• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN BEBAN AC (Alternating Current) DAN BEBAN DC (Direct Current)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN BEBAN AC (Alternating Current) DAN BEBAN DC (Direct Current)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD ZAINI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN BEBAN AC (Alternating Current) DAN

BEBAN DC (Direct Current)

Oleh

MUHAMMAD ZAINI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KINERJA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN BEBAN AC (Alternating Current) DAN

BEBAN DC (Direct Current)

Oleh

Muhammad Zaini

Peralatan elektronik di Indonesia umumnya digunakan dalam bentuk arus AC (alternating curent), sedangkan energi yang dikeluarkan oleh panel surya memiliki arus searah atau DC (direct current). Untuk itu, jika ingin menggunakan alat elektronik tersebut harus merubahnya ke dalam arus AC dengan menggunakan inverter. Penambahan inverter dapat meningkatkan daya yang dibutuhkan oleh beban AC dikarenakan daya yang digunakan sebagian untuk menghidupkan inverter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis beban (AC atau DC) terhadap kinerja panel surya. Pengujian panel surya teridiri dari 3 modul dengan besaran daya dan jenis beban yang berbeda, yaitu DC 5W, 15W, dan 65W serta AC 15W, 18W, dan 25W. Parameter yang diamati meliputi voltase dan arus yang dihasilkan dari panel surya, inverter, dan baterai. Besarnya energi radiasi matahari pada hari pengamatan diperoleh dari stasiun klimatologi Politeknik Negeri Lampung.

Hasil pengujian didapatkan bahwa energi yang dikeluarkan oleh baterai ke beban AC 15W, 18W, dan 25W berturut-turut adalah 4,10 MJ, 2,8 MJ dan 3,71 MJ; sedangkan energi yang dibutuhkan beban berturut-turut adalah 2,04 MJ (49,4%), 2,39 MJ (96,8%), dan 1,78 MJ (48,1%). Energi yang yang dikeluarkan oleh baterai dan digunakan untuk mengoperasikan inverter berturut-turut adalah 50,6%, 3,2% dan 51,9%. Energi yang digunakan beban DC 5W, 15W, dan 65W adalah 0,64 MJ (8,07%), 3,08 MJ (55,9%), dan 2,12 MJ (49,5%). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan beban DC lebih efisien dibandingkan beban AC.

(4)

ABSTRACT

THE COMPARISON PERFORMANCE SYSTEM OF SOLAR ENERGY WITH AC (Alternating Current) LOAD AND DC (Direct Current) LOAD.

By

Muhammad Zaini

Electronic equipment in Indonesia are generally used in the form of AC (alternating curent), while the energy released by the solar panels have a Direct Current or DC. Therefore, if you want to use the electronic devices must change into alternating current by using an inverter. Addition of inverter can increase the power needed by the AC load, because of the power used in part to turn the inverter. The objective of this research was to compare the performance of solar panel under AC and DC load utilization. Experiments was conducted by testing a solar panel consisted three moduls under different load types and sizes, namely DC 5W, 15W, and 65W as well as AC 15W, 18W, and 25W. Analysis was performed on the important parameters, including solar insolation, voltage, and electric current. Data for solar insolation at the observation days were collected from Climatology Station of Politeknik Negeri Lampung.

The results showed that the energy expended by the battery to the AC load 15W, 18W, and 25W respectively MJ 4.10, 2.8 and 3.71 MJ; energy required by loads was 2,04 MJ (49,4%), 2,39 MJ (96,8%), and 1,78 MJ (48,1%). The energy released from battery and used to operate the inverter was 50,6%, 3,2% dan 51,9%, respectively. Energy used DC load 5W, 15W, and 65W is 0.64 MJ (8.07%), 3.08 MJ (55.9%), and 2.12 MJ (49.5%). It was concluded that solar panel system was more efficient using DC loads as compared to AC loads.

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 07

Agustus 1991, sebagai anak ke-5 dari 5 bersaudara

keluaraga Bapak Ahmad Zailani (Alm) dan Ibu Johariyah.

Penulis menyelesaikan pendidikannya mulai dari Sekolah

Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nahdathul Ulama ( MI NU)

Tanjung Karang pada tahun 1998 – 2004, Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 (MTs N

1) Bandar Lampung pada tahun 2004 – 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri 1

(SMA N 1) Bandar Lampung pada tahun 2007 – 2010 dan terdaftar sebagai

mahasiswa S1 Teknik Pertanian di Universitas Lampung pada tahun 2011.

Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Perusahaan Umum

(Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Lampung dan

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2015 di Kampung Way

Tuba Kecamatan Gunung Labuhan Kabupaten Way Kanan. Penulis pernah

tergabung sebagai Wakil Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian

(PERMATEP) Unila pada periode 2013-2014 dan Ketua Umum Unit Kegiatan

Mahasiswa Universitas (UKM-U) Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa

Respect and Advocation Youth Association (UKM-U PIK M RAYA). Penulis berhasil mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP.) S1 Teknik Pertanian

(9)

Penulis pernah menjadi Duta Mahasiswa Generasi Berencana pada tahun 2014

mewakili provinsi lampung di tingkat Nasional dan berhasil meraih gelar Duta

Persahabatan dan masuk ke dalam 10 besar Duta Mahasiswa GenRe tingkat

Nasional 2014 di Jakarta.

(10)
(11)

i SANWACANA

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Alloh SWT,

yang tidak pernah berhenti memberikan kesehatan, kesabaran dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perbandingan

Kinerja Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Beban AC (alternating current) dan Beban DC (direct current)” Merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Prtanian (S.TP) di Jurusan Teknik

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1.Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. selaku ketu Jurusan Teknik Pertanian serta

menjadi pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan

dan saran serta kesabaran sehingga terselesaikannya skripsi ini;

2.Dr. Ir Sugeng Triyono, M.Sc., selaku pembimbing ke dua sekaligus

pembimbing akademik yang telah memberikan berbagai masukan dan

bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini;

3.Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku pembahas yang telah memberikan saran

dan masukan sebagai perbaikan selama penyususna ini;

4.Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

(12)

ii 5.Ibu dan kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materil serta kasih saying dan doa yang menjadi sumber

penyemangat dalam penyusunan skripsi ini;

6.Seluruh Dosen serta Staff Jurusan Teknik Pertanian;

7.Keluarga besar TEP ’11, 12, 13, dan 14 yang sangat penuh perjuangan dan

luar biasa memberikan dukungan dan doa;

8.Bapak Abidin pengurus Laboraturium Klimatologi Politeknik Negeri

Lampung yang telah mengizinkan dan mendukung penelitian ini;

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis harapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun kearah perbaikan. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, 27 Oktober 2015

Penulis,

(13)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

1.PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Pembatasan Masalah... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Perkembangan Sel Surya ... 4

2.2. Energi dan Daya ... 5

2.3. Sel Surya ... 7

2.4. Jenis-Jenis Panel Surya ... 10

2.5. Cara Kerja Panel Surya ... 11

2.6. Karakteristik Sel Fotovoltaik ... 11

2.7. Radiasi Harian Matahari pada Permukaan Bumi ... 14

(14)

iv

(15)

v 4.4.2. Uji Kinerja Beban DC Menggunakan

Pompa DC 65 W ... 40

4.5. Efisiensi Energi ... 42

V.SIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Simpulan ... 46

5.2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(16)

vi

3. Efesiensi Baterai Terhadap Keluaran Energi ... 32

4. Efisiensi Konversi Energi Radiasi Matahari Oleh Solar Panel ... 42

5. Efisiensi Beban (DC) dan Inverter (AC) Terhadap Energi Tersedia ... 43

6. Efisiensi Beban (AC) Terhadap Baterai ... 43

7. Efisiensi Inverter dan Beban (AC) Pada Pompa 15W ... 44

8. Efisiensi Beban Berdasarkan Energi Pada Pompa Air 15 W ... 44

(17)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Teks

1. Proses Pengubahan Energi Matahari Menjadi Energi Listrik Pada Sel Surya ... 7

2. Struktur Pita Sebuah Semikonduktor ... 8

3. Tingkat Energi yang Dihasilkan Oleh Sambungan p-n semikonduktor... 8

4. Cara Kerja Sederhana Panel Surya ... 11

5. Karakteristik Arus Tegangan (I-V) Terhadap Daya (P) ... 12

6. Pengaruh Penyinaran Terhadap Arus Sel Surya ... 13

7. Pengaruh Penyinaran (Cuaca) Terhadap Arus ... 13

8. Radiasi Langsung dan Radiasi yang Mengenai Permukaan Bumi... 14

9. Grafik Besar Radiasi Harian Matahari yang Mengenai Permukaan

14. Karakteristik Tegangan (V) Lamanya Pengisian ... 29

15. Karakteristik Tegangan (v) Baterai Selama Beroperasi Pada Beban AC ... 30

16. Karakteristik Tegangan (V) Baterai Selama Beroperasi Pada Beban DC ... 31

(18)

viii

34. Plannimeter (Alat Ukur Nilai Radiasi dari AKtinograft) ... 75

35. Aktinograft (Alat Pengukur Radiasi Matahari) ... 76

36. Pompa DC 5,4 A 12 V ... 76

42. Controller terisi 70% dari kapasitas baterai (Warna Orange) ... 79

(19)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi listrik merupakan energi yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Kebutuhan energi dunia saat ini sangat meningkat tajam, terutama dengan

munculnya negara-negara industri besar. Peningkatan ini sangat terasa di

awal-awal abad ke-21. Kebutuhan akan energi di Indonesia semakin lama semakin

meningkat searah dengan laju pertumbuhan pembangunan. Hampir di setiap

bidang pembangunan memerlukan energi listrik untuk menjalankan semua

kegiatannya, untuk penerangan maupun menggerakkan mesin-mesin. Sebab itu

energi listrik pun akan terus bertambah. Energi listrik saat ini penyediaanya

masih bergantung pada sumber energi tak-terbarukan yang berasal dari sumber

daya alam seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam yang notabene cepat atau

lambat sumber energi tersebut akan segera habis (Wilson, 1996).

Sumber energi matahari dengan teknologi sel surya (solar cells) merupakan salah satu energi alternatif yang tepat untuk mengatasi permasalahan akan kekurangan

bahan bakar fosil. Sel Surya merupakan teknologi fotovoltaik yang mengkonversi

langsung cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan

semikonduktor (Fishbane et.al, 1996). Beberapa kelebihan dari energi terbarukan

(20)

ramah lingkungan, minim limbah, dan dapat diperoleh dengan gratis.

Perkembangan teknologi energi surya yang terjangkau, tidak habis, dan bersih

akan memberikan keuntungan jangka panjang yang besar. Perkembangan ini

akan meningkatkan keamanan energi negara-negara melalui pemanfaatan sumber

energi yang sudah ada, tidak habis, dan tidak tergantung pada impor,

meningkatkan kesinambungan, mengurangi polusi, mengurangi biaya

mitigasi perubahan iklim, dan menjaga harga bahan bakar fosiltetap rendah dari

sebelumnya serta menambah lapangan pekerjaan untuk instalasi, produksi dan

pelayanan (German Energy Society, 2010).

Namun demikian, kelemahan dari sel surya adalah bahwa listrik yang dihasilkan

adalah listrik arus searah atau DC (direct current). Sementara peralatan elektronik di Indonesia mayoritas arus AC (alternating curent). Untuk itu jika listrik DC yang dihasilkan sel surya akan akan digunakan untuk menjalankan

peralatan elektronik tersebut, maka listrik arus DC tersebut harus diubah menjadi

arus AC dengan menggunakan alat yang disebut inverter. Hanya saja, sebagian listrik akan digunakan untuk menghidupkan inverter tersebut, sehingga daya

menjadi berkurang sedikit. Penelitian ini membandingkan kinerja panel surya

ketika menggunakan beban AC dengan kinerja panel surya ketika menggunakan

beban DC.

1.2. Rumusan Masalah

Arus yang dikeluarkan olah panel surya berupa arus DC, sedangkan alat

(21)

agar listrik DC tersebut dapat digunakan untuk mengoperasikan peralatan

elektronnik tersebut maka dibutuhkan alat tambahan yang disebut inverter, untuk merubah arus DC menjadi arus AC. Penambahan inverter berdampak pada

peningkatan kebutuhan arus listrik. Perbedaan kebutuhan arus listrik beban DC

dengan beban AC ini memerlukan kajian tersendiri sehingga bisa diketahui

besarnya perbedaan tersebut.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya akan membahas perbandingan kinerja panel surya dengan

menggunakan beban AC dan dengan beban DC yang akan di uji pada lampu

dan pompa air. Panel surya yang digunakan seri RX7511 SW 50 POLY/D

sebanyak 3 modul.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perbandingan efesiensi energi kinerja

panel surya dengan menggunakan beban AC dan DC pada sistem panel surya

dengan 3 modul.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yaitu diharapkan dapat mengoptimalkan energi yang

dihasilkan oleh panel surya sehingga dapat menentukan kebutuhan beban ideal

dari sistem pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 50 Wp sebanyak tiga

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Sel Surya

Efek photovoltaic pertama kali ditemukan oleh ahli Fisika berkebangsaan

Perancis Alexandre Edmond Becquerel pada tahun 1839. Tahun 1876, William

Grylls Adams bersama muridnya, Richard Evans Day menemukan bahwa material

padat selenium dapat menghasilkan listrik ketika terkena paparan sinar. Sel surya

pertama kali dikeluarkan sebagai tenaga listrik bagi pesawat ruang angkasa dan

sistem komunikasi satelit diakhir 1950-an, dikarenakan perangkat ini tidak

membutuhkan pemeliharaan atau perawatan selama jangka waktu (5 sampai 10

tahun). Sel surya silikon yang digunakan untuk memasok daya listrik disatelit

Vanguard dan Terrestrial yang dimasukkan ke dalam orbit pada tahun 1958.

Selama dua dekade sel surya menjadi primadona sebagai pemasok tenaga listrik

untuk pesawat ruang ankasa. Pada tahun 1973 beberapa ilmuan terkemuka

mengatakan bahwa sel surya merupakan calon energi yang layak untuk pasokan

energi nonfosil di masa depan. Saat ini pembangkit listrik tenaga surya aktif dan

berkembang di Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara di benua Eropa. Pada

Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan yang cepat dari kapasitas instalasisurya,

terlepas dari wilayah geografis dan kondisi iklim. Selanjutnya, data menunjukkan

bahwa tiga negara, Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang menyumbang 90 persen

(23)

Tabel 1. Kapasitas Instalasi Solar PV di Dunia Pada Tahun 2005

Dimulai pada pertengahan 1990-an, Jepang dan Jerman mulai berinvestasi dalam

program energi terbarukan. Akibatnya, di Jerman saat ini industri energi

terbarukan telah menjadi sumber terbesar kedua di negara tersebut dan

mempekerjakan lebih dari 200.000 insinyur dan ilmuwan yang terlibat dalam

kegiatan penelitian dan pengembangan dengan fokus utama pada program energi

surya (Jha, 2010).

2.2. Energi dan Daya

Energi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan usaha. Kemampuan

tersebut diukur dengan variabel waktu dan besarnya usaha yang dilakukan.

Sistem Satuan Internasional (SI) pada energi adalah joule (J). Konversi satuan

energi dapat dilakukan melalui ketetapan bahwa 1 kalori = 4.2 Joule dan 1 joule =

1 watt sekon. Energi listrik diperoleh karena adanya perbedaan muatan antara dua

buah titik penghantar. Energi listrik mampu diperoleh dari perubahan berbagai

sumber energi, salah satunya adalah cahaya yang diperoleh berdasarkan reaksi

pada permukaan fotovoltaik sehingga menyebabkan perbedaan muatan dan

(24)

Daya listrik diartikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik.

Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang

mengalir per satuan waktu (joule/detik). Arus listrik yang mengalir dalam

rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja. Peranti mengkonversi

kerja ini ke dalam berbagai bentuk energi yang berguna, seperti panas (pada

pemanas listrik), cahaya (pada bola lampu), energi kinetik (motor listrik), dan

suara (loudspeaker). Listrik dapat diperoleh dari pembangkit listrik atau

penyimpan energi (baterai). Daya listrik, seperti daya mekanik, dilambangkan

oleh huruf P dalam persamaan listrik. Pada rangkaian arus DC, daya listrik sesaat dihitung menggunakan Hukum Joule yang menunjukkan bahwa energi listrik

dapat berubah menjadi energi mekanik, dan sebaliknya.

( 1 )

adalah daya (watt atau W)

adalah arus (ampere atau A)

adalah perbedaan potensial (volt atau V)

Daya listrik mengalir di manapun medan listrik dan magnet berada di tempat yang

(25)

2.3. Sel Surya

Secara sederhana sel surya terdiri dari persambungan bahan semikonduktor

bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika terkena sinar matahari maka akan terjadi aliran elektron, aliran elektron inilah yang disebut sebagai

aliran arus listrik. Proses pengubahan energi matahari menjadi energi listrik

ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Proses Pengubahan Energi Matahari Menjadi Energi Listrik Pada Sel Surya

Bagian utama pengubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah penyerap

(absorber), meskipun demikian masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari sel surya. Semikonduktor adalah bahan yang memiliki

struktur seperti isolator akan tetapi memiliki celah energi kecil (1 eV atau kurang)

sehingga memungkinkan elektron bisa melompat dari pita konduksi ke pita

valensi. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan pita-pita energi seperti Gambar 2.

(26)

Gambar 2. Struktur Pita Sebuah Semikonduktor

Elektron dari pita konduksi dapat meloncat ke pita valensi ketika sambungan

tersebut dikenai photon dengan energi tertentu. Tingkat energi yang dihasilkan

diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Tingkat Energi yang Dihasilkan Oleh Sambungan p-n semikonduktor

Ketika sinar matahari yang terdiri dari foton-foton jatuh pada permukaaan bahan

sel surya (absorber), akan diserap, dipantulkan, atau dilewatkan begitu saja seperti terlihat pada Gambar 1, dan hanya foton dengan tingkat energi tertentu yang akan

membebaskan elektron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik.

Tingkat energi ini disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari ikatan kovalennya

(27)

pita konduksi. Elektron menjadi pembawa n dan meninggalkan hole. Pembawa p akan bergerak menuju persambungan demikian juga pembawa nakan bergerak ke

persambungan. Perpindahan tersebut menghasilkan beda potensial. Arus dan

daya yang dihasilkan fotovoltaik ini dapat dialirkan ke rangakaian luar. Untuk

membebaskan elektron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc) harus sedikit lebih besar atau diatas dari pada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka ekstra energi tersebut akan diubah dalam bentuk panas pada sel surya. Oleh karena itu, sangatlah penting pada sel surya untuk

mengatur bahan yang digunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari

semikonduktor yang dipergunakan. Agar efisiensi sel surya bisa tinggi maka foton

yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap sebanyak-banyaknya,

kemudian memperkecil refleksi dan rekombinasi serta memperbesar konduktivitas

dari bahannya. Agar foton bisa diserap sebanyak-banyaknya, maka penyerap

harus memiliki energi band-gap dengan jangkauan yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi

sangat bermacam-macam tersebut (Rusminto, 2003).

Untuk mendapatkan keluaran yang besar maka perlu penggabungan dari beberapa

sel surya menjadi panel surya. Pada panel, sel surya dihubungkan secara seri atau

parallel untuk menghasilkan tegangan, arus, atau daya yang tinggi. Permukaan

panel ditutup dengan kaca atau materi transparan lain untuk proteksi terhadap

lingkungan. Panel surya merupakan komponen utama dalam membuat suatu

(28)

2.4. Jenis-Jenis Panel Surya

a. Polikristal (Poly-crystalline)

Merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena dipabrikasi

dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar

dibandingkan dengan jenis monokristal untuk menghasilkan daya listrik yang

sama. Panel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe

monokristal, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih murah.

b. Monokristal (Mono-crystalline)

Merupakan panel yang paling efisien, menghasilkan daya listrik persatuan luas

yang paling tinggi. Monokristal memiliki efisiensi sampai dengan 15%.

Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak dapat bekerja optimal ditempat

dengan cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam

cuaca berawan.

c. Amorphous

Silikon Amorf (a-Si) telah digunakan sebagai bahan sel photovoltaic untuk

beberapa waktu. Silikon Amorf mempunyai kinerja yang lebih rendah

dibandingkan sel surya tradisional c-Si. Pembuatan solar sel bertipe a-Si dalam

produksi skala besar tidak efisien dikarenakan biaya produksi yang terlalu mahal.

Panel tipe a-Si menggunakan sekitar 1% dari silikon yang dibutuhkan untuk sel c-

Si, dan biaya silikon adalah faktor terbesar dalam besarnya biaya pembuatan sel

(29)

2.5. Cara Kerja Panel Surya

Secara umum cara kerja listrik tenaga surya adalah cahaya matahari yang datang

ditangkap oleh panel surya kemudian arus listrik DC yang dihasilkan oleh panel

surya melalui controller yang kemudian disimpan di aki atau baterai. Untuk menghasilkan tegangan bolak-balik, dibutuhkan inverter. Kelebihan listrik dapat dialirkan ke jaringan listrik utama (grid PLN). Cara kerja sederhana panel surya

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Cara Kerja Sederhana Panel Surya

2.6. Karakteristik Sel Fotovoltaik

Sifat elektrik dari sel fotovoltaik dalam menghasilkan energi listrik dapat diamati

dari karakteristik listrik sel tersebut, yaitu berdasarkan arus dan tegangan yang

dihasilkan sel fotovoltaik pada kondisi cahaya dan beban yang berbeda-beda.

Kurva I-V menggambarkan sifat dari sel surya secara lengkap yang dapat dilihat

pada Gambar 5.

(30)

Gambar 5. Karakteristik Arus Tegangan (I-V) Terhadap Daya (P)

Pada Gambar 5 menunjukan bahwa ketika sel dihubungkan dengan beban (R).

Beban kemudian memberi hambatan sebagai garis linear dengan garis I/V = I/R.

Hal tersebut menunjukan daya yang didapat bergantung pada nilai resistensi. Jika

resistensi kecil maka sel beroperasi pada daerah kurva MN, dimana sel beroperasi

sebagai sumber arus yang konstan atau short circuit. Pada keadaan lain, jika resistensi besar, sel akan beroperasi pada kurva PS, dimana sel beroperasi sebagai

tegangan yang konstan atau open-circuit. Jika dihubungkan dengan hambatan optimal atau Ropt berarti sel surya menghasilkan daya dengan tegangan maksimal dan arus maksimal. Daya maksimum (Pmax) pada Gambar 5 dapat dilihat pada

titik merah (Pmax) saat Vmax dan Imax (Hansen dkk, 2000).

Semakin besar intensitas cahaya matahari secara proposional akan menghasilkan

arus yang besar. Effisiensi paling tinggi adalah saat sel surya beroperasi dekat

pada titik maksimum tegangan baterai harus mendekati tegangan Vmax. Apabila

tegangan baterai menurun di bawah Vmax, atau meningkat di atas Vmax, maka

effisiensi berkurang. Jika tingkatan cahaya matahari menurun, bentuk dari kurva

(31)

menurunnya arus dan daya, sedangkan tegangan tidak berubah oleh intensitas

cahaya matahari (Anonimb, 2014). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh Penyinaran Terhadap Arus Sel Surya

Daya yang dihasilkan oleh sel surya berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan data

yang diperoleh dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Syafaruddin (2010)

yang menyatakan bahwa secara umum pada kondisi cuaca cerah sepanjang hari,

arus yang dihasilkan sel surya dalam posisi diam (horizontal) akan mencapai

puncak saat tengah hari sekitar pukul 13.00 WIB. Hal ini disebabkan intensitas

cahaya matahari saat tengah hari lebih besar dari pada saat pagi atau sore hari.

Penurunan arus pada sistem solar dapat terjadi karena intensitas matahari yang

diterima sel surya mulai melemah. Dengan menurunnya arus sel surya, akan

menyebabkan daya dari sel surya akan ikut berkurang hal tersebut dapat dilihat

pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh Penyinaran (Cuaca) Terhadap Arus 100 W/m2

(32)

2.7. Radiasi Harian Matahari pada Permukaan Bumi

Radiasi matahari yang tersedia di luar atmosfer bumi atau sering disebut konstanta

radiasi matahari sebesar 1353 W/m2 . Intesitasnya berkurang oleh penyerapan dan

pemantulan oleh atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi, sehingga

radiasi yang sampai ke bumi sebesar 1000 W/m2. Ozon di atmosfer menyerap

radiasi dengan panjang-gelombang pendek (ultraviolet) sedangkan karbon

dioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang

lebih panjang (inframerah). Selain pengurangan radiasi bumi yang langsung,

masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu, dan uap air

dalam atmosfer sebelum mencapai bumi yang disebut sebagai radiasi baur

(diffuse) seperti terlihat pada Gambar 8 (Jansen,1995).

Gambar 8. Radiasi Langsung dan Radiasi yang Mengenai Permukaan Bumi

Dengan adanya faktor-faktor di atas menyebabkan radiasi yang diterima

permukaan bumi memiliki intensitas yang berbeda-beda setiap saat. Besarnya

radiasi harian yang diterima permukaan bumi pada cuaca cerah ditunjukan grafik

pada Gambar 9. Pada waktu pagi dan sore radiasi sampai permukaan bumi

(33)

permukaan bumi (membentuk sudut tertentu) sehingga sinar matahari mengalami

difusi aleh atmosfer bumi.

Gambar 9. Grafik Besar Radiasi Harian Matahari yang Mengenai Permukaan Bumi Pada Atmosfer Cerah (Jansen, 1995)

2.8. Arus Bolak-Balik (AC) dan Arus Searah (DC)

Magnet yang digerakkan terus-menerus dalam suatu kumparan akan

menyebabkan terjadinya arus listrik induksi yang arahnya berubah-ubah. Arus

yang berubah-ubah tersebut disebut dengan arus AC (alternating curent) atau arus bolak balik. Sumber listrik AC banyak dipakai untuk keperluan sehari-hari.

Prinsip kerja dari arus AC banyak digunakan dalam generator.

Berbeda dengan arus AC, arus DC (direct current) merupakan arus listrik searah. Arus DC disebut arus searah karena arus yang mengalir hanya searah, bisa negatif

(-), bisa juga positif (+) maka dari itu arus DC ditandai dengan arus negatif dan

positif. Prinsip DC ini lebih banyak dihasilkan oleh sel listrik/baterai (Anggraeni,

(34)

2.9. Pengaruh Jenis Beban (AC/DC) Terhadap Efisiensi Kinerja

Tegangan DC memiliki polaritas yang tetap yakni positif (+), nol (0), dan negatif

(-). Tegangan DC tidak memiliki phase dan arus yang mengalir pun selalu dari polaritas yang lebih tinggi ke polaritas yang lebih rendah yakni dari positif ke

negatif, dari positif ke nol, atau dari nol ke negatif karena polaritas nol lebih tinggi

dari polaritas negatif. Berbeda dengan tegangan DC, tegangan AC memiliki dua

polaritas yang berubah-ubah dari polaritas yang lebih tinggi ke polaritas yang

lebih rendah dalam satuan waktu. Dengan demikian tegangan AC memiliki pashe dan frekuensi misalnya 50-60 Hz, polaritas tersebut diukur dari titik netral. Jenis

arus berupa AC dan DC mempengaruhi efesiensi kinerja dan juga daya yang

dihasilkan. Arus bolak-balik yang dihasilkan AC dapat diperbesar atau diperkecil

dengan menggunakan trafo, hal ini memungkinkan untuk energi listrik tegangan

tinggi serta pendistribusian daya listrik sesuai tegangan yang dikehendaki. Arus

searah yang dihasilkan DC dapat disalurkan langsung ke dalam suatu beban

(Syamsudin, 2012).

Sumber arus listrik DC mudah untuk dibawa kemana-mana sehingga listrik DC

lebih banyak digunakan untuk peralatan elektronika, sedangkan arus AC berasal

dari PLN sehingga tidak mudah dipindah-pindah. Dalam Pembangkit Listrik

Tenaga Surya inverter ataukonverter yang digunakan oleh DC dapat mempengaruhi keluaran daya AC. Kualitas arus keluaran dari suatu sistem

merupakan hal yang penting dijaga, dimana salah satunya dengan cara menjaga

(35)

menjadi gelombang bulak-balik pada AC, sehingga mempengaruhi arus keluaran

dari sistem. Gangguan ini mengakibatkan gelombang arus keluaran terdistorsi

(36)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

DAMP) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada

bulan April sampai Juni 2015.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer, panel surya

(Solar World seri RX7511 SW 50 Poly/D) dengan dimensi 64 x 64 cm sebanyak 3

modul, stopwatch, multimeter, aktinograft, plannimeter, controller, inverter, dan aki (baterai). Sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : beban

AC yaitu lampu 18W dan pompa air 15 W, Sedangkan beban DC adalah lampu

(LED 5 W), dan pompa air 15W.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian meliputi: pengukuran radiasi matahari, pengujian lama waktu

pengisian baterai, pengujian kinerja panel dengan menggunakan beban AC dan

(37)

Pada penelitian ini akan diambil data radiasi matahari harian yang akan

dibandingkan dengan daya yang diserap oleh panel surya serta pengaruhnya

terhadap lama waktu pengisian baterai dengan menggunakan panel surya.

Kemudian menguji panel surya dengan menggunakan beban AC dan DC.

Keluaran tersebut akan dihitung dalam bentuk energi selama pengukuran yang

kemudian dibandingkan keduanya.

3.4. Prosedur Penelitian

Gambaran umum langkah-langkah kerja dalam penelitian ini dapat dilihat dalam

diagram pada Gambar 10.

(38)

3.4.1. Persiapan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Laboraturium Daya dan Alat

Mesin Pertanian (Lab.DAMP) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung diantaranya multimeter, controller, inverter, baterai (12 V/max 80Ah), dan modul surya. Spesifikasi modul sel surya yang akan

digunakan adalah modul seri RX7511 SW 50 POLY/D sebagai berikut :

Tabel 2. Spesifikasi Sel Surya Seri RX7511 SW 50 Poly/D

Sel permodul 36

Jenis sel Polykristal

Dimensi sel 2.44x6.14in (62 mm x 156 mm)

Tampilan depan kaca (EN 12150)

Jumlah by pass 2 dioda

Tegangan sistem yang maksimal V SCII

1000

Maksimum arus balik 12 A

Penampang kawat maksimum 4 mm²

Maksimum diameter luar kabel 0,31 di (7,8 mm)

(39)

Gambar 11. Dimensi Modul Sel Surya

3.4.2. Pemasangan atau Instalasi Listrik Tenaga Surya dan Komponennya

Pada penelitian ini pertama dilakukan adalah pemasangan atau instalasi sistem

pembangkit listrik tenaga surya dan komponennya. Panel surya ditempatkan di

ruang terbuka yang memungkinkan tersinari oleh cahaya matahari untuk

memaksimalkan energi yang diterima. Pada penelitian ini panel diletakan di atas

dak (atap) gedung Teknik Pertanian Universitas Lampung dengan ketinggian 4 m

dengan sudut 180o (Horizontal) dengan posisi panel menghadap ke atas seperti

terlihat pada Gambar 12. Komponen komponen yang digunakan dalam

menginstalasi listrik tenaga surya diantaranya :

a. Panel surya atau solar panel

Solar panel atau panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik.

Sel silikon (disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat

(40)

surya seri RX7511 SW 50 POLY/D sebanyak tiga modul. Dengan maksimum

daya 50 Wp per modul.

b. Solar charge controller

Solar charge controller berfungsi mengatur keluar masuknya arus dari panel surya ke baterai dan beban. Alat elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi

yang pada dasarnya ditujukan untuk melindungi baterai dan memberhentikan arus

secara otomatis ketika baterai telah penuh.

c. Inverter

Inverter adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan arus searah (DC –

Direct Current) menjadi arus bolak balik (AC –Alternating Current). Inverter yang digunakan memiliki tegangan 12 volt DC menjadi 220 volt AC.

d. Baterai (Aki)

Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya

sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dalam hal ini

menggunakan beban AC dan DC berupa lampu dan pompa air.

(41)

Instalasi listrik tenaga surya dilakukan dengan menghubungkan ujung baterai

positif panel surya ke baterai positif charge controller, dan baterai negatif panel surya dihubungkan ke baterai negatif charge controller. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat AC, arus baterai disupply oleh inverter. Instalasai listrik tenaga surya dengan menggunakan perangkat DC dapat

dilakukan dengan menghubungkan langsung ke bagian charge controller tanpa harus melalui inverter.

3.4.3. Pengukuran Radiasi Matahari dan Lama Waktu Pengisian Baterai

Radiasi matahari diukur dengan menggunakan alat aktinograft yang ada di

Laboraturim Klimatologi Politeknik Negeri Lampung. Radiasi matahari harian

diukur mulai dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB pada saat

pengujian dilaksanakan. Aktinograf dipasang di tempat terbuka di atas pondasi

beton setinggi 120 cm. Alat ini dapat dikatakan bimetal (dwilogam) karena

prinsip kerjanya terdiri dari dua lempengan logam yang berbeda warna sebagai

sensor, yakni warna putih mengkilap dan hitam gelap. Perbedaan selisih nilai

pemuaian digunakan sebagai dasar pengukuran yang menimbulkan gerak pada

jarum penulis diatas pias yang berputar menurut waktu yang dipasang pada

silinder jam pada alat tersebut. Hasil dari rekaman jarum penulis berbentuk grafik

dan luas grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang ditangklap oleh

sensor selama satu hari. Besaran luas grafik selama satu hari yang diperoleh

diukur dengan menggunakan plannimeter dengan pengulangan sebanyak tiga kali

(42)

e Radiasi = J/cm2 ( 1 ) `

Keterangan :

B = Luas grafik (diukur dengan plannimeter)

A = Luas 1 kotak pada kertas pias (diukur dengan plannimeter)

36 J/cm2 = Konstanta energi pada kertas pias dengan skala 1 : 1 cm2

Sementara itu, untuk pengujian lama waktu pengisian baterai dilakukan di

Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab. DAMP) Jurusan Teknik

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Baterai (aki) yang digunakan

adalah aki kering dengan kapasitas maksimum 80 Ah. Pengukuran lama waktu

pengisian baterai dilakukan dengan cara mengukur voltase yang mengalir pada

baterai tanpa beban setiap satu jam sekali, dan diukur menggunakan multimeter

hingga baterai terisi penuh atau mencukupi kapasitas 12 V dengan mengacu pada

petunjuk yang diberikan oleh controller. Jika controller berwarna merah

tandanya baterai kosong atau butuh di isi, lampu pada controller berwarna oranye maka pengisian baterai mencapai 70%, sedangkan jika controller berwarna hijau maka baterai dalam keadaan penuh dan siap digunakan. Besaran arus yang keluar

juga diukur setiap satu jam sekali mengkuti pengukuran radiasi matahari. Titik

arus yang diukur yaitu pada bagian arus masuk atau input dari panel ke baterai

(43)

3.4.4. Uji Kinerja Baterai

Uji kinerja baterai dilakukan untuk mengetahui berapa lama baterai mampu

beroperasi dan efiseinsi keluaran arus pada baterai. Pengujian dilakukan pada saat

baterai dalam keadaan penuh yang diperoleh dari pengisian panel surya, kemudian

aliran dari panel di putus. Baterai dioperasikan ke beban hingga tidak mampu

beropasi lagi. Voltase dan arus yang keluar dari baterai ke beban dicatat untuk

dihitung effesiensi daya dan energi yang dikeluarkan.

3.4.5. Uji Kinerja Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Beban AC

Penelitian ini menguji keluaran arus dan voltase yang dihasilkan oleh panel surya

dengan menggunakan beban AC. Pengukuran pada beban AC dilakukan pada 3

titik yaitu keluaran arus dan voltase dari panel ke baterai pada titik 2, dari baterai

ke inverter pada titik 3, dan dari inverter ke beban pada titik 1 (Gambar 13). Voltase dan arus yang keluar diukur setiap satu jam sekali dengan menggunakan

multimeter. Pengambilan data dilakukan mulai pukul 06.00 WIB s.d 18.00 WIB.

Beban yang digunakan berupa lampu 18 W dan pompa air 25 W.

Gambar 13. Titik-titik Pengukuran

1 = Pengukuran keluaran Inverter ke beban 2 = Pengukuran keluaran panel

surya ke baterai

(44)

3.4.6. Uji Kinerja Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Beban DC

Penelitian ini menguji keluaran arus dan voltase yang dihasilkan oleh panel surya

dengan menggunakan beban DC. Pengukuran pada beban DC dilakukan pada dua

titik berbeda yaitu keluaran arus dan voltase dari panel ke baterai pada titik 2dan

dari baterai ke beban pada titik 3. Voltase dan arus yang keluar diukur setiap satu

jam sekali dengan menggunakan multimeter digital di mulai pukul 06.00 WIB s.d

18.00 WIB. Beban yang digunakan berupa lampu 5 W dan pompa air DC 5,4 A

atau 64,8 W.

3.4.7. Perbandingan Efesiensi

Perbandingan efesiensi dilakukan untuk menentukan beban manakah yang lebih

efisien dalam penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya. Perbandingan

ini ditentukan dengan perhitungan berikut :

a. Efisiensi Panel

(45)

b. Efisiensi Baterai

=

x 100%

(3)

= Efisiensi Baterai (%) Vp = Voltase pada panel (V) Ip = Arus pada panel (A)

T = Waktu

L Panel = (64 cm x 64 cm) x 3 = 12288 cm2 atau 1,23 m2

(46)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan beberapa kesimpulan yang dapat diambil

adalah :

1. Efisiensi konversi energi radiasi matahari oleh panel surya adalah 9,24 %.

2. Rata-rata radiasi matahari harian sebesar 887,27 W/m2 dapat melakukan

pengisian baterai (80Ah) hingga penuh selama 22 jam. Rata-rata radiasi

matahari harian 469,16 W/m2 dapat mengisi baterai (80Ah) hingga penuh

selama 35 jam.

3. Efisiensi penyerapan energi optimal pada beban pompa air 15 W terjadi pada

uji kinerja sistem pembangkit listrik tenaga surya menggunakan beban DC,

dengan efisiensi penyerapan energi sebesar 49,53% dan debit yang dihasilkan 7

L/mnt. Sementara pada beban AC adalah 46,23% dan debit 4 L/mnt.

4. Rata-rata konsumsi energi pada beban AC dalam mengoperasikan inverter

(47)

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan untuk dilakukan pengujian

lanjutan terhadap pengaruh penambahan panel surya pada beban diatas 25 W agar

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, N. 2012: Dunia Para Penemu: Faraday dan Kelistrikan. Elex Media Computindo, Jakarta. 49 hlm.

Anonim a. 2014: Panel Surya dan Perkembangannya. http://www.panelsurya.com. Disunting tanggal 3 Desember 2014 pukul 01.13 WIB

Anonimb. 2015: Tenaga Surya. http://id.solarsuryaindonesia.com/tenaga-surya disunting tanggal 13 Desember 2014 pukul 09.00 WIB

Dewi. A.Y. 2013: Pemanfaatan Energi Surya Sebagai Suplai Cadangan Pada Laboraturium Elektro Dasar Di Institut Teknologi Padang. Jurnal Teknik Elektro Volume 2 No. 3; hlm 20-28.

Fishbane, P.M., S. Gasirowicz., and S.T. Thornton. 1996: Extended version. Physics For Scientists and engineers, 2ndedition, Prentice-hall, New Jersey. 82 hlm.

Freedman, R.A. and W.D, Young. 1996: University Physics, ninth edition, Addison-Wesley, California. 213 hlm.

Hansen, A. D., P. E, Sørensen., L. H, Hansen., and H. W, Bindner. 2001: Models for a stand-alone PV system. Denmark. Forskningscenter Risoe. Risoe-R; No. 1219(EN). 78 hlm.

Isdawimah., U.B. Sudibyo, dan E.A. Setiawan. 2010: Analisis Kinerja

Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Pada Model Jaringan Listrik Mikro Arus Searah. Jurnal Politeknologi Vol. 9 No.2; hlm 120-127.

Jansen, T.J. 1995: Teknologi Rekayasa Sel Surya, PT Pradnya Paramita, Jakarta. 238 hlm.

Jha, A.R. 2010: Solar Cell Technologyu and Aplications, Taylor And Francis Group, London. 280 hlm.

(49)

Secara Pararel Dalam Larutan Elektrolit Na2SO4. Jurnal Kimia Unand, Volume 1 Nomor 1, hlm 9-105.

Riawan, D.C. 2010: Grid-Connected Buck-Boost Inverter for Variable Speed WECS Applications, Chapter 5th, Curtin University of Technology, Perth. Syafaruddin, Ch., 2010: Perbandingan Unjuk Kerja Antara Panel Sel Surya

Berpenjajak Dengan Panel Sel Surya Diam.Jurnal Universitas Mataram Vol. 9 No.1; hlm 6-11.

Syamsudin, M, 2012: Membuat Sendiri Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Seri praktis. http://id.sbukudigital.net/ Membuat-Sendiri-Pembangkit-Listrik-Tenaga-Surya disunting tanggal 13 Desember 2014 pukul 15.00 WIB. The German Energy Society., 2010: Planning & Installing Solar Thermal

Systems, 2ndedition, Earthscan Ltd, Wasington, DC. 343 hlm.

Wenas, W. W., 1996: Teknologi Sel Surya : Perkembangan Dewasa Ini dan yang Akan Datang, Edisi ke empat, http://www.Elektroindonesia.com. disunting tanggal 11 November 2014 pukul 23.04. WIB.

Widodo, R.T. 2003: Solar Cell Sumber Energi masa depan yang ramah

lingkungan, Berita Iptek. http://www.energi.lipi.go.id/ , disunting tanggal 14 Desember 2014 pukul 09.00 WIB.

Gambar

Tabel 1. Kapasitas Instalasi Solar PV di Dunia Pada Tahun 2005
Gambar 1. Proses Pengubahan Energi Matahari Menjadi Energi Listrik Pada Sel Surya
Gambar 2. Struktur Pita Sebuah Semikonduktor
Gambar 4. Cara Kerja Sederhana Panel Surya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan yang erat antara konsentrasi racun yang terkandung dalam ekstrak biji mahoni de-ngan mortalitas ini diduga berkaitan dengan beban racun yang terdapat dalam larva

Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa dari hasil pemerolehan data yang terdapat dalam penelitian ini, bahwa masalah dalam penelitian ini tentang bagaimana

Pengelolaan administrasi Pengadilan Negeri Wonosari dalam pengerjaannya telah disesuaikan dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI, Nomor: 143/KMA/SK/VIII/2007 tentang

 Payung hukum pertama tentang interaksi dan transaksi elektronik.  Pasal 27 (3): dianggap pasal karet, tidak ada ukuran jelas

Pada saluran III peternak lebih cenderung untuk menjual susu segar kepada pedagang pengumpul dan disetorkan ke pedagang besar sehingga dalam pemasaran lebih mudah

Pertumbuhan pendapatan usaha perseroan di 1H17 ditopang perolehan kontrak baru Rp32,47 triliun atau sekitar 40,6% dari proyeksi kontrak baru tahun ini sebesar Rp80

bahwa untuk mempersiapkan dan melaksanakan program tersebut dibentuklah Panitia Nasional Gerakan Cinta Danau Toba 2015 yang ditetapkan dalam keputusan Pengurus

Modal asing dari negara lainnya yakni Inggris dengan perusahaan Harrison and Crosfield yang didirikan pada tahun 1884.. Pada mulanya perusahaan ini berkonsentrasi pada