• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG

MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)

RASTYAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Rastyawati

(4)
(5)

ABSTRAK

RASTYAWATI. Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea

canaliculata Lamarck). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan NUNIK SRI

ARIYANTI.

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) merupakan hama yang menyerang tanaman padi pada saat usia padi dibawah 30 hari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membasmi hama keong tanpa meninggalkan residu di tanaman adalah dengan pemberian pestisida nabati sebagai moluskisida. Daun nangka dan daun sukun diduga dapat menjadi moluskisida nabati bagi hama keong karena mengandung senyawa saponin. Penelitian ini bertujuan menguji ekstrak daun nangka dan ekstrak daun sukun terhadap penurunan daya hidup keong mas dan menentukan efektivitas ekstrak daun berdasarkan nilai LC50.

Percobaan pemberian ekstrak daun dilakuan secara terpisah terhadap keong mas kecil (diameter operkulum 5-10 mm) dan keong mas besar (diameter operkulum 11-20 cm). Perlakuan yang diberikan adalah keong mas dimasukkan dalam toples berisi air tanpa ekstrak daun sebagai kontrol, dan ke dalam toples-toples berisi ekstrak daun dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L, dan 25 g/L. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah keong mas yang bertahan hidup setelah lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam. Hasil pengamatan dianalisis untuk mendapatkan nilai LC50. Ekstrak daun nangka maupun daun sukun memiliki potensi sebagai

moluskisida, menyebabkan semua keong mas mati pada hari ketiga perlakuan (72 jam). Penurunan daya hidup keong terjadi lebih cepat dijumpai pada konsentrasi ekstrak daun yang lebih tinggi. Adanya lendir pada tubuh keong mas yang mati menunjukkan gejala adanya pengaruh saponin. Pengaruh ukuran keong mas tidak konsisten tampak pada LC50 24 jam dan 48 jam perlakuan ekstrak daun sukun.

Nilai LC50 24jam (keong besar) dan 48 jam (keong kecil) tidak terdeteksi pada

perlakuan menggunakan daun nangka.Hal ini menunjukkan perlunya dirancang kembali metode dan konsentrasi yang digunakan untuk hasil penelitian yang lebih baik.

(6)
(7)

ABSTRACT

RASTYAWATI. The Effectiveness of Jackfruit Leaf Extract and Breadfruit Leaf Extract as Botanical Molluscicides Against Golden Snail (Pomacea canaliculata

Lamarck) Survival. Supervised by TRI HERU WIDARTO and NUNIK SRI ARIYANTI.

Golden apple snails (Pomacea canaliculata Lamarck) are pests that attack water plants, especiallypaddy field until 30 days old. One effort to eradicate the snails without leaving chemicals residue in plants is by the provision of natural pesticides such as molluscicides. Jackfruit and breadfruit leaves maybe used as natural molluscicides for snail because they contain saponins. This study aims to test the jackfruit leaf and breadfruit leaf extracts to the survival of snails and determine the effectiveness of the leaf extract based on the LC50. The experiment

was conducted separately for small (operculum diameter 5-10 mm) and large golden snails (operculum diameter of 11-20 cm). During the experiment the snails were put in a jars filled with water without leaf extract as the control, and jars with leaf extract at a concentration of 5 g/L, 10 g/L, and 25 g/L as treatments. Observations were carried out by counting the number of snails survives after 24, 48, and 72 hours. The results were analyzed to obtain LC50 values. Jackfruit and

breadfruit leaves extracts have potential as molluscicides, since they caused all the snails died on the third day of treatment (72 hours). Decreasing rate of their survival is faster at higher concentrations. The presence of mucus in the body of the dead snails showing symptoms of the effect of saponins. Inconsistent results seem appear on LC50 (24 and 48 hours) of breadfruit extract. LC50 of 24 hours

(large snails) and 48 hours (small snails) since they are not detected at the treatment using jackfruit leaves. This suggests the need to redesign the method and the concentration used for better research results.

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA DAN DAUN SUKUN SEBAGAI MOLUSKISIDA NABATI TERHADAP DAYA HIDUP KEONG

MAS (POMACEA CANALICULATA LAMARCK)

RASTYAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea

canaliculata Lamarck)

Nama : Rastyawati NIM : G34100070

Disetujui oleh

Ir Tri Heru Widarto, MSc Pembimbing I

Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah Efektivitas Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun sebagai Moluskisida Nabati terhadap Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Tri Heru Widarto MSc dan Dr Nunik Sri Ariyanti MSi selaku pembimbing serta Dr Sulistijorini MSi selaku penguji sidang skripsi. Disamping itu, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada beasiswa Ekatjipta Foundation, ibu, papah,sahabat TPB serta anak-anak Biologi angkatan 47 tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

Prosedur Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Persentase Penurunan Daya Hidup Keong Mas Uji 3

Perilaku Keong Mas Selama Perlakuan 5

Pembahasan 6

SIMPULAN 7

DAFTAR PUSTAKA 7

(14)

DAFTAR TABEL

1 Lethal Concentrate (LC50) g/L ekstrak daun nangka dan daun sukun 5

DAFTAR GAMBAR

1 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak daun nangka dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun nangka 0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L (−∆−), dan 25 g/L (−×−) pada keong besar (A) dan keong kecil (B) 4 2 Rata-rata persentase keong mashidup setelah terpapar ekstrak daun

sukun dengan lama pemaparan 24, 48, dan 72 jam pada konsentrasi ekstrak daun sukun0 g/L (−◊−), 5 g/L (−□−), 10 g/L (−∆−), dan 25 g/L

(−×−) pada keong besar (A) dan keong kecil (B) 4

3 Keong mas sehat (A), keong mas yang mengalami gejala keracunan (B), dan keong mas mati karena keracunan (C). (1) cangkang keong mas, (2)

(15)

PENDAHULUAN

Pomacea canaliculata Lamarck atau keong mas merupakan siput air tawar

yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1980 sebagai hewan hias. Sebagian dari keong mas yang lepas ke persawahan berkembang biak dengan cepat sehingga populasinya meningkat dalam kurun waktu yang singkat. Populasi yang tinggi ini menyebabkan kerusakan tanaman padi yang semakin lama semakin meresahkan petani. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status dari hewan hias menjadi hama padi. Keong mas termasuk dalam daftar Mollusca yang menjadi spesies asing invasif di Indonesia (Sugianti et al. 2014). Hama keong mas merusak tanaman padi dari mulai persemaian hingga pertanaman padi, hama ini memotong pangkal batang padi muda yang menyebabkan rumpun padi rusak dan mati (Yunidawati et al. 2011). Penanganan keong mas di Indonesia sudah dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: pengumpulan telur, pembuatan parit– parit disekitar persawahan, pemasangan saringan pada saluran irigasi, penggunaan keong mas sebagai pakan bebek, penggunaan pestisida kimia dan moluskisida nabati (Budiyono 2006).

Terdapat beberapa tanaman yang mampu meningkatkan mortalitas keong mas sehingga berpotensi menjadi moluskisida nabati. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa ekstrak pinang mampu meningkatkan mortalitas keong mas sebesar 100 % dalam waktu 18 hari (Yunidawati et al. 2011). Penelitian lainnya yakni menggunakan tanaman cengkeh, sereh wangi, kunyit, dan lerak juga terbukti mampu meningkatkan mortalitas keong mas (Wiratno et al. 2011).Selain itu, daun sirih dan daun pepaya juga mampu meningkatkan mortalitas keong mas (Wardhani 2011). Limbah tembakau juga dapat dijadikan sebagai pengendali hama keong mas, dengan lama pemaparan 2 hari menggunakan dosis sebesar 1562.5 Kg/ha (Tangkoonboribun dan Suriya 2009).

Efektivitas moluskisida nabati disebabkan kandungan senyawa aktif yang berasal dari tumbuhan. Contoh senyawa aktif yang mampu meningkatkan mortalitas dari keong mas adalah saponin dan flavonoid (Musman 2010). Senyawa saponin dalam badan air menyebabkan terhambatnya proses pernapasan pada keong mas, karena produksi lendir berlebihan dari keong mas (Francis et al. 2002). Produksi lendir ini sendiri merupakan sistem pertahanan keong mas untuk menghambat paparan dari senyawa saponin (Musman et al. 2011).

(16)

2

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2014 di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah keong mas dengan ukuran operkulum kecil (5-10 mm) dan operkulum besar (11-20 mm). Keong mas berasal dari daerah persawahan Desa Babakan Bogor. Bahan ekstrak yang digunakan adalah daun nangka dan daun sukun.

Prosedur Penelitian

Persiapan dan Aklimatisasi Keong Mas. Keong mas yang telah diambil dari sawah diaklimatisasi pada aquarium dengan lama aklimatisasi 3 hari. Pakan yang digunakan adalah daun talas dan daun singkong.Pakan diberikan sebanyak dua kali dalam satu hari secara ad libitum (Wardhani 2011),

Ekstraksi Bahan Nabati. Bahan nabati yang digunakan adalah daun nangka dan daun sukun.Sampel daun yang digunakan ialah daun dewasa yang berwarna hijau tua, daun terletak setelah urutan ke 5 dari pucuk.Sebelum digunakan, daun dicuci dan dibersihkan, kemudian masing–masing ditimbang dengan bobot 5, 10, dan 25 gram (untuk dibuat ekstrak dengan konsentrasi 5 g/L, 10 g/L, dan 25 g/L).Pembuatan ekstrak daun dilakukan dengan caradaun dicincang halus dan dimasukkan ke dalam 1 liter air, kemudian diblender selama 10 menit. Ekstrak daun didiamkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan saringan 2 mm dan disaring kembali menggunakan kain halus (Wardhani 2011).

(17)

3 Pengamatan Daya Hidup dan Perilaku Keong Mas. Pengamatan pertama dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Keong mas yang mati dikeluarkan dari toples, kemudian keong mas yang mati dihitung jumlahnya. Keong mas yang belum dapat dipastikan hidup atau mati (keong mas masih dalam cangkang) dikeluarkan dari dalam toples dan dimasukkan ke wadah lain serta ditunggu responnya selama 5–15 menit. Jika keong masbelum keluar dari cangkang maka tubuhnya ditekan dengan tusuk gigi secara perlahan, jika keong mas keluar dari cangkang berarti keong mas masih hidup dan dikembalikan ke dalam toples perlakuan. Pengamatan kedua (setelah 48 jam) dan ketiga (setelah 72 jam) dilakukan dengan cara yang sama. Pengamatan perilaku keong mas dilakukan dengan cara mengamati beberapa kondisi tubuh keong mas, yaitu warna kulit daging, membuka dan menutupnya operkulum, dan pergerakan keong mas (Wardhani 2011).

Analisis Data. Daya hidup keong mas ditunjukkan dengan nilai persentase keong mas hidup. Data yang disajikan merupakan nilai rata-rata dari 3 ulangan percobaan untuk masing-masing konsentrasi pada pemaparan 0, 24, 48, dan 72 jam. Efektivitas ekstrak ditentukan berdasarkan nilai LC50 untuk lama pemaparan

24 dan 48 jam. Nilai LC50 diperoleh berdasarkan analisa probit SPSS terhadap

persentase keong mas mati pada konsentrasi yang digunakan.

HASIL

Penurunan Daya Hidup Keong Mas Uji

Daya hidup keong mas adalah persentase jumlah keong mas yang masih bertahan hidup pada saat pengamatan. Semua keong mas berukuran kecil dalam toples tanpa ekstrak daun (kontrol) dapat bertahan hidup sampai akhir pengamatan (72 jam) pada perlakuan daun nangka (Gambar 1B) dan daun sukun (Gambar 2B). Sedangkan keong mas berukuran besar pada toples kontrol yang bertahan hidup sampai akhir pengamatan hanya 60 % dijumpai pada perlakuan ekstrak daun nangka (Gambar 1A) dan daun sukun (Gambar 2A).

(18)

4

A B

(19)

5 Perilaku Keong Mas Selama Perlakuan

Keong mas sehat dijumpai pada kontrol. Ciri-ciri keong massehat yakni otot keong mas berwarna hitam keputihan, pergerakannya aktif, memiliki nafsu makan yang tinggi, dan cangkang tidak rapuh (Gambar 3A). Aplikasi ekstrak daun nangka maupun daun sukun menyebabkan adanya gejala klinis akibat keracunan. Gejala keracunan dijumpai pada keong massetelah 24 jam terpapar ekstrak daun pada semua taraf konsentrasi. Gejala keracunan yang tampakpada keong mas dalam keadaan hidup yakni frekuensi buka-tutup operkulum meningkat, warna permukaan otot memucat, dan pergerakan serta perilaku makan keong mas yang menurun (Gambar 3B). Sedangkan gejala klinis yang terjadi pada keong mas setelah mengalami kematian yakni warna permukaan otot memucat, otot melunak dan keluar dari cangkang, berlendir, serta operkulum terbuka (Gambar 3C). Gejala tersebut merupakan respon keong mas saat terdapat zat-zat lain yang menghambat proses metabolisme sel dalam tubuh keong.

A B C

Gambar 3 Keong mas sehat (A), keong mas yang mengalami gejala keracunan (B), dan keong mas mati karena keracunan (C). (1) cangkang keong mas, (2) operkulum, (3) otot keong mas.

Nilai Lethal Concentrate 50 (LC50)

Efektivitas ekstrak daun nangka dan daun sukun pada keong mas besar dan kecil berbeda (Tabel 1). Nilai LC50 24 jam ekstrak daun sukun lebih rendah pada

percobaan dengan keong mas kecil, sebaliknya nilai LC50 48 jam menunjukkan

hasil lebih rendah pada keong mas besar. Pengaruh ukuran keong mas terhadap nilai LC50 24 jam dan 48 jam untuk ekstrak daun nangka juga menunjukkan hasil

yang tidak konsisten, nilai LC50 tidak terdeteksi pada lama pemaparan 24 jam

untuk keong mas besar dan lama pemaparan 48 jam untuk keong mas kecil (Tabel 1).

Tabel 1 Lethal Concentrate 50 (LC50)g/L Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun

(20)

6

PEMBAHASAN

Kematian keong mas pada perlakuan penelitian ini disebabkan terhambatnya proses pernapasan keong mas setelah terpapar ekstrak daun yang ditunjukkan dari adanya lendir di tubuh keong mas. Gejala ini menunjukan keracunan saponin pada keong mas, sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa senyawa saponin dalam badan air membuat keong mas memproduksi lendir sehingga mengakibatkan proses pernapasan keong mas terhambat (Francis et al.2002). Hasil pengamatan juga menunjukkan adanya gelembung seperti busa sabun pada saat pembuatan ekstrak dan pada saat dilakukan perlakuan terhadap keong mas. Saponin sendiri memiliki sifat seperti detergen yakni berbusa (Francis et al. 2002). Senyawa saponin tidak hanya membunuh keong mas, tetapi dapat juga menghambat penetasan telur keong mas. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa saponin mampu menghambat daya tetas telur 30 - 40 % (Kurniawati et al.2007).

Berdasarkan nilai LC50 pada lama pemaparan 24 jam dan 48 jam didapatkan

hasil bahwa pengaruh ukuran keong mas terhadap nilai LC50 tidak konsisten, baik

pada ekstrak daun nangka maupun daun sukun. Nilai LC50 tidak terdeteksi pada keong mas terhadap nilai LC50 ekstrak daun tersebut. Berdasarkan hasil yang telah

didapat, adanya nilai LC50 yang tidak konsisten dapat disebabkan oleh luas berdasarkan pada viabilitas, tipe metabolisme, dan kemudahan dalam perawatannya (Sulastry 2009). Jenis kelamin dari spesies yang digunakan juga dapat mempengaruhi nilai LC50, seperti penelitian terdahulu yang menyatakan

bahwa antara keong mas jantan dan keong mas betina menyebabkan perbedaan nilai LC50. Hal ini terjadi karena perbedaan morfologi antara keong mas jantan

dan betina seperti perbedaan kandungan lemak dalam tubuh keong mas jantan dan betina (Prijono 1999).

Nilai LC50 ekstrak daun sukun 24 jam menunjukkan bahwa keong mas kecil

lebih tahan terhadap perlakuan dibandingkan keong mas besar. Hal ini dapat dikarenakan faktor luas permukaan tubuh keong mas. Keong mas kecil memiliki luas permukaan tubuh lebih sempit sehingga penyerapan terhadap senyawa kimia pada ekstrak daun lebih sedikit. Namun demikian nilai LC50 48 jam menunjukkan

(21)

7 mempengaruhi tingkat kematian keong mas namun tidak terkontrol pada penelitian ini.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol terdapat keong mas yang mengalami kematian. Hal ini dapat dikarenakan gagalnya keong mas beradaptasi dengan lingkungan baru pada saat aklimatisasi. Keadaan tersebut dapat membuat keong mas mengalami stres yang menyebabkan menurunnya kesehatan keong mas uji sehingga mengalami kematian. Cara yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya dalam mengurangi kematian keong mas dengan menambah lama aklimatisasi sehingga keong mas dapat menyesuaikan habitat baru dengan lebih baik.

SIMPULAN

Ekstrak daun nangka dan daun sukun berpotensi sebagai moluskisida, semua keong mas mati pada hari ketiga perlakuan (72 jam). Adanya lendir pada tubuh keong mas yang mati menunjukkan gejala adanya keracunan saponin. Konsentrasi ekstrak daun berpengaruh pada kecepatan penurunan daya hidup keong mas dan dapat digunakan untuk menentukan nilai LC50. Pengaruh ukuran

keong mas terhadap nilai LC50 24 jam dan 48 jam tidak konsisten. Nilai LC50 yang

tidak terdeteksi menunjukkan perlunya dirancang kembali metode dan konsentrasi yang digunakan untuk hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono S. 2006. Teknik pengendalian keong mas pada tanaman padi. Jurnal

Ilmu – Ilmu Pertanian 2 (2) :128–133.

Chandrika UG, Wedage WS, Wickramasinghe MDN, Fernando WS. 2006. Hypoglycaemic action of the flavonoid fraction of Artocarpus heterophyllus

leaf. Afr.J.Trad CAM 3(2): 42-50.

Ersam T. 2001. Senyawa kimia makromolekul beberapa tumbuhan Artocarpus

hutan tropika Sumatera Barat [disertasi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

(22)

8

Kurniawati N, Wahyu H, Hendarsih S. 2007. Daya tetas dan daya hidup keong mas pada perlakuan pestisida nabati dan insektisida. Apresiasi Hasil

Penelitian Padi 1: 393-402.

Musman M. 2010. Toxicity of Barringtonia racemosa (L.) Kernel extract on

Pomacea canaliculata (Ampillaridae). Trop Life Sci Res 21 (2): 41-50.

Musman M, Sofyatuddin K, Kavinta M. 2011. Uji selektivitas ekstrak etil asetat (EtOAc) biji putat air (Barringtonia racemosa) terhadap keong mas

(Pomacea canaliculata) dan ikan lele lokal (Clarias batrachus). Depik 1

(1): 27-31.

Puspasari RK. 2014. Studi Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Daun Sukun

(Artocarpus altilis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas

aeruginosa [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Prijono D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami dalam PHT. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sugianti B, Enjang HH, Awliya PA, Sri R, Yeni A, Laili L. 2014. Daftar

Mollusca yang Berpotensi sebagai Spesies Asing Invasif di Indonesia.

Jakarta: Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Sukandar D, Eka RA, Sandra H. 2013. Karakterisasi dan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah sukun (Artocarpus communis) [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sulastry F. 2009. Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan Penentuan LD50Ekstrak

Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap Mencit BALB/C [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Tangkoonboribun R, Suriya S. 2009. Molluscicide from tobacco waste. Journal of

Agricultural Science 1 (1): 76-81.

Yunidawati W, Darma B, Sengli BJD. 2011. Penggunaan ekstrak biji pinang untuk mengendalikan hama keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada tanaman padi. Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR 5(2): 84.

Wardhani SPR. 2011. Daya hidup keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) setelah terpapar ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih [skripsi]. Bogor (ID): InstitutPertanian Bogor.

(23)

9

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir di Pacitan Jawa Timur pada tanggal 24 Januari 1992 merupakan putri tunggal dari pasangan orang tua Rasyanto dan Siti Kasirah. Penulis menjalani pendidikan di TK Kartika II Cibubur Jakarta Timur, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 05 Pagi Cibubur Jakarta, lalu bersekolah di SMPN 147 Jakarta, selanjutnya melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 64 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 1 Rata-rata persentase keong mas hidup setelah terpapar ekstrak
Tabel 1 Lethal Concentrate 50 (LC50)g/L Ekstrak Daun Nangka dan Daun Sukun

Referensi

Dokumen terkait

Selain driblling , teknik dasar passing dan stoping merupakan teknik dasar yang baik dalam permainan sepak bola, sebab passing dan stoping sangat ideal digunakan untuk

kdqh

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pencapaian status identitas diri yang dicapai remaja di pondok pesantren secara keseluruhan berada pada status

Karakter password internet banking lebih secure daripada pin ATM karena user diberi kebebasan menggunakan angka, huruf (besar dan kecil) dan karakter simbol dalam membuat

Kepemilikanmanajerial berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen.Ini membuktikan bahwa pemegang

Sekolah nonformal ini akan mewadahi fungsi utama sebagai bangunan pendidikan yang nantinya dapat digunakan bukan hanya oleh anak jalanan namun oleh anak – anak yang

Penelitian bertujuan mengkaji (1) Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan media fotografi dengan siswa menggunakan media konvensional pada pelajaran geografi di

fallopii untuk kebutuhan lainnya terutama berhubungan dengan kesehatan satwa prirnatdna~usla, (3) pengembangan teknik FIV untuk digunakan sebagai model pada satwa