• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas kerja petani di tinjau dari sistem Muzara'ah : Studi pada Desa Pakan Rabaa,Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas kerja petani di tinjau dari sistem Muzara'ah : Studi pada Desa Pakan Rabaa,Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS KERJA PETANI DITINJAU DARI

SISTEM MUZARA’AH

(

Studi Pada Desa Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat

)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)

Oleh:

Erick Prasetyo Agus NIM : 104046101581

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata I Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan

ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Desember 2008

Erick Prasetyo Agus

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

LEMBAR PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan Masalah……… 6

C. Perumusan Masalah………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 7

E. Metode Penelitian……… 7

F. Kajian Pustaka………. 14

G. Kerangka Konsep………. 15

H. Sistematika Penulisan………. 17

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(4)

1. Pengertian Muzara’ah………. 19

2. Dasar Hukum Muzara’ah……… 22

3. Rukun dan Syarat Muzara’ah………. 25

4. Akibat akad Muzara’ah……….. 30

5. Berakhirnya akad Muzara’ah……….. 31

B. Bentuk-bentuk muzara’ah……….. 33

C. Pengertian Produktivitas……… 38

D. Konsep Tentang Produktivitas………... 40

BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Solok Selatan…….. 45

B. Gambaran Umum Desa Pakan Rabaa………. 53

C. Sistem Bagi hasil Desa Pakan Rabaa………... 56

(5)

B. Analisis Produktivitas Kerja Petani Ditinjau Dari Sistem

Muzara’ah... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… 88

B. Saran……….. 90

DAFTAR PUSTAKA

(6)

vi

DAFTAR TABEL

1. Tabel Jenis Kelamin Responden 66

2. Tabel Agama Responden 66

3. Tabel Usia Responden 67

4. Tabel Pendidikan Terakhir Responden 68

5. Tabel Rata-rata Pengeluaran Responden 68

6. Tabel Rata-rata Pendapatan Responden 69

7. Tabel Sejak Kapan Responden Bertani 70

8. Tabel Pekerjaan Lain Responden 71

9. Tabel Alasan Memiliki Pekerjaan Lain 72

10. Tabel Dimensi Bagi Hasil 74

11. Tabel Dimensi Motivasi 75

12. Tabel Dimensi Peralatan 76

13. Tabel Dimensi Keterampilan 78

14. Tabel Dimensi Disiplin 77

15. Tabel Dimensi Pendapatan dan Pengeluaran 79

16. Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 80

17. Tabel Korelasi I 81

18. Tabel Korelasi II 83

19. Tabel Regresi Linear 84

20. Tabel Uji F 85

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dilihat dari wilayah Indonesia secara geografis dan susunan kehidupan

rakyatnya, termasuk perekonomiannya masih bercorak agraris. Sebagian besar

rakyat bermata pencaharian dari mengolah hasil bumi, air dan ruang angkasa,

termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa sebagian besar rakyat menggantungkan kehidupannya dari

sektor pertanian.

Berhubungan dengan pembangunan di Indonesia yang masih

menitikberatkan pada sektor pertanian yang menjadi dasar bagi sektor-sektor

pembangunan lainnya. Pengertian pembangunan dari sektor pertanian adalah

seluruh upaya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam secara lestari dan

berkelanjutan, sumberdaya manusia, modal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi

untuk menghasilkan produksi pertanian dan bahan baku primer bagi

industri-industri yang menopang. Dari pembangunan sektor pertanian inilah diharapkan agar

tujuan pembangunan nasional dapat terwujud yaitu, mensejahterakan kehidupan

rakyat Indonesia secara adil dan makmur, merata materiil dan spiritual berdasarkan

pancasila dan UUD 1945.1

Berbicara tentang sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari keberadaan

tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang utama. Tanah dalam pengertian

1

Bahan Penataran UUD 1945, P-4GBHN, Kewaspadaan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD, h.464

(8)

umum adalah tempat untuk berpijak dan tempat untuk hidup. Terhadap tanah

terdapat hak dan kewajiban setiap orang dan badan hukum untuk mendapatkan

manfaat dan hasil yang baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dengan mengerjakan dan

mengusahakannya sendiri secara aktif dan mencegah pemerasan. Hal ini tertera

dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria Indonesia, pasal 9 ayat

1, disebutkan:

“Tiap-tiap warga Negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta untuk mendapatkan manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.”

Selanjutnya dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan:

“Setiap orang dan badan hukum mempunyai hak atas suatu tanah pertanian pada azasnya diwajibkan untuk mengerjakannya sendiri atau mengusahakannya sendiri secara aktif dengan mencegah tindakan pemerasan.”

Tanah wilayah perkotaan yang dulunya merupakan wilayah yang subur

untuk pertanian, kini dipadati dengan pembangunan pemukiman baru yang

berdampak pada menurunnya produksi dari sektor pertanian. Sementara itu, dari

wilayah pedesaan semakin banyak wilayah pertanian yang dikuasai oleh pemilik

modal yang besar dan sebagian lagi ditinggalkan oleh pemiliknya. Tidak sedikit

petani di wilayah pedesaan yang meninggalkan lahan pertanian didesanya karena

didesak oleh keadaan ekonomi yang semakin terpuruk. Akibat meningkatnya biaya

hidup, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Pada akhirnya pemilik tanah

(9)

Agar tidak terjadi ketimpangan dan untuk menghindarkan adanya lahan

menganggur dibutuhkan adanya kerjasama antara pemilik tanah dengan petani

penggarap. Hal tersebut bisa berupa asas tolong menolong. Didalam Islam tolong

menolong sangat dianjurkan, karena manusia itu adalah makhluk sosial dan tidak

terlepas dari sesamanya. Sesuai dengan firman Allah SWT:

...

!"#

$%

Artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.

Dengan adanya firman Allah SWT tersebut, diharapkan rasa tolong

menolong tumbuh dengan sendirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Kerjasama tersebut diharapkan dapat berlaku di semua aspek kehidupan, khususnya

dalam bidang pertanian.

Pertanian merupakan salah satu bidang usaha yang sangat penting, Imam Al-Qurtubi memandang bahwa usaha pertanian adalah fardu kifayah. Dimana pemerintah wajib mengarahkan manusia ke arah pertanian tersebut dan segala hal

yang berkaitan dengannya dalam bentuk menanam pohon.2 Bidang pertanian

tersebut haruslah mendapat perhatian lebih dari masyarakat, khususnya pemerintah,

karena melalui pertanian manusia dapat memenui kebutuhan hidupnya terutama

2

(10)

dalam hal makanan. Pertanianpun memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat. Islam pun telah mengaturnya sesuai dengan syariat.

Dalam suatu masyarakat, terdapat sebagian mereka yang mempunyai

lahan pertanian yang baik untuk ditanami agar menghasilkan. Namun tidak

memiliki kemampuan untuk bertani, dan ada juga yang memiliki lahan dan juga

mempunyai kemampuan untuk menanaminya tetapi kekurangan modal, dan ada

juga yang tidak memiliki sesuatupun, kecuali memiliki tenaga dan kemampuan

dalam bercocok tanam.

Bagi hasil tanah pertanian antara pemilik tanah dan petani penggarap telah

diatur sedemikian rupa di Indonesia, baik dalam hukum Islam maupun dalam

undang-undang. Dalam hukum Islam telah dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh yang

merupakan hasil ijtihad dari para ulama. Sistemnya dapat kita kenal dengan istilah

Muzara’ah, Mukhabarah, Musaqah, dan Mugharasah. Itu merupakan akad-akad muamalah Islam dalam hal pemanfaatan tanah khususnya pertanian. Dalam

Undang-undang pun telah diatur tentang bagi hasil tanah pertanian yang berlaku

secara menyeluruh di wilayah Indonesia yaitu UU No.2 tahun 1960. UU tersebut

mengatur perjanjian bagi hasil pemilik tanah dan petani penggarap dengan

pembagian bagi hasil yang adil dengan menegaskan hak dan kewajiban para pihak

yang melakukan perjanjian.

Pelaksanaan perjanjian bagi hasil dalam prakteknya di wilayah Indonesia

ternyata mengenal istilah yang berbeda-beda dengan sistem pembagian bagi hasil

yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan adanya adat atau kebiasaan yang berlaku

(11)

Dengan latar belakang tersebut penulis mencoba membahas tentang

“PRODUKTIVITAS KERJA PETANI DITINJAU DARI SISTEM MUZARA’AH” di Nagari Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Propinsi Sumatera Barat dikarenakan sebagian besar masyarakatnya mengerjakan dan

mengusahakan tanah pertanian untuk memenuhi kehidupannya dengan perjanjian

bagi hasil.

B. PEMBATASAN MASALAH

Untuk lebih memperjelas persoalan atau masalah yang ada di dalam

masalah ini, agar nantinya untuk mencegah uraian yang panjang lebar, maka penulis

perlu untuk membatasi agar masalah ini tepat sasaran dan sesuai dengan judul serta

yang penulis harapkan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan

sebelumnya, topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan pengaruh

sistem bagi hasil pertanian atau Muzara’ah di Kanagarian Pakan Rabaa Kabupaten

Solok Selatan, Sumatera Barat.

C. PERUMUSAN MASALAH

Untuk mengarahkan pembahasan, agar nantinya bisa lebih terperinci dan

tidak menyulitkan penulis, maka masalah tersebut perlu sebuah perumusan. Maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran produktivitas kerja petani penggarap dikanagarian Pakan

(12)

2. Bagaimanakah pelaksanaan Sistem Muzara’ah dalam peningkatan

Produktivitas kerja petani di kanagarian Pakan Rabaa?

D. TUJUAN Dan MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui gambaran kehidupan masyarakat petani Kanagarian Pakan

Rabaa

b. Untuk mengetahui sistem bagi hasil masyarakat petani kanagarian Pakan

Rabaa

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan penulis

tentang penelitian yang dilakukan

b. Memberikan masukan bagi petani sehingga dalam bekerja dapat

mengembangkan usahanya lebih baik

c. Memberikan informasi kepada pihak lain tentang bagaimana sistem bagi

hasil pertanian masyarakat pedesaan.

d. Untuk memenuhi syarat dari universitas bagi penulis untuk mendapatkan

(13)

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif analitif, yaitu penelitian yang berusaha

untuk menuturkan pemecahan permasalahan yang ada sekarang berdasarkan

data-data yang ada, jadi sifatnya ia menyajikan data-data, menganalisa data-data dan

menginterpretasikannya. Tujuannya adalah untuk memberi gambaran dan informasi

yang akurat dari berbagai sumber serta menghasilkan kesimpulan yang mendukung

pembahasan. Peneliti memakai metode yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap hukum perilaku yang berkembang dalam masyarakat.

Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

2. Penelitian Kepustakaan, Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan penelaahan terhadap

beberapa buku literatur, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bahan-bahan

tertulis yang berkaitan dengan penelitian.

3. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke masyarakat. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dilokasi, yaitu

(14)

a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan membuat list pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya langsung kepada

masyarakat.

b. Kuesioner, yaitu jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan kuesioner ini

sebagian bersifat tertutup dimana alternatif jawaban telah tersedia dan

sebagian lagi terbuka untuk menggali informasi yang mungkin muncul

di luar pertanyaan yang tersedia.3

4. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan

perhatian peneliti. Yang dijadikan sebagai populasi oleh peneliti adalah warga

kanagarian Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat.

Sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa

mengadakan penelitian kepada seluruh anggota populasi karena terlalu banyak.

Oleh karena itu peneliti mengambil sampel yang dirasa representatif dari

populasi yang akan dijadikan sampel. Dari jumlah masyarakat tersebut yang

bekerja sebagai petani penggarap, peneliti mengambil populasi sebanyak seratus

orang, yaitu petani penggarap. teknik pengambilan sampel disini dilakukan

dengan menggunakan teknik non probability dengan cara convenience sampling, yaitu unit sampel yang ditarik mudah dihubungi dimana dan kapan

3

(15)

saja, tidak menyusahkan dan mudah untuk mengukur dan berkarakteristik

kooperatif.

5. Metode Analisa Data:

a. Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif yaitu data yang dapat diukur sehingga dapat

menggunakan statistik dalam pengujiannya.

Dengan rumus prosentase:

P = f/n x 100%

Ket: P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data pada

penelitian deskriptif adalah dengan menggunakan tabel, sehingga bisa lebih

mudah dibaca data tersebut dengan menggunakan distribusi frekuensi.

Sedangkan untuk menganalisis adanya hubungan atau korelasi antara

kedua variable digunakan metode korelasi Rank Spearman, yaitu statistik yang didasarkan pada ranking. Korelasi ini adalah untuk mengetahu ada

atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. ini berarti

(16)

dalam skala ordinal sehingga individu-individu yang dipelajari dapat

dirangking dalam dua rangkaian berurut.

RS

=

keterangan :

di2 : beda (selisih) setiap pasang rank.

x : skor jumlah dari X

y : skor jumlah dari Y

b. Metode Kualitatif

Metode kualitatif pada umumnya dalam bentuk narasi atau

gambar-gambar. Kadangkala berupa angka-angka. Tetapi angka tersebut hanya

menjelaskan untuk sesuatu.

Data-data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian deskriptif pada

umumnya dapat dihitung jumlahnya atau frekuensinya. Cara yang

[image:16.612.115.503.139.507.2]
(17)

mudah dibaca adalah dengan menampilkan data tersebut kedalam distribusi

frekuensi. Tabel yang nantinya dibuat berdasarkan atas distribusi frekuensi.

c. Hipotesa:

Hipotesa adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam

penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kembali.4 Hipotesa bisa saja

benar dan bisa saja salah. Hipotesa dari rumusan diatas adalah terdapat

hubungan antara bagi hasil muzara’ah (X) dengan produktivitas kerja petani

(Y).

Rumusannya:

Ho = 0, terdapat hubungan antara muzara’ah dengan produktivitas kerja

petani

H1 0, tidak terdapat hubungan antara Muzaraa’h dengan produktivitas

kerja petani.

d. Uji Signifikansi :

4

(18)

Uji signifikansi adalah suatu pengujian hipotesa untuk mengetahui

apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan antara variabel bebas atau

variabel independen dengan variabel dependen atau variabel terikat. Dalam

pengujian signifikansi penulis menggunakan uji F. Uji F digunakan untuk

menguji apakah variabel-variabel independen secara simultan bersama-sama

mempengaruhi variable terikat atau variabel dependen. Uji F didapatkan

dengan cara hasil output SPSS 11.05 yang penulis gunakan untuk lebih

memudahkan penulis dalam menganalisa data.

6. Variabel Penelitian

a. Variable Penelitian

b. Operasional Variabel dan Indikator

X = Bagi hasil Muzara’ah

Y = Kesejahteraan Petani

Teknik penulisan dalam skripsi ini adalah dengan berpedoman kepada

buku “Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007”

Bagi Hasil Muzara’ah

(19)

F. KAJIAN PUSTAKA

Ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat tema mengenai

muzara’ah dan hal terkait, diantaranya:

1. Penelitian skripsi yang disusun oleh saudari Endang Yulianti tahun 2004

Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul pengaruh sistem muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat. Penelitian yang dilakukan saudari Endang Yulianti sangat menarik mengenai pengaruh

yang ditimbulkan oleh muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat,

khususnya peningkatan produksi pertanian dan penyerapan tenaga kerja.

Tetapi penelitian yang dilakukan melalui data-data kualitatif yang hanya

membahas pengaruh muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat.

2. Penelitian skripsi yang disusun oleh saudari Yuliani tahun 2004 Jurusan

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul Muzara’ah dan pengaruhnya terhadap masyarakat Cihamerang Kabupaten Sukabumi. Penelitian yang saudari Yuliani lakukan hanya berdasarkan perspektif atau

tinjauan hukum Islam dalam menerangkan pengaruh muzara’ah terhadap

aspek perekonomian dan aspek sosial juga hanya memakai data-data

kualitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Mulya Winarsih tahun 2007

dengan judul pengaruh sistem muzara’ah terhadaptingkat pendapatan masyarakat studi kasus Desa Kalisapu Kabupaten Tegal Jawa Tengah.

(20)

pendapatan petani desa kalisapu dengan memakai data-data kuantitatif.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

muzara’ah terhadap tingkat pendapatan petani.

Dari topik-topik yang penulis sebutkan diatas tersebut, sudah jelas ada

perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan, yakni mengenai pengaruh

sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani nagari Pakan Rabaa kabupaten

Solok Selatan, Sumatera Barat dengan menggunakan metode kombinasi kualitatif

dan kuantitatif.

G. KERANGKA KONSEP

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam mengurangi

kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan secara langsung dapat meningkatkan

perumbuhan ekonomi serta manfaat-manfaat ekonomis lainnya.

Sektor pertanian yang merupakan basis pertumbuhan ekonomi pedesaan

sangat strategis dalam meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi

kemiskinan. Akan tetapi, sampai saat ini para petani masih banyak yang hidup

dibawah garis kemiskinan dan kesulitan akan memenuhi kebutuhan hidup dan

pengembangan dirinya kepada hal yang lebih baik.

Konsep bagi hasil pertanian dalam Islam atau lebih dikenal dengan

muzara’ah sebenarnya bukan transaksi baru dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini

telah lama dikenal dalam berbagai kegiatan ekonomi. Sistem bagi hasil pertanian

terutama untuk tanaman padi, berlangsung antara pemilik lahan dengan petani

(21)

Kerangka Konsep:

Sistem Muzara’ah

Produktivitas Kerja Petani

Uji Statistik

Kesimpulan Pengaruh Muzara’ah Terhadap Produktivitas Kerja Petani

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika Pembahasan dalam penelitian skripsi ini terbagi kedalam 5

bab diantaranya Sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Merupakan bab pembukaan yang membahas tentang latar belakang

(22)

manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, kerangka

konsep dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Teoritis Tentang Sitem Muzaraa’ah dan Produktivitas

Membahas tentang pengertian dan konsep Muzara’ah, serta

membahas pengertian dan konsep produktifitas kerja.

BAB III Gambaran Umum Nagari Pakan Rabaa

Membahas tentang gambaran umum kabupaten Solok Selatan,

gambaran umum desa Pakan Rabaa meliputi kondisi geografis,

sosial dan ekonomi, dan potensi desa Pakan Rabaa

BAB IV Analisis Produktivitas Kerja Petani Ditinjau Dari Sistem Muzara’ah

Dalam bab ini membahas Gambaran Umum Responden, dan

Analisis pengaruh sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja

petani desa Pakan Rabaa dengan metode Rank spearman

BAB V Penutup

Berisikan kesimpulan dari pembahasan penelitian skripsi ini dan

[image:22.612.111.528.128.523.2]
(23)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Muzara’ah

1. Pengertian Muzara’ah

Muzara’ah adalah suatu sistem kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan pertanian dan petani penggarap.5 Sedangkan dalam terminologi fiqh

terdapat beberapa definisi al-Muzara’ah yang dikemukakan oleh ulama fiqh.

a. Menurut Ulama Hanafiyah6

"

#

$

“akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi”

b. Menurut Ulama Syafi’iyah7

%

&

'

$ ( "ﻡ

“akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang keluar dari bumi”

c. Menurut Ulama Hanabilah8

)

*

(

$

"

&

+

+,-

% . +- / & .0

5

M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2004. cet 2, h.271

6

Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat” hal 271

7

Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat” hal 272 8

(24)

penyerahan lahan pertanian kepada seorang petani untuk diolah dan hasilnya dibagi berdua.”

d. Menurut Ulama Maliki9

% ) 12 '3%

perserikatan dalam pertanian.”

Muzara'ah adalah salah satu bentuk kerja sama antara petani (buruh tani) dan

pemilik sawah. Seringkali kali ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi

dia tidak punya lahan, dan sebaliknya banyak orang yang punya lahan tetapi tidak

mampu menanaminya. Maka Islam mensyari'atkan muzara'ah sebagai jalan tengah

bagi keduanya.10

Sejalan dengan pemikiran ahli ekonomi Islam, Imam asy-Syaibani. Imam

asy-Syaibani lebih mengutamakan usaha dalam bidang pertanian.11 Menurutnya,

pertanian memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menunjang

dalam melaksanakan berbagai kewajibannya. Imam asy-Syaibani menyatakan bahwa

manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang tidak akan

menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya. Dan

kalaupun manusia berusaha keras, usia akan membatasinya. Dalam hal ini,

kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh karena itu, Allah Swt

memberi kemudahan pada setiap orang untuk menguasai pengetahuan salah satu

diantaranya, sehingga manusia dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan

9

Ibid, Prof. DR. Syafe’I Rahmat, M.A, “Fiqh Muamalat”.

10

http://www.eramuslim.com/ustadz/eki/6428102916-masalah-bagi-hasil-sawah-muzara039ah..html, diakses pada tanggal 24 September 2008

11

(25)

hidupnya. Imam asy-Syaibani menandaskan bahwa seorang fakir membutuhkan

orang kaya sedangkan yang kaya membutuhkan tenaga orang miskin. Dari hasil

tolong-menolong tersebut, manusia akan semakin mudah menjalankan aktivitas

ibadah kepada-Nya. Karena itulah kerja sama antara pemilik lahan dengan petani

penggarap relevan dengan pemikiran imam asy-Syaibani.

Itulah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan mentradisi di tengah para

sahabat dan kaum muslimin setelahnya. Ibnu 'abbas menceritakan bahwa Rasululah

SAW bekerja sama (muzaraah) dengan penduduk Khaibar untuk berbagi hasil atas

panen, makanan dan buah-buahan. Bahkan Muhammad Albakir bin Ali bin

Al-Husain mengatakan bahwa tidak ada seorang muhajirin yang berpindah ke Madinah

kecuali mereka bersepakat untuk membagi hasil pertanian sepertiga atau seperempat.

Para sahabat yang tercatat melakukan muzara'ah antara lain adalah Ali bin

Abi Thalib, Sa'ad bin Malik, Abdullah bin Mas'ud dan yang lainnya. Bahkan Umar

bin Abdul Aziz pun yang hidup di masa berikutnya memiliki pemasukan dari bagi

hasil.12

Di Indonesia istilah Muzara’ah tersebut lebih dikenal dengan istilah paroan sawah/ladang. Sedangkan di Iraq lebih dikenal dengan istilah Mukhabarah.13Dalam masalah ini Muzara’ah dan Mukhabarah mempunyai pengertian yang sama, tetapi yang menjadi persoalan pada bibit pertanian. Muzara’ah bibitnya dari petani pemilik lahan dan Mukhabarah adalah sebaliknya.

12

Fitria, Tugas Pemikiran Ekonomi, http://f1tr1a.wordpress.com/2008/06/18/tugas-3-pemikiran-ekonomi/, diakses tanggal 12 Desember 2008

13

(26)

Jadi dapat disimpulkan Muzara’ah ialah mengerjakan tanah (orang lain)

seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga

atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik

tanah

Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang

dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan

biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan.

Munculnya pengertian muzara’ah dan mukhabarah dengan ta’rif atau pengertian yang berbeda tersebut karena adanya ulama yang membedakan antara arti

muzara’ah dan mukhabarah, yaitu Imam Rafi’i berdasar dzhahir nash Imam Syafi’i.

Sedangkan ulama yang menyamakan ta’rif muzara’ah dan mukhabarah diantaranya Nawawi, Qadhi Abu Thayyib, Imam Jauhari, Al Bandaniji. Mengartikan sama

dengan memberi ketentuan: usaha mengerjakan tanah (orang lain) yang hasilnya

dibagi sesuai dengan kesepakatan.

2. Dasar Hukum Muzara’ah

Dalam menetapkan hukum keabsahan muzara’ah, terjadi perbedaan

pendapat antara para ulama. Imam Abu Hanifah (80-150 H/ 699-767 M) dan

(27)

Alasan Imam Abu Hanifah dan Zufair ibn Huzail adalah hadist:14

0

4

5

67

8 9

9

-:

.

5

%;

+

"

'

Artinya:

Rasullullah saw. yang melarang melakukan al-Mukhabarah.

Menurut mereka, objek akad dalam muzara’ah belum ada dan tidak jelas

kadarnya, karena yang dijadikan imbalan untuk petani adalah hasil pertanian yang

belum ada (al- Ma’dum) dan tidak jelas (al-Jahalah) ukurannya, sehingga keuntungan yang dibagi, sejak semula tidak jelas.15 Ulama Syafi’iyah juga

berpendapat bahwa akad muzara’ah tidak sah, kecuali apabila akad al-muzara’ah

tersebut mengikut kepada akad al-musaqah.

Ulama Malikiyah, Hanabilah, Abu Yusuf (113-182H/731-798M),

Muhammad ibn asy-Syaibani, keduanya sahabat Abu Hanifah, dan ulama

azh-Zhahiriyah berpendapat bahwa akad Muzara’ah hukumnya boleh, karena

akadnya cukup jelas, yaitu menjadikan petani sebagai serikat dalam penggarapan

sawah. Hal itu dikarenakan hadist Nabi saw:16

0

4

5

7

6

8 9

9

-:

.

5

%

;

=/

0

>

/

-'

3

@

='

&

'

"

A

'

0

.

B

14

Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”, h.272

15

Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007., h.276

16

(28)

Artinya:

“ Rasullulah saw. melakukan akad Muzara’ah dengan penduduk khaibar, yang hasilnya dibagi antara Rasul dengan para pekerja.” (H.R al-bukhari, Muslim, abu Daud, an-Nasa’I, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, dan Imam Ahmad

ibn Hanbal dari Abdullah bin Umar).

Menurut mereka, akad ini bertujuan untuk saling membantu antara petani

dengan pemilik tanah pertanian. Hal ini bertujuan untuk saling tolong menolong

sesama manusia dan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Ma’idah

ayat 2:17

...

!"#

$%

Artinya:

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah: 2)

17

(29)

Dasar hukum Muzara’ah yang digunakan oleh para ulama dalam menetapkan hukumnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim dari Ibnu Abbas r.a:18

C

4

,

D

E

F

;

&

G

H'

F

1

.

I

"

'

0

4

&

'

)

J

K

+

;

7

:

"

2

L

:

0

$

)

-+

0

.

-,

G

+

0

M

)N

4

0

)

-O

P

:

Artinya:

Sesungguhnya Nabi saw menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah, bahkan beliau menyuruhnya, supaya sebagian menyayangi sebagian yang lain, dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah, maka hendaklah ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada saudaranya, jika ia tidak mau, maka boleh ditahan saja tanah itu.”

3. Rukun dan Syarat Muzara’ah

a. Rukun Muzara’ah

Jumhur ulama yang membolehkan akad Muzara’ah mengemukakan

rukun yang harus dipenuhi agar akad tersebut menjadi sah.19

1) Pemilik Lahan

18

Ibid, Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h278

19

(30)

2) Petani penggarap

3) Objek Muzara’ah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja

4) Ijab Qabul

Secara sederhana, ijab dan qabul cukup dengan lisan saja. Namun

sebaiknya dapat dituangkan kedalam surat perjanjian yang disetujui kedua

belah pihak, termasuk bagi hasil kerjasama tersebut.

Ulama Hanabilah berpendapat bahwa muzara’ah tidak memerlukan

qabul secara lafadzh, tetapi cukup hanya dengan mengerjakan tanah, itu

sudah termasuk qabul.20 Sifat akad muzara’ah menurut ulama hanafiyah

adalah sifat-sifat perkongsian yang tidak lazim. Adapun pendapat ulama

Malikiyah harus menabur benih di atas tanah supaya tumbuh tanaman atau

dengan menanam tumbuhan diatas tanah yang tidak ada bijinya. Menurut

pendapat yang paling kuat, perkongsian harta termasuk muzara’ah dan harus

menggunakan sighat.21

b. Syarat-syarat muzara’ah:

Adapun syarat-syarat Muzara’ah menurut jumhur ulama ada yang menyangkut orang yang berakad, benih yang ditanam, tanah yang

dikerjakan, hasil yang akan dipanen, dan menyangkut waktu berlakunya

akad.22

20

Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. Bandung: Pustaka Setia, 2004. cet 2, h.207

21

Ibid, h.208

22

(31)

1) Syarat orang yang berakad harus baligh dan berakal. Imam Abu

Hanifah mensyaratkan bukan orang murtad, tetapi ulama Hanafiyah

tidak mensyaratkannya (Abu Yusuf dan Muhammad Hasan

asy-Syaibani).23

2) Syarat akan benih yang ditanam harus jelas dan menghasilkan.

3) Syarat yang berkaitan dengan lahan pertanian.

a) Tanah tersebut bisa digarap dan dapat menghasilkan

b) Batas-batas lahan tersebut harus jelas

c) Ada penyerahan tanah

d) Tanah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada petani

penggarap untuk diolah

4) Syarat yang berkaitan dengan hasil yang akan dipanen

a) Jelas ketika akad

b) Pembagian hasil panen harus jelas

c) Hasil panen tersebut harus jelas benar-benar milik bersama

orang yang berakad.

23

(32)

d) Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang

ma’lum24

5) Syarat yang berkaitan dengan waktu harus jelas

6) Syarat yang berkaitan dengan dengan objek akad juga harus jelas

pemanfaatan benihnya, pupuknya, dan obatnya. Seperti yang berlaku

dengan adat dan kebiasaan daerah setempat.

Imam Abu Yusuf dan Muhammad Hasan asy-Syaibani berpendapat

bahwa dilihat dari segi sahnya akad muzara’ah maka ada empat bentuk:25

1) Apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, kerja dan alat dari petani

penggarap, sehingga yang menjadi objek muzara’ah adalah jasanya

petani, hukumnya sah

2) Apabila pemilik lahan hanya menyediakan lahan saja, sedangkan

penggarap menyediakan bibit, alat, dan kerja, yang menjadi objek

muzara’ah adalah manfaat tanah /lahan, hukumnya sah.

3) Apabila lahan, bibit, alat, dan kerja dari petani, maka akad

muzara’ah juga sah.

4) Apabila lahan dan alat dari pemilik lahan dan bibit serta kerja dari

petani penggarap, maka hukum akadnya tidak sah. Mereka

berpendapat apabila alat pertanian dari pemilik lahan, maka akad

24

Dr. H. Hendi Suhendi, M.si,“Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. h. 159

25

(33)

menjadi rusak, karena alat pertanian tidak bisa mengikat pada lahan.

Alat pertanian tersebut tidak sejenis dengan manfaat lahan. Karena

lahan adalah untuk menghasilkan tumbuh-tumbuhan dan alat hanya

sebagai untuk pengolahannya. Alat pertanian seharusnya dari

penggarap bukan dari pemilik lahan.

Hukum akad muzara’ah shahih menurut ulama Hanafi adalah sebagai

berikut:26

1) Segala keperluan untuk menggarap tanaman diserahkan sepenuhnya

kepada penggarap

2) Pembiayaan atas tanaman di bagi antara pemilik lahan dengan

penggarap

3) Hasil yang diperoleh dibagi atas kesepakatan yang disepakati.

4) Menyiram dan merawat tanaman adalah tanggung jawab penggarap,

kecuali disyaratkan bersama dalam kesepakatan akad.

5) Jika salah seorang yang akad meninggal maka penggarap tidak

mendapatkan apa-apa, karena ketetapan akad didasarkan atas waktu.

Hukum akad muzara’ah fasid apabila terdapat:27

1) Penggarap tidak melakukan kewajiban terhadap akad yang telah

disepakati

26

Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. h.210

27

(34)

2) Hasil yang didapatkan merupakan pemilik benih

3) Jika benih dari penggarap, maka berhak mendapatkan upah

4. Akibat Akad Muzara’ah

Jumhur ulama yang membolehkan akad muzara’ah, jika pemilik tanah dan

penggarap telah melakukan akad muzara’ah akan berakibat sebagai berikut:28

a. Pemilik lahan bertanggung jawab terhadap biaya benih dan pemeliharaan

pertanian tersebut.

b. Biaya pertanian seperti pupuk, biaya perairan, biaya pembersihan tanaman,

ditanggung oleh petani dan pemilik lahan sesuai dengan persentase bagian

masing-masing

c. Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama

d. Perairan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama dan apabila tidak

ada kesepakatan, berlaku adat dan kebiasaan ditempat masing-masing

e. Apabila seseorang meninggal dunia, akad tersebut tetap berlaku sampai

panen dan diwakili oleh ahli warisnya, lebih lanjut akad tersebut dapat

dipertimbangkan oleh ahli waris diteruskan atau tidak

5. Berakhirnya Akad Muzara’ah

Habisnya masa muzara’ah:

2828

(35)

Apabila akad muzara’ah berakhir sebelum masa panen, akad muzara’ah

tersebut tidak dibatalkan dan ditunggu sampai masa panen. 29 Dalam menunggu

masa panen tersebut petani penggarap berhak mendapat upah sesuai dengan adat

kebiasaan setempat, dan biaya untuk pertanian selanjutnya ditanggung bersama

oleh pemilik lahan dan petani penggarap.30

a. Salah seorang yang berakad meninggal.

Menurut ulama mazhab hanafi dan hanabilah, maka akad muzara’ah

berakhir. Sedangkan menurut ulama mazhab Syafi’i dan Maliki akad

muzara’ah tersebut tidak berakhir dan dapat diteruskan oleh ahli warisnya.31

1) Adanya uzur. Menurut ulama Hanafiyah uzur tersebut dapat berupa:32

a) Tanah garapan tersebut terpaksa dijual karena pemilik lahan

memiliki hutang

b) Penggarap tidak dapat mengelola tanah dikarenakan sakit, jihad

dijalan Allah SWT, dan naik haji

Kerjasama di bidang pertanian seperti muzara’ah di atas mempunyai

banyak kebaikan dan hikmah yang bisa diambil. Muzara’ah tersebut bisa

dijadikan tolong menolong antara pemilik lahan yang tidak bisa menggarap

lahannya kepada petani penggarap yang tidak mempunyai lahan. Hal tersebut bisa

mencegah terjadinya lahan yang menganggur dan petani penggarap yang

sebelumnya tidak punya lahan tapi punya kemampuan.

29

Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h.280

30

M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. h.279

31

Ibid, h.279

32

(36)

B. Bentuk-Bentuk Muzara’ah

Dengan adanya beberapa perbedaan pendapat dari para ulama islam tentang

keabsahan Muzara’ah itu sendiri dalam hal kegunaanya, akhirnya mempengaruhi

keabsahan sistem muzara’ah itu sendiri. Namun ada beberapa bentuk muzara’ah

yang diakui oleh ulama fiqh.33.

Bentuk Muzara’ah yang tidak diperbolehkan:34

1. Suatu bentuk perjanjian yang menetapkan sejumlah hasil tertentu yang

harus diberikan kepada pemilik tanah, maksudnya adalah apapun hasil

yang akan diperoleh nantinya pemilik tanah akan tetap mendapatkan hasil

yang sebelumnya telah disyaratkan diawal. Contoh pemilik tanah akan

tetap menerima lima atau sepuluh maund dari hasil panen. (1 maund = 40 Kg)

2. Apabila hanya bagian-bagian tertentu dari lahan tersebut yang

berproduksi, misalnya, bagian utara atau selatan yang hanya berproduksi

dan hasil dari bagian yang berproduksi tersebut untuk pemilik tanah.

3. Apabila hasil tersebut berada pada bagian tertentu, misalnya pada bagian

sungai atau di daerah yang mendapat cahaya matahari dan hasilnya hanya

untuk pemilik tanah. Hal tersebut merugikan petani penggarap yang

hasilnya belum akan diketahui, sedangkan hasil pemilik lahan telah

ditentukan.

33

Afzalurrahman, “Doktrin Ekonomi Islam”. Jakarta;Dana Bakti Wakaf, 1995. h.285

34

(37)

4. Penyerahan tanah kepada seseorang dengan syarat tanah tersebut tetap

akan menjadi miliknya jika pemilik tanah masih menginginkannya, hal

tersebut dilarang karena mengandung unsur ketidakadilan karena

merugikan para petani yang akan membahayakan hak-hak mereka dan bisa

menimbulkan kesengsaraan dan kemeleratan.

5. Ketika petani dan pemilik tanah sepakat membagi hasil tanah tetapi satu

pihak menyediakan bibit dan yang lainnya menyediakan alat-alat

pertanian.

6. Apabila tanah menjadi tanah milik pertama, benih dibebankan kepada

pihak kedua, alat-alat pertanian kepada pihak ketiga, dan tenaga kerja

kepada pihak keempat, atau dalam hal ini tenaga kerja dan alat-alat

pertanian dibebankan kepada pihak ketiga.

7. Perjanjian pengolahan menetapkan tenaga kerja dan tanah menjadi

tanggung jawab pihak pertama dan benih serta alat-alat pertanian pada

pihak lainnya.

8. Bagian seseorang harus ditetapkan dalam jumlah, misalnya sepuluh atau

duapuluh maunds gandum untuk satu pihak dan sisanya untuk pihak lain.

9. Ditetapkan jumlah tertentu dari hasil panen yang harus dibayarkan kepada

satu pihak lain dari bagiannya dari hasil tersebut.

10. Adanya hasil panen lain (selain yang ditanam di lahan tersebut) harus

(38)

Singkatnya perjanjian Muzara’ah akan sah apabila tidak seorangpun yang

dikorbankan haknya, dan tidak ada pemanfaatan secara tidak adil atas kelemahannya

dan kebutuhan seseorang, dan tidak boleh ada syarat-syarat yang sejenisnya dapat

menimbulkan perselisihan antara kedua belah pihak.

Adapun bentuk muzara'ah yang diharamkan adalah bila bentuk

kesepakatannya tidak adil. Misalnya, dari luas 1.000 m persegi yang disepakati,

pemilik lahan menetapkan bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400

m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani berhak atas hasil yang akan didapat pada

600 m tertentu.

Perbedaannya dengan bentuk muzara'ah yang halal di atas adalah pada cara

pembagian hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen dikumpulkan terlebih

dahulu, baru dibagi hasil sesuai prosentase. Sedangkan bentuk yang kedua dan

terlarang itu, sejak awal lahan sudah dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600 m.

Buruh tani berkewajiban untuk menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas pada

hasil di 600 m itu saja. Sedangkan apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya lagi

yang 400 m, menjadi hak pemilik lahan.

Cara seperti ini adalah cara muzaraah yang diharamkan. Inti larangannya ada

pada masalah gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan dirugikan. Misalnya, bila panen dari lahan yang 400 m itu gagal, maka pemilik lahan akan dirugikan.

Sebaliknya, bila panen di lahan yang 600 m itu gagal, maka buruh tani akan

dirugikan. Maka yang benar adalah bahwa hasil panen keduanya harus disatukan

(39)

Bentuk muzara'ah yang terlarang ini adalah seseorang memberikan

persyaratan kepada orang yang mengerjakan tanahnya; yaitu dengan ditentukan tanah

dan sewanya dari hasil tanah baik berupa takaran ataupun timbangan. Sedang sisa

daripada hasil itu untuk yang mengerjakannya atau masih dibagi dua lagi.

Bentuk Muzara’ah yang dibolehkan:35

1. Perjanjian kerjasama dalam pengolahan lahan dimana tanah dari satu

pihak, peralatan pertanian, benih dan tenaga kerja dari pihak lainnya dan

setuju bahwa pemilik tanah akan mendapat bagian tertentu dari hasil

2. Apabila tanah, peralatan pertanian dan benih, semuanya beban pemilik

tanah sedangkan hanya buruh yang dibebankan kepada petani maka harus

ditetapkan bagian tertentu bagi pemilik tanah.

3. Perjanjian dimana tanah dan benih dari pemilik lahan dan peralatan

pertanian dan kerja dari petani dan pembagian dari hasil tersebut harus

ditetapkan secara proporsional.

4. Apabila keduanya sepakat atas tanah, perlengkapan pertanian, benih dan

buruh serta menetapkan bagian masing-masing yang akan diperoleh dari

hasil

5. Imam Abu Yusuf berpendapat: jika tanah diberikan secara cuma-cuma

kepada seseorang untuk digarap, semua pembiayaan pengolahan

ditanggung oleh penggarap dan semua hasil menjadi miliknya tapi kharaj

akan dibayar pemilik tanah, jika ‘ushri dibayar petani.

35

(40)

6. Apabila tanah berasal dari satu pihak dan kedua belah pihak sama-sama

menanggung benih, buruh dan pembiayaan pengolahan, dalam hal ini

keduanya akan mendapat hasil. Jika merupakan ‘ushri, harus dibayar berasal dari hasil dan jika kharaj akan dibayar oleh pemilik tanah.

7. Apabila tanah disewakan kepada seseorang, dan itu adalah kharaj, menurut imam Abu Hanifah harus dibayar oleh pemilik tanah, dan jika

‘ushr sama juga dibayar oleh pemilik tanah, tetapi menurut Abu Yusuf jika

‘ushr dibayar oleh petani.

8. Apabila perjanjian muzara’ah ditetapkan dengan sepertiga atau seperempat

dari hasil, menurut imam Abu Hanifah, keduanya kharaj atau ‘ushr akan dibayar oleh pemilik tanah.

C. Pengertian Produktivitas

Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil

nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya.

Produktivitas juga dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi

barang dan jasa.36

Mahoney (dalam Campbell, 1990) mendefinisikan produktivitas sebagai

suatu pengertian efisiensi secara umum yaitu sebagai rasio antara hasil dan masukan

selama suatu proses yang menghasilkan suatu produk atau jasa. Hasil (outputs) itu

36

(41)

meliputi (penjualan, laba, kepuasan konsumen), sedangkan masukan meliputi alat

yang digunakan, biaya, tenaga, keterampilan dan jumlah hasil individu.

Sejalan dengan pendapat diatas, As’ad (1987) menjelaskan produktivitas

tidak dapat dipisahkan dengan pengertian produksi karena keduanya saling

berhubungan. Apabila mempermasalahkan produktivitas maka produksi selalu

tersangkut di dalamnya.

Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas

keluaran pada waktu tertentu dengan totalitas pemasukan pada periode tersebut, atau

suatu tingkatan efisiensi dalam meproduksi barang dan jasa. (Edwin B. Filippo,

1984).

Produktivitas dapat diuraikan sebagai perbandingan antara total output yang

berupa barang dan jasa pada waktu tertentu dibagi dengan total inputnya yang berupa

5 (lima) M, yaitu (Man, Material, Money, Method, Machine). Selama periode yang

bersangkutan dalam satuan unit. (menurut Gregerman, 1984).

Dapat ditarik kesimpulan secara sederhana bahwa pengertian produktivitas

kerja adalah rasio output terhadap input. Input bisa mencakup biaya produksi dan

biaya-biaya lainnya. Output terdiri dari penjualan, pendapatan dan kerusakan.

D. KONSEP PRODUKTIVITAS

Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi

individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam

(42)

dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu

yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan

dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis

antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan ini,

terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi

juga dapat dilihat dari aspek kualitas

Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan

utama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan dari suatu pekerjaan. Sebaliknya,

pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam

menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas. Dengan demikian, pertumbuhan

dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah,

melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis,

tidak mekanistik, non linear dan kompleks.

Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi disebabkan oleh

peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama,

pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber

daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci,

pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering

dihadapkan pada berbagai kesulitan.

Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar, dari

suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi

(43)

pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia

merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini,

konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja,

produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh

ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun

demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber

daya manusia.

Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara

keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat

dikatakan meningkat apabila:

1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber

daya yang sama.

2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah

masukan/sumber daya lebih kecil

3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya

yang relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).

Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas

disemua sektor kegiatan. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan

sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya

manusia dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya. Dengan kata lain bahwa

produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja

(44)

Aspek-aspek dalam produktivitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu efektifitas dan efisiensi. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan yang direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana. Kalau

masukan yang sebenarnya digunakan itu semakin besar penghematannya, maka

tingkat efisiensi semakin tinggi.

Sedangkan Efektifitas yaitu merupakan suatu ukuran yang memberi

gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu.

Jika prosentase target yang akan dicapai itu semakin besar, maka tingkat efektifitas

semakin tinggi, atau semakin kecil prosentase target dapat tercapai, maka semakin

rendah tingkat produktivitasnya.

Teknik Peningkatan Produktivitas

Menurut J.Raviyanto Putra dan kawan-kawan (1988), banyak cara untuk

meningkatkan produktivitas, diantaranya:37

a. Dengan meningkatkan keluaran dan mempertahankan masukan

b. Meningkatkan keluaran dengan proporsi yang lebih besar dari pada

pertambahan masukan

c. Meningkatkan keluaran dan menurunkan masukan

d. Mempertahankan keluaran dan menurunkan masukan

e. Menurunkan keluaran dan menurunkan masukan dengan proporsionalitas

yang lebih besar

37

[image:44.612.110.524.301.593.2]
(45)

Selanjutnya dalam memperbaiki produktivitas berarti menata kembali dan

mengkombinasikan faktor-faktor produktif sedemikian rupa sehingga menghasilkan

performan yang lebih tinggi.

a. Fase Awareness (Penyadaran)

Untuk menjadi lebih produktif, pertama kali manusia harus mau

meningkatkan produktivitas mereka. Untuk langkah yang pertama adalah

dengan malakukan pembaharuan dalam hal ini adalah produktivitas, yang

harus dilakukan adalah meyakinkan diri sendiri ataupun orang lain bahwa

dengan produktivitas yang lebih besar akan memberikan manfaat bagi

masing-masing orang yang terlibat dan bukan sebaliknya.

b. Fase Improvement (Perbaikan)

Menurut Ir. Ahmad Tohardi,38 ada empat jalur yang dapat

ditempuh dalam melakukan perbaikan produktivitas, yaitu: Investasi,

insentif, pelibatan, dan metode teknik Industri.

c. Fase Maintenance (Pemeliharaan)

Yaitu menjaga dan mencegah agar produktivitas tersebut tidak

turun kembali nilainya.

38

(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Solok Selatan

Daerah Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi

Sumatera Barat. Daerah Kabupaten Solok Selatan ini merupakan daerah pemekaran

pada tahun 2003 karena adanya otonomi daerah. Sebelumnya daerah Solok Selatan

ini bernaung pada kabupaten Solok. Terbentuk Kabupaten Solok Selatan merupakan

buah dari perjuangan panjang yang dimulai sejak 1950-an yang ditandai dengan

diadakan Konferensi Timbulun.

Pada Konferensi Timbulun saat itu akan dibentuk sebuah Kabupaten dengan

nama Kab. Sehilir Batang Hari (SBH) yang memasukan wilayah Kecamatan Lembah

Gumanti (Alahan Panjang), Pantai Cermin (Surian), Sungai Pagu (Muaro Labuh) dan

Kec. Sangir (Lubuk Gadang). Perjuangan panjang itu, baru tercapai setelah

disahkannya Undang-Undang No 38 tahun 2003 dan pada 7 Januari 2004 diresmikan

24 kabupaten baru di Indonesia tiga di antaranya terdapat di Sumbar, yakni,

Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pasaman Barat. 39

1.Demografis dan Geografis

Secara umum Kabupaten Solok Selatan, beriklim tropis dengan temparatur

udara berkisar 20 - 33 derajad celcius dengan curah hujan 1.600 - 4.000

mm/tahun.

39

(47)

Terkait kabupaten yang berada di kawasan Gunung Kerinci yang beriklim

tropika basah. Pada umumnya musim penghujan berlangsung pada bulan Januari

sampai dengan Mei dan September - Desember. Curah hujan tergolong cukup

tinggi dengan suhu udara berkisar 26 - 31 derajad celcius atau rata-rata 29 derajad

celcius dengan arah angin umumnya bertiap dari arah barat daya ke Tenggara.

Sedangkan musim kemarau pada bulan Juni - Agustus. Kondisi permukaan Solok

Selatan, saat ini adalah 5,20 persen lahan sawah dan 94,8 persen lahan bukan

sawah. Luas lahan yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dan

perkebunan mencapai 36,49 persen. Tata guna lahan di Solok Selatan termasuk

dalam kawasan hutan lindung dan tanah milik masyarakat serta tanah ulayat

(tanah adat).

Kabupaten Solok Selatan dihuni sekitar 133.861 jiwa lebih yang mayoritas

etnis Minangkabau, secara garis besarnya pada bagian Barat terdapat di wilayah

Alam Surambi Sungai Pagu yang mendiami lembah Muaro Labuh sepanjang

aliran batang (sungai) Suliti dan batang Bangko. Selanjutnya etnis Minang juga

tersebar di bagian Timur pada wilayah adat Rantau XII Koto, mendiami daerah

sepanjang aliran Batang Sangir, Solok Selatan. Kabupaten berhawa sejuk ini, juga

dihuni oleh etnis Jawa yang masuk pada zaman Belanda dan sesudah

Kemerdekaan Indonesia melalui program transmigrasi. Kawasan masyarakat

Solok Selatan yang etnis Jawa, umumnya tersebar di Nagari Sungai Kunyit dan

Dusun Tangah. Dengan perjalanan waktu warga etnis Jawa secara perorang juga

terus berdatangan ke daerah itu, di antaranya bekerja di sektor perdagangan dan

(48)

Selatan datang dari sektor perikanan, perkebunan, dan industri. Di sektor

perikanan, produksi perikanan tangkap di Kabupaten Solok Selatan sebesar

211.821 ton/tahun di tahun 2006. Untuk sektor perkebunan, terdapat kelapa sawit

dengan total produksi mencapai 137.270 ton di tahun 2004. Pengembangan karet

tersebar di Kecamatan Sangir Jujuan dan Sangir Batanghari. Luas lahan yang

berpotensi untuk dikembangkan seluas 14.500 Ha. Total produksi karet di tahun

2004 mencapai 10.774 ton dengan memanfaatkan lahan seluas 10.131 ha dan

sedangkan di tahun 2006, total produksi kopi mencapai 87.057 ton.

Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu wilayah otonomi yang

baru di Indonesia berdasarkan UU No. 38/2003 dan berlaku efektif terhitung

tanggal 7 Januari 2004, dan terpisah dari Kabupaten induknya, yakni Kabupaten

Solok.

Kabupaten Solok Selatan mempunyai wilayah seluas 3.346,20 Km2 yang

dilintasi daerah khatulistiwa yaitu pada 01° 00’ 59’’ - 01° 46’ 45’’ LS dan 100°

28’ 34’’ -101° 41’ 41’’ BT. Topografi dan klimatologi dengan ketinggian

wilayah Kabupaten Solok Selatan antara 350 - 800 meter di atas permukaan laut

(dpl). Dengan topografi bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar. Curah

hujan di Kabupaten ini berkisar antara 1.600 - 4.000 mm/tahun.

Kabupaten yang berada di bagian Selatan wilayah Provinsi Sumatera Barat

ini, berbatasan langsung dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Solok

(49)

Jambi

Sebelah Timur : Kabupaten Dharmasraya

Sebelah Barat : Kabupaten Pesisir Selatan

Kabupaten Solok Selatan terbagi atas tujuh Kecamatan dengan 29 Nagari

(desa), yakni, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sungai Pagu,

Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan Sangir, Kecamatan Sangir Jujuan, Kecamatan

Sangir Balai Janggo, dan Kecamatan Sangir Batanghari.

Daftar Kecamatan dan Nagari Kabupaten Solok Selatan

a. Kecamatan Sangir

1) Nagari Lubuak Gadang

2) Nagari Lubuak Gadang Selatan

b. Kecamatan Sangir Jujuan

1) Nagari Lubuak Malako

2) Nagari Padang Aia Dingin

3) Nagari Bidar Alam

4) Nagari Padang Limau Sundai

c. Kecamatan Sangir Batang Hari

(50)

2) Nagari Ranah Pantai Cermin

3) Nagari Dusun Tangah

4) Nagari Sitapuih

5) Nagari Lubuak Ulang Aling

6) Nagari Lubuak Ulang Aling Selatan

7) Nagari Lubuak Ulang Aling Tengah

d. Kecamatan Sungai Pagu

1) Nagari Koto Baru

2) Nagari Pasar Muaro Labuah

3) Nagari Pulakek Koto Baru

4) Nagari Sako Pasia Talang

5) Nagari Pasia Talang

e. Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh

1) Nagari Pakan Rabaa

2) Nagari Pakan Rabaa Timur

3) Nagari Pakan Rabaa Utara

4) Nagari Pakan Rabaa Tengah

f. Kecamatan Pauah Duo

(51)

2) Nagari Kapau Alam Pauah Duo

3) Nagari Luak Kapau

4) Nagari Pauah Duo Nan Batigo

g. Kecamatan Sangir Balai Janggo

1) Nagari Talunan Indah Sepakat,Kurnia Maju

2) Nagari Talao Sungai Kunyit

3) Nagari Sungai Kunyit Barat

2.Pemerintahan

Kabupaten Solok Selatan secara yuridis formal dibentuk dengan

undang-undang Nomor 38 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya,

Solok Selatan dan Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat.

a. Visi

Terwujudnya masyarakat Solok Selatan yang harmonis yakni, mempunyai

harkat, martabat, bermoral, aman, peduli dan sejahtera sesuai dengan falsafah

"Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah".

(52)

Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan percaya diri untuk bangkit

mengantarkan Kabupaten Solok Selatan sebagai daerah otonom yang harmonis,

sejajar dan mampu berkompetisi dengan daerah maju lainnya di Sumatera Barat,

pada tahun 2010 dengan satu tekad dan semangat manaruko bersama.

3.Potensi

Daerah Solok Selatan memiliki beberapa potensi yang dapat diandalkan

untuk menambah pendapatan daerah nya sendiri. Baik melalui potensi sumber

daya manusia maupun melalui potensi sumber daya alam. Melalui potensi sumber

daya manusia, pemerintah daerah mengembangkan dan meningkatkan pada sektor

pendidikan. Didaerah solok selatan terdapat satu sekolah menengah atas yag telah

bertaraf standar internasional, yaitu SMA Negeri 1 Solok Selatan. Diharapkan

dengan adanya sekolah tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas sumber daya

manusia daerah solok selatan agar daerah tersebut lebih berkembang lagi daripada

daerah lain yang ada di Sumatera Barat. Juga pada setiap kecamatan yang ada di

daerah solok selatan telah terdapat institusi-institusi pendidikan yang yang dapat

mansukseskan program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah pusat dan sekolah

menengah atas.

Sektor pertanian juga bisa menjadi andalan pemerintah solok selatan

untuk dikembangkan, karena umumnya daerah solok selatan adalah agraris dan

umumnya masyarakatnya juga bermata pencaharian sebagai petani. Berbagai

macam hasil pertanian dan perkebunan berasal dari solok selatan adalah padi,

(53)

Salah satu sektor lainnya yang juga menjadi andalan daerah solok selatan

adalah sektor pariwisata. Karena di solok selatan terdapat banyak objek wisata.

Mulai dari wisata alam, wisata perkebunan, maupun wisata sejarah. Contoh dari

wisata alam yang terdapat di solok selatan adalah danau Bontak yang Merupakan

satu-satunya Danau yang ada di Kabupaten Solok Selatan. Danau seluas 2 Hektar

ini berada di atas bukit di dataran tinggi Golden Arm, selanjutnya tempat

pemandian air panas yang terdapat di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dan di

kecamatan Sungai Pagu, dan beberapa air terjun yang ada di kabupaten ini.

Wisata alam selanjutnya adalah arena arung jeram yang terdapat di sungai batang

hari, sungai liki, dan sungai sangir di kabupaten ini. Wisata perkebunan berupa

hamparan kebun teh yang luas dan berhawa sejuk. Sedangkan wisata sejarah yang

ada adalah rumah peninggalan PDRI zaman kemerdekaan dan sebuah mesjid kuno

yang telah tua yang dibangun oleh nenek moyang orang minangkabau.

Sektor sumber daya alam juga menjadi potensi yang dapat memajukan

daerah solok selatan ke depan. Karena banyak bahan galian tambang di daerah

solok selatan ini. Bahan galian tersebut baru banyak baru diketemukan setelah

daerah kabupaten ini dimekarkan. Bahan galian tambang yang ada di daerah ini

contoh nya adalah bijih besi, tembaga, timah hitam, emas, dan mangan.

B. Gambaran Umum Desa Pakan Rabaa

Desa Pakan Rabaa merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Koto

(54)

desa lagi atau disana lebih dikenal dengan nama nagari, yaitu nagari Pakan Rabaa,

Nagari Pakan Rabaa timur, Nagari Pakan Rabaa Tengah, dan nagari Pakan Rabaa

Utara.

Nagari pakan Rabaa ini Nagari ini memiliki luas 151.80 km2, penduduk

7.041 jiwa atau 1866 KK. Terdiri dari empat jorong, sebagian besar penduduk di

nagari ini bermatapencaharian sebagai petani dan pedagang.

1.Demografis dan Geografis

Nagari Pakan Rabaa terdapat di dalam kecamatan Koto Parik Gadang

Diateh Kabupaten Solok Selatan propinsi Sumatera Barat. Nagari ini berada di

ujung utara kabupaten Solok Selatan. Batas-batas wilayah nagari Pakan Rabaa

secara umumnya sama dengan batas-batas wilayah kabupaten solok selatan itu

sendiri. Rata-rata penduduk nagari Pakan Rabaa ini bermata pencaharian sebagai

petani dan pedagang.

Batas-batas wilayah desa atau nagari Pakan Rabaa:

Sebelah Utara : Desa atau Nagari Pakan Rabaa Utara

Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Pagu

Sebelah Barat : Hutan Bukit Barisan yang Berbatasan

Langsung dengan Kabupaten Pesisir Selatan

Sebelah Timur : Desa Pakan Rabaa Tengah

Secara umum desa Pakan Rabaa, mempunyai iklim yang sama dengan

(55)

itu sendiri. Desa ini beriklim tropis dengan temparatur udara berkisar 20 - 33

derajad celcius dengan curah hujan 1.600 - 4.000 mm/tahun. Pada umumnya

musim penghujan berlangsung pada bulan Januari sampai dengan Mei dan

September - Desember. Curah hujan tergolong cukup tinggi dengan suhu udara

berkisar 26 - 31 derajad celcius atau rata-rata 29 derajad celcius dengan arah angin

umumnya bertiap dari arah barat daya ke Tenggara. Sedangkan musim kemarau

pada bulan Juni - Agustus. Tata guna lahan di Solok Selatan termasuk dalam

kawasan hutan lindung dan tanah milik masyarakat serta tanah ulayat (tanah adat).

Secara umum desa pakan rabaa mempunyai ciri-ciri daerah yang agraris,

karena umumnya daerah desa pakan rabaa terhampar sawah yang luas. Dan

menjadi sumber utama mata pencaharian rakyat didesa pakan rabaa. Umumnya

rakyat desa pakan rabaa menggunakan sawah tadah hujan dan beberapa lagi

memanfaatkan irigasi dari sungai yang berhulu ke sungai batang hari untuk

mengairi sawah pertaniannya.

Didesa Pakan Rabaa ini terdapat potensi kelembagaan pemerintahan

berupa pejabat desa yang disana lebih dikenal dengan sebutan wali nagari, kepala

desa. Wali nagari lah yang memangku jabatan tertinggi didesa pakan rabaa

melalui sebuah pemilu yang demokratis yang melibatkan segenap warga pakan

rabaa itu sendiri. Desa Pakan Rabaa juga memilik sebuah badan yaitu badan

perwakilan desa.

Desa pakan rabaa memiliki cukup institusi pendidikan yang cukup untuk

(56)

Mulai dari taman kanak-kanak 1 unit, SD 5 Unit, SLTPN 1 unit, MTs swasta 1

Unit, dan SMUN 1 unit, dan SMKN 1 unit yang berada di wilayah territorial desa

Pakan Rabaa.

Dalam bidang kelembagaan kemasyarakatan desa pakan rabaa memiliki

persatuan yasinan ibu-ibu rumah tangga yang rutin melakukan kegiatan setiap

kamis malam setiap minggunya. Juga ada karang taruna bagi pemuda desa pakan

rabaa yang satu induk dengan ikatan remaja mesjid raya pakan rabaa.

Dalam hal kelembagaan ekonomi desa pakan rabaa juga memiliki koperasi

simpan pinjam, dan satu unit Bank Perkreditan Rakyat. Juga ada industri makanan

rakyat, warung kelontong dan beberapa swalayan.

C. Sistem Pertanian Desa Pakan Rabaa

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, adapun kegiatan pertanian

yang terjadi di desa Pakan Rabaa terdapat beberapa kelompok tani. Kelompok tani

tersebut didirikan untuk tujuan membimbing petani dalam bekerja baik dalam hal

pemupukan dan pembibitan, untuk dapat saling bertukar informasi seputar masalah

pertanian antar sesama anggota kel

Gambar

gambar. Kadangkala berupa angka-angka. Tetapi angka tersebut hanya
Gambaran Umum Nagari Pakan Rabaa
gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu.
Tabel diatas menunjukan bahwa tentang jenis kelamin responden, yaitu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh dosis koagulan pada proses pengolahan limbah cair pabrik kecap secara koagulasi dan flokulasi untuk dapat memenuhi kadar limbah

Sementara tingkat konversi ransum yang ( feed convertion ratio ) atau didefinisikan sebagai rasio kemampuan mengkonversi pakan menjadi ransum pada kelompok perlakuan

Bagi pihak pembeli umumnya seperti barang yang dibayar tidak dikirimkan oleh penjual, atau bisa juga barang yang dikirimkan penjual tidak sesuai dengan barang yang dibayar namun

Full costing (absorption costing) adalah penetuan harga pokok produk yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Eskalator dan juga elevator yang berada pada Mall @ Alam Sutera sangat mudah untuk ditemukan karena penempatan posisi eskalator dan elevatornya yang dapat dengan mudah dilihat

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan konjungsi koordinatif yang terdapat dalam kutipan tausyiah Ustadz Muhammad Nur Maulana pada acara Islam Itu

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan skala PANAS (Positive Affect and Negative Affect Scales) yang terdiri dari 20 afek dan skala kebahagiaan yang

Perhitungan Biaya Persediaan (TC) Aktual Sebelum CDI..L4 – 2 Perhitungan Biaya Persediaan (TC) Aktual Setelah CDI....L4 – 5 Perhitungan Biaya Persediaan (TC) Setelah CDI pada