ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DARI MIKROBA LOKAL TERHADAP KUALITAS INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK,
DAN WARNA YOLK PADA UMUR TELUR 10 HARI Oleh
Arista Pribadi
Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) mengetahui pengaruh pemberian probiotik dari mikroba lokal terhadap kualitas indeks albumen, indeks yolk, dan warna yolk; 2) mengetahui tingkat pemberian optimal dalam ransum terhadap kualitas indeks albumen, indeks yolk, dan warna yolk. Pembuatan probiotik dari mikroba lokal dilakukan pada 8--19 Desember 2014 di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan pemberian probiotik dari mikroba lokal (0%, 1%, 2% dan 3%) dengan 5 kali ulangan dan jumlah ayam yang digunakan sebanyak 40 ekor. Data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik dari mikroba lokal (0%, 1%, 2%, dan 3%) tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap kualitas indeks albumen, indeks yolk, dan warna yolk.
ABSTRACT
Effect Of Probiotic From Local Microbial Against To Quality Of Local Albumen, Yolk Index, And Yolk Color Egg On Age 10 Days
By Arista Pribadi
The purpose of this research were to know 1) the effect of probiotic from local microbial against to quality of albumen index, yolk index and yolk color; 2) the optimal of probiotic level in feed against to albumen index, yolk index and yolk color. Manufacture of probiotic from local microbial was made on 8 to 19 December 2014 at the Laboratory of Microbiology Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Lampung. This research used completely randomized design (CRD) with four probiotic treatments of local microbial (0%, 1%, 2% and 3%) with 5 replications and use 40 layers. The data were analyzed with the assumptions of variance. Based on these result it can be concluded that probiotic on the local microbial (0%, 1%, 2%, and 3%) was not significant (P> 0.05) on the quality of albumen index, yolk index, and yolk color.
PENGARUH PROBIOTIK DARI MIKROBA LOKAL TERHADAP KUALITAS INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK, DAN
WARNA YOLK PADA UMUR TELUR 10 HARI
Oleh
Arista Pribadi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Arista Pribadi (1114141009), lahir di Bandar Lampung pada 09 Juni 1993,
Provinsi Lampung. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari
pasangan suami istri Ir. Zulkifli dan Sri Wuryaningsih, S. Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 06 Candimas pada 2005,
sekolah menengah pertama di SMP Negeri 16 Bandar Lampung pada 2008, dan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada 2011. Pada
tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur SNMPTN Tertulis.
Penulis pernah aktif di organisasi HIMAPET menjadi Ketua Bidang 3 bagian
Terucap syukur kepada Mu Ya Robb,
Ku persembahkan karya yang sederhana ini kepada:
Ibu dan Bapak ku yang telah banyak berkorban baik lahir
maupun batin, mereka adalah orang tua hebat yang telah
membesarkan ku dengan penuh kasih sayang, terima kasih atas
pengorbanan, nasehat, dan doa yang selalu kalian berikan
untukku selama ini
Adik
–
adikku ( Adi, Ade, dan Haniz ) yang telah
memberikan doa, dukungan, kasih sayang, kebahagiaan, dan
kebersamaan selama ini
Almamater yang ku cintai dan aku banggakan
Serta untuk orang-orang yang ku sayangi dan menyayangiku
yang banyak membantu dan senantiasa memberikan dukungan
dan motivasinya sebagai pengingat bahwa kehidupan ini penuh
SANWACANA
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Probiotik dari Mikroba Lokal terhadap Kualitas Indeks Albumen,
Indeks Yolk, dan Warna Yolk pada Umur Telur 10 Hari”. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S.--selaku Dosen Pembimbing Utama--yang
senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pemahaman;
2. Bapak Dr. Sumardi, M.Si.--selaku Dosen Pembibing Anggota--yang
senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pembelajaran;
3. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Dosen Penguji--yang senantiasa
memberikan waktu, dukungan, dan pemahaman;
4. Ibu Sri Suharyati, S.Pt, M.P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan dan selaku
Dosen Pembimbing Akademik--yang telah memberikan dukungan;
5. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt, M.P.--selaku Sekretaris Jurusan
Peternakan--yang telah memberikan motivasi dan dukungan;
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan
pembelajaran dan pemahaman yang berharga;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas
8. Bapak, Ibu, Adikku tercinta Adi, Ade, Haniz, dan Keluarga Besar atas kebaikan
dan kekeluargaan yang diberikan selama ini;
9. Bapak Sutanto dan Keluarga Besar--selaku pemilik CV. Varia Agung Jaya yang
telah memberikan kepercayaan serta dukungan dalam menjalankan penelitian di
CV. Varia Agung Jaya
10. Konita Luthfiana, Dani Priastoto, dan Jenny Marthika Sari selaku sahabat
seperjuangan dalam penelitian ini yang tiada henti memberikan
nasihat-nasihat dan motivasi yang luar biasa;
11. Sahabat terbaik, Angga, Rahmat, Depo, Dwi, Fakhri, Wanda, Riki, Mifta,
Solihin, Hermawan, Isti, Septia, Tri Atika, Devi, Ayu, Nia, Fitria, Citra,
Retno, Fauzan, Bang Tias, Bang Darwin, Bang Alden, Dimas R, Dimas
Cahyo, Restu, Teo, Frandy, Decka atas motivasi dan dukungan selama ini.
12. Atikah, Linda, Lisa, Ima, Okta, Aji, Amita, Sakroni, Lasmi, Ade, Fitri, Bowo,
Edwin, Laras, Sarina, Maria, Apri, Ali, Arie, Gusma, Putu, dan seluruh
teman-teman angkatan 2011.
13. Kakanda dan adinda di Jurusan Peternakan yang telah memberikan semangat
dan kasih sayang serta seluruh pihak yang ikut terlibat selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 2015
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada
keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai
(mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada
Tuhanmu.
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat
menanam benih harapan dan memetakan cita-cita
(Monkey D Luffy)
Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat
Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengukuran indeks albumen ………..……... 24
2. Pengukuran indeks yolk……… 24
3. Pengukuran warna yolk……… 25
4. Skema tata letak kandang penelitian……… 41
5. Bahan pembuatan ragi tape ………. 51
6. Persiapan ransum……… 51
7. Melihat skor warna yolk ……….. 52
8. Menghitung nilai indeks albumen ………... 52
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai rata-rata indeks albumen umur telur 10 hari ….……...……….. 26
2. Nilai rata-rata indeks yolk umur telur 10 hari ...…...………... 29
3. Nilai rata-rata warna yolk umur telur 10 hari ..……… 31
4. Kandungan nutrisi bahan pakan………... 41
5. Kandungan nutrisi ransum basal……….. 41
6. Perhitungan nilai rata-rata indeks albumen pada umur simpan 10 hari……….. 42
7. Analisis ragam nilai rata-rata indeks albumen pada umur simpan 10 hari……….. 43
8. Perhitungan nilai rata-rata indeks yolk pada umur simpan 10 hari.... 44
9. Analisis ragam nilai rata-rata indeks yolk pada umur simpan 10 hari……….. 45
10. Perhitungan nilai rata-rata skor warna yolk pada umur simpan 10 hari……… 46
11. Analisis ragam nilai rata-rata skor warna yolk pada umur simpan 10 hari……… 47
12. Perhitungan nilai rata-rata nilai HU pada umur simpan 10 hari…... 48
13. Analisis ragam nilai rata-rata nilai HU pada umur simpan 10 hari. 48
14. Data rata-rata bobot awal ayam petelur……….. 49
iv 16. Data rata-rata konsumsi ransum (g/e/hari)……….. 49
17. Data rata –rata suhu dan kelembaban kandang saat penelitian……. 50
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……… i
DAFTAR TABEL………... iii
DAFTAR GAMBAR……….. v
I. PENDAHULUAN………...….. 1
A. Latar Belakang dan Masalah………..………...……...…… 1
B. Tujuan Penelitian………...……...…... 3
C. Kegunaan Penelitian………...……...……... 4
D. Kerangka Pemikiran………...……..……... 4
E. Hipotesis……….………...…..……... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA………. 7
A.Probiotik……….…………...………...…… 7
B.Saccharomycess cerevisiae ………. 10
C.Rhizophus sp……… 10
D.Bacillus sp ………... 11
E.Strain Isa Brown………... 11
F. Kualitas Telur……… 13
ii
A. Pengaruh pemberian probiotik terhadap nilai indeks albumen pada umur telur 10 hari……….……….. 26
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi
tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang
cukup sempurna karena mengandung zat – zat gizi yang lengkap dan mudah
dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk
dikonsumsi masyarakat. Saat ini telur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
yaitu telur yang berasal dari ayam ras (layer).
Selain memiliki kandungan gizi yang cukup, telur juga memiliki kelemahan yaitu
daya simpan telur kurang dari 2 minggu. Semakin lama telur disimpan, maka
kualitas telur akan semakin menurun. Penurunan kualitas telur tersebut terjadi
akibat masuknya mikroorganisme ke dalam telur melalui pori-pori telur.
Secara biologis kerusakan pada telur ayam disebabkan oleh mikroorganisme
diantaranya adalah bakteri. Masuknya bakteri ke dalam telur setelah telur berada
di luar tubuh induknya, misalnya berasal dari kotoran yang menempel pada kulit
telur. Kotoran diantaranya adalah feses, tanah, atau suatu bahan yang banyak
mengandung bakteri perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur melalui kulit telur
2 telur telah rusak, dan lubang- lubang kecil yang terdapat pada permukaan telur
yang disebut pori-pori sehingga menyebabkan kerusakan pada telur.
Tujuan pemeliharaan ayam ras adalah untuk menghasilkan semaksimal mungkin
produksi telur. Salah satu usaha untuk peningkatan produksi telur dengan
pemberian zat antibiotik yang dicampurkan di dalam ransum. Namun,
penggunaan dalam jangka panjang menyebabkan penimbunan residu di dalam
telur. Residu yang terdapat dalam telur bila dikonsumsi oleh manusia akan
menimbulkan dampak negatif berupa keracunan ataupun alergi.
Penggunaan antibiotik tentu sangat dipertimbangkan dalam ransum. Dampak
negatif tersebut membuat antibiotik sudah tidak digunakan lagi di beberapa
negara. Penggunaan antibiotik dalam ransum dialihkan dengan suatu produk yang
lebih bermanfaat yaitu dengan pemberian probiotik dalam ransum.
Probiotik sendiri dapat diartikan sebagai sejumlah mikroorganisme yang
diaplikasikan secara oral kedalam tubuh ternak dengan tujuan untuk
meningkatkan kesehatan ternak, dan meningkatkan nilai kecernaan dengan cara
memanipulasikan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan unggas.
Penggunaan probiotik ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan antibiotik,
bila antibiotik menimbulkan residu dalam telur yang dihasilkan, namun
penggunaan probiotik tidak menimbulkan residu di dalam telur.
Probiotik banyak mengandung mikroorganisme yang mampu melawan
mikroorganisme patogen. Pemberian probiotik dapat meningkatkan kualitas telur
terutama pada kekentalan albumen. Namun, saat ini probiotik yang digunakan
3 harganya mahal dan mikroba yang terkandung didalam probiotik kurang
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan di Indonesia, sehingga
diperlukan suatu alternatif untuk menangani masalah tersebut. Salah satunya
yaitu dengan penggunaan probiotik dari mikroba lokal. Probiotik dari mikroba
lokal merupakan probiotik campuran dari inokulan yeast (Saccharomyces
cerevisiae), kapang (Rhyzophus sp.), dan bakteri Bacillus sp. yang berasal dari isolat bakteri saluran usus ayam kampung (Kurtini et al., 2013).
Daya simpan telur yang tidak terlalu lama menyebabkan kualitas telur dapat
dengan cepat menurun. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas telur sangat
diperlukan baik dengan cara memperbaiki kualitas pakan maupun melalui
pengawetan. Penelitian penggunaan probiotik lokal ini belum banyak dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menguji pengaruh pemberian
probiotik dari mikroba lokal terhadap kualitas indeks albumen, indeks yolk, dan
warna yolk pada umur telur 10 hari.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
1. mengetahui pengaruh pemberian probiotik dari mikroba lokal terhadap
kualitas indeks albumen, indeks yolk, dan warna yolk;
2. mengetahui tingkat pemberian probiotik dari mikroba lokal yang optimal
4 C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak
selaku produsen dan konsumen mengenai kualitas indeks albumen, indeks yolk,
dan warna yolk dengan atau tanpa pemberian probiotik dari mikroba lokal.
D. Kerangka Pemikiran
Telur dihasilkan oleh semua jenis unggas, meskipun dari tiap – tiap unggas
terdapat perbedaan dalam hal bobot telur, ukuran , bau, dan warna telur. Faktor
yang memengaruhi perbedaan ini meliputi bangsa, galur, varietas, genetik, dan
makanan.
Telur yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat saat ini adalah telur ayam ras.
Saat ini permintaan telur di masyarakat telah meningkat. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya harga daging di pasaran, sehingga masyarakat lebih memilih untuk
memenuhi kebutuhan protein hewaninya dengan mengkonsumsi telur. Akan
tetapi, ketersediaan telur sangat bergantung pada produksi ayam petelur di
peternak. Apabila produksi telur menurun maka ketersediaan telur semakin
berkurang.
Namun, daya simpan telur sangat memengaruhi kualitas telur dan kandungan
nutrisinya. Semakin lama telur disimpan maka kualitas telur semakin menurun.
Penurunan kualitas telur menyebabkan kandungan nutrisi pada telur semakin
menurun. Secara biologis kerusakan pada telur ayam disebabkan oleh
5 Kerusakan pada telur umumnya disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui kulit
yang retak atau menembus kulit ketika lapisan tipis protein yang menutupi kulit
telur telah rusak. Menurut Fibrianti et al. (2012), penyimpanan telur dalam suhu
kamar berpengaruh terhadap nilai indeks albumen, indeks yolk, dan haught unit.
Semakin lama penyimpanan maka nilai indeks albumen, indeks yolk, dan haught
unit semakin menurun dan selanjutnya akan terjadi kerusakan.
Untuk memenuhi permintaan telur di masyarakat, para peternak banyak yang
menggunakan antibiotik ataupun zat pemacu produksinya yang dicampurkan
melalui ransum. Hal ini berdampak positif bagi produksi ayam petelur. Namun,
penggunaan antibiotik dalam waktu lama akan menyebabkan menimbunnya
residu antibiotik di dalam telur. Residu tersebut dapat menyebabkan penyakit
yang merugikan masyarakat. Oleh karenanya di beberapa negara penggunaan
antibiotik sudah tidak diperbolehkan.
Dilarangnya penggunaan antibiotik tersebut, berkembanglah suatu inovasi baru
untuk menggantikan fungsi antibiotik dalam tubuh ternak. Saat ini sedang
dikembangkan penggunaan probiotik. Probiotik sendiri merupakan
mikroorganisme hidup yang dapat digunakan untuk meningkatkan keseimbangan
populasi mikroba dalam usus (Fuller, 1997).
Penambahan probiotik dalam ransum mempunyai dampak positif terhadap
pertumbuhan, produksi telur, efisiensi penggunaan ransum, mampu menetralisir
toksin yang dihasilkan bakteri patogen (Arslan dan Saatcci, 2004). Probiotik
sangat membantu dalam meningkatkan produksi ternak. Pemberian probiotik
6 yang berkurang tersebut tentunya memberi dampak positif kepada masyarakat
yang mengonsumsinya.
Menurut Kurtini dan Hartono (2014) dalam penelitiannya melaporkan bahwa
pemberian probiotik lokal sampai 3% memberikan pengaruh yang nyata terhadap
konsumsi ransum, konversi ransum, produksi telur, dan nilai haught unit.
Kompiang (2009) menyatakan bahwa pemberian bakteri Bacillus sp. mampu
meningkatkan kualitas telur, terutama menaikan kekentalan albumen. Dengan
demikian akan meningkatkan indeks albumen dan indeks yolk. Berdasarkan
uraian tersebut, penulis menduga bahwa semakin meningkatnya pemberian
probiotik akan meningkatkan kekentalan albumen yang pada gilirannya akan
meningkatkan nilai indeks albumen dan indeks yolk.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. pemberian probiotik mikroba lokal berpengaruh terhadap kualitas indeks
albumen, indeks yolk, dan warna yolk;
2. terdapat tingkat pemberian probiotik dari mikroba lokal yang optimal terhadap
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diaplikasikan secara oral
dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi
komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Alternatif
penggunaan probiotik yang dilakukan oleh para peternak karena beberapa negara
telah melakukan pelaranggan penggunaan antibiotika sebagai growth promotor
serta kecenderungan terjadinya resistensi bakteri-bakteri patogen terhadap
antibiotika tertentu (Revolledo et al., 2006).
Sumber probiotik dapat berupa bakteri atau kapang yang berasal dari
mikroorganisme saluran pencernaan hewan (Lopez, 2000). Beberapa bakteri yang
telah digunakan sebagai probiotik yaitu Lactobacillus dan Bacillus subtilis.
Umumnya kapang atau jamur yang dipergunakan sebagai probiotik adalah
Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus oryzae (Lopez, 2000). Probiotik tidak menimbulkan residu, probiotik tidak diserap oleh saluran pencernaan inang dan
tidak menyebabkan mutasi pada mikroorganisme yang lain (Lopez, 2000).
Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan patogen yang bersifat
selektif hanya terhadap beberapa strain patogen. Probiotik juga memproduksi
8 dan beberapa antimikrobial lainnya. Probiotik juga menghasilkan sejumlah nutrisi
penting dalam sistem imun dan metabolisme host, seperti vitamin B (Asam
Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin, dan biotin serta
antioksidan penting seperti vitamin K (Sari dan Ramdana, 2012).
Probiotik dapat berupa bakteri, jamur atau ragi, tetapi yang paling bersifat
probiotik adalah bakteri (Raja dan Arunachala., 2011). Menurut Trisna dan
Wahud (2012), tidak semua bakteri baik dapat dijadikan sebagai probiotik, salah
satu bakteri yang berperan sebagai probiotik adalah bakteri asam laktat (BAL).
Mikrobia yang digunakan sebagai probiotik yaitu Bacillus sp, Lactobacillus,
Aspergillus sp, Penicillium sp, Geotricum sp, dan yeast. Pengujian karakteristik mikrobia tersebut diketahui ada yang menghasilkan enzim-enzim ekstraseluler
seperti amilase, selulase, lipase, dan selulase. Mikroba tersebut dapat
menurunkan populasi bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp (Sumardi et al.,
2010).
Mikroba yang sering digunakan sebagai probiotik adalah Lactobacillus sp, bakteri
asam laktat dan Bacillus sp. Bakteri asam laktat mampu memproduksi asam –
asam organik yang mencegah kolonisasi bakteri patogen dalam usus halus
sehingga kemampuan bakteri patogen hanya berada dalam lumen dan akan
dikeluarkan bersama feses (Nugraha et al., 2013).
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan strain mikroba
probiotik adalah (1) mampu melakukan aktivitas memfermentasikan susu dalam
waktu yang cepat; (2) mampu menggandakan diri; (3) tahan terhadap suasana
9 (5) mempunyai stabilitas yang tinggi (Surono, 2004). Mikroba lokal adalah
mikroba yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan probiotik. Menurut
Kurtini et al. (2013), mikroba lokal yang dapat dijadikan probiotik diantaranya
Saccharomyces sp, Aspergillus sp, Mucor, sp, dan Bacillus sp.
Penambahan probiotik dalam ransum mempunyai dampak positif terhadap
pertumbuhan, produksi telur, efisiensi penggunaan pakan, mampu menetralisir
toksin yang dihasilkan bakteri patogen (Arslan dan Saatcci, 2004). Menurut
Sintasari et al. (2014), semakin meningkatnya pemberian susu skim dan sukrosa
dapat memacu pertumbuhan BAL lebih banyak, sebab nutrisi yang diperlukan
sebagai sumber energi dan protein yang dapat digunakan oleh BAL lebih banyak
terpenuhi sehingga BAL semakin banyak merombak nutrisi. Semakin tinggi
penambahan susu skim kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan bakteri juga semakin
terpenuhi, sehingga bakteri yang tumbuh lebih banyak, bakteri tersebut akan
merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa yang kemudian menjadi asam
laktat.
Sjofjan (2003) menyatakan bahwa pemberian probiotik berguna dalam
meningkatkan produktivitas, mencegah penyakit dan mengurangi penggunaan
antibiotik bahkan dapat mengurangi bau amonia di dalam kandang. Probiotik
bekerja menstimulasi mukosa dan meningkatkan sistem kekebalan hewan inang.
Kemampuan mikroorganisme probiotik dalam meningkatkan kekebalan hewan
inang adalah dengan cara mengeluarkan toksin yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen dalam saluran pencernaan. Toksin – toksin yang
10 penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut dapat hilang. Hal ini
memberikan keuntungan terhadap kesehatan inang sehingga tahan terhadap
serangan penyakit (Budiansyah, 2004).
B. Saccharomyces cerevisiae
Pemberian S. cerevisiae sebagai imbuhan mikroba hidup ke dalam tubuh akan
mempengaruhi induk semang (unggas, ruminansia) melalui perbaikan
keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Pada ternak
ruminansia, pemberian probiotik akan meningkatkan bakteri selulolitik dan asam
laktat pada saluran pencernaan. Pada unggas, probiotik akan menambah jumlah
mikroba yang menguntungkan dan menekan mikroba yang merugikan dengan
cara berkompetisi untuk hidup di dalam saluran pencernaan (Ahmad, 2008).
C. Rhizophus sp
Rhizophus sp mempunyai karakteristik sebagai berikut : tidak mempunyai septae, mempunyai satu akar atau rhizoid yang seringkali berwarna hitam tergantung
pada umur. Sporangiophera nya tumbuh pada node sewaktu rhizoid dibentuk,
sporangia nya banyak dan umumnya berwarna hitam. Rhizopus sp membentuk myselium yang berlimpah yang dapat memenuhi wadah dan tidak mempunyai sporangiola. Kapang Rhizophus oligosporus termasuk ordo mucorales yang berperan penting dalam menguraikan bahan organik, karena pertumbuhannya
cepat. Myselium kapang ini dapat menguasai substrat sebelum mikroba lain aktif.
Kapang Rhizophus oligosporus dapat berkembang biak melalui cara seksual dan
11 D. Bacillus sp.
Menurut hasil penelitian Maulida (2014), bakteri Bacillus sp. dalam inokulum
probiotik dapat membantu kapang menyediakan nutrisi bagi kapang, karena
Bacillus sp. dapat menghasilkan enzim-enzim hidrolitik seperti amilase, protease, dan selulase yang menyederhanakan polimer menjadi monomer yang lebih mudah
diserap di dalam saluran pencernaan.
E. Strain Isa Brown
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah berasal dari ayam hutan yang
ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Jenis ayam ini
merupakan spesies Gallus domesticus. Ayam yang pertama masuk dan mulai
diternakkan di Indonesia adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan
umumnya setelah habis masa produktifnya dijadikan ayam potong. Ayam petelur
terbagi atas tiga jenis ayam yaitu tipe ringan berasal dari bangsa white leghorn,
tipe medium dari bangsa rhode island reds, dan barred plymouth rock dan tipe
berat dari bangsa new hampshire, white plymouth rock, dan cornish (Amrullah,
2004).
Ayam ras petelur yang beredar di masyarakat ialah final stock penghasil telur.
Final stock ialah ayam yang khusus dipelihara untuk menghasilkan telur dan telah melalui berbagai persilangan dan seleksi (Yuwanta, 2004). Ayam petelur tipe
medium mempunyai bobot tubuh yang cukup berat, tetapi beratnya antara berat
ayam petelur tipe ringan dengan broiler, sehingga disebut tipe medium.
12 cukup banyak. Ayam tipe medium disebut juga ayam dwiguna karena mampu
memproduksi telur dan daging (Rasyaf, 1989).
Strain ayam isa brown termasuk ke dalam ayam ras petelur tipe medium. Ayam isa brown merupakan strain ayam ras petelur modern. Strain ialah klasifikasi ayam berdasarkan garis keturunan tertentu melalui persilangan dari berbagai
kelas, bangsa/varietas sehingga ayam mempunyai bentuk sifat dan tipe produksi
tertentu sesuai dengan tujuan produksi (Yuwanta, 2004). Fase umur ayam petelur
dibagi menjadi 4 fase yaitu starter (umur 0--6 minggu), grower (6--14 minggu),
pullet (14--20 minggu), layer (21--75 minggu). Setiap fase memerlukan nutrient yang berbeda sesuai dengan keperluan tubuh untuk mendapatkan performa
optimal (Yuwanta, 2004).
Ayam isa brown memiliki periode bertelur pada umur 18--80 minggu, daya hidup
93,2 %, FCR 2,14, puncak produksi mencapai 95 %, jumlah telur 351 butir, rata–
rata berat telur 63,1 g / butir. Awal bertelur pada umur 18 minggu dengan berat
telur 43 g. Berat telur ayam isa brown mulai meningkat saat memasuki umur 21
minggu, umur 36 minggu, dan relatif stabil di umur 50 minggu (Isa Brown
Commercial Layers, 2009).
Strain isa brown menghasilkan telur dengan warna kerabang cokelat. Strain isa brown memiliki bulu cokelat kemerahan. Strain isa brown mulai berproduksi umur 18--19 minggu rata-rata berat telur 62,9 g dan bobot badannya 2,015 g.
Periode produksi ayam petelur terdiri dari dua periode yaitu fase I dari umur 22
42--13 72 minggu dengan rata-rata produksi telur 72% dan bobot telur 60 g (Scott et al.,
1982).
F. Kualitas Telur
Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa standar yang
menentukan baik kualitas internal dan eksternal. Kualitas internal mengacu pada
kekentalan, ukuran sel udara, bentuk yolk, kekuatan kuning telur, dan kualitas
eksternal mengacu pada volume telur, indeks telur (Nugraha et al., 2013). Salah
satu upaya peningkatan kualitas telur yaitu dengan manipulasi ransum.
Salah satu manipulasi ransum yang bisa diterapkan dalam meningkatkan kualitas
telur yaitu dengan penggunaan suplemen tambahan berupa probiotik (Nugraha et
al., 2013). Probioitik dapat diberikan secara oral pada hewan dalam bentuk tablet, cairan ataupun dalam bentuk pasta (Hardiningsih dan Nurhidayat, 2006).
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keseimbangan populasi mikroba dalam usus (Fransiska, 2010).
Penurunan kemampuan daya cerna pakan, ketersediaan Ca dan mineral lainnya
dalam tubuh ayam, dan kemampuan alat reproduksi yang terjadi akan berpengaruh
terhadap kualitas telur yang dihasilkan. Selain itu, bentuk telur yang semakin
14 1. Indeks albumen
Indeks albumen merupakan salah satu parameter kualitas internal telur yang
mengarah pada kekentalan albumen. Indeks albumen dapat dihubungkan dengan
tinggi dan lebar albumen (Prasetyo et al., 2013). Indeks albumen merupakan
perbandingan antara tinggi albumen dengan diameter rata-rata albumen kental.
Indeks albumen segar berkisar antara 0,050--0,174 (Kurtini et al., 2014).
Menurut Prasetyo et al. (2013) dalam penelitiannya, penggunaan probiotik dalam
ransum dapat meningkatkan indeks albumen pada telur ayam arab. Penggunaan
bakteri Bacillus sp. menghasilkan nilai indeks albumen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan bakteri Lactobacillus sp. Akan tetapi, nilai
indeks albumen dengan penggunaan bakteri Bacillus sp dalam ransum lebih kecil
dibandingkan dengan penggunaan bakteri BAL.
Menurut Suardana dan Swacita et al. (2012), pada kondisi baik indeks albumen
dari telur ayam segar berkisar antara 0,090 dan 0,120 dan selama penyimpanan,
albumen akan semakin encer akibat pemecahan protein sehingga indeks albumen akan mengalami penurunan. Indeks albumen dipengaruhi oleh kandungan protein
berupa glikoprotein dalam albumen (Witantri et al., 2013).
2. Indeks yolk
Indeks yolk yaitu perbandingan antara tinggi dan lebar yolk. Indeks yolk berkisar
antara 0,33--0,50 semakin lama telur disimpan, indeks yolk turun akibat
15 berada pada kisaran 0,33--0,50 dengan nilai rata-rata 0,42 (Buckle et al., 1987
dalam Witantri et al., 2013). Penurunan nilai indeks yolk dapat terjadi akibat menurunnya kandungan protein. Jenis protein ini sangat berperan dalam
penentuan ketebalan yolk. Indeks yolk diperoleh dari tinggi yolk, umur telur
memengaruhi kekuatan dan elastisitas membran vitellin yang menyebabkan yolk
melemah. Selain itu, kekuatan dan elastisitas membran vitellin dipengaruhi oleh
faktor ukuran telur, temperatur penyimpanan, pH albumen, dan kekentalan
albumen (Heath, 1976).
Melemahnya membran vitellin diamati dengan mengukur indeks yolk. Indeks
yolk segar beragam antara 0,33 dan 0,50 dengan nilai rata-rata 0,42. Semakin bertambahnya umur telur, indeks yolk semakin menurun karena penambahan
ukuran yolk sebagai akibat perpindahan air (Shenstone, 1968).
Menurut Swacita dan Tono (2012), pada kondisi baik indeks yolk telur ayam segar
rata-ratanya 0.45. Sama halnya dengan indeks albumen, penurunan ini akibat dari
migrasi cairan (osmosis) dari albumen menuju ke dalam yolk karena penyimpanan
yang lama. Fibrianti et al. (2012) dalam penelitiannya melaporkan bahwa
penyimpanan telur dalam suhu kamar (270C) berpengaruh terhadap nilai indeks
yolk dimana semakin lama penyimpanan maka nilai indeks yolk semakin menurun dan selanjutnya akan terjadi kerusakan.
3. Warna yolk
Kecerahan yolk merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
16 roche yolk colour fan. Cara pengukurannya sangat mudah dilakukan karena yolk tinggal dicocokkan dengan warna pada alat tersebut. Berdasarkan pengukuran
dengan alat tersebut maka yolk yang baik berada pada kisaran angka 9--12
(Sudaryani, 1996).
Menurut Haryono (2000), warna yolk berkisar antara 5--8 dan variasinya agak
tinggi karena disebabkan oleh pengaruh pemberian pakan komersial yang
beragam pula mutunya atau pengaruh dari kandungan karotin dari bahan pakan
yang digunakan yang terbanyak pada jagung kuning. Menurut Akbarillah et al.
(2010) warna yolk yang cerah (orange) pada telur merupakan warna yang diminati
konsumen. Warna yolk ini dipengaruhi oleh pakan yang mengandung beta
caroten dan xantophyl. Dua pigmen pada ransum ini sangat berfungsi dalam membentuk warna yolk.
Warna yolk dipengaruhi oleh kandungan xanthophyl yang terdapat pada jagung
kuning. Xanthophyl diklasifikasikan ke dalam kelompok karotenoid mengandung
antara lain lutein (dalam tepung alfalfa), canthaxanthin, dan astaxanthin (lobster).
Jenis pigmen lain adalah zeaxanthin (jagung kuning), capsanthin (paprika),
violaxanthin (labu), lycopene (tomat), echinenone (cumi-cumi, landak laut). Sebagian besar karotenoid diserap di bagian atas usus halus bersama dengan
senyawa lemak lainnya. Pada unggas xanthophyl diserap dalam saluran
gastro-intestin menyatu dengan lipo-protein (LDL). Setelah diserap, karoten masuk dan
diangkut dalam sirkulasi darah. Untuk selanjutnya dalam jumlah besar disimpan
17 Xanthophyl disimpan tubuh dalam otot dan kulit, yang selanjutnya disalurkan ke ovarium pada awal masak kelamin. Proses penyaluran xanthophyl berlangsung
selama fase produksi telur yang menyebabkan berkurangnya kandungan pigmen
dari kaki dan paruh. Sumber–sumber karotenoid diperoleh dari pakan. Tingkat
kandungan xanthophyl dalam pakan berkorelasi erat dengan banyaknya deposit
pigmen tersebut dalam bagian tubuh unggas, sampai pada tingkat tertentu dimana
tidak ada lagi respon meskipun xanthophyl diberikan semakin besar.
Menurut Stadelman dan Caterill (1977), warna kuning telur tersebut umumnya
ditentukan dengan menggunakan pembanding warna dan menetapkan nilai
numerik. Salah satu perkembangan awal adalah kipas warna, yang terdiri dari 24
cakram kaca melengkung dengan permukaan cekung dicat dengan campuran cat
warna yang bervariasi dari kuning ke merah orange. Cakram yang dipasang pada
roda dengan cembung menghadap ke atas, sehingga memberikan permukaan
melengkung dengan berbagai warna yang akan dibandingkan dengan kuning telur.
karena penampilan rotor warna sejumlah prosedur perbandingan warna telah
diusulkan. Pada saat ini roche yolk colour fan adalah pembanding yang paling
umum digunakan ini terdiri dari serangkaian 15 plastik berwarna.
Menurut Kurtini et al. (2014), kualitas warna yolk ditentukan secara visual, yaitu
membandingkan dengan berbagai warna standar dari roche yolk colour fan berupa
lembaran kipas warna standar dengan skor 1--15 dari warna pucat sampai orange
tua (pekat). Penggunaan kipas tersebut paling popular di seluruh dunia. Warna
18 strain, variasi individu ternak unggas, kandang baterai warna lebih baik daripada kandang litter, morbiditas, stress akan mengurangi xanthophyl mencapai ovarium,
peningkatan kadar lemak ransum akan meningkatkan penyerapan xanthophyl, dan
19
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 di CV. Varia Agung Jaya, Desa
Varia Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah.
Pembuatan probiotik lokal dilakukan pada Juli sampai November 2014 di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA dan Laboratorium Produksi Ternak, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Peralatan pembuatan probiotik dari mikroba lokal
Peralatan yang digunakan untuk membuat probiotik dari mikroba lokal adalah
blender untuk menghaluskan bahan pembuatan probiotik, wadah plastik, tampah bambu, plastik, kemasan plastik biasa, plastik tahan panas, alumunium
foil, kertas kopi, kertas HVS, refrigerator untuk menyimpan probiotik yang
akan digunakan, cawan petri, tabung reaksi, oven.
2. Peralatan pemeliharaan
Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan adalah cage sebanyak 20 unit,
20 tabung, timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 100 g untuk menimbang
ayam dan ransum, thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan
kandang, alat-alat kebersihan.
3. Peralatan pengambilan data
Peralatan pengambilan data penelitian adalah kaca yang digunakan untuk
meletakkan isi telur, pisau, jangka sorong untuk mengukur indeks albumen dan
indeks yolk dan roche yolk colour fan untuk mengukur nilai warna yolk.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. media pembuatan inokulan Saccharomyces cerevisiae, Rhyzophus sp, dan
bakteri Bacillus sp yang terdiri dari merica, cabai, bawang putih, lengkuas,
ketan putih, air, gula pasir, Saccharomyces cerevisiae, Rhyzophus sp, dan
bakteri Bacillus sp;
2. media pembuatan inokulan Rhyzophus sp yakni ampas kelapa yang sudah
tidak terpakai;
3. media tumbuh bakteri menggunakan NA (Beef extract 3 g, Peptone 5 g,
agar-agar 15 g, dan aquadest 1.000 ml), media YMEA (asam amino,
vitamin B) digunakan untuk menumbuhkan yeast dan kapang dihitung
pada media PDA (Kentang 200 g, dextrose 10 g, agar-agar 15 g, dan
aquadest 1.000 ml)
4. ransum ayam petelur fase layer berbentuk mash dengan komposisis
kosentrat (GOLD COIN) 35% , jagung (50 %), bekatul (14 %), dan premix
21 5. ayam petelur fase layer strain isa brown umur 44 minggu sebanyak 40
ekor yang dipelihara selama 4 minggu;
6. telur ayam dengan berat telur rata-rata 58,28 ±4,38 g (KK = 7,52%)
7. air minum diberikan secara ad libitum;
8. probiotik dari mikroba lokal dengan komposisi Saccharomyces cerevisiae,
Rhyzophus sp, dan bakteri Bacillus sp.
C. Metode Penelitian 1. Rancangan perlakuan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas
empat perlakuan yaitu P0 : Ransum basal tanpa penambahan probiotik dari mikroba
lokal (0%), P1 : Ransum basal + probiotik dari mikroba lokal (1%), P2 : Ransum
basal + probiotik dari mikroba lokal (2%), P3 : Ransum basal+ probiotik dari
mikroba lokal (3%), setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali dan masing-
masing petak atau cage berisi 2 ekor ayam. Skema tata letak kandang dapat
dilihat pada Gambar 4.
2. Analisis data
Data yang dihasilkan dianalisis sesuai dengan asumsi sidik ragam. Apabila dari
hasil analisis ragam menunjukkan hasil yang nyata, maka analisis dilanjutkan
22 D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang
Tahapan yang dilakukan adalah
cage penelitian ayam petelur fase layer disiapkan sebanyak 20 petak dengan ukuran 26 x 30 x 15 cm. Kemudian peralatan kandang disanitasi seperti, tempat
ransum dan tempat minum. Kandang yang digunakan disanitasi dan didesinfeksi.
Setelah kering, dilakukan pemasangan peralatan sesuai dengan petak kandang
penelitian dan dilakukan penyemprotan kandang dengan desinfektan.
2. Persiapan ransum
Ransum basal yang digunakan berbentuk mash, konsumsi ayam isa brown
sebanyak 110 g/ekor/hari, kemudian ke dalam ransum tersebut ditambahkan
probiotik dari mikroba lokal sesuai dengan perlakuan.
3. Kegiatan penelitian
Tahapan yang dilakukan sebagai berikut.
Ayam penelitian dimasukan ke dalam 20 petak kandang, dengan dua ekor ayam
pada masing- masing petak (sudah dilakukan pengacakan kandang sebelumnya).
Selama 6 hari dilakukan prelium untuk adaptasi ransum perlakuan, setelah itu
diberikan ransum perlakuan selama 4 minggu. Ransum diberikan sesuai dengan
perlakuan 2 kali sehari yakni pada pukul 07.00 WIB dan 14.00 WIB dan air
minum diberikan secara ad libitum.
Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu. Minggu ketiga pemeliharaan,
23 diteliti dibawa ke ruang penyimpanan lalu disimpan selama 10 hari. Setelah
disimpan selama 10 hari dilakukan pemeriksaaan internal telur, meliputi indeks
albumen, indeks yolk, dan warna yolk.
a. Tahapan yang dilakukan dalam mengukur indeks albumen
Telur yang telah disimpan dipecahkan kemudian isi telur diletakan di atas
kaca. Lebar terpanjang albumen kental, lebar terpendek albumen kental, dan
tinggi albumen dihitung dengan jangka sorong lalu nilai indeks albumen
dicatat.
b. Tahapan yang dilakukan dalam mengukur indeks yolk
Telur yang telah disimpan dipecahkan kemudian isi telur diletakkan di atas
kaca. Panjang dan tinggi yolk dihitung dengan jangka sorong lalu nilai indeks
yolk dicatat.
c. Tahapan yang dilakukan dalam mengukur warna yolk
Telur yang telah disimpan dipecahkan kemudian isi telur diletakkan pada
kaca datar. Warna yolk dicocokkan dengan roche yolk colour fan dan hasil
skor warna yolk dicatat.
E. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu indeks albumen, indeks yolk, dan
warna yolk pada telur dengan umur 10 hari. Warna yolk dapat diketahui dengan
24
1. Indeks albumen dapat diukur dengan cara :
Indeks albumen = T
½ ( L1 + L2 )
Keterangan : T : Tinggi albumen (mm)
L1 : Lebar albumen kental (mm)
L2 : Panjang albumen kental (mm)
(Fibrianti et al., 2012)
Gambar 1. Pengukuran indeks albumen
Keterangan : L = Lebar albumen kental
P = Panjang albumen kental
2. Indeks yolk dapat diukur dengan cara :
Indeks yolk = Tinggi yolk (mm)
Lebar yolk (mm)
Gambar 2. Pengukuran indeks yolk
Keterangan : L = Lebar yolk
T = Tinggi yolk
25 3. Warna yolk
Gambar 3. Pengukuran warna yolk
Skor warna yolk pada roche yolk colour fan dimulai dari skor 1--15. Semakin
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemberian probiotik dari mikroba lokal sebesar (0, 1, 2, dan 3 %) dalam ransum
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kualitas indeks albumen, indeks yolk,
dan warna yolk.
B.Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemberian probiotik dari mikroba
lokal terhadap ayam petelur dengan fase produksi yang berbeda untuk mengetahui
34
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M . H. 1989. Pengelolaan produksi unggas. Jilid Pertama. Universitas Andalas. Padang
Abun. 2005. Efek Suplementasi Produk Fermentasi dalam Ransum Terhadap Komponen Darah Kelinci. Makalah Ilmiah. Universitas Padjajaran. Jatinangor
Ahmad, R . Z. 2008. Pemanfaatan cendawan untuk meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak. Jurnal Litbang 27 (3)
Akbarillah, T, Kususiyah, dan Hidayat. 2010. Pengaruh penggunaan daun indigofera segar sebagai suplemen pakan terhadap produksi dan warna yolk itik. Jurnal Sain Peternakan Indonesia 5 (1) : 27--33
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi. KPP IPB, Baranangsiang, Bogor
Arslan, C. dan M. Saattci. 2004. Effect of probiotics admininstration either as feed additive or by drinking water on performance and blood parameters of japanesse quail. Arch. Geflugelk. 68 : 160--163
Brummer, M, C. J. Van Rensburg, and C. A. Moran. 2010. Saccharomyces cerevisiae cell wall products: the effects on gut morphology and performance of broiler. Journal of Animal Science 40 (1): 14--21
Budiansyah, A. 2004. Pemanfaatan Probiotik dalam Meningkatkan Penampilan Produksi Ternak Unggas. Makalah Sains. IPB. Bogor
Fibrianti, S.M, I Ketut Suada, Mas Djoko Rudyanto. 2012. Kualitas telur ayam konsumsi yang dibersihkan dan tanpa dibersihkan selama penyimpanan suhu kamar. Indonesia Medicus Veterinus 1 (3) : 408--416
Fransiska .R. 2010. Pengaruh Kombinasi Starter Probiotik terhadap Total Bakteri Asam Laktat, pH, dan Daya Hambat Set Yoghurt Susu Kambing. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Sumedang
35 Hardiningsih, R, dan N. Nurhidayat. 2006. Pengaruh pemberian pakan
hiperkolestrolemia terhadap bobot badan tikus putih wistar yang diberi bakteri asam laktat. Jurnal Biodiversitas 7 (2) : 127--130
Haryono. 2000. Langkah – langkah teknis uji kualitas telur konsumsi ayam ras. Balai Penelitian Ternak. Bogor
https://www.google.com/webhp?sourceid=chromeinstant&ion=1&espv=2&ie =UTF8#q=jurnal+warna+kuning+telur+ayam+ras+yang+baik%2C+pdf [Diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 17.00]
Heath, J.L. 1976. Factors affecting the vitelline membrane og hen’s egg. Poultry Sci. 55 : 936--942
Hiroko, S . P. 2014. Pengaruh lama simpan dan warna kerabang telur ayam ras terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur. Universitas Lampung. Lampung
Isa Brown Commercial Layers. 2009. General Management Guide Commercial Isa Brown. Pondoras
Kurtini , T dan M . Hartono. 2014. Uji Probiotik dari Mikrobial Lokal Untuk Layer Dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan, Performa Ayam, dan Kualitas Telur. Laporan Penelitian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Kurtini, T. K. Nova, dan D. Septinova. 2014. Produksi Ternak Unggas. Anugrah Utama Raharja (AURA). Bandar Lampung
Kurtini , T , C.N . Ekowati, M. Hartono , dan Sumardi. 2013. Pembuatan Probiotik dari Mikroba Lokal Dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan,
Performa Ayam, dan Kualitas Telur. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Kompiang, I . P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk meningkatkan produksi ternak unggas di indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3):2009
Lopez, J. 2000. Probiotic in animal nutrition. J. Anim. Sci. 13 : 12--26
Maulida, N. 2014. Uji Viabilitas Kapang dari Inokulum Probiotik untuk Pakan Ternak pada Berbagai Jenis Kemasan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Margiono, S., Rahayu, dan Sutriswati Endang. 1992. Molekuler Genetika Mikroba. UGM Press. Yogyakarta
36 Phokphand. 2008. Upaya peningkatan pigmentasi pakan. CP Buletin Service no
97
Prasetyo, U.T , K. Widayaka , N. Iriyanti. 2013. Penggunaan berbagai jenis probiotik dalam ransum terhadap vikositas dan indeks putih telur. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2) : 627--633
Raja, B.R. dan Kantha D.A. 2011. Market potential for probiotic nutritional supplements in india. African Journal of Business management 5 (14):5418--5423
Rasyaf, M. 1989. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya cetakan I. Jakarta
Revolledo L , A. J. P. Ferreira , & G. C. Mead. 2006. Prospects in salmonella control: competitive excluion, probiotics, and enhancement of avian intestinal immunity. J Appl Poult Res. 15 : 341--351
Sari, J. M. 2015. Pengaruh Pemberian Probiotik dari Mikroba Lokal terhadap Kualitas Telur yang di Simpan 10 Hari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Sari dan Ramdana. 2012. Karakterisasi Bakteri Probiotik yang Berasal dari Saluran Pencernaan Ayam Pedaging. Universitas Hasanuddin. Makassar
Scott, M. L , M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. M. L. Scott and Associates. Itacha. New York
Septiani, Y. 2004. Studi Karbohidrat, Lemak dan Protein pada Kecap dari Tempe. Skripsi. F. MIPA UNS. Surakarta
Shenstone, F.S. 1968. The Gross Composition, Chemistry and Physico-Chemical Basic of Organization of the Yolk and the White. In : Carter, T.C. (Ed). Egg
Quality, A Study of Hen’s Egg. Oliver and Boyd. Robert Cunningham and Sons Ltd, Alva, Great Britain
Sintasari, R.A , J. Kusnadi , D.W Ningtyas. 2014. Pengaruh penambahan konsentrasi susu skim dan sukrosa terhadap karakteristik minuman probiotik sari beras merah. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2 (3) : 65--75
Sjofjan, O. 2003. Kajian Probiotik (Aspergillus niger dan Bacillus sp.) sebagai Imbuhan Ransum dan Implikasinya terhadap Mikroflora Usus serta
Penampilan Produksi Ayam Petelur. Disertasi. Universitas Padjadjaran, Bandung
37 Stadelman, W.J dan O.J Caterill. 1977. Egg Science and Technology Second
Edition. AVI Publishing Company, INC. Westport, Connecticut
Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumardi , C. N. Ekowati , dan D. Haryani. 2010. Isolasi bacillus penghasil selulase dari saluran pencernaan ayam kampung. Jurnal Sains MIPA 16 (1) : 62--68
Surono, I.S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. PT Dwi Cipta Karya. Jakarta
Swacita, I.B.N dan K. Tono P.G. 2012. Deteksi Bakteri Salmonella sp dan Pengujian Kualitas Telur Ayam Buras. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar
Trisna dan Wahud N. 2012. Identifikasi molekuler dan pengaruh pemberian probiotik bakteri asam laktat (BAL) asal dadih dari kabupaten sijunjung terhadap kadar kolestrol daging pada itik pitalah. Sumber Daya Genetic Sumatra Barat. Artikel. Universitas Andalas. Padang
Witantri, H , E. Suprijatna , dan W. Sarengat. 2013. Pengaruh penambahan tepung jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum) dalam ransum terhadap kualitas telur ayam kampung periode layer. Animal Agriculture Journal 2 (1) : 377--384
Yang, S. C. and R. E. Baldwin. 1995. Functional properties of eggs in Egg science and technology. W. J. Stadellman and D.J. Inc. Binghamton, New York.