• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN

KAKI DIABETES DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU

KESDAM I/BB MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

AGUNG FADLY GUNAWAN

NIM 111121110

(2)

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Nama Mahasiswa : Agung Fadly Gunawan

NIM : 111121110

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Komplikasi kronik yang sering dialami penderita diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetika. Jika kondisinya tidak diperbaiki dapat memburuk menjadi gangrene. Perawatan kaki diabetes yang baik akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes akan berpengaruh terhadap perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan besar sampel 37 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengeksplorasi karakteristik demografik reponden dan bagian kedua mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 16,2% keluarga yang memiliki pengetahuan baik, sementara yang berpengetahuan kurang sebanyak 46,0%. Dari hasil penelitian disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat untuk dilakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik kepada keluarga penderita diabetes secara berkesinambungan.

(3)

Abstract

Chronic complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot ulcers. If the condition is not corrected can degenerate into gangrene. A regular diabetic foot care that will either prevent or reduce the occurrence of chronic complications in the feet. Family knowledge about diabetic foot care will affect the diabetic foot care on family members who suffer from diabetes mellitus. This study aims to describe the family knowledge about diabetic foot care in Putri Hijau Hospital Tk. II Kesdam I /BB Medan. The research design used in this study is descriptive. The sampling method used is total sampling with a sample size of 37 respondents. The data was collected using a questionnaire that consists of 2 parts. The first section explores the demographic characteristics of respondents and the second part identifies the family knowledge about diabetic foot care. The results showed that only 16.2 % of families who have a good knowledge, while the less knowledgeable as much as 46.0 %. From the results of the study suggested to the health workers, especially nurses to do health education on diabetic foot care to diabetics families on an ongoing basis.

(4)
(5)

RAKATA

Syukur alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu wa

Ta ala karena berkat rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulisan skripsi yang

berjudul Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di

Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dapat diselesaikan. Skripsi

ini ditulis terkait dengan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi

ini kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, bimbingan

dan semangat dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga skripsi ini

diselesaikan dengan baik.

3. Ibu Yesi Ariani S.Kep, Ns. M.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal.

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns. M.Kep., selaku penguji I, dan Bapak

Asrizal, S.Kep, Ns. WOC(ET)N selaku penguji II yang telah memberikan

(6)

6. Kolonel Ckm dr. Chairul Akmal, Sp.THT.MM selaku Direktur Rumah Sakit

Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah memberikan izin penelitian.

7. Ibu Deny Susanti S.Kep Ns dan Serma Syaiful, S.Kep, yang telah membantu

dan memudahkan dalam proses perizinan penelitian.

8. Ibu dan Ayah yang telah memberikan segalanya, dan seluruh keluarga yang

telah memberikan dukungan moril maupun doa restu.

9. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2011 dan 2012 Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan

bantuan dan dukungan.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta ala melimpahkan rahmatNya kepada

semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat nantinya bagi bidang ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2014

(7)

DTR

2.1.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan . 10

2.2.Konsep keluarga 11

2.3.6.Patogenesis kaki diabetes ... ... 19

2.3.7.Faktor resiko terjadinya kaki diabetes ... . 22 2.3.8.Perawatan kaki diabetes... ...31

4.3.Lokasi dan waktu penelitian . 38

4.4.Pertimbangan etik . 38

(8)

! "#"VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan... 49 6.2.Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA

(9)

% & 'TAR TABEL

()*)+), -)./ *012 -)./ *3/ 4/,5 6578/9) 65 :,) * 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111100 -)./ *;1<1< 35 6=95. >65 49/ ?>/, 65@), 8/9 6/,= ) 6/?)9 ) ?=/95 6=5?9/ 68 :, @/,@5

A>+ )BC ) ?5=- ?1DDE>=95(5 F)>G/ 6@)+DH IIJ / @),11111111111111111111KL -)./ *;1<121) 35 6=95. >65 49/ ?>/, 65 @), 8/9 6/,=) 6/ M)+.)9 ), 8/,M/= )B >),

?/ *>)9 M)=/,=), M8/9 )N)= ),?) ?5@5 )./=/ 6@5A>+ )BC )?5 =- ?1DD E>= 95(5F) >G/ 6 @)+DH IIJ/ @), 1 111111111111111111111111111 111111111111111111111111K< -)./ *;1<121. 35 6=95. >65 49/ ?>/, 65 @), 89/ 6/,=) 6/ M)+.)9 ), 8/,M/= )B >),

?/ *>)9 M) ./9@) 6)9?), 8/ 9=),O) ), =)B > @), = 5 @) ? = )B > =/,= ),M 8/9)N )=), ?) ?5 @5 ). /= /6 @5 A>+ )B C ) ?5 =-?1DDE>=95 (5 F) > G/6 @)+DH IIJ /@), 111111 1111111111111111111111111 111111111111111111111111111111111111111K2 -)./ *;1<121P 35 6=95. >65 @), 49/?> /, 65 M)+.)9), 8/, M/=)B >), ./9@) 6 )9?),

(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Kaki Diabetes di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

Nama Mahasiswa : Agung Fadly Gunawan

NIM : 111121110

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Komplikasi kronik yang sering dialami penderita diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetika. Jika kondisinya tidak diperbaiki dapat memburuk menjadi gangrene. Perawatan kaki diabetes yang baik akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes akan berpengaruh terhadap perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan besar sampel 37 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengeksplorasi karakteristik demografik reponden dan bagian kedua mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 16,2% keluarga yang memiliki pengetahuan baik, sementara yang berpengetahuan kurang sebanyak 46,0%. Dari hasil penelitian disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat untuk dilakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik kepada keluarga penderita diabetes secara berkesinambungan.

(11)

Abstract

Chronic complications that are often experienced by people with diabetes is diabetic foot ulcers. If the condition is not corrected can degenerate into gangrene. A regular diabetic foot care that will either prevent or reduce the occurrence of chronic complications in the feet. Family knowledge about diabetic foot care will affect the diabetic foot care on family members who suffer from diabetes mellitus. This study aims to describe the family knowledge about diabetic foot care in Putri Hijau Hospital Tk. II Kesdam I /BB Medan. The research design used in this study is descriptive. The sampling method used is total sampling with a sample size of 37 respondents. The data was collected using a questionnaire that consists of 2 parts. The first section explores the demographic characteristics of respondents and the second part identifies the family knowledge about diabetic foot care. The results showed that only 16.2 % of families who have a good knowledge, while the less knowledgeable as much as 46.0 %. From the results of the study suggested to the health workers, especially nurses to do health education on diabetic foot care to diabetics families on an ongoing basis.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan

menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik, yang disertai lesi pada membran basalis (Mansjoer, 1999).

Jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah

penderita DM akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta). Jumlah penderita DM tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta orang,

dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (Darmono, 2007).

Penderita DM terjadi gangguan berupa kerusakan sistem saraf, kerusakan sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf otonom dan kerusakan sistem saraf

(13)

dapat merasakan apa-apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya

penderita diabetes mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya, hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak

dirawat dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi borok/ulkus

(Soebardi, 2006).

Ulkus tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang apabila

tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat menyebabkan gangren, yang pada penderita DM disebut dengan gangren diabetik. Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi atau suatu proses

peradangan luka pada tahap lanjut yang disebabkan karena perubahan degeneratif atau perawatan yang kurang intensive, yang dikaitkan dengan penyakit DM. Infeksi pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang

yang umumnya dapat disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya aliran darah kedaerah luka (Erman, 1998).

Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus skaki diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk DM (Riyanto, 2007).

(14)

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) data pada tahun 2003,

masalah ulkus kaki diabetik merupakan masalah serius, sebagian besar penderia DM dirawat karena mengalami ulkus diabetik. Akibat dari masalah ulkus

diabetik angka amputasi masih cukup tinggi, yaitu sebesar 23,5%. Penderita DM paska amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (Waspadji, 2006).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, prosentase pasien DM rawat inap periode

Januari sampai Maret 2012 dengan masalah Ulkus Diabetik sebesar 20%, angka amputasi mencapai 15%, kemudian angka kematian juga cukup tinggi sebesar 9%.

Hasil penelitian di Spanyol yang dilakukan oleh Calle dkk (2001), dihasilkan bahwa kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki diabetes mempunyai 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang

melakukan perawatan kaki diabetes secara teratur. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa perawatan kaki diabetes yang teratur akan mencegah

atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki (PERKENI, 2006). Menurut Friedman bahwa salah satu tugas kesehatan keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat dan memberi perawatan pada

(15)

menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka mengurangi

beratnya penyakit (Waspadji, 2010).

Berdasarkan fakta-fakta diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan tahun 2012.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan keluarga

tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, khususnya terhadap:

1. Pendidikan Keperawatan

(16)

diabetes dan dapat dipergunakan untuk menambah sumber kepustakaan

sebagai bahan bacaan.

2. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan dalam mengarahkan pasien dan keluarga terhadap perawatan kaki diabetes.

3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman belajar serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan dapat

(17)

R SRTT

U T V WSX SVYXZUS[ S

\]^] [onsepY_n`_tabuac( Knowledge) 2.1.1. Pengertian pengetahuan

d enurut fghgitmgjko (lmm 5), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What . Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang

untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo,

2005).

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :

a. Tahu (know)

(18)

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur

bahwa orang tahu antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

(19)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi prilaku

baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang terutama yaitu:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

(20)

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

nopoqo rsta mempuhleorunvutswusx

Menurut Notoatmodjo (2005), menekankan bahwa untuk mendapatkan

pengetahuan dapat ditempuh dengan cara: a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara tradisional ada empat macam cara yaitu: 1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini terjadi pada masyarakat yang memiliki pola pikir masih

sederhana, maka dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

benar-benar terpecahkan. Cara ini terjadi pada masyarakat yang pola pikirnya masih sederhana.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji serta

(21)

3) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman merupakan guru yang terbaik, demikian kata pepetah. Ini mengandung arti bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh pengetahuan, manusia telah banyak

menggunakan jalan pikirannya. b. Cara modern atau cara ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan, cara ini lebih sistematis, lebih logis dan lebih ilmiah dibandingkan dengan cara tradisional.

yz{z|z }aktor -faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

(22)

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh

sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecah permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005).

~ ~ €onsep€lu‚ƒ„‚ ~ ~ … †n„ rt‡‚ˆ

Menurut Duvall dan Logan dalam Setyowati (2008), keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga. Menurut Spredley dan Allender dalam Setyowati (2008), kelurga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai emosional

(23)

Menurut BKKBN (1992) keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Setyowati, 2008).

‰Š‰Š‰Š ‹ŒŒŽtrstŽŽ luŒ‘ Œ

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi

b. Anggota keluarganya biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain

c. Anggota keluarganya berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, adik

d. Mempunyai tujuan; (a) menciptakan dan mempertahankan budaya, (b)

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Setyowati, 2008).

‰Š‰Š’Š “ungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) adalah:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antara anggota keluarga.

(24)

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interkasi

dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan temapat untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan keluarganya keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah

terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Setyowati, 2008).

”•”•–• —u˜™š› œsœ ™ž™ Ÿ› œlu™ ˜™

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) adalah sebagai berikut: a. Mengenal masalah kesehatan

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

(25)

¡¢£¢ ¤¥¦ §¨ §¥©ªtªs ¡¢£¢ «¢ ¬ªn­ªrt§ ¥®

Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes mellitus

yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan olah gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan infeksi. Kaki diabetes merupakan gambaran secara umum dari kelainan tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita

diabetes mellitus yang diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus yang sering disebut dengan ulkus kaki diabetika yang pada tahap selanjutnya

dapat dikategorikan dalam gangrene, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangrene diabetik (Misnadiarly, 2006).

¡¢£¢ ¡¢ ¯t§ologi

Penyebab kaki diabetes dilatar belakangi oleh beberapa faktor: a) Gangguan peradaran darah pada kaki

Gangguan ini mengenai pembuluh darah besar (macro vaskuler) berupa

pengendapan cholesterol, calcium, bahan-bahan jaringan sehingga terjadi pengerasan dan penyempitan dinding pembuluh darah. Aliran darah kurang

lancar mengakibatkan pemberian makan dan oksigenasi berkurang. Jaringan di ujung menjadi rawan dan rapuh, di samping itu pembekuan darah menjadi mudah. Pada kaki diabetes terjadi pula gangguan pembuluh darah kecil

(26)

serta memudahkan kematian jaringan di daerah ujung jari. Kematian jaringan

ini akan ditandai perubahan warna dari merah menjadi biru sampai hitam. Tanda khas jaringan mati ini (gangren) adalah berbau busuk.

b) Gangguan persyarafan kaki

Keterlibatan gangguan persyarafan kaki mengakibatkan bertambah mudahnya luka, karena gangguan ini mengenai syaraf penerima sensasi.

Penderita kehilangan rasa sakit pada kaki. Segala gesekan dan ruda paksa menjadi tak terasa, luka tiba-tiba sudah menganga di depan mata tanpa

disadari.

c) Ruda paksa (Trauma)

Seperti pada orang sehat, penderita diabetes pun mengalami ruda paksa

pada kaki, sama banyaknya. Kesempatan luka lebih besar karena adanya kelainan peredaran darah dan persyarafan. Beberapa ruda paksa yang menyebabkan luka adalah:

1) Trauma mekanik : pemakaian sepatu yang sempit, kesandung batu, tertusuk paku, kepukul, luka waktu memotong kuku, sampai hanya gigitan

serangga, dan sebagainya.

2) Trauma suhu : luka bakar, kena api, air panas, es, dan sebagainya.

3) Trauma kimia : pemakaian obat luar yang terlalu keras, plester pun dapat

(27)

d) Infeksi

Adanya ganguan dalam pertahanan tubuh menyebabkan bertambah sulitnya penanganan kaki DM. Kalau hanya ganggren kering tanpa infeksi

(jaringa mati saja) pada jari atau kaki, setelah amputasi, selesailah masalah. Tetepi setiap luka ataupun ganggren adalah pintu gerbang infeksi. Tanpa penanganan tepat, infeksi ini akan cepat meluas dan naik ke atas. Keadaan ini

kadang-kadang sukar diobati karena daya tahan tubuh terhadap kuman berkurang. Flora kuman-kumanpun berbagai ragam dan sering tahan terhadap

obat-obatan (Ranakusuma, 1987).

°±²±²± ³´µ¶· ¸s¸ologi

Terjadinya masalah kaki pada penderita DM diawali adanya hiperglikemia

yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian

menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan ulkus diabetik (Waspadji, 2010).

°±²±¹± ºl´»¸ ·¸¼´»¸º´¼¸½¸´¾ ¿t¿s

(28)

wagner, klasifikasi texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang

dianjurkan oleh International Working Group On Diabetic Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan, vascular, infeksi, neuropatik,

sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik (Waspadji, 2006).

1. Klasifikasi Edmonds (2004 2005)

 Stage 1 : Normalfoot

 Stage 2 :High Risk Foot

 Stage 3 :Ulcerated Foot

 Stage 4 :Infected Foot

 Stage 5 :Necrotic Foot

 Stage 6 :Unsalvable Foot

2. Derajat keparahan ulkus kaki diabetes menurut Wagner

Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit

Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal

Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki 3. Klasifikasi Liverpool

Klasifikasi primer : - Vascular

(29)

- Neuroiskemik

Klasifikasi sekunder : - Tukak sederhana, tanpa komplikasi - Tukak dengan komplikasi

4. Klasifikasi PEDIS menurutInternational Consensus On The Diabetic Foot

(2003)

Impaired Perfusion 1 = None

2 = PAD + but not critical 3 = Critical limb ischemia

Size / Extent in mm2

Tissue loss / Depth 1 = Superficial fullthickness, not deeper than dermis

2 = Deep ulcer, below dermis. Involving

subcutaneous structures, fascia, muscle or tendon

3 = All subsequent layers of the foot involved including bone and or joint

Infection 1 = No symptoms or signs of infection

2 = Infection of skin and subcutaneous tissue only 3 = Erythema > 2 cm or infection involving

(30)

4 = Infection with systemic manifestation : fever,

leucocytosis, shift to the left metabolic instability, hypotension, azotemia

Impaired sensation 1 = Absent

2 = Present (Waspadji, 2006).

ÀÁÂÁÃÁ ÄÅÆÇÈosis Éaki Ä Åabetes

Diagnosis kaki diabetes meliputi: 1. Pemeriksaan Fisik:

Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

2. Pemeriksaan Penunjang:

X-ray, EMG (Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan menentukan

kuman penyebabnya (Waspadji, 2006).

ÀÁÂÁÊÁ ËÆÌogenesis Éaki ÄÅabetes

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes. Ulkus kaki diabetes disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut trias yaitu : iskemik, neuropati, dan infeksi. Pada penderita

(31)

menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot,

atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila penderita diabetes mellitus tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menyebabkan lesi

dan menjadi ulkus kaki diabetes (Waspadji, 2006).

Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini

disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut

nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis

merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah,

sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi

ulkus kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai

(32)

pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran

albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada

penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi

jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang selanjutnya timbul ulkus kaki diabetes. Peningkatan kadar fibrinogen dan

bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.

Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan

merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah,

konsentrasi HDL (highdensity- lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis (Tambunan, 2006).

(33)

kaki atau tungkai. Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah

tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid

menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus kaki diabetes, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi

karena merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylococcus atau

Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium Perfringens, Clostridium Novy, danClostridium Septikum (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

ÍÎÏÎÐÎ ÑaktorÒÓsÓÔoÕ Ör×ØÙÓnÚØÛØÔÓÜ ÓØÝ ÖtÖs

Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah (Tambunan, 2006;

Waspadji, 2006).

Ñaktor - faktor risiko yang tidak dapat diubah: 1. Umur

Pada usia tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses

(34)

penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang

di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

2. Lama Menderita Diabetes Mellitus 10 tahun.

Ulkus kaki diabetes terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak

terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati dan mikroangiopati yang akan

terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya gangguan neurophati perifer

(Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Þaktor -faktor risiko yang dapat diubah: 1. Neurophati (sensorik, motorik, perifer).

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan mikro sirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada

serabut saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa

(35)

menjadi penyebab terjadinya lesi yang kemudian berkembang menjadi ulkus

kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 2. Obesitas

Pada obesitas dengan index massa tubuh 23 kg/m2 (wanita) dan IMT (index massa tubuh) 25 kg/m2 (pria) atau berat badan ideal yang berlebih akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10

U/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan

sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren sebagai bentuk dari kaki diabetes (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

3. Hipertensi

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya

aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan

lesi pada endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan

(36)

Glikosilasi Hemoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam

sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi Hemoglobin (HbA1c) 6,5 % akan

menurunkan kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos sub endotel (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

5. Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol

Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan

kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL (highdensity - lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah ( 45 mg/dl). Kadar trigliserida 150 mg/dl, kolesterol total 200 mg/dl dan

HDL 45 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis

adalah penyempitan lumen pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai darah ke pembuluh darah

menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul

(37)

Pada penderita diabetes mellitus yang merokok 12 batang per hari

mempunyai risiko 3x untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan dengan penderita diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok

akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase

akan memperlambat clearance lemak darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran

darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga akan menurun (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

7. Ketidakpatuhan Diet Diabetes Mellitus

Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus

kaki diabetes. Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

8. Kurangnya Aktivitas Fisik

(38)

terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan

kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olah raga rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30

menit) akan memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam kaki. Senam kaki dapat

membantu memperbaiki sirkualsi darah dan memperkuat otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas), selain itu

dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha (Gastrocnemeus, Hamsring, Quadriceps) dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.

Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan

tidur, dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar

keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari jari kaki. Latihan dilakukan sesering mungkin dan teratur terutama pada saat kaki terasa

dingin. (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 9. Pengobatan Tidak Teratur

Pengobatan rutin dan pengobatan intensif akan dapat mencegah dan

(39)

bila dilihat dari penelitian tentang kelainan akibat arterosklerosis ditemapt

lain seperti jantung dan otak, obat seperti aspirin dan lainnya yang sejenis dapat digunakan pada pasien Diabetes Mellitus meskipun belum ada bukti

yang cukup kuat untuk menganjurkan penggunaan secara rutin (Waspadji, 2006).

Pengobatan tidak teratur termasuk di dalamnya pemeriksaan terhadap

kaki Penggolongan dari kaki diabetes berdasarkan risiko terjadinya yang dapat dijadikan acuan dalam memeriksa kaki penderita diabetes mellitus dan

tindakan pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Sensasi normal tanpa deformitas

2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi

3) Insensitivitas tanpa deformitas 4) Iskemia tanpa deformitas

5) Kombinasi antara adanya insensitivitas, deformitas dan/atau

iskemia (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 10. Perawatan Kaki Tidak Teratur

Perawatan kaki penderita diabetes mellitus yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. Acuan dalam perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus yaitu meliputi seperti

(40)

kaki, memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang

retak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki (contoh: krem sorbolene), tidak memakai bedak, sebab ini akan

menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak. menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi,

sewaktu kuku lembut, kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya dirawat oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau

pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki, jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist, memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari

apakah terdapat kalus, bula, luka dan lecet dan menghindari penggunaan air panas atau bantal panas (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006).

Perawatan luka sejak pasien datang harus ditangani dengan baik dan

teliti, klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat ini terdapat banyak sekali macam Dressing (pembalut) yang masing masing dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka tersebut, teapi jangan lupa tindakan debridement merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka,

(41)

mengurangi produksi pus/ cairan dari ulkus / gangrene diabetik (Waspadji,

2006).

Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba

pada luka. Selama proses inflamsi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses selanjutnya yaitu proses granulasi sampai epitealisasi. Untuk menacapai suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat

pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin. 11. Penggunaan Alas Kaki Tidak Tepat

Penderita diabetes mellitus tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena stanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus kaki diabetes yang diawali dari timbulnya lesi pada

tungkai kaki, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau hilang. Pencegahan dalam faktor mekanik dengan memberikan alas kaki yang pas dan nyaman untuk penderita diabetes

mellitus. Penggunaan alas kaki yang tepat harus memperhatikan hal hal berupa tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir, memakai

sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai, sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap

(42)

mengganti setiap hari, kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan

memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat dan memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin (Tambunan, 2006; Waspadji,

2006).

ßàáàâà ãäråæ å çåèéåê ëìëå íätäs

Dalam sebuah buku Practical Guidelines on the Management and the

Prevention of the Diabetic Foot yang dikeluarkan oleh International Working Group on the diabetic Foot/Consultative Section of IDF ditekankan adanya

upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh para praktisi dibidang diabetes untuk turut ambil bagian dalam mengurangi tingginya angka amputasi kaki diabetik. Dengan melakukan beberapa usaha yang terbilang sangat mudah

dan murah resiko amputasi kaki diabetik dapat diturunkan sampai 85 %. Terdapat 5 pilar penting dalam perawatan kaki diabetik, antara lain: 1. Pemeriksaan kaki resiko tinggi secara teratur

Lakukan pemeriksaan kaki secara teratur, minimal 1 tahun sekali, atau setiap 2-3 bulan pada kaki dengan resiko tinggi. Riwayat ulkus, lama diabetes,

pendidikan, kurangya akses ke fasilitas kesehatan merupakan faktor resiko yang harus diperhatikan. Neuropati, angiopati, kelaian pada kulit, deformitas, gangguan mobilisasi sendi dan penggunaan alas kaki yang tidak adekuat

(43)

Tentukan adanya neuropati sensoris, deformitas pada kaki dan penonjolan

tulang, penyakit pembuluh darah perifer, serta riwayat ulkus atau amputasi 3. Edukasi pada diabetisi, keluarga dan petugas kesehatan

Edukasi yang dilakukan secara teratur dan terstruktur pada pasien, keluarga dan petugas kesehatan/edukator dapat mencegah problem kaki diabetik. 4. Penggunaan alas kaki yang tepat

Gunakan alas kaki yang cocok dengan bentuk kaki, 1-2 cm lebih panjang dari ukuran kaki. gunakan selalu alas kaki baik didalam maupun diluar rumah.

Kalau perlu buat sepatu yang dibuat khusus menyesuaikan dengan bentuk atau kelainan kaki yang ada.

5. Penanganan kelaianan kaki diabetik sebelum timbul ulkus

Seperti kelainan pertumbuhan kuku yang menebal atau ingrowing, penipisan kalus dan kulit yang kering. Gunakan ortosis untuk mengatasi kelainan bentuk kaki atau jari-jari (indodiabetes.com, 2009).

6. Ankle Brachial Index (ABI)

Ankle Brachial Index (ABI) atau Ankle Brachial Pressure Index (ABPI)

adalah test non invasive untuk mengukur rasio tekanan darah sistolik kaki (ankle) dengan tekanan darah sistolik lengan (brachial). Tekanan darah sistolik diukur dengan menggunakan alat yang disebut simple hand held

(44)

sehingga dapat menentukan jenis luka apakah arterial ulcer, venous ulcer atau

mixed ulcer. Sehingga dapat memberikan intervensi secara tepat. Direkomendasikan menggunakan probe dengan frekuensi 8 MHz untuk

ukuran lingkar kaki normal dan 5 MHz untuk lingkar kaki obesitas atau edema.

Prosedur Pengukuran ABPI:

1) Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan posisi jantung.

2) Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat.

3) Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg diatas

tekanan darah sistolik palpasi.

4) Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis.

5) Ulangi pada lengan yang lain.

6) Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe

vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias dengan sudut 45 derajat.

7) Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg

diatas tekanan darah sistolik palpasi.

(45)

9) Ulangi pada kaki yang lain.

10) Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan kiri) dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki kanan

(46)

î ïîðð ð

ñò ó ïôGKïKOô õEö÷Uïø

ùúûKü ýþÿ þñÿ ü þ

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat gambaran pengetahuan

keluarga tentang perawatan kaki diabetes. Pentingnya perawatan kaki diabetes

secara benar dan maksimal akan dapat mengurangi resiko amputasi atau bahkan

kematian. Maka dari itu perlu pengetahuan yang cukup dari keluarga dalam

perawatan kaki diabetes ini, sehingga penurunan angka kejadian amputasi dan

kematian akibat ulkus diabetikum dapat dicapai. Pengetahuan ini akan

digambarkan dalam kriteria baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan keluarga tentang

perawatan kaki diabetes

(47)
(48)

DLI NLIIAN

D !"# $ $ %# &#" $

' () *+n y*n, -+,./ *0*n-*l*m1 (/ (l+t+ *n+/ + *-*l*2 -() 0 3+pt+4 y*n,

5(rt.6. *n unt.0 m(,,*n m5*r0 *n p(n,(t*2.*n0 (l. *r,* t(*tnn, 1 (r*w*t*n 0 *0 +-+ *5(t(s-+Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. 789: %" !#; " $ S" <9 %

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga penderita DM

dengan kaki diabetes yang dirawat di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan. Jumlah populasi yang didapat selama waktu

penelitian adalah 37 orang yang merupakan keluarga dari 16 orang

pasien DM.

4.2.2 Sampel

Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakantotal sampling(Nursalam, 2003)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

(49)

Dan karena keterbatasan waktu maka untuk mendapatkan jumlah

populasi dan sampel yang cukup maka kriteria sampel ini berubah

menjadi: Salah satu atau lebih dari anggota keluarga yang

mendampingi di rumah sakit dari penderita diabetes dan dapat

berbahasa Indonesia dan berkomunikasi.

b) Bersedia menjadi responden penelitian.

4.3=ok>? @ d>n W> A BCDEF EG @ B@>F

Penelitian ini mengambil lokasi di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan dan direncanakan dilaksanakan bulan Juli sampai

September 2012. Dikarenakan adanya kendala dari segi peneliti sehingga

penelitian ini di tunda sementara dan dilanjutkan kembali pada tahun 2014.

Dan karena keterbatasan waktu maka lama waktu penelitian ini berubah dari

rencana, yang mana direncanakan lama waktu penelitian selama 3 bulan

menjadi 8 hari, yaitu terhitung 27 Januari sampai 3 Februari 2014.

HIHDE J B@ KL>FM>FN B@ A

Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbanga etik yaitu

memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan

penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Lembaran persetujuan

diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia, maka responden

dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi jika

calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan

(50)

dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan

data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi responden

dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan dilaporkan

sebagai hasil penelitian.

4.OIP Q RST UVPWVPVXY RY ZP

Instruman yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner

yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang

ada pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian.

Pertama data karakteristik responden mencakup data mengenai hubungan

dengan pasien, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan terakhir, dan

pekerjaan. Kedua, kuesioner tentang perawatan kaki diabetes yang terdiri dari

6 pernyataan (1-6), pada soal nomor 1 mempunyai nilai terendah 0 dan nilai

tertinggi 5, dan pada soal nomor 2-6 jawaban benar mempunyai nilai 1 dan

jawaban salah mempunyai nilai nol. Nilai keseluruhan terendah adalah 0 dan

nilai tertinggi 10.

Rentang P=

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi

dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 10 dan banyak kelas 3 yaitu

baik, cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 3,3. Dengan P= 3,3 dan nilai

(51)

4.6[\]^ _^ ` \a_ \b Rc ]^\d^]^ `\aeba`fg hc b

Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat

ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010). Pada

penelitian ini uji validitas yang direncanakan adalah validitas isi, dimana

instrumen penelitian dibuat berdasarkan pada tinjauan pustaka, dan

dikonsultasikan pada dosen ahli keperawatan medikal bedah di Fakultas

Keperawatan USU.

Kuesioner peneliti ini disusun oleh peneliti oleh karena itu penting

untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji instrumen bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar derajat kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten

sasaran yang diukur. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data,

kepada responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya

sebanyak 20 orang (Arikunto, 2006). Apabila penelitian memiliki instrumen

dengan jumlah butir pertanyaan genap, maka untuk pengujian reliabilitasnya

menggunakan rumus K-R 21 (Arikunto, 2010). Suatu instrumen dapat

dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0,70 (Polit & Hugler, 1995).

Oleh karena keterbatasan waktu penelitian maka uji validitas dan

reliabilitas tersebut tidak dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan dan

hanya dikonsultasikan pada dosen pembimbing.

ijklc bmghn g]\b D\`\

(52)

diperoleh kepada bagian Instaldik Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan, 3) setelah mendapat izin dari bagian Instaldik Rumah Sakit Tk II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, peneliti melakukan pengumpulan data

penelitian, 4) menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan

prosedur tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, 5) calon

responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan,

6) menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, 7)

responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran

kuesioner yang diberikan oleh peneliti sesuai dengan petunjuk pada

masing-masing bagian. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan

untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami, 8)

setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa

kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga, 9)

pengolahan dan analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan

keperluan.

4.oAp qrs t qu qvq

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data.

Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu

prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan

cara ilmiah melalui tahap mengecek kelengkapan data (editing), untuk

memeriksa apakah pernyataan dalam kuesioner sudah di isi sesuai dengan

(53)

secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi

(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

mulai 27 Januari sampai 03 Februari 2014 yang berjudul gambaran

pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di rumah sakit Tk II

Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Penyajian hasil analisa data dalam

penelitian ini meliputi data karakteristik responden, data instrumen dan data

khusus.

5.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

(55)

Lanjutan Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Pekerjaan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden dari 37

responden mayoritas berjenis kelamin perempuan, yaitu 27 orang (73,0%), suku

terbanyak batak, yaitu 13 orang (35,2%), beragama islam, yaitu sebanyak 19

orang (51,4%), pendidikan terakhir SMA, yaitu 21 orang (56,8%), dan pekerjaan

responden terbanyak adalah ibu rumah tangga, yaitu 14 orang (37,9%).

5.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.1.2.aDistribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan keluarga

tentang perawatan kaki diabetes lebih banyak pada rentang tingkat pengetahuan

(56)

Tabel 5.1.2.bDistribusi frekuensi dan presentase gambaran pengetahuan keluarga berdasarkan pertanyaan tahu dan tidak tahu tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk .II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Gambaran Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Tidak Tahu 25 67.6

Tahu 12 32.4

Nilai 5 3 8.1

Nilai <5 9 24.3

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 25 responden

(67,6%) menjawab tidak tahu tentang perawatan kaki diabetes, dan 12 reponden

(32,4%) menjawab tahu, namun yang benar-benar tahu yaitu dengan nilai 5

hanyalah 3 responden (8,1%).

Dilakukan wxxyz y{| w} w| w} ~y untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan responden tentang perawatan kaki menurut perbedaan latar belakang

pendidikannya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1.2.c Distribusi dan frekuensi gambaran pengetahuan berdasarkan pendidikan terakhir tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 37 reponden terdapat 2

responden berpendidikan SMP dengan 1 responden berpengetahuan cukup (2,7%)

(57)

sebanyak 21 responden dengan 3 responden berpengetahuan baik (8,2%), 8

responden berpengetahuan cukup (21,6%), dan 10 responden berpengetahuan

kurang (27,0%). Pendidikan terakhir D3 sebanyak 4 responden dengan rincian 2

responden berpengetahuan baik (5,4%), 1 responden berpengetahuan cukup

(2,7%), dan 1 responden berpengetahuan kurang (2,7%). Pendidikan terakhir S1

sebanyak 7 responden dengan rincian 1 responden berpengetahuan baik (2,7%), 2

responden berpengetahuan cukup (5,4%), dan 4 responden berpengetahuan kurang

(10,8%). Pendidikan terakhir S2 sebanyak 3 responden dengan 2 responden

berpengetahuan cukup (5,4%) dan 1 responden berpengetahuan kurang (2,7%).

Dari hasil uji chi square didapat nilai signifikansi sebesar 0,708. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ternyata tidak mempengaruhi

pengetahuan keluarga tentang perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga

penderita diabetes di rumah sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

5.2 Pembahasan

Menurut Friedman dalam Setyowati (2008), bahwa salah satu tugas

kesehatan keluarga adalah membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

dan memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Dari hasil

penelitian di rumah sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan terhadap

pengetahuan anggota keluarga penderita diabetes mengenai perawatan kaki

diabetes dengan jumlah sampel 37 orang diperoleh pengetahuan kurang

sebesar 46,0%.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

(58)

demikian maka apabila pengetahuan seseorang kurang maka akan

mengakibatkan terbentuknya tindakan yang kurang atau tindakan yang tidak

sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian pula apabila

pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes kurang pada anggota keluarga

penderita diabetes maka akan mengakibatkan keluarga tidak mampu

membantu anggota keluarganya melakukan perawatan kaki diabetes yang

dengan yang semestinya atau bahkan tidak melakukan tindakan perawatan

kaki diabetes. Hasil penelitian di Spanyol yang dilakukan oleh Calle dkk

(2001), menemukan bahwa kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki

diabetes mempunyai 13 kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan

kelompok yang melakukan perawatan kaki diabetes secara teratur. Hal ini

juga sejalan dengan teori, perawatan kaki diabetes yang teratur akan

mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki

(PERKENI, 2006).

Dari pertanyaan tentang tahu atau tidak tahu tentang perawatan kaki

diabetes didapatkan bahwa hanya 3 responden (8,1%) yang benar-benar

mengetahui tentang perawatan kaki penderita diabetes. Padahal untuk dapat

melakukan perawatan kaki dengan baik, penderita DM memerlukan

dukungan dari anggota keluarganya. Jika anggota keluarga tidak mempunyai

pengetahuan tentang hal tersebut maka tidak memberikan dukungan yang

optimal. Untuk itu diperlukan adanya pemberian pengetahuan tentang

(59)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan dan pekerjaan seseorang terkait suatu hal.

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan mencakup seluruh proses

kehidupan individu yang berupa interaksi dengan lingkungannya. Dengan

tujuan agar terjadi perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak mengerti menjadi mengerti. Erfandi (2009) juga mengatakan pendidikan

adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian kemampuan didalam

dan diluar sekolah yang berlaku seumur hidup. Pendidikan juga

mempengaruhi proses belajar dimana makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun demikian

hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori-teori tersebut yaitu dari hasil uji

chi square tingkat pendidikan terakhir terhadap tingkat pengetahuan didapat

nilai signifikansi sebesar 0,708. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan ternyata tidak mempengaruhi pengetahuan keluarga tentang

perawatan kaki diabetes pada anggota keluarga penderita diabetes di rumah

sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Hal ini terjadi kemungkinan

dikarenakan kurangnya sumber informasi. Hal ini dibuktikan salah satu

responden pada saat pengumpulan data yang mengatakan bahwasanya tidak

(60)

‚ ƒ„

…†‡„ˆ ‰Š‹‚Œ‚ Œ‡‚ Ž‚Œ

‘ …’“ ”•– — ˜ ™š

›œ žŸ  ¡¢ ¡Ÿ ž£ žœ¢ ž¢ ž ¤¡¢ ¥¢ ¦ ¥§§œ¢ ¨œ©ªœ «œ ¤¨œ¬œ¢  ¡¢ «¡£ œ ©¥œ¢ § ¡Ÿ¥œ¬«œ £ ¡¢£œ¢ «  ¡¬œªœ £œ¢ §œ§ ž ­žœ¨ ¡£ ¡ ­ž ¬ ¥ ¤œ ©  œ§ ž£ ®§ ¯ °° ± ¥£¬ ž ›ž¦œ¥ ² ¡ ­œ ¤ °³´´ µ¡­œ¢ £ ¡¬ ¨œ¢ ¶œ § ¤œž© § ¥¬œ¢ «· ¶œ ž£¥ ¡¨ ¡ œ¬ ¸¹· º»·  ž œ ¢ ¶œ ¼½·¾ »¨ ¡¬  ¡¢ « ¡£ œ ©¥œ¢¿ ¥§ ¥ ­œ¢À¹· Á»¨ ¡¬  ¡¢ « ¡£œ ©¥œ¢¨œ ž§ ¯

›œ žŸ  ¡¢ ¡Ÿ ž£žœ¢ ­œ¬ž  ¡¬£œ¢¶œ œ¢ £ œ ©¥ œ£ œ¥ £ž­œ§ £œ ©¥ £ ¡¢£œ¢«  ¡¬œ ªœ£ œ¢ §œ§ ž ­žœ¨ ¡£ ¡ ¤¡¢ ¥¢ ¦¥§§œ¢ ¨œ©ª œ ¡¨œ¢¶œ§ ¹½· ¹% ¤¡¢ ¦œª œ¨ £ ž ­œ§ £œ ©¥ ­œ¢ ¼ Á· ¸» ¤ ¡¢ ¦œªœ¨ £œ ©¥¯ œ ¤¥¢ ­¡¤ ž§ žœ¢ ­œ¬ ž ¼ Á· ¸% ¶œ¢« ¤¡¢ ¦œ ªœ¨£œ ©¥£ ¡¬ ¡¨ ¥£¡£ ¡Ÿœ ©¤ ¡¢ ¦œ ªœ¨ ¡¬£œ¢¶œœ¢¡Ÿœ¢ ¦¥£ ¢¶œ£ ¡¢£ œ¢«œ  œ œ ¦œ žŸœ¬ ¡¬œ ªœ£ œ¢§œ§ ž­žœ¨ ¡£¡­ž ­œ œ£ §œ¢©œ¢ ¶œ Ÿœ ©¾· À»­œ¬ ž£ 㠜Ÿ œ¤  ¡Ÿ ¶œ ¢ « ¤ ¡¢ ¦œ ªœ¨ ­¡¢ «œ¢ ¨ ¡¢œ¬ ¡¤  ¥¬¢œ¯ Ä ¡¢ «œ¢ ­¡¤ ž§ žœ¢ ­ž ž¤  ¥Ÿ§œ¢ ¨œ©ªœ ¶œ¢ « ¨ ¡¢œ ¬Å¨ ¡¢ œ¬ ¤¡¢ «¡£œ ©¥ž £¡¢£œ¢ «  ¡¬œ ª œ£ œ¢ §œ§ ž ­žœ¨¡£ ¡ ©œ¢ ¶œ Ÿœ ©¾· À»¯

(61)

ÎÏ ÐÑÒ ÓÔ ÕÖ×ÑØ ÙØÚÑ ÛÜØ ÙÜÝ ÑÔÖÑ Ø Õ ÜÞÖ Ñ×ÙÑ ÝÜØÝ Ñ Ø Ù ÛÜ×Ñ ß ÑÝ Ñ Ø Õ ÑÕ Ó à ÓÑá ÜÝ ÜÒ Ò ÜÔ Ó ØÙÙÑ ÛÜ× ÞÖ à Ó ÞÑÕÖÕÑØ ÛÜØ ÚÖ ÞÖÔÑ Øâ ÛÜãá Ü×ÓÑ Ø ÛÜØÙÜÝÑÔÖÑ Ø Õ ÜÛÑàÑ Õ ÜÞÖÑ×ÙÑ ÛÜØàÜ×ÓÝÑ à ÓÑáÜÝ ÜÒ Ò ÜäÑ ×Ñ á Ü×ÕÜÒÓ ØÑãá Ö ØÙÑ Ø ÕÔÖ ÒÖ Ò ØÚÑ ÛÑàÑ Õ ÜÞÖÑ×ÙÑ ÛÜØàÜ×ÓÝÑ à ÓÑáÜÝ ÜÒ à Ó ×Ö ãÑÔ ÒÑÕ ÓÝ åÕÏææ çÖÝ ×Ó è ÓéÑÖ ê ÜÒà Ñ ã æâëë ÐÜàÑ Ø Ò ÜÔ ÓØ ÙÙÑ à ÓÔÑ×Ñ ÛÕÑØ àÑÛÑÝ ãÜØ ä ÜÙÑÔ ÑÝÑÖ ã ÜØ ÙÖ× Ñ Ø ÙÓ Ý Ü× éÑà Ó Ø ÚÑÕ ìã ÛÞÓÕÑÒ ÓÕ× ìØÓÕÛÑàÑÕÑÕ ÓÛÜØàÜ×ÓÝÑà ÓÑá ÜÝÜÒÏ

íÏ ç Ü×ÞÖ à Ó ÞÑÕÖÕÑ Ø ÛÜØÜÞ ÓÝÓÑ Ø Ý ÜØÝÑ ØÙ ÛÜØ ÙÑ×ÖÔ ÛÜØÙÜÝÑÔÖÑ Ø ÕÜÞÖÑ× ÙÑ Ý ÜØÝ Ñ ØÙ ÛÜ× Ñ ßÑÝÑ Ø ÕÑÕ Ó à ÓÑá ÜÝÜÒ ÝÜ×ÔÑà Ñ Û Õ ÜéÑ à ÓÑ Ø Õ ìãÛÞ ÓÕÑ Ò Ó Õ× ìØÓÕ ÛÑàÑ ÕÑÕ Ó Ñ ÙÑ× à Ó àÑ ÛÑÝ ÛÜ× ÒÜØÝ Ñ ÒÜ ÚÑØ Ù ãÜØ ÙÑÞÑ ã Ó Õ ìã ÛÞÓÕÑ ÒÓ Õ×ìØÓÕ ÛÑàÑ ÕÑÕ Ó ÑÕ ÓáÑÝ ÕÖ× ÑØ ÙØÚÑ Û ÜØ ÙÜÝÑÔÖ Ñ Ø Õ ÜÞÖÑ ×ÙÑ Ý ÜØÝÑ Ø Ù ÛÜ×Ñ ßÑÝ ÑØ ÕÑÕ Óà ÓÑá ÜÝÜÒÏ

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di RumahSakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.
Tabel 5.1.2.a Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan keluargatentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BBMedan.
Tabel 5.1.2.c Distribusi dan frekuensi gambaran pengetahuan berdasarkanpendidikan terakhir tentang perawatan kaki diabetes di Rumah Sakit Tk.II PutriHijau Kesdam I/BB Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ibu Purnawati menyatakan bahwasanya kegiatan awal ini bersifat pemanasan dan pembiasaan, artinya secara tidak langsung mengajarkan anak memahami

Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang

yaitu mengenai bentuk perlindungan dari orang tua terhadap anak. yang mengalami kekerasan dan mengenai kewajiban orang

pertumbuahn Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot media tanaman serat sawit 120 g menghasilkan tinggi bibit, luas daun, jumlah daun, dan diameter batang lebih

“Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Masinis dan Asisten Masinis, dengan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi sebagai

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi dari visi dan misi program acara televisi Ini Talk Show Net Tv melalui pemilihan genre setting tata

Salah satu faktor penyebab beban kerja di subbagian ini bisa berlebih yaitu satu karyawan Aneka Tanaman dan Hortikultura mengerjakan tugas terkait pengadaan barang

Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya sakit dada yang khas lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat atau pemberian