KEANEKARAGAMAN JENIS PAKU EPIFIT DAN POHON
INANGNYA DI KAWASAN KAMPUS IPB DARMAGA
BOGOR, JAWA BARAT
AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Agnes Fransiska Nainggolan
ABSTRAK
AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN. Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh SULISTIJORINI dan TATIK CHIKMAWATI.
Paku epifit merupakan kelompok tumbuhan paku yang unik, hidup menempel di permukaan pohon inang tanpa merusaknya. Paku epifit memanfaatkan pohon inang sebagai tempat untuk memperoleh kondisi lingkungan tertentu, sementara nutrisi dan air diperoleh dari deposit yang berada di sekitar permukaan pohon inang. Kampus IPB Darmaga memiliki jenis pohon yang beragam dengan kondisi lingkungan yang lembab, sehingga memungkinkan ditemukannya jenis tumbuhan paku epifit yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan paku epifit dan pohon inangnya beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya di kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor. Penelitian dilakukan di kawasan kampus IPB Darmaga dengan mengumpulkan spesimen tumbuhan paku epifit dan mencatat karakteristik permukaan pohon inang. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis tumbuhan paku dan jenis pohon inang yang ditempati. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan paku dianalisis menggunakan analisis Regresi dan Principal Component Analysis (PCA). Sebanyak 22 jenis paku epifit dan 25 jenis pohon inang ditemukan. Jenis tumbuhan paku yang dominan ialah Davalia denticulata (26,59%), Asplenium nidus (25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%), Drymoglossum pilloselloides (20,55%), dan Nephrolepis falcata (20,55%). Jenis pohon inang yang dominan ditempati oleh paku epifit ialah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis). Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis paku epifit ialah kekasaran permukaan kulit pohon dan posisi paku pada batang pohon.
Kata kunci: paku epifit, pohon inang, keanekaragaman, kulit pohon, posisi paku
ABSTRACT
AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN. Diversity of Epiphytic ferns and Its Host in Campus Darmaga of Bogor Agricultural University, West Java. Supervised by SULISTIJORINI and TATIK CHIKMAWATI.
Epiphytic ferns live attaching on its host without damaging it. Epiphytic ferns use the host to obtain certain environmental condition while nutrients and water obtained from deposits around the host surface. Campus Darmaga of Bogor Agricultural University has various tree species and environmental conditions that suitable for the growth of epiphytic fern. The aim of this study was to describe the diversity of epiphytic ferns and its host in Campus Darmaga of Bogor Agricultural University. The study was conducted in Campus Darmaga of Bogor Agricultural University by collecting the speciments of epiphytic ferns and recording the characteristic of tree stem surface. Data was analyzed using Regression Analysis and Principal Component Analysis (PCA). There are 22 species of epiphytic ferns and 25 species of tree hosts. The dominant species of ferns are Davalia denticulata (26,59%), Asplenium nidus (25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%),
were affected by the roughness of tree surface and the position of ferns on the tree trunk.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
KEANEKARAGAMAN JENIS PAKU EPIFIT DAN POHON
INANGNYA DI KAWASAN KAMPUS IPB DARMAGA
BOGOR, JAWA BARAT
AGNES FRANSISKA NAINGGOLAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat Nama : Agnes Fransiska Nainggolan
NIM : G34100001
Disetujui oleh
Dr Ir Sulistijorini, MSi Pembimbing I
Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan anugerahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah
“Keanekaragaman Jenis Paku Epifit dan Pohon Inangnya di Kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sulistijorini, MSi dan Ibu Dr Ir Tatik Chikmawati, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dr. Gayuh Rahayu selaku penguji atas segala saran untuk perbaikan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga terkasih Bapak, Mama, dan adik-adik tersayang Alan, Agstrian, Anastasio, Andrew dan seluruh keluarga atas doa, dorongan semangat dan kasih sayang. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Irene partner penelitian tersayang, teman-teman di laboratorium Taksonomi Tumbuhan, teman-teman di Wisma Jenius, Adik-adik Kelompok Kecil, teman-teman di KPA, keluarga besar Biologi 47, PMK 47, IMK-Bogor dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Tujuan Penelitian 2
BAHAN DAN METODE 2 Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 3
Eksplorasi Jenis Paku Epifit 3
Analisis Data 4
HASIL 4 Kondisi Lingkungan Lokasi Pengamatan 4
Jenis Paku Epifit dan Pohon Inang yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB Darmaga 5
Kunci Identifikasi Jenis Tumbuhan Paku Epifit di Kampus IPB Darmaga 7
Deskripsi Jenis Paku yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB Darmaga 9
Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Paku Epifit 16
PEMBAHASAN 19 SIMPULAN DAN SARAN 21 Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
1 Perbandingan kondisi lingkungan pada 10 lokasi pengamatan jenis paku
epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga, Bogor 5
2 Indeks Shannon-Wiener jenis paku epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga 17
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi pengamatan jenis tumbuhan paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor, Graha Widya Wisuda (A), Arboretum Lanskap (B), taman Rektorat (C), sekitar Pool Bis (D), hutan sekitar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (E), Arboretum Fakultas Kehutanan (F), hutan di samping asrama Sylva Lestari (G), kebun sawit Cikabayan (H), hutan di sekitar lapangan Softball (I), dan area tepi jalan kampus IPB Darmaga 2 2 Jumlah jenis paku epifit yang menempati masing-masing jenis pohon inang 63 Jumlah jenis pohon inang yang ditempati oleh masing-masing jenis paku epifit 7
12 Perawakan Lycopodium phlegmarioides (a), kumpulan sporokarp (b), sporokarp (c), spora (d) 12
19 Perawakan Platycerium coronarium (a), percabangan dikotom (b), daun sisik (c) 14
20 Perawakan Psilotum nudum (a), daun steril (b), sori (c), spora (d) 15
21 Perawakan Pyrrosia adnascens (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d) 15
22 Perawakan Pyrrosia lanceolata (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d) 16
23 Perawakan Pyrrosia longifolia (a), bentuk daun (b), permukaan batang (c) 16
24 Perawakan Vittaria ensiformis (a)(b), sori (c), spora (d) 16
25 Perawakan Vittaria zoosterifolia (a)(b), sori (c), spora (d) 16
27 Plot analisis komponen utama faktor lingkungan: (A) sebaran jenis paku epifit, dan (B) korelasi antara faktor lingkungan terhadap sebaran jenis paku epifit, A.nidus (●), A.simplicifrons (■), A.terminans (♦), B.callifolia
(▲), D.denticulata (V,+,♦), D.pilloselloides (◄), D.thricomanoides (▼), G.verrucosum (+), L.phlegmarioides (x), M.punctatum (x), N.bisserata
(●), N.falcata (■,●,♦), P.adnascens (▲), P.coronarium (►), P.lanceolata (◄), P.longifolia (▼), P.nigrescens (+), P.nudum (x), P.scolopendria (x,▼,■), V.ensiformis (x), V.zoosterifolia (x), dan
Nephrolepis sp. (►) 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Indeks Nilai Penting masing-masing jenis paku epifit di lokasi pengamatan 23 2 Jenis pohon inang yang ditempati oleh paku epifit 24 3 Perbandingan nilai indeks Sorrensen pada 10 lokasi pengamatan jenis paku
epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor 28 4 Analisis Regresi dan Analisis Komponen Utama jenis paku epifit terhadap
PENDAHULUAN
Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi di Indonesia, sekitar 1300 jenis dari 10.000 jenis tumbuhan paku yang tumbuh di permukaan bumi (LBN 1979). Persebaran tumbuhan paku di Indonesia sangat luas dan dapat ditemukan di pelbagai habitat meliputi permukaan tanah (terestrial), bebatuan, daerah rawa, bahkan menempel di permukaan pohon (epifit).
Paku epifit merupakan salah satu kelompok tumbuhan paku yang unik, hidup menempel di permukaan pohon inang tanpa merusaknya. Paku epifit memanfaatkan pohon inang sebagai tempat untuk memperoleh kondisi lingkungan tertentu sementara nutrisi dan air diperoleh dari deposit yang berada di sekitar permukaan pohon inang. Paku epifit memiliki perawakan yang tidak jauh berbeda dari tumbuhan paku lainnya, memiliki struktur vegetatif berbentuk rumpun daun yang disebut ental, daun biasanya tebal karena menyimpan cadangan air, dan akar yang lunak dan terkadang berklorofil. Struktur generatifnya berupa spora yang tersimpan dalam kumpulan sporangium (Arini dan Kinho 2012). Beberapa jenis paku epifit tumbuh dengan membentuk perawakan yang dapat menampung serasah yang jatuh, seperti Asplenium nidus yang membentuk cekungan sehingga dapat menampung serasah dan juga menjadi habitat beberapa jenis hewan. Paku epifit bergantung pada karakter permukaan pohon, meliputi kekasaran, kestabilan, dan kekerasan kulit pohon (Shalihah 2010).
Paku epifit memiliki peran penting dalam ekosistem hutan namun selama ini kurang mendapat perhatian. Paku epifit secara ekologis memiliki fungsi sebagai pencampur serasah bagi pembentukan hara tanah, produsen dalam rantai makanan, dan habitat bagi beberapa hewan (Sujalu 2007; Suraida et al. 2013). Selain itu paku epifit juga digunakan sebagai media pembelajaran, obat-obatan, bahan kerajinan maupun makanan (LBN 1979).
2
epifit dan pohon inangnya. Informasi korelasi keragaman paku dan pohon inang dapat menjadi data pendukung untuk upaya konservasi paku di kawasan kampus.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi jenis-jenis paku epifit yang ada di kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor dan menganalisis keanekaragaman jumlah jenis paku epifit yang ditemukan berdasarkan tekstur permukaan pohon inang.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2013 hingga bulan Mei 2014 di 10 lokasi berbeda yang merupakan areal hijau di kawasan kampus IPB Darmaga Bogor meliputi Graha Widya Wisuda (GWW), Arboretum Lanskap, taman Rektorat, sekitar Pool Bis, hutan sekitar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Arboretum Fakultas Kehutanan (Fahutan), hutan di samping asrama Sylva Lestari, kebun sawit Cikabayan, hutan disekitar lapangan Softball, dan area tepi jalan kampus IPB Darmaga (Gambar 1). Identifikasi tumbuhan paku dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi IPB.
3 Bahan dan Alat
Bahan tumbuhan yang diteliti ialah semua jenis tumbuhan paku epifit yang tumbuh di sekitar kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor, Jawa Barat. Paku epifit yang diamati merupakan tumbuhan paku yang menempel pada pohon inang dari bagian bawah batang hingga bagian tajuk pohon inang. Alat yang digunakan selama penelitian meliputi handheld 4 in 1 environment meter, kamera, galah, mikrometer sekrup dan peralatan untuk membuat herbarium. Jenis paku epifit diketahui dengan menggunakan buku identifikasi LBN (1980); Sastrapradja dan Afriastini (1985); Wee (2005); Holttum (1966); Andrews (1990); dan Piggott (1988). Jenis pohon diketahui dengan menggunakan buku identifikasi Backer dan Van Den Brink (1965).
Eksplorasi Jenis Paku Epifit
Eksplorasi jenis paku epifit dilakukan dengan metode purposive random sampling yaitu melakukan pengamatan di 10 lokasi pada kawasan kampus IPB Darmaga. Pada tiap lokasi pengamatan dibuat delapan plot (5x5) m2 kemudian dilakukan pengamatan terhadap jenis pohon inang, tekstur permukaan pohon inang, dan jenis paku epifit. Pengamatan jenis paku epifit dilakukan pada ketinggian pohon 0-1 m, 1-2 m, dan diatas 2 m. Pengamatan terhadap kondisi lingkungan dilakukan menurut ketinggian batang pohon, meliputi intensitas cahaya (lux), suhu (oC), dan kelembaban (% Rh).
Tekstur permukaan pohon inang yang diamati ialah ketebalan kulit kayu, tingkat kekasaran (bentuk alur permukaan kulit kayu), dan tingkat kekerasan (stabilitas) kulit kayu. Ketebalan kulit kayu diketahui dengan mengambil sayatan kulit kayu dan dilakukan pengukuran ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Tingkat kekasaran kulit kayu berkaitan dengan rekahan, celah, maupun benjolan yang timbul pada permukaan batang. Tingkat kekasaran kulit kayu akan digolongkan menjadi beberapa golongan dan diberi skor, yaitu sangat halus (--) diberi skor 1, halus (-) diberi skor 2, agak kasar (+) diberi skor 3, kasar (++) diberi skor 4, hingga sangat kasar (+++) diberi skor 5. Tingkat kekerasan (stabilitas) kulit kayu ditandai dengan adanya pengelupasan pada permukaan kulit kayu (Sucipto 2009). Tingkat kekerasan kulit kayu akan digolongkan menjadi beberapa golongan dan diberi skor, yaitu sangat lunak (---) diberi skor 1, lunak (--) diberi skor 2, agak lunak (-) diberi skor 3, agak keras (+) diberi skor 4, keras (++) diberi skor 5, dan sangat keras (+++) diberi skor 6.
4
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan keterkaitan antara jenis paku epifit yang ditemukan dengan kondisi iklim mikro dan tekstur permukaan pohon inangnya. Tingkat keanekaragaman jenis paku epifit dihitung menggunakan Indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dengan rumus:
H’ = - Pi ln Pi, dengan Pi= Keterangan:
H’ = indeks diversitas Shannon- Wiener Pi = proporsi jenis ke-i
ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah individu total seluruh jenis
Keragaman jenis paku epifit tergolong rendah apabila nilai indeks
Shannon-Wiener kurang dari satu (H’<1), tergolong sedang apabila nilai indeks Shannon -Wiener berkisar 1-3 (H’= 1-3), dan tergolong tinggi apabila nilai indeks diatas 3
(H’>3). Jenis tumbuhan paku epifit yang dominan diketahui dengan menghitung Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan jumlah nilai Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) :
Indeks Nilai Penting (INP) jenis i =
Komposisi jenis paku epifit antar lokasi pengamatan juga dibandingkan menggunakan Indeks Similaritas Sorensen dan disajikan dalam bentuk dendrogram menggunakan program PRIMER 5. Kaitan antara faktor lingkungan terhadap struktur komunitas jenis paku epifit dianalisis menggunakan Analisis Regresi dan Principal Component Analysis (PCA) program Minitab 16 statistical software.
HASIL
Kondisi Lingkungan Lokasi Pengamatan
5 dengan intensitas cahaya paling tinggi ialah area tepi jalan kampus (3911,30-4939,93 lux) (Tabel 1).
Tabel 1 Perbandingan kondisi lingkungan pada 10 lokasi pengamatan jenis paku epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor
no lokasi
C : ketinggian batang pohon diatas 2 m
Rh : kelembaban (%)
IC : intensitas cahaya (lux)
Jenis Paku Epifit dan Pohon Inang yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB Darmaga
Pengamatan jenis paku epifit dan pohon inangnya dilakukan pada 10 lokasi di area hijau kampus IPB Darmaga. Sebanyak 22 jenis paku epifit ditemukan di lokasi pengamatan dan termasuk ke dalam 8 famili yaitu Aspleniaceae (3 jenis), Davaliaceae (2 jenis), Lycopodiaceae (1 jenis), Nephrolepidaceae (2 jenis), Polypodiaceae (10 jenis), Psilotaceae (1 jenis), Thelypteridaceae (1 jenis), dan Vittariaceae (2 jenis). Empat jenis paku epifit yang ditemukan di semua lokasi pengamatan yaitu Asplenium nidus, Vittaria ensiformis, Davalia denticulata, dan Nephrolepis bisserata. Berdasarkan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) jenis Davalia denticulata merupakan jenis yang paling dominan dengan nilai INP 26,59%. Jenis dominan lainnya yaitu Asplenium nidus
(25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%), Drymoglossum pilloselloides (20,55%), dan Nephrolepis falcata (20,55%) (Lampiran 1).
6
Bombacaceae (1 jenis), Burseraceae (1 jenis), Clusiaceae (1 jenis), Cupresaceae (1 jenis), Euphorbiaceae (2 jenis), Fabaceae (5 jenis), Meliaceae (1 jenis), Sapotaceae (2 jenis), Thymelaceae (1 jenis), Verbenaceae (1 jenis), dan belum teridentifikasi (3 jenis). Jenis terbanyak yang diamati yaitu Elaeis guineensis
(kelapa sawit), Hevea brasiliensis (karet), dan Pithecellobium dulce (asam keranji).
Pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) yang diamati sebanyak 30 pohon dan merupakan jenis pohon yang paling banyak ditempeli oleh paku epifit. Sebanyak 16 jenis paku epifit ditemukan berada pada pohon kelapa sawit. Selain itu 10 jenis paku epifit ditemukan pada pohon karet (Hevea brasiliensis) dan 9 jenis paku epifit ditemukan pada asam keranji (Pithecellobium dulce) dan flamboyan (Delonix regia) (Gambar 2).
Jenis tumbuhan paku Asplenium nidus dan Drymoglossum pilloselloides
merupakan jenis dominan yang ditemukan pada 19 jenis pohon inang. Selain itu sebanyak 17 jenis pohon inang ditempati oleh Belvisia callifolia. Sebagian jenis tumbuhan paku hanya ditemukan pada satu jenis pohon inang saja (Gambar 3). Jenis paku A.terminans, G.verrucosum, P.nigrescens, dan Nephrolepis sp. ditemukan pada pohon kelapa sawit; jenis Lycopodium phlegmarioides dan
P.adnascens ditemukan pada pohon karet (Hevea brasiliensis); V.zoosterifolia
ditemukan pada pohon aren (Arenga pinnata); P.coronarium dan P.nudum
ditemukan pada pohon Canarium indicum (Lampiran 2).
7
Kunci Identifikasi Jenis Tumbuhan Paku Epifit di Kampus IPB Darmaga
Jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga dapat diketahui berdasarkan kunci identifikasi berikut:
1 a Daun berukuran kecil...2
b Daun berukuran besar...3
2 a Daun berbentuk sisik, batang segiempat, sporangium tersusun atas tiga ruangan membentuk sinangium berada pada ketiak sporofil...Psilotum nudum b Daun berbentuk bulat telur, sporangium pada ujung percabangan dikotom membentuk strobilus, sporofil berukuran lebih kecil daripada daun steril... Lycopodium phlegmarioides 3 a Frond tunggal, tepi frond rata...4
b Frond majemuk, tepi frond beringgit atau bergerigi...16
4 a Habitus berbentuk rumpun, batang pendek...5
b Habitus menjalar, batang berbentuk rhizome...11
5 a Bentuk frond fertil dan steril sama (isomorfis)...6
b Bentuk frond fertil dan steril berbeda (dimorfis)...10
6 a Frond memanjang berukuran besar, panjang lebih besar dari 50 cm, spora pada bagian abaksial, dilindungi atau tidak dilindungi indusium...7
b Frond lanset atau pita, panjang frond mencapai 50 cm, spora pada bagian tepi antara abaksial dan adaksial, dilindungi indusium palsu berbentuk garis...9 7 a Spora tersebar pada bagian abaksial frond, tidak dilindungi indusium... Microsorium punctatum
8
9 a Lebar frond maksimal 1 cm, frond berbentuk garis...Vittaria ensiformis
b Lebar frond lebih dari 1 cm, frond berbentuk lanset...Vittaria zoosterifolia
10 a Frond fertil berbentuk lanset, sori pada ujung frond berbentuk silinder, tertutupi indusium palsu berupa gulungan lamina...Belvisia callifolia
b Frond fertil memanjang, sori tidak dilindungi indusium...Platycerium coronarium
11 a Frond rata...12 b Frond berlobus...15 12 a Sorus bergerombol pada sekeliling tepi abaksial...Drymoglossum
pilloselloides
B Sorus berbentuk bulat pada pertengahan hingga ujung abaksial...13 13 a Ukuran frond steril dan fertil sama, sorus terdapat pada ujung abaksial, panjang frond lebih dari 30 cm...Pyrrosia longifolia
b Ukuran frond steril dan fertil berbeda, sorus terdapat pada tengah hingga ujung abaksial, panjang frond fertil maksimal 30 cm...14 14 a Panjang frond fertil mencapai 8 cm, steril 2,5 cm, ujung frond meruncing... Pyrrosia lanceolata
b Panjang frond fertil mencapai 30 cm, steril 9-14 cm, ujung frond runcing...Pyrrosia adnascens
15 a Ujung frond runcing, pangkal meruncing, sorus pada tersusun satu baris dekat tulang daun primer...Pymatosorus nigrescens
b Ujung frond meruncing, pangkal asimetris, sorus tersebar pada bagian abaksial daun...Phymatosorus scolopendria
16 a Frond majemuk pinnate, bentuk pinnula memanjang, permukaan frond gundul hingga berbulu halus...17 b Frond majemuk trpinnate hingga tetrapinnate, bentuk frond segitiga, permukaan frond licin...21 17 a Frond majemuk pinnate ganjil...18
b Frond majemuk pinnate genap...19 18 a Ujung anak daun membulat, sori bulat dekat tulang daun, sori tidak
9 b Ujung anak daun runcing, sori pada bagian tepi daun, dilindungi indusium
sejati...Amphineuron terminans
19 a Panjang frond mencapai 1-2 m, pangkal anak daun dapat mencapai 16 cm, ujung anak daun runcing hingga meruncing, tepi daun rata hingga dilindungi indusium sejati berbentuk bulat...Nephrolepis falcata
b Ujung anak daun runcing, sori pada bagian sub marginal anak daun, sori dilindungi indusium sejati berbentuk ginjal...Nephrolepis bisserata
21 a Panjang pinnula basal sekitar 20 cm, jarak antara stipe pinnula kanan dan kiri > 1 cm, lebar indusium 0,02 cm...Davalia denticulata
b Panjang pinnula basal sekitar 22,5 cm, jarak antara stipe pinnula kanan dan kiri < 1 cm, lebar indusium 0,04 cm...Davalia thricomanoides
Deskripsi Jenis Paku yang ditemukan di Kawasan Kampus IPB Darmaga
Deskripsi jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan kampus IPB Darmaga-Bogor sebagai berikut:
1. Amphineuron terminans (J.Sm.) Hollt (Holltum 1966) (Gambar 4)
Daun majemuk pinnate; anak daun lanset, tepi bergerigi, pangkal dan ujung daun runcing, pertulangan menyirip; daun fertil dan steril sama; sorus pada tepi daun bergerigi berbentuk bulat, dilindungi indusium sejati berbentuk bulat.
2. Asplenium nidus L. H:p.419 (Piggott 1988) (Gambar 5)
Daun tunggal, memanjang, lebar mencapai 12 cm; tepi rata; pangkal rata, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial gundul, pertulangan daun menyirip; bentuk daun fertil dan steril sama; sorus terletak pada pertulangan daun sekunder, dilindungi indusium sejati berbentuk linear; spora berbentuk monolet dilindungi perispor.
3. Asplenium simplicifrons (Holltum 1966) (Gambar 6)
Daun tunggal, lanset, lebar 1-2 cm; tepi rata; pangkal dan ujung runcing; permukaan abaksial dan adaksial daun gundul, pertulangan daun menyirip; daun fertil dan steril sama.
4. Belvisia callifolia (Chr.) Copel (Piggott 1988) (Gambar 7)
10
daun fertil dan steril berbeda; sorus terkumpul pada bagian ujung daun fertil yang memanjang, dilindungi indusium palsu berupa lipatan daun; spora berbentuk monolet, tidak dilindungi perispor.
5. Davallia denticulata (Burm.) Mett. H:p.359 (Piggott 1988) (Gambar 8) Daun majemuk tripinnate, bangun daun segitiga, tepi beringgit, pangkal asimetris, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial licin; daun fertil dan steril sama; pertulangan menyirip; panjang pinnula basal 20 cm; jarak antara stipe pinnula kanan dan kiri lebih dari 1 cm; sorus terletak pada tepi daun beringgit, terkumpul pada indusium sejati berbentuk kantong; lebar indusium 0,02 cm; bentuk spora monolet tidak dilindungi perispor.
6. Davallia thricomanoides Blume var. Thricomanoides (Piggott 1988) (Gambar 9)
Daun majemuk tripinnate, bangun segitiga, tepi beringgit, pangkal asimetris, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial licin; pertulangan menyirip; bentuk daun fertil dan steril sama; panjang pinnula basal sekitar 22,5 cm; jarak antara stipe pinnula kanan dan kiri kurang dari 1 cm; sorus terletak pada tepi daun beringgit, terkumpul pada indusium sejati berbentuk kantong, lebar indusium 0,04 cm; spora monolet tidak dilindungi perispor. 7. Drymoglossum pilloselloides (L.) Presl. (Piggott 1988) (Gambar 10)
Batang berbentuk rimpang; daun tunggal; daun steril bulat hingga bulat telur; daun fertil memanjang, tepi rata; pangkal meruncing, ujung tumpul, permukaan abaksial dan adaksial licin hingga suram, pertulangan tidak jelas; sorus menggerombol pada sekeliling tepi daun, tidak dilindungi indusium; bentuk spora monolet, dilindungi perispor.
8. Goniophlebium verrucosum Wall. (Piggott 1988) (Gambar 11)
Daun majemuk pinnate ganjil; anak daun memanjang, tepi bergerigi, pangkal runcing, ujung membulat, permukaan abaksial dan adaksial berbulu halus, pertulangan menyirip; daun fertil dan steril sama; sorus berada dekat tulang daun, bulat, timbul ke bagian adaksial daun; sorus tidak dilindungi indusium; spora berbentuk monolet tidak dilapisi perispor.
9. Lycopodium phlegmarioides (Holltum 1966) (Gambar 12)
Daun tunggal, mikrofil; bentuk bulat, tepi rata, pangkal membulat, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial daun gundul, pertulangan daun tidak jelas, daun fertil berukuran lebih kecil dari daun steril; sorus terletak pada ujung percabangan; spora terkumpul pada sporokarp, bentuk trilete, tidak dilindungi perispor.
11
Gambar 4 Perawakan Amphineuron terminans (a), sori (b), spora (c)
Gambar 5 Perawakan Asplenium nidus (a), sori (b), indusium sejati (c), spora (d)
Gambar 6 Perawakan Asplenium simplicifrons (a), daun (b), spora (c)
Gambar 7 Perawakan Belvisia callifolia (a), pangkal sori (b), sorus (c), spora (d)
Gambar 8 Perawakan Davallia
denticulata (a), sori (b), indusium sejati (c), spora (d)
12
Gambar 10 perawakan Drymoglossum
pilloselloides (a) (b), sorus (c), spora (d)
Gambar 11 Perawakan Goniophlebium verrucosum (a), sori (b), sorus (c), spora (d)
Gambar 12 Perawakan Lycopodium phlegmarioides (a), kumpulan sporokarp (b), sporokarp (c), spora (d)
Gambar 13 Perawakan Microsorium punctatum (a), sori (b), sorus (c), spora (d)
11.Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott (Piggott 1988) (Gambar 14)
Daun majemuk pinnate genap; anak daun memanjang, tepi beringgit, pangkal rata asimetris, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial daun gundul, pertulangan menyirip, bentuk fertil dan steril sama; sorus pada bagian sub marginal daun, bulat dilindungi indusium sejati berbentuk ginjal; spora berbentuk monolet, tidak dilindungi perispor.
12.Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr (Piggott 1988) (Gambar 15)
13 13.Nephrolepis sp. (Gambar 16)
Daun majemuk pinnate; bentuk anak daun memanjang, tepi bergerigi, pangkal runcing, ujung membulat, permukaan abaksial dan adaksial berbulu halus, pertulangan daun menyirip. Jenis ini memerlukan identifikasi lebih lanjut karena struktur reproduksi belum ditemukan di lokasi pengamatan. 14.Phymatosorus nigrescens (Holltum 1966) (Gambar 17)
Daun tunggal berbagi menyirip, tepi rata, pangkal meruncing, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial gundul, pertulangan menyirip; daun fertil lebih lebar daripada daun steril; sorus dekat pertulangan daun primer, tersusun satu baris, timbul hingga ke abaksial daun; sorus bulat hingga elips, tidak dilindungi indusium.
15.Phymatosorus scolopendria (Burm.) Pic. Scr. (Holltum 1966) (Gambar 18) Daun tunggal, berbagi menyirip, tepi rata, pangkal asimetris, ujung meruncing, permukaan abaksial dan adaksial daun licin, pertulangan daun menyirip; tulang daun timbul hingga adaksial daun; sorus tersebar pada bagian abaksial, lingkaran hingga elips, tidak dilindungi indusium; spora monolet.
16.Platycerium coronarium (Koen.) Desv. (Andrews 1990) (Gambar 19)
Daun tunggal, dimorfis; daun steril berlobus, cokelat menempel pada permukaan batang pohon, daun fertil memanjang dikotom berwarna hijau; ujung runcing; permukaan abaksial bergaris; permukaan adaksial gundul; pertulangan sejajar; sorus tersebar pada bagian abaksial daun, tidak dilindungi indusium.
17.Psilotum nudum (L.) P.Beauv (Holltum 1966) (Gambar 20)
Daun mikrofil segiempat, tereduksi, menyerupai sisik; percabangan stipe dikotom; sporangium membentuk sinangium pada bagian ketiak sporofil.
Gambar 14 Perawakan Nephrolepis bisserata (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
14
Gambar 16 Perawakan Nephrolepis
sp. (a), bentuk daun (b), permukaan batang (c)
Gambar 17 Perawakan Phymatosorus nigrescens (a), sorus (b), spora (c)
Gambar 18 Perawakan Phymatosorus scolopendria (a), sorus (b)
Gambar 19 Perawakan Platycerium coronarium (a), daun fertil (b), spora (c)
18.Pyrrosia adnascens Desv. (Andrews 1990) (Gambar 21)
Batang berbentuk rimpang menjalar; daun tunggal, dimorfis; daun fertil berukuran lebih panjang mencapai 30 cm; daun steril memanjang berukuran 9-14 cm, pangkal runcing; ujung steril runcing, fertil meruncing, permukaan abaksial dan adaksial berbulu halus, pertulangan tidak jelas; sorus pada bagian tengah hingga ujung permukaan abaksial, lingkaran, tidak dilindungi indusium; spora monolet dilindungi perispor.
19.Pyrrosia lanceolata (L.) Farwell. (Piggott 1988) (Gambar 22)
15 20.Pyrrosia longifolia (Burm.) Morton (Piggott 1988) (Gambar 23)
Batang berbentuk rimpang menjalar; daun tunggal, lanset; tepi rata, pangkal meruncing, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial suram, pertulangan daun tidak jelas; bentuk daun fertil dan steril sama panjang lebih dari 30 cm; sorus pada bagian ujung abaksial daun, lingkaran, tidak dilindungi indusium; spora monolet tidak dilapisi perispor.
21.Vittaria ensiformis Sw. H: p.613 (Piggott 1988) (Gambar 24)
Daun tunggal, garis, lebar maksimal 1 cm, tepi rata, pangkal runcing; ujung runcing; permukaan abaksial dan adaksial licin, pertulangan tidak jelas, bentuk daun fertil dan steril sama; sorus pada tepi abaksial dan adaksial daun yang terbelah; sorus berbentuk linear dilindungi indusium palsu; spora monolet tidak dilapisi perispor.
22.Vittaria zoosterifolia Willd. (Gambar 25)
Daun tunggal, lanset hingga memanjang, lebar daun lebih dari 1 cm, tepi rata; pangkal meruncing, ujung runcing, permukaan abaksial dan adaksial licin, pertulangan tidak jelas; bentuk daun fertil dan steril sama, sorus pada tepi abaksial dan adaksial daun yang terbelah; sorus tersusun linear, dilindungi indusium palsu; spora monolet, tidak dilapisi perispor.
Gambar 20 Perawakan Psilotum nudum (a), percabangan dikotom (b), daun sisik (c)
16
Gambar 22 Perawakan Pyrrosia
lanceolata (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
Gambar 23 Perawakan Pyrrosia longifolia (a), daun fertil (b), sori (c), spora (d)
Gambar 24 Perawakan Vittaria ensiformis (a)(b), sori (c), spora (d)
Gambar 25 Perawakan Vittaria zoosterifolia (a)(b), sori (c), spora (d)
Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Jenis Paku Epifit
Hasil penghitungan nilai Indeks Shannon-Wiener menunjukkan keanekaragaman jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga Bogor
tergolong keanekaragaman sedang (H’= 2,70) (Tabel 2). Lokasi Sylva Lestari merupakan lokasi dengan keanekaragaman jenis yang lebih rendah dengan nilai Indeks Shannon-Wiener (H’) yaitu 1,95. Lokasi dengan nilai Indeks Shannon -Wiener lebih tinggi yaitu lokasi Tepi Jalan Kampus dan kawasan Taman Rektorat
17 Tabel 2 Indeks diversitas Shannon-Wiener jenis paku epifit di kawasan kampus IPB
Darmaga
No Lokasi H’
1 GWW (A) 2,22
2 Lapangan Softball (I) 2,08
3 Sylva Lestari (G) 1,95
4 Arboretum Fahutan (F) 2,17
5 Arboretum Lanskap (B) 2,28
6 Hutan FPIK (E) 2,19
7 Kebun Cikabayan (H) 2,26
8 Hutan Pool bis (D) 2,29
9 Taman Rektorat (C) 2,65
10 Tepi Jalan Kampus (J) 2,65
Keseluruhan lokasi 2,70
Analisis menggunakan cluster variables menunjukkan adanya kesamaan jenis paku epifit antar lokasi pengamatan. Kesamaan jenis tumbuhan paku yang tinggi mencapai 80% yaitu lokasi hutan sekitar Pool Bis dan Arboretum Lanskap. Kesamaan jenis paku epifit antar lokasi juga terdapat pada antara lokasi Arboretum Fahutan dan GWW (78,68%), area Tepi Jalan Kampus dan Taman Rektorat (72,65%), serta hutan FPIK dan hutan sekitar Lapangan Softball (74,45%). Lokasi dengan kesamaan jenis tumbuhan paku yang rendah yaitu hutan sekitar Sylva Lestari dan Cikabayan dengan nilai similaritas sekitar 50% (Lampiran 3).
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis paku epifit dianalisis menggunakan Analisis Regresi dan Analisis Komponen Utama (PCA). Berdasarkan analisis regresi diperoleh faktor permukaan kulit pohon dan posisi paku pada batang pohon mempengaruhi kanekaragaman jenis paku dengan p-value dibawah 0,05 (Lampiran 2).
18
Score Plot of posisi paku; ...; alur
4
Biplot of posisi paku; ...; alur
A
19
PEMBAHASAN
Jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga ditemukan sebanyak 22 jenis paku. Jenis paku epifit ditemukan banyak hidup pada pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis). Banyaknya jenis paku ditemukan pada pohon ini lebih dipengaruhi oleh karakteristik pohon kelapa sawit yang memiliki celah-celah pelepah yang memungkinkan bagi spora tumbuhan paku untuk menetap. Selain pohon kelapa sawit jenis pohon asam keranji juga banyak ditempati oleh paku epifit. Asam keranji memiliki karakteristik kulit pohon yang tebal, keras, dan stabil. Karakter ini juga memungkinkan banyak jenis paku epifit mampu hidup dan bertahan pada pohon asam keranji.
Hasil penghitungan INP (Indeks Nilai Penting) menunjukkan jenis paku epifit yang dominan di kawasan kampus IPB Darmaga ialah Asplenium nidus
(25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%), Davalia denticulata (26,59%),
Drymoglossum pilloselloides (20,55%), dan Nephrolepis falcata (20,55%). Kelima jenis paku epifit ini ditemukan hampir di seluruh lokasi pengamatan. Hasil ini didukung dengan hasil Analisis Komponen Utama, empat komponen utama (PC1-PC4) dipakai untuk menganalisis keragaman data karena nilai varians (eigenvalue) PC4 sebesar 0,9272 dan dapat mewakili 76,5% data (Lampiran 4). Hasil PCA menunjukkan persebaran keanekaragaman jenis paku terhadap faktor yang diamati. Sebagian besar jenis paku epifit dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang diamati. Namun beberapa jenis paku epifit tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tersebut, diantaranya V.ensiformis, A.nidus, D.pilloselloides, D.denticulata, dan N.falcata (Gambar 3). Jenis paku epifit tersebut umumnya ditemukan pada seluruh lokasi dan tersebar pada seluruh permukaan batang pohon inang. Asplenium nidus dapat ditemukan hingga di seluruh batang pohon. Jenis ini merupakan paku epifit yang umum ditemukan di dataran rendah hingga daerah pegunungan (Piggott 1988) sehingga dapat ditemukan pada kawasan kampus IPB Darmaga yang tergolong dataran rendah.
20
Nilai indeks diversitas Shannon-Wiener di kawasan kampus IPB Darmaga
tergolong sedang (H’=2,70) (Tabel 2). Jenis paku epifit yang ditemukan
kebanyakan merupakan jenis paku epifit yang menyukai intensitas cahaya tinggi. Jumlah jenis paku epifit yang cukup banyak ditemukan menunjukkan bahwa kawasan kampus IPB Darmaga memiliki vegetasi yang cukup terbuka sehingga intensitas cahaya yang diterima cukup tinggi. Pada lokasi hutan Sylva Lestari keanekaragaman jenis paku lebih rendah daripada lokasi lainnya (H’=1,95). Keanekaragaman jenis paku epifit yang lebih rendah ini lebih disebabkan karena kondisi lingkungan yang cenderung lebih lembab dan intensitas cahaya yang lebih rendah daripada lokasi pengamatan lainnya.
Berdasarkan dendrogram kesamaan jenis paku epifit antar lokasi pengamatan diperoleh lokasi Arboretum Lanskap dan hutan sekitar Pool Bis memiliki kesamaan komposisi jenis paku epifit yang tinggi mencapai 80,65%. Kedua lokasi ini memiliki komposisi jenis paku epifit yang hampir sama meskipun pada lokasi Arboretum Lanskap frekuensi ditemukan tiap jenis paku epifit lebih tinggi. Similaritas yang tinggi juga ditunjukkan antara lokasi Arboretum Fahutan dan GWW sebesar 78,68%, Tepi Jalan Kampus dan Taman Rektorat sebesar 72,64%, dan Hutan FPIK dan hutan sekitar Lapangan Softball sebesar 74,45%. Kondisi suhu dan kelembaban yang hampir sama diduga merupakan faktor yang mendukung kesamaan jenis paku epifit yang tinggi antar kedua lokasi Dari keseluruhan lokasi pengamatan jenis paku epifit di lokasi Cikabayan dan hutan sekitar Sylva Lestari merupakan lokasi dengan jenis paku epifit yang lebih berbeda. Lokasi Cikabayan memiliki beberapa jenis paku epifit yang tidak ditemukan di lokasi lain seperti A.terminans, dan Nephrolepis sp. Perbedaan komposisi jenis paku epifit ini juga mungkin didukung oleh jenis pohon inang yang diamati homogen yaitu pohon kelapa sawit. Perbedaan jenis paku epifit pada lokasi Sylva Lestari diduga disebabkan oleh kondisi kelembaban dan intensitas cahaya yang paling rendah dibandingkan semua lokasi (Tabel 1).
Analisis Regresi dan Analisis Komponen Utama menunjukkan faktor yang sangat mempengaruhi keanekaragaman jenis paku epifit ialah struktur permukaan kulit pohon dan posisi paku pada batang pohon. Permukaan pohon yang kasar dan memiliki banyak alur cenderung banyak ditempati paku epifit. Kondisi permukaan kulit pohon inang yang lebih kasar dan beralur memungkinkan spora paku epifit menempel pada batang pohon. Hasil ini sesuai dengan Shalihah (2010) yang menyatakan bahwa permukaan pohon yang memiliki banyak alur dan celah akan mendukung pertumbuhan paku epifit pada batang pohon.
Posisi paku pada pohon inang juga mempengaruhi keanekaragaman jenis tumbuhan paku. Posisi paku pada pohon inang dipengaruhi oleh kelembaban yang dibutuhkan oleh paku epifit untuk hidup. Kelembaban pada ketinggian batang pohon 0-1 m lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian batang pohon 1-2 m dan diatas 2 m (Tabel 1). Sebagian besar jenis paku epifit ditemukan pada ketinggian batang pohon 1-2 m dan diatas 2 m. Pada ketinggian batang pohon inang 0-1 m banyak ditempati oleh jenis paku epifit yang membutuhkan kondisi lebih lembab seperti V.ensiformis. Jenis paku epifit yang dominan lainnya (Asplenium nidus, Davalia denticulata, Drymoglossum pilloselloides, dan
21
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Paku epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga-Bogor ditemukan sebanyak 22 jenis yang tergolong kedalam 8 famili, pohon inang yang ditemukan sebanyak 25 jenis pohon tergolong kedalam 13 famili. Jenis paku epifit yang tergolong dominan ialah Davalia denticulata (26,59%), Asplenium nidus (25,99%), Vittaria ensiformis (22,97%), Drymoglossum pilloselloides (20,55%), dan Nephrolepis falcata (20,55%). Faktor yang paling mempengaruhi keberadaan paku epifit pada pohon inang ialah permukaan kulit pohon dan posisi paku pada batang pohon. Keanekaragaman jenis paku epifit di kawasan kampus IPB Darmaga tergolong
sedang (H’=2,70).
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan pengamatan keanekaragaman jenis paku epifit pada satu atau beberapa jenis pohon inang untuk melihat keberadaan jenis paku epifit yang spesifik pada pohon inang tertentu. Pengukuran tingkat keasaman (pH) kulit pohon juga dapat dilakukan untuk melihat jenis-jenis pohon tertentu yang dapat ditempati oleh paku epifit.
DAFTAR PUSTAKA
Andrews SB. 1990. Ferns of Queensland. Brisbane (AU): Queensland department of Primary Industries.
Arini DID, Kinho J. 2012. Keragaman jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) di cagar alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Info BPK Manado. 2(1):17-40. Ayer RK. 2009. Tingkat Asosiasi Tumbuhan Paku-pakuan (Pteridophyta) epifitik
pada berbagai jenis pohon di kawasan Arboretum Anggori [skripsi]. Manokwari (ID): Universitas Negeri Papua.
Backer A, Van Den Brink RCB. 1965. Flora of Java (Spermathopyte only). Groningen (ND): NVP Noordhoff
Holttum RE. 1966. Flora of Malaya Vol.II. Singapore (SG): Government Printing Office.
Kemala D. 2011. Evaluasi tanaman tepi jalan di kampus IPB Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[LBN] Lembaga Biologi Nasional. 1979. Jenis Paku Indonesia. Jakarta (ID): PN Balai Pustaka.
____________________________. 1980. Jenis paku Indonesia. Jakarta (ID): PN Balai Pustaka.
Piggot AG. 1988. Ferns of Malaya in Colour. Kuala Lumpur (MY): Tropical Pr. Romaidi, Maratus S, Minarno EB. 2012. Jenis-jenis paku epifit dan tumbuhan
inangnya di Tahura Ronggo Soeryo Cangar. El-Hayah. 3(1): 8-15.
22
Shalihah M. 2010. Studi tipe morfologi kulit pohon inang dan jenis paku epifit dalam upaya menunjang konservasi paku epifit yang terdapat di taman Hutan Raya Ronggo Soeryo [skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Malang.
Sucipto T. 2009. Struktur, Anatomi, dan Identifikasi Jenis Kayu. Medan (ID): Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Sujalu AP. 2007. Identifikasi keanekaragaman paku-pakuan (Pteridophyta) epifit pada hutan bekas tebangan di hutan penelitian Malinau-CIFOR Seturan.
Media Konservasi (12) 1: 38-48.
Suraida, Susanti T, Amriyanto R. 2013. Keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta) di Taman Hutan Kenali kota Jambi. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung [internet].[waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui].Lampung (ID): Universitas Lampung. hlm 387-392; [diunduh 2013 Nov 22].
23 Lampiran 1 Indeks Nilai Penting (INP) masing-masing jenis paku di lokasi
pengamatan
No Jenis paku Lokasi Rataan
GWW SB SL FH LN FPIK CB PB TR TJ INP
1 D.denticulata 29,41 18,18 29,63 32,26 16,67 7,41 35,90 52,63 28,57 23,26 26,59
2 A.nidus 17,65 36,36 29,63 32,26 38,89 14,82 5,13 21,05 28,57 35,56 25,99
3 V.ensiformis 11,77 24,24 44,44 19,36 11,11 37,04 35,90 21,05 9,52 23,26 22,97
4 D.pilloselloides 35,30 24,24 7,41 32,26 33,33 7,41 0 10,53 23,81 23,26 20,55
5 N.falcata 11,77 36,36 29,63 19,36 5,56 29,63 30,77 0 19,05 18,60 20,55
6 N.bisserata 11,77 30,30 22,22 12,90 5,56 37,04 41,03 10,53 14,29 9,30 19,34
7 P.lanceolata 41,18 6,06 0 25,81 16,67 14,82 15,39 21,05 9,52 13,95 16,32
8 B.callifolia 5,882 0 0 12,90 33,33 7,41 0 21,05 19,05 13,95 11,48
9 P.longifolia 23,53 12,12 0 6,45 16,67 0 0 21,05 9,52 13,95 10,27
10 M.punctatum 11,77 12,12 0 6,45 16,67 29,63 0 10,53 14,29 4,65 10,27
11 A.simplicifrons 0 0 29,63 0 0 0 0 0 4,76 4,65 3,63
12 D.thricomanoides 0 0 0 0 5,56 7,41 5,13 10,53 0 4,65 3,02
13 P.scolopendria 0 0 0 0 0 0 5,13 0 4,76 4,65 1,81
14 P.nigrescens 0 0 0 0 0 7,41 10,26 0 0 0 1,81
15 G.verrucosum 0 0 7,41 0 0 0 5,13 0 0 0 1,21
16 P.adnascens 0 0 0 0 0 0 0 0 4,76 0 0,60
17 L.phlegmarioides 0 0 0 0 0 0 0 0 4,76 0 0,60
18 V.zoosterifolia 0 0 0 0 0 0 0 0 4,76 0 0,60
19 A.terminans 0 0 0 0 0 0 5,13 0 0 0 0,60
20 Nephrolepis sp. 0 0 0 0 0 0 5,13 0 0 0 0,60
21 P.coronarium 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4,65 0,60
24
Lampiran 2 Jenis pohon inang yang ditempati oleh paku epifit Jenis paku Jumlah
pohon Nama jenis pohon inang
25 Lampiran 2 (Lanjutan)
Jenis paku Jumlah
pohon Nama jenis pohon inang
26
Lampiran 2 (Lanjutan)
Jenis paku Jumlah
pohon Nama jenis pohon inang
Falcataria moluccana
Nephrolepis sp. 1 Elaeis guineensis
Phymatosorus nigrescens 1 Elaeis guineensis
Pyrrosia lanceolata 14 Acacia auriculiformis
27 Lampiran 2 (Lanjutan)
Jenis paku Jumlah
pohon Nama jenis pohon inang
Pyrrosia longifolia 12 Acacia auriculiformis
Arenga pinnata Cuprescus sp. Delonix regia Dracontomelon dao Elaeis guineensis Hevea brasiliensis Manilkara kauki
P2 P3
Pithecellobium dulce Tectona grandis
Vittaria ensiformis 11 Arecaceae
Callophyllum inophyllum Delonix regia
Dracontomelon dao Elaeis guineensis Falcataria moluccana Hevea brasiliensis Manilkara kauki P.indicus
P3
Pithecellobium dulce
28
Lampiran 3 Perbandingan nilai indeks Sorrensen pada 10 lokasi pengamatan jenis paku epifit di kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor
petak GWW SB SL FH LN FPIK CB PB TR TJ
GWW x
SB 76,44 x
SL 54,55 67,78 x
FH 78,68 72,22 50,63 x
LN 76,93 71,47 45,83 74,66 x
FPIK 66,71 74,45 62,77 61,63 65,31 x
CB 43,89 46,97 43,71 56,14 49,53 58,00 x
PB 66,68 61,94 40,66 68,16 80,65 70,58 54,28 x
TR 70,60 71,46 55,86 72,17 75,13 59,79 47,47 64,16 x
29 Lampiran 4 Analisis Regresi dan Analisis Komponen Utama jenis paku epifit terhadap faktor-faktor yang diamati
Regression Analysis: jenis paku versus posisi paku; Suhu; ...
The regression equation is
jenis paku = 4,6 - 0,482 posisi paku + 0,310 Suhu + 0,0387 Rh + 0,000295 Lux - 0,002 ketebalan - 1,59 permukaan - 0,947 kekerasan + 0,629 alur
Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 4,63 13,44 0,34 0,731
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 7 Juni 1992. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Sihar Nainggolan dan Ibu Nurida Simarmata. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Kota Sungai Penuh pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada mayor Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan. Organisasi yang diikuti oleh penulis yaitu Komisi Pelayanan Anak (KPA) PMK IPB, Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) dan Ikatan Mahasiswa Kerinci-Bogor (IMKB). Penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014. Kemudian penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ekologi Dasar semester ganjil 2013/2014, asisten praktikum Ilmu Lingkungan semester genap 2013/2014, dan asisten praktikum Mata Kuliah Botani Umum pada semester genap 2013/2014.
Selama menjadi mahasiswa penulis melaksanakan beberapa kegiatan praktik lapangan. Bulan Juli 2012 penulis melaksanakan kegiatan Studi Lapangan di
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan judul laporan “Persebaran dan
Kelimpahan Paku Pohon di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango” yang dibimbing oleh Dr Nunik Sri Ariyanti. Selama bulan Agustus 2013 penulis
melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan dengan judul laporan “Proses Produksi
dan Analisis Mutu Tepung Terigu di PT ISM Tbk. Bogasari Flour MillsJakarta”