• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAIN PERCA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAIN PERCA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAIN PERCA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2013 Oleh

RENI SATIVA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan Banyumas dengan titik tekan kajian pada pendapatan kepala keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca, kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, serta tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah adalah 10% dari 570 orang, yaitu sebanyak 57 ibu rumah tangga penjahit kain perca. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pendapatan rata-rata kepala keluarga yang istrinya bekerja sebagai penjahit kain perca adalah sebesar Rp 1.023.210,00 per bulan, (2) Jumlah rata-rata tanggungan kepala keluarga adalah 4 orang, dengan jumlah tanggungan terbesar adalah 6 orang, dan jumlah tanggungan terkecil adalah 2 orang, (3) Pendapatan rata-rata ibu rumah tangga penjahit kain perca sebesar Rp 711.572,00/bulan. Terdapat 36 ibu rumah tangga berpendapatan di bawah rata-rata dan 21 ibu rumah tangga berpendapatan di atas rata-rata, (4) Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan total keluarga rata-rata sebesar 42,39%, (5) Kebutuhan pokok minimum keluarga 57 ibu rumah tangga penjahit kain perca dapat terpenuhi, karena biaya pengeluaran lebih besar dari biaya kebutuhan pokok minimum keluarga per orang per bulan.

(2)
(3)

DESKRIPSI KONTRIBUSIPENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAINPERCATERHADAP PENDAPATAN TOTAL

KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWUTAHUN 2013

(Skripsi)

Oleh

RENI SATIVA SARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pringsewu Timur Kecamatan Pringsewu Kabupaten

Pringsewu pada 10 November 1989 dari pasangan Bapak Suparman dan Ibu Sri

Topah, S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2001 di SDN 11

Pringsewu. Setelah itu melanjutkan ke SMPN 2 Pringsewu dan selesai pada tahun

2004. Kemudian melanjutkan ke SMA di SMAN 1 Pringsewu dan selesai pada

tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas

Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan IPS

(8)

MOTO

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah

(Abu Bakar Sibli )

Kekecewaan diciptakan bukan untuk melemahkan harapan, tapi untuk menguatkan upaya berikutnya, apa pun yang terjadi hari ini, bersabarlah

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur “Alhamdulillahirobbil’alamiin” atas ridho Allah

kupersembahkan karya ini untuk:

1. Orang tuaku tercinta, Bapak Suparman dan Ibu Sri Topah, S.Pd., atas do’a,

nasihat, dukungan, dan kesabaran dalam membimbingku.

(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmannirrohiim.

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan pengetahuan, pelajaran

hidup, dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai

syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung. Diucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Edy

Haryono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I serta selaku Pembimbing Akademik

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

perhatian, motivasi dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Irma Lusi

Nugraheni, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan

semangat. Serta kepada Ibu Dra. Hj. Nani Suwarni, M.Si., selaku Dosen

Pembahas yang selalu memberikan koreksi, masukan, dan saran demi

terselesaikannya skripsi ini.

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

(11)

2. Bapak. Dr. M. Toha B. S. Jaya, M.S. (selaku Pembantu Dekan I), Bapak Drs.

Arwin Achmad, M.Si. (selaku Pembantu Dekan II), dan Bapak Drs. Iskandar

Syah, M.H. (selaku Pembantu Dekan III), terimakasih atas izin dan pelayanan

administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang

telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan IPS, khususnya pada Program Studi Pendidikan Geografi yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang berguna dalam menyelesaikan

skripsi.

6. Bapak A. Beny Oemasin, S.H., selaku Camat Banyumas yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Banyumas.

7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a-do’anya yang

tidak pernah putus demi keberhasilanku serta motivasi dalam menyelesaikan

skripsi.

8. Adikku Fadlilah Arif H., S.Pd., kakak sepupu Budianto,S.E., dan Dwi

Efiyanti, S.Pd., atas segala bantuan, motivasi, dan inspirasi dalam penyusunan

(12)

penyusunan skripsi.

10.Para ibu rumah tangga penjahit kain perca, terima kasih atas segala informasi

yang telah diberikan dan data-data pendukung selama penelitian.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan

bagi semua pihak yang berkepentingan meskipun masih banyak kekurangan di

dalamnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Pengrajin dan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca

di Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Tahun 2012 ... 5

2. Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas

Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 ... 24

3. Jumlah Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Kecamatan

Banyumas Tahun 2012 ... 28

4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Banyumas Tahun 2013 ... 36

5. Data Curah Hujan di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu

dan Sekitarnya Tahun 2001-2010 ... 37

6. Zona/Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidt-Feguson ... 39

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasio

Menurut Desa di Kecamatan Banyumas Tahun 2013 ... 40

8. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Menurut

Desa di Kecamatan Banyumas Tahun 2013 ... 41

9. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga ... 45

10. Pendapatan Kepala Keluarga ... 46

11. Jumlah Tanggungan Kepala Keluarga Ibu Rumah Tangga Penjahit

Kain Perca Tahun 2013 ... 47

12. Jenis Jahitan, Upah Jahitan, dan Jumlah Hasil Jahitan Ibu Rumah

Tangga Penjahit Kain Perca ... 48

13. Modal yang Dikeluarkan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca

Per Bulan ... 50

(14)

15. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca

Terhadap Pendapatan Total Keluarga ... 52

16. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga di

(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cacat pada Kain Berupa Garis Putih ... 14

2. Cacat Berupa Tulisan-Tulisan yang Tidak Dapat Hilang Bila Dicuci .. 14

3. Contoh Sarung Bantal Dijahit pada Tepi Kain Saja, Tanpa Ada Jahitan Sambung di Tengahnya ... 15

4. Sarung Bantal Jahitan Sambung ... 15

5. Sprei Jahitan Sambung ... 15

6. Bagan Kerangka Pikir Deskripsi Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca Terhadap Pendapatan Total Keluarga di Kecamatan Banyumas ... 26

7. Peta Administratif Kecamatan Banyumas Tahun 2012 ... 35

8. Grafik Schmidt-Feguson ... 38

9. Ukuran Benang Kecil dan Sedang ... 49

10.Grafik Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga Ibu Rumah Tangga Pejahit Kain Perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 ... 74

11.Kain Perca yang Sudah Disortir Dikelompokkan Sesuai Ukuran ... 75

12.Ibu Rumah Tangga yang Sedang Menjahit Kain Perca ... 75

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Kuesioner ... 69

2. Kuesioner untuk Responden ... 70

3. Rekap Data Penelitian ... 73

4. Grafik Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga Ibu Rumah Tangga Pejahit Kain Perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu

Tahun 2013 ... 74

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat melalui peningkatan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia.

Hasil dari pembangunan tersebut harus dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat

agar semakin adil dan merata serta senantiasa harus ditingkatkan. Pembangunan

ekonomi tidak hanya bertujuan untuk melakukan modernisasi dalam masyarakat,

tetapi juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan

taraf hidup dan kesejahteraan rakyat.

Pertumbuhan suatu daerah dapat dilihat dari sektor perekonomiannya. Secara

umum, dapat diperhatikan bahwa suatu daerah yang berkembang dan maju,

memiliki tingkat perekonomian yang tinggi dan cenderung meningkat. Salah satu

sektor perekonomian yang mendapat perhatian dalam pembangunan daerah adalah

sektor industri.

Menurut BPS (2010:3) sektor industri mencakup industri besar (jumlah tenaga

kerja lebih dari 100 orang), industri sedang (jumlah tenaga kerja antara 20-99

orang), industri kecil (jumlah tenaga kerja 5-19 orang), industri rumah tangga

(18)

Industri kecil dan industri rumah tangga merupakan salah satu bentuk industri

yang paling banyak terdapat di pedesaan. Tumbuhnya sektor industri di pedesaan

merupakan salah satu potensi penting dalam perekonomian pedesaan yaitu sebagai

alternatif dalam mengurangi masalah kesempatan kerja di pedesaan. Selain itu

juga berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Seperti

pendapat Ria Ratna Ariawati (2004:1) bahwa industri kecil merupakan bidang

usaha yang menjadi tumpuan harapan masyarakat Indonesia, mengingat lebih dari

99% usaha di Indonesia tergolong industri dan menyerap pekerja sebesar 88,30%

dari seluruh tenaga kerja.

Secara umum dampak yang bersikap positif antara lain berupa peningkatan

ekonomi masyarakat dan terbukanya lapangan kerja (Sri Guritna dan Binsar

Manullang, 1998:26). Keberhasilan seseorang dalam masyarakat dapat menjadi

panutan dalam masyarakat. Sikap rajin bekerja akan mempengaruhi masyarakat

sebagai usaha untuk dapat meningkatkan pendapatan, menambah penghasilan, dan

memperbaiki taraf hidup. Penggunaan waktu akan semakin dimaksimalkan untuk

mengejar jumlah orderan dari industri yang waktunya mendesak.

Begitu juga dengan pemanfaatan waktu oleh tenaga kerja wanita. Pada umumnya

wanita pedesaan jarang bekerja di luar rumah. Wanita di pedesaan hanya

mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja. Namun tidak untuk wanita yang di

desanya terdapat industri. Wanita lebih senang membuka usaha sendiri di rumah

dengan cara menerima orderan dari industri yang ada di desanya. Sehingga waktu

(19)

3

Keberadaan industri di pedesaan mampu menyerap tenaga kerja di sekitar desa

tersebut bahkan hingga ke desa tetangga. Menurut Taryati (1998:35-36)

keberadaan industri di pedesaan mendorong agar para pekerja sebaiknya

bertempat tinggal di dekat pabrik. Akibat dari ini timbullah peluang baru bagi

penduduk yang berdekatan dengan pabrik. Peluang ini antara lain adalah

timbulnya usaha pemondokan atau menyewakan kamar, usaha membuka warung

makan, toko, dan usaha jahitan. Pada gilirannya semua itu berdampak

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Begitu pula dengan keberadaan industri kain perca yang berada di Desa

Sukamulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Keberadaan industri

kain perca juga memberikan banyak lapangan kerja dan juga berdampak pada

perekonomian masyarakat di sekitarnya, terutama untuk ibu rumah tangga yang

tidak bekerja yang mempunyai banyak waktu luang.

Pada awal berdirinya industri ini merupakan jenis industri rumah tangga atau

kerajinan rakyat dengan jumlah tenaga kerjanya antara 1-4 orang saja. Kemudian

industri tersebut berkembang dari satu industri menjadi 13 industri kain perca.

Industri kain perca di Desa Sukamulya didirikan disetiap rumah pengrajin

sehingga tidak membutuhkan lokasi industri yang luas seperti industri besar

lainnya. Oleh karena itu, lokasinya saling berdekatan antara satu industri kain

perca dengan lokasi industri kain perca yang lain.

Industri kain perca di Desa Sukamulya merupakan industri yang mengolah limbah

pabrik berupa sisa potongan kain yang berasal dari industri-industri garmen yang

(20)

sarung guling, dan keset. Pada awal berdirinya industri kain perca, limbah kain

perca diambil oleh pengrajin dari Bandung. Namun saat ini, kain perca dikirim

langsung dari pengepul di Bandung. Setelah kain tiba di lokasi industri, kain

tersebut dipotong dan disortir sesuai ukuran lalu dikelompokkan menjadi

tumpukan-tumpukan kain sesuai jenis kain.

Kain yang sudah dikelompokkan, lalu diambil penjahit untuk dijahit di rumah

masing-masing penjahit. Kain yang diambil dihitung berdasarkan beratnya

(kilogram). Lalu kain tersebut mulai dijahit untuk dibuat menjadi stel sprei,

sarung bantal, atau sarung guling. Setelah selesai, hasil jahitan dikembalikan

kepada pengrajin dan penjahit mendapatkan upah sesuai dengan hasil jahitan yang

telah diperolehnya. Kain perca yang sudah menjadi stel sprei, sarung bantal, atau

sarung guling sudah siap untuk dijual.

Industri kain perca di Desa Sukamulya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak

852 orang baik laki-laki maupun perempuan. Tenaga kerja kain perca tidak hanya

berasal dari Desa Sukamulya, tetapi juga berasal dari 7 desa di Kecamatan

Banyumas, yaitu Desa Sinar Mulya, Banyu Urip, Banyumas, Banjarejo, Waya

Krui, Sri Rahayu, dan Nusa Wungu.

Tenaga kerja sebanyak 35 orang bekerja sebagai pemotongan kain dan bagian

pemisahan kain, serta 817 orang sebagai penjahit. Berdasarkan data prasurvey

diketahui jumlah penjahitnya sebanyak 788 orang perempuan dan 29 orang

laki-laki. Sebagian besar penjahit limbah kain perca adalah perempuan, karena dalam

menjahit membutuhkan kreativitas, ketelitian, ketekunan, ketepatan, dan

(21)

5

tangga penjahit kain perca. Sedangkan penjahit yang berstatus sebagai ibu rumah

tangga sebanyak 751 orang atau lebih jelasnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Pengrajin dan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Tahun 2012

No Nama Perusahaan Jumlah Ibu Rumah Tangga Penjahit (Orang)

1 PK Trijaya 81

2 Mitra Gemilang 74

3 Usaha Mandiri 50

4 Berkah Jaya 68

5 Limbah Jaya 140

6 Jaya Abadi 112

7 Karya Jadi 8

8 Sinar Abadi 54

9 Karya Jaya 48

10 Dwi Karya 48

11 Daya Asli 47

12 Tunggal Karya 5

13 Karya Putra 16

Jumlah 751

Sumber: Blangko Pendataan Industri Kecil Menengah (IKM) Kecamatan Banyumas Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa pengrajin PT. Limbah Jaya memiliki

jumlah tenaga kerja yang paling banyak, yaitu 140 orang. Sedangkan PT.Tunggal

Karya memiliki jumlah tenaga kerja yang paling sedikit, yaitu sebanyak 5 orang.

Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi

keluarga. Bekerja adalah melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam

berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Mereka yang mempunyai

pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dianggap sebagai pekerja (BPS, 2013:4).

Pada umumnya motivasi kerja kebanyakan tenaga kerja wanita adalah membantu

(22)

tangga adalah karena suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga kurang,

mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri, dan ingin mencari pengalaman

(Ni Wayan Putu Artini dan M.Th.Handayani, 2009:3).

Begitu pula dengan ibu rumah tangga yang ada di Kecamatan Banyumas yang

juga memiliki pekerjaan lain selain mengurus rumah tangga. Kebutuhan hidup

yang harus dipenuhi, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat,

pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada

terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Ditambah lagi dengan banyaknya

jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi besarnya biaya pemenuhan

kebutuhan hidup keluarga.

Ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal yaitu pada

industri kain perca. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan

dan keluarga. Ibu rumah tangga akan memulai pekerjaan menjahitnya dari pagi

hingga malam hari disela tugasnya mengurus rumah tangga. Ibu rumah tangga

yang memiliki mesin jahit langsung dapat menjahit di rumah masing-masing.

Namun terdapat pula pengrajin yang menyediakan mesin jahit di rumah pengrajin

tersebut untuk digunakan oleh ibu rumah tangga yang tidak memiliki mesin jahit

di rumahnya.

Hasil dari industri kain perca ini berupa sarung bantal, sarung guling, stel sprei,

dan keset. Upah yang diterima penjahit dihitung berdasarkan jumlah jahitan yang

dihasilkan. Untuk hasil jahitan satu sarung bantal diberi upah sebesar Rp 800,00.

Begitu juga dengan sarung guling dengan upah yang sama. Sedangkan untuk hasil

(23)

7

sesuai ukuran stel sprei dan jenis stel sprei. Untuk keset diberi upah rata-rata

antara Rp 1.200,00 sampai Rp 1.500,00 tergantung pada besarnya ukuran keset.

Namun sebelum memperoleh pendapatan, ibu rumah tangga harus mengeluarkan

biaya (modal) terlebih dahulu untuk untuk pembelian benang. Setelah pendapatan

yang diterima dikurangi jumlah modal yang dikeluarkan maka diperoleh

pendapatan bersih. Ibu rumah tangga yang bekerja pada industri kain perca

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan pendapatan

keluarganya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Deskripsi Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga

Penjahit Kain Perca Terhadap Pendapatan Total Keluarga di Kecamatan

Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa

masalahnya sebagai berikut:

1. Berapa besar pendapatan kepala keluarga

2. Berapa jumlah tanggungan kepala keluarga

3. Motivasi ibu rumah tangga untuk bekerja

4. Berapa pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca

5. Berapa kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap

pendapatan total keluarga

6. Bagaimana pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah

(24)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini dibatasi

masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Pendapatan kepala keluarga

2. Jumlah tanggungan kepala keluarga

3. Pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca

4. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri kain perca terhadap

pendapatan total keluarga

5. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Berapakah pendapatan per bulan yang diperoleh kepala keluarga yang istrinya

bekerja sebagai penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu?

2. Berapakah jumlah rata-rata tanggungan kepala keluarga yang dimiliki oleh ibu

rumah tangga penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu?

3. Berapakah pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh ibu rumah tangga

penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?

4. Berapakah kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri kain

perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan Banyumas Kabupaten

(25)

9

5. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah

tangga penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji pendapatan per bulan kepala keluarga yang istrinya bekerja

sebagai penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

2. Untuk mengkaji jumlah tanggungan kepala keluarga ibu rumah tangga

penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

3. Untuk mengkaji pendapatan rata-rata per bulan ibu rumah tangga penjahit kain

perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

4. Untuk mengkaji kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri

kain perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan Banyumas

Kabupaten Pringsewu

5. Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah

tangga penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai suplemen bahan ajar dalam mata pelajaran IPS kelas VII semester

genap dalam pokok keadaan penduduk Indonesia dalam interaksinya dengan

(26)

pelajaran Geografi SMA kelas XII Jurusan Ilmu Sosial semester ganjil dalam

pokok bahasan industri.

3. Untuk menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu yang telah diperoleh

selama perkuliahan yaitu mengenai geografi industri dan geografi ekonomi.

4. Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan melaksanakan penelitian

yang sejenis.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah ibu rumah tangga penjahit kain

perca.

2. Ruang lingkup obyek penelitian ini adalah pendapatan kepala keluarga,

jumlah tanggungan kepala keluarga, pendapatan ibu rumah tangga penjahit

kain perca, kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca

terhadap pendapatan total keluarga, serta pemenuhan kebutuhan pokok

minimum keluarga ibu rumah tangga penjahit kain perca di Kecamatan

Banyumas Kabupaten Pringsewu.

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2013.

5. Ruang lingkup ilmu pengetahuan adalah geografi ekonomi.

Geografi ekonomi digunakan sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena

penelitian ini mengaji tentang kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit

kain perca terhadap pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga di

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka ]

1. Geografi Ekonomi

Dalam seminar dan lokakarya yang diadakan tahun 1989 di Semarang, disebutkan

bahwa geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari persamaan dan

perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,

dan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Mochamad Amien, 1999: 15).

Penelitian ini ditinjau dari segi geografi khususnya geografi ekonomi.

Sedangkan menurut H. Robinson dalam Suharyono (1994:34) mengartikan geografi ekonomi sebagai cabang ilmu yang membahas mengenai cara-cara manusia dalam kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan. Dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi (bahan mentah, bahan pangan, barang pabrik), kemudian usaha transportasi, distribusi, dan konsumsi.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini terkait dengan cabang geografi

ekonomi yang membahas mengenai cara-cara manusia dengan memanfaatkan

sumber daya alam dan mengolahnya sehingga dapat dikonsumsi atau untuk

memperoleh pendapatan yang digunakan demi kelangsungan hidupnya.

2. Kain Perca

Pengertian garmen sebagai sebuah industri tidak dapat terlepas dari rangkaian

(28)

penenunan, hingga menjadi pakaian jadi. Semua industri itu disebut dengan

industri tekstil dan produk tekstil.

Menurut Sicilia Sawitri, dkk (2010:406) industri garmen merupakan industri yang mengolah sebuah produk yang berasal dari penggabungan dan penjahitan berbagai potongan dan komponen hingga menjadi suatu bentuk jadi berupa busana. Sedangkan kain perca merupakan limbah garmen yang berupa sisa potongan pada proses pengguntingan kain, baik pada pembuatan pakaian yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, industri kecil, maupun industri besar.

Oleh karena itu, bentuk dan ukuran kain perca berbeda-beda. Limbah yang

dihasilkan dapat berupa potongan-potongan kain kecil mulai dari ukuran kecil

dengan lebar sekitar 5 cm, atau bahkan kain yang masih dalam bentuk gulungan.

Biasanya kain yang berbentuk gulungan yang tidak digunakan karena memiliki

kualitas yang lebih rendah dan sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya.

Selama ini limbah tersebut hanya digunakan sebagai lap yang kemudian dibuang

begitu saja sehingga merusak lingkungan dan apabila dibakar dapat menyebabkan

polusi udara. Banyaknya kain perca yang tidak terpakai membuat pengrajin

berinisiatif untuk memanfaatkan limbah tersebut agar bisa diolah menjadi barang

yang lebih berguna dan bernilai tinggi serta mampu menyerap tenaga kerja.

Limbah kain perca berasal dari berbagai perusahaan industri garmen yang berada

di wilayah Bandung dan sekitarnya lalu dikumpulkan oleh pengumpul. Setelah

terkumpul banyak lalu dikirim ke berbagai tempat, salah satunya di Desa

(29)

13

3. Industri Kain Perca

Menurut Kartasapoetra dalam Edy Haryono (2004:2) industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,

dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi

penggunaannya.

Menurut Badan Pusat Statistik (2010:3) industri pengolahan adalah suatu kegiatan

ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis,

kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan

atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan

sifatnya lebih dekat kepada pemakai terakhir (konsumen).

Industri kain perca tergolong industri kerajinan yang bercirikan industri dengan

sedikit tenaga kerja, yaitu antara 1-4 orang saja. Akan tetapi, industri kain perca

memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 852 orang yang tersebar pada 13 industri.

Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, maka industri kain perca ini termasuk

industri sedang dengan jumlah rata-rata tenaga kerja sebanyak 66 orang per

industri. Seluruh tenaga kerja tersebut berasal dari Kecamatan Banyumas

sehingga lokasi industri kain perca ini termasuk industri yang berorientasi pada

tenaga kerjanya.

Hasil jahitan industri kain perca berupa sprei, sarung bantal, dan sarung guling,

siap dipasarkan ke beberapa daerah di sekitar Kecamatan Banyumas. Pemasaran

dilakukan oleh pedagang yang langsung mengambil barang dagangan pada

(30)

hanya berasal dari Propinsi Lampung, tetapi juga dari beberapa daerah di Pulau

Sumatera, seperti Propinsi NAD, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Jambi.

Kain perca merupakan limbah garmen yang berupa sisa potongan pada proses

pengguntingan kain, baik pada pembuatan pakaian yang dilakukan oleh ibu rumah

tangga, industri kecil, maupun industri besar. Oleh karena itu, bentuk dan ukuran

kain perca berbeda-beda. Limbah yang dihasilkan dapat berupa

potongan-potongan kain kecil mulai dari ukuran kecil dengan lebar sekitar 5 cm, atau

bahkan kain yang masih dalam bentuk gulungan. Biasanya kain yang berbentuk

gulungan yang tidak digunakan karena memiliki kualitas yang lebih rendah dan

sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya (gambar 1 dan gambar 2).

Limbah kain yang berbentuk gulungan akan dibuat lagi menjadi kain sprei dengan

berbagai ukuran sesuai dengan bentuk limbah kain. Sisa dari potongan kain untuk

sprei ini lalu dimanfaatkan lagi menjadi sarung bantal, sarung guling, dan keset.

[image:30.595.201.485.468.622.2]

Gambar 1. Cacat pada Kain Berupa Garis Putih

Gambar 2. Cacat Berupa Tulisan yang Tidak Dapat Hilang Bila Dicuci

Menurut Sicilia Sawitri, dkk (2010:406-407), dengan berbagai teknik dalam menjahit kain perca dapat diwujudkan menjadi benda-benda yang lebih berguna. Adapun teknik tersebut antara lain:

a. Langsung dijahit, untuk jenis kain perca yang ukuran dan bentuknya mudah untuk dijahit.

(31)

15

c. Teknik quilt atau matelase adalah teknik pembuatan hiasan pada suatu benda dengan mengisi busa, kapas, atau benang pada bagian yang dihias untuk mendapatkan efek timbul dari hiasan tersebut.

d. Teknik anyaman biasanya digunakan dalam pembuatan keset anyam.

Para penjahit kain perca biasanya menggunakan teknik langsung dijahit dan juga

teknik patchwork. Teknik langsung jahit biasanya digunakan pada limbah yang

berbentuk gulungan dan berukuran lebar sehingga menghasilkan jenis sprei,

[image:31.595.227.397.293.402.2]

sarung bantal, dan sarung guling tanpa sambungan (gambar 3).

Gambar 3. Contoh Sarung Bantal Dijahit pada tepi Kain Saja, Tanpa Adanya Jahitan Sambung Ditengahnya.

Sedangkan teknik patchwork biasanya digunakan pada kain yang ukurannya lebih

kecil untuk digabung beberapa potong kain menjadi kain yang lebih besar. Teknik

menjahit ini biasanya menghasilkan sprei sambung, sarung bantal, dan sarung

guling dengan sambungan (gambar 4 dan gambar 5).

[image:31.595.330.503.595.710.2]

Gambar 4. Sarung Bantal Jahitan Sambung

[image:31.595.124.313.595.710.2]
(32)

4. Proses Penjahitan Kain Perca

Ibu rumah tangga memulai pekerjaannya dengan mengambil kain perca dari

pengrajin. Kain yang diambil dihitung berdasarkan beratnya (kilogram). Lalu kain

tersebut dibawa ke rumah ibu rumah tangga. Sedangkan bagi ibu rumah tangga

yang tidak memiliki mesin jahit, maka telah disediakan mesin jahit di rumah

pengrajin tersebut.

Kain tersebut mulai dijahit untuk dibuat menjadi sprei, sarung bantal, atau sarung

guling. Bila terdapat kain perca dengan bentuk yang tidak simetris, maka penjahit

akan memotong kain tersebut agar simetris. Potongan kain yang tersisa (ukuran 5

x 5 cm) nantinya akan dikembalikan lagi kepada pengrajin, karena kain sisa

tersebut masih bisa dimanfaatkan lagi menjadi keset. Sedangkan kain perca yang

ukurannya kurang dari 5 x 5 cm dikumpulkan dan dibawa lagi ke Bandung untuk

diolah industri lain untuk menjadi isian boneka.

Setelah kain perca selesai diproses menjadi sprei, sarung bantal, atau sarung

guling, maka hasil jahitan diantar kembali ke pengrajin. Hasil jahitan tersebut

diperiksa oleh pengrajin untuk mengetahui jenis jahit sambungan atau tanpa

sambungan, karena jenis jahit sambungan atau tanpa sambungan mempengaruhi

besarnya upah yang diterima ibu rumah tangga penjahit kain perca. Setelah upah

diterima, maka penjahit memulai pekerjaannya kembali dengan mengambil kain

(33)

17

5. Pendapatan Kepala Keluarga

Pendapatan adalah jumlah penghasilan dari perorangan dalam keluarga berupa

uang yang diperoleh dari jasa setiap bulan atau dapat juga diartikan sebagai suatu

hasil yang sedikit dalam keberhasilan usaha, maka jumlah tersebut akan menjadi

besar dan meningkat (Muhammad Tohar, 2000:15).

Dalam konsep rumah tangga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga,

seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian

kerja, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta

jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Tadjuddin Noer Effendi, 1993:35).

Dalam Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011:64)

disebutkan bahwa kepala keluarga adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus

kawin, atau janda/duda yang mengepalai suatu keluarga yang tanggungannya

terdiri dari istri/suami dan atau anak-anaknya.

Kondisi pendapatan kepala keluarga cenderung dipengaruhi oleh beberapa

sumber-sumber pendapatan. Penduduk pedesaan umumnya mengandalkan pada

hasil dari sektor pertanian sebagai sumber pendapatan, begitu pula penduduk di

Kecamatan Banyumas.

Dalam penelitian ini pendapatan keluarga yang dimaksud adalah pendapatan

kepala keluarga yang bekerja pada sektor apapun dalam upaya pemenuhan

kebutuhan pokok minimum keluarga yang dinilai dengan rupiah dalam waktu satu

bulan. Kepala keluarga yang dimaksud adalah kepala keluarga laki-laki atau

(34)

tesebut bekerja sebagai penjahit pada industri kain perca di Kecamatan Banyumas.

Semakin tinggi pendapatan kepala keluarga, maka akan tercukupi kebutuhan

hidup keluarganya, sedangkan semakin rendah pendapatan kepala keluarga maka

akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6. Jumlah Tanggungan Kepala Keluarga

Jumlah jiwa dalam keluarga merupakan jumlah semua tanggungan keluarga yang

terdiri dari kepala keluarga sendiri, istri dan atau dengan anak (anak-anaknya)

serta anak angkat yang ikut dalam keluarga tersebut yang belum berkeluarga, baik

yang tinggal serumah maupun yang tidak tinggal serumah (Kamus Istilah

Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011:52).

Sedangkan anggota keluarga adalah mereka yang tercantum dalam kartu keluarga

dan secara kemasyarakatan menjadi tanggung jawab kepala keluarga (Kamus

Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011:11). Jumlah tanggungan

keluarga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan pemenuhan pokok sehari-hari

keluarga sehingga akan berpengaruh pula pada kemiskinan.

Menurut Abu Ahmadi (1991:247), bahwa keluarga besar adalah jumlah

tanggungan keluarga lebih dari 5 orang yang terdiri dari kepala keluarga, istri, tiga

orang anak, dan tanggungan keluarga yang lainnya. Sedangkan keluarga kecil

adalah jumlah tanggungan keluarga kurang dari atau sama dengan 5 orang yaitu

terdiri dari kepala keluarga, istri, kurang dari atau sama dengan tiga orang anak.

Jumlah tanggungan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah semua

(35)

19

masih memiliki hubungan keluarga atau dianggap memiliki hubungan keluarga,

dan menjadi tanggungan keluarga ibu rumah tangga penjahit kain perca di

Kecamatan Banyumas.

7. Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca

Penyediaan kesempatan kerja bagi wanita menjadi begitu penting keberadaannya.

Hal tersebut menjadi beralasan karena wanita khususnya dari keluarga miskin

merupakan tenaga yang potensial bagi kesejahteraan keluarganya. Tenaga kerja

wanita bahkan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, seperti pendapat berikut ini.

Menurut Hanna Papanek, dkk (1980:63), bahwa wanita juga memberikan sumbangan-sumbangan penting untuk kesejahteraan keluarga, sebagian pekerjaan mereka lakukan di dalam atau di luar rumah. Pada dasarnya bekerjanya wanita sangat dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi, yang keluarganya sangat tergantung pada pendapatan orang yang bekerja, dimana pendapatan sangat sering jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan perubahan biaya hidup.

Ketidakstabilan ekonomi berarti bahwa wanita harus ikut aktif dalam mencari

tambahan pendapatan untuk kelangsungan hidup keluarganya. Seperti pendapat

Chamsiah Djamal dalam Taryati (1998:30) yang menyatakan bahwa wanita

bukanlah pencari nafkah utama. Karena dalam penelitiannya kepada 147 isteri,

80% menjawab bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah untuk membantu suami

dan dilakukan hanya sambilan agar mendapatkan tambahan pendapatan keluarga.

(36)

Setiap ibu rumah tangga selalu memiliki kewajiban yang harus dilakukannya

setiap hari. Apabila kegiatan rumah tangga yang dilakukan sudah selesai, maka

banyak waktu luang yang dimiliki untuk mengerjakan pekerjaan lain. Oleh karena

itu, ibu rumah tangga di Kecamatan Banyumas memanfaatkan waktu luangnya

dengan bekerja sebagai penjahit pada industri kain perca.

Dengan demikian maka pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca akan

memberikan pengaruh dalam meningkatkan pendapatan keluarga sehingga

mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Pendapatan ibu rumah tangga

penjahit kain perca dalam penelitian ini adalah jumlah pendapatan yang diperoleh

secara tidak tetap oleh ibu rumah tangga dari hasil menjahit pada industri kain

perca dalam jangka waktu satu bulan dan dihitung dengan nilai rupiah.

8. Kontribusi Penjahit Kain Perca Terhadap Pendapatan Total Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah

sumbangan. Sedangkan menurut Kamus Ekonomi (Guritno T., 1994:76)

kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk

tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Terkait dengan penelitian ini,

kontribusi dapat diartikan sebagai pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain

perca yang disumbangkan terhadap pendapatan total keluarga untuk memenuhi

kebutuhan pokok minimum keluarga.

Besarnya kontribusi dihitung dari jumlah pendapatan kepala keluarga ditambah

pedapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca. Pendapatan inilah yang disebut

(37)

21

perca dibagi dengan pendapatan total keluarga dan dikalikan konstanta (100).

Maka akan diperoleh besarnya kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit

kain perca terhadap pendapatan total keluarga.

9. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga

Pada dasarnya perhitungan pengeluaran keluarga digunakan untuk mengetahui

bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dalam keluarga.

Yang dimaksud dengan pengeluaran menurut BPS (2013:1) adalah pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua tanggungan keluarga selama sebulan dibagi dengan banyaknya jumlah tanggungan keluarga.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No

115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998, menetapkan bahwa sembilan

bahan pokok adalah:

a. Beras, ubi, sagu, dan jagung.

b. Gula pasir.

c. Sayur-sayuran dan buah-buahan.

d. Daging sapi dan ayam.

e. Minyak goreng dan margarin.

f. Susu.

g. Telur.

h. Minyak tanah atau gas Elpiji.

(38)

Menurut BPS (2013:1), Kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah kebutuhan

minimum selama sebulan dari seseorang yang diukur menurut jumlah kalori,

protein, vitamin, dan bahan mineral lainnya yang diperlukan sesuai dengan tingkat

kebutuhan minimum orang tersebut. Kebutuhan dasar manusia ini merupakan

kebutuhan pokok hidup manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan dasar manusia

meliputi pangan, sandang, dan papan. Sedangkan dalam kondisi pendapatan

terbatas, kebutuhan pangan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat

berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya

digunakan untuk membeli makanan.

Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan merupakan

jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Menurut BPS,

komoditas makanan meliputi: padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan

susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan

minuman, konsumsi lainnya, termasuk pula makanan jadi (siap saji), minuman

beralkohol, serta tembakau dan sirih.

Sedangkan komoditas konsumsi non-makanan menurut BPS yaitu: perumahan

dan fasilitas rumah tangga; barang dan jasa; pakaian, alas kaki, dan tutup kepala;

barang-barang tahan lama; pajak dan asuransi; pendidikan; kesehatan; serta

keperluan pesta dan upacara.

Besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga akan mengindikasikan bahwa keluarga

tersebut tergolong miskin atau tidak. Dalam menghitung angka kemiskinan, BPS

menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, sehingga melalui

(39)

23

segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan (Aunur Rofiq, 2013:1).

Maka, seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi

standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak.

Penghitungan garis kemiskinan (GK) yang dilakukan BPS dilakukan dengan

menjumlahkan nilai garis kemiskinan makanan (GKM) dengan garis kemiskinan

non-makanan (GKNM).

GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum komoditas makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Besarnya GKM dihitung berdasarkan jumlah nilai pengeluaran makanan yang dikonsumsi penduduk dan disetarakan dengan nilai energi 2.100 kilokalori. Penyetaraan nilai pengeluaran dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori komoditas makanan tersebut. Selanjutnya dikalikan dengan nilai energi 2.100 kilokalori. Sedangkan GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum komoditas non-makanan yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan (Djoko Sudantoko dan Muliawan Hamdani, 2009:77-78).

Elia Dian (2013:1) menyebutkan bahwa BPS mendefinisikan kemiskinan dengan membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan. Dalam konteks itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan kriteris tersebut. Kriteria statistik BPS tersebut adalah:

a. Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610,00.

b. Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan orang antara Rp 280.488,00.s/d. – Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari.

c. Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per orang antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari.

d. Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per orang Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp 7.780.- 233.740.-kebawah per orang per hari (BPS, 2013:2).

Berdasarkan penjelasan tersebut, BPS hanya membuat kriteria besarnya

pengeluaran kebutuhan per orang per hari. Sedangkan Totok Mardikanto

(40)

minimum. Kebutuhan pokok minimum manusia terdiri atas sembilan bahan pokok

yang berupa: beras 140 kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4

meter, minyak goreng 6 kg, garam 9 kg, minyak tanah 60 liter, sabun 20 kg, dan

kain batik 2 potong. Acuan tersebut berupa barang sehingga perlu ditukar dengan

nilai rupiah sesuai dengan harga barang saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

[image:40.595.113.512.306.498.2]

pada Tabel 2.

Tabel 2.Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013

Jenis Kebutuhan Kebutuhan Selama 1 Tahun

Harga Satuan (Rp)

Jumlah Total (Rp)

Beras 140,0 kg 8.000 1.120.000

Ikan Asin 15,0 kg 10.000 150.000

Gula Pasir 3,5 kg 12.000 42.000

Tekstil Kasar 4,0 meter 25.000 100.000

Minyak Goreng 6,0 kg 12.000 72.000

Minyak Tanah 60,0 liter 15.000 900.000

Garam 9,0 kg 3.000 27.000

Sabun 20,0 kg 12.500 250.000

Kain Batik 2,0 potong 65.000 130.000

Jumlah 2.791.000

Sumber : Pendapat Totok Mardikanto yang Disesuaikan dengan Harga di Pasar Banyumas Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa harga dari 9 bahan kebutuhan pokok

minimum per orang bernilai Rp 2.791.000,00/tahun. Untuk mengetahui kebutuhan

per orang per bulan, maka jumlah kebutuhan pokok minimum per orang per tahun

dibagi dengan 12 bulan, dan hasilnya adalah Rp 232.583,00. Maka kebutuhan per

orang dalam satu keluarga dihitung besarnya Rp 232.583,00/bulan.

Kebutuhan pokok minimum setiap keluarga berbeda-beda bergantung pada

(41)

25

tanggungan keluarga, maka akan semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan

keluarga. Akan tetapi, semakin sedikit jumlah tanggungan dalam keluarga, maka

keluarga tersebut cenderung mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum.

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah

tangga penjahit kain perca dihitung dengan mengalikan kebutuhan pokok per

orang per bulan dengan jumlah tanggungan keluarga.

B. Kerangka Pikir

Keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan

sebagai alternatif dalam mengurangi masalah kesempatan kerja di pedesaan.

Selain itu juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Keberhasilan seseorang

dalam masyarakat dapat menjadi panutan dalam masyarakat. Sikap rajin bekerja

akan mempengaruhi masyarakat sebagai usaha untuk dapat meningkatkan

pendapatan, menambah penghasilan, dan memperbaiki taraf hidup. Keberadaan

industri di pedesaan mampu menyerap tenaga kerja di sekitar desa tersebut bahkan

hingga ke desa tetangga.

Keberadaan industri kain perca yang berada di Desa Sukamulya ternyata juga

dapat memberikan dampak bagi penduduk di sekitar desa. Di beberapa desa di

Kecamatan Banyumas, ibu rumah tangga banyak yang bekerja sebagai penjahit

pada industri kain perca. Selama ini ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu

luang yang digunakan hanya untuk mengurus rumah tangga saja tanpa

(42)

Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga bertujuan untuk

membantu meningkatkan pendapatan keluarga mereka. Besarnya pendapatan yang

diperoleh dari menjahit ditambah dengan pendapatan kepala keluarga digunakan

untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga. Besarnya pendapatan ibu

rumah tangga penjahit kain perca diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam

meningkatkan pendapatan keluarga sehingga kebutuhan pokok keluarga dapat

terpenuhi. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir dapat dilihat pada bagan

[image:42.595.113.511.321.522.2]

berikut ini.

Gambar 6. Bagan Kerangka Pikir Deskripsi Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga di Kecamatan Banyumas

Pendapatan Kepala Keluarga Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca (Kontribusi)

Pendapatan Total Keluarga

(43)

III.METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

yaitu suatu penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah,

mengungkapkan fakta yang ada, lalu dijelaskan, dianalisis, dan ditafsirkan.

Tujuan penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk mencari

informasi yang detail mengenai ibu rumah tangga penjahit kain perca di

Kecamatan Banyumas. Setelah data diperoleh lalu data diklasifikasikan,

dijelaskan, dianalisis, dan ditafsirkan sehingga dapat diperoleh informasi

mengenai besarnya kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca

terhadap pendapatan total keluarga sehingga kebutuhan pokok minimum keluarga

dapat terpenuhi.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjahit kain perca yang berstatus ibu

rumah tangga yaitu sebanyak 751 orang yang berasal dari 8 desa di Kecamatan

(44)

Urip, Sri Rahayu, Sukamulya, dan Nusawungu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

[image:44.595.113.513.193.358.2]

persebarannya pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jumlah Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Kecamatan Banyumas Tahun 2012

No Asal Desa Ibu Rumah Tangga (orang)

1 Sinar Mulya 40

2 Sukamulya 570

3 Banyu Urip 34

4 Banyumas 63

5 Banjarejo 2

6 Waya Krui 2

7 Sri Rahayu 25

8 Nusa Wungu 15

JUMLAH 751

Sumber : Blangko Pendataan Industri Kecil Menengah (IKM) Kecamatan Banyumas Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas, Desa Sukamulya memiliki jumlah penjahit paling

banyak sejumlah 570 ibu rumah tangga. Sedangkan Desa Banjarejo dan Desa

Waya Krui memiliki jumlah penjahit paling sedikit masing-masing sejumlah dua

ibu rumah tangga.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penarikan

sampel yang digunakan penelitian ini adalah sampel daerah (area sampling).

Sampel daerah biasanya dipakai pada daerah penelitian yang mempunyai populasi

tersebar pada suatu wilayah seperti negara, provinsi, kabupaten, kecamatan,

wilayah aliran sungai, wilayah pertanian, dan sebagainya (Pabundu Tika, 2005:

35). Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data maka

(45)

29

penelitian ini telah ditetapkan daerah yang dijadikan sumber data adalah Desa

Sukamulya, karena memiliki jumlah ibu rumah tangga paling banyak yaitu 570

orang. Selain itu juga Desa Sukamulya merupakan pusat industri kain perca.

Dalam penelitian ini sampel bersifat homogen, yaitu seluruh ibu rumah tangga

bekerja sebagai penjahit pada industri kain perca. Namun jumlah ibu rumah

tangga bekerja penjahit kain perca lebih dari 100, maka jumlah sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah adalah 10% dari 570 orang, yaitu sebanyak 57

ibu rumah tangga penjahit kain perca. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Suharsimi Arikunto (2006:140), apabila subyek penelitian kurang dari 100, lebih

baik diambil semua, tetapi jika subyeknya besar atau lebih dari 100, maka dapat

diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Penentuan jumlah 57 ibu rumah tangga diambil dengan menggunakan teknik

simple random sampling. Dikatakan sederhana, karena pengambilan anggota

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Sugiyono, 2011:64). Semua unsur dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Anggota sampel

dipilih secara acak dengan cara pengundian menggunakan penomoran anggota

sebagai nomor undian. Setelah itu diambil nomor undian secara acak satu per satu

sampai diperoleh sejumlah 57 sampel yang diperlukan.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

(46)

dalam penelitian (Sumadi Suryabrata, 2011:25). Berdasarkan pengertian tersebut,

maka variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Pendapatan kepala keluarga

b. Banyaknya jumlah tanggungan kepala keluarga

c. Pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca

d. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap

pendapatan total keluarga

e. Tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Pendapatan kepala keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pendapatan yang diperoleh kepala keluarga yang bekerja pada sektor apapun

selama satu bulan yang dihitung dalam rupiah. Apabila pendapatan kepala

keluarga kurang dari Rp 1.023.210, maka pendapatannya di bawah rata-rata,

dan apabila pendapatannya sama dengan atau lebih tinggi dari Rp.1.023.210,

maka pendapatannya di atas rata-rata.

b. Jumlah tanggungan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah semua

tanggungan keluarga, baik kepala keluarga, istri, anak, dan orang-orang yang

masih memiliki hubungan keluarga atau dianggap memiliki hubungan

keluarga, dan menjadi tanggungan kepala keluarga. Kriteria jumlah

(47)

31

1) Kecil, apabila jumlah tanggungan keluarga kurang dari atau sama dengan

5 orang.

2) Besar, apabila jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 orang.

c. Pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca besarnya dihitung dari

banyaknya jumlah jahitan kain perca yang diperoleh selama satu bulan sesuai

dengan tarif yang ditentukan oleh pengusaha dikali dengan jenis jahitan yang

diperoleh. Setelah jumlahnya diketahui maka dikurangi modal yang

dikeluarkan oleh ibu rumah tangga sehingga diperoleh pendapatan bersih ibu

rumah tangga penjahit kain perca. Apabila pendapatan ibu rumah tangga

penjahit kain perca lebih rendah dari rata-rata pendapatan ibu rumah tangga

penjahit kain perca (<Rp.711.572), maka pendapatannya di bawah rata-rata,

dan apabila pendapatannya sama dengan atau lebih tinggi dari rata-rata

(≥Rp.711.572), maka pendapatannya di atas rata-rata.

d. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri kain perca terhadap

pendapatan total keluarga dihitung dengan mencari persentase pendapatan ibu

rumah tangga pejahit kain perca dibagi dengan jumlah pendapatan total

keluarga kemudian dikalikan dengan seratus maka akan diperoleh persentase

kontribusi tersebut. Pendapatan total keluarga diperoleh dari jumlah

pendapatan ibu rumah tangga pejahit kain perca ditambah pedapatan kepala

keluarga.

e. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah besarnya pengeluaran keluarga untuk memenuhi

(48)

dan dihitung dalam rupiah sesuai dengan pendapat Totok Mardikanto dengan

ketentuan:

1) Terpenuhi, apabila biaya pengeluaran lebih besar dari atau sama dengan

biaya kebutuhan pokok minimum keluarga (≥Rp.232.583,00)/orang/bulan.

2) Tidak terpenuhi, apabila biaya pengeluaran lebih kecil dari biaya

kebutuhan pokok minimum keluarga (<Rp.232.583,00)/orang/bulan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi adalah cara untuk mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada

obyek penelitian. Dalam hal ini observasi akan dilakukan secara langsung untuk

mengamati keadaan, kondisi perekonomian, dan kegiatan menjahit di rumah

setiap ibu rumah tangga penjahit kain perca di Desa Sukamulya.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang

dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.

Yaitu wawancara yang dilakukan dengan lebih dulu membuat daftar pertanyaan

dengan maksud agar pengumpulan data dapat lebih terarah dan fokus pada tujuan

penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik ini digunakan

untuk memperoleh data primer langsung dari ibu rumah tangga penjahit kain

(49)

33

pendapatan kepala keluarga, banyaknya jumlah tanggungan kepala keluarga, dan

besarnya pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat sekunder yang

didapat dari pihak administratif di Kantor Kecamatan Banyumas berupa

monografi kecamatan, yaitu data penduduk, batas, luas, dan peta administrasi

Kecamatan Banyumas.

E. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul merupakan data primer dan data sekunder yang berupa

angka-angka dan informasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis persentase dengan menggunakan frekuensi distribusi relatif, yaitu

diinterpretasikan dengan membagi data dalam beberapa kelompok lalu diukur

dengan persentase (Suparmoko, 1999:87). Setelah itu dideskripsikan secara

sistematis dalam bentuk laporan hasil penelitian. Untuk mengetahui konstribusi

pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap pendapatan total

keluarga dapat dihitung dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

Keterangan:

% = persentase yang diperoleh

n = jumlah sampel yang jawabannya sesuai dengan variabel tertentu

N = jumlah seluruh sampel

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai kontribusi pendapatan ibu rumah

tangga penjahit kain perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan

Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 sebagai berikut:

1. Pendapatan rata-rata kepala keluarga yang istrinya bekerja sebagai penjahit

kain perca adalah sebesar Rp 1.023.210,00/bulan dengan pendapatan kepala

keluarga yang terbesar adalah Rp 3.500.000,00/ bulan dan pendapatan kepala

keluarga yang paling rendah yaitu Rp 400.000,00/bulan. Sebanyak 41 kepala

keluarga memiliki pendapatan yang masih di bawah rata-rata. Sedangkan 16

kepala keluarga memiliki pendapatan di atas rata-rata.

2. Jumlah rata-rata tanggungan keluarga adalah 4 orang, dengan jumlah

tanggungan terbesar adalah 6 orang, dan jumlah tanggungan terkecil adalah 2

orang.

3. Pendapatan rata-rata ibu rumah tangga penjahit kain perca sebesar

Rp711.572,00/bulan. Terdapat 36 ibu rumah tangga penjahit kain perca

berpendapatan di bawah rata-rata dan 21 ibu rumah tangga penjahit kain perca

(51)

64

4. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan total keluarga

rata-rata sebesar 42,39%. Terdapat 30 ibu rumah tangga penjahit kain perca

berkontribusi lebih dari 42,39%. Sedangkan 27 ibu rumah tangga penjahit kain

perca berkontribusi kurang dari atau sama dengan 42,39%.

5. Kebutuhan pokok minimum keluarga 57 ibu rumah tangga penjahit kain perca

dapat terpenuhi, karena biaya pengeluaran lebih besar dari biaya kebutuhan

pokok minimum keluarga per orang per bulan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Pengusaha industri kain perca hendaknya lebih memperhatikan kesejahteraan para

pekerjanya, dengan meninjau kembali besarnya upah yang diberikan dengan

kenaikan upah sesuai UMP, agar pekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

Anonimus. 2010. Monografi Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu.

________. 2010. Indikator Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik. Lampung.

________. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi

Indonesia 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

________. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik. Lampung.

________. 2011. Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana. Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi. Jakarta.

________. 2013. BPS: Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan. http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=23, diakses pada 21 Maret 2013 pukul 10.51.

________. 2013. Monografi Kecamatan Banyumas 2013. Pemerintah Kabupaten Pringsewu Kecamatan Banyumas.

Aunur Rofiq. 2013. Kemiskinan dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi. http://www.lensaindonesia.com/2013/01/29/kemiskinan-dan-kualitas-pertumbuhan-ekonomi.html. diakses pada 10 Juni 2013.

Djoko Sudantoko dan Muliawan Hamdani. 2009. Dasar-Dasar Pengantar

Ekonomi Pembangunan. PP. Mardi Mulyo. Jakarta.

Edy Haryono. 2004. Geografi Industri (Bahan Ajar). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Elia Dian. 2013. Macam-macam Kriteria Kemiskinan. http://eliadian.blogspot. com/2013/03/macam-macam-kriteria-kemiskinan.html. Diakses pada 29 Agustus 2013 pukul 07.00.

(53)

66

Hanna Papanek, Julfita Rahardjo, dkk. 1980. Wanita Kota Jakarta: Kehidupan

Keluarga, dan Keluarga Berencana. Gadjah Mada University Ress.

Yogyakarta.

Mantra Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

Muhammad Ali. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Muhammad Tohar. 2000. Membuka Usaha Kecil. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ni Wayan Putu Artini dan M.Th.Handayani. 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan

Keluarga. Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Jakarta.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Alumni. Bandung.

Pudjiwati Sajogyo. 1985. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. CV Rajawali. Jakarta.

Ria Ratna Ariawati. 2004. Usaha Kecil dan Kesempatan Kerja. UNIKOM. Jakarta.

Sicilia Sawitri, Rina Rachmawati, dan Rodia Syamwil. 2010. Pengembangan Kreativitas Pengrajin pada Industri Kreatif Kain Perca di Kabupaten

Semarang. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan. Semarang.

Sonny Sumarsono. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan

Ketenaga kerjaan. Graha Ilmu. Jogyakarta.

Sri Guritna dan Binsar Manullang. 1998. Budaya Masyarakat Di Lingkungan Kawasan Industri: Kasus Industri Rotan Di Desa Tegalwangi Kabupaten

Cirebon Propinsi Jawa Barat. CV. Bupara Nugraha. Jakarta.

Subarjo. 2006. Meteorologi dan Klimatologi (Bahan Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

(54)

Sujarwa. 2001. Polemik Gender: Antara Realitas dan Refleksi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sumadi Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.

Suparmoko. 1999. Metode Penelitian Praktis. BPFE. Yogyakarta.

Tadjuddin Noer Effendi. 1993. Sumberdaya Manusia, Peluang Kerja dan

Kemiskinan. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Taryati dan Dwi R. Nurhajarini. 1998. Budaya Masyarakat Di Lingkungan Kawasan Industri: Kasus Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik

Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. CV. Bupara

Nugraha. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pengrajin dan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Tahun 2012
Gambar 2. Cacat Berupa Tulisan yang
Gambar 5. Sprei Jahitan Sambung
Tabel 2. Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

badan ayam pedaging, namun berdasarkan hasil uji Duncan pertambahan berat badan ayam antara perlakuan R1(pakan basal + probiotik strain Enterococcus faecalis), R2

Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif mahasiswa program studi S1 PGSD pada perkuliahan Penelitian Tindakan

Berdasarkan data lapangan dan hasil model diperoleh bahwa Perairan Teluk Lampung adalah perairan tipe campuran dengan dominasi pasang surut ganda, dimana kondisi

Confidentiality Aspek keamanan infromasi yang harus bisa menjamin bahwa hanya mereka yang memiliki hak yang boleh mengakses informasi tertentu. Fasilitas Informasi Fasilitas

Selanjutnya, untuk mengetahui pencapaian indikator kemampuan komunikasi matematis siswa sebe- lum dan setelah pembelajaran pada kedua kelas, maka dilakukan analisis skor

Artikel ini menyajikan ekstraksi tabel dilihat dari struktur logik-nya yaitu dengan algoritma yang sudah dikembangkan pada tabel HTML dan suatu tinjauan pustaka yang akan

Apabila jumlah uang yang beredar dimasyarakat meningkat, maka Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI, yang mana kenaikan tingkat suku bunga SBI tersebut

Minat terhadap sains yang dimiliki siswa dengan LS sedang menunjukkan: sikap rasa ingin tahu terhadap sains dan isu-isu yang berkaitan dengan sains cukup baik; memiliki