Oleh
RESA DWI CAHYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 10
II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Pembelajaran ... 14
2.2 Model Pembelajaran ... 19
2.2.1 Model Pembelajaran Directive Learning ... 19
2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Directive Learning ... 23
2.2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Directive Learning ... 24
III METODE PENELITIAN ... 48
3.1 Desain Penelitian ... 48
3.2 Sumer Data... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.3.1 Observasi (Pengamatan) ... 49
3.3.2 Wawancara... 50
3.4.2 Panduan Pencatatan Lapangan... 59
3.4.3 Panduan Dokumentasi ... 59
3.3.4 Lembar Pengamatan Tes Praktik ... 59
3.4.5 Nontes ... 60
3.5 Teknik Analisis Data... 60
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 62
4.2 Profil Singkat SD N 2 Perumnas Way Halim ... 62
4.3 Hasil Penelitian Pendahuluan ... 65
4.4 Hasil dan Pembahasan ... 66
4.4.1 Pertemuan Pertama ... 66
4.4.2 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Pertama ... 74
4.4.3 Pertemuan Kedua ... 79
4.4.4 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedua ... 86
4.4.5 Pertemuan Ketiga ... 94
4.4.6 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketiga ... 98
4.4.7 Pertemuan Keempat ... 105
4.4.8 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keempat ... 110
4.4.9 Pertemuan Kelima... 117
4.4.10 Pertemuan Keenam ... 119
4.4.11 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Keenam ... 121
4.4.12 Pertemuan Ketujuh ... 130
4.4.13 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Ketujuh ... 132
4.4.14 Pertemuan Kedelapan ... 142
4.4.15 Pembahasan Pelaksanaan Pertemuan Kedelapan ... 146
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 157
5.2 Saran ... 160
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik
supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional (muslich, 2007: 1),berisikan amanat pemerintah untuk
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang. Disebutkan dalam pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan mengembangkan potensi dalam dirinya,
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
Pendidikan seni diberikan kepada anak dengan berbagai tujuan tetapi
semuanya didasari oleh keyakinan bahwa seni membentuk kepekaan anak
sejak pertama kali mereka mengalaminya sebagai bentuk dasar ekspresi dan
sebagai tanggapan untuk dan dalam kehidupan. Melalui pendidikan seni,
peserta didik dilatih untuk mengembangkan bakat kreatif, kemampuan dan
ketrampilan yang dapat di transfer pada kehidupan kerja sebagai mata
pencaharian maupun untuk rekreasi sebagai hobi atau kesenangan (Sukarya,
2010: 327).
Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama, ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi
sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda dalam konteks pendidikan,
guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai tujuan pembelajaran.
Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana
dan penggerak kegiatan pembelajaran. Prosesbelajar mengajar melibatkan
terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik, agar proses belajar
mengajar berlangsung dengan baik, guru diharapkan memahami tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, karakteristik siswa, guru merumuskan
tujuan, menetapkan materi dan mampu memahami berbagai metode dan
Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena
budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Aspek budaya pada mata
pelajaran seni budaya dan keterampilan tidak dibahas secara tersendiri tetapi
terintegrasi dengan seni. Mata pelajaran seni budaya dan keterampilan pada
dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya dan mempunyai 4
sub bagian pelajaran, diantaranya adalah seni musik, seni tari, seni rupa, dan
seni teater. Meskipun seni tari hanya dituntut untuk menari, namun
sebenarnya tidak semudah itu perlu adanya penguasaan teknik-teknik tertentu
untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Tari merupakan ungkapan ekspresi jiwa yang berbentuk gerak tubuh. Seni tari
adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam bentuk
gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika (Mustika,2013:21). Seni tari
merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai
ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur
keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi.
Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
Berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru seperti
cooperative learning, contextual teaching and learning, directive learning
atau pembelajaran langsung dan sebagainya.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menciptakan proses
pembelajaran dan pengajaran yang baik. Guru perlu menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran serta
kemampuan gurunya sendiri. Guru dalam memilih metode dan model
pengajaran hendaknya yang dapat mendukung siswa untuk mampu
meningkatkan motivasi belajar karena hal tersebut memegang peranan
penting dalam pencapaian hasil belajar. Pemilihan model mengajar yang
kurang variatif dalam proses pembelajaran akan menimbulkan situasi
pembelajaran yang tidak menyenangkan khususnya pembelajaran seni tari.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah Model
pembelajaran Directive Learning. Model pembelajaran Directive Learning
atau Pembelajaran Langsung adalah suatu model mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif berupa pengertian dan makna serta prosedural berupa
cara bagaimana melakukan sesuatu yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Istilah lain yang bisa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran
langsung yakni di antaranya trainingmodel, active teaching model, mastery
Husamah, 2013:116). Model Pembelajaran langsung ini dipilih agar dapat
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan selangkah demi selangkah (Husamah,2013:117).
Model directive learning atau pembelajaran langsung yang dimaksud adalah
model pembelajaran langsung pada pembelajaran tari. Pembelajaran tari
menggunakan model directive learning atau pembelajaran langsung
digunakan agar peserta didik lebih mudah memahami ketrampilan dasar
dalam menari. Model pembelajaran ini juga terstruktur sehingga peserta didik
dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas dan dapat
memaksimalkan waktu yang ada. Model pembelajaran ini cocok digunakan
pada pembelajaran tari karena pola kegiatan pembelajarannya bertahap
selangkah demi selangkah khususnya pada ketrampilan dasar. Teknik
penyajian pembelajaran tari dengan model directive learning atau
pembelajaran langsung yaitu dengan mendemonstrasikan tahap demi tahap
bentuk gerak tari, kesesuaian gerakan dengan iringan serta ekspresi wajah.
Pembelajaran dilakukan secara betahap selangkah demi selangkah sehingga
peserta didik dapat dengan mudah memeragakan tari dengan hafalan dan
menguasai teknik hafalan tersebut.
SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung merupakan sekolah
yang beralamatJL. Merapi Raya No. 2 Kel. Perumnas Way Halim Kec.
Dipilihnya SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung karena
memiliki ketersediaan data yang dapat membantu dan mempermudah
jalannya penelitian. SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung
merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan pembelajaran seni
budaya. Pembelajaran seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim
Bandar Lampung terdiri dari seni rupa, seni musik dan seni tari. Pada tahun
pelajaran 2014/2015 semester genap, pembelajaran seni budaya disesuaikan
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Seni tari merupakan salah satu cabang seni budaya yang diajarkan di SD
Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung. Pembelajaran tari di SD
Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung diadakan pada kegiatan
ekstrakurikuler dan intrakurikuler.Sebagian besar siswi di SD Negeri 2
Perumnas Way Halim Bandar Lampung mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
tari namun tidak semuanya mengikuti, tetapi prestasi yang didapat dalam
bidang seni tari di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung ini sudah
cukup banyak.Pada penelitian ini peneliti akan melihat bagaimana proses
pembelajaran tari apabila siswi telah memiliki bekal keterampilan tari pada
kegiatan ekstrakurikuler apakah berbeda hasilnya dengan yang tidak
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di SD N 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung
Pembelajaran tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung
diajarkan kepada siswa sekolah dasar kelas tinggi yaitu pada kelas IV, V dan
VI. Namun pada kelas tinggi pembelajaran tari hanya diberikan pada kelas VI
sedangkan pada kelas IV dan V hanya diberikan materi-materi dari LKS dan
buku cetak tanpa praktik menari.Pada kelas VI pembelajaran tari sudah pada
tahap praktik. Sedangkan pada kelas rendah yaitu kelas I, II dan III diberikan
materi pelajaran seni rupa dan seni musik. Hal ini disebabkan karena
kurangnya tenaga pendidik seni budaya khususnya dibidang seni tari. Guru
seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung adalah
ibu Rosita Wati, beliau merupakan guru yang memiliki latar belakang
pendidikan seni tari dan mengajarkan pembelajaran tari di kelas VI SD
Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
Pada kelas VI semester genap terdapat standar kompetensi yaitu
mengekspresikan diri melalui karya seni taridan kompetensi dasaryaitu
memeragakan tari daerah setempat secara perorangan atau kelompok yang
tercantum dalam silabus kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran
seni tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung pada kelas
VI semester genap adalah tari muli sigeryang merupakan salah satu garapan
tari kreasi baru daerah Lampung. Tari muli siger ini adalah tari kreasi baru
yang digarap menjadi sebuah karya seni dan dapat dinikmati oleh masyarakat
Lampung (Mustika, 2012: 23). Dipilihnya tari muli siger oleh guru seni
budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung karena tari ini
merupakan tari kreasi baru yang belum banyak dikenal, sehingga dapat
Tari ini disesuaikan dengan materi yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Kelas VI di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung terdiri dari
empat kelas yaitu kelas VI A, VI B, VI C dan VI D. Pada semester ganjil
pembelajaran tari pada kelas VI yaitu mempelajari materi praktik tari sigeh
penguten yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi
pada kurikulum. Dan pada semester genap ini guru memberikan materi tari
muli siger karena materi ini sesuai dengan kurikulum di SD N 2 Perumnas
Way Halim Bandar Lampung.
Peneliti disini akan memfokuskan penelitiannya pada kelas VI C. Dipilihnya
kelas VI C sebagai sasaran penelitian karena kelas ini merupakan kelas
unggulan dan antusias peserta didik dikelas ini dalam bidang seni tari cukup
tinggi dan sebagian besar siswi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari
sehingga akan lebih mudah menangkap materi tari muli siger serta
direkomendasikan langsung oleh guru seni budaya. Kelas VI C terdiri dari 20
peserta didik laki-laki dan 16peserta didik perempuan. Akan tetapi materi tari
muli siger pada kelas VI C hanya diberikan pada peserta didik perempuan
sedangkan peserta didik laki-laki mempelajari tari sigeh penguten. Hal ini
dikarenakan pada semester ganjil peserta didik laki-laki belum tuntas
menghafal ragam gerak tari sigeh penguten sedangkan peserta didik
penelitiannya pada peserta didik perempuan kelas VI C yang terdiri dari 16
peserta didik.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, sekolah ini baru menerapkan
pembelajaran tari di kelas,sehingga model pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran tari yaitu model pembelajaran
directive learning atau pembelajaran langsung sebagai tahap awal, karena
model ini dianggap memungkinkan mencapai target belajar yang spesifik
bagi peserta didik tingkat dasar karena model pembelajrannya terstruktur dan
berpola sehingga dapat memudahkan peserta didik untuk memahami materi
dan menghafal ragam gerak tarimuli siger.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut.“Bagaimanakah pembelajaran tari muli siger menggunakan model
directive learningpada Kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim
Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan
model directive learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way
2. Mendeskripsikan hasil belajar siswi dalam pembelajaran tari muli siger
menggunakan model directive learning pada kelas VI C di SD Negeri 2
Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut;
1. Memberi alternatif bahan ajar bagi guru seni budaya dan keterampilan
khususnya seni tari di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar
Lampung
2. Menambah pengetahuan dan kecintaan siswa mengenai bentuk tari
Lampung khususnya tarimuli siger
3. Menambah dan memberi pengetahuan kepada peneliti mengenai
pembelajaran tarimuli sigermenggunakan modeldirective learningpada
kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung tahun
pelajaran 2014/2015.
1.5 Ruang Lingkup penelitian
Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sasaran (subjek)
Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan siswi perempuan
kelas VI C yang berjumlah 16 siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim
2. Masalah (objek)
Objek penelitian ini adalah Pembelajaran tari muli siger menggunakan
model directive learningpada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way
Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
3. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim
Bandar Lampung yang beralamatkan JL. Merapi Raya No. 2 Kel.
Perumnas Way Halim Kec. Kedaton Kota Bandar Lampung.
4. Waktu penelitian
Waktupenelitian ini adalah pada awal semester genap tahun ajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil
penelitian yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang
model directive learning dan tari muli siger belum ada yang mencatat
tentang Pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning
pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
Husamah dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Luar Kelas Out Door
Learning” (2013) yang berisi tentang rancangan strategi mengembangkan
metode dan model pembelajaran yang menyenangkan, inovatif dan
menantang. Salah satu model yang ada di dalam buku tersebut yaitu model
pembelajaran directive learning. Model pembelajaran directive learning
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Model
pembelajaran ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan peserta didik.
Selain itu, dengan model pembelajaran langsung guru dapat memaksimalkan
waktu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan
Hidayat dalam bukunya “Wawasan Seni Tari” (2005) tari sejak awal
merupakan sebuah seni kolektif, sebab dalam kerangka wujudnya tempat
dibentuk oleh berbagai disiplin seni yang lain misalnya sastra musik, seni
rupa, dan seni drama. Tari pada waktu itu masih sebagai bentuk
pengungkapan yang bersahaja dan sangat tunduk pada kepentingan adat serta
religi. Perkembangan selanjutnya, tari tidak lagi menjadi bagian dari aktivitas
adat atau religi, tetapi kehadiran tari menjadi berdiri sendiri sebagai sebuah
ekspresi seni yang mandiri.
I Wayan Mustika dalam bukunya berjudul “Tari Muli Siger” yang berisi
tentang penggarapan tari muli siger sebagai upaya mempertahankan seni
tradisi Lampung. Tari tersebut merupakan garapan tari kreasi baru yang
mengadopsi gerak dari gerakan tari tradisi lampung yang telah ada. Tari muli
siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang
kehormatan. Tari muli siger adalah tari kreasi baru yang bertemakan tentang
gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger
emas sebagai lambang kehormatan.
Tari muli siger ditarikan oleh enam orang penari putri. Keenam penari ini
sama-sama menari dengan gerak dan kostum yang sama. Keindahan dan
kelincahan gerak tari muli siger ini dapat mencerminkan kemolekan atau
kecantikan gadis Lampung. Kehormatannya pun yang terpancar dari siger
yang digunakan menandakan adanya cermin keagungan yang sangat tinggi
dalam falsafah kehidupan masyarakat Lampung. Antara gadis atau penari
terlihat jelas dalam garapan tari muli siger. Tari muli siger mencerminkan
karakteristik kecantikan seorang gadis yang sangat terhormat.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas tidak terdapat judul yang sama, oleh
karena itu penelitian ini dapat dikatakan masih orisinil.
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari
siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material,
meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide, dan film audio
dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas,
perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya
(Hamalik, 2013: 57).
Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada
kepentingan, karakteristik dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat
belajar dengan efektif dan efisien. Kata pembelajaran berasal dari kata ajar
yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau
diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
UU No 20 tahun 2003 pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat
serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh lingkungan.
Melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, maka siswa
memperoleh pengalaman yang selanjutnya memengaruhi perilakunya,
sehingga berubah dan berkembang. Lingkungan yang dibutuhkan untuk
maksud tersebut, seperti mempersiapkan program belajar, bahan pelajaran,
metode belajar, dan alat pengajar. Proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh
pribadi guru, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar sekolah, dan
semua lingkungan belajar yang bermakna bagi perkembangan siswa (Susanto,
2013:21).
Langkah perencanaan program pengajaran memegang peranan yang sangat
penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Adapun 3
langkah pengajaran diantaranya (Thobroni dan Mustofa, 2011:25).
1. Perencanaan pengajaran
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat
keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah
perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat
sasaran. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,
penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran
Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru
biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut
dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh
dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada guru tentang
bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan
bagian-bagian mana pula yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan (Ibrahim, 2010: 125).
a. Perencanaan Pengajaran
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun
berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan
pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang
dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran (Majid,
2007: 15). Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.(Majid, 2007: 17).
b. Pelaksanaan program pengajaran
Ada empat langkah pokok yang biasa dilakukan dalam keseluruhan proses
program pengajaran yaitu evaluasi awal, pelaksanaan pengajaran, evaluasi
akhir, dan tindak lanjut (Ibrahim, 2010: 130-132).
a) Evaluasi Awal
Evaluasi awal atau pretest dilakukan sebelum pelajaran diberikan. Tujuan
atau fungsinya ialah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai
pelajaran yang bersangkutan.
b) Pelaksanaan pengajaran
Setelah evaluasi awal dilakukan, langkah berikutnya ialah melaksanakan
pengajaran sesuai dengan langkah-langkah atau kegiatan belajar mengajar
yang telah direncanakan.
c) Evaluasi akhir
Fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang
dicapai siswa pada akhir pengajaran. Hasil evaluasi akhir kita
bandingkan dengan evaluasi awal, akan dapat diketahui seberapa jauh
efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, di samping
sekaligus dapat pula kita ketahui bagian-bagian mana dari bahan
pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa.
d) Tindak lanjut
guru dapat merencanakan kegiatan-kegiatan tindak lanjut yang perlu
dilakukan, baik berupa upaya perbaikan (remedial) bagi siswa-siswa
tertentu, maupun berupa penyempurnaan program pengajaran.
c. Evaluasi Pengajaran
Evluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai
atau mufakat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian dan/atau
pengukuran (Mudjiono, 2013: 221). Evaluasi merupakan kegiatan
mengumpulkan fakta atau bukti-bukti secara sistematis untuk menetapkan
apakah telah terjadi perubahan pada diri siswa, dan sampai sejauh mana
perubahan yang terjadi. Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang
berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas
pembelajaran.
Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran, yaitu evaluasi program
pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
a) Evaluasi program pembelajaran
Yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas
program pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Dengan
evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga kemungkinan
rekomendasi, yaitu program pembelajaran tidak baik dan tidak boleh
digunakan atau laksanakan, program pembelajaran dapat digunakan
atau dilaksanakan tapi harus direvisi terlebih dahulu, dan program
pembelajaran yang baik dan siap atau dapat digunakan atau
b) Evaluasi proses pembelajaran
Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran
sedang berlangsung. Artinya, dengan evaluasi proses dapat diketahui
bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran, aktivitas guru selama
pembelajaran berlangsung, bagaimana keterampilan guru dalam
membuka sampai dengan menutup pembelajaran.
c) Evaluasi hasil belajar
Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengetahui hasil pembelajaran
dalam bentuk hasil atau prestasi belajar siswa. Hasil belajar akan
nampak pada tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan
pengalaman belajar yang dipelajari selama proses pembelajaran.
Dengan evaluasi hasil belajar dapat ditetapkan boleh atau tidaknya
siswa melanjutkan belajar ke tingkat pembelajaran selanjutnya atau
harus mengulang.
2.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain (joice & Weil dalam Rusman,
2012:133).
2.2.1 Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung Pembelajaran Directive Learning merupakan model pengajaran yang
Hal ini mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam
mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkan langsung
kepada seluruh kelas. Model Directive Learning menekankan pada
penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan
pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan
ketrampilan secara langsung, (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan
tertentu, (3) materi pembelajaran yang telah terstrukturisasi, (4) lingkungan
belajar yang telah terstrukturisasi, dan (5) distrukturisasi oleh guru. Guru
berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya
menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,
gambar, peragaan, dan sebagainya. Informasi yang disampaikan dapat berupa
pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu
dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) (Husamah, 2013: 116-
119).
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar
peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif
yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah yang dapat
dilakukan dalam model pembelajaran ini yaitu menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik, mendemonstrasikan pengetahuan dan
ketrampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik, memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan (Rosdiani Dini,
yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detail ketrampilan atau isi didefinisikan secara seksama
dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara
seksama. Tujuan pembelajaran dapat dirancang bersama oleh guru dan siswa,
model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa
terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab)
yang terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin
dan tanpa humor. Ini berarti lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi
harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik (Kardi dan Nur
dalam Husamah, 2013: 123.124)
Pada model Directive Learning terdapat fase langkah pembelajaran yang
sangat penting. Fase-fase tersebut diantaranya :
1) Directing. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada seluruh kelas
dan memastikan bahwa semua peserta didik mengetahui apa yang
harus mereka kerjakan dan menarik perhatian peserta didik pada
poin-poin yang dibutuhkan perhatian khusus.
2) Instructing. Guru memberi informasi dan menstrukturisasinya dengan
baik.
3) Demonstrating. Guru menunjukan, mendeskripsikan, dan membuat
model dengan menggunakan sumber serta display visual yang tepat.
4) Explaining and illustrating. Guru memberikan penjelasan-penjelasan
akurat dengan tingkat kecepatan yang pas dan merujuk pada metode
5) Question and Discussing. Guru bertanya dan memastikan seluruh
peserta didik ikut ambil bagian. Guru mendengarkan dengan seksama
jawaban peserta didik dan merespon secara konstruktif untuk
mengembangkan belajar peserta didik.
6) Consolidating. Guru memaksimalkan kesempatan menguatkan dan
mengembangkan apa yang sudah diajarkan melalui berbagai macam
kegiatan dikelas. Guru dapat juga memberikan tugas-tugas yang
difokuskan dengan baik untuk dikerjakan dirumah. Guru meminta
peserta didik bersama pasangan atau kelompoknya melakukan refleksi
atau membahas sebuah proses.
7) Evaluating pupil’s responses. Guru mengevaluasi presentasi hasil kerja
peserta didik.
8) Summarizing. Guru merangkum apa yang telah diajarkan dan apa yang
sudah dipelajari peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran.
Guru mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahpahaman. Guru
mengundang peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan mereka
dan menarik poin-poin serta ide-ide kunci (Muijs dan Reynolds dalam
Husamah, 2013: 121-123).
Tujuan dari model pembelajaran Directive Learning ini adalah untuk
menilai tingkat pengetahuan siswa. Selain itu, dengan model pembelajaran
langsung guru dapat memaksimalkan waktu belajar siswa dan
mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan tujuan
Tindakan dalam pembelajaran langsung dirancang untuk membuat sebuah
lingkungan pendidikan yang berorientasi akademik dan terstruktur serta
mengharuskan siswa untuk terlibat aktif saat pembelajaran.
2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung
1) Dengan model pembelajaran directive learning, guru dapat
mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa
sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
2) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengerjakan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah sekalipun
3) Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam
bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana
suatu pengetahuan dihasilkan.
4) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas
kecil.
5) Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
6) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat
7) Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik
8) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat
9) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi
apabila model directive learning atau pembelajaran langsung digunakan
10) Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
11) Baik digunakan untuk menjelaskan fakta yang spesifik dan keterampilan
dasar.
2.2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung
1) Memerlukan pengorganisasian materi pelajaran dengan baik dan persiapan
keterampilan komunikasi yang prima
2) Tiap tahap pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sebagaimana
yang diharapkan
3) Materi pelajaran harus dikemas dengan baik sebelum pelaksanaan
pembelajaran
4) Jika terlalu sering digunakan model pembelajaran Directive Learning akan
membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa semua yang
perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab
mengenai pembelajaran siswa itu sendiri.
2.2.4 Langkah penerapan pembelajaran Directive Learning atau Pembelajaran Langsung Pada Pembelajaran Seni Tari
Langkah pembelajaran yang dimaksud adalah langkah pembelajaran pada
saat siswa menerima materi dan memperagakannya kembali tari muli
siger. Pada tahap pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan materi apa yang akan dipelajari (tahap directing) dengan
adanya tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum
mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar (tahap
instructing).
Tahap ketiga yaitu mendemonstrasikan semua gerak-gerak tari muli siger
kemudian peserta didik menirukan apa yang diajarkan oleh guru (tahap
demonstrating), tahap keempat yaitu eksplaining and ilustrating dilakukan
dengan guru memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan materi
yang disampaikan. Tahap kelima yaitu tahap question and discussing guru
bertanya dan memastikan seluruh peserta didik ikut ambil bagian.
Tahap keenam yaitu consolidating dilakukan dengan guru membagi
kelompok sebagai sarana untuk memaksimalkan dan mengembangkan apa
yang sudah diajarkan yaitu dengan berlatih bersama kelomok
menghafalkan ragam gerak tari yang diberikan oleh guru. Selanjutnya
peserta didik bersama kelompoknya mempresentasikan gerak tari muli
siger sebagai hasil latihannya, kemudian guru mengevaluasi hasil kinerja
pserta didik dan merangkum apa yang telah diajarkan dan mengoreksi
kesalah pahaman peserta didik selama dan menjelang akhir pelajaran
merupakan bagian dari tahap ketujuh dan kedelapan (tahap evaluating
pupils’s responses dan summarizing).
2.3 Seni Tari 2.3.1 Pengertian tari
Tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak,
Keindahan, indah bukan hanya hal-hal yang halus dan bagus saja,
melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia. Gerak yang
kasar, keras, kuat dan lainnya bisa merupakan gerak yang indah. Berjiwa
biasa diartikan memberi kekuatan yang bisa menghidupkan jadi, gerak yang
telah dibentuk dan berirama tersebut seakan hidup dan dapat memberikan
pesan yang dapat kita mengerti dan berarti. Harmonis adalah kesatuan yang
selaras dari keindahan yang bergerak, berirama, dan berjiwa tersebut
(Kussudiardjo, dalam Wahyudiyanto 2008:11).
Tari menurut (Sedyawati dalam Hidayat 2005:2),yaitu
a. Pengertian tari bersifat terbatas adalah susunan gerak beraturan yang
dengan sengaja dirancang untuk mencapai suatu kesan tertentu.
b. Pengertian tari bersifat umum adalah bentuk upaya untuk mewujudkan
keindahahn susunan gerak dan irama yang dibentuk dalam
satuan-satuan komposisi.
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak
ritmis yang indah (Soedarsono, dalam Hidayat 2005:2). Dari beberapa
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tari merupakan ekspresi jiwa
manusia sesuai dengan motivasi tertentu, yang diungkapkan lewat
2.3.2 Jenis tari
Jenis tari adalah berbagai keragaman wujud tari yang memiliki perbedaan
dan atau kesamaan yang dapat dikelompokan berdasarkan: perkembangan,
tata cara penyajian dan bentuk koreografinya.
Tari tradisional dapat dipahami sebagai sebuah tata cara yang berlaku di
sebuah lingkungan etnik tertentu yang bersifat turun menurun. Tari modern
adalah tari yang lepas kaidah-kaidah atau konvensi tradisional (Hidayat
2005:14). Tari kreasi baru ialah tari yang mengarah kepada kebebasan
dalam pengungkapan, tidak berpijak kepada pola tradisi lagi (Sudarsono,
2011:29). Tari kreasi baru merupakan ungkapan seni yang tidak berpolakan
tradisi, tetapi lebih merupakan garapan baru yang tidak berpijak pada
standar yang telah ada (Sudarsono, 2011: 31).
2.3.3 Fungsi Tari
Pengertian tentang fungsi tari kaitannya dengan keberadaan tari dalam
masyarakat tidak hanya sekedar aktifitas kreatif, tetapi lebih mengarah pada
kegunaan. Artinya keberadaan tari memiliki nilai guna dan hasil guna yang
memberikan manfaat pada masyarakat, khususnya dalam mempertahankan
kesinambungan kehidupan sosial.selain tari yang dipergunakan sebagai
bagian dari upacara penyambutan (ceremonial). Tarian juga difungsikan
sebagai pendukung untuk menyemarakkan perhelatan atau hajat pribadi
seperti khitan, pernikahan, atau nadar (membayar janji). Perkembangan
fungsi tari pada zaman modern lebih mengarah pada bentuk prestasi
dengan demikian muncul bentuk-bentuk tari yang berfungsi sebagai hiburan
(tontonan). Disamping itu ada fungsi tari yang cukup tua dalam sejarah
kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana untuk mengungkapkan
rasa kegembiraan atau tari suka cita (Hidayat, 2005: 5-7).
Fungsi pertunjukkan tari di masyarakat dapat dibagi kedalam empat jenis
yaitu, pertama berfungsi sebagai sarana ritual, kedua berfungsi sebagai
sarana hiburan pribadi, ketiga berfungsi sebagai presentasi estetis yaitu
sebagai tari tontonan (pertunjukan), dan keempat berfungsi sebagai media
pendidikan.
2.4 Tari Muli Siger
2.4.1 Sinopsis Tari Muli Siger
Muli siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan
lambang kehormatan. Tari muli siger merupakan tari kreasi baru yang
bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias
dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. siger saat
ini merupakan simbol adat dari masyarakat Lampung. Siger merupakan
cermin sikap ulun Lampung sejak lama, bahkan secara turun temurun
merupakan bagian dari masyarakat Lampung. Oleh karena itu, tari muli
siger ini adalah menggambarkan gadis-gadis Lampung yang sangat cantik
2.4.2 Unsur dan Bentuk Tari Muli Siger 1. Penari dan Pendukung Lain
Pertunjukan tari muli siger termasuk tarian kreasi baru yang diciptakan
sebagai penyajian estetis dan bukan sebagai tarian adat. Tari kreasi baru muli
siger termasuk tarian kreasi baru yang berlatar belakang tradisi masyarakat
Lampung beradat pepadun.
Tari muli siger memang digarap menjadi tari kreasi baru dengan tujuan untuk
dapat mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Di samping itu, untuk
menambah jenis tari di Lampung dan sebagai pelestarian seni daerah. Apa
yang dapat diungkap dalam gerak, tata rias, busana dan iringan yang terdapat
dalam tari muli siger dapat menggambarkan wajah kesenian khususnya seni
tari di Lampung (Mustika, 2013: 24)
2.4.3 Gerak Tari Muli Siger
Secara umum gerak tari muli siger mengadopsi dari tarian Lampung lainnya,
seperti pada seni cangget dan tari sigeh penguten Lampung. Hanya beberapa
saja menggunakan gerak dari para penggarap, karena gerak-gerak tari
Lampung lainnya sifatnya masih sederhana. Penekanan dalam gerak tari muli
siger ini lebih kepengembangan komposisi tari dan kelincahan gerak sebagai
media utama. Di sisi lain juga iringan musiknya memberikan aksen atau
Tabel 2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger
1. Lapah ngusung siger
(berjalan membawa siger)
20. Ngelik mit kanan-kiri (kelik atau ukel ke kanan dan kiri)
2. Butakhi (akan menari) 21. Mejong kenui bebayang (duduk
membuka sayap
3. Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
22. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
4. Pungu ngelik kanan (tangan dikelik atau ukel kekanan)
23. Bebalikh kenui bebayang (serong membuka sayap)
5. Ngelik mit kanan (kelik atau diukel kekanan)
24. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
6. Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
25. Kenui bebakhis (bergerak berbaris)
7. Busikhena (berhias) 26. Kenui ngangkat ko kepi (bergerak
mengangkat sayap)
8. Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
27. Ngelik ngehaman (kelik atau ukel diam ditempat)
9. Pungu ngelik kiri (tangan dikelik atau diukel kekiri)
28. Kenui bebakhis (bergerak berbaris)
10.Ngelik mit kiri (kelik atau di ukel ke kiri)
29. Mampam kebelah (membawa
siger dengan tangan sebelag) 11.Samber melayang (gerak
menirukan burung terbang)
30. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
12.Busikhena (berhias) 31. Hentak kukut (menghentakkan
kaki)
15.Ngelik mit kanan-kiri (di kelik atau ukel kekanan dan kiri)
34. Umbak (bergerak seperti ombak)
16.Mampam siger (membawa
siger)
35. Kenui bebayang khanggal
(bergerak membuka sayap tinggi) 17.Ngelik mejong kanan-kiri
(di ukel atau kelik kanan dan kiri)
36. Mutokh mampam kebelah
(berputar membawa siger dengan tangan sebelah)
18.Ngelik temegi (ukel atau kelik berdiri)
37. Lapah tabikpun (jalan penghormatan)
19.Mampam siger (membawa
siger)
Tabel 2.2. Ragam Gerak Tari Muli Siger
NO. Uraian Gerak Foto
1. Lapah Ngusung Siger
Posisi badan tegak, berjalan ke depan, kedua tangan di rentangkan ke samping 45 sejajar pinggang, telapak tangan di gerakkan membuka dan menutup secara bergantian seperti gambar disamping.
2. Butakhi
3. Samber Melayang
Posisi badan mendak level sedang, kedua tangan di arahkan ke depan dada 45 hingga jari tengah kedua tangan bertumpu lalu kedua tangan bertemu lalu kedua tangan direntangkan ke samping.
4. Pungu Ngelik Kanan dan Kiri Posisi badan level sedang diam di tempat, kedua tangan diarahkan di depan dada lengan membentuk sudut 45 hingga jari tengah kedua tangan bertumpu lalu tangan kanan direntangkan ke arahsorong kanan atas (lengan lurus ke atas), dan tangan kiri diletakkan di depan dada (lengan ditekuk sejajar badan), kaki kanan (kaki kanan-kiri secara bergantian dengan telapak tangan membuka dan menutup).
Posisi tanagan serong kanan atas, kedua tangan di arahkan ke lutut dengan posisi badan agak merunduk (tangan kanan menempel di lutut kanan dan tangan kiri di pinggang).
6. Busikhena
Posisi badan mendak, kedua kaki di langkahkan ke depan secara bergantian, kedua tangan sejajar dada, lengan lurus ke depan, badan serong kanan dan kiri secara bergantian, telapak tangan membuka dan menutup. Telapak tangan membuka tegak, dan saat menutup posisi telapak tangan menyamping.
7. Bebalik Ngelik Kanan-Kiri Posisi badan mendak serong kiri, kedua tangan digerakkan memutar di depan dada, diukel atau ngelik dan diletakkan di atas bahu. Posisi kaki kanan lurus ke depan serong kiri, lalu di arahkan ke samping kaki kiri.
Begitu pula sebaliknya pada gerak Bebalik Ngelik Kanan.
8. Kanluk
9.
Ngelik Kanan dan Kiri
Posisi badan tegak, tangan kanan tegak ke atas di ukel atau ngelik ke kanan, tangan kiri sejajar dada, telapak tangan kiri tegak membuka, kaki kiri di buka ke samping.
10. Mampam Siger
12. Ngelik Temegi
Gambar disamping adalah proses berdiri dengan posisi badan jongkok, kedua tangan serong kanan dan kiri sambil ukel atau ngelik, lalu berdiri dan mencari posisi.
13.
Ngelik Kanan dan Kiri
14. Mejong Kenui Bebayang
15. Lapah Tabik Pun
Posisi badan mendak, kedua tangan diukel atau ngelik secara bergantian ke kanan dan kiri lalu bergerak lari kecil memutar sambil mencari posisi.
16. Bebalik Kenui Bebayang
17. Kenui Bebakhis
Posisi badan mendak dan diam di tempat, kedua tangan diukel atau
ngelik di depan dada lalu
berputar ditempat. Setelah itu, kedua tangan proses berputar ke depan lalu diletakkan sejajar pinggang.
18. Kenui Ngangkat ko Kepi
19. Ngelik Ngehaman
20. Mampam Kebelah Posisi badan mendak dan berputar, tangan kanan di letakkan di atas bahu dengan telapak tangan membuka ke atas dan tangan kiri direntangkan ke bawah (begitu pula sebaliknya).
21. Hentak Kukut
22. Ngelik
Posisi badan mendak, kaki kiri ke belakang kaki kanan, tangan di arahkan ke sebelah kanan dengan posisi serong ke atas, telapak tangan tegak ke atas, kaki
mengarah ke samping kiri diikuti oleh tangan mengukel atau ngelik.
23. Mutokh
24. Umbak
Posisi badan mendak dan serong kanan kiri, tangan di letakkan ke arah serong kanan dan kiri sambil kedua tangan diputar. Lakukan gerakan secara bergantian
(Foto, Nurul Kartika Setiana, 2014)
2.4.4 Iringan Tari Muli Siger
Proses penyusunan tari muli siger dari awal sampai selesai diiringi oleh alat musik tradisional Lampung yang disebut dengan talo balak atau tala balak. Ritme atau pola pada irama tari muli siger tenang dan kadangkala ada dinamisnya. Ada beberapa tekanan dari tempo tabuhannya, tergantung pada gerak tari yang disusun atau disesuaikan dengan iringannya (Mustika, 2013: 77).
26. Mutokh Mampam Kebelah Posisi badan mendak sambil berputar ditempat, kedua tangan direntangkan ke samping dengan salah satu tangan level rendah dan level tinggi, telapak tangan menutup, kaki kakan berada di belakang kaki kiri untuk membantu berputar 360.
27. Ngeguwai Siger
2.4.5 Busana Tari Muli Siger
Tabel 2.3. Busana dan Aksesoris Penari Tari Muli Siger
NO Nama Busana dan Aksesoris Gambar
1 Siger atau Makuto
2 Gaharu
3 Sanggul
4 Kalung Papan Jajar
5
Gelang Kano, Gelang duri dan
6 Anting
7 Peneken
8 Kain Tapis
9 Selendang Tapis
10 Pending
11 Kain Selendang Putih
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti akan
mengamati fakta, gejala-gejala dan objek secara naturalistik yang kemudian
menjadi hasil penelitian adalah sebuah kesimpulan tindakan tanpa adanya
rekayasa data (manipulasi data). Penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (Sugiyono, 2013: 14).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan,
menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sistematis.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku,
persepsi, motivasi, tindakan. Secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,2010: 6).
Penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah menggambarkan dan
menjabarkan proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model
Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Adapun rencana atau desain
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengamati pelaksanaan pembelajaran tari muli siger dengan
menggunakan model directive learning pada setiap pertemuan.
2. Mengamati aktivitas guru dan siswi serta kondisi yang terjadi pada
pelaksaan pembelajaran setiap pertemuan berdasarkan review kegiatan
berupa foto, video, serta catatan lapangan.
3. Menganalisis pembelajaran tari muli siger setiap pertemuan serta tes
praktik tari muli siger
3.2 Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru seni budaya, dan siswi kelas VI
C yang berjumlah 16 siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar
Lampung.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2012:224).
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi,wawancara, dokumentasi, test praktik dan nontes.
3.3.1 Observasi
Pengamatan adalah alat pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang
Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengamat pada kelasVI C di SD
Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap pembelajaran
seni tari pada siswi di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung.
Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran seni
tari pada siswi kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar
Lampungsesuai dengan tujuan penelitian.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Penelitian ini menggunakan
wawancara tak terstuktur. Metode ini bertujuan untuk memperoleh
bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan
urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri tiap informan. Wawancara tak
terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-katanya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara (Moleong,
2010:190).Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data
dan informasi mengenai penerapan model directive learning dalam
pembelajaran tari muli siger pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way
Halim Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Wawancara dilakukan
pada guru seni budaya di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar
3.3.3 Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan dokumentasi berbentuk video, catatan lapangan
dan foto-foto selama proses pembelajaran dan pada saat penilaian praktik
dalam rangka untuk mereview kegiatan pembelajaran untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar siswi. Dokumentasi pada
penelitian ini yaitu foto, video, serta catatan lapangan yang diambil pada saat
pembelajaran tari muli siger dengan menggunakan directive learning dari
setiap pertemuan.
3.3.4 Tes Praktik (perbuatan)
Perolehan data tentang hasil belajar tari muli siger pada siswi yang mengikuti
pembelajaran tari digunakan tes praktik perbuatan atau produk gerak-gerak
tari muli siger yang dilakukan siswi sebagai hasil belajar individu di dalam
kelompok, digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan test praktik,
seperti di bawah ini.
Tabel 3.4. Lembar Pengamatan Tes Praktik Tari Muli Siger
No Aspek Deskriptor Skor kriteria dengan hafalan 22 motif ragam gerak
4 Baik
c. Siswi memeragakan
e. Siswi memeragakan
pengamatan tes praktik dengan total skor keseluruhan berjumlah 10 sehingga
hasil belajar siswi dapat dilihat menggunakan patokan dengan perhitungan
nilai untuk Skala lima, sebagai berikut.
Tabel 3.5. Penentuan Patokan Nilai untuk Skala Lima Interval Nilai Tingkat Kemampuan Keterangan
80-100
Setelah skor didapat, maka dilakukan perhitungan untuk siswi berdasarkan
dua aspek yang akan dijadikan indikator penilaian yaitu hafalan urutan
gerak dan ketepatan gerak dengan musik dengan pemberian skor yang sudah
ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik yang memiliki skor
maksimal 10. Selanjutnya setelah skor siswi diperoleh maka diolah menjadi
nilai dengan rumus berikut.
3.3.5 Nontest
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang
aktivitas siswi dalam pembelajaran tari muli siger dan aktivitas guru dalam
mengajar di kelas dengan penggunaan model directive learning . Untuk
memperoleh data tentang penggunaan model directive learning pada
pembelajaran tari muli siger yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas
siswi, sebagai berikut.
Tabel 3.6. Lembar Penilaian Aktivitas Siswi
No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria 1 Listening pemberian materi tari muli siger ada 6-7 siswi.
2 Kurang
c. Siswi yang memperhatikan
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 15-16 siswi.
5 Baik
Sekali
b. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 12-13 siswi.
4 Baik
c. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 9-10 siswi.
3 Cukup
d. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 6-7 siswi.
2 Kurang
e. Siswi yang mampu
memeragakan gerak tari muli siger yang telah diajarkan oleh guru ada 3-4 siswi.
1 Gagal
Total skor maksimum 15
Setelah skor aktivitas siswi didapat, maka dilakukan perhitungan untuk
mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan
indikator penilaian aktivitas siswi yaitu listening activities, visual activities
dan motora ctivities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan
aktivitas siswi yang memilikiskor maksimum 15. Selanjutnya setelah skor
aktivitas siswi diperoleh makadiolah menjadi nilai dengan rumus berikut.
Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengecek dan melihat
kegiatan guru di dalam kelas. Guru berperan aktif dalam penggunaan model
directive learning pada pembelajaran tarimuli siger.
dan diskusi terkait
P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam
P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuam ketujuh
P.4 = Pertemuan keempat P.8= Pertemuan kedelapan
Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru dalam
penggunaan model directive learningpada saat pembelajaran berlangsung tiap
pertemuan. Apabila telah dilakukan maka kolom-kolom ini akan diberi check
Tabel 3.8. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru NO Instrumen Kegiatan
Penelitian
P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 1 Guru membuka pelajaran
dengan mengucap salam.
2 Guru mengecek kehadiran siswa. learning dalam tari muli siger
P.2 = Pertemuan kedua P.6 = Pertemuan keenam
P.3 = Pertemuan ketiga P.7 = Pertemuam ketujuh
P.4 = Pertemuan keempat P.8= Pertemuan kedelapan
Instrumen ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan guru pada
saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan. Apabila
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada
penelitian pengambilan data, observasi, dan wawancara dilakukan oleh peneliti
itu sendiri. Dalam instrumen penelitian digunakan panduan observasi, panduan
dokumentasi, catatan harian, tes praktik, dan nontes.
3.4.1 Panduan Observasi
Lembar pengamatan (observasi) digunakan peneliti pada saat
pengamatan, tentang apa saja yang dilihat dan diamati secara
langsung.
3.4.2 Panduan Pencatatan Lapangan
Panduanpencatatan lapangan berisi catatan harian yang akan
memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah perkembangan
kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana
rencana penelitian dengan peroleh data yang dikumpulkan.
3.4.3 Panduan Dokumentasi
Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa
foto-foto catatan resmi, dan catatan harian yang menggunakan alat
bantu kamera foto.
3.4.4 Lembar Pengamatan Tes Praktik
Lembar pengamatan tes praktik digunkaan untuk memperoleh data
terhadap hasil belajar tari muli sigerdengan menggunakan model
directive learning. Lembar tes praktik yang digunakan instrumen yang
3.4.5 Nontes
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data penelitian tentang
aktivitas siswi dalam pembelajaran tari muli siger melalui penggunaan
model directive learning.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2013:244).Hasil analisis disusun untuk
mendeskripsikan pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive
learning pada kelas VI C di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar
Lampung tahun pelajaran 2014/2015.
Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut.
3.5.1 Mengamati proses pembelajaran tari muli siger menggunakan model
directive learning pada kelas VI C di SD N 2 Perumnas Way Halim
Bandar Lampung
3.5.2 Mengamati aktivitas siswi selama proses pembelajaran tari muli siger
dengan menggunakan model directive learning;
3.5.3 Mengamati aktivitas guru dan siswi serta kondisi yang terjadi pada
pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan;
3.5.4 Menganalisis hasil tes tari muli siger dengan menggunakan model
pengamatan tes praktik dengan baik dan benar yang dilakukan oleh
guru;
3.5.6 Memberi nilai hasil tes praktik siswi yang dilakukan oleh guru , dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
4 Menentukan nilai hasil tes praktik yang dilakukan oleh guru kemudian
diakumulasikan, selanjutnya diukur hasil belajar siswi dalam pembelajaran
tari muli siger menggunakan tolakukur sebagai berikut.
Tabel 3.9. Penentuan Patokan Nilai Untuk Skala Lima
IntervalNilai Tingkat
5 Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-halyang pokok yang sesuai untuk dianalisis;
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran tari muli siger menggunakan model directive learning di SD N 2
Perumnas Way Halim Bandar Lampung diikuti oleh siswi perempuan kelas VI C.
Pelaksanaan model directive learning ini terbagi menjadi 8 tahapan. Tahapan
yang pertama yaitu directing, dimana guru menyiapkan materi dan menjelaskan
tujuan pembelajaran berupa materi tentang makna tarimuli sigerdan nama ragam
gerak tari muli siger. Ketika guru menjelaskan siswi memperhatikan dan
mendengarkan, kemudian salah satu siswi yang berinisial CC menyebutkan nama
ragam gerak tari muli siger dan siswi yang lain mendengarkan. Tahap pertama
directingini dilakukan pada setiap pertemuan.
Tahap kedua yang dilakukan pada setiap pertemuan yaitu instructing, dimana
guru memberikan informasi maupun arahan kepada siswi sebelum melakukan
praktik, pada tahap ini siswi berbaris secara zigzag dengan arah hadap yang sama
menghadap guru dan memfokuskan pandangan ke arah guru. Tahap ketiga yaitu
demonstrating, merupakan pemberian 27 ragam gerak tari muli siger yang
diperagakan langsung oleh guru dan kemudian 16 siswi mengikuti ragam gerak