• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ontology based knowledge management system for floating pipe engineering (Case study at the Agency for Assessment and Application of Technology - BPPT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ontology based knowledge management system for floating pipe engineering (Case study at the Agency for Assessment and Application of Technology - BPPT)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

SIS

ON

STEM MA

NTOLOG

DI BAD

IN

ANAJEM

GI PADA

DAN PENG

T

SUPR

SEKOLA

NSTITUT

MEN PEN

PEREKA

GKAJIA

TEKNOL

RIANA SU

AH PASC

T PERTA

BOGO

2012

NGETAHU

AYASAA

N DAN P

LOGI

UWANDA

CASARJA

ANIAN BO

OR

2

UAN BER

AN PIPA A

PENERAP

A

ANA

OGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi pada Pererakayaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diterbitkan dalam bentuk apa pun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(3)

Engineering (Case Study at the Agency for Assessment and Application of Technology - BPPT) Under direction of YENI HERDIYENI and AHMAD RIDHA

This research proposes a model of specifications for ontology-based Knowledge Management System (KMS) for floating pipe engineering case study at the Agency for Assessment and Application of Technology (BPPT).The ontology is used as a basis for floating pipe engineering knowledge representation and will be managed through ontology browser. KMS is applied as a system that manages the knowledge assets of an organization. KMS is built to support the identification, acquisition, development, sharing, distribution, utilization, and retention of knowledge on a particular ontology. The research methodology consists of information technology infrastructure evaluation: analysis, design, development, installation, and evaluation of KMS. Unified Modeling Language (UML) knowledge ontology model is attached to the Semantic Media Wiki software bundled with Halo Extension. The evaluation result shows that deployed KMS can assist knowledge management in PTIP BPPT to facilitate learning process and decision-making based on the most efficient and effective methods in the floating pipe engineering.

(4)

RINGKASAN

SUWANDA. Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi Pada Perekayasaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Dibimbing oleh YENI HERDIYENI dan AHMAD RIDHA

Perekayasaan pipa apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bertujuan untuk menyediakan produk substitusi impor pipa apung sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor dan menghemat devisa negara. Perekayasaan pipa apung melibatkan perekayasa dengan berbagai disiplin ilmu, beragam pengalaman, bekerja secara matriks, dan tersebar di beberapa lokasi.

Kegiatan perekayasaan pipa apung menghasilkan prototipe dan dokumen perekayasaan. Prototipe dan dokumen perekayasaan pipa apung merupakan pengetahuan tasit dan eksplisit yang belum dikelola dengan baik di BPPT. Pengetahuan pada perekayasaan pipa apung bersifat spesifik dan kompleks sehingga perlu dikelola secara khusus. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengelola aset pengetahuan pada perekayasaan pipa apung adalah dengan menggunakan ontologi yang dipasangkan pada suatu antarmuka berupa Sistem Manajemen Pengetahuan (SMP).Diharapkan dengan telah dipasangkannya SMP, maka perekayasa dapat dengan mudah memperoleh metode yang paling efektif dan efisien (best practices) dalam kegiatan perekayasaan pipa apung.

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi infrastruktur teknologi informasi; analisis, perancangan, dan pengembangan SMP, pemasangan SMP, dan evaluasi SMP di Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT. Pembangunan SMP di PTIP BPPT dikonsentrasikan pada perancangan ontologi pengetahuan perekayasaan pipa apung. SMP itu sendiri diaplikasikan dengan menggunakan perangkat lunak commercial of the shelf (COTS) yang berupa Semantic Media Wiki dengan dipasangkan ekstensi Halo yang mendukung integrasi ontologi didalam SMP. Aset pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT tahun 2006 hingga 2010.

Berdasarkan evaluasi KMS yang dilakukan kepada beberapa responden perekayasa, dapat disimpulkan bahwa pemasangan SMP berbasis ontologi pada perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT telah mempermudah proses akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, penggunaan metode yang paling efektif dan efisien dari perekayasa lainnya.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB .

(6)

SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN BERBASIS

ONTOLOGI PADA PEREKAYASAAN PIPA APUNG

DI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN

TEKNOLOGI

SUPRIANA SUWANDA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Penelitian : Sistem Manajemen Pengetahuan Berbasis Ontologi Pada Perekayasaan Pipa Apung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Nama : Supriana Suwanda

NRP : G651080144

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom. Ahmad Ridha, S.Kom., MS.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Komputer Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat kelulusan Program Pascasarjana pada Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si M.Kom. selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan segenap bantuan dan bimbingan kepada penulis selama proses penelitian dan penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Ridha, S.Kom. MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran, koreksi, dan masukan kepada penulis. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Yani Nurhadryani, S.Si. MT. selaku penguji. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Drs. Mahendra A, M.Si. sebagai Insinyur Kepala pada Perekayasaan Pipa Apung di BPPT atas bantuan yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman angkatan IX Pascasarjana Ilmu Komputer, staf dan dosen Departemen Ilmu Komputer IPB atas persahabatan dan bantuannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan doanya. Terkhusus terima kasih penulis sampaikan kepada istri tercinta Dewi Habsari Budiarti, ST. MT.dan kedua putera dan puteri kami, Mikaila dan Gabriel, atas segala dukungan dan perhatian selama masa kuliah dan penelitian ini berlangsung.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi yang besar selama perkuliahan dan pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya.

Bogor, Agustus 2012

(10)

RIWAYAT HIDUP

(11)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Penelitian Terdahulu ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Ruang Lingkup ... 5

Rumusan Permasalahan ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Sistem Manajemen Pengetahuan ... 7

Perekayasaan Pipa Apung ... 8

Ontologi ... 9

Semantik ... 11

METODE PENELITIAN ... 15

Evaluasi Infrastruktur ... 16

Analisis, Perancangan, dan Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan . 17 Pemasangan Sistem Manajemen Pengetahuan ... 19

Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Analisis infrastruktur teknologi informasi... 21

Penyesuaian Manajemen Pengetahuan dengan Proses Bisnis ... 23

Infrastruktur Manajemen Pengetahuan... 23

Audit Aset Pengetahuan ... 24

Tim Manajemen Pengetahuan ... 26

Implementasi Sistem Manajemen Pengetahuan ... 28

Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan ... 32

(12)

Kesimpulan ... 34

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38

(13)

Halaman

1 Istilah-istilah pada kegiatan perekayasaan ... 8

2 Hasil analisis manajemen konfigurasi ... 21

3 Hasil analisis manajemen keberlangsungan teknologi informasi ... 22

4 Tim manajemen pengetahuan di BPPT ... 27

5 Hasil evaluasi pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan ... 33

(14)

DAFTAR GAMBAR

 

Halaman

1 Aplikasi pipa apung di lepas pantai Lawe-lawe Balikpapan ... 1

2 Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT ... 2

3 Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT ... 3

4 Model penciptaan pengetahuan yang dikenal sebagai model SECI ... 7

5 Pemodelan ontologi pengetahuan pada perekayasaan pipa apung ... 11

6 Contoh anotasi semantik pada artefak perekayasaan pipa apung ... 13

7 Arsitektur semantic Mediawiki ... 14

8 Tahap pengembangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ... 15

9 Skema pustaka infrastruktur teknologi informasi ... 16

10 Kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan PTIP BPPT ... 17

11 Diagram kelas utama pada ontologi perekayasaan pipa apung ... 19

12 Grafik hasil analisis manajemen konfigurasi ... 22

13 Grafik hasil analisis keberlangsungan teknologi informasi ... 22

14 Model penyesuaian manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ... 23

15 Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT ... 24

16 Aset pengetahuan dari alur dokumen perekayasaan pipa apung ... 25

17 Ontograf dari kegiatan perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT ... 26

18 Properti objek ontologi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT... 26

19 Proses impor format RDF/XML kedalam format OWL ... 28

20 Proses impor OWLberhasil dilakukan pada SMW+ ... 29

21 Ontologi pipa apung dapat diakses melalui ontology browser ... 29

22 Contoh anotasi pengetahuan pada artikel dengan semantic toolbar ... 30

23 Akuisisi pengetahuan melalui pemilahan kelas dan properti ontologi ... 31

(15)
(16)

Latar Bel Indo pemanfaat (Purwanta produk ka sepenuhny pipa apun setara den industri pe minyak at Gam Berd Pengkajian perekayas desain pro Indonesia. apung ya ketergantu Pere secara ma apung dib Package (

lakang

onesia adala tan karet a a 2004). H

aret impor ya diimpor ng di Indon

ngan 320 u erminyakan au sebalikn

mbar 1 Apl

dasarkan ko n dan Pene aan pipa a oses manuf . Sasaran k ang dapat m

ungan impo ekayasan pip atriks berda bagi kedala

(WP) sepert

PE

ah salah sat alam oleh i Hal ini me masih sang oleh Indon nesia pertah

unit pipa ap n untuk men nya.

ikasi pipa a

ondisi terse erapan Tekn apung. Pere faktur dan kegiatan ini memenuhi r dan meng pa apung d asarkan stru am beberapa ti diilustras

ENDAHU

tu penghasi industri hil enyebabkan gat tinggi. nesia adalah hun dapat m apung (BSN ngalirkan m

apung di lep

ebut, Pusat nologi (PTIP ekayasaan m

studi kelay adalah ters kebutuhan ghemat devi dilakukan ol uktur perek a Work Br sikan pada

ULUAN

il karet alam ir nasional n ketergant

Salah satu h pipa apun mencapai 12 N 2010). Pi minyak dari

pas pantai L

Teknologi P BPPT) se meliputi ka yakan pend sedianya pr dalam ne sa negara. leh kelompo kayasaan. K reakdown S

Gambar 2.

m terbesar d baru menc ungan Indo u produk ka

ng (Gamba 2 juta Dolla

ipa apung kapal tank

awe-lawe B

i Industri P ejak tahun 2 ajian pros

irian pabrik roduk subst

geri sehing

ok perekaya Kelompok p Structure (W Setiap WB

di dunia, n capai 14 p donesia terh

aret yang m ar 1). Kebu

ar Amerika digunakan ker ke pang

Balikpapan.

Proses di B 2006 melak ses vulkan k pipa apu titusi impor gga mengu

asa yang be perekayasa WBS) dan BS dan WP

(17)

periode tertentu menghasilkan laporan berupa dokumen perekayasaan yang terdiri atas lembar perintah, lembar kerja, lembar keputusan, catatan teknis, laporan teknis, memorandum teknis, dan dokumen teknis. Dokumen tersebut dikodifikasikan dalam suatu aturan tertentu berdasarkan WBS, WP, dan waktu dokumen dibuat.

Gambar 2 Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.

Kodifikasi tersebut tidak merefleksikan isi dokumen yang di dalamnya. Perekayasa pipa apung kesulitan untuk mengeksplorasi “metode yang paling efisien dan efektif” (best practices) dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sudah dilakukan perekayasa lain dari rangkaian perekayasaan pipa apung pada periode sebelumnya.

(18)

3

dilakukan oleh seorang perekayasa dapat dilakukan kembali oleh perekayasa yang lain. Hal ini disebabkan pembagian pakai (sharing) dokumen pengetahuan eksplisit tidak dikelola secara terpusat seperti diilustrasikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT.

(19)

sehingga memudahkan proses pembelajaran dan pengambilan keputusan berdasarkan best practices perekayasaan pipa apung.

Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan di Korea Selatan, para peneliti di bidang manajemen pengetahuan mencoba membuat kerangka kerja dan fungsi pengelolaan pengetahuan pada institusi riset yang memiliki keserupaan karakteristik proses bisnis dan alur dokumen dengan PTIP BPPT. Hasil dari penelitian tersebut diberi nama KNOWVATION, yaitu sebuah kerangka kerja yang memuat spesifikasi dan definisi pengetahuan di lembaga riset berbasiskan portofolio kegiatan riset (Park & Kim 2006). KNOWVATION dapat melakukan observasi pada tingkat makro dan mendukung pembuatan keputusan seperti alokasi sumber daya dan analisis dinamis.

Pengembangan model pengelolaan pengetahuan di BPPT sebelumnya sudah pernah dilakukan dengan mengelaborasikan portal Core SWED dan Wordpress sebagai middleware sistemnya (Nur 2009). Pada penelitian tersebut, ontologi pengetahuan dimodelkan berdasarkan alur perekayasaan secara umum sehingga belum dapat menjawab kompleksitas ontologi bidang teknologi yang dikaji dan diterapkan oleh BPPT secara spesifik. Pemilihan Wordpress yang merupakan blog sebagai antarmuka kolaboratif tidak cukup tepat untuk digunakan dalam pembagian pakai pengetahuan pada institusi riset seperti BPPT yang memiliki ratusan tema riset dan melibatkan perekayasa dalam jumlah yang besar.

Pemodelan basis pengetahuan dengan menggunakan Wiki pada industri proses yang menerapkan struktur sumber daya manusia berdasarkan klasifikasi fungsional seperti jabatan fungsional perekayasa di PTIP BPPT juga pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya di salah satu industri pupuk nasional (Kusumasari 2008).

(20)

5

dibangunnya sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi perekayasaan pipa apung ini dapat menjawab masalah pengelolaan pengetahuan di PTIP BPPT.

Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk memecahkan masalah representasi ontologi pengetahuan yang sesuai dengan proses bisnis perekayasaan pipa apung sehingga dapat memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set pengetahuan berdasarkan ontologi perekayasaan pipa apung.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari tesis ini adalah membangun sebuah sistem manajemen pengetahuan yang dapat memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set pengetahuan berdasarkan ontologi pengetahuan yang ada pada perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.

Manfaat Penelitian

Tesis ini diharapkan dapat memecahkan masalah manajemen pengetahuan di PTIP BPPT sehingga dapat memudahkan proses pembelajaran dan pengambilan keputusan berdasarkan best practices dalam perekayasaan pipa apung. Lebih spesifik, manfaat dari tesis ini adalah membentuk komunitas pengetahuan yang mengabaikan aspek geografi, mendukung inisiatif penyaluran data, sentralisasi data yang terpisah-pisah, meningkatkan efisiensi operasional, mendorong berlangsungnya proses penciptaan, pembagian pakai, penyaluran dan diseminasi pengetahuan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fitur semantik dan ontologi pengetahuan.

Ruang Lingkup

(21)

Rumusan Permasalahan

Pada saat tesis ini dibuat, PTIP BPPT dalam konteks inisiatif manajemen pengetahuan masih berada pada tahap awal dari pengembangan sistem manajemen pengetahuan yang meliputi sub komponen repository dan platform kolaborasi (Tiwana 2007).

1 Belum tersedianya suatu aturan pengumpulan, penyaringan, pengaturan, pengesahan, pemeliharaan, dan distribusi konten pengetahuan secara semantik. Kelemahan repository di PTIP BPPT ini sangat erat kaitannya dengan belum adanya ontologi pengetahuan formal dalam perekayasaan pipa apung.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Manajemen Pengetahuan

Sistem manajemen pengetahuan merupakan suatu sistem teknologi informasi dan komunikasi yang menggabungkan dan mengintegrasikan fungsi-fungsi penanganan pengetahuan eksplisit dan tersirat secara kontekstual di seluruh organisasi atau bagian dari organisasi yang ditargetkan oleh inisiatif manajemen pengetahuan (Maier 2007). Perbedaan definisi dari data, informasi, pengetahuan, dan kecerdasan menegaskan berbedanya domain yang dikelola diantara sistem manajemen pengetahuan dengan sistem manajemen informasi (Bouthillier & Shearer 2002).

Sistem manajemen pengetahuan memberikan layanan terintegrasi untuk menyebarkan instrumen manajemen pengetahuan pada jaringan partisipannya sepanjang siklus hidup pengetahuan berlangsung. Tujuan akhir dari sistem manajemen pengetahuan adalah untuk mendukung dinamika pembelajaran organisasi dan efektivitas organisasi.

Gambar 4 Model SECI pada penciptaan pengetahuan (Nonaka & Konno 1998)

(23)

pada Gambar 4 (Nonaka & Konno 1998). Sistem manajemen pengetahuan juga didefinisikan sebagai komponen teknologi yang memfasilitasi pengintegrasian, penerapan, dan manajemen pengetahuan (Tiwana 2007).

Perekayasaan Pipa Apung

Perekayasaan adalah sistem yang digunakan pada kegiatan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan rancang bangun. Perekayasaan ditujukan untuk menghasilkan sistem, model, nilai, produk, dan atau proses produksi dengan mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang dan atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya dan estetika, dalam suatu kelompok kerja fungsional. Pada Tabel 1 dijelaskan beberapa istilah perekayasaan pada buku petunjuk teknis jabatan fungsional perekayasa (BPPT 2009).

Tabel 1 Istilah-istilah pada kegiatan perekayasaan

Istilah Keterangan

Perekayasaan Kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan dan pengoperasian.

Perekayasa Perekayasa (Engineer) adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan perekayasaan dalam suatu kelompok kerja fungsional pada bidang penelitian terapan, pengembangan, perekayasaan, dan pengoperasian yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Organisasi Fungsional Perekayasaan

Organisasi Fungsional Kerekayasaan adalah organisasi yang dibentuk secara sementara (Ad Hoc) untuk pelaksanaan kegiatan kerekayasaan dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan tertentu. Dokumen

Perekayasaan

Dokumen perekayasaan adalah dokumen yang digunakan para perekayasa dalam organisasi fungsional kerekayasaan, meliputi: a. Lembar Kerja

(24)

9

Dokumen perekayasaan merupakan sumber pengetahuan utama yang menjadi masukan pada sistem manajemen pengetahuan. Pengetahuan yang terkandung pada setiap dokumen mempunyai karakteristik:

a Pengetahuan deklaratif yang meliputi konsep, kategori, definisi, dan asumsi. b Pengetahuan prosedural yang meliputi proses, rangkaian kegiatan dan aktivitas,

dan aksi.

c Pengetahuan kausal yang meliputi alasan keputusan, alasan keputusan penolakan atau alternatif, dan bagian informal yang berasosiasi.

d Konteks dari keadaan, asumsi, hasil dari asumsi, dan pengetahuan informal yang meliputi klip video, anotasi, catatan, dan pembicaraan.

Ontologi

Ontologi adalah suatu konseptualiasi yang dibagi pakai, mempunyai sifat formal dan spesifikasi yang eksplisit (Grubber 1993). Definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1 Konseptualisasi adalah model abstrak yang merupakan representasi dari sebuah domain atau fenomena yang memeriksa relevansi konsep domain atau fenomena tersebut terhadap pengguna ontologi.

2 Pembagian pakai (sharing) adalah acuan pada persyaratan konseptualisasi yang dibuat di dalam sebuah ontologi harus telah disetujui oleh kelompok personil yang akan menggunakan ontologi untuk pertukaran pengetahuan.

3 Sebuah ontologi disebut formal bila dapat dibaca oleh mesin.

4 Spesifikasi yang eksplisit artinya bahwa konsep, hubungan, dan batasan penggunaan konsep dirumuskan secara terbuka dan tidak menyerahkan interpretasi kepada pengguna ontologi.

(25)

dapat memfasilitasi penayangan, penyimpanan, komunikasi, dan penelusuran pengetahuan (O’Leary 1998).

Ontologi dapat juga didefinisikan sebagai suatu domain masalah yang menjelaskan entitas, properti dan relasi dari domain itu sendiri. Ontologi merepresentasikan struktur hirarki suatu pengetahuan tertentu dengan cara mengsubkategorikan pengetahuan tersebut berdasarkan nilai penentunya. Manfaat terbesar dari ontologi bukan pada aspek pemrosesan melainkan pada pembagian pakai (sharing) makna, pemunculan dan penemuan kesenjangan, dan untuk meningkatkan penyaluran pengetahuan tersirat. Pada ontologi berbasis komputer, domain pengetahuan yang formal dan terstruktur direpresentasikan dengan menggunakan UML atau bahasa berorientasi obyek seperti RDF, DAML, OWL, dan representasi lain yang dapat mendefinisikan obyek, properti, dan relasinya.

Contoh pemodelan ontologi dalam konteks perekayasaan dapat diilustrasikan pada Gambar 5 yang menjelaskan pengembangan ontologi berdasarkan artefak perekayasaan pipa apung. Pemodelan ontologi seperti ini akan diaplikasikan pada sistem manajemen pengetahuan perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.

 

(26)

11

Untuk pengerjaan pemodelan ontologi pipa apung dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak Protégé yang merupakan aplikasi sumber terbuka. Protégé adalah perangkat lunak untuk mengkonstruksikan ontologi yang dikembangkan oleh Stanford University (Knublauch et al. 2004). Ini merupakan penyunting ontologi yang dikenal handal dan memiliki plug in yang mendukung OWL. Fitur Protégé antara lain adalah dapat memanggil dan menyimpan ontologi OWL dan RDF, menyunting dan memvisualisasikan kelas OWL dan propertinya, menjelaskan karakteristik logical class sebagai ekspresi OWL, mengeksekusi DL classifier, dan menyunting OWL untuk markup web semantik.

Semantik

Semantik secara umum didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menganalisis makna kata, arti, perubahan arti suatu kata, lambang-lambang atau tanda yang menyatakan makna, dan hubungan antara makna dengan makna lain. Namun, dalam konteks teknologi informasi, tidak banyak ditemukan referensi yang memberikan definisi semantik secara jelas karena pada umumnya kata semantik langsung diasosiasikan dengan istilah semantic web.

Kata dasar semantik didefinisikan ulang berdasarkan aspek struktur data, morfologi, sintaks, dan statistik (Berkan 2009) sebagai berikut:

a Semantik bukan merupakan data yang disusun berdasarkan struktur tertentu, sehingga informasi yang diorganisasikan bukan merupakan informasi semantik.

b Semantik berbeda dengan morfologi linguistik. Sebagai ilustrasi, mesin pencarian yang diberikan daftar substitusi kata dapat mengenali frasa “10 teratas” sebagai “sepuluh teratas” atau membedakan kata “Ikan” dengan “ikan” berdasarkan perbedaan kapitalisasi hurufnya. Modus pencarian seperti dua contoh tersebut bukan merupakan fungsi semantik.

c Semantik berbeda dengan sintaks. Untuk menangani semantik dibutuhkan associative knowledge sedangkan pada sintaks cukup dibutuhkan kemampuan untuk menguraikan informasi yang ada.

(27)

memakan telur buaya sebelum matahari terbit.” Pernyataan tersebut dapat difahami oleh otak manusia meskipun kondisi tersebut belum pernah dilihat sebelumnya, namun tidak dapat dipenuhi oleh algoritme atau mesin komputer.

Untuk mencatatkan pengetahuan semantik ke dalam sistem manajemen pengetahuan dilakukan melalui proses anotasi. Anotasi semantik diilustrasikan pada Gambar 6 yang merupakan asosiasi artefak perekayasaan dengan domain ontologi yang dikembangkan. Dalam konteks perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT, artefak perekayasaan adalah pipa apung itu sendiri. Tesis ini akan mengusulkan suatu model ontologi pengetahuan yang berasosiasi dengan struktur pipa apung yang memenuhi standar industri perminyakan.

Gambar 6 Contoh anotasi semantik pada artefak perekayasaan pipa apung

Semantik Mediawiki

(28)

mengguna sederhana secara lan menggamb work". As

Wik komunika sebagai ta mengguga dan memp Sem yang suda dunia dan semantik semantik dengan M difahami semantik data kolab SMW salah satun akan brows a untuk mem ngsung. Wik barkan wik sal kata wiki ki menggun asi kelompo ambahan te ah penggun promosikan mantic Med ah dikenal n disunting pada Wiki yang tekn Mediawiki dan dieva (Gambar 7 boratif (Kröt

Gambar 7

W dapat di nya adalah

ser. Wiki m mbuat halam ki dikemban ki sebagai "

i sendiri ber nakan pend ok karena m erhadap kon na dalam p

komposisi diawiki (SM luas sebag secara kola ipedia dim nologinya t (MW) yan luasi oleh 7) yang mem

tzsch 2007)

Arsitektur

ipasangi ek ekstensi Ha

mendukung man baru da ngkan perta "the simples

rasal dari ba dekatan ya mengijinkan

nten itu sen enciptaan h konten oleh MW) merup gai sumber aboratif ole maksudkan u

tengah berk ng hanya m

komputer, mungkinka ).

r Semantic M

kstensi-ekste alo. Ekstens

hyperlink

an keterkait ama kali ole

st online da

ahasa Hawa ang tidak n kontribusi ndiri. Pende halaman ba h pengguna pakan peng pengetahua eh jutaan pe

untuk dapa kembang p mendukung SMW te an MW unt

Mediawiki

ensi yang m si ini merup

dan memil an dengan h eh Ward Cu atabase tha

aii yang arti umum dal organisasi ekatan ini aru, mendor non teknis. gembangan an ensiklop engguna. P at menanga pesat dewas g konten te lah menam tuk berfung (Krötzsch 2 mempunyai pakan suatu liki sintaks halaman int unningham at could pos

inya cepat. lam mekan

untuk disu dilakukan u rong demo . dari Wiki pedik terbes enambahan ani pengeta

sa ini. Be eks yang mbahkan an

gsi sebagai

2007).

i fungsi kh u tool yang

(29)

meningkatkan kemudahan penggunaan fitur SMW dan interoperabilitas terhadap konten yang kaya dengan semantik.

(30)

METODE PENELITIAN

[image:30.595.90.461.122.762.2]

Metode penelitian yang digunakan meliputi evaluasi infrastruktur; analisis, perancangan, dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan; pemasangan sistem manajemen pengetahuan; dan evaluasi sistem manajemen pengetahuan seperti diilustrasikan pada Gambar 8.

(31)

Evaluasi Infrastruktur

Evaluasi infrastruktur di PTIP BPPT meliputi analisis infrastruktur teknologi informasi dan penyesuaian manajemen pengetahuan dengan proses bisnis. Untuk menganalisis infrastruktur teknologi informasi akan digunakan sub komponen pustaka infrastruktur teknologi informasi atau Information Technology Infrastructure Library (ITIL). ITIL merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengidentifikasikan kesiapan infrastruktur teknologi informasi sebelum sistem manajemen pengetahuan diimplementasikan (Cartlidge et al. 2007).

[image:31.595.141.440.431.709.2]

Pada penelitian ini dipilih dua variabel uji untuk menganalisis infrastruktur di PTIP BPPT, yaitu manajemen konfigurasi dan keberlangsungan layanan teknlologi informasi. Hal ini dilakukan untuk mengukur komitmen manajemen PTIP BPPT dalam menerapkan sistem manajemen pengetahuan dan mengukur kesiapan infrastruktur teknologi informasi di PTIP BPPT. Bobot nilai variabel uji yang dihasilkan akan dibandingkan dengan parameter kesiapan infrastruktur teknologi informasi menurut standard ITIL. Posisi kedua variabel tersebut pada skema ITIL dapat diilustrasikan pada Gambar 9.

(32)

17

Tahap kedua dari evaluasi infrastruktur adalah penyesuaian manajemen pengetahuan dengan proses bisnis. Untuk menyesuaikan keduanya diperlukan suatu analisis yang dilakukan dengan cara menentukan kendali utama dari inisiatif manajemen pengetahuan di PTIP BPPT. Dua kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan dan proses bisnis (Gambar 10) harus ditentukan dengan cara memilih dua opsi di antara sistem TIK atau eksekusi strategis pada proses bisnis sebagai kendali utamanya (Malhotra 2005).

Sistem TIK

Data, Information, Models, Rules

Best Practices, Rules, Procedures

Pre-Defined Meanings & Action(s)

Dynamically Updated Outcomes

Business Environment

Organizational Inputs Computational

Inputs

Human and Machine Intelegence Mechanistic Information Processing

Attention/Motivation/Commitment/ Creativity/Innovation

UTILIZATION PERFORMANCE

PROCESSING OUTCOMES

TECHNOLOGY-PULL MODEL OF KM

DEPLOYMENT

INPUTS

[image:32.595.107.481.61.714.2]

Radical and Discontinuous Change

Gambar 10 Kandidat model penyesuaian manajemen pengetahuan PTIP BPPT.

Analisis, Perancangan, dan Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan

(33)

1 Memilih komponen teknologi informasi yang paling tepat untuk menemukan, membuat, merangkai, dan menerapkan pengetahuan dengan merujuk pada kondisi infrastruktur yang sudah berjalan di PTIP BPPT.

2 Mengoptimasikan pengelompokan obyek pengetahuan yang dapat direpresentasikan sebagai kelas, konsep, dan instance.

Setelah perancangan infrastrukur dilakukan dilanjutkan dengan proses audit aset pengetahuan yang merupakan tahap awal dari pembangunan ontologi pengetahuan dari perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT. Pada tahap ini mulai dilakukan pemetaan pengetahuan yang dapat membentuk informasi semantik. Untuk pengerjaan pemodelan ontologi pipa apung dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak Protégé yang merupakan aplikasi sumber terbuka.

Protégé adalah perangkat lunak untuk mengkonstruksikan ontologi yang dikembangkan oleh Stanford University. Ini merupakan penyunting ontologi yang dikenal handal dan memiliki plug in yang mendukung OWL. Fitur Protégé antara lain adalah dapat memanggil dan menyimpan ontologi OWL dan RDF, menyunting dan memvisualisasikan kelas OWL dan propertinya, menjelaskan karakteristik logical class sebagai ekspresi OWL, mengeksekusi DL classifier, dan menyunting OWL untuk markup web semantik.

Sebagai aktor dari pengembangan dan pelaksanaan dari sistem manajemen pengethuan diperlukan adanya perancangan tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT. Perancangan tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT meliputi tiga fokus yang mencakup tim, teknologi, dan organisasi.

Berdasarkan informasi hasil evaluasi, audit, dan pembentukan tim manajemen pengetahuan akan dilanjutkan dengan pembuatan cetak biru manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat dipecah menjadi beberapa sub komponen sebagai berikut:

1 Repository

(34)

19

[image:34.595.118.512.154.284.2]

Ontologi pengetahuan dalam perekayasaan pipa apung disimpan dan dikelola pada ruang penampungan yang struktur pengetahuannya dapat diilustasikan dalam diagram kelas utama ontologi berikut (Gambar 11).

Gambar 11 Diagram kelas utama pada ontologi perekayasaan pipa apung. 2 Platform kolaboratif

Platform yang mendukung pekerjaan terdistribusi dan meliputi pointer, basis data keahlian, pencarian lokasi ahli, dan kanal komunikasi informal.

3 Jaringan

Meliputi jaringan digital (intranet, ekstranet, ruang bagi pakai, dan jaringan fisik lainnya) dan sosial (komunitas, koalisi, dan asosiasi) yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan pembicaraan. Komponen jaringan tidak menjadi konsentrasi dari penelitian ini karena jaringan fisik di PTIP BPPT sudah terselenggara dan terhubung dengan baik.

4 Budaya

Komponen ini terkait dengan upaya manajemen dalam mendorong setiap perekayasa menggunakan repository, platform kolaboratif, dan jaringan untuk berbagi pengetahuan. Komponen budaya yang meliputi kepemimpinan dan struktur penghargaan tidak menjadi konsentrasi dari penelitian ini.

Pemasangan Sistem Manajemen Pengetahuan

(35)

Professional dan ditumpangi Debian 5.0 sebagai host untuk sistem manajemen pengetahuan yang dikembangkan.

Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Analisis Infrastruktur Teknologi Informasi

Pada penelitian ini telah digunakan dua variabel uji untuk menganalisis infrastruktur di PTIP BPPT dengan melakukan pengukuran terhadap dua sub komponen ITIL yang meliputi manajemen konfigurasi dan keberlangsungan layanan teknologi informasi.

Pengisian nilai variabel uji dilakukan dengan melakukan wawancara kepada Direktur PTIP BPPT selaku manajemen yang didampingi oleh staf teknologi informasi di PTIP BPPT. Pengukuran merujuk pada pertanyaan manajemen konfigurasi disajikan pada Lampiran 1 dan keberlangsungan teknologi informasi disajikan pada Lampiran 2.

Ambang bawah ITIL dijadikan referensi pembanding terhadap nilai pengukuran manajemen konfigurasi dan kesiapan infrastruktur teknologi informasi di PTIP BPPT. Tabel 2 menampilkan perbandingan dari 9 parameter nilai manajemen konfigurasi PTIP BPPT dan disajikan melalui grafik pada Gambar 12. Perbandingan nilai keberlangsungan teknologi informasi di PTIP BPPT disajikan pada Tabel 3 dan diilustrasikan melalui grafik pada Gambar 13.

Tabel 2 Hasil analisis manajemen konfigurasi

Nilai PTIP BPPT Ambang bawah ITIL

Kondisi awal 83 83

Komitmen manajemen 83 66

Kemampuan proses 52 80

Integrasi internal 12 62

Produk 16 66

Kendali mutu 33 83

Informasi manajemen 77 77

Integrasi eksternal 0 82

(37)

Tabel 3 Hasil analisis manajemen keberlangsungan teknologi informasi

Nilai PTIP BPPT Ambang bawah ITIL

Kondisi awal 75 75

Komitmen manajemen 70 80

Kemampuan proses 33 76

Integrasi internal 14 71

Produk 0 75

Kendali mutu 16 83

Informasi manajemen 72 81

Integrasi eksternal 51 88

Antarmuka pengguna 80 100

[image:37.595.107.515.91.714.2]

Gambar 12 Grafik hasil analisis manajemen konfigurasi.

Gambar 13 Grafik hasil analisis keberlangsungan teknologi informasi. 0

20 40 60 80 100 120

Nilai PTIP BPPT Ambang bawah ITIL

0 20 40 60 80 100 120

(38)

23

Berdasarkan sebaran nilai kedua grafik dapat ditemukan suatu fakta bahwa nilai kondisi awal dan komitmen manajemen memenuhi ambang bawah ITIL. Fakta ini mengindikasikan bahwa PTIP BPPT sudah siap dalam hal infrastruktur dan didukung oleh komitmen manajemen PTIP BPPT. Dalam konteks knowledge capturing, parameter rendahnya integrasi internal dan eksternal pada grafik mengindikasikan diperlukannya suatu sistem pengelolaan pengetahuan. Peningkatan kedua integrasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan process capability.

Penyesuaian Manajemen Pengetahuan dengan Proses Bisnis

Fakta berdasarkan analisis infrastruktur teknologi informasi tersebut menjadi rujukan dalam penelitian ini untuk melakukan penyesuaian manajemen pengetahuan dan proses bisnis dengan menggunakan model technology-pull. Pada kondisi ini sistem manajemen pengetahuan akan bersifat adaptif terhadap proses bisnis yang berkembang untuk mengakomodasi eksekusi strategis sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya penambahan atau modifikasi dari modul aplikasi sistem manajemen pengetahuan.

Sistem TIK Data, Information, Models, Rules Best Practices, Rules, Procedures Pre-Defined Meanings & Action(s) Dynamically Updated Outcomes Business Environment Organizational Inputs Computational Inputs

Human and Machine Intelegence Mechanistic Information Processing

Attention/Motivation/Commitment/ Creativity/Innovation

UTILIZATION PERFORMANCE

PROCESSING OUTCOMES

TECHNOLOGY-PULL MODEL OF KM

DEPLOYMENT

INPUTS

Radical and Discontinuous Change

Gambar 14 Model penyesuaian manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.

Infrastruktur Manajemen Pengetahuan

(39)

yang mendukung pemasangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT meliputi ketersediaan jaringan komputer, aplikasi pengolah kata, spreadsheet, dan aplikasi spesifik lainnya yang terkait dengan pengembangan pipa apung seperti pemodelan tiga dimensi dan simulasi fluida. Platform kolaboratif yang digunakan di PTIP BPPT adalah surat elektronik, dan sebuah komputer yang difungsikan untuk menampung softcopy dari dokumen perekayasaan pipa apung. Pengelompokan obyek pengetahuan di PTIP BPPT masih menggunakan penamaan folder berdasarkan kodifikasi dokumen perekayasaan. Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat diilustrasikan sebagai berikut (Gambar 15).

[image:39.595.100.513.61.663.2]

 

Gambar 15 Infrastruktur manajemen pengetahuan di PTIP BPPT.

Audit Aset Pengetahuan

(40)
[image:40.595.110.509.77.568.2]

25

(41)

Gamba

Gambar

Tim Man

Tim melibatkan administra

ar 17 Ontog

r 18 Prope

najemen Pe

m manajeme n knowledg ator staf tek

graf dari ke

rti obyek on

ngetahuan

n pengetahu ge worker p knologi info

egiatan perek

ntologi pere

huan di PTIP perekayasa ormasi.

kayasaan pi

ekayasaan p

P BPPT dij dan manaje

ipa apung d

pipa apung d

jelaskan pad emen PTIP,

di PTIP BPP

di PTIP BPP

ada Tabel 4 , dan know

PT.

PT.

(42)
[image:42.595.99.517.97.773.2]

27

Tabel 4 Tim manajemen pengetahuan di PTIP BPPT

Fokus Kelompok Peran Karakteristik

Tim Fungsional (seluruh perekayasa pada perekayasaan pipa apung) Menyiapkan materi fungsional, berpartisipasi pada tahap perancangan dan implementasi sistem manajemen pengetahuan.

Memahami proses kerja di bagiannya masing-masing, mempunyai kemampuan interpersonal, dan berkomitmen untuk keberhasilan sistem manajemen pengetahuan. Keuangan (manajer program) Menyiapkan materi manajemen proyek dan keuangan. Teknologi Peneliti sistem manajemen pengetahuan dan Staf teknologi informasi di PTIP BPPT. Menyiapkan teknologi informasi dan sistem manajemen pengetahuan Memahami teknologi informasi, pengembangan sistem manajemen pengetahuan, dan memberikan pelatihan pada perekayasa dalam penggunaan sistem. Organisasi Manajemen (direktur PTIP BPPT dan kepala bidang dibawahnya) Mendukung legitimasi inisiatif manajemen pengetahuan, berkomitmen dalam memfasilitasi sumberdaya yang dibutuhkan, dan

menularkan visi inisiatif manajemen pengetahuan kepada seluruh personil di PTIP BPPT.

Memahami manajemen, mempunyai

(43)

Implementasi Sistem Manajemen Pengetahuan

Sistem manajemen pengetahuan pada penelitian ini sejak awal tidak direncanakan untuk dibangun dari awal, namun merupakan pengembangan dan penyesuaian dari kerangka aplikasi yang sudah ada. Hal ini dilakukan karena konsentrasi utama dari penelitian ini adalah pada perancangan ontologi yang hasilnya akan ditumpangkan di atas lapisan aplikasi sistem manajemen pengetahuan. Kandidat hasil evaluasi infrastruktur dan analisis, perancangan, dan pengembangan sistem manajemen pengetahuan menjadi parameter dalam melakukan evaluasi aplikasi wiki yang mempunyai fitur semantik dan ontologi. Pemodelan pengetahuan yang sudah dikonstruksikan dipasangkan pada perangkat lunak dengan karakteristik kerangka kerja Commercial of the Shelf (COTS) Semantic Mediawiki yang dipasangi ekstensi Halo atau disebut dengan SMW+. SMW+ dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perubahan proses bisnis di PTIP BPPT. Ontologi kerekayasaan pipa apung dalam format OWL telah dibuat untuk mengakomodasi struktur pengetahuan yang akan diimpor dan diuji pada SMW+. Saat ini SMW+ baru dapat dimuati ontologi berbasis OWL yang prosesnya diilustrasikan pada Gambar 19.

 

Gambar 19 Proses impor format RDF/XML ke dalam format OWL.

(44)

G Seba dapat diak browser te properti da Gamba Peng pada kolo perekayas diilustrasik toolbar ya memudahk Gambar 20 agai param kses melalu ersebut dap ari perekaya

ar 21 Onto

getahuan di om penyunti a sebagai kan pada G ang sudah m

kan perekay

Proses Imp eter bahwa ui Ontology pat dilakuka asaan pipa a

ologi pipa ap

imasukkan o ingan artike

[image:44.595.120.487.87.261.2]

knowledge

Gambar 22. A mampu mem yasa dalam

por OWL be a impor ont

y Browser an eksplora apung. pung dapat oleh pereka el. Contoh e worker d

Anotasi dila mberikan p

melakukan

erhasil dilak tologi pipa diilustrasik asi dan mod

diakses me

ayasa pipa a artikel yang dari sistem akukan den prediksi inp anotasi pen kukan pada apung dala kan pada G difikasi kela

lalui Ontolo

apung melal g berhasil d m manajem

gan menggu ut kelas dan ngetahuan.

SMW+. am format O Gambar 21.

as, instance

ogy Browse

lui halaman dimasukkan men pengeta unakan sem an properti u

29

OWL Pada e, dan

[image:44.595.110.499.88.735.2] [image:44.595.109.508.377.612.2]
(45)
[image:45.595.107.511.63.774.2]

Gambar Ano akan mem

22 Contoh otasi penget mudahkan p

h anotasi pe ahuan pada perekayasa

engetahuan p a dokumen

lain dalam

pada artikel perekayasa m melakukan

l dengan sem an oleh seo n identifika

mantic tool

orang perek asi, akuisisi

bar.

(46)
[image:46.595.106.486.81.774.2]

pembagian PTIP BPP lebih dahu dari peng melakukan Den memungk pemilahan diilustrasik penurunan Gambar 2

n pakai (sh PT mendapa ulu mengerj etahuan ak n pembahar ngan meng kinkan perek

n kelas, p kan proses n volume pi

23 Akuisisi

aring) peng atkan manfa rjakan peker kan selalu r

ruan penget ggunakan kayasa untu

roperti, da pencarian pa apung pa

i pengetahu

getahuan pe faat dari pen

rjaan yang relevan kar tahuan pada ontologi uk melakuka an instance

pengetahu ada empat u

uan melalui

erekayasaan ngetahuan p

serupa di w rena pereka a suatu artik perekayas an pencaria e melalui uan untuk m

uji coba lap

pemilahan

n pipa apung perekayasa

waktu sebe ayasa di PT

el yang sam saan pipa an pengetah query. Pa mengetahui angan pipa

kelas dan p

(47)

Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan

Setelah ontologi dalam format OWL berhasil diimpor dan dilakukan perekaman beberapa pengetahuan baru, maka selanjutnya sistem manajemen pengetahuan perlu diuji dengan cara memasukkan pengetahuan eksplisit yang merujuk pada dokumen dan/atau pengetahuan tersirat yang merujuk pada pengetahuan dari perekayasa sebagai knowledge worker di PTIP BPPT.

Waktu evaluasi dilakukan selama 90 hari setelah SMW+ dipasangkan dan perekayasa diberikan pelatihan penggunaan sistem. Pada 30 hari pertama, sistem manajemen pengetahuan masih berjalan dan berfungsi dengan baik. Evaluasi pada bulan pertama tersebut menunjukkan belum adanya perekaman pengetahuan baru pasca pelatihan. Namun dari pengamatan melalui ontology browser dapat diketahui bahwa beberapa perekayasa di PTIP BPPT mencoba untuk mengeksplorasi sistem yang diindikasikan dengan munculnya beberapa kelas dan properti baru dalam kolom kategori.

Kondisi ini menguatkan hasil analisis awal dengan menggunakan ITIL yang menunjukkan bahwa nilai nilai integrasi internal yang rendah berbanding lurus dengan kemampuan proses. Meskipun komitmen manajemen sangat tinggi untuk mendorong knowledge initiative melalui penggunaan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT, perekayasa masih belum bisa berpartisipasi aktif untuk merekam pengetahuan kedalam sistem.

Perekayasa mengalami kesulitan untk melakukan anotasi semantik terhadap dokumen perekayasaan yang mereka ekstrak secara manual kedalam sistem. Sangat besar kemungkinan bahwa belum adanya perekaman pengetahuan baru pada bulan pertama disebabkan belum terbiasanya perekayasa untuk melakukan anotasi pengetahuan secara manual.

(48)

33

pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dan disajikan pada Lampiran 3.

Berdasarkan jawaban responden terhadap kuesioner pada Tabel 5 dibuat kesimpulan bahwa sistem manajemen pengetahuan yang dipasangkan di PTIP BPPT memberikan dampak positif untuk perekayasa karena memudahkan proses identifikasi, akuisisi, pengembangan, pembagian pakai, distribusi, pemanfaatan, dan retensi set pengetahuan dalam perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.

Tabel 5 Hasil evaluasi pasca pemasangan sistem manajemen pengetahuan

Skala yang digunakan pada pertanyaan adalah setuju (a), tidak setuju (b), dan tidak tahu (c). Sebanyak 7 pertanyaan dari 8 pertanyaan yang diberikan dijawab setuju (a) oleh responden perekayasa kecuali pertanyaan nomor 2. Pada pertanyaan nomor 2, ada 3 responden yang memberikan jawaban tidak tahu (c) yang artinya responden tidak dapat memutuskan apakah sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT dapat meningkatkan produktifitas perekayasa. Munculnya jawaban tidak tahu dari ketiga responden kemungkinan disebabkan karena waktu dilakukannya survei terlalu pendek dan koleksi pengetahuan belum terlalu banyak sehingga pada saat dilakukan pencarian pengetahuan yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh. Namun 5 orang dari 8 orang pada pertanyaan nomor 2 atau 60% dari total populasi menjawab setuju, sehingga dapat dibuat kesimpulan bahwa jawaban tidak tahu tersebut dianggap tidak signifikan.

Pertanyaan Jawaban

(49)

Kesimpulan

Anotasi pengetahuan pada dokumen perekayasaan oleh seorang perekayasa akan memudahkan perekayasa lain dalam melakukan identifikasi, akuisisi, dan pembagian pakai (sharing) pengetahuan perekayasaan pipa apung. Perekayasa di PTIP BPPT mendapatkan manfaat dari pengetahuan perekayasa lain yang sudah lebih dahulu mengerjakan pekerjaan yang serupa di waktu sebelumnya. Retensi dari pengetahuan akan selalu relevan karena perekayasa di PTIP BPPT dapat melakukan pembaharuan pengetahuan pada suatu artikel yang sama.

Proses-proses manajemen pengetahuan telah diakomodasi dengan bantuan mesin Wiki yaitu Semantic Mediawiki dan Ekstensi Halo yang disebut dengan SMW+ untuk menangani ontologi pengetahuan yang ada di PTIP BPPT. SMW+ telah berhasil memenuhi proses knowledge creation, knowledge capture, knowledge sharing, dan knowledge transfer. Dengan menggunakan sistem manajemen pengetahuan yang berbasis ontologi, perekayasa di PTIP BPPT dapat ikut berperan dan menyumbangkan pengetahuaannya serta dapat menggunakan kembali pengetahuan yang tersimpan didalam repository.

(50)

35

Saran

Prototipe sistem manajemen pengetahuan berbasis ontologi di PTIP BPPT ini telah dapat diimplementasikan pada ketiga WBS yang terlibat, namun masih memerlukan penyempurnaan ontologi pengetahuan karena baru dapat memuat satu tema pengetahuan mengenai desain konstruksi pipa apung pada industri perminyakan. Pada sisi antarmuka sistem juga diperlukan perbaikan agar dapat secara sempurna mereplikasi alur pelaporan dokumen perekayasaan konvensional yang selama ini masih menggunakan dokumen kertas.

Pada pemanfaatan awal sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT belum digunakan secara intensif oleh perekayasa pipa apung, karena mereka harus bekerja dua kali untuk melakukan anotasi pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem manajemen pengetahuan selain harus membuat laporan perekayasaan secara tertulis. Hal ini merupakan tantangan untuk penelitan lebih lanjut untuk dapat menambahkan predictive annotation yang dapat secara otomatis menambahkan anotasi pada pengetahuan yang dimasukkan oleh perekayasa ke dalam sistem manajemen pengetahuan.

Peran serta manajemen dalam mendorong optimalisasi penggunaan sistem manajemen pengetahuan di PTIP BPPT yang bukan merupakan konsentrasi utama dari penelitian ini ternyata mempunyai peran penting, karena partisipasi perekayasa dalam menyumbangkan pengetahuan belum merupakan budaya kerja di PTIP BPPT.

(51)

Berkan RC. 2009. Everything to know about semantic technology. http://www.readwriteweb.com/archives/everything_to_know_about_semant ic_technology_at_semtech_09.php. [18 Jul 2010].

Bouthillier F, Shearer K. 2002. Understanding knowledge management and information management: the need for an empirical perspective.

Information Research 8(1).

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. 2009. Petunjuk teknis jabatan fungsional perekayasa dan angka kreditnya.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Rancangan standar nasional indonesia pipa karet apung untuk mooring lepas pantai.

Cartlidge A et al. 2007. An introductory overview of ITIL v3. ITSMF.

Erdmann E, Hansch D. 2011. Business applications with SMW+, a semantic enterprise wiki. Ontoprise.

Grubber TR. 1993. Toward principles for the design of ontologies used for knowledge sharing. International Journal Human-Computer Studies 43(5-6).

Knublauch H, Fergerson RW, Noy NF, Musen MA. 2004. Protégé OWL plugin: an open development environment for semantic web applications. International Semantic Web Conference 2004. Hiroshima, 7-11 Nov 2004. Krötzsch M, Völkel M, Vrandecic D. 2006. Semantic Mediawiki. Proceedings of

the 5th International Conference on the Semantic Web. Atheros, Amerika Serikat, 5-9 Nov 2006. Springer. Hlm 229-243.

Kusumasari TF. 2008. Pembangunan knowledge base menuju knowledge management dengan menggunakan wiki pada PT Pupuk Kaltim [tesis]. Institut Teknologi Bandung.

(52)

37

Malhotra Y. 2005. Integrating knowledge management technologies in organizational business processes: getting real time enterprises to deliver real business performance. Journal of Knowledge Management 2005 9(1):7-28. Emerald Group Publishing Limited.

Nonaka I, Konno N. 1998. The concept of Ba: building a foundation for knowledge creation. California Management Review 40(3): 40-54.

Nur PLF. 2009. Pengembangan model knowledge management system pada lembaga riset: studi kasus Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

[skripsi]. Universitas Indonesia.

O’Leary DE. 1998. Enterprise knowledge management. IEEE Computer Society Press 31(3):54-61.

Park Y, Kim S. 2006. Knowledge management system for fourth generation R&D: Knowvation. Technovation 26(5-6):595-602.

Purwanta W. 2004. Kajian penerapan prinsip produksi bersih pada proses manufaktur pipa apung. Jurnal Teknologi Lingkungan 5(3):236-244.

(53)

Lampiran 1 Form Manajemen Konfigurasi  Configuration Management

The scope of configuration management is assumed to include all

configuration items (CIs) used in the provision of live, operational services, as a

minimum set. Configuration management provides direct control over IT assets

and improves the ability of the service provider to deliver quality IT services in an

economic and effective manner. Configuration management should work closely

with change management. All components of the IT infrastructure should be

registered in the Configuration Management Database (CMDB). The

responsibilities of configuration management with regard to the CMDB are:

- Identification - Control

- Status accounting - Verification

The scope of configuration management is assumed to include:

- Physical client server hardware products and versions - Operating system software products and versions

- Application development software products and versions

- Technical architecture product sets and versions as they are defined and introduces

- Live documentation

- Networking products and versions

(54)

39

Lampiran 1 (Lanjutan)

ITIL Service Support Self Assesment: Configuration Management

Level 1: Pre-requisites

1. Are at least some configuration management activities established

within the organization, e.g. registering Configuration Items (CIs)

Yes

2. Have you identified some of the CI attributes, e.g. location, current

status, service component relationship?

Yes

3. Is there existing configuration data held in hard copy, local

spreadsheets or databases?

Yes

4. Is there a high level configuration management plan? No

Level 1.5 : Management Intent

5. Has the purpose and benefits of configuration management been

disseminated within the organization?

Yes

6. Has the scope of configuration management activity been established

within the organization?

Yes

7. Is there a suitable budget for configuration management tools and a

commitment to resource configuration management activities?

Yes

8. Does the organization have procedures covering the registration of

CIs?

No

Level 2: Process Capability

9. Have responsibilities for various configuration management activities

been assigned?

Yes

10. Have configuration item naming conventions been agreed? Yes

11. Are there procedures for identifying, controlling, updating, auditing

and analyzing configuration item information?

No

12. Is configuration data routinely used in performing impact

assessments?

No

(55)

Lampiran 1 (Lanjutan)

14. Is configuration data used routinely when building or releasing new

CIs?

No

15 Are there procedures covering housekeeping, license management,

archiving and retention periods for Cis

No

16. For planned releases is the configuration baseline determined in

advance?

Yes

17. Are the configuration management activities reviewed on a regular

basis?

No

18. Are configuration audits performed on a regular basis? No

Level 2.5 : Internal Integration

19. Have measure been taken to avoid duplication and anomalies with CI

records

No

20. Is configuration data used routinely for capacity planning purposes,

e.g. to ascertain the actual growth of CIs within the organization?

No

21. Is there interface control between configuration management and

third parties?

No

22. Are there links and interfaces between configuration management and

other service management systems?

No

23. Do service support and service delivery personnel regularly retrieve

configuration data to facilitate their activities?

Yes

Level 3: Products

24. Are standard reports concerning CI information produced regularly? No

25. Is there a configuration management database? Yes

26. Are there controlled environments available within which CIs are

manipulated?

No

27. Are build and release schedules produced on the basis of the CI

records?

(56)

41

Lampiran 1 (Lanjutan) Level 3.5: Quality Control

28. Are the standards and other quality criteria applicable for the

registration of CIs made explicit and applied?

No

29. Are the personnel responsible for configuration management activities

suitably trained?

No

30. Does the organization set and review either targets or objectives for

configuration management?

Yes

31. Does the organization use any tools to support the configuration

management process?

Yes

Level 4: Management Information

32. Do you provide management with information concerning

configuration items affected by major changes?

Yes

33. Do you provide management with information concerning information

on the achievement of targets and objectives set for configuration

management?

Yes

34. Do you provide management with information concerning database

and record growth usage?

Yes

35. Do you provide management with information concerning exceptional

problems regarding specific CIs / types of CIs?

No

36. Do you provide management with information concerning non

conformance to standards?

No

Level 4.5: External Integration

37. Do you hold regular meetings with interested parties in which

configuration management matters are discussed?

No

38. Do you receive notification from or provide information to change

management relating to every CI to be changed or introduced?

No

39. Is information exchanged with release management in order to keep

the Definitive Software Library (DSL) consistent with the CMDB?

(57)

Lampiran 1 (Lanjutan)

40. Is configuration information made available to the Service Desk

regarding new CIs?

No

41. Does Configuration Management exchange information with Problem

Management concerning details of CIs relating to problem, suppliers,

customers and changes?

No

42. Does Configuration Management exchange information with Financial

Management for IT Services regarding new cost and charging codes and

other attributes?

No

43. Is configuration information made available to IT Service Continuity

Management regarding CIs and backup details and other security and

contingency matters?

No

44. Is configuration information made available to Capacity Management

concerning growth estimates based on the CMDB?

No

Level 5: Costumer Interface

45. Do you check with the customer that the activities performed by

Configuration Management adequately support their business needs?

No

46. Do you check with the customer that they are happy with the services

provided?

Yes

47. Are you actively monitoring trends in customer satisfaction? Yes

48. Are you feeding customer survey information into the service improvement

agenda?

No

49. Are you monitoring the customers value perception of the services provided

to them?

(58)

43

Lampiran 2 Form Manajemen Keberlangsungan Teknologi Informasi

IT Service Continuity Management

IT service continuity management (ITSCM) is concerned with the organization’s ability to continue to provide a pre-determined and agreed level of IT services to support the minimum business requirements following a business service interruption.

ITSCM is a vital subset of and provides support to the overall Business Continuity Management (BCM) process by ensuring that the required IT service/facilities (including computer systems, networks, applications, telecommunications, technical support and Service Desk) can be recovered within required and agreed business time scales.

The ITSCM process is based on the identification of the required minimum levels of business operation that are required following an incident and the necessary systems facilities and service requirements. It is driven by these business needs not by the perceived needs of the IT community and requires senior management commitment.

The process covers:

Risk/priority Analysis:

Examining the risks and threats to IS service, and the development of an IT risk reduction or mitigation program to deliver the continuity requirements necessary to provide the required level of business operation. The identification of business operational priorities influences the determination of critical services data and their relative priorities in the event of a contingency situation (e.g. disaster)

Planning for Contigency:

This covers the development, proving, sign-off and ongoing maintenance of plans to be invoked in the event of a range of contingency scenarios. The main product is a detailed set of contingency plans.

Risk Management:

(59)

Lampiran 2 (Lanjutan) Level 1: Pre-requisites

1. Are at least some IT service continuity activities established within the

organization e.g. business impact assessment, development of recovery

plans?

Yes

2. Have the minimum operational requirements been determined by the

business?

Yes

3. Has the organization developed a business continuity strategy? No

Level 1.5: Management Intent

4. Has the purpose and benefits of IT service continuity planning been

disseminated within the organization?

Yes

5. Is there senior management commitment for the implementation of IT

service continuity measures?

Yes

6. Has the scope of IT service continuity activity been determined-i.e.

identifying, prioritizing and documenting all business critical

processes?

Yes

7. Has a business impact analysis been carried out? No

8. Is there regular testing of the IT Service Continuity Management

procedures?

No

9. Are the necessary resources being made available for the complete

business continuity life-cycle stages through a strategic directive?

No

Level 2: Process Capability

10. Have responsibilities for IT service continuity activities been

assigned?

Yes

11. Have the minimum business critical requirements been determined

through business impact analysis?

No

12. Has a risk assessment been conducted? No

13. Is there an overall co-ordination plan for implementation, including,

damage assessment, salvage identification of vital records etc?

(60)

45

Lampiran 2 (Lanjutan) 

14. Have the ITSCM components for business continuity been identified? No

15. Is there a check-list covering the specific actions required during all

stages of recovery of the system?

No

16. Is there a formal procedure for testing and reviewing contingency

plans?

No

17. Is there an IT risk reduction or mitigation program to implement

mechanisms in order to deliver the continuity requirements?

No

18. Is there a formal procedure for invoking recovery? Yes

19. Is guidance on the invocation process readily available including

details of associated action and decision points?

No

20. Has a crisis management team been established? No

Level 2.5: Internal Integration

21. Is ITSC management responsible for the completeness of the IT

contingency plans?

No

22. Do business continuity planners in form ITSC management of the

required service criticality / priority?

No

23. Are ITSCM plans regularly reviewed, and the procedures and

processes tested and updated where necessary?

No

24. Is there an established planning structure clearly identifying

responsibility for overall coordination of the recovery?

No

25. Are the technical activities necessary in order to invoke the

contingency measures fully documented, so that IT personnel can

undertake recovery actions?

Yes

Level 3: Products

26. Are reports concerning risk assessments and risk mitigation measure

produced regularly?

No

27. Does ITSC management produce report on alternative IT options that

would provide acceptable service levels for cost consideration?

(61)

Lampiran 2 (Lanjutan) 

28. Are formal Requests for change issued in order to amend ITSCM

arrangements?

No

Level 3.5: Quality Control

29. Are the standards and other quality criteria for ITSCM made explicit

and applied?

No

30. Are the personnel responsible for ITSCM activities suitably trained? No

31. Does the organization set and review either targets or objectives for

ITSCM?

Yes

32. Does the organization use any tools or proprietary methods for

conducting risk assessments and/or keeping the IT contingency plans

up-to-date?

No

Level 4: Management Information

33. Does ITSC management provide information concerning areas and

nature of vulnerability to the continuation of business operations?

Yes

34. Does ITSC management provide information concerning IT

contingency planning options?

No

35. Does ITSC management provide information concerning the IT

contingency plans?

Yes

36. Does ITSC management provide information concerning changes to

the IT contingency plans?

No

37. Does ITSC management provide information concerning verification

tests of recovery plans?

No

38. Does ITSC management provide information concerning risk

mitigation

( source and nature of risk, proportion avoided/reduced )

Yes

39. Does ITSC management provide information concerning effectiveness

of business continuity strategy?

(62)

47

Lampiran 2 (Lanjutan) Level 4.5: External Integration

40. Are regular meetings held with business continuity planners (BCM)? Yes

41. Does ITSC management exchange information with availability

management for risk mitigation?

Yes

42. Does ITSC management exchange information with availability

management for testing availability management components of the

plan, including operating level agreements / support contacts?

No

43. Does ITSC management exchange information with Change

Management for consideration of changes which may affect the

currency and accuracy of IT Continuity Plans?

No

44. Does ITSC management exchange information with Change

Management for assessment of proposed changes and actions

Gambar

Gambar 2.Setiap WBBS dan WP
Gambar 2   Struktur organisasi perekayasaan pipa apung di PTIP BPPT.
Gambar 3   Kondisi pembagian pakai dokumen perekayasaan di PTIP BPPT.
Gambar 4   Model SECI pada penciptaan pengetahuan (Nonaka & Konno 1998)
+7

Referensi

Dokumen terkait