• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Ujian Akhir Semester Mekanika Tekn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tugas Ujian Akhir Semester Mekanika Tekn"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (Take Home)

MEKANIKA TEKNIK LANJUT

SEMESTER 3 (GANJIL)

Disusun oleh :

SYAIYIDATI FITRI NUR KHOIRIAH ASHARI 135060407111014

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PENGAIRAN

(2)

Soal 1. Bobot 30% Soal Konsolidasi

Definisikan dengan tepat beberapa istilah berikut ini : a) Tegangan pra konsolidasi

b) Over Consolidasi Ratio (OCR)

c) Penurunan Segera (Immediate Settlement)

d) Compression Index (Cc) dan Expansion Index (Ce) e) Derajat Konsolidasi.

Bila diperlukan perjelas dengan gambar. Jawaban

a) Tegangan Pra Konsolidasi

Salah satu hasil dari uji oedometer suatu benda uji tanah undisturbed adalah kurva hubungan

perubahan angka pori (e) terhadap log (’v).

Gambar 1. Kurva Hubungan Perubahan angka pori (e) terhadap log (’v)

Mula-mula, kemiringan kurva angka pori (e) vs log (’v) relatif datar, hingga mencapai

suatu harga tegangan vertikal efektif ’v yang didefinisikan sebagai tegangan prakonsolidasi

(preconsolidation pressure, ’c). Setelah melampaui tegangan prakonsolidasi, kurva angka pori (e) vs log (’v) akan cenderung lebih curam, dimana benda uji tanah menjadi lebih mudah

terkompresi.

Tegangan prakonsolidasi (’c) dapat ditentukan dari kurva e - log (’v) dengan metode

yang diusulkan oleh Casagrande (1936); prosedurnya adalah sebagai berikut: • Perpanjang bagian lurus (garis BC) dari kurva.

(3)

• Gambar garis lurus horizontal dan tangensial melewati titik D dan bagilah sudut yang terbentuk dari kedua garis tersebut menjadi dua sudut yang sama besar.

• Garis yang membagi ini disebut sebagai garis bisector. Titik potong antara garis bisector dengan perpanjangan garis BC didefinisikan sebagai tegangan prakonsolidasi (’c).

Gambar 2. kurva e - log (’v)

b) Over Consolidasi Ratio (OCR)

Over Consolidasi Ratio (OCR) adalah rasio antara tegangan vertikal efektif max. (masa lalu)

dengan tegangan vertikal efektif saat ini (’v).

Tegangan vertikal efektif max. (masa lalu) atau ’v max disebut juga sebagai tegangan pra-konsolidasi ’c. Tanah yang tidak pernah mengalami tegangan vertikal efektif melebihi harga tegangan vertikal efektif saat ini disebut sebagai tanah terkonsolidasi normal (normally consolidated soil = tanah NC).

(4)

Gambar 3. Tahapan geologi terbentuknya tanah OC

c) Penurunan Segera (Immediate Settlement)

Penurunan (settlement) didefinisikan sebagai suatu kompresi (compression) pada satu lapisan

tanah akibat beban di permukaannya. Penurunan total pada lapisan tanah umumnya terdiri dari 3 tahap:

a. Penurunan segera (immediate/elastic settlement) b. Penurunan akibat konsolidasi primer

c. Penurunan akibat konsolidasi sekunder

Gambar 4. Hubungan Penuruman dengan waktu

(5)

d) Compression Index (Cc) dan Expansion Index (Ce)

Kurva e - ’v dapat digambarkan sebagai kurva linier bila ’v diplot dengan skala log.

Kemiringan kurva pembebanan (loading) disebut sebagai compression index Cc dan dapat

dihitung:

Gambar 5. Kurva unloading

Kemiringan kurva unloading disebut sebagai expansion index Ce dan dihitung dengan cara yang

sama.

e) Derajat Konsolidasi.

Derajat konsolidasi rata-rata pada suatu lapisan lempung dapat didefinisikan sebagai:

dimana :

U = derajat konsolidasi rata-rata

∆H(t) = besar penurunan pada waktu t setelah pemberian beban

∆Hmax = penurunan konsolidasi maksimum yang terjadi pada lapisan lempung

(6)

Soal 2. Bobot 40% Soal Stabilitas Lereng

Gambar 6. untuk soal 2 Tanpa skala

Suatu Lereng alam dengan kemiringan 400 memiliki ketinggian 6 meter (gambar tanpa skala). Lapisan Lempung jenuh dengan = 18 kN/m3, cu = 60 kN/m3, u = 0. Tentukan FS untuk bidang

longsor coba-coba pada lereng ini dengan metode prosedur massa, diketahui β = 780 Jawabannya:

Diketahui r = 12,10 m β = 780

d = 4,5 m

(7)

Soal 3. Bobot 30%

Pada hari Jumat tanggal 12 Desember 2014 telah terjadi bencana tanah longsor di Dusun Jemblung di wilayah Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Korban tewas mencapai 95 orang (data BNBP) dan ribuan penduduk harus diungsikan ke lokasi yang lebih aman. Terkait dengan bencana tersebut, berikan ulasan, resume ataupun opini Anda tentang hal-hal berikut ini :

a) Faktor-faktor utama penyebab terjadinya bencana tanah longsor Banjarnegara b) Kronologis terjadinya bencana tanah longsor Banjarnegara

c) Kriteria rawan bencana pada Lokasi pada lokasi ini(menurut BNBP, BMKG, dll) d) Usaha yang sebenarnya dilakukan untuk mengurangi korban jiwa, hancurnya

infrastruktur dan pemukiman, dll.

Jawabannya.

a) Faktor-faktor utama penyebab terjadinya bencana tanah longsor Banjarnegara

Diduga bencana ini disebabkan oleh hujan tiga hari berturut-turut 10-12 Desember 2014,

dengan dua hari terakhir memiliki intensitas sekitar 100 mm per hari. Sedangkan, hujan dengan

intensitas 70 mm/jam atau 100 mm/hari memicu bencana tanah longsor di Indonesia. Dari data

curah hujan harian pada bulan Desember 2014, hujan dengan intensitas rendah hingga sangat

lebat telah mengguyur daerah ini selama seminggu berturut-turut yaitu tanggal 1-7 Desember.

Kemudian disusul dengan hujan sangat lebat pada tanggal 10-12 Desember.

Berdasarkan data BNPB, Banjarnegara merupakan salah satu daerah rawan longsor di

Indonesia dan sekitar 70 persen wilayahnya masuk zona merah rawan longsor. Lebih rinci,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara mencatat ada 25 titik rawan

longsor yang terbagi dalam 8 desa di 6 kecamatan di kabupaten tersebut. Daerah yang memiliki

kerentanan tertinggi adalah Kecamatan Karangkobar karena memiliki topografi yang cenderung

bergelombang membentuk perbukitan dan tersusun dari batuan rapuh.

Data-data kejadian tanah longsor yang pernah terjadi di Banjarnegara yaitu, tanggal 4

Januari 2006, 90 orang meninggal akibat longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk,

Kecamatan Banjarmangu. Tahun 2007 dan 2008 masing-masing terjadi 57 kali dan 76 kali tanah

(8)

selanjutnya dan 200 kali pada 2010. Sedangkan pada akhir 2011 hingga 2012 tercatat

kejadian longsor sebanyak 379 kali dan menurun pada tahun 2013 menjadi sebanyak 63 kali.

Kejadian longsor ini bertepatan dengan musim hujan.

Gambar 1. Pos Hujan BMKG di Banjarnegara

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa paragraf diatas bahwa faktor utama tanah longsor di

Banjarnegara ialah intensitas hujan yang tinggi dan topografi yang cenderung bergelombang

(9)

b) Kronologis terjadinya bencana tanah longsor Banjarnegara

Berdasarkan data observasi dari pos hujan dan stasiun BMKG di sekitar Banjarnegara,

hujan yang terukur pada tanggal 11 Desember 2014 termasuk dalam kriteria sangat lebat karena

dalam 1 hari tercatat 112.5 mm dan pada tanggal 12 tercatat 101.8 mm. Bila dibandingkan

dengan rata-rata curah hujan normal dasarian pertama Desember 2014 pada ZOM 113 sebesar

117 mm, curah hujan pada tahun ini sangat tinggi. Selain terjadinya hujan seminggu

berturut-turut yang terjadi sebelum kejadian dengan intensitas rendah sampai sangat lebat, pada tiga hari

sebelum longsor telah terjadi hujan dengan intensitas lebat - sangat lebat seperti ditampilkan

pada tabel 1

Gambar 2. Perbandingan curah hujan dasarian Banjarnegara Rata-rata (1980-2010)

terhadap intensitas curah hujan pada dasarian I dan II bulan Desember 2014

Berdasarkan data observasi dari pos hujan dan stasiun BMKG di sekitar banjarnegara,

Hujan yang di takar pada tgl. 11 Desember 2014 di Banjarnegara termasuk dalam kriteria sangat

lebat karena dalam 1 hari terukur = 112.5 mm dan pada tgl. 12 Desember 2014 terukur = 101.8

mm. Bila dibandingkan dengan rata-rata curah hujan normal Desember I 2014 pada ZOM 113

sebesar 117 mm, jumlah curah hujan melebihi dari normalnya. Longsor terjadi akibat akumulasi

hujan beberapa hari sebelumnya Hal ini mengindikasikan kejadian tanah longsor akibat hujan

dalam tiga hari terakhir dengan intensitas lebat - sangat lebat khususnya di wilayah terjadinya

(10)

c) Kriteria rawan bencana pada lokasi ini (menurut BNBP, BMKG, dll)

d) Usaha yang seharusnya dilakukan untuk mengurangi korban jiwa, hancurnya infrastruktur dan pemukiman, dll

- Pemetaan hazard, Penyelidikan, Pemeriksaan, Pemantauan, dan sosialisai - UU penggunaan tanah

- Asuransi

- Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman

- Buatlah terasering

- Segera menutup retakan tanah dan padatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui

retakan

- Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal - Jangan menebang pohon di lereng

- Jangan membangun rumah dibawah tebing - Perbaikan drainase tanah

- Modifikasi lereng

- Vegetasi kembali lereng-lereng

- Beton-beton yang menahan tembok mungkin bias menstabilkan lokasi hunian.

Upaya kesiapsiagaan

· Pendidikan

· Sistem monitoring (pemantauan), peringatan dan evakuasi

Kebutuhan paska bencana

· Pencarian dan penyelamatan (menggunakan alat pengerukan tanah)

(11)

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/win%207/Downloads/Banjarnegara/PENANGGULANGAN%20BENCANA.htm

file:///C:/Users/Public/Pictures/Peta%20Citra%20Lokasi%20Bencana%20Tanah%20Longsor%2

0Banjarnegara%20%20%20Geospasial%20%E2%80%93%20BNPB.htm

file:///C:/Users/Public/Pictures/Peta%20Lokasi%20Tanah%20Longsor%20di%20Kab.%20Banja

rnegara%20%20%20Geospasial%20%E2%80%93%20BNPB.htm

file:///C:/Users/win%207/Downloads/Banjarnegara/BMKG%20%20%20Badan%20Meteorologi,

%20Klimatologi%20dan%20Geofisika.htm

Gambar

Gambar 1. Kurva Hubungan Perubahan angka pori (e) terhadap log (’v)
Gambar garis lurus horizontal dan tangensial melewati titik D dan bagilah sudut yang
Gambar 3. Tahapan geologi terbentuknya tanah OC
Gambar 5. Kurva unloading
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hubung singkat ini terjadi ketika dua fasa dan tanah saling terhubung. Besaran arus yang melebihi besaran setting disebut arus gangguan. Apabila besaran arus yang