PENETAPAN TINGKAT ERODIBILITAS TANAH BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG DI KECAMATAN PANCUR BATU
DENGAN BERBAGAI METODA
SKRIPSI Oleh :
Lenny Widya P 050303031
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENETAPAN TINGKAT ERODIBILITAS TANAH BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG DI KECAMATAN PANCUR BATU
DENGAN BERBAGAI METODA
SKRIPSI Oleh :
Lenny Widya P 050303031
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Jamilah SP,MP) (Prof. Ir Lahuddin Musa, M.S)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Pancur Batu is settlement area and also have a level erodibility that can increased continous. Pancur Batu also have a different slope that affect a kind of plant on the area. For know about level erodibility in Pancur Batu necessary do a research about erodibility. This research with use survey method with use GPS with a map of slope area.so that get 4 types area. As for parameter perceived is texture land, permeability, structure land and the organic matter amount in land and use 3 methode determine for know a level erodibility in Pancur Batu is Boycous, Weischmeier and also Nomograph.
For all parameter perceived so Pancur Batu have a level erodibility rather so that land susceptible to erosion caused. For this have been happened a different slope, human activity where exploiting conservation and covered vegetation or not.
ABSTRAK
Kecamatan Pancur Batu merupakan kawasan permukiman dan memiliki jenis kemiringan lereng yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi jenis tanaman yang ditanam pada setiap lokasi. Untuk itulah maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat erodibilitas tanah yang terdapat di kawasan Pancur Batu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan GPS dan peta jenis kemiringan lereng sehingga didapat 12 titik sampel dengan 4 kemiringan lereng. Adapun parameter yang diamati dalam penentuan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik yang terkandung dalam tanah dan menggunakan tiga metode penentuan tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan rumus Boycous, Weischmeier dan dengan menggunakan Nomograph sehingga dapat diprediksi tingkat erodibilitas tanah yang terjadi di kawasan Pancur Batu.
Dari seluruh parameter yang diamati maka kawasan Pancur Batu memiliki tingkat erodibilitas yang rendah dimana tanah tersebut peka terhadap erosi. Hal ini disebabkan kemiringan lereng, aktivitas manusia yang memanfaatkan kaidah konservasi seperti faktor teras tanah dan ada tidaknya tanaman penutup tanah
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
Adapun judul dari skripsi ini adalah Penetapan Tingkat Erodibilitas
Tanah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kecamatan Pancur Batu Dengan Berbagai Metoda yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Jamilah SP, MP selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Lahudin Musa, MS
selaku anggota komisi pembimbing serta kepada orang-orang yang telah turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini , kepada Ayahanda Jelson Purba, S.Pd
dan Ibunda Ludiah Saragih, Amd yang telah banyak membantu dalam dukungan
doa dan materil serta rekan- rekan dan semua pihak yang selalu memberi
dukungan moril untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar diharapkan untuk
menjadikannya yang lebih baik.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 30 Juni 1987 dari ayahanda
J. Purba S.Pd dan Ibunda L. Saragih, Amd. Penulis merupakan putri pertama dari
tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di SD
Negeri No. 060664 Kandibata, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada
tahun 2002 di SMP RK Xaverius 2 Kabanjahe dan Sekolah Menengah Umum
pada tahun 2005 di SMU Negeri 1 Pematang Raya. Penulis masuk perguruan
tinggi pada tahun 2005 melalui jalur SPMB di Universitas Sumatera Utara
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tahun
2008 di PTPN III Kebun Dolok Masihol Kecamatan Deli Serdang Provinsi
DAFTAR ISI
ABSTRACK ...i
ABSTRAK ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
RIWAYAT HIDUP ...iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ...1
Tujuan penelitian ...2
Kegunaan penelitian ...2
TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas ...3
Faktor yang mempengaruhi Erodibilitas 1. Tekstur ...7
2. Struktur ...8
3. Permeabilitas ...10
4. Bahan Organik...11
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ...14
Bahan dan Alat ...14
Metode Penelitian ...14
Pelaksanaan Penelitian ...15
Peubah Amatan ...16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...17
Kemiringan Lereng ...17
Tekstur Tanah ...18
Kandungan Bahan Organik ...19
Struktur Tanah ...20
Permeabilitas Tanah ...21
Prediksi Nilai Erodibilitas Menurut Boycous ...22
Menurut Weischmeier ...23
Pembahasan ...25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...28 Saran ...28
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah- Tanah ... 5
2. Deskripsi Nilai M (Tekstur Tanah) ... 8
3. Deskripsi Harkat Struktur Tanah ... 10
4. Deskripsi Harkat Permeabilitas Tanah ... 11
5. Kriteria Bahan Organik ... 13
6. Deskripsi Titik Koordinat Sampel ... 17
7. Deskripsi Nilai M dari setiap Titik Sampel ... 18
8. Deskripsi Kandungan Bahan Organik Setiap Titik Sampel ... 19
9. Deskripsi Harkat Struktur Tanah dari Setiap Titik Sampel ... 20
10.Deskripsi Harkat Permeabilitas Tanah dari setiap Titik Sampel 21 11.Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Boycous ... 22
12.Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Weischmeier ... 23
ABSTRACT
Pancur Batu is settlement area and also have a level erodibility that can increased continous. Pancur Batu also have a different slope that affect a kind of plant on the area. For know about level erodibility in Pancur Batu necessary do a research about erodibility. This research with use survey method with use GPS with a map of slope area.so that get 4 types area. As for parameter perceived is texture land, permeability, structure land and the organic matter amount in land and use 3 methode determine for know a level erodibility in Pancur Batu is Boycous, Weischmeier and also Nomograph.
For all parameter perceived so Pancur Batu have a level erodibility rather so that land susceptible to erosion caused. For this have been happened a different slope, human activity where exploiting conservation and covered vegetation or not.
ABSTRAK
Kecamatan Pancur Batu merupakan kawasan permukiman dan memiliki jenis kemiringan lereng yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi jenis tanaman yang ditanam pada setiap lokasi. Untuk itulah maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat erodibilitas tanah yang terdapat di kawasan Pancur Batu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan GPS dan peta jenis kemiringan lereng sehingga didapat 12 titik sampel dengan 4 kemiringan lereng. Adapun parameter yang diamati dalam penentuan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik yang terkandung dalam tanah dan menggunakan tiga metode penentuan tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan rumus Boycous, Weischmeier dan dengan menggunakan Nomograph sehingga dapat diprediksi tingkat erodibilitas tanah yang terjadi di kawasan Pancur Batu.
Dari seluruh parameter yang diamati maka kawasan Pancur Batu memiliki tingkat erodibilitas yang rendah dimana tanah tersebut peka terhadap erosi. Hal ini disebabkan kemiringan lereng, aktivitas manusia yang memanfaatkan kaidah konservasi seperti faktor teras tanah dan ada tidaknya tanaman penutup tanah
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu yang menyebabkan kerusakan tanah adalah erosi. Sekali lapisan
tanah hilang akan sangat sulit untuk diperbaharui dan membutuhkan waktu yang
sangat lama. Erosi tanah merupakan faktor penyebab degradasi tanah yaitu
menurunnya produktivitas tanah pada saat ini maupun yang akan datang.
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian
dipindahlan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin atau gravitasi. Pada dasarnya
erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu 1) Energi yang berasal dari
hujan, air limpasan, kemiringan, 2) Ketahanan: ditentukan oleh sifat fisik dan
kimia tanah dan 3) proteksi : penutupan tanah baik oleh vegetasi atau ada
tidaknya tindakan konservasi yang dilakukan.
Proses erosi diawali dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat
tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar dari
daya tahan tanah. Hancuran dari tanah akan menyumbat pori-pori tanah sehingga
menyebabkan kapasitas infiltrasi menurun serta dapat menyebabkan limpasan
permukaan.
Erodibilitas tanah adalah indeks kepekaan tanah terhadap erosi serta
merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun karena daya
penghanyutan tanah oleh curahan air hujan. Kepekaan tanah terhadap erosi
dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu dan pasir halus), bahan
makin rentan tanah tersebut terhadap erosi sedangkan bila nilai erodibilitas rendah
maka tanah tersebut tidak peka terhadap erosi.
Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh posisi topografi, kemiringan lereng dan
jumlah gangguan yang dilakukan oleh manusia, erodibilitas memainkan fungsi
ganda meliputi : 1). Ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar, baik oleh
pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, 2). Kemampuan tanah untuk
menyerap air hujan.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui tingkat
erodibilitas tanah berdasarkan kemiringan lereng yang ada di Kecamatan Pancur
Batu Kabupaten Deli Serdang.
Kegunaan Percobaan
Sebagai bahan informasi untuk mengetahui kepekaan tanah terhadap erosi
TINJAUAN PUSTAKA
Erodibilitas
Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan
jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah
hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada
lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh
tekstur tanah (terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan
permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus
menurut, perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan
Weischmeier, et all, 1971)
K = 1,292{ 2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} 100
Dimana :
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)
% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah
Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan
nomograph (Gambar 1). Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K
halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik
(4) Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil
penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir
halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan
permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang
dapat digambar dalam Nomograph
Gambar 1. Nomograph Erodibilitas Tanah (K)
Lee dalam Katasaepotra, dkk (1985) mengatakan bahwa dalam
pengelolaan tanah dan penggunaan tanah itu untuk pertanaman, permukaan tanah
harus dipilih dengan hati-hati, apakah terdapat erodibilitas yang tinggi atau rendah
demikian juga panjangnya larikan-larikan tanah yang miring harus dibatasi
Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air
curahan hujan disebut erodibilitas. Jika erodibilitas tanah tersebut tinggi maka
tanah itu peka atau mudah terkena erosi dan jika erodibilitas tanah itu rendah
berarti daya tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap erosi.
Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000)
telah menemukan pada sekitar tahun 1935–an tentang The Clay Ratio as a
Criterium Suspectibility of Soil to Erosion kita mendapatkan persamaan sebagai
berikut
E = % sand + % silt
% clay
Dimana E = erodibilitas
Sand = pasir
Silt = debu
Clay = liat
Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah- tanah yang ada di Indonesia dapat
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah.
Kelas Nilai K Tingkat Erodibilitas
1. 0,00 -0,10 Sangat rendah
2. 0, 11 -0,21 Rendah
3. 0,22- 0,32 Sedang
4. 0,33 -0,44 Agak tinggi
5. 0,45 -0,55 Tinggi
6. 0,56 -0,64 Sangat Tinggi
Sumber : Arsyad (2006).
Faktor erodibilitas menunjukkan kemudahan tanah mengalami erosi,
semakin tinggi nilainya semakin mudah tanah tererosi. Tingginya faktor
tanahnya yaitu rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan
debu jika dibandingkan tanah lokasi yang satu. Menurut Morgan (1986) tekstur
berperan dalam erodibilitas tanah, partikel berukuran besar tahan terhadap daya
angkut karena ukurannya sedangkan partikel halus tahan terhadap daya
penghancur karena daya kohesifitasnya. Partikel yang kurang tahan terhadap
keduanya adalah debu dan pasir sangat halus.
Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi
dan pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun
demikan, Veiche (2002) menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan
bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau
tidak sederhana karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat
tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks
erodibilitas yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan pada sifat-sifat tanah
yang ditetapkan di laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan
(response) terhadap hujan (Arsyad, 2000).
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan
permukaan serta erosi. Dua unsur topografi yang berperan adalah panjang lereng
dan kemiringan lereng (Utomo, 1989).
Semakin miring suatu lereng maka butir-butir tanah yang terpercik ke
bawah oleh tumbukan butir-butir hujan akan menyebabkan laju erosi semakin
tinggi (Arsyad, 2000).
Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap
kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Dengan adanya vegetasi penutup tanah
terhadap erosi. Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja
memperlambat limpasan tetapi juga menghambat pengankutan partikel tanah
(Utomo, 1989).
Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas 1. Tekstur tanah
Tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah
Tekstur ditentukan oleh kandungan pasir, debu dan liat yang terdapat dalam
permukaan tanah. Tekstur tanah yang terlibat dalam butiran berjarak 200 mikron
sampai ukuran 0,01 mikron. Butir-butir liat yang lebih kecil dari ukuran 0,01
mikron wujudnya dalam bentuk koloid. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun
hanya satu macam tekstur secara tersendiri. Langkah pertama untuk menentukan
tekstur ialah menganalisa fraksi-fraksi tanah tersebut (Rafi’i, 1990).
Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang
berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar. Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah. Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan
liat maka tanah dikelompokkan ke dalam 12 tekstur. Sebaran besar butir untuk
fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir, berlempung kasar, berlempung halus,
berdebu kasar. Bila fraksi halus kurang dari 2 mm sedikit sekali dan tanah terdiri
dari kerikil, batu-batu dan lain-lain disebut fragmental (Winarso, 2005).
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain
mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai
ikatan (tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat) karena tidak mempunyai
halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk
ikatan. Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur
halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan.
Walaupun demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu
menghancurkan ikatan antar partikelnya maka akan timbul sedimen bahan
tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.
2. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan
susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan
yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan
sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok (cluster) yang
disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang
berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan
edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting
dari sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori,
stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan
(hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri
(Suci dan Bambang, 2002).
Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling
mengelompok secara bersama-sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat
perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas kemantapan dan
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan tidak
menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan
struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian
tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang
sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun. Struktur
tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah (Winarso, 2005).
Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat
berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang
peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase agregasinya.
Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai, atau granular
tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau
susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984).
Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan
struktur tanah dalam ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)
No Struktur Kelas
1. Granuler sangat halus 1
2. Granuler halus 2
3. Granuler sedang sampai kasar 3
4. Masif kubus, lempeng 4
Sumber : Utomo (1989).
3. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode
tertentu dan dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978). Sedangkan
tanah melalukan air yang bisa diukur dengan menggunakan air dalam waktu
tertentu.
Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan
pengelolaan praktis tanah. Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju
penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal dan pencucian unsur hara
(Donahue, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah
menurut Hillel (1971) antara lain adalah tekstur tanah, porositas dan distribusi
ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah serta kadar bahan
organik tanah. Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih utama terhadap
permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor yang
lain hanya ikut menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar
menurut Anonimous (2008) mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan
dengan tekstur yang halus karena tekstur kasar mempunyai pori makro dalam
jumlah banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh tekstur kasar
seperti pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.
Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode
Hukum Darcy. Tanah di lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai
permeabilitas lapangan dan laboratorium jelas berbeda akibat proses sedimentasi
dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di lapangan dapat berubah atau
hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji (Bowles, 1991)
Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data
analisis laboratorium berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan
Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 4 yang
merupakan permeabilitas dalam menentukan erodibilitas tanah.
Tabel 4. Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah- Tanah.
No Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas
1. Sangat lambat (< 0,5 cm/jam) 6
2. Lambat (0,5-2 cm/jam ) 5
3. Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/ jam) 4
4. Sedang (6.3-12,7 cm/jam) 3
5. Sedang sampai cepat (12,7- 25,4 cm/jam) 2
6. Cepat (> 25, 4 cm/jam) 1
Sumber : Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, FP- USU(2003).
4. Bahan Organik
C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin
tinggi kandungan C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik.
Kandungan bahan organik tanah dapat diketahui dari persamaan bahan organik
= % C organik x 1, 724 (Muklis, 2007).
Bahan organik didefinisikan sebagai sisa tanaman dan hewan di dalam
tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di
dalam tanah berfungsi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa penambahan bahan organik tanah lebih kuat
pengaruhnya terhadap perbaikan sifat-sifat tanah dan bukan untuk meningkatkan
kesuburan tanah. Penggunaan bahan organik ke tanah harus memperhatikan kadar
unsur hara C terhadap unsur hara lainnya misalnya N, P, K karena apabila terjadi
nisbah sangat besar bisa menyebabkan terjadinya immobilisasi (Winarso, 2005).
Bahan organik tanah adalah semua bahan di dalam tanah baik yang hidup
bahan organik tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat bahan
organik tanah sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan
membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik
menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah,
konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap
agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007).
Bahan organik tanah dibutuhkan untuk pembentukan dan pemantapan
agregat- agregat tanah. Zarah-zarah tanah membantu bagi struktur tanah yang
mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya
memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih
baik akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak
mudah terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968).
Bahan organik tanah sangat penting karena berperan aktif dalam proses
pelapukan dan pembentukan tanah, menentukan berbagai sifat fisik dan kimia
tanah sehingga menentukan kesuburan tanah (Soepardi, 1983).
Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan
humusnya tinggi yang masih belum tererosi. Terjadinya erosi selain partikel-
partikel tanah yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan
bahan organik yang diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil
yang masih banyak kandungan unsur haranya. Sehubungan dengan terangkutnya
bahan-bahan organik dari lapisan permukaan tanah yang merupakan lapisan olah
maka aktivitas biota juga menurun (Kartasaepotra, dkk, 1985).
Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah
> 65 %. Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan
cara pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria
dari bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Bahan Organik.
No Kriteria Bahan Organik Nilai
1. Sangat tinggi > 6.00
2. Tinggi 4.30- 6.00
3. Sedang 2.10- 4.20
4. Rendah 1.00- 2.00
5. Sangat rendah < 1.00
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu dan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air serta Laboratorium Riset dan Penelitian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan yang dimulai pada bulan
April sampai selesai
Bahan Dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta
Kemiringan Lereng Kecamatan Pancur Batu, Peta Administrasi Pancur Batu, air
sebagai bahan penelitian, dan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian.
Adapun alat yang digunakan adalah GPS untuk menentukan letak lokasi
penelitian, bor untuk mengambil tanah, ring sampel untuk menentukan
permeabilitas tanah, cangkul, plastik, kertas label dan alat-alat lainnya yang
menunjang proses penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey sesuai
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun
tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu melakukan
survey lapangan dengan mengadakan orientasi di daerah penelitian. Pengkajian
pustaka mengenai erodibilitas serta melengkapi alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam proses penelitian.
Tahap Kegiatan di Lapangan
Pengambilan sample tanah di lapangan yaitu dengan melakukan
penentuan 12 titik sampel dengan menggunakan GPS dimana ada 3 titik sampel
pada setiap jenis kemiringan lereng yaitu dari 2- 45 %, serta dilakukan
pengeboran dan penggunaan ring sample. Setelah sampel tanah diperoleh
kemudian sampel tanah tersebut ke dalam kantong plastik yang berbeda.
Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap keadaan lingkungan/ penggunaan lahan,
seperti : ketinggian tempat, faktor konservasi dan vegetasi. Hasil dari pelaksanaan
pengambilan contoh tanah berupa data lapangan dan contoh tanah pada setiap titik
sampel yang akan dianalisis dilaboratorium sehingga memperoleh hasil yang
Pengambilan contoh sampel
Pengambilan contoh sampel tanah untuk permeabilitas menggunakan tanah tidak terganggu pada kedalaman 0-20 cm sedangkan untuk tekstur, bahan organik menggunakan tanah terganggu pada kedalaman 0-20 cm dan untuk struktur menggunakan data lapangan pada waktu kita melakukan penelitian.
Analisis Tanah
- Tekstur tanah (metode hydrometer) - Struktur tanah (metode by feeling)
- Bahan organik tanah (metode Walkley and Black) - Permeabilitas tanah (metode Darcy)
Peubah Amatan
Data Primer
1. Permeabilitas tanah 2. Tekstur tanah 3. Struktur tanah 4. Bahan Organik
Data Skunder
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
I.1 Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng didapat dari peta jenis kemiringan lereng
sehingga dapat ditentukan pengambilan titik sampel tanah. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Deskripsi Titik Koordinat Sampel.
Kemiringan Lereng
Titik Sampel Lintang Utara Bujur Timur
2- 8 % T 7 3028’45,3” 98035’2,7”
T 8 3029’14,8” 98034’8,8”
T 9 3025’28,5” 98034’21,5”
10- 15 % T 10 3028’4” 98034’2”
T 11 3029’6” 98031’6,2”
T 12 3029’27,2” 98032’26,4”
15-30 % T 6 3026’20,5” 98034’27,8”
T 4 3027’29,6” 98034’57”
T 5 3026’45,3” 98035’2,7”
30 %- 45 % T 1 3 024’16” 98036’12”
T 2 3023’11,5” 98035’40,4”
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis kemiringan lereng yang ditentukan
sehingga diperoleh 12 titik lokasi terdapat 4 jenis kemiringan lereng. Sampel
tanah yang diperoleh pada setiap lokasi yang diambil dimasukkan ke dalam
plastik untuk dianalisa di laboratorium .
I. 2 Tekstur Tanah (M)
Nilai M (tekstur tanah) dari setiap titik sampel dapat dilihat pada
lampiran dengan menyesuaikannya terhadap kelas tekstur (USDA) yang diperoleh
dari hasil analisa tekstur tanah di laboratorium. Hasil analisa tekstur tanah dan
nilai M dari setiap titik sampel dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Deskripsi nilai M dari setiap titik sampel.
Kemiringan Lereng
Titik sampel
Partikel % Pasir sangat halus = 30% x pasir Tektur (USDA) Nilai M ( % pasir sangat halus + % debu x (100- % liat)) Pasir Debu Liat
2- 8 % T7 11,85 39,74 48,41 3,55 Liat
Berdebu
2233,33
T8 30,98 44,04 24,98 9,29 Lempung
Liat
4000,82
T9 41,62 22,63 35,75 12,49 Liat
Berpasir
2256,46
10- 15 % T10 61,40 25,55 13,05 18,42 Lempung
Liat Berdebu
3823,19
T11 40,18 45,55 14,27 12,05 Lempung 4938,05
T12 22,38 52,95 24,67 6,71 Lempung
Berdebu
4494,19
15- 30 % T6 51,43 17,85 30,72 15,43 Lempung
Liat Berdebu
2305,64
T4 13,79 30,37 55,84 4,13 Liat 1523,52
T5 19,69 22,65 57,66 5,91 Liat 1209,23
30- 45 % T1 13,54 23,16 63,30 4,06 Liat 998,97
T2 7,60 26,71 65,69 2,28 Liat 994,65
Dari hasil analisa tekstur tanah dan nilai M pada setiap titik sampel maka pada titik sampel T 11 sebesar 4938,05 dengan kelas tekstur lempung dan pada T1,T 2, T 3, T 4 dan T 5 terdapat kelas tekstur tanahnya liat.
I. 3 Kandungan Bahan Organik (a)
Nilai a (kandungan bahan organik) diperoleh dari hasil analisis bahan organik.
Hasil analisa C- organik (%) dan bahan organik (%) serta nilai a dari setiap
[image:30.595.114.511.321.521.2]sampel tanah dapat dilihat dari Tabel 8.
Tabel 8. Deskripsi Kandungan Bahan Organik (a) dari setiap titik sampel.
Kemiringan Lereng
Titik sampel C-organik (%)
Bahan Organik (a) (%)
2- 8 % T 7 2,22 3,83
T 8 6,37 10,98
T 9 1,43 2,46
10-15 % T 10 0,73 1,26
T 11 3,44 5,93
T 12 5,53 9,53
15-30 % T 6 1,66 2,86
T 4 0,78 1,34
T 5 2,32 3,99
30-45 % T 1 2,07 3,57
T 2 1,25 2,15
T 3 2,73 4,71
Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase bahan organik tertinggi terdapat
pada T 8 sebesar 10,98, hal ini mungkin karena peneliti mengambil sampel tanah
yang telah dicemari kotoran ayam sehingga bahan organik yang didapat sangat
tinggi sedangkan yang terendah terdapat pada T 10 sebesar 1,26 yang terdapat
I.4 Harkat struktur tanah (b)
Penentuan nilai harkat struktur tanah disesuaikan dengan data struktur
tanah yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap sampel tanah yang diamati.
[image:31.595.113.512.214.419.2]Nilai harkat struktur tanah dapat dilihat pada pada Tabel 9.
Tabel 9. Deskripsi Nilai Harkat Struktur Tanah pada setiap titik sampel.
Kemiringan Lereng
Titik sampel Kelas struktur tanah Harkat (b)
2- 8 % T 7 Masif kubus 4
T 8 Granuler Halus 2
T 9 Masif Kubus 4
10-15 % T 10 Lempeng 4
T 11 Granuler Halus 2
T 12 Granuler Sedang sampai Kasar 3
15- 30% T 6 Granuler Sedang Sampai Kasar 3
T 4 Granular Halus 2
T 5 Granuler Sedang Sampai Kasar 3
30 40 % T 1 Granuler halus 2
T 2 Granuler Halus 2
T 3 Granuler Sedang Sampai Kasar 3
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa sifat fisik tanah dari titik sampel yang
berbeda yang diambil yaitu granular sedang sampai kasar dan granular halus dan
massif kubus. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah di daerah penelitian
umumnya didominasi oleh liat, pasir.
I. 5 Harkat Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah dari setiap titik sampel diperoleh dengan cara analisis
di laboratorium dan dihitung besar permeabilitasnya. Nilai permeabilitas dan
Tabel 10. Deskripsi Nilai Permeabilitas Tanah ( c) dari setiap titik sampel. Kemiringan
Lereng
Titik Sampel Kelas Permeabilitas Tanah (cm/ jam)
Harkat ( c )
2- 8 % T 7 Sedang- cepat (16,035) 2
T 8 Cepat ( 33,575 ) 1
T 9 Sedang- cepat ( 14,14 ) 2
10 15 % T 10 Sedang- cepat ( 13, 275 ) 2
T 11 Cepat ( 35,47 ) 1
T 12 Cepat ( 30,89 ) 2
15- 30 % T 6 Sedang- Cepat ( 15,325 ) 2
T 4 Lambat- sedang( 4,505 ) 4
T 5 Sedang- Cepat ( 15,325 ) 2
30 – 40 % T 1 Sedang- Cepat ( 13,895 ) 2
T 2 Sedang ( 8,1 ) 3
T 3 Sedang ( 7,66 ) 3
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa kelas permeabilitas tanah dari setiap
titik sampel yang berbeda diambil yaitu adalah kelas permeabilitas lambat- sedang
dengan nilai harkat 4, dan kelas permeabilitas sedang- cepat dengan nilai harkat 2
dan kelas permeabilitas cepat dengan nilai harkat 1.
Dari faktor-faktor di atas seperti nilai M (tekstur tanah), a (kandungan
bahan organik), b (struktur tanah) dan c (harkat permeabilitas tanah) maka dapat
ditentukan nilai erodibilitas (K) dari setiap titik sampel tanah dengan
menggunakan rumus
K = 1,292{2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} 100
serta dapat juga mengunakan nomograph dan rumus Boycous
Tabel 11. Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Boycous. Kemiringan Lereng Titik Sampel Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
Nilai Kriteria 2- 8 % T 7 11.85 39. 74 48.91 1.05 Tidak termasuk
T 8 30.98 44. 04 24.98 3 Tidak termasuk T 9 41.62 22. 63 35.75 1.79 Tidak termasuk 10-15 % T 10 61.40 25.55 13.05 0.66 Tidak termasuk T 11 40,18 45.55 14.27 6 Tidak termasuk T 12 22.38 52.95 24.67 3.05 Tidak termasuk 15-30 % T 6 51.43 17.85 30.72 2.25 Tidak termasuk T 4 13.79 30.37 55.84 0.73 Tidak termasuk T 5 19.69 22.65 37.66 1.12 Tidak termasuk 30-45 % T 1 13.54 23.16 63.30 0.57 Sangat tinggi
T 2 7.60 26.71 65.69 0.52 Tinggi
T 3 19.60 31.44 48.96 1.04 Tidak termasuk
Dari Tabel dapat dilihat bahwa perhitungan erodibilitas berdasarkan
metode Boycous kurang memenuhi karena hanya menggunakan analisa tekstur
tanah yaitu partikel pasir, debu dan liat dan tidak menggunakan faktor pembentuk
tanah yang lain. Sehingga dari data didapat bahwa tingkat erodibilitasnya tidak
termasuk dalam klasifikasi tingkat erodibilitas tanah-tanah.
Tabel 12. Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Weischmeier.
Kemiringan Lereng
Titik Sampel
M a
(%)
b c K Kriteria
K
2- 8 % T 7 2233,33 3,82 4 2 0,19 Rendah
T 8 4000,82 10,.98 2 1 - 0,02 Sangat rendah
T 9 2256,416 2,46 4 2 0,22 Sedang
10-15 % T 10 3823,19 1,25 4 2 0,40 Agak tinggi
T 11 4938,05 5,93 2 1 0,20 Sedang
T 12 4494,19 9,53 3 2 0,11 Rendah
15-30 % T 6 2305,64 2,86 3 2 0,18 Rendah
T 4 1523,52 1,34 2 4 0,16 Rendah
T 5 1209,23 3,99 3 2 0,08 Sangat Rendah
30-45 % T 1 998,97 3,56 2 2 0,03 Sangat Rendah
T 2 994,65 2,15 2 3 0,07 Sangat Rendah
T 3 1904,81 4,70 3 3 0,15 Rendah
Ket :
[image:33.595.113.512.495.750.2]Dari tabel diatas didapat bahwa pada kemiringan lereng 10-15 % yaitu
pada T 10 terdapat nilai K sebesar 0.40 dan termasuk kriteria agak tinggi.
sedangkan pada kemiringan lereng yang lain seperti pada kemiringan lereng
30-45 % yaitu pada T 8 terdapat nilai K sebesar – 0,02 dan termasuk kriteria
[image:34.595.115.510.244.565.2]sangat rendah.
Tabel 13. Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Nomograph
Kemiringan Lereng
Titik Sampel
Debu + Pasir sangat halus
(%)
a ( %)
b c K Kriteria K
2-8% T7 43,29 3,83 4 2 0,18 Rendah
T8 53,33 10,98 2 1 0,09 Sangat
rendah
T9 35,12 2,46 4 2 0,21 Rendah
10- 15 % T10 43,97 1,26 4 2 0,41` Agak
Tinggi
T11 57,6 5,93 2 1 0,05 Sangat
Rendah
T12 59,66 9,53 3 2 0,10 Sangat
Rendah
15- 30 % T6 33,28 2,86 3 2 0,21 Rendah
T4 34,5 1,34 2 4 0,15 Rendah
T5 28,55 3,99 3 2 0,11 Rendah
30- 45 % T1 27,22 3,57 2 2 0,06 Sangat
Rendah
T2 28,99 2,15 2 3 0,07 Sangat
Rendah
T3 37,32 4,71 3 3 0,15 Rendah
Ket :
a : % bahan organik c : harkat permeabilitas tanah b : harkat struktur tanah K : nilai erodibilitas
Dari data di atas didapat bahwa pada kemiringan lereng 10-15 % pada
T 10 terdapat nilai K sebesar 0.41 sehingga termasuk kriteria agak tinggi
sedangkan pada kemiringan lereng 30-45 % yaitu pada T 11 terdapat nilai K
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat bahwa erodibilitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : permeabilitas tanah, tekstur tanah,
struktur tanah dan bahan organik tanah.
Dari tabel di atas didapat bahwa perhitungan menurut Boycous tidak
termasuk dalam kriteria penentuan tingkat erodibilitas karena yang digunakan
hanyalah partikel tekstur tanah saja dan tidak menggunakan faktor lain seperti
bahan organik, permeabilitas tanah.
Dari hasil didapat bahwa faktor pengukuran berdasarkan nomograp dan
faktor perhitungan menurut Weischmeier sangat berkorelasi baik dan saling
mendekati rata-rata. Pada metode Weischmeier dan nomograph hasil yang
diperoleh tidak jauh berbeda. Nilai erodibilitas tertinggi yaitu pada T 9 yaitu 0,
21-0,22 yang termasuk kriteria erodibilitas rendah sedangkan nilai erodibilitas
terendah dengan metoda Weischmeier yaitu pada T 8 sebesar – 0,02 dengan
kriteria erodibilitas sangat rendah sedangkan dengan metoda nomograph nilai
erodibilitass terendah yaitu pada T 8 sebesar 0,08 dengan kriteria erodibilitas
sangat rendah sehingga merupakan daerah yang resisten terhadap erosi. Seperti
yang diamati bahwa pada daerah dengan kemiringan lereng 2-8 % jarang ditemui
adanya faktor teras dan ada tidaknya faktor tanaman penutup tanah. Vegetasi yang
saya jumpai adalah pohon pisang, durian dan pohon pinang.
Dengan kemiringan lereng 10-15 % prediksi erodibilitas tertinggi
menggunakan rumus Boycous terdapat yaitu pada T 11 sebesar 6 dan tidak
termasuk dalam kriteria erodibilitas sedangkan menurut aturan nomograph dan
terdapat pada T 12 sebesar 0,40-0,41 dan termasuk kriteria erodibilitas agak tinggi
dan agak peka terhadap erosi dan nilai erodibilitas terendah menurut nomograph
terdapat pada T 11 sebesar 0,06 yang termasuk kriteria sangat rendah yang
merupakan tanah resisten terhadap erosi. Sedangkan perhitungan menurut
Weischmeier nilai erodibilitas terendah terdapat pada T 12 sebesar 0,11 dengan
kriteria rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bentuk dan stabilitas agregat dan
persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam menentukan tingkat
erodibilitas. Hal ini sesuai dengan literatur Meyer dan Harmon, (1984) yang
menyatakan bahwa tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling
rendah persentase agregatnya dan permeabilitasnya sedang. Serta sesuai dengan
hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa tidak adanya faktor teras pada daerah
tersebut dan vegetasi tanaman penutup tanahnya hanya sedikit misalnya pohon
kelapa, padi dan rumbia sehingga dapat meningkatkan laju erosi nantinya apabila
tidak dilakukan kaidah konservasi.
Pada kemiringan lereng 15- 30 % yang merupakan klasifikasi agak curam
didapat bahwa prediksi erodibilitas menurut aturan Boycous yang tertinggi
terdapat pada T 6 yaitu sebesar 2,55 dan tidak termasuk dalam kriteria
erodibilitas dan menurut aturan nomograph serta rumus menurut Weischmeier
nilai erodibilitas tanah tertinggi terdapat pada T 6 yaitu sebesar 0,18-0,21 yang
termasuk tingkat erodibilitasnya rendah yang berarti pada daerah tersebut resisten
terhadap erosi sedangkan yang terendah terdapat pada T 5 yaitu sebesar 0,08 -0,11
dan merupakan tingkat erodibilitasnya rendah jadi merupakan tanah yang resisten
lereng ini faktor vegetasi ada tapi hanya sedikit dan bahkan bisa dikatakan tidak
ada serta vegetasinya adalah sawit, kelapa dan tanaman hortikultura.
Pada kemiringan lereng 30 -45 % dan merupakan klasifikasi kemiringan
lereng curam didapat bahwa prediksi erodibilitas menggunakan rumus Boycous
yang tertinggi terdapat T 3 sebesar 1.04 serta tidak termasuk dalam kriteria
erodibilitas dan menurut nomograph serta perhitungan menurut Weischmeier yang
tertinggi pada T 3 yaitu sebesar 0,15- 0,16 dan termasuk tingkat erodibilitas
tanahnya rendah sedangkan nilai erodibilitas tanah terendah terdapat pada T 1
yaitu sebesar 0,03-0,06 dan termasuk klasifikasi tingkat erodibilitasnya sangat
rendah. Ini berarti pada kemiringan lereng 30-45 % tanahnya masih resisten atau
kuat terhadap erosi.
Setiap lokasi satu dengan yang lainnya memiliki tingkat erodibilitas yang
berbeda- beda disebabkan oleh kondisi tekstur tanahnya jika dibandingkan dengan
lokasi yang lain. Hal ini sesuai dengan literatur Morgan (1986) yang menyatakan
bahwa tekstur berperan besar dalam erodibilitas tanah serta kondisi teksturnya
misalnya rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan debu
jika dibandingkan dengan lokasi yang lainnya.
Pada hasil diatas bahwa perhitungan menurut aturan Boycous kurang
memenuhi karena hanya menggunaakan persentase tekstur tanah saja dan tidak
memperhatikan sifat fisik yanah yang lain sehingga kurang cocok untuk
diterapkan karena tanah yang peka terhadap erosi atau kurang peka terhadap erosi
sangat ditentukan oleh kadar pasir sangat halus dan bentuk agregat tanah, bahan
Hall ini sesuai dengan literatur Morgan (1986) yang menyatakan bahwa partikel
yang kurang tahan terhadap erosi adalah partikel debu dan pasir sangat halus.
Pada hasil dengan kemiringan lereng sebesar 30-45 % didapat bahwa
kemiringan lereng tidak mempengaruhi terhadap tingkat erodibilitas. Ini sesuai
dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan di daerah Pancur Batu pada
kemiringan lereng tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas karena
adanya faktor teras dan adanya vegetasi tanaman penutup tanah seperti pohon
pinang, hutan campuran dan pohon kelapa sehingga dapat mengurangi laju erosi
yang terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur Utomo (1983) yang menyatakan
bahwa vegetasi dapat mempengaruhi erosi. Akar tanaman dapat berperan sebagai
pemantap agregat tanah dan memperbesar porositas tanah sehingga dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan metode Boycous didapat bahwa:
a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 11 sebesar 6 dan tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas tanah.
b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan 30- 45 % pada T 2 sebesar 0,52 dan termasuk tingkat erodibilitas tinggi atau tanahnya mudah terkena erosi.
2. Berdasarkan metode Weischmeier didapat bahwa :
a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 10 sebesar 0,40 dan termasuk tingkat erodibilitasnya agak tinggi atau tanahnya agak peka terhadap erosi.
b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan lereng 2-8 % pada T 8 sebesar – 0,02 dan kriteria erodibilitas tanahnya sangat rendah atau tanahnya resisten terhadap erosi
3. Berdasarkan metode Nomograph didapat bahwa :
a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % yaitu pada T 10 sebesar 0,41 dan termasuk erodibilitasnya agak tinggi atau tanahnya agak peka terhadap erosi.
b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan lereng 30-45 % pada T 11 sebesar 0,05 dan termasuk tingkat erodibilitasnya sangat rendah atau tanahnya resisten terhadap erosi.
4. Faktor kemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2008. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. http : www. google.com
Arsyad, S, 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.
Arsyad, S, 2006. Konservasi Tanah dan Air, IPB, Bogor.
Bowles, J, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rahim, S, 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.
Donahue, R.L, 1984. Soil and Introduction to Soil and Plant Growth Printice Hall Inc, Engelwood Clifts, New York.
Foth, H. D, 1978. Fundamental of Soil Science, John Willey and Sons, New York, Christer, Brisbane, Toronto.
Hakim, N. M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis, S.G Nugroho., M.R Saul., M.A Diha., Goban Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno,, S, 2003. Ilmu Tanah. Aka Presindo, Bandung.
Hillel, D. 1971. Soil and Water, Physical Principles and Process Academic Press,New York- London.
Kartasaepotra, G, A.G Kartasaepotra, dan M.M Sutedjo, 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Akapress, Bandung.
Konkhe, H. 1968. Soil Physic, Mc graw Hill, Inc. New York.
Meyer, L.D., and W.C. Harmon, 1984. Suspectibility of agricultural soils to interil erosion. Soil Sci. Soc. Am. J. 8 :1.152-1.157.
Morgan, R.P.C. 1986. Soil Erosion and Consevation. Longman scientic and Technical, New York.
Muklis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press, Medan.
Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, 2003. USU Press, Medan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Agroklimat dan Tanah (Puslitanak), 2005. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.
Rafi’i, 1990. Ilmu Tanah. Penerbit Buana, Bandung.
Sinulingga, 1990. Dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi, IPB Press, Bogor.
Sitorus, S.R.P. O. Harianja dan K.R Brata. 1980. Penuntun Praktikum FisikaTanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Soepardi, G, 1983. Sifat dan Ciri Tanah, IPB, Bogor.
Suci Handayani dan Bambang Hendro Sunarminto, 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Utomo, H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation To Soil Types. A Study for Northen Ghana.