PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI
PASOKAN SAYURAN DAN PERUSAHAAN DENGAN
PENDEKATAN
ANALYTIC NETWORK PROCESS
SERTA
DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS
(Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)
Oleh
CHOIRUL AMALIA
H24080024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
i
RINGKASAN
CHOIRUL AMALIA, H24080024. Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta
Data Envelopment Analysis (Studi Kasus: PT Saung Mirwan, Bogor). Di bawah
bimbingan MUHAMMAD SYAMSUN DAN ALIM SETIAWAN S.
Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang utama di Indonesia. Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu sayuran. Mengingat karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis manajemen rantai pasokan untuk sayuran. Dengan demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan meningkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing produk sayuran di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran, 2) Menentukan bobot metrik pengukuran kinerja dengan
Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process, dan 3) Mengukur kinerja
perusahaan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dan pengisisan kuisioner oleh para Manajer di PT Saung Mirwan (Pemasaran, Kemitraan, dan Pengemasan dan Processing) dan pakar sayuran. Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data informasi dari PT Saung Mirwan seperti gambaran umum perusahaan dan manajemen rantai pasok sayuran di perusahaan. Kuisioner diuji dengan menggunan metode pairwise comparison untuk menentukan bobot prioritas. Pengolahan data menggunakan software Microsoft
Excell,Super Decisions, dan Frontier Analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis AHP prioritas utama pada proses bisnis terdapat pada tahap perencanaan (plan) yang mempunyai bobot sebesar 0.41620. Untuk parameter kinerja, mutu adalah prioritas utama yang mempunyai bobot sebesar 0.43822. Sedangkan untuk atribut kinerja, reliabilitas adalah prioritas utama dengan bobot sebesar 0.40017 dan untuk metrik pengukuran kinerja, prioritas utama dengan bobot sebesar 0.15759 adalah kinerja pengiriman.
Pada analisis ANP yang menjadi prioritas utama adalah plan pada proses bisnis dengan bobot 0.27308, mutu pada parameter kinerja dengan bobot sebesar 0.40226, reliabilitas pada atribut kinerja dengan bobot sebesar 0.33310, dan kinerja pengiriman pada metrik pengukuran kinerja dengan bobot sebesar 0.14957. Hasil prioritas utama pada masing-masing hirarki atau jaringan adalah sama, tetapi memiliki bobot yang berbeda.
ii
dengan cluster karena terdapat hubungan ketergantungan baik antara elemen satu dengan yang lain maupun antara cluster satu dengan yang lain. Pada ANP tidak hanya membandingkan elemen, tetapi juga membandingkan antar cluster.
Analisis dengan menggunakan DEA dilakukan setelah diperoleh hasil ANP. Pengukuran kinerja PT Saung Mirwan dilakukan terhadap sepuluh komoditas sayuran yang mempunyai tingkat permintaan tertinggi dari sekitar 80 komoditas sayuran. Sepuluh sayuran tersebut yaitu : caysin, bawang bombay, tomat TW, tomat Rianto,
Lettuce head, Lettuce romaine, paprika hijau, jamur champ, daun bawang, dan
seledri. Hasil pengolahan data menggunakan DEA adalah tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut. Tingkat efisiensi dari sepuluh komoditas tersebut yaitu :
Lettuce head 100%, caysin 100%, tomat TW 97.27%, seledri 96.93%, bawang
bombay 94.98%, daun bawang 93.10%, jamur champ 91.93%, tomat Rianto 89.38%,
Lettuce romaine 89.33%, dan paprika hijau 79.28%. Hal yang dapat dilakukan oleh
ii
PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI
PASOKAN SAYURAN DAN PERUSAHAAN DENGAN
PENDEKATAN
ANALYTIC NETWORK PROCESS
SERTA
DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS
(Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
CHOIRUL AMALIA
H24080024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
i
Judul Skripsi : Perancangan dan Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis (Studi Kasus : PT Saung Mirwan, Bogor)
Nama :Choirul Amalia
NRP : H24080024
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc.
NIP 19500727 197412 1 001 NIP 19820227 200912 1 001 Alim Setiawan S, S.TP, M.Si.
Mengetahui, Ketua Departemen
NIP : 19610123 198601 1 002 Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 7 Februari
1991 dari pasangan suami istri, ayahanda Mu’anif dan ibunda
Zakiyah. Penulis yang bernama lengkap Choirul Amalia
merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis merupakan
adik kandung dari M. Choirur Rizqi dan kakak dari Choirun
Nisriinaa dan M. Choirul Arsalan.
Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Keputran 6 Pekalongan
pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan
pendidiknnya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Pekalongan dan lulus
pada tahun 2005. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Pekalongan pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2008
penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menuntut ilmu di Departemen Manajemen, penulis aktif di organisasi
salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) paduan suara yaitu PSM IPB Agria
Swara. Pada periode 2009-2010 penulis mendapat amanah sebagai Anggota Divisi
Kesejahteraan dan pada periode 2010-2011 penulis kembali mendapat amanah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.
Skripsi ini disusun dengan judul “Perancangan dan Pengukuran Kinerja
Rantai Pasokan Sayuran dan Perusahaan dengan Pendekatan Analytic Network Process serta Data Envelopment Analysis”. Rasa syukur dan terima kasih tak terhingga serta penghargaan setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada :
1. Keluarga tercinta : Ibu, Bapak, Mas Rizqi, Dik Nina, Dik Alan, Mbah Uti,
Ayah, Bude Saroh atas kasih sayang, motivasi, perhatian serta dukungan yang
telah diberikan. Semoga Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada
penulis untuk dapat membahagiakan mereka.
2. Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc. dan Alim Setiawan S, S.TP, M.Si. yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabarannya dalam
memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam menyusun skripsi ini.
3. Drs. Edward H. Siregar, S.E, M.M. yang telah bersedia untuk menjadi penguji
pada sidang skripsi dan memberikan banyak masukan untuk skripsi ini.
4. Manajer Pemasaran (Mba Dhita), Manajer Kemitraan (Pak Wasil), Manajer
Processing (Pak Hendro) yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai
pakar dalam penelitian ini dan pihak PT Saung Mirwan yang telah bersedia
memberikan info untuk melengkapi data pada penelitian ini.
5. Dosen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Dr. Ir. Anas D.
Susila, MS. yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai pakar dalam
penelitian ini di tengah kesibukannya.
6. “My Affection”, Adithia Sanjaya Haris yang selalu memberikan inspirasi dan
motivasi, menjadi tempat curahan hati penulis, serta menemani dengan setulus
hati dalam suka dan duka. Semoga kebersamaan kita akan selalu terjaga.
7. Sahabat tersayangku Dina Syakina, Yani Riskawanti, Rahman Hakiem, dan
iii
memberikan motivasi bagi penulis. Terima kasih untuk persahabatan dan
persaudaraan kita , semoga kebersamaan kita tidak cukup sampai di sini saja.
8. Sahabat terbaikku Mitha Sabrina, Wirda Mardyaningsih, dan Dwiantin
Aprilianti yang selalu bersama dalam suka duka selama di perkuliahan.
Semoga persahabatan “always happy” kita tidak cukup sampai di sini saja. 9. Teman satu bimbingan skripsi : Desti, Arni, Yuti, Yuvi, Risya, Jejes, dan
Ocha yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk berjuang bersama
selama penelitian.
10. Ibu Yeyet, Teh Asih, Pak Hadi, beserta staf TU yang telah memberikan
kemudahan birokrasi dalam penyelesaian administrasi skripsi ini.
11. Teman-teman Manajemen 45 dalam kebersamaan dan kekeluargaannya
selama perkuliahan. Semoga tali silaturrahim akan selalu terjalin diantara kita.
12. Teman-teman “Panglima Community” yang jauh di mata tapi selalu dekat di
hati yang selalu menjaga silaturrahim dan saling memberikan motivasi.
13. Fennyka, Kikay, Meylisa, dan teman-teman “Pondok Putri YN” yang selalu
dalam kebersamaan dan jalinan persaudaraan di “rumah indah” kita di Bogor.
14. Teman-teman PSM IPB Agria Swara yang selalu memberikan warna berupa
pelajaran berharga serta pengalaman tak terlupakan selama aktif dalam
organisasi Agria Swara.
15. Seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian tugas akhir
ini dan juga pihak yang telah berpartisipasi selama kuliah di IPB yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan skripsi ini yang jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
untuk hal yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua dan bernilai dalam pandangan Allah SWT.
Aamiin.
Bogor, Februari 2012
iv DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Rantai Pasokan ... 5
2.2 Manajemen Rantai Pasokan ... 5
2.3 Pengukuran Kinerja ... 6
2.4 Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) ... 7
2.5 Analytic Hierarchy Process (AHP) ... 8
2.5.1 Keuntungan Penerapan AHP ... 9
2.5.2 Prinsip-prinsip Dasar AHP ...10
2.5.3 Prosedur AHP ...11
2.6 Analytic Network Process (ANP) ...11
2.6.1 Konsep-konsep dari ANP ...13
2.6.2 Prosedur ANP ...14
2.6.3 Prinsip Dasar ANP ...16
2.7 Data Envelopment Analysis (DEA) ...16
2.8 Microsoft Excel 2007 ...18
2.9 Super Decisions ...19
2.10 Frontier Analyst ...19
2.11 Penelitian Terdahulu ...20
III METODE PENELITIAN ...22
3.1 Kerangka Pemikiran ...22
v
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...26
3.4 Jenis dan Metode Penelitian ...26
3.5 Teknik Pengambilan Sampel...26
3.6 Pengolahan dan Analisis Data ...27
3.6.1 Metode Analaytic Hierarchy Process (AHP) ...27
3.6.2 Metode Analaytic Network Process (ANP) ...35
3.6.3 Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ...41
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...43
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...43
4.2 Struktur Organisasai PT Saung Mirwan ...45
4.3 Struktur Rantai Pasokan ...47
4.3.1 Anggota Rantai Pasokan ...47
A. Anggota Primer Rantai Pasokan ...47
B. Anggota Sekunder Rantai Pasokan ...49
4.3.2 Pola Aliran dalam Rantai Pasokan ...51
4.4 Manajemen Rantai Pasokan ...53
4.5 Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran dalam Perspektif Supply Chain Operations Reference (SCOR) ...57
A. Proses Bisnis dalam Rantai Pasokan Sayuran ...57
B. Parameter Kinerja ...58
C. Atribut dan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran ...59
4.6 Pengukuran Kinerja SCM dengan Analytic Hierarachy Process (AHP) ...64
4.6.1 Kerangka Umum AHP ...64
4.6.2 Hasil AHP ...65
4.7 Pengukuran Kinerja SCM dengan Analytic Network Process (ANP) ...71
4.7.1 Kerangka Umum ANP ...71
4.7.2 Hasil ANP ...72
4.8 Perbandingan Hasil AHP dengan Hasil ANP ...76
4.9 Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Data Envelopment Analysis (DEA)...79
4.10 Implikasi Manajerial ...84
KESIMPULAN DAN SARAN ...86
1 Kesimpulan ...86
2 Saran ...87
DAFTAR PUSTAKA ...89
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Rantai Pasokan ... 5
2. Skema Ruang Lingkup SCOR ... 7
3. SCOR sebagai model referensi proses bisnis ... 8
4. Perbedaan hierarchy dan network ... 12
5. Kerangka pemikiran penelitian ... 23
6. Tahapan penelitian ... 25
7. Alur cara kerja pengolahan data pada DEA ... 41
8. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan ... 47
9. Prosedur pengadaan kebutuhan bahan baku non sayur ... 50
10. Pola aliran dalam rantai pasokan di PT Saung Mirwan... 52
11. Struktur hirarki penentuan bobot metrik kinerja rantai pasok sayuran ... 64
12. Perbadingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis ... 65
13. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara tujuan dengan proses bisnis ... 66
14. Perbandingan berpasangan antara proses bisnis dan parameter kinerja ... 67
15. Prioritas dan nilai CR dari perbandingan berpasangan antara proses bisnis dan parameter kinerja... 67
16. Perbandingan berpasangan antara parameter kinerja dengan atribut kinerja ... 68
17. Prioritas dan nilai CR dari hasil perbandingan berpasangan antara parameter kinerja dengan atribut kinerja ... 68
18. Perbandingan berpasangan antara reliabilitas dengan metrik pengukuran kinerja ... 69
19. Prioritas dan nilai CR dari perbandingan berpasangan antara reliabilitas dengan metrik pengukuran kinerja ... 69
20. Sintesis prioritas Metrik Pengukuran Kinerja pada AHP ... 71
21. Kerangka Umum ANP Pengukuran Bobot Metrik Kinerja Rantai Pasok Sayuran ... 72
22. Matriks antar kelompok ... 72
23. Supermatriks tidak tertimbang ... 73
24. Supermatriks tertimbang ... 73
25. Supermatriks limit ... 74
26. Sintesis prioritas Metrik Pengukuran Kinerja pada ANP ... 76
27. Semantic differential antara hasil AHP dan ANP ... 78
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Matriks Perbandingan Berpasangan ... 28
2. Skala Perbandingan Fundamental ... 29
3. Check list Hubungan Saling Ketergantungan Antar Kriteria ... 36
4. Skala Perbandingan Fundamental ... 37
5. Daftar Indikator Kinerja Pengukuran Rantai Pasokan... 42
6. Daftar pemasok non sayur PT Saung Mirwan ... 51
7. Manfaat yang didapat dari sistem kemitraan... 56
8. Kewajiban PT Saung Mirwan dan petani ... 56
9. Metrik Level 1 dan Atribut Performa SCOR ... 60
10. Tabel Hirarki Metrik Performa Rantai Pasokan ... 63
11. Prioritas akhir AHP ... 70
12. Prioritas akhir ANP ... 75
13. Perbedaan nilai bobot prioritas AHP dan ANP ... 77
14. Rekapitulasi nilai input pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2011 semester 2 ... 80
15. Rekapitulasi nilai output pengukuran kinerja PT Saung Mirwan tahun 2011 semester 2 ... 81
16. Tingkat efisiensi kinerja PT Saung Mrirwan semester 2 tahun 2011 ... 82
1.1Latar Belakang
Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang utama di Indonesia.
Salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek di masa mendatang yaitu
sayuran. Meskipun Indonesia penghasil sayuran yang tinggi, tetapi Indonesia masih
mengimpor sayuran dari luar negeri. Oleh karena itu, sayuran memiliki prospek di
masa mendatang agar bisa memenuhi kebutuhan sayuran di Indonesia tanpa harus
mengimpor dari luar negeri, bahkan Indonesia yang mengekspor sayuran ke luar
negeri.
Austin (1992) dan Brown (1994) dalam Marimin dan Maghfiroh (2010)
berpendapat bahwa komoditas pertanian mempunyai karakteristik khusus, yaitu (1)
bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan, dan pemanenan
tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang
bervariasi, dan (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit ditangani. Faktor
tersebut sangat penting dipertimbangkan untuk merancang perencanaan dan
menganalisis manajemen rantai pasokan komoditas pertanian.
Berdasarkan pada faktor-faktor tersebut perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis manajemen rantai pasokan untuk komoditas pertanian. Dengan
demikian kinerja rantai pasokan produk sayuran diharapkan akan meningkat sehingga
dapat meningkatkan produktivitas serta daya saing produk sayuran di Indonesia.
Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian pendekatan yang
diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat
penyimpanan lainnya secara efisien. Produk dihasilkan dapat didistribusikan dengan
kuantitas, tempat, dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan
pelanggan. SCM bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif,
meminimalisasi biaya dari transportasi, dan distribusi sampai inventori bahan baku,
kepentingan dalam SCM, yaitu pemasok (supplier), pengolah (manufacturer),
pendistribusi (distributor), pengecer (retailer), dan pelanggan (customer) (David et
al., 2000 dalam Indrajit dan Djokoranoto 2002).
Salah satu model pengukuran kinerja supply chain adalah SCOR (Supply Chain
Operations Reference) yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC). SCOR
merupakan suatu metode sistematis yang mengombinasikan elemen-elemen seperti
teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik (best practice) untuk diterapkan
dalam rantai pasokan yang diwujudkan ke dalam suatu kerangka kerja yang
komprehensif sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan
perusahaan tertentu (Marimin dan Maghfiroh, 2010).
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan alat analisis yang mampu
merepresentasikan tingkat kepentingan pada setiap hirarki tanpa mempertimbangkan
hubungan ketergantungan. AHP merupakan metode yang dapat digunakan dalam
sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi,
preferensi, pengalaman, dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian-penilaian dan
nilai-nilai pribadi ke dalam suatu cara yang logis. Penilaian tersebut dapat diperoleh
dari pendapat pakar. AHP dapat digunakan dalam pengukuran kinerja SCM dengan
memeberikan bobot pada masing-masing anggota rantai pasok untuk mengetahui
faktor yang paling berpengaruh pada setiap level hirarki. Pakar yang dipilih adalah
pakar yang ahli dalam bidang SCM sayuran.
Analytic Network Process (ANP) merupakan alat analisis yang mampu
merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan
hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. ANP memberikan
pendekatan yang lebih akurat karena ANP mampu menangani masalah yang
kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. ANP memberikan
bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai
pasokan. Pendekatan ANP juga digunakan untuk penilaian kinerja SCM sayuran agar
diketahui .hubungan ketergantungan dan umpan balik bagi anggota rantai pasok.
Data Envlopment Analysis (DEA) merupakan alat analisis yang dapat digunakan
pengukuran kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi
efisiensi ralatif.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana struktur rantai pasokan sayuran?
2. Bagaimana bobot pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran dengan
pendekatan Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process?
3. Bagaimana kinerja rantai pasok perusahaan dengan menggunakan metode
Data Envlopment Analysis (DEA)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji struktur rantai pasokan produk sayuran dataran tinggi.
2. Merancang dan menentukan bobot penentuan metrik pengukuran kinerja
rantai pasokan sayuran.
3. Mengukur kinerja rantai pasok dan merumuskan rancangan aksi perbaikan
kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis
(DEA).
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Manajemen rantai pasokan mencakup aliran barang mulai dari hulu ke hilir atau
dari sumber bahan baku (petani) hingga pengiriman produk akhir ke konsumen.
Penelitian ini fokus untuk mengukur kinerja rantai pasokan sayuran dataran tinggi.
Ruang lingkup dalam analisis mencakup :
a. Profil perusahaan dan manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi pada PT
Saung Mirwan.
b. Analisis kinerja pada setiap anggota rantai pasokan sayuran dengan model
Supply Chain Operations Reference (SCOR).
c. Analisis kinerja anggota rantai pasokan sayuran dengan pendekatan Analytic
d. Analisis kinerja perusahaan dengan menggunakan Data Envelopment Analysis
(DEA).
1.5 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Manfaat
penelitian bagi peneliti adalah untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas
peneliti, sebagai implementasi dari ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah, serta
memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana atau
srtata satu (S1). Sedangkan manfaat penelitian bagi anggota rantai pasokan adalah
memberikan evaluasi dan masukan terhadap kinerja manajemen rantai pasokan
sayuran sehingga manajemen rantai pasokan sayuran akan dapat lebih baik di masa
mendatang. Adapun manfaat penelitian bagi Departemen Manajemen FEM IPB
adalah sebagai tambahan khazanah keilmuan yang berkaitan dengan manajemen
produksi dan operasi khususnya di bidang manajemen rantai pasokan. Terakhir,
manfaat penelitian bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi sumber
informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan referensi penelitian,
khususnya manajemen rantai pasokan, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rantai Pasokan
Pujawan (2005) mendefinisikan rantai pasokan atau yang juga dikenal dengan
sebutan supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor,
toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa
logistik. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke
hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir.
Adapun Siagian (2005) menggambarkan rantai pasokan sebagai berikut :
Gambar 1. Rantai Pasokan
(Sumber : Siagian, 2005)
2.2 Manajemen Rantai Pasokan
Marimin dan Maghfiroh (2010) mendefinisikan manajemen rantai pasokan
sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup keterpaduan produk
dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada pelanggan.
Anatan dan Ellitan (2008) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan
merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi
- Informasi penjadwalan - Arus kas
- Arus pesanan
Persediaan Perusahaan Distribusi
- Arus kredit - Arus bahan baku
ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui
pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan dan kepuasan konsumen.
Manajemen rantai pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses
bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan.
Ma’arif dan Tanjung (2003) mendefinisikan manajemen rantai pasokan atau yang
biasa disebut denga supply chain management (SCM)adalah mata rantai di mana dari
berbagai pemasok, kemudian masuk ke pabrikan, grosir, distributor, sampai ke tangan
konsumen. Keuntungan SCM adalah persiapan diri dalam menghadapi persaingan
bebas, di mana perusahaan kelas dunia akan bertempur di Indonesia dalam
tujuan-tujuan global.
2.3 Pengukuran Kinerja
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010) mengukur adalah aktivitas untuk
menentukan luas, dimensi, kuantitas, atau kapasitas suatu objek yang umumnya
dibandingkan terhadap suatu standar. Tujuan pengukuran dalam penelitian adalah
menyediakan data dengan kualitas sebaik mungkin dan kesalahan sekecil-kecilnya
untuk menguji hipotesis, melakukan estimasi, prediksi, atau deskripsi. Pengukuran
dalam penelitian merupakan proses yang terdiri dari 3 bagian:
• Menentukan peristiwa atau percobaan yang dapat diamati oleh indra (pengamatan empiris).
• Menggunakan variabel atau simbol yang bisa berupa angka atau nilai untuk
mewakili komponen-komponen percobaan yang dilakukan.
• Memberikan hubungan antara variabel yang dibuat dan pengamatan yang
2.4 Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Salah satu model pengukuran kinerja supply chain adalah SCOR (Supply Chain
Operations Reference) yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC)
sebagai alat diagnosa (diagnostic tool) supply chain management. SCOR dapat
digunakan untuk mengukur kinerja (performance) rantai pasokan perusahaan,
meningkatkan kinerjanya, dan mengomunikasikan kepada pihak-pihak yang terlibat
di dalamnya. SCOR merupakan alat manajemen yang mencakup mulai dari pemasok
awal hingga ke konsumen akhir. Ruang lingkup metode SCOR disajikan pada
Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Skema Ruang Lingkup SCOR
(Sumber : SCOR model dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010)
SCOR merupakan suatu metode sistematis yang mengombinasikan
elemen-elemen seperti teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik (best practice) untuk
diterapkan dalam rantai pasokan yang diwujudkan ke dalam suatu kerangka kerja
yang komprehensif sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan
perusahaan tertentu (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Alur pengembangan metode
Gambar 3. SCOR sebagai model referensi proses bisnis
(Sumber : SCOR model dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010)
2.5
Analytic Hierarchy Process (AHP)Analytic Hierarchy Process adalah satu model yang luwes yang memberikan
kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan
mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan
memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini juga memungkinkan
orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. Dirancang untuk
lebih menampung sifat alamiah manusia daripada memaksa seseorang ke cara
berpikir yang mungkin berlawanan dengan hati nurani, AHP merupakan proses yang
ampuh untuk menanggulangi berbagai persoalan politik dan sosio-ekonomi yang
kompleks. AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis.
Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetehauan untuk
menyusun hirarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk
memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, AHP menunjukkan bagaimana
menghubungkan elemen-elemen dari suatu bagian maslaah dengan elemen-elemen
dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan. Prosesnya adalah
mengidentifikasi, memahami, dan menilai interaksi-interaksi (Saaty, 1991).
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam
suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik
secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan
Menganalisis
Menganalisis kondisi performa rantai pasokan saat ini, menentukan performa rantai pasokan yang dikehendaki Menentukan data pembanding sebagai acuan peningkatan performa rantai pasokan Mengidentifikasi praktek manajemen terbaik (best practice) disertai dengan solusi
Restrukturisasi
Proses Bisnis Benchmarking
Analisis Best
dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan
sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk
mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Dengan menggunakan AHP, suatu
persoalan akan diselesaikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan
tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses
pengambilan keputusannya (Marimin dan Maghfiroh, 2010).
2.5.1 Keuntungan Penerapan AHP
Menurut Saaty (1991), ada beberapa keuntungan yang didapat dari
penerapan AHP, diantaranya adalah :
1) Kesatuan. AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti,
luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
2) Kompleksitas. AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3) Saling ketergantungan. AHP dapat menangani saling ketergantungan
elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran
linier.
4) Penyusunan hirarki. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran
untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat
berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5) Pengukuran. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
metode untuk menetapkan prioritas.
6) Penilaian dan konsensus. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi
mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda-beda.
7) Tawar-menawar. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif
dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif
terbaik berdasarkan tujuan-tujuan tertentu.
8) Sintesis.AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
9) Konsistensi. AHP melacak konsistensi logis dari
pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
2.5.2 Prinsip-prinsip Dasar AHP
Terdapat tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan menggunkn
AHP (Marimin dan Maghfiroh, 2010). Ketiga prinsip tersebut adalah :
• Penyusunan Hirarki
Penyusunan hirarki dilkukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan
atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari
permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokoknya.
Kemudaian elemen pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagian-bagiannya
lagi, dan seterusnya secara hirarki. Penilaian setiap level hirarki dinilai
melalui perbandingan berpasangan.
• Penentuan Prioritas
Untuk setiap level hirarki perlu dilakukan perbandingan berpasangan untuk
menentukan prioritas. Sepasang elemen dibandingkan berdasarkan kriteria
tertentu dan menimbang intensitas preferensi antarelemen. Hubungan
antarelemen dari setiap tingkatan hirarki ditetapkan dengan
membandingkan elemen itu dalam pasangan. Hubungannya
menggambarkan pengaruh relatif elemen pada tingkat hirarki terhadap
setiap elemen pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam konteks ini, elemen
pada tingkat yang tinggi tersebut berfungsi sebagai suatu kriteria yang
disebut sifat. Hasil dari proses pembedaan ini adalah suatu vektor prioritas
atau tingkat kepentingan relatif elemen terhadap setiap sifat. Perbandingan
berpasangan diulangi lagi untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Langkah
terakhir adalah dengan memberi bobot setiap vektor dengan prioritas
sifatnya.
• Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penilaian yang
pengambilan keputusan agar dihasilkan keputusan yang akurat. Dalam
kehidupan nyata, konsistensi sempurna sukar dicapai. Jika buah apel lebih
disukai daripada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang maka dalam
hubungan yang konsisten sempurna, apel seharusnya lebih disukai daripada
pisang, tetapi dengan orang yang sama, dapat kadangkala lebih menyukai
pisang daripada apel, tergantung waktu dan kondisi tertentu.
Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat
diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata.
AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan
melalui suatu rasio konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau
kurang. Jika lebih dari 10 persen, maka penilaiannya masih acak dan perlu
diperbaiki.
2.5.3 Prosedur AHP
Menurut Latifah (2005) dalam pengambilan keputusan dengan metode
AHP, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan dalam
pengambilan keputusannya.
2) Menentukan kriteria dari pilihan-pilihan tersebut terhadap identitas
kegiatan dan membuat hirarkinya.
3) Membuat matriks “pairwise comparison” berdasarkan criteria focus
dengan memperhatikan prinsip-prinsip “comparative judgement”
4) Membuat matriks pairwise comparison dengan memperlihatkan
prinsip-prinsip comparative judgement berdasarkan kriteria pada
tingkat di atasnya.
2.6 Analytic Network Process (ANP)
Banyak pengambilan keputusan tidak bisa distrukrurisasi secara hirarki karena
melibatkan interaksi dan ketergantungan antara elemen yang lebih tinggi terhadap
elemen yang lebih rendah. Adanya kriteria tidak hanya menentukan pentingnya
Hirarki Linier
Tujuan
Kriteria
Sub Kriteria
Elemen Komponen, Cluster (level)
Dua bridge yang keduanya kuat (walaupun semakin kuat semakin buruk) akan
membuat seseorang memilih yang kuat namun buruk kecuali terdapat kriteria yang
mengevaluasi kekuatan masing-masing bridge, akhirnya nilai kekuatan (strength)
dinilai lebih kecil dan penyajian dinilai lebih besar. Umpan balik memungkinkan
untuk memberi bobot faktor masa depan terhadap masa kini untuk menentukan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan mendatang yang diinginkan. Gambar 4
di bawah ini mengilustrasikan perbedan antara hirarki dan network. Hirarki
merupakan struktur linear atas bawah. Sedangkan network tersebar ke segala arah dan
melibatkan lingkaran antara cluster dan loop diantara cluster yang sama (Saaty and
Vargas 2006).
(Sumber : Saaty, 2006)
Gambar 4. Perbedaan hierarchy dan network
Analytical Network Process (ANP) merupakan alat analisis yang mampu
merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan
hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. ANP memberikan
pendekatan yang lebih akurat karena ANP mampu menangani masalah yang
kompleks yang berkaitan dengan ketergantungan dan umpan balik. ANP memberikan
bobot dalam pengukuran kinerja rantai pasok pada masing-masing anggota rantai
pasokan. Sedangkan Analytical Hierarchy Process (AHP) tidak mempetimbangkan
hubungan ketergantungan dan hanya mempertimbangkan hubungan linier dari atas ke
bawah. AHP tidak dapat menangani interkoneksi antara faktor-faktor keputusan pada
tingkat yang sama karena kerangka pengambilan keputusan dalam model AHP
mengasumsikan hubungan satu arah antara tingkat hirarki keputusan.
Pada jaringan AHP terdapat level tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif,
dimana masing-masing level memiliki elemen. Akan tetapi, dalam ANP level dalam
AHP disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya yang
disebut simpul.
Perbandingan tingkat kepentingan dalam setiap elemen maupun cluster disajikan
dalam sebuah matriks dengan memberikan skala rasio dengan perbandingan
berpasangan (pairwise comparison). Perbandingan berpasangan menggunakan rasio
dominasi pasangan dengan menggunakan pengukuran aktual. Dalam hal penggunaan
judgements, dalam AHP seseorang bertanya: “Mana yang lebih disukai atau lebih
penting?”, sementara dalam ANP seseorang bertanya: “Mana yang mempunyai
pengaruh lebih besar?”. Pertanyaan terakhir jelas memerlukan observasi dan
pengetahuan untuk menghasilkan jawaban-jawaban yang sah (valid), yang membuat
pertanyaan kedua lebih obyektif dari pada pertanyaan pertama (Ascarya dalam Susilo,
2008).
Masing-masing skala rasio menunjukkan perbandingan kepentingan antara
elemen di dalam sebuah komponen dengan elemen di luar komponen (outer
dependence) atau di dalam elemen terhadap elemen itu sendiri yang berada di
komponen dalam (inner dependence). Tidak setiap elemen memberikan pengaruh
terhadap elemen dari komponen lain. Elemen yang tidak memberikan pengaruh pada
elemen lain akan memberikan nilai nol. Matriks hasil perbandingan direpresentasikan
kedalam bentuk kolom (vertikal) dan baris (horisontal) dan berbentuk matriks yang
bersifat stokastik yang disebut sebagai supermatriks. Supermatriks diharapkan dapat
menangkap pengaruh dari elemen-elemen pada elemen-elemen lain dalam jaringan
(Saaty and Vargas, 2006).
2.6.1 Konsep-konsep dari ANP
Menurut Saaty dalam Susilo (2008), konsep-konsep dari Analytic
Network Process (ANP) meliputi :
2. Pengaruh dengan respek ke sebuah kriteria.
3. Kontrol hirarki atau sistem.
4. Supermatrix.
5. Limiting supermatrix dan limiting priorities.
6. Primitivity,, irreducibility, cyclicity.
7. Membuat limiting supermatrix stochastic : mengapa cluster harus
dibandingkan.
8. Sintesis untuk kriteria dari sebuah kontrol hirarki atau sebuah kontrol
sistem.
9. Sintesis untuk keuntungan, biaya, peluang, dan risiko kontrol hirarki.
10.Formulasi untuk menghitung limit.
11.Hubungkan ke Neural Network Firing – kasus berkelanjutan.
12.Kepadatan dari neural firing dan distribusi serta aplikasinya untuk
menghasilkan kembali citra yang dapat dilihat dan komposisi
simponik.
2.6.2 Prosedur ANP
Menurut Izik et al. (2011) Proses solusi ANP memiliki empat langkah
utama yaitu :
1. Mengembangkan Struktur Model Keputusan
Pada langkah ini, masalah harus disusun dan model konseptual harus
dibuat. Awalnya, komponen-komponen penting harus diidentifikasi.
Elemen paling atas (cluster) didekomposisi menjadi sub-komponen dan
atribut (node). ANP memungkinkan dependensi baik di dalam sebuah
cluster (ketergantungan dalam) dan antar cluster (ketergantungan luar)
(Saaty dalam Izik et al, 2011). Masing-masing variabel pada setiap
tingkat harus didefinisikan bersama dengan hubungannya dengan
2. Matriks Perbandingan Berpasangan dari Variabel yang Saling
Terkait
Pada ANP, perbandingan elemen berpasangan dalam setiap tingkat
dilakukan terhadap kepentingan relatif untuk kriteria kontrol mereka.
Matriks korelasi disusun berdasarkan skala rasio 1-9. Ketika penilaian
dilakukan untuk sepasang, nilai timbal balik secara otomatis ditetapkan ke
perbandingan terbalik dalam matriks. Setelah perbandingan berpasangan
selesai, vektor yang sesuai dengan nilai eigen maksimum dari matriks
yang dibangun dihitung dan vektor prioritas diperoleh. Nilai prioritas
ditemukan dengan menormalkan vektor ini. Dalam proses penilaian,
masalah dapat terjadi dalam konsistensi dari perbandingan berpasangan.
Rasio konsistensi memberikan penilaian numerik dari seberapa besar
evaluasi ini mungkin tidak konsisten. Jika rasio yang dihitung kurang dari
0.10, konsistensi dianggap memuaskan (Meade dalam Izik et al, 2011).
3. Penghitungan Supermatriks
Setelah perbandingan berpasangan selesai, supermatriks dihitung
dalam 3 langkah:
1. Supermatriks tanpa pembobotan (Unweighted Supermatrix), dibuat
secara langsung dari semua prioritas lokal yang berasal dari
perbandingan berpasangan antar elemen yang mempengaruhi satu
sama lain;
2. Supermatriks berbobot (Weighted Supermatrix), dihitung dengan
mengalikan nilai dari supermatriks-tanpa-pembobotan dengan bobot
cluster yang terkait;
3. Komposisi dari Supermatriks terbatas (Limiting Supermatrix), dibuat
dengan memangkatkan supermatriks-berbobot sampai stabil.
Stabilisasi dicapai ketika semua kolom dalam supermatriks yang sesuai
untuk setiap node memiliki nilai yang sama yaitu satu.
Langkah-langkah ini dilakukan dalam software Super Decisions, yang
ANP. Untuk setiap subnetwork, prosedur yang sama diterapkan dan
alternatif diberi peringkat.
4. Bobot Kepentingan dari Clusters dan Nodes
Untuk menentukan bobot kepentingan dari alternatif, digunakan hasil
supermatriks-terbatas (supermatrix limit) dari model ANP. Prioritas
keseluruhan dari setiap alternatif dihitung melalui proses sintesis. Hasil
yang diperoleh dari masing-masing subnetwork disintesis untuk
memperoleh prioritas keseluruhan dari alternatif.
2.6.3 Prinsip Dasar ANP
Seperti halnya AHP, ANP juga memiliki prinsip-prinsip dasar. Menurut
Saaty dalam Susilo (2008) prinsip-prinsip dasar ANP juga ada tiga, yaitu
dekomposisi, penilaian komparasi (comparative judgements), dan komposisi
hirarkis atau sintesis dari prioritas, sama seperti prinsip dasar AHP. Prinsip
dekomposisi diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang kompleks menjadi
kerangka hirarki atau jaringan cluster, sub-cluster, sub-sub cluster, dan
seterusnya. Dengan kata lain, dekomposisi adalah memodelkan masalah ke
dalam kerangka ANP. Prinsip penilaian komparasi diterapkan untuk membangun
perbandingan pasangan (pairwise comparison) dari semua kombinasi
elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya. Perbandingan pasangan ini
digunakan untuk mendapatkan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster
dengan prioritas seluruh (global) hirarki dan menjumlahkannya untuk
menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah.
2.7 Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) dikenalkan pertama kali oleh William
Charnes, Abraham Cooper, dan Edwardo Rhodes pada tahun 1978 yang merupakan
pengembangan dari konsep yang menghubungkan perhitungan teknis dan efisiensi
produksi yang ditemukan oleh Farel pada tahun 1957. DEA adalah metode non
parametrik berdasarkan teknik pemrograman linear untuk mengevaluasi efisiensi dari
kinerja berbasis program linier yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif
dari decision making unit (DMU) dalam perusahaan atau organisasi. DEA mengukur
tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut
terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU dengan nilai yang belum
efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot
untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input
dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga
memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat
efisiensi dari unit yang dianalisis (Homepage DEA dalam Subarkah, 2009).
Model yang menghitung efisiensi maksimum menurut Gofindarajan dalam
Subarkah (2009), adalah :
………(1)
Keterangan :
η = nilai efisiensi maksimum s1
n = Banyaknya output
= Unit keputusan yang akan dievaluasi
m = Banyaknya input
Langkah-langkah dalam proses DEA adalah : = Nilai input
1. Identifikasi Decision Making Unit (DMU) atau unit yang akan diobservasi
beserta input dan output pembentuknya.
2. Membentuk efficiency frontier dari data yang ada.
3. Menghitung efisiensi tiap DMU di luar efficiency frontier untuk mendapatkan
target input dan output yang diperlukan untuk mencapainya.
1. Dapat digunakan untuk menangani banyak input dan otput.
2. Tidak membutuhkan asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan
output.
3. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
Selain keunggulan, DEA juga mempunyai kelemahan, diantaranya adalah :
1. Bersifat sample specific.
2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat berakibat
fatal.
3. Hanya mengukur efisiensi relatif dari DMU bukan efisiensi absolut.
4. Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
5. Menggunakan perumusan linear programming terpisah untuk setiap DMU.
Dari hasil DEA dapat diketahui efisiensi kinerja suatu organisasi dibandingkan
dengan kinerja organisasi lainnya. Selain itu, juga dapat diketahui target-target nilai
yang harus dicapai agar menghasilkan kinerja yang efisien.
2.8 Microsoft Excel2007
Aplikasi spreadsheet merupakan aplikasi yang digunakan untuk berbagai
perhitungan data, baik untuk kepentingan bisnis ataupun kepentingan lainnya.
Microsoft Excel merupakan aplikasi spreadsheet yang banyak digunakan oleh
beragam kalangan pengguna komputer untuk mengerjakan berbagai pengolahan data
yang bersifat numerik. Microsoft Excel 2007 menawarkan berbagai kelebihan yang
belum terdapat pada versi sebelumnya. Selain fasilitas terbaru, Microsoft Excel 2007
juga memiliki tampilan baru yang ditujukan untuk memberi kemudahan pengguna
dalam mengoperasikannya (Pradipta, 2007). Fasilitas terbaru yang ada pada Microsoft
Excel 2007 adalah :
1. Office Button yang digunakan untuk mengopersikan dan mengatur dokumen.
2. Sistem menu baru dengan tampilan berupa kumpulan tab yang disebut
3. Fasilitas pembuatan grafik / diagram yang ditampilkan lebih menarik dan
lebih variatif untuk pengolahan data berorientasi gambar.
4. Fasilitas SmartArt yang digunakan umtuk berbagai keperluan
pengorganisasian.
5. Ekspor data ke berbagai format spreadsheet, seperti xls, xlsx, xml, csv, dan
lainnya.
2.9 Super Decisions
Perangkat lunak Super Decisions digunakan untuk pengambilan keputusan
dengan ketergantungan dan umpan balik. Masalah seperti itu sering terjadi dalam
kehidupan nyata. Super Decisions memperluas Analytic Hierarchy Process (AHP)
yang menggunakan prioritas mendasar melalui penilaian pada perbandingan
berpasangan atau melalui pengukuran langsung. Dalam AHP, unsur-unsur tersebut
diatur dalam struktur hirarki keputusan, sementara ANP menggunakan satu atau lebih
jaringan kelompok (cluster) yang mengandung lebih dari satu unsur. Kebanyakan
metode pengambilan keputusan membatasi pada salah satu kriteria atau di antara
alternatif itu sendiri. ANP tidak dibatasi oleh asumsi tersebut. Hal ini memungkinkan
untuk membandingkan semua dependensi yang mungkin dan potensial.
ANP tidak membatasi pemahaman dan pengalaman manusia untuk memaksa
pengambilan keputusan ke dalam suatu model yang sangat teknis yang tidak wajar.
Pada dasarnya, hal tersebut merupakan dasar bagaimana orang biasanya berpikir dan
membantu pembuat keputusan melacak proses sebagai kompleksitas masalah dan
keragaman peningkatan faktor tersebut. Keberhasilan ANP adalah aplikasi yang telah
dilakukan menghasilkan prioritas yang berhubungan dengan jawaban yang sesuai di
dunia nyata atau yang hasil telah diprediksi (www.superdecisions.com
2.10
).
Frontier Analyst dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
mendefinisikan pengukuran kinerja dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Teknik
yang digunakan untuk pengukuran tersebut lebih dikenal sebagai Data Envelopment
Analysis (DEA). DEA digunakan untuk melakukan objektif, studi analisis efisiensi
komparatif hingga melampaui ukuran finansial kinerja pada umumnya. DEA biasa
digunakan pada ritel, waralaba, perbankan, pelayanan kesehatan, pelayanan publik
dan banyak perusahaan berbasis bisnis lainnya. Frontier Analyst memiliki perpaduan
yang sempurna dari kemudahan penggunaan, kekuatan, dan fungsi untuk membantu
mencapai tujuan tertentu.
Frontier Analyst memungkinkan untuk : (1) mengidentifikasi dan menemukan
praktek terbaik, (2) mengatur target berbasis perbaikan, (3) mengetahui peningkatan
efisiensi potensial terbesar, (4) mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif, (5)
memvisualisasikan informasi yang penting, dan (6) menginformasikan
pengembangan strategi
2.11Penelitian Terdahulu
Subarkah (2009) meneliti Kajian Kinerja Rantai Pasokan Lettuce Head (Lactuca
Sativa) dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (Studi Kasus di PT Saung
Mirwan, Bogor). Hasil yang diperoleh yaitu kondisi rantai pasokan sayuran lettuce
head, nilai tambah yang dihasilkan pada rantai pasokan komoditas lettuce head,
kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA), dan perbandingan kinerja aktual PT Saung Mirwan dengan nilai
indicator Supply Chain Operations Reference (SCOR).
Setyawan (2009) meneliti Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran
Tinggi di Jawa Barat. Hasil yang diperoleh yaitu produk sayuran unggulan dataran
tinggi di Jawa Barat, struktur rantai pasokan produk sayuran unggulan terpilih, nilai
tambah produk sayuran terpilih, dan alternatif rantai pasokan yang dapat diterapkan.
Susilo (2008) meneliti Rumusan Strategi Pengembangan PT BPRS Amanah
Ummh dengan Pendekatan Analytic Network Process. Hasil yang diperoleh yaitu
faktor internal (kelebihan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang
memepengaruhi pengembangan PT BPRS Amanah Ummah, rumusan strategi
pengembangan berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal, dan prioritas strategi
Feifi (2008) meneliti Kajian Manajemen Rantai Pasokan pada Produk dan
Komoditas Kedelai Edamame (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor).
Hasil yang diperoleh yaitu mekanisme rantai pasokan produk dan komoditas kedelai
Edamame yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan, analisis nilai tambah yang
dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasok produk dan komoditas kedelai
Edamame, analisis kinerja supplier dengan metode DEA (Data Envelopment
Analysis) dan kinerja manajemen rantai pasokan dengan metode balanced scorecard
dan AHP yang terintegrasi, dan rekomendasi strategi peningkatan kinerja supplier
dan manajemen rantai pasokan kedelai Edamame.
Setiawan (2011) meneliti Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP untuk
Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran. Hasil yang diperoleh
yaitu metrik kombinasi SCOR-Analisis Fuzzy AHP dan bobot masing-masing metrik
III.METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Sayuran
adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi pengembangan pasar
domestik dan ekspor yang menjanjikan di masa mendatang. Oleh karena itu,
diperlukan daya saing yang kuat untuk dapat mengoptimalkan potensi sayuran
tersebut. Permasalahan yang dihadapi pada produksi sayuran di Indonesia adalah
jaminan kesinambungan produk, jumlah pasokan yang belum terpenuhi sesuai
kebutuhan, dan ketepatan waktu dalam pengiriman. Manajemen rantai pasokan
memegang peranan yang sangat penting dalam mengatasi masalah tersebut.
Pemilihan jenis komoditas produk dilakukan untuk membatasi lingkup kajian
manajemen rantai pasokan yang luas dan jenis sayuran yang sangat banyak. Sayuran
terpilih diidentifikasi struktur rantai pasokannya agar diketahui masalah-masalah
yang sering muncul dalam struktur rantai pasokan. Kegiatan manajemen rantai
pasokan merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi
ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui
pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan
konsumen sehingga akan memberikan dampak positif pada nilai tambah rantai
Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian
Identifikasi struktur rantai pasokan sayuran
Manajemen rantai pasokan sayuran
Analisis kinerja rantai pasok dengan model SCOR
Analisis kinerja rantai pasok dengan metode AHP
Analisis kinerja perusahaan dengan DEA
Analisis kinerja rantai pasok dengan metode ANP
Membandingkan kinerja rantai pasok (AHP dengan ANP)
Merumuskan strategi rantai pasok sayuran Nilai strategis
sayuran
Permasalahan sayuran di Indonesia
3.2. Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu pra penelitian, pengumpulan data,
analisis data, dan penutup. Pada tahap pra penelitian terdiri dari identifikasi minat
penelitian, pemilihan topik penelitian dan studi pustaka, penentuan topik penelitian,
perumusah masalah, dan rancangan pengumpulan data. Pada pengumpulan data
terdiri dari studi pendahuluan, studi pustaka, dan opini pakar. Kemudian dilanjutkan
dengan pengumpulan data lapangan. Karena penelitian ini menggunakan Analytic
Hierarchy Process dan Analytic Network Process, maka perlu dilakukan pairwise
comparison. Setelah dilakukan pairwise comparison, tahap selanjutnya adalah
analisis data yang terdiri dari pemodelan Supply Chain Operations Reference
(SCOR), membuat kerangka AHP dan ANP, menghitung bobot dari AHP dna ANP,
dan menentukan kekonsistenan dari hasil AHP dan ANP. Dari hasil ANP, dilakukan
analisis tingkat efisiensi menggunakan Data Envelopment Analysis. Tahap akhir yaitu
penutup dengan mengetahui prioritas strategi pengembangan dan kesimpulan dan
Gambar 6. Tahapan penelitian
Penentuan topik penelitian
Analisis DEA
Kesimpulan dan Saran Identifikasi minat penelitian
Pemilihan topik penelitian Studi pustaka dan diskusi
Perumusan Masalah 1. Bagaimana struktur rantai pasokan produk sayuran?
2. Bagaimana kinerja rantai pasokan sayuran dengan model SCOR?
3. Bagaimana kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode AHP? 4. Bagaimana kinerja anggota rantai pasokan dengan menggunakan metode ANP?
5. Bagaimana perbandingan hasil kinerja rantai pasok sayuran (AHP dengan ANP)? 6. Bagaimana kinerja rantai pasok perusahaan dengan metode DEA?
Pra penelitian
Rancangan Pengumpulan Data
Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data, dan pemilihan analisis data
Pengumpulan data
Analisis data
Bobot prioritas tiap elemen
Studi pendahuluan, Studi pustaka, Opini pakar
Pairwise Comparison Pengumpulan data lapangan
Nilai Eigen Vektor Pemodelan SCOR
Hitung CI dan CR Kerangka AHP dan ANP
AHP dan ANP
Konsisten Ya Tidak
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir
Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelitian dilakukan
pada bulan Desember 2011 sampai Februari 2012.
3.4. Jenis dan Metode Penelitian
Data yang dibutuhkan pada penelitian berupa data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, waawancara, dan
peneyebaran kuisioner. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara
studi pustaka.
Metode pengumpulan data atau informasi dapat dilakukan melalui beberapa
teknik, diantaranya adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung objek penelitian untuk
mengidentifikasi anggota rantai pasokan dan mengetahui mekanisme rantai
pasokan produk dan komoditas sayuran dataran tinggi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan topik yaitu petani,
koperasi, bandar, dan pakar. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara
yaitu kuisioner yang ditujukan kepada pakar.
3. Opini Pakar
Opini pakar diperoleh dari para pakar yang terkait dengan topik penelitian.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka diperoleh dari literatur tentang konsep rantai pasokan,
hasil-hasil penelitian terdahulu, dan data-data dari PT Saung Mirwan.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling, yaitu
purposive sampling. Sampel yang diambil berdasarkan beberapa kriteria tertentu yang
permasalahan yang ada dan menentukan sayuran unggulan. Selain pakar, anggota
rantai pasokan juga dibutuhkan untuk memberikan informasi mengenai sayuran.
3.6. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan pendekatan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Analytical Network Process (ANP). Model SCOR
digunakan untuk menentukan metrik kinerja rantai pasok. Sedangkan pendekatan
AHP dan ANP digunakan untuk menghitung bobot dari matriks kinerja dari model
SCOR.
3.6.1 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP digunakan untuk menghitung bobot kinerja rantai pasok pada
masing-masing tingkat hirarki dan mengetahui faktor atau elemen yang
mempunyai pengaruh terbesar dalam satu tingkat hirarki. Perhitungan AHP dapat
diselesaikan dengan menggunakan software Super Decisions. Adapun tahapan
yang dilakukan dalam AHP adalah :
a. Penyusunan Prioritas
Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya
satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak
yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki
atau sistem secara keseluruhan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah
menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan
tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan
berpasangan untuk analisis numerik.
Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n
alternatif dibawahnya, Ai sampai An . Perbandingan antar alternatif untuk sub
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A
(kolom)
yang menyatakan hubungan :
1 (baris) terhadap kriteria C
1 (baris) dibandingkan
dengan A1
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari
skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, disajikan pada
Tabel 2.
(kolom).
Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan
ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi.
Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level
hirarki.
Contoh Pairwise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu :
Baris 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan dengan L, maka K sedikit lebih
Tabel 2. Skala Perbandingan Fundamental
Intensitas Kepentingan
Definisi Keterangan
1 Sama Penting Dua kegiatan berkontribusi sama
terhadap tujuannya
3 Sedikit Lebih Penting Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit berkontribusi atas yang lain
5 Lebih Penting Pengalaman dan penilaian suatu
kegiatan berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya dalam praktek
7 Sangat Lebih Penting Suatu kegiatan yang favorit
berkontribusi sangat kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek
9 Mutlak Lebih Penting Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi 2, 4, 6, 8 Untuk kompromi
antara nilai-nilai di atas
Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numerik karena tidak ada istilah yang pas untuk menggambarkan hal tersebut Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka
dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika
dibandingkan dengan elemen j, maka j
memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i Rasio Rasio yang didapat
langsung dari pengukuran
b. Eigen value dan Eigen vector
Apabila pengambil keputusan sudah memasukkan persepsinya atau penilaian
untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu level
(tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan, maka untuk mengetahui kriteria
mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks
perbandingan di setiap level (tingkatan).
Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka
1. Matriks
Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang
tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya
dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan
dengan A).
2. Vektor dari n dimensi
Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen-elemen
yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik
menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector
dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut
vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua
vektor dengan n komponen dengan entry riil dinotasikan dengan Rn
3. Eigen value dan Eigen Vector
.
Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vector tak nol x di dalam Rn
Ax = λx ………(2)
dinamakan Eigen Vectordari Ajika Axkelipatan skalar λ , yakni
Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang
bersesuaian dengan λ. Untuk mencari eigen value dari matriks A yang
berukuran n x n maka dapat ditulis pada persamaan berikut :
Ax = λx
Atau secara ekivalen
(λI – A)x = 0 ………(3)
Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari
persamaan ini. Akan tetapi, persamaan di atas akan mempunyai pemecahan
tak nol jika dan hanya jika :
det(λI – A)x = 0 ……….(4)
Ini dinamakan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini
adalah eigen value dari A.
Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj
yakniaij = . Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor ω = (ω1, ω2, ω3, …
ωn) . Nilai ω n menyatakan bobot kriteria An
Jika a
terhadap keseluruhan set kriteria
pada sub sistem tersebut.
ij mewakili derajat kepentingan I terhadap faktor j dan ajk
menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan
menjadi konsisten, kepentingan i terhadap k harus sama dengan aij.ajk=aik
untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten. Untuk suatu matriks
konsisten dengan vektor ω, maka elemen aij
a
dapat ditulis menjadi :
ij
Jadi matriks konsisten adalah :
= ; i,j = 1,2,3, … n …… (5)
aij.ajk = . = = aik
Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk pairwise comparison matrix
diuraikan seperti berikut ini :
………... (6)
aji
Dari persamaan (3.2.3) tersebut di atas dapat dilihat bahwa : = = = ……… (7)
aji
Dengan demikian untuk pairswise comparison matrix yang konsisten menjadi:
. = 1 i,j = 1,2,3, … n …… (8)
aij . ωij
a
. = n ; i,j = 1,2,3, … n …… (9)
ij . ωij = nωij
Persamaan di atas ekivalen dengan bentuk persamaan matriks di bawah ini : ; i,j = 1,2,3, … n …… (10)
A . ω
Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa ωadalah eigen vector
dari matriks A dengan eigen value n. Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi matriks itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis
sebagai berikut :
……… (12)
Pada prakteknya, tidak dapat dijamin bahwa :
aij
Salah satu faktor penyebabnya, adalah karena unsur manusia (decision maker)
tidak selalu dapat konsisten mutlak (absolute consistent) dalam
mengekspresikan preferensinya terhadap elemen-elemen yang dibandingkan.
Dengan kata lain, bahwa judgement yang diberikan untuk setiap elemen
persoalan pada suatu level hirarki dapat saja inconsistent.
= ……… (13)
Jika :
1) Jika λ1, λ2, … , λn
A x
adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan :
=
Dengan eigen value dari matriks A dan jika a
λ x ……..……..………… (14)
ii
= n ……… (15)
= 1; i = 1,2,…,n; maka
dapat ditulis :
Misalkan kalau suatu pairwise comparison matrix bersifat ataupun
memenuhi kaidah konsistensi seperti pada persamaan (6), maka perkalian
elemen matriks yang setangkup sama dengan satu.
……… (16)
Eigen value dari matriks A,
Ax – λx = 0
(A – λI) = 0
A – λI = 0 ……… (17)
Kalau diuraikan lebih jauh untuk persamaan (17), hasilnya menjadi :