• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES POLITIK PERSIAPAN PEMEKARAN DAERAH PULAU SEBATIK SEBAGAI PEMERINTAHAN KOTA SEBATIK TAHUN 2006-2012 Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES POLITIK PERSIAPAN PEMEKARAN DAERAH PULAU SEBATIK SEBAGAI PEMERINTAHAN KOTA SEBATIK TAHUN 2006-2012 Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES POLITIK PERSIAPAN PEMEKARAN DAERAH PULAU SEBATIK SEBAGAI PEMERINTAHAN KOTA SEBATIK TAHUN 2006-2012

Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur

SKRIPSI

Oleh: Didi Febriyandi

09230045

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan

Sidang dewan penguji skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 26 Januari 2013

Pukul : 08.00-09.30 WIB

Tempat : Kajur Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Jainuri, M.Si ( )

2. Drs. Krisno Hadi, M.Si ( )

3. Hevi Kurnia H. MA. Gov ( )

4. Drs. Imam Hidaya, MM ( )

Mengesahkan

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

(3)

KATA PENGANTAR

Takkan mampu mengalahkan keyakinan kata dan makna Man Jadda Wajada serta

Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 25-27 seraya mengucap segala karunia dan rahmatNya,

dengan segala sujud syukur di bumi penulis mengucapkan alhamdulilah atas ijin yang

diberikan karena menyelesaikan karya skripsi yang belum sempurna ini. Salam atas

baginda besar Rasululullah SAW yang telah memberikan petunjuk dan tauladan pedoman

bagi umat dan bangsa,

Melalui untaian lembar ini, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam

penyusunan skripsi ini baik berupa dukungan moril, materi maupun imateri sebagai

berikut:

1. Kepada manusia yang paling saya cintai dunia ini kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda

H. Junaidi walaupun ditengah kesusahan, badai cobaan kalian mampu terus memotivasi

penulis untuk menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Buat

yang paling tersayang Umi penulis Hajjah Juniyanti, terima kasih tiada tara penulis

hanturkan atas segala kasih saying tulus yang engkau berikan, sampai bercucuran

airmata pun kau tetap tegar menjadi sosok umi yang luarbiasa dalam hidup penulis

selama ini. Karya ini salah satunya sebagai bukti dedikasi dan darma baktiku padamu,

tetaplah tersenyum syukur walaupun wajah dan tubuhmu mulai rapuh oleh usia. hanya

itulah kebahagiaan terbesar ku menjadi manusia. Aku sayang kalian berdua walau

sekeras apapun ketika penulis mengambil keputusan dalam kehidupan.

2. Bapak Dr. Muhadjir Efendi, MAP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

serta seluruh jajaran Pembantu Rektor dan staf Rektorat UMM.

3. Bapak Dekan FISIP UMM, Dr. Wahyudi, M.Si dan jajaran di TU FISIP UMM yang

membuat birokrasi di FISIP semakin mudah dan murah senyum.

4. Bunda Hevi Kurnia H, MA. Gov selaku Pembibing 1 ditengah kesibukan yang begitu

luar biasa dengan kerendahan hati beliau masih menyempatkan membimbing dan

(4)

Imam Hdayat Msi yang selalu sabar menjadi bapak yang baik guna menuntun penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas semua bantuanya dan bimbingannya

5. Ibu Dr. Tri Sulistianingsih selaku kajur Ilmu Pemerintahan beserta seluruh dosen dosen

Ilmu Pemerintahan yang tak bisa saya ungkapkan satu persatu yang telah banyal

memberikan inspirasi dan bekal hidup buat penulis. Terima kasih atas didikanya yang

tulus selama ini.

6. Kawan-kawan ku seperjuangan di Borneo Institute dan KMP (Kaltim Muda Perkasa),

Dirketur Dedy Syahputra (Cipenk), Sekretaris Dewan Direksi Ahmad Riyadhi (Aad)

sekaligus Kabid Infokom HMI Cabang Malang 2011-2012, Syahrul Sajidin Kepala

Bidang Kesehatan PP OTODA Universitas Brawijaya dan M.Nor Gusti calon Msi

pascasarjana UMM. Terima kasih telah menjadi ruang dialektika yang memadai untuk

kematangan berpikir penulis. YAKUSA

7. Keluarga Besar ku HMI Nusantara (Komisariat FISIP UMM) bang Iradat Taqwa,

Ketum Adamry Muis (Brekele), Yusrianto yang selalu setia menemani saya setiap

malam dalam mengerjakan Skripsi, sodara nawaf (Ndut), Dian Rosmala (Ipul), sodari

Sari ningtyas (Ayi), Faisol (Pato), Sutriyadi (Meki Bejebe), Nanda (The Gunners), Idan

(Idanisme), Andhi Nur, Kariswan, sobat Akis Jasuli, Burhan Hernandez yang selalu

memberikan ku motivasi tentang cinta dan kawan-kawan yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu. HMI adalah tempat untuk berbagi ilmu, suka, dan duka dalam warkop

kebebasan dan kalian adalah ruang gerak dinamisnya. Sungguh pengalaman di HMI

tidak akan terlupakan. Kita terlahir sebagai kaum muda yang bebas dan

bertanggungjawab atas setiap dan tantangan Zaman dalam bingkai Keislaman dan

Keindonesiaan.. YAKUSA.

8. Almarhuma Rahayu Dwi Wandira, terimakasih kuucapkan rasa syukur yang luar biasa

padamu seorang kekasih yang begitu tegar dan sabar walaupun ragamu tidak bisa

terlihat lagi tapi jiwamu dan saat saya tidak ada disisimu kekuatan ketulusan cintalah

yang selalu menemani setiap langkah kehidupanku selama ini hinggah rasa sadar

perlahan terbangun, rasa cinta ini akan Abadi dan akan menunggumu dalam keabadian

(5)

DAFTAR ISI

3. Unit-Unit dan Batasan Sistem Politik ... 21

(6)

5. Partisipasi Politik ... 32

6. Tujuan Partisipasi Politik ... 34

7. Praktek Partisipasi Politik ... 34

B. Otonomi Daerah ... 36

1. Pengertian Otonomi Daaerah ... 37

2. Tujuan Dari Otonomi Daerah ... 39

3. Prespektif Positif dan Negatif Otonomi daerah ... 40

4. Pembentukan Daerah Otonom Baru ... 41

5. Persyaratan Pembentukan DOB ... 44

C. Pulau Sebatik Sebagai Kawasan Perbatasan ... 46

BAB III DESKRIPSI WILAYAH

3. Penduduk dan Ketenagakerjaan ... 58

4. Perumahan dan Lingkungan Hidup ... 58

5. Pendidikan dan Kesehatan ... 59

(7)

4. Perumahan dan Lingkungan Hidup ... 63

5. Pendidikan dan Kesehatan ... 63

6. Sosial Budaya dan Olahraga ... 64

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 65

A. Paradigma Pemekaran Pulau Sebatik... 65

B. Pemekaran Wilayah ... 66

C. Proses Politik Pemekaran Pulau Sebatik... 69

D. Proses Pendukung dan Hambatan Pulau Sebatik ... 85

1. Situasi Politik dan Keamanan ... 85

2. Ekonomi ... 88

3. Kondisi Administrasi Pulau Sebatik ... 88

4. Kondisi Sosial Budaya ... 88

5. Memutuskan Dominasi Mata Uang Ringgit Terhadap Rupiah... 89

E. Kondisi Khusus ... 89

1. Ketergantungan Perekonomian ... 90

2. Minimnya Pendanaan Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 90

F. Peran Tim Wahana ... 90

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Sebaran Pulau Kecil Pada Kawasan Perbatasan Laut... 47

Tabel 2 : Nama dan Jumlah Desa Kec. Sebatik..………. 57

Tabel 3 : Sarana dan Prasaran Kec. Sebatik………. 60

Tabel 4 : Nama dan Jumlah Desa Kec. Sebatik Barat………. 62

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2011. Sisi Gelap Otonomi Daerah. Bandunng: Widya Radjadjaran

Burhan. 2007. Proses PolitikPemerintah Daerah. Yogyakarta : Buku Litera

Chilcote, Ronald, Teori Perbandingan Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Dosen-Tim, FKIP. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Karangan Ilmiah. Malang : UMM Press

Deden, Faturohman. 2002, Ilmu Politik. Malang : UMM Pres

Endang Poerwanti. 1998. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang : UMM Press

Gibbons, Michael. 2002, Tafsir Politik. Yogyakarta : Qalam

Hamidi, 2004. Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dam Laporan Penelitian. Malang : UMM Press

Hans, Dieter, Klingeman. 1999, partai kebijakan da demokrasi. Yogyakarta. Lentera

Haris, Syamsyuddin, 2007. Desentralisasi Demokratisasi & Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta : LIPI Press

Huda, Ni’matul. 2009. Otonomi Daerah Filosofi (Sejarah Perkembangan dan Problematika).

Yogyakarta. : Pustaka Pelajar

Hoogenboom Karang. 2007. Politik Lokal di Indonesia, (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta : Yayasan Obor

Irtanto. 2008 Dinamika Politik Lokal Era Otonomi Daerah. Yogjakarta : Pustaka Pelajar

Irawan Soehartono. 2008 (ed 7) . Metode Penelitian Sosial, Bandung : Remaja Rosdakarya

Irfan. 2011. ”Quo Vadis Reposisi Peran Gubernur”. Dalam Jurnal Administrasi Publik. Vol. V No. 1 September. Malang : FIA-Unibraw

J Lexy, Meoleong. 2000. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

(10)

Khairul, Muluk. 2007. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Malang: Bayumedia Publishing.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang). Jakarta : Erlangga

Kuntari, Rien, CM. 2008. Timor-Timur Satu Menit Terakhir : catatan Seorang Wartawan. Bandung : Mizan

Labolo, Muhadam. 2011. Dinamika Demokrasi, Politik, dan Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Indeks

Laring-Ahmad, Saiful. 2012. Pemerintah Daerah (Memahami Konsep Implementasi dam Tantangan Otonomi Khusus Papua). Yogyakarta : Litera Buku

Maddick, Henry. 2004. Desentralisasi dalam Praktek. Yogjakarta : Pustaka Kendi

Mahendra, Iza, Yuzril. 1999. Modernisme dan Pragmatisme Dalam Politik Islam. Jakarta : Paramadina

Michael G. Roskin (et al), 1995, political science : An Introduction, New Jersey, Pretinc

Muluk, M.R Khairul. 2007. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Malang: Bayumedia Publishing

Noer Deliar. 1985. Pengantar ke Pemikiran Politik. Jakarta : PT Rajawali

Ratnawati, Tri. 2009. Pemekaran Daerah (Politik Lokal & Beberapa Isu Terseksi) Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ratnawati, Tri. 2006. Potret Pemerintahan Lokal Di Indonesia Di masa Perubahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Riwanto Tirtosudarmo. 2005. Wilayah Perbatasan dan tantangan Indonesia Abad 21. Jakarta. Sinar Harapan

Said, Mas’Ud. 2008. Arah Baru Otonomi Daerah. Malang : UMM Pres

(11)

Simanjuntak, Antonius. 2010. Otonomi Daerah, Etnonasionalisme, dan Masa Depan Indonesia. Jakarta : Buku Obor

Sobari, Wawan, Fatturahman.2002. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM Pres

Subakti, Ramlan. 1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia

Tirto, Sudarmono. 2005. Wilayah Perbatasan dan tantangan Indonesia Abad 21. Jakarta. Sinar Harapan

Varman, SP. 1982, Teori Politik Modern. Jakarta : Rajawali Pers

Warsito, Tulus. 1999. Pembangunan Politik ‘’ Refleksi Kritis Atas Krisis. Yogyakarta : Bigraf Publishing

Zuhro, Siti. 2009. Elite Politik Lokal. Jakarta : Obor

Sumber Lain :

Aju, (2009) http://Sebatik/sebatik-pulau-terdepan-paling-unik-dan.html diakses pada tgl 26 Juni 2012

Akmal (2009) http:///Sejarah/pulau-sebatik.html diakses pada tgl 10 Juni 2012

Ansori http://www.scribd.com/doc/50994862/17/Reduksi-Data, diakses pada tgl 19 Juli 2012

Bapedda (2011) http://bappeda.nunukankab.go.id/beranda/images/dokumen/profil.pdf diakses pada tgl 22 September 2012

Beunghar (2011) http/info/ PULAU/SEBATIK.htm diakses pada tgl 23 Oktober 2012

Kamal Soreyanto (2012) http:///Sebatik/288-soal-pemekaran-masyarakat-sebatik-hilang-kesabaran.html diakses pada tgl 23 September 2012

Neswire (2012) http///PEMEKARAN—Apa yang Diharap dari Pemekaran Pulau Sebatik _ Indonesian Business News from Sulawesi-Kalimantan-Maluku-Papua.html diakses pada tgl 25 September 2012

Niko Ruru (2012) http///Tribun Kaltim Perbatasan-malaysia-indonesia-pulau-sebatik diakses pada tgl 26 September 2012

Sekretariat DPR RI (2012) http://www.radarlampung.co.id/read/nasional/36603-usulan-pemekaran-capai-178-daerah-. diakses tgl 24 Desember 2012

(12)

Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang Mengatur :

Peraturan Pemerintah No 129 Tahun 2000 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kreteria

Pemekaran, Penghapusan, Dan Penggabungan Daerah.

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007 Tentang Cara Pembentukan, Penghapusan, dan

Penggabungan Daerah.

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Junto Undang-Undang No 12 Tahun 2008 Tentang

(13)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Otonomi daerah di zaman sekarang diasumsikan pada perubahan kearah

yang lebih baik khususnya dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang

berpeluang untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri dalam rangka

peningkatan kesehjahteraan masyarakatnya. Secara tidak langsung dapat dikatakan

otonomi daerah merupakan bagian dari reformasi pemerintahan dan bagian yang tak

terpisahkan dari upaya demokrasi. Dengan kata lain tak ada reformasi tanpa ada

otonomi dan tak ada demokrasi tanpa otonomi daerah. 1

Secara teoritik, harus diakui bahwa kebijakan pemerintah untuk

memekarkan beberapa daerah di Indonesia telah menambah angka permasalahan

baru terutama dalam proses penyusunan Undang-Undang dan sistem ketatanegaran

kita saat ini. Kebijakan untuk melakukan pemekaran daerah memang harus dilihat

dalam perspektif multidimensional. Di satu sisi persoalan pemekaran daerah

merupakan suatu tuntutan masyarakat terhadap eksploitasi daerah oleh pusat secara

berlebihan.

Dalam hal ini indonesia memformulasikan otonomi daerah dalam rangka

tercapainya sebuah bangsa yang lebih demokratis dan sistem pemerintahan yang

lebih responsif. Hal ini diwujudkan dengan diberlakukannya Undang-Undang

32/2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku efektif sejak oktober 2004.

1Said Mas’ud. 2008, Arah Baru Otonomi Daerah

(14)

Otonomi daerah yang berbasis pada kewarganegaraan akan dapat membantu

memperkuat, memperdalam dan mengonsolidasikan proses otonomi daerah dan

demokrasi. penyerahan urusan dari pemerintah kepada pemerintah daerah yang

bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan dari

otonomi adalah mencapai efektivitas dan efesiensi dalam pelayanan kepada

masyarakat. Adapun otonomi juga di definisikan sebagai suatu proses pelimpahan

wewenang perencanaan, pengambilan keputusan atau pemerintahan dari pemerintah

pusat kepada organisasi unit-unit pelaksana daerah.2

Disamping itu jangkauan pelayanan diharapkan menjadi lebih efisien dan

efektif karena jarak kontrol menjadi lebih kecil atau lebih pendek. Karena itulah,

tuntutan pemekaran secara prinsip dapat dibenarkan dan undang-undang yang

menjamin hal itu. Kondisi yang bersifat kepulauan daratan dan laut, maka pemekaran

atau pembentukan daerah otonom baru dapat dipandang sebagai upaya untuk

mempercepat pemeratan pembangunan. Tujuan pemekaran daerah Berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) tentang persyaratan pembentukan dan kreteria

pemekaran, penghapusan dan penggambungan daerah pasal 2 Nomor 129 Tahun

2000 disebutkan ada beberapa tujuan dibentuknya sebuah daerah baru atau

dilakukannya pemekaran daerah. Tujuan tersebut diantaranya yang pertama,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua, meningkatkan pelayanan

masyarakat. Ketiga, mempercepat pertumbuhan demokrasi. Keempat, mempercepat

2

(15)

pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah. Kelima, mempercepat pengelolaan

potensi daerah. Keenam, meningkatkan keamanan dan ketertiban. Ketujuh,

meningkatkan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah muncul pertanyaan penting.

Apakah pemekaran atau pembentukan daerah otonom baru di Indonesia sudah sesuai

dengan apa yang diatur pada peraturan Pemerintah yang ada ? Sebagaimana yang

dikemukakan Syarif Hidayat, seorang peneliti ekonomi dan politik dari Pusat

Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bahwa pemekaran

di Indonesia sebagian besar dibentuk berdasarkan kriteria yang tidak realistis. Lobi

dan jaringan politik yang kuat membuat daerah yang sebenarnya tidak layak

dimekarkan akhirnya bisa menjadi daerah otonom baru, atau sebagian besar daerah

pemekaran dibentuk atas inisiatif sekelompok elite politik daerah, bukan berdasarkan

atas usulan masyarakat. Kelompok elite ini umumnya adalah pejabat yang ingin

kembali berperan dalam panggung politik, setelah mereka sempat masuk dalam

lingkaran kekuasaan pada masa lasmpau, tetapi sudah tidak menjabat lagi. Sehingga,

menurut Syarif Hidayat dengan jaringan politik yang mereka miliki dan terbentuk

hingga ke pemerintah pusat, menjadi modal tersendiri bagi elite politik di daerah

dengan leluasa memuluskan hasrat politiknya.3

Dapat kita pahami bersama bahwa tujuan dari otonomi daerah adalah

memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya

sendiri dalam rangka terwujudnya masyarakat yang lebih demokratis.

3

(16)

Menurut Jazuli Juwaini (Anggota Komisi II DPR RI periode 2004-2009

yang membidangi sektor pemerintahan dalam negeri, otoritas daerah, aparatur negara,

dan agraria) ada beberapa faktor yang bisa dijadikan pedoman agar pemekaran daerah

dapat memenuhi visi dan misinya. Diantaranya adalah : Faktor Organisasi; Faktor

Manajemen; dan; Faktor Ekonomi.4

Berdasarkan dari beberapa faktor tersebut terdapat tiga (3) faktor yang akan

dijelaskan terkait dengan pemekaran Sebatik sebagai Kota yaitu, Faktor Organisai

dan Manajemen. Pemekaran Daerah harus berdampak pada peningkatan dan

pertumbuhan organisasi dan manajemen daerah yang berdampak langsung pada

kualitas pembangunan. Hal ini meliputi perbaikan dalam Sumber Daya Aparatur,

Sumber Daya Finansial, Sumber Daya Masyarakat, Sumber Daya Organisasi

Perangkat, Sarana dan Prasarana dasar. Di beberapa daerah pemekaran, keterbatasan

SDM Aparatur, Finansial, Organisasi perangkat, dan sarana-prasarana dasar

seringkali menjadi masalah besar dan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari

waktu ke waktu.

Faktor ekonomi. Pemekaran harus memberikan dampak pada peningkatan

perkapita. Peningkatan itu bisa dilakukan secara bertahap dengan parameter yang bisa

dibuat secara cermat dengan memperhitungkan potensi ekonomi daerah. Prioritas

pembangunan harus disusun secara cermat mulai dari pembangunan infrastruktur

dasar dan seterusnya.

4

(17)

Adapun faktor kualitas pelayanan publik, Setelah jangkauan pelayanan

semakin dekat, maka kualitas pelayanan harus meningkat sejalan dengan penguatan

hak otonomi yang dimiliki daerah otonom baru. Ketersediaan pelayanan dasar seperti

sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, peningkatan daya beli masyarakat,

transportasi dan komunikasi, kependudukan dan lainnya harus secara kualitatif dan

kuantitatif mengalami peningkatan. Pemekaran yang tidak memberikan peningkatan

kualitas pelayanan publik kepada masyarakat harus menjadi tanda tanya besar bagi

indikator keberhasilan pemekaran.5

Pulau Sebatik merupakan salah satu dari 92 pulau terdepan Indonesia di

sebelah timur laut Kalimantan.6 Di sebelah barat Pulau Sebatik terdapat Pulau

Nunukan, sebagai ibu kota Kabupaten Nunukan, sedangkan di seberang utara terdapat

Kota Tawau yang sudah berada di Negara Bagian Sabah.

Secara ekonomi masyarakat Pulau Sebalik sangat bergantung kepada

Malaysia khususnya ke ke Kota Tawau.7 Hampir semua komoditas yang dihasilkan

masyarakat, seperti ikan, sawit dan coklat dijual ke Negara Malaysia.

Masyarakat Sebatik Juga membeli berbagai kebutuhan sehari-hari dari Tawau,

sehingga tak heran Jika ada dua mata uang yang beredar di sana, yakni rupiah dan

ringgit. Tapi warga setempat lebih menyukai ringgit karena nilainya lebih tinggi.

Secara geografis, Pulau Sebatik lebih dekat ke Tawau yang hanya ditempuh dalam

5

-soal-pemekaran-masyarakat-sebatik-hilang-kesabaran.html di Akses Pada tgl 23 September 2012

6

Aju. 2009, Sebatik Pulau Terdepan Paling Unik dan Terumit. Nunukan : Jurnal di Akses pada tgl 26 Juni 2012

7

(18)

waktu 15 menit, bila dibandingkan dengan ke Pulau Nunukan yang memakan waktu

1,5 Jam dengan alat transportasi yang sama dengan ongkos tiga kali lipat.

Alasan yang lain adalah masalah kesenjangan antar wilayah, antar penduduk

dan antar golongan dapat diperkecil. Dengan demikian daerah-daerah yang

sebelumnya kurang mendapat perhatian dan sentuhan pembangunan dari

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, melalui strategi pemekaran wilayah atau

pembentukan daerah otonom baru diharapkan dapat tumbuh dan berkembang

secepat mungkin.

Wacana pemekaran Pulau Sebatik berhembus sejak tujuh (7) tahun silam

oleh tokoh masyarakat Sebatik, munculnya wacana pemekaran Pulau Sebatik

disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Letak geografis pulau sebatik yang berpisah dengan kabupaten

Nunukan.

2. Pengelolaan potensi daerah yang sangat minim.

3. Pelayanan masyarakat yang tidak efektif.

4. Infrastuktur jalanan yang parah.8

Hal lain yang membuat para tokoh masyarakat tergerak untuk berjuang di

mekarkan adalah kehidupan masyarakat di Pulau Sebatik sangat bergantung

dengan Tawau Malaysia yang dapat menyebabkan menipisnya rasa nasionalisme

8

(19)

dan patriotisme di tengah-tengah masyarakat.9 Kemudian aspirasi masyarakat ini

tertuang dalam wadah Tim Wahana Pemekaran Himpunan Masyarakat Sebatik

(HMS) sebagai lembaga yang berperan menggerakkan proses administrasi dan

pengusulan pemekaran wilayah pulau sebatik menjadi Daerah Otonom Baru.

Hal ini perlu penelitian mendalam mengenai persiapan pulau sebatik untuk

menjadi Pemerintah Kota sebagai daerah otonom baru didaerah perbatasan malaysia,

maka yang saya jadikan acuan untuk judul skripsi yaitu : Proses Politik Persiapan Pemekaran Daerah Pulau Sebatik Sebagai Pemerintahan Kota Sebatik Tahun 2006-2012 (Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang perlunya kesiapan

suatu daeerah untuk menjadi daerah otonom baru terlepas dari tujuan yang mulya

yakni untuk mensejahterakan rakyat.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana paparan diatas sebelumnya, penelitian ini akan di rumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana proses politik persiapan Pemekaran Pulau Sebatik menjadi

daerah otonom baru ?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat

Pemekaran Daerah Pulau Sebatik menjadi daerah otonom baru ?

C. Tujuan Penelitian

9

(20)

Dari rumusan masalah dan latar belakang di atas, memiliki beberapa tujuan

penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memberikan gambaran proses politik persiapan Pulau Perbatasan Sebatik

sebagai daerah otonom baru.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat Pulau Perbatasan Sebatik dalam

membentuk daerah otonom baru.

D. Manfaat Penilitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis:

1. Secara Teoritis

a. Memperkaya kajian tentang pemekaran daerah.

b. Referensi rujukan akademis tentang pembentukan daerah otonom baru

2. Secara Praktis

Diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pemikiran baru

dalam pembentukan daearah otonom baru di gerbang perbatasan Malaysia wilayah

paling utara Kalimantan Timur yang terletak di Kab Nunukan Kecamatan Sebatik.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah menguraikan tentang beberapa istilah atau konsep

yang terkait pada penelitian yang dilakukan. Untuk itu dalam rangka memperjelas

penguraian lebih lanjut dalam penulisan ini, maka perlu dilakukan penjelasan

mengenai beberapa pengertian atau istilah yang berkaitan dengan upaya untuk

(21)

menciptakan keseragaman atau kesamaan pemahaman terhadap pengertian

masing-masing konsep yang terkandung dalam pengertian tersebut serta dapat memperoleh

kejelasan tentang arti dari penelitian ini sehingga mempermudah dalam penelitian.

Maka konsep yang akan dipakai oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Proses Politik

- Eny Haryati (2011), Proses politik merupakan dinamika perjalanan

politik dalam sebuah negara. Proses politik ini tak ubahnya sebuah rotasi

dalam sistem politik baik secara historis maupun secara realita dengan

perspektif pendekatan sistem.10

- Siti Zuhro berpendapat bahwa proses politik merupakan landasan untuk

berkembangnya demokrasi nasional, yakni suatu upaya untuk mengatasi

kelemahan praktek demokrasi substantif, khususnya dalam merespon

tuntutan masyarakat lokal.11

Penulis berpendapat bahwa proses politik itu adalah sebuah perjuangan di dalam

sistem untuk mewujudkan demokrasi yang demokratis.

b. Otonomi Daerah

- Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah No. 32 Tahun 2004 :

otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

10

, Burhan. 2007, Proses PolitikPemerintah Daerah. Yogyakarta : Buku Litera Hlm : 15

11

(22)

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.12

- Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna

kebebasan atau kemandirian tetap bukan kemerdekaan. Kebebasan yang

terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang

harus di pertanggungjawabkan.13

- Inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk

memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari

kerumitan dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah.

Dengan demikian, tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata

dengan penerapan otonomi luas dan kelangsungan pelayananan umum

tidak diabaikan. 14

c. Pemekaran Daerah

- pemekaran daerah merupakan perluasan dan kemandirian sebuah daerah

untuk bediri sendiri dengan tujuan memajukan pemerintahan yang lebih

baik dan demokratisasi.15

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang

didefinisikan dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan

12

Ibid 308

13

( di kutip dari Tugas Mata Kuliah. Pengertian Dasar Otonomi Daerah. Oleh Nurul Ahmad)

14

Laring, Ahmad, Saiful. 2011, Pemerintah Daerah. Yogyakarta : Buku Litera Hlm : 4

15

(23)

menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada

bagaimana mengukur suatu variabel.16

Dengan demikian definisi operasional merupakan penetapan dari

indikator-indikator yang akan di pelajari dan di analisa, sehingga nantinya dapat diperoleh

gambaran yang jelas, penelitian ini membahas tentang proses politik, hambatan dan

upaya pemekaran daerah pemerintah kota Sebatik, di ukur dengan tiga (3) kreteria

diantaranya sebagai berikut:

1. Proses politik indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Paradigma pemekaran Pulau Sebatik

b. Pemekaran Wilayah

c. Kebijakan yang merupakan hasil dari interaksi kekuaasaan dan

kepentingan yang kongkritnya berupa kebijakan dalam bentuk tertulis.

d. Rasionalisasi Pemekaran Pulau Sebatik

e. Kepentingan yang merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh

kelompok atau pelaku politik.

2. Pendukung dan Hambatan Pemekaran daerah Sebatik sebagai Pemerintah

Kota :

a. Situasi Politik & Keamanan

b. Ekonomi

c. Adminitrasi Pulau Sebatik

d. Kondisi sosial budaya

16

(24)

e. Pertimbangan menurunnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab

Nunukan

f. Pengurangan Aset Daerah Induk

3. Kondisi Khusus Pulau Sebatik

a. Ketergantungan Perekonomian

b. Minimnya anggaran dalam pendanaan dalam bidang pertahanan dan

kemanan di kawasan perbatasan Pulau Sebatik

G. Metode Penelitian

Metode ialah prosedur untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai

langkah-langkah sistematis, dalam hal ini metode penelitian ialah suatu pengkajian tentang

peraturan-peraturan suatu metode dalam penelitian.17

H. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif.

Menurut Sanapiah faisal, penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik

yang dimaksudkan untuk mengekplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena

atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.18

I. Lokasi Penelitian

17

Endang Poerwanti,1998, Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah, Malang, UMM Press, Hlm. 27

18

(25)

Lokasi merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian di 2 (dua)

desa untuk memperoleh informasi dan data yaitu di Kecamatan Sebatik Barat dan

Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan. J. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang nantinya akan dapat memberikan informasi dalam

penelitian ini adalah merupakan orang-orang yang mempunyai pengaruh atau

yang berperan terhadap persiapan pembentukan daerah otonom baru pulau

perbatasan Sebatik Sebagai kota. Maka dalam penelitian ini yang menjadi subyek

penelitian adalah:

1. Ketua DPRD Kabupaten Nunukan

2. Kepala Bagian Pemerintahan Kabupaten Nunukan

3. Camat di Kecamatan Sebatik Induk dan Barat

4. Ketua Himpunan Masyarakat Sebatik (HMS)

5. Kepala Desa Tandjung Karang dan Desa Binalawan

6. Masyarakat Sebatik Desa Binalawan dan Batulamampu dalam kategori sebagai

Berikut :

A. Petani

B. Pedagang

K. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber data yang digunakan adalah:

(26)

obyek yang diteliti adalah pelaku persiapan Sebatik sebagai daerah otonom

baru di Kecamatan dan Kabupaten.

b.Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau

arsip-arsip, buku literatur, internet yang berkaitan dengan judul penelitian.

L. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh

data yang diperlukan, yang ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan

masalah penelitian yang ingin di pecahkan. Untuk mengumpulkan data diperlukan

instrument atau alat, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi yang akan

diuraikan sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki.19 Dalam arti yang lebih luas observasi sebenarnya

tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan menggunakan metode ini dapat memberi

infomasi kepada peneliti mengenai fakta yang terjadi pada sebuah instansi

atau organisasi dalam menjalankan aktifitasnya atau kinerjanya yang

kemudian melakukan pencatatan mengenai fakta tersebut.

19

(27)

b. Metode Interview/wawancara

Interview atau yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner

lisan merupakan teknik dengan melakukan tanya jawab secara langsung

terkait pokok permasalahan terhadap objek penelitian. Wawancara

dipergunakan agar memudahkan peneliti dalam mendapatkan data atau

informasi yang akurat dengan didasarkan pada permasalahan yang sedang

diteliti. Dalam hal ini peneliti dalam memperoleh data langsung pada

sumber informasi atau responden yang bersangkutan untuk memperoleh

kejelasan mengenai persiapan perbatasan Pulau Sebatik menjadi daerah

otonom baru (Pemerintah Kota) Kabupaten Nunukan.

c.Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan pengumpulan data-data yang tertulis.

Seperti catatan, arsip-arsip atau dokumen dan bahan-bahan yang ada

kaitannya dengan obyek penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno

Surachmad, dokumentasi sebagai mana laporan tertulis dari suatu peristiwa

yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan

tertulis dengan sengaja untuk menyimpan atau meneruskan

keterangan-keterangan mengenai peristiwa-peristiwa tersebut, pengelolaan data dengan

cara mengklasifikasikan dalam bentuk uraian.

d.Pengembangan dan pengambilan alternatif yaitu setelah data diolah maka

diambil alternatif yang terbaik atau dijadikan bahan penyampaian informasi

(28)

Dengan demikian proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber yang kemudian dilakukan reduksi data

(menformulasikan teori ke dalam seperangkat konsep) yang dilakukan

dengan membuat rangkuman inti dalam penelitian tersebut. Dalam

penelitian ini data dianalisis secara normatif melalui studi literatur dan hasil

analisis bersifat kualitatif dalam bentuk deskripsi atau uraian.

M. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterprestasikan.20

Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian kali ini adalah deskriptif

kualitatif. Dari penelitian ini maka data akan dianalisa dengan menggambarkan

keadaan obyek berdasarkan data obyektif, sehingga data-data yang ada dapat

disimpulkan setelah analisa. Adapun tahapan dalam menganalisa data adalah

sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, dengan cara mengedit data, yaitu memeriksa data yang

terkumpul berkenaan dengan kelengkapan-kelengkapan dan kebenaran

sehingga siap untuk diproses lebih lanjut. Mengkode data, yaitu data yang

20

(29)

terkumpul diberi kode tertentu dan dikelompokan serta klasifikasi data, yaitu

mengadakan seleksi data yang terkumpul sesuai dengan sumber data

masing-masing.

b. Pengelolaan dan penyajian data dilakukan setelah data terkumpul

diklasifikasikan dengan beberapa kebutuhan, kemudian dilakukan

pengelolaan data dengan cara mengklasifikasikan dalam bentuk uraian.

c. Pengembangan dan pengambilan alternatif yaitu setelah data diolah maka

diambil alternatif yang terbaik atau dijadikan bahan penyampaian informasi

dan pengambilan keputusan.

d. Dengan demikian proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber yang kemudian dilakukan reduksi data

(menformulasikan teori ke dalam seperangkat konsep) yang dilakukan dengan

membuat rangkuman inti dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini data

dianalisis secara normatif melalui studi literatur dan hasil analisis bersifat

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, modul ini akan menghubungkan penggunaan SIMP dengan setiap tahap dalam proses pengadaan barang/jasa dan menyampaikan cara-cara yang dapat digunakan oleh

Hasil ini diperkuat dengan score plot antara PC 1 dan PC 2 pada gambar yang menunjukkan bahwa sampel murbei dari beberapa daerah sudah dapat terpisah dan

diharapkan Hasil pengujian 1 Login Pimpinan memasukkan username dan password Pimpinan masuk ke halaman utama pimpinan [√] Berhasil [ ] Tidak Berhasil 2 Melihat

Hal yang menarik dalam video ini karena Sodiq, sebagai penyanyi laki-laki yang tidak biasanya disawer, namun dalam video ini dia mendapatkan sawer (bayaran)

Dari studi ini kami ambil kesimpulan bahwa skor CHA2DS2-VASc_HSF dapat digunakan sebagai suatu skor yang sederhana dan dapat digunakan untuk memprediksi kejadian CIN pada pasien

ANJING LIAR ANJING PELIHARAA N MANUS ANJING LIAR ANJING LIAR ANJING LIAR ANJING LIAR ANJING LIAR ANJING PELIHARAAN YANG MENJADI LIAR ANJING PELIHARAA N MANUSIA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan pimpinanNya, penulis diberi kesempatan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis 1

"Dari keterangan yang telah lalu, jelaslah bahwa air yang banyak yang berubah karena benda najis, maka bisa menjadi suci jika telah berubah dengan menambahkan air yang suci,