ABSTRAK
DESKRIPSI KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAIN PERCA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN 2013 Oleh
RENI SATIVA SARI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan Banyumas dengan titik tekan kajian pada pendapatan kepala keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca, kontribusi terhadap pendapatan total keluarga, serta tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah adalah 10% dari 570 orang, yaitu sebanyak 57 ibu rumah tangga penjahit kain perca. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pendapatan rata-rata kepala keluarga yang istrinya bekerja sebagai penjahit kain perca adalah sebesar Rp 1.023.210,00 per bulan, (2) Jumlah rata-rata tanggungan kepala keluarga adalah 4 orang, dengan jumlah tanggungan terbesar adalah 6 orang, dan jumlah tanggungan terkecil adalah 2 orang, (3) Pendapatan rata-rata ibu rumah tangga penjahit kain perca sebesar Rp 711.572,00/bulan. Terdapat 36 ibu rumah tangga berpendapatan di bawah rata-rata dan 21 ibu rumah tangga berpendapatan di atas rata-rata, (4) Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan total keluarga rata-rata sebesar 42,39%, (5) Kebutuhan pokok minimum keluarga 57 ibu rumah tangga penjahit kain perca dapat terpenuhi, karena biaya pengeluaran lebih besar dari biaya kebutuhan pokok minimum keluarga per orang per bulan.
DESKRIPSI KONTRIBUSIPENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENJAHIT KAINPERCATERHADAP PENDAPATAN TOTAL
KELUARGA DI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWUTAHUN 2013
(Skripsi)
Oleh
RENI SATIVA SARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Pringsewu Timur Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu pada 10 November 1989 dari pasangan Bapak Suparman dan Ibu Sri
Topah, S.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2001 di SDN 11
Pringsewu. Setelah itu melanjutkan ke SMPN 2 Pringsewu dan selesai pada tahun
2004. Kemudian melanjutkan ke SMA di SMAN 1 Pringsewu dan selesai pada
tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas
Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan IPS
MOTO
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah
(Abu Bakar Sibli )
Kekecewaan diciptakan bukan untuk melemahkan harapan, tapi untuk menguatkan upaya berikutnya, apa pun yang terjadi hari ini, bersabarlah
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur “Alhamdulillahirobbil’alamiin” atas ridho Allah
kupersembahkan karya ini untuk:
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Suparman dan Ibu Sri Topah, S.Pd., atas do’a,
nasihat, dukungan, dan kesabaran dalam membimbingku.
SANWACANA
Bismillahirrohmannirrohiim.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan pengetahuan, pelajaran
hidup, dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai
syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung. Diucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Edy
Haryono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I serta selaku Pembimbing Akademik
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
perhatian, motivasi dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini. Ibu Irma Lusi
Nugraheni, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan
semangat. Serta kepada Ibu Dra. Hj. Nani Suwarni, M.Si., selaku Dosen
Pembahas yang selalu memberikan koreksi, masukan, dan saran demi
terselesaikannya skripsi ini.
Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
2. Bapak. Dr. M. Toha B. S. Jaya, M.S. (selaku Pembantu Dekan I), Bapak Drs.
Arwin Achmad, M.Si. (selaku Pembantu Dekan II), dan Bapak Drs. Iskandar
Syah, M.H. (selaku Pembantu Dekan III), terimakasih atas izin dan pelayanan
administrasi yang telah diberikan.
3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah
memberikan pelayanan administrasi yang telah diberikan.
4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang
telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Pendidikan IPS, khususnya pada Program Studi Pendidikan Geografi yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang berguna dalam menyelesaikan
skripsi.
6. Bapak A. Beny Oemasin, S.H., selaku Camat Banyumas yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Banyumas.
7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan dan do’a-do’anya yang
tidak pernah putus demi keberhasilanku serta motivasi dalam menyelesaikan
skripsi.
8. Adikku Fadlilah Arif H., S.Pd., kakak sepupu Budianto,S.E., dan Dwi
Efiyanti, S.Pd., atas segala bantuan, motivasi, dan inspirasi dalam penyusunan
penyusunan skripsi.
10.Para ibu rumah tangga penjahit kain perca, terima kasih atas segala informasi
yang telah diberikan dan data-data pendukung selama penelitian.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan
bagi semua pihak yang berkepentingan meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Pengrajin dan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca
di Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Tahun 2012 ... 5
2. Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas
Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 ... 24
3. Jumlah Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Kecamatan
Banyumas Tahun 2012 ... 28
4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Banyumas Tahun 2013 ... 36
5. Data Curah Hujan di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu
dan Sekitarnya Tahun 2001-2010 ... 37
6. Zona/Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidt-Feguson ... 39
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex Rasio
Menurut Desa di Kecamatan Banyumas Tahun 2013 ... 40
8. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Desa di Kecamatan Banyumas Tahun 2013 ... 41
9. Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga ... 45
10. Pendapatan Kepala Keluarga ... 46
11. Jumlah Tanggungan Kepala Keluarga Ibu Rumah Tangga Penjahit
Kain Perca Tahun 2013 ... 47
12. Jenis Jahitan, Upah Jahitan, dan Jumlah Hasil Jahitan Ibu Rumah
Tangga Penjahit Kain Perca ... 48
13. Modal yang Dikeluarkan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca
Per Bulan ... 50
15. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca
Terhadap Pendapatan Total Keluarga ... 52
16. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga di
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Cacat pada Kain Berupa Garis Putih ... 14
2. Cacat Berupa Tulisan-Tulisan yang Tidak Dapat Hilang Bila Dicuci .. 14
3. Contoh Sarung Bantal Dijahit pada Tepi Kain Saja, Tanpa Ada Jahitan Sambung di Tengahnya ... 15
4. Sarung Bantal Jahitan Sambung ... 15
5. Sprei Jahitan Sambung ... 15
6. Bagan Kerangka Pikir Deskripsi Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca Terhadap Pendapatan Total Keluarga di Kecamatan Banyumas ... 26
7. Peta Administratif Kecamatan Banyumas Tahun 2012 ... 35
8. Grafik Schmidt-Feguson ... 38
9. Ukuran Benang Kecil dan Sedang ... 49
10.Grafik Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga Ibu Rumah Tangga Pejahit Kain Perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 ... 74
11.Kain Perca yang Sudah Disortir Dikelompokkan Sesuai Ukuran ... 75
12.Ibu Rumah Tangga yang Sedang Menjahit Kain Perca ... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-Kisi Kuesioner ... 69
2. Kuesioner untuk Responden ... 70
3. Rekap Data Penelitian ... 73
4. Grafik Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga Ibu Rumah Tangga Pejahit Kain Perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu
Tahun 2013 ... 74
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat melalui peningkatan taraf hidup seluruh rakyat Indonesia.
Hasil dari pembangunan tersebut harus dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat
agar semakin adil dan merata serta senantiasa harus ditingkatkan. Pembangunan
ekonomi tidak hanya bertujuan untuk melakukan modernisasi dalam masyarakat,
tetapi juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan rakyat.
Pertumbuhan suatu daerah dapat dilihat dari sektor perekonomiannya. Secara
umum, dapat diperhatikan bahwa suatu daerah yang berkembang dan maju,
memiliki tingkat perekonomian yang tinggi dan cenderung meningkat. Salah satu
sektor perekonomian yang mendapat perhatian dalam pembangunan daerah adalah
sektor industri.
Menurut BPS (2010:3) sektor industri mencakup industri besar (jumlah tenaga
kerja lebih dari 100 orang), industri sedang (jumlah tenaga kerja antara 20-99
orang), industri kecil (jumlah tenaga kerja 5-19 orang), industri rumah tangga
Industri kecil dan industri rumah tangga merupakan salah satu bentuk industri
yang paling banyak terdapat di pedesaan. Tumbuhnya sektor industri di pedesaan
merupakan salah satu potensi penting dalam perekonomian pedesaan yaitu sebagai
alternatif dalam mengurangi masalah kesempatan kerja di pedesaan. Selain itu
juga berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Seperti
pendapat Ria Ratna Ariawati (2004:1) bahwa industri kecil merupakan bidang
usaha yang menjadi tumpuan harapan masyarakat Indonesia, mengingat lebih dari
99% usaha di Indonesia tergolong industri dan menyerap pekerja sebesar 88,30%
dari seluruh tenaga kerja.
Secara umum dampak yang bersikap positif antara lain berupa peningkatan
ekonomi masyarakat dan terbukanya lapangan kerja (Sri Guritna dan Binsar
Manullang, 1998:26). Keberhasilan seseorang dalam masyarakat dapat menjadi
panutan dalam masyarakat. Sikap rajin bekerja akan mempengaruhi masyarakat
sebagai usaha untuk dapat meningkatkan pendapatan, menambah penghasilan, dan
memperbaiki taraf hidup. Penggunaan waktu akan semakin dimaksimalkan untuk
mengejar jumlah orderan dari industri yang waktunya mendesak.
Begitu juga dengan pemanfaatan waktu oleh tenaga kerja wanita. Pada umumnya
wanita pedesaan jarang bekerja di luar rumah. Wanita di pedesaan hanya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja. Namun tidak untuk wanita yang di
desanya terdapat industri. Wanita lebih senang membuka usaha sendiri di rumah
dengan cara menerima orderan dari industri yang ada di desanya. Sehingga waktu
3
Keberadaan industri di pedesaan mampu menyerap tenaga kerja di sekitar desa
tersebut bahkan hingga ke desa tetangga. Menurut Taryati (1998:35-36)
keberadaan industri di pedesaan mendorong agar para pekerja sebaiknya
bertempat tinggal di dekat pabrik. Akibat dari ini timbullah peluang baru bagi
penduduk yang berdekatan dengan pabrik. Peluang ini antara lain adalah
timbulnya usaha pemondokan atau menyewakan kamar, usaha membuka warung
makan, toko, dan usaha jahitan. Pada gilirannya semua itu berdampak
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Begitu pula dengan keberadaan industri kain perca yang berada di Desa
Sukamulya Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu. Keberadaan industri
kain perca juga memberikan banyak lapangan kerja dan juga berdampak pada
perekonomian masyarakat di sekitarnya, terutama untuk ibu rumah tangga yang
tidak bekerja yang mempunyai banyak waktu luang.
Pada awal berdirinya industri ini merupakan jenis industri rumah tangga atau
kerajinan rakyat dengan jumlah tenaga kerjanya antara 1-4 orang saja. Kemudian
industri tersebut berkembang dari satu industri menjadi 13 industri kain perca.
Industri kain perca di Desa Sukamulya didirikan disetiap rumah pengrajin
sehingga tidak membutuhkan lokasi industri yang luas seperti industri besar
lainnya. Oleh karena itu, lokasinya saling berdekatan antara satu industri kain
perca dengan lokasi industri kain perca yang lain.
Industri kain perca di Desa Sukamulya merupakan industri yang mengolah limbah
pabrik berupa sisa potongan kain yang berasal dari industri-industri garmen yang
sarung guling, dan keset. Pada awal berdirinya industri kain perca, limbah kain
perca diambil oleh pengrajin dari Bandung. Namun saat ini, kain perca dikirim
langsung dari pengepul di Bandung. Setelah kain tiba di lokasi industri, kain
tersebut dipotong dan disortir sesuai ukuran lalu dikelompokkan menjadi
tumpukan-tumpukan kain sesuai jenis kain.
Kain yang sudah dikelompokkan, lalu diambil penjahit untuk dijahit di rumah
masing-masing penjahit. Kain yang diambil dihitung berdasarkan beratnya
(kilogram). Lalu kain tersebut mulai dijahit untuk dibuat menjadi stel sprei,
sarung bantal, atau sarung guling. Setelah selesai, hasil jahitan dikembalikan
kepada pengrajin dan penjahit mendapatkan upah sesuai dengan hasil jahitan yang
telah diperolehnya. Kain perca yang sudah menjadi stel sprei, sarung bantal, atau
sarung guling sudah siap untuk dijual.
Industri kain perca di Desa Sukamulya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
852 orang baik laki-laki maupun perempuan. Tenaga kerja kain perca tidak hanya
berasal dari Desa Sukamulya, tetapi juga berasal dari 7 desa di Kecamatan
Banyumas, yaitu Desa Sinar Mulya, Banyu Urip, Banyumas, Banjarejo, Waya
Krui, Sri Rahayu, dan Nusa Wungu.
Tenaga kerja sebanyak 35 orang bekerja sebagai pemotongan kain dan bagian
pemisahan kain, serta 817 orang sebagai penjahit. Berdasarkan data prasurvey
diketahui jumlah penjahitnya sebanyak 788 orang perempuan dan 29 orang
laki-laki. Sebagian besar penjahit limbah kain perca adalah perempuan, karena dalam
menjahit membutuhkan kreativitas, ketelitian, ketekunan, ketepatan, dan
5
tangga penjahit kain perca. Sedangkan penjahit yang berstatus sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 751 orang atau lebih jelasnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Pengrajin dan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Tahun 2012
No Nama Perusahaan Jumlah Ibu Rumah Tangga Penjahit (Orang)
1 PK Trijaya 81
2 Mitra Gemilang 74
3 Usaha Mandiri 50
4 Berkah Jaya 68
5 Limbah Jaya 140
6 Jaya Abadi 112
7 Karya Jadi 8
8 Sinar Abadi 54
9 Karya Jaya 48
10 Dwi Karya 48
11 Daya Asli 47
12 Tunggal Karya 5
13 Karya Putra 16
Jumlah 751
Sumber: Blangko Pendataan Industri Kecil Menengah (IKM) Kecamatan Banyumas Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa pengrajin PT. Limbah Jaya memiliki
jumlah tenaga kerja yang paling banyak, yaitu 140 orang. Sedangkan PT.Tunggal
Karya memiliki jumlah tenaga kerja yang paling sedikit, yaitu sebanyak 5 orang.
Secara umum alasan perempuan bekerja adalah untuk membantu ekonomi
keluarga. Bekerja adalah melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam
berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk memperoleh atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Mereka yang mempunyai
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dianggap sebagai pekerja (BPS, 2013:4).
Pada umumnya motivasi kerja kebanyakan tenaga kerja wanita adalah membantu
tangga adalah karena suami tidak bekerja, pendapatan rumah tangga kurang,
mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri, dan ingin mencari pengalaman
(Ni Wayan Putu Artini dan M.Th.Handayani, 2009:3).
Begitu pula dengan ibu rumah tangga yang ada di Kecamatan Banyumas yang
juga memiliki pekerjaan lain selain mengurus rumah tangga. Kebutuhan hidup
yang harus dipenuhi, harga-harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat,
pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada
terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Ditambah lagi dengan banyaknya
jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi besarnya biaya pemenuhan
kebutuhan hidup keluarga.
Ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal yaitu pada
industri kain perca. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan
dan keluarga. Ibu rumah tangga akan memulai pekerjaan menjahitnya dari pagi
hingga malam hari disela tugasnya mengurus rumah tangga. Ibu rumah tangga
yang memiliki mesin jahit langsung dapat menjahit di rumah masing-masing.
Namun terdapat pula pengrajin yang menyediakan mesin jahit di rumah pengrajin
tersebut untuk digunakan oleh ibu rumah tangga yang tidak memiliki mesin jahit
di rumahnya.
Hasil dari industri kain perca ini berupa sarung bantal, sarung guling, stel sprei,
dan keset. Upah yang diterima penjahit dihitung berdasarkan jumlah jahitan yang
dihasilkan. Untuk hasil jahitan satu sarung bantal diberi upah sebesar Rp 800,00.
Begitu juga dengan sarung guling dengan upah yang sama. Sedangkan untuk hasil
7
sesuai ukuran stel sprei dan jenis stel sprei. Untuk keset diberi upah rata-rata
antara Rp 1.200,00 sampai Rp 1.500,00 tergantung pada besarnya ukuran keset.
Namun sebelum memperoleh pendapatan, ibu rumah tangga harus mengeluarkan
biaya (modal) terlebih dahulu untuk untuk pembelian benang. Setelah pendapatan
yang diterima dikurangi jumlah modal yang dikeluarkan maka diperoleh
pendapatan bersih. Ibu rumah tangga yang bekerja pada industri kain perca
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan meningkatkan pendapatan
keluarganya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Deskripsi Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga
Penjahit Kain Perca Terhadap Pendapatan Total Keluarga di Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalahnya sebagai berikut:
1. Berapa besar pendapatan kepala keluarga
2. Berapa jumlah tanggungan kepala keluarga
3. Motivasi ibu rumah tangga untuk bekerja
4. Berapa pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca
5. Berapa kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap
pendapatan total keluarga
6. Bagaimana pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini dibatasi
masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Pendapatan kepala keluarga
2. Jumlah tanggungan kepala keluarga
3. Pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca
4. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri kain perca terhadap
pendapatan total keluarga
5. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Berapakah pendapatan per bulan yang diperoleh kepala keluarga yang istrinya
bekerja sebagai penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu?
2. Berapakah jumlah rata-rata tanggungan kepala keluarga yang dimiliki oleh ibu
rumah tangga penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu?
3. Berapakah pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh ibu rumah tangga
penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?
4. Berapakah kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri kain
perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan Banyumas Kabupaten
9
5. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah
tangga penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji pendapatan per bulan kepala keluarga yang istrinya bekerja
sebagai penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.
2. Untuk mengkaji jumlah tanggungan kepala keluarga ibu rumah tangga
penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.
3. Untuk mengkaji pendapatan rata-rata per bulan ibu rumah tangga penjahit kain
perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.
4. Untuk mengkaji kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri
kain perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan Banyumas
Kabupaten Pringsewu
5. Untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah
tangga penjahit kain perca di Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu.
F. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Sebagai suplemen bahan ajar dalam mata pelajaran IPS kelas VII semester
genap dalam pokok keadaan penduduk Indonesia dalam interaksinya dengan
pelajaran Geografi SMA kelas XII Jurusan Ilmu Sosial semester ganjil dalam
pokok bahasan industri.
3. Untuk menambah pengetahuan dan memperdalam ilmu yang telah diperoleh
selama perkuliahan yaitu mengenai geografi industri dan geografi ekonomi.
4. Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan melaksanakan penelitian
yang sejenis.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah ibu rumah tangga penjahit kain
perca.
2. Ruang lingkup obyek penelitian ini adalah pendapatan kepala keluarga,
jumlah tanggungan kepala keluarga, pendapatan ibu rumah tangga penjahit
kain perca, kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca
terhadap pendapatan total keluarga, serta pemenuhan kebutuhan pokok
minimum keluarga ibu rumah tangga penjahit kain perca di Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu.
3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu.
4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2013.
5. Ruang lingkup ilmu pengetahuan adalah geografi ekonomi.
Geografi ekonomi digunakan sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini, karena
penelitian ini mengaji tentang kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit
kain perca terhadap pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga di
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka ]
1. Geografi Ekonomi
Dalam seminar dan lokakarya yang diadakan tahun 1989 di Semarang, disebutkan
bahwa geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,
dan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Mochamad Amien, 1999: 15).
Penelitian ini ditinjau dari segi geografi khususnya geografi ekonomi.
Sedangkan menurut H. Robinson dalam Suharyono (1994:34) mengartikan geografi ekonomi sebagai cabang ilmu yang membahas mengenai cara-cara manusia dalam kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan. Dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi (bahan mentah, bahan pangan, barang pabrik), kemudian usaha transportasi, distribusi, dan konsumsi.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini terkait dengan cabang geografi
ekonomi yang membahas mengenai cara-cara manusia dengan memanfaatkan
sumber daya alam dan mengolahnya sehingga dapat dikonsumsi atau untuk
memperoleh pendapatan yang digunakan demi kelangsungan hidupnya.
2. Kain Perca
Pengertian garmen sebagai sebuah industri tidak dapat terlepas dari rangkaian
penenunan, hingga menjadi pakaian jadi. Semua industri itu disebut dengan
industri tekstil dan produk tekstil.
Menurut Sicilia Sawitri, dkk (2010:406) industri garmen merupakan industri yang mengolah sebuah produk yang berasal dari penggabungan dan penjahitan berbagai potongan dan komponen hingga menjadi suatu bentuk jadi berupa busana. Sedangkan kain perca merupakan limbah garmen yang berupa sisa potongan pada proses pengguntingan kain, baik pada pembuatan pakaian yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, industri kecil, maupun industri besar.
Oleh karena itu, bentuk dan ukuran kain perca berbeda-beda. Limbah yang
dihasilkan dapat berupa potongan-potongan kain kecil mulai dari ukuran kecil
dengan lebar sekitar 5 cm, atau bahkan kain yang masih dalam bentuk gulungan.
Biasanya kain yang berbentuk gulungan yang tidak digunakan karena memiliki
kualitas yang lebih rendah dan sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya.
Selama ini limbah tersebut hanya digunakan sebagai lap yang kemudian dibuang
begitu saja sehingga merusak lingkungan dan apabila dibakar dapat menyebabkan
polusi udara. Banyaknya kain perca yang tidak terpakai membuat pengrajin
berinisiatif untuk memanfaatkan limbah tersebut agar bisa diolah menjadi barang
yang lebih berguna dan bernilai tinggi serta mampu menyerap tenaga kerja.
Limbah kain perca berasal dari berbagai perusahaan industri garmen yang berada
di wilayah Bandung dan sekitarnya lalu dikumpulkan oleh pengumpul. Setelah
terkumpul banyak lalu dikirim ke berbagai tempat, salah satunya di Desa
13
3. Industri Kain Perca
Menurut Kartasapoetra dalam Edy Haryono (2004:2) industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
penggunaannya.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010:3) industri pengolahan adalah suatu kegiatan
ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis,
kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan
atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan
sifatnya lebih dekat kepada pemakai terakhir (konsumen).
Industri kain perca tergolong industri kerajinan yang bercirikan industri dengan
sedikit tenaga kerja, yaitu antara 1-4 orang saja. Akan tetapi, industri kain perca
memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 852 orang yang tersebar pada 13 industri.
Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, maka industri kain perca ini termasuk
industri sedang dengan jumlah rata-rata tenaga kerja sebanyak 66 orang per
industri. Seluruh tenaga kerja tersebut berasal dari Kecamatan Banyumas
sehingga lokasi industri kain perca ini termasuk industri yang berorientasi pada
tenaga kerjanya.
Hasil jahitan industri kain perca berupa sprei, sarung bantal, dan sarung guling,
siap dipasarkan ke beberapa daerah di sekitar Kecamatan Banyumas. Pemasaran
dilakukan oleh pedagang yang langsung mengambil barang dagangan pada
hanya berasal dari Propinsi Lampung, tetapi juga dari beberapa daerah di Pulau
Sumatera, seperti Propinsi NAD, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Jambi.
Kain perca merupakan limbah garmen yang berupa sisa potongan pada proses
pengguntingan kain, baik pada pembuatan pakaian yang dilakukan oleh ibu rumah
tangga, industri kecil, maupun industri besar. Oleh karena itu, bentuk dan ukuran
kain perca berbeda-beda. Limbah yang dihasilkan dapat berupa
potongan-potongan kain kecil mulai dari ukuran kecil dengan lebar sekitar 5 cm, atau
bahkan kain yang masih dalam bentuk gulungan. Biasanya kain yang berbentuk
gulungan yang tidak digunakan karena memiliki kualitas yang lebih rendah dan
sudah kehilangan sebagian karakteristik bahannya (gambar 1 dan gambar 2).
Limbah kain yang berbentuk gulungan akan dibuat lagi menjadi kain sprei dengan
berbagai ukuran sesuai dengan bentuk limbah kain. Sisa dari potongan kain untuk
sprei ini lalu dimanfaatkan lagi menjadi sarung bantal, sarung guling, dan keset.
[image:30.595.201.485.468.622.2]
Gambar 1. Cacat pada Kain Berupa Garis Putih
Gambar 2. Cacat Berupa Tulisan yang Tidak Dapat Hilang Bila Dicuci
Menurut Sicilia Sawitri, dkk (2010:406-407), dengan berbagai teknik dalam menjahit kain perca dapat diwujudkan menjadi benda-benda yang lebih berguna. Adapun teknik tersebut antara lain:
a. Langsung dijahit, untuk jenis kain perca yang ukuran dan bentuknya mudah untuk dijahit.
15
c. Teknik quilt atau matelase adalah teknik pembuatan hiasan pada suatu benda dengan mengisi busa, kapas, atau benang pada bagian yang dihias untuk mendapatkan efek timbul dari hiasan tersebut.
d. Teknik anyaman biasanya digunakan dalam pembuatan keset anyam.
Para penjahit kain perca biasanya menggunakan teknik langsung dijahit dan juga
teknik patchwork. Teknik langsung jahit biasanya digunakan pada limbah yang
berbentuk gulungan dan berukuran lebar sehingga menghasilkan jenis sprei,
[image:31.595.227.397.293.402.2]sarung bantal, dan sarung guling tanpa sambungan (gambar 3).
Gambar 3. Contoh Sarung Bantal Dijahit pada tepi Kain Saja, Tanpa Adanya Jahitan Sambung Ditengahnya.
Sedangkan teknik patchwork biasanya digunakan pada kain yang ukurannya lebih
kecil untuk digabung beberapa potong kain menjadi kain yang lebih besar. Teknik
menjahit ini biasanya menghasilkan sprei sambung, sarung bantal, dan sarung
guling dengan sambungan (gambar 4 dan gambar 5).
[image:31.595.330.503.595.710.2]Gambar 4. Sarung Bantal Jahitan Sambung
[image:31.595.124.313.595.710.2]4. Proses Penjahitan Kain Perca
Ibu rumah tangga memulai pekerjaannya dengan mengambil kain perca dari
pengrajin. Kain yang diambil dihitung berdasarkan beratnya (kilogram). Lalu kain
tersebut dibawa ke rumah ibu rumah tangga. Sedangkan bagi ibu rumah tangga
yang tidak memiliki mesin jahit, maka telah disediakan mesin jahit di rumah
pengrajin tersebut.
Kain tersebut mulai dijahit untuk dibuat menjadi sprei, sarung bantal, atau sarung
guling. Bila terdapat kain perca dengan bentuk yang tidak simetris, maka penjahit
akan memotong kain tersebut agar simetris. Potongan kain yang tersisa (ukuran 5
x 5 cm) nantinya akan dikembalikan lagi kepada pengrajin, karena kain sisa
tersebut masih bisa dimanfaatkan lagi menjadi keset. Sedangkan kain perca yang
ukurannya kurang dari 5 x 5 cm dikumpulkan dan dibawa lagi ke Bandung untuk
diolah industri lain untuk menjadi isian boneka.
Setelah kain perca selesai diproses menjadi sprei, sarung bantal, atau sarung
guling, maka hasil jahitan diantar kembali ke pengrajin. Hasil jahitan tersebut
diperiksa oleh pengrajin untuk mengetahui jenis jahit sambungan atau tanpa
sambungan, karena jenis jahit sambungan atau tanpa sambungan mempengaruhi
besarnya upah yang diterima ibu rumah tangga penjahit kain perca. Setelah upah
diterima, maka penjahit memulai pekerjaannya kembali dengan mengambil kain
17
5. Pendapatan Kepala Keluarga
Pendapatan adalah jumlah penghasilan dari perorangan dalam keluarga berupa
uang yang diperoleh dari jasa setiap bulan atau dapat juga diartikan sebagai suatu
hasil yang sedikit dalam keberhasilan usaha, maka jumlah tersebut akan menjadi
besar dan meningkat (Muhammad Tohar, 2000:15).
Dalam konsep rumah tangga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga,
seperti bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian
kerja, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta
jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Tadjuddin Noer Effendi, 1993:35).
Dalam Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011:64)
disebutkan bahwa kepala keluarga adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus
kawin, atau janda/duda yang mengepalai suatu keluarga yang tanggungannya
terdiri dari istri/suami dan atau anak-anaknya.
Kondisi pendapatan kepala keluarga cenderung dipengaruhi oleh beberapa
sumber-sumber pendapatan. Penduduk pedesaan umumnya mengandalkan pada
hasil dari sektor pertanian sebagai sumber pendapatan, begitu pula penduduk di
Kecamatan Banyumas.
Dalam penelitian ini pendapatan keluarga yang dimaksud adalah pendapatan
kepala keluarga yang bekerja pada sektor apapun dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pokok minimum keluarga yang dinilai dengan rupiah dalam waktu satu
bulan. Kepala keluarga yang dimaksud adalah kepala keluarga laki-laki atau
tesebut bekerja sebagai penjahit pada industri kain perca di Kecamatan Banyumas.
Semakin tinggi pendapatan kepala keluarga, maka akan tercukupi kebutuhan
hidup keluarganya, sedangkan semakin rendah pendapatan kepala keluarga maka
akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
6. Jumlah Tanggungan Kepala Keluarga
Jumlah jiwa dalam keluarga merupakan jumlah semua tanggungan keluarga yang
terdiri dari kepala keluarga sendiri, istri dan atau dengan anak (anak-anaknya)
serta anak angkat yang ikut dalam keluarga tersebut yang belum berkeluarga, baik
yang tinggal serumah maupun yang tidak tinggal serumah (Kamus Istilah
Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011:52).
Sedangkan anggota keluarga adalah mereka yang tercantum dalam kartu keluarga
dan secara kemasyarakatan menjadi tanggung jawab kepala keluarga (Kamus
Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2011:11). Jumlah tanggungan
keluarga akan mempengaruhi besarnya kebutuhan pemenuhan pokok sehari-hari
keluarga sehingga akan berpengaruh pula pada kemiskinan.
Menurut Abu Ahmadi (1991:247), bahwa keluarga besar adalah jumlah
tanggungan keluarga lebih dari 5 orang yang terdiri dari kepala keluarga, istri, tiga
orang anak, dan tanggungan keluarga yang lainnya. Sedangkan keluarga kecil
adalah jumlah tanggungan keluarga kurang dari atau sama dengan 5 orang yaitu
terdiri dari kepala keluarga, istri, kurang dari atau sama dengan tiga orang anak.
Jumlah tanggungan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah semua
19
masih memiliki hubungan keluarga atau dianggap memiliki hubungan keluarga,
dan menjadi tanggungan keluarga ibu rumah tangga penjahit kain perca di
Kecamatan Banyumas.
7. Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca
Penyediaan kesempatan kerja bagi wanita menjadi begitu penting keberadaannya.
Hal tersebut menjadi beralasan karena wanita khususnya dari keluarga miskin
merupakan tenaga yang potensial bagi kesejahteraan keluarganya. Tenaga kerja
wanita bahkan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, seperti pendapat berikut ini.
Menurut Hanna Papanek, dkk (1980:63), bahwa wanita juga memberikan sumbangan-sumbangan penting untuk kesejahteraan keluarga, sebagian pekerjaan mereka lakukan di dalam atau di luar rumah. Pada dasarnya bekerjanya wanita sangat dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi, yang keluarganya sangat tergantung pada pendapatan orang yang bekerja, dimana pendapatan sangat sering jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan perubahan biaya hidup.
Ketidakstabilan ekonomi berarti bahwa wanita harus ikut aktif dalam mencari
tambahan pendapatan untuk kelangsungan hidup keluarganya. Seperti pendapat
Chamsiah Djamal dalam Taryati (1998:30) yang menyatakan bahwa wanita
bukanlah pencari nafkah utama. Karena dalam penelitiannya kepada 147 isteri,
80% menjawab bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah untuk membantu suami
dan dilakukan hanya sambilan agar mendapatkan tambahan pendapatan keluarga.
Setiap ibu rumah tangga selalu memiliki kewajiban yang harus dilakukannya
setiap hari. Apabila kegiatan rumah tangga yang dilakukan sudah selesai, maka
banyak waktu luang yang dimiliki untuk mengerjakan pekerjaan lain. Oleh karena
itu, ibu rumah tangga di Kecamatan Banyumas memanfaatkan waktu luangnya
dengan bekerja sebagai penjahit pada industri kain perca.
Dengan demikian maka pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca akan
memberikan pengaruh dalam meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Pendapatan ibu rumah tangga
penjahit kain perca dalam penelitian ini adalah jumlah pendapatan yang diperoleh
secara tidak tetap oleh ibu rumah tangga dari hasil menjahit pada industri kain
perca dalam jangka waktu satu bulan dan dihitung dengan nilai rupiah.
8. Kontribusi Penjahit Kain Perca Terhadap Pendapatan Total Keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah
sumbangan. Sedangkan menurut Kamus Ekonomi (Guritno T., 1994:76)
kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk
tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Terkait dengan penelitian ini,
kontribusi dapat diartikan sebagai pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain
perca yang disumbangkan terhadap pendapatan total keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pokok minimum keluarga.
Besarnya kontribusi dihitung dari jumlah pendapatan kepala keluarga ditambah
pedapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca. Pendapatan inilah yang disebut
21
perca dibagi dengan pendapatan total keluarga dan dikalikan konstanta (100).
Maka akan diperoleh besarnya kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit
kain perca terhadap pendapatan total keluarga.
9. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga
Pada dasarnya perhitungan pengeluaran keluarga digunakan untuk mengetahui
bagaimana tingkat pemenuhan kebutuhan dasar dalam keluarga.
Yang dimaksud dengan pengeluaran menurut BPS (2013:1) adalah pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua tanggungan keluarga selama sebulan dibagi dengan banyaknya jumlah tanggungan keluarga.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No
115/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998, menetapkan bahwa sembilan
bahan pokok adalah:
a. Beras, ubi, sagu, dan jagung.
b. Gula pasir.
c. Sayur-sayuran dan buah-buahan.
d. Daging sapi dan ayam.
e. Minyak goreng dan margarin.
f. Susu.
g. Telur.
h. Minyak tanah atau gas Elpiji.
Menurut BPS (2013:1), Kebutuhan fisik minimum (KFM) adalah kebutuhan
minimum selama sebulan dari seseorang yang diukur menurut jumlah kalori,
protein, vitamin, dan bahan mineral lainnya yang diperlukan sesuai dengan tingkat
kebutuhan minimum orang tersebut. Kebutuhan dasar manusia ini merupakan
kebutuhan pokok hidup manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan dasar manusia
meliputi pangan, sandang, dan papan. Sedangkan dalam kondisi pendapatan
terbatas, kebutuhan pangan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya
digunakan untuk membeli makanan.
Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan merupakan
jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Menurut BPS,
komoditas makanan meliputi: padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan
susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan
minuman, konsumsi lainnya, termasuk pula makanan jadi (siap saji), minuman
beralkohol, serta tembakau dan sirih.
Sedangkan komoditas konsumsi non-makanan menurut BPS yaitu: perumahan
dan fasilitas rumah tangga; barang dan jasa; pakaian, alas kaki, dan tutup kepala;
barang-barang tahan lama; pajak dan asuransi; pendidikan; kesehatan; serta
keperluan pesta dan upacara.
Besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga akan mengindikasikan bahwa keluarga
tersebut tergolong miskin atau tidak. Dalam menghitung angka kemiskinan, BPS
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, sehingga melalui
23
segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan (Aunur Rofiq, 2013:1).
Maka, seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi
standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak.
Penghitungan garis kemiskinan (GK) yang dilakukan BPS dilakukan dengan
menjumlahkan nilai garis kemiskinan makanan (GKM) dengan garis kemiskinan
non-makanan (GKNM).
GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum komoditas makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Besarnya GKM dihitung berdasarkan jumlah nilai pengeluaran makanan yang dikonsumsi penduduk dan disetarakan dengan nilai energi 2.100 kilokalori. Penyetaraan nilai pengeluaran dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori komoditas makanan tersebut. Selanjutnya dikalikan dengan nilai energi 2.100 kilokalori. Sedangkan GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum komoditas non-makanan yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan (Djoko Sudantoko dan Muliawan Hamdani, 2009:77-78).
Elia Dian (2013:1) menyebutkan bahwa BPS mendefinisikan kemiskinan dengan membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan. Dalam konteks itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi pertimbangan untuk penentuan kriteris tersebut. Kriteria statistik BPS tersebut adalah:
a. Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610,00.
b. Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan orang antara Rp 280.488,00.s/d. – Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari.
c. Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per orang antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari.
d. Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per orang Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp 7.780.- 233.740.-kebawah per orang per hari (BPS, 2013:2).
Berdasarkan penjelasan tersebut, BPS hanya membuat kriteria besarnya
pengeluaran kebutuhan per orang per hari. Sedangkan Totok Mardikanto
minimum. Kebutuhan pokok minimum manusia terdiri atas sembilan bahan pokok
yang berupa: beras 140 kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4
meter, minyak goreng 6 kg, garam 9 kg, minyak tanah 60 liter, sabun 20 kg, dan
kain batik 2 potong. Acuan tersebut berupa barang sehingga perlu ditukar dengan
nilai rupiah sesuai dengan harga barang saat ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
[image:40.595.113.512.306.498.2]pada Tabel 2.
Tabel 2.Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013
Jenis Kebutuhan Kebutuhan Selama 1 Tahun
Harga Satuan (Rp)
Jumlah Total (Rp)
Beras 140,0 kg 8.000 1.120.000
Ikan Asin 15,0 kg 10.000 150.000
Gula Pasir 3,5 kg 12.000 42.000
Tekstil Kasar 4,0 meter 25.000 100.000
Minyak Goreng 6,0 kg 12.000 72.000
Minyak Tanah 60,0 liter 15.000 900.000
Garam 9,0 kg 3.000 27.000
Sabun 20,0 kg 12.500 250.000
Kain Batik 2,0 potong 65.000 130.000
Jumlah 2.791.000
Sumber : Pendapat Totok Mardikanto yang Disesuaikan dengan Harga di Pasar Banyumas Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa harga dari 9 bahan kebutuhan pokok
minimum per orang bernilai Rp 2.791.000,00/tahun. Untuk mengetahui kebutuhan
per orang per bulan, maka jumlah kebutuhan pokok minimum per orang per tahun
dibagi dengan 12 bulan, dan hasilnya adalah Rp 232.583,00. Maka kebutuhan per
orang dalam satu keluarga dihitung besarnya Rp 232.583,00/bulan.
Kebutuhan pokok minimum setiap keluarga berbeda-beda bergantung pada
25
tanggungan keluarga, maka akan semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan
keluarga. Akan tetapi, semakin sedikit jumlah tanggungan dalam keluarga, maka
keluarga tersebut cenderung mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum.
Untuk mengetahui besarnya kebutuhan pokok minimum keluarga ibu rumah
tangga penjahit kain perca dihitung dengan mengalikan kebutuhan pokok per
orang per bulan dengan jumlah tanggungan keluarga.
B. Kerangka Pikir
Keberadaan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan
sebagai alternatif dalam mengurangi masalah kesempatan kerja di pedesaan.
Selain itu juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Keberhasilan seseorang
dalam masyarakat dapat menjadi panutan dalam masyarakat. Sikap rajin bekerja
akan mempengaruhi masyarakat sebagai usaha untuk dapat meningkatkan
pendapatan, menambah penghasilan, dan memperbaiki taraf hidup. Keberadaan
industri di pedesaan mampu menyerap tenaga kerja di sekitar desa tersebut bahkan
hingga ke desa tetangga.
Keberadaan industri kain perca yang berada di Desa Sukamulya ternyata juga
dapat memberikan dampak bagi penduduk di sekitar desa. Di beberapa desa di
Kecamatan Banyumas, ibu rumah tangga banyak yang bekerja sebagai penjahit
pada industri kain perca. Selama ini ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu
luang yang digunakan hanya untuk mengurus rumah tangga saja tanpa
Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga bertujuan untuk
membantu meningkatkan pendapatan keluarga mereka. Besarnya pendapatan yang
diperoleh dari menjahit ditambah dengan pendapatan kepala keluarga digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum keluarga. Besarnya pendapatan ibu
rumah tangga penjahit kain perca diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga kebutuhan pokok keluarga dapat
terpenuhi. Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pikir dapat dilihat pada bagan
[image:42.595.113.511.321.522.2]berikut ini.
Gambar 6. Bagan Kerangka Pikir Deskripsi Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga di Kecamatan Banyumas
Pendapatan Kepala Keluarga Pendapatan Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca (Kontribusi)
Pendapatan Total Keluarga
III.METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,
yaitu suatu penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah,
mengungkapkan fakta yang ada, lalu dijelaskan, dianalisis, dan ditafsirkan.
Tujuan penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk mencari
informasi yang detail mengenai ibu rumah tangga penjahit kain perca di
Kecamatan Banyumas. Setelah data diperoleh lalu data diklasifikasikan,
dijelaskan, dianalisis, dan ditafsirkan sehingga dapat diperoleh informasi
mengenai besarnya kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca
terhadap pendapatan total keluarga sehingga kebutuhan pokok minimum keluarga
dapat terpenuhi.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjahit kain perca yang berstatus ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 751 orang yang berasal dari 8 desa di Kecamatan
Urip, Sri Rahayu, Sukamulya, dan Nusawungu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
[image:44.595.113.513.193.358.2]persebarannya pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Jumlah Ibu Rumah Tangga Penjahit Kain Perca di Kecamatan Banyumas Tahun 2012
No Asal Desa Ibu Rumah Tangga (orang)
1 Sinar Mulya 40
2 Sukamulya 570
3 Banyu Urip 34
4 Banyumas 63
5 Banjarejo 2
6 Waya Krui 2
7 Sri Rahayu 25
8 Nusa Wungu 15
JUMLAH 751
Sumber : Blangko Pendataan Industri Kecil Menengah (IKM) Kecamatan Banyumas Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas, Desa Sukamulya memiliki jumlah penjahit paling
banyak sejumlah 570 ibu rumah tangga. Sedangkan Desa Banjarejo dan Desa
Waya Krui memiliki jumlah penjahit paling sedikit masing-masing sejumlah dua
ibu rumah tangga.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penarikan
sampel yang digunakan penelitian ini adalah sampel daerah (area sampling).
Sampel daerah biasanya dipakai pada daerah penelitian yang mempunyai populasi
tersebar pada suatu wilayah seperti negara, provinsi, kabupaten, kecamatan,
wilayah aliran sungai, wilayah pertanian, dan sebagainya (Pabundu Tika, 2005:
35). Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data maka
29
penelitian ini telah ditetapkan daerah yang dijadikan sumber data adalah Desa
Sukamulya, karena memiliki jumlah ibu rumah tangga paling banyak yaitu 570
orang. Selain itu juga Desa Sukamulya merupakan pusat industri kain perca.
Dalam penelitian ini sampel bersifat homogen, yaitu seluruh ibu rumah tangga
bekerja sebagai penjahit pada industri kain perca. Namun jumlah ibu rumah
tangga bekerja penjahit kain perca lebih dari 100, maka jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah adalah 10% dari 570 orang, yaitu sebanyak 57
ibu rumah tangga penjahit kain perca. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Suharsimi Arikunto (2006:140), apabila subyek penelitian kurang dari 100, lebih
baik diambil semua, tetapi jika subyeknya besar atau lebih dari 100, maka dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Penentuan jumlah 57 ibu rumah tangga diambil dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Dikatakan sederhana, karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu (Sugiyono, 2011:64). Semua unsur dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Anggota sampel
dipilih secara acak dengan cara pengundian menggunakan penomoran anggota
sebagai nomor undian. Setelah itu diambil nomor undian secara acak satu per satu
sampai diperoleh sejumlah 57 sampel yang diperlukan.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
dalam penelitian (Sumadi Suryabrata, 2011:25). Berdasarkan pengertian tersebut,
maka variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Pendapatan kepala keluarga
b. Banyaknya jumlah tanggungan kepala keluarga
c. Pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca
d. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap
pendapatan total keluarga
e. Tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Pendapatan kepala keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendapatan yang diperoleh kepala keluarga yang bekerja pada sektor apapun
selama satu bulan yang dihitung dalam rupiah. Apabila pendapatan kepala
keluarga kurang dari Rp 1.023.210, maka pendapatannya di bawah rata-rata,
dan apabila pendapatannya sama dengan atau lebih tinggi dari Rp.1.023.210,
maka pendapatannya di atas rata-rata.
b. Jumlah tanggungan kepala keluarga dalam penelitian ini adalah semua
tanggungan keluarga, baik kepala keluarga, istri, anak, dan orang-orang yang
masih memiliki hubungan keluarga atau dianggap memiliki hubungan
keluarga, dan menjadi tanggungan kepala keluarga. Kriteria jumlah
31
1) Kecil, apabila jumlah tanggungan keluarga kurang dari atau sama dengan
5 orang.
2) Besar, apabila jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 orang.
c. Pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca besarnya dihitung dari
banyaknya jumlah jahitan kain perca yang diperoleh selama satu bulan sesuai
dengan tarif yang ditentukan oleh pengusaha dikali dengan jenis jahitan yang
diperoleh. Setelah jumlahnya diketahui maka dikurangi modal yang
dikeluarkan oleh ibu rumah tangga sehingga diperoleh pendapatan bersih ibu
rumah tangga penjahit kain perca. Apabila pendapatan ibu rumah tangga
penjahit kain perca lebih rendah dari rata-rata pendapatan ibu rumah tangga
penjahit kain perca (<Rp.711.572), maka pendapatannya di bawah rata-rata,
dan apabila pendapatannya sama dengan atau lebih tinggi dari rata-rata
(≥Rp.711.572), maka pendapatannya di atas rata-rata.
d. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga penjahit industri kain perca terhadap
pendapatan total keluarga dihitung dengan mencari persentase pendapatan ibu
rumah tangga pejahit kain perca dibagi dengan jumlah pendapatan total
keluarga kemudian dikalikan dengan seratus maka akan diperoleh persentase
kontribusi tersebut. Pendapatan total keluarga diperoleh dari jumlah
pendapatan ibu rumah tangga pejahit kain perca ditambah pedapatan kepala
keluarga.
e. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah besarnya pengeluaran keluarga untuk memenuhi
dan dihitung dalam rupiah sesuai dengan pendapat Totok Mardikanto dengan
ketentuan:
1) Terpenuhi, apabila biaya pengeluaran lebih besar dari atau sama dengan
biaya kebutuhan pokok minimum keluarga (≥Rp.232.583,00)/orang/bulan.
2) Tidak terpenuhi, apabila biaya pengeluaran lebih kecil dari biaya
kebutuhan pokok minimum keluarga (<Rp.232.583,00)/orang/bulan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Observasi adalah cara untuk mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada
obyek penelitian. Dalam hal ini observasi akan dilakukan secara langsung untuk
mengamati keadaan, kondisi perekonomian, dan kegiatan menjahit di rumah
setiap ibu rumah tangga penjahit kain perca di Desa Sukamulya.
2. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang
dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Teknik
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.
Yaitu wawancara yang dilakukan dengan lebih dulu membuat daftar pertanyaan
dengan maksud agar pengumpulan data dapat lebih terarah dan fokus pada tujuan
penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data primer langsung dari ibu rumah tangga penjahit kain
33
pendapatan kepala keluarga, banyaknya jumlah tanggungan kepala keluarga, dan
besarnya pengeluaran dalam pemenuhan kebutuhan pokok keluarga.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat sekunder yang
didapat dari pihak administratif di Kantor Kecamatan Banyumas berupa
monografi kecamatan, yaitu data penduduk, batas, luas, dan peta administrasi
Kecamatan Banyumas.
E. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul merupakan data primer dan data sekunder yang berupa
angka-angka dan informasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis persentase dengan menggunakan frekuensi distribusi relatif, yaitu
diinterpretasikan dengan membagi data dalam beberapa kelompok lalu diukur
dengan persentase (Suparmoko, 1999:87). Setelah itu dideskripsikan secara
sistematis dalam bentuk laporan hasil penelitian. Untuk mengetahui konstribusi
pendapatan ibu rumah tangga penjahit kain perca terhadap pendapatan total
keluarga dapat dihitung dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
Keterangan:
% = persentase yang diperoleh
n = jumlah sampel yang jawabannya sesuai dengan variabel tertentu
N = jumlah seluruh sampel
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai kontribusi pendapatan ibu rumah
tangga penjahit kain perca terhadap pendapatan total keluarga di Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 sebagai berikut:
1. Pendapatan rata-rata kepala keluarga yang istrinya bekerja sebagai penjahit
kain perca adalah sebesar Rp 1.023.210,00/bulan dengan pendapatan kepala
keluarga yang terbesar adalah Rp 3.500.000,00/ bulan dan pendapatan kepala
keluarga yang paling rendah yaitu Rp 400.000,00/bulan. Sebanyak 41 kepala
keluarga memiliki pendapatan yang masih di bawah rata-rata. Sedangkan 16
kepala keluarga memiliki pendapatan di atas rata-rata.
2. Jumlah rata-rata tanggungan keluarga adalah 4 orang, dengan jumlah
tanggungan terbesar adalah 6 orang, dan jumlah tanggungan terkecil adalah 2
orang.
3. Pendapatan rata-rata ibu rumah tangga penjahit kain perca sebesar
Rp711.572,00/bulan. Terdapat 36 ibu rumah tangga penjahit kain perca
berpendapatan di bawah rata-rata dan 21 ibu rumah tangga penjahit kain perca
64
4. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga terhadap pendapatan total keluarga
rata-rata sebesar 42,39%. Terdapat 30 ibu rumah tangga penjahit kain perca
berkontribusi lebih dari 42,39%. Sedangkan 27 ibu rumah tangga penjahit kain
perca berkontribusi kurang dari atau sama dengan 42,39%.
5. Kebutuhan pokok minimum keluarga 57 ibu rumah tangga penjahit kain perca
dapat terpenuhi, karena biaya pengeluaran lebih besar dari biaya kebutuhan
pokok minimum keluarga per orang per bulan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pengusaha industri kain perca hendaknya lebih memperhatikan kesejahteraan para
pekerjanya, dengan meninjau kembali besarnya upah yang diberikan dengan
kenaikan upah sesuai UMP, agar pekerja dapat memenuhi kebutuhan hidup
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.
Anonimus. 2010. Monografi Desa Sukamulya Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu.
________. 2010. Indikator Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik. Lampung.
________. 2010. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
________. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung. Badan Pusat Statistik. Lampung.
________. 2011. Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana. Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi. Jakarta.
________. 2013. BPS: Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan. http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=23, diakses pada 21 Maret 2013 pukul 10.51.
________. 2013. Monografi Kecamatan Banyumas 2013. Pemerintah Kabupaten Pringsewu Kecamatan Banyumas.
Aunur Rofiq. 2013. Kemiskinan dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi. http://www.lensaindonesia.com/2013/01/29/kemiskinan-dan-kualitas-pertumbuhan-ekonomi.html. diakses pada 10 Juni 2013.
Djoko Sudantoko dan Muliawan Hamdani. 2009. Dasar-Dasar Pengantar
Ekonomi Pembangunan. PP. Mardi Mulyo. Jakarta.
Edy Haryono. 2004. Geografi Industri (Bahan Ajar). FKIP Unila. Bandar Lampung.
Elia Dian. 2013. Macam-macam Kriteria Kemiskinan. http://eliadian.blogspot. com/2013/03/macam-macam-kriteria-kemiskinan.html. Diakses pada 29 Agustus 2013 pukul 07.00.
66
Hanna Papanek, Julfita Rahardjo, dkk. 1980. Wanita Kota Jakarta: Kehidupan
Keluarga, dan Keluarga Berencana. Gadjah Mada University Ress.
Yogyakarta.
Mantra Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.
Muhammad Ali. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.
Muhammad Tohar. 2000. Membuka Usaha Kecil. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ni Wayan Putu Artini dan M.Th.Handayani. 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan Olahan Terhadap Pendapatan
Keluarga. Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Jakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Alumni. Bandung.
Pudjiwati Sajogyo. 1985. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. CV Rajawali. Jakarta.
Ria Ratna Ariawati. 2004. Usaha Kecil dan Kesempatan Kerja. UNIKOM. Jakarta.
Sicilia Sawitri, Rina Rachmawati, dan Rodia Syamwil. 2010. Pengembangan Kreativitas Pengrajin pada Industri Kreatif Kain Perca di Kabupaten
Semarang. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan. Semarang.
Sonny Sumarsono. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenaga kerjaan. Graha Ilmu. Jogyakarta.
Sri Guritna dan Binsar Manullang. 1998. Budaya Masyarakat Di Lingkungan Kawasan Industri: Kasus Industri Rotan Di Desa Tegalwangi Kabupaten
Cirebon Propinsi Jawa Barat. CV. Bupara Nugraha. Jakarta.
Subarjo. 2006. Meteorologi dan Klimatologi (Bahan Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Sujarwa. 2001. Polemik Gender: Antara Realitas dan Refleksi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sumadi Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta.
Suparmoko. 1999. Metode Penelitian Praktis. BPFE. Yogyakarta.
Tadjuddin Noer Effendi. 1993. Sumberdaya Manusia, Peluang Kerja dan
Kemiskinan. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.
Taryati dan Dwi R. Nurhajarini. 1998. Budaya Masyarakat Di Lingkungan Kawasan Industri: Kasus Desa Donoharjo Kecamatan Ngaglik
Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. CV. Bupara
Nugraha. Jakarta.