BAB II. POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI
B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan
Kromong dan Tari Ronggeng
BAB III. ETNIS BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
A. Sejarah Etnis Betawi di Perkampungan Budaya Betawi di Perkampungan Setu Babakan
B. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan
3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
A. Kesimpulan B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
21 BAB II
POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI
A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi
Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dalam sejarahnya telah menjadi muara mengalirnya para pendatang dari seluruh penjuru Nusantara. Mereka datang dengan membawa serta adat istiadat dan tradisi budaya mereka masing-masing. Dan pada akhirnya mereka melebur ke dalam satu identitas baru. Identitas baru ini adalah masyarakat Betawi.
Berdasarkan komposisi pembentuk etnisnya yang heterogen, maka bentuk kesenian Betawi juga memperlihatkan adanya unsur kesamaan maupun perbedaan dengan bentuk kesenian asal daerahnya. Hal ini bukan berarti kesenian Betawi sebagai hasil akuisisi masyarakat Betawi terhadap kesenian masyarakat lain. Akan tetapi bagi masyarakat Betawi apapun yang tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan dirasakan mereka sebagai jati diri mereka seutuhnya. Karena semua unsur dalam seni maupun budaya tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan hidup maupun tata aturan mereka.
Berbicara ciri-ciri masyarakat Betawi atau ciri kebetawian maka kesenian Betawi mampu merepresentasikannya dengan tepat, terutama pada seni pertunjukan Betawi, musik karawitan Betawi, tari Betawi, makanan khas Betawi dan lain sebagainya.1 Kesenian Betawi lahir dari akulturasi berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi. Maka dalam seni musik Betawi terdapat pengaruh dari bangsa Eropa, Tionghoa, Arab, Portugis, Melayu, Jawa dan Sunda.
1
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, “Profil Seni Budaya Betawi”, Jakarta :
Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisonal Betawi berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.2
NO Jenis Reportoar Kelompok Reportoar Tokoh Karawitan Keterangan 1 Gambang Kromong
Gamelan Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Gambang Kromong
2 Ajeng Gamelan Boang Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Gamelan Ajeng Gong Bolong 3 Topeng Gamelan Edi dan Eda Lampiran: Notasi Lagu
Topeng
4 Tanjidor Melodis Said Lampiran: Lagu-lagu
Tanjidor
5 Samrah Melodis Wiwit Lampiran: Notasi
Lagu-lagu Samrah 6 Keroncong
Tugu
Melodis Andre Lampiran: Notasi
contoh lagu Keroncong Tugu
7 Gambus Melodis Djafar MZ Lampiran: Lagu-lagu
Gambus 8 Rebana
Biang
Perkusi H Abd Rahman Lampiran: Notasi Lagu-lagu Rebana Biang
9 Ketimpring Perkusi H Moh Sibli Lampiran: Notasi bentuk pukulan ketimpring
10 Sampyong Perkusi Lampiran: Sampyong
Kemudian Berbicara sejarah tari Betawi, tari merupakan cabang seni Betawi yang umumnya berasal dari pinggiran kota Jakarta (Betawi Udik)3, yang paling banyak dikreasikan dan ditampilkan dalam acara Betawi. Bentuk-bentuk tari lama Betawi banyak mendapat pengaruh kuat dari daerah Sunda. Terutama pada jenis tari yang menjadi bagian dalam pertunjukan topeng Betawi. Tetapi Sunda bukan satu-satunya budaya yang mempengaruhi bentuk tari Betawi, mengingat Betawi
2
Data ini penulis dapatkan dari hasil penyusunan standar dan kompetensi Karawitan dan Tari Betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
3
Adanya klasifikasi sosial dalam masyarakat Betawi yang terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok Betawi Kota, tidak banyak orang Berawi kota yang berprofesi di bidang seni. Lain halnya dengan kelompok Betawi Udik, karena kesenian Betawi justru muncul dari kelompok ini. Maka kelompok Betawi Udik dilihat sebagai lahan yang kaya tradisi.
merupakan kelompok etnis yang terbentuk berdasarkan meleburnya beberapa identitas etnis dan budaya beberapa bangsa beberapa kelompok. Maka sama dengan musik karawitan Betawi, tari Betawi juga memiliki unsur dan pengaruh budaya yang heterogen.
Pada umumnya karya-karya tari Betawi adalah hasil dari pengembangan gerak dari berbagai daerah sekitar yang melingkupinya. Kondisi ini berkaitan dengan letak geografis DKI Jakarta yang berdekatan dengan Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Beberapa wilayah tersebut memang termasuk dalam wilayah persebaran masyarakat Betawi dewasa ini. Faktor geografis serta adanya interaksi dan pertukaran budaya telah memberikan pengaruh pada perkembangan tari Betawi sehingga menjadi lebih kompleks dan beragam.4 Pengaruh ini dapat terlihat pada gerak, tata rias, busana, musik pengiring tari, lagu atau nyanyian yang mengiringi tari serta pola lantainya.
Tari Betawi terdiri dari beberapa jenis kelompok tari seperti topeng, cokek dan silat. Jenis kelompok tari topeng dan cokek tujuannya lebih kepada hiburan. Sebuah hal baru adalah silat yang dimasukkan dalam kelompok jenis tari. Awalnya fungsi silat adalah untuk bela diri, tetapi dewasa ini silat sudah mulai dikreasikan dengan unsur gerak tari, maka banyak ragam tari Betawi yang memiliki gerak silat di dalamnya. 5
4
Wawancara dengan Bapak Abdulrachem bagian GIBANG (Pengkajian dan Pengembangan) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Senin 12 Mei 2014, pukul 13:30
5
Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widitastuti, 11 Mei 2014, pukul 13:00 . Dalam mengkreasikan tari Ronggeng Blantek beliau membagi 3 bagian dalam tarian itu, bagian pertama beliau katakan bagian manis, dimana seorang penari menari dengan lemah gemulai, dengan ritme gerak santai. Bagian kedua saat ritme mulai cepat, gerakan penari terlihat lebih enerjik dan bagian terakhir adalah bagian klimaks tari Ronggeng Blantek dengan memasukkan beberapa gerakan silat Betawi. Tujuannya adalah pencapaian klimak pada bagian akhir tari.
Berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :
NAMA TARI PENATA TARI JENIS TARI
Kembang Topeng Joko Topeng
Gegot Kartini Topeng
Topeng Kedok Kartini Topeng
Silat 1 (Beksi) Wahab Silat
Blenggo Asli Abdurahman Saabah Silat Tapak Tangan Wiwiek Widiyastuti Silat Cokek Sirih Kuning Wiwiek Widiyastuti Cokek
Zapin Arab Zainal Abidin Zapin
Ronggeng Blantek Wiwiek Widiyastuti Topeng
Enjot-enjotan Amung/Kartini/Andi Topeng
Gejruk Jidat Entong Kisan Topeng
Nandak Ganjen Entong Kisam Cokek
Gandes Kipas Dewi Kondangsih Cokek
Silat 2 (Pengasinan) Ali Sabeni Silat
Lenggo Jingkek Abdurachem Zapin
Topeng Gong Wiwiek Widiyastuti Topeng Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Topeng Lenggang Nyai Wiwiek Widiyastuti Cokek
Wayang Botoh Abdurachem Topeng
Silat 3 Ali Sabeni Silat
Kotebang Abdurachem Silat
Hasil identifikasi ini dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu topeng, cokek, zapin dan silat. Pengelompokan ini berdasarkan kriteria dan standarisasi
yang disetujui oleh para pakar pendidikan, budayawan, para ahli tari dan penata tari.6
Latar belakang penciptaan sebuah tari kreasi baru adalah tuntutan kebutuhan di tengah sedikitnya tradisi seni masyarakat Betawi, padahal identitas etnis mereka sangat dibutuhkan di tengah pesatnya laju perkembangan Jakarta dengan budayanya yang heterogen, komposisi penduduk dan keadaan sosial yang kian hari beragam.
Dalam hal ini Pemerintah Daerah bersama praktisi profesional dan masyarakat Betawi secara bersama-sama fokus melihat peluang pada daerah Betawi Udik7, sebagai lahan yang kaya tradisi sehingga bisa dilakukan proses rekacipta tradisi Betawi dan disesuaikan dengan tuntutan situasi kontemporer saat ini agar bisa diterima masyarakat luas.
Berdasarkan gambaran umum mengenai musik karawitan dan tari Betawi, pada akhirnya penulis memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng balntek sebagai objek penulisan skripsi ini.
1. Musik Gambang Kromong
6
Penulis mendapatkan data ini langsung dari Bapak Abdulrachem di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bagian GIBANG. Setelah dikonfirmasi, data ini adalah isi dari buku standar dan kompetensi karawitan dan tari betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta yang dibuat pada bulan Desember tahun 2012.
7
Betawi Udik adalah hasil pengelompokan masyarakat Betawi berdasarkan wilayah geografis, akan tetapi faktor sosial, pendidikan dan keagamaan juga turut berperan. Masyarakat Betawi Udik termasuk dalam klasfikikasi BetawiAbangan, dimana perempuan juga ikut serta dalam sebuah tarian. Lai n halnya dengan kelompok Betawi Santri, mereka tidak menghendaki kegiatan menari yang dilakukan oleh perempuan. Bukan berarti kelompok Betawi Santr tidak memiliki kesenian tari, tari Zapin dan tari Blenggo hadir dari kelompok masyarakat Betawi Santri. Karena kedua tarian ini dilakukan oleh penari laki-laki
Gambang Kromong merupakan salah satu seni musik Betawi hasil perpaduan antara unsur pribumi dengan unsur non-pribumi yakni Tionghoa8. Unsur Tionghoa dalam Gambang Kromong tampak pada alat musik gesek tehyan, kongahyan dan sukong. Sedangkan yang lainnya terdiri dari alat musik pribumi seperti gambang, kromong, gendang, kecrek, dan gong.9
Definisi Gambang Kromong berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dalam masing-masing kata, Gambang adalah alat musik pukul tradisional, yang terbuat dari sebilah kayu terdiri dari 16-25 bilah yang panjang dan besarnya tidak sama, dan dimainkan dengan alat pukul. Sedangkan Kromong adalah gamelan khas Betawi, digunakan untuk mengiringi drama rakyat Betawi yaitu lenong dan cokek.10
Asal mula musik Gambang Kromong tidak bisa terlepas dari akulturasi budaya Tionghoa, dalam hal ini Nie Hoe Kong yang telah memiliki andil besar dalam menghadirkan suatu perpaduan musik yang harmonis antara unsur pribumi dan unsur Tionghoa. Nie Hoe Kong adalah seorang pemusik keturunan Tionghoa
8
Awal mula kedatangan etnis Tionghoa di Jakarta telah terjadi sejak akhir masa kekuasaan Dinasti Tang. Mereka mulai melakukan perjalanan ke Asia Tenggara (Indonesia). Tempat yang pertama mereka datangi adalah Palembang, pada saat itu merupakan pusat perdagangan kerajaan besar Sriwijaya. Kemudian mereka datang ke Pulau Jawa untuk mencari rempah-rempah. Banyak dari mereka yang kemudian tinggal dan menetap di wilyah sekitar pelabuhan pantai utara Jawa seperti Tuban, Surabaya, Gresik, Banten (Tangerang) dan Jakarta. Mereka datang bukan hanya untuk berdagang tetapi mereka juga membawa dan menyebarkan agama dan kebudayaan mereka. Oleh sebab itu sekarang ini banyak kita lihat kebudayaan lokal hasil akulturasi Tionghoa. Dalam artikel Asal usul China Benteng, China Benteng, Kampung Teluk Naga, Tragedi China Benteng.
http://asalusulchinabenteng,chinabenteng,kampungteluknaga,tragedichinabenteng/htm (diakses 13 Mei 2014)
9
Rachmat, Syamsudin dan Dahlan, Petunjuk Praktis Latihan Dasar Bermain Gambang Kromon, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1996, h.5
10Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h.329
yang tinggal di Jakarta pada pertengahan abad ke 18.11 Dia lah yang berhasil menggabungkan beberapa alat musik yang berasal dari Cina dengan alat-alat musik yang biasa dimainkan dalam gamelan seperti pelog dan selendro.
Pada saat itu musik Gambang Kromong hanya diperuntukkan sebagai hiburan untuk mengiringi tari Cokek dan sebagai musik pengiring dalam pertunjukan teater lenong Betawi.12 Persebaran Gambang Kromong sebagai seni musik Betawi sekarang ini bukan hanya sebatas wilayah administratif DKI Jakarta saja, melainkan sampai ke wilayah Bekasi, Karawang, Cibinong, Bogor, Tangerang, Serang dan Sukabumi. 13
Berikut ini adalah instumen musik Gambang Kromong beserta nadanya : 1. Gambang14 :
11
Penulis mendapatkan data yang tidak diterbitkan oleh LKB, berupa hasil transkip wawancara dengan etnis Tionghoa bernama Phoa Kian Soe, seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong:Akulturasi Budaya Tionghoa Betawi. Phoa Kian Shoe memaparkan bahwa tidak ada keterangan jelas tentang asal usul gambang kromong sebagai musik akulturasi Betawi-Tionghoa. Tetapi ada satu pendapat umum yg mengatakan bahwa Gambang Kromong mulai diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Kapiten Nie Hoe Koeng yang tinggal di Jakarta. Pada saat itu gambang kromong dimainkan untuk memeriahkan sebuah pesta, untuk memeriahkan acara pesta mereka membawa lima musik orkes Gambang, singkat cerita setela pesta selesai, kelima alat musik tersebut diserahkan oleh sang kapiten Nie Hoe Koeng. Alhasil terus berkembang menjadi musik gambang kromong yang kita kenal sekarang ini, dengan akulturasi kromong sebagai alat musik asli pribumi.
12
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sibroh Malisi selaku bagian pemasaran dan kesenian Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, fungsi gambang kromong bukan sebatas untuk pengiring tari cokek dan teater lenong saja, sekarang fungsinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Betawi, bisa untuk sekedar musik pembuka dalam acara formal ataupun non-formal, bisa untuk syiar Islam atau menyampaikan berbagai hal positif lain, semua tergantung kebutuhan si pengguna gambang kromong.
13
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/637/Gambang-Kromong (diakses 13 mei 2014)
14
Dokumentasi penulis , dalam acara Festival Setu Babakan persembahan Suku Dinas Pariwisata Kota Administrasi Jakarta Selatan, 9 Agustus 2014.
Gambang adalah instrumen musik karawitan Betawi, terdiri dari delapan belas bilah kayu dari jenis kayu Manggarawan, ke delapan belas bilah kayu itu dibagi dalam tiga oktaf, nada terendah adalah liuh dan nada tertinggi adalah siang.
2. Kromong dan tehyan
3. Kromong terdiri dari sepuluh buah gong kecil tersusun dalam dua baris, terbuat dari perunggu atau kuningan, baris luar (dari nomor satu, dua dan seterusnya) terdiri atas nda siang-liuh-ukong-che atau c-a-g-e-d, ditabuh berbarengan dengan baris luar dan dalam . Teh-hian adalah instrumen gesek berdawai dua, dilaras dengan nada siang (c) dan liuh (g)
Sukong adalah instrumen gesek semacem rebab berukuran besar dengan dua dawai yang berasal dari China, dilaras dalam nada su (a) dan kong (e). Tabung bagian bawah biasanya terbuat dari cangkang buah gerenuk yang keras.
5. Kong-a-hian
Kong-a-hian adalah instrumen gesek berdawai dua berukuran kecil, dilaras dalam nada liuh (g) dan che (d)
6. Bangsing atau suling15 :
Bangsing atau Suling adalah salah satu instrumen musik dalam Gambang Kromong, dimainkan dengan cara ditiup secara horizontal sejajar dengan mulut
7. Dua buah gong berbahan dasar perunggu atau kuningan, yang digantungkan, dilaras dengan nada siang (c)
15
Foto pada point enam adalah dokumentasi pribadi penulis dalam acara Festival Setu Babakan tanggal 9 Agustus 2014, sebelah kiri adalah pemain suling gambang kromong kelompok Jali Putra
8. Seperangkat Gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh
9. Pan atau Kecrek
Pan atau Kecrek terbuat dari bilah-bilah logam tipis yang dipukul sehingga menghasilkan bunyi crek-crek-crek
10.Sio-lo (Ningnong dan Ningning) , terdiri dari dua buah pringan kecil canang.
Selain itu ada beberapa instrumen musik yang sudah tidak ditemukan lagi, diantaranya : Ji-Hian (instrumen gesek berdawai dua), Sam-Hian (instrumen gesek berdawai tiga), Gweh-Kim (semacam gitar berbentuk bulat berdawai dua).16
Nada dan laras dalam gambang kromong hanya memakai lima tangga nada yang disebut pentatonic, kelima tangga nada itu memakai nama Tionghoa yaitu : Liuh (sol=g), U (La=a), Siang (do=c), Che (re=d) dan Kong (mi=e). Lagu-lagu yang dibawakan gambang kromong dibagi dalam tiga bagian yaitu Lagu Pobin, Lagu Dalem dan Lagu Sayur. Lagu Pobin adalah generasi awal lagu-lagu yang dibawakan gambang kromong, lagunya sebatas pada lagu-lagu instrumental Tionghoa saja. Lagu pobin adalah lagu tertua dalam repertoar gambang kromong. Kemudian Lagu Dalem, lagu dalem adalah lagu-lagu yang diciptakan setelah lagu phobin, memiliki lirik sehingga bisa dinyanyikan tidak seperti lagu phobin yang hanya instrumental saja. Contoh lagu dalem adalah: Poa-Si-Li-Tan, Peca Piring, Semar Gunem, Mas Nona, Tanjung Burung, Burung Nuri dan Centeh Manis Berduri. Setelah lagu dalem yang menjadi lagu klasik gambang kromong, diciptakanlah lagu sayur. Lagu sayur diciptakan untuk keperluan ngibing.17 Contoh lagu sayur : Onde-onde, Glatik nguknguk, Surilang, Jali-jali, Stambul, Centeh manis, Balo-balo, Ronggeng Manis, Akang Haji, Ronggen Buyut, Blenderan, Lenggang Kangkung, Kicir-kicir dan Sirih Kuning.
16
Dokumen milik LKB, artikel ini ditulis oleh David Kwa seorang pemerhati etnis
Tionghoa, judul artikel ini “Lebih Dalam Tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek”.
17
Gambang kromong adalah instrumen musik pengiring dalam pertunjukan wayang dan tari cokek, biasanya pertunjukan ini diperuntukan sebagai hiburan dalam sebuah pesta pernikahan. Ngibing adalah istilah bagi penari cokek untuk menari bersama para tamu, menggunakan selendang yang disebut cukin atau soder. Ngibing inilah salah satu unsur dalam pertunjukan gambang kromong yang ditolak oleh masyarakat muslim Betawi, karena dianggap bertentangan dengan nilai Islam.
Pada akhirnya penulis memilih gambang kromong sebagai objek penulisan skripsi yang didasari oleh beberapa faktor, pertama gambang kromong adalah jenis musik tradisional Betawi yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh masyarakat peranakan Cina. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Dalam perjalanannya mereka turut serta membawa instrumen musik salah satunya gambang untuk mengisi waktu luang.18 Kemudian pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan dengan instrumen musik pribumi.
Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi yang sampai saat ini masih eksis. Ketiga karena proses perkembangan gambang kromong yang penulis rasa unik. Sebelum maraknya pertunjukan gambang kromong sejak tahun 1970-an pada acara-acara pemerintahan DKI Jakarta maupun acara milik masyarkat Betawi, perlu diketahui bahwa gambang kromong sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi. Penolakan tersebut didasari oleh nilai-nilai Islam yang dirasa tidak menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan musik gambang kromong.
Keempat karena gambang kromong sekarang ini mampu mereperesentasikan marwah budaya Betawi yang dalam prosesnya setelah proses rekacipta yang dilaksanakan tahun 70-an, gambang kromong telah mampu
18
Data milik Lembaga Kebudayaan Betawi, berupa transkip wawancara dengan salah satu tokoh keturunan Cina di Jakarta, bernama Phoa Kian Soe, beliau seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naa Beranak Naga: Gambang Kromong Akultuasi Budaya Tionghoa-Betawi”.
mengadopsi nilai-nilai Islam pada penampilannya. Tidak seperti musik karawitan Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah mendapat respon baik karena dalam penampilannya sarat dengan indikator Islam.
Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima penolakan dari masyarakat Betawi, sebagai indikasi adanya proses penyesuaian antara agama sebagai pedoman hidup dengan seni sebagai produk kebudayaan suatau masyarakat, pada akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengungkap faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang kromong bagi setiap masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.
2. Tari Ronggeng Blantek
Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diproduksi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 80-an. Tari Betawi ini dikreasikan oleh seorang koreografer handal bernama Wiwiek Widiyastuti. Pemerintah DKI Jakarta sengaja meminta ibu Wiwiek Widyastuti dibantu beberapa seniman lain untuk menciptakan tari kreasi baru ini, bersamaan dengan tahun-tahun di saat masyarakat Betawi mulai sadar bahwa mereka harus tetap eksis dan bertahan dengan menunjukkan identitas sosial dan budayanya di tengah laju perkembangan Jakarta menuju kota metropolitan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Loka Karya Tradisi Betawi tahun 1970 berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat Betawi atas eksistensinya, salah satunya
dengan mengkreasikan tari Ronggeng Blantek sebagai salah satu wujud seni tari Betawi.19
Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi yang diciptakan oleh ibu Wiwiek Widiyastuti pada tahun 1985 atas instruksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Ibu Wiwiek Widiyastuti ialah salah seorang seniman tari Betawi yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1952. Beliau telah memulai karirnya sebagai seniman tari sejak kelas 5 SD dengan bergabung bersama bengkel tari milik seniman besar Indonesia bapak Bagong Kussudiarjo di Yogyakarta. Setelah menamatkan pendidikannya di Akademi Seni Tari Indonesia di Jogja dan Institut Kesenian Jakarta, beliau kemudian mengabdikan diri di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.20
Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diangkat dari teater rakyat Betawi yaitu Topeng Betawi21, dimana dalam memulai sebuah pertunjukan topeng biasanya sebagai pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang disebut Blantek22, atau Ronggeng Blantek23. Dalam perkembangannya tarian ini menjadi tarian lepas, terpisah dari kesatuan pertunjukan topeng dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai tari pertunjukan pada acara penyambutan tamu.
19
Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widiyastuti , Minggu 11 Mei 2014, pukul 13 : 00 20http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/wiwiek.html diakses 11 Mei 2014. 21
Topeng Betawi termasuk dalam seni pertunjukan rakyat atau teater rakyat yang tumbuh di Jakarta dan sekitar daerah lainnya di Jawa Barat. Topeng Betawi selalu ditampilkan dalam bentuk teater dan tari. Dalam penampilannya ada yang menggunakan topeng (dalam artian penutup wajah = kedok) ada yang tidak. Pertunjukan Topeng terdiri dari beberapa bagian berbeda, setiap bagiannya terdiri dari nyanyian, komedi, drama dan musik, dan dibawakan dengan percampuran bahasa yang berbeda di setiap wilayahnya. Secara umum pembukaan teater topeng selalu diawali dengan pertun jukan tari, dengan tidak ada pembicaraan di dalamnya sama sekali, kemudian dilanjutkan dengan beberapa dialog dengan sedikit selingan tari.