• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekonomi Pembangunan Wisata Situ Rawa Gede Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Ekonomi Pembangunan Wisata Situ Rawa Gede Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI PEMBANGUNAN WISATA SITU RAWA

GEDE KELURAHAN BOJONG MENTENG, KECAMATAN

RAWA LUMBU, KOTA BEKASI

GHIEAH ARIYANTI WULANDARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Ekonomi Pembangunan Wisata Situ Rawa Gede Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Ghieah Ariyanti Wulandari

(4)
(5)

KAJIAN EKONOMI PEMBANGUNAN WISATA SITU RAWA GEDE KELURAHAN BOJONG MENTENG, KECAMATAN RAWA LUMBU,

KOTA BEKASI

GhieahAriyanti Wulandari 1), Tridoyo Kusumastanto2), Kastana Sapanli 3) ABSTRAK

Situ Rawa Gede merupakan salah satu situ alami yang terletak di Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas pariwisata akan membangun kawasan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi responden terhadap kualitas lingkungan sekitar situ, mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesediaan responden membayar tiket masuk kawasan Situ Rawa Gede, nilai kesediaan membayar (WTP) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mengetahui kelayakan ekonomi pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis regresi logit, metode analisis regresi berganda dan metode analisis kelayakan investasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi sebagian besar responden terhadap kualitas lingkungan Situ Rawa Gede yaitu kualitas udara di sekitar kawasan Situ Rawa Gede saat ini masih tergolong baik, kualitas air situ buruk, kebersihan lingkungan sekitar situ tidak bersih dan pemandangan alam sekitar Situ Rawa Gede tidak indah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar adalah frekuensi kunjungan, tingkat usia, persepsi terhadap kualitas air situ dan persepsi terhadap kualitas udara. Nilai rata-rata WTP responden Rp 6.014 dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai tersebut adalah rata-rata pendapatan per bulan, frekuensi kunjungan, tingkat pendidikan, usia dan persepsi terhadap kualitas air dan persepsi terhadap kualitas udara. Pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede layak untuk dilaksanakan dengan hasil NPV Rp 38.059.396.614, Net B/C 2,30 dan IRR 23 persen pada tingkat suku bunga 12 persen. Penurunan total jumlah kunjungan wisata sebesar 43 persen menyebabkan program menjadi tidak layak.

(6)

ECONOMIC STUDY OF RAWA GEDE LAKE TOURISM DEVELOPMENT, BOJONG MENTENG VIILLAGE, RAWA LUMBU

SUB-DISTRICT, BEKASI CITY

Ghieah Ariyanti Wulandari 1), Tridoyo Kusumastanto2), Kastana Sapanli 3) ABSTRACT

Situ Rawa Gede is one of the remaining natural lake located at Bojong Menteng Village, Rawa Lumbu sub-District, Bekasi City. Bekasi City through the City Department of Tourism plan to develop the Rawa Gede lake as a tourism area. This study aims to determine the factors willingness of visitor to pay entrance fee, to analyse the value of willingness to pay (WTP) and factors affect the value WTP and determine economic feasibility of Rawa Gede lake development tourism program. Study methods used in this research is case study and analysis methods used descriptive analysis, logit regression analysis, multiple regression analysis, investment feasibility analysis. The results of the study concluded that perception of most respondents to environmental quality of Situ Rawa Gede said that the air quality of Situ Rawa Gede is still quite good, bad water quality, cleanliness unclean and unbeautiful scenery around Situ Rawa Gede. Factors that influence willingness of respondents to pay is frequency of visits, age level, the perception of the water quality, and the perception of air quality there.The average value of respondents WTP Rp 6,014, factors affecting the value of respondents WTP are average income per month, frequency of visits, educational level, age, perception of water quality and air quality. The Rawa Gede lake tourism development is economically feasible with the result NPV Rp 38.059.396.614; Net B/C 2,30; IRR 23 percent at the level of rate 12 percent. The decrease in the total number of tourism visits by 43 percent cause the program not feasible.

(7)

RINGKASAN

GHIEAH ARIYANTI WULANDARI. Kajian Ekonomi Pembangunan Wisata Situ Rawa Gede Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan KASTANA SAPANLI.

Situ Rawa Gede merupakan salah satu situ alami yang terletak di Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi.Situ Rawa Gede merupakan situ terluas di Kota Bekasi, udaranya masih tergolong sejuk dan lokasinya yang tidak jauh dari jalan raya sehingga dapat dikatakan memiliki potensi yang lebih dibandingkan situ-situ lainnya yang ada di Kota Bekasi. Kurangnya pengelolaan pada Situ Rawa Gede membuat keadaan lingkungan situ kurang terpelihara dengan baik dan terjadi pemanfaatan yang tidak sesuai di daerah sekitar situ. Melihat hal tersebut, maka Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Bekasi merencanakan untuk mengembangkan kawasan Situ Rawa Gede sebagai kawasan pariwisata. Perencanaan pengembangan kawasan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata memerlukan kajian lebih mendalam supaya perencanaan tersebut dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat dan menjamin kelestarian lingkungan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis regresi logit, metode analisis regresi berganda dan metode analisis kelayakan investasi.

Menurut hasil penelitian dengan jumlah responden sebanyak 90 orang diperoleh hasil bahwa mayoritas masyarakat sekitar Situ Rawa Gede memiliki jumlah tanggungan dari 3-5 orang, tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD), pekerjaan sebagian besar sebagai pemulung sampah plastik, pengepul sampah plastik, pembantu rumah tangga, sopir, buruh dan serabutan. Tingkat pendapatan sebagian besar berada pada kisaran kurang dari Rp 700.000 per bulan. Rata-rata jarak tempat tinggal kurang dari 500 meter dan sebagian besar sudah sangat sering datang ke kawasan Situ Rawa Gede. Persepsi sebagian besar terhadap kualitas lingkungan Situ Rawa Gede yaitu sebagian besar responden mengatakan bahwa kualitas udara di sekitar kawasan Situ Rawa Gede hingga saat ini masih tergolong baik, kualitas air situ buruk, kebersihan lingkungan sekitar situ tidak bersih dan pemandangan alam sekitar Situ Rawa Gede tidak indah.

Sebanyak 81 persen atau sebanyak 73 responden menyatakan kesediaannya untuk membayar retribusi biaya masuk kawasan pariwisata Situ Rawa Gede sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar adalah faktor frekuensi kunjungan, tingkat usia, persepsi terhadap kualitas air situ dan persepsi terhadap kualitas udara. Nilai rata-rata WTP responden sebesar Rp 6.014 sehingga nilai total WTP (TWTP) responden sebesar Rp 1.019.314.000. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden adalah rata-rata pendapatan per bulan, frekuensi kunjungan, tingkat pendidikan, usia dan persepsi terhadap kualitas air dan persepsi terhadap kualitas udara.

(8)

investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil perhitungan cashflow menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 38.059.396.614, Net B/C sebesar 2,30 dan IRR sebesar 23 persen. Penurunan total jumlah kunjungan sebesar 43 persen menyebabkan pembangunan kawasan Situ Rawa Gede menjadi tidak layak dijalankan karena

ada yang tidak memenuhi kriteria investasi yaitu nilai NPV menjadi Rp - 605.535.743. Peningkatan gaji karyawan tetap sebesar 48 persen pertahun

(9)

GHIEAH ARIYANTI WULANDARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

KAJIAN EKONOMI PEMBANGUNAN WISATA SITU RAWA

GEDE KELURAHAN BOJONG MENTENG, KECAMATAN

(10)
(11)

Judul Skripsi : Kajian Ekonomi Pembangunan Wisata Situ Rawa Gede Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi

Nama : Ghieah Ariyanti Wulandari

NRP : H44080087

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Pembimbing I

Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr.Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(12)
(13)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Sugiarto, Ibu Ratna Diah Permanasari, selaku orang tua dari penulis berserta seluruh keluarga besar penulis atas segala doa yang tak pernah putus, kasih sayang, bimbingan, dan masukan yang luar biasa kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Kastana Sapanli, S.Pi,

M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik serta bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku penguji wakil departemen atas semua saran dan pengarahannya kepada penulis.

4. Bapak Slamet selaku sekretaris Kelurahan Bojong Menteng dan Bapak Umar BPLH Kota Bekasi yang telah membantu penulis dalam memperoleh data. 5. Rekan satu bimbingan Yogi, Andri, Ade, Rizky, Tika, dan Pradipta atas

segala bantuan, kebersamaan, dan kerjasamanya selama ini.

6. Teman-teman ESL 45, Asih, Erna, Wiwid, Icha, Welda, Eka, Yopi, Indri dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala bantuan, dukungan dan semangatnya.

7. Teman-teman kost Tri Regina, Mbak Neli, Mbak Fani, Ika, Widya, Fety atas segala bantuan, dukungan dan semangatnya.

(14)
(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya yang memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam penulis kirimkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Adapun judul skripsi ini adalah “Kajian Pembangunan Wisata Situ Rawa

Gede, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi”. Skripsi

ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar biaya retribusi

masuk kawasan wisata Situ Rawa Gede, mencari nilai kesediaan membayar biaya

retribusi masuk untuk upaya pelestarian Situ Rawa Gede dan mengetahui kelayakan

rencana pembangunan kawasan Situ Rawa Gede.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik dalam rangka

pembangunan, pengelolaan dan pengembangan kawasan Situ Rawa Gede

kedepannya.

Bogor, September 2014

(16)
(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.4.Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.5.Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Pengertian Danau atau Situ ... 9

2.2.Pariwisata ... 9

2.3.Pengertian Persepsi ... 10

2.4.Regresi Logit ... 11

2.5.Konsep Willingness To Pay (WTP) ... 12

2.6.Contingent Valuation Method ... 13

2.7.Konsep Analisis Kelayakan Ekonomi ... 16

2.8.Penelitian Terdahulu ... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 21

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 25

4.1 Metode Penelitian ... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 27

4.4 Metode Analisis Data ... 28

4.4.1. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Persepsi Responden ... 29

4.4.2. Analisis Peluang Kesedian Membayar (WTP) dan faktor-faktor yang mempengaruhi Kesedian Membayar Responden ... 30

(18)

4.4.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya

Nilai WTP Responden ... 36

4.4.5. Pengujian Parameter ... 38

4.4.6. Komponen Arus Penerimaan (Inflow) dan Pengeluaran (Outflow) Pembangunan Kawasan wisata Situ Rawa Gede ... 42

4.4.7. Analisis Kelayakan Investasi... 47

4.4.8. Analisis Sensitivitas ... 49

4.4.9. Batasan Penelitian ... 50

V. GAMBARAN UMUM ... 55

5.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

5.2.Kondisi Sosial Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Situ Rawa Gede ... 56

5.3.Gambaran Umum Potensi Wisata di Situ Rawa Gede ... 57

5.4.Rencana Zonasi Wisata Situ Rawa Gede ... 57

VI. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN ... 61

6.1.Karakteristik Sosial Ekonomi Responden WTP sebagai manfaat konservasi dan pelestarian jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata ... 61

6.2.Persepsi Responden terhadap Kualitas Lingkungan Situ Rawa Gede ... 65

VII.ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) ... 69

7.1.Deskripsi Skenario ... 69

7.2.Analisis Kesediaan Responden Membayar Biaya Retribusi Masuk untuk Upaya Pelestarian Budaya dan Lingkungan jika Situ Rawa Gede dijadikan Kawasan Pariwisata ... 69

7.3.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Responden Membayar Biaya Retribusi Masuk untuk Upaya Pelestarian Budaya dan Lingkungan ... 71

7.4.Analisis Nilai Willingness To Pay (WTP) Responden sebagai Upaya Pelestarian Budaya dan Lingkungan jika Situ Rawa Gede dijadikan Kawasan Pariwisata ... 74

(19)

VIII.ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN WISATA SITU

RAWA GEDE ... 83

8.1.Identifikasi Manfaat ... 83

8.2.Identifikasi Biaya ... 92

8.3.Kelayakan Ekonomi Pembangunan Kawasan Wisata Situ Rawa Gede ... 96

8.4.Analisis Sensitivitas dan Nilai Pengganti (switching value) ... 97

IX. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

9.1.Kesimpulan... 101

9.2.Saran ... 102

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Luas dan kondisi fisik situ di Kota Bekasi ... 2

2 Klasifikasi Ukuran Danau ... 9

3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 26

4 Matriks Metode Analisis Data ... 28

5 Skenario Zonasi Kawasan Wisata Situ Rawa Gede ... 59

6 Jenis Kelamin Responden ... 61

7 Tingkat Usia Responden... 62

8 Status Responden ... 62

9 Jumlah Tanggungan Responden ... 63

10 Pendidikan Terakhir Responden ... 63

11 Jenis Pekerjaan Responden ... 64

12 Tingkat Pendapatan Responden ... 64

13 Jarak Tempat Tinggal Responden ... 65

14 Frekuensi Kunjungan Responden ... 65

15 Persepsi Kualitas Udara Situ Rawa Gede ... 66

16 Persepsi Kualitas Air Situ Rawa Gede ... 67

17 Persepsi Kebersihan Lingkungan Sekitar Situ Rawa Gede ... 67

18 Persepsi Pemandangan Alam Responden ... 68

19 Ketersediaan Responden Membayar Biaya Retribusi ... 70

20 Hasil Logit Kesediaan Responden ... 72

21 Distribusi Nilai WTP Responden ... 76

22 Total WTP Responden ... 77

23 Hasil Analisis Regresi Berganda Nilai WTP Responden ... 78

24 Harga Jual Sarana dan Aktivitas Wisata Situ Rawa Gede. ... 84

25 Harga-harga Ikan Hasil Tangkapan Nelayan ... 91

26 Rincian Gaji Pegawai Tetap ... 94

27 Rincian Upah Pegawai Tak Tetap ... 94

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian. ...108 2 Kondisi dan Aktivitas pada Kawasan Situ

Rawa Gede ...113 3 Analisis Regresi Logit dengan menggunakan

software Minitab 15.0 ...114 4 Analisis Regresi Berganda dengan

menggunakan software Minitab 15.0 ...115 5 Hasil Uji Normalitas dan Uji Heterokedastisitas ...116 6 Nilai Sisa Investasi Bangunan Pariwisata Situ Rawa Gede ...117 7 Rincian Hasil Tangkapan Ikan Masyarakat Sekitar Situ Rawa Gede ... 118 8 Biaya Rehabilitasi Situ Rawa Gede Tahun 2007 ... 120 9 Rincian Biaya Investasi Pembangunan Kawasan

Wisata Situ Rawa Gede ... 121 10 Cashflow Kelayakan Ekonomi Pembangunan Kawasan

Wisata Situ Rawa Gede ... 122 11 CashflowAnalisis Sensitivitas Skenario 1

(Penurunan Jumlah Kunjungan 43 Persen) ...124 12 Cashflow Analisis Sensitivitas Skenario 2

(Kenaikan Gaji Tenaga Kerja Tetap 48 Persen) ...126 13 Cashflow Analisis Nilai Pengganti

Skenario1 (Penurunan Jumlah Kunjungan)...128 14 Cashflow Analisis Nilai Pengganti Skenario 2

(23)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari wilayah daratan dan perairan. Luas wilayah perairan indonesia lebih besar dibandingkan luas wilayah daratan dengan perbandingannyayaitu dua pertiga dari luas wilayah indonesia. Potensi yang ada di wilayah perairan indonesia cukup besar, baik potensi pada perairan laut maupun perairan darat. Menurut Haryani (2002), wilayah perairan daratan, meski jumlah dan luasnya tak sebanding dengan perairan laut namun, sangat berperan penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Perairan darat menyediakan sumberdaya alam yang produktif, baik sebagai sumber air baku untuk minum dan kebutuhan sehari-hari, sumber protein, tambang, mineral, energi, media transportasi dan tempat rekreasi maupun pariwisata. Salah satu jenis perairan darat yang juga memiliki potensi dan manfaat sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia yaitu danau atau bisa disebut

situ. Menurut Puspita, dkk (2005), istilah situ biasanya digunakan masyarakat Jawa Barat untuk sebutan danau kecil (danau kategori kecil/sangat kecil). Situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya berair tawar dan berukuran relatif kecil.

Menurut data yang dimiliki Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (2004) dalam Puspita dkk (2005), jumlah situ yang terdata di Indonesia sebanyak 736 buah. Kota Bekasi yang merupakan bagian dari wilayah JABODETABEK juga memiliki situ meskipun jumlahnya tidak sebanyak di daerah luar Kota Bekasi. Awalnya jumlah situ di daerah Bekasi sebanyak 17 situ dan pada tahun 2001 berkurang menjadi 13 situ

karena alih fungsi lahan (Puspita dkk 2005). Pengurangan jumlah situ-situ

(24)

2

semakin meningkat sehingga menjadikan kota tersebut semakin berkembang pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya berimplikasi terhadap aspek sosial ekonomi Kota Bekasi namun, juga berimplikasi terhadap kondisi lingkungan sekitar situ sehingga mengancam keberadaan situ-situ yang ada di Kota Bekasi.

Beberapa situ di Kota Bekasi yang telah mengalami kerusakan bahkan ada yang telah beralih fungsi menjadi tegalan yaitu Situ Rawa Lumbu dan Situ Rawa Gede. Kawasan Situ Rawa Lumbu telah beralih fungsi menjadi kebun tegalan yang disebabkan oleh adanya pendangkalan baik karena diuruk masyarakat maupun akibat pengendapan eceng gondok. Kawasan Situ Rawa Gede keadaannya tidak terawat sehingga banyak ditumbuhi eceng gondok, di tepi-tepi

situ banyak berdiri bangunan liar bahkan dijadikan pembuangan limbah pabrik. Berikut tabel lengkap luas dan keadaan situ-situ yang ada di Kota Bekasi berdasarkan BPLH Kota Bekasi Tahun 2011, selaku pengelola situ tersebut.

Menurut luasnya, Situ Rawa Gede dapat dikatakan memiliki potensi yang lebih dibandingkan situ-situ yang lain, namun karena kurangnya pengelolaan, membuat keadaan lingkungan situ kurang terpelihara dengan baik dan pemanfaatan yang tidak sesuai. Pemeliharaan situ yang kurang baik menyebabkan situ banyak di tumbuhi eceng gondok dan adanya pemanfaatan yang tidak sesuai seperti dijadikannya situ sebagai pembuangan limbah pabrik dan semakin banyaknya bangunan-bangunan besar dan kecil yang berdiri dipinggir situ. Melihat keadaan tersebut, maka Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Kebudayaan, Kepariwisataan, Pemuda, dan Olahraga (DISBUDPARPORA) Kota Bekasi, berencana untuk membangun kawasan Situ Rawa Gede sebagai kawasan pariwisata. Tujuan dari perencanaan ini sendiri yaitu agar potensi yang ada di Situ Rawa Gede dapat dimaksimalkan namun, sumberdaya yang ada tetap terjaga

Tabel 1. Luas dan kondisi fisik situ di Kota Bekasi

No. Nama Situ Luas (m2) Kondisi Fisik

1. Situ Rawa Gede 67.200 Sudah dinormalisasi

2. Situ Pulo 48.654 Baik dan terpelihara

3. Situ Rawa Lumbu 23.440 Beralih fungsi menjadi kebun

tegalan

4. Situ Rawa Bebek - Sudah dinormalisasi dan diturap

(25)

3 dengan baik tanpa mengurangi fungsi dan manfaat situ tersebut sehingga terjamin kelestarian lingkungan Situ Rawa Gede. Menambah nilai-nilai estetika yang strategis dan signifikan pada kawasan tersebut.

Selain agar tujuan dari perencanaan tersebut dapat terwujud, pembangunan wisata Situ Rawa Gede nantinya juga diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar nantinya, maka perlu dilakukan kajian ekonomi pembangunan wisata Situ Rawa Gede. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan pembangunan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Serta dapat memberikan gambaran yang cukup mengenai prospek rencana usaha pariwisata tersebut kepada calon investor.

1.2. Rumusan Masalah

Menurut Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Bekasi (2010), Situ Rawa Gede merupakan aset pemerintah yang pengelolaannya dilakukan oleh BPLH Kota Bekasi. Pemanfaatannya saat ini dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Situ Rawa Gede terletak di Kecamatan Rawa Lumbu, Kelurahan Bojong Menteng.Pada awalnya Situ Rawa Gede merupakan areal persawahan yang menyatu dengan kawasan Perumahan Kemang Pratama.Berdasarkan Peraturan daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi, saat ini Situ Rawa Gede statusnya sebagai kawasan yang dilindungi. Pada tahun 2007 Situ Rawa Gede dinormalisasi oleh BBWSC (Balai Besar Wilayah Sungai Cilliwung-Cisadane) dibawah Departemen PU (Pekerjaan Umum) Republik Indonesia. Normalisasi dilakukan dengan tujuan agar situ dapat berfungsi secara maksimal dan mencegah terjadinya pemanfaatan yang tidak sesuai.

(26)

4

pemanfaatan oleh masyarakat sekitar situ antara lain perikanan tangkap, budidaya ikan, pemancingan dan perkebunan pada lahan sekitar situ namun, pemanfaatan yang ada sekarang hanya perikanan tangkap, pemancingan dan perkebunan.

Pengelolaan kawasan Situ Rawa Gede yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bekasi masih sebatas pada pemeliharaan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pemanfaatan-pemanfaatan yang tidak sesuai oleh pihak-pihak tertentu. Menurut Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (2010), kurangnya perhatian dari pemerintah daerah membuat Situ Rawa Gede menjadi tidak berfungsi dengan baik dan terbengkalai. Situ banyak ditumbuhi eceng gondok, luas situ berkurang, yang awalnya 73.554 m2 atau sekitar 7 Ha menjadi 67.200 m2atau sekitar 6 Ha setelah diukur kembali. Kualitas air dan lingkungan Situ Rawa Gede juga berada dalam tingkat yang cukup buruk karena dijadikan pembuangan limbah pabrik yang bangunannya berada di depan Situ Rawa Gede. Semakin banyaknya bangunan-bangunan besar dan kecil yang berdiri dipinggir

situ dan banyaknya sampah yang berserakan disekitar situ membuat pemandangan disekitar situ tampak kumuh. Begitu juga lahan sekitar situ yang dijadikan pool truk sampah sementara oleh Dinas Kebersihan membuat nilai estetika kawasan

situ juga berkurang dan menyebabkan kualitas udara bertambah buruk karena bau yang ditimbulkan dari sampah tersebut.

Agar permasalahan-permasalahan tersebut tidak berlanjut dan melihat potensi yang ada pada kawasan Situ Rawa Gede, maka Pemerintah Kota Bekasi berencana membangun kawasan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata dengan mengaitkan nilai tambah positif yang ada pada Situ Rawa Gede sehingga adanya peningkatan pemeliharaan dan pengelolaan pada kawasan situ agar tidak terjadi permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan.

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi dan persepsi responden terhadap

kualitas lingkungan sekitar Situ Rawa Gede ?

(27)

5 3. Berapa besarnya nilai Willingness to Pay (WTP) responden dan faktor- faktor apakah yang mempengaruhi besarnya nilai WTP tersebut sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata ?

4. Apakah pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede layak dijalankan secara ekonomi ?

5. Bagaimana tingkat sensitivitas dan nilai pengganti (switching value) pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede apabila terjadi perubahan-perubahan pada komponen manfaat dan biaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan persepsi responden terhadap kualitas lingkungan kawasan Situ Rawa Gede.

2. Menganalisis kesediaan responden untuk membayar sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata serta mengetahui besarnya nilai Willingness to Pay (WTP) responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP tersebut sebagai sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata.

3. Mengkaji kelayakan ekonomi pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede. 4. Mengetahui tingkat sensitivitas dan nilai pengganti (switching value)

pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede apabila terjadi perubahan-perubahan pada komponen manfaat dan biaya.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

(28)

6

Penelitian ini difokuskan mengkaji karaktersitik sosial ekonomi responden untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap peluang kesediaan membayar dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai yang bersedia dibayarkan oleh responden sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata. Setelah itu, mengkaji persepsi responden terhadap Situ Rawa Gede untuk mengetahui bagaimana penilaian responden Situ Rawa Gede tentang keadaan lingkungan Situ Rawa Gede saat ini, kemudian mengkaji peluang kesediaan untuk membayar dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata untuk mengetahui peluang kesedian responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah dengan menjadikan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan.

Selanjutnya, mengkaji nilai WTP responden sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika dijadikan kawasan pariwisata dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika dijadikan kawasan pariwisata. Terakhir, mengkaji kelayakan pembangunan kawasan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata untuk mengetahui apakah rencana pemerintah mengembangkan Situ Rawa Gede menjadi kawasan wisata layak dijalankan secara ekonomi sehingga nantinya program tersebut tidak hanya dapat memberikan manfaat pada pengelola namun, juga dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat dan terjaminnya kelestarian lingkungan Situ Rawa Gede.

1.5. Manfaat Penelitian

(29)

7 1. Bagi Pemerintah Kota Bekasi dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan acuan dalam pengembangan Situ Rawa Gede kedepannya.

2. Bagi peneliti sebagai penerapan ilmu yang selama ini dipelajari di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

3. Bagi akademisi, sebagai salah satu bahan referensi dalam penelitian-penelitian sejenis kedepannya.

(30)
(31)

9

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Danau atau Situ

Sesuai dengan kondisi alam indonesia yang kaya dengan sumber daya air danau dengan berbagai tipologi dan karakteristiknya maka pengertian danau disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Harapannya pengertian tersebut dapat memberikan kemudahan bagi para pengelola danau dan masyarakat pengguna danau untuk penafsiran peraturan perundangan dan berbagai pedoman pelaksanaannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 28 Tahun 2009, pengertian danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal.Berdasarkan ukuran luas dan volumenya, danau/waduk dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu danau berukuran besar, medium, kecil dan sangat kecil. Lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.Klasifikasi Ukuran Danau

Klasifikasi Luas (km2) Volume (Juta m3)

Besar 10.000 - 1.000.000 10.000 – 100.000

Medium 100 - 100.000 100 – 10.000

Kecil 1-100 1-100

Sangat Kecil < 1 < 1

Sumber : KLH(2010)

Luas Situ Rawa Gede saat ini sekitar 7.000 m2 sehingga berdasarkan Tabel 2, maka Situ Rawa Gede termasuk dalam kategori danau sangat kecil karena luasnya kurang dari 1 km2 atau kurang dari 1.000.000 m2.

2.2. Pariwisata

(32)

10

wisata.Menurut Cooper (1993) dalam Vanhove (2005), rekreasi dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk bersenang-senang tetapi tidak harus dengan melakukan perjalanan.Menurut Lieber (1983) mendefinisikan rekreasi sebagai suatu bentuk penyegaran mental dan jasmani melalui aktivitas yang dikehendaki.

2.3. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penginderaan, kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan menjadi suatu yang berarti atau bermakna sehingga persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan (Davidoff dalam Walgito, 2000). Menurut Haryadi (1995) persepsi, merupakan proses yang harus dilalui oleh seseorang dalam memilih, menerima, mengorganisasi, dan melakukan interpretasi lingkungannya. Oleh sebab itu seseorang dalam menghadapi lingkungan, sifat, dan isi perilakunya tergantung dari apa yang disebut phenomenal environment atau behavioural environment. Menurut Atkinson dalam Ginting (2006), persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan atau secara sederhana persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses pengamatan selektif yang mana didalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Baltus dalam Ginting (2006) adalah :

1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera dapat mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu ataupun permanen.

2. Kondisi lingkungan.

3. Pengalaman masa lalu. Bagaimana cara individu untuk menginterpretasikan atau bereaksi terhadap suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa lalunya.

(33)

11 5. Kepercayan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya sedangkan prasangka dapat menimbulkan bisa dalam mempersepsi sesuatu.

Persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme. Menurut alasan tersebut, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.

2.4. Regresi Logit

Analisis regresi logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi logit. Peubah kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak sedangkan peubah penjelas pada analisis regresi logit ini dapat berupa peubah kategori maupun numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Data yang dapat dianalisis dengan menggunakan regresi logistik adalah data yang relatif umum dan terdiri atas dichotomus classification (Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Merryna, 2009). Analisis permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori respon dilakukan melalui transformasi logit. Persamaan dari transformasi logit tersebut adalah:

(34)

12

Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logit adalah bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan.Salah satu ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logit adalah odd ratio. Odd sendiri dapat diartikan sebagai ratio peluang kejadian tidak sukses dari peubah respon. Adapun ratio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin, dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.

2.5. Konsep Willingness To Pay (WTP)

Menurut Fauzi (2010), konsep keinginan membayar (Willingness to Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan adalah jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Pada WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau megeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standard yang diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penghitungan WTP untuk menghitung peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan adalah:

1. Menghitung biaya yang bersedia dikeluarkan oleh individu untuk megurangi dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan. 2. Menghitung pegurangan nilai atau harga dari suatu barang akibat dari

semakin menurunnya kualitas lingkungan.

(35)

13

2.6. Contingent Valuation Method

Metode penilaian ekonomi terhadap barang dan jasa lingkungan yang paling populer digunakan dan dianggap superior menurut Yakin (1997) adalah

Contingent Valuation Method (CVM) meskipun banyak metode lain yang dapat digunakan seperti The Dose-Response Method (DRM), Hedonic PriceMethod (HPM), Travel Cost Method (TCM), The Averting Behaviour Method (ABM). Menurut Yakin (1997), Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode tekhnik survei untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan. Asumsi dasar dalam penggunaan metode ini yang petama, individu-individu atau responden yang ditanyakan memahami benar pilihan-pilihan yang ditawarkan kepada mereka dan mereka cukup mengetahui atau familiar terhadap kondisi lingkungan yang dinilai. Kedua, asumsikan bahwa apa yang individu katakan akan mereka lakukan jika pasar untuk barang lingkungan tersebut benar-benar-benar terjadi. Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan Spash, 1993 dalam Amanda, 2009) antara lain :

1. Membuat Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

(36)

14

a). Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.

b). Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut.

c). Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barangatau jasa publik yang diberikan.

d). Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, dengan menggunakan metode ini biasanya responden mengalami kesulitan untuk menjawab, khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.

3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP

Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

4. Memperkirakan Kurva WTP

(37)

15 (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :

WTPi= f(Yi,Ei, Ki, Ai, Qi) Keterangan : i = responden ke-i.

5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh :

a). Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.

b). Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c). Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini

bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi

discounting.

6. Evaluasi Penggunaan CVM

Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki „protest bid‟ yang terlalu

(38)

16

yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barangataujasa lingkungan. Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan menggambarkan nilai tawaran (bid) agregat. Seberapa baik cakupan permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang dihasilkan pada studi yang lain.

2.7. Konsep Analisis Kelayakan Ekonomi

Perhitungan manfaat dan biaya proyek pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau analisis finansial, jika yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai manfaat adalah segala sesuatu yang diperoleh orang-orang atau badan-badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau ekonomi, jika yang berkepentingan langsung dalam manfaat dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh manfaat yang terjadi dalam masyarakat sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati manfaat dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut (Gray, 2007).

(39)

17 pendapatan, peningkatan ketahanan nasional dan lain-lain. Seperti halnya manfaat, biaya dibedakan menjadi biaya yang dapat diukur dengan uang dan ada biaya yang tidak dapat diukur dengan uang. Biaya yang dapat diukur dengan uang seperti biaya operasional dalam pelaksanaan proyek dan biaya yang tidak dapat diukur seperti pencemaran air, udara dan rusaknya pemandangan. Menurut Gray (2007) pada dasarnya perhitungan dalam analisis privat dan analisis ekonomi berbeda menurut lima hal, yaitu dalam hal penggunaan harga, perhitungan pajak, subsidi, biaya investasi atau pelunasan pinjaman, serta dalam hal bunga.

1. Harga

Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan adalah harga bayangan yang merupakan nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik. Menurut Husnan dan Suwartono (2000), beberapa cara penggunaan harga bayangan antara lain sebagai berikut : a. Harga bayangan yang digunakan untuk input output diperdagangkan

adalah harga internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada kurs pasar.

b. Harga bayangan dari input output tidak diperdagangkan adalah consumer willingness to pay (WTP) atau kesediaan konsumen untuk membayar, dalam hal ini adalah kesediaan pihak yang berkepentingan dalam proyek untuk membayar.

c. Harga bayangan untuk biaya tenaga kerja adalah berapa sektor lain bersedia membayar untuk tenaga kerja tersebut. Jika proyek tersebut menciptakan tenaga kerja, maka harga bayangan tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah yang dibayarkan perusahaan kepada tenaga kerja.

(40)

18

e. Harga bayangan untuk nilai valuta asing adalah nilai resmi yang ditentukan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dikali dengan faktor konversi.

2. Pajak

Analisis ekonomi menganggap pajak sebagai transfer, yaitu bagian dari manfaat proyek yang diserahkan kepada pemerintah, sehingga tidak dikurangi dari komponen manfaat.Kata lainnya, pajak tidak termasuk dalam sumber-sumber riil yang penggunaannya dalam proyek menyebabkan timbulnya biaya penggunaan alternatif terbaik dari segi masyarakat.Pajak langsung berupa pajak perusahaan yang dibayarkan atas laba perusahaan tidak dikurangi dari harga yang dibayarkan konsumen.Sementara itu, pajak tidak langsung yang dibayarkan ke pemerintah dan merupakan bagian harga yang dibayarkan konsumen, harus dikurangi dalam menghitung harga ekonomi.

3. Subsidi

Pada analisis ekonomi, subsidi dianggap sebagai sumber-sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek.Oleh karena itu subsidi yang diterima proyek adalah beban masyarakat sehingga dari segi perhitungan ekonomi tidak mengurangi biaya proyek.

4. Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman

Pada analisis ekonomi, seluruh biaya investasi baik yang berasal dari modal yang dihimpun dari dalam atau luar negeri maupun dari modal saham atau pinjaman, dianggap sebagai biaya proyek pada saat dikeluarkannya. Jadi, pelunasan pinjaman yang digunakan untuk membiayai sebagian investasi tersebut diabaikan dalam perhitungan biaya ekonomi demi menghindari perhitungan ganda (double-counting). Terdapat pengecualian jika bagian investasi dibiayai dengan pinjaman luar negeri yang diperuntukkan hanya untuk proyek itu sendiri. Dana pinjaman tidak boleh dipakai untuk proyek lainapabila proyek tersebut tidak jadi dilaksanakan. Sama halnya dengan perhitungan privat, biaya pinjaman luar negeri yang diperuntukkan hanya untuk proyek termaksud diperhitungkan dalam bentuk arus pelunasan pinjaman.

(41)

19 5. Bunga

Bunga atas pinjaman dalam negeri ataupun luar negeri tidak dianggap sebagai biaya pada analisis ekonomi. Hal tersebut dikarenakan modal dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunganya pun dianggap sebagai bagian dari manfaat ekonomi. Apabila bunga berasal dari peminjaman luar negeri yang terikat dan tersedia hanya untuk proyek tertentu, bunga dibayarkan sebagai biaya proyek pada tahun pertama.

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang kajian penelitiannya sejenis dengan penelitian ini telah banyak dilakukan. Penelitian yang kajian penelitiandan obyek yang di teliti sejenis dengan penelitian ini antara lain, Wijaya (2008) melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Manfaat Keberadaan Kawasan Obyek Wisata Situ Cangkuang dan Candi Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Hasil dari penelitian tersebut yaitu karakteristik pengunjung yang datang ke kawasan wisata tersebut mayoritas umur 17-27 tahun dengan presentase 54 persen dengan jenis pekerjaan paling banyak yaitu pegawai swasta dengan presentase 36 persen. Rata-rata jangkauan kesedian membayar pengunjung terhadap Kawasan Obyek Wisata Situ Cangkuang dan Candi Cangkuang sebesar Rp.1250 dengan presentase 40 persen, populasi 10.233 sehingga total WTP yaitu sebesar 127.915/tahun. Kawasan Obyek Wisata Situ Cangkuang dan Candi Cangkuang cukup layak untuk dikembangkan karena nilai B/C Ratio lebih dari 1 yaitu 1,07 dengan nilai tingkat pendapatan Rp.85.000/tahun dan biaya pengelolaan kawasan wisata sebesar Rp.79.840/tahun.

(42)

20

Amanda (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Willingness to Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situ Gede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan”. Hasil dari penelitian ini yaitu Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81 persen responden yang merupakan pengunjung Danau Situgede bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung Danau Situgede adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau yang diketahui melalui analisis regresi logit. Melalui Pendekatan CVM diketahui nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede yaitu sebesar Rp 3.588,24 dengan nilai total WTP (TWTP) sebesar Rp 2.342.000,00. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat dan kerusakan danau, serta faktor biaya kunjungan.

Ferdiansyah (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan”. Hasil dari penelitian ini yaitu bunga deposito tertinggi menurut aturan Bank Indonesia.Potensi wisata di lokasi penelitian saat ini memiliki peluang yang cukup besar. Bahkan diproyeksikan akan ada 17.400 wisatawan yang akan berkunjung ke agrowisata markisa setiap tahunnya. Melihat dari potensi produk markisa diketahui bahwa pengembangan markisa masih memiliki peluang besar baik dari potensi lahan maupun market space yang ada. Aspek teknis menunjukkan bahwa lokasi penelitian sangat ideal untuk dilakukan budidaya maupun sebagai lokasi tujuan wisata. Hal tersebut didasarkan pada kondisi lahan, kondisi iklim, potensi sumberdaya lahan, dan aksesbilitas yang sesuai untuk budidaya markisa. Dari segi pariwisata, lokasi ini berdekatan dengan salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Sulawesi

Selatan yaitu Kawasan Wisata Malino. Nilai NPV yang diperoleh Rp 1.711.592.194,00, IRR 10 persen, Net B/C 1,20, dan PBP 8 tahun 2 bulan.

(43)

21

III

.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pengelolaan yang belum optimal pada Situ Rawa Gede serta rendahnya kesadaran masyarakat sekitar situ dalam melestarikan situ menyebabkan terjadinya pemanfaatan yang tidak sesuai serta penurunan kualitas perairan situ. Hal tersebut jika tidak ditanggulangi dengan cepat dan tepat dapat mengurangi fungsi situ bahkan dapat mengancam keberadaan Situ Rawa Gede. Pemanfaatan yang tidak sesuai dan penurunan kualitas perairan situ tersebut dapat dilihat dari sudah mulai berkurangnya luas situ karena semakin banyaknya masyarakat yang mendirikan bangunan di tepi situ, terjadinya pendangkalan karena situ banyak ditumbuhi eceng gondok. Air situ semakin keruh dan buruk kualitasnya karena

situ dimanfaatkan sebagai area pembuangan limbah bagi sejumlah pabrik dan ada sebagian lahan sekitar situ yang dijadikan pool truk sampah sementara oleh Dinas Kebersihan. Hal tersebut juga membuat nilai estetika kawasan situ berkurang dan menyebabkan kualitas udara bertambah buruk karena bau yang ditimbulkan dari sampah tersebut.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut dan melihat adanya potensi pada Situ Rawa Gede, Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Kepariwisataan akan membangun kawasan tersebut menjadi sebuah kawasan pariwisata dengan mengaitkan nilai tambah positif yang ada pada Situ Rawa Gede namun, tetap memperhatikan fungsi dan keberlanjutan situ. Rencana tersebut, menurut Pemerintah Kota Bekasi, disamping menambah nilai-nilai estetika yang strategis dan signifikan pada kawasan tersebut, diharapkan juga dapat menghindari adanya pemanfaatan tidak sesuai yang dapat merusak keseimbangan ekosistem situ dan fungsi situ tersebut. Rencana pemerintah dengan menjadikan Situ Rawa Gede sebagai kawasan pariwisata akan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat dan menjamin kelestarian lingkungan Situ Rawa Gede tentu perlu adanya kajian lebih mendalam.

(44)

22

ekonomi dan persepsi responden terhadap Situ Rawa Gede yang dianalisis dengan metode deskriptif, kemudian peluang kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay) dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan untuk membayar responden sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata dianalisis menggunakkan metode regresi logit sehingga diketahui tingkat peluang kesedian responden untuk membayar dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar tersebut. Lalu mengkaji besarnya nilai Willingness to Pay (WTP) responden sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika Situ Rawa Gede dijadikan kawasan pariwisata yang nilainya akan didapatkan dengan menggunakkan metode kontingensi (Contingent Valuation Method). Sementara kajian faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dianalisis dengan menggunakkan metode regresi linier berganda. Terakhir mengkaji kelayakan rencana pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede yang akan dianalisis dengan analisis kriteria kelayakan investasi.

Manfaat dan biaya yang diperhitungkan dalam kelayakan dari pembangunan kawasan wisata Situ Rawa Gede dibagi menjadi manfaat dan biaya langsung dan tak langsung. Manfaat langsung terdiri dari proyeksi penerimaan dari karcis masuk, parkir, wisata air, wisata mancing, panggung seni, outbound, penyewaan sepeda tandem, penyewaan bangunan foodcourt dan penyewaan ruang

meeting. Manfaat tak langsung terdiri dari produktivitas ikan, penampung air dan pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede. Manfaat produktivitas ikan didapatkan dengan menggunakkan metode produktivitas. Nilai penampung air didapatkan dari biaya pengganti. Selanjutnya untuk nilai pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede didapatkan dengan metode kontingensi (Contingent Valuation Method).

(45)
(46)

24

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Berpikir Tidak Dilakukan Langsung Tak Langsung Tak Langsung

Besarnya Nilai Willingness to Pay (WTP)responden sebagai upaya pelestarian

budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede

Contingent Valuation Method (CVM)

Kawasan Situ Rawa Gede Kota Bekasi

Pemanfaatan tidak sesuai pada kawasan Situ Rawa Gede dan kualitas lingkungan

(47)

25

IV.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan desain penelitian yaitu metode studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield 1930 dalam Nazir 1988). Menurut Nazir (1988), tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter yang khas dari kasus, atau status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Studi kasus lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Adapun kuesioner dalam penelitian ini terlampir pada Lampiran 1.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Bungin (2006), data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data. Sementara itu, pengertian data sekunder adalah data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden dengan bantuan kuesioner.

(48)

26

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

No. Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Jenis Data Sumber Data

(49)

27

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode contoh non probability karena peneliti tidak memiliki kerangka sampel yang memadai (Prasetyo dan Jannah, 2005). Kerangka sampel tidak memadai karena tidak ada daftar penduduk terkait dengan pemanfaatan Situ Rawa Gede.Responden dalam penelitian ini ditentukan menggunakkan metode

purposive sampling dengan menentukkan kriteria khusus terhadap sampel (Prasetyo dan Jannah, 2005). Kriteria pengambilan sampel dipilih secara sengaja disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini. Berikut kriteria sampel dan jumlah sampel penelitian berdasarkan tujuan penelitian.

1. Kriteria sampel untuk tujuan penelitian mengetahui karakteristik sosial ekonomi responden, persepsi responden terhadap keadaan lingkungan Situ Rawa Gede, mengetahui peluang kesediaan responden untuk membayar (WTP), faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar, mengetahui besarnya nilai WTP responden sebagai upaya pelestarian budaya dan lingkungan Situ Rawa Gede jika dijadikan kawasan pariwisata, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP tersebut dan mengetahui kelayakan ekonomi pengembangan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata untuk mendapatkan nilai manfaat pelestarian budaya dan lingkungan sama yaitu masyarakat yang kebetulan ditemui berada dikawasan di Situ Rawa Gede baik untuk yang bertujuan rekreasi atau mencari penghasilan dari keberadaan situ, mudah ditemui, berusia 17 tahun keatas dan bersedia untuk diwawancara. Jumlah sampel yang diambil untuk tujuan penelitian ini yaitu 90 sampel karena penelitian untuk tujuan ini termasuk dalam penelitian multivariate. Menurut Roscoe (1975) dalam Sekaran (1992), mengatakan bahwa jika penelitian termasuk dalam penelitian multivariate

(termasuk analisis regresi berganda) dimana variabel yang akan dianalisis terdiri dari banyak variabel maka ukuran sampel harus 10 kali lebih besar dari jumlah variabel yang akan dianalisis.

(50)

28

perikanan tangkap tidak menggunakkan sampel namun menggunakkan populasi karena menurut survei yang memanfaatkan Situ Rawa Gede sebagai perikanan tangkap saat ini tidak mencapai 30 orang. Kriteria populasi untuk tujuan ini adalah masyarakat yang sering menangkap ikan di Situ Rawa Gede baik untuk dijual lagi maupun konsumsi sendiri. Populasi untuk tujuan penelitian ini yaitu sebanyak 10 orang.

4.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini menganalisis data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang dikumpulkan diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Berikut detail metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data

Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Sumber

(51)

29

Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Sumber

data

4.4.1. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Persepsi Responden

(52)

30

berpengaruh terhadap kesediaan membayar dari responden sebagai nilai manfaat pelestarian dan konservasi Situ Rawa Gede. Persepsi yang akan dianalisis dalam penelitian ini terkait dengan kondisi alam dan lingkungan Situ Rawa Gede.

4.4.2. Analisis Peluang Kesedian Membayar (WTP) dan faktor-faktor yang mempengaruhi Kesedian Membayar Responden

Metode analisis peluang kesediaan membayar sebagai upaya pelestarian keanekaragaman hayati Situ Rawa Gede dan pelestarian kebudayaan daerah sekitar Situ Rawa Gede yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi logit. Sifat variabel dependent pada penelitian ini biner dengan menggunakan nilai 1 dan 0 dimana 1 menunjukkan bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya retribusi masuk kawasan pariwisata untuk melestarikan alam, lingkungan, keanekaragaman hayati Situ Rawa Gede dan melestarikan kebudayaan daerah sekitar Situ Rawa Gede. Nilai 0 menunjukkan tidak bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya retribusi masuk kawasan pariwisata untuk melestarikan alam, lingkungan, keanekaragaman hayati Situ Rawa Gede dan melestarikan kebudayaan daerah sekitar Situ Rawa Gede.

Regresi logistik biner merupakan suatu metode analisis data yang digunakan untuk mencari hubungan antara variabel respon (y) yang bersifat biner

atau dikotomus dengan variabel prediktor (x) yang bersifat polikotomus (Hosmer dan Lemeshow, 2000 dalam Imawati dan Kismanto, 2011). Keluaran dari variabel respon y terdiri dari 2 kategori yaitu sukses dan gagal yang dinotasikan dengan

y =1 (sukses) dan y = 0 (gagal). Dalam keadaan demikian, variabel y mengikuti distribusi Bernoulli untuk setiap observasi tunggal. Fungsi Probabilitas untuk setiap observasi adalah diberikan sebagai berikut.

; y = 0,1……….(1)

Dimana jika y = 0 maka f(y) = 1 – π dan jika y = 1 maka f(y) = π. Fungsi regresi logistiknya dapat dituliskan sebagai berikut.

f (z)

- ekuivalen ………. (2)

dimana dengan p = banyak variabel prediktor

(53)

31 sebenarnya menggambarkan probabilitas atau risiko dari suatu objek. Model regresi logistiknya adalah sebagai berikut.

…………..(3)

Keterangan

p = banyaknya variabel prediktor

Untuk mempermudah pendugaan parameter regresi maka model regresi logistik pada persamaan (3) dapat diuraikan dengan menggunakan transformasi logit dari π (x) sehingga diperoleh persamaan berikut.

g (x) = ln ( ) = ………….(4)

Model tersebut merupakan fungsi linier dari parameter-parameternya. Pada regresi logistik, variabel respon diekspresikan sebagai y = π(x) + ε dimana ε

mempunyai salah satu dari kemungkinan dua nilai yaitu ε = 1+ π(x) dengan peluang π(x) jika y =1 dan ε = -π(x) dengan peluang 1- π(x) jika y = 0 dan mengikuti distribusi binomial dengan rataan nol dan varians [π(x)] [1- π(x)]. Analisis regresi logistik atau regresi ordinal tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik karena estimasi koefisien-koefisien di dalam persamaan regresi logistik tidak menggunakan OLS sehingga tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik (Imawati dan Kismanto, 2011)

Bentuk model logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Keterangan :

Li = peluang responden bersedia untuk membayar (bernilai 1 untuk

“bersedia”, bernilai 0 “tidak bersedia”)

0 = intersep

1... 9 = koefisien regresi UM = tingkat usia (tahun)

TP = tingkat pendidikan (tahun)

RP = rata-rata pendapatan per bulan (Rp) JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) JTT = jarak tempat tinggal (meter)

FK = frekuensi kunjungan (kali) KU = kualitas udara (persepsi) KA = kualitas air (persepsi)

(54)

32

i = responden ke-i (1,2,3....n) = galat atau error

Variabel-variabel yang diduga berbanding lurus dengan peluang responden untuk membayar retribusi masuk kawasan wisata yaitu tingkat usia, tingkat pendidikan, frekuensi kunjungan ke situ, rata-rata pendapatan perbulan dan jarak tempat tinggal respondendari situ. Variabel-variabel yang berbanding terbalik dengan peluang responden untuk membayar retribusi masuk kawasan wisata yaitu jumlah tanggungan keluarga, serta persepsi terhadap kualitas udara sekitar situ, kualitas air situ dan kebersihan lingkungan sekitar situ.

Interpretasi variabel tingkat usia adalah semakin tinggi tingkat usia responden, maka semakin besar peluang kesediaan membayar responden. Interpretasi variabel tingkat pendidikan adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin besar peluang kesediaan membayar responden karena semakin bertambah usia dan tinggi pendidikan responden, maka semakin tinggi kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Interpretasi variabel rata-rata pendapatan perbulan adalah semakin besar rata-rata pendapatan perbulan responden, maka semakin besar peluang kesediaan membayar responden karena responden memiliki dana lebih yang dapat disisihkan untuk membayar retribusi masuk. Interpretasi variabel frekuensi kunjungan adalah semakin sering responden berkunjung ke kawasan Situ Rawa Gede maka semakin besar peluang kesediaan membayar responden, semakin dekat jarak tempat tinggal responden dari kawasan Situ Rawa Gede, maka semakin besar peluang kesediaan membayar responden. Hal ini karena responden yang jarak rumah dengan kawasan situ lebih dekat dan yang lebih sering berkunjung ke kawasan Situ Rawa Gede, lebih mengetahui kondisi lingkungan dan perubahan kondisi lingkungan Situ Rawa Gede dari tahun ke tahun.

(55)

33 persepsi responden terhadap kualitas udara sekitar situ, kualitas air situ dan kebersihan lingkungan sekitar situ, maka semakin besar peluang kesediaan membayar responden. Hal ini karena responden yang menilai kualitas lingkungan situ sekarang semakin buruk, berharap dengan dijadikannya kawasan situ menjadi kawasan wisata, kualitas lingkungan situ menjadi lebih baik karena adanya pengelolaan dan pengawasan yang lebih optimal, selain dapat menambah lapangan pekerjaan masyarakat sekitar. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu dan observasi di lokasi penelitian.

4.4.3. Kesediaan Membayar (WTP) Responden

Metode yang digunakan untuk mendapatkan nilai kesediaan membayar retribusi masuk kawasan wisata Situ Rawa Gede sebagai upaya pelestarian lingkungan sekitar Situ Rawa Gede menggunakan metode kontingensi (Contingent Valuation Method) karena nilai ini tidak memiliki harga pasar. Pendekatan Contingent Valuation Method memiliki enam tahap. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat pasar hipotetik

Pasar hipotetik dalam penelitian ini dibuat atas dasar bahwa untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan yang tidak sesuai pada Situ Rawa Gede oleh masyarakat dan pihak-pihak yang yang tidak bertanggung jawab, maka pemerintah Kota Bekasi akan membangun kawasan Situ Rawa Gede menjadi kawasan pariwisata sehingga dapat melestarikan kembali kebudayaan betawi yang telah luntur di masyarakat daerah sekitar Situ Rawa Gede dan sebagai upaya pelestarian lingkungan sekitar Situ Rawa Gede. Pasar hipotetik tersebut akan dibentuk kedalam skenario sebagai berikut:

Gambar

Tabel    Halaman
Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Berpikir
Tabel 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait