SIS
ON
STEM MA
NTOLOG
DI BAD
IN
ANAJEM
GI PADA
DAN PENG
T
SUPR
SEKOLA
NSTITUT
MEN PEN
PEREKA
GKAJIA
TEKNOL
RIANA SU
AH PASC
T PERTA
BOGO
2012
NGETAHU
AYASAA
N DAN P
LOGI
UWANDA
CASARJA
ANIAN BO
OR
2
UAN BER
AN PIPA A
PENERAP
A
ANA
OGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi pada Pererakayaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diterbitkan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Engineering (Case Study at the Agency for Assessment and Application of Technology - BPPT) Under direction of YENI HERDIYENI and AHMAD RIDHA
This research proposes a model of specifications for ontology-based Knowledge Management System (KMS) for floating pipe engineering case study at the Agency for Assessment and Application of Technology (BPPT).The ontology is used as a basis for floating pipe engineering knowledge representation and will be managed through ontology browser. KMS is applied as a system that manages the knowledge assets of an organization. KMS is built to support the identification, acquisition, development, sharing, distribution, utilization, and retention of knowledge on a particular ontology. The research methodology consists of information technology infrastructure evaluation: analysis, design, development, installation, and evaluation of KMS. Unified Modeling Language (UML) knowledge ontology model is attached to the Semantic Media Wiki software bundled with Halo Extension. The evaluation result shows that deployed KMS can assist knowledge management in PTIP BPPT to facilitate learning process and decision-making based on the most efficient and effective methods in the floating pipe engineering.
RINGKASAN
SUWANDA. Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi Pada Perekayasaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Dibimbing oleh YENI HERDIYENI dan AHMAD RIDHA
Perekayasaan pipa apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bertujuan untuk menyediakan produk substitusi impor pipa apung sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor dan menghemat devisa negara. Perekayasaan pipa apung melibatkan perekayasa dengan berbagai disiplin ilmu, beragam pengalaman, bekerja secara matriks, dan tersebar di beberapa lokasi.
Kegiatan perekayasaan pipa apung menghasilkan prototipe dan dokumen perekayasaan. Prototipe dan dokumen perekayasaan pipa apung merupakan pengetahuan tasit dan eksplisit yang belum dikelola dengan baik di BPPT. Pengetahuan pada perekayasaan pipa apung bersifat spesifik dan kompleks sehingga perlu dikelola secara khusus. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengelola aset pengetahuan pada perekayasaan pipa apung adalah dengan menggunakan ontologi yang dipasangkan pada suatu antarmuka berupa Sistem Manajemen Pengetahuan (SMP).Diharapkan dengan telah dipasangkannya SMP, maka perekayasa dapat dengan mudah memperoleh metode yang paling efektif dan efisien (best practices) dalam kegiatan perekayasaan pipa apung.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi infrastruktur teknologi informasi; analisis, perancangan, dan pengembangan SMP, pemasangan SMP, dan evaluasi SMP di Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT. Pembangunan SMP di PTIP BPPT dikonsentrasikan pada perancangan ontologi pengetahuan perekayasaan pipa apung. SMP itu sendiri diaplikasikan dengan menggunakan perangkat lunak commercial of the shelf (COTS) yang berupa Semantic Media Wiki dengan dipasangkan ekstensi Halo yang mendukung integrasi ontologi didalam SMP. Aset pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT tahun 2006 hingga 2010.
Berdasarkan evaluasi KMS yang dilakukan kepada beberapa responden perekayasa, dapat disimpulkan bahwa pemasangan SMP berbasis ontologi pada perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT telah mempermudah proses akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, penggunaan metode yang paling efektif dan efisien dari perekayasa lainnya.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB .
SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN BERBASIS
ONTOLOGI PADA PEREKAYASAAN PIPA APUNG
DI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN
TEKNOLOGI
SUPRIANA SUWANDA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada
Program Studi Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi Pada Perekayasaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Nama : Supriana Suwanda
NRP : G651080144
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. Ahmad Ridha, S.Kom., MS.
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat kelulusan Program Pascasarjana pada Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si M.Kom. selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan segenap bantuan dan bimbingan kepada penulis selama proses penelitian dan penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Ridha, S.Kom. MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran, koreksi, dan masukan kepada penulis. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Yani Nurhadryani, S.Si. MT. selaku penguji. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. Mahendra A, M.Si. sebagai Insinyur Kepala pada Perekayasaan Pipa Apung di BPPT atas bantuan yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman angkatan IX Pascasarjana Ilmu Komputer, staf dan dosen Departemen Ilmu Komputer IPB atas persahabatan dan bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan doanya. Terkhusus terima kasih penulis sampaikan kepada istri tercinta Dewi Habsari Budiarti, ST. MT.dan kedua putera dan puteri kami, Mikaila dan Gabriel, atas segala dukungan dan perhatian selama masa kuliah dan penelitian ini berlangsung.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi yang besar selama perkuliahan dan pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya.
Bogor, Agustus 2012
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang... 1
Penelitian Terdahulu ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Manfaat Penelitian ... 5
Ruang Lingkup ... 5
Rumusan Permasalahan ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 7
Sistem Manajemen Pengetahuan ... 7
Perekayasaan Pipa Apung ... 8
Ontologi ... 9
Semantik ... 11
METODE PENELITIAN ... 15
Evaluasi Infrastruktur ... 16
Analisis, Perancangan, dan Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan . 17 Pemasangan Sistem Manajemen Pengetahuan ... 19
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
Analisis infrastruktur teknologi informasi... 21
Penyesuaian Manajemen Pengetahuan dengan Proses Bisnis ... 23
Infrastruktur Manajemen Pengetahuan... 23
Audit Aset Pengetahuan ... 24
Tim Manajemen Pengetahuan ... 26
Implementasi Sistem Manajemen Pengetahuan ... 28
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan ... 32
Kesimpulan ... 34
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN ... 38
Halaman
1 Istilah-istilah pada kegiatan perekayasaan ... 8
2 Hasil analisis manajemen konfigurasi ... 21
3 Hasil analisis manajemen keberlangsungan teknologi informasi ... 22
4 Tim manajemen pengetahuan di BPPT ... 27
5 Hasil evaluasi pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan ... 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Aplikasi pipa apung di lepas pantai Lawe-lawe Balikpapan ... 1
2 Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT ... 2
3 Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT ... 3
4 Model penciptaan pengetahuan yang dikenal sebagai model SECI ... 7
5 Pemodelan ontologi pengetahuan pada perekayasaan pipa apung ... 11
6 Contoh anotasi semantik pada artefak perekayasaan pipa apung ... 13
7 Arsitektur semantic Mediawiki ... 14
8 Tahap pengembangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ... 15
9 Skema pustaka infrastruktur teknologi informasi ... 16
10 Kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan PTIP BPPT ... 17
11 Diagram kelas utama pada ontologi perekayasaan pipa apung ... 19
12 Grafik hasil analisis manajemen konfigurasi ... 22
13 Grafik hasil analisis keberlangsungan teknologi informasi ... 22
14 Model penyesuaian manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ... 23
15 Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ... 24
16 Aset pengetahuan dari alur dokumen perekayasaan pipa apung ... 25
17 Ontograf dari kegiatan perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT ... 26
18 Properti objek ontologi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT... 26
19 Proses impor format RDF/XML kedalam format OWL ... 28
20 Proses impor OWLberhasil dilakukan pada SMW+ ... 29
21 Ontologi pipa apung dapat diakses melalui ontology browser ... 29
22 Contoh anotasi pengetahuan pada artikel dengan semantic toolbar ... 30
23 Akuisisi pengetahuan melalui pemilahan kelas dan properti ontologi ... 31
Latar Bel Indo pemanfaat (Purwanta produk ka sepenuhny pipa apun setara den industri pe minyak at Gam Berd Pengkajian perekayas desain pro Indonesia. apung ya ketergantu Pere secara ma apung dib Package (
lakang
onesia adala tan karet a a 2004). H
aret impor ya diimpor ng di Indon
ngan 320 u erminyakan au sebalikn
mbar 1 Apl
dasarkan ko n dan Pene aan pipa a oses manuf . Sasaran k ang dapat m
ungan impo ekayasan pip atriks berda bagi kedala
(WP) sepert
PE
ah salah sat alam oleh i Hal ini me masih sang oleh Indon nesia pertah
unit pipa ap n untuk men nya.
ikasi pipa a
ondisi terse erapan Tekn apung. Pere faktur dan kegiatan ini memenuhi r dan meng pa apung d asarkan stru am beberapa ti diilustras
ENDAHU
tu penghasi industri hil enyebabkan gat tinggi. nesia adalah hun dapat m apung (BSN ngalirkan mapung di lep
ebut, Pusat nologi (PTIP ekayasaan m
studi kelay adalah ters kebutuhan ghemat devi dilakukan ol uktur perek a Work Br sikan pada
ULUAN
il karet alam ir nasional n ketergant
Salah satu h pipa apun mencapai 12 N 2010). Pi minyak dari
pas pantai L
Teknologi P BPPT) se meliputi ka yakan pend sedianya pr dalam ne sa negara. leh kelompo kayasaan. K reakdown S
Gambar 2.
m terbesar d baru menc ungan Indo u produk ka
ng (Gamba 2 juta Dolla
ipa apung kapal tank
awe-lawe B
i Industri P ejak tahun 2 ajian pros
irian pabrik roduk subst
geri sehing
ok perekaya Kelompok p Structure (W Setiap WB
di dunia, n capai 14 p donesia terh
aret yang m ar 1). Kebu
ar Amerika digunakan ker ke pang
Balikpapan.
Proses di B 2006 melak ses vulkan k pipa apu titusi impor gga mengu
asa yang be perekayasa WBS) dan BS dan WP
periode tertentu menghasilkan laporan berupa dokumen perekayasaan yang terdiri atas lembar perintah, lembar kerja, lembar keputusan, catatan teknis, laporan teknis, memorandum teknis, dan dokumen teknis. Dokumen tersebut dikodifikasikan dalam suatu aturan tertentu berdasarkan WBS, WP, dan waktu dokumen dibuat.
Gambar 2 Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
Kodifikasi tersebut tidak merefleksikan isi dokumen yang di dalamnya. Perekayasa pipa apung kesulitan untuk mengeksplorasi “metode yang paling efisien dan efektif” (best practices) dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sudah dilakukan perekayasa lain dari rangkaian perekayasaan pipa apung pada periode sebelumnya.
3
dilakukan oleh seorang perekayasa dapat dilakukan kembali oleh perekayasa yang lain. Hal ini disebabkan pembagian pakai (sharing) dokumen pengetahuan eksplisit tidak dikelola secara terpusat seperti diilustrasikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT.
sehingga memudahkan proses pembelajaran dan pengambilan keputusan berdasarkan best practices perekayasaan pipa apung.
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan di Korea Selatan, para peneliti di bidang manajemen pengetahuan mencoba membuat kerangka kerja dan fungsi pengelolaan pengetahuan pada institusi riset yang memiliki keserupaan karakteristik proses bisnis dan alur dokumen dengan PTIP BPPT. Hasil dari penelitian tersebut diberi nama KNOWVATION, yaitu sebuah kerangka kerja yang memuat spesifikasi dan definisi pengetahuan di lembaga riset berbasiskan portofolio kegiatan riset (Park & Kim 2006). KNOWVATION dapat melakukan observasi pada tingkat makro dan mendukung pembuatan keputusan seperti alokasi sumber daya dan analisis dinamis.
Pengembangan model pengelolaan pengetahuan di BPPT sebelumnya sudah pernah dilakukan dengan mengelaborasikan portal Core SWED dan Wordpress sebagai middleware sistemnya (Nur 2009). Pada penelitian tersebut, ontologi pengetahuan dimodelkan berdasarkan alur perekayasaan secara umum sehingga belum dapat menjawab kompleksitas ontologi bidang teknologi yang dikaji dan diterapkan oleh BPPT secara spesifik. Pemilihan Wordpress yang merupakan blog sebagai antarmuka kolaboratif tidak cukup tepat untuk digunakan dalam pembagian pakai pengetahuan pada institusi riset seperti BPPT yang memiliki ratusan tema riset dan melibatkan perekayasa dalam jumlah yang besar.
Pemodelan basis pengetahuan dengan menggunakan Wiki pada industri proses yang menerapkan struktur sumber daya manusia berdasarkan klasifikasi fungsional seperti jabatan fungsional perekayasa di PTIP BPPT juga pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya di salah satu industri pupuk nasional (Kusumasari 2008).
5
dibangunnya sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi perekayasaan pipa apung ini dapat menjawab masalah pengelolaan pengetahuan di PTIP BPPT.
Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk memecahkan masalah representasi ontologi pengetahuan yang sesuai dengan proses bisnis perekayasaan pipa apung sehingga dapat memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set pengetahuan berdasarkan ontologi perekayasaan pipa apung.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari tesis ini adalah membangun sebuah sistem manajemen pengetahuan yang dapat memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set pengetahuan berdasarkan ontologi pengetahuan yang ada pada perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
Manfaat Penelitian
Tesis ini diharapkan dapat memecahkan masalah manajemen pengetahuan di PTIP BPPT sehingga dapat memudahkan proses pembelajaran dan pengambilan keputusan berdasarkan best practices dalam perekayasaan pipa apung. Lebih spesifik, manfaat dari tesis ini adalah membentuk komunitas pengetahuan yang mengabaikan aspek geografi, mendukung inisiatif penyaluran data, sentralisasi data yang terpisah-pisah, meningkatkan efisiensi operasional, mendorong berlangsungnya proses penciptaan, pembagian pakai, penyaluran dan diseminasi pengetahuan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fitur semantik dan ontologi pengetahuan.
Ruang Lingkup
Rumusan Permasalahan
Pada saat tesis ini dibuat, PTIP BPPT dalam konteks inisiatif manajemen pengetahuan masih berada pada tahap awal dari pengembangan sistem manajemen pengetahuan yang meliputi sub komponen repository dan platform kolaborasi (Tiwana 2007).
1 Belum tersedianya suatu aturan pengumpulan, penyaringan, pengaturan, pengesahan, pemeliharaan, dan distribusi konten pengetahuan secara semantik. Kelemahan repository di PTIP BPPT ini sangat erat kaitannya dengan belum adanya ontologi pengetahuan formal dalam perekayasaan pipa apung.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem manajemen pengetahuan merupakan suatu sistem teknologi informasi dan komunikasi yang menggabungkan dan mengintegrasikan fungsi-fungsi penanganan pengetahuan eksplisit dan tersirat secara kontekstual di seluruh organisasi atau bagian dari organisasi yang ditargetkan oleh inisiatif manajemen pengetahuan (Maier 2007). Perbedaan definisi dari data, informasi, pengetahuan, dan kecerdasan menegaskan berbedanya domain yang dikelola diantara sistem manajemen pengetahuan dengan sistem manajemen informasi (Bouthillier & Shearer 2002).
Sistem manajemen pengetahuan memberikan layanan terintegrasi untuk menyebarkan instrumen manajemen pengetahuan pada jaringan partisipannya sepanjang siklus hidup pengetahuan berlangsung. Tujuan akhir dari sistem manajemen pengetahuan adalah untuk mendukung dinamika pembelajaran organisasi dan efektivitas organisasi.
Gambar 4 Model SECI pada penciptaan pengetahuan (Nonaka & Konno 1998)
pada Gambar 4 (Nonaka & Konno 1998). Sistem manajemen pengetahuan juga didefinisikan sebagai komponen teknologi yang memfasilitasi pengintegrasian, penerapan, dan manajemen pengetahuan (Tiwana 2007).
Perekayasaan Pipa Apung
Perekayasaan adalah sistem yang digunakan pada kegiatan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun. Perekayasaan ditujukan untuk menghasilkan sistem, model, nilai, produk, dan atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika, dalam suatu kelompok kerja fungsional. Pada Tabel 1 dijelaskan beberapa istilah perekayasaan pada buku petunjuk teknis jabatan fungsional perekayasa (BPPT 2009).
Tabel 1 Istilah-istilah pada kegiatan perekayasaan
Istilah Keterangan
Perekayasaan Kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian.
Perekayasa Perekayasa (Engineer) adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan perekayasaan dalam suatu kelompok kerja fungsional pada bidang penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan, dan pengoperasian yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
Organisasi Fungsional Perekayasaan
Organisasi Fungsional Kerekayasaan adalah organisasi yang dibentuk secara sementara (Ad Hoc) untuk pelaksanaan kegiatan kerekayasaan dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan tertentu. Dokumen
Perekayasaan
Dokumen perekayasaan adalah dokumen yang digunakan para perekayasa dalam organisasi fungsional kerekayasaan, meliputi: a. Lembar Kerja
9
Dokumen perekayasaan merupakan sumber pengetahuan utama yang menjadi masukan pada sistem manajemen pengetahuan. Pengetahuan yang terkandung pada setiap dokumen mempunyai karakteristik:
a Pengetahuan deklaratif yang meliputi konsep, kategori, definisi, dan asumsi. b Pengetahuan prosedural yang meliputi proses, rangkaian kegiatan dan aktivitas,
dan aksi.
c Pengetahuan kausal yang meliputi alasan keputusan, alasan keputusan penolakan atau alternatif, dan bagian informal yang berasosiasi.
d Konteks dari keadaan, asumsi, hasil dari asumsi, dan pengetahuan informal yang meliputi klip video, anotasi, catatan, dan pembicaraan.
Ontologi
Ontologi adalah suatu konseptualiasi yang dibagi pakai, mempunyai sifat formal dan spesifikasi yang eksplisit (Grubber 1993). Definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Konseptualisasi adalah model abstrak yang merupakan representasi dari sebuah domain atau fenomena yang memeriksa relevansi konsep domain atau fenomena tersebut terhadap pengguna ontologi.
2 Pembagian pakai (sharing) adalah acuan pada persyaratan konseptualisasi yang dibuat di dalam sebuah ontologi harus telah disetujui oleh kelompok personil yang akan menggunakan ontologi untuk pertukaran pengetahuan.
3 Sebuah ontologi disebut formal bila dapat dibaca oleh mesin.
4 Spesifikasi yang eksplisit artinya bahwa konsep, hubungan, dan batasan penggunaan konsep dirumuskan secara terbuka dan tidak menyerahkan interpretasi kepada pengguna ontologi.
dapat memfasilitasi penayangan, penyimpanan, komunikasi, dan penelusuran pengetahuan (O’Leary 1998).
Ontologi dapat juga didefinisikan sebagai suatu domain masalah yang menjelaskan entitas, properti dan relasi dari domain itu sendiri. Ontologi merepresentasikan struktur hirarki suatu pengetahuan tertentu dengan cara mengsubkategorikan pengetahuan tersebut berdasarkan nilai penentunya. Manfaat terbesar dari ontologi bukan pada aspek pemrosesan melainkan pada pembagian pakai (sharing) makna, pemunculan dan penemuan kesenjangan, dan untuk meningkatkan penyaluran pengetahuan tersirat. Pada ontologi berbasis komputer, domain pengetahuan yang formal dan terstruktur direpresentasikan dengan menggunakan UML atau bahasa berorientasi obyek seperti RDF, DAML, OWL, dan representasi lain yang dapat mendefinisikan obyek, properti, dan relasinya.
Contoh pemodelan ontologi dalam konteks perekayasaan dapat diilustrasikan pada Gambar 5 yang menjelaskan pengembangan ontologi berdasarkan artefak perekayasaan pipa apung. Pemodelan ontologi seperti ini akan diaplikasikan pada sistem manajemen pengetahuan perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
11
Untuk pengerjaan pemodelan ontologi pipa apung dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak Protégé yang merupakan aplikasi sumber terbuka. Protégé adalah perangkat lunak untuk mengkonstruksikan ontologi yang dikembangkan oleh Stanford University (Knublauch et al. 2004). Ini merupakan penyunting ontologi yang dikenal handal dan memiliki plug in yang mendukung OWL. Fitur Protégé antara lain adalah dapat memanggil dan menyimpan ontologi OWL dan RDF, menyunting dan memvisualisasikan kelas OWL dan propertinya, menjelaskan karakteristik logical class sebagai ekspresi OWL, mengeksekusi DL classifier, dan menyunting OWL untuk markup web semantik.
Semantik
Semantik secara umum didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menganalisis makna kata, arti, perubahan arti suatu kata, lambang-lambang atau tanda yang menyatakan makna, dan hubungan antara makna dengan makna lain. Namun, dalam konteks teknologi informasi, tidak banyak ditemukan referensi yang memberikan definisi semantik secara jelas karena pada umumnya kata semantik langsung diasosiasikan dengan istilah semantic web.
Kata dasar semantik didefinisikan ulang berdasarkan aspek struktur data, morfologi, sintaks, dan statistik (Berkan 2009) sebagai berikut:
a Semantik bukan merupakan data yang disusun berdasarkan struktur tertentu, sehingga informasi yang diorganisasikan bukan merupakan informasi semantik.
b Semantik berbeda dengan morfologi linguistik. Sebagai ilustrasi, mesin pencarian yang diberikan daftar substitusi kata dapat mengenali frasa “10 teratas” sebagai “sepuluh teratas” atau membedakan kata “Ikan” dengan “ikan” berdasarkan perbedaan kapitalisasi hurufnya. Modus pencarian seperti dua contoh tersebut bukan merupakan fungsi semantik.
c Semantik berbeda dengan sintaks. Untuk menangani semantik dibutuhkan associative knowledge sedangkan pada sintaks cukup dibutuhkan kemampuan untuk menguraikan informasi yang ada.
memakan telur buaya sebelum matahari terbit.” Pernyataan tersebut dapat difahami oleh otak manusia meskipun kondisi tersebut belum pernah dilihat sebelumnya, namun tidak dapat dipenuhi oleh algoritme atau mesin komputer.
Untuk mencatatkan pengetahuan semantik ke dalam sistem manajemen pengetahuan dilakukan melalui proses anotasi. Anotasi semantik diilustrasikan pada Gambar 6 yang merupakan asosiasi artefak perekayasaan dengan domain ontologi yang dikembangkan. Dalam konteks perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT, artefak perekayasaan adalah pipa apung itu sendiri. Tesis ini akan mengusulkan suatu model ontologi pengetahuan yang berasosiasi dengan struktur pipa apung yang memenuhi standar industri perminyakan.
Gambar 6 Contoh anotasi semantik pada artefak perekayasaan pipa apung
Semantik Mediawiki
mengguna sederhana secara lan menggamb work". As
Wik komunika sebagai ta mengguga dan memp Sem yang suda dunia dan semantik semantik dengan M difahami semantik data kolab SMW salah satun akan brows a untuk mem ngsung. Wik barkan wik sal kata wiki ki menggun asi kelompo ambahan te ah penggun promosikan mantic Med ah dikenal n disunting pada Wiki yang tekn Mediawiki dan dieva (Gambar 7 boratif (Kröt
Gambar 7
W dapat di nya adalah
ser. Wiki m mbuat halam ki dikemban ki sebagai "
i sendiri ber nakan pend ok karena m erhadap kon na dalam p
komposisi diawiki (SM luas sebag secara kola ipedia dim nologinya t (MW) yan luasi oleh 7) yang mem
tzsch 2007)
Arsitektur
ipasangi ek ekstensi Ha
mendukung man baru da ngkan perta "the simples
rasal dari ba dekatan ya mengijinkan
nten itu sen enciptaan h konten oleh MW) merup gai sumber aboratif ole maksudkan u
tengah berk ng hanya m
komputer, mungkinka ).
r Semantic M
kstensi-ekste alo. Ekstens
hyperlink
an keterkait ama kali ole
st online da
ahasa Hawa ang tidak n kontribusi ndiri. Pende halaman ba h pengguna pakan peng pengetahua eh jutaan pe
untuk dapa kembang p mendukung SMW te an MW unt
Mediawiki
ensi yang m si ini merup
dan memil an dengan h eh Ward Cu atabase tha
aii yang arti umum dal organisasi ekatan ini aru, mendor non teknis. gembangan an ensiklop engguna. P at menanga pesat dewas g konten te lah menam tuk berfung (Krötzsch 2 mempunyai pakan suatu liki sintaks halaman int unningham at could pos
inya cepat. lam mekan
untuk disu dilakukan u rong demo . dari Wiki pedik terbes enambahan ani pengeta
sa ini. Be eks yang mbahkan an
gsi sebagai
2007).
i fungsi kh u tool yang
meningkatkan kemudahan penggunaan fitur SMW dan interoperabilitas terhadap konten yang kaya dengan semantik.
METODE PENELITIAN
[image:30.595.90.461.122.762.2]Metode penelitian yang digunakan meliputi evaluasi infrastruktur; analisis, perancangan, dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan; pemasangan sistem manajemen pengetahuan; dan evaluasi sistem manajemen pengetahuan seperti diilustrasikan pada Gambar 8.
Evaluasi Infrastruktur
Evaluasi infrastruktur di PTIP BPPT meliputi analisis infrastruktur teknologi informasi dan penyesuaian manajemen pengetahuan dengan proses bisnis. Untuk menganalisis infrastruktur teknologi informasi akan digunakan sub komponen pustaka infrastruktur teknologi informasi atau Information Technology Infrastructure Library (ITIL). ITIL merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengidentifikasikan kesiapan infrastruktur teknologi informasi sebelum sistem manajemen pengetahuan diimplementasikan (Cartlidge et al. 2007).
[image:31.595.141.440.431.709.2]Pada penelitian ini dipilih dua variabel uji untuk menganalisis infrastruktur di PTIP BPPT, yaitu manajemen konfigurasi dan keberlangsungan layanan teknlologi informasi. Hal ini dilakukan untuk mengukur komitmen manajemen PTIP BPPT dalam menerapkan sistem manajemen pengetahuan dan mengukur kesiapan infrastruktur teknologi informasi di PTIP BPPT. Bobot nilai variabel uji yang dihasilkan akan dibandingkan dengan parameter kesiapan infrastruktur teknologi informasi menurut standard ITIL. Posisi kedua variabel tersebut pada skema ITIL dapat diilustrasikan pada Gambar 9.
17
Tahap kedua dari evaluasi infrastruktur adalah penyesuaian manajemen pengetahuan dengan proses bisnis. Untuk menyesuaikan keduanya diperlukan suatu analisis yang dilakukan dengan cara menentukan kendali utama dari inisiatif manajemen pengetahuan di PTIP BPPT. Dua kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan dan proses bisnis (Gambar 10) harus ditentukan dengan cara memilih dua opsi di antara sistem TIK atau eksekusi strategis pada proses bisnis sebagai kendali utamanya (Malhotra 2005).
Sistem TIK
Data, Information, Models, Rules
Best Practices, Rules, Procedures
Pre-Defined Meanings & Action(s)
Dynamically Updated Outcomes
Business Environment
Organizational Inputs Computational
Inputs
Human and Machine Intelegence Mechanistic Information Processing
Attention/Motivation/Commitment/ Creativity/Innovation
UTILIZATION PERFORMANCE
PROCESSING OUTCOMES
TECHNOLOGY-PULL MODEL OF KM
DEPLOYMENT
INPUTS
[image:32.595.107.481.61.714.2]Radical and Discontinuous Change
Gambar 10 Kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan PTIP BPPT.
Analisis, Perancangan, dan Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan
1 Memilih komponen teknologi informasi yang paling tepat untuk menemukan, membuat, merangkai, dan menerapkan pengetahuan dengan merujuk pada kondisi infrastruktur yang sudah berjalan di PTIP BPPT.
2 Mengoptimasikan pengelompokan obyek pengetahuan yang dapat direpresentasikan sebagai kelas, konsep, dan instance.
Setelah perancangan infrastrukur dilakukan dilanjutkan dengan proses audit aset pengetahuan yang merupakan tahap awal dari pembangunan ontologi pengetahuan dari perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT. Pada tahap ini mulai dilakukan pemetaan pengetahuan yang dapat membentuk informasi semantik. Untuk pengerjaan pemodelan ontologi pipa apung dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak Protégé yang merupakan aplikasi sumber terbuka.
Protégé adalah perangkat lunak untuk mengkonstruksikan ontologi yang dikembangkan oleh Stanford University. Ini merupakan penyunting ontologi yang dikenal handal dan memiliki plug in yang mendukung OWL. Fitur Protégé antara lain adalah dapat memanggil dan menyimpan ontologi OWL dan RDF, menyunting dan memvisualisasikan kelas OWL dan propertinya, menjelaskan karakteristik logical class sebagai ekspresi OWL, mengeksekusi DL classifier, dan menyunting OWL untuk markup web semantik.
Sebagai aktor dari pengembangan dan pelaksanaan dari sistem manajemen pengethuan diperlukan adanya perancangan tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT. Perancangan tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT meliputi tiga fokus yang mencakup tim, teknologi, dan organisasi.
Berdasarkan informasi hasil evaluasi, audit, dan pembentukan tim manajemen pengetahuan akan dilanjutkan dengan pembuatan cetak biru manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat dipecah menjadi beberapa sub komponen sebagai berikut:
1 Repository
19
[image:34.595.118.512.154.284.2]Ontologi pengetahuan dalam perekayasaan pipa apung disimpan dan dikelola pada ruang penampungan yang struktur pengetahuannya dapat diilustasikan dalam diagram kelas utama ontologi berikut (Gambar 11).
Gambar 11 Diagram kelas utama pada ontologi perekayasaan pipa apung. 2 Platform kolaboratif
Platform yang mendukung pekerjaan terdistribusi dan meliputi pointer, basis data keahlian, pencarian lokasi ahli, dan kanal komunikasi informal.
3 Jaringan
Meliputi jaringan digital (intranet, ekstranet, ruang bagi pakai, dan jaringan fisik lainnya) dan sosial (komunitas, koalisi, dan asosiasi) yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan pembicaraan. Komponen jaringan tidak menjadi konsentrasi dari penelitian ini karena jaringan fisik di PTIP BPPT sudah terselenggara dan terhubung dengan baik.
4 Budaya
Komponen ini terkait dengan upaya manajemen dalam mendorong setiap perekayasa menggunakan repository, platform kolaboratif, dan jaringan untuk berbagi pengetahuan. Komponen budaya yang meliputi kepemimpinan dan struktur penghargaan tidak menjadi konsentrasi dari penelitian ini.
Pemasangan Sistem Manajemen Pengetahuan
Professional dan ditumpangi Debian 5.0 sebagai host untuk sistem manajemen pengetahuan yang dikembangkan.
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Infrastruktur Teknologi Informasi
Pada penelitian ini telah digunakan dua variabel uji untuk menganalisis infrastruktur di PTIP BPPT dengan melakukan pengukuran terhadap dua sub komponen ITIL yang meliputi manajemen konfigurasi dan keberlangsungan layanan teknologi informasi.
Pengisian nilai variabel uji dilakukan dengan melakukan wawancara kepada Direktur PTIP BPPT selaku manajemen yang didampingi oleh staf teknologi informasi di PTIP BPPT. Pengukuran merujuk pada pertanyaan manajemen konfigurasi disajikan pada Lampiran 1 dan keberlangsungan teknologi informasi disajikan pada Lampiran 2.
Ambang bawah ITIL dijadikan referensi pembanding terhadap nilai pengukuran manajemen konfigurasi dan kesiapan infrastruktur teknologi informasi di PTIP BPPT. Tabel 2 menampilkan perbandingan dari 9 parameter nilai manajemen konfigurasi PTIP BPPT dan disajikan melalui grafik pada Gambar 12. Perbandingan nilai keberlangsungan teknologi informasi di PTIP BPPT disajikan pada Tabel 3 dan diilustrasikan melalui grafik pada Gambar 13.
Tabel 2 Hasil analisis manajemen konfigurasi
Nilai PTIP BPPT Ambang bawah ITIL
Kondisi awal 83 83
Komitmen manajemen 83 66
Kemampuan proses 52 80
Integrasi internal 12 62
Produk 16 66
Kendali mutu 33 83
Informasi manajemen 77 77
Integrasi eksternal 0 82
Tabel 3 Hasil analisis manajemen keberlangsungan teknologi informasi
Nilai PTIP BPPT Ambang bawah ITIL
Kondisi awal 75 75
Komitmen manajemen 70 80
Kemampuan proses 33 76
Integrasi internal 14 71
Produk 0 75
Kendali mutu 16 83
Informasi manajemen 72 81
Integrasi eksternal 51 88
Antarmuka pengguna 80 100
[image:37.595.107.515.91.714.2]Gambar 12 Grafik hasil analisis manajemen konfigurasi.
Gambar 13 Grafik hasil analisis keberlangsungan teknologi informasi. 0
20 40 60 80 100 120
Nilai PTIP BPPT Ambang bawah ITIL
0 20 40 60 80 100 120
23
Berdasarkan sebaran nilai kedua grafik dapat ditemukan suatu fakta bahwa nilai kondisi awal dan komitmen manajemen memenuhi ambang bawah ITIL. Fakta ini mengindikasikan bahwa PTIP BPPT sudah siap dalam hal infrastruktur dan didukung oleh komitmen manajemen PTIP BPPT. Dalam konteks knowledge capturing, parameter rendahnya integrasi internal dan eksternal pada grafik mengindikasikan diperlukannya suatu sistem pengelolaan pengetahuan. Peningkatan kedua integrasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan process capability.
Penyesuaian Manajemen Pengetahuan dengan Proses Bisnis
Fakta berdasarkan analisis infrastruktur teknologi informasi tersebut menjadi rujukan dalam penelitian ini untuk melakukan penyesuaian manajemen pengetahuan dan proses bisnis dengan menggunakan model technology-pull. Pada kondisi ini sistem manajemen pengetahuan akan bersifat adaptif terhadap proses bisnis yang berkembang untuk mengakomodasi eksekusi strategis sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya penambahan atau modifikasi dari modul aplikasi sistem manajemen pengetahuan.
Sistem TIK Data, Information, Models, Rules Best Practices, Rules, Procedures Pre-Defined Meanings & Action(s) Dynamically Updated Outcomes Business Environment Organizational Inputs Computational Inputs
Human and Machine Intelegence Mechanistic Information Processing
Attention/Motivation/Commitment/ Creativity/Innovation
UTILIZATION PERFORMANCE
PROCESSING OUTCOMES
TECHNOLOGY-PULL MODEL OF KM
DEPLOYMENT
INPUTS
Radical and Discontinuous Change
Gambar 14 Model penyesuaian manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.
Infrastruktur Manajemen Pengetahuan
yang mendukung pemasangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT meliputi ketersediaan jaringan komputer, aplikasi pengolah kata, spreadsheet, dan aplikasi spesifik lainnya yang terkait dengan pengembangan pipa apung seperti pemodelan tiga dimensi dan simulasi fluida. Platform kolaboratif yang digunakan di PTIP BPPT adalah surat elektronik, dan sebuah komputer yang difungsikan untuk menampung softcopy dari dokumen perekayasaan pipa apung. Pengelompokan obyek pengetahuan di PTIP BPPT masih menggunakan penamaan folder berdasarkan kodifikasi dokumen perekayasaan. Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat diilustrasikan sebagai berikut (Gambar 15).
[image:39.595.100.513.61.663.2]
Gambar 15 Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.
Audit Aset Pengetahuan
25
Gamba
Gambar
Tim Man
Tim melibatkan administra
ar 17 Ontog
r 18 Prope
najemen Pe
m manajeme n knowledg ator staf tek
graf dari ke
rti obyek on
ngetahuan
n pengetahu ge worker p knologi info
egiatan perek
ntologi pere
huan di PTIP perekayasa ormasi.
kayasaan pi
ekayasaan p
P BPPT dij dan manaje
ipa apung d
pipa apung d
jelaskan pad emen PTIP,
di PTIP BPP
di PTIP BPP
ada Tabel 4 , dan know
PT.
PT.
27
Tabel 4 Tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT
Fokus Kelompok Peran Karakteristik
Tim Fungsional (seluruh perekayasa pada perekayasaan pipa apung) Menyiapkan materi fungsional, berpartisipasi pada tahap perancangan dan implementasi sistem manajemen pengetahuan.
Memahami proses kerja di bagiannya masing-masing, mempunyai kemampuan interpersonal, dan berkomitmen untuk keberhasilan sistem manajemen pengetahuan. Keuangan (manajer program) Menyiapkan materi manajemen proyek dan keuangan. Teknologi Peneliti sistem manajemen pengetahuan dan Staf teknologi informasi di PTIP BPPT. Menyiapkan teknologi informasi dan sistem manajemen pengetahuan Memahami teknologi informasi, pengembangan sistem manajemen pengetahuan, dan memberikan pelatihan pada perekayasa dalam penggunaan sistem. Organisasi Manajemen (direktur PTIP BPPT dan kepala bidang dibawahnya) Mendukung legitimasi inisiatif manajemen pengetahuan, berkomitmen dalam memfasilitasi sumberdaya yang dibutuhkan, dan
menularkan visi inisiatif manajemen pengetahuan kepada seluruh personil di PTIP BPPT.
Memahami manajemen, mempunyai
Implementasi Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem manajemen pengetahuan pada penelitian ini sejak awal tidak direncanakan untuk dibangun dari awal, namun merupakan pengembangan dan penyesuaian dari kerangka aplikasi yang sudah ada. Hal ini dilakukan karena konsentrasi utama dari penelitian ini adalah pada perancangan ontologi yang hasilnya akan ditumpangkan di atas lapisan aplikasi sistem manajemen pengetahuan. Kandidat hasil evaluasi infrastruktur dan analisis, perancangan, dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan menjadi parameter dalam melakukan evaluasi aplikasi wiki yang mempunyai fitur semantik dan ontologi. Pemodelan pengetahuan yang sudah dikonstruksikan dipasangkan pada perangkat lunak dengan karakteristik kerangka kerja Commercial of the Shelf (COTS) Semantic Mediawiki yang dipasangi ekstensi Halo atau disebut dengan SMW+. SMW+ dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perubahan proses bisnis di PTIP BPPT. Ontologi kerekayasaan pipa apung dalam format OWL telah dibuat untuk mengakomodasi struktur pengetahuan yang akan diimpor dan diuji pada SMW+. Saat ini SMW+ baru dapat dimuati ontologi berbasis OWL yang prosesnya diilustrasikan pada Gambar 19.
Gambar 19 Proses impor format RDF/XML ke dalam format OWL.
G Seba dapat diak browser te properti da Gamba Peng pada kolo perekayas diilustrasik toolbar ya memudahk Gambar 20 agai param kses melalu ersebut dap ari perekaya
ar 21 Onto
getahuan di om penyunti a sebagai kan pada G ang sudah m
kan perekay
Proses Imp eter bahwa ui Ontology pat dilakuka asaan pipa a
ologi pipa ap
imasukkan o ingan artike
[image:44.595.120.487.87.261.2]knowledge
Gambar 22. A mampu mem yasa dalam
por OWL be a impor ont
y Browser an eksplora apung. pung dapat oleh pereka el. Contoh e worker d
Anotasi dila mberikan p
melakukan
erhasil dilak tologi pipa diilustrasik asi dan mod
diakses me
ayasa pipa a artikel yang dari sistem akukan den prediksi inp anotasi pen kukan pada apung dala kan pada G difikasi kela
lalui Ontolo
apung melal g berhasil d m manajem
gan menggu ut kelas dan ngetahuan.
SMW+. am format O Gambar 21.
as, instance
ogy Browse
lui halaman dimasukkan men pengeta unakan sem an properti u
29
OWL Pada e, dan
[image:44.595.110.499.88.735.2] [image:44.595.109.508.377.612.2]Gambar Ano akan mem
22 Contoh otasi penget mudahkan p
h anotasi pe ahuan pada perekayasa
engetahuan p a dokumen
lain dalam
pada artikel perekayasa m melakukan
l dengan sem an oleh seo n identifika
mantic tool
orang perek asi, akuisisi
bar.
pembagian PTIP BPP lebih dahu dari peng melakukan Den memungk pemilahan diilustrasik penurunan Gambar 2
n pakai (sh PT mendapa ulu mengerj etahuan ak n pembahar ngan meng kinkan perek
n kelas, p kan proses n volume pi
23 Akuisisi
aring) peng atkan manfa rjakan peker kan selalu r
ruan penget ggunakan kayasa untu
roperti, da pencarian pa apung pa
i pengetahu
getahuan pe faat dari pen
rjaan yang relevan kar tahuan pada ontologi uk melakuka an instance
pengetahu ada empat u
uan melalui
erekayasaan ngetahuan p
serupa di w rena pereka a suatu artik perekayas an pencaria e melalui uan untuk m
uji coba lap
pemilahan
n pipa apung perekayasa
waktu sebe ayasa di PT
el yang sam saan pipa an pengetah query. Pa mengetahui angan pipa
kelas dan p
Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan
Setelah ontologi dalam format OWL berhasil diimpor dan dilakukan perekaman beberapa pengetahuan baru, maka selanjutnya sistem manajemen pengetahuan perlu diuji dengan cara memasukkan pengetahuan eksplisit yang merujuk pada dokumen dan/atau pengetahuan tersirat yang merujuk pada pengetahuan dari perekayasa sebagai knowledge worker di PTIP BPPT.
Waktu evaluasi dilakukan selama 90 hari setelah SMW+ dipasangkan dan perekayasa diberikan pelatihan penggunaan sistem. Pada 30 hari pertama, sistem manajemen pengetahuan masih berjalan dan berfungsi dengan baik. Evaluasi pada bulan pertama tersebut menunjukkan belum adanya perekaman pengetahuan baru pasca pelatihan. Namun dari pengamatan melalui ontology browser dapat diketahui bahwa beberapa perekayasa di PTIP BPPT mencoba untuk mengeksplorasi sistem yang diindikasikan dengan munculnya beberapa kelas dan properti baru dalam kolom kategori.
Kondisi ini menguatkan hasil analisis awal dengan menggunakan ITIL yang menunjukkan bahwa nilai nilai integrasi internal yang rendah berbanding lurus dengan kemampuan proses. Meskipun komitmen manajemen sangat tinggi untuk mendorong knowledge initiative melalui penggunaan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT, perekayasa masih belum bisa berpartisipasi aktif untuk merekam pengetahuan kedalam sistem.
Perekayasa mengalami kesulitan untk melakukan anotasi semantik terhadap dokumen perekayasaan yang mereka ekstrak secara manual kedalam sistem. Sangat besar kemungkinan bahwa belum adanya perekaman pengetahuan baru pada bulan pertama disebabkan belum terbiasanya perekayasa untuk melakukan anotasi pengetahuan secara manual.
33
pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dan disajikan pada Lampiran 3.
Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner pada Tabel 5 dibuat kesimpulan bahwa sistem manajemen pengetahuan yang dipasangkan di PTIP BPPT memberikan dampak positif untuk perekayasa karena memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set pengetahuan dalam perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
Tabel 5 Hasil evaluasi pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan
Skala yang digunakan pada pertanyaan adalah setuju (a), tidak setuju (b), dan tidak tahu (c). Sebanyak 7 pertanyaan dari 8 pertanyaan yang diberikan dijawab setuju (a) oleh responden perekayasa kecuali pertanyaan nomor 2. Pada pertanyaan nomor 2, ada 3 responden yang memberikan jawaban tidak tahu (c) yang artinya responden tidak dapat memutuskan apakah sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat meningkatkan produktifitas perekayasa. Munculnya jawaban tidak tahu dari ketiga responden kemungkinan disebabkan karena waktu dilakukannya survei terlalu pendek dan koleksi pengetahuan belum terlalu banyak sehingga pada saat dilakukan pencarian pengetahuan yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh. Namun 5 orang dari 8 orang pada pertanyaan nomor 2 atau 60% dari total populasi menjawab setuju, sehingga dapat dibuat kesimpulan bahwa jawaban tidak tahu tersebut dianggap tidak signifikan.
Pertanyaan Jawaban
Kesimpulan
Anotasi pengetahuan pada dokumen perekayasaan oleh seorang perekayasa akan memudahkan perekayasa lain dalam melakukan identifikasi, akuisisi, dan pembagian pakai (sharing) pengetahuan perekayasaan pipa apung. Perekayasa di PTIP BPPT mendapatkan manfaat dari pengetahuan perekayasa lain yang sudah lebih dahulu mengerjakan pekerjaan yang serupa di waktu sebelumnya. Retensi dari pengetahuan akan selalu relevan karena perekayasa di PTIP BPPT dapat melakukan pembaharuan pengetahuan pada suatu artikel yang sama.
Proses-proses manajemen pengetahuan telah diakomodasi dengan bantuan mesin Wiki yaitu Semantic Mediawiki dan Ekstensi Halo yang disebut dengan SMW+ untuk menangani ontologi pengetahuan yang ada di PTIP BPPT. SMW+ telah berhasil memenuhi proses knowledge creation, knowledge capture, knowledge sharing, dan knowledge transfer. Dengan menggunakan sistem manajemen pengetahuan yang berbasis ontologi, perekayasa di PTIP BPPT dapat ikut berperan dan menyumbangkan pengetahuaannya serta dapat menggunakan kembali pengetahuan yang tersimpan didalam repository.
35
Saran
Prototipe sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi di PTIP BPPT ini telah dapat diimplementasikan pada ketiga WBS yang terlibat, namun masih memerlukan penyempurnaan ontologi pengetahuan karena baru dapat memuat satu tema pengetahuan mengenai desain konstruksi pipa apung pada industri perminyakan. Pada sisi antarmuka sistem juga diperlukan perbaikan agar dapat secara sempurna mereplikasi alur pelaporan dokumen perekayasaan konvensional yang selama ini masih menggunakan dokumen kertas.
Pada pemanfaatan awal sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT belum digunakan secara intensif oleh perekayasa pipa apung, karena mereka harus bekerja dua kali untuk melakukan anotasi pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem manajemen pengetahuan selain harus membuat laporan perekayasaan secara tertulis. Hal ini merupakan tantangan untuk penelitan lebih lanjut untuk dapat menambahkan predictive annotation yang dapat secara otomatis menambahkan anotasi pada pengetahuan yang dimasukkan oleh perekayasa ke dalam sistem manajemen pengetahuan.
Peran serta manajemen dalam mendorong optimalisasi penggunaan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT yang bukan merupakan konsentrasi utama dari penelitian ini ternyata mempunyai peran penting, karena partisipasi perekayasa dalam menyumbangkan pengetahuan belum merupakan budaya kerja di PTIP BPPT.
Berkan RC. 2009. Everything to know about semantic technology. http://www.readwriteweb.com/archives/everything_to_know_about_semant ic_technology_at_semtech_09.php. [18 Jul 2010].
Bouthillier F, Shearer K. 2002. Understanding knowledge management and information management: the need for an empirical perspective.
Information Research 8(1).
[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. 2009. Petunjuk teknis jabatan fungsional perekayasa dan angka kreditnya.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Rancangan standar nasional indonesia pipa karet apung untuk mooring lepas pantai.
Cartlidge A et al. 2007. An introductory overview of ITIL v3. ITSMF.
Erdmann E, Hansch D. 2011. Business applications with SMW+, a semantic enterprise wiki. Ontoprise.
Grubber TR. 1993. Toward principles for the design of ontologies used for knowledge sharing. International Journal Human-Computer Studies 43(5-6).
Knublauch H, Fergerson RW, Noy NF, Musen MA. 2004. Protégé OWL plugin: an open development environment for semantic web applications. International Semantic Web Conference 2004. Hiroshima, 7-11 Nov 2004. Krötzsch M, Völkel M, Vrandecic D. 2006. Semantic Mediawiki. Proceedings of
the 5th International Conference on the Semantic Web. Atheros, Amerika Serikat, 5-9 Nov 2006. Springer. Hlm 229-243.
Kusumasari TF. 2008. Pembangunan knowledge base menuju knowledge management dengan menggunakan wiki pada PT Pupuk Kaltim [tesis]. Institut Teknologi Bandung.
37
Malhotra Y. 2005. Integrating knowledge management technologies in organizational business processes: getting real time enterprises to deliver real business performance. Journal of Knowledge Management 2005 9(1):7-28. Emerald Group Publishing Limited.
Nonaka I, Konno N. 1998. The concept of Ba: building a foundation for knowledge creation. California Management Review 40(3): 40-54.
Nur PLF. 2009. Pengembangan model knowledge management system pada lembaga riset: studi kasus Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
[skripsi]. Universitas Indonesia.
O’Leary DE. 1998. Enterprise knowledge management. IEEE Computer Society Press 31(3):54-61.
Park Y, Kim S. 2006. Knowledge management system for fourth generation R&D: Knowvation. Technovation 26(5-6):595-602.
Purwanta W. 2004. Kajian penerapan prinsip produksi bersih pada proses manufaktur pipa apung. Jurnal Teknologi Lingkungan 5(3):236-244.
Lampiran 1 Form Manajemen Konfigurasi Configuration Management
The scope of configuration management is assumed to include all
configuration items (CIs) used in the provision of live, operational services, as a
minimum set. Configuration management provides direct control over IT assets
and improves the ability of the service provider to deliver quality IT services in an
economic and effective manner. Configuration management should work closely
with change management. All components of the IT infrastructure should be
registered in the Configuration Management Database (CMDB). The
responsibilities of configuration management with regard to the CMDB are:
- Identification - Control
- Status accounting - Verification
The scope of configuration management is assumed to include:
- Physical client server hardware products and versions - Operating system software products and versions
- Application development software products and versions
- Technical architecture product sets and versions as they are defined and introduces
- Live documentation
- Networking products and versions
39
Lampiran 1 (Lanjutan)
ITIL Service Support Self Assesment: Configuration Management
Level 1: Pre-requisites
1. Are at least some configuration management activities established
within the organization, e.g. registering Configuration Items (CIs)
Yes
2. Have you identified some of the CI attributes, e.g. location, current
status, service component relationship?
Yes
3. Is there existing configuration data held in hard copy, local
spreadsheets or databases?
Yes
4. Is there a high level configuration management plan? No
Level 1.5 : Management Intent
5. Has the purpose and benefits of configuration management been
disseminated within the organization?
Yes
6. Has the scope of configuration management activity been established
within the organization?
Yes
7. Is there a suitable budget for configuration management tools and a
commitment to resource configuration management activities?
Yes
8. Does the organization have procedures covering the registration of
CIs?
No
Level 2: Process Capability
9. Have responsibilities for various configuration management activities
been assigned?
Yes
10. Have configuration item naming conventions been agreed? Yes
11. Are there procedures for identifying, controlling, updating, auditing
and analyzing configuration item information?
No
12. Is configuration data routinely used in performing impact
assessments?
No
Lampiran 1 (Lanjutan)
14. Is configuration data used routinely when building or releasing new
CIs?
No
15 Are there procedures covering housekeeping, license management,
archiving and retention periods for Cis
No
16. For planned releases is the configuration baseline determined in
advance?
Yes
17. Are the configuration management activities reviewed on a regular
basis?
No
18. Are configuration audits performed on a regular basis? No
Level 2.5 : Internal Integration
19. Have measure been taken to avoid duplication and anomalies with CI
records
No
20. Is configuration data used routinely for capacity planning purposes,
e.g. to ascertain the actual growth of CIs within the organization?
No
21. Is there interface control between configuration management and
third parties?
No
22. Are there links and interfaces between configuration management and
other service management systems?
No
23. Do service support and service delivery personnel regularly retrieve
configuration data to facilitate their activities?
Yes
Level 3: Products
24. Are standard reports concerning CI information produced regularly? No
25. Is there a configuration management database? Yes
26. Are there controlled environments available within which CIs are
manipulated?
No
27. Are build and release schedules produced on the basis of the CI
records?
41
Lampiran 1 (Lanjutan) Level 3.5: Quality Control
28. Are the standards and other quality criteria applicable for the
registration of CIs made explicit and applied?
No
29. Are the personnel responsible for configuration management activities
suitably trained?
No
30. Does the organization set and review either targets or objectives for
configuration management?
Yes
31. Does the organization use any tools to support the configuration
management process?
Yes
Level 4: Management Information
32. Do you provide management with information concerning
configuration items affected by major changes?
Yes
33. Do you provide management with information concerning information
on the achievement of targets and objectives set for configuration
management?
Yes
34. Do you provide management with information concerning database
and record growth usage?
Yes
35. Do you provide management with information concerning exceptional
problems regarding specific CIs / types of CIs?
No
36. Do you provide management with information concerning non
conformance to standards?
No
Level 4.5: External Integration
37. Do you hold regular meetings with interested parties in which
configuration management matters are discussed?
No
38. Do you receive notification from or provide information to change
management relating to every CI to be changed or introduced?
No
39. Is information exchanged with release management in order to keep
the Definitive Software Library (DSL) consistent with the CMDB?
Lampiran 1 (Lanjutan)
40. Is configuration information made available to the Service Desk
regarding new CIs?
No
41. Does Configuration Management exchange information with Problem
Management concerning details of CIs relating to problem, suppliers,
customers and changes?
No
42. Does Configuration Management exchange information with Financial
Management for IT Services regarding new cost and charging codes and
other attributes?
No
43. Is configuration information made available to IT Service Continuity
Management regarding CIs and backup details and other security and
contingency matters?
No
44. Is configuration information made available to Capacity Management
concerning growth estimates based on the CMDB?
No
Level 5: Costumer Interface
45. Do you check with the customer that the activities performed by
Configuration Management adequately support their business needs?
No
46. Do you check with the customer that they are happy with the services
provided?
Yes
47. Are you actively monitoring trends in customer satisfaction? Yes
48. Are you feeding customer survey information into the service improvement
agenda?
No
49. Are you monitoring the customers value perception of the services provided
to them?
43
Lampiran 2 Form Manajemen Keberlangsungan Teknologi Informasi
IT Service Continuity Management
IT service continuity management (ITSCM) is concerned with the organization’s ability to continue to provide a pre-determined and agreed level of IT services to support the minimum business requirements following a business service interruption.
ITSCM is a vital subset of and provides support to the overall Business Continuity Management (BCM) process by ensuring that the required IT service/facilities (including computer systems, networks, applications, telecommunications, technical support and Service Desk) can be recovered within required and agreed business time scales.
The ITSCM process is based on the identification of the required minimum levels of business operation that are required following an incident and the necessary systems facilities and service requirements. It is driven by these business needs not by the perceived needs of the IT community and requires senior management commitment.
The process covers:
Risk/priority Analysis:
Examining the risks and threats to IS service, and the development of an IT risk reduction or mitigation program to deliver the continuity requirements necessary to provide the required level of business operation. The identification of business operational priorities influences the determination of critical services data and their relative priorities in the event of a contingency situation (e.g. disaster)
Planning for Contigency:
This covers the development, proving, sign-off and ongoing maintenance of plans to be invoked in the event of a range of contingency scenarios. The main product is a detailed set of contingency plans.
Risk Management:
Lampiran 2 (Lanjutan) Level 1: Pre-requisites
1. Are at least some IT service continuity activities established within the
organization e.g. business impact assessment, development of recovery
plans?
Yes
2. Have the minimum operational requirements been determined by the
business?
Yes
3. Has the organization developed a business continuity strategy? No
Level 1.5: Management Intent
4. Has the purpose and benefits of IT service continuity planning been
disseminated within the organization?
Yes
5. Is there senior management commitment for the implementation of IT
service continuity measures?
Yes
6. Has the scope of IT service continuity activity been determined-i.e.
identifying, prioritizing and documenting all business critical
processes?
Yes
7. Has a business impact analysis been carried out? No
8. Is there regular testing of the IT Service Continuity Management
procedures?
No
9. Are the necessary resources being made available for the complete
business continuity life-cycle stages through a strategic directive?
No
Level 2: Process Capability
10. Have responsibilities for IT service continuity activities been
assigned?
Yes
11. Have the minimum business critical requirements been determined
through business impact analysis?
No
12. Has a risk assessment been conducted? No
13. Is there an overall co-ordination plan for implementation, including,
damage assessment, salvage identification of vital records etc?
45
Lampiran 2 (Lanjutan)
14. Have the ITSCM components for business continuity been identified? No
15. Is there a check-list covering the specific actions required during all
stages of recovery of the system?
No
16. Is there a formal procedure for testing and reviewing contingency
plans?
No
17. Is there an IT risk reduction or mitigation program to implement
mechanisms in order to deliver the continuity requirements?
No
18. Is there a formal procedure for invoking recovery? Yes
19. Is guidance on the invocation process readily available including
details of associated action and decision points?
No
20. Has a crisis management team been established? No
Level 2.5: Internal Integration
21. Is ITSC management responsible for the completeness of the IT
contingency plans?
No
22. Do business continuity planners in form ITSC management of the
required service criticality / priority?
No
23. Are ITSCM plans regularly reviewed, and the procedures and
processes tested and updated where necessary?
No
24. Is there an established planning structure clearly identifying
responsibility for overall coordination of the recovery?
No
25. Are the technical activities necessary in order to invoke the
contingency measures fully documented, so that IT personnel can
undertake recovery actions?
Yes
Level 3: Products
26. Are reports concerning risk assessments and risk mitigation measure
produced regularly?
No
27. Does ITSC management produce report on alternative IT options that
would provide acceptable service levels for cost consideration?
Lampiran 2 (Lanjutan)
28. Are formal Requests for change issued in order to amend ITSCM
arrangements?
No
Level 3.5: Quality Control
29. Are the standards and other quality criteria for ITSCM made explicit
and applied?
No
30. Are the personnel responsible for ITSCM activities suitably trained? No
31. Does the organization set and review either targets or objectives for
ITSCM?
Yes
32. Does the organization use any tools or proprietary methods for
conducting risk assessments and/or keeping the IT contingency plans
up-to-date?
No
Level 4: Management Information
33. Does ITSC management provide information concerning areas and
nature of vulnerability to the continuation of business operations?
Yes
34. Does ITSC management provide information concerning IT
contingency planning options?
No
35. Does ITSC management provide information concerning the IT
contingency plans?
Yes
36. Does ITSC management provide information concerning changes to
the IT contingency plans?
No
37. Does ITSC management provide information concerning verification
tests of recovery plans?
No
38. Does ITSC management provide information concerning risk
mitigation
( source and nature of risk, proportion avoided/reduced )
Yes
39. Does ITSC management provide information concerning effectiveness
of business continuity strategy?
47
Lampiran 2 (Lanjutan) Level 4.5: External Integration
40. Are regular meetings held with business continuity planners (BCM)? Yes
41. Does ITSC management exchange information with availability
management for risk mitigation?
Yes
42. Does ITSC management exchange information with availability
management for testing availability management components of the
plan, including operating level agreements / support contacts?
No
43. Does ITSC management exchange information with Change
Management for consideration of changes which may affect the
currency and accuracy of IT Continuity Plans?
No
44. Does ITSC management exchange information with Change
Management for assessment of proposed changes and actions