• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis (Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis (Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI

PASOKAN SAYURAN DAN PERUSAHAAN DENGAN

PENDEKATAN

ANALYTIC NETWORK PROCESS

SERTA

DATA

ENVELOPMENT ANALYSIS

(Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)

Oleh

CHOIRUL AMALIA

H24080024

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

i

RINGKASAN

CHOIRUL AMALIA, H24080024. Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta

Data Envelopment Analysis (Studi Kasus: PT Saung Mirwan, Bogor). Di bawah

bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN DAN ALIM SETIAWAN S.

Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang utama di Indonesia. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu sayuran. Mengingat karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis manajemen rantai pasokan untuk sayuran. Dengan demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan meningkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing produk sayuran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran, 2) Menentukan bobot metrik pengukuran kinerja dengan

Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process, dan 3) Mengukur kinerja

perusahaan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dan pengisisan kuisioner oleh para Manajer di PT Saung Mirwan (Pemasaran, Kemitraan, dan Pengemasan dan Processing) dan pakar sayuran. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data informasi dari PT Saung Mirwan seperti gambaran umum perusahaan dan manajemen rantai pasok sayuran di perusahaan. Kuisioner diuji dengan menggunan metode pairwise comparison untuk menentukan bobot prioritas. Pengolahan data menggunakan software Microsoft

Excell,Super Decisions, dan Frontier Analysis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis AHP prioritas utama pada proses bisnis terdapat pada tahap perencanaan (plan) yang mempunyai bobot sebesar 0.41620. Untuk parameter kinerja, mutu adalah prioritas utama yang mempunyai bobot sebesar 0.43822. Sedangkan untuk atribut kinerja, reliabilitas adalah prioritas utama dengan bobot sebesar 0.40017 dan untuk metrik pengukuran kinerja, prioritas utama dengan bobot sebesar 0.15759 adalah kinerja pengiriman.

Pada analisis ANP yang menjadi prioritas utama adalah plan pada proses bisnis dengan bobot 0.27308, mutu pada parameter kinerja dengan bobot sebesar 0.40226, reliabilitas pada atribut kinerja dengan bobot sebesar 0.33310, dan kinerja pengiriman pada metrik pengukuran kinerja dengan bobot sebesar 0.14957. Hasil prioritas utama pada masing-masing hirarki atau jaringan adalah sama, tetapi memiliki bobot yang berbeda.

(3)

ii

dengan cluster karena terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak hanya membandingkan elemen, tetapi juga membandingkan antar cluster.

Analisis dengan menggunakan DEA dilakukan setelah diperoleh hasil ANP. Pengukuran kinerja PT Saung Mirwan dilakukan terhadap sepuluh komoditas sayuran yang mempunyai tingkat permintaan tertinggi dari sekitar 80 komoditas sayuran. Sepuluh sayuran tersebut yaitu : caysin, bawang bombay, tomat TW, tomat Rianto,

Lettuce head, Lettuce romaine, paprika hijau, jamur champ, daun bawang, dan

seledri. Hasil pengolahan data menggunakan DEA adalah tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut. Tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut yaitu :

Lettuce head 100%, caysin 100%, tomat TW 97.27%, seledri 96.93%, bawang

bombay 94.98%, daun bawang 93.10%, jamur champ 91.93%, tomat Rianto 89.38%,

Lettuce romaine 89.33%, dan paprika hijau 79.28%. Hal yang dapat dilakukan oleh

(4)

ii

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI

PASOKAN SAYURAN DAN PERUSAHAAN DENGAN

PENDEKATAN

ANALYTIC NETWORK PROCESS

SERTA

DATA

ENVELOPMENT ANALYSIS

(Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

CHOIRUL AMALIA

H24080024

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

i

Judul Skripsi : Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis (Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)

Nama :Choirul Amalia

NRP : H24080024

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc.

NIP 19500727 197412 1 001 NIP 19820227 200912 1 001 Alim Setiawan S, S.TP, M.Si.

Mengetahui, Ketua Departemen

NIP : 19610123 198601 1 002 Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.

(6)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 7 Februari

1991 dari pasangan suami istri, ayahanda Mu’anif dan ibunda

Zakiyah. Penulis yang bernama lengkap Choirul Amalia

merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis merupakan

adik kandung dari M. Choirur Rizqi dan kakak dari Choirun

Nisriinaa dan M. Choirul Arsalan.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Keputran 6 Pekalongan

pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan

pendidiknnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Pekalongan dan lulus

pada tahun 2005. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008

penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menuntut ilmu di Departemen Manajemen, penulis aktif di organisasi

salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) paduan suara yaitu PSM IPB Agria

Swara. Pada periode 2009-2010 penulis mendapat amanah sebagai Anggota Divisi

Kesejahteraan dan pada periode 2010-2011 penulis kembali mendapat amanah

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam

selalu tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.

Skripsi ini disusun dengan judul “Perancangan dan Pengukuran Kinerja

Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis”. Rasa syukur dan terima kasih tak terhingga serta penghargaan setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Keluarga tercinta : Ibu, Bapak, Mas Rizqi, Dik Nina, Dik Alan, Mbah Uti,

Ayah, Bude Saroh atas kasih sayang, motivasi, perhatian serta dukungan yang

telah diberikan. Semoga Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada

penulis untuk dapat membahagiakan mereka.

2. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc. dan Alim Setiawan S, S.TP, M.Si. yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabarannya dalam

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam menyusun skripsi ini.

3. Drs. Edward H. Siregar, S.E, M.M. yang telah bersedia untuk menjadi penguji

pada sidang skripsi dan memberikan banyak masukan untuk skripsi ini.

4. Manajer Pemasaran (Mba Dhita), Manajer Kemitraan (Pak Wasil), Manajer

Processing (Pak Hendro) yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai

pakar dalam penelitian ini dan pihak PT Saung Mirwan yang telah bersedia

memberikan info untuk melengkapi data pada penelitian ini.

5. Dosen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Dr. Ir. Anas D.

Susila, MS. yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai pakar dalam

penelitian ini di tengah kesibukannya.

6. “My Affection”, Adithia Sanjaya Haris yang selalu memberikan inspirasi dan

motivasi, menjadi tempat curahan hati penulis, serta menemani dengan setulus

hati dalam suka dan duka. Semoga kebersamaan kita akan selalu terjaga.

7. Sahabat tersayangku Dina Syakina, Yani Riskawanti, Rahman Hakiem, dan

(8)

iii

memberikan motivasi bagi penulis. Terima kasih untuk persahabatan dan

persaudaraan kita , semoga kebersamaan kita tidak cukup sampai di sini saja.

8. Sahabat terbaikku Mitha Sabrina, Wirda Mardyaningsih, dan Dwiantin

Aprilianti yang selalu bersama dalam suka duka selama di perkuliahan.

Semoga persahabatan “always happy” kita tidak cukup sampai di sini saja. 9. Teman satu bimbingan skripsi : Desti, Arni, Yuti, Yuvi, Risya, Jejes, dan

Ocha yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk berjuang bersama

selama penelitian.

10. Ibu Yeyet, Teh Asih, Pak Hadi, beserta staf TU yang telah memberikan

kemudahan birokrasi dalam penyelesaian administrasi skripsi ini.

11. Teman-teman Manajemen 45 dalam kebersamaan dan kekeluargaannya

selama perkuliahan. Semoga tali silaturrahim akan selalu terjalin diantara kita.

12. Teman-teman “Panglima Community” yang jauh di mata tapi selalu dekat di

hati yang selalu menjaga silaturrahim dan saling memberikan motivasi.

13. Fennyka, Kikay, Meylisa, dan teman-teman “Pondok Putri YN” yang selalu

dalam kebersamaan dan jalinan persaudaraan di “rumah indah” kita di Bogor.

14. Teman-teman PSM IPB Agria Swara yang selalu memberikan warna berupa

pelajaran berharga serta pengalaman tak terlupakan selama aktif dalam

organisasi Agria Swara.

15. Seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian tugas akhir

ini dan juga pihak yang telah berpartisipasi selama kuliah di IPB yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan skripsi ini yang jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

untuk hal yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua dan bernilai dalam pandangan Allah SWT.

Aamiin.

Bogor, Februari 2012

(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Rantai Pasokan ... 5

2.2 Manajemen Rantai Pasokan ... 5

2.3 Pengukuran Kinerja ... 6

2.4 Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) ... 7

2.5 Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 8

2.5.1 Keuntungan Penerapan AHP ... 9

2.5.2 Prinsip-prinsip Dasar AHP ...10

2.5.3 Prosedur AHP ...11

2.6 Analytic Network Process (ANP) ...11

2.6.1 Konsep-konsep dari ANP ...13

2.6.2 Prosedur ANP ...14

2.6.3 Prinsip Dasar ANP ...16

2.7 Data Envelopment Analysis (DEA) ...16

2.8 Microsoft Excel 2007 ...18

2.9 Super Decisions ...19

2.10 Frontier Analyst ...19

2.11 Penelitian Terdahulu ...20

III METODE PENELITIAN ...22

3.1 Kerangka Pemikiran ...22

(10)

v

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

3.4 Jenis dan Metode Penelitian ...26

3.5 Teknik Pengambilan Sampel...26

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ...27

3.6.1 Metode Analaytic Hierarchy Process (AHP) ...27

3.6.2 Metode Analaytic Network Process (ANP) ...35

3.6.3 Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ...41

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...43

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...43

4.2 Struktur Organisasai PT Saung Mirwan ...45

4.3 Struktur Rantai Pasokan ...47

4.3.1 Anggota Rantai Pasokan ...47

A. Anggota Primer Rantai Pasokan ...47

B. Anggota Sekunder Rantai Pasokan ...49

4.3.2 Pola Aliran dalam Rantai Pasokan ...51

4.4 Manajemen Rantai Pasokan ...53

4.5 Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran dalam Perspektif Supply Chain Operations Reference (SCOR) ...57

A. Proses Bisnis dalam Rantai Pasokan Sayuran ...57

B. Parameter Kinerja ...58

C. Atribut dan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran ...59

4.6 Pengukuran Kinerja SCM dengan Analytic Hierarachy Process (AHP) ...64

4.6.1 Kerangka Umum AHP ...64

4.6.2 Hasil AHP ...65

4.7 Pengukuran Kinerja SCM dengan Analytic Network Process (ANP) ...71

4.7.1 Kerangka Umum ANP ...71

4.7.2 Hasil ANP ...72

4.8 Perbandingan Hasil AHP dengan Hasil ANP ...76

4.9 Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Data Envelopment Analysis (DEA)...79

4.10 Implikasi Manajerial ...84

KESIMPULAN DAN SARAN ...86

1 Kesimpulan ...86

2 Saran ...87

DAFTAR PUSTAKA ...89

(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Rantai Pasokan ... 5

2. Skema Ruang Lingkup SCOR ... 7

3. SCOR sebagai model referensi proses bisnis ... 8

4. Perbedaan hierarchy dan network ... 12

5. Kerangka pemikiran penelitian ... 23

6. Tahapan penelitian ... 25

7. Alur cara kerja pengolahan data pada DEA ... 41

8. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan ... 47

9. Prosedur pengadaan kebutuhan bahan baku non sayur ... 50

10. Pola aliran dalam rantai pasokan di PT Saung Mirwan... 52

11. Struktur hirarki penentuan bobot metrik kinerja rantai pasok sayuran ... 64

12. Perbadingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis ... 65

13. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis ... 66

14. Perbandingan berpasangan antara proses bisnis dan parameter kinerja ... 67

15. Prioritas dan nilai CR dari perbandingan berpasangan antara proses bisnis dan parameter kinerja... 67

16. Perbandingan berpasangan antara parameter kinerja dengan atribut kinerja ... 68

17. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara parameter kinerja dengan atribut kinerja ... 68

18. Perbandingan berpasangan antara reliabilitas dengan metrik pengukuran kinerja ... 69

19. Prioritas dan nilai CR dari perbandingan berpasangan antara reliabilitas dengan metrik pengukuran kinerja ... 69

20. Sintesis prioritas Metrik Pengukuran Kinerja pada AHP ... 71

21. Kerangka Umum ANP Pengukuran Bobot Metrik Kinerja Rantai Pasok Sayuran ... 72

22. Matriks antar kelompok ... 72

23. Supermatriks tidak tertimbang ... 73

24. Supermatriks tertimbang ... 73

25. Supermatriks limit ... 74

26. Sintesis prioritas Metrik Pengukuran Kinerja pada ANP ... 76

27. Semantic differential antara hasil AHP dan ANP ... 78

(12)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Matriks Perbandingan Berpasangan ... 28

2. Skala Perbandingan Fundamental ... 29

3. Check list Hubungan Saling Ketergantungan Antar Kriteria ... 36

4. Skala Perbandingan Fundamental ... 37

5. Daftar Indikator Kinerja Pengukuran Rantai Pasokan... 42

6. Daftar pemasok non sayur PT Saung Mirwan ... 51

7. Manfaat yang didapat dari sistem kemitraan... 56

8. Kewajiban PT Saung Mirwan dan petani ... 56

9. Metrik Level 1 dan Atribut Performa SCOR ... 60

10. Tabel Hirarki Metrik Performa Rantai Pasokan ... 63

11. Prioritas akhir AHP ... 70

12. Prioritas akhir ANP ... 75

13. Perbedaan nilai bobot prioritas AHP dan ANP ... 77

14. Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2011 semester 2 ... 80

15. Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2011 semester 2 ... 81

16. Tingkat efisiensi kinerja PT Saung Mrirwan semester 2 tahun 2011 ... 82

(13)

1.1Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang utama di Indonesia.

Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu

sayuran. Meskipun Indonesia penghasil sayuran yang tinggi, tetapi Indonesia masih

mengimpor sayuran dari luar negeri. Oleh karena itu, sayuran memiliki prospek di

masa mendatang agar bisa memenuhi kebutuhan sayuran di Indonesia tanpa harus

mengimpor dari luar negeri, bahkan Indonesia yang mengekspor sayuran ke luar

negeri.

Austin (1992) dan Brown (1994) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010)

berpendapat bahwa komoditas pertanian mempunyai karakteristik khusus, yaitu (1)

bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan, dan pemanenan

tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang

bervariasi, dan (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit ditangani. Faktor

tersebut sangat penting dipertimbangkan untuk merancang perencanaan dan

menganalisis manajemen rantai pasokan komoditas pertanian.

Berdasarkan pada faktor-faktor tersebut perlu dilakukan penelitian untuk

menganalisis manajemen rantai pasokan untuk komoditas pertanian. Dengan

demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan meningkat sehingga

dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing produk sayuran di Indonesia.

Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian pendekatan yang

diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat

penyimpanan lainnya secara efisien. Produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan

kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan

pelanggan. SCM bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif,

meminimalisasi biaya dari transportasi, dan distribusi sampai inventori bahan baku,

(14)

kepentingan dalam SCM, yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufacturer),

pendistribusi (distributor), pengecer (retailer), dan pelanggan (customer) (David et

al., 2000 dalam Indrajit dan Djokoranoto 2002).

Salah satu model pengukuran kinerja supply chain adalah SCOR (Supply Chain

Operations Reference) yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC). SCOR

merupakan suatu metode sistematis yang mengombinasikan elemen-elemen seperti

teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik (best practice) untuk diterapkan

dalam rantai pasokan yang diwujudkan ke dalam suatu kerangka kerja yang

komprehensif sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan

perusahaan tertentu (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan alat analisis yang mampu

merepresentasikan tingkat kepentingan pada setiap hirarki tanpa mempertimbangkan

hubungan ketergantungan. AHP merupakan metode yang dapat digunakan dalam

sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi,

preferensi, pengalaman, dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian-penilaian dan

nilai-nilai pribadi ke dalam suatu cara yang logis. Penilaian tersebut dapat diperoleh

dari pendapat pakar. AHP dapat digunakan dalam pengukuran kinerja SCM dengan

memeberikan bobot pada masing-masing anggota rantai pasok untuk mengetahui

faktor yang paling berpengaruh pada setiap level hirarki. Pakar yang dipilih adalah

pakar yang ahli dalam bidang SCM sayuran.

Analytic Network Process (ANP) merupakan alat analisis yang mampu

merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan

hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. ANP memberikan

pendekatan yang lebih akurat karena ANP mampu menangani masalah yang

kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. ANP memberikan

bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai

pasokan. Pendekatan ANP juga digunakan untuk penilaian kinerja SCM sayuran agar

diketahui .hubungan ketergantungan dan umpan balik bagi anggota rantai pasok.

Data Envlopment Analysis (DEA) merupakan alat analisis yang dapat digunakan

(15)

pengukuran kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi

efisiensi ralatif.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur rantai pasokan sayuran?

2. Bagaimana bobot pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran dengan

pendekatan Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process?

3. Bagaimana kinerja rantai pasok perusahaan dengan menggunakan metode

Data Envlopment Analysis (DEA)?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran dataran tinggi.

2. Merancang dan menentukan bobot penentuan metrik pengukuran kinerja

rantai pasokan sayuran.

3. Mengukur kinerja rantai pasok dan merumuskan rancangan aksi perbaikan

kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis

(DEA).

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Manajemen rantai pasokan mencakup aliran barang mulai dari hulu ke hilir atau

dari sumber bahan baku (petani) hingga pengiriman produk akhir ke konsumen.

Penelitian ini fokus untuk mengukur kinerja rantai pasokan sayuran dataran tinggi.

Ruang lingkup dalam analisis mencakup :

a. Profil perusahaan dan manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi pada PT

Saung Mirwan.

b. Analisis kinerja pada setiap anggota rantai pasokan sayuran dengan model

Supply Chain Operations Reference (SCOR).

c. Analisis kinerja anggota rantai pasokan sayuran dengan pendekatan Analytic

(16)

d. Analisis kinerja perusahaan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis

(DEA).

1.5 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Manfaat

penelitian bagi peneliti adalah untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas

peneliti, sebagai implementasi dari ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah, serta

memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana atau

srtata satu (S1). Sedangkan manfaat penelitian bagi anggota rantai pasokan adalah

memberikan evaluasi dan masukan terhadap kinerja manajemen rantai pasokan

sayuran sehingga manajemen rantai pasokan sayuran akan dapat lebih baik di masa

mendatang. Adapun manfaat penelitian bagi Departemen Manajemen FEM IPB

adalah sebagai tambahan khazanah keilmuan yang berkaitan dengan manajemen

produksi dan operasi khususnya di bidang manajemen rantai pasokan. Terakhir,

manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi sumber

informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian,

khususnya manajemen rantai pasokan, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rantai Pasokan

Pujawan (2005) mendefinisikan rantai pasokan atau yang juga dikenal dengan

sebutan supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara

bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai

akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor,

toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa

logistik. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.

Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke

hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir.

Adapun Siagian (2005) menggambarkan rantai pasokan sebagai berikut :

Gambar 1. Rantai Pasokan

(Sumber : Siagian, 2005)

2.2 Manajemen Rantai Pasokan

Marimin dan Maghfiroh (2010) mendefinisikan manajemen rantai pasokan

sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk

dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan.

Anatan dan Ellitan (2008) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan

merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi

- Informasi penjadwalan - Arus kas

- Arus pesanan

Persediaan Perusahaan Distribusi

- Arus kredit - Arus bahan baku

(18)

ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui

pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan dan kepuasan konsumen.

Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses

bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan.

Ma’arif dan Tanjung (2003) mendefinisikan manajemen rantai pasokan atau yang

biasa disebut denga supply chain management (SCM)adalah mata rantai di mana dari

berbagai pemasok, kemudian masuk ke pabrikan, grosir, distributor, sampai ke tangan

konsumen. Keuntungan SCM adalah persiapan diri dalam menghadapi persaingan

bebas, di mana perusahaan kelas dunia akan bertempur di Indonesia dalam

tujuan-tujuan global.

2.3 Pengukuran Kinerja

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) mengukur adalah aktivitas untuk

menentukan luas, dimensi, kuantitas, atau kapasitas suatu objek yang umumnya

dibandingkan terhadap suatu standar. Tujuan pengukuran dalam penelitian adalah

menyediakan data dengan kualitas sebaik mungkin dan kesalahan sekecil-kecilnya

untuk menguji hipotesis, melakukan estimasi, prediksi, atau deskripsi. Pengukuran

dalam penelitian merupakan proses yang terdiri dari 3 bagian:

• Menentukan peristiwa atau percobaan yang dapat diamati oleh indra (pengamatan empiris).

• Menggunakan variabel atau simbol yang bisa berupa angka atau nilai untuk

mewakili komponen-komponen percobaan yang dilakukan.

• Memberikan hubungan antara variabel yang dibuat dan pengamatan yang

(19)

2.4 Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Salah satu model pengukuran kinerja supply chain adalah SCOR (Supply Chain

Operations Reference) yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC)

sebagai alat diagnosa (diagnostic tool) supply chain management. SCOR dapat

digunakan untuk mengukur kinerja (performance) rantai pasokan perusahaan,

meningkatkan kinerjanya, dan mengomunikasikan kepada pihak-pihak yang terlibat

di dalamnya. SCOR merupakan alat manajemen yang mencakup mulai dari pemasok

awal hingga ke konsumen akhir. Ruang lingkup metode SCOR disajikan pada

Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Skema Ruang Lingkup SCOR

(Sumber : SCOR model dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010)

SCOR merupakan suatu metode sistematis yang mengombinasikan

elemen-elemen seperti teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik (best practice) untuk

diterapkan dalam rantai pasokan yang diwujudkan ke dalam suatu kerangka kerja

yang komprehensif sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan

perusahaan tertentu (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Alur pengembangan metode

(20)

Gambar 3. SCOR sebagai model referensi proses bisnis

(Sumber : SCOR model dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010)

2.5

Analytic Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process adalah satu model yang luwes yang memberikan

kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan

mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan

memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini juga memungkinkan

orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. Dirancang untuk

lebih menampung sifat alamiah manusia daripada memaksa seseorang ke cara

berpikir yang mungkin berlawanan dengan hati nurani, AHP merupakan proses yang

ampuh untuk menanggulangi berbagai persoalan politik dan sosio-ekonomi yang

kompleks. AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis.

Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetehauan untuk

menyusun hirarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk

memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, AHP menunjukkan bagaimana

menghubungkan elemen-elemen dari suatu bagian maslaah dengan elemen-elemen

dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah

mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi (Saaty, 1991).

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanan suatu persoalan kompleks yang tidak

terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam

suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik

secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan

Menganalisis

Menganalisis kondisi performa rantai pasokan saat ini, menentukan performa rantai pasokan yang dikehendaki Menentukan data pembanding sebagai acuan peningkatan performa rantai pasokan Mengidentifikasi praktek manajemen terbaik (best practice) disertai dengan solusi

Restrukturisasi

Proses Bisnis Benchmarking

Analisis Best

(21)

dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan

sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk

mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Dengan menggunakan AHP, suatu

persoalan akan diselesaikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan

tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses

pengambilan keputusannya (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

2.5.1 Keuntungan Penerapan AHP

Menurut Saaty (1991), ada beberapa keuntungan yang didapat dari

penerapan AHP, diantaranya adalah :

1) Kesatuan. AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,

luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.

2) Kompleksitas. AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan

berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

3) Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan

elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran

linier.

4) Penyusunan hirarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran

untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat

berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5) Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan

metode untuk menetapkan prioritas.

6) Penilaian dan konsensus. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi

mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang

berbeda-beda.

7) Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif

dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif

terbaik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.

8) Sintesis.AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan

(22)

9) Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari

pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

2.5.2 Prinsip-prinsip Dasar AHP

Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan menggunkn

AHP (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Ketiga prinsip tersebut adalah :

Penyusunan Hirarki

Penyusunan hirarki dilkukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan

atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari

permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokoknya.

Kemudaian elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya

lagi, dan seterusnya secara hirarki. Penilaian setiap level hirarki dinilai

melalui perbandingan berpasangan.

Penentuan Prioritas

Untuk setiap level hirarki perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk

menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria

tertentu dan menimbang intensitas preferensi antarelemen. Hubungan

antarelemen dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan

membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hubungannya

menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hirarki terhadap

setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, elemen

pada tingkat yang tinggi tersebut berfungsi sebagai suatu kriteria yang

disebut sifat. Hasil dari proses pembedaan ini adalah suatu vektor prioritas

atau tingkat kepentingan relatif elemen terhadap setiap sifat. Perbandingan

berpasangan diulangi lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Langkah

terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vektor dengan prioritas

sifatnya.

Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang

(23)

pengambilan keputusan agar dihasilkan keputusan yang akurat. Dalam

kehidupan nyata, konsistensi sempurna sukar dicapai. Jika buah apel lebih

disukai daripada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang maka dalam

hubungan yang konsisten sempurna, apel seharusnya lebih disukai daripada

pisang, tetapi dengan orang yang sama, dapat kadangkala lebih menyukai

pisang daripada apel, tergantung waktu dan kondisi tertentu.

Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat

diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata.

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan

melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau

kurang. Jika lebih dari 10 persen, maka penilaiannya masih acak dan perlu

diperbaiki.

2.5.3 Prosedur AHP

Menurut Latifah (2005) dalam pengambilan keputusan dengan metode

AHP, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam

pengambilan keputusannya.

2) Menentukan kriteria dari pilihan-pilihan tersebut terhadap identitas

kegiatan dan membuat hirarkinya.

3) Membuat matriks “pairwise comparison” berdasarkan criteria focus

dengan memperhatikan prinsip-prinsip “comparative judgement

4) Membuat matriks pairwise comparison dengan memperlihatkan

prinsip-prinsip comparative judgement berdasarkan kriteria pada

tingkat di atasnya.

2.6 Analytic Network Process (ANP)

Banyak pengambilan keputusan tidak bisa distrukrurisasi secara hirarki karena

melibatkan interaksi dan ketergantungan antara elemen yang lebih tinggi terhadap

elemen yang lebih rendah. Adanya kriteria tidak hanya menentukan pentingnya

(24)

Hirarki Linier

Tujuan

Kriteria

Sub Kriteria

Elemen Komponen, Cluster (level)

Dua bridge yang keduanya kuat (walaupun semakin kuat semakin buruk) akan

membuat seseorang memilih yang kuat namun buruk kecuali terdapat kriteria yang

mengevaluasi kekuatan masing-masing bridge, akhirnya nilai kekuatan (strength)

dinilai lebih kecil dan penyajian dinilai lebih besar. Umpan balik memungkinkan

untuk memberi bobot faktor masa depan terhadap masa kini untuk menentukan apa

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan mendatang yang diinginkan. Gambar 4

di bawah ini mengilustrasikan perbedan antara hirarki dan network. Hirarki

merupakan struktur linear atas bawah. Sedangkan network tersebar ke segala arah dan

melibatkan lingkaran antara cluster dan loop diantara cluster yang sama (Saaty and

Vargas 2006).

(Sumber : Saaty, 2006)

Gambar 4. Perbedaan hierarchy dan network

Analytical Network Process (ANP) merupakan alat analisis yang mampu

merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan

hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. ANP memberikan

pendekatan yang lebih akurat karena ANP mampu menangani masalah yang

kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. ANP memberikan

bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai

pasokan. Sedangkan Analytical Hierarchy Process (AHP) tidak mempetimbangkan

hubungan ketergantungan dan hanya mempertimbangkan hubungan linier dari atas ke

bawah. AHP tidak dapat menangani interkoneksi antara faktor-faktor keputusan pada

(25)

tingkat yang sama karena kerangka pengambilan keputusan dalam model AHP

mengasumsikan hubungan satu arah antara tingkat hirarki keputusan.

Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif,

dimana masing-masing level memiliki elemen. Akan tetapi, dalam ANP level dalam

AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya yang

disebut simpul.

Perbandingan tingkat kepentingan dalam setiap elemen maupun cluster disajikan

dalam sebuah matriks dengan memberikan skala rasio dengan perbandingan

berpasangan (pairwise comparison). Perbandingan berpasangan menggunakan rasio

dominasi pasangan dengan menggunakan pengukuran aktual. Dalam hal penggunaan

judgements, dalam AHP seseorang bertanya: “Mana yang lebih disukai atau lebih

penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya: “Mana yang mempunyai

pengaruh lebih besar?”. Pertanyaan terakhir jelas memerlukan observasi dan

pengetahuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang sah (valid), yang membuat

pertanyaan kedua lebih obyektif dari pada pertanyaan pertama (Ascarya dalam Susilo,

2008).

Masing-masing skala rasio menunjukkan perbandingan kepentingan antara

elemen di dalam sebuah komponen dengan elemen di luar komponen (outer

dependence) atau di dalam elemen terhadap elemen itu sendiri yang berada di

komponen dalam (inner dependence). Tidak setiap elemen memberikan pengaruh

terhadap elemen dari komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada

elemen lain akan memberikan nilai nol. Matriks hasil perbandingan direpresentasikan

kedalam bentuk kolom (vertikal) dan baris (horisontal) dan berbentuk matriks yang

bersifat stokastik yang disebut sebagai supermatriks. Supermatriks diharapkan dapat

menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan

(Saaty and Vargas, 2006).

2.6.1 Konsep-konsep dari ANP

Menurut Saaty dalam Susilo (2008), konsep-konsep dari Analytic

Network Process (ANP) meliputi :

(26)

2. Pengaruh dengan respek ke sebuah kriteria.

3. Kontrol hirarki atau sistem.

4. Supermatrix.

5. Limiting supermatrix dan limiting priorities.

6. Primitivity,, irreducibility, cyclicity.

7. Membuat limiting supermatrix stochastic : mengapa cluster harus

dibandingkan.

8. Sintesis untuk kriteria dari sebuah kontrol hirarki atau sebuah kontrol

sistem.

9. Sintesis untuk keuntungan, biaya, peluang, dan risiko kontrol hirarki.

10.Formulasi untuk menghitung limit.

11.Hubungkan ke Neural Network Firing – kasus berkelanjutan.

12.Kepadatan dari neural firing dan distribusi serta aplikasinya untuk

menghasilkan kembali citra yang dapat dilihat dan komposisi

simponik.

2.6.2 Prosedur ANP

Menurut Izik et al. (2011) Proses solusi ANP memiliki empat langkah

utama yaitu :

1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan

Pada langkah ini, masalah harus disusun dan model konseptual harus

dibuat. Awalnya, komponen-komponen penting harus diidentifikasi.

Elemen paling atas (cluster) didekomposisi menjadi sub-komponen dan

atribut (node). ANP memungkinkan dependensi baik di dalam sebuah

cluster (ketergantungan dalam) dan antar cluster (ketergantungan luar)

(Saaty dalam Izik et al, 2011). Masing-masing variabel pada setiap

tingkat harus didefinisikan bersama dengan hubungannya dengan

(27)

2. Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang Saling

Terkait

Pada ANP, perbandingan elemen berpasangan dalam setiap tingkat

dilakukan terhadap kepentingan relatif untuk kriteria kontrol mereka.

Matriks korelasi disusun berdasarkan skala rasio 1-9. Ketika penilaian

dilakukan untuk sepasang, nilai timbal balik secara otomatis ditetapkan ke

perbandingan terbalik dalam matriks. Setelah perbandingan berpasangan

selesai, vektor yang sesuai dengan nilai eigen maksimum dari matriks

yang dibangun dihitung dan vektor prioritas diperoleh. Nilai prioritas

ditemukan dengan menormalkan vektor ini. Dalam proses penilaian,

masalah dapat terjadi dalam konsistensi dari perbandingan berpasangan.

Rasio konsistensi memberikan penilaian numerik dari seberapa besar

evaluasi ini mungkin tidak konsisten. Jika rasio yang dihitung kurang dari

0.10, konsistensi dianggap memuaskan (Meade dalam Izik et al, 2011).

3. Penghitungan Supermatriks

Setelah perbandingan berpasangan selesai, supermatriks dihitung

dalam 3 langkah:

1. Supermatriks tanpa pembobotan (Unweighted Supermatrix), dibuat

secara langsung dari semua prioritas lokal yang berasal dari

perbandingan berpasangan antar elemen yang mempengaruhi satu

sama lain;

2. Supermatriks berbobot (Weighted Supermatrix), dihitung dengan

mengalikan nilai dari supermatriks-tanpa-pembobotan dengan bobot

cluster yang terkait;

3. Komposisi dari Supermatriks terbatas (Limiting Supermatrix), dibuat

dengan memangkatkan supermatriks-berbobot sampai stabil.

Stabilisasi dicapai ketika semua kolom dalam supermatriks yang sesuai

untuk setiap node memiliki nilai yang sama yaitu satu.

Langkah-langkah ini dilakukan dalam software Super Decisions, yang

(28)

ANP. Untuk setiap subnetwork, prosedur yang sama diterapkan dan

alternatif diberi peringkat.

4. Bobot Kepentingan dari Clusters dan Nodes

Untuk menentukan bobot kepentingan dari alternatif, digunakan hasil

supermatriks-terbatas (supermatrix limit) dari model ANP. Prioritas

keseluruhan dari setiap alternatif dihitung melalui proses sintesis. Hasil

yang diperoleh dari masing-masing subnetwork disintesis untuk

memperoleh prioritas keseluruhan dari alternatif.

2.6.3 Prinsip Dasar ANP

Seperti halnya AHP, ANP juga memiliki prinsip-prinsip dasar. Menurut

Saaty dalam Susilo (2008) prinsip-prinsip dasar ANP juga ada tiga, yaitu

dekomposisi, penilaian komparasi (comparative judgements), dan komposisi

hirarkis atau sintesis dari prioritas, sama seperti prinsip dasar AHP. Prinsip

dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi

kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan

seterusnya. Dengan kata lain, dekomposisi adalah memodelkan masalah ke

dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun

perbandingan pasangan (pairwise comparison) dari semua kombinasi

elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini

digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster

dengan prioritas seluruh (global) hirarki dan menjumlahkannya untuk

menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah.

2.7 Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) dikenalkan pertama kali oleh William

Charnes, Abraham Cooper, dan Edwardo Rhodes pada tahun 1978 yang merupakan

pengembangan dari konsep yang menghubungkan perhitungan teknis dan efisiensi

produksi yang ditemukan oleh Farel pada tahun 1957. DEA adalah metode non

parametrik berdasarkan teknik pemrograman linear untuk mengevaluasi efisiensi dari

(29)

kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif

dari decision making unit (DMU) dalam perusahaan atau organisasi. DEA mengukur

tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut

terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU dengan nilai yang belum

efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot

untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input

dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga

memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat

efisiensi dari unit yang dianalisis (Homepage DEA dalam Subarkah, 2009).

Model yang menghitung efisiensi maksimum menurut Gofindarajan dalam

Subarkah (2009), adalah :

………(1)

Keterangan :

η = nilai efisiensi maksimum s1

n = Banyaknya output

= Unit keputusan yang akan dievaluasi

m = Banyaknya input

Langkah-langkah dalam proses DEA adalah : = Nilai input

1. Identifikasi Decision Making Unit (DMU) atau unit yang akan diobservasi

beserta input dan output pembentuknya.

2. Membentuk efficiency frontier dari data yang ada.

3. Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan

target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya.

(30)

1. Dapat digunakan untuk menangani banyak input dan otput.

2. Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan

output.

3. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.

4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

Selain keunggulan, DEA juga mempunyai kelemahan, diantaranya adalah :

1. Bersifat sample specific.

2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat

fatal.

3. Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut.

4. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

5. Menggunakan perumusan linear programming terpisah untuk setiap DMU.

Dari hasil DEA dapat diketahui efisiensi kinerja suatu organisasi dibandingkan

dengan kinerja organisasi lainnya. Selain itu, juga dapat diketahui target-target nilai

yang harus dicapai agar menghasilkan kinerja yang efisien.

2.8 Microsoft Excel2007

Aplikasi spreadsheet merupakan aplikasi yang digunakan untuk berbagai

perhitungan data, baik untuk kepentingan bisnis ataupun kepentingan lainnya.

Microsoft Excel merupakan aplikasi spreadsheet yang banyak digunakan oleh

beragam kalangan pengguna komputer untuk mengerjakan berbagai pengolahan data

yang bersifat numerik. Microsoft Excel 2007 menawarkan berbagai kelebihan yang

belum terdapat pada versi sebelumnya. Selain fasilitas terbaru, Microsoft Excel 2007

juga memiliki tampilan baru yang ditujukan untuk memberi kemudahan pengguna

dalam mengoperasikannya (Pradipta, 2007). Fasilitas terbaru yang ada pada Microsoft

Excel 2007 adalah :

1. Office Button yang digunakan untuk mengopersikan dan mengatur dokumen.

2. Sistem menu baru dengan tampilan berupa kumpulan tab yang disebut

(31)

3. Fasilitas pembuatan grafik / diagram yang ditampilkan lebih menarik dan

lebih variatif untuk pengolahan data berorientasi gambar.

4. Fasilitas SmartArt yang digunakan umtuk berbagai keperluan

pengorganisasian.

5. Ekspor data ke berbagai format spreadsheet, seperti xls, xlsx, xml, csv, dan

lainnya.

2.9 Super Decisions

Perangkat lunak Super Decisions digunakan untuk pengambilan keputusan

dengan ketergantungan dan umpan balik. Masalah seperti itu sering terjadi dalam

kehidupan nyata. Super Decisions memperluas Analytic Hierarchy Process (AHP)

yang menggunakan prioritas mendasar melalui penilaian pada perbandingan

berpasangan atau melalui pengukuran langsung. Dalam AHP, unsur-unsur tersebut

diatur dalam struktur hirarki keputusan, sementara ANP menggunakan satu atau lebih

jaringan kelompok (cluster) yang mengandung lebih dari satu unsur. Kebanyakan

metode pengambilan keputusan membatasi pada salah satu kriteria atau di antara

alternatif itu sendiri. ANP tidak dibatasi oleh asumsi tersebut. Hal ini memungkinkan

untuk membandingkan semua dependensi yang mungkin dan potensial.

ANP tidak membatasi pemahaman dan pengalaman manusia untuk memaksa

pengambilan keputusan ke dalam suatu model yang sangat teknis yang tidak wajar.

Pada dasarnya, hal tersebut merupakan dasar bagaimana orang biasanya berpikir dan

membantu pembuat keputusan melacak proses sebagai kompleksitas masalah dan

keragaman peningkatan faktor tersebut. Keberhasilan ANP adalah aplikasi yang telah

dilakukan menghasilkan prioritas yang berhubungan dengan jawaban yang sesuai di

dunia nyata atau yang hasil telah diprediksi (www.superdecisions.com

2.10

).

Frontier Analyst dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

mendefinisikan pengukuran kinerja dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Teknik

yang digunakan untuk pengukuran tersebut lebih dikenal sebagai Data Envelopment

Analysis (DEA). DEA digunakan untuk melakukan objektif, studi analisis efisiensi

(32)

komparatif hingga melampaui ukuran finansial kinerja pada umumnya. DEA biasa

digunakan pada ritel, waralaba, perbankan, pelayanan kesehatan, pelayanan publik

dan banyak perusahaan berbasis bisnis lainnya. Frontier Analyst memiliki perpaduan

yang sempurna dari kemudahan penggunaan, kekuatan, dan fungsi untuk membantu

mencapai tujuan tertentu.

Frontier Analyst memungkinkan untuk : (1) mengidentifikasi dan menemukan

praktek terbaik, (2) mengatur target berbasis perbaikan, (3) mengetahui peningkatan

efisiensi potensial terbesar, (4) mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif, (5)

memvisualisasikan informasi yang penting, dan (6) menginformasikan

pengembangan strategi

2.11Penelitian Terdahulu

Subarkah (2009) meneliti Kajian Kinerja Rantai Pasokan Lettuce Head (Lactuca

Sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus di PT Saung

Mirwan, Bogor). Hasil yang diperoleh yaitu kondisi rantai pasokan sayuran lettuce

head, nilai tambah yang dihasilkan pada rantai pasokan komoditas lettuce head,

kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode Data Envelopment

Analysis (DEA), dan perbandingan kinerja aktual PT Saung Mirwan dengan nilai

indicator Supply Chain Operations Reference (SCOR).

Setyawan (2009) meneliti Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran

Tinggi di Jawa Barat. Hasil yang diperoleh yaitu produk sayuran unggulan dataran

tinggi di Jawa Barat, struktur rantai pasokan produk sayuran unggulan terpilih, nilai

tambah produk sayuran terpilih, dan alternatif rantai pasokan yang dapat diterapkan.

Susilo (2008) meneliti Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah

Ummh dengan Pendekatan Analytic Network Process. Hasil yang diperoleh yaitu

faktor internal (kelebihan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang

memepengaruhi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah, rumusan strategi

pengembangan berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal, dan prioritas strategi

(33)

Feifi (2008) meneliti Kajian Manajemen Rantai Pasokan pada Produk dan

Komoditas Kedelai Edamame (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor).

Hasil yang diperoleh yaitu mekanisme rantai pasokan produk dan komoditas kedelai

Edamame yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan, analisis nilai tambah yang

dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasok produk dan komoditas kedelai

Edamame, analisis kinerja supplier dengan metode DEA (Data Envelopment

Analysis) dan kinerja manajemen rantai pasokan dengan metode balanced scorecard

dan AHP yang terintegrasi, dan rekomendasi strategi peningkatan kinerja supplier

dan manajemen rantai pasokan kedelai Edamame.

Setiawan (2011) meneliti Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk

Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran. Hasil yang diperoleh

yaitu metrik kombinasi SCOR-Analisis Fuzzy AHP dan bobot masing-masing metrik

(34)

III.METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Sayuran

adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi pengembangan pasar

domestik dan ekspor yang menjanjikan di masa mendatang. Oleh karena itu,

diperlukan daya saing yang kuat untuk dapat mengoptimalkan potensi sayuran

tersebut. Permasalahan yang dihadapi pada produksi sayuran di Indonesia adalah

jaminan kesinambungan produk, jumlah pasokan yang belum terpenuhi sesuai

kebutuhan, dan ketepatan waktu dalam pengiriman. Manajemen rantai pasokan

memegang peranan yang sangat penting dalam mengatasi masalah tersebut.

Pemilihan jenis komoditas produk dilakukan untuk membatasi lingkup kajian

manajemen rantai pasokan yang luas dan jenis sayuran yang sangat banyak. Sayuran

terpilih diidentifikasi struktur rantai pasokannya agar diketahui masalah-masalah

yang sering muncul dalam struktur rantai pasokan. Kegiatan manajemen rantai

pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi

ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui

pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan

konsumen sehingga akan memberikan dampak positif pada nilai tambah rantai

(35)

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian

Identifikasi struktur rantai pasokan sayuran

Manajemen rantai pasokan sayuran

Analisis kinerja rantai pasok dengan model SCOR

Analisis kinerja rantai pasok dengan metode AHP

Analisis kinerja perusahaan dengan DEA

Analisis kinerja rantai pasok dengan metode ANP

Membandingkan kinerja rantai pasok (AHP dengan ANP)

Merumuskan strategi rantai pasok sayuran Nilai strategis

sayuran

Permasalahan sayuran di Indonesia

(36)

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu pra penelitian, pengumpulan data,

analisis data, dan penutup. Pada tahap pra penelitian terdiri dari identifikasi minat

penelitian, pemilihan topik penelitian dan studi pustaka, penentuan topik penelitian,

perumusah masalah, dan rancangan pengumpulan data. Pada pengumpulan data

terdiri dari studi pendahuluan, studi pustaka, dan opini pakar. Kemudian dilanjutkan

dengan pengumpulan data lapangan. Karena penelitian ini menggunakan Analytic

Hierarchy Process dan Analytic Network Process, maka perlu dilakukan pairwise

comparison. Setelah dilakukan pairwise comparison, tahap selanjutnya adalah

analisis data yang terdiri dari pemodelan Supply Chain Operations Reference

(SCOR), membuat kerangka AHP dan ANP, menghitung bobot dari AHP dna ANP,

dan menentukan kekonsistenan dari hasil AHP dan ANP. Dari hasil ANP, dilakukan

analisis tingkat efisiensi menggunakan Data Envelopment Analysis. Tahap akhir yaitu

penutup dengan mengetahui prioritas strategi pengembangan dan kesimpulan dan

(37)

Gambar 6. Tahapan penelitian

Penentuan topik penelitian

Analisis DEA

Kesimpulan dan Saran Identifikasi minat penelitian

Pemilihan topik penelitian Studi pustaka dan diskusi

Perumusan Masalah 1. Bagaimana struktur rantai pasokan produk sayuran?

2. Bagaimana kinerja rantai pasokan sayuran dengan model SCOR?

3. Bagaimana kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode AHP? 4. Bagaimana kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode ANP?

5. Bagaimana perbandingan hasil kinerja rantai pasok sayuran (AHP dengan ANP)? 6. Bagaimana kinerja rantai pasok perusahaan dengan metode DEA?

Pra penelitian

Rancangan Pengumpulan Data

Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan analisis data

Pengumpulan data

Analisis data

Bobot prioritas tiap elemen

Studi pendahuluan, Studi pustaka, Opini pakar

Pairwise Comparison Pengumpulan data lapangan

Nilai Eigen Vektor Pemodelan SCOR

Hitung CI dan CR Kerangka AHP dan ANP

AHP dan ANP

Konsisten Ya Tidak

(38)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir

Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelitian dilakukan

pada bulan Desember 2011 sampai Februari 2012.

3.4. Jenis dan Metode Penelitian

Data yang dibutuhkan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, waawancara, dan

peneyebaran kuisioner. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara

studi pustaka.

Metode pengumpulan data atau informasi dapat dilakukan melalui beberapa

teknik, diantaranya adalah :

1. Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung objek penelitian untuk

mengidentifikasi anggota rantai pasokan dan mengetahui mekanisme rantai

pasokan produk dan komoditas sayuran dataran tinggi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan topik yaitu petani,

koperasi, bandar, dan pakar. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara

yaitu kuisioner yang ditujukan kepada pakar.

3. Opini Pakar

Opini pakar diperoleh dari para pakar yang terkait dengan topik penelitian.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka diperoleh dari literatur tentang konsep rantai pasokan,

hasil-hasil penelitian terdahulu, dan data-data dari PT Saung Mirwan.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu

purposive sampling. Sampel yang diambil berdasarkan beberapa kriteria tertentu yang

(39)

permasalahan yang ada dan menentukan sayuran unggulan. Selain pakar, anggota

rantai pasokan juga dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai sayuran.

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan pendekatan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) Analytical Network Process (ANP). Model SCOR

digunakan untuk menentukan metrik kinerja rantai pasok. Sedangkan pendekatan

AHP dan ANP digunakan untuk menghitung bobot dari matriks kinerja dari model

SCOR.

3.6.1 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode AHP digunakan untuk menghitung bobot kinerja rantai pasok pada

masing-masing tingkat hirarki dan mengetahui faktor atau elemen yang

mempunyai pengaruh terbesar dalam satu tingkat hirarki. Perhitungan AHP dapat

diselesaikan dengan menggunakan software Super Decisions. Adapun tahapan

yang dilakukan dalam AHP adalah :

a. Penyusunan Prioritas

Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya

satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak

yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki

atau sistem secara keseluruhan.

Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah

menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk

berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan

tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan

berpasangan untuk analisis numerik.

Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n

alternatif dibawahnya, Ai sampai An . Perbandingan antar alternatif untuk sub

(40)

Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A

(kolom)

yang menyatakan hubungan :

1 (baris) terhadap kriteria C

1 (baris) dibandingkan

dengan A1

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari

skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, disajikan pada

Tabel 2.

(kolom).

Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan

ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi.

Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level

hirarki.

Contoh Pairwise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu :

Baris 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan dengan L, maka K sedikit lebih

(41)

Tabel 2. Skala Perbandingan Fundamental

Intensitas Kepentingan

Definisi Keterangan

1 Sama Penting Dua kegiatan berkontribusi sama

terhadap tujuannya

3 Sedikit Lebih Penting Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit berkontribusi atas yang lain

5 Lebih Penting Pengalaman dan penilaian suatu

kegiatan berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya dalam praktek

7 Sangat Lebih Penting Suatu kegiatan yang favorit

berkontribusi sangat kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek

9 Mutlak Lebih Penting Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi 2, 4, 6, 8 Untuk kompromi

antara nilai-nilai di atas

Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numerik karena tidak ada istilah yang pas untuk menggambarkan hal tersebut Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka

dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika

dibandingkan dengan elemen j, maka j

memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i Rasio Rasio yang didapat

langsung dari pengukuran

b. Eigen value dan Eigen vector

Apabila pengambil keputusan sudah memasukkan persepsinya atau penilaian

untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu level

(tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan, maka untuk mengetahui kriteria

mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks

perbandingan di setiap level (tingkatan).

Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka

(42)

1. Matriks

Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang

tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya

dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan

dengan A).

2. Vektor dari n dimensi

Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen-elemen

yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik

menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector

dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut

vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua

vektor dengan n komponen dengan entry riil dinotasikan dengan Rn

3. Eigen value dan Eigen Vector

.

Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vector tak nol x di dalam Rn

Ax = λx ………(2)

dinamakan Eigen Vectordari Ajika Axkelipatan skalar λ , yakni

Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang

bersesuaian dengan λ. Untuk mencari eigen value dari matriks A yang

berukuran n x n maka dapat ditulis pada persamaan berikut :

Ax = λx

Atau secara ekivalen

(λI – A)x = 0 ………(3)

Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari

persamaan ini. Akan tetapi, persamaan di atas akan mempunyai pemecahan

tak nol jika dan hanya jika :

det(λI – A)x = 0 ……….(4)

Ini dinamakan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini

adalah eigen value dari A.

Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj

(43)

yakniaij = . Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor ω = (ω1, ω2, ω3, …

ωn) . Nilai ω n menyatakan bobot kriteria An

Jika a

terhadap keseluruhan set kriteria

pada sub sistem tersebut.

ij mewakili derajat kepentingan I terhadap faktor j dan ajk

menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan

menjadi konsisten, kepentingan i terhadap k harus sama dengan aij.ajk=aik

untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten. Untuk suatu matriks

konsisten dengan vektor ω, maka elemen aij

a

dapat ditulis menjadi :

ij

Jadi matriks konsisten adalah :

= ; i,j = 1,2,3, … n …… (5)

aij.ajk = . = = aik

Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk pairwise comparison matrix

diuraikan seperti berikut ini :

………... (6)

aji

Dari persamaan (3.2.3) tersebut di atas dapat dilihat bahwa : = = = ……… (7)

aji

Dengan demikian untuk pairswise comparison matrix yang konsisten menjadi:

. = 1 i,j = 1,2,3, … n …… (8)

aij . ωij

a

. = n ; i,j = 1,2,3, … n …… (9)

ij . ωij = nωij

Persamaan di atas ekivalen dengan bentuk persamaan matriks di bawah ini : ; i,j = 1,2,3, … n …… (10)

A . ω

Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa ωadalah eigen vector

dari matriks A dengan eigen value n. Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi matriks itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis

sebagai berikut :

(44)

……… (12)

Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa :

aij

Salah satu faktor penyebabnya, adalah karena unsur manusia (decision maker)

tidak selalu dapat konsisten mutlak (absolute consistent) dalam

mengekspresikan preferensinya terhadap elemen-elemen yang dibandingkan.

Dengan kata lain, bahwa judgement yang diberikan untuk setiap elemen

persoalan pada suatu level hirarki dapat saja inconsistent.

= ……… (13)

Jika :

1) Jika λ1, λ2, … , λn

A x

adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan :

=

Dengan eigen value dari matriks A dan jika a

λ x ……..……..………… (14)

ii

= n ……… (15)

= 1; i = 1,2,…,n; maka

dapat ditulis :

Misalkan kalau suatu pairwise comparison matrix bersifat ataupun

memenuhi kaidah konsistensi seperti pada persamaan (6), maka perkalian

elemen matriks yang setangkup sama dengan satu.

……… (16)

Eigen value dari matriks A,

Ax – λx = 0

(A – λI) = 0

A – λI = 0 ……… (17)

Kalau diuraikan lebih jauh untuk persamaan (17), hasilnya menjadi :

Gambar

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 6. Tahapan penelitian
Tabel 2. Skala Perbandingan Fundamental
Tabel 4. Skala Perbandingan Fundamental
+7

Referensi

Dokumen terkait