Empowerment is road to participation and participation determine social and
economical community development program’s impacts. Generally, this research
aims to identifiy the correlation between participation level of society and stakeholders in holding Corporate Social Responsibility program of Geothermal
Corporation through Micro Finance Board and its impact to the society’s social
and economical condition. This research was concerned to see the implementation of Community Based Micro Finance Program in Kabandungan District by holding LKMS Kartini. The subjects of this research were the society of Cihamerang Village, including its local government and local community, also corporate staffs. Methodes which are implied in this reseach consist of quantitative and qualitative study. Sample taken as many as fourty-five respondents who represent Cihamerang Village community, with the informant as many as nine persons. Results of this research shows that every stakeholders have different type and degree of participation. The higher micro finance board
member’s participation level in every steps of program implementation, the
higher social and economical impacts will be got.
ISMA ROSYIDA, Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan.Studi Kasus Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini Perusahaan Geothermal di Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY)
Penyelenggaraan LKMS Kartini ini merupakan wujud dari pelaksanaan program community development Perusahaan Geothermal sebagai bagian dari
corporate social responsibility (CSR) implementation. Bagaimana membentuk dan membina hubungan sinergis diantarastakeholder-stakeholder tersebut, hal ini merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan dalam penyelenggaraan program CSR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder terkait, dalam penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini untuk mendukung keberadaan dan perkembangan usaha kecil menengah di tingkat masyarakat lokal, serta hubungannya terhadap dampak sosial ekonomi yang akan diperoleh masyarakat. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat partisipasi stakeholder (masyarakat, pemerintah, swasta), (2) menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan terhadap dampak sosial penyelenggaraan program, (3) menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam terhadap dampak ekonomi penyelenggaraan program.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif dengan metode survai dan triangulasi, sedangkan strategi kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Pemilihan studi kasus didasarkan atas pertimbangan bahwasannya studi kasus merupakan strategi penelitian yang memiliki sifat multi metode (wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen) (Sitorus, 1998). Proses triangulasi terdiri dari pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumen. Penelitian dilakukan di Desa Cihamerang. Penjajagan lokasi penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus tahun 2010, sedangkan penelitian dimulai pada bulan Oktober hingga akhir November 2010.
Subjek tineliti terdiri dari informan dan responden. Pemilihan informan dilakukan secarapurposivedengan teknik snowball(teknik bola salju). Informan kunci yang dipilih adalah pihak Perusahaan Geothermal yang menangani bidang CSR, Departemen PGPA (Policy, Government, and Public Affair), dalam hal ini
menjadi informan kunci dalam penelitian ini. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 45 orang yang terdiri dari anggota kelompok simpan pinjam sebanyak tiga orang dan non-anggota kelompok simpan pinjam sebanyak 15 orang, sedangkan jumlah informan sebanyak 12. Responden dipilih menggunakan teknik purposif dari populasi 75 orang masyarakat Desa Cihamerang yang tergolong anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan 54 orang anggota kelompok simpan pinjam sebagaisampling frameyang diambil dari dua dusun, yakni Pameungpeuk dan Pasir Haur.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subjek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui wawancara mendalam dan pengamatan. Data sekunder didapatkan dari dokumen-dokumen perusahaan terkait profil perusahaan, Annual Report Community Engagement Perusahaan Geothermal, dokumen LKMS Kartini. Sedangkan wawancara responden dilakukan dengan instrumen kuesioner kemudian dilakukan pengolahan data. Pengolahan data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 15 for Windows untuk mengukur hubungan variabel dengan alfa 10 persen. Setelah itu, dilakukan analisis lebih detail dengan tabel frekuensi. Pengolahan data kualitatif dengan teknik dan analisis data yang dilakukan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Secara umum, keterlibatan stakeholder dalam penyelenggaraan LKMS Kartini berbeda satu sama lain, yang dipengaruhi salah satunya oleh derajat kepentingan. Pada pelaksanaannya, penyelenggaraan program ini didominasi oleh peran dan fungsi Perusahaan Geothermal sebagai pennyelenggara utama program pemberdayaan ekonomi lokal, sekaligus sebagai donatur dalam penyelenggaraan program. Dominasi peran swasta dalam mengambil keputusan dan memegang kendali penyelenggaraan program, berpengaruh terhadap bagaimana implementasi program di lapangan yang selanjutnya berhubungan dengan sejauhmana keterlibatan masing-masing stakeholder, khususnya anggota kelompok simpan pinjam berhubungan terhadap dampak sosial ekonomi penyelenggaraan program.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal dan
stakeholder berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat sehingga jika partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan program tinggi, maka dampak sosial dan ekonomi juga akan tinggi. Sejauhmana dampak sosial ekonomi diperoleh anggota kelompok simpan pinjam juga ditentukan oleh partisipasi dari stakeholder lain yang terkait. Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang ada, masyarakat dengan kategori sosial
bahwasanya tidak ada nilai peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam. Meskipun demikian, tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dengan kategori sosial farm/buruh memiliki hubungan positif terhadap tingkat pendapatan, tingkat tabungan, dan kekuatan modal sosial. Untuk kategori
non-farm/pengusaha, danfarm/pengusaha tingkat partisipasi kategori masyarakat tersebut tergolong sedang, namun data menunjukkan bahwa keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam pada kategori sosial tersebut tidak diikuti oleh peningkatan pada tingkat pendapatan, tingkat tabungan serta kekuatan modal sosial, kecuali untuk variabel taraf hidup, karena data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan taraf hidup pada masyarakat kategori non-farm/pengusaha. Tingkat pendapatan dan tabungan berkorelasi dengan tingkat pengeluaran. Sejauhmana sebuah rumah tangga dapat menyeimbangkan anatara pendapatan yang diperoleh dengan pengeluaran yang harus keluar, serta menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan, memiliki implikasi terhadap taraf hidup rumah tangga tersebut.
(Kasus: Anggota Lembaga Cihamerang, Kecamatan K
Sebagai P Sarjana Sains Ko
Fakultas Eko
DEPARTEMEN SAINS KO FAK
IN
PERDESAAN
aga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini, De n Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Ba
Oleh
Isma Rosyida
I34070075
Skripsi
i Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
OMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKA AKULTAS EKOLOGI MANUSIA
NSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
i, Desa Barat)
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Judul Studi :Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility
(CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan (Kasus: Anggota Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini, Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
Nama Mahasiswa : Isma Rosyida
Nomor Siswa : I34070075
Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS NIP. 19580214 198503 1004
Mengetahui,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KOMUNITAS PERDESAAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Febuari 2011
Penulis bernama Isma Rosyida yang dilahirkan di Temanggung pada tanggal 7 November 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,
berasal dari pasangan Ismail dan Sri Ambarwati. Penulis memiliki dua adik
laki-laki yang bernama Irfan Afifi dan Muhammad Irfan Alfian. Dalam perjalanan
hidupnya penulis telah beberapa kali berpindah tempat hingga saat ini menetap di
Cepu, Jawa Tengah. Penulis menamatkan pendidikannya di TK Putra IV
Magelang tahun 1995, SD Negeri Magelang 6 tahun 2001, SLTP Negeri 1
Magelang tahun 2004, dan SMA Negeri 2 Semarang tahun 2007. Setelah itu pada
Juli 2007 diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai
macam organisasi, kepanitiaan, seminar, kursus bahasa asing dan berbagai
perlombaan baik di tingkat sekolah dan perguruan tinggi. Adapun kursus bahasa
asing yang penulis pernah ikuti yakni kursus bahasa inggris di English First dan
BBC. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kursus bahasa Jerman di Unit
Bahasa IPB. Semasa sekolah penulis aktif menjadi pengurus Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS) selama dua tahun periode kepengurusan. Dalam ranah
kegiatan perlombaan di tingkat sekolah, penulis beberapa kali memperoleh
kejuaraan dalam berbagai perlomaan Speech Contest dan English Debate, yakni juara kedua “Loyola Debate Championship” tingkat Jawa Tengah, juara tiga “English Speech Contest Dies Natalis Politekes Negeri Semarang”, juara dua “English Debate Championship Universitas Diponegoro Semarang”, juara dua “English Speech Contest Universitas 17 Agustus Semarang”, juara satu “English
Speech ContestUniversitas Sultan Agung Semarang”, Finalis “National Scientific Paper Competition Universitas Brawijaya Malang “dan beberapa kejuaraan lain.
Selama masa kuliah, beberapa kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis yakni
IAAS (International Association of Student in Agriculture and Related Sciences) LC-IPB sebagai bendahara kemudian pada dua periode kepengurusan berikutnya
sebagai manajer divisi Public Relation kemudian pada kepengurusan berikutnya berada pada divisi Research and Development (RND). Penulis juga memperoleh kepercayaan untuk menjadi Asisten Dosen mata kuliah Komunikasi Bisnis,
Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Perubahan Sosial.
Dalam perjalanan studinya, penulis pernah dua kali memperoleh
kesempatan untuk mempresentasikan makalah di kancah Internasional, yakni
pertama pada International Indonesian Students Conference “TOWARDS BETTER INDONESIAN FUTURE” International Islamic University Malaysia, dengan judul makalah “Global Warming and Staple Food Security in Indonesia’s
Economic, Politic, and Social” pada tahun 2008, kedua pada acara International Symposium Go Organic di Bangkok, Thailand, pada tahun 2009 dengan judul makalah “Peasant Empowerment through Social Capital Reinforcement Road to
Sustainable Agriculture Development”. Masih dalam cakupan kegiatan pada level
Internasional, penulis juga pernah menjadi Master of Ceremony dalam kegiatan IPB International Student Conference pada tahun 2008, dan IPB International
Schoolarship Expo pada tahun 2009, serta International Jatropha Conference pada
tahun 2008 sebagai pemandu acara. Dalam kegiatan kepanitian kegiatan, penulis
juga aktif bergabung sebagai panitia, baik dalam cakupan kegiatan di tingkat
Segala Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, kasih sayang, karunia, ridho, dan kenikmatan kepada penulis
dalam penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dan
Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan” (Desa Cihamerang,
Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat) di bawah
Bimbingan Ir. Fredian Tonny, MS.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat kelulusan mata kuliah KPM 499.
Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Intitut Pertanian Bogor.
Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana tingkat
partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program
Corporate Social Responsibility (CSR) melalui pembentukan LKMS Kartini dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pembimbing, serta pihak-pihak yang membantu Penulis, baik langsung maupun
tidak langsung dalam pelaksanaan penulisan skripsi. Demikian skripsi ini penulis
sampaikan semoga bermanfaat.
Bogor, Febuari 2011
Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Partisipasi Masyarakat
danStakeholderdalam Penyelenggaraan ProgramCorporate Social Responsibility
(CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan (Desa Cihamerang,
Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)” ini
berhasil diselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah memperoleh
bantuan, dorongan, semangat, dan dukungan dari beberapa pihak, baik secara
langsung atau secara tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik, karena tanpa bantuan dan dukungan dari mereka, penulisan studi
pustaka ini tidak akan terselesaikan.
1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, atas kesabarannya membimbing,
berdiskusi, dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
2. Dra. Winati Wigna, MDS dan Martua Sihaloho, S.P. M.Si. sebagai dosen
penguji dalam ujian skripsi yang telah memberikan masukan dan kritikan
kepada penulis agar skripsi ini dapat disusun sebagaimana mestinya dan
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku.
3. Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku dosen penguji petik yang telah
meluangkan waktunya untuk melakukan pengkoreksian tata penulisan dan
sistematika skripsi yang disusun oleh penulis.
4. Keluarga tersayang, Ayah, Mama, dan dua adik laki-laki tercinta Irfan
Afifi dan Irfan Alfian yang tiada henti memberikan kasih sayang, doa,
dukungan, serta semangat kepada penulis.
5. Sriyo Ado Arta Tampubolon, yang telah memberi warna berbeda dalam
hidup penulis, mengajarkan penulis arti hidup sebenarnya, dan juga
memberi dukungan serta dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis
untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Ibu Ratri Virianita, selaku pembimbing akademik selama penulis menjadi
mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, serta secara
kepada penulis untuk menjadi asisten dosen selama 1,5 tahun.
8. Bapak Sofyan Sjaf, Koordinator Asisten Dosen Perubahan Sosial dan Ibu
Yatri Indah Kusumastuti, Koordinator Dosen Mata Kuliah Komunikasi
Bisnis yang telah senantiasa memberikan semangat dan inspirasi untuk
lebih realistis dalam menghadapi kehidupan.
9. Bapak Rizal Razak yang telah mendorong penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi dan menerima keluh kesan penulis terkait dengan
penulisan skripsi serta menjadi teman diskusi ketika penulis menemui
permasalahan mengenai penelitian
10. Sahabat-sahabatku tercinta, untuk Hardiayanti Dharma Pertiwi, Geidy
Tiara Ariendi, dan Merry Purnamasarie yang selalu memberikan semangat
serta dukungan dalam setiap kesulitan yang penulis rasakan dalam studi.
Terima kasih atas kebersamaan yang begitu indah.
11. Rekan seperjuangan bimbingan, Nyimas Nadya Izana, atas semangat yang
tak henti diberikan kepada penulis, peluh, tangis, dan tawa tercurahkan
bersama dalam proses penelitian hingga penulisan skripsi.
12. Teman-teman Kelompok PEPP dan KMLB yang senantiasa memberikan
dukungan dan izin ketika penulis harus meninggalkan tugas karena turun
lapang, serta selalu menghibur penulis ketika penulis sedih dan putus asa.
13. Teman-teman seperjuangan program akselerasi, Umi, Yunita, Bio, Friska,
Aci, Lele, Nendy, Dewi, Geidy, Maya, Amanda, Marika, Nyimas, Thresa,
Dina, Syifa, dan Navalinesia. Terima kasih atas semangat kebersamaanya.
14. Teman-teman HIMASIERA angakatan 2007-2008, 2008-2009, dan
2009-2010, terima kasih atas kebersamaan yang indah
15. Teman-teman asisten beserta teman-teman dan adik-adik praktikan mata
kuliah Komunikasi Bisnis, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Perubahan
Sosial dan seluruh keluarga KPM 44 atas perhatian, kasih sayang dan
kebersamaannya sampai saat ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak dan membanggakan
DAFTAR ISI
BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL...
62.1. Tinjauan Pustaka... 6
2.1.1.Corporate Social Responsibility... 6
2.1.2.Corporate Social ResponsibilitydanCommunity Development... 14
2.1.3. Konsep Partisipasi... 17
2.1.4. Konsep Modal Sosial... 22
2.1.5. Konsep Dampak Program CSR... 24
2.2. Kerangka Pemikiran... 28
2.3. Hipotesis Penelitian... 30
2.4. Definisi Konseptual... 30
2.5. Definisi Operasional... 32
BAB III METODE PENELITIAN...
383.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38
3.2. Pendekatan Penelitian... 39
3.3. Teknik Pemilihan Informan dan Responden... 39
3.4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 41
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI...
454.1. Profil Kecamatan Kabandungan... 45
4.2. Profil Desa Cihamerang... 45
4.2.1. Keadaan Wilayah... 45 4.3. Perusahaan Geothermal Indonesia... 51
4.4. Perusahaan Geothermal di Wilayah Salak... 53
4.4.2. DepartemenPolicy, Government, and Public Affair.... 55
4.5. Lembaga Keuangan Mikro Syariah Mandiri (LKMS) Kartini... 56
4.5.1. Visi dan Misi LKMS Kartini... 56
57 4.5.2. Struktur Kepengurusan LKMS Kartini... 4.6. Ikhtisar... 58
BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK
SOSIAL EKONOMI...
605.1. Penggolongan Anggota Kelompok Simpan Pinjam dan Non-Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini... 60
5.2. Tingkat Partisipasi... 62
5.2.1. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep Uphoff... 62
5.2.2. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep Arnstein... 66
5.2.3. Tingkat PartisipasiStakeholder 69 5.3. Dampak Ekonomi Penyelenggaraan Program... 73
5.4. Dampak Sosial Penyelenggaraan Program... 79
5.5. Ikhtisar... 80
BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN...
846.1. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Sosial.. 84
6.1.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian... 84
86 6.1.2. Analisis Hubungan antara Tingkat Partisipasi Masyarakat dan Dampak Sosial... 6.2. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Ekonomi... 89
6.2.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian... 89
91 6.2.2. Analisis Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Dampak Ekonomi... 6.3. Ikhtisar... 96
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi
Arstein... 19 Tabel 2 Kategori Sosial Masyarakat Pemanfaat Program... 32 Tabel 3 Jarak dan Waktu Tempuh Desa Cihamerang ke Pusat
Pemerintahan Tahun 2010... 46 Tabel 4 Luas Wilayah Desa Cihamerang Menurut Penggunaannya Tahun
2010... 46 Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Cihamerang Menurut Tingkat
Pendidikan pada Tahun 2010... 48 Tabel 6 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Cihamerang Tahun
2010... 49 Tabel 7 Jumlah Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Rumah
Tangga di Desa Cihamerang Tahun 2010... 50 Tabel 8 Jumlah Luas Lahan Kehutanan Menurut Status Kepemilikan
Lahan di Desa Cihamerang Tahun 2010... 50 Tabel 9 Tingkat Partisipasi dan Kekuatan Modal Sosial Anggota
Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep
Uphoff... 64 Tabel 10 Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Anggota Kelompok Simpan
Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep
Uphoff... 64 Tabel 11 Tingkat Partisipasi dan Kekuatan Modal Sosial Anggota
Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep
Arnstein... 67 Tabel 12 Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Anggota Kelompok Simpan
Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep
Arnstein... 67 Tabel 13 KeterlibatanStakeholder-stakeholderdalam Penyelenggaraan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 1 Berbagai Pemangku Kepentingan dalam Perusahaan... 13 Gambar 2 Bagan Alir Kerangka Pemikiran Partisipasi Masyarakat dan
Stakeholderdalam Penyelenggaraan Program CSR dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan... 29 Gambar 3 Struktur Organisasi LKMS Kartini... 58 Gambar 4 Jumlah Persentase Responden Anggota Kelompok Simpan
Pinjam Menurut Kategori Sosial... 61 Gambar 5 Jumlah Persentase Responden Non-Anggota Kelompok
Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Kategori Sosial... 62 Gambar 6 Persentase Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan
Pinjam LKMS Kartini Menurut Kategori Sosial... 63 Gambar 7 Persentase Klasifikasi Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok
Simpan Pinjam LKMS Kartini... 65 Gambar 8 Persentase Tipe Partisipasi Anggota Kelompok Simpan
Pinjam Menurut Tangga Partisipasi Arnstein... 68 Gambar 9 Rumah sederhana milik salah seorang anggota kelompok
simpan pinjam yang mendayagunakan modal pinjaman untuk membuka warung... 78 Gambar 10 Rumah salah seorang anggota kelompok simpan pinjam yang
pada dasarnya tergolong sebagai masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang cukup baik... 78 Gambar 11 Transaksi antara petugasoutreachLKMS Kartini dan seorang
ibu anggota LKMS Kartini... 96 Gambar 12 RoadmapProgramCommunity Based Micro FinanceLKMS
Kartini... 100 Gambar 13 Papan nama yang terpasang di depan kantor LKMS Kartini di
Kecamatan Kabandungan... 101 Gambar 14 Skema Alur Hubungan antaraStakeholderdalam
Penyelenggaraan LKMS Kartini... 102 Gambar 15 Matriks Keterlibatan Stakeholder dalam Penyelenggaraan
LKMS Kartini... 103 Gambar 16 Pertemuan pihak perusahaan, pemerintah desa dan
kecamatan, manajer LKMS Kartini, perwakilan BAPEDA Kabupaten Sukabumi dalam sebuaheventlokakarya
pelatihan... ... 104 Gambar 17 Ibu Eka, salah seorang anggota kelompok simpan pinjam di
Desa Cihamerang yang sedang melayani konsumen di warung es buah miliknya, hasil jerih payah dari pinjaman LKMS Kartini... 107 Gambar 18 Salah satu bentuk sosialisasi perusahaan dengan masyarakat
adalah dengan menyelenggarakan pelatihan yang melibatkan ibu-ibu anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini.... 109 Gambar 19 Kegiatan kumpul mingguan ibu-ibu anggota kelompok
simpan pinjam di Kampung Pasir Haur, Desa Cihamerang...
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Lampiran 1 Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam... 115
Lampiran 2 Matriks Alokasi Waktu Penelitian... 122
Lampiran 3 Sketsa Desa Cihamerang... 123
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Pada Variabel-variabel Penelitian... 124
Lampiran 5 Daftar Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini di Desa Cihamerang... 127
Lampiran 6 Daftar Responden Penelitian... 129
Lampiran 7 Data Kependudukan Desa Cihamerang Tahun 2010... 130
Lampiran 8 Matriks Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Analisis Data... 131 Lampiran 9 Kuesioner Penelitian... 138 Lampiran 10 Tabel Tingkat Partisipasi dan Dampak Sosial Ekonomi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan
keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam
lingkungan masyarakat membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta
budaya. Perusahaan memiliki potensi mengembangkan wilayah karena
beroperasinya perusahaan di suatu wilayah masyarakat dapat mengundang
aktivitas-aktivitas masyarakat lokal. Seperti halnya, penyerapan tenaga kerja lokal
oleh perusahaan, termasuk fenomena menjamurnya masyarakat lokal yang
membuka usaha baru untuk pemenuhan kebutuhan karyawan dan juga seluruh
pihak yang berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan. Dalam perjalanannya,
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu,
perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) denganstakeholder-stakeholderlain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat. Hubungan baik ini dapat dibentuk dari
adanya interaksi antar stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program CSR (Corporate Social Responsibility).
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan konsep moral dan etos berciri umum sehingga pada tataran praktisnya harus diwujudkan ke dalam
program-program konkrit. Menurut DraftInternational Standar ISO 26000dalam
Jalal (2010), tanggung jawab sosial meliputi Tata Kelola Organisasi, HAM (Hak
Azasi Manusia), Praktik Ketenagakerjaan, Lingkungan, Praktik Operasi yang
Adil, Isu Konsumen, Pelibatan, dan Pengembangan Masyarakat. Eleanor
Chambers dan kawan-kawan pada tahun 2003 melakukan penelitian atas praktik
tanggung jawab sosial korporat di tujuh negara Asia, mengklasifikasikan CSR ke
dalam tiga aspek yaitu, keterlibatan dalam komunitas, pembuatan produk yang
keterlibatan komunitas itu diantaranya adalah pengembangan masyarakat
(Community Development), dimana salah satu prinsip dalam konsep community developmentadalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua stakeholder, baik pemerintah, masyarakat, maupun perusahaan. Partisipasi seluruh stakeholder diwujudkan melalui keterlibatan baik berupa materi, maupun non-materi dalam penyelenggaraan
program CSR (Corporate Social Responsibility) dari proses perencanaan, implementasi, hingga monitoring evaluasi, dan pelaporan. Mengacu pada
sejauhmana keberadaan perusahaan membawa pengaruh bagi kehidupan
masyarakat sekitar, berjalannya roda kehidupan masyarakat dengan segala bentuk
perubahan sosial dan lingkungan yang dapat diterima dan diatur oleh pranata
sosial yang ada menjadi indikator penting. Meskipun demikian, pengaruh
keberadaan perusahaan belum tentu membawa angin positif bagi masyarakat.
Oleh karena itu, bagaimana penyelenggaraan program CSR mengintegrasikan
partisipasi seluruh stakeholder dan berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi komunitas yang salah satunyamencakup modal sosial dan taraf hidup.
Perusahaan Geothermal di Gunung Salak merupakan perusahaan yang
mendayagunakan energi panas bumi terbesar di dunia. Panas bumi adalah sumber
daya alam yang dapat diperbaharui dan digunakan sebagai pembangkit listrik
melalui pemanfaatan daya alami uap bumi. Sebagai bukti profesionalisme dan
tanggung jawab sosial perusahaan, Perusahaan Geothermal menyelenggarakan
program CSR (Corporate Social Responsibility) yang mencakup tiga area kritis, yakni kebutuhan dasar, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan usaha kecil
mikro. CSR yang diselenggarakan oleh Perusahaan Geothermal merupakan
bagian dari strategic plan perusahaan, yang mana fokus pelaksanaannya berorientasi pada penciptaan pertumbuhan ekonomi melaluicapacity buildingdan investasi masyarakat. Perusahaan Geothermal bermitra dengan komunitas
setempat melalui berbagai macam cara untuk memberikan kontribusi bermakna
bagi pengembangan sosial, ekonomi, dan upaya investasi dalam bentuk
program-program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi di
komunitas lapangan operasionalnya. Desa Cihamerang merupakan salah satu desa
lokasinya yang terletak di dalam lingkup Kecamatan Kabandungan. Radyati
(2008) dalam Sepriani (2010) menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi masyarakat lokal sebagai bagian dari kegiatan CSR merupakan bagian dari proses
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan tujuan kahir berkelanjutan (sustainability). Masyarakat dalam konteks penelitian ini mengacu pada komunitas lokal yang tinggal di wilayah Desa Cihamerang. 1Komunitas perdesaan dipahami sebagai kesatuan institusi dalam suatu wilayah, terikat oleh
kesatuan ekologis, berinetraksi satu dengan yang lainnya.
Penting untuk melihat sejauhmana implementasi dari program
pengembangan masyarakat (Community Development) dalam kaitannya dengan partisipasi seluruh stakeholder yang pada akhirnya membawa dampak bagi komunitas perdesaan. Pada dasarnya keberhasilan suatu program CSR, salah
satunya berkaitan dengan bagaimana program CSR tersebut dapat berpengaruh
secara signifikan dan pada akhirnya membawa dampak positif terhadap kehidupan
komunitas disekitar wilayah perusahaan. Oleh karena itu, hal yang akan menjadi
pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak sosial ekonomi komunitas perdesaan ?
1.2. Perumusan Masalah
Perusahaan dalam kegiatan operasinya bersinggungan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Berbagai
hal melatarbelakangi perspektif dan paradigma yang dianut, termasuk bagaimana
masing-masing perusahaan memiliki pola pelaksanaan tanggung jawab sosialnya.
Keseluruhannya dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan yang terkait.
Mengacu pada konsep Triple Bottom Line yakni Sosial (People), Lingkungan (Planet), dan Ekonomi (Profit) yang diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of
Twentieth Century Business”, keterkaitan antara tujuan perusahaan dengan
keberadaan masyarakat dan lingkungan penting untuk diperhatikan. Konsep
1
tersebut juga menyangkut peran dan fungsi dari stakeholder sebagai bagian dari elemen people dalam konsep triple bottom line. Stakeholder dalam peran dan fungsinya mendukung penyelenggaraan program CSR, dapat dilihat dari
sejauhmana keterlibatannya dalam setiap tahapan penyelenggaraan program. Oleh
karena itu, dapat dirumuskan bahwa: Bagaimana tingkat partisipasi stakeholder (pemerintah, masyarakat, swasta) dalam penyelenggaraan program CSR ?
Terdapat berbagai stakeholder yang terlibat dalam implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility) dengan derajat keterlibatan yang masing-masing berbeda satu sama lain, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Menyiasati kehadiran perusahaan dalam kerjasama kemitraan yang sejajar untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, bukanlah sesuatu yang mustahil.
Kemitraan yang saling menguntungkan merupakan sebuah strategi yang lebih
baik untuk membentuk hubungan yang harmonis. Selanjutnya adalah terkait
dengan penerapan setiap tahapan penyelenggaraan program yang
mengintegrasikan partisipasi seluruh stakeholder, yakni berhubungan dengan sejauhmana pencapaian penyelenggaraan program CSR. Untuk mengetahui
sejauhmana komitmen perusahaan yang diwujudkan melalui implementasi
program CSR, salah satunya dapat dilihat melalui penyelenggaraan program
Community Development (Pengembangan Masyarakat). Penting halnya melihat pengaruh implementasi program tersebut terhadap komunitas lokal, khususnya
bagi anggota kelompok simpan pinjam sebagai salah satu subjek pelaksana
program, hingga sejauh mana implementasi tersebut dapat membawa dampak baik
positif, maupun negatif bagi komunitas pedesaan. Kedua aspek tersebut
mengkonstruksi pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu Bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak sosial komunitas perdesaan dan bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak ekonomi komunitas perdesaan?
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan program CSR dan hubungannya dengan dampak sosial ekonomi. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yakni :
1. Menganalisis tingkat partisipasi stakeholder (pemerintah, masyarakat, , swasta) dalam penyelenggaraan program CSR.
2. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan
pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak
sosial komunitas perdesaan.
3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan
pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak
ekonomi komunitas perdesaan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada:
1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam kaitannya
dengan analisis dampak implementasi program CSR, termasuk bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian lanjutan dan pengembangan dengan
penelitian terkait yang sudah ada sebelumnya.
2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam melakukan kajian
mengenai CSR.
3. Kalangan non akademisi, pemerintah, maupun swasta dapat bermanfaat
sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam penerapan CSR yang berbasiskan
BAB II
PENDEKATAN KONSEPTUAL
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1.Corporate Social Responsibility
2.1.1.1. Definisi dan KonsepCorporate Social Responsibility
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Definisi CSR berasal dari konsep dan
pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam bukunya yang
berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century
Business”, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P”
(profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit/keuntungan ekonomis sebuah
korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagipeople(masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). ISO 26000 mengenaiGuidance on Social Responsibilityjuga memberikan definisi CSR. Menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan
pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma
perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
Dahlsrud (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “How Corporate Social Responsibilty is Defined: an Analysis of 37 Definitions”, menggunakan
lima dimensi CSR sebagai acuan, yakni dimensi lingkungan (the environmental dimension), dimensi sosial (the social dimension), dimensi ekonomi (the economic dimension), dimensi pemangku kepentingan (the stakeholder dimension), dan dimensi kesukarelaan (the voluntariness dimension). Menurut Samuel dan SaarfdalamRahman (2009), ada tiga perspektif terkait dengan CSR:
1. Kapital reputasi
Memandang penting reputasi untuk memperoleh dan mempertahankan
meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan dengan menjaga
kepercayaanstakeholder. 2. Ekososial
Memandang stabilitas dan keberlanjutan sosial dan lingkungan sebagai
strategi untuk menjaga keberlanjutan bisnis korporat.
3. Hak-hak pihak lain
Memandang konsumen, pekerja, komunitas yang terpengaruh bisnisnya
dan pemegang saham, memiliki hak untuk mengetahui tentang korporat
dan bisnisnya.
2.1.1.2. Penyelenggaraan Program CSR
Tanggung jawab perusahaan merupakan sebuah konsep yang berkaitan
dengan bagaimana perusahaan bertanggung jawab terhadap kegiatan dan
kebiasaan yang berkelanjutan dalam segala sesuatunya yang berhubungan dengan
perusahaan, baik aspek finansial, lingkungan, dan sosial (Lakin & Scheubel,
2010). Menurut Wibisono (2007) cara perusahaan memandang CSR atau alasan
perusahaan menerapkan CSR dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni:
1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, artinya CSR hanya dipraktikkan
lebih karena faktor eksternal (external driven).
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan
yang memaksakannya.
3. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias compliance plus, yakni CSR diimplementasikan karena memang ada
dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Implementasi CSR itu merupakan langkah-langkah pilihan sendiri sebagai kebijakan
perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan tekanan dari
masyarakat.
Menurut Rahman (2009), terdapat dua alasan yang mendasari korporat
melalui aktivitas CSR, sedangkan alasan moral lebih didasarkan bahwa CSR
memang benar bermula dari inisiatif korporat untuk dapat menjalin relasi yang
saling menguntungkan dengan stakeholders. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, terdapat empat pengkategorian tanggung jawab sosial perusahaan
menurut Archie CarroldalamRahman (2009), yakni:
1. Tanggung jawab Ekonomi (Economic Respoinsibilities)
Terminologi tanggung jawab ekonomi dan tanggung jawab sosial
terasa dekat jika dikaitkan dengan mekanisme pricing korporat. Pricing
sebagai aktivitas ekonomi, akan bersinergi dengan tanggung jawab sosial
jika didasari pada itikad untuk memberikan harga yang memihak kepada
konsumen. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang dapat
ditempuh guna mensinkronkan fungsi ekonomi dengan aktivitas tanggung
jawab sosial.
2. Tanggung jawab Hukum (Legal Responsibilities)
Tanggung jawab hukum oleh korporat merupakan modifikasi
sejumlah nilai dan etika yang dicanangkan korporat terhadap seluruh
pembuat dan pemilik hukum yang terkait. Sudah seharusnya korporat
menjalankan kepatuhan terhadap hukum dan norma yang berlaku.
3. Tanggung jawab Etis (Ethical Responsibilities)
Tanggung jawab etis berimplikasi pada kewajiban korporat untuk
menyesuaikan segala aktivitasnya sesuai dengan norma sosial dan etika
yang berlaku meskipun tidak diselenggarakan secara formal. Tanggung
jawab etis ini bertujuan untuk memenuhi standar, norma, dan pengharapan
daristakeholdersterhadap korporat.
4. Tanggung jawab Filantropis (Phylantropic Responsibilities)
Tanggung jawab filantropis ini seyogyanya dimaknai secara bijak
oleh korporat, tidak hanya memberikan sejumlah fasilitas dan sokongan
dana, korporat juga disarankan untuk dapat memupuk kemandirian
komunitasnya. Tanggung jawab ini didasari itikad korporat untuk
berkontribusi pada perbaikan komunitas secara mikro maupun makro
Archie Carroldalam Rahman (2009) berpandangan bahwasanya apabila keempat unsur tanggung jawab di atas teraplikasikan secara menyeluruh maka akan
terselenggara sebuah Total CSR. GagasanPrince of Wales International Business Forum dalam Wibisono (2007) mengenai lingkup penerapan CSR mengusung lima pilar yakni:
1. Building human capital
Berkaitan dengan internal perusahaan untuk menciptakan SDM yang
handal, di sisi lain perusahaan juga dituntut melakukan pemberdayaan
masyarakat.
2. Strengtening economies
Perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitarnya, agar
terjadi pemerataan kesejahteraan.
3. Assesing social chesion
Upaya menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar, agar tidak
menimbulkan konflik.
4. Encourging good governance
Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mengacu pada Good Corporate Governance(GCG).
Telaah lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa ada empat
skema yang biasa dipergunakan untuk menjalankan tanggung jawab sosial
perusahaan, yaitu (1) kontribusi pada program pengembangan masyarakat, (2)
pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal, (3) partisipasi masyarakat
dalam bisnis, dan (4) tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan2. Wibisono (2007) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam
menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan
mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat
2
dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment
merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas
perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada
tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen
dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan
kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen
perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu,
efektif, dan efisien.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti
pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang
sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan,
pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan.
3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu
perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan
perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
4. Tahap Pelaporan
Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik
untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.1.3. Peran dan FungsiStakeholderdalam CSR
Kebermulaan pengakuan terhadap keberadaan dan pengaruh pemangku
kepentingan dapat dilacak sejak 1960-an (Sukada, 2007). Dalam bukunya
pertama kali menggunakan terminologi perspektif pemangku kepentingan
(stakeholder perspective) yang dibangun berdasarkan teori-teori Charles Darwin dan Adam Smith, serta perubahan lingkungan di era itu dimana terdapat
orang-orang dan organisasi di samping pemegang saham yang terkena pengaruh operasi
perusahaan. Konsepnya kemudian dipopulerkan oleh Freeman (1984) dalam
Sukada (2007), yang membicarakan masalah pemangku kepentingan secara lebih
komprehensif. Menurut Freeman (1984) dalam Sukada (2007), pemangku kepentingan diartikan sebagai mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan
tersendiri, baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Pengertian ini
mencakup mereka yang mempengaruhi atau yang terkena pengaruh dari satu
organisasi.
Stakeholders, yang jamak diterjemahkan dengan pemangku kepentingan adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak
langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya
kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh perusahaan (Saidi,
2004). Menurut Wibisono (2007), apapun definisinya, yang jelas antara
stakeholders dengan perusahaan terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan memicu dan mendorong
terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Salah satu aspek penting yang
mendukung keberhasilan implementasi program CSR adalah sinergitas yang
positif antara seluruh stakeholders terkait, yakni dalam hal ini Soemanto (2007) mengkategorikannya ke dalam empat kelompok, diantaranya adalah pemerintah
(government), sektor privat (private sector), lembaga swadaya masyarakat (LSM)/
Non-Governmental Organizations(NGOs), dan masyarakat (Community). Renald Kasali (2005)dalamWibisono (2007) membagistakeholdersmenjadi berikut:
1. Stakeholder internaldanstakeholder eksternal
Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di dalam lingkungan organisasi, misalnya karyawan, manajer, dan pemegang
saham (shareholder). Stakeholder eksternal adalah stakeholder yang berada di luar lingkungan konsumen organisasi seperti penyalur atau
kelompok sosial masyarakat, responsible investor, licensing partner
dan lain-lain.
2. Stakeholderprimer,stakeholdersekunder danstakeholdermarjinal Tidak semua elemen dalamstakeholderperlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholder yang paling penting disebut stakeholder primer, stakeholder yang kurang penting disebut
stakeholder sekunder, dan yang bisa diabaikan disebut stakeholder
marjinal.
3. Stakeholdertradisional danstakeholdermasa depan
Karyawan dan konsumen dapat disebutstakeholdertradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkanstakeholder
masa depan adalah stakeholder pada masa depan yang akan datang diperkirakan dapat memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti
mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, danuncommitted
Diantara stakeholder, ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents), dan ada yang tak peduli atau abai (uncommitted).
5. Silent majoritydanvocal majority
Dilihat dari aktivitas stakeholder dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penentangan atau
dukungannya secara vokal (aktif) namun adapula yang menyatakan
secarasilent(pasif).
Menurut Soemanto (2007) dalam bukunya yang berjudul “Sustainable Corporation:Implikasi Hubungan Harmonis Perusahaan dan Masyarakat”, dalam implementasi CSR pemerintah dapat melakukan peran dalam empat ranah, yakni
menyediakan data dan informasi, memberi dukungan infrastruktur publik,
melakukan sosialisasi program, dan menginisiasi kebijakan insentif fiskal.
Stakeholderkedua adalah sektor privat atau dalam hal ini adalah perusahaan yang dapat memposisikan diri sebagai pihak yang harus merencanakan CSR secara
matang, mengeluarkan anggaran untuk investasi sosial, mensosialisasikan, dan
FIRM
Investor/Creditor
Political Groups
The Environment
Costumers
Communities Employees
Trade Association Goverments
dalam Sukada (2007) mengungkapkan bahwa derajat relevansi pemangku kepentingan terhadap aktivitas perusahaan ditimbang dengan tiga hal, yaitu
kekuasaan, legitimasi, dan urgensi.
2.1.2.Corporate Social Responsibility dan Community Development 2.1.2.1. KonsepCommunity Development
Community Development dalam perspektif internasional merupakan salah satu kekuatan sosial yang signifikan dalam proses perubahan yang direncanakan,
dipromosikan sebagai pengembangan dunia, dan sebagai bagian dalam proses
pembangunan bangsa, serta sebagai standar dalam pembangunan masyarakat
miskin (Budimanta dkk, 2008). Budimanta dkk (2008) menambahkan bahwa
konsep dasar daricommunity development adalah kebutuhan manusia, komuniti, partisipasi, dan pengembangan. Sejalan dengan hal tersebut, Nasdian (2006)
memaparkan bahwasannya pengembangan masyarakat (community development) adalah konsep dasar yang menggarisbawahi sejumlah istilah yang telah digunakan
sejak lama, seperti community resource development, rural areas development, community economic development, rural revitalization, dan community based development.
Suatu metode atau pendekatan pembangunan yang menekankan adanya
partisipasi dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan,
dimana semua usaha swadaya masyarakat disinergikan dengan usaha-usaha
pemerintah setempat denganstakeholderslainnya untuk meningkatkan taraf hidup dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta
pelayanan teknis, sehingga proses pembangunan berjalan efektif (Nasdian,
2006). Sebagaimana asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua
konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”, secara singkat pengembangan
dan pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan
kualitas kehidupan manusia (Suharto, 2005). Blackburn (1989) dalam Nasdian (2006) juga menggambarkan hal serupa, dimana community development
Dengan keberadaan suatu perusahaan di suatu daerah, akan dapat
mendorong bermunculannya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi komuniti
sekitarnya, seperti adanya perusahaan-perusahaan jasa penunjang kehidupan
perusahaan yang besar. Kondisi tersebut membentuk adanya pola hubungan baru
diantara komunitas pendatang dan komunitas lokal atau dalam hal ini masyarakat
sekitar. Untuk meningkatkan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan
perusahaan diperlukan suatu cara untuk meningkatkan daya saing dan
kemandirian masyarakat, salah satunya adalah melaluicommunity development.
2.1.2.2. Hubungan antara CSR danCommunity Development
CSR merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menciptakan
keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara
mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup
(triple bottom line) seperti halnya konsep yang disampaikan oleh John Elkington yang terdiri dari Profit (Keuntungan), People (Masyarakat Pemangku Kepentingan), Planet (Lingkungan). Hal ini terkait dengan keberlanjutan usaha, dimana penting halnya bagi perusahaan untuk melihat bagaimana pengaruh
dimensi sosial dan lingkungan pada setiap akitivitas bisnis. Pada dasarnya,
dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan tiga aspek yang saling
berkaitan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sinerji diantara seluruh
stakeholder yang terkait melalui kemitraan antara perusahaan, pemerintah, komunitas (Kemitraan Tripartit). Implementasi CSR merupakan salah satu upaya
membangun konsep pembangunan berkelanjutan yang mensyaratkan hubungan
sinergis serta harmonis antar stakeholder, dalam hal ini adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (Ambadar, 2008).
Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan melalui pengembangan potensi
kedermawanan perusahaan. Kedermawanan perusahaan sesungguhnya adalah
kedermawanan sosial dalam kerangka kesadaran dan komitmen perusahaan untuk
melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Saidi, 2003). Menurut Steiner (1994)
kualitas lingkungan hidup; dan ketiga, untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia terdidik. Nursahid (2006) memaparkan bahwasanya kedermawanan
sosial biasanya didasari dua motif sekaligus, yakni: motivasi untuk menyenangkan
atau membahagiakan orang lain (altruisme) pada satu sisi, dan pada saat yang bersamaan terjadi pula bias kepentingan perusahaan di sisi lain. Dewasa ini,
praktik filantropi sangat berkembang dan modern dengan cirinya yang
berkelanjutan (sustain) dan mampu mengekalkan diri. Selain pengembangan kerangka hukum, transformasi juga menjadi upaya penting lain dalam melihat
praktik kedermawanan sosial perusahaan. Hal ini didasari bahwa sebagian besar
donasi perusahaan-menurut hasil survei PIRAC, merupakan donasi berbentuk
hibah sosial, sementara masih sedikit yang berupa hibah pembangunan. Nursahid
(2006) menyatakan bahwa transformasi terhadap orientasi sumbangan ini perlu
dilakukan karena hibah sosial umumnya adalah hibah yang diperuntukkan guna
pemenuhan keperluan sesaat dan sifatnya konsumtif. Oleh karena itu, perlu
didorong kegiatan kedermawanan dari aktivitas yang bersifat sedekah menuju
pada pengembangan dan akhirnya pemberdayaan dengan ruang lingkup yang
sesuai.
Menurut Budimanta (2008), ruang lingkup program-program
pengembangan masyarakat (community development) dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak secara bersama-sama yang
terdiri dari:
1. Community Relation; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para
pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program cenderung mengarah pada
bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. Dari hubungan ini, dapat dirancang pengembangan hubungan yang lebih mendalam dan terkait
dengan bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah
yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan
program selanjutnya.
2. Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum. Dalam kategori ini,
seperti sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi dan
sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya, dan
sumber air minum. Inti dari kategori ini adalah kebutuhan yang ada di
komunitas dan pemecahan tentang masalah yang ada di komunitas,
dilakukan oleh komunitas sendiri dan perusahaan hanya sebagai fasilitator
dari pemecahan masalah yang ada di komunitas. Kebutuhan-kebutuhan yang
ada di komunitas dianalisis oleh paracommunity development officer. 3. Community Empowering; merupakan program-program yang berkaitan
dengan pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas untuk
menunjang kemandiriannya, misalnya pembentukan koperasi. Pada
dasarnya, kategori ini melalui tahapan-tahapan lain seperti melakukan
community relation pada awalnya, yang kemudian berkembang pada
community servicedengan segala metodologi panggilan data dan kemudian diperdalam melalui ketersediaaan pranata sosial yang sudah lahir dan
muncul di komunitas melalui program kategori ini.
Community Development (Pengembangan Masyarakat) sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana aktualisasi CSR yang paling baik jika
dibandingkan dengan implementasi yang hanya berupacharity, philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain, karena dalam pelaksanaan pengembangan
masyarakat terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama antara
perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan,
dan mampu meningkatkan perasaan solidaritas.
2.1.3. Konsep Partisipasi
Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana
menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan
upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua elemen
pokok, yakni kemandirian dan partisipasi (Nasdian, 2006_). Nasdian (2006)
mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga
komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang
sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwasanya partisipasi dalam
pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan
tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif
pada proses dan kegiatan masyarakat.
Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu
sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang
dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata
partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam
bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
tindakan sebagai anggota proyek.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut
berhasil mengenai sasaran.
Keseluruhan tingkatan partisipasi di atas merupakan kesatuan integratif dari
kegiatan pengembangan perdesaan, meskipun sebuah siklus konsisten dari
kegiatan partisipatoris mungkin dinilai belum biasa.
Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian
ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai
dengan gradasi, derajat wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam
sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang menunjukkan peningkatan
partisipasi tersebut (Arnstein 1986dalamWicaksono 2010):
Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein
No. Tangga/Tingkatan
Sumber: Arnstein (1969:217)dalamWicaksono (2010)
Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan
kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power). Partisipasi masyarakat bertingkat sesuai dengan gradasi kekuasaan yang dapat dilihat dalam
proses pengambilan keputusan. Arnstein menggunakan metafora tangga
partisipasi di mana tiap anak tangga mewakili strategi partisipasi yang berbeda
yang didasarkan pada pola distribusi kekuasaan dan peran dominanstakeholder.
1. Manipulatif, yakni partisipasi yang tidak perlu menuntut respon partisipan
untuk terlibat banyak. Pengelola program akan meminta anggota komunitas
yaitu orang yang berpengaruh untuk mengumpulkan tanda tangan warga
sebagai wujud kesediaan dan dukungan warga terhadap program. Pada tangga
2. Terapi (therapy), yakni partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan tetapi jawaban
anggota komunitas tidak memberikan pengaruh terhadap kebijakan,
merupakan kegiatan dengar pendapat tetapi tetap sama sekali tidak dapat
mempengaruhi program yang sedang berjalan. Pada level ini telah ada
komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari penyelenggara
program dan hanya satu arah.
Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat
tokenisme dimana peran serta masyarakat diberikan kesempatan untuk
berpendapat dan didengar pendapatnya, tapi mereka tidak memiliki
kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan
dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada jenjang ini
memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan
dalam masyarakat.
3. Pemberitahuan (informing) adalah kegiatan yang dilakukan oleh instansi penyelenggara program sekedar melakukan pemberitahuan searah atau
sosialisasi ke komunitas sasaran program. Pada jenjang ini komunikasi sudah
mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal
balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak
diberikan kesempatan melakukan tanggapan balik (feed back).
4. Konsultasi (consultation), anggota komunitas diberikan pendampingan dan konsultasi dari semua pihak (stakeholder terkait program) sehingga pandangan-pandangan diberitahukan dan tetap dilibatkan dalam penentuan
keputusan. Model ini memberikan kesempatan dan hak kepada wakil dari
penduduk lokal untuk menyampaikan pendangannya terhadap wilayahnya
(sistem perwakilan). Komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat
partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan
pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan
didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan
dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.
dipersilahkan untuk memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan.
Namun penyelenggara program tetap menahan kewenangan untuk menilai
kelayakan dan keberadaan usulan tersebut. Pada tahap ini pula diperkenalkan
adanya suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya masyarakat diberi
insentif untuk kepentingan perusahaan atau pemerintah, ataupun instansi
terkait. Seringkali hanya beberapa tokoh di komunitas yang mendapat insentif,
sehingga tidak mewakilkan komunitas secara keseluruhan. Hal ini dilakukan
agar warga yang telah mendapat insentif segan untuk menentang program.
Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari
partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan
keputusan.
6. Kerjasama (partnership) atau partisipasi fungsional di mana semua pihak baik (masyarakat maupun stakeholder lainya), mewujudkan keputusan bersama. Suatu bentuk partisipasi yang melibatkan tokoh komunitas dan atau ditambah
lagi oleh warga komunitas , “duduk berdampingan” dengan penyelenggara
dan stakeholder program bersama-sama merancang sebuah program yang akan diterapkan pada komunitas.
7. Pendelegasian wewenang (delegated power), suatu bentuk partisipasi yang aktif di mana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi, dan
monitoring. Anggota komunitas diberikan kekuasaan untuk melaksanakan
sebuah program dengan cara ikut memberikan proposal bagi pelaksanaan
program bahkan pengutamaan pembuatan proposal oleh komunitas yang
bersangkutan dengan program itu sendiri.
8. Pengawasan oleh komunitas (citizen control), dalam bentuk ini sudah terbentuk independensi dari monitoring oleh komunitas lokal. Dalam tangga
partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk
kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan