• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

25 Nias Barat - - - -

26 Tanjung Balai 1 2 2 1 2 2 1 13 13 - - -

27 Pematang Siantar 1 6 6 1 6 6 - - - 0,45 4 8,888888889

28 Tebing Tinggi 2 9 4,5 2 9 5 - - - 7 65 9,18079096

29 Medan 4 37 9,25 3 28 9 1 32 31,73551275 3 28 10,6385115

30 Binjai 16 118 7,375 11 81 7 8 111 13,84783186 8 163 19,34629664

31 P. Sidempuan 24 120 5 26 130 5 13 119 9,173787081 15 227 14,7476456

32 Gunung Sitoli - - - -

(3)
(4)

NO KABUPATEN/KOTA

3 Tapanuli Selatan 107 550 5,140186916 59,75 640,10 10,7129707 265,31 1.949,80 7,349138743 131,9 1.561,9 11,8442405 4 Tapanuli Tengah 252 3.605 14,30555556 252,94 1.857,20 7,34245276 104,41 974,80 9,336270472 110,6 975,0 8,81475454

(5)

28 Tebing Tinggi 0,45 2 4,444444444 - - - 4,00 3,60 0,9 4,0 48,1 11,9059406

29 Medan - - - 3,03 84,10 27,7557756 9,45 114,70 12,13756614 2,5 48,0 19,5918367

30 Binjai 2 19 9,5 8,73 66,80 7,65177549 5,35 36,70 6,859813084 7,4 117,2 15,8378378

31 P. Sidempuan 6 137 22,83333333 12,72 202,90 15,9512579 3,75 34,00 9,066666667 8,9 29,5 3,32581736

32 Gunung Sitoli 13 222 17,07692308 7,19 39,00 5,42420028 28,24 82,70 2,928470255 22,5 129,4 5,76135352

(6)
(7)

22 Lab. Batu Selatan - - - 2,0 2,0 1

23 Lab. Batu Utara 0,3 1,9 6,33333333 0,3 0,5 1,66666667

24 Nias Utara 1,0 10,0 10 1,6 16,0 10,1265823

25 Nias Barat 1,5 21,6 14,8965517 1,3 14,6 11,5873016

26 Tanjung Balai 0,2 1,5 10 0,7 7,5 10,5633803

27 Pematang Siantar 0,1 0,1 2 0,1 0,6 12

28 Tebing Tinggi 6,0 180,5 29,884106 60,0 312,2 5,20333333

29 Medan 3,0 38,8 12,9333333 0,9 10,0 10,7526882

30 Binjai 5,5 67,0 12,1818182 8,0 150,5 18,8596491

31 P. Sidempuan 7,5 31,4 4,18666667 8,2 28,7 3,52147239

32 Gunung Sitoli 8,6 36,7 4,27738928 21,4 102,1 4,77549111

(8)

Lampiran 2. Data Nilai Ekspor Manggis Sumatera Utara , GDP China, Nilai Tukar Nominal, Volume Ekspor, Harga Ekspor Manggis Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2014.

(9)

Lampiran 4. Data Harga Ekspor Manggis dan Harga Domestik Manggis

Tingkat Petani di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2005 -

2014

Lampiran 5a. Tabel Summary Regresi Linier Berganda

Model Summaryb

(10)

Lampiran 5b. Tabel Coefficient Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -6,438E8 3,611E9 -,178 ,865

GDP China 62,233 33,759 ,766 1,843 ,125 ,082 12,233

Nilai Tukar Nominal 177838,276 444906,440 ,078 ,400 ,706 ,368 2,715 Volume Ekspor 4331,729 637,234 ,906 6,798 ,001 ,793 1,261 Harga Ekspor -674631,713 531996,237 -,573 -1,268 ,261 ,069 14,464 a. Dependent Variable: Nilai Ekspor

Lampiran 5c. Tabel ANOVA Regresi Linier Berganda

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3,028E19 4 7,569E18 16,480 ,004a

Residual 2,297E18 5 4,593E17

Total 3,257E19 9

(11)

Lampiran 6a. Tabel Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 10

Normal Parametersa,b Mean -,0000004

Std. Deviation 5,05145062E8 Most Extreme Differences Absolute ,274

Positive ,178

Negative -,274

Kolmogorov-Smirnov Z ,867

Asymp. Sig. (2-tailed) ,440

(12)

Lampiran 6b. Tabel Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 41974105,142 1,509E9 ,028 ,979

GDP China 11,178 14,109 1,141 ,792 ,464

Nilai Tukar Nominal 86899,054 185940,043 ,317 ,467 ,660

Volume Ekspor 20,074 266,320 ,035 ,075 ,943

(13)
(14)

Lampiran 8. Tabel Hasil Uji Granger Causality

Lampiran 9.Tabel Coefficient Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -209,245 60,131 -3,480 ,008

Harga Ekspor ,669 ,013 ,999 51,943 ,000

a. Dependent Variable: Harga Domestik tingkat petani Pairwise Granger Causality Tests

Date: 01/10/16 Time: 12:51 Sample: 2005 2014

Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

BPS.2005.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2006.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2007.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2008.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2009.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2010.Sumatera Utara Dalam Angka.Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2010.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2011.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2012.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2013.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2014.Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

BPS.2015. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Hadisaputra, Denny Indra Praja.2012.Super Foods.FlashBooks: Jogjakarta.

Jhingan, M.L.2014.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Rajawali Pers: Jakarta.

(16)

Krugman, Paul R and Obstfels, Maurice.2000.Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan.PT Indek Kelompok.Gramedia: Jakarta.

Malian, Husni A.2003.”Jurnal Pertanian”.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian dan Produk Industri Pertanian Indonesia. 97-121. Marlina, Lisa.2005.Analisis Ekspor Kopi Sumatera Utara dan Pengaruhnya

terhadap Tingkat Pendapatan Petani Kopi serta Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah.Skripsi.Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

Nachrowi, Djalal Nachrowi dkk. 2005. Penggunaan Teknik Ekonometrika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Nachrowi, D dan Usman, Hardius.2006.Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika: untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Pradipta, Amalia dan Firdaus M.2014.”Jurnal Manajemen dan Agribisnis”.Posisi Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia.11(2),129-143.

Priyatno, Duwi.2011.Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS.Andi: Yogyakarta.

Purwito, Ali dan Indriani.2015.Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean, dan Pajak Dalam Kepabeanan.Mitra Wacana Media: Bogor.

Satuhu, Suyanti.1997.Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor.Penebar Swadaya: Jakarta.

Setiyadi.2015.Rahasia Sukses Ekonomi China dan India.Jakarta: Universitas

Indonesia diakses melalui website

http//www.insteps.or.id/File/media/Rahasia%20Sukses%20Ekonomi%20Chi na%20dan%20India.pdf

Setyo, Arlisda Febriana.2009.Analisis Aliran Perdagangan Manggis Indonesia.Skripsi.Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sobir dan Mega Amaliya.2013.20 Tanaman Buah Koleksi Eksklusif.Penebar Swadaya: Depok.

Sunarjono, Hendro.2013.Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah.Penebar Swadaya: Jakarta.

(17)

Qosim, W.A.(2013).”Jurnal Kultivasi”.Pengembangan Buah Manggis sebagai Komoditas Ekspor Indonesia.12(1), 40-45.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara teritorial atau wilayah yaitu di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang mengekspor buah manggis dan Bandar Udara Kualanamu merupakan pintu gerbang ekspor manggis Sumatera Utara.

3.2Metode Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan range tahun 2005-2014 yang dianalisis dengan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 19.0 dan Eviews versi 7.0 berupa data sekunder.

3.3Metode Pengambilan Data

(19)

realisasi ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara ke negara tujuan. CV Indah Sakti Trans Logistik yaitu data harga ekspor manggis dan harga domestik manggis tingkat petani Sumatera Utara. website Worldbank.org yaitu data GDP perkapita riil negara tujuan ekspor manggis Sumatera Utara (China), website Kementerian Perdagangan Indonesia yaitu data nilai tukar nominal dan berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1) metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Dengan mengumpulkan informasi dan wawancara langsung dengan pihak eksportir manggis terbesar di Provinsi Sumatera Utara yaitu CV. Indah Sakti Trans Logistik dan Kepala Seksi Karantina Tumbuhan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan. Lalu hasil wawancara diuraikan secara deskriptif mengenai kondisi manggis Sumatera Utara, kondisi ekspor manggis serta penanganan karantina yang dilakukan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan.

Untuk menganalisis masalah (2) metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen (Priyatno, 2011).

(20)

penduduk yang besar, negara China juga menjadi negara pengimpor terbesar buah manggis dari Provinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 6. Realisasi Volume Ekspor Manggis di Provinsi Sumatera Utara ke Negara Tujuan Tahun 2010-2014

Tahun Volume (Kg) Negara Tujuan

2010 154.783 China

Sumber: Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa negara China merupakan negara pengimpor terbesar pada tahun 2011, walaupun sepanjang tahun 2010-2014 jumlah manggis yang diimpor China mengalami penurunan akan tetapi negara China tidak pernah absen untuk mengimpor buah manggis dari Provinsi Sumatera Utara, maka dari itu dipilihlah GDP perkapita riil China sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.

(21)

keempat variabel ini merupakan faktor terbesar yang dianggap memberikan pengaruh besar terhadap nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara.

Persamaan regresi linier berganda yang di peroleh menggunakan rumus:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ɛ

Keterangan :

Y = Nilai ekspor manggis Sumatera Utara a = Koefisien intersep

b1-b4 = Koefisien variabel regresi X1 = GDP perkapita riil China (Rp)

X2 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (Rp) X3 = Volume Ekspor Manggis (Kg)

X4 = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)

ɛ = error term

Untuk menganalisis masalah (3) metode analisis yang digunakan adalah uji Kausalitas Granger. Uji Kausalitas Granger pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Pada uji ini yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series (Nachrowi, 2006).

Langkah awal yang dilakukan membentuk model persamaan regresinya. Terdapat dua persamaan regresi antara lain sebagai berikut :

(22)

Keterangan:

Yt = Harga ekspor manggis pada waktu t Xt = Harga domestik manggis pada waktu t

α, = Koefisien intersep

ɛt = error term

Persamaan 2: Yt = α + Xt + ɛt

Keterangan:

Yt = Harga domestik manggis pada waktu t Xt = Harga ekspor manggis pada waktu t

α, = Koefisien intersep

ɛt = error term

Kedua persamaan diatas akan diuji hubungan kausalitasnya dengan uji Granger Causality. Model persamaan kausalitas dapat ditulis sebagai berikut :

Yt = ∑ + ∑ i Xt i + ɛt1

Xt = ∑ + ∑λi Yt i + ɛt2

Keterangan:

Xt = variabel bebas (harga ekspor, harga domestik) pada periode t Yt = variabel terikat (harga ekspor, harga domestik) pada periode t

i = waktu

α, , , λ = Koefisien Intersep

(23)

Hipotesis nol untuk pengujian ini :

a. Jika ∑ dan ∑ maka X mempengaruhi Y b. Jika ∑ dan ∑ maka Y mempengaruhi X

Di dalam perhitungan secara statistik, jika nilai probabilitas F statistik < α, maka ada pengaruh yang signifikan. Setelah diketahui variabel bebas dan variabel terikat dari uji Granger Causality, maka diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut :

Yt = α + Xt + ɛ

Keterangan:

Yt = variabel terikat (harga ekspor, harga domestik) pada periode t Xt = variabel bebas (harga ekspor, harga domestik) pada periode t

α, = koefisien intersep

ε = error term

Setelah ditemukan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani maka selanjutnya dianalisis dengan metode regresi linier sederhana untuk menjawab masalah (4). Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen (Priyatno, 2011).

(24)

diregresikan adalah harga domestik manggis tingkat petani dan harga ekspor manggis sedangkan variabel yang diregresikan adalah harga ekspor manggis sebagai variabel bebas dan penerimaan petani sebagai variabel terikat.

Persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh menggunakan rumus:

Y = a + bX + ɛ

Keterangan:

Y = Penerimaan petani (Rp/Kg) a = Koefisien intersep

b = Koefisien variabel regresi X = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)

ɛ = error term

3.4.1 Pengujian Hipotesis

Model yang dianalisis merupakan pengujian terhadap hipotesis–hipotesis yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melihat nyata tidaknya pengaruh variabelyang dipilih terhadap variabel-variabel yang diteliti. Berdasarkan analisis regresi linier berganda, maka pengujian-pengujian tersebut mencakup sebagai berikut :

1. Uji-t

Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel terikat.

Hipotesis :

(25)

H1: variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Kriteria Uji SPSS:

Signifikansi t > α (0,05) : maka terima H0 tolak H1

Signifikansi t ≤ α (0,05) : maka tolak H0 terima H1

Jika signifikansi t ≤ α (0,05) maka tolak H0 artinya variabel bebas dalam model secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf nyata 5%, demikian pula sebaliknya.

2. Koefisien Determinasi

Pendugaan parameter suatu model diperoleh dari pengamatan sampel untuk semua variabel dalam model. Teori sampling menjadi salah satu kriteria uji untuk menghasilkan keakuratan pendugaan. Untuk evaluasinya, digunakan nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas

dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013).

Nilai koefisien determinasi (R²) berkisar antara 0 < R² < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R² yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

3. Uji-F

(26)

Hipotesis :

H0: variabel bebas secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat;

H1: variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Kriteria Uji SPSS:

Signifikansi F > α (0,05) : maka terima H0 tolak H1 Signifikansi F ≤ α (0,05) : maka tolak H0 terima H1

Jika signifikansi F ≤ α (0,05) maka tolak H0 artinya variabel bebas dalam model secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf nyata 5%, demikian pula sebaliknya.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Pada prinsipnya model regresi linier yang dibangun sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased dan Estimator). Ada empat uji asumsi klasik yang akan dilakukan dalam penelitian in antara lain uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinieritas dan autokorelasi.

1. Uji Normalitas

(27)

Hipotesis:

H0: Sebaran Normal; H1: Sebaran Tidak Normal.

Kriteria Uji SPSS:

Signifikansi KS > α (0,05): maka terima H0 tolak H1

Signifikansi KS ≤ α (0,05): maka tolak H0 terima H1

Jika signifikansi KS > α (0,05) maka terima H0 artinya tidak ada perbedaan antara

distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal, dan sebaliknya.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji asumsi heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Uji Glejser.

Hipotesis:

H0: Homokedastisitas; H1: Heterokedastisitas.

Kriteria Uji SPSS:

Signifikansi t > α (0,05): maka terima H0 tolak H1

(28)

Jika nilai signifikansi t > α (0,05): maka terima H0 tolak H1, artinya tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan homokedastisitas, dan sebaliknya.

3. Uji Multikolinieritas

Salah satu dari asumsi model regresi linier klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinieritas antara variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model. Uji asumsi multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas dalam model regresi. Korelasi di antara variabel bebas seharusnya tidak terjadi dalam model regresi yang baik. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan cara melihat nilai toleransi dan VIF.

Hipotesis:

H0: tidak terjadi multikolinieritas; H1: terjadi multikolinieritas.

Kriteria Uji SPSS:

Nilai toleransi > 0,10 dan VIF < 10: maka terima H0 tolak H1 Nilai toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10: maka tolak H0 terima H1

Jika nilai toleransi > 0,10 dan VIF < 10, maka terima H0 tolak H1 artinya tidak ada korelasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi, dan sebaliknya.

4. Uji Autokorelasi

(29)

autokorelasi adalah dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas atau waktu (X). Metode yang digunakan adalah uji Durbin-Watson (Uji d).

Hipotesis:

H0: tidak ada autokorelasi; H1: ada autokorelasi.

Kriteria Uji SPSS:

d < dL: maka tolak H0 terima H1 (ada autokorelasi positif)

dL ≤ d ≤ du: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

du ≤ d ≤ 4-du: maka terima H0 tolak H1

4-du ≤ d ≤ 4-dL: maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa d > 4-dL: maka tolak H0 terima H1 (ada autokorelasi negatif)

Jika nilai du ≤ d ≤ 4-du: maka terima H0 tolak H1, artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif pada model regresi.

3.5Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Definisi

1. Kondisi adalah keadaan ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara.

2. Manggis adalah tanaman yang menjadi objek penelitian.

3. Ekspor Manggis Sumatera Utara adalah kegiatan ekspor manggis dari Provinsi Sumatera Utara ke pasar internasional.

(30)

negara tujuan ekspor yaitu GDP perkapita riil China yang dinyatakan dalam satuan Rp.

5. Nilai tukar nominal adalah jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah nominal atau terendah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing yang dinyatakan dalam satuan Rp.

6. Volume ekspor manggis adalah jumlah buah manggis yang diekspor ke negara tujuan dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam satuan Kg.

7. Harga ekspor manggis adalah harga di tingkat eksportir yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

8. Harga domestik manggis tingkat petani adalah harga manggis yang berlaku di tingkat petani lokal dimana produk manggis yang dihasilkan akan diekspor yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

9. Penerimaan petani manggis adalah total penghasilan yang diterima petani manggis per kilogram sebelum dikurangi biaya produksi dimana penerimaan petani ini merupakan harga domestik manggis tingkat petani yang dinyatakan dalam satuan Rp/Kg.

3.5.2 Batasan Operasional

(31)

negara tujuan, harga domestik manggis tingkat petani di Provinsi Sumatera Utara, GDP per kapita riil China dan nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar.

(32)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISKTIK NEGARA TUJUAN

EKSPOR MANGGIS SEGAR PROVINSI SUMATERA UTARA

4.1 Deskripsi Provinsi Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.

(33)

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas kelompok wilayah, yaitu Pesisir Timur, Pegunungan Bukit Barisan, Pesisir Barat dan Kepulauan Nias. Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar dan luas untuk dikembangkan menjadi areal pertanian dalam menunjang pertumbuhan industri.

Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sekaligus yang juga merupakan pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).

4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi

Provinsi Sumatera Utara terletak dekat garis khatulistiwa, oleh karena itu Provinsi ini tergolong ke dalam daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Pasat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91% per tahun, Curah hujan (800-4000) mm/tahun dan penyinaran matahari 43%.

(34)

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Maret dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, diantara kedua musim itu terdapat musim pancaroba.

Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah Sumatera Utara adalah Daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi.

4.1.3 Kondisi Demografi

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini dan menganut berbagai agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Budha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya.

(35)

4.2 Karakteristik Negara China

Menurut CIA World Factbook Tahun 2015, Republik Rakyat China menempati urutan pertama dan merupakan Negara yang memiliki Populasi atau Jumlah Penduduk terbanyak di Dunia dengan jumlah penduduknya sekitar 1,36 milliar jiwa atau tepatnya adalah 1.367.485.388 jiwa. Angka tersebut merupakan 18,8% dari keseluruhan Jumlah Penduduk Dunia ini. Populasi China mencapai 1,3 miliar yang merupakan populasi negara terbesar di dunia. GDP China di tahun 2014 mencapai $10,35 triliun dengan pertumbuhan GDP sebesar 7,3% dan inflasi sebesar 2%.

China merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah petani, pertanian menduduki tempat penting dalam ekonomi China. Walaupun wilayah China seluas 9,6 juta kilometer persegi, namun luas tanah pertaniannya hanya 1,27 juta kilometer persegi, kira-kira menempati 7 persen daripada luas tanah pertanian dunia. Daerah pertanian China sebagian besar terletak di dataran dan lembangan di kawasan mansun bagian timur. Tanaman utamanya meliputi padi, gandum, jagung, kacang soya dan lain-lain. Sedangkan tanaman ekonominya antara lain kapas, kacang tanah, sawi bunga, tebu, bit dan lain-lain. Dalam beberapa tahun ini, kerajaan China senantiasa menumpukkan perhatian terhadap pengembangan pertanian, meningkatkan penelitian dalam bidang pertanian, menaikkan pendapatan petani dan mewujudkan selangkah demi selangkah perkembangan selaras antara pedesaan dengan perkotaan.

(36)

produk hortikultura sendiri ada beberapa jenis buah yang sudah tidak asing lagi di pasaran China yaitu, kelengkeng, pisang, dan manggis. Jenis buah-buahan tropis lainnya seperti alpukat, papaya, salak, dan rambutan saat ini sedang dalam masa promosi untuk melakukan penetrasi pasar ke China.

Pola konsumsi buah-buahan di RRC saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut China Custom Trade Information, beberapa faktor tersebut antara lain :

1. Peningkatan pendapatan masyarakat Cina karena adanya pertumbuhan ekonomi RRC.

2. Adanya perubahan preferensi konsumen terhadap pola makan karena adanya perubahan standar hidup dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat.

3. Pengaruh musiman juga banyak berdampak pada pola konsumsi masyarakat RRC dalam mengkonsumsi buah-buahan. Sehingga manakala musim tertentu dimana ketersediaan buah-buahan tertentu di RRC terbatas, maka adanya buah-buahan dari manca negara akan menunjang pasokan buah-buahan agar tetap ada untuk dikonsumsi.

(37)

5. Konsumsi buah sebagai oleh-oleh. Buah-buahan yang dikemas secara khusus untuk hadiah atau oleh-oleh saat ini semakin populer di Cina, terutama bila dikaitkan dengan perayaan hari besar, saat berkunjung keluarga, dan kesempatan atau moment penting lainnya. Menurut survey di Beijing dan Shanghai, hampir 63 persen hingga 71 persen responden menyatakan bahwa mereka lebih suka membeli produk buah-buahan dan olahan lainnya untuk oleh-oleh atau hadiah terutama makanan alami yang banyak nutrisinya. 6. Daya tarik impor dari komoditas buah-buahan yang ditawarkan. Sebenarnya

ada beberapa negara yang memiliki peluang ekspor komoditas buah-buahan ke RRC selain Thailand dan Malaysia, yaitu Indonesia, Philipina dan Vietnam. Dari kesemuanya itu ternyata Thailand masih mendominasi pasar ekspor buah-buahan tropika, sehubungan dengan daya tarik impor yang diberikan pemerintah Thailand dengan membebaskan hambatan tarif pada komoditas yang diekspornya, khususnya ke RRC.

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Ekspor Manggis di Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil buah-buahan yang layak ekspor, salah satunya adalah ekspor buah manggis segar. Sentra produksi manggis tersebar hampir diseluruh kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terdapat pada Lampiran 1 dimana sentra produksi buah manggis pada tahun 2005 masih berjumlah 20 kabupaten/kota seiring berjalannya waktu serta adanya pemekaran daerah yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara selama 10 tahun terakhir, sentra produksi manggis pada tahun 2014 sudah menjadi 29 Kabupaten/Kota dari 32 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Adapun Kabupaten dengan produksi manggis tertinggi sepanjang tahun 2005-2014 adalah Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah dan Deli Serdang.

Produksi buah manggis segar di Provinsi Sumatera Utara mampu menutupi permintaan ekspor buah manggis. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 8. Grafik Produksi Buah Manggis dan Permintaan Ekspor Buah Manggis Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2014

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Produksi Manggis

(39)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa produksi manggis di Provinsi Sumatera Utara sepanjang tahun 2005-2014 cukup tinggi dan mampu menutupi permintaan ekspor buah manggis ke luar negeri. Adapun sisa dari buah manggis yang tidak diekspor keluar negeri dijual oleh petani manggis ke pasar terdekat atau didistribusikan ke pasar domestik seperti Jakarta, Batam, Berastagi, dan daerah-daerah lainnya.

Selama ini produksi manggis Provinsi Sumatera Utara selalu mampu menutupi permintaan manggis dari dalam dan luar negeri. Apabila suatu waktu produksi manggis Provinsi Sumatera Utara tidak mampu menutupi permintaan dalam dan luar negeri, maka kemungkinan Provinsi Sumatera Utara akan mengimpor buah manggis segar dari negara pesaing ekspor manggis yaitu Negara Malaysia, Thailand dan Amerika Latin.

(40)

Walaupun buah manggis bukan merupakan buah unggulan, buah manggis tetap menjadi komoditas buah ekspor dari Provinsi Sumatera Utara. Buah manggis yang diekspor dari Provinsi Sumatera Utara dikenakan pajak ekspor dan pajak impor di negara tujuan. Besarnya pajak ekspor dan impor ditentukan oleh kedua negara yang melakukan perdagangan yaitu Indonesia sebagai negara pengekspor dan China sebagai negara pengimpor.

Buah manggis yang diekspor diperoleh dari petani manggis yang menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul. Selanjutnya pedagang pengumpul mendistribusikan manggis ke pihak eksportir. Dimana antara pihak pedagang pengumpul dan pihak eksportir sudah menjalin relasi bisnis sejak dahulu. Petani manggis di Provinsi Sumatera Utara belum mampu mengekspor langsung hasil panennya ke luar negeri karena minimnya informasi mengenai prosedur ekspor buah ke luar negeri serta kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi langsung dengan pihak importir.

Dalam perdagangan internasional, negara pengimpor produk pertanian memiliki persyaratan khusus yang wajib dipenuhi oleh negara pengekspor. Salah satu persyaratan tersebut adalah sertifikat layak ekspor yang dikeluarkan oleh Balai Karantina Pertanian. Ada beberapa negara yang mewajibkan syarat sertifikat layak ekspor tetapi adapula negara yang tidak mewajibkan sertifikat tersebut. Adapun negara pengimpor yang mewajibkan syarat sertifikat layak ekspor adalah China, Netherlands, Malaysia, Hongkong,Vietnam, Singapura dan Thailand.

(41)

dikeluarkan, produk pertanian dalam hal ini buah manggis segar harus dikarantina terlebih dahulu. Pihak Balai Karantina bertugas untuk menguji buah manggis melalui uji laboratorium. Adapun rincian biaya selama buah manggis berada di balai karantina sebagai berikut:

Tabel 7. Rincian Biaya Karantina Manggis

Rincian Biaya (Rp/Kg)

Uji Laboratorium 10.000

Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 5

Sertifikat 5.000

Sumber: Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan

Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan tarif yang diberlakukan atas barang – barang ekspor dan impor. Tarif ini mulai diberlakukan sejak tahun 2012 sesuai dengan Peraturan Pemerintah pada tahun 2012.

Sepanjang tahun 2010 – 2014 terjadi peningkatan dan penurunan ekspor manggis dari Provinsi Sumatera Utara ke negara China, hal ini dapat dilihat dari grafik

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(42)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa peningkatan permintaan ekspor ke Negara China terjadi pada tahun 2010-2011 sedangkan sepanjang tahun 2011-2014 ekspor buah manggis segar dari Provinsi Sumatera Utara ke Negara China mengalami penurunan.

Menurut Kepala Seksi Karantina Tumbuhan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan, penurunan permintaan ekspor ini disebabkan oleh isu politis yang berkembang di negara China yang mengatakan bahwa manggis Indonesia mengandung timbal sebagai bahan radioaktif. Isu ini ternyata sudah dibuktikan oleh penelitian di negara China. Berdasarkan penelitian tersebut akhirnya pemerintah China mengambil tindakan untuk mengurangi volume impor manggis dari Indonesia termasuk dari Provinsi Sumatera Utara.

Selama ini manggis dari Provinsi Sumatera Utara yang akan diekspor hanya mendapat perlakuan perendaman (Dipping) buah dalam larutan insektisida untuk membunuh serangga. Sedangkan penanggulangan kandungan yang terdapat dalam buah manggis seperti timbal dapat dilakukan dengan fumigasi oleh Balai Karantina Pertanian. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan mengingat manggis ekspor dibutuhkan dalam keadaan segar dan apabila dilakukan fumigasi terlebih dahulu maka akan memakan waktu yang lebih lama bagi buah manggis untuk dieskpor ke negara tujuan.

(43)

buah dalam ruangan khusus lalu dilakukan penyemprotan gas yang dibutuhkan. Sedangkan seluruh manggis yang akan diekspor tidak dapat dikumpulkan dalam satu waktu karena manggis merupakan tanaman hutan yang tidak dibudidayakan dengan baik sehingga waktu panen dan volume panen juga tidak konsisten. Jika dilakukan fumigasi pada buah manggis dikhawatirkan penggunaan ruang khusus fumigasi menjadi tidak efektif dan resiko fumigator mengalami keracunan akan lebih tinggi.

Sampai saat ini pemerintah belum dapat menanggulangi adanya timbal dalam buah manggis ekspor. Tentunya penanggulangan hal ini sangatlah penting demi keberlanjutan kegiatan ekspor buah manggis segar di Provinsi Sumatera Utara.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa buah manggis belum menjadi buah unggulan di Provinsi Sumatera Utara. Ekspor manggis Provinsi Sumatera Utara ditujukan ke Negara China, Netherlands, Malaysia, Hongkong, Vietnam, Singapura dan Thailand. Dimana negara-negara ini mewajibkan syarat sertifikat layak ekspor yang dikeluarkan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan. Adapun buah manggis yang tidak diekspor didistribusikan ke pasar domestik seperti Jakarta, Batam, Berastagi, Medan dan daerah-daerah lainnya. Buah manggis yang diekspor ke Negara China sepanjang tahun 2011-2014 mengalami penurunan akibat adanya kandungan timbal sebagai bahan radioaktif.

5.2 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara

(44)

sama bila berhati-hati dalam menginterpretasikan model. Namun untuk mengurangi salah interpretasi, sebaiknya digunakan satuan ukuran/unit yang sama dalam mengukur variabel-variabel bebas maupun terikat.

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data tahunan yaitu data mulai tahun 2005 sampai tahun 2014. Dalam persamaan diketahui variabel bebas terdiri dari GDP perkapita riil China (X1), nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (X2), volume ekspor manggis (X3) dan harga ekspor manggis (X4). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap nilai ekspor manggis sebagai variabel dependen (variabel terikat), dimana hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini dengan menggunakan Model Regresi Linier Berganda, adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ɛ

Keterangan :

Y = Nilai ekspor manggis Sumatera Utara a = Koefisien intersep

b1-b4 = Koefisien variabel regresi X1 = GDP perkapita riil China (Rp)

X2 = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar (Rp) X3 = Volume Ekspor Manggis (Kg)

X4 = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)

(45)

Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS ( Stasistical Product and Service Solution) maka hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

buah manggis di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 8. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Di Sumatera Utara

Variabel Koefisien Regresi Standar Error Signifikansi t

Constanta -0,00000006438 0,000000003611 0,865

X1 = GDP China 62,233 33,759 0,125

X2 = Nilai Tukar

Nominal 177838,276 444906,440 0,706

X3 = Volume Ekspor 4331,729 637,234 0,001

X4 = Harga Ekspor -674631,713 531996,237 0,261 R = 0,964a

R-Square = 0,929

Sumber: Lampiran 5a dan 5b

Adapun persamaan yang diperoeh dari hasil analisis adalah

Y= -0,00000006438 + 62,233X1 + 177838,276X2 + 4331,729X3 - 674631,713X4

Dari persamaan ini dapat diartikan bahwa apabila seluruh variabel bebas yaitu GDP, nilai tukar nominal, volume ekspor dan harga ekspor bernilai nol maka variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis adalah sebesar Rp -0,00000006438.

5.2.1 Pengaruh GDP Perkapita Riil China Terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara

Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 8 dapat dilakukan uji-t dengan melihat nilai signifikansi t pada variabel GDP perkapita riil China sebesar 0,125 >

(46)

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X1 yaitu GDP China bertanda positif (+) yaitu sebesar 62,233. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan GDP sebesar 1 rupiah maka akan terjadi kenaikan nilai ekspor manggis sebesar Rp 62,233 dan sebaliknya (ceteris paribus). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Arlisda Febriana Setyo pada tahun 2009 bahwa koefisien variabel GDP negara tujuan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan volume ekspor manggis Indonesia ke negara tujuan.

Hasil ini juga sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana diharapkan variabel GDP negara tujuan akan berpengaruh positif pada peningkatan nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun hasil analisis regresi untuk GDP sesuai dengan hipotesis, namun variabel ini baru dapat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan volume ekspor manggis pada taraf kepercayaan 85% atau nilai α = 0,15. Sehingga signifikansi-t variabel GDP

China akan lebih kecil dari nilai α yaitu 0,125 < 0,15.

5.2.2 Pengaruh Nilai Tukar Nominal Rupiah Terhadap Dollar Terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara

Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 8 dapat dilakukan uji-t dengan melihat nilai signifikansi t pada variabel nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar adalah sebesar 0,706 > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya variabel bebas yaitu nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara pada taraf kepercayaan 95%.

(47)

menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar 1 rupiah maka akan menaikkan nilai ekspor manggis sebesar Rp 177.838,276 dan sebaliknya (ceteris paribus). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan A. Husni Malian pada tahun 2003 bahwa peubah kebijakan yang mempengaruhi secara dominan ekspor produk pertanian adalah nilai tukar riil dan investasi pemerintah di sektor pertanian, sementara yang mempengaruhi ekspor produk industri pertanian adalah nilai tukar riil.

Hasil ini juga sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana diharapkan variabel nilai tukar nominal rupiah akan berpengaruh positif pada peningkatan nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun hasil analisis regresi untuk nilai tukar nominal rupiah sesuai dengan hipotesis, namun variabel ini baru dapat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan volume ekspor manggis pada taraf kepercayaan 25% atau nilai α = 0,75. Sehingga signifikansi-t variabel nilai tukar nominal rupiah akan lebih kecil dari nilai α yaitu 0,706 < 0,75.

5.2.3 Pengaruh Volume Ekspor Terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara

(48)

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X3 yaitu volume ekspor bertanda positif (+) yaitu sebesar 4331,729. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan volume ekspor sebesar 1 Kg maka akan terjadi kenaikan nilai ekspor manggis sebesar Rp 4.331,729 dan sebaliknya (ceteris paribus).

Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana diharapkan variabel volume ekspor akan berpengaruh positif pada peningkatan nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara.

5.2.4 Pengaruh Harga Ekspor Manggis Terhadap Nilai Ekspor Manggis Segar di Provinsi Sumatera Utara

Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 8 dapat dilakukan uji-t dengan melihat nilai signifikansi t pada variabel harga ekspor manggis adalah sebesar 0,261 > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, artinya variabel bebas yaitu harga ekspor manggis secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat nilai variabel X4 yaitu harga ekspor bertanda negatif (-) yaitu sebesar 674631,713. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga ekspor sebesar 1 rupiah menurunkan nilai ekspor manggis sebesar Rp 674.631,713. Hasil ini sesuai dengan teori Lipsey (1997) yang menyatakan bahwa harga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi jumlah permintaan yang diminta oleh konsumen,

semakin tingginya harga yang ditetapkan maka akan mengakibatkan penurunan

(49)

Hasil yang diperoleh yaitu harga ekspor manggis berpengaruh negatif terhadap

nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Amalia Pradipta dan Muhammad Firdaus pada tahun 2014 bahwa harga ekspor memengaruhi secara nyata dan negatif terhadap volume ekspor manggis, mangga, dan pisang Indonesia ke negara tujuan.

Hasil ini juga sesuai dengan hipotesis penelitian yang ditetapkan dimana diharapkan variabel harga ekspor akan berpengaruh positif pada peningkatan nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun hasil analisis regresi untuk harga ekspor sesuai dengan hipotesis, namun variabel ini baru dapat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan volume ekspor manggis pada taraf

kepercayaan 70% atau nilai α = 0,3. Sehingga signifikansi-t variabel harga ekspor

akan lebih kecil dari nilai α yaitu 0,261 < 0,3.

Hasil Pengujian Hipotesis

Kesesuaian Model ( Test of Goodness of Fit)

Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi tersebut, maka diperoleh nilai R

square sebesar 0,929 (Lampiran 5a) yang artinya 92,9% variasi variabel terikat Nilai ekspor telah dapat jelaskan oleh variabel bebas GDP perkapita riil China, nilai tukar

nominal, volume ekspor dan harga ekspor manggis. Sisanya sebesar 7,1% dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.

Uji F ( Uji Simultan)

(50)

volume ekspor, harga ekspor manggis ternyata signifikan secara statistik pada α = 5%. Hal ini dapat dilihat dari uji F dimana Signifikansi F (0,004) ≤ α (0,05)maka H0 ditolak H1 diterima, artinya variabel bebas yaitu GDP perkapita riil China, nilai tukar nominal, volume ekspor, harga ekspor manggis dalam model secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor manggis pada taraf nyata 5%.

Hasil Asumsi Regresi Linier Berganda

Uji Normalitas

Pada tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov (Lampiran 6a) hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi KS adalah sebesar 0,440 > α (0,05) maka terima H0. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.

Uji Heterokedastisitas

(51)

Uji Multikolinieritas

Pada tabel Coefficient (Lampiran 5b) diketahui nilai toleransi dan VIF pada masing-masing variabel. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 9. Nilai Toleran Variabel Independen

Model Collinearity Statistics Kesimpulan

Tolerance VIF

GDP China 0,082 (< 0,10) 12,233 (>10) terjadi

multikolinieritas Nilai Tukar Nominal 0,368 (> 0,10) 2,715 (< 10) tidak terjadi

multikolinieritas Volume Ekspor 0,793 (> 0,10) 1,261 (< 10) tidak terjadi

multikolinieritas Harga Ekspor 0,069 (< 0,10) 14,464 (> 10) terjadi

multikolinieritas Sumber: Lampiran 5b

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa variabel nilai tukar nominal dan volume ekspor memiliki nilai toleransi dan VIF yang memenuhi hipotesis H0 artinya tidak ada korelasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi. Sedangkan pada variabel GDP China dan harga ekspor memiliki nilai toleransi dan VIF yang tidak memenuhi hipotesis H0 artinya ada korelasi antara variabel bebas dalam model regresi atau terjadi multikolinieritas pada model regresi.

Uji Autokorelasi

(52)

Dengan menggunakan tabel statistik dW dan signifikansi 0,05% dengan n=10 serta jumlah variabel bebas sebanyak 4 maka diperoleh angka dL = 0,376 dan dU = 1,414, sedangkan untuk nilai 4-dU = 2,586 dan 4-dL = 3,624.

Nilai dW pada hasil SPSS adalah sebesar 2,596 yang terletak diantara nilai 4-dU yaitu 2,586 dan 4-dL yaitu 3,624 (2,586 (4-dU) ≤ 2,596 (dW) ≤ 3,624 (4-dL)) maka sesuai dengan kriteria uji maka tidak dapat diambil kesimpulan ada tidaknya autokorelasi.

Menurut Supriana (2013), Secara umum autokorelasi sulit untuk diatasi. Transformasi logaritma dapat mengurangi korelasi. Hanya saja, kadang-kadang data yang dianalisis ada data yang negatif sehingga tidak dapat melakukan transformasi logaritma.

(53)

5.3 Analisis Kausalitas antara Harga Ekspor Manggis dengan Harga Domestik Manggis Tingkat Petani Di Provinsi Sumatera Utara

Analisis kausalitas digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari setiap variabel. Hubungan kausalitas antara variabel harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani yang ada dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Hasil Uji Granger Causality

Variabel

0.0553 (<0,05) Harga Ekspor Manggis mempengaruhi Harga

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani memiliki hubungan sebab akibat.

Perubahan harga ekspor manggis dapat mempengaruhi perubahan harga domestik manggis tingkat petani, hal ini disebabkan oleh adanya faktor yang mempengaruhi harga ekspor manggis itu sendiri seperti nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Sehingga apabila rupiah terdepresiasi maka harga ekspor akan meningkat yang menyebabkan para eksportir mampu membayar lebih manggis dari petani lalu harga domestik manggis tingkat petani akan meningkat dan penerimaan petani manggis juga akan meningkat.

(54)

petani menyumbang sebesar ± 40% dari harga ekspor manggis. Sehingga apabila harga dari petani turun maka harga ekspor manggis juga akan ikut turun.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan hipotesis 2, maka dinyatakan hipotesis (2) diterima.

5.4 Analisis Pengaruh Harga Ekspor Manggis terhadap Penerimaan Petani Manggis di Provinsi Sumatera Utara

Dari hasil analisis masalah (3) diperoleh bahwa harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani memiliki hubungan sebab akibat. Oleh karena itu peneliti ingin melihat seberapa besar harga ekspor manggis mempengaruhi harga domestik manggis tingkat petani dimana dalam penelitian ini harga domestik manggis tingkat petani diasumsikan merupakan total penerimaan petani manggis di Provinsi Sumatera Utara.

Data Lampiran 3 merupakan data yang dianalisis dengan regresi linier sederhana. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data harga ekspor manggis dan data harga domestik manggis tingkat petani mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2014. Dalam persamaan diketahui harga ekspor manggis sebagai variabel bebas dan penerimaan petani sebagai variabel terikat.

Hasil regresi yang diperoleh melalui penelitian ini menggunakan Model Regresi Linier Sederhana, adalah sebagai berikut:

(55)

Keterangan:

Y = Penerimaan petani (Rp/Kg) a = Koefisien intersep

b = Koefisien variabel regresi X = Harga ekspor manggis (Rp/Kg)

ɛ = error term

Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) maka hasil analisis pengaruh harga ekspor manggis terhadap

penerimaan petani manggis di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Lampiran 9.

Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah

Y = -209,245 + 0,669 X

Dari hasil persamaan ini dapat dilihat bahwa koefisien intersep bertanda negatif (-) sebesar 209,245 artinya apabila variabel bebas yaitu harga ekspor bernilai nol maka variabel terikat yaitu penerimaan petani akan berkurang adalah sebesar Rp 209,245. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai variabel bebas yaitu harga ekspor manggis bertanda positif (+) yaitu sebesar 0,669. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga ekspor sebesar 1 rupiah maka akan terjadi kenaikan penerimaan petani sebesar Rp 0,669/Kg dan sebaliknya (ceteris paribus).

(56)

Rp 1.869,1 maka penerimaan petani akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.250,4/Kg manggis yang diekspor (Rp 1.869,1 x Rp 0,669) . Apabila dalam satu kali ekspor satu petani mampu menghasilkan 1000 Kg manggis lalu terjadi perubahan harga pada saat penjualan ke pihak eksportir maka penerimaan petani dengan harga baru akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.250.400,- (Rp 1.250,4 x 1000Kg) dari penerimaan dengan harga lama.

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi ekspor manggis dari Provinsi Sumatera Utara ke Negara China sepanjang tahun 2011-2014 mengalami penurunan akibat adanya kandungan timbal sebagai bahan radioaktif.

2. Faktor GDP perkapita riil negara tujuan, Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar, Volume ekspor manggis, Harga ekspor manggis secara serempak berpengaruh nyata terhadap Nilai ekspor manggis segar di Provinsi Sumatera Utara. GDP perkapita riil negara tujuan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor manggis, Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar berpengaruh positif terhadap nilai ekspor, Volume ekspor manggis berpengaruh positif terhadap nilai ekspor manggis, Harga ekspor manggis berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor manggis di Provinsi Sumatera Utara.

3. Terdapat hubungan kausalitas antara harga ekspor manggis dengan harga domestik manggis tingkat petani di Provinsi Sumatera Utara.

(58)

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diajukan:

1. Para petani manggis diharapkan mampu meningkatkan kualitas buah manggis yang dihasilkan sesuai dengan standar ekspor agar harga jual yang diperoleh tinggi serta mampu menjalin relasi bisnis yang baik dengan para eksportir.

2. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi pengekspor buah manggis dari Indonesia dan berpotensi untuk mengembangkan budidaya buah manggis dalam rangka memenuhi permintaan konsumen dalam dan luar negeri. Untuk itu pemerintah khususnya pemerintah daerah diharapkan turut serta dalam upaya pengembangan budidaya buah manggis dengan memberikan insentif kepada petani agar petani mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas buah manggis sebagai satu-satunya jenis buah yang hanya diekspor dan tidak diimpor di Provinsi Sumatera Utara.

(59)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Manggis

Manggis merupakan tanaman buah tropis yang asal usul nya tidak disebutkan secara pasti. Satu kepustakaan menyebutkan bahwa tanaman manggis berasal dari Malaysia, hal ini dinyatakan oleh Steenis pada tahun 1949. Sumber lain juga menyebutkan bahwa tanaman manggis berasal dari Semenanjung Malaya. Perdagangan di masa lalu menyebabkan tanaman manggis menyebar dari satu benua ke benua lain, dari satu daerah ke daerah lain, dari Malaysia, ke Indonesia, terus ke Philipina, Vietnam, Thailand, Burma dan Srilanka.

Pada sekitar tahun 1925, sebuah perusahaan besar bernama The United Fruit Coy di Honduras membudidayakan tanaman manggis secara besar-besaran yang bersifat komersial dalam bentuk perkebunan. Hasil budidaya manggis tersebut diperdagangkan oleh perusahaan tersebut dan membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. Kini tanaman manggis sudah menyebar dan dibudidayakan antara lain di Myanmar, Indo-cina, Australia, dan Amerika Tengah. Di Indonesia sendiri, tanaman manggis terdapat di hampir semua provinsi, dari barat sampai ke ujung timur, dari Sabang sampai Merauke.

(60)

Kingom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Parietales Family : Guttiferae Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

2.1.1.1 Sifat Botani

Manggis merupakan pohon hutan. Sosoknya tidak terlalu tinggi, sekitar 20 m. Tanaman tumbuh lambat, biasanya daun muda muncul 1-2 kali setahun. Hal ini karena akar sampingnya hanya sedikit.

a. Daun dan Cabang

Mahkota daun (kanopi) tampak indah menyerupai setengah kerucut. Daunnya lebar dan tebal. Batang dan cabang banyak, tumbuh condong mendatar, tetapi umumnya tidak rata dan banyak benjolan.

b. Bunga

Bunga berukuran besar. Kelopak tebal terdiri dari empat helai dan berwarna hijau. Putik pendek. Bakal buah bulat besar dan berwarna hijau. Kepala putik bercabang 4-8 yang tetap melekat pada ujung buah.

c. Buah

(61)

2.1.1.2 Agroekologi

Tanaman manggis dapat hidup pada dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan antara 1.500-3.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Suhu udara rata-rata 20-30o C, pH tanah 5-7, tetapi lebih toleran pada pH rendah (masam) di lahan gambut. Daunnya peka sekali terhadap sinar matahari langsung karena mudah terbakar. Di daerah beriklim agak lembap hingga agak kering, tanaman manggis masih mampu hidup asalkan air tanah agak dangkal. Bibit yang baru dipindah ke kebuh harus diberi naungan. Bila tidak, hidupnya akan merana dan daunnya terbakar matahari.

2.1.1.3 Varietas unggul

Menurut Sobir dan Mega Amaliya (2013), varietas unggul manggis yang telah dilepas adalah kaligesing (Purworejo). Namun, karena manggis masih dianggap monoklonal (genetik seragam) maka pelepasan varietas unggul lokal yang lain masih perlu dipertimbangkan. Hal ini disebabkan biji yang terbentuk tanpa melalui pembuahan (perkawinan).

(62)

2.1.1.4 Budidaya

Sumber: mitrabibit.com

Gambar 1. Benih Manggis Siap Semai

Sumber: tokopedia.com

Gambar 2. Bibit Manggis Siap Tanam

(63)

Sumber: klatenherbal.com

Gambar 3. Pohon Manggis

Sumber: omkicau.com

Gambar 4. Proses Pematangan Buah Manggis

(64)

2.1.1.5 Manfaat

Beragam manfaat buah manggis diantaranya adalah:

a. Air rebusan akar manggis dapat digunakan untuk menyebuhkan penyakit disentri dan mengatasi haid yang tidak teratur.

b. Akar kulit batang digunakan sebagai obat sakit perut.

c. Daun manggis digunakan untuk meredakan demam dan gangguan kencing, serta ekstraknya digunakan sebagai salep luka.

d. Jus daging buah digunakan sebagai obat diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok, peluruh dahak, dan sakit gigi.

e. Kulit buah sebagai obat anti kanker, anti tumor, anti inflamasi/anti radang, diabetes, antioksidan, mengatasi TBC, mengatasi Retinoblastoma (kanker retina), penyehat jantung, anti arthritis, anti antiosteoporosis, penenang syaraf (anti alzheimer), mencegah penuaan dini, anti malaria, anti alergi, penghilang jerawat, dan anti HIV (Warisno dan Kres Dahana, 2012).

2.1.2 Prospek Ekspor Manggis

Di pasar internasional manggis dikelompokkan ke dalam kategori buah – buahan eksotik. Bagi masyarakat luar negeri buah ini sangat bergengsi dan belum memasyarakat secara luas. Harganya pun relatif mahal karena jumlah yang tersedia di pasar terbatas sehingga hanya kalangan tertentu saja yang dapat menikmatinya.

(65)

domestik akan meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan akan gizi dan pendapatan.

Menurut Satuhu (1997), masih banyak kendala dalam penyediaan buah manggis segar yang berkualitas ekspor. Walaupun total produksi manggis Indonesia cukup tinggi, namun mutunya rata-rata masih rendah. Rendahnya mutu manggis umumnya karena manggis kebanyakan masih merupakan tanaman hutan yang belum dibudidayakan dengan benar. Untuk meningkatkan mutu buah manggis yang layak diekspor, pemeliharaan tanaman dan pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Pengemasan dan pengangkutan pun harus diperhatikan. Dengan meningkatkan kualitas buah maka permintaan ekspor manggis akan dapat terpenuhi.

2.1.3 Syarat Mutu dan Penanganan Ekspor

Buah manggis segar yang akan diekspor warna sepalnya hijau segar. Jumlah sepal lengkap, meskipun ada toleransi maksimal satu sepal. Warna kulit buah manggis hijau keunguan sampai merah ungu. Tangkai buah berwarna hijau segar. Kulit buah mulus tidak cacat, baik cacat mikrobiologis atau cacat mekanik seperti burik dan tidak bergetah. Kadar burik maksimum yang masih dapat diterima adalah 5-10% (Satuhu, 1997).

Ukuran buah manggis untuk ekspor terbagi dalam beberapa grade, yaitu: 1. Grade super A: setiap kg terdiri 6-8 buah.

(66)

Ada beberapa proses yang terlibat dalam penanganan buah manggis untuk ekspor mulai dari panen manggis setelah berumur 5 tahun lalu dilakukan sortasi buah yang meliputi kontrol mengenai kulit, sepal, tangkai, tekstur, daging dan ukuran buah. Buah yang telah disortasi kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukuran buahnya (grading). Grading buah manggis dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan menggunakan alat (mesin grading). Setelah dilakukan grading, buah manggis siap ekspor dikemas dengan keranjang plastik yang berlubang dengan kapasitas 10 kg berukuran 45,8 x 32,4 x 16,3 cm dengan bagian bawah keranjang diberi alas kertas minyak. Lalu buah dimasukkan dan ditutup dengan selembar busa tipis untuk mencegah kerusakan buah akibat benturan, kemudian keranjang diikat dengan kuat dan dibungkus plastik.

Sumber: mahkotamanggissehati.com

Gambar 5. Keranjang Plastik untuk Pengemasan Ekspor Buah Manggis

(67)

Gambar 6. Bagan Proses Penanganan Buah Manggis untuk Ekspor

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional

Menurut Purwito (2015), Perdagangan Internasional adalah kegiatan yang terkait dengan perdagangan antara suatu tempat dengan tempat lain dan melewati batas-batas negara, bersifat interdependensi dengan menerapkan aturan tradisional, bilateral, regional maupun yang telah disepakati secara internasional melalui perjanjian atau dalam keanggotan dalam suatu institusi global. Perdagangan ini merupakan suatu kejadian dari eksistensi pelaku bisnis, individu dan pemerintah yang ingin melakukan transaksi jual beli barang atau jasa yang diproduksi di negara lain. Kebebasan untuk memilih dan menentukan produk-produk tersebut ditentukan oleh kondisi ketersediaan serta harga barang dan jasa.

Sortasi

Grading

Tanpa perlakuan kimia Perlakuan

Kimia

Pengemasan

Precooling Tanpa precooling

Pengangkutan suhu kamar 28 - 300 C Pengangkutan suhu

dingin 150 C

(68)

Perdagangan internasional memberikan manfaat kepada negara-negara yang mempunyai sumber daya alam yang besar. Sehingga dapat menjamin adanya pasar yang lebih stabil dan berpotensi untuk dapat bersaing dalam pasar internasional dengan fluktuasi harga yang terkendali dan stabil, terutama dalam era perdagangan bebas. Kelancaran produksi dan didistribusikan ke negara yang memerlukan, perdagangan menjadi lebih bermakna bagi masing-masing negara, melalui pemerintahannya. Kebijakan perdagangan merupakan suatu tindakan yang diambil oleh pemerintah guna mengantisipasi kepentingan negara dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam upaya memperoleh nilai tambah bagi produk yang dihasilkan di dalam negeri, terutama untuk meningkatkan daya saing.

2.2.2 Ekspor

Ekspor diartikan sebagai kegiatan penjualan atau pengiriman barang, jasa atau modal yang berasal dari daerah pabean ke luar daerah pabean melalui perjanjian atau tidak, yang dilakukan oleh orang, badan hukum atau negara, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengertian daerah pabean adalah seluruh wilayah perairan, daratan maupun sungai dan zona eksklusif dari suatu negara, baik yang ditetapkan dan diakui secara internasional maupun didasarkan atas kedaulatan dan undang-undang serta batas-batas suatu negara.

Sesuai dengan praktik ekspor dapat dibagi menjadi:

(69)

b. Ekspor tidak langsung, dilakukan melalui pihak ketiga, yang disebabkan beberapa hal yang melatarbelakangi, seperti lokasi pasar, ketersediaan sarana dan prasarana (telekomunikasi, perbankan, transportasi) serta networking.

c. Re-ekspor adalah kegiatan yang dilakukan oleh importir untuk mengekspor barang-barang yang telah dipesan/dibeli dan sampai di pelabuhan tujuan.

d. Diekspor kembali suatu kegiatan yang dilakukan oleh importir dengan menggunakan fasilitas impor sementara dan mendapatkan penangguhan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor (Purwito, 2015).

Menurut Krugman dan Obstfeld (2000), secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori Perdagangan Internasional (Global Trade) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku dan kebijakan deregulasi.

(70)

karena ia dibutuhkan baik oleh negara sedang berkembang maupun oleh negara maju (Jhingan, 2014).

2.2.3 Gross Domestic Product (GDP)

Menurut Supriana (2013), Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP) dapat diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksi (dengan

menggunakan faktor produksi milik warga negara maupun milik warga negara asing yang ada di negara tersebut) dalam satu negara pada tahun tertentu. Dalam buku indikator ekonomi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, dikenal indikator ekonomi (termasuk PDB) riil dan nominal. PDB riil adalah produk domestik yang dihitung berdasarkan harga konstan atau harga tahun tertentu yang disebut sebagai tahun dasar. PDB dapat memberikan gambaran umum perekonomian suatu negara/daerah melalui beberapa indikator ekonomi seperti laju pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, dan PDB per kapita.

Adapun GDP Perkapita riil negara tujuan ekspor manggis Sumatera Utara yaitu China sebagai berikut:

Tabel 4. GDP Perkapita Riil China (US $) Tahun 2005-2014

(71)

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa GDP perkapita riil negara China sepanjang tahun 2005-2014 mengalami peningkatan. Dimana peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010-2011 yaitu sebesar 1.059,3 US $. Peningkatan GDP perkapita riil China meningkat disebabkan karena China terkenal dengan negara yang mampu memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dalam memproduksi barang dan jasa. Pernyataan ini didukung publikasi oleh Setiyadi (2015), bahwa dengan memainkan berbagai peran, sebagai konsumen, produsen, pesaing, pembaharu dan penyedia sumber daya manusia yang handal negara China mampu membentuk perekonomian dunia. China menjadi negara yang tangguh dalam penekanan biaya produksi, peningkatan teknologi dan jasa, serta memiliki pertahanan yang kuat dalam memajukan negara.

2.2.4 Nilai Tukar

Menurut Supriana (2013), nilai tukar atau kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Menurut Cornelius Luca dalam bukunya yang berjudul Trading In The Global Currency Markets memberikan definisi bahwa nilai tukar valuta asing merupakan

Gambar

Tabel 6. Realisasi Volume Ekspor Manggis di Provinsi Sumatera Utara ke Negara Tujuan Tahun 2010-2014
Gambar 8. Grafik Produksi Buah Manggis dan Permintaan Ekspor Buah Manggis    Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2014
Gambar 9. Grafik Ekspor Buah Manggis Provinsi Sumatera Utara ke Negara   China Tahun 2010-2014
Tabel 8. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Buah Manggis Di Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

This conclusion can be used for solving the drawback of the convergence of Newton method since for most non convex function, Newton method will fail to obtain the closest solution

31 Roudlotul Ulum BULAK BANTENG BARU GG KAMBOJA II/44 Kenjeran DAFTAR NAMA MI YANG BELUM MELAPORKAN LPJ BOS SEMESTER 1..

[r]

12.Sifat cermin datar adalah tegak, terbalik, diperbesar, nyata, maya, jarak benda kecermin sama dengan jarak bayangan kecermin.. Yang bukan sifat cermind datar

Meskipun teknologi ini tetap membutuhkan kabel, namun tidak sebanyak pada jaringan lokal kabel, pada wireless hanya butuh kabel beberapa meter saja dan tidak sampai memerlukan

[r]

Didukung dengan jaringan LAN dan VLAN dari tiap lantai yang terhubung ke router black diamond untuk akses yang mudah dan tidak terlalu rumit. Pengembangan system tersebut

Tujuan penelitian adalah menganalisis kinerja router pada jaringan komputer WAN pada PT.PLN dimana fungsi router disini untuk menggabungkan jaringan komputer LAN yang berbeda