• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan dalam rumah tangga dalam sorotan agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekerasan dalam rumah tangga dalam sorotan agama"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM SOROTAN AGAMA1

Faizah Ali Syibromalisi Email. faizahalis@gmail.com

Dosen tetap Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

Pendahuluan

Lembaga perkawinan saat ini menghadapi berbagai tantangan yang mengakibatkan angka perceraian terus meningkat. Salah satu tantangan itu adalah kekerasan dalam rumah tangga, yang disingkat menjadi KDRT. Catatan Tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) selama 2012 mencatat kekerasan di ranah personal sebagai kekerasan yang paling banyak terjadi.yaitu sebanyak 216.156 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan

Angka yang disodorkan oleh Komnas Perempuan seperti disebutkan diatas tentu jauh lebih kecil dari kenyataan yang ada di masyarakat, karena sebagian besar perempuan yang mengalami KDRT lebih memilih bungkam dari pada mengadukan nasibnya kepada orang lain karena takut, demi menjaga keutuhan keluarga. Alasan tidak dilaporkannya KDRT karena masih adanya anggapan bahwa tindakan pelaporan justru dianggap sebagai tindakan penyerangan atas integritas keluarga. Intervensi dari pihak luar dianggap sebagai bentuk gangguan terhadap kekuasaan suami terhadap istri.

Akibat pandangan seperti itu hingga kini temuan-temuan kasus KDRT sangat tersembunyi. Hampir tidak ada data nasional yang seragam tentang KDRT, kecuali yang memang dilaporkan. Contohnya catatan Komisi Nasional Perempuan seperti tersebut diatas ternyata berbeda dengan catatan Pengadilan agama . Kekerasan yang terjadi di ranah personal yang ditangani pengadilan agama, tercatat 203.507 kasus, seluruhnya dicatat dalam kekerasan yang terjadi di ranah personal atau yang terjadi terhadap istri. Sementara dari 12.649 kasus yang masuk dari lembaga mitra pengada layanan, kekerasan yang terjadi di ranah personal tercatat 66 persen atau 8.315 kasus.

Melihat kenyataan tingginya angka KDRT di Indonesia, tentu membutuhkan perhatian dari berbagai fihak, karena tindak kekerasan pada perempuan sudah merupakan kezoliman yang tidak bisa ditoleransi lagi. Tulisan singkat ini berusaha menyoroti masalah KDRT di Indonesia. dari sisi agama, sebagai usaha menemukan solusi yang diharapkan minimal bisa mengurangi angka tingginya angka KDRT. Mengingat keterbatasan waktu, penulis hanya

1

(2)

2

memfokuskan pembahasan pada KDRT terhadap istri, meskipun KDRT mencakup juga kekerasan terhadap suami dan anak. Diharapkan makalah ini bisa membuka mata semua fihak khususnya perempuan bahwa KDRT harus dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan tujuan penciptaan dan tujuan perkawinan dalam Islam.

Definisi Menikah dan Berkeluarga

Menikah dan membangun keluarga atau rumah tangga adalah naluri dasar manusia. Sebagai mahluk, manusia ditakdirkan memiliki pasangan atau berpasangan. Sejak muda naluri untuk berpasangan tumbuh dan mendorong pelakunya berupaya bertemu dengan pasangannya. Itulah ketetapan Ilahi:” Segala ssesuatu telah kami ciptakan berpasang pasangan supaya kamu mengingat ( kebesaran Allah)” ( QS adz –Dzariat [51]:49.

Dalam al-Qur‟an kata nikah berarti “berhimpun”. Menurut istilah menikah adalah melangsungakan perkawinan yang dilaksanakan berdasar syarat dan rukun tertentu menurut syariat islam. Kata lain dalam al-Qur‟an yang memiliki makna pernikahan adalah kata zawwaja dari akar kata zauj yang berarti berpasangan. Ini karena pernikahan menjadikan seseorang memiliki pasangan. Menikah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa bermakna perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri(dengan resmi) dan membentuk keluarga.

Kata keluarga dalam bahasa Arab dikenal dengan kata al- Usroh yang berarti ikatan. Berdasarkan pengertian ini maka dapat difahami bahwa keluarga terbentuk atas dasar ikatan yang bersifat ihktiyari (pilihan). Sedangkan hidup berkeluarga adalah kehidupan bersama dua orang lawan jenis yang bukan muhrimnya yang telah mengikatkan diri dengan tali perkawinan, bersama anak keturunannyan yang dihasilkan sebagai akibat dari perkawinan tersebut. Hidup berkeluarga, dengan demikian berarti sebuah kehidupan yang mempunyai cit-cita, harapan dan tujuan, bukan sekedar kebersamaan. Cita-Cita berkeluarga adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal serta mendapatkan anak keturunan yang salih dan salihah.

Tujuan Menikah

Motivasi dan tujuan menikah tentu berbeda-beda pada setiap orang, namun secara umum tujuan pernikahan adalah : pertama, melaksanakan perintah Allah swt. Anjuran untuk menikah tertulis dalam surah an –Nur [24]: 32 yang artinya :

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah

(3)

3

mengikuti sunnah rasul saw. “Barang siapa yang mampu menikah, tetapi tidak menikah maka ia bukanlah termasuk golonganku.” (HR. Thabrani dan Baihaqi). Hadist Nabi SAW : “Siapa yang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh imannya, maka hendaklah ia memelihara diri pada setengah sisanya.( HR. Thabarani).Ketiga, memiliki keturunan demi memperbanyak umat. Hadist Nabi saw: “Menikahlah kamu beranak dan berketurunan, Sungguh Aku bangga dengan banyaknya kamu sebagai umatku di hari Qiamat nanti. (HR Baihaqi). Keempat, menjaga kesucian diri (iffah). Hadist Rasul SAW mengatakan: “Pernikahan itu dapat lebih memelihara pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum mampu menikah ,maka hendklah ia berpuasa, karena sesungguhnya berpuasa itu dapat menjadi tameng mengalahkan hawa nafsu.( HR Bukhari Muslim) .Kelima, Membentuk Keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah, yang bisa menumbuhkan ketenangan jiwa. QS Ar-Rum[30] ; 21 yang artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir”.

Pengertian Kekerasan, Klasifikasi dan Penyebabnya

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) APIK Ratna Batara Munti menyebutkan definisi kekerasan yaitu : “Sebuah tindakan bisa disebut sebagai kekerasan manakala perbuatan itu telah menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, kesengsaraan seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk juga ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan serta melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. (Republika 21-1-2005).

Ada empat bentuk kekerasan dalam rumah tangga, antara lain: pertama Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Kedua kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilang percaya diri, hilang kemampuan bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Ketiga kekerasan seksual yakni perbuatan berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersil atau tujuan tertentu. keempat Kekerasan dalam bentuk penelantaran rumah tangga berupa keengganan suami memberi nafkah keluarga .

(4)

4

kebiasaan social dan ditempatkan sebagai bagian dari kehidupan perkawinan ketimbang sebuah tindak kejahatan. Padahal segala bentuk kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) harus dianggap sebagai tindak kejahatan yang bisa diajukan ke pengadilan.

Prof Dr Muhamad Hakimi guru besar FK UGM bmengatakan dalam seminar bertema Gerakan Pencegahan Kekerasan pada Perempuan dan Anak di RS Dr. SarjitoYogyakarta (Kamis 28/4 2005) mengungkapkan ada beberapa hal mengapa seorang suami tega melakukan kekerasan pada perempuan yang dikawini pertama citra diri yang buruk. kedua pandangan terhadap perempuan yang stereotipik yaitu perempuan pasif dan dapat dikendalikan. Seorang pria bisa melakukan kekerasan fisik terhadap pasangannya jika memiliki pengalaman masa kecil yang buruk, bisa berupa anak tersebut yang mengalami sendiri atau ia menyaksikan kekerasan yang dilakukan ayahnya terhadap ibunya. Selain itu kehawatiran terhadap perubahan –perubahan yang dihadapi seperti pemutusan hubungan kerja, pindah rumah, hamil, pekerjaan baru, juga bisa menjadi pemicu kekerasan. Suami yang tidak mempunyai ketrampilan berkomunikasi yang memadai, tidak bisa mendiskusikan masalahnya dengan melakukan dialog yang baik dengan pasangan, ia cenderung menggunakan kekerasan daripada musyawarah.

Dampak KDRT bagi Perempuan

Segala jenis kekerasan kepada siapapun pasti akan membawa dampak yang sangat buruk. Khususnya pada perempuan , tindak kekerasan yang dialami membuat jiwa mereka terganggu. Berdasarkan data Mitra Perempuan, sembilan dari sepuluh perempuan terganggu mentalnya akibat tindak kekerasan yang mereka alami. Mereka bukan hanya menderita gangguan jiwa, tak sedikit diantaranya yang berupaya melakukan aksi bunuh diri. Aksi bunuh diri ini dilakukan kaum perempuan akibat ketidak mampuan menanggung beban. Menurut catatan Mitra Perempuan di tahun 2006 jumlah perempuan yang yang mencoba menghabisi nyawanya mencapai angka 18 orang dari total 336 kasus kekerasan. Dari angka tersebut, sebanyak 85,42 persennya merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Angka ini jauh lebih kecil dibanding kasus sejenis di tahun 2005, dimana jumlah perempuan yang mencoba melakukan aksi serupa mencapai angka 26 orang dari 455 kasus. (Dialog “Catatan kekerasan terhadap perempuan dan statistic KDRT tahun 2006 di Jakarta 25 desember, 2007).

(5)

5 Pandangan Agama Terhadap KDRT

Tidak dapat dibantah, kaum perempuan saat ini punya peran majemuk. Perempuan tak hanya ibu bagi anak-anaknya maupun istri dari suaminya. Tapi, perempuan juga punya peran dan peluang berkecimpung di bidang lain, tanpa terkecuali. Di lingkup pemerintahan, akademik, maupun bisnis. Sejarah menunjukkan, perempuan tidak hanya menopang ekonomi keluarga, tapi juga menebar banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Hal ini sudah berlaku sejak zaman Rasulullah,” Siti Khadijah RA, istri Rasulullah, menjadi contoh rujukan. Tak hanya menjadi pengusaha besar pada zamnanya, Khadijah juga adalah sandaran para anak yatim dan dhuafa. Keberhasilan perjuangan Rasulullah tak bisa dilepaskan dari peran Khadijah.

Hal ini terjadi karena agama Islam sangat memulyakan perempuan. Mengangkat derajatnya dengan cara memberikan Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hak dan kewajibannya . misalnya Lelaki dan perempuan keduanya adalah manusia yang sama, karena keduanya bersumber dari ayah dan ibu yang sama. Allah SWT berfirman dalam Qsan-Nisa 4/1 yang artinya:

“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia

menciptakan istrinya”. (QS. al A”raf/7: 189 ).

Ayat ini pada sisi lainmenunjukkan bahwa pada dasarnya hukum-hukum yang berlaku antara laki-laki dan perempuan itu sama. Prinsip umum kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dijelaskan rasul dengan sabdanya : “Perempuan-Perempuan itu tak lain adalah (bagai) saudara kandung laki-laki”. Berdasarkan pada kesamaan persaudaraan ini, maka pada dasarnya apapun yang ditetapkan sebagai hukum bagi laki-laki, juga berlaku sepenuhnya bagi perempuan, kecuali jika ada keterangan dari nash atau syariat yang menerangkan tentang kekhususannya, maka teks-teks itulah yang menjadi pengecualian dari kaidah umum tadi.

Berikut ini kesetaraan hak-hak perempuan dengan laki-laki, karena secara umum ada beberapa kesamaan , selain kesamaan dalam asal penciptaan, diantaranya adalah:

1. Kesamaan dalam amal perbuatan dan ganjarannya.

Prinsip Islam menyamakan antara laki-laki dan perempuan dalam amal perbuatan dan pahalanya di akhirat, tanpa diskriminasi apapun. Misalnya QS. Ali Imran 195 menjelaskan bahwa :Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”

2. Kesamaan dalam mematuhi taklif syar‟i

(6)

6

36 Artinya : “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah

dia Telah sesat, sesat yang nyata”.

3. Kesamaan dalam hukuman dan sanksi syariah.

Kesamaan antara dua jenis kelamin itu dihadapan hukum dapat dibaca pada QS. An-Nur ayat 2 :Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang

beriman”.

4. Kesamaan dalam memiliki hak menggunakan harta miliknya.

Islam mempersamakan antara laki-laki dan perempuan dalam menggunakan dan memanfaatkan hak miliknya dalam masalah-masalah harta benda. Setiap lelaki dan perempuan yang telah dewasa dan berakal memiliki hak secara hukum untuk menggunakan apa yang dia miliki secara bebas. Seperti dalam hal menjual, hibah, wasiat, sewa menyewa, mewakilkan urusannya pada orang lain, menggadaikan, membeli dan lain-lain yang berhubungan dengan harta miliknya. Firman Allah QS An-Nisa 4/32:. dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,

5. Kesamaan dalam memiliki identitas diri

Perempuan setelah menikah berhak untuk menggunakan nama keluarganya sendiri dibelakang namanya. Seorang suami tidak boleh mengubah identitas diri istrinya. Sebagai contoh „Aisyah ra setelah menikah dengan Rasulullah tetap menggunakan nama belakang atau nama famili Abu Bakar Ash-Shiddiq, bukan nama suaminya Muhammad Rasulullah saw.

Antipasi Agama Terhadap KDRT

1. Perlakuann Suami yang Baik terhadap Istri (Mu‟sharah bi al Ma‟ruf” ) Allah berfirman yang artinya:“dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak.” QS. an-Nisa‟ 4/19:

(7)

7

sangat baik, selalu menampakkan muka manis dan berseri-seri, bersenda gurau dan bercanda dengan mesra, memberi nafkah dan mempercayakan seluas-luasnya tentang pengelolaan keuangan keluarga kepada istri bahkan bermain dengan istri, mengajaknya lomba lari, tidur bersama dalam satu selimut, dan menyempatkan diri berhubungan sebelum tidur

Perintah untuk mempergauli istri dengan ma‟ruf bukan hanya ditujukan kepada istri yang dicintai tapi juga kepada istri yang tidak dicintai. Hal ini dikatakan oleh Sya‟rawi dalam tapsirnya dimana ia membedakan antara mawaddah yang seharusnya menghiasi hubungan suami istri, dengan sikap ma‟ruf yang diperintahkan. Mawaddah pasti disertai dengan rasa cinta sementara ma‟ruf tidak harus demikian.

Ayat diatas cukup jelas memberi indikasi bahwa ma‟ruf berbeda dengan cinta. Oleh karena itu mawaddah atau cinta bukan sesuatu yang diperintahkan, tetapi kondisi psikologis yang harus diupayakan. Sementara mempergauli atau memperlakukan dengan baik adalah diperintahkan meskipun ia belum atau bahkan tidak berhasil menghiasi hubungan suami–istri tersebut dengan mawaddah. Rasa cinta boleh hilang, tetapi ia tetap diperintahkan untuk berlaku ma‟ruf. Mu‟asyarah bil ma‟ruf bukan sekedar mempergauli istri dengan segala bentuk kebaikan yang bersifat fisik atau material saja, tetapi juga psikologis. Adanya perintah memperlakukan istri dengan baik membuat Nabi mencela para suami yang melakukan tindak kekerasan terhadap istri-istri mereka. Nabi Muhammad saw. bersabda:” ‟janganlah salah seorang diantaramu memukul istrinya seperti kuda. Pagi hari dipukulnya kemudian dinaiki malam harinya.”

2. Suami sebagai Penanggung Jawab Utama Nafkah Keluarga

Suami memiliki tanggung jawab atau kewajiban memberikan nafaqah kepada anak istrinya. Firman Allah: QS. al-Baqarah 2/233: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.

Faktor ekonomi ikut memiliki peran besar bagi kelangsungan rumah tangga yang harmonis. Hak nafaqah adalah hak mutlak suami yang harus diberikan kepada isteri baik sandang, pangan ataupun papan. Lalai tidak memberikan nafaqah memberikan pengaruh hukum bagi keduanya. Artinya, isteri boleh menggugat suami untuk bercerai dan mengakhiri mengakhiri ikatan perkawinannya.

(8)

8

3. Pemenuhan hak batin (kebutuhan Seksual).

Para ulama berbeda pendapat mengenai hubungan seksual antara suami dan istri. apakah nafkah batin merupakan kewajiban suami atau hak suami. kalau ditelaah hadist-hadist yang membahas tentang perkawinan seperti hadist “apabila suami mengajak istrinya ketempat tidur ( untuk berhubungan seksual ), tetapi ia menolaknya, dengan keras (tanpa alasan), sehingga suaminya marah, maka ia akan dilaknat oleh para malaikat sampai subuh. (HR. Bukhai dan Muslim dari Abu Hurairah) hadist ini menunjukkan bahwa hubungan seksual adalah hak suami. hadist lain menyebutkan “Rasulullah melarang suami melakukan „azl (mengeluarkan sperma diluar vagina ketika bersenggama), kecuali dengan izin istri. (HR. Ahmad dan Ibn Majah dari Umar). Hadist ini menunjukkan bahwa hubungan seksual adalah hak istri dan demi kesenangan istri.

Di samping dua hadist tadi ada firman allah QS al-Baqarah 2/223:. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman Qs al-Baqarah 2/223: Ayat ini menegaskan bahwa bahwa hubungan seksual adalah kepentingan berdua dan kesenangan bersama. Bukan hanya istri yang melayani atau suami yang melayani. Dengan demikian hubungan sek bagi istri bukan hanya berfungsi reproduksi tapi juga unsur kesenangan. Maka lalai dalam arti tidak memberikan nafaqah batin juga memberikan pengaruh hukum bagi keduanya. Artinya, isteri boleh menggugat suami untuk bercerai dan mengakhiri ikatan perkawinannya.

Penutup

Dengan paparan seputar pesan-pesan agama dalam menyikapi KDRT diatas, jelas nampak bagi kita bahwa agama tidak memotivasi umatnya untuk melakukan KDRT terhadap perempuan, apalagi membenarkannya. Untuk menanggulangi KDRT atau paling tidak mengurangi angka korban KDRT, perlu langkah-langkah berikut:

1. mensosialisasikan nilai-nilai agama seputar relasi antara perempuan dan laki-laki, dan mengajarkan akhlakul karimah baik dirumah maupun disekolah dimana orang tua dan guru harus menjadi suri tauladan dan panutannya. 2. perlindungan hukum terhadap perempuan. Meskipun Pemerintah telah

(9)

9

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan menggunakan model dari Borg & Gall yang diadaptasi oleh Sugiono. Subjek

Pada hari ini, Rabu tanggal 4 Februari 20L5, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 2.2.39lUN}2lKPl2OL5 tanggal 2 Februari 20t5, dosen yang

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kimia anorganik dan persenyawaan anorganik dalam kegiatan kesehatan lingkungan 3.. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kimia

mendorong konsumen untuk memilih produk tersebut sebagai keputusan pembeliannya karena Ekuitas Merek mempunyai pengaruh yang positif terhadap Psikologis Konsumen

Pada tahun ini juga Pergerakan Pengakap cawangan Borneo Utara dibawah naungan Pesekutuan Budak - Budak Pengakap Lelaki Britain telah bersedia untuk bertukar haluan untuk menjadi

Pengujian usability menggunakan 33 peserta yang menggunakan mobile web browser di smartphone dengan pengujian dilakukan menggunakan perangkat smartphone dan web browser

berhasil maka langsung ketemu dewa, tetapi ketika jenis skenario lebih dari dari satu (dalam hal ini digunakan skenario dengan 3 jenis soal matematika tipe