• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerimaan masyarakat betawi muslim terhadap kesenian musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerimaan masyarakat betawi muslim terhadap kesenian musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU

BABAKAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh :

SITI USWATUN CHASANAH

1110022000014

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

SITI USWATUN CHASANAH

Penerimaan Masyarakat Betawi Muslim Terhadap Kesenian Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam, telah memberikan pengaruh pada sikap masyrakat Betawi muslim khusunya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan masyarakat Betawi secara keseluruhan dalam menerima dan memilih bentuk kesenian yang mampu mewakili identitas etnis mereka. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis dengan pendekatan sosio-budaya untuk mengetahui kronologi peristiwa, proses serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Betawi dalam menerima kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek. Berangkat dari kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam maka masalah pokok dalam penulisan skripsi ini adalah, bahwa ada indikator nilai-nilai Islam dalam kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek sehingga masyarakat Betawi yang identik dengan Islam dengan mudah dapat menerima dua kesenian tersebut. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan penulis, bahwasannya proses penerimaan tari Ronggeng Blantek dan Gambang Kromong pada masyarakat muslim Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Bababakan didasari pada konsistensi yang kuat serta pengejawantahan sikap dan perilaku masyarakat muslim Betawi terhadap Islam. Serta adanya peran pemerintah daerah dalam menjaga dan melestarikan kesenian tersebut. Kini seni musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek telah melekat sebagai kesenian masyarakat Betawi.

(5)

ii

kasih dan sayang-Nya, semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada kita semua, amin. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan kepada junjungan alam baginda Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat, semoga kita sebagai ummatnya mendapat pertolongannya kelak, amin.

Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi ini dengan judul : “PROSES PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI

MUSLIM TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI

SETU BABAKAN“.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak penulis temui rintangan dan hambatan. Sungguh pun begitu Alhamdulillah atas kerja keras semangat dan dukungan dari semua pihak akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu izinkan penulis untuk menghaturkan ucapan terimakasih serta penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungn moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti.

(6)

iii

membimbing penulis dalam menyelesaikan materi skripsi ini.

3. Kepada seluruh civitas akademik Fakultas Adab dan Humaniora, kepada Ketuaa jurusan dan sekertaris jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Pembimbing Akademik Drs Saidun Derani MA, Ibu Awalia Rahma, yang selalu bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk bertanya dan meminta solusi atas beberapa kendala yang penulis hadapi.

4. Kepada Ibu Wiwiek Widiyastuti selaku koreografer tari Ronggeng Blantek, beserta jajaran pengurus segyo Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat, Bapak Abdul Rachem berserta staffnya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, yang telah meluangkan waktunya bagi penulis untuk mendapatkan informasi yang akurat guna kebutuhan data skripsi ini.

5. Kepada Bapak Sardi Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas Kebudayaan Walikota Jakarta Selatan yang telah memberikan referensi dan arahan kepada penulis untuk menemui tokoh-tokoh dengan kompetensi mumpuni dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada budayawan Betawi di Lembaga Kebudayaan Betawi, bang Yahya Andi Saputra, Bang Yovie selaku Sekertaris Jendral LKB beserta jajarannya yang telah mempermudah jalan bagi penulis dalam mendapatkan sumber-sumber primer terkait penulisan skripsi ini.

7. Kepada seluruh pengurus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, bang Indra dan Dokter H Sibroh, yang selalu meluangkan waktu dan membantu penulis dalam mendapatkan berbagai sumber, informasi dan lain hal terkait keadaan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Tak lupa kepada tokoh agama setempat Bang Gumin Has, penulis ucapkan terimakasih.

(7)

iv

dan Humaniora, teman-teman KKN Cendikiawan, serta kawan-kawan SKI angkatan 2010, Anto, Lidya, Iwan, Endi, Firman, Dede, Okta, Ela, Rina, Wulan, Nurjannah, Dian, Hana Hanifah, Hana Nurrahmah, Fitri, Tati dan Irna yang tak hentinya memberikan dukungan,semangat,doa dan tawa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam hangatnya ikatan keluarga. Bila Siti Nurbaya memiliki Syamsul Bahri, Srikandi memiliki Arjuna, maka penulis juga memiliki laki-laki pendamping yang menjadi tempat penulis becerita, berdiskusi, belajar dan terus berproses dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepadanya tak lupa penulis sampaikan terimakasih.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memahami bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat kepada siapa saja yang menjadikan ini sebagai bahan bacaan mereka dan dapat menjadikan tulisan ini sebagai referensi.

Jakarta , 10 Agustus 2014

(8)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Pembatasan Masalah ... 11

3. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Tinjauan Pusataka ... 13

E. Pendekatan dan Landasan Teori ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II. POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi ... 21

1. Musik Gambang Kromong ... 25

2. Tari Ronggeng Blantek ... 33

B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek ... 58

C. Hubungan Nilai Islam dengan Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek ... 65

(9)

vi

1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi

Setu Babakan ... 74 2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan ... 75 3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ... 76 C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng

Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan ... 83

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89 B. Saran-saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

1

PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI MUSLIM TERHADAP

KESENIAN MUSIK GAMBANG KROMONG DAN TARI RONGGENG

BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masyarakat Betawi adalah suatu kelompok masyarakat dengan identitas

etnis dan budaya yang terbentuk berdasarkan perpaduan beberapa suku bangsa

dengan budaya dan adat istiadat yang berbeda. Dari masa ke masa masyarakat

Betawi terus berkembang dengan ciri budaya yang kian hari kian mapan sehingga

mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain.

Masyarakat Betawi lahir dan terbentuk di Batavia. Terjadinya perkawinan

antar etnis di Batavia pada masa itu semakin memperlemah identitas etnis mereka.

Selain itu identifikasi individu maupun kelompok terhadap suatu agama juga

merupakan salah satu unsur yang menyebabkan melunturnya identitas etnis. Dan

pada akhirnya identifikasi yang kuat terhadap Islam mampu menjelaskan

kesamaan identitas mereka.

Islam memang sejak lama telah mewarnai kehidupan penduduk Batavia.

Ada tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia, pertama saat Sunda

(11)

sosial, ekonomi, politik di Jakayakarta didasari pada ajaran Islam dan mendapat

pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon.1

Kedua, sejak banyaknya masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang

didirikan pada abad ke 18.2 Selain menggambarkan perkembangan Islam di

Batavia, masjid-masjid itu juga menggambarkan adanya percampuran berbagai

kelompok etnis yang menjadi landasan bagi munculnya kelompok etnis baru yang

kemudian mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Islam di Batavia.3

Ketiga, semakin populernya penggunaan bahasa melayu Betawi pada abad

ke 19, yang disebabkan karena menghilangnya pengaruh bahasa Portugis

Mardjiker. Sepertinya penggunaan bahasa melayu betawi ini berkaitan erat

dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka bukan saja menggunakan bahasa

melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat Betawi, akan tetapi

mereka telah mengadopsi Islam sebagai pandangan hidup.4

Pesan egalitarian dan kesamaan derajat sosial yang dibawa oleh ajaran Islam

ternyata diterima dengan baik oleh masyarakat Betawi. Dengan demikian seiring

semakin menguatnya identifikasi orang Betawi terhadap Islam, bahasa Melayu

menjadi semakin populer sebagai bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Betawi

1

Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi, (Jakarta : Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002, h.iii.

2

Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, Jakarta: LP3S, 2002, h.45.

3

Masjid pertama yang didirikan adalah Masjid Al-mansur di Kampung Sawah, Jembatan Lima pada tahun 1777, lalu Masjid Pekojan yang didirikan di Perkampungan Arab pada tahun 1755, pada tahun 1761 berdiri Masid Kampung Angke di perkampungan orang-orang bali tinggal, kemudian masjid Kebon Jeruk yang didirikan oleh peranakan Cina Islam tahun 1786, dan masjid yang didirikan orang-orang Banda di Kampung Banda tahun 1789.

4

Catatan seorang pelancong dari Surakarta Raden Arya Sastradarma yang menuliskan

(12)

dan masyarakat lain yang tinggal di Jakarta.5 Maka dapat dikatakan bahwa Islam

telah membuka jalan bagi perkembangan kebudayaan Melayu di kalangan

orang-orang Betawi di Jakarta saat itu. Fenomena seperti ini dikatakan oleh Bondan

Kanumoyoso bahwa: Identifikasi yang kuat terhadap suatu agama dapat menegasikan kesamaan identitas etnis” .6

Sejarah panjang Jakarta sedari awal perkembangannya memang telah

menjadi tempat bertemunya varian etnis, budaya maupun agama antar kelompok.

Memasuki era modernisasi, kini Jakarta dihadapkan pada globalisasi budaya dan

tingkat urbanisasi yang kian hari jumlahnya semakin meningkat. Alih-alih peran

Islam dalam kehidupan masyarakat Betawi secara cepat atau lambat akan terkikis

sebagai akibat modernisasi, namun pada kenyataannya terjadi keadaan yang

sebaliknya.

Bangunan-bangunan fisik tidak hentinya berdiri di seluruh Jakarta, deru

mesin-mesin industrialis dan kepulan asap kendaraan setiap hari semakin

memenuhi wajah baru Jakarta. Namun di tengah proses perubahan itu masih tetap

mengakar kuat pada denyut jantung Jakarta nafas keagamaannya.7

Betawi dan Islam memang merupakan dua sisi dari sebuah mata uang.8

Peran Islam yang signifikan dan pengaruhnya pada setiap lini kehidupan

masyarakat Betawi nampak pada peneguhan identitas Betawi dengan Islam yang

5

Abdul Azis, “Islam dan Masyarakat Betawi”, h 30. 6

Kutipan diambil dalam kata pengantar Bondan Kanumoyoso pengajar Departeman Sejarah FIB UI, kandidat Doktor Sejarah Leden University, hasil penelitian Lance Castles yang telah diterjemahkan dalam buku berjudul Profil Etnik Jakarta.

7

Ridwan, Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP: Jakarta, 1994, h 29. 8

(13)

terlihat jelas pada proses rekacipta tradisi Betawi yang ramai bermunculan sejak

tahun 1970-an.

Dalam proses rekacipta tradisi Betawi ini nilai Islam semakin ditekankan

pada setiap tradisi hasil kreasi anak Betawi. Berbagai upacara keagamaan,

kesenian, dan hiburan masyarakat Betawi baik yang asli dalam artian tidak

dikurangi atau ditambahkan dengan unsur-unsur luar Betawi, maupun tradisi yang

dihasilkan dari proses rekacipta, kesemuanya itu dapat diterima dan diakui oleh

seluruh lapiasan masyarakat Betawi apabila tidak bertentangan dengan nilai Islam.

Masyarakat Betawi secara aktif hanya menerima, memilih dan mengakui

kreasi baru pada seni dan budaya Betawi yang bernuansa Islam, atau setidaknya

tidak berbenturan dengan nilai-nilai Islam. Dalam penulisan skripsi ini penulis

membatasi objek kajian pada seni musik gambang kromong dan tari ronggeng

blantek.

Pemilihan objek gambang kromong didasari oleh beberapa faktor

diantaranya: pertama gambang kromong adalah jenis musik tradisional Betawi

yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh para peranakan Cina.9 Kemudian

pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan dengan instrumen

musik pribumi.10

Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi

yang sampai saat ini masih bertahan dan banyak digunakan dalam setiap acara

9

Berdasarkan hasil wawancara dengan peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Mereka turut serta membawa instrumen musik gambang untuk mengisi waktu luangnya..

10

(14)

kebetawian. Ketiga karena perkembangan gambang kromong yang penulis rasa

unik.11 Keempat, adanya indikator nilai-nilai Islam pada seni musik gambang

kromong sebagai wujud representatif marwah budaya Betawi.12

Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan

unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima

penolakan dari masyarakat Betawi, pada akhirnya telah menarik perhatian penulis

untuk mengungkap faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang

kromong bagi setiap masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.

Selanjutnya pemilihan tari ronggeng blantek sebagai objek penulisan skripsi

ini berdasarkan beberapa faktor, pertama keberhasilan Ronggeng Blantek sebagai

pelopor jenis tari kreasi Betawi yang diprakasai oleh pemerintah daerah, dalam

hal ini para seniman Betawi bersama Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi DKI Jakarta.13

Kedua, karena Ronggeng Blantek adalah satu-satunya jenis tari kreasi

Betawi yang diawal kemunculannya telah menuai banyak penghargaan, baik

11

Sebelum maraknya pertunjukan gambang kromong pada acara pemerintah maupun acara yang diselenggarakan oleh masyarakat Betawi pasca tahun 1970-an, perlu diketahui bahwa gambang kromong sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi, Terkait beberapa unsur dalam penampilannya yang tidak mewakili marwah budaya betawi, dengan kata lain tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam

12

Tidak seperti musik karawitan Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah dipengaruhi oleh musik dan budaya bangsa Melayu yang notebene berpedoman pada nilai-nilai Islam.

13

Ronggeng Blantek merupakan tari kreasi baru hasil produksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bersama ibu Wiwiek Widiyastuti. Tari kreasi ini sengaja diciptakan pada tahun 1978 sebagai jawaban bahwa masyarakat Betawi dengan budayanya masih tetap eksis di Jakarta, di tengah anggapan masyarakat lain bila Betawi mulai terpinggirkan keberadaanya.

(15)

dalam tingkatan nasional maupun internasional.14 Banyaknya penghargaan yang

diperoleh tari Ronggeng Blantek, menjadi indikasi bahwa tari Ronggeng Blantek

telah berkembang dengan baik dan membanggakan sejak masa awal diciptakan

sampai dengan masa perkembangannya mampu meraih berbagai penghargaan di

tengah masyarakat luas.

Ketiga, adanya indikator nilai-nilai Islam, nilai moral dan kesopanan pada

gerak, busana, maupun komposisi lagu dalam penampilan tari ronggeng blantek.15

Dalam proses pembuatannya sang koreografer benar-benar memperhatikan setiap

unsur gerak, busana dan komposisi musik dalam tari rongeng blantek untuk tetap

berada pada koridor nilai-nilai Islam sebagai marwah budaya Berawi. Sehingga

saat ini tari ronggeng blantek telah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat

Betawi muslim mapun masyrakat di luar Betawi.

Nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup mayoritas etnis Betawi telah

memberikan pengaruh besar pada berbagai jenis kesenian dan budaya Betawi,

tidak terkecuali pada poses penerimaan masyarakat Betawi terhadap musik

gambang kromong yang pada mulanya sempat mendapat penolakan, juga pada

tari ronggeng blantek yang merupakan tari kreasi baru.16

14

Berikut adalah prestasi tari ronggeng blantek, juara pertama lomba tari remaja se-DKI Jakarta tahun 1978, juara pertama festival kesenian anak tingkat nasional tahun 1979, juara pertama pekan tari daerah tingkat nasional tahun 1985, juara pertama mewakili Indonesia dalam Festival Folklore Internasional. ke 33 di Sicilia tahun 1987

15

Tidak seperti tari zapin atau tari blenggo yang memang sejak awal kemunculannya telah mendapat diakui sebagai salah satu tari betawi, karena dalam penampilannya sarat dengan unsur-unsur melayu Islam.

16

(16)

Kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam telah melapangkan

jalan atas pengakuan masyarakat Betawi terhadap musik gambang kromong dan

tari Ronggeng Blantek yang memiliki indikator Islam dalam penampilannya.17

Identifikasi Betawi terhadap Islam dalam berbagai aspek kehidupannya

termasuk kesenian Betawi, agaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

Clifford Geertz bahwa agama adalah realitas sosial yang eksis dan

termanifestasikan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Dengan demikian agama

tidak bisa dilepaskan dari segala aspek kemanusiaan dan segala perubahan yang bersifat alami atau manusiawi”.18

Berdasarkan beberapa sumber dan bukti penelitian di lapangan penulis

berkesimpulan bahwa adanya indikator nilai-nilai Islam dalam kesenian gambang

kromong dan ronggeng blantek, maka kesenian tersebut dengan mudah dapat

diterima oleh masyarakat Betawi yang identik dengan Islam.

Beralih pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, yang hadir

sebagai jawaban atas eksistensi dari masyarakat dan kebudayaan Betawi.

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan hadir sebagai kawasan cagar budaya

Betawi yang diresmikan oleh Gubernur Jakarta tahun 2004.19 Perkampungan ini

adalah suatu kawasan yang sampai saat ini masih berpegang teguh pada

nilai-nilai budaya Betawi.

Setiap minggunya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mempunyai

agenda pagelaran seni budaya Betawi seperti: rebana, lenong, gambang kromong,

17

Yasmine Z Shahab, Sisi Otoritas dalam Proses Nasionalisasi Tradisi Lokal, dalam Yasmine Z Shahab, Identitas dan Otoritas : Rekontruksi Tradisi Betawi, Depok: Laboratorium Antropologi FISIP UI, 2004, h 91.

18

Zakiyudin Baidhawy, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial , UMS, 2003, h 3.

19

(17)

hadrah, tarian ronggeng blantek serta aneka jenis tari-tarian Betawi lain, silat

Beksi, dan berbagai bentuk seni Betawi lain yang kesemuanya itu memiliki ciri

khas tersendiri, yakni adanya nilai-nilai Islam dalam penampilannya.

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang telah diintegrasikan

dalam unsur religius, dapat dilihat dari berbagai hasil kreasi seni dan tradisi

budaya Betawi yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Betawi dan

non-Betawi, karena penampilan maupun pesan yang disampaikan sekalipun tidak

secara kontekstual mewakili nilai-nilai agama tertentu, dengan contoh Islam,

tetapi kesenian-kesenian itu tetap berada pada norma-norma kesopanan dan

nilai-nilai Islam. Hal menarik yang diambil dari penelitian ini adalah, terjadinya respon

religius terhadap kesenian lokal yang selama ini dianggap negatif.20

B.Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis menduga kuat bahwasannya

masyarakat Betawi itu identik dengan Islam, mereka hanya menerima dan

memilih suatu kesenian yang dalam pertunjukkannya terdapat indikator nilai-nilai

Islam atau norma-norma kesopanan yang diajarkan Islam. Hal tersebut dapat

dibuktikan pada jenis pakaian, tata panggung, tata gerak dalam kesenian gambang

kromong dan tari ronggeng blantek.

20

(18)

Skripsi ini akan menjelaskan mengenai seni musik dan seni tari Betawi.

Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisional Betawi

berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.21

1. Gambang Kromong

2. Gamelan Ajeg

3. Topeng

4. Tanjidor

5. Samrah

6. Keroncong Tugu

7. Gambus

8. Rebana Biang

9. Ketimpring

10.Sampyong

Kemudian berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :

1. Kembang Topeng

2. Gegot

3. Topeng Kedok

4. Silat 1 (Beksi)

5. Blenggo Asli

6. Tapak Tangan

7. Cokek Sirih Kuning

8. Zapin Arab

21

(19)

9. Ronggeng Blantek

10.Enjot-Enjotan

11.Gejruk Jidat

12.Nandak Ganjen

13.Gandes Kipas

14.Silat 2 (Pengasinan)

15.Lenggo Jikek

16.Topeng Gong

17.Lambang Sari

18.Wayang Botoh

19.Silat 3

20.Kotebang

Dari sekian banyak macam tari dan musik Betawi pada akhirnya penulis

memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek sebagai objek

penulisan skripsi.

Identifikasi yang kuat terhadap Islam pada akhirnya mengantar masyarakat

Betawi untuk menerima musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek

sebgaai bentuk kesenian mereka. Mereka hanya mau menerima kesenian Betawi

hasil rekacipta tradisi pada tahun 1970-an apabila kesemua unsur dalam dua

kesenian tersebut berpedoman pada norma-norma kesopanan Islam. Hal ini

terbukti dengan penerimaan dan pengakuan masyarakat Betawi terhadap kesenian

gambang kromong setelah proses rekacipta tradisi Betawi dengan menghilangkan

beberapa bagian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu pengakuan

(20)

diciptakan pasca proses rekacipta tradisi Betawi, dapat dengan mudah diterima

dan diakui oleh mayoritas etnis Betawi karena memang dalam prakteknya tetap

berpedoman pada norma-norma kesopanan yang diajarkan Islam.

Proses penerimaan kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek

secara berangsur-angsur ini mengidentifikasikan beberapa sebab akibat mengapa

kesenian yang sebelumnya ditolak bahkan tidak diakui, sekarang justru

dilestarikan dan mendapat pengakuan sebagai kesenian Betawi. Ini adalah sebuah

indikasi bahwa telah terjadi respon religius terhadap kesenian lokal yang selama

ini dianggap negatif, bahwa agama telah berpengaruh pada kesenian masyarakat.

2. Pembatasan Masalah

Terkait judul penulisan penelitian “PENERIMAAN MASYARAKAT

BETAWI MUSLIM TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG

KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN”, penulis membatasi masalah

berdasarkan tiga hal pokok, pertama, batasan spasial, yaitu batasan ruang yang

hanya meliputi wilayah yang terbatas pada perkampungan Betawi di sekitar danau

Setu Babakan. Kedua, batasan temporal berupa batasan tahun, yang dimulai dari

tahun 1970 hingga tahun 2010. Tahun-tahun tersebut adalah tahun dimana

kesenian Betawi seperti seni musik Gambang Kromong dan tari Blantek,

mengalami perpaduan dan perubahan signifikan dalam gaya, gerak dan nilai yang

telah bercampur dengan nilai-nilai agama. Ketiga, adalah tentang tema. Tema ini

hanya terfokus pada bagian tentang seni dan perubahannya ketika bertemu dengan

unsur agama, dalam hal ini gambang kromong dan tari ronggeng blantek di

(21)

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengapa kesenian Betawi di Setu Babakan dipadukan dengan

nilai-nilai Islam?

2. Bagaimanakah bentuk perubahannya?

3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap kesenian Betawi yang

telah bercampur dengan unsur-unsur Islam?

Masalah pokok dalam penulisan penelitian ini adalah, bagaimana proses

penerimaan masyarakat Betawi terhadap kesenian musik Gambang Kromong dan

tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan faktor apa saja yang

menyebabkan diterimanya kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng

blantek oleh masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Adapun manfaat yang ingin penulis berikan melalui penulisan penelitian ini

adalah :

1. Memberikan informasi tentang bagaimana proses penerimaan

masyarakat Betawi muslim terhadap kesenian musik gambang kromong

dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan.

2. Menyumbangkan hasil pemikiran berupa karya sejarah dalam bentuk

skripsi bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan

Humaniora, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam terkait dengan sejarah

(22)

3. Menjadi motivasi bagi para akademisi sejarah Islam untuk mengkaji

sejarah lokal dengan tema sejarah sosial-budaya.

D.Tinjauan Pusataka

Penulis telah mencari referensi tentang bagaimana peran dan pengaruh

Islam dalam proses penerimaan kesenian masyarakat Betawi terhadap kesenian

musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan. Belum ada pembahasan secara spesifik tentang peran

maupun pengaruh Islam di dalamnya.

Buku rujukan pertama adalah tulisan Ninuk Kleden berjudul Teater Lenong

Betawi-Studi Perbandingan Diakronik, yang memberi gambaran kepada penulis

mengenai kemunculan awal gambang kromong dan tari Ronggeng Blantek di

Jakarta.

Buku-buku karya Ridwan Saidi dengan tema Sejarah Jakarta dan Etnis

Betawi, berjudul Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, Sejarah Jakarta dan

Peradaban Melayu-Betawi, Profil Orang Betawi, Potret Budaya Manusia Betawi,

dan Masyarakat Betawi dan Tinjauan Sejarah. Buku-buku dengan judul tersebut

di atas tidak menjelaskan bagaimana nilai-nilai Islam sebagai identitas Betawi

berperan penting dalam proses penerimaan kesenian oleh masyarakat Betawi.

Walaupun demikian buku-buku tersebut memberikan inspirasi bagi saya

khususnya tentang sejarah lokal Jakarta fokus pada pembentukan etnis Betawi.

Selain itu buku Abdul Azis Islam dan Masyarakat Betawi, memang

menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor pembeda etnis Betawi dengan enis

lain di Jakarta pada masa kolonial, akan tetapi buku ini tidak menjelaskan

(23)

dengan peran Islam dalam kesenian Gambang Kromong dan tari Ronggeng

Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Studi lainnya adalah berbentuk laporan penelitian, yaitu Laporan Akhir

Kajian Pembentukan Kelurahan Setu Babakan di Kecamatan Jagakarsa Kota

Administratif Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan oleh Biro Tata

Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta tahu 2001. Laporan ini

secara jelas dan rinci menjelaskan proses demi proses, aturan, kebijakan, putusan

pemerintah DKI Jakarta dalam pembentukan Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan, akan tetapi laporan ini tidak menjelaskan adanya korelasi antara Islam

dan kesenian Betawi. Namun laporan ini merupakan rujukan yang berarti dalam

penulisan skripsi saya karena memiliki informasi yang kaya, sehingga penulis

mengeksplorasinya sesuai dengan kajian penulis.

Selanjutnya adalah buku Standar dan Kompetensi Karawitan dan Tari

Betawi, milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Buku ini

menjelaskan semua jenis musik dan tarian Betawi.

Dari beberapa buku dan kajian yang sekiranya relevan dengan tema

penulisan skripsi saya adalah studi Yasmine Zaki Shahab tentang identitas agama

dan budaya Betawi yang telah banyak memberikan informasi bagi penulis

mengenai kerangka nilai-nilai agama yang dipegang teguh oleh masyarakat

Betawi dan memiliki implikasi langsung pada corak kebudayaan dan kesenian

Betawi.

Untuk itu sejauh referensi yang saya temukan, karena penulis belum

menemukan buku-buku, jurnal, maupun hasil penelitian yang menjelaskan peran

(24)

Kromong dan tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan, maka penulis merasa bahwa tema yang penulis kembangkan ini akan

menjadi karya sejarah yang berbeda dan tidak sama dengan karya sejarah lainnya

sekalipun dengan tema serupa.

E. Pendekatan dan Landasan Teori

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif

analitis, dengan pendekatan sosio-budaya untuk merekontrusksi peristiwa masa

lampau yang bersifat komperhensif 22 , mengetahui kronologi persitiwa, proses

serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Betawi dalam menerima

kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek.

Seni musik dan tari adalah produk kebudayaan dari hasil karya dan cipta

suatu kelompok masyarakat, sebagai salah bentuk eskpresi kehidupan23 Peneliti

berusaha menjelaskan variabel-variabel yang terjadi dan berlaku dalam

bagian-bagian kecil kebudayaan Betawi di Setu Babakan, oleh karena itu diperlukan teori

yang relevan bagi penelitian tersebut.

Teori yang dianggap relevan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu teori

Disseminasi, yaitu teori tentang pengaruh agama terhadap bagian dari

produk-produk kebudayaan seperti seni musik dan seni tari. Menurut Triyono Bramantyo,

tentang seni adalah:

“seni adalah sebuah ungkapan estetika dari sebuah kelompok masyarakat (etnis), sekaligus

simbol dan alat untuk berkomunikasi serta mengekspresikan apa yang telah dimilikinya (kultur), untuk kemudian dituangkan dalam bentuk audio-visual. Segala bentuk perubahan nilai, tidak dapat mempengaruhi unsur materialnya, hanya mempengaruhi unsur

22

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, h .4-5, 144-156 .

23

(25)

penggeraknya saja berupa subyek, sebab subyeknya adalah manusia, sedangkan obyeknya

adalah seni itu sendiri”.24

Pada dasarnya masyarakat Betawi telah mempunyai variabel-variabel

kebudayaannya sendiri yang berupa bahasa, arsitektur dan seni, yang meskipun

telah dipengaruhi oleh kebudayaan di sekitarnya seperti Sunda, Jawa dan Eropa,

orang-orang Betawi secara intensif mempertahankan kultur mereka dengan cara

asimiliasi budaya. Setelah Islam masuk, maka aspek-aspek dan sendi-sendi

kehidupan telah dipengaruhi unsur-unsur Islam, sebagai pembeda antaraEropa,

Sunda dan Jawa yang mempunyai kultur sendiri.25

Menurut Kuntowijoyo, nilai-nilai Islam tidak harus dilihat dan dimaknai

secara normatif dan bergaya Arab yang kering, namun Islam dimaknai dan

diwujudkan dalam bentuk lain yang mempengaruhi sistem dan budaya di tempat

dimana Islam itu masuk.

Unsur-unsur pembentuk seperti agama hanya mempengaruhi moral dan

etika dari subyeknya saja, yaitu para pelaku budayanya saja, semisal komunitas

Betawi Tugu, Betawi Koja, Condet dan bahkan komunitas Betawi di Setu

Babakan, namun secara umum nilai-nilai tersebut tidak dapat menghilangkan

unsur materialnya seperti seni musik dan seni tari, sehingga nuansa budayanya

akan terlihat kental akan unsur agama.

Adapun dalam penelitian ini penulis mengunakan metode pengumpulan data

yang meliputi 4 tahapan yaitu 26 :

24

Triyono Bramantyo, Disseminasi Musik Barat di Timur, Studi Historis Penyebaran Musik Barat di Indonesia dan Jepang Lewat Aktivitas Missionaris Pada Abad Ke-16, terj. Emmanuel Cahyo Kristanto, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2004.

25

Kuntowijoyo Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik Dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 23.

26

(26)

Heuristik, berupa kegiatan mengumpulkam sumber sejarah. Adapun sumber

yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu :

sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang diterbitkan seperti

biografi, dokumen, naskah-naskah, sumber yang tidak diterbitkan seperti sumber

tertulis di arsip, dokumen negara, dokumen milik lembaga budaya Betawi,

kemudian wawancara dan pengamatan langsung.

Adapun sumber data sekunder berupa pandangan, buku-buku terkait, tesis,

disertasi, majalah, surat kabar, jurnal serta sumber elektronik dari website milik

instansi resmi derah maupun pemerintah.

Pengumpulan sumber-sumber yang dilakukan penulis dengan menggunakan

metode penelusuran kepustakaan (Library Research), yakni mengunjungi

beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku maupun arisp terkait tema

penelitian ini, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk

memperoleh data berupa arsip-arsip yang menjelaskan etnis Betawi, Perpustakaan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mencari buku-buku, hasil

penelitian, tesis, jurnal, disertasi terkait dengan Islam dan etnis Betawi,

Perpusatakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk mencari buku-buku maupun skrispi dengan tema

serupa, Perpustakaan Umum Universitas Indonesia untuk mencari hasil penelitian,

kajian, disertasi milik Yasmin Z Shahab dengan tema sejarah etnis Betawi di

Jakarta hubungannya dengan Islam, Perpustakaan penerbit Komunitas Bambu

untuk mencari buku-buku, jurnal maupun arsip dengan tema terkait, Perpustakaan

pribadi milik Drs Saidun Derani, M.A, Perpustakaan Dinas Kebudayan Pariwisata

(27)

Perpustakaan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan untuk mencari hasil

penelitian maupun pelaporan mengenai sejarah terbentukmya Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan.

Kemudian setalah mengumpulkan data-data, tahapan selanjutnya adalah

kritik sumber. Penulis berusaha membandingkan, menganalisis dan mengkritisi

beberapa sumber yang telah penulis dapat, baik sumber primer, sekunder maupun

sumber elektronik guna mendapat sumber yang valid dan relevan dengan tema

kajian.

Tahapan selanjutnya interpretasi data, yakni penulis melakukan analisa

sejarah untuk mengungkap masalah yang ada, dalam hal ini penulis berusaha

melihat fakta yang penulis dapat dari pengumpulan data dan kritik sumber,

sehingga memperoleh pemecahan atas masalah tersebut.

Terakhir penulis menuliskan hasil pemikiran dari penelitian serta

memaparkan hasil dari penelitian sejarah secara sistematik yang telah diatur

dalam pedoman penulisan skripsi, sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari

segi isi tetapi juga baik dalam metode penulisannya. Tahapan terakhir ini disebut

dengan historiografi.27

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dan

didalamnya terdapat beberapa sub bab yang terdiri atas :

Bab I. Pendahuan

A. Latar Belakang Masalah

B. Permasalahan

27

(28)

1. Identifikasi Masalah

2. Pembatasan Masalah

3. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Tinjauan Pusataka

E. Pendekatan dan Landasan Teori

F. Sistematika Penulisan

BAB II. Potret Musik dan Tari Betawi

A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi 1. Musik Gambang Kromong

2. Tari Ronggeng Blantek

B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek Hubungan Nilai Islam dengan Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng

BAB III. ETNIS BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

A. Sejarah Etnis Betawi di Perkampungan Budaya Betawi di Perkampungan Setu Babakan

B. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan

3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

(29)

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

(30)

21 BAB II

POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI

A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi

Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dalam sejarahnya telah menjadi muara

mengalirnya para pendatang dari seluruh penjuru Nusantara. Mereka datang

dengan membawa serta adat istiadat dan tradisi budaya mereka masing-masing.

Dan pada akhirnya mereka melebur ke dalam satu identitas baru. Identitas baru ini

adalah masyarakat Betawi.

Berdasarkan komposisi pembentuk etnisnya yang heterogen, maka bentuk

kesenian Betawi juga memperlihatkan adanya unsur kesamaan maupun perbedaan

dengan bentuk kesenian asal daerahnya. Hal ini bukan berarti kesenian Betawi

sebagai hasil akuisisi masyarakat Betawi terhadap kesenian masyarakat lain. Akan

tetapi bagi masyarakat Betawi apapun yang tumbuh dan berkembang di dalam

kehidupan dirasakan mereka sebagai jati diri mereka seutuhnya. Karena semua

unsur dalam seni maupun budaya tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan

hidup maupun tata aturan mereka.

Berbicara ciri-ciri masyarakat Betawi atau ciri kebetawian maka kesenian

Betawi mampu merepresentasikannya dengan tepat, terutama pada seni

pertunjukan Betawi, musik karawitan Betawi, tari Betawi, makanan khas Betawi

dan lain sebagainya.1 Kesenian Betawi lahir dari akulturasi berbagai unsur etnis

dan suku bangsa yang ada di Betawi. Maka dalam seni musik Betawi terdapat

pengaruh dari bangsa Eropa, Tionghoa, Arab, Portugis, Melayu, Jawa dan Sunda.

1

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, “Profil Seni Budaya Betawi”, Jakarta :

(31)

Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisonal

Betawi berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.2

NO Jenis

4 Tanjidor Melodis Said Lampiran: Lagu-lagu

Tanjidor

5 Samrah Melodis Wiwit Lampiran: Notasi

Lagu-lagu Samrah 6 Keroncong

Tugu

Melodis Andre Lampiran: Notasi

contoh lagu Keroncong

Perkusi H Abd Rahman Lampiran: Notasi Lagu-lagu Rebana Biang

9 Ketimpring Perkusi H Moh Sibli Lampiran: Notasi bentuk pukulan ketimpring

10 Sampyong Perkusi Lampiran: Sampyong

Kemudian Berbicara sejarah tari Betawi, tari merupakan cabang seni Betawi

yang umumnya berasal dari pinggiran kota Jakarta (Betawi Udik)3, yang paling

banyak dikreasikan dan ditampilkan dalam acara Betawi. Bentuk-bentuk tari lama

Betawi banyak mendapat pengaruh kuat dari daerah Sunda. Terutama pada jenis

tari yang menjadi bagian dalam pertunjukan topeng Betawi. Tetapi Sunda bukan

satu-satunya budaya yang mempengaruhi bentuk tari Betawi, mengingat Betawi

2

Data ini penulis dapatkan dari hasil penyusunan standar dan kompetensi Karawitan dan Tari Betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

3

(32)

merupakan kelompok etnis yang terbentuk berdasarkan meleburnya beberapa

identitas etnis dan budaya beberapa bangsa beberapa kelompok. Maka sama

dengan musik karawitan Betawi, tari Betawi juga memiliki unsur dan pengaruh

budaya yang heterogen.

Pada umumnya karya-karya tari Betawi adalah hasil dari pengembangan

gerak dari berbagai daerah sekitar yang melingkupinya. Kondisi ini berkaitan

dengan letak geografis DKI Jakarta yang berdekatan dengan Bogor, Tangerang,

Bekasi, dan Depok. Beberapa wilayah tersebut memang termasuk dalam wilayah

persebaran masyarakat Betawi dewasa ini. Faktor geografis serta adanya interaksi

dan pertukaran budaya telah memberikan pengaruh pada perkembangan tari

Betawi sehingga menjadi lebih kompleks dan beragam.4 Pengaruh ini dapat

terlihat pada gerak, tata rias, busana, musik pengiring tari, lagu atau nyanyian

yang mengiringi tari serta pola lantainya.

Tari Betawi terdiri dari beberapa jenis kelompok tari seperti topeng, cokek

dan silat. Jenis kelompok tari topeng dan cokek tujuannya lebih kepada hiburan.

Sebuah hal baru adalah silat yang dimasukkan dalam kelompok jenis tari.

Awalnya fungsi silat adalah untuk bela diri, tetapi dewasa ini silat sudah mulai

dikreasikan dengan unsur gerak tari, maka banyak ragam tari Betawi yang

memiliki gerak silat di dalamnya. 5

4

Wawancara dengan Bapak Abdulrachem bagian GIBANG (Pengkajian dan Pengembangan) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Senin 12 Mei 2014, pukul 13:30

5

(33)

Berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :

NAMA TARI PENATA TARI JENIS TARI

Kembang Topeng Joko Topeng

Gegot Kartini Topeng

Topeng Kedok Kartini Topeng

Silat 1 (Beksi) Wahab Silat

Blenggo Asli Abdurahman Saabah Silat Tapak Tangan Wiwiek Widiyastuti Silat Cokek Sirih Kuning Wiwiek Widiyastuti Cokek

Zapin Arab Zainal Abidin Zapin

Ronggeng Blantek Wiwiek Widiyastuti Topeng

Enjot-enjotan Amung/Kartini/Andi Topeng

Gejruk Jidat Entong Kisan Topeng

Nandak Ganjen Entong Kisam Cokek

Gandes Kipas Dewi Kondangsih Cokek

Silat 2 (Pengasinan) Ali Sabeni Silat

Lenggo Jingkek Abdurachem Zapin

Topeng Gong Wiwiek Widiyastuti Topeng Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Topeng Lenggang Nyai Wiwiek Widiyastuti Cokek

Wayang Botoh Abdurachem Topeng

Silat 3 Ali Sabeni Silat

Kotebang Abdurachem Silat

Hasil identifikasi ini dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu topeng,

(34)

yang disetujui oleh para pakar pendidikan, budayawan, para ahli tari dan penata

tari.6

Latar belakang penciptaan sebuah tari kreasi baru adalah tuntutan kebutuhan

di tengah sedikitnya tradisi seni masyarakat Betawi, padahal identitas etnis

mereka sangat dibutuhkan di tengah pesatnya laju perkembangan Jakarta dengan

budayanya yang heterogen, komposisi penduduk dan keadaan sosial yang kian

hari beragam.

Dalam hal ini Pemerintah Daerah bersama praktisi profesional dan

masyarakat Betawi secara bersama-sama fokus melihat peluang pada daerah

Betawi Udik7, sebagai lahan yang kaya tradisi sehingga bisa dilakukan proses

rekacipta tradisi Betawi dan disesuaikan dengan tuntutan situasi kontemporer saat

ini agar bisa diterima masyarakat luas.

Berdasarkan gambaran umum mengenai musik karawitan dan tari Betawi,

pada akhirnya penulis memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng

balntek sebagai objek penulisan skripsi ini.

1. Musik Gambang Kromong

6

Penulis mendapatkan data ini langsung dari Bapak Abdulrachem di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bagian GIBANG. Setelah dikonfirmasi, data ini adalah isi dari buku standar dan kompetensi karawitan dan tari betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta yang dibuat pada bulan Desember tahun 2012.

7

(35)

Gambang Kromong merupakan salah satu seni musik Betawi hasil

perpaduan antara unsur pribumi dengan unsur non-pribumi yakni Tionghoa8.

Unsur Tionghoa dalam Gambang Kromong tampak pada alat musik gesek tehyan,

kongahyan dan sukong. Sedangkan yang lainnya terdiri dari alat musik pribumi

seperti gambang, kromong, gendang, kecrek, dan gong.9

Definisi Gambang Kromong berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

diartikan dalam masing-masing kata, Gambang adalah alat musik pukul

tradisional, yang terbuat dari sebilah kayu terdiri dari 16-25 bilah yang panjang

dan besarnya tidak sama, dan dimainkan dengan alat pukul. Sedangkan Kromong

adalah gamelan khas Betawi, digunakan untuk mengiringi drama rakyat Betawi

yaitu lenong dan cokek.10

Asal mula musik Gambang Kromong tidak bisa terlepas dari akulturasi

budaya Tionghoa, dalam hal ini Nie Hoe Kong yang telah memiliki andil besar

dalam menghadirkan suatu perpaduan musik yang harmonis antara unsur pribumi

dan unsur Tionghoa. Nie Hoe Kong adalah seorang pemusik keturunan Tionghoa

8

Awal mula kedatangan etnis Tionghoa di Jakarta telah terjadi sejak akhir masa kekuasaan Dinasti Tang. Mereka mulai melakukan perjalanan ke Asia Tenggara (Indonesia). Tempat yang pertama mereka datangi adalah Palembang, pada saat itu merupakan pusat perdagangan kerajaan besar Sriwijaya. Kemudian mereka datang ke Pulau Jawa untuk mencari rempah-rempah. Banyak dari mereka yang kemudian tinggal dan menetap di wilyah sekitar pelabuhan pantai utara Jawa seperti Tuban, Surabaya, Gresik, Banten (Tangerang) dan Jakarta. Mereka datang bukan hanya untuk berdagang tetapi mereka juga membawa dan menyebarkan agama dan kebudayaan mereka. Oleh sebab itu sekarang ini banyak kita lihat kebudayaan lokal hasil akulturasi Tionghoa. Dalam artikel Asal usul China Benteng, China Benteng, Kampung Teluk Naga, Tragedi China Benteng.

http://asalusulchinabenteng,chinabenteng,kampungteluknaga,tragedichinabenteng/htm (diakses 13 Mei 2014)

9

Rachmat, Syamsudin dan Dahlan, Petunjuk Praktis Latihan Dasar Bermain Gambang Kromon, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1996, h.5

10Kamus Besar Bahasa Indonesia

(36)

yang tinggal di Jakarta pada pertengahan abad ke 18.11 Dia lah yang berhasil

menggabungkan beberapa alat musik yang berasal dari Cina dengan alat-alat

musik yang biasa dimainkan dalam gamelan seperti pelog dan selendro.

Pada saat itu musik Gambang Kromong hanya diperuntukkan sebagai

hiburan untuk mengiringi tari Cokek dan sebagai musik pengiring dalam

pertunjukan teater lenong Betawi.12 Persebaran Gambang Kromong sebagai seni

musik Betawi sekarang ini bukan hanya sebatas wilayah administratif DKI Jakarta

saja, melainkan sampai ke wilayah Bekasi, Karawang, Cibinong, Bogor,

Tangerang, Serang dan Sukabumi. 13

Berikut ini adalah instumen musik Gambang Kromong beserta nadanya :

1. Gambang14 :

11

Penulis mendapatkan data yang tidak diterbitkan oleh LKB, berupa hasil transkip wawancara dengan etnis Tionghoa bernama Phoa Kian Soe, seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong:Akulturasi Budaya Tionghoa Betawi. Phoa Kian Shoe memaparkan bahwa tidak ada keterangan jelas tentang asal usul gambang kromong sebagai musik akulturasi Betawi-Tionghoa. Tetapi ada satu pendapat umum yg mengatakan bahwa Gambang Kromong mulai diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Kapiten Nie Hoe Koeng yang tinggal di Jakarta. Pada saat itu gambang kromong dimainkan untuk memeriahkan sebuah pesta, untuk memeriahkan acara pesta mereka membawa lima musik orkes Gambang, singkat cerita setela pesta selesai, kelima alat musik tersebut diserahkan oleh sang kapiten Nie Hoe Koeng. Alhasil terus berkembang menjadi musik gambang kromong yang kita kenal sekarang ini, dengan akulturasi kromong sebagai alat musik asli pribumi.

12

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sibroh Malisi selaku bagian pemasaran dan kesenian Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, fungsi gambang kromong bukan sebatas untuk pengiring tari cokek dan teater lenong saja, sekarang fungsinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Betawi, bisa untuk sekedar musik pembuka dalam acara formal ataupun non-formal, bisa untuk syiar Islam atau menyampaikan berbagai hal positif lain, semua tergantung kebutuhan si pengguna gambang kromong.

13

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/637/Gambang-Kromong (diakses 13 mei 2014)

14

(37)

Gambang adalah instrumen musik karawitan Betawi, terdiri dari delapan

belas bilah kayu dari jenis kayu Manggarawan, ke delapan belas bilah

kayu itu dibagi dalam tiga oktaf, nada terendah adalah liuh dan nada

tertinggi adalah siang.

2. Kromong dan tehyan

3. Kromong terdiri dari sepuluh buah gong kecil tersusun dalam dua baris,

terbuat dari perunggu atau kuningan, baris luar (dari nomor satu, dua dan

seterusnya) terdiri atas nda siang-liuh-ukong-che atau c-a-g-e-d, ditabuh

berbarengan dengan baris luar dan dalam . Teh-hian adalah instrumen

gesek berdawai dua, dilaras dengan nada siang (c) dan liuh (g)

(38)

Sukong adalah instrumen gesek semacem rebab berukuran besar dengan

dua dawai yang berasal dari China, dilaras dalam nada su (a) dan kong (e).

Tabung bagian bawah biasanya terbuat dari cangkang buah gerenuk yang

keras.

5. Kong-a-hian

Kong-a-hian adalah instrumen gesek berdawai dua berukuran kecil, dilaras

dalam nada liuh (g) dan che (d)

6. Bangsing atau suling15 :

Bangsing atau Suling adalah salah satu instrumen musik dalam Gambang

Kromong, dimainkan dengan cara ditiup secara horizontal sejajar dengan

mulut

7. Dua buah gong berbahan dasar perunggu atau kuningan, yang

digantungkan, dilaras dengan nada siang (c)

15

(39)

8. Seperangkat Gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh

9. Pan atau Kecrek

Pan atau Kecrek terbuat dari bilah-bilah logam tipis yang dipukul sehingga

(40)

10.Sio-lo (Ningnong dan Ningning) , terdiri dari dua buah pringan kecil

canang.

Selain itu ada beberapa instrumen musik yang sudah tidak ditemukan lagi,

diantaranya : Ji-Hian (instrumen gesek berdawai dua), Sam-Hian (instrumen

gesek berdawai tiga), Gweh-Kim (semacam gitar berbentuk bulat berdawai dua).16

Nada dan laras dalam gambang kromong hanya memakai lima tangga nada

yang disebut pentatonic, kelima tangga nada itu memakai nama Tionghoa yaitu :

Liuh (sol=g), U (La=a), Siang (do=c), Che (re=d) dan Kong (mi=e). Lagu-lagu

yang dibawakan gambang kromong dibagi dalam tiga bagian yaitu Lagu Pobin,

Lagu Dalem dan Lagu Sayur. Lagu Pobin adalah generasi awal lagu-lagu yang

dibawakan gambang kromong, lagunya sebatas pada lagu-lagu instrumental

Tionghoa saja. Lagu pobin adalah lagu tertua dalam repertoar gambang kromong.

Kemudian Lagu Dalem, lagu dalem adalah lagu-lagu yang diciptakan

setelah lagu phobin, memiliki lirik sehingga bisa dinyanyikan tidak seperti lagu

phobin yang hanya instrumental saja. Contoh lagu dalem adalah: Poa-Si-Li-Tan,

Peca Piring, Semar Gunem, Mas Nona, Tanjung Burung, Burung Nuri dan Centeh

Manis Berduri. Setelah lagu dalem yang menjadi lagu klasik gambang kromong,

diciptakanlah lagu sayur. Lagu sayur diciptakan untuk keperluan ngibing.17

Contoh lagu sayur : Onde-onde, Glatik nguknguk, Surilang, Jali-jali, Stambul,

Centeh manis, Balo-balo, Ronggeng Manis, Akang Haji, Ronggen Buyut,

Blenderan, Lenggang Kangkung, Kicir-kicir dan Sirih Kuning.

16

Dokumen milik LKB, artikel ini ditulis oleh David Kwa seorang pemerhati etnis

Tionghoa, judul artikel ini “Lebih Dalam Tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek”.

17

(41)

Pada akhirnya penulis memilih gambang kromong sebagai objek penulisan

skripsi yang didasari oleh beberapa faktor, pertama gambang kromong adalah

jenis musik tradisional Betawi yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh

masyarakat peranakan Cina. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang

peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa

Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali

untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Dalam perjalanannya mereka turut

serta membawa instrumen musik salah satunya gambang untuk mengisi waktu

luang.18 Kemudian pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan

dengan instrumen musik pribumi.

Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi

yang sampai saat ini masih eksis. Ketiga karena proses perkembangan gambang

kromong yang penulis rasa unik. Sebelum maraknya pertunjukan gambang

kromong sejak tahun 1970-an pada acara-acara pemerintahan DKI Jakarta

maupun acara milik masyarkat Betawi, perlu diketahui bahwa gambang kromong

sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi. Penolakan tersebut didasari

oleh nilai-nilai Islam yang dirasa tidak menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan

musik gambang kromong.

Keempat karena gambang kromong sekarang ini mampu

mereperesentasikan marwah budaya Betawi yang dalam prosesnya setelah proses

rekacipta yang dilaksanakan tahun 70-an, gambang kromong telah mampu

18

(42)

mengadopsi nilai-nilai Islam pada penampilannya. Tidak seperti musik karawitan

Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah

mendapat respon baik karena dalam penampilannya sarat dengan indikator Islam.

Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan

unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima

penolakan dari masyarakat Betawi, sebagai indikasi adanya proses penyesuaian

antara agama sebagai pedoman hidup dengan seni sebagai produk kebudayaan

suatau masyarakat, pada akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengungkap

faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang kromong bagi setiap

masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.

2. Tari Ronggeng Blantek

Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diproduksi oleh Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 80-an. Tari Betawi

ini dikreasikan oleh seorang koreografer handal bernama Wiwiek Widiyastuti.

Pemerintah DKI Jakarta sengaja meminta ibu Wiwiek Widyastuti dibantu

beberapa seniman lain untuk menciptakan tari kreasi baru ini, bersamaan dengan

tahun-tahun di saat masyarakat Betawi mulai sadar bahwa mereka harus tetap

eksis dan bertahan dengan menunjukkan identitas sosial dan budayanya di tengah

laju perkembangan Jakarta menuju kota metropolitan. Oleh karena itu, Pemerintah

Daerah DKI Jakarta melalui Loka Karya Tradisi Betawi tahun 1970 berusaha

(43)

dengan mengkreasikan tari Ronggeng Blantek sebagai salah satu wujud seni tari

Betawi.19

Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi yang diciptakan oleh ibu Wiwiek

Widiyastuti pada tahun 1985 atas instruksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Ibu

Wiwiek Widiyastuti ialah salah seorang seniman tari Betawi yang lahir di

Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1952. Beliau telah memulai karirnya sebagai

seniman tari sejak kelas 5 SD dengan bergabung bersama bengkel tari milik

seniman besar Indonesia bapak Bagong Kussudiarjo di Yogyakarta. Setelah

menamatkan pendidikannya di Akademi Seni Tari Indonesia di Jogja dan Institut

Kesenian Jakarta, beliau kemudian mengabdikan diri di Dinas Kebudayaan DKI

Jakarta.20

Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diangkat dari teater

rakyat Betawi yaitu Topeng Betawi21, dimana dalam memulai sebuah pertunjukan

topeng biasanya sebagai pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang

disebut Blantek22, atau Ronggeng Blantek23. Dalam perkembangannya tarian ini

menjadi tarian lepas, terpisah dari kesatuan pertunjukan topeng dan banyak

diminati oleh masyarakat sebagai tari pertunjukan pada acara penyambutan tamu.

19

Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widiyastuti , Minggu 11 Mei 2014, pukul 13 : 00 20http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/wiwiek.html

diakses 11 Mei 2014. 21

Topeng Betawi termasuk dalam seni pertunjukan rakyat atau teater rakyat yang tumbuh di Jakarta dan sekitar daerah lainnya di Jawa Barat. Topeng Betawi selalu ditampilkan dalam bentuk teater dan tari. Dalam penampilannya ada yang menggunakan topeng (dalam artian penutup wajah = kedok) ada yang tidak. Pertunjukan Topeng terdiri dari beberapa bagian berbeda, setiap bagiannya terdiri dari nyanyian, komedi, drama dan musik, dan dibawakan dengan percampuran bahasa yang berbeda di setiap wilayahnya. Secara umum pembukaan teater topeng selalu diawali dengan pertun jukan tari, dengan tidak ada pembicaraan di dalamnya sama sekali, kemudian dilanjutkan dengan beberapa dialog dengan sedikit selingan tari.

22

Henry Spiller, Topeng Betawi : The Sounds of Bodies Moving, Asian Theatre Journal, vol 16, No 2 (Autumn, 1999), h. 260. ( http://www.jstor.org/stable/1124556 diakses 7 Januari 2014, pukul 01:29)

23

(44)

Berikut adalah deskripsi tari Ronggeng Blantek yang telah dirumuskan oleh

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta selama satu bulan,

terhitung dari bulan November sampai Desember tahun 2012.24 Tari Ronggeng

Blantek terdiri dari tiga puluh satu gerak yang terbagi dalam empat bagian, kaki,

badan, tangan dan kepala.

Kepala Menghadap pergerakan tangan kiri, kemudian menghadap depan sambil mengayunkan kepala (gedek) ke kanan dan ke kiri dengan hadapan tetap ke

24

Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Standar Kompetensi Karawitan dan Tari Betawi, Jakarta, Desember 2012, h 1-26.

25

(45)

depan.

Tangan Tangan kiri direntangkan ke samping sebatas pinggang, dan tangan kanan memegang selendang di pinggang sebelah

kanan, kemudian

menyampirkan selendang dengan telapak kanan ketika bahu bergerak ke kanan. Kepala Menghadap ke bahu kanan

ketika badan (torso) bergerak ke kanan, begitu pula

(46)

empat kali dan mundur empat kali perlahan, dengan menggenjot lutut naik turun secara perlahan Tangan Kedua tangan direntangkan ke

samping, masing-masing sisinya sejajar pinggang, kemudian menggerakkan telapak tangan bergantian dimulai dengan telapak tangan kiri dengan memutar pergelangan dari jari-jari yang menghadap atas, kemudian

5.Pakblang Kaki Dengan posisi merendah kedua kaki melangkah maju sebanyak empat langkah, kemudian jongkok dengan tumpuan kaki kanan, dan bangun dengan

(47)

dari jongkok tangan kiri lurus seperti selancar ngepeik atas dan diakhiri dengan posisi mengikuti gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri

pakblang, posisi badan tegap dan merendah. Diakhiri Kepala Sama seperti gerakan selancar

blonter

(48)

diakhiri dengan posisi kaki disilangkan di samping kanan bawah dengan telapak menghadap luar. Kemudian tangan kiri ditekuk ke depan setinggi atas kepala dengan jari-jari menghadap kanan dan telapak menghadap ke depan, dan tangan kanan ditekuk ke pundak dengan jari telunjuk menyentuh bahu dan telapak posisi merendah dengan irama makin lama makin cepat, dan diakhiri dengan posisi kiri merendah dan kaki kanan

(49)

disilangkan di samping kanan sebatas pinggang, dan diakhiri dengan posisi tangan seperti selancar ngepik atas

Kaki Setelah menbentuk sikap kemudian melangkah mundur perlahan dengan posisi kanan menyilang berjinjit di belakang

Badan Seteleh membentuk posisi, badan menggerakkan (torso) ke kanan dan ke kiri masing-masing satu kali, dan saat berjalan posisi badan tegap merendah dengan menghadap depan

Tangan Posisi tangan seperti possi selancar ngepik atas, tetapi menggerakkan pergelangan tangan hanya sekali ke arah dalam dan diakhiri dengan telapak meghadap luar dengan jari-jari saling berhadapan ke dalam.

kemudian kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan posisi berjinjit, lalu memutar dengan poros kaki kiri, kemudian diakhiri dengan posisi kedua kaki merendah dan telapak membentuk huruf V

Gerakan 1x8

(50)

dada membusung menghadap kanan dan jari-jari menghadap atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan 11.Goyang Cendol tangan kanan ketika pinggul bergoyang ke kanan, dan ke kiri ketika pinggul bergoyang ke kiri

Kepala Mengayun dan mengikuti gerakan pinggul

12.Koma Gelong Kaki Kaki kanan merendah, kemudian kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan posisi berjinjit, lalu memutar dengan poros kaki kiri dan

(51)

Tangan Tangan kiri berada di samping pinggang dengan possi telapak menghadap bawah dan jari-jari menghadap depan. Tangan kanan direntangkan lurus sejajar pinggang sebelah kanan dengan telapak menghadap kanan dan jari-jari menghadap atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan 13.Kewer kanan Kaki Posisi kedua kaki sejajar sementara tangan kanan tetap ke samping, begitu pula sebaliknya.

Kepala Menghadap ke tangan yang berada di bahu

(52)

kanan dan jari-jari menghadap atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan 15.Klewer dua sisinya sejajar dengan tinggi pinggang, kemudian tangan diletakkan di pinggang dengan memegang selendang, kemudian menyampirkan selendang ketika tangan kanan di bahu

Kepala Menghadap ke tangan yang berada di bahu

16.Koma Gleong Kaki Kaki kanan merendah, kemudian kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan posisi berjinjit, lalu memutar dengan poros kaki kiri dan pinggang dengan possi telapak menghadap bawah dan jari-jari menghadap depan. Tangan kanan direntangkan lurus sejajar pinggang sebelah kanan dengan telapak menghadap kanan dan jari-jari menghadap atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan

(53)
(54)

tetap lurus. Kemudian tangan kiri digerakkan ke depan sehingga berada lurus ke depan dengan telapak menghadap depan dan jari-jari menghadap ke atas, dan tangan kanan menunduk akibat dari ayunan kaki depan dan jari-jari mengarah ke kanan. Tangan kanan dilekukkan di depan dada sehingga posisi telapak menghadap ke kiri dan jari-jari menghadap kanan

Kepala Menghadap depan, kemudian merunduk ketika kaki kanan digerakkan ke samping kanan hingga membentuk lurus dan telapak kaki kanan menghadap samping, sementara kaki kiri

(55)
(56)

ketika kaki merendah lalu ke belakang bergantian ketika kaki berjinjit

Kepala Menghadap depan ketika kaki berjinjit dan menunduk ketika kaki merunduk

22.Gonjingan blonter

Kaki Kaki merendah dengan sikap telapak kaki membentuk huruf V. Kemudian lutut kaki dinaik turunkan secara perlahan

Gerakan 2x8

Badan Setalah kaki merendah bahu digerakkan ke depan dimulai dengan bahu kanan dengan jari telunjuk menyentuh bahu, kemudian menggerakkan siku

(57)

Tangan Tangan kiri mengambil depan bawah dengan jari-jari menghadap depan dan kaki depan dan jari-jari mengarah ke kanan. Tangan kanan dilekukkan di depan dada sehingga posisi telapak menghadap ke kiri dan jari-jari menghadap depan

Kepala Menghadap depan kemudian merunduk ketika kaki kanan melangkah dan menghadap depan ketika kaki kiri melangkah

(58)
(59)

kanan dengan sikap berjinjit menghadap kanan dan jari-jari ke atas, tangan kanan ditekuk ke bawah dengan posisi siku lurus dan tangan mengepal ke bawah. Kemudian posisi tangan kiri tetap, pergelangan tangan kanan diputar ke atas sehingga sekarang siku menghadap ke atas. Kemudian kedua tangan disilangkan dan membuat gerak tangkis ke samping kiri pinggang dengan posisi tangan ditekuk sepinggang, telapak menghadap depan dan jari-jari menghadap atas, dilakukan dua kali juga terhadap sisi sebaliknya.

(60)

dan telapak tangan menghadap kanan dan jari-jari menghadap ke atas, dan tangan kanan badan mengikuti geraan silang tangan telapak menghadap bawah dan jari-jari menghadap depan. Lalu disilangkan di samping pinggang kiri. kemudian bergerak di tempat

(61)

dengan posisi kanan yang lurus ke depan dengan membentuk telapak kaki menghadap depan, sementara kaki kiri merendah, kemudian kaki kanan mundur menghadap depan dan jari-jari menghadap ke samping kanan, kaki kanan melangkah adalah mendorong pergelangan ke depan dengan telapak tangan menghadap bawah, pada saat

Kepala Kepala mengayun mengikuti kaki

(62)

menghadap bawah. Sementara tangan kiri menyikut di depan tangan kanan dengan telapak menghadap depan dan jari-jari menghadap atas. Pada saat kaki kiri melangkah kedua tangan didorong ke depan, dengan posisi tangan kiri mendorong ke depan dengan tetap melekuk dan telapan menghadap dalam, sementara tangan kanan berada di belakang tangan kiri dengan telapak menghadap tangan kiri menapak dan kaki kiri berjinjit rapat sedangkan tangan kanan lurus ke samping kanan sejajar kanan hingga posisinya lurus dengan telapak menghadap kanan, lalu diayunkan ke samping kiri dengan posisi

Referensi

Dokumen terkait