRIPSI

Nama : MARIANI VALENTINA TAMPUBOLON

Nomor Induk Mahasiswa : 061401096

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juli 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Maya Silvi Lydia, BSc, MSc M. Andri B, ST, MCompSc, MEM

NIP. 197401272002122001 NIP. 197510082008011011

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN METODE SUGENO

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 28 Juni 2010

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang mengizinkan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebab kasihNya yang besar dan kesetiaanNya yang tak pernah padam.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada M. Andri B, ST, MCompSc, MEM dan Maya Silvi Lydia, BSc. MSc selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Drs. Agus Salim Harahap, M.Si selaku dosen penguji. Panduan ringkas, padat, dan profesional telah diberikan kepada penulis agar dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komputer, Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Syahriol Sitorus, S.Si, MIT, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU, dan pegawai di Ilmu Komputer FMIPA USU.

(6)

ABSTRAK

Jumlah penderita Diabetes Mellitus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan keterlambatan diagnosis penyakit tersebut. Penderita penyakit tersebut biasanya meninggal akibat komplikasi penyakit ini. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan guna mengantisipasi meningkatnya jumlah penderita Diabetes Mellitus yang meninggal. Pada penelitian ini, dibuat suatu model sistem pendukung keputusan penentuan penyakit Diabetes Mellitus dengan Metode Sugeno. Pada metode ini, variabel-variabel pendukung penegakan diagnosis penyakit tersebut digunakan dalam pembentukan himpunan fuzzy. Himpunan fuzzy itu akan diproses dengan metode Sugeno sehingga menghasilkan suatu keputusan. Sistem ini dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis guna membantu pengambilan keputusan penegakan penyakit Diabetes Mellitus. Pengguna cukup hanya memasukkan data pemeriksaan laboratorium, kemudian menekan tombol proses setelah itu akan keluar hasil penegakan diagnosis. Setelah diuji dan dianalisis dengan melibatkan perhitungan secara manual, dapat diketahui bahwa secara garis besar hasil yang didapat dengan perhitungan secara manual sama dengan perhitungan secara sistem. Sehingga secara umum sistem telah dapat memberikan solusi terhadap pengguna dan sistem berjalan sesuai dengan diharapkan.

(7)

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINATION OF DIABETES MELLITUS WITH THE SUGENO METHOD

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Metode Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Landasan Teori 7

2.1 Sistem Pendukung Keputusan 7

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan 7

2.1.2 Nilai Guna dan Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan 8

2.1.3 Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan 11

2.1.3.1 Subsistem Manajemen Database 12

2.3 Diabetes Mellitus 24

2.3.1 PraDiabetes 28

2.3.2 Diabetes Mellitus Tipe 1 29

2.3.3 Diabetes Mellitus Tipe 2 29

Bab 3 Analisis dan Perancangan 30

3.1 Analisis Sistem 30

3.1.1 Analisis Data Sistem 30

3.1.2 Analisis Komponen Sistem 30

(9)

3.1.2.2 Subsistem Manajemen Basis Model 39 3.1.2.3 Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog 42

3.2 Perancangan Sistem 44

3.2.1 Perancangan Flowchart 44

3.2.2 Perancangan Inferensi Fuzzy 47

3.2.3 Perancangan Basis Pengetahuan 58

3.2.4 Perancangan Form 60

Bab 4 Implementasi dan Pengujian 64

4.1 Implementasi 64

4.2 Pengujian 72

4.2.1 Pengujian Kinerja Sistem 72

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 80

5.1 Kesimpulan 80

5.2 Saran 80

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Operasi-operasi dasar dalam himpunan fuzzy 20

Tabel 3.1 Kamus Data Pasien 38

Tabel 3.2 Kamus Data Periksa 38

Tabel 3.3 Batasan nilai normal variabel 48

Tabel 3.4 Aturan-aturan penentuan penyakit Diabetes Mellitus 58

Tabel 4.1 Perhitungan derajat keanggotan variabel uji 1 73

Tabel 4.2 Perhitungan fungsi implikasi uji 1 74

Tabel 4.3 Perhitungan derajat keanggotan variabel uji 2 77

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Representasi kurva trapesium 19

Gambar 2.2 Representasi kurva bahu 19

Gambar 3.1 Diagram Konteks DFD 31

Gambar 3.2 DFD Level 0 32

Gambar 3.3 Diagram 1.0 atau DFD Level 1 34

Gambar 3.4 Diagram 2.0 35

Gambar 3.5 Diagram 3.0 36

Gambar 3.6 ERD 39

Gambar 3.7 Flowchart Metode Sugeno 40

Gambar 3.8 Daftar menu sistem 43

Gambar 3.9 Representasi kurva trapesium 44

Gambar 3.10 Flowchart kurva trapesium 45

Gambar 3.11 Representasi kurva bentuk bahu 46

Gambar 3.12 Flowchart kurva bentuk bahu kiri 46

Gambar 3.13 Flowchart kurva bentuk bahu kanan 47

Gambar 3.14 Kurva himpunan fuzzy variabel Glukosa Darah Puasa 49

Gambar 3.15 Kurva himpunan fuzzy variabel Glukosa Plasma Puasa 51

Gambar 3.16 Kurva himpunan fuzzy variabel Glukosa Plasma Tidur 52

Gambar 3.17 Kurva himpunan fuzzy variabel Glukosa Darah 2 Jam PP 53

Gambar 3.18 Kurva himpunan fuzzy variabel HbA1c 54

Gambar 3.19 Kurva himpunan fuzzy variabel HDL 55

Gambar 3.20 Kurva himpunan fuzzy variabel Trigliserida 56

Gambar 3.21 Kurva himpunan fuzzy variabel Insulin 57

Gambar 3.22 Kurva himpunan fuzzy variabel umur 58

Gambar 3.23 Rancangan tampilan login 60

Gambar 3.24 Rancangan form menu utama 61

Gambar 3.25 Rancangan form daftar pasien 61

Gambar 3.26 Rancangan form hasil pemeriksaan 62

Gambar 3.27 Rancangan form laporan 62

Gambar 3.28 Rancangan form sistem 63

Gambar 4.1 Form Login 65

Gambar 4.2 Form Utama 66

Gambar 4.3 Tampilan Submenu Pasien 67

Gambar 4.4 Form Daftar 68

Gambar 4.5 Form Hasil Pemeriksaan 69

Gambar 4.6 Laporan 70

Gambar 4.7 Tampilan Submenu Informasi 71

Gambar 4.8 Form informasi sistem 72

Gambar 4.9 Hasil Pemeriksaan 76

Gambar 4.10 Hasil pemeriksaan sistem

(12)

ABSTRAK

Jumlah penderita Diabetes Mellitus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan keterlambatan diagnosis penyakit tersebut. Penderita penyakit tersebut biasanya meninggal akibat komplikasi penyakit ini. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan guna mengantisipasi meningkatnya jumlah penderita Diabetes Mellitus yang meninggal. Pada penelitian ini, dibuat suatu model sistem pendukung keputusan penentuan penyakit Diabetes Mellitus dengan Metode Sugeno. Pada metode ini, variabel-variabel pendukung penegakan diagnosis penyakit tersebut digunakan dalam pembentukan himpunan fuzzy. Himpunan fuzzy itu akan diproses dengan metode Sugeno sehingga menghasilkan suatu keputusan. Sistem ini dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis guna membantu pengambilan keputusan penegakan penyakit Diabetes Mellitus. Pengguna cukup hanya memasukkan data pemeriksaan laboratorium, kemudian menekan tombol proses setelah itu akan keluar hasil penegakan diagnosis. Setelah diuji dan dianalisis dengan melibatkan perhitungan secara manual, dapat diketahui bahwa secara garis besar hasil yang didapat dengan perhitungan secara manual sama dengan perhitungan secara sistem. Sehingga secara umum sistem telah dapat memberikan solusi terhadap pengguna dan sistem berjalan sesuai dengan diharapkan.

(13)

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINATION OF DIABETES MELLITUS WITH THE SUGENO METHOD

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keputusan merupakan kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam

pemecahan suatu masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan

pada permasalahan dalam pengambilan suatu keputusan. Hal ini disebabkan oleh

keadaan yang mungkin dialami oleh pengambil keputusan ketika mengambil suatu

keputusan yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan dalam kepastian, semua alternatif solusi masalah

diketahui secara pasti.

2. Pengambilan keputusan dalam berbagai tingkat risiko yang dipilih.

3. Pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian, ada alternatif solusi

masalah yang tidak diketahui dengan jelas.

Untuk mengantisipasi permasalahan dalam pengambilan keputusan, diperlukan

suatu sistem yang mendukung solusi atas suatu masalah secara efisien dan efektif.

Sistem tersebut disebut dengan Sistem Pendukung Keputusan.

Menurut World Health Organization (WHO) 1980 menyatakan bahwa

Diabetes Mellitus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana

didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Soegondo

et al, 2004).

Klasifikasi etiologis Diabetes Mellitus menurut ADA 2005 yaitu Diabetes

Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, Diabetes Mellitus tipe lain dan Diabetes

(15)

Mellitus tipe 1 belum diketahui secara pasti, tipe ini jarang ditemui. Hal ini disebabkan

karena Indonesia terletak di khatulistiwa atau faktor genetik yang tidak mendukung.

Lain halnya pada Diabetes Mellitus tipe 2 yang meliputi lebih dari 90% dari jumlah

populasi penderita diabetes – untuk selanjutnya disebut diabetesi –, faktor lingkungan

sangat berperan (Sudoyo et al, 2006).

Menurut Prof. Dr. Sidartawan Soegondo, Indonesia menjadi negara keempat di

dunia yang memiliki angka diabetesi terbanyak. Diabetesi secara keseluruhan di

Indonesia mengalami peningkatan hingga 14 juta orang (DetikNews, 15 April 2007).

Hal ini berdasarkan laporan dari WHO, dimana pada jumlah diabetesi di Indonesia

pada tahun 2000 adalah 8,4 juta orang setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan

Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada tahun

2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia

(21,3 juta) (Darmono, 2005).

Peningkatan jumlah diabetesi disebabkan keterlambatan penegakan diagnosis

penyakit tersebut. Pasien sudah meninggal akibat kompikasi sebelum adanya

penegakan diagnosis (Sudoyo et al, 2006). Penyebab keterlambatan penegakan

diagnosis tersebut adalah banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap pilihan-pilihan

yang ada atau beragamnya variabel. Logika fuzzy merupakan solusi untuk mengatasi

masalah tersebut. Sebab konsep logika fuzzy sangat fleksibel dan mempunyai toleransi

terhadap data-data yang tidak tepat serta didasarkan pada bahasa alami. Oleh karena

itu diperlukan suatu sistem sebagai alat bantu dalam penentuan apakah pasien itu

menderita Diabetes Mellitus atau tidak, dengan konsep logika fuzzy dengan metode

Sugeno.

Dalam sistem penentuan penyakit Diabetes Mellitus, The American Diabetes

Mellitus Association (ADA) merekomendasikan beberapa variabel yang dapat

digunakan untuk menilai keberhasilan penataksanaan Diabetes Mellitus. Dengan

variabel-variabel ini maka fuzzy inference system dengan metode Sugeno akan

menganalisis bagaimana variabel-variabel tersebut mempengaruhi proses pengambilan

(16)

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana cara

merancang suatu aplikasi yang berfungsi sebagai alat bantu pengambilan keputusan

dalam hal penegakan diagnosis penyakit Diabetes Mellitus pada seorang pasien dan

penentuan tipe penyakit tersebut berdasarkan fuzzy inference system dengan metode

Sugeno.

1.3Batasan Masalah

Batasan Masalah yang menjadi acuan dalam pengerjaan skripsi ini adalah :

1. Perancangan aplikasi untuk menentukan penyakit Diabetes Mellitus pada

penelitian ini menggunakan metode Sugeno.

2. Himpunan fuzzy pada aplikasi terdiri dari 9 variabel input yaitu kadar glukosa

darah puasa, kadar glukosa plasma puasa, kadar glukosa plasma tidur, kadar

glukosa darah 2 jam PP, kadar insulin, kadar HbA1c, kadar kolesterol HDL, kadar

trigliserida dan umur.

3. Aplikasi tidak membahas mengenai gejala fisik diabetesi, Diabetes Gestasional

dan tidak menampilkan kurva dari himpunan input fuzzy.

4. Output dari aplikasi ada 4 yaitu Negatif Diabetes, Pradiabetes, Positif Diabetes

tipe 1 dan Positif Diabetes tipe 2.

5. Perancangan sistem pada penelitian ini menggunakan Borland Delphi 7.

(17)

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu aplikasi yang dapat dipergunakan sebagai

alat bantu medis dalam penegakan diagnosis Diabetes Mellitus dengan metode

Sugeno.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Membantu dokter dalam hal penegakan diagnosis penyakit Diabetes Mellitus

2. Membantu pasien untuk mengetahui tipe diabetes yang diderita dan kondisi gula

darahnya.

1.6Metode Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Literatur

Tahapan ini dilakukan dengan mempelajari sumber-sumber atau buku-buku

referensi yang berkaitan dengan skripsi ini, baik dari textbook atau internet.

2. Pengumpulan Data

Pada tahapan pengumpulan data ini dilakukan wawancara pada pihak kesehatan.

3. Analisis data

Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis data yang diperlukan sistem dan

gambaran komponen-komponen sistem baik berupa DFD, flowchart, masukan dan

keluaran sistem.

(18)

Pada tahapan ini dilakukan perancangan flowchart kurva yang dipergunakan

dalam metode Sugeno, perancangan inferensi fuzzy, perancangan basis

pengetahuan dan perancangan form.

5. Implementasi Aplikasi Penentuan Diabetes Mellitus.

Pada tahapan ini dilakukan penerapan rancangan yang dibuat dalam suatu

program.

6. Pengujian Aplikasi

Pada tahapan ini dilakukan pengujian sistem yaitu dengan membandingkan hasil

diagnosis sistem dengan hasil yang diperoleh dengan perhitungan manual.

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bagian utama sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi “ Sistem

Pendukung Keputusan Penentuan Penyakit Diabetes Mellitus ”, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan perancangan sistem

penentuan penyakit Diabetes Mellitus dan teori lainnya yang mendukung pembuatan

aplikasi.

BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini terdiri dari analisis sistem dan perancangan sistem untuk penegakan diagnosis

penyakit Diabetes Mellitus. Pada bagian analisis sistem dimuat uraian tentang analisis

(19)

Pada bagian perancangan sistem, membahas tentang perancangan variabel

indikator penentu penyakit Diabetes Mellitus ke dalam himpunan fuzzy dan

perancangan form yang akan diimplementasikan pada sistem.

BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab ini membahas bagaimana mengimplementasikan aplikasi yang telah dirancang ke

dalam bahasa pemprograman dan menguji aplikasi yang telah dibangun.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan

(20)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Manusia merupakan bagian dari alam karena hidupnya yang tidak terlepas dari alam.

Proses kehidupan manusia merupakan unsur yang semakin lama semakin

mendominasi unsur-unsur lainnya di alam. Hal ini disebabkan karena manusia

dibekali kemampuan-kemampuan untuk bisa berkembang. Segala proses yang terjadi

di sekelilingnya dan dalam dirinya dirasakan dan diamatinya dengan menggunakan

semua indera yang dimilikinya, dipikirkannya lalu ia berbuat dan bertindak.

Dalam menghadapi segala proses yang terjadi di sekelilingnya dan di dalam

dirinya, hampir setiap saat manusia membuat atau mengambil keputusan dan

melaksanakannya. Hal ini dilandasi dengan asumsi bahwa segala tindakan dilakukan

secara sadar merupakan pencerminan hasil proses pengambilan keputusan dalam

pikirannya, sehingga sebenarnya manusia sudah sangat terbiasa dalam membuat

keputusan. Menurut Mangkusubroto dan Tresnadi, jika keputusan yang diambil

tersebut perlu dipertanggungjawabkan kepada orang lain atau prosesnya memerlukan

pengertian pihak lain, maka perlu untuk diungkapkan sasaran yang akan dicapai

(Suryadi dan Ramdhani, 1998).

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Systems (DSS)

pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton

(21)

“Sistem Berbasis Komputer Interaktif, yang membantu para pengambil keputusan

untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah

yang tidak terstruktur”.

Menurut Alter, DSS merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan

informasi, pemodelan dan pemanipulasian data. Sistem digunakan untuk membantu

pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak

terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya

dibuat.

DSS biasanya dibangun untuk mendukung solusi atas suatu masalah atau

untuk mengevaluasi suatu peluang. DSS yang seperti itu disebut aplikasi DSS.

Aplikasi DSS digunakan dalam pengambilan keputusan. Aplikasi DSS menggunakan

CBIS (Computer Based Information Systems) yang fleksibel, interaktif, dan dapat

diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi atas masalah manajemen

spesifik yang tidak terstruktur.

Aplikasi DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang

mudah dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. DSS lebih

ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat

analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas.

DSS tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan tetapi

memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan untuk

melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia.

2.1.2 Nilai Guna dan Karateristik Sistem Pendukung Keputusan

Pada dasarnya SPK ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi

Manajemen Terkomputerisasi (Computerized Manajement Information Systems), yang

dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat

(22)

dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis,

serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka

keputusan yang bersifat fleksibel (Suryadi dan Ramdhani, 1998).

Menurut Turban (2005), tujuan dari DSS adalah sebagai berikut:

1. Membantu dalam pengambilan keputusan atas masalah yang terstruktur.

2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan

untuk menggantikan fungsi manajer.

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil lebih daripada perbaikan

efisiensinya.

4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk

melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.

5. Peningkatan produktivitas.

6. Dukungan kualitas.

7. Berdaya saing.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemprosesan dan penyimpanan.

Ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Kusrini (2007) adalah sebagai berikut:

1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur.

2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.

3. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang

terjadi.

Beberapa karakteristik yang membedakan sistem pendukung keputusan dengan

sistem informasi lain adalah sebagai berikut:

1. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu pengambilan keputusan

dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur atau tidak terstruktur

dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi komput erisasi.

2. Proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan mengkombinasikan

penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukkan data konvensional

(23)

3. Sistem pendukung keputusan dapat digunakan atau dioperasikan dengan mudah

oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer

yang tinggi. Pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif.

4. Sistem pendukung keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek

fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga mudah disesuaikan

dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi dan kebutuhan pengguna.

Sistem Pendukung Keputusan memberikan manfaat atau keuntungan bagi

pemakainya. Keuntungan yang dimaksud di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Sistem pendukung keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam

memproses data/informasi bagi pemakainya.

2. Sistem pendukung keputusan membantu pengambil keputusan dalam hal

penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama

berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

3. Sistem pendukung keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta

hasilnya dapat diandalkan.

4. Walaupun suatu sistem pendukung keputusan, mungkin saja tidak mampu

memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat

menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya. Hal

ini dikarenakan sistem pendukung keputusan mampu menyajikan berbagai

alternatif.

Pada saat ini sistem pendukung keputusan telah banyak diterapkan dalam

berbagai bidang seperti kedokteran, komputer, ekonomi dan lain-lain. Contoh dalam

bidang kedokteran adalah perancangan aplikasi sistem penentuan penyakit Diabetes

Mellitus menggunakan metode AHP berbasis sistem pendukung keputusan. AHP

(24)

pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multicriteria). Karena sifatnya yang

multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. Kriteria-

kriteria penentu penyakit Diabetes Mellitus dimasukkan dalam bobot yang telah

ditentukan dengan metode AHP. Pengambilan keputusan dari sistem tergantung

kepada pengguna sistem (pengambil keputusan). Sistem hanya menjadi alat bantu bagi

para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk

menggantikan penilaian dan tidak ditekankan untuk membuat keputusan. Aplikasi

sistem penentuan penyakit Diabetes Mellitus dapat digunakan sebagai alat bantu

dalam pengambilan keputusan penentuan penyakit Diabetes Mellitus (Irawaty, 2009).

Penelitian lainnya yaitu sistem pendukung keputusan penanganan kesehatan

balita. Penanganan kesehatan balita merupakan salah satu hal yang patut dijadikan

perhatian lebih, sehingga dapat mengurangi resiko tidak optimalnya penanganan

kesehatan balita pada instansi yang terkait. Sistem pendukung keputusan penanganan

kesehatan balita sangat tepat diterapkan untuk penanganan masalah yang

membutuhkan penyelesaian mandiri dari komputer untuk pemrosesan data balita

dengan perhitungan yang cepat dan akurat. Dengan menggunakan penalaran logika

fuzzy Mamdani dalam pemprosesan data input dan output, serta informasi pendukung

berupa grafik sangat mendukung dalam pengambilan keputusan penanganan

kesehatan balita di suatu wilayah (Ayuningtiyas et al, 2007).

2.1.3 Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan

SPK dapat terdiri dari tiga subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknis SPK

(Suryadi dan Ramdhani, 1998) yaitu sebagai berikut:

1. Subsistem Manajemen Database (Database Management Subsystem)

2. Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base Management Subsystem)

3. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog Generation and

(25)

2.1.3.1 Subsistem Manajemen Database

Ada beberapa perbedaan antara database untuk SPK dan Non-SPK. Pertama, sumber

data untuk SPK lebih kaya dari pada non-SPK dimana data harus berasal dari luar dan

dari dalam karena proses pengambilan keputusan.

Perbedaan lain adalah proses pengambilan dan ekstraksi data dari sumber data

yang sangat besar. SPK membutuhkan proses ekstraksi dan DBMS yang dalam

pengelolaannya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan

pengurangan secara cepat.

Dalam hal ini, kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen database dapat

diringkas, sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui

pengambilan dan ekstraksi data.

2. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah.

3. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan

pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat

menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.

4. Kemampuan untuk menangani data secara personel sehingga pemakai dapat

mencoba berbagai alternatif pertimbangan personel.

5. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.

2.1.3.2 Subsistem Manajemen Basis Model

Salah satu keunggulan SPK adalah kemampuan untuk mengintegrasikan akses data

dan model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan

model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai

mekanisme integrasi dan komunikasi di antara model-model. Karakteristik ini

(26)

Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah bahwa penyusunan

model seringkali terikat pada struktur model yang mengasumsikan adanya masukan

yang benar dan cara keluaran yang tepat. Sementara itu, model cenderung tidak

mencukupi karena adanya kesulitan dalam mengembangkan model yang terintegrasi

untuk menangani sekumpulan keputusan yang saling bergantungan. Cara untuk

menangani persoalan ini dengan menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah,

dimana setiap model digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah

yang dihadapi. Komunikasi antara berbagai model digunakan untuk menangani bagian

yang berbeda dari masalah tersebut. Komunikasi antara berbagai model yang saling

berhubungan diserahkan kepada pengambil keputusan sebagai proses intelektual dan

manual.

Salah satu pandangan yang lebih optimistis, berharap untuk bisa

menambahkan model-model ke dalam sistem informasi dengan database sebagai

mekanisme integrasi dan komunikasi di antara mereka.

Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah.

2. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.

3. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog

dan manajemen database (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog,

menghubungkan, dan mengakses model).

2.1.3.3 Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog

Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan interaksi antara

sistem dan pemakai, yang dinamakan subsistem dialog. Bennet mendefinisikan

pemakai, terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari

sistem dialog sehingga subsistem dialog terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

1. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam

(27)

papan ketik (keyboard), panel-panel sentuh, joystick, perintah suara dan

sebagainya.

2. Bahasa tampilan dan presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh

pemakai. Bahasa tampilan meliputi pilihan-pilihan seperti printer, tampilan

layar, grafik, warna, plotter, keluaran suara, dan sebagainya.

3. Basis pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai agar

pemakaian sistem bisa efektif. Basis pengetahuan bisa berada dalam pikiran

pemakai, pada kartu referensi atau petunjuk, dalam buku manual, dan

sebagainya.

Kombinasi dari kemampuan-kemampuan di atas terdiri dari apa yang disebut

gaya dialog misalnya pendekatan tanya jawab, bahasa perintah, menu-menu, dan

mengisi tempat kosong.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog pemakai

atau sistem meliput i hal-hal sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi dialog, bahkan jika mungkin

untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.

2. Kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai dengan berbagai

peralatan masukan.

3. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan

peralatan keluaran.

4. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui

basis pengetahuan pemakai.

2.2 Logika Fuzzy

Konsep logika fuzzy pertama sekali diperkenalkan oleh Professor Lotfi A.Zadeh dari

Universitas California, pada bulan Juni 1965. Logika fuzzy merupakan generalisasi

(28)

logika fuzzy, nilai kebenaran suatu pernyataan berkisar dari sepenuhnya benar sampai

dengan sepenuhnya salah (Pandjaitan, 2007). Dengan teori himpunan fuzzy, suatu

objek dapat menjadi anggota dari banyak himpunan dengan derajat keanggotaan yang

berbeda dalam masing-masing himpunan. Konsep ini berbeda dengan teori himpunan

klasik (crisp).

Implementasi logika fuzzy dapat diterapkan dalam bidang kesehatan. Penelitian

dalam penggunaan logika fuzzy dalam bidang ini seperti perancangan aplikasi

informatika medis untuk penatalaksanaan Diabetes Mellitus secara terpadu. Jumlah

penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia menunjukkan angka yang sangat

mencengangkan. Tingginya angka ini menyebabkan perlunya tindakan antisipasi dan

penatalaksanaan yang tepat bagi penyandang DM. Pada penelitian ini, dibangun

sebuah model sistem yang memanfaatkan beberapa teknik dalam informatika medis

untuk penatalaksanaan DM secara terpadu. Pada sistem yang dibangun, untuk

mendapatkan tingkat resiko DM diperlukan suatu mekanisme inferensi dengan

mempertimbangkan faktor-faktor tersebut. Pada model yang diusulkan, digunakan

pendekatan basis aturan. Fuzzy inference system digunakan untuk kepentingan

tersebut. Beberapa fitur diberikan dalam sistem ini, seperti: penentu tingkat resiko

DM, diagnosis DM, diagnosis komplikasi DM, penentu menu harian, penentu latihan

jasmani, dan penentu farmakoterapi. Pemrograman berbasis web, pemrograman

desktop, pemrograman pocket PC, dan pemrograman berbasis SMS digunakan untuk

keperluan tersebut. Sistem dirancang untuk dapat digunakan oleh berbagai pihak

dengan perbedaan hak akses, seperti: penyandang DM, dokter, perawat, ahli gizi,

administrator, masyarakat umum, dan laboran. Sistem yang dibangun dengan

basisdata yang terpusat ini memungkinkan para pengguna untuk berbagi data

meskipun beberapa aplikasi dibangun dengan platform yang berbeda. Melalui sistem

ini, pelayanan kesehatan dapat dilakukan meskipun terhalang oleh jarak dan waktu

(Kusumadewi, 2009).

Alasan menggunakan logika fuzzy antara lain yaitu:

1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari

penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.

(29)

3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.

4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks.

5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman

para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.

6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional.

7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami.

2.2.1 Himpunan Fuzzy

Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu objek x dalam suatu himpunan

A, yang sering ditulis dengan µA[x], memiliki 2 kemungkinan yaitu sebagai berikut:

1. satu (1), yang berarti bahwa suatu objek menjadi anggota dalam suatu himpunan,

atau

2. nol (0), yang berarti bahwa suatu objek tidak menjadi anggota dalam suatu

himpunan (Kusumadewi et al, 2004).

Misalkan variabel umur dibagi 3 kategori sebagai berikut :

MUDA : umur < 35 tahun

PAROBAYA : 35 ≤ umur ≤ 55 tahun

TUA : umur > 55 tahun

Apabila seseorang berusia 34 tahun, maka ia dikatakan MUDA ( µMUDA [34thn] = 1).

Apabila seseorang berusia 35 tahun kurang 1 hari, maka ia dikatakan TIDAK MUDA

(µMUDA [35thn -1 hr] = 0).

Adanya perubahan kecil saja pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan

kategori yang cukup signifikan. Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal

tersebut. Seseorang dapat masuk dalam 2 himpunan yang berbeda, MUDA dan

PAROBAYA, PAROBAYA dan TUA, dsb. Seberapa besar eksistensinya dalam

(30)

Himpunan Fuzzy memiliki 2 atribut yakni sebagai berikut:

1. Linguistik adalah penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi

tertentu dengan menggunakan bahasa alami. Menurut Wang, suatu variabel

linguistik adalah sebuah variabel yang memiliki nilai berupa kata-kata dalam

bahasa alamiah. Setiap variabel linguistik berkaitan dengan sebuah fungsi

keanggotaan (Kusumadewi et al, 2004). Seperti : MUDA, PAROBAYA, TUA

2. Numeris adalah suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel

seperti: 40, 25, 35

Hal-hal yang terdapat dalam sistem fuzzy yaitu sebagai berikut:

1. Variabel fuzzy merupakan variabel yang dibahas dalam suatu sistem fuzzy seperti

umur, temperatur, permintaan dsb.

2. Himpunan fuzzy, merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan

tertentu dalam suatu variabel fuzzy. Contoh: variabel umur, terbagi atas 3

himpunan fuzzy, yaitu: MUDA, PAROBAYA, TUA

3. Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk

dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraaan merupakan

himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri

ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun

negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan tidak dibatasi batas atasnya.

Contoh: Semesta pembicaraan untuk variabel umur: [0 40]

4. Domain adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan

(31)

2.2.2 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah kurva yang mendefinisikan

bagaimana masing-masing titik dalam ruang input dipetakan ke dalam nilai

keanggotaan (derajat keanggotaan) antara 0 dan 1. Fungsi keanggotaan µ memetakan

elemen x dari himpunan semesta X, ke sebuah bilangan µ[x], yang menentukan

derajat keanggotaan dari elemen dalam himpunan fuzzy A.

A = {(x, µ[x] ) | x X}

Berdasarkan Klir and Bo, kisaran nilai fungsi keanggotaan yang paling umum

digunakan adalah interval [0,1]. Dalam hal ini, masing-masing fungsi keanggotaan

memetakan elemen-elemen dari himpunan semesta X yang diberikan, yang selalu

merupakan suatu himpunan crisp, ke dalam bilangan nyata dalam interval [0,1]

(Arhami, 2005).

Ada beberapa fungsi yang digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Representasi Kurva Trapesium

Kurva Trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa

titik yang memiliki nilai keanggotaan 1.

(32)

y

Gambar 2.1 Representasi kurva trapesium

b. Representasi Kurva Bahu

Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan dalam

bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun. Himpunan fuzzy

‘bahu’, bukan segitiga, digunakan untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy.

Bahu kiri bergerak dari benar ke salah, demikian juga bahu kanan bergerak dari

salah ke benar.

Gambar 2.2 Representasi kurva bahu Bahu

Kiri

(33)

2.2.3 Operasi Himpunan Fuzzy

Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefinisikan

secara khusus untuk mengkombinasikan dan memodifikasi himpunan fuzzy. Nilai

keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 himpunan yang dikenal dengan nama fire

strength atau predikat.

Menurut Wang, ada tiga operasi dasar dalam himpunan fuzzy ,yaitu

complement, irisan (intersection) dan gabungan (union) (Arhami, 2005).

Tabel 2.1 Operasi- operasi dasar dalam himpunan fuzzy

2.2.4 Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy merupakan kerangka komputasi yang didasarkan pada teori

himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF-THEN, dan penalaran fuzzy.

2.2.4.1 Metode Sugeno

Penalaran dengan metode Sugeno hampir sama dengan penalaran Mamdani, hanya

saja output (konsekuen) sistem tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa

konstanta atau persamaan linear. Michio Sugeno mengusulkan penggunaan singleton

Operasi Fungsi Keanggotaan

Complement µA’[x] = 1- µA[x]

Intersection (A∩B) [x] = min (µA[x], µB[x])

(34)

sebagai fungsi keanggotaan dari konsekuen. Singleton adalah sebuah himpunan fuzzy

dengan fungsi keanggotaan yang pada titik tertentu mempunyai sebuah nilai dan 0 di

luar titik tersebut.

Ada 2 model fuzzy dengan metode Sugeno yaitu sebagai berikut:

1. Model Fuzzy Sugeno Orde-Nol

Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno Orde Nol adalah:

IF (x1 is A1) o (x2 is A2) o (x3 is A3) o… o (xN is AN) THEN z=k

dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-I sebagai antesenden, dan k adalah suatu

konstanta (tegas) sebagai konsekuen.

2. Model Fuzzy Sugeno Orde-Satu

Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno Orde-Satu adalah:

IF (x1 is A1) o… o (xN is AN) THEN z = p1*x1+… + pN*xN+q

dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai antesenden, dan pi adalah suatu

konstanta (tegas) ke-i dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen.

Tahapan-tahapan dalam metode Sugeno yaitu sebagai berikut:

1. Pembentukan himpunan Fuzzy

Pada tahapan ini variabel input (crisp) dari sistem fuzzy ditransfer ke dalam

himpunan fuzzy untuk dapat digunakan dalam perhitungan nilai kebenaran dari

premis pada setiap aturan dalam basis pengetahuan. Dengan demikian tahap ini

mengambil nilai-nilai crisp dan menentukan derajat di mana nilai-nilai tersebut

menjadi anggota dari setiap himpunan fuzzy yang sesuai.

2. Aplikasi fungsi implikasi

Tiap-tiap aturan (proposisi) pada basis pengetahuan fuzzy akan berhubungan dengan

suatu relasi fuzzy. Bentuk umum dari aturan yang digunakan dalam fungsi implikasi

adalah sebagai berikut:

(35)

Dengan x dan y adalah skalar, dan A dan B adalah himpunan fuzzy. Proposisi

yang mengikuti IF disebut sebagai antesenden sedangkan proposisi yang mengikuti

THEN disebut konsekuen. Proposisi ini dapat diperluas dengan menggunakan

operator fuzzy seperti,

IF(x1 is A1) o (x2 is A2) o (x3 is A3) o…o (xN is AN) THEN y is B

dengan o adalah operator (misal: OR atau AND).

Secara umum fungsi implikasi yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut:

a. Min (minimum)

Fungsi ini akan memotong output himpunan fuzzy.

b. Dot ( product)

Fungsi ini akan menskala output himpunan fuzzy.

Pada metode Sugeno ini , fungsi implikasi yang digunakan adalah fungsi min.

3. Defuzzifikasi ( Defuzzification )

Input dari proses defuzzifikasi adalah himpunan fuzzy yang dihasilkan dari proses

komposisi dan output adalah sebuah nilai (crisp). Untuk aturan IF-THEN fuzzy

dalam persamaan RU(k) = IF x1 is A1k and… and xn is Ank THEN y is Bk, dimana A1k

dan Bk berturut-turut adalah himpunan fuzzy dalam Ui R (U dan V adalah domain

fisik), i = 1, 2, … , n dan x = (x1, x2, … , xn) U dan y V berturut-turut adalah

variabel input dan output ( linguistik) dari sistem fuzzy ( Li, 2006).

Menurut Wang, defuzzifier pada persamaan di atas didefenisikan sebagai suatu

pemetaan dari himpunan fuzzy Bk dalam V R (yang merupakan output dari inferensi

fuzzy) ke titik crisp y* V (Arhami, 2005).

Pada metode Sugeno defuzzification dilakukan dengan perhitungan Weight

Average (WA) :

α1z1+ α2z2+ α3 z3 +… + αnzn

WA =

(36)

Sistem inferensi fuzzy banyak diterapkan dalam berbagai bidang. Contoh

penggunaan sistem inferensi fuzzy pada penelitian untuk menentukan jumlah

kebutuhan kalori harian. Kebutuhan energi harian setiap orang akan senantiasa

berbeda tergantung pada kondisi tubuh orang tersebut. Meskipun secara teoritis sudah

ada persamaan untuk menghitung kebutuhan energi tersebut, namun persamaan

tersebut cukup rumit diimplementasikan terutama untuk kondisi-kondisi pasien yang

tidak dapat diinformasikan dengan jelas. Pada penelitian ini, dibangun sebuah sistem

inferensi fuzzy dengan metode TSK (Takagi-Sugeno-Kang) yang bertujuan untuk

melakukan penghitungan terhadap kebutuhan energi harian bagi seorang pasien.

Metode TSK orde-1 ini menggunakan 7 variabel input fuzzy, yaitu: umur, berat badan,

tinggi badan, suhu tubuh, tujuan diet, aktivitas dan intensitas penyakit; serta 1 variabel

crisp, yaitu jenis kelamin. Aturan fuzzy berbentuk IF anteseden THEN konsekuen,

menggunakan konsekuen berupa persamaan linear dari variabel-variabel inputnya

(Kusumadewi, 2008).

Himpunan fuzzy dibangun dengan fungsi keanggotaan linear turun, segitiga,

dan linear naik. Sistem menyediakan beberapa pilihan operator himpunan fuzzy

seperti: and, or, mean, intensified mean, diluted mean, product, bounded sum,

bounded product. Sistem juga menyediakan operator negasi dan hedge (sangat atau

agak) untuk himpunan fuzzy. Koefisien setiap variabel persamaan linear pada

konsekuen diperoleh berdasarkan perkiraan pengeluaran energi basal menurut

persamaan Harris-Benedict, dan metode praktis perkiraan kebutuhan kalori. Sistem

ini memiliki sebanyak 44 aturan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem telah

dapat menghitung perkiraan kebutuhan energi harian bagi seorang pasien dengan

kondisi tertentu.

Penelitian lain dalam penggunaan sistem inferensi fuzzy adalah penentuan

tingkat resiko penyakit Geriatri berbasis web. Perjalanan penyakit geriatri pada

umumnya kronik (menahun), diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain itu penyakit

geriatri bersifat progresif, dan sering menyebabkan kecacatan (invalid) lama sebelum

akhirnya penderita meninggal dunia. Oleh karena itu perlu suatu sistem yang dapat

membantu diagnosa penyakit yang diderita manula, agar manula tidak perlu menjalani

(37)

sistem inferensi fuzzy dengan metode Tsukarmoto. Pada metode Tsukarmoto

menggunakan nilai monoton, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan

secara tegas (crisp) berdasarkan α-predikat (fire strength). Untuk menentukan tingkat

resiko penyakit geriatri berdasarkan gejala atau keluhan yang dirasakan oleh

pasien/manula. Sistem dapat memberikan saran untuk melakukan tindakan pengobatan

maupun terapinya dengan jenis penyakitnya (Rahmayani, 2008).

2.3 Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Mellitus merupakan

suatu kelompok metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada

Diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan

beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.

Sebelumnya World Health Organization (WHO) 1980 menyatakan bahwa

Diabetes Mellitus merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan

problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana

didapat defisiensi insulin absolute atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Soegondo

et al, 2004).

Pengertian penyakit Diabetes Mellitus bisa dipermudah dengan mempelajari

star player Diabetes Mellitus. Hormon berfungsi sebagai board of directors dalam

kaitan dengan metabolism, yaitu mengarahkan dan mengendalikan kegiatan . Board of

directors mempunyai representasi pankreas (insulin dan glukagon), kelenjar hipofisis

(GH dan ACTH), korteks adrenal (kortisol), sistem saraf autonomik (norepinefrin) dan

medulla adrenal (epinefrin).

Dari semua hormon yang terkait dalam metabolisme glukosa, hanya insulin

yang bisa menurunkan gula darah. Hormon yang lain adalah “counterregulatory

(38)

kurang (absolut atau relatif) dalam penyakit Diabetes Mellitus. Hormon insulin

disintesis (dihasilkan) oleh sel beta Pulau Langerhans yang terdapat pada pankreas.

Peran insulin adalah melihat bahwa sel tubuh dapat memakai bahan bakar. Insulin

berperan sebagai “kunci” yang bisa membuka pintu sel agar bahan bakar bisa masuk

ke dalam sel. Pada permukaan setiap sel terdapat reseptor (oleh insulin), glukosa dan

asam amino bisa masuk ke dalam sel tubuh.

Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Mellitus yaitu sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan Darah

a. Diperiksa kadar glukosa sewaktu dan kadar glukosa puasa setelah puasa 8- 10

jam.

b. Beberapa hari kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa plasma puasa

2. Pemeriksaan Test Glukosa Oral

a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, makan seperti biasa (karbohidrat cukup).

Kegiatan jasmani seperti biasa dilakukan.

b. Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air

putih diperbolehkan.

c. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.

d. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa ) atau 1,75 gram/kg (anak-anak),

dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.

e. Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa.

f. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok.

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau Diabetes

Mellitus, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa

Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.

- TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl

(39)

Pemantauan glukosa darah di rumah oleh pasien sendiri merupakan bagian

penting pengobatan Diabetes Mellitus tipe 1 atau tipe 2. Kadar glukosa dalam darah

adalah tanda vital bagi penderita diabetes. Pemantauan glukosa darah di rumah

merupakan salah satu cara yang akurat dan praktis untuk pengendalian glukosa dalam

darah yang dilakukan setiap hari atau beberapa kali setiap hari. Darah yang diperiksa

adalah whole blood dari kapiler yang diambil melalui tusukan pada ujung jari. Satu

tetes darah diteteskan pada test strip yang mengandung glukosa oksidase. Hasilnya

dapat dilihat pada meteran alat dalam 20 detik sampai 2 menit. Pada meteran alat

tersebut, dapat pula diketahui dosis insulin yang diperlukan individu.

Pengendalian glukosa secara jangka panjang dipantau melalui haemoglobin

glikosilat. Glukosa dalam darah cepat menempel dalam hemoglobin. Glukosa

menempel pada hemoglobin sepanjang umur eritrosit, yaitu 90-120 hari. Pemantauan

melalui hemoglobin glikosilat memberi hasil yang objektif karena tidak dipengaruhi

oleh umur, jenis kelamin, lamanya Diabetes Mellitus dialami pasien atau kadar

glukosa dalam darah yang terakhir. Hemoglobin glikosilat total memberi gambaran

tentang pengendalian glukosa selama tiga tahun.

3. Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang

selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanya glukosuria.

Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:

Pemeriksaan ini pertama sekali digunakan untuk tes skrining, bukan untuk

menegakan diagnosis. Nilai hasil pemeriksaan reduksi urine dari nilai (+) sampai

(++++ ) :

a. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria,

obat-obatan, dan lainnya.

b. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg/dl

c. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg/dl

(40)

Glukosa tertumpah dalam urine hanya glukosa serum sudah mencapai

“ambang ginjal”, yaitu ±180 mg/dl. Glukosa urine memberi data tentang glukosa

darah yang sudah berlalu, bukan yang sesaat. Selain itu, pemantauan glukosa urine

tidak dapat memberi data apakah glukosa darah pasien adalah tinggi (500 mg/dl) atau

normal (110 mg/dl). Glukosa urine hanya bisa memberi data apakah pasien

mempunyai glukosa darah yang tinggi beberapa jam yang lalu. Pemantauan glukosa

urine sudah tidak dianjurkan untuk pengkajian kontrol glikemik.

Setelah pemeriksaan urine dilakukan, akan lebih baik pemantauan keton perlu

dilakukan oleh individu dengan Diabetes Mellitus tipe 1 ketika ia jatuh sakit atau

ketika hasil pemantauan glukosa darah di rumahnya lebih dari 300 mg/dl. Test skrip

yang mengandung asetoasetat dicelupkan ke dalam urine. Lama waktunya bergantung

pada pabrik yang memproduksinya. Bila yang tampak adalah warna

kuning-keabu-abuan, berarti negatif. Warna akan berubah sesuai dengan kadar keton, bisa sampai

ungu tua. Adanya keton dalam urine memerlukan tindakan medis yang cepat dan tepat

bagi pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 1. Tindakan menyangkut insulin, diet, dan

asupan cairan untuk menghindari timbulnya diabetes ketoasidosis yang sangat

berbahaya (Touchette, 2005).

Defenisi keadaan diabetes atau gangguan toleransi glukosa bergantung pada

pemeriksaan kadar glukosa darah. Beberapa tes tertentu yang non glikemik dapat

berguna dalam menentukan subklas, penelitian epidenmiologi, dalam menentukan

mekanisme dalam perjalanan alamiah diabetes.

Untuk diagnosis dan klasifikasi ada indeks tambahan yang dapat dibagi atas

dua bagian yakni sebagai berikut:

1. Indeks Penentuan Derajat Kerusakan Sel Beta

Hal ini dapat dinilai dengan pemeriksaan kadar insulin, pro-insulin, dan sekresi

peptide penghubung (C-peptide). Nilai-nilai “Glycosilated hemoglobin”

(WHO memakai istilah “Glyclated hemoglobin”), nilai derajat glikosilasi dari

protein lain dan tingkat gangguan toleransi glukosa juga bermanfaat untuk

(41)

2. Indeks Proses Diabetogenik

Untuk penilaian proses diabetogenik pada saat ini telah dapat dilakukan

penentuan tipe dan sub-tipe HLA. Adanya tipe dan titer antibodi dalam

sirkulasi yang ditujukan pada pulau-pulau Langerhans(islet cell antibodies),

Anti GAD(Glutamic Acid Decarboxylase) dan sel endokrin lainnya adanya

cell-mediated immunity terhadap pancreas. Susunan DNA yang spesifik

ditemukan pada genoma manusia dan ditemukannya penyakit lain pada

pankreas dan penyakit endokrin lainnya.

Kadar gula darah indikator penentu diabetes pada orang dewasa berbeda

dengan diabetes pada anak-anak. Kadar glukosa darah normal pada anak-anak < 100

mg/dl dan glukosa darah setelah 2 jam mengkonsumsi sejumlah glukosa yang

diberikan < 140 mg/dl. Akan tetapi cara untuk mendiagnosa diabetes pada anak-anak

sama dengan cara mendiagnosa diabetes pada orang dewasa umumnya (Rubin, 2010).

2.3.1 Pra Diabetes

Kondisi pradiabetes dikenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh American

Diabetes Association (ADA) dan Human Service Secretary Tommy G. Thompson.

Diagnosis pradiabetes itu penting karena pradiabetes adalah kondisi kritis sebelum

pengembangan menuju ke penyakit diabetes. Diagnosis pradiabetes sama dengan

diagnosis diabetes yaitu dengan test glukosa darah di laboratorium. Pradiabetes

didiagnosa apabila glukosa darah puasa di antara 100 dan 125 mg/dl (5.6 - 6.9

mmol/L) dan glukosa darah 2 jam setelah makan 75 gram glukosa , di antara 140 –

199 mg/dl (7.8-11.1 mmol, pada saat lebih dari satu kali pemeriksaan (Rubin, 2010).

Pada tahun 1997, Expert Committee on the Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus of American Diabetes Association menerbitkan klasifikasi baru

Diabetes Mellitus yakni sebagai berikut:

(42)

2. Diabetes Mellitus tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM).

2.3.2 Diabetes Mellitus tipe 1/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Pada tipe ini, kekurangan insulin terjadi secara absolut dimana pankreas tidak

menghasilkan insulin atau menghasilkan insulin dalam jumlah yang tidak memadai. Hal ini terjadi akibat sel β pankreas dihancurkan oleh proses autoimun pada orang -orang yang memiliki predisposisi secara genetis. Pada tipe ini glukosa banyak hilang

melalui urine dan glukosa pada darah tidak dapat dipakai sehingga mengakibatkan

banyak kalori yang hilang dan berat badan pasien menurun walaupun ia banyak

makan.

Gambaran klinis, pasien umumnya kurus dan memiliki gejala-gejala poliuria,

polidipsia, penurunan berat badan, cepat lelah dan terdapat infeksi (abses, infeksi

jamur misalnya kandidiasis). Ketoasisidosis dapat terjadi disertai dengan rasa mual,

mengantuk, dan takipnea. Pasien membutuhkan insulin (Davey, 2006) .

2.3.3 Diabetes Mellitus tipe 2/ Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Pada tipe ini, kekurangan insulin terjadi secara relatif dimana pankreas menghasilkan

insulin dalam jumlah normal, tetapi tidak efektif. Gambaran klinis sekitar 80% pasien

memiliki kelebihan berat badan dan 20% pasien telah mengalami komplikasi seperti

penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal ginjal, ulkus pada kaki dan

gangguan penglihatan. Pasien dapat juga datang dengan poliuria dan polidipsia yang

timbul perlahan-lahan. Pasien dengan tipe ini biasanya ditangani dengan pengaturan

(43)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem diperlukan untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan yang

diperlukan dalam pembangunan sistem. Analisis terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu

analisis data sistem dan analisis komponen sistem.

3.1.1 Analisis Data Sistem

Dalam membangun sistem diperlukan beberapa data yaitu:

1. Data Pasien

Data Pasien berisi berisi IdPasien, Nama, Alamat, dan Jenis Kelamin

2. Data Metode Sugeno

Data yang diperlukan dalam metode sugeno yaitu data nilai umur, Glukosa

Darah Puasa, Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2

Jam PP, HbA1c, HDL, Trigliserida dan Insulin.

3.1.2 Analisis Komponen Sistem

Sistem pendukung keputusan yang akan dibuat terdiri dari 3 buah subsistem yaitu

sebagai berikut:

(44)

2. Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base Management Subsystem)

3. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog Generation and

Management Software)

3.1.2.1 Subsistem Manajemen Database

1. Diagram Aliran Data

Diagram Aliran Data/Data Flow Diagram (DFD) adalah alat yang biasa dipakai

untuk mendokumentasi proses dalam sistem atau sebuah teknis grafis yang

menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat

data bergerak dari input menjadi output. Gambar 3.1 menggambarkan diagram

aliran data dari sistem yang akan dibuat.

Pengguna

Gambar 3.1 Diagram Konteks DFD

Penjelasan proses diagram konteks sistem pendukung keputusan penentuan penyakit

Diabetes Mellitus dengan metode Sugeno adalah sebagai berikut:

a. Proses

Nama Proses : Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penyakit Diabetes Mellitus dengan Metode Sugeno

Keterangan : Proses penegakan diagnosis penyakit diabetes berdasarkan nilai hasil pemeriksaan laboratorium yang diproses dengan metode Sugeno.

b. Arus Data

(45)

kelamin

- Hasil pemeriksaan berupa idpasien, Glukosa Darah Puasa (GDP),

Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keluaran : - Hasil diagnosis - Laporan

c. Entitas Luar

Nama Entitas : Pengguna

Masukan : - Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin

- Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP),

Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keluaran : Hasil diagnosis dan Laporan

Keterangan : Merupakan bagian yang mengontrol dan mempergunakan sistem.

Proses yang ada pada diagram konteks dapat dipecah lagi menjadi

proses-proses yang lebih kecil dan lengkap dalam DFD level 0. Diagram untuk DFD level 0

dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini.

Penjelasan proses DFD level 0 Sistem pendukung keputusan penentuan penyakit Diabetes

(46)

a. Proses 1.0

Nama Proses : Olah data pasien

Masukan : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin.

Keluaran : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin.

Keterangan : Proses untuk mengolah data pasien.

b. Proses 2.0

Nama Proses : Olah hasil pemeriksaan

Masukan : Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah

jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keluaran : Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP),

Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur , Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keterangan : Mengolah data hasil pemeriksaan seperti input dan delete data

c. Proses 3.0

Nama Proses : Proses Metode Sugeno

Masukan : Data hasil pemeriksaan berupa Glukosa Darah Puasa (GDP),

Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2

jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keluaran : Data hasil pemeriksaan berupa hasil diagnosis.

Keterangan : Proses mengolah variabel penentu penyakit Diabetes Mellitus dengan metode Sugeno.

d. Proses 4.0

Nama Proses : Cetak Laporan

Masukan : Data pasien dan hasil pemeriksaan Keluaran : Laporan

(47)

Proses yang ada pada diagram level 0 DFD dapat dipecah lagi menjadi

proses-proses yang lebih jelas ke dalam diagram level 1 DFD. Diagram 1.0 dapat dilihat pada

Gambar 3.3 di bawah ini.

Pengguna

Gambar 3.3 Diagram 1.0 atau DFD Level 1

Penjelasan proses diagram 1.0 Sistem pendukung keputusan penentuan penyakit

Diabetes Mellitus dengan metode Sugeno adalah sebagai berikut:

a. Proses 1.1

Nama Proses : Input data pasien

Masukan : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin.

Keluaran : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin.

Keterangan : Memasukkan data pasien dan disimpan pada tabel pasien.

b. Proses 1.2

Nama Proses : Delete data pasien

Masukan : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin.

(48)

Keterangan : Menghapus data pasien dari tabel pasien.

Proses yang ada pada diagram level 0 DFD dapat dipecah lagi menjadi

proses-proses yang lebih jelas ke dalam diagram level 1 DFD. Diagram 2.0 dapat dilihat pada

Gambar 3.4 di bawah ini.

Pengguna

Penjelasan proses diagram 2.0 sistem pendukung keputusan penentuan penyakit

Diabetes Mellitus dengan metode Sugeno adalah sebagai berikut:

a. Proses 2.1

Nama Proses : Input data hasil pemeriksaan

Masukan : Hasil pemeriksaan berupa id pasien,Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keluaran : Hasil pemeriksaan berupa id pasien,Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keterangan : Memasukkan data hasil pemeriksaan dan disimpan pada tabel periksa.

(49)

Nama Proses : Delete data hasil pemeriksaan

Masukan : Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin dan hasil diagnosis.

Keluaran : Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur , Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin dan hasil diagnosis.

Keterangan : Menghapus data pasien dari tabel periksa.

Proses yang ada pada diagram level 0 DFD dapat dipecah lagi menjadi

proses-proses yang lebih jelas ke dalam diagram level 1 DFD. Diagram 3.0 dapat dilihat pada

gambar 3.5 di bawah ini.

Pengguna

Gambar 3.5 Diagram 3.0

Penjelasan proses diagram 3.0 sistem pendukung keputusan penentuan penyakit

Diabetes Mellitus dengan metode Sugeno adalah sebagai berikut:

(50)

Nama Proses : Proses input variabel fuzzy

Masukan : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin

Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP),

Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keluaran : Data pasien berupa id pasien, nama, umur, alamat, dan jenis kelamin

Hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP),

Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin.

Keterangan : Memasukkan variabel fuzzy ke dalam proses Sugeno.

b. Proses 3.2

Nama Proses : Proses pembentukan himpunan fuzzy

Masukan : Data pasien berupa umur dan hasil pemeriksaan berupa id pasien, Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Plasma Puasa, Glukosa Plasma Tidur, Glukosa Darah 2 jam PP (GD), HDL, HbA1c, Trigliserida, Insulin

Keluaran : derajat keanggotaan

Keterangan : Memasukkan variabel fuzzy ke dalam himpunan fuzzy.

c. Proses 3.3

Nama Proses : Proses implikasi Masukan : derajat keanggotaan Keluaran : predikat aturan

Keterangan : Menentukan predikat aturan dari aturan-aturan.

d. Proses 3.4

Nama Proses : Proses defuzifikasi Masukan : predikat aturan Keluaran : hasil diagnosis

(51)

2. Kamus Data

Kamus data adalah suatu daftar data elemen yang terorganisir dengan defenisi

yang tetap dan sesuai dengan sistem sehingga pengguna dan analis sistem

mempunyai pengertian yang sama tentang input, output dan komponen data store.

Kamus data ini berguna pada tahapan implementasi sistem. Berikut kamus data

yang akan dipergunakan pada sistem:

Tabel 3.1 Kamus Data Pasien

No Field Tipe data Panjang Keterangan

1 IdPasien Char 10 Id pasien sebagai primary key

2 Nama Char 30 Nama Pasien

3 Umur Integer - Umur pasien

4 Alamat Char 30 Tempat tinggal pasien

5 Jenis_Kelamin Char 15 Jenis kelamin pasien

Tabel 3.2 Kamus Data Periksa

No Field Tipe data Panjang Keterangan

1 IdPasien Alpha 10 Id pasien sebagai primary key

2 GDP Integer - Nilai glukosa darah puasa

3 GPP Integer Nilai glukosa plasma puasa

4 GPT Integer - Nilai glukosa plasma tidur

5 GD Integer - Nilai glukosa darah 2 jam PP

No Field Tipe data Panjang Keterangan

(52)

7 HDL Integer - Nilai HDL

8 Trigliserida Integer Nilai Trigliserida

9 Insulin Integer - Nilai insulin

10 Hasil_Pemeriksaan Char 30 Hasil Diagnosis

3. Entity Relationship Diagram (ERD)

ERD merupakan suatu model untuk menjelaskan hubungan antar data dalam basis

data berdasarkan objek-objek dasar data yang mempunyai hubungan /relasi.

pasien

3.1.2.2 Subsistem Manajemen Basis Model

Model yang dipakai dalam Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan

Penentuan Penyakit Diabetes Mellitus adalah model logika fuzzy dengan metode

Sugeno. Gambar 3.7 merupakan gambaran langkah-langkah yang digunakan dalam

(53)

Mulai

Input data variabel dan himpunan variabel fuzzy

Menentukan derajat keanggotaan himpunan variabel fuzzy

Menghitung predikat aturan

Defuzzifikasi

selesai Output hasil keputusan

Gambar 3.7 Flowchart Metode Sugeno

Penjelasan flowchart gambar 3.7 dalam penerapan metode Sugeno dalam

sistem yang akan dirancang sebagai berikut:

1. Input data variabel dan himpunan variabel fuzzy

Data variabel yang diperlukan dalam sistem sebagai inputan dalam metode Sugeno

adalah hasil pemeriksaan laboratorium. Adapun variabel-variabel tersebut

merupakan variabel-variabel indikator penegakan diagnosis Diabetes Mellitus yaitu

kadar glukosa darah puasa, kadar glukosa darah 2 jam PP, kadar glukosa plasma

puasa, kadar glukosa darah saat tidur, kadar insulin, kadar HbA1c, kadar kolesterol

HDL, kadar trigliserida dan umur. Nilai variabel-variabel tersebut dimasukkan ke

Gambar

Gambar 2.1 Representasi kurva trapesium
gambar 3.5 di bawah ini.
Gambar 3.7 Flowchart Metode Sugeno
Gambar 3.8 Daftar menu sistem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan Hizbul Wathan di SD Muhammadiyah 2 Gempol, tepatnya dikelas 4, 5, 6 idealnya didalam aktifitas pelatihan pembina menyampaikan materi latihan dengan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Konflik Di Gunung

aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi tersebut

KEPADA PESERTA PELELANGAN YANG KEBERATAN, DIBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENYAMPAIKAN SANGGAHAN KHUSUSNYA MENGENAI KETENTUAN DAN PROSEDUR YANG TELAH DITENTUKAN DALAM

Bedasarkan Penetapan Peringkat Teknis untuk Pekerjaan Jasa Konsultansi Survey Budaya K3, Nomor : 683./PPPBJ-PPK/IV/2013 tanggal 09 April 2013, maka dengan ini

[r]

Results demonstrated that TSX and CSK urban DSMs are compatible in open, built-up and forest land forms with the absolute accuracy of 8- 10 m.. The relative accuracies based on

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian shaping folding di Unit 2 PT.. Tiga Pilar