• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis permintaan daging sapi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis permintaan daging sapi di Indonesia"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR DAGING SAP1 INDONESIA

SAND1 AJI NUGROHO

PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

SAND1 AJI NUGROHO. D34104029. 2008.Analisis Permintaan Ekspor Impor Daging Sapi di Indonesia. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc Agr Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM

(3)

ABSTRACT

Analysis of Meat Import Demand in Indonesia

Nugroho, S.A., Mulatsih, S and Burhanuddin

The observation has purpose (1)To analize the influence of the price meat import meat (2) To analize the influence of riel value (3) To analize the influence of offering domestic meat (4) To Analize the influence of consumption domestic meat (5) To analize the influence of income. The obervation held first month of June until1 last month of June 2008 the data which used secondary from Badan Pusat Statistik. The observation analized by quantitatif description to describe variable offering meat import and qualitatif by Cobb Douglas model which linier double log transformation which used Microsoft Excel and software Eviews 4.1. The result of this observation are (1) the amount of R2Value is 96,43% it's mean the variation of variable can be explained like liniear by the variable free. (2) On test F shown 0,00001 which has value more litle than rate of real which used is a=5% it means the value shown that the similarity significant enough to explain the variable which used. (3) the amount elastisity shown degree of feeling variable dependent on similarity to changing of variable independent (4) In test of econometrics the similarity have not problem auto corelation heteroskedastisity and multikolinieritas (5) The variables which have negative influence to meat import requirement is value riel changing the price of meat import, and meat domestic offering (6) The variables which have positive influence to meat cow import is meat consumption and income per capity of people

(4)

ANALISIS

PERMINTAAN IMPOR DAGING SAP1 INDONESIA

Oleh

SAND1 A n NUGROHO D34104029

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di badapan Komisi ujian Lisan pada Tanggal 10 September 2008

Pembimbing Utama

Dr.Ir. Sri Mulatsih MSc.Agr NIP. 131.849.397

Pembimbing Anggota

<aM

NIP. 132.232.454
(5)

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR DAGING SAP1 INDONESIA

Oleh

SAND1 AJI NUGROHO

D34104029

Skripsi ini merupaltan salah satu syarat untult memperoleh gelar Sarjana Peternalian pada

Fakultas Peternaltan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

FUWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Juli 1986 di Jepara, Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Djoko Santoso dan Ibu Endang Murdiati, SPd.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Panggang IX Jepara, pendidikan menengah pertaina diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 1 Jepara dan pendidiltan lanjutan menengah uillunl diselesaikan pada tahu~l 2004 di SMUN 1 Jepara. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sosial Ekoiloilli Industri Peteinakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor tllelalui Jalur Utldangan Seleltsi Masuk IPB (USMI) ininat studi Ekonomi Perencanaan pada tahun 2004.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang be judul "Analisis Pennintaan Impor Daging Sapi di Indonesia" merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Petemakan, Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan saran dan masukan dari pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang membutuhkan.

Amin Yaa Robbal Alamin.

(8)

DAFTAR IS1

Halaman

RINGKASAN

...

i

. .

ABSTRACT

...

11

RIWAYAT HIDUP

...

v

KATA PENGANTAR

...

vi

DAFTAR IS1

...

vii

DAFTAR TABEL

...

ix

DAFTAR GAMBAR

...

X

...

DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN

...

1

Latar Belakang

...

1

Perurnusan Masalah

. .

...

2

...

Tujuan Penelltmn

. .

3

...

Kegunaan Penehtlan 3 TINJAUAN PUSTAKA

...

4

Daging Sapi

...

4

Keuntungan dan Kerugian Impor

...

5

Nilai Tukar

...

7

...

Konsumsi Daging 8 Teori Permintaan

...

8

...

KERANGKA PEMIKIRAN 10 METODE PENELITZAN

...

12

.

.

Waktu Penehtlan

...

12

Data dan Instrumentasi

. .

...

12

Metode Anahs~s

.

.

...

12

Defimsl Operasional

...

17

...

MEKANISME IMPOR DAGING SAP1 19 HASIL DAN PEMBAHASAN

...

22

Perkembangan Impor Daging Sapi

...

22

...

Model Penduga Impor Dagi 24 Hasil Estimasi Model

...

26

...

KESIMPULAN DAN SARAN 29

...

UCAPAN TERIMA KASIH 30 DAFTAR PUSTAKA

...

32
(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1

.

Perubahan Kesejahteraan pada Negara Pengimpor

...

7 2

.

Perkembangan Impor Daging Sapi Dilihat dari Tiga Sektor

...

22
(10)

DAFTAR GAMBAR

Noinor Halaman

1. Perdagangan Internasional di Negara Pengimpor

...

6 2. Kerangka Pendiran Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor

Daging

...

1 1
(11)

Nomor Halaman la.Tabe1 Data Variabel Permintaan Impor Daging Sapi

Indonesia..

...

35 lb. Tabel Data dari Model Cobb-Douglass dengan Double Log

Transformation

...

35 2. Output Regresi Persamaan Impor Daging

...

36

. .

3. Uji Serial Korelasi

...

37

. .

4. Uji Heteroskedastisitas

...

38

. . .

(12)

Latar Belakang

Kebutuhan pangan asal ternak sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan anak usia dini sampai remaja. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini pe-taan produk petemakan cenderung terus meningkat, seirama dengan, perkembangan ekonomi masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan, serta perubahan gaya hidup sebagai akibat m s globalisasi dan urbanisasi. Peluang pasar yang sangat besar

ini

belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh para pelaku di dalam negeri yang bergerak pada usaha sapi lokal. Hal ini diturjukkan oleh membanjirnya produk-produk impor baik bakalan sapi hidup maupun daging sapi dan produk derivatnya.

Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat. S e l m a ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi lokal, sapi impor, dan daging impor (Hadi dan Ilham, 2000). Lebih lanjut menurut Hadi, et.al., (1999) memperkirakan bahwa jika tidak ada perubahan teknologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam negeri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti, maka senjang antara produksi daging sapi dalam negeri dengan jumlah permintaan akan semakin melebar, sehingga berdampak pada volume impor yang semakin besar.

(13)

daging dalam negeri, yang lebih lanjut berdampak pada m e n m y a produksi komoditas tersebut. Pada tahun 1996 dan 1997 produksi daging sapi dalam negeri bertmt-turut mencapai 319 ribu dan 293 ribu ton, dan pada tahun 1998 dan 1999 mengalami penurunan masing-masing menjadi 21 8 ribu dan 21 5 ribu ton. Sementara di sisi lain, pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan swasembada daging pada tahun 2005.

Perumusan Masalah

Seiring dengan adanya program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005, Departemen Pertanian bersama dengan Direktorat Jenderal Peternakan mencanangkan program swasembada daging tahun 2010 untuk mengurangi ketergantungan terhadap inlpor sapi dari Australia. Adanya program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan merupakan kesempatan baik bagi pengembang ternak sapi lokal dan pemerintah daerah untnk menjadikan wilayahnya sebagai kantong telnak nuninansia.

Program swasembada daging yang diharapkan pemerintah untnk diwujudkan memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama dari pihak swasta dan masyarakat, diperlukan segala daya dan upaya untnk meningkatkan jumlah populasi sapi disamping mengenai masalah pembibitan sapi lokal yang haius ditingkatkan dan juga pemotongan betina produktif hams dikurangi

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh harga daging impor terhadap jumlah impor daging sapi

domestik

2. Bagaimana pengaruh nilai tnkar riil terhadap jumlah impor daging sapi domesik

3. Bagaimana pengaruh penawaran daging domestik terhadap jumlah impor daging sapi domestik

4. Bagaimana pengaruh konsumsi daging domestik terhadap jumlah impor daging sapi domestik

(14)

Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui variabel-variabel yang mempengarulli peimintaan import daging sapi di Indonesia selama kurun waktu 1990-2005.

2. Menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan import daging sapi di Indonesia

3. Mengetahui perkembangan impor daging sapi

Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diiarapkan dapat memberikan kegunaan-kegunaan sebagai berikut, yaitu:

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat meniberi informasi dan masukan bagi pemerintah untuk membuat dan menganalisis kebijakan, sehi~igga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketergantungan impor daging sapi.

2. Peneliti-peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan bahan pertimbangan atau perbandingan dalam penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Daging Sapi

Pengertian Daging

Daging adalah salall satu hasil tenlak yalg hampir tidak bisa dipisahkan dari keludupan manusia (Suparno,1992). Lebih lanjut dikatakan, selain penganekaragaman sumber panga~, daging dapat juga menimbulka~ kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakannya, karena kandungan gizinya yang lengkap, sehingga keseunbaigan gizi untuk Iiidup terpen~hi. Definisi daging secara umum adalall semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Supamo, 1992).

Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi : (1) daging sagar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging segar y a ~ g didiginkan kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan (Supamo, 1992).

Berdasarkan umur temak yang dipotong, daging sapi dikelompokkan menjadi (1) beef, yaitu karkas atau daging yang berasal dari sapi yang dipotong umur satu tahun atau lebih

,

(2) calf, yaitu karkas dari anak sapi yang berumur 14 sampai 52 minggu, dan (3) veal, yaitu daging dari anak sapi yang masill sangat muda, biasanya dipotong umur antara 3 sampai 14 minggu (Supamo, 1992).

Forrest

g

gJ. (1975) mengataka~,komnposisi terbesar dari daging adalah protein. Lebih lanjut dijelaskan, nilai daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-asam amino esensial yalg lengkap dan seimbang, selain itu juga mengandung air, lemak, karbohidrat dan komponen anorganik.

Kebanyakan orang makan daging dipengaruhi oleh berbagai alasan antara lain tradisi, nilai gizinya tinggi,mudah diperoleh, kesehatan, variasi makanan, bersifat mengenyangkan dan prestise (Natasasmita et al., 1987).

Pengertian Grade

(16)

yang mendasari penggolongan mutu suatu komoditi, yaitu ; (1) untuk meningkatkan keuntungan produsen, (2) meningkatkan kepuasan pembeli, dan (3) meningkatkan efisiensi pemasaran.

Menurut Kristanto et al., (1988), penggolongan jellis-jenis dari suatu komoditi menjadi golongan mutu adalah penting sekali untuk mencocokan karakteristik mutu dengan sistem preferensi fungsi produksi perusahaan dan daya beli yang berbeda dari konsumen. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penggolongan mutu memungkiian pembeli me~nperoleh karakteristik mutu khusus suatu komoditi yang sesuai dan mau membayar

untuk

itu (Kristanto gt

d.,

1988).

Menurut Napitupulu (1989), penentuan perincian mutu dan penentuan peraturan-peraturan tentang suatu barang dan jasa tertentu dikenal istilah pembakuan atau standarisasi, dan penerapan dari peraturan tersebut dikenal istilah grading.

Selanjutnya dikatakan bahwa dasar-dasar penentuan standar suatu barang atau jasa antara lain dapat dilakukan melalui ukuran berat, kadar kimiawi, kualitas, kadar lemak, bentuk, dan lain-lain. Atas dasar itu maka transaksi jual beli dapat dilakukan berdasarkan grade (Napitupulu, 1989).

Kualitas Daging

Penilaian terhadap karkas merupakan suatu cara untuk menilai perdagingan

karkas dan mutu daging berdasarkan standar mutu internasional (grading) atau sesuai dengan yang dikehendaki konsumen (judging) (Forrest et al., 1975). Lebih lanjut dijelaskan, faktor kualitas daging yang dimakan terutama meliputi warna,

\

keenlpukan dan tekstur, flavor dan aroma tennasuk bau dan cita rasa serta jus daging (juiceness). Diatakan, lemak intramukuler, susuk masak (cooking loss) yaitu berat daging yang lulang selama pemasakan atau pemanasan, retensi cairan dan pH daging, ikut menentukan kualitas daging tersebut.

Keuntuugan dan Kerugian Impor

(17)

I

Penawaran Harga sebelum

Perdagangan

Harga sesudah Perdagangan

[image:17.536.15.460.51.799.2]

Q

Gambar 1. Perdagangan Intemasional di Negara Pengimpor

Sumber : Mankiw, (2000)

Kurva penawaran menunjukkan produksi daging sapi domestik, sedangkan kurva permintaan menunjukkan kuantitas konsumsi daging sapi domestik. Menurut Mankiw (2000), impor sama dengan selisih antara kuantitas permintaan domestik dengan kuantitas penawaran domestik berdasarkan harga dunia atau harga yang berlaku di pasar internasional. Dalam kasus ini, garis horizontal yang ditarik dari titik harga dunia dapat ditafsirkan sebagai kurva penawaran negara-negara lain. Kurva penawaran tersebut bersifat elastis sempuna karena Indonesia adalah negara dengan perekonomian kecil sehingga berapapun Indonesia membeli, Indonesia liarus mengikuti harga duua yang berlaku. Disinipun tidak semua pihak memperoleh keuntungan. Para produsen domestik mengalami kerugian, karena harga yang diperoleh lebih rendah. Sebaliknya, konsumen domestik diuntungkan, karena konsumen tersebut kini dapat membeli dengan harga yang lebih murah. Sebelum hubungan dagang dibuka, surplus konsurnen dilambangkan oleh bidang A, surplus produsen oleh bidang B

+

C, dan surplus total dilambangkan bidang A

+

B

+

C. Pada saat harga do~nestik turun setelah perdagangan intemasional dibuka, surplus konsumen naik menjadi A

+

B

+

D, surplus produsennya menjadi A

+

B

+

C

+

D.

Kakulasi tersebut secara jelas menunjukkan pihak yang diuntungkan dan yang diigikan oleh dibukanya hubungan dagang disebuah negara pengimpor. Konsumen diuntungkan karena surplus konsumennya bertambal~ se~ulai bidang B

+

(18)

bidang 3. Meskipun dernikian, karena keuntungan yang diterima oleh konsumen itu melebihi kerugian produsen, yakni senilai bidang D, maka surplus total masih mengalami peningkatan.

Analisis di atas menghasilkan dua kesimpulan pokok sebagai be~ikut :

1 Jika suatu Negara membuka hubungan dagang internasional dan menjadi pengiinpor atas suatu barang, maka produsen domestik barang tersebut akan dirugikan, sedangkan konsumen domestik atas barang tersebut akan diuntungkan.

2 Pembukaan hubungan dagang itu akan menguntungkan Negara yang bersangkutan secara keseluruhan, karena keuntungan yang terjadi melebihi kerugiannya.

Tabel I. Perubahan Kesejahteraan pada Negara Pengimpor

I

Perdagangan

I

Perdagangan

I

I

Sebelurn

I

Surnber : Mankiw, 2000

Sesudah

Exchange Rate (Nilai Tukar)

Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni nilai tukar nominal dan nilai tukar nil. Nilai tukar nominal dapat d i d e f ~ s i k a n sebagai harga mata uang asing yang dinilai dengan mata uang domestik. Mankiw (2000) mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga relatif dari mata uang Negara. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai tukar nominal adalah harga mata uang suatu Negara terhadap mata uang Negara lain atau mata uang suatu Negara yang dmyatakan dalam mata uang Negara lain. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal dibagi rasio indeks harga di dalam negeri dan di l u x negeri (sebagai Negara mitra dagang) atau dapat juga didefinisikan sebagai daya beli relatif dari output domestik, yakni harga dari barang luar negeri (impor) yang diukur daliun bentuk barang domestik (ekspor), dalmn hal ini nilai tukar riil mengukur daya saing suatu Negara lain. Dengan demikian pendekatan secara riil tidak hanya memperhitungkan nominal namun juga telah memperhitungkan faktor lain seperti laju inflasi domestik dengan

Perubahan

Surplus Konsumen Surplus Produsen

Surplus Total

A + B + D C

A + B + C + D A

B

+

C A + B + C

+

@+Dl

- B

(19)

Negara lain, suku bunga domestik dengan Negara lain pertumbuhan permintaan domestik dengan Negara lain, dan tingkat resiko suatu Negara dengan Negara yang rnenjadi perbandingannya. Dapat disimpulkan nilai tukar nominal yang terdepresiasi belum teiltu nilai tukar riilnya terdepresiasi dan sebaliknya, nilai tukar nominal yang terapresiasi b e l m tentu nilai tukar riilnya terapresiasi juga.

Konsumsi Daging

Pangan yang dikonsumsi penduduk terdiri dari pangan pokok dan pangan hewani. Pangan pokok sebagai sumber karbohidrat sebagian besar dipenuhi dari konsumsi beras, sedangkan pangan hewani @rotein) banyak diperoleh dari konsumsi daging, ikan, telur, dan susu. Protein hewani ini berperan dan berfungsi sebagai zat pembangun sbuktur tumbuh, zat pengam (bio katalisator), buffer dalam cairan tubuh, penyangga penyakit, sumber energi dan sebagai hoimon (Nasution, 2002).

Konsumen dalam nlengkonsmsi daging dipengaruhi oleh berbagai alasan antara lain: nilai gizinya tinggi, mudah diperoleb, kesebatan, variasi, bersifat mengenyangkan dan prestise (Natasasmita et, at., 1987). Suparno (1992) menyatakan bahwa protein adalah komponen ballan kering yang terbesar dari daging. Nilai nutrisi daging yang tinggi selain protein adalah air, lemak, karbohidrat, dan komponen anorganik. Otot mengandung sekitar 75% air dengan kisaran 68-SO%, protein sekitar 19%(16-22%). Nilai kalori daging banyak ditentukan oleh kandungan lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot yang disebut lemak marbling atau

intramuscular. Nilai kalori daging juga tergantung pada jumlah daging yang dimakan. Secara relatif kandungan gizi daging dari berbagai bangsa ternak berbeda, tetapi setiap 100 gr daging dapat memenuhi gizi seorang dewasa setiap hari sekitar 10% kalori, 50% protein, 35% zat besi(Fe) atau 100% zat besi bila daging berasal dari hati, dan 25-60% vitamni B komplek. Berbeda dengan daging segar, daging olahan mengandung lebih sediit protein dan air dan lebih banyak lemak dan mineral.

Teori Permintaan

(20)

pem~intaan individu akan suatu komoditas adalah jumlah suatu komoditas yang bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu mnerupakan fungsi dari atau tergantung pada harga komoditas tersebut, pendapatan nasional individu, harga komoditas lain, dan cita rasa individu.

Menurut Kotler (1995), pemintaan pasar untuk suatu produk adalah jumlah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pelanggan tertentu dalam wilayah geografis tertentu dan dalam jangka waktu tertentu di dalam lingkungan pemasaran tertentu dibawah program pemasaran tertentu. Menmut Salvatore (1993), permintaan pasar atau permintaan agregat untuk suatu komoditi menunjukkan jumlah alternatif dari komoditi yang diminta per periode waktu, pada berbagai harga alternatif, oleh semua individu di dalam pasar. Jadi, permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu.

Menurut Sukirno (1994), faktor-faktor penting yang mempengaruhi pemintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu barang diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengab barang tersebut, pendapatan m a h tangga, dan pendapatan rata-rata masyarkat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, serta ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang. Hal yang hanlpir sama juga dikemukakan oleh Lipsey et al., (1995), bahwa faktor yang mempengaruhi pembelian terhadap kolnoditi yang dilakukan semua rulnah tsuigga adalah harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera, distribusi di antara m n a h tangga, serta besarnya populasi.

Hukum permintaan adalah kuantitas (jumlal~) yang akan dibeli per unit waktu menjadi semakin besar apabila harga, ceteris parinbus (keadaan lain tetap sana) semakin rendali (Bilas, 1989). Hal ini juga dikatakan oleh Salvatore (1993), dimana hukum pemintaan memiliki kemiringan yang negatif.

(21)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran

Dalam masa sekarang, diiana perdagangan antara negara-negara sudah dibebaskan dalam suatu kerjasama ekonomi dengan tujuan untuk meningkatkan volume perdagangan, sektor petemakan terutama daging sapi dituntut untuk meningkatkan daya saingnya. Meskipun demikian, daya saing sektor petemakan terutama daging sapi terhitung rendah sehingga kalall bersaing dengan industri peternakan daging sapi luar negeri. Hal tersebut terlihat diantaranya dari harga daging luar negeri yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga daging domestik. Harga daging luar negeri yang rendah disebabkan berbagai faktor diantaranya efisiensi industri petemakan luar negeri, surplus pasokan daging negara lain yang berlebih, perdagangan yang tidak adil (unfair trade), serta distorsi kebijakan negara ekspostir yang pada akhimya akan menyebabkan te~tekannya harga daging sapi dunia. Hal tersebut semakin menurunkan insentif bagi upaya pengembangan indutri daging sapi nasional sehingga situasi industri daging sapi nasional dari segi teknis maupun ekonomis mengalruni keterpurukan.

Begitu juga dengan produksi daging yang cenderung menurun, sementara konsumsi daging terus menerus Inengalami peningkatan. Apabila ha1 tersebut terus berlanjut, maka kekurangan tersebut hams dicukupi dengan daging impor. Akibatnya Indonesia akan terus menerus mengimpor daging dari negara lain sehingga impor daging akan terus meningkat setiap tahunnya, dan hal tersebut akan mengancam industri daging sapi nasional. Membanjiniya impor daging dari negara lain akan menyebabkan terjadinya ketidakpastian dan ketidakstabilan pada harga daging domestik

(22)

---I--- Daging Sapi

!

Unfair Trade

:

Import Daging Sapi

Q

Harga Daging Impor Tarif Impor Daging

Jumlah Impor Daging Domestik Jumlah Pendudnk Indonesia Penawaran Daging Domestik Pendapatan per Kapita Konsumsi Daging Domestik Nilai Tukar Riil

Indeks Harga Konsumen Suku bunga

[image:22.532.24.481.46.768.2]

I

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-faktc Daging

Harga Daging Impor

Penawaran Daging Dornestik Pendapatan per Kapita Konsumsi Daging Domestik

(23)

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Permintaan Ekspor Impor Daging Sapi Indonesia dilaksanakan pada awal Bulan Juni sampai akhir Bulai Juni 2008 meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

Data dan Instrumentasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dalam bentuk time series (deret waktu) dengan periode waktu 16 tahun, yaitu dari tahun 1990-2005. Data yang digunakan berupa: harga daging impor, jurnlah impor sapi domestik, penawaran daging domestik, konsumsi daging domestik, nilai tukar riil, dan pendapatan perkapita. Data penunjang diperoleh dari laporan hasil penelitian dan publikasi lainnya dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Peternakan, perpustakaan, dan juga lembaga penunjang lai~mya. Data tersebut diolah dengan menggunakan sofware Eviews 4. I dan Microsoft Excell.

Metode Analisis

Data dihitung dan diolali terlebih dahulu dengan menggunakan Microsoft Excell, selanjutnya hasil yang didapat dimasukkan ke dalam tabel. Data yang telah ditabelkan dipersiapkan sebagai input sesuai dengan model yang diduga dan asumsi yang digunakan. Data dan informasi yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang luas tentang berbagai faktor yang terkait, yang diliarapkan dapat membantu lnempertajam analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang lnempengaruhi impor daging sapi Indonesia. Model analisis data yang digunakan adalah persamaan Cobb-Douglas yang dilinierkan double log transformation (Soekartawi, 2003).

Analisis Variabel yang Mempengaruhi Impor Daging Sapi Indonesia

(24)

rnemprediksi seberapa jauh pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor daging sapi Indonesia dimana terdapat lebih dari satu variabel bebas.

LnIDS = Po +/?I*

LnNTR+~*LnHDI+/33*LnPDD+~LnKD+

Pj*LnPPK+e;, Dimana :

LnIDS = Jumlah impor daging sapi pada tahun ke-t (ton) LnNTR = Nilai tukar riil pada tahun ke-t (RpNS$)

LnHDI = Harga Daging Sapi Impor pada tahun t (US$/kg) LnPDD = Penawaran Daging Domestik pada tahun t (ton) LnKD = Konsumsi Daging Domestik pada tahun t (ton)

LnPPK = Pendapatan per Kapita pada tahun t (dalam ribu rupiah) ei1 = Galat bakul error

Uji Koefisien Determinasi (R')

Uji kesesuaian model menggunakan ukuran koefisien deteiminasi (R2) bertujuan untuk mengukur kemampuan dari peubah penjelas (variabel eksogen) dalam menerangkan keragaman atau variasi dari variabel endogen pada masing- masing persamaan. Dua sifat R2 yaitu :

Merupakan besaran non negatif

Batasnya adalah 0 5 R2 5 1. Jiia R2 bernilai 1 b e ~ u t i suatu kecocokan sempma, sedangkan jika RZ bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel endogen dengan variabel eksogennya

2 -

Icss

-

R ~ ( ? i -Y

)Z

TSS x ( ~ i

-?

)Z

dimana :

(25)

Uji F

Pengujian terhadap dugaan persamaan secara keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan uji F-statistik. Uji statistik dapat menjelaskan kernampuan variabel eksogen secara bersama-sama dalan mnerijelaskan keragaman dari variabel endogen. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan di atas adalah variabel eksogen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Hipotesis ini disebut Ifipotesis nol. Mekanisme uji F-statistik adalah sebagai berikut :

Yaitu : tidak ada p e n g a d nyata antara volume impor daging sapi dengan variabel- variabel eksogen dalam persamaan

Yaitu : paling sedikit ada satu variabel eksogen yang berpengaruh nyata terhadap variabel endogen (terdapat hubungan yang nyata antara volume impor daging terhadap variabel-variabel eksogen dalarn persamaan).

Dalam hal ini, statistik uji yang digunakan dalam uji F :

Dimana :

R ~ = Koefisien determinasi k = Jumldi parameter

n = Jumlah pengamatan (sampel)

Kemudian dilakukan pengujian dirnana F lutung dari hasil analisis dibandingkan dengan Ftabel. Jika F1,i,ung > F -bet, maka tolak Ho yang berarti minimal ada satu

(26)

Uji Probabilitas

Uji P adalah uji yang menggunakan probabilitas taraf nyata 5 % dan biasanya digunakan untuk mengetahui apakah variabel eksogen yang terdapat dalam model secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel endogen. Mekanisme uji t adalah sebagai berikut :

Hipotesis :

HO = perubahan suatu variabel eksogen secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan variabel endogen.

H1 = Pembahan suatu variabel eksogen secara individu berpengaruh nyata terhadap perubahan variabel endogen.

Kriteria uji probabilitas: P > 0,05 : Terima Ho P < 0,05 : Tolak Ho

Uji Terhadap Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau cross section. Persamaan dalam penelitian ini menggunakan data time series. Masalah autokorelasi sering tirnbul pada data runtut (time series). Autokorelasi sering juga disebut korelasi serial. Penyebab utama timbulnya auto korelasi adalah kesalahan spesifkasi, misalnya terabaikannya suatu variabel penting atau bentuk fungsi yang tidak tepat. Uji Durbin Watson Statistic @W) sering digunakan untuk mendeteksi ada atau tidakxiya autokorelasi.

Ketentuan pengambilan keputusan untuk menguji apakah te rjadi autokorelasi adalah :

1. Jika DW > batas atas (du) maka tidak ada autokorelasi

2. Jika DW < batas bawah (dL) maka terjadi autokorelasi

(27)

Uji Terhadap Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari pendugaan metode kuadrat terkecil adalah varian residuan bersifat homoskedastisitas atau bersifat konstan. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana asumsi di atas tidak tercapai. Darnpak adanya heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara hasil estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias. Dengan adanya masalali heteroskedastisitas, akan menyebabkan hasil uji t dan F dapat menjadi tidak berguna. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas sempurna adalah suatu pelanggaran terliadap asumsi bahwa tidak ada hubungan sempurna antar variabel eksogen dalam sebuah persamaan regresi. Multikolinieritas sempurna jarang terjadi, yang sering dijumpai adalah multikolinieritas tidak sempurna. Pada dasamya, semakin tinggi korelasi antara dua atau lebih variabel-variabel eksogen dalam suatu model yang benar, semakin sulit memperkirakan secara akurat koefisien-koefisien pada model yang benar itu. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalarn sebuah model dapat dilakukan dengan membandiigkan besamya nilai koefisien determinasi (R2) dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas

(I?).

Konsep Elastisitas

Besanlya suatu elastisitas dapat menunjukkan derajat kepekaan variabel endogen pada suatu persamaan terhadap perubahan variabel eksogen. Menurut Pindyck dan Rubinfeld (1981), elastisitas variabel endogen Y terhadap variabel eksogen X dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam Y dibagi persentase perubahan dalam X.

Misalnya untuk koefisien j, elastisitas bisa d i m u s k a n sebagai berikut :

Ej : Elastisitas variabel bebas Xj terhadap Y

(28)

3

: Rata-rata peubah dug- Xj

y

: Rata-rata peubah Y

Nilai suatu elastisitas tak terbatas dan bisa positif atau negatif. Pada umurnnya nilai elastisitas yang besar berimplikasi pada variabel endogen yang menjadi sangat responsif terhadap perubahan pada variabel eksogen.

fiiteria uji :

1. Apabila nilai elastisitas lebih besa dari satu (q'111) maka dikatakan elastis (responsif), karena perubahan satu persen variabel eksogen mengakibatkan perubahan variabel endogen lebih dari satu persen.

2. Apabila nilai elastisitas antara no1 dan satu (0 < q < Ill), maka &katakan inelastis (tidak responsif), karena perubahan satu persen variabel eksogen akan mengakibatkan perubahan variabel kurang dari satu persen.

3. Apabila nilai elastisitasnya sama dengan no1 ( q = 0) dikatakan inelastis sempurna, karena perubahan satu persen variabel eksogen tidak membawa perubahan terhadap variabel endogen.

4. Apabila nilai elastisitas tak terhingga ( q = -) dikatakan elastis sempurna 5. Apabila nilai elastisitas sama dengan satu ( q = 1) dikatakan unitary

elastis.

Definisi Operasional

1. Penawaran daging domestik adalah tingkat produksi daging dalam negeri yang diiyatakan dalam satuan ton

2. Konsumsi daging dornestik adalah tingkat konsumsi daging dalam negeri yang dinyatakan dalam satuan ton

3. Nilai tukar nil adalah perbandingan antara nilai tukar dengan indeks harga konsumen dialikan dengan 100 yang diiyatakan dengan Rp/Us$

(29)

5. Harga daging impor adalall harga daging yang diiipor pemerintah

untuk

melindungi peternak yang dinyatakan dalam satuan Dollar $ per kg

6 . h p o r daging adalah jumlah seluruh impor daging konsumsi yang dijual atau dipasarkan di pasar domestik dan tidak termasuk impor ilegal dinyatakan dalam ton.

7. Variabel eksogen adalah variabel yang tidak dipengaxhi oleh perilaku variabel lainnya dan memiliki serangkaian nilai tertentu.

(30)

MEKANISME IMPOR DAGJNG SAP1

Impor daging sapi secara umum seperti proses jual beli biasa antara penjual yang berada di luar negeri (eksportir) dan pembeli yang berada di Indonesia (importir). Proses impor daging diawali dengan penerbitan LIC (Letter of Credit) yang dibuka oleh pembeli di Indonesia melalui Bank (issuing bank) yang ada di Indonesia. Selanjutnya melalui correspondent bank yang ada di negara tempat eksportir berada, eksportir mengirimkan dokumen-dokumen pelengkap yang terdii dari : Bill of Landing (BL) yang berkaitan dengan pengiriman barang, Invoice, yang berkaitan dengan spesifikasi barang, serta CertiJkate of Origin (COO) yang menyatakan asal barang yang dipejual-belikan. Dokumen pelengkap tersebut kemudian dikirim ke issuing bank yang ada di Indonesia untuk ditebus oleh importir. Dokumen yang ada pada importir tersebut digunakan untuk mengambil barang yang dikirim oleh penjual.

Daging sapi impor kemudian diangkut oleh kapd pengangkut barang (cargo) internasional yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok. Berbagai prosedur teknis harus dilalui kiilgga cargo merapat di pelabuhan dan membongkar muatan impor bempa daging sapi beku, setelah sampai di Tanjung Priok dilakukan pembongkaran, yaitu pengeluaran kontainer dari cargo. Selanjutnya, prosedur administrasi dilakukan dibawah admiistratur pelabuhan (adpel) di bawah Departemen Perhubungan serta Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC). Daging sapi impor ditempatkan di tempat penampungan se~nentara (container yard) dan dikenakan sewa atas penggunaan sewa (demorage).

Untuk mengambil barang tersebut, importir daging sapi diwajibkan membuat dokumen pabean yang bempa Pemberitahuan Impor Barang (PIB). PIB yang dilengkapi dengan dokumen pelengkap pabean yang terdiri dari BIL, Invoice, dan COO digunakan untuk mengambil barang impor. Namun, PIB belum dapat dibuat tanpa adanya dokumen pelengkap pabean terlebih dahulu. Pembuatan PIB dapat dilakukan melalui bank rekanan DJBC setelah sebelumnya importir melakukan pembayaran bea masuk dan pajak-pajak yang berkaitan dengan impor daging sapi di bank tersebut.

(31)

PIB melalui Electronical Data Interchange System (ED1 System). Ada tiga jalur yang secara teknis diterapkan oleh DJBC dalam proses impor untuk penerapan manajemen resiko, yang didasarkan pada profil importir, jenis komoditi barang, track record, dan informasi-informasi yang ada dalam database intelejen DJBC. Sistem penjaluran barang impor melalui sistem otomasi sehingga intervensi DJBC kemungkinannya kecil. Jalur yang seharusnya diterapkan untuk impor daging sapi adalah jalur merah, yaitu jalur m u m yang dikenakan pada importir baru, importir- importir lama yang merniliki catatan khusus, importir dengan resiko tinggi karena track record yang tidak baik ataupun jenis komoditi tertentu yang diawasi pemerintah. Pengurusannya menggunakan jasa customs atau Perusallaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK). Jalur ini mengharuskan adanya pemeriksaan fisik daging impor dengan tingkat pemeriksaan 10 persen, 30 persen dan 100 persen.

Setelah dieluarkan dari container yard, daging sapi impor harus melalui pemeriksaan karantina, meliputi perneriksaan layak konsumsi dan tingkat kadaluarsa. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dalam negeri. Selain dilengkapi dengan COO, daging sapi yang diimpor ke Indonesia juga umumnya harus diser-tai sertifikat halal. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan DJBC sebagai instansi perwakilan pengawasan impor daging sapi yang meliputi Dinas Petemakan, Departemen Pertanian (Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner), Departemen Perdagangan dan Perindustian, Departemen Kesehatan. Hal ini dilaksanakan demi efisiensi dan efiktifitas pemangkas birokrasi yang harus dilewati importir atau eksportir daliun melaksanakan tataniaga. Mekanisme impor secara grafis dapat dilihat pada gambar.

(32)

bank

+ di Indonesia + di luar

Indonesia di luar negeri

-

negeri

Keterangan : 1. L/C

+--- 1. Dokurnen pelengkap pabean : BIL, Invoice, COO

[image:32.532.24.429.43.788.2]

---+ 2. Pembayaran.

Gambar 3. Mekanisme Transaksi Impor Daging Sapi

(33)

HASLL DAN PEMBAHASAN

[image:33.532.38.466.111.724.2]

Perkembangan Impor Daging Sapi

Tabel 2. Perkembangan Impor Daging Sapi dilihat dari 3 faktor

jml impor daging konsumsi daging Penawaran daging

domestik domestik domestik

%

% % Perubaha

Tahun

ton

Perubahan Ton Perubahan Ton n

176220,O

1990 1422,OO 0,OO 0 0,OO 9825,65 0,00 152431,O

1991 1867,OO 31,29 0 -13,50 10910,70 11,04 163929,O

1992 3 149,OO 68,67 0 7,54 12022,40 10,19 177532,O 266747,l

1993 3050,OO -3,14 0 8,30 0 2118,75

175859,O 254712,5

1994 4799,OO 57,34 0 -0,94 0 -4,51

182333,O 259904,3

1995 7259,OO 51,26 0 3,68 0 2,04

222729,O 319603,2

1996 15773,OO 117,29 0 22,16 0 22,97 253168,O 293143,6

1997 25704,OO 62,96 0 13,67 0 -8,28

227395,5 218581,7

1998 8813,80 -65,71 3 -10,18 3 -25,44 225761,O 215208,l

1999 10552,90 19,73 8 -0,72 8 -1,54

250476,4 223514,l

2000 26962,30 155,50 7 10,95 7 3,86

208104,3 191587,7

2001 16516,60 -38,74 7 -16,92 7 -.14,28 209022,3 197548,5

2002 11473,80 -30,53 8 0,44 8 3,11

212267,4 201596,O

2003 10671,40 -6,99 9 1,55 9 2,04

241339,3 229567,3

2004 11 772,OO 10,31 8 13,70 8 13,87 227108,7 209400,9

2005 17707,73 50,42 0 -5,90 7 -8,79

Rata- 194617,l

lrata 11093,35 29,97 3063953, 2,11 4

83 132,81

(34)

Perkembangan petemakan di Indonesia d i u l a i pada pelita V yang dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan teknis, terpadu, dan agribisnis. Pada tahun 1990 permintaan konsumsi daging domestik mencapai 176220 ton, jumlah impor daging domestik mencapai 1422 ton, dan juga penawaran daging domestiknya 9825.65 ton, perkembangan jumlah impor daging domestik pada tahun 1992 meningkat sampai 68.67% ha1 ini juga diikuti dengan meningkatnya penawaran daging domestik yang mencapai 11.04% tetapi perkembangan konsumsi mengalami turun naik dari -13,5% mencapai 7,54% penyebab naik turunnya konsumsi daging domestik disebabkan oleh variabel konsumsi itu sendiri.

Pada tahun 1993 mengalami kestabilan dimana jumlah impor daging domestik menurun sebesar 3,14%, meningkatnya konsumsi daging domestik sebesar

8,3% dan meningkat secara drastis penawaran daging domestik dari produksi

12022.40 ton menjadi 266747.10 ton dimana persentase peubahannya mencapai 2118.75% kestabilan ini mencapai pimcaknya pada tahun 1996 dimana tejadi peningkatan sebesar 117.29% pada jumlah impor daging domestik, meningkatnya konsumsi daging domestik mencapai 22.16%, dan meningkat juga produksi daging domestik sebesar 22.97%. Hal

i

n

i

disebabkan karena pemerintah meratifkasi kebijakan pasar bebas dimana tata niaga tidak diatur pemerintah maka harga daging dalam negeri akan berada pada posisi yang sama dengan harga daging di pasar dunia. Hal ini memberikan dampak yang negatif bagi petemak lokal karena peternak hanya mendapat surplus ekonomi yang sedikit, pada tahun 1997 mengalami penurunan jumlah impor daging sebesar 62.96%, konsumsi daging domestik juga menurun menjadi 13,67% dan penawaran daging domestik menurun menjadi 8.28%, pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter hal

i

n

i

berdampak juga ke sektor petemakan ha1 ini terliiat dari menurunnya jumlah impor daging yang mencapai - 65,71%, konsumsi daging domestik juga menurun drastis srunpai - 10,18% penawaran daging domestik menurun sampai 25.44%.
(35)

mas& menunjukkan penurunan sebesar 1.54%. Pada tahun 2000 jumlah impor daging do~nestik meningkat cukup tajam yaitu sebesar 155.5% konsumsi daging domestik juga sudah menunjukkan tanda positif yaitu sebesar 10.95% yang menandakan pendapatan penduduk sudah relatif stabil dan penawaran daging domestik meningkat 3.86%. Pemerintali mencanangkan Rencana Strategis Ditjen Bina Produksi Peternakan 2000-2004 dimana adanya reorientasi pembangunan peternakan yang ddunya sentralistik menjadi desentralistik terdapat dua program utama, yaitu: 1) Program Pengembangan Agribisnis Petemakan (PPAP) dan 2) Program Ketahanan Pangan (PKP). Kedua program dari pemerintah ini cukup berhasil menekan laju impor daging disamping juga adanya isu mengenai ancaman penyakit dari luar negen seperti penyakit sapi gila, pada tahun 2001 jumlah impor daging menurun 38.74%, konsumsi daging domestik menurun 16.92% penurunan ini disebabkan karena banyaknya masyarakat beralaih ke produk substitusi, penawaran daging domestik juga mengalami penuunan yaitu sebesar 14.28%. Tahun 2002 sudah mdai menunjukkan kestabilan setelali mengalami krisis pada tahun 1997-1998 dimana jumlah impor daging menurun hingga -30.53% konsumsi daging juga meningkat 0.44% hal ini menunjukkan bahwa isu mengenai penyakit sudah berkurang dan masyarakat hdonesia mulai mengkonsumsi daging, sementara itu penawaran daging domestik juga mengalami peningkatan sebesar 3.1 1%. Tetapi pada tahun 2005 jumlah impor daging meningkat tajam hingga mencapai 50.42%, konsumsi daging berkurang menjadi -5,9% dan penawaran daging domestik menurun menjadi 8.79%. Melihat kenyataan bahwa junilah impor daging meningkat, konsumsi daging menurun dan penawaran daging domestik yang menurun maka pemerintah mencanangkan Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) yang diharapkan dapat terciptanya swasembada daging 2010 dan juga konsumsi daging meningkat.

Model Penduga Impor Daging

(36)

menggunakan uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas,dan uji multikolinearitas. Sedangkan analisis ekonomi digunakan untuk menjelaskan model hasil estimasi dan membandiigkan dengan keadaan yang sebenamya.

Tabel 3. Penduga Parameter Model Volume Impor Daging

Variable 'Oefficien Std. Error t-Statistic Prob.

t

C -17.65207 6.954436 -2.538246 0.0295 LnNTR -1.238339 0.307972 -4.020950 0.0024*

LnhDl -1.599341 0.339647 -4.708840 0.0008*

LnPDD -0.405228 0.11 9878 -3.380324 0.0070* LnkD 2.583713 0.678072 3.810381 0.0034* LnPPK 1.534336 0.465554 3.295720 0.0081*

Adjusted R-squared 0.946459 Prob(F-statistic) 0.000001

*signifikan pada taraf 5%

LnIDS = - 17.65207 - 1.238339*LnNTR - 1.599341*LnHDI - 0.405228*LnPDD

+

2.583713*LnKD

+

1.534336*LnPPK

+

e;, (1)

Koefisien penduga dengan menggunakan Eviews dapat dilihat pada tabel 1 diatas. Model tersebut memberikan gambaran bahwa impor daging (LnIDS) dipengaruhi oleh nilai tukar riil (LnNTR), harga daging impor(LntIDI), penawaran daging domestik (LnPDD), konsumsi daging domestik (LnKD), dan juga pendapatan per kapita (LnPPK).

Uji Ekonometrika (Tabel 1) menunjukkan ballwa persamaan tidak memilii masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian autokorelasi dengan menggunakan perangkat Eviews 4.1 dapat diketahui melalui serial correlation LM

Test, dimana jika nilai probability obs* R-Squared pada model lebih besar dari taraf nyata yang digunakan ( K = 5% ) maka disimpulkan bahwa model persamaan tidak mengalami gejala autokorelasi. Dari model stmktural determinan impor daging didapatkan bahwa nilai probability obs* R-Squared adalah sebesar 0.364905 (Lampiran I), lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu lima persen (a = 5%). Sehingga pada model persamaan yang digunakan tidak mengalami gejaia autokorelasi.

(37)

variannya sama (homoskedastisitas). Pengujian asumsi ini dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticily. Apabila hasil nilai probability obs* R- Squared pada model lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (a = 5%) maka disimpulkan bal~wa model persamaan mempunyai variabel pengganggu yang variannya sama (homoskedastisitas). Dari uji yang dilakukan dirnana nilai dari probability obs* R-Squared adalah sebesar 0.390889 (Lampiran 4), maka

disimpulkan bahwa model persamaan tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Pada uji multikolinieritas dapat diketahui melalui koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Pada model koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda yang digunakan adalah kurang dari nilai R~ yaitu sebesar 10.964306ldianggap bukan rnerupakan suahi masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Namun, multikolinieritas dianggap sebagai masalah serius jika koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien regresi determinasi atau koefisien berganda antar semua variabel secara simultan.

Berdasarkan hasil pendugaan dari Tabel 1, model persamaan memiliki koefisien determinasi (R-Squared) sebesar 0.964306 artinya yaih~ variasi variabel endogennya (Impor Daging) dapat dijelaskan secara linier oleh variabel bebasnya didalam persamaan,yaitu nilai tukar riil, perlawaran daging domestik, konsunsi daging domestik, dan juga pendapatan per kapita sebesar 96,43 persen sedangkan sisanya 3,57 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar persamaan.

(38)

Uji-t menunjukkan bal~wa kelima faktor yang digunakan dalam model semuanya berpengaruh secara signifikan pada tingkat nyata lima persen ( oc = 5% ). Faktor yang berpenganth secara signifkan pada taraf lima persen yaitu tukar riil, penawaran daging domestik, konsumsi daging domestik, dan juga pendapatan per kapita.

Besamya elastisitas dapat menunjukkan derajat kepekaan variabel endogen pada suatu persamaan terhadap perubahan variabel eksogen. Sehingga dapat dikatakan, elastisitas menuijukkan persentase peiubahan variabel endogen terhadap persentase perubahan variabel eksogen.

Hasif Estimasi Model

Penawaran Daging Domestik

Penawaran daging domestik yang dimaksud disini adalah tingkat prod~tksi daging domestik, dalarn teori ekonomi, penawaran dari suatu produk akan berhubungan negatif dengan impor. Perubahan pada penawaran produk akan menyebabkan perubahan impor. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa penawaran daging domestik berpengaruh negatif terhadap impor daging pada taraf nyata lima persen dengan nilai elastisitas sebesar -0.405228 yang artinya setiap kenaikan penawaran daging domestik naik satu persen maka akan menyebabkan penurunan pada impor daging sebesar 0.405228 persen, ceteris paribus. Begitu juga sebaliknya, setiap p e n m a n penawaran daging domestik turun sebesar satu persen akan menyebabkan kenaikan impor sebesar 0.405228 persen, ceteris paribus. Penawaran daging domestik juga be~pengaruh nyata karena akan menentukan kuantitas volume impor daging sapi.

Nilai Tukar Riil

(39)

produk luar negeri akan t m . Hal ini mengakibatkan masyarakat akan memilih mengkonsumsi daging domestik yang harganya relative lebih murah sehingga permintaan akan daging impor menurun dan akhimya impor daging akan berkurang. Nilai h i a r riil juga berpenga-uh signifikan karena menentukan kuantitas impor daging.

Konsumsi Daging Domestik

Dalam teori ekonomi tingkat konsnmsi mempunyai pengaruh positif terhadap impor daging sapi. Perubahan pada konsumsi daging domestik akan menyebabkan perubahan impor. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa konsumsi daging berpengaruh positif terhadap impor daging pada taraf nyata lima persen dengan nilai elastisitas sebesar 2.583713 yang artinya setiap kenaikan konsumsi daging naik satu persen maka akan menyebabkan kenaikan pada impor daging sebesar 2.58371 3 persen, ceteris paribus. Begitu juga sebaliknya, setiap p e n m a n konsumsi daging turun sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan impor sebesar 2.583713 persen, ceteris paribus. Konsumsi daging juga berpengaruh nyata karena akan menentukan kuantitas volume impor daging sapi.

Pendapatan per Kapita

Dalam teori ekonomi pendapatan per kapita mempunyai pengaruh positif terhadap impor daging sapi. Perubahan pada pendapatan per kapita akan menyebabkan perubahan impor. Berdasarkan penelitian diietahui bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap impor daging pada taraf nyata lima persen dengan nilai elastisitas sebesar 1.534336 yang artinya setiap kenaikan pendapatan per kapita naik satu persen maka akan menyebabkan kenaikan pada impor daging sebesar 1.534336 persen, ceteris paribus. Begitu juga sebaliknya, setiap penurunan penawaran daging domestik turun sebesar satu persen akan menyebabkan p e n m a n impor sebesar 1.534336 persen, ceteris paribus. Pendapatan per kapita juga berpengaruh nyata karena akan menentukan kuantitas volume impor daging sapi.

Harga Daging Impor

(40)
(41)

UCAPAN TElUMA KASLH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang Maha Mulia dan Maha Pengasih, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Pada kesempatan kali ini Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta, adikku (Sakti) dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan, perhatian dan materi yang tak terhingga dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc Agr selaku dosen pembimbing utama dan Bapak Ir. B~xhanuddin, MM, selaku dosen pembimbing anggota atas segala bimbingan, ilmu, kesabaran dan nasehatnya yang semakin memacu penulis untuk lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Ujang Sehabudin, selaku dosen penguji seminar atas segala saran dan masukan untuk kesempumaan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Dwi Joko Setyono, MS. dan Bapak Bramada W, S.Pt selaku dosen penguji sidang atas segala saran dan masukan untuk kesempumaan skripsi ini.

5. Bapak Ir Hadiyant0,MS selaku panitia seminar yang telah bersedia membantu dan mengerti atas kekurangan-kekurangan penulis.

6. S e l d i staf FAPET IPB (Pak Tris, Bu Cici, Pak Dodi, Pak Nana, Pak Kamto, Pak Udin dan Pak Tibyan) atas bantuannya dalam memudahkan segala administrasi.

7. Sobat penelitian Aditya Hadiwijoyo dan Rika yang bersama-sama menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman Akrab Toni, Didik, Mahmud, Iwan, Fahmi, Jemi, Dony, Yoga, Hen, Fian, Fais, Inda, Anasya, yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis dari mengambil data sampai siding.

(42)

10. Teman-teman Wisma Lestari (Yeni, Delvia, Mira, Anis, Irma, Marlia, Lenny

dan Ayu) yang sangat membantu penulis memberikan semangat dan

dukungan yang tak terhingga.

11. Teman SEIP yang laen atas kebersamaannya selama kurang lebih 4 tahun.

Bogor, September 2008

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Penting Impor Daging Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta

Bilas, R. A. 1989. Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Forrest, J.C.,E.D. Aberle, H.B. Hedride, M.D. Judge, and R.A. Merkel. 1975. Principles of Meet Science. W.H Freeman and Company. San Francisco. Hadi P.U. dan N. Ilham. 2000. Peluang Pengembangan Usaha Pembibitan Temak

Sapi Potong di Indonesia Dalarn Rangka Swasembada Daging 2005. PSE, Bogor.

Hadi P.U, H.P. Saliem dan N. Ilham. 1999. Pengkajian Konsumsi Daging dan Kebutuhan Impor Daging Sapi dalam Sudaryanto et. al. (eds) Analisis dan Perspektif Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Pasca Krisis Ekonomi. Monograph Series N0.20. PSE. Bogor

Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran. (diterjemahkan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE,MBA). Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Kristanto, K., Quilkey, J., dan Makaliwe,W.H. 1988. Ekonomi Pemasaran Dalanl Pertanian. Yayasan Obor Indonesia dan PT Gramedia. Jakarta

Lipsey, R. G., Paul N. C., Douglas D D., dan Peter 0. S. 1995. Pengantar M i o Ekonomi. (diterjemahkan oleh Drs. A. Jaka Wasana MS dan Ir. Kirbrandoko MS). Penerbit Binampa Aksara, Jakarta.

Mankiw, G. 2000. Pengantar Ekonomi. Jilid 1. Erlangga, Jakarta Mankiw, G. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi 4. Erlangga, Jakarta

Mubyarto. 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian. Pendidian dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta

Napitulu, A.H. 1989. Tata Niaga Peternakan Suatu Pengantar Sistem Koordinasi dan Pasar Berjangka. Jwusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor

Natasasrnita, S., R. Priyanto, dan M. Tauchid, D. 1987. Pengantar Evaluasi Daging. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pindyck, R.S dan D.L Rubinfeld. 1981. Economic Models and Economic Forecasts. McGraw-Hil1,Boston.

Salvatore,D. 1993. Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta

(44)

Soepamo, 1992. I h u dan Teknologi Daging. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta

Sukirno,S. 1994. Pengantar Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Tomek, W.G dan L.R. Kenneth. 1990. Agricultural Product Prices. Cornell

(45)
(46)

Lampiran la. Tabel Data Variabel Permintaan Impor Daging Indonesia jml

impor konsurnsi Nilai penawaran harga daging pendapatan daging Tukar daging daging TabuI domestik perkapita domestik Riil domestik impor

Dala~n Juta

ton RP ton Rp/us$ ton us$/kg

IDS PPK KD NTR PDD HDI

1990 1422 1269.28 176220 6354.02 9825.65 5.467

Lampiran lb. Tabel Data dari Model Cobb-Douglas dengan double log

transformation

(47)

Lampiran 2. Output Regresi Persamaan Impor Daging Indonesia

Dependent Variable: LNXlD Method: Least Squares Date: 07/03/08 Time: 1359 Sample: 1990 2005

Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -17.65207 6.954436 -2.538246 0.0295 LnNTR -1.238339 0.307972 -4.020950 0.0024

LnHDl -1.599341 0.339647 -4.708840 0.0008 LnPDD -0.405228 0.1 19878 -3.380324 0.0070 LnKD 2.583713 0.678072 3.810381 0.0034 LnPPK 1.534336 0.465554 3.295720 0.0081

R-squared 0.964306 F-statistic 54.03174 Adjusted R-squared 0.946459 Prob(F-statistic) 0.000001

"Signifkan pada taraf nyata 5%

Estimation Command

LS LnIDS C LnNTR LnHDI LnPDD LnKD LnPPK Estimation Equation :

LnIDS = C(I)*LnNTR

+

C(2)*LnHDI

+

C(3)*LnPDD

+

C(4)*LnKD +C(S)*LnPPK Substituted Coefficients :
(48)

Larnpiran 3. Uji Serial korelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.486755 Probability 0.503003 Obs*R-squared 0.820942 Probability 0.364905

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/05/08 Time: 08:53

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coeff~cient Std. Error t-Statistic Pxob.

LnHDI 0.185313 0.438351 0.422751 0.6824

(49)

Lampiran 4. Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.976916 Probability 0.546450 Obs*R-squared 10.5833 1 Probability 0.390889

Test Equation:

Dependent Variable: RESIDA2 Method: Least Squares

Date: 07/05/08 Time: 0855 Sample: 1990 2005

Included observations: 16

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -84.98898 116.3037 -0.730750 0.4977 LnNTR 7.196017 6.358627 1.131693 0.3091

LnHDIA2 -0.078843 0.153171 -0.514735 0.6287 LnPDD -1.649268 2.529837 -0.651927 0.5432 LnPDDA2 0.075622 ' 0.1 15454 0.655002 0.5414

LnKD 18.05854 19.18361 0.941352 0.3897

LnPPK -12.23890 10.08954 -1.213029 0.2793

Gambar

Gambar 1. Perdagangan Intemasional di Negara Pengimpor
Gambar I 2. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-faktc
Gambar 3. Mekanisme Transaksi Impor Daging Sapi
Tabel 2. Perkembangan Impor Daging Sapi dilihat dari 3 faktor

Referensi

Dokumen terkait

Penyebaran angket yang peneliti lakukan terhadap 60 responden, tentu memiliki perbedaan karateristik baik itu secara jenis kelamin, usia, banyaknya karyawan di

Dalam mekanisme legislasi di Indonesia Presiden selaku lembaga Eksekutif dan Dewan Penvakilan Rakyat selaku lembaga legislatif yang benvenang untuk merumuskan

Hasil uji statistik bobot gabah per malai tanaman padi yang tidak berbeda nyata pada dua teknik pemberian air pada tanaman padi tersebut menunjukkan bahwa bobot gabah per malai

Karena pendidikan karakter bangsa merupakan sebuah jawaban atas permasalahan yang selama ini dikeluhkan oleh banyak pihak tentang krisis yang terjadi dalam dunia pendidikan

Hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, &#34;asilitas

Perawat anastesi memasukkan obat induksi atas advis Sp An., segera setelah pasien tidur, yang ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata,masker oksigen dipasangkan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan D (penambahan vitamin mix 3 % dari jumlah pakan) memberikan hasil terbaik untuk

Berdasarkan dari uraian latar belakang serta perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Diduga,