• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisiko Kimia dan Erodibilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng ( Studi Kasus desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisiko Kimia dan Erodibilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng ( Studi Kasus desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur)."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP

SIFAT FISIKO KIMIA DAN ERODIBILITAS TANAH

PADA BERBAGAI KEMIRINGAN LERENG

(Studi Kasus Desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur)

Oleh:

FREMY OKTIVIANY A24104081

PROGRAM STUDI LMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SUMMARY

Fremy Otiviany. The Effect of Land Utilization on Soil Physico Chemical and Soil Erodibility in Different Slope’s Gradient (Case Study: Ciputri Village, Pacet Sub-District, Cianjur). Under the supervision ofMoentoha Selari andDwi Putro Tejo Baskoro.

The increasing number of population has caused increasing pressure over land utilization. This condition has caused more convertion of forest land into agriculture land. This convertion degrades land quality, as showed by the deterioration of soil chemical and physical characteristic and increasing erosion and sedimentation.

A research to study the effect of land conversion on soil quality and soil erodibility was conducted in different slope gradient was conducted at Ciputri Village, Pacet Sub-District, Cianjur. To meet the purpose, twenty soil sample were taken from each forest and dry farm on three different slope classes : 3-8 %, 8-15 %, and 15-30 %. The soil sample then analyzed in soil physical laboratory to obtain data of soil physical characteristic. The Soil erodibility index was then calculated using Wischmeier and Smith (1978) formula.

This research shows that bulk density of soil in dry farm is higher than that in forest. While forest permeability value is higher than dry farm, except in slope gradient of 8–15 %. The organic material in the forest is higher than that in dry-farm in the all slope. The percentage of very fine sand and dust in dry dry-farm is relatively higher than those in forest, the opposite was percentage of clay. Based on several physical characteristic of soil mentioned before, it is concluded that Soil erodibility in dry farm is higher than the one in the forest. The Soil erodibility of dry farm are 0.34, 0.33 , and 0.21 for slope gradient of 8-15 %, 3-8 %, and 15-30 % respectively, while the Soil erodibility of forest are 0.32, 0.26, and 0.16 for slope gradient of 3-8 %, 8-15 %, and 15-30 % respectively. The high Soil erodibility found in dry farm shows that dry farm is easier to be degraded by erosion compared to forest. In this case, the factors that are mostly affecting is percentage of very fine sand and dust, percentage of clay, soil organic material, and permeability.

(3)

RINGKASAN

Fremy Oktiviany.Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisiko Kimia dan Erodibilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng ( Studi Kasus desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur). Di bawah bimbingan Moentoha Selari dan Dwi Putro Tejo Baskoro.

Peningkatan jumlah penduduk yang pesat menyebabkan tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan semakin meningkat. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya pemanfaatan lahan hutan menjadi lahan garapan. Konversi lahan hutan menjadi garapan mengakibatkan menurunnya kualitas lahan yang ditandai oleh menurunnya kualitas sifat fisik kimia tanah dan meningkatnya erosi dan sedimentasi.

Penelitian yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konversi lahan terhadap kualitas tanah dan besarnya nilai kepekaan erosi tanah dilaksanakan di desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur. Penelitian dilakukan pada 2 tipe penggunaan lahan yaitu hutan dan tegalan pada kemiringan lereng yang berbeda yaitu 3 – 8 %, 8 – 15 % dan 15 – 30 %. Pada setiap tipe penggunaan lahan dilakukan pengambilan contoh tanah sebanyak 20 pada masing – masing lereng. Contoh tanah dianalisis di laboratorium fisika tanah untuk memperoleh data sifat fisik tanah yang kemudian dilakukan perhitungan nilai K menggunakan rumus Wischmeier dan Smith (1978).

Hasil penelitian menunjukkan nilai bobot isi tegalan relatif lebih tinggi dibanding hutan. Sedangkan nilai permeabilitas hutan lebih tinggi daripada tegalan, kecuali pada lereng 8 - 15% . Kandungan bahan organik pada hutan lebih tinggi dibanding tegalan pada keseluruhan lereng. Sementara itu kandungan persen pasir sangat halus dan debu pada tegalan relatif lebih tinggi daripada hutan, berbeda dengan kandungan persen liat pada tegalan yang lebih rendah daripada hutan. Berdasarkan beberapa sifat fisik tanah di atas, diperoleh nilai kepekaan erosi pada tegalan lebih tinggi dibanding hutan dimana nilai kepekaan erosi tegalan dari yang terbesar adalah 0,34 (8 15%), 0,33 (3 8%), dan 0,21 (15 -30%) dan nilai kepekaan erosi hutan dari yang terbesar adalah 0,32 (3 - 8%), 0,26 (8 - 15%), dan 0,16 (15 - 30%). Nilai kepekaan yang tinggi pada tegalan menunjukkan bahwa tanah tegalan lebih mudah tererosi dibandingkan hutan. Dalam hal ini faktor yang paling berpengaruh adalah persen pasir sangat halus dan debu, persen liat, bahan organik dan permeabilitas.

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP

SIFAT FISIKO KIMIA DAN ERODIBILITAS TANAH

PADA BERBAGAI KEMIRINGAN LERENG

(Studi Kasus Desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

FREMY OKTIVIANY A24104081

PROGRAM STUDI LMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

:

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisiko

Kimia dan Erodibilitas Tanah pada Berbagai

Kemiringan Lereng (Studi Kasus Desa Ciputri

Kecamatan Pacet, Cianjur)

Nama Mahasiswa

: Fremy Oktiviany

NRP

: A24104081

Departemen

: Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Moentoha Selari, MS.

Dr. Ir. D. P. T. Baskoro,MSc

NIP. 19440823 197302 1 001

NIP. 19630126 198703 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 19571222 198203 1 002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Oktober 1985. Penulis

merupakan anak pertama dari pasangan Giyat dan Surani. Penulis memiliki 3

saudara yaitu, Anggraeni Indah Lestari, Triyanti Purnawiwulan, dan Mukhlis

Setyo Nugroho.

Penulis memulai pendidikan pertamanya di TK Harapan Bunda Bogor

pada tahun 1990 yang kemudian dilanjutkan di SDN Bedahan 01 Bogor pada

tahun 1992 dan lulus tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Cibinong kemudian lulus tahun 2001.

Setelah itu penulis melanjutkan ke SMUN 1 Cibinong dan lulus tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi dengan menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa, penulis juga kerap

mengikuti beberapa kegiatan seperti menjadi asisten praktikum Pengembangan

Wilayah, turut berpartisipasi menjadi Tim Pemantau Independen dalam Ujian

Nasional SMP tahun 2008, dan menjadi pengajar dalam Pemberantasan Buta

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji syukur atas Ke-Hadirat Allah SWT

karena berkat rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir Kuliah yang berjudul Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Kimia tanah dan Nilai Erodibilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng

(studi kasus desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur).

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak

kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

terimakasih yang sebesar-besarnya ditujukan khususnya untuk :

1. Bapak Ir. Moentoha Selari, MS. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian serta meluangkan

segenap waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukan beliau sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku Dosen Pembimbing

Skripsi II atas ilmu, arahan dan bimbingannya melalui kemudahan dan

kelancaran yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, penulis

banyak menyampaikan terima kasih.

3. Bapak Dr. Boedi Tjahjono, DEA selaku dosen penguji yang telah memberikan

kesediaan waktu, kemudahan serta arahan bimbingan kepada penulis. Penulis

banyak menyampaikan terimakasih.

4. Ayahanda Giyat, Ibunda Surani, Tari, Anti, Nunu dan Abang atas doa, kasih

sayang, motivasi dan segala dukungan moril maupun materil kepada penulis

selama ini.

5. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS. selaku Ketua Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor atas semangat dan dukungan yang

diberikan selama ini.

6. Seluruh Dosen, staf, dan pegawai Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan khususnya Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya

(8)

7. Rekan-rekan seperjuangan : Santy, Marni, Mei, Ratih, Nika, Siri dan Ima atas

motivasi, bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini serta rekan lain

dalam Keluarga Besar Soiler`s 41 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

8. Keluarga BpkNana, Bpk Ma’mun dan Bpk Ade atas dukungan dan semangat

selama proses pengumpulan data di desa Ciputri Kecamatan Pacet, Kabupaten

Cianjur.

Penulis sangat mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pemerintah Kabupaten Cianjur umumnya, serta secara khusus kepada pemerintah

dan masyarakat desa Ciputri dan juga pihak-pihak lain yang memerlukan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semuanya.Amin.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Tanah ... 3

Sifat Fisik Tanah ... 4

Tekstur ... ... 4

Struktur ... 6

Permeabilitas ... .... 7

Bahan Organik ... 8

Bobot Isi ... ... 9

Erosi ... ... 10

Kepekaan Erosi Tanah (K) dan Faktor yang Mempengaruhinya .... 11

Penetapan Kepekaan Erosi Tanah ... .... 13

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Kepekaan Erosi ... 17

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 20

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi ... 23

(10)

Iklim ... 24

Geologi dan Geomorfologi ... 24

Tanah ... 25

Penggunaan Lahan ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia dan Fisik Tanah ... ... 29

Bahan Organik ... 29

Tekstur ... 31

Permeabilitas ... 33

Bobot Isi ... 36

Nilai Kepekaan Erosi Tanah (K) ... 37

Pengaruh Sifat Fisik Tanah terhadap Kepekaan Erosi (K) …... 40

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Nilai Kepekaan Erosi ………. 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP

SIFAT FISIKO KIMIA DAN ERODIBILITAS TANAH

PADA BERBAGAI KEMIRINGAN LERENG

(Studi Kasus Desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur)

Oleh:

FREMY OKTIVIANY A24104081

PROGRAM STUDI LMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

SUMMARY

Fremy Otiviany. The Effect of Land Utilization on Soil Physico Chemical and Soil Erodibility in Different Slope’s Gradient (Case Study: Ciputri Village, Pacet Sub-District, Cianjur). Under the supervision ofMoentoha Selari andDwi Putro Tejo Baskoro.

The increasing number of population has caused increasing pressure over land utilization. This condition has caused more convertion of forest land into agriculture land. This convertion degrades land quality, as showed by the deterioration of soil chemical and physical characteristic and increasing erosion and sedimentation.

A research to study the effect of land conversion on soil quality and soil erodibility was conducted in different slope gradient was conducted at Ciputri Village, Pacet Sub-District, Cianjur. To meet the purpose, twenty soil sample were taken from each forest and dry farm on three different slope classes : 3-8 %, 8-15 %, and 15-30 %. The soil sample then analyzed in soil physical laboratory to obtain data of soil physical characteristic. The Soil erodibility index was then calculated using Wischmeier and Smith (1978) formula.

This research shows that bulk density of soil in dry farm is higher than that in forest. While forest permeability value is higher than dry farm, except in slope gradient of 8–15 %. The organic material in the forest is higher than that in dry-farm in the all slope. The percentage of very fine sand and dust in dry dry-farm is relatively higher than those in forest, the opposite was percentage of clay. Based on several physical characteristic of soil mentioned before, it is concluded that Soil erodibility in dry farm is higher than the one in the forest. The Soil erodibility of dry farm are 0.34, 0.33 , and 0.21 for slope gradient of 8-15 %, 3-8 %, and 15-30 % respectively, while the Soil erodibility of forest are 0.32, 0.26, and 0.16 for slope gradient of 3-8 %, 8-15 %, and 15-30 % respectively. The high Soil erodibility found in dry farm shows that dry farm is easier to be degraded by erosion compared to forest. In this case, the factors that are mostly affecting is percentage of very fine sand and dust, percentage of clay, soil organic material, and permeability.

(13)

RINGKASAN

Fremy Oktiviany.Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisiko Kimia dan Erodibilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng ( Studi Kasus desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur). Di bawah bimbingan Moentoha Selari dan Dwi Putro Tejo Baskoro.

Peningkatan jumlah penduduk yang pesat menyebabkan tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan semakin meningkat. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya pemanfaatan lahan hutan menjadi lahan garapan. Konversi lahan hutan menjadi garapan mengakibatkan menurunnya kualitas lahan yang ditandai oleh menurunnya kualitas sifat fisik kimia tanah dan meningkatnya erosi dan sedimentasi.

Penelitian yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konversi lahan terhadap kualitas tanah dan besarnya nilai kepekaan erosi tanah dilaksanakan di desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur. Penelitian dilakukan pada 2 tipe penggunaan lahan yaitu hutan dan tegalan pada kemiringan lereng yang berbeda yaitu 3 – 8 %, 8 – 15 % dan 15 – 30 %. Pada setiap tipe penggunaan lahan dilakukan pengambilan contoh tanah sebanyak 20 pada masing – masing lereng. Contoh tanah dianalisis di laboratorium fisika tanah untuk memperoleh data sifat fisik tanah yang kemudian dilakukan perhitungan nilai K menggunakan rumus Wischmeier dan Smith (1978).

Hasil penelitian menunjukkan nilai bobot isi tegalan relatif lebih tinggi dibanding hutan. Sedangkan nilai permeabilitas hutan lebih tinggi daripada tegalan, kecuali pada lereng 8 - 15% . Kandungan bahan organik pada hutan lebih tinggi dibanding tegalan pada keseluruhan lereng. Sementara itu kandungan persen pasir sangat halus dan debu pada tegalan relatif lebih tinggi daripada hutan, berbeda dengan kandungan persen liat pada tegalan yang lebih rendah daripada hutan. Berdasarkan beberapa sifat fisik tanah di atas, diperoleh nilai kepekaan erosi pada tegalan lebih tinggi dibanding hutan dimana nilai kepekaan erosi tegalan dari yang terbesar adalah 0,34 (8 15%), 0,33 (3 8%), dan 0,21 (15 -30%) dan nilai kepekaan erosi hutan dari yang terbesar adalah 0,32 (3 - 8%), 0,26 (8 - 15%), dan 0,16 (15 - 30%). Nilai kepekaan yang tinggi pada tegalan menunjukkan bahwa tanah tegalan lebih mudah tererosi dibandingkan hutan. Dalam hal ini faktor yang paling berpengaruh adalah persen pasir sangat halus dan debu, persen liat, bahan organik dan permeabilitas.

(14)

PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP

SIFAT FISIKO KIMIA DAN ERODIBILITAS TANAH

PADA BERBAGAI KEMIRINGAN LERENG

(Studi Kasus Desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

FREMY OKTIVIANY A24104081

PROGRAM STUDI LMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

:

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Sifat Fisiko

Kimia dan Erodibilitas Tanah pada Berbagai

Kemiringan Lereng (Studi Kasus Desa Ciputri

Kecamatan Pacet, Cianjur)

Nama Mahasiswa

: Fremy Oktiviany

NRP

: A24104081

Departemen

: Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Moentoha Selari, MS.

Dr. Ir. D. P. T. Baskoro,MSc

NIP. 19440823 197302 1 001

NIP. 19630126 198703 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 19571222 198203 1 002

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 1 Oktober 1985. Penulis

merupakan anak pertama dari pasangan Giyat dan Surani. Penulis memiliki 3

saudara yaitu, Anggraeni Indah Lestari, Triyanti Purnawiwulan, dan Mukhlis

Setyo Nugroho.

Penulis memulai pendidikan pertamanya di TK Harapan Bunda Bogor

pada tahun 1990 yang kemudian dilanjutkan di SDN Bedahan 01 Bogor pada

tahun 1992 dan lulus tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Cibinong kemudian lulus tahun 2001.

Setelah itu penulis melanjutkan ke SMUN 1 Cibinong dan lulus tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi dengan menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa, penulis juga kerap

mengikuti beberapa kegiatan seperti menjadi asisten praktikum Pengembangan

Wilayah, turut berpartisipasi menjadi Tim Pemantau Independen dalam Ujian

Nasional SMP tahun 2008, dan menjadi pengajar dalam Pemberantasan Buta

(17)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, Puji syukur atas Ke-Hadirat Allah SWT

karena berkat rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir Kuliah yang berjudul Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Kimia tanah dan Nilai Erodibilitas Tanah pada Berbagai Kemiringan Lereng

(studi kasus desa Ciputri Kecamatan Pacet, Cianjur).

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak

kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

terimakasih yang sebesar-besarnya ditujukan khususnya untuk :

1. Bapak Ir. Moentoha Selari, MS. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian serta meluangkan

segenap waktu, tenaga, dan pikiran di tengah kesibukan beliau sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku Dosen Pembimbing

Skripsi II atas ilmu, arahan dan bimbingannya melalui kemudahan dan

kelancaran yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, penulis

banyak menyampaikan terima kasih.

3. Bapak Dr. Boedi Tjahjono, DEA selaku dosen penguji yang telah memberikan

kesediaan waktu, kemudahan serta arahan bimbingan kepada penulis. Penulis

banyak menyampaikan terimakasih.

4. Ayahanda Giyat, Ibunda Surani, Tari, Anti, Nunu dan Abang atas doa, kasih

sayang, motivasi dan segala dukungan moril maupun materil kepada penulis

selama ini.

5. Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS. selaku Ketua Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor atas semangat dan dukungan yang

diberikan selama ini.

6. Seluruh Dosen, staf, dan pegawai Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lahan khususnya Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya

(18)

7. Rekan-rekan seperjuangan : Santy, Marni, Mei, Ratih, Nika, Siri dan Ima atas

motivasi, bantuan dan dukungan yang diberikan selama ini serta rekan lain

dalam Keluarga Besar Soiler`s 41 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

8. Keluarga BpkNana, Bpk Ma’mun dan Bpk Ade atas dukungan dan semangat

selama proses pengumpulan data di desa Ciputri Kecamatan Pacet, Kabupaten

Cianjur.

Penulis sangat mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pemerintah Kabupaten Cianjur umumnya, serta secara khusus kepada pemerintah

dan masyarakat desa Ciputri dan juga pihak-pihak lain yang memerlukan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semuanya.Amin.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Tanah ... 3

Sifat Fisik Tanah ... 4

Tekstur ... ... 4

Struktur ... 6

Permeabilitas ... .... 7

Bahan Organik ... 8

Bobot Isi ... ... 9

Erosi ... ... 10

Kepekaan Erosi Tanah (K) dan Faktor yang Mempengaruhinya .... 11

Penetapan Kepekaan Erosi Tanah ... .... 13

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Kepekaan Erosi ... 17

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 20

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi ... 23

(20)

Iklim ... 24

Geologi dan Geomorfologi ... 24

Tanah ... 25

Penggunaan Lahan ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia dan Fisik Tanah ... ... 29

Bahan Organik ... 29

Tekstur ... 31

Permeabilitas ... 33

Bobot Isi ... 36

Nilai Kepekaan Erosi Tanah (K) ... 37

Pengaruh Sifat Fisik Tanah terhadap Kepekaan Erosi (K) …... 40

Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Nilai Kepekaan Erosi ………. 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Rata-rata Persen (%) Kandungan Bahan Organik pada Lahan

Hutan dan Lahan Tegalan dengan Kemiringan Lereng

Berbeda ... 29

2. Rata-rata Persen (%) Kandungan Tekstur pada Lahan Hutan

dengan Kemiringan Lereng Berbeda ... 32

3. Rata–rata Persen (%) Kandungan Tekstur pada Lahan Tegalan

dengan Kemiringan Lereng Berbeda ... 32

4. Rata–rata Permeabilitas pada Lahan Hutan dan Lahan Tegalan

dengan Kemiringan Lereng Berbeda ... 34

5. Rata–rata Bobot Isi Tanah pada Lahan Hutan dan Lahan

Tegalan dengan Kemiringan Lereng Berbeda ... 37

6. Nilai Kepekaan Erosi Tanah (K) pada Lahan Hutan dan Lahan

Tegalan dengan Kemiringan berbeda ... 38

7. Persen Pasir Sangat Halus dan Debu, Persen Liat, Persen

Bahan Organik, Permeabilitas dan Nilai Kepekaan Erosi

Tanah pada Lahan I dan II ………... 39

8. Rata–rata kandungan Pasir Halus dan Debu, Liat, Bahan

Organik pada Jenis Tanah Andosol dengan Penggunaan Lahan

Hutan pada kemiringan Lereng Berbeda ... 41

9. Rata–rata kandungan Pasir Halus dan Debu, Liat, Bahan

Organik pada Jenis Tanah Andosol dengan Penggunaan Lahan

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Nomograph Untuk Pendugaan Nilai K ... 16

2. Diagram Alir Penelitian ... 22

3. Peta Administrasi Kecamatan Pacet, Cianjur ... 23

4. Peta Lokasi Penelitian ... 24

5. Peta Lokasi Pengambilan Contoh Tanah ... 26

6. Persentase Luas Penggunaan Lahan Desa Ciputri …………... 27

7. Kondisi Hutan Desa Ciputri ……… 27

8. Kondisi Tegalan Desa Ciputri …...……….…..…… 27

9. Histogram Persen (%) Kandungan Bahan Organik pada Lahan

Hutan dan Lahan Tegalan dengan Kemiringan Lereng Berbeda

…….…...………... 30

10. Histogram Persen (%) Kandungan Tekstur pada Lahan Hutan

dan Lahan Tegalan dengan Kemiringan Lereng Berbeda

….………..………....… 33

11. Histogram Rataan Permeabilitas pada Lahan Hutan dan Lahan

Tegalan dengan Kemiringan Lereng Berbeda ... 34

12. Histogram Rataan Bobot Isi pada Lahan Hutan dan Lahan

Tegalan dengan Kemiringan Lereng Berbeda ……….………... 37

13. Histogram Nilai Kepekaan Erosi Tanah (K) pada Lahan Hutan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Klasifikasi Nilai K (Dangler dan El-Swayfi, 1976) ……... 51

2. Penilaian Permeabilitas Tanah (Hammer,1978) ... 51

3. Klas Kandungan C-Organik (Hadjowigeno dan Widiatmaka,

2001) ...

51

4. Penilaian Struktur Tanah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001)

... 52

5. Perhitungan Nilai Kepekaan Erosi Tanah (K) …………...……. 52

6. Persentase Kandungan Tekstur pada Lahan Hutan dan Lahan

Tegalan ... 52

7. Persentase Bahan Organik pada Lahan Hutan ... 52

8. Karakteristik Sifat Fisik Permeabilitas Tanah pada Lahan

Hutan ... 53

9. Karakteristik Sifat Fisik Bobot Isi Tanah pada Lahan

Hutan ... 53

10. Kurva pF 2,54 dan pF 4,2 pada Lahan Hutan ... 54

11. Persentase Bahan Organik pada Lahan Tegalan ... 54

11. Karakteristik Sifat Fisik Permeabilitas Tanah pada Lahan

Tegalan ... 55

12. Karakteristik Sifat Fisik Bobot Isi Tanah pada Lahan Tegalan

... 55

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk yang begitu pesat dengan keberadaan

luasan lahan yang tetap menyebabkan tekanan terhadap sumberdaya lahan

semakin besar. Kondisi ini memberikan implikasi perubahan pemanfaatan lahan

dari kawasan hutan menjadi lahan garapan masyarakat. Dalam praktiknya

konversi lahan hutan menjadi kawasan budidaya banyak dilakukan oleh

masyarakat tanpa memperhatikan tata ruang yang telah ditetapkan pemerintah.

Pemanfaatan lahan pada wilayah sekitar daerah hutan akan banyak

berpengaruh pada tata air maupun ekosistem sekitarnya. Lahan memiliki arti yang

sangat penting dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan prasarana fisik , menambah

kebutuhan akan lahan. Sementara itu, ketersediaan lahan semakin terbatas dan

dibatasi oleh luas permukaannya yang bersifat tetap. Hal ini dapat mendorong

timbulnya perubahan penggunaan lahan.

Menurut BPLDH (2009) Jawa Barat tercatat luasan hutan lindung sekitar 9

% dari luas wilayahnya, tahun 1994– 2001 luas tegakan hutan lindung berkurang

24 % sementara hutan produksi menurun 31 % dan menyumbangkan erosi sebesar

hampir 33 juta ton pertahun. Perubahan kawasan hutan menjadi tegalan terutama

untuk tanaman sayur akan berdampak meningkatnya erosi sebagai akibat dari

perubahan karakteristik fisik dan kimia tanah. Besar kecilnya erosi diperoleh dari

sifat fisik tanah yang dapat dinyatakan dalam indeks erodibilitas tanah.

Salah satu penyebab perubahan sifat tanah ialah perlakuan manusia

terhadap tanah tersebut. Maka besarnya gangguan manusia pada tanah tersebut

akan mempengaruhi nilai kepekaan erosi (Morgan, 1979). Hillel (1971)

menyebutkan bahwa struktur tanah sangat mudah berubah karena kondisi alami,

aktivitas biologi, dan pengolahan tanah. Struktur tanah bisa menjadi rusak dan

agregat tanah menjadi hancur, bila tanah terlalu sering diolah dan terbuka

terhadap pukulan butiran hujan.

Kepekaan erosi tanah telah menunjukkan mudah tidaknya suatu tanah

(25)

kimia tanah yang saling berinteraksi (Hudson, 1971). Tanah adalah suatu produk

alami yang heterogen dan dinamis, maka sifat dan perilaku tanah akan berbeda

dari satu tempat ke tempat lain, dan berubah dari waktu ke waktu (Arsyad, 2006).

Setiap perbedaan sifat tanah akan menyebabkan perbedaan nilai kepekaan erosi

tanah.

Sedangkan menurut Kandiah (1975), vegetasi dan penggunaan lahan

berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepekaan erosi tanah. Tanaman

penutup tanah dan penggunaan lahan mempengaruhi kandungan bahan organik,

permeabilitas, kapasitas infiltrasi, agregat mantap air, dan porositas tanah.

Penggunaan lahan pada kawasan hutan lindung di desa Ciputri Kecamatan

Pacet, Cianjur ini sebagian besar digunakan untuk tegalan terutama untuk tanaman

sayuran dataran tinggi sepanjang tahun seperti wortel, kubis, bawang daun yang

ditanam secara monokultur maupun tumpang sari. Pemanfaatan lahan yang

intensif di daerah tersebut diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan lahan yang

berdampak pada penurunan tingkat kesuburan dan daya dukung tanah dan pada

tingkat lanjut mengakibatkan banjir, erosi, dan longsor di musim hujan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauhmana pengaruh penggunaan lahan terhadap nilai kepekaan

tanah terhadap erosi.

Tujuan Penelitian ini dimaksudkan bertujuan untuk :

1. Mengkaji perbedaan sifat–sifat fisik tanah yang terjadi di daerah penelitian

sebagai akibat perubahan penggunaan lahan.

2. Menilai besarnya tingkat kepekaan erosi tanah pada kemiringan lereng dan

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah

Tanah merupakan tubuh alam yang berasal dari hancuran batuan dan

bahan organik yang dipengaruhi oleh iklim, topografi, organisme dam waktu.

Pengertian tanah berbeda-beda tergantung dari kepentingan penggunaan tanah

tersebut. Tanah dari segi manfaat memiliki arti : (1) tanah sebagai media tempat

tumbuh tanaman (2) sebagai dasar bangunan dan tempat tinggal dan (3)

sebagai gudang mineral dan bahan-bahan industri (Djunaedi, A. Rachim dan

Suwardi, 2002).

Jenis tanah yang mendominasi di Kecamatan Pacet adalah Andosol dan

Regosol. Kedua jenis tanah tersebut pada umumnya digunakan untuk tanaman

hortikultura baik berupa bunga, sayur-sayuran dan buah-buahan. Andisol di daerah

penelitian merupakan tanah yang terbentuk di lereng– lereng pegunungan, mempunyai

bentuk wilayah berbukit sampai bergunung, fisiografi volkan, dan bahan induk tufa

intermedier dan memiliki ketinggian lebih dari 1000 mdpl (PPT, 1978).

Mineralogi Andisol didominasi oleh liat amorf (alofan) hasil hancuran iklim

dari gelas vulkanik memberikan sifat– sifat khas pada Andisol, diantaranya kapasitas

menahan air tinggi, porositas tinggi, bobot isi rendah dan retensi fosfat tinggi (Tan,

1998). Andosol ialah tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil, agak

tebal, lapisan berwarna hitam, dan lapisan bawah berwarna coklat sampai kuning

kelabu. Tanah ini berbahan organik tinggi di lapisan atas, bertekstur lempung hingga

debu, remah dan gembur, kadang– kadang berpadas lunak, agak masam, kejenuhan

basa sedang dan daya absorbsi sedang sampai tinggi, kerapatan lindak lebih kecil dari

0.85 gr/cm3, alofan menempati kompleks pertukaran paling menonjol. Permeabilitas

sedang dan peka erosi. Profil AC dan A(B)C (Soepraptoharjo, 1979).

Menurut Hardjowigeno (1993) Andosol merupakan tanah yang

berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan, batu apung, sinder, lava

dan atau bahan volkaniklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral

alophan. Tanah ini berwarna hitam atau coklat tua, remah, kandungan bahan organik

tinggi, licin bila dipirid, dengan tekstur sedang, pH berkisar antara 4,5-6,0,

(27)

kambik atau horison A okrik dan horison B kambik, selain itu juga tanah ini

memiliki daya fiksasi P yang tinggi.

Andosol dijumpai di daerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas

2500 mm per tahun tanpa bulan kering, terbentuk dari abu dan tuf volkan di

dataran tinggi dan sekitar kerucut volkan, pada ketinggian 1000 – 1500 meter di

atas permukaan air laut. Profilnya sering didapatkan bersusunan lebih dari satu

dengan tebal, warna, dan tekstur yang agak berlainan. Tanah sangat peka erosi,

sehingga lapisan humus lebih tipis di bagian berlereng dan seringkali lapisan

kuning di bagian bawah sudah tersembul di permukaan (Soepraptohardjo, 1979).

Di Jawa Barat Andisol terdapat di daerah Lembang dan sekitarnya serta di

daerah sekitar G.Gede Pangrango. Aktivitas gunung api yang tinggi di Indonesia,

menghasilkan bahan piroklastik sebagai sumber bahan induk Andisol. Luas

Andisol di Indonesia kurang lebih 5,4 juta hektar atau 2,9 % luas Indonesia ,

tersebar di daerah volkan dan merupakan tanah pertanian penting terutama untuk

perkebunan teh dan tanaman hortikultura (Subagyoet al, 2004).

Regosol merupakan tanah dengan perkembangan profil lemah atau

tanpa perkembangan profil yang berasal dari bahan induk volkan dan bukit pasir

pantai pada iklim dan ketinggian yang beraneka ragam. Perkembangan profil

lemah dikarenakan erosi atau bahan induk yang masih muda. Tanah ini

bertekstur kasar dengan fraksi pasir 60% atau lebih pada kedalaman antara

25-100 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah Regosol di lokasi penelitian

terbentuk dari bahan endapan volkan, pH masam sampai agak basa, warna tanah

coklat tua kekelabuan sampai coklat tua kekuningan dan kandungan basa-basa

(kejenuhan basa) sedang sampai tinggi.

Sifat Fisik Tanah

Tekstur

Tekstur adalah ukuran dan proporsi kelompok ukuran butir– butir primer

mineral tanah. Tekstur adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi

kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat

(28)

butir–butir primer pasir, debu, dan liat yang dinyatakan dalam persen pada massa

tanah. (Djunaediet al, 1999)

Purwowidodo (1986) mengemukakan bahwa secara umum tanah – tanah

dengan kandungan debu tinggi, kandungan liat rendah dan bahan organik rendah

akan lebih mudah tererosi. Biasanya suatu tipe tanah akan menjadi kurang peka

erosi dengan berkurangnya fraksi debu, yang diimbangi oleh kenaikan fraksi pasir

atau fraksi liat. Nisbah dari berbagai kelompok ukuran partikel tanah ini

merupakan suatu ciri khas dan tidak mudah berubah dianggap sebagai suatu ciri

dasar tanah (Soepardi, 1983).

Menurut Donahueet al (1977), tekstur tanah dapat menentukan kecepatan

absorpsi air, kemampuan memegang air, dan aerasi tanah. Tekstur halus banyak

mengabsorpsi air, bersifat plastis dan lekat bila basah serta padat dan kohesiv bila

kering (Hillel, 1971). Tekstur memegang peranan penting terhadap erosi.

Penghancuran tanah oleh pukulan butiran hujan meningkat dengan bertambahnya

ukuran partikel tanah. Tetapi transportasi akan meningkat dengan berkurangnya

ukuran partikel tanah. Oleh sebab itu tekstur liat lebih sukar dihancurkan daripada

pasir, tetapi lebih mudah diangkut (Morgan, 1979)

Menurut Weischmeier dan Smith (1969), sifat–sifat tanah yang menunjang

proses kehilangan tanah ialah: presentase pasir, debu, liat, dan bahan organik, pH,

struktur, dan kerapatan lindak pada lapisan olah dan subsoil; keadaan lereng

permukaan, ruang pori yang terisi udara, pengaruh sisa tanaman, agregasi partikel

tanah, bahan induk, jenis liat, dan interaksi dari faktor – faktor tersebut.

Persentase pasir, debu dan liat harus dianggap mempunyai hubungan yang erat

terhadap sifat fisiko kimia tanah pada lapisan permukaan. Adanya rasio pasir

terhadap debu berkurang, nilai kepekaan erosi menjadi bertambah besar.

Menurut Bryan (1968, dalam Arsyad, 2006), kandungan liat tidak selalu

tepat menggambarkan kepekaan erosi di lapangan. Debu mempunyai peranan

yang positif dan liat mempunyai peranan yang negatif terhadap besarnya

(29)

Struktur

Menurut Purwowidodo (1986), struktur merupakan hasil pengelompokan

jarah–jarah primer tanah menjadi suatu agregat–agregat tanah dengan

penyusunan, tipe, kemantapan tertentu dengan sejumlah ruang pori di antara

jarah–jarah penyusunannya. Struktur mikro dan makro tanah mempunyai

pengaruh besar terhadap laju penyusupan air ke dalam tubuh tanah, yang secara

tidak langsung akan mengurangi laju limpasan (Wisler, 1949 dalam

Purwowidodo, 1986).

Struktur adalah ikatan butir primer ke dalam butir sekunder atau agregat.

Susunan butir–butir primer tersebut menentukan tipe struktur. Tanah yang

bertekstur kersai atau granular lebih terbuka dan lebih sarang dan akan menyerap

air lebih cepat daripada yang bertekstur dengan susunan butir–butir primernya

lebih rapat. Terdapat dua aspek struktur yang penting dalam hubungannya dengan

erosi, yang pertama adalah sifat–sifat fisiko-kimia liat yang menyebabkan

terjadinya flokulasi, dan yang kedua adanya bahan pengikat butir–butir primer

sehingga terbentuk agregat yang mantap (Arsyad, 2006)

Hillel (1971) menjelaskan bahwa tidak seperti tekstur yang relatif konstan,

struktur sangat mudah berubah dari waktu ke waktu karena perubahan kondisi

alami, aktivitas biologi, dan pengolahan tanah. Struktur tanah bisa menjadi rusak

dan agregat menjadi hancur bila tanah terlalu sering diolah dan terbuka terhadap

pukulan butiran air hujan. Kerusakan struktur tanah bisa mengakibatkan

terbentuknya lapisan permukaan yang sangat keras dan relatif sukar ditembus,

yang menghalangi infiltrasi, pertukaran gas, dan pertumbuhan tanaman.

Struktur dapat berkembang dari keadaan lepas maupun keadaan masif.

Beberapa faktor yang mampengaruhi pembentukannya antara lain : (1)

pembasahan dan pengeringan, (2) pembekuan dan pencairan, (3) kegiatan fisik

akar tumbuhan, (4) pengaruh bahan organik ataupun bahan buatan jasad mikro,

dan (5) pengolahan tanah (Soepardi, 1983)

Pada tanah–tanah dengan kandungan debu tinggi peningkatan pH akan

meningkatkan erodibilitas tanah jika struktur tanah granular halus atau sangat

(30)

Permeabilitas

Permeabilitas adalah kualitas tanah untuk meloloskan air atau udara, yang

diukur berdasarkan besarnya aliran melalui satuan tanah yang telah dijenuhi

terlebih dahulu per satuan waktu tertentu. Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh

tekstur, struktur, dan porositas (Sutanto, 2009).

Menurut Millaret al (1958), permeabilitas adalah karakteristik sifat fisik

tanah, berhubungan dengan sifat geometrik yang bisa diukur, misalnya porositas,

distribusi ukuran pori, dan sifat lapisan bawah. Dalam suatu medium yang

mayoritas tersusun pori mikro dengan porositas total yang tinggi tampaknya

menunjukkan permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah

berporositas yang lebih rendah tetapi banyak pori mikronya.

Menurut Morgan (1979), salah satu faktor penentu nilai kepekaan erosi

tanah ialah kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi tanah tergantung dari beberapa

faktor antara lain ukuran pori, stabilitas pori, dan sifat profil tanah. Sedangkan

menurut Hillel (1971), beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas antara

lain tekstur, porositas, serta distribusi ukuran pori, stabilitas agregat, struktur

tanah, dan kandungan bahan organik. Struktur tanah sangat penting dalam

menentukan permeabilitas tanah, karena struktur yang mantap dapat

mempertahankan ruang pori sehingga mempermudah air merembes ke dalam

tanah.

Herudjito (1980, dalam Utami, 1985), mengemukakan apabila tanah

bertekstur halus mempunyai struktur yang baik akan mempunyai nilai

permeabilitas yang lebih tinggi dibandingkan tanah bertekstur kasar. Disebutkan

juga bahwa tampaknya agregasi lebih penting peranannya terhadap permeabilitas

daripada tekstur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya bertekstur granular dan

permeabel kurang peka terhadap erosi dibandingkan tanah yang lapisan bawahnya

padat dan permeabilitasnya rendah (Arsyad, 2006).

Bahan Organik

Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tanaman dan

binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan bahan

(31)

selalu diperbaharui melalui penambahan sisa–sisa tanaman dan binatang serta

mengalami proses pelapukan aktif oleh jasad mikro. Bahan organik merupakan

bahan perekat butiran lepas, dan mempengaruhi sifat fisik tanah (Soepardi, 1983).

Kandungan bahan organik tanah juga mempengaruhi kapasitas infiltrasi

tanah. Wischmeier dan Mannering (1969) menjelaskan bahwa kapasitas infiltrasi

bertambah dengan bertambahnya bahan organik dan hubungan antara bahan yang

terangkut oleh aliran permukaan dan kandungan bahan organik berbanding

terbalik.

Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur

yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung terhadap kekuatan

perusak butir–butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat

aliran air di atas permukaan tanah sehingga mengalir dengan lambat. Bahan

organik dapat menyerap air sebesar dua sampai tiga kali beratnya, akan tetapi

kemampuan ini hanya merupakan faktor kecil dalam pengaruhnya terhadap aliran

permukaan. Pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan

terutama berupa perlambatan aliran permukaan, peningkatan infiltrasi dan

pemantapan agregat tanah (Arsyad, 2006).

Bahan organik sangat penting karena kemampuannya menyerap dan

menahan air yang tinggi sehingga akan mengurangi terjadinya erosi dan juga

meningkatkan kesuburan tanah. Nilai faktor erodibilitas berbeda untuk berbagai

tipe tekstur tanah dan kadar bahan organik dimana pada tekstur lempung berdebu

dengan kombinasi bahan organik 4 % mempunyai nilai faktor erodibilitas cukup

besar yaitu 0,33 (Arsyad, 2006).

Bobot Isi

Bobot isi merupakan berat dari satuan unit utuh yang meliputi ruang pori

dan padatan tanah yang dinyatakn dengan g/cm3 (Thompson dan Troeh, 1975).

Bobot isi dipengaruhi struktur dalam hubungannya dengan penyusunan partikel

tanah ke dalam agregat, tekstur dan pemadatan tanah. Tanah sarang dan lepas

yang mempunyai pori lebih banyak mempunyai bobot isi yang lebih kecil

dibanding tanah padat. Tanah bertekstur halus kisaran bobot isi sekitar 1.0–1.3

(32)

tanah bobot isinya semakin rendah biarpun teksturnya sama. Pemadatan akan

meningkatkan bobot isi karena pengurangan ruang antara partikel tanah dan

menurunkan ruang pori (Israelsen dan Hansen, 1962 ; Soepardi, 1983).

Banyak tanaman beraktivitas baik pada bobot isi sekitar 1.1–1.4 g/cm3.

Pada bobot isi sekitar 1.6 g/cm3 pergerakan air dan perkembangan akar jadi

terbatas. Pada tanah yang sangat kompak (bobot isi lebih besar dari 2.00 g/cm3)

akar tanaman tidak berkembang (Donahueet al, 1977). Bobot isi dapat bervariasi

dari waktu ke waktu atau dari lapisan ke lapisan dengan perubahan ruang pori atau

struktur tanah (Foth and Turk, 1972).

Bobot isi dapat menunjukkan tingkat kepadatan tanah sebagai akibat

mengembang dan mengerutnya volume tanah (Hillel, 1971). Sebagai indeks

kepadatan tanah, bobot isi dapat digunakan untuk menghitung jumlah dan

distribusi ukuran pori, jumlah kebutuhan air dan pupuk yang hatus ditambahkan

(Baver, 1959).

Erosi

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah

dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Di daerah

beriklim basah erosi oleh airlah yang penting, sedangkan erosi oleh angin tidak

berarti. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik

untuk untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk

menyerap dan menahan air, Tanah yang terangkut tersebut akan diendapkan di

tempat lain; didalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, diatas tanah pertanian

dan sebagainya (Arsyad, 2006).

Menurut Schwabet al (1981), tipe erosi dibedakan menjadi erosi geologi

dan erosi dipercepat. Erosi geologi merupakan proses pengangkutan tanah yang

terjadi secara alami, sedangkan erosi yang dipercepat banyak dipengaruhi oleh

aktivitas manusia di suatu lahan.

Hudson (1976, dalam Seta, 1991) menyederhanakan faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya erosi menjadi dua golongan saja : (a) erosivitas dan (b)

(33)

lahan dari hutan menjadi ladang dan penebangan kayu untuk bahan bangunan

yang tidak bisa dikendalikan (Yusmandhany, 2000).

Sifat–sifat tanah yang mempengaruhi erosi ialah (a) tekstur, (b) struktur,

(c) bahan organik, (d) kedalaman solum, (e) sifat lapisan bawah, dan (f) tingkat

kesuburan tanah. Sedangkan Kohnke dan Bertrand (1959) mengelompokkan

pengaruh sifat tanah terhadap erosi sebagai berikut : (a) sifat–sifat tanah yang

mengurangi dispersi butir – butir tanah, yaitu kandungan bahan organik dan liat

tinggi, aktivitas biologi terjamin, kesuburan tanah tinggi, kelembaban tanah

sedang pada saat permulaan hujan lebat, dan permukaan tanah terkonsolidasi; (b)

sifat–sifat tanah yang mengurangi transportasi yaitu tingginya persen pasir dan

kerikil serta pertikel tanah dan bahan organik; (c) sifat–sifat tanah yang

mengurangi kerusakan tanah akibat aliran permukaan yaitu pori udara tinggi,

kelembaban tanah sedang pada saat permulaan hujan jatuh, dan kapasitas

perkolasi tinggi. Perbedaan sifat–sifat ini akan menentukan ketahanan suatu tanah

terhadap erosi (Arsyad, 2006).

Wilayah beriklim basah seperti Pulau Jawa dan Sumatera serta

pulau-pulau kecil di sekitarnya, sebagian besar lahan sudah dimanfaatkan untuk

budidaya pertanian menetap, perladangan berpindah, hutan produksi dan

sebagainya. Lahan-lahan tersebut pada umumnya rawan erosi, disebabkan oleh

berbagai faktor, yaitu: (1) curah hujan yang tinggi, baik kuantitas maupun

intensitasnya; (2) lereng-lereng yang curam, kecuali sebagian wilayah pantai

seperti pantai utara Jawa, dan pantai timur Sumatera; (3) tanah yang peka erosi;

dan (4) Praktek pertanian yang tidak disertai upaya pengendalian erosi

(Abdurachmanet al, 2005).

Pada tanah yang permukaannya telah gundul (tanpa tanaman-tanaman

pelindung), yang diakibatkan karena pengelolaan yang salah, pada penanaman

yang mengabaikan metode dan cara-cara yang baik, penebangan liar yang

terus-menerus, maka partikel-partikel tanah dan bagian-bagian tanah permukaannya

baik karena pengaruh air hujan ataupun angin, secara langsung maupun tida

langsung dan cepat akan terpindahkan sampai pada penghilangan

elemen-elemennya penting. Pengerasan tanah yang dipercepat ini dikenal sebagai erosi

(34)

Kepekaan Erosi Tanah (K) dan Faktor Yang Mempengaruhinya Cook (1936, dalam Arsyad, 2006) menyebutkan bahwa kepekaan erosi

tanah sebagaiSoil Erodibility. Sedangkan Middleton (1930, dalam Arsyad, 2006)

menyebut kepekaan erosi tanah sebagai Soil Erosivity serta menyajikan indeks

erodibilitas berdasarkan data analisa laboratorium. Terdapat dua indeks yang

dapat menjadi dasar dalam mempelajari sifat tanah dan erosi adalah : (1) Sifat

yang mempengaruhi dispersi, dan (2) Sifat yang mempengaruhi penyerapan air

oleh tanah (Arsyad, 2006).

Kepekaan suatu tanah terhadap erosi atau nilai erodibilitas suatu tanah,

ditentukan oleh : (1) ketahanan tanah, (2) kemampuan tanah untuk menyerap air

(infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa

tanah dihancurkan oleh air (baik air hujan maupun limpasan permukaan), dan

infiltrasi/perkolasi menentukan volume limpasan permukaan (yang mengikis dan

mengangkut hancuran,massa tanah). Jadi makin sukar tanah menyerap air, makin

besar limpasan permukaan, makin besar massa tanah terkikis dan terangkut,

sehingga nilai erodibilitas juga semakin tinggi (Utomo 1994).

Bennet (1926. dalam Arsyad, 2006) mengemukakan adanya perbedaan

kepekaan untuk tererosi dari berbagai jenis tanah yang berbeda. Kepekaan tanah

terhadap erosi atau kepekaan erosi tanah menunjukkan mudah atau tidaknya tanah

mengalami erosi, ditentukan oleh berbagai sifat fisik dan kimia tanah. Kepekaan

erosi tanah merupakan pernyataan keseluruhan pengaruh sifat – sifat tanah dan

bebas dari pengaruh faktor–faktor penyebab erosi lainnya.(Arsyad, 2006)

Menurut Wischmeier dan Smith (1965 dalam Arsyad, 2006) faktor

erodibilitas tanah atau kepekaan erosi tanah atau erodibilitas tanah (K) adalah

rata-rata jumlah tanah tererosi (ton/ha) per unit indeks erosivitas hujan pada

sebidang lahan dengan panjang lereng 22,1 m dan kemiringan lereng 9%

senantiasa dalam keadaan tanah tanpa vegetasi dan tanpa tindakan konservasi

tanah paling sedikit selama 2 tahun.

Coster (1938 dalam Arsyad, 2006) dari hasil penelitiannya di berbagai

tempat di Pulau Jawa menunjukan bahwa tanah Regosol dari bahan volkan dan

tanah grumusol dari bahan induk mergel merupakan tanah yang sangat peka

(35)

batuan volkan. Menurut Morgan (1979) sifat–sifat tanah yang mepengaruhi

erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, tingkat agregasi tanah,

porositas dan permeabilitas tanah, kandungan bahan organik tanah dan komposisi

kimia dalam tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi atau kepekaan erosi tanah yang

menunjukkan mudah atau tidaknya tanah mengalami erosi, ditentukan oleh

berbagai sifat fisik dan kimia tanah (Arsyad, 2006).

Kepekaan suatu tanah terhadap erosi atau nilai erodibilitas suatu tanah,

ditentukan oleh : (1) ketahanan tanah, (2) kemempuan tanah untuk menyerap air

(infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa

tanah dihancurkan oleh air (baik air hujan maupun limpasan permukaan), dan

infiltrasi/perkolasi menentukan volume limpasan permukaan (yang mengikis dan

mengangkut hancuran,massa tanah). Jadi makin sukar tanah menyerap air, makin

besar limpasan permukaan, makin besar massa tanah terkikis dan terangkut,

sehingga nilai erodibilitas juga semakin tinggi (Utomo, 1994).

Kandiah (1977, dalam Purwowidodo, 1986) membagi sifat tanah yang

mempengaruhi erodibilitas tanah menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1) sifat

tanah yang mempengaruhi infiltrasi tanah, kohesi, ketahanan struktur tanah,

ketahanan terhadap dispersi dan kekuatan tanah, dan (2) pengaruh penggunaan

lahan, tanaman penutup tanah dan tindakan pengelolaan lahan.

Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan bahwa sifat–sifat tanah

yang mendorong terjadinya kehilangan tanah akibat kekuatan hujan mencakup:

presentase pasir, debu, liat dan bahan organik, pH tanah, kerapatan limbak lapisan

olah dan lapisan bawah permukaan, kecuraman dan kecekungan lereng; ruang pori

udara; pengaruh sisa tanaman; agregasi; bahan induk.

Penetapan Kepekaan Erosi Tanah

Kepekaan tanah terhadap daya menhancurkan dan penghanyutan oleh air

curahan hujan disebut erodibilitas. Indeks erodibilitas yang ditetapkan di

laboratorium tidak dapat dimanfaatkan untuk menduga besarnya erosi yang akan

terjadi sebenarnya di lapangan. Suatu tanah yang mempunyai kepekaan rendah

(36)

curam dan panjang serta curah hujan dengan intensitas yang tinggi (Arsyad,

2006).

Dari hasil penelitian di Cuba, Bennet (1926, dalam Arsyad, 2006)

mendapatkan hubungan yang erat antara besarnya erosi yang terjadi dengan

perbandingan SiO2/ (Fe2O3+Al2O3) dalam tanah. Sedangkan Bouyoucos (1935

dalam Morgan, 1979) menduga kepekaan erosi tanah dari rasio persen debu dan

pasir terhadap persen liat. Andre dan Anderson (1961, dalam Arsyad, 2006)

menghitung indeks kepekaan erosi dengan rumus:

a K =

---b– c

dimana K = kepekaan erosi tanah, a = luas permukaan butir– butir > 0.05 mm, b

= persen debu dan liat dalam tanah terdispersi, dan c = persen debu dan liat dalam

tanah tidak terdispersi. Chorley (1959, dalam Arsyad, 2006) menghitung indeks

erodibilitas di lapang dengan rumus :

1

K = ---(rata– rata terhadap pengikisan x permeabilitas)

Sedangkan Woodburn dan Kozacyn (1956, dalam Arsyad, 2006) menghitung

melalui uji laboratorium dengan membandingkan besarnya erosi yang terjadi pada

masing–masing jenis tanah yang diberi standard curah hujan intensitas tinggi.

Bryan (1968,dalam Arsyad, 2006) menghitung dengan persen kandungan agregat

tanah yang stabil dalam air (agregat > 0.5 mm). Disamping itu Voznesensky dan

Artsruui (1940,dalam Morgan, 1979) menghitung dengan :

Indeks dispersi x indeks daya memegang air K =

Indeks agregat

Kesemua penemuan ini telah dicobakan, namun hasilnya tidak memuaskan untuk

keperluan dan keadaan lapang. Weischmeier (1959) menetapkan nilai kepekaan

(37)

A K =

---EI30

Dimana K = nilai kepekaan erosi tanah, A = besarnya erosi yang terjadi dari tanah

dalam keadaan standard (tanah terbuka, pada lereng 9 %, panjang lereng 22.6 m

atau 72.6 kaki bentuk lereng rata), EI30 = indeks erosi hujan dalam ton meter per

hektar.

Pengukuran kepekaan erosi tanah dengan cara pengamatan lapang ini

membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Maka Wischmeier et al (1971)

menetapkan kepekaan erosi tanah dengan analisa laboratorium secara statis.

Untuk itu digunakan parameter sebagai berikut : (1) persen debu dan pasir sangat

halus (ukuran 50–100 U), (2) persen pasir kasar (ukuran 100–2000 U) (3) persen

bahan organik, (4) permeabilitas, dan (5) struktur. Masing–masing parameter

diberi angka tertentu kemudian dimasukkan ke dalam Nomograph pada Gambar 1. Nilai kepekaan erosi yang didapatkan dari metoda ini paling mendekati nilai K aktual. Untuk tanah–tanah yang mengandung 70% debu dan pasir sangat halus,

nomograph akan memberikan persamaan :

100 K = 2.1M

1.14

(10

-4

)(12-a) + 3.25 (b-2) + 2.5 (c-3)

Dimana :

K = erodibilitas tanah ;

M = (% debu + % pasir sangat halus) (100-% liat) ;

a = % bahan organik ;

b = kode struktur tanah ;

c = kelas permeabilitas profil tanah.

Pengaruh Penggunaan lahan Terhadap Kepekaan Erosi

Lahan adalah matrik dasar kehidupan manusia dan pembangunan dan

pembangunan karena hampir semua Aspek kehidupan dan pembangunan, baik

langsung maupun tidak langsung, berkaitan dengan permasalahan lahan

(38)
[image:38.791.133.676.98.441.2]

Gambar 1.Nomograph untuk Pendugaan Nilai K Sumber :

(39)

Sedangkan penggunaan lahan adalah setiap bentuk campur tangan manusia

terhadap sumberdaya lahan, baik bersifat permanen maupun cyclic, yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun kejiwaan atau

keduanya.

Pola tata guna lahan merupakan pencerminan kegiatan manusia di atasnya.

Pengusahaan lahan tergantung pada tingkat penggunaan teknologi, tingkat

pendapatan, hubungan antara masukan dan keluaran pertanian, pendidikan,

penyuluhan, pemilikan lahan dan penguasaan lahan. Oleh karena itu pula dapat

bersifat membangun dapat juga bersifat merusak (Soedarma, 1966).

Penggunaan lahan pada kawasan hutan seperti pembalakan umumnya

meningkatkan erosi tanah dan aliran permukaan. Peningkatan laju erosi setelah

pembalakan lebih disebabkan meningkatnya permukaan terbuka tanah dan

terjadinya pemampatan permukaan tanah akibat gangguan mekanis. Pembalakn

nyata mempengaruhi laju infiltrasi, menjadi lebih rendah sehingga meningkatkan

kemungkinan terjadinya limpasan. Pembalakan dengan melibatkan traktor nyata

juga menurunkan perembihan tanah. Dan secara tidak langsung pembalakan ini

akan mengendalikan faktor–faktor pengendali erodibilitas tanah untuk lebih

berperan dalam peningkatan erodibilitas tanah (Purwowidodo, 1986).

LAL (1981) menyatakan bahwa pembukaan hutan akan mempengaruhi

erodibilitas tanah dan perubahan indeks erodibilitas tanah K akibat pembukaan

hutan juga dipengaruhi oleh kemiringan tanahnya. Vegetasi dan penggunaan lahan

berpengaruh tidak langsung terhadap kepekaan erosi tanah. Tanaman penutup

tanah dan penggunaan lahan mempengaruhi kandungan bahan organik,

permeabilitas, kapasitas infiltrasi, agregat mantap air, dan porositas tanah

(Kandiah, 1975).

Kebanyakan tanah-tanah pertanian di wilayah atasan mempunyai

kecenderungan mempercepat terjadinya erosi karena pengelolaan tanah yang

buruk, penebangan tanaman penutup tanah pada lahan miring, pengolahan tanah

menyilang kontur dan penanaman tidak sejajar/menyilang kontur (Sutanto, 2009).

Menurut Morgan (1979), besarnya gangguan manusia terhadap suatu tanah

(40)

dapat menyebabkan perubahan sifat fisik tanah yang menentukan nilai kepekaan

erosi tanah.

Arsyad (2006) menyatakan bahwa faktor yang menentukan apakah

manusia akan memperlakukan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih

baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang

tidak terbatas antara lain adalah : (a) luas lahan pertanian yang diusahakan, (b)

tingkat pengetahuan penguasaan teknologi, (c) harga hasil usaha tani, (d)

perpajakan, (e) ikatan hutang, (f) pasar dan sumber keperluan usaha tani, dan (g)

infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan.

Masalah pertumbuhan penduduk dengan segala aspeknya yaitu perluasan

kawasan pemukiman ataupun pertanian banyak mempengaruhi terjadinya

(41)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Lokasi penelitian berada di daerah Pasir Sarongge yang secara

administratif termasuk ke dalam desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten

Cianjur. Secara geografis kecamatan Pacet terletak pada 6039’15” LS - 6047’45”

LS dan 1060 57’50” BT – 1070 0,4’45” BT. Jenis tanah di daerah penelitian

terutama di dominasi oleh Andosol. Lokasi penelitian pada saat ini di usahakan

untuk tanaman sayuran sepanjang tahun terutama tanaman wortel, kubis, dan

bawang daun yang ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.

Pada penelitian ini pengamatan lapang, pengambilan contoh tanah, analisa

laboratorium dilakukan mulai Februari sampai April 2009. Sedangkan pengolahan

data dilakukan mulai April sampai Mei 2009. Analisis contoh tanah dilakukan di

Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Laboratorium Sumberdaya Fisik

Lahan, dan Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu

Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang utama adalah contoh tanah yang diambil dari dua

tipe penggunaan lahan yang berbeda yaitu hutan dan tegalan. Pengambilan

contoh tanah dilakukan hanya pada jenis tanah andosol pada setiap kemiringan

lereng 3–8 %, 8–15 %, dan 15–30 %. Contoh tanah kemudian dianalisis di

laboratorium guna memperoleh data sifat–sifat fisik dan kimia tanah diantaranya

permeabilitas, kandungan bahan organik, kandungan tekstur, bobot isi, dan kurva

pF.

Bahan Penelitian yang lain adalah Peta Rupa Bumi Lembar Cugenang skala

1:25000 (BAKOSURTANAL, 1999), Peta Rupabumi Lembar Pacet skala

1:10000 (BAKOSURTANAL, 1999) dan Peta Digital Tanah Semi Detil DAS

Citarum Tengah III, Jawa Barat skala 1:50000 (PPT, 1980). Data tersebut

diperoleh dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W),

(42)

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sampel, GPS,

Abney Level, kompas, meteran, gergaji, cangkul, sekop, pisau dan plastik sampel

tanah yang digunakan dalam pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah.

Untuk analisa laboratorium digunakan bahan dan alat sesuai dengan metode yang

dipakai dalam penetapan tekstur, bahan organik, permeabilitas, dan bobot isi.

Untuk pengolahan data serta penyusunan laporan digunakan seperangkatPersonal

Computer (PC) dan software Arcview 3.2, Microsoft Excel 2007, dan Microsoft

Word 2007.

Metode Penelitian

Pada daerah penelitian dilakukan pengambilan contoh tanah untuk

memperoleh data sifat fisik tanah dan nilai kepekaan erosi tanah (K). Pengambilan

contoh tanah dilakukan pada dua tipe penggunaan lahan yaitu hutan dan tegalan

pada jenis tanah yang sama dan kemiringan lereng yang berbeda. Contoh tanah

yang diambil pada masing–masing tipe penggunaan lahan dengan kemiringan

berbeda sebanyak 20 sampel contoh tanah utuh yang diambil secara acak dan 3

sampel contoh tanah terganggu yang diambil secara komposit dengan kedalaman

0-20 cm dan jarak antartitik sampel adalah ± 1 meter.

Adapun sifat–sifat fisik tanah yang dianalisis yaitu persen debu dan pasir

sangat halus, persen liat, persen bahan organik, permeabilitas, struktur, bobot isi,

dan kurva pF. Pada analisis permeabilitas, bobot isi, dan kurva pF dilakukan

dengan menggunakan masing-masing 10 sampel tanah utuh. Sedangkan analisis

bahan organik dan tekstur menggunakan masing-masing 3 sampel tanah

terganggu. Untuk struktur tanah ditetapkan di lapang. Secara umum Diagram Alir

Penelitian tertera padaGambar 2.

Perhitungan nilai erodibilitas tanah (K) dilakukan dengan menggunakan

data parameter tanah sebagai berikut : (1) persen kandungan tekstur, (3) persen

bahan organik, (4) permeabilitas, dan (5) struktur tanah. Selanjutnya untuk

mendapatkan nilai erodibilitas tanah, menurut Weischmeier dan Smith (1978) data

yang telah diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

(43)
[image:43.612.208.437.87.600.2]

Gambar 2.Diagram Alir Penelitian Identifikasi tujuan

penelitian

Seleksi lokasi penelitian berdasarkan Peta Tanah PPT skala 1:50000 dan Peta Rupabumi

skala 1:10000.

Penentuan lokasi contoh dan pengamatan lapang

Pengambilan contoh tanah utuh dan terganggu di lapisan atas (0-20 cm)

Analisis Laboratorium

Data Tekstur, Kandungan Bahan Organik, Permeabilitas, dan bobot isi

Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (Wicshmeier dan Smith,1978)

Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Erodibilitas

(44)

Dimana : K = erodibilitas tanah ;

M = (% debu + % pasir sangat halus) (100-% liat) ;

Bila data tekstur yang tersedia hanya fraksi pasir, debu, dan liat %.

Maka pasir sangat halus dianggap sepertiga dari persen pasir

a = % bahan organik ;

b = kode struktur tanah ;

c = kelas permeabilitas profil tanah.

Contoh penggunaan rumus untuk menghitung nilai kepekaan erosi adalah sebagai

berikut dengan contoh data yang diperoleh disajikan di bawah ini :

- persentase debu dan pasir sangat halus : 65 %

- persentase liat : 30 %

- persentase bahan organik : 3 %

- Struktur tanah granular halus : 2

- Permeabilitas tanah lambat sampai sedang : 4

2.1 M1.14 (10-4) (12-a) + 3.25 (b-2) + 2.5 (c-3) K =

100

2.1 45501.14 (10-4) (12 - 3) + 3.25 (2– 2) + 2.5 (4– 3) K =

100 27.96371044 + 2.5 K =

100

K = 0.30

Pada penggunaan Nomograf Erodibilitas Tanah, parameter sifat– sifat fisik

di atas diberi angka tertentu kemudian dimasukkan ke dalam nomograf seperti

pada Gambar 1 sehingga didapatkan nilai kepekaan erosi. Gambar 1 menunjukkan prosedur penetapan nilai K.

Contoh penggunaan Nomograf (Wischmeier dan Smith, 1978)

- persentase debu dan pasir sangat halus : 65 %

- persentase pasir kasar : 5 %

- persentase bahan organik : 3 %

(45)

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Letak Geografis dan Administrasi

Lokasi penelitian terletak di daerah Pasir Sarongge yang secara

administratif termasuk ke dalam desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten

Cianjur. Lokasi Penelitian berada pada ketinggian antara 1120–1230 m dpl

dengan bentuk wilayah berombak sampai bergelombang antara 5–15 % dan

berbukit sampai bergunung yang lereng antara 15–35% ( PPT, 1978 ). Batas-batas

wilayahnya adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Ciherang

Sebelah Selatan : Desa Galudra, Kecamatan Cugenang

Sebelah Timur : Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang

Sebelah Barat : Desa Ciherang

Peta administrasi kecamatan Pacet dan peta lokasi penelitian dapat dilihat

[image:45.612.153.489.407.639.2]

padaGambar 3 dan 4.

(46)
[image:46.612.164.474.79.298.2]

Gambar 4.Peta Lokasi Penelitian

Kondisi Fisik Geografis Iklim

Berdasarkan data dari stasiun Pacet yang diperoleh dari Pusat Penelitian

dan Pengembangan Agroklimat (2006) dalam periode 2001-2005 kelembaban

udara di daerah penelitian berkisar antara 70-88 (%) dan temperatur rata-rata

sebesar 210C. Menurut stasiun klimatologi SMPK KPPS, desa Ciputri memiliki

curah hujan rata–rata sebesar 2000–2300 mm/tahun. Curah hujan terbesar terjadi

pada bulan Januari–Maret, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli

– September.

Menurut system klasifikasi iklim Oldeman (1975) daerah penelitian

termasuk ke dalam tipe iklim A yang mempunyai bulan basah ≥ 200 mm/bulan,

lebih dari 9 bulan dan bulan kering≤ 100mm/bulan dengan curah hujan kurang

dari 2 bulan. Selanjutnya berdasarkan kriteria Schmidt dan Ferguson (1951)

termasuk dalam tipe ilkim A dengan nilai Q (presentase jumlah rata–rata bulan

kering terhadap bulan basah) sama dengan nol karena tidak terdapat bulan kering

(47)

Geologi dan Geomorfologi

Bahan induk di lokasi penelitian termasuk dalam formasi geologi Qyg

(Quarternary young volcanic) yaitu Breksi dan lahar dari Gunung Gede. Terdiri

dari Batu pasir tufaan, serpih tufaan, breksi tufaan dan aglomerat tufaan

membentuk dataran Cianjur (PPPG, 1972). Wilayah tersebut merupakan lungur–

lungur Volkan dengan punggung membulat dengan lembah–lembah berdinding

terjal dan dalam serta agak rapat, dan mempunyai bentuk wilayah berombak

sampai bergelombang dengan lereng 5-15% berbukit sampai bergunung lereng

antara 15–35% ( PPT, 1978 ).

Secara fisiografi daerah penelitian dan sekitarnya secara umum termasuk

ke dalam sistem Volkan yang merupakan lereng Gunung Gede sebelah timur.

Lokasi penelitian merupakan wilayah dengan fisiografi volkan dengan bahan

induk tufa intermedier. Berdasarkan ketinggian, lereng, dan pola alirannya,

fisiografi volkan di bedakan menjadi lereng bawah, lereng tengah dan lereng atas.

Lokasi penelitian mencakup wilayah lereng atas.

Daerah lereng bawah terdapat di sebelah barat Cianjur melingkari Gunung

Gede dengan jalur alur yang menyempit mengikuti jalan Cianjur–Puncak. Bentuk

wilayah berombak sampai bergelombang dengan lereng antara 5–10% terbentuk

dari formasi breksi dan lahar Gunung Gede. Penggunaan lahan saat ini berupa

sawah berteras dengan

Gambar

Gambar 1. Nomograph untuk Pendugaan Nilai K
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Pacet, Cianjur.
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sampel yang sudah terkumpul dianalisis di laboratorium untuk menentukan nilai kandungan C-organik dan permeabilitas tanah dan akan di tentukan juga pengaruhnya

Organik dari empat tipe penggunaan lahan yang berbeda, menunjukkan bahwa nilai C- Organik berada pada kriteria tinggi sampai rendah seperti yang ditampilkan pada

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik tanah pada posisi lereng dan penggunaan lahan yang berbeda; (2) mengkaji nilai keragaman karakteristik

Semakin lama umur tanaman maka tektur tanah semakin beragam dengan peningkatan jumlah pasir serta penurunan partikel debu dan liat pada areal reklamasi, hal tersebut dapat

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik tanah pada posisi lereng dan penggunaan lahan yang berbeda; (2) mengkaji nilai keragaman karakteristik

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kimia Ca, Mg, K, Na, KTK, KB dan C-Organik memiliki kriteria sedang sampai tinggi sehingga berpengaruh pada

Interaksi antara tingkat kemiringan dan penggunaan LCC Mucuna bracteata tidak mempengaruhi semua variabel sifat fisik tanah dan pertumbuhan akar tanaman kelapa

Pada lahan bambu yang memiliki pH masam juga namun kandungan C-organik sedang dan N-total rendah dengan total populasi fungi terendah yaitu 0,37 x 105 CFU g-1.. Populasi dan nilai