• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN MODEL DIRECTIVE LEARNING DI SD N 2 PERUMNAS WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN MODEL DIRECTIVE LEARNING DI SD N 2 PERUMNAS WAY HALIM BANDAR LAMPUNG"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

RESA DWI CAHYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Pembelajaran ... 14

2.2 Model Pembelajaran ... 19

2.2.1 Model Pembelajaran Directive Learning ... 19

2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Directive Learning ... 23

2.2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Directive Learning ... 24

(3)

III METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Desain Penelitian ... 48

3.2 Sumer Data... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.3.1 Observasi (Pengamatan) ... 49

3.3.2 Wawancara... 50

3.4.2 Panduan Pencatatan Lapangan... 59

3.4.3 Panduan Dokumentasi ... 59

3.3.4 Lembar Pengamatan Tes Praktik ... 59

3.4.5 Nontes ... 60

3.5 Teknik Analisis Data... 60

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62

4.2 Profil Singkat SD N 2 Perumnas Way Halim ... 62

4.3 Hasil Penelitian Pendahuluan ... 65

4.4 Hasil dan Pembahasan ... 66

4.4.1 Pertemuan Pertama ... 66

4.4.2 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama ... 74

4.4.3 Pertemuan Kedua ... 79

4.4.4 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedua ... 86

4.4.5 Pertemuan Ketiga ... 94

4.4.6 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketiga ... 98

4.4.7 Pertemuan Keempat ... 105

4.4.8 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keempat ... 110

4.4.9 Pertemuan Kelima... 117

4.4.10 Pertemuan Keenam ... 119

4.4.11 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keenam ... 121

4.4.12 Pertemuan Ketujuh ... 130

4.4.13 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketujuh ... 132

4.4.14 Pertemuan Kedelapan ... 142

4.4.15 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedelapan ... 146

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 157

5.2 Saran ... 160

(4)

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional (muslich, 2007: 1),berisikan amanat pemerintah untuk

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatan

keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang. Disebutkan dalam pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan mengembangkan potensi dalam dirinya,

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

(5)

Pendidikan seni diberikan kepada anak dengan berbagai tujuan tetapi

semuanya didasari oleh keyakinan bahwa seni membentuk kepekaan anak

sejak pertama kali mereka mengalaminya sebagai bentuk dasar ekspresi dan

sebagai tanggapan untuk dan dalam kehidupan. Melalui pendidikan seni,

peserta didik dilatih untuk mengembangkan bakat kreatif, kemampuan dan

ketrampilan yang dapat di transfer pada kehidupan kerja sebagai mata

pencaharian maupun untuk rekreasi sebagai hobi atau kesenangan (Sukarya,

2010: 327).

Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama, ini berarti bahwa

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada

bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi

sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda dalam konteks pendidikan,

guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran

hingga mencapai tujuan pembelajaran.

Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana

dan penggerak kegiatan pembelajaran. Prosesbelajar mengajar melibatkan

terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik, agar proses belajar

mengajar berlangsung dengan baik, guru diharapkan memahami tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan

tujuan, menetapkan materi dan mampu memahami berbagai metode dan

(6)

Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana diamanatkan dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena

budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Aspek budaya pada mata

pelajaran seni budaya dan keterampilan tidak dibahas secara tersendiri tetapi

terintegrasi dengan seni. Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan pada

dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya dan mempunyai 4

sub bagian pelajaran, diantaranya adalah seni musik, seni tari, seni rupa, dan

seni teater. Meskipun seni tari hanya dituntut untuk menari, namun

sebenarnya tidak semudah itu perlu adanya penguasaan teknik-teknik tertentu

untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Tari merupakan ungkapan ekspresi jiwa yang berbentuk gerak tubuh. Seni tari

adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk

gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika (Mustika,2013:21). Seni tari

merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai

ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur

keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi.

Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di

(7)

Berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru seperti

cooperative learning, contextual teaching and learning, directive learning

atau pembelajaran langsung dan sebagainya.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menciptakan proses

pembelajaran dan pengajaran yang baik. Guru perlu menggunakan model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran serta

kemampuan gurunya sendiri. Guru dalam memilih metode dan model

pengajaran hendaknya yang dapat mendukung siswa untuk mampu

meningkatkan motivasi belajar karena hal tersebut memegang peranan

penting dalam pencapaian hasil belajar. Pemilihan model mengajar yang

kurang variatif dalam proses pembelajaran akan menimbulkan situasi

pembelajaran yang tidak menyenangkan khususnya pembelajaran seni tari.

Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah Model

pembelajaran Directive Learning. Model pembelajaran Directive Learning

atau Pembelajaran Langsung adalah suatu model mengajar yang dirancang

khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif berupa pengertian dan makna serta prosedural berupa

cara bagaimana melakukan sesuatu yang terstruktur dengan baik yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Istilah lain yang bisa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran

langsung yakni di antaranya trainingmodel, active teaching model, mastery

(8)

Husamah, 2013:116). Model Pembelajaran langsung ini dipilih agar dapat

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah (Husamah,2013:117).

Model directive learning atau pembelajaran langsung yang dimaksud adalah

model pembelajaran langsung pada pembelajaran tari. Pembelajaran tari

menggunakan model directive learning atau pembelajaran langsung

digunakan agar peserta didik lebih mudah memahami ketrampilan dasar

dalam menari. Model pembelajaran ini juga terstruktur sehingga peserta didik

dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas dan dapat

memaksimalkan waktu yang ada. Model pembelajaran ini cocok digunakan

pada pembelajaran tari karena pola kegiatan pembelajarannya bertahap

selangkah demi selangkah khususnya pada ketrampilan dasar. Teknik

penyajian pembelajaran tari dengan model directive learning atau

pembelajaran langsung yaitu dengan mendemonstrasikan tahap demi tahap

bentuk gerak tari, kesesuaian gerakan dengan iringan serta ekspresi wajah.

Pembelajaran dilakukan secara betahap selangkah demi selangkah sehingga

peserta didik dapat dengan mudah memeragakan tari dengan hafalan dan

menguasai teknik hafalan tersebut.

SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung merupakan sekolah

yang beralamatJL. Merapi Raya No. 2 Kel. Perumnas Way Halim Kec.

(9)

Dipilihnya SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung karena

memiliki ketersediaan data yang dapat membantu dan mempermudah

jalannya penelitian. SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung

merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan pembelajaran seni

budaya. Pembelajaran seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim

Bandar Lampung terdiri dari seni rupa, seni musik dan seni tari. Pada tahun

pelajaran 2014/2015 semester genap, pembelajaran seni budaya disesuaikan

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Seni tari merupakan salah satu cabang seni budaya yang diajarkan di SD

Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung. Pembelajaran tari di SD

Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diadakan pada kegiatan

ekstrakurikuler dan intrakurikuler.Sebagian besar siswi di SD Negeri 2

Perumnas Way Halim Bandar Lampung mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

tari namun tidak semuanya mengikuti, tetapi prestasi yang didapat dalam

bidang seni tari di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung ini sudah

cukup banyak.Pada penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana proses

pembelajaran tari apabila siswi telah memiliki bekal keterampilan tari pada

kegiatan ekstrakurikuler apakah berbeda hasilnya dengan yang tidak

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung

(10)

Pembelajaran tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung

diajarkan kepada siswa sekolah dasar kelas tinggi yaitu pada kelas IV, V dan

VI. Namun pada kelas tinggi pembelajaran tari hanya diberikan pada kelas VI

sedangkan pada kelas IV dan V hanya diberikan materi-materi dari LKS dan

buku cetak tanpa praktik menari.Pada kelas VI pembelajaran tari sudah pada

tahap praktik. Sedangkan pada kelas rendah yaitu kelas I, II dan III diberikan

materi pelajaran seni rupa dan seni musik. Hal ini disebabkan karena

kurangnya tenaga pendidik seni budaya khususnya dibidang seni tari. Guru

seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung adalah

ibu Rosita Wati, beliau merupakan guru yang memiliki latar belakang

pendidikan seni tari dan mengajarkan pembelajaran tari di kelas VI SD

Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.

Pada kelas VI semester genap terdapat standar kompetensi yaitu

mengekspresikan diri melalui karya seni taridan kompetensi dasaryaitu

memeragakan tari daerah setempat secara perorangan atau kelompok yang

tercantum dalam silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran

seni tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada kelas

VI semester genap adalah tari muli sigeryang merupakan salah satu garapan

tari kreasi baru daerah Lampung. Tari muli siger ini adalah tari kreasi baru

yang digarap menjadi sebuah karya seni dan dapat dinikmati oleh masyarakat

Lampung (Mustika, 2012: 23). Dipilihnya tari muli siger oleh guru seni

budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung karena tari ini

merupakan tari kreasi baru yang belum banyak dikenal, sehingga dapat

(11)

Tari ini disesuaikan dengan materi yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.

Kelas VI di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung terdiri dari

empat kelas yaitu kelas VI A, VI B, VI C dan VI D. Pada semester ganjil

pembelajaran tari pada kelas VI yaitu mempelajari materi praktik tari sigeh

penguten yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi

pada kurikulum. Dan pada semester genap ini guru memberikan materi tari

muli siger karena materi ini sesuai dengan kurikulum di SD N 2 Perumnas

Way Halim Bandar Lampung.

Peneliti disini akan memfokuskan penelitiannya pada kelas VI C. Dipilihnya

kelas VI C sebagai sasaran penelitian karena kelas ini merupakan kelas

unggulan dan antusias peserta didik dikelas ini dalam bidang seni tari cukup

tinggi dan sebagian besar siswi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari

sehingga akan lebih mudah menangkap materi tari muli siger serta

direkomendasikan langsung oleh guru seni budaya. Kelas VI C terdiri dari 20

peserta didik laki-laki dan 16peserta didik perempuan. Akan tetapi materi tari

muli siger pada kelas VI C hanya diberikan pada peserta didik perempuan

sedangkan peserta didik laki-laki mempelajari tari sigeh penguten. Hal ini

dikarenakan pada semester ganjil peserta didik laki-laki belum tuntas

menghafal ragam gerak tari sigeh penguten sedangkan peserta didik

(12)

penelitiannya pada peserta didik perempuan kelas VI C yang terdiri dari 16

peserta didik.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, sekolah ini baru menerapkan

pembelajaran tari di kelas,sehingga model pembelajaran yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran tari yaitu model pembelajaran

directive learning atau pembelajaran langsung sebagai tahap awal, karena

model ini dianggap memungkinkan mencapai target belajar yang spesifik

bagi peserta didik tingkat dasar karena model pembelajrannya terstruktur dan

berpola sehingga dapat memudahkan peserta didik untuk memahami materi

dan menghafal ragam gerak tarimuli siger.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut.“Bagaimanakah pembelajaran tari muli siger menggunakan model

directive learningpada Kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim

Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan

model directive learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way

(13)

2. Mendeskripsikan hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari muli siger

menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD Negeri 2

Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut;

1. Memberi alternatif bahan ajar bagi guru seni budaya dan keterampilan

khususnya seni tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar

Lampung

2. Menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai bentuk tari

Lampung khususnya tarimuli siger

3. Menambah dan memberi pengetahuan kepada peneliti mengenai

pembelajaran tarimuli sigermenggunakan modeldirective learningpada

kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun

pelajaran 2014/2015.

1.5 Ruang Lingkup penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sasaran (subjek)

Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan siswi perempuan

kelas VI C yang berjumlah 16 siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim

(14)

2. Masalah (objek)

Objek penelitian ini adalah Pembelajaran tari muli siger menggunakan

model directive learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way

Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

3. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim

Bandar Lampung yang beralamatkan JL. Merapi Raya No. 2 Kel.

Perumnas Way Halim Kec. Kedaton Kota Bandar Lampung.

4. Waktu penelitian

Waktupenelitian ini adalah pada awal semester genap tahun ajaran

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil

penelitian yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang

model directive learning dan tari muli siger belum ada yang mencatat

tentang Pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning

pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.

Husamah dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Luar Kelas Out Door

Learning” (2013) yang berisi tentang rancangan strategi mengembangkan

metode dan model pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan

menantang. Salah satu model yang ada di dalam buku tersebut yaitu model

pembelajaran directive learning. Model pembelajaran directive learning

adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model

pembelajaran ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan peserta didik.

Selain itu, dengan model pembelajaran langsung guru dapat memaksimalkan

waktu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan

(16)

Hidayat dalam bukunya “Wawasan Seni Tari” (2005) tari sejak awal

merupakan sebuah seni kolektif, sebab dalam kerangka wujudnya tempat

dibentuk oleh berbagai disiplin seni yang lain misalnya sastra musik, seni

rupa, dan seni drama. Tari pada waktu itu masih sebagai bentuk

pengungkapan yang bersahaja dan sangat tunduk pada kepentingan adat serta

religi. Perkembangan selanjutnya, tari tidak lagi menjadi bagian dari aktivitas

adat atau religi, tetapi kehadiran tari menjadi berdiri sendiri sebagai sebuah

ekspresi seni yang mandiri.

I Wayan Mustika dalam bukunya berjudul “Tari Muli Siger” yang berisi

tentang penggarapan tari muli siger sebagai upaya mempertahankan seni

tradisi Lampung. Tari tersebut merupakan garapan tari kreasi baru yang

mengadopsi gerak dari gerakan tari tradisi lampung yang telah ada. Tari muli

siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang

kehormatan. Tari muli siger adalah tari kreasi baru yang bertemakan tentang

gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger

emas sebagai lambang kehormatan.

Tari muli siger ditarikan oleh enam orang penari putri. Keenam penari ini

sama-sama menari dengan gerak dan kostum yang sama. Keindahan dan

kelincahan gerak tari muli siger ini dapat mencerminkan kemolekan atau

kecantikan gadis Lampung. Kehormatannya pun yang terpancar dari siger

yang digunakan menandakan adanya cermin keagungan yang sangat tinggi

dalam falsafah kehidupan masyarakat Lampung. Antara gadis atau penari

(17)

terlihat jelas dalam garapan tari muli siger. Tari muli siger mencerminkan

karakteristik kecantikan seorang gadis yang sangat terhormat.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas tidak terdapat judul yang sama, oleh

karena itu penelitian ini dapat dikatakan masih orisinil.

2.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem

pengajaran terdiri dari manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari

siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material,

meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide, dan film audio

dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas,

perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan

metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya

(Hamalik, 2013: 57).

Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada

kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat

belajar dengan efektif dan efisien. Kata pembelajaran berasal dari kata ajar

yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau

diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

(18)

UU No 20 tahun 2003 pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi

proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat

serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik.

Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh lingkungan.

Melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, maka siswa

memperoleh pengalaman yang selanjutnya memengaruhi perilakunya,

sehingga berubah dan berkembang. Lingkungan yang dibutuhkan untuk

maksud tersebut, seperti mempersiapkan program belajar, bahan pelajaran,

metode belajar, dan alat pengajar. Proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh

pribadi guru, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar sekolah, dan

semua lingkungan belajar yang bermakna bagi perkembangan siswa (Susanto,

2013:21).

Langkah perencanaan program pengajaran memegang peranan yang sangat

penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Adapun 3

langkah pengajaran diantaranya (Thobroni dan Mustofa, 2011:25).

1. Perencanaan pengajaran

Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat

(19)

keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah

perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat

sasaran. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai

proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,

penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu

alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

2. Pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran

Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru

biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut

dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh

dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada guru tentang

bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan

bagian-bagian mana pula yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan (Ibrahim, 2010: 125).

a. Perencanaan Pengajaran

Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang dilaksanakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun

berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan

pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang

dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran (Majid,

2007: 15). Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai

proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,

(20)

alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan.(Majid, 2007: 17).

b. Pelaksanaan program pengajaran

Ada empat langkah pokok yang biasa dilakukan dalam keseluruhan proses

program pengajaran yaitu evaluasi awal, pelaksanaan pengajaran, evaluasi

akhir, dan tindak lanjut (Ibrahim, 2010: 130-132).

a) Evaluasi Awal

Evaluasi awal atau pretest dilakukan sebelum pelajaran diberikan. Tujuan

atau fungsinya ialah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai

pelajaran yang bersangkutan.

b) Pelaksanaan pengajaran

Setelah evaluasi awal dilakukan, langkah berikutnya ialah melaksanakan

pengajaran sesuai dengan langkah-langkah atau kegiatan belajar mengajar

yang telah direncanakan.

c) Evaluasi akhir

Fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang

dicapai siswa pada akhir pengajaran. Hasil evaluasi akhir kita

bandingkan dengan evaluasi awal, akan dapat diketahui seberapa jauh

efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, di samping

sekaligus dapat pula kita ketahui bagian-bagian mana dari bahan

pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa.

d) Tindak lanjut

(21)

guru dapat merencanakan kegiatan-kegiatan tindak lanjut yang perlu

dilakukan, baik berupa upaya perbaikan (remedial) bagi siswa-siswa

tertentu, maupun berupa penyempurnaan program pengajaran.

c. Evaluasi Pengajaran

Evluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai

atau mufakat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau

pengukuran (Mudjiono, 2013: 221). Evaluasi merupakan kegiatan

mengumpulkan fakta atau bukti-bukti secara sistematis untuk menetapkan

apakah telah terjadi perubahan pada diri siswa, dan sampai sejauh mana

perubahan yang terjadi. Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang

berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas

pembelajaran.

Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran, yaitu evaluasi program

pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

a) Evaluasi program pembelajaran

Yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas

program pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Dengan

evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga kemungkinan

rekomendasi, yaitu program pembelajaran tidak baik dan tidak boleh

digunakan atau laksanakan, program pembelajaran dapat digunakan

atau dilaksanakan tapi harus direvisi terlebih dahulu, dan program

pembelajaran yang baik dan siap atau dapat digunakan atau

(22)

b) Evaluasi proses pembelajaran

Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran

sedang berlangsung. Artinya, dengan evaluasi proses dapat diketahui

bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran, aktivitas guru selama

pembelajaran berlangsung, bagaimana keterampilan guru dalam

membuka sampai dengan menutup pembelajaran.

c) Evaluasi hasil belajar

Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil pembelajaran

dalam bentuk hasil atau prestasi belajar siswa. Hasil belajar akan

nampak pada tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan

pengalaman belajar yang dipelajari selama proses pembelajaran.

Dengan evaluasi hasil belajar dapat ditetapkan boleh atau tidaknya

siswa melanjutkan belajar ke tingkat pembelajaran selanjutnya atau

harus mengulang.

2.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain (joice & Weil dalam Rusman,

2012:133).

2.2.1 Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung Pembelajaran Directive Learning merupakan model pengajaran yang

(23)

Hal ini mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam

mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan langsung

kepada seluruh kelas. Model Directive Learning menekankan pada

penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan

pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan

ketrampilan secara langsung, (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan

tertentu, (3) materi pembelajaran yang telah terstrukturisasi, (4) lingkungan

belajar yang telah terstrukturisasi, dan (5) distrukturisasi oleh guru. Guru

berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya

menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,

gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan dapat berupa

pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan

sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu

dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) (Husamah, 2013: 116-

119).

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar

peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif

yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah yang dapat

dilakukan dalam model pembelajaran ini yaitu menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik, mendemonstrasikan pengetahuan dan

ketrampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan

umpan balik, memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan (Rosdiani Dini,

(24)

yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung

mensyaratkan tiap detail ketrampilan atau isi didefinisikan secara seksama

dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara

seksama. Tujuan pembelajaran dapat dirancang bersama oleh guru dan siswa,

model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa

terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab)

yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin

dan tanpa humor. Ini berarti lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi

harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik (Kardi dan Nur

dalam Husamah, 2013: 123.124)

Pada model Directive Learning terdapat fase langkah pembelajaran yang

sangat penting. Fase-fase tersebut diantaranya :

1) Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas

dan memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui apa yang

harus mereka kerjakan dan menarik perhatian peserta didik pada

poin-poin yang dibutuhkan perhatian khusus.

2) Instructing. Guru memberi informasi dan menstrukturisasinya dengan

baik.

3) Demonstrating. Guru menunjukan, mendeskripsikan, dan membuat

model dengan menggunakan sumber serta display visual yang tepat.

4) Explaining and illustrating. Guru memberikan penjelasan-penjelasan

akurat dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada metode

(25)

5) Question and Discussing. Guru bertanya dan memastikan seluruh

peserta didik ikut ambil bagian. Guru mendengarkan dengan seksama

jawaban peserta didik dan merespon secara konstruktif untuk

mengembangkan belajar peserta didik.

6) Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan menguatkan dan

mengembangkan apa yang sudah diajarkan melalui berbagai macam

kegiatan dikelas. Guru dapat juga memberikan tugas-tugas yang

difokuskan dengan baik untuk dikerjakan dirumah. Guru meminta

peserta didik bersama pasangan atau kelompoknya melakukan refleksi

atau membahas sebuah proses.

7) Evaluating pupil’s responses. Guru mengevaluasi presentasi hasil kerja

peserta didik.

8) Summarizing. Guru merangkum apa yang telah diajarkan dan apa yang

sudah dipelajari peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran.

Guru mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahpahaman. Guru

mengundang peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka

dan menarik poin-poin serta ide-ide kunci (Muijs dan Reynolds dalam

Husamah, 2013: 121-123).

Tujuan dari model pembelajaran Directive Learning ini adalah untuk

menilai tingkat pengetahuan siswa. Selain itu, dengan model pembelajaran

langsung guru dapat memaksimalkan waktu belajar siswa dan

mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan tujuan

(26)

Tindakan dalam pembelajaran langsung dirancang untuk membuat sebuah

lingkungan pendidikan yang berorientasi akademik dan terstruktur serta

mengharuskan siswa untuk terlibat aktif saat pembelajaran.

2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung

1) Dengan model pembelajaran directive learning, guru dapat

mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa

sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai

2) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengerjakan konsep dan

keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah sekalipun

3) Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam

bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu

permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana

suatu pengetahuan dihasilkan.

4) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas

kecil.

5) Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.

6) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat

7) Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik

8) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat

9) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi

apabila model directive learning atau pembelajaran langsung digunakan

(27)

10) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru

sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.

11) Baik digunakan untuk menjelaskan fakta yang spesifik dan keterampilan

dasar.

2.2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung

1) Memerlukan pengorganisasian materi pelajaran dengan baik dan persiapan

keterampilan komunikasi yang prima

2) Tiap tahap pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sebagaimana

yang diharapkan

3) Materi pelajaran harus dikemas dengan baik sebelum pelaksanaan

pembelajaran

4) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran Directive Learning akan

membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua yang

perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab

mengenai pembelajaran siswa itu sendiri.

2.2.4 Langkah penerapan pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung Pada Pembelajaran Seni Tari

Langkah pembelajaran yang dimaksud adalah langkah pembelajaran pada

saat siswa menerima materi dan memperagakannya kembali tari muli

siger. Pada tahap pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

menyampaikan materi apa yang akan dipelajari (tahap directing) dengan

adanya tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum

(28)

mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar (tahap

instructing).

Tahap ketiga yaitu mendemonstrasikan semua gerak-gerak tari muli siger

kemudian peserta didik menirukan apa yang diajarkan oleh guru (tahap

demonstrating), tahap keempat yaitu eksplaining and ilustrating dilakukan

dengan guru memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan materi

yang disampaikan. Tahap kelima yaitu tahap question and discussing guru

bertanya dan memastikan seluruh peserta didik ikut ambil bagian.

Tahap keenam yaitu consolidating dilakukan dengan guru membagi

kelompok sebagai sarana untuk memaksimalkan dan mengembangkan apa

yang sudah diajarkan yaitu dengan berlatih bersama kelomok

menghafalkan ragam gerak tari yang diberikan oleh guru. Selanjutnya

peserta didik bersama kelompoknya mempresentasikan gerak tari muli

siger sebagai hasil latihannya, kemudian guru mengevaluasi hasil kinerja

pserta didik dan merangkum apa yang telah diajarkan dan mengoreksi

kesalah pahaman peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran

merupakan bagian dari tahap ketujuh dan kedelapan (tahap evaluating

pupils’s responses dan summarizing).

2.3 Seni Tari 2.3.1 Pengertian tari

Tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak,

(29)

Keindahan, indah bukan hanya hal-hal yang halus dan bagus saja,

melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia. Gerak yang

kasar, keras, kuat dan lainnya bisa merupakan gerak yang indah. Berjiwa

biasa diartikan memberi kekuatan yang bisa menghidupkan jadi, gerak yang

telah dibentuk dan berirama tersebut seakan hidup dan dapat memberikan

pesan yang dapat kita mengerti dan berarti. Harmonis adalah kesatuan yang

selaras dari keindahan yang bergerak, berirama, dan berjiwa tersebut

(Kussudiardjo, dalam Wahyudiyanto 2008:11).

Tari menurut (Sedyawati dalam Hidayat 2005:2),yaitu

a. Pengertian tari bersifat terbatas adalah susunan gerak beraturan yang

dengan sengaja dirancang untuk mencapai suatu kesan tertentu.

b. Pengertian tari bersifat umum adalah bentuk upaya untuk mewujudkan

keindahahn susunan gerak dan irama yang dibentuk dalam

satuan-satuan komposisi.

Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak

ritmis yang indah (Soedarsono, dalam Hidayat 2005:2). Dari beberapa

pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa

manusia sesuai dengan motivasi tertentu, yang diungkapkan lewat

(30)

2.3.2 Jenis tari

Jenis tari adalah berbagai keragaman wujud tari yang memiliki perbedaan

dan atau kesamaan yang dapat dikelompokan berdasarkan: perkembangan,

tata cara penyajian dan bentuk koreografinya.

Tari tradisional dapat dipahami sebagai sebuah tata cara yang berlaku di

sebuah lingkungan etnik tertentu yang bersifat turun menurun. Tari modern

adalah tari yang lepas kaidah-kaidah atau konvensi tradisional (Hidayat

2005:14). Tari kreasi baru ialah tari yang mengarah kepada kebebasan

dalam pengungkapan, tidak berpijak kepada pola tradisi lagi (Sudarsono,

2011:29). Tari kreasi baru merupakan ungkapan seni yang tidak berpolakan

tradisi, tetapi lebih merupakan garapan baru yang tidak berpijak pada

standar yang telah ada (Sudarsono, 2011: 31).

2.3.3 Fungsi Tari

Pengertian tentang fungsi tari kaitannya dengan keberadaan tari dalam

masyarakat tidak hanya sekedar aktifitas kreatif, tetapi lebih mengarah pada

kegunaan. Artinya keberadaan tari memiliki nilai guna dan hasil guna yang

memberikan manfaat pada masyarakat, khususnya dalam mempertahankan

kesinambungan kehidupan sosial.selain tari yang dipergunakan sebagai

bagian dari upacara penyambutan (ceremonial). Tarian juga difungsikan

sebagai pendukung untuk menyemarakkan perhelatan atau hajat pribadi

seperti khitan, pernikahan, atau nadar (membayar janji). Perkembangan

fungsi tari pada zaman modern lebih mengarah pada bentuk prestasi

(31)

dengan demikian muncul bentuk-bentuk tari yang berfungsi sebagai hiburan

(tontonan). Disamping itu ada fungsi tari yang cukup tua dalam sejarah

kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana untuk mengungkapkan

rasa kegembiraan atau tari suka cita (Hidayat, 2005: 5-7).

Fungsi pertunjukkan tari di masyarakat dapat dibagi kedalam empat jenis

yaitu, pertama berfungsi sebagai sarana ritual, kedua berfungsi sebagai

sarana hiburan pribadi, ketiga berfungsi sebagai presentasi estetis yaitu

sebagai tari tontonan (pertunjukan), dan keempat berfungsi sebagai media

pendidikan.

2.4 Tari Muli Siger

2.4.1 Sinopsis Tari Muli Siger

Muli siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan

lambang kehormatan. Tari muli siger merupakan tari kreasi baru yang

bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias

dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. siger saat

ini merupakan simbol adat dari masyarakat Lampung. Siger merupakan

cermin sikap ulun Lampung sejak lama, bahkan secara turun temurun

merupakan bagian dari masyarakat Lampung. Oleh karena itu, tari muli

siger ini adalah menggambarkan gadis-gadis Lampung yang sangat cantik

(32)

2.4.2 Unsur dan Bentuk Tari Muli Siger 1. Penari dan Pendukung Lain

Pertunjukan tari muli siger termasuk tarian kreasi baru yang diciptakan

sebagai penyajian estetis dan bukan sebagai tarian adat. Tari kreasi baru muli

siger termasuk tarian kreasi baru yang berlatar belakang tradisi masyarakat

Lampung beradat pepadun.

Tari muli siger memang digarap menjadi tari kreasi baru dengan tujuan untuk

dapat mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Di samping itu, untuk

menambah jenis tari di Lampung dan sebagai pelestarian seni daerah. Apa

yang dapat diungkap dalam gerak, tata rias, busana dan iringan yang terdapat

dalam tari muli siger dapat menggambarkan wajah kesenian khususnya seni

tari di Lampung (Mustika, 2013: 24)

2.4.3 Gerak Tari Muli Siger

Secara umum gerak tari muli siger mengadopsi dari tarian Lampung lainnya,

seperti pada seni cangget dan tari sigeh penguten Lampung. Hanya beberapa

saja menggunakan gerak dari para penggarap, karena gerak-gerak tari

Lampung lainnya sifatnya masih sederhana. Penekanan dalam gerak tari muli

siger ini lebih kepengembangan komposisi tari dan kelincahan gerak sebagai

media utama. Di sisi lain juga iringan musiknya memberikan aksen atau

(33)

Tabel 2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger

1. Lapah ngusung siger

(berjalan membawa siger)

20. Ngelik mit kanan-kiri (kelik atau ukel ke kanan dan kiri)

2. Butakhi (akan menari) 21. Mejong kenui bebayang (duduk

membuka sayap

3. Samber melayang (gerak

menirukan burung terbang)

22. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

4. Pungu ngelik kanan (tangan dikelik atau ukel kekanan)

23. Bebalikh kenui bebayang (serong membuka sayap)

5. Ngelik mit kanan (kelik atau diukel kekanan)

24. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

6. Samber melayang (gerak

menirukan burung terbang)

25. Kenui bebakhis (bergerak berbaris)

7. Busikhena (berhias) 26. Kenui ngangkat ko kepi (bergerak

mengangkat sayap)

8. Samber melayang (gerak

menirukan burung terbang)

27. Ngelik ngehaman (kelik atau ukel diam ditempat)

9. Pungu ngelik kiri (tangan dikelik atau diukel kekiri)

28. Kenui bebakhis (bergerak berbaris)

10.Ngelik mit kiri (kelik atau di ukel ke kiri)

29. Mampam kebelah (membawa

siger dengan tangan sebelag) 11.Samber melayang (gerak

menirukan burung terbang)

30. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

12.Busikhena (berhias) 31. Hentak kukut (menghentakkan

kaki)

15.Ngelik mit kanan-kiri (di kelik atau ukel kekanan dan kiri)

34. Umbak (bergerak seperti ombak)

16.Mampam siger (membawa

siger)

35. Kenui bebayang khanggal

(bergerak membuka sayap tinggi) 17.Ngelik mejong kanan-kiri

(di ukel atau kelik kanan dan kiri)

36. Mutokh mampam kebelah

(berputar membawa siger dengan tangan sebelah)

18.Ngelik temegi (ukel atau kelik berdiri)

37. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

19.Mampam siger (membawa

siger)

(34)

Tabel 2.2. Ragam Gerak Tari Muli Siger

NO. Uraian Gerak Foto

1. Lapah Ngusung Siger

Posisi badan tegak, berjalan ke depan, kedua tangan di rentangkan ke samping 45 sejajar pinggang, telapak tangan di gerakkan membuka dan menutup secara bergantian seperti gambar disamping.

2. Butakhi

(35)

3. Samber Melayang

Posisi badan mendak level sedang, kedua tangan di arahkan ke depan dada 45 hingga jari tengah kedua tangan bertumpu lalu kedua tangan bertemu lalu kedua tangan direntangkan ke samping.

4. Pungu Ngelik Kanan dan Kiri Posisi badan level sedang diam di tempat, kedua tangan diarahkan di depan dada lengan membentuk sudut 45 hingga jari tengah kedua tangan bertumpu lalu tangan kanan direntangkan ke arahsorong kanan atas (lengan lurus ke atas), dan tangan kiri diletakkan di depan dada (lengan ditekuk sejajar badan), kaki kanan (kaki kanan-kiri secara bergantian dengan telapak tangan membuka dan menutup).

Posisi tanagan serong kanan atas, kedua tangan di arahkan ke lutut dengan posisi badan agak merunduk (tangan kanan menempel di lutut kanan dan tangan kiri di pinggang).

(36)

6. Busikhena

Posisi badan mendak, kedua kaki di langkahkan ke depan secara bergantian, kedua tangan sejajar dada, lengan lurus ke depan, badan serong kanan dan kiri secara bergantian, telapak tangan membuka dan menutup. Telapak tangan membuka tegak, dan saat menutup posisi telapak tangan menyamping.

(37)

7. Bebalik Ngelik Kanan-Kiri Posisi badan mendak serong kiri, kedua tangan digerakkan memutar di depan dada, diukel atau ngelik dan diletakkan di atas bahu. Posisi kaki kanan lurus ke depan serong kiri, lalu di arahkan ke samping kaki kiri.

Begitu pula sebaliknya pada gerak Bebalik Ngelik Kanan.

8. Kanluk

(38)

9.

Ngelik Kanan dan Kiri

Posisi badan tegak, tangan kanan tegak ke atas di ukel atau ngelik ke kanan, tangan kiri sejajar dada, telapak tangan kiri tegak membuka, kaki kiri di buka ke samping.

10. Mampam Siger

(39)
(40)

12. Ngelik Temegi

Gambar disamping adalah proses berdiri dengan posisi badan jongkok, kedua tangan serong kanan dan kiri sambil ukel atau ngelik, lalu berdiri dan mencari posisi.

13.

Ngelik Kanan dan Kiri

(41)

14. Mejong Kenui Bebayang

(42)

15. Lapah Tabik Pun

Posisi badan mendak, kedua tangan diukel atau ngelik secara bergantian ke kanan dan kiri lalu bergerak lari kecil memutar sambil mencari posisi.

16. Bebalik Kenui Bebayang

(43)

17. Kenui Bebakhis

Posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan diukel atau

ngelik di depan dada lalu

berputar ditempat. Setelah itu, kedua tangan proses berputar ke depan lalu diletakkan sejajar pinggang.

18. Kenui Ngangkat ko Kepi

(44)

19. Ngelik Ngehaman

(45)

20. Mampam Kebelah Posisi badan mendak dan berputar, tangan kanan di letakkan di atas bahu dengan telapak tangan membuka ke atas dan tangan kiri direntangkan ke bawah (begitu pula sebaliknya).

21. Hentak Kukut

(46)

22. Ngelik

Posisi badan mendak, kaki kiri ke belakang kaki kanan, tangan di arahkan ke sebelah kanan dengan posisi serong ke atas, telapak tangan tegak ke atas, kaki

mengarah ke samping kiri diikuti oleh tangan mengukel atau ngelik.

23. Mutokh

(47)

24. Umbak

Posisi badan mendak dan serong kanan kiri, tangan di letakkan ke arah serong kanan dan kiri sambil kedua tangan diputar. Lakukan gerakan secara bergantian

(48)

(Foto, Nurul Kartika Setiana, 2014)

2.4.4 Iringan Tari Muli Siger

Proses penyusunan tari muli siger dari awal sampai selesai diiringi oleh alat musik tradisional Lampung yang disebut dengan talo balak atau tala balak. Ritme atau pola pada irama tari muli siger tenang dan kadangkala ada dinamisnya. Ada beberapa tekanan dari tempo tabuhannya, tergantung pada gerak tari yang disusun atau disesuaikan dengan iringannya (Mustika, 2013: 77).

26. Mutokh Mampam Kebelah Posisi badan mendak sambil berputar ditempat, kedua tangan direntangkan ke samping dengan salah satu tangan level rendah dan level tinggi, telapak tangan menutup, kaki kakan berada di belakang kaki kiri untuk membantu berputar 360.

27. Ngeguwai Siger

(49)

2.4.5 Busana Tari Muli Siger

Tabel 2.3. Busana dan Aksesoris Penari Tari Muli Siger

NO Nama Busana dan Aksesoris Gambar

1 Siger atau Makuto

2 Gaharu

3 Sanggul

4 Kalung Papan Jajar

5

Gelang Kano, Gelang duri dan

(50)

6 Anting

7 Peneken

8 Kain Tapis

9 Selendang Tapis

10 Pending

11 Kain Selendang Putih

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti akan

mengamati fakta, gejala-gejala dan objek secara naturalistik yang kemudian

menjadi hasil penelitian adalah sebuah kesimpulan tindakan tanpa adanya

rekayasa data (manipulasi data). Penelitian kualitatif sering disebut metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (Sugiyono, 2013: 14).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan,

menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sistematis.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,

persepsi, motivasi, tindakan. Secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2010: 6).

Penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah menggambarkan dan

menjabarkan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model

(52)

Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Adapun rencana atau desain

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengamati pelaksanaan pembelajaran tari muli siger dengan

menggunakan model directive learning pada setiap pertemuan.

2. Mengamati aktivitas guru dan siswi serta kondisi yang terjadi pada

pelaksaan pembelajaran setiap pertemuan berdasarkan review kegiatan

berupa foto, video, serta catatan lapangan.

3. Menganalisis pembelajaran tari muli siger setiap pertemuan serta tes

praktik tari muli siger

3.2 Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru seni budaya, dan siswi kelas VI

C yang berjumlah 16 siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar

Lampung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2012:224).

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui

observasi,wawancara, dokumentasi, test praktik dan nontes.

3.3.1 Observasi

Pengamatan adalah alat pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

(53)

Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengamat pada kelasVI C di SD

Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap pembelajaran

seni tari pada siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.

Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran seni

tari pada siswi kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar

Lampungsesuai dengan tujuan penelitian.

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Penelitian ini menggunakan

wawancara tak terstuktur. Metode ini bertujuan untuk memperoleh

bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan

urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri tiap informan. Wawancara tak

terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-katanya

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara (Moleong,

2010:190).Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data

dan informasi mengenai penerapan model directive learning dalam

pembelajaran tari muli siger pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way

Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Wawancara dilakukan

pada guru seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar

(54)

3.3.3 Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan dokumentasi berbentuk video, catatan lapangan

dan foto-foto selama proses pembelajaran dan pada saat penilaian praktik

dalam rangka untuk mereview kegiatan pembelajaran untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswi. Dokumentasi pada

penelitian ini yaitu foto, video, serta catatan lapangan yang diambil pada saat

pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan directive learning dari

setiap pertemuan.

3.3.4 Tes Praktik (perbuatan)

Perolehan data tentang hasil belajar tari muli siger pada siswi yang mengikuti

pembelajaran tari digunakan tes praktik perbuatan atau produk gerak-gerak

tari muli siger yang dilakukan siswi sebagai hasil belajar individu di dalam

kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan test praktik,

seperti di bawah ini.

Tabel 3.4. Lembar Pengamatan Tes Praktik Tari Muli Siger

No Aspek Deskriptor Skor kriteria dengan hafalan 22 motif ragam gerak

4 Baik

c. Siswi memeragakan

(55)
(56)

e. Siswi memeragakan

pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 10 sehingga

hasil belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan

nilai untuk Skala lima, sebagai berikut.

Tabel 3.5. Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan

80-100

Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan

dua aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan urutan

gerak dan ketepatan gerak dengan musik dengan pemberian skor yang sudah

ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik yang memiliki skor

maksimal 10. Selanjutnya setelah skor siswi diperoleh maka diolah menjadi

nilai dengan rumus berikut.

(57)

3.3.5 Nontest

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang

aktivitas siswi dalam pembelajaran tari muli siger dan aktivitas guru dalam

mengajar di kelas dengan penggunaan model directive learning . Untuk

memperoleh data tentang penggunaan model directive learning pada

pembelajaran tari muli siger yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas

siswi, sebagai berikut.

Tabel 3.6. Lembar Penilaian Aktivitas Siswi

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria 1 Listening pemberian materi tari muli siger ada 6-7 siswi.

2 Kurang

(58)

c. Siswi yang memperhatikan

memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 15-16 siswi.

5 Baik

Sekali

b. Siswi yang mampu

memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 12-13 siswi.

4 Baik

c. Siswi yang mampu

memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 9-10 siswi.

3 Cukup

d. Siswi yang mampu

memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 6-7 siswi.

2 Kurang

e. Siswi yang mampu

memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 3-4 siswi.

1 Gagal

Total skor maksimum 15

Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk

mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan

indikator penilaian aktivitas siswi yaitu listening activities, visual activities

dan motora ctivities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan

(59)

aktivitas siswi yang memilikiskor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor

aktivitas siswi diperoleh makadiolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat

kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model

directive learning pada pembelajaran tarimuli siger.

(60)

dan diskusi terkait

P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam

P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuam ketujuh

P.4 = Pertemuan keempat P.8= Pertemuan kedelapan

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru dalam

penggunaan model directive learningpada saat pembelajaran berlangsung tiap

pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi check

(61)

Tabel 3.8. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru NO Instrumen Kegiatan

Penelitian

P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 1 Guru membuka pelajaran

dengan mengucap salam.

2 Guru mengecek kehadiran siswa. learning dalam tari muli siger

P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam

P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuam ketujuh

P.4 = Pertemuan keempat P.8= Pertemuan kedelapan

Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada

saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila

(62)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada

penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti

itu sendiri. Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan

dokumentasi, catatan harian, tes praktik, dan nontes.

3.4.1 Panduan Observasi

Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat

pengamatan, tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara

langsung.

3.4.2 Panduan Pencatatan Lapangan

Panduanpencatatan lapangan berisi catatan harian yang akan

memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan

kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana

rencana penelitian dengan peroleh data yang dikumpulkan.

3.4.3 Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa

foto-foto catatan resmi, dan catatan harian yang menggunakan alat

bantu kamera foto.

3.4.4 Lembar Pengamatan Tes Praktik

Lembar pengamatan tes praktik digunkaan untuk memperoleh data

terhadap hasil belajar tari muli sigerdengan menggunakan model

directive learning. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang

(63)

3.4.5 Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang

aktivitas siswi dalam pembelajaran tari muli siger melalui penggunaan

model directive learning.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2013:244).Hasil analisis disusun untuk

mendeskripsikan pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive

learning pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar

Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut.

3.5.1 Mengamati proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model

directive learning pada kelas VI C di SD N 2 Perumnas Way Halim

Bandar Lampung

3.5.2 Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari muli siger

dengan menggunakan model directive learning;

3.5.3 Mengamati aktivitas guru dan siswi serta kondisi yang terjadi pada

pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan;

3.5.4 Menganalisis hasil tes tari muli siger dengan menggunakan model

(64)

pengamatan tes praktik dengan baik dan benar yang dilakukan oleh

guru;

3.5.6 Memberi nilai hasil tes praktik siswi yang dilakukan oleh guru , dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

4 Menentukan nilai hasil tes praktik yang dilakukan oleh guru kemudian

diakumulasikan, selanjutnya diukur hasil belajar siswi dalam pembelajaran

tari muli siger menggunakan tolakukur sebagai berikut.

Tabel 3.9. Penentuan Patokan Nilai Untuk Skala Lima

IntervalNilai Tingkat

5 Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-halyang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning di SD N 2

Perumnas Way Halim Bandar Lampung diikuti oleh siswi perempuan kelas VI C.

Pelaksanaan model directive learning ini terbagi menjadi 8 tahapan. Tahapan

yang pertama yaitu directing, dimana guru menyiapkan materi dan menjelaskan

tujuan pembelajaran berupa materi tentang makna tarimuli sigerdan nama ragam

gerak tari muli siger. Ketika guru menjelaskan siswi memperhatikan dan

mendengarkan, kemudian salah satu siswi yang berinisial CC menyebutkan nama

ragam gerak tari muli siger dan siswi yang lain mendengarkan. Tahap pertama

directingini dilakukan pada setiap pertemuan.

Tahap kedua yang dilakukan pada setiap pertemuan yaitu instructing, dimana

guru memberikan informasi maupun arahan kepada siswi sebelum melakukan

praktik, pada tahap ini siswi berbaris secara zigzag dengan arah hadap yang sama

menghadap guru dan memfokuskan pandangan ke arah guru. Tahap ketiga yaitu

demonstrating, merupakan pemberian 27 ragam gerak tari muli siger yang

diperagakan langsung oleh guru dan kemudian 16 siswi mengikuti ragam gerak

Gambar

Tabel 2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger
Tabel 2.2. Ragam Gerak Tari Muli Siger
Gambar disamping adalah proses
Gambar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model kooperatif tipe STAD dan hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari Sigeh Penguten pada kegiatan ekstrakurikuler di SD