• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN EKONOMI SITU GEDE, KELURAHAN SITU

GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT, KOTA BOGOR

PRIANTI WIDYANINGSIH

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penilaian Ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

PRIANTI WIDYANINGSIH. Penilaian Ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA.

Situ Gede merupakan salah satu situ yang terdapat di Kota Bogor, tepatnya di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Situ Gede saat ini mengalami pengelolaan yang belum optimal seperti sarana yang kurang memadai seperti tempat pembuangan sampah yang tidak memadai, atraksi wisata yang sedikit dan tempat perisitirahatan yang kurang dan irigasi pertanian yang kurang terpelihara dengan baik. Oleh karena itu maka dilakukan penelitian mengenai nilai ekonomi Situ Gede. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan dan pengelolaan Situ Gede, (2) mengidentifikasi jenis pemanfaatan yang ada di Situ Gede, dan (3) mengestimasi nilai ekonomi dari pemanfaatan di Situ Gede. Pemanfaatan yang dilakukan di Situ Gede saat ini antara lain sebagai tempat pemancingan, irigasi pertanian dan tempat wisata. Penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian diantaranya, metode harga pasar untuk pemanfaatan pemancingan ikan, analisis biaya untuk pemanfaatan irigasi pertanian dan metode biaya perjalanan untuk pemanfaatan wisata. Persepsi responden terhadap Situ Gede adalah untuk kategori kualiatas udara yaitu dalam keadaan baik, kualitas air dalam keadaan baik, pemandangan alam yang indah, kebersihan lingkungan di sekitar situ buruk dan pengelolaan yang masih belum berjalan dengan baik. Penilaian ekonomi untuk

pemanfaatan Situ Gede terdiri dari pemanfaatan pemancingan sebesar Rp 2.621.740.000, pemanfaatan pertanian sebesar Rp 18.500.471 dan nilai

ekonomi wisata sebesar Rp 1.157.062.500. Nilai guna dari Situ Gede sebesar 3.797.302.971 per tahun.

(6)

ABSTRACT

PRIANTI WIDYANINGSIH. Economic Valuation of Situ Gede, Situ Gede Village, West Bogor Sub-District, Bogor City. Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA.

Situ Gede is a pond located in Bogor City, precisely in Situ Gede Village, West Bogor Sub-district, Bogor Infrastructure management of Situ Gede has not been optimalize like very few trashcan, tourism attraction and only few rest area available. Hence, the reseach about economic value of Situ Gede were made. This research is aimed for: (1) analyzing nearby citizen’s perception about Situ Gede’s environmental and management, (2)identifiying the variations of Situ Gede utilization, and (3) estimating the economic value of Situ Gede utilization. Some of kind lake utilizations that conducted in Situ Gede at this time are as fishing ground, irrigation, and tourism object. The aim of this research is to calculate

Situ Gede’s economic value using market price method for the fishery utilization, cost analysis for the agricultural utilization, and travel cost method for the

tourism utilization. Respondents’ perception of Situ Gede are good air quality,

good water quality, beautiful scenery, poor waste disposal system around the lake, and the operations management that still has not run well. Economic valuation for the utilization of Situ Gede consist of fishery utilization which worth 2.621.740.000 IDR, agricultural utilization which worth 18.500.471 IDR, and tourism utilization which worth 1.157.062.500 IDR. Use value of Situ Gede is 3.797.302.971 IDR.

(7)

PRIANTI WIDYANINGSIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah ekonomi sumberdaya, dengan judul Penilaian Ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahyar Ismail MAgr dan Ibu Nuva, SP, MSc selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, kesabaran dan pembekalan ilmu serta wawasan selama penyusunan skripsi selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan pembekalan ilmu serta wawasan selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Rizal Bahtiar, SPi, MSi dan Asti Istiqomah, SP, MSi, selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran bagi kesempurnaan skripsi ini. Bapak Prof Dr Ir Tridoyo Kusumastanto, MS selaku dosen pembimbing akademik atas segala perhatian dan arahan yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan . Seluruh dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala bantuannya. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta (Suprianto ST dan Sutias Winarti), adik ( Muhammad Sidiq Dwi Putra, Muhammad Umar Tri Kusuma dan Atika As‟salafiah) serta keluarga besar di Makassar, Palopo, Bogor dan Jakarta. Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pengunjung dan pemancing Situ Gede serta petani di Desa Cikarawang atas informasi dan kerjasamanya dalam pengumpulan data skripsi, teman-teman ESL (Ponda, Tia, Welda, Gea, Indri Yoppy, Erna, Icha, Eka, Chiya, Budi), teman-teman savant ( Ayu, Agil, Reyna, Yeni), teman-teman Tri Regina (Ika, Widya, Mbak Neli) dan rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan, keceriaan dan dukungan yang diberikan selama ini. Semoga skripsi ini member manfaat bagi semua dan penulis sebagai proses pembelajaran.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Ekosistem ... 7

2.2 Sumberdaya Perairan Situ ... 8

2.3 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan ... 10

2.4 Persepsi Masyarakat ... 12

2.5 Penelitian Terdahulu ... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

IV METODOLOGI PENELITIAN ... 19

4.1 Metode Penelitian ... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 19

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 20

4.4.1 Analisis Persepsi Masyarakat ... 21

4.4.2 Metode Harga Pasar ... 23

4.4.3 Analisis Biaya Irigasi ... 24

4.4.4 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 24

V GAMBARAN UMUM ... 27

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Situ Gede ... 27

5.1.1 Letak Geografis dan Administratif Kelurahan Situ Gede ... 27

5.1.2 Kondisi Demografi Kelurahan Situ Gede ... 28

5.1.3 Kondisi Ekonomi Kelurahan Situ Gede ... 28

5.1.4 Kondisi Lingkungan Kelurahan Situ Gede ... 29

(14)

5.2.1 Letak Geografis dan Administratif Desa Cikarawang ... 30

5.2.2 Kondisi Demografi Desa Cikarawang ... 30

5.2.3 Kondisi Ekonomi Desa Cikarawang ... 31

5.2.4 Kondisi Pertanian Desa Cikarawang ... 32

5.3 Karakteristik Responden Pemancingan di Situ Gede... 32

5.4 Karakteristik Responden Petani di Desa Cikarawang ... 34

5.5 Karakteristik Responden Pengunjung Situ Gede ... 37

5.5.1 Cara Kedatangan Pengunjung Ke Situ Gede ... 39

5.5.2 Jenis Kendaraan Pengunjung Ke Situ Gede ... 39

5.5.3 Lama Mengetahui Lokasi Wisata ... 40

5.5.4 Jumlah Rombongan ... 41

VI HASIL DAN PEMBAHASAN... 43

6.1 Analisis Persepsi Terhadap Kualitas dan Pengelolaan Situ Gede ... 43

6.1.1 Persepsi Responden Berdasarkan Kualitas Lingkungan dan Pengelolaan Situ Gede Terhadap Pemanfaatan Situ Gede. ... 43

6.1.2 Persepsi Responden Berdasarkan Kebersihan Lingkungan dan Pemandangan Alam ... 46

6.2 Jenis Pemanfaatan yang Ada di Situ Gede ... 48

6.2.1 Pemanfaatan untuk Pemancingan ... 48

6.2.2 Pemanfaatan untuk Pertanian ... 50

6.2.3 Pemanfaatan untuk Wisata ... 50

6.3 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Situ Gede ... 52

6.3.1 Nilai Ekonomi Situ Gede dari Kegiatan Pemancingan ... 52

6.3.2 Nilai Ekonomi Situ Gede dari Kegiatan Irigasi Pertanian ... 54

6.3.3 Nilai Ekonomi dari Kegiatan Wisata ... 56

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 59

7.1 Simpulan ... 59

7.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 65

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Danau Berdasarkan Luas dan Volume ... 1

Tabel 2 Matriks Metode Analisis Data ... 20

Tabel 3 Indikator Analisis Persepsi Responden Terhadap Kualitas lingkungan dan ... 21

Tabel 4 Karakteristik Responden Kegiatan Memancing di Situ Gede ... 33

Tabel 5 Karakteristik Responden Kegiatan Pertanian di Desa Cikarawang ... 35

Tabel 6 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Situ Gede ... 38

Tabel 7 Cara Kedatangan Pengunjung Situ Gede ... 39

Tabel 8 Jenis Kendaraan Pengunjung Situ Gede ... 40

Tabel 9 Lama Mengetahui Lokasi Wisata ... 40

Tabel 10 Jumlah Rombongan Pengunjung ke Situ Gede ... 41

Tabel 11 Persepsi Responden Berdasarkan Kualitas Udara, Kualitas Air ... 44

Tabel 12 Pengelolaan Situ Gede untuk Pemancingan, Pertanian dan Wisata ... 45

Tabel 13 Persepsi Kebersihan Lingkungan dan Pemandangan Alam Sekitar Situ Gede ... 46

Tabel 14 Jumlah Pemancing Dalam Seminggu ... 49

Tabel 15 Analisis Ekonomi Dari Kegiatan Memancing di Situ Gede ... 53

Tabel 16 Jumlah Pemancing Dalam Satu Tahun ... 54

Tabel 17 Pendapatan Usahatani Desa Cikarawang per Musim Tanam ... 55

Tabel 18 Hasil Regresi Fungsi Permintaan Wisata Situ Gede ... 57

Tabel 19 Jumlah Pengunjung Kegiatan Wista dalam Satu Tahun. 2013 ... 57

Tabel 20 Perhitungan Nilai Ekonomi Situ Gede Pada Tahun 2014 ... 58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Nilai Ekonomi Total ... 11

Gambar 2 Diagram Alur Kerangka Berfikir ... 18

Gambar 3 Jumlah Penduduk Kelurahan Situ Gede ... 28

(16)

Gambar 5 Jumlah Penduduk Desa Cikarawang ... 31

Gambar 6 Penduduk Desa Cikarawang Menurut Mata Pencaharian ... 31

Gambar 7 Pengunjung yang Sedang Memancing ... 49

Gambar 8 Kondisi Pintu Air Situ Gede ... 50

Gambar 9 Pemandangan Alam Situ Gede ... 51

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Nilai Ekonomi Perikanan ... 67

Lampiran 2 Kuisioner Nilai Ekonomi Irigasi Pertanian ... 69

Lampiran 3 Kuisoner Nilai Ekonomi Wisata ... 73

Lampiran 4 Penerimaan Kegiatan Memancing Per Tahun ... 76

Lampiran 5 Biaya Kegiatan Memancing Per Tahun ... 77

Lampiran 6 Manfaat Bersih Kegiatan Memancing di Situ Gede per Tahun ... 78

Lampiran 7 Jumlah Produksi dan Pendapatan Padi Petani Desa Cikarawang ... 79

Lampiran 8 Biaya Usahatani Padi di Desa Cikarawang ... 80

Lampiran 9 Biaya “Ulu-ulu” Padi Petani Desa Cikarawang ... 81

(17)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan. Perbandingan luas Indonesia dengan luas perairan sebesar dua per tiga. Luas perairan Indonesia secara keseluruhan mencapai 5,8 juta km2 atau mendekati 70 persen dari luasnya. Sebagian besar luas tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal (Resosudarmo et al. 2002).

Danau merupakan salah satu sumber daya perairan yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Ekosistem danau memiliki peranan penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas ketersediaan air tawar, habitat kehidupan liar, pengembangan ekonomi lokal, nilai estetika, religi dan tradisi. Kualitas dan kuantitas air danau berhubungan dengan tata kelola air dan drainase wilayah serta tipe pemanfaatan badan air dan pemanfaatan lahan di dalam kawasan tangkapannya.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) (2010), danau di Indonesia memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Berdasarkan luas dan volumenya, danau dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu danau berukuran besar, medium, kecil, dan sangat kecil. Klasifikasi danau dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi Danau Berdasarkan Luas dan Volume

Klasifikasi Luas (Km2) Volume (Juta m3) Besar 10.000 – 1.000.000 10.000 – 1.000.000 Medium 100 – 10.000 100 – 10.000

Kecil 1 – 100 1 – 100

Sangat Kecil < 1 < 1

Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2010)

(18)

maupun ekonomis diantaranya adalah sebagai bagian sistem tata air di suatu wilayah, wadah tampungan air, kawasan resapan air, tempat budidaya perikanan darat, bagian dari sistem irigasi dan potensi menjadi objek wisata (Kementerian Lingkungan Hidup 2010).

Kondisi situ-situ di Kota Bogor saat ini banyak yang rusak sehingga kurang mendukung perkembangan situ. Hal ini tampak dari hasil identifikasi situ yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor. Terdapat tujuh situ yang berada di Kota Bogor, yaitu Situ Panjang, Situ Gede, Situ Leutik, Situ Curug, Situ Anggalena, Danau Bogor Raya dan Danau Kebun Raya yang sebagian besar dalam kondisi yang kurang terpelihara dan memperhatinkan akibat sampah, pendangkalan akibat sedimentasi serta tidak jelasnya batas antara tanah situ dengan tanah masyarakat membuat adanya usaha penyerobotan kawasan situ serta pemanfaatan situ tanpa izin oleh masyarakat (Rahman 2010).

Kondisi ke tujuh situ saat ini,yaitu Situ Panjang berada di tengah-tengah persawahan yang berfungsi untuk irigasi pertanian dan tempat keramba ikan. Keadaan saat ini mengalami penyusutan luas dan tinggi yang disebabkan oleh sedimentasi. Hal ini menyebabkan dataran hasil pendangkalan dijadikan sawah dan kebun oleh penduduk dan menjadikan luasan situ berkurang. Kondisi Situ Gede yang memiliki fungsi sebagai tempat wisata, pemancingan dan irigasi pertanian, tidak terlalu mengalami penurunan luasan tetapi disekitar situ banyak terdapat sampah dan apabila dibiarkan akan mengalami keusakan. Kondisi Situ Leutik yang terjadi yaitu mengalami penyusutan luasan yang cukup tinggi di antara ke dua situ yang terletak di Kelurahan Situ Gede, hal ini dikarenakan letak situ yang dikelilingi oleh persawahan ini tidak memiliki batas situ sehingga beberapa orang memanfaatkan situ sebagai kolam ikan.

(19)

bangunan pelimpah. Situ ini mengalami penurunan luasan dan hampir dari setengah luasan situ telah menjadi daratan. Kondisi Danau Kebun Raya yang berada di kawasan Kebun Raya Bogor merupakan situ buatan yang di tanggul dan di lengkapi dengan pintu penutup tidak mengalami penyusutan luasan dan juga dimanfaatkan untuk wisata.

Situ Gede merupakan salah satu situ yang pemanfaatannya kurang optimal yang terletak di belakang Kelurahan Situ Gede. Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor menyebutkan kondisi luasan Situ Gede yang sebelumnya sebesar 6,9 Ha pada tahun 1993 mengalami penyusutan menjadi 6,2 Ha pada tahun 2003. Namun kondisi ini masih dalam penyusutan yang rendah dibandingkan dengan beberapa situ lainnya (Rahman 2010). Berdasarkan kondisi yang ada maka perlu penilaian mengenai nilai ekonomi di Situ Gede. Selama ini untuk pertanian dan pemancingan yang ada di Situ Gede belum pernah dilakukan penilaian terhadap nilai ekonomi tersebut. Selain itu persepsi masyarakat juga diperlukan untuk mengetahui kualitas lingkungan dan pengelolaan Situ Gede. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengelolaan Situ Gede yang lebih baik sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

(20)

Pengelolaan tersebut belum optimal dikarenakan prasarana dan sarana yang terdapat di Situ Gede masih kurang seperti pemanfaatan situ dalam kegiatan pemancingan yang belum adanya tempat pembuangan sampah yang memadai dan tempat peristirahatan yang ada keadaannya memperhatinkan. Pemanfaatan situ dalam kegiatan irigasi pertanian mengalami kerusakan saluran irigasi karena kurang terpelihara dengan baik. Permanfaatan dalam kegiatan wisata yang terjadi adalah tempat peristirahatan yang kurang dan keadaanya memperhatinkan dan kurangnya tempat sampah layak serta atraksi wisata yang masih sedikit. Selain itu dalam kegiatan pemancingan maupun wisata tidak dipungut biaya masuk sehingga siapa saja dapat memancing dan berwisata di situ tersebut.

Kesadaran pengunjung dan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan juga masih kurang, hal ini terlihat dari masih banyaknya tumpukan sampah di bawah papan larangan membuang sampah. Agar permasalahan tersebut tidak berlanjut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk nilai ekonomi Situ Gede serta pandangan masyarakat mengenai kualitas lingkungan dan pengelolaan Situ Gede. Pendekatan nilai ekonomi sebagai dasar untuk menduga, dimana setiap individu memiliki beberapa nilai untuk situ. Penghitungan nilai ekonomi dilakukan agar masyarakat dapat mengetahui fungsi dan manfaat dari ekosistem Situ Gede. Masyarakat juga dapat memahami dampak serta kegiatan yang dilakukan menyangkut pemanfaatan ekosistem situ. Disamping itu, agar pengelolaan dan pemanfaatan situ berkelanjutan dan untuk memotivasi pemerintah serta masyarakat turut berperan dalam mengurangi kerusakan Situ Gede.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang akan dikaji, yaitu:

1. Bagaimana persepsi responden terhadap kualitas dan pengelolaan Situ Gede? 2. Apa saja jenis pemanfaatan saat ini terjadi di Situ Gede ?

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan dan pengelolaan Situ Gede.

2. Mengidentifikasi jenis pemanfaatan yang saat ini terjadi di Situ gede. 3. Mengestimasi nilai ekonomi dari pemanfaatan situ di Situ Gede.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat, antara lain:

1. Bagi masyarakat memberikan informasi mengenai nilai manfaat ekonomi Situ Gede yang terletak di Bogor, Jawa Barat.

2. Bagi pengelola dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan kawasan wisata agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

3. Bagi Pemerintah Kota Bogor dan para pengambil keputusan dapat dijadikan rujukan atau pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor pariwisata dan melakukan perbaikan sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan perekonomian daerah.

4. Bagi civitas akademik, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan rujukan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan nilai ekonomi wisata dan dampaknya tehadap masyarakat. 5. Bagi penulis sendiri, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sarana dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(22)

pertanian dan pengunjung wisata. Jumlah pengunjung dan jumlah wisata yang ada diestimasi berdasarkan wawancara dengan pihak yang lebih mengetahui keadaan wisata dan pemancingan. Jumlah pengunjung diestimasi berdasarkan wawancara terhadap tukang parkir yang ada di Situ Gede, sedangkan jumlah pemancing diestimasi berdasarkan wawancara terhadap pemancing yang melakukan kegiatan memancing selama satu minggu. Metode perhitungan untuk nilai ekonomi irigasi menggunakan analisis biaya dari biaya pengadaan air irigasi.

(23)

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ekosistem

Menurut Undang–undang No. 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup. Berdasarkan pengertian diatas ekosistem adalah tingkatan organisasi yang lebih tinggi dari komunitas atau kesatuan dari suatu komunitas dan lingkungannya dimana terjadi hubungan satu sama lain. Dalam ekosistem tidak hanya ada spesies dan tumbuhan saja tetapi juga terdapat segala bentuk interaksi antar berbagai macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam ekosistem tersebut. Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan.

Pengelompokan ekosistem yang dikaitkan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dibagi menjadi ekosistem alami dan ekosistem buatan (Irwan 2010). Ekosistem alami adalah ekosistem yang belum pernah ada campur tangan manusia. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sudah banyak dipengaruhi manusia misalnya danau buatan, sawah atau ekosistem pertanian. Perbedaan antara ekosistem alami dan ekosistem buatan akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Ekosistem Buatan

Komponen-komponennya biasanya kurang lengkap, memerlukan subsidi energi, memerlukan pemeliharaan atau perawatan, mudah terganggu, dan mudah tercemar. Ekosistem buatan lebih rentan terhadap perubahan atau tidak mantap. b. Ekosistem Alami

(24)

ekosistem. Dalam hal ini ekosistem dibagi menjadi ekosistem lengkap dan ekosistem tidak lengkap.

2.2 Sumberdaya Perairan Situ

Kondisi alam Indonesia yang kaya dengan sumber daya air danau dengan berbagai tipologi dan karakteristiknya maka pengertian danau disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dan bersifat umum sehingga memberikan kemudahan bagi para pengelola danau dan masyarakat pengguna danau untuk penafsiran peraturan perundangan dan berbagai pedoman pelaksanaannya. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009, pengertian danau adalah wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal.

Situ adalah salah satu bentuk ekosistem perairan tergenang yang berukuran kecil dan bersalinitas rendah atau tawar. Istilah situ biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa Barat untuk sebutan danau kecil (Puspita et al. 2005). Situ merupakan suatu wadah atau genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, dimana airnya berasal dari air tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang potensial serta keberadaannya harus tetap dijaga (Alkadri dan Suhandojo 1999).

Menurut proses terbentuknya, danau terdiri dari dua macam yaitu secara danau alami (natural lake) dan danau buatan (man made lake/ artificial lake). Danau buatan dikenal dengan sebutan waduk (reservoir) atau bendungan dan danau kecil yang disebut situ. Secara umum situ memiliki tiga nilai manfaat yaitu ekologis, ekonomis dan sosial budaya. Nilai manfaat ekologis dari situ adalah sebagai habitat dari berbagai jenis flora dan fauna, pengaturan hidrologis dan penjaga sistem serta proses alami yang terjadi di alam. Nilai ekonomis dari situ adalah penghasil sumber daya alam, energi sumber air, sarana wisata, serta olahraga. Nilai manfaaat sosial budaya dari situ adalah sebagai saran bagi pengembangan pola kehidupan, kebudayaan serta sebagai penentu sumber mata pencarian masyarakat sekitar (Puspita et al. 2005).

(25)

perairan tersebut banyak menerima nutrisi dari kegiatan manusia. Meningkatnya kegiatan biologi dalam waduk per unit waktu dan volume air tertentu, maka produksi organik pun akan meningkat dan mengendap di dasar waduk sehingga dapat terjadi pendangkalan.

Keberadaan organisme pada situ akan membentuk suatu komunitas biologi yang berkaitan erat dengan struktur fisik dari situ. Struktur fisik pada perairan situ inilah yang disebut sebagai zonasi. Zona pertama pada perairan situ adalah zona litoral. Zona ini merupakan zona yang memiliki penetrasi cahaya yang memadai dan terdapat banyak sedimen sehingga merupakan tempat hidup dari berbagai organisme akuatik seperti tumbuhan air, alga, invertebrata, ikan, dan organisme lainnya. Zona kedua adalah zona limnetik. Merupakan zona terbuka dan penetrasi cahaya mulai terbatas sehingga tidak semua kolom perairan pada situ akan memiliki intesitas cahaya yang sama. Organisme yang paling melimpah pada zona limnetik adalah invertebrata (benthos) seperti dipteran atau crustacea kecil. Secara umum, organisme yang sering berada pada situ adalah ikan, amphibian, plankton, benthos, tumbuhan air, bakteri, dan fungi (Horne dan Goldman 1994). Menurut Odum (1993), terdapat empat kelompok penyusun utama dari perairan tawar termasuk situ. Empat kelompok tersebut adalah moluska, serangga air, udang-udangan, dan ikan.

(26)

2.3 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan langsung dan tidak langsung semata, namun lebih dari itu. Nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. Dalam konsep ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu nilai ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL) dapat diartikan sebagai menilai konstribusi SDAL terhadap kesejahteraan manusia (Fauzi 2003).

Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai suatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima dan Berkes (1989) mendefinisikan sumber daya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia.

(27)

Sumber: Pearce dan Moran. 1994

Nilai ekonomi total (total economic value) suatu sumber daya secara garis besar dikelompokan menjadi nilai guna (use value) dan nilai non-guna/intrinsik (non-use value) (Pearce dan Moran 1994). Nilai guna (use value) dibagi menjadi nilai guna langsung (direct use value), nilai guna tak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value). Nilai guna diperoleh dari pemanfaatan aktual lingkungan (Turner et al. 1994). Nilai non-guna dibagi menjadi nilai keberadaan (existence value), nilai warisan (bequest value) dan nilai pilihan (option value).

Nilai guna langsung (direct use value) adalah nilai yang ditentukan oleh kontribusi lingkungan pada aliran produksi dan konsumsi (Munasinghe 1993). Nilai guna langsung berkaitan dengan output yang langsung dapat dikonsumsi, misalnya makanan, biomassa, rekreasi dan kesehatan. Nilai guna tak langsung (indirect use value) ditentukan oleh manfaat yang berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam mendukung aliran produksi dan konsumsi. Nilai pilihan (option value) berkaitan dengan pilihan pemanfaatan lingkungan pada masa yang akan datang. Pernyataan preferensi (kesediaan membayar) untuk konservasi sistem lingkungan atau komponen sistem berhadapan dengan beberapa kemungkinan pemanfaatan oleh individu dikemudian hari. Ketidakpastian penggunaan dimasa yang akan datang berhubungan dengan ketidakpastian penawaran lingkungan, teori ekonomi mengindikasikan bahwa nilai pilihan adalah kemungkinan positif (Turner et al. 1994).

Nilai intrinsik (nilai non guna) dibagi menjadi dua bagian yaitu nilai keberadaan (existence value) dan nilai warisan (bequest value). Nilai intrinsik berhubungan dengan kesediaan membayar positif, jika responden tidak

Nilai Total Ekonomi

(28)

bermaksud memanfaatkannya dan tidak ada keinginan untuk memanfaatkannya (Pearce dan Moran 1994). Nilai warisan berhubungan dengan kesediaan membayar untuk melindungi manfaat lingkungan bagi generasi mendatang. Nilai warisan bukan merupakan nilai penggunaan untuk individu petani, tetapi merupakan potensi penggunaan atau bukan penggunaan dimasa yang akan datang (Turner et.al 1994). Nilai keberadaan muncul karena adanya kepuasan atas keberadaan sumber daya meskipun yang melakukan penilaian tidak memiliki keinginan untuk memanfaatkannya.

2.4 Persepsi Masyarakat

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif (Robbins 2006). Menurut Daviddof (1999) persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya itu. Persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor-faktor-faktor motivasional. Maka, arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun faktor-faktor organisme. Berdasarkan alasan tersebut, persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti khusus sekali bagi dirinya.

(29)

lingkungan, pengalaman masa lalu, kebutuhan dan keinginan, kepercayaan, prasangka dan nilai. Individu akan lebih memperhatikan dan menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsikan sesuatu.

Persepsi bukanlah suatu hal yang memiliki sifat statis, tetapi terbuka terhadap berbagai informasi yang muncul dari lingkungan. Perubahan persepsi dapat terjadi akibat berkembangnya pemahaman seorang terhadap lingkungan ataupun akibat terjadinya perubahan kebutuhan nilai-nilai yang dianut, sikap, pendirian dan sebagainya (Ismail 2007). Persepsi mengenai keadaan suatu lingkungan pada pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda tergantung pada setiap individu dalam menanggapinya.

Pengolahan data persepsi masyarakat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik) seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang. Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk multiple choice atau checklist (Hasan 2002). Pembagian Skala Likert terbagi menjadi lima aspek, yiatu Sangat Memuaskan (SM), Memuaskan (M), Cukup Memuaskan (CM), Kurang Memuaskan (KM), dan Tidak Memuaskan (TM) secara berturut bernilai 5, 4, 3, 2, 1. Pernyataan dalam item-item favorable mengandung nilai-nilai yang positif sampai item-item unfavorable yang mengandung nilai negatif (Ridwan dan Sunarto 2007). Data yang didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner, setelah itu dilakukan coding untuk mempermudah pengolahan data, sistem scoring dibuat persentase agar memudahkan dalam membaca hasil yang diperoleh.

2.5 Penelitian Terdahulu

(30)

daya waduk diperoleh Nilai Ekonomi Total (NET) sebesar Rp 160.197.824.439 yang terdiri dari Nilai Guna Langsung (NGL) untuk pemanafaatan listrik sebesar Rp 72.131.819.815, pemanfaatan perikanan Rp 44.524.512.963, pemanfaatan untuk irigasi Rp 27.427.796.000, pemanfaatan untuk transportasi air Rp 3.081.045.600, pemanfaatan untuk industri Rp 1.477.723.900, pemanfaatan untuk rekreasi Rp 652.912.510, pemanfaatan air baku bernilai negatif Rp 29.421.032. Persamaan dari penelitian Ismail yakni sama-sama menghitung nilai ekonomi pemanfaatan situ. Perbedaannya yakni pada penelitian Ismail menyertakan menghitung nilai ekonomi no guna situ sementara penelitian ini hanya menghitung nilai guna dari pemanfaatan situ.

Naditia (2011), meneliti tentang valuasi ekonomi ekosistem sungai studi Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Hasil penelitian diperoleh nilai ekonomi total (total economic value) dari ekosistem Sungai Siak Kota Pekanbaru sebesar Rp 53.601.669.968,11 per tahun. Nilai ekonomi total (total economic value) terdiri dari nilai ekonomi kegunaan (use value) dan nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) dimana nilai ekonomi kegunaan (use value) sebesar Rp 49.879.570.889 per tahun yang merupakan penjumlahan dari manfaat langsung (direct use value) sebesar Rp 16.966.270.889 per tahun dan manfaat tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp 32.913.300.000.000 per tahun. Nilai ekonomi bukan kegunaan (non-use value) sebesar Rp 3.772.099.078 per tahun yang merupakan penjumlahan dari manfaat keberadaan sebesar Rp1.848.383.485 per tahun dan manfaat pilihan sebesar Rp1.873.715.592 per tahun. Persamaan dari penelitian Naditia yakni sama-sama menghitung nilai ekonomi pemanfaatan situ. Perbedaannya yakni pada penelitian Naditia menyertakan menghitung nilai non guna sungai sementara penelitian ini hanya menghitung nilai guna dari pemanfaatan situ.

(31)

pemanfaatan kebutuhan domestik adalah sebesar Rp 339.527.739.838. Nilai Guna Tidak Langsung (NGTL) sebesar Rp 5.272.883.13.Nilai Pilihan (NP) adalah sebesar Rp 5.378.340.802.39 dan Nilai Bukan Guna (NBG) adalah sebesar Rp 4.496.923.673.Persamaan dari penelitian Asnil yakni sama-sama menghitung nilai ekonomi pemanfaatan situ. yakni sama-sama menghitung nilai ekonomi pemanfaatan situ. Perbedaannya yakni pada penelitian Asnil menyertakan menghitung nilai non guna sementara penelitian ini hanya menghitung nilai guna dari pemanfaatan situ.

Hidayati (2012), meneliti tentang analisis nilai ekonomi keberadaan wisata alam Danau Siais di Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil penelitian diperoleh nilai ekonomi wisata alam Danau Siais menggunakan metode biaya perjalanan adalah untuk Rp 364.326.492 per tahun. Intensitas kunjungan pengunjung ke Danau Siasis Alam adalah sebanyak satu kunjungan, sedangkan faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan adalah tingkat pendapatan dan waktu yang dibutuhkan untuk pariwisata. Persamaan dari penelitian Hidayati yakni sama-sama menghitung nilai ekonomi kegiatan wisata danau atau situ. Perbedaannya yakni pada penelitian Hidayati menyertakan intensitas kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas kunjungan, sementara penelitian ini hanya menghitung nilai ekonomi dari kegiatan wisata.

(32)
(33)

III

KERANGKA PEMIKIRAN

Situ Gede sebagai suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan baik manfaat secara langsung maupun manfaat secara tidak langsung. Pemanfaatan langsung yang terjadi di Situ Gede terdiri dari pemanfaatan untuk pemancingan, pemanfaatan untuk pertanian dan pemanfaatan untuk wisata. Namun pengelolaan yang dilakukan tersebut belum optimal, hal ini dikarenakan prasarana dan sarana yang terdapat masih kurang. Prasarana dan sarana tersebut seperti belum adanya pembuangan sampah yang memadai sehingga masih banyak pengunjung ataupun pemancing yang membuang sampah di sekitar pinggiran situ. Hal itu membuat nilai estetika situ menjadi kurang indah dan menyebabkan kualitas udara bertambah buruk karena bau yang ditimbulkan dari sampah tersebut. Selain itu saluran irigasi kurang terpelihara dengan baik yang menyebabkan aliran air dari Situ Gede kurang lancar. Jika dibiarkan lebih lama dan tanpa penanganan yang lebih lanjut maka Situ Gede akan mengalami kerusakan yang semakin parah.

Agar semua pihak yang berada di sekitar Situ Gede masih dapat memanfaatkan situ untuk masa yang akan datang maka diperlukan penilaian ekonomi situ tersebut. Selain penilaian ekonomi, pandangan responden mengenai kualitas lingkungan dan pengeloaan Situ Gede perlu dilakukan. untuk mengetahui keadaan dan keberadaan situ yang terjadi saat ini. Masyarakat juga dapat memahami dampak serta kegiatan yang dilakukan menyangkut pemanfaatan ekosistem situ. Penilaian atau persepsi masyarakat sekitar situ sangat penting karena dengan mengetahui penilaian dari masyarakat dapat dilihat sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai pentingnya keberadaan situ.

(34)

wisata maka penilaian yang dipakai adalah analisis biaya perjalanan dari fungsi permintaan yang diperoleh dari hasil regresi linear berganda. Setelah melakukan penilaian terhadap manfaat langsung yang terjadi di Situ Gede, makan akan diperoleh nilai guana tersebut. Nilai guna tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pengeloaan Situ Gede secara berkelanjutan. Lebih jelasnya alur kerangka berfikir dari penelitian ini dapat terlihat pada Gambar 2.

Keterangan = Metode Penelitian

Gambar 2 Diagram Alur Kerangka Berfikir Analisis

Deskriptif

Analisis Deskriptif

Travel Cost Methods

Analisis Biaya Metode

Harga Pasar

Wisata Nilai Ekonomi Pemanfaatan

Situ Gede Identifikasi

Pemanfaatan yang Terjadi di Situ Gede

Situ Gede Kota Bogor

Pemanfaatan Situ Oleh Masyarakat

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Situ

Gede

Pemancingan Irigasi Pertanian

(35)

IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Kawasan Situ Gede ini memiliki luas kawasan sekitar enam hektar. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi sumber daya alam dan lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi. Selain itu, lokasi penelitian dipilih dekat dengan kampus Institut Pertanian Bogor dimana hal ini layak diteliti, karena peneliti berkeinginan memanfaatkan ilmu yeng telah dipelajari agar bermanfaat bagi daerah di sekitar kampus. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2014. Adapun kuesioner dalam penelitian ini terlampir dalam Lampiran 1.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner, survei, dan observasi langsung di lokasi penelitian. Data primer terdiri dari pemancing, petani, pengunjung wisata dan persepsi masyarakat sekitar Situ Gede. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait pada penelitian ini seperti Tim Pengelola Wisata Situ Gede, Kelurahan Situ Gede dan Kelompok Tani Hurip. Desa Cikarawang. Data tersebut diolah secara kualitatif dan secara kuantitatif setelah itu diinterpretasikan secara deskriptif.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

(36)

penelitian ini ditentukan menggunakan metode purposive sampling dengan menetukan kriterian khusus terhadap sampel (Prasetyo dan Jannah 2005). Kriteria pengambilan sampel dipilih secara sengaja disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini. Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 17 tahun ke atas. Usia 17 tahun dipilih karena dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Kriteria sampel untuk penelitian ini yaitu responden yang bertujuan untuk wisata dan memancing di Situ Gede sedangkan untuk irigasi pertanian responden tersebut adalah petani padi yang memanfaatkan air irigasi dari Situ Gede. Penentuan sampel responden pada penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yakni pemancing sebanyak 30 orang, petani sebanyak 30 orang, dan pengunjung wisata dengan jumlah 60 orang.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data-data yang diperoleh akan diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh melalui kuisioner. Metode kualitatif berupa penyajian data dengan cara mengiterpretasikan dan mendeskripsikan data kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 15. Metode Analisis data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Jenis Data yang Diperlukan Metode Analisis data

(37)

4.4.1 Analisis Persepsi Masyarakat

Analisis persepsi responden digunakan analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari analisis deskripif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Persepsi adalah suatu proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam memberikan makna terhadap lingkungan. Daya persepsi mereka diperkuat dengan adanya pengetahuan dan pengalaman.

Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dan pengelolaan Situ Gede menggunakan instrumental Skala Likert dengan empat aspek , yaitu sangat baik, baik, kurang baik dan tidak baik. Analisis mengenai persepsi dilakukan dengan mentabulasikan data dengan bantuan program Microsoft Excel 2007. Analisis persepsi dilakukan pada beberapa kategori yang terkait dengan keberadaan kawasan Situ Gede. Indikator dari setiap kategoti dalam analisis persepsi akan pemanfaatan dan keberadaan situ dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Indikator Analisis Persepsi Responden Terhadap Kualitas lingkungan dan Pengelolaan Situ Gede

No. Kategori Indikator Keterangan 1. Kualitas Udara

- Sangat Baik - Udara yang ada sangat bersih dan keadaan sekitar situ sangat sejuk dan segar.

- Baik - Udara yang ada bersih sehingga dan keadaan sekitar situ sejuk dan segar. masih bisa di toleransi.

- Berbau - Bau air dapat tercium dan cukup menyengat.

(38)

Tabel 3 Indikator Analisis Persepsi Responden Terhadap Kualitas lingkungan dan Pengelolaan Situ Gede (Lanjutan)

No. Kategori Indikator Keterangan 3. Kebersihan Lingkungan sampah sehingga memudahkan pengunjung.

- Banyak - Terdapat tempat sampah di beberapa tempat setiap beberapa meter.

- Cukup Banyak - Tempat sampah jumlahnya sedikit.

- Tidak Ada - Tidak ada tempat sampah sama sekali.

b. Keadaan Tempat Sampah

- Sangat Layak - Keadaan tempat sampah sangat bagus dan dapat digunakan.

- Layak - Keadaan tempat sampah masih dapat digunakan.

- Cukup Layak

- Keadaan tempat sampah masih dapat digunakan tetapi tidak cukup layak digunakan. dan tumpukkan sampah berserakan hampir menutupi situ.

- Banyak - Banyak sampah di sekitar situ dan berserakan maupun tumpukkan sampah.

- Indah - Pemandangan alam di Situ Gede indah dan pengunjung tertarik untuk melihat.

- Tidak Indah - Pemandangan alam yang tersedia tidak terlihat indah dan kurang menarik.

- Sangat Tidak Indah

- Pemandangan alam yang tersedia sangat tidak indah dan masyarakat tidak tertarik untuk melihat situ. 5. Pengelolaan Situ

Gede dari Pemancingan

- Sangat Baik

- Pengelolaan kawasan sudah sangat baik dan fasilitas yang ada sangat lengkap.

- Baik - Pengelolaan kawasan sudah baik dan fasilitas yang ada lengkap.

- Tidak Baik - Pengelolaan tidak baik dan fasilitas yang ada tidak lengkap.

- Sangat Tidak Baik

(39)

Tabel 3 Indikator Analisis Persepsi Responden Terhadap Kualitas lingkungan dan Pengelolaan Situ Gede (Lanjutan)

No. Kategori Indikator Keterangan 6. Pengelolaan Situ

Gede dari Pertanian

- Sangat Baik

- Pengelolaan kawasan sudah sangat baik dan fasilitas yang ada sangat lengkap.

- Baik - Pengelolaan kawasan sudah baik dan fasilitas yang ada lengkap.

- Tidak Baik - Pengelolaan tidak baik dan fasilitas yang ada tidak lengkap.

- Sangat Tidak Baik

- Pengelolaan sangat tidak baik dan fasilitas yang ada sangat tidaklengkap. 7. Pengelolaan Situ

Gede dari Wisata

- Sangat Baik

- Pengelolaan kawasan sudah sangat baik dan fasilitas yang ada sangat lengkap.

- Baik - Pengelolaan kawasan sudah baik dan fasilitas yang ada lengkap.

- Tidak Baik - Pengelolaan tidak baik dan fasilitas yang ada tidak lengkap.

- Sangat Tidak Baik

- Pengelolaan sangat tidak baik dan fasilitas yang ada sangat tidaklengkap.

4.4.2 Metode Harga Pasar

Pada pendekatan ini, valuasi yang dilakukan untuk memberikan harga sumber daya alam dan lingkungan sedapat mungkin menggunakan harga pasar sesungguhnya. Hal ini dapat dilakukan bagi sumber daya alam yang diperjual belikan di pasar (Kementerian Lingkungan Hidup 2007). Nilai ini digunakan untuk menghitung manfaat langsung dari Situ Gede yang memiliki harga pasar, seperti hasil memancing ikan. Data-data yang diperlukan untuk menghitung manfaat memancing ikan adalah banyak ikan, harga ikan dan biaya memancing yang dikeluarkan untuk mendapatkan ikan. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

NM = [(

PYi. Yi

�=1

) – (

��=1

PXi

)]

Keterangan: NM = Nilai Manfaat Dari Pancingan Ikan (Rupiah per Kg per Tahun)

PYi = Harga Ikan (Rupiah per Kg)

(40)

4.4.3 Analisis Biaya Irigasi

Menurut Ismail (2007), perhitungan biaya dalam pemanfaatan irigasi pertanian dilakukan dengan pendekatan kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay). Berdasarkan pendekatan ini maka semua yang dikorbankan petani untuk, memanfaatkan air irigasi pertanian diasumsikan sebagai ketersediaan petani untuk

membayar. Biaya yang dikorbankan petani untuk membayar adalah biaya “ulu-ulu” atau biaya iuran untuk irigasi. Biaya ini berdasarkan kesepakatan antara petani dan pengelola pertanian.

Perhitungan untuk prmanfaatan irigasi pertanian dapat dilakukan dengan biaya yang dikalkulasikan dari masing-masing petani distandarisasi kedalam biaya pengadaan air irigasi per Ha yakni dengan membagi seluruh biaya yang telah diperhitungkan dengan luas areal yang dimilikinya (Ismail 2007). Perhitungan nilai irigasi ini dapat digambarkan dengan rumus:

NEI = BPA x LAI x IPR Keterangan: NEI = Nilai Ekonomi Irigasi

BPA = Biaya Pengadaan air per Ha (Rupiah per tahun) LAI = Luas Areal Sawah Irigasi (Ha)

IPR = Intenstas Penanaman Rata-Rata (kali per tahun)

4.4.4 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

(41)

tersebut, maka model yang dibangun untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Situ Gede yang dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan ITCM tiap individu pertahun kunjungan, yaitu:

Y= b0 - b1X1 + b2 X2– b3X3– b4X4 + b5X5– b6X6– b7X7+ ε

Keterangan: Y = Jumlah Kali Kunjungan Pengunjung dalam Setahun ke Situ Gede

X1 = Biaya Perjalanan Individu ke Wisata Situ Gede (Rupiah)

X2 = Pendapatan Responden (Rupiah Per Bulan)

X3 = Jarak Tempuh Menuju Lokasi Wisata Situ Gede (Km)

X4 = Waktu Tempuh Ke Wisata Situ Gede (Menit)

X5 = Lama Mengetahui Keberadaan Wisata Situ Gede (Tahun)

X6 = Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)

X7 = Umur Responden (Tahun) Ε = Error Term

B1– B7= Koefisien Regresi Untuk Faktor X1-X7

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah kali kunjungan ke Situ Gede dipengaruhi oleh biaya perjalanan, jarak tempuh, waktu tempuh dan jumlah tanggungan keluarga dan umur yang diduga berpengaruh nyata secara negative terhadap jumlah kali kunjunganke Situ Gede.

2. Tingkat pendapatan, lama pengunjung mengetahui keberadaan wisata Situ Gede diduga berpengaruh nyata secara positif terhadap jumlah kali kunjungan ke Situ Gede.

Menurut Fauzi (2006), menyatakan setelah mendapatkan fungsi permintaan, surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai Willingness to Pay terdapat lokasi wisata dapat diukur. Nilai surplus konsumen untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata tersebut dapat diukur melalui formula:

SK = N2

2b1

Keterangan: SK = Surplus konsumen

(42)
(43)

V

GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Situ Gede

Gambaran umum kawasan Situ Gede yang akan dipaparkan terdiri dari letak geografis dan administratif, kondisi demografis, kondisi ekonomi dan kondisi lingkungan.

5.1.1 Letak Geografis dan Administratif Kelurahan Situ Gede

Situ Gede merupakan sebuah situ yang terletak di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Letak Situ Gede berada di belakang kantorkelurahan. Letak geografis Situ Gede berada pada koordinat 06033‟99‟‟ Lintang Selatan dan 106044‟48‟‟Bujur Timur dengan luas 62.000 m2 dan keliling 1.468,89m. Situ Gede merupakan situ alami yang terletak 10 km dari kota Bogor ke arah Barat, dengan ketinggian 250 m dari permukaan laut. Sebelah utara situ adalah kawasan hutan kota Center for Internasional Forestry Research (CIFOR). Situ Gede termasuk situ alami yang terbentuk secara alami yang memiliki daya tarik utama sebagai wisata alam dengan batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

a. Utara : Kali Cisadane b. Timur : Kali Sindang Barang c. Selatan : Desa Cikarawang d. Barat : Kelurahan Bubulak

Pengelolaan Situ Gede di bawah Dinas Pekerjaan Umum (PU) ranting Ciampea yang diwakilkan kepada Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Kelurahan Situ Gede. Curah hujan kawasan Situ Gede berkisar 3219-4671 mm per tahun dan suhu udara rata-rata berkisar 24.900C sampai 25.800C. Lahan di sekitar kawasan wisata air Situ Gede dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk, kawasan hutan penelitian, lokasi perkebunan, lokasi persawahan dan kolam ikan.

(44)

5.1.2 Kondisi Demografi Kelurahan Situ Gede

Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk di Kelurahan Situ Gede hingga bulan Desember 2011 adalah 6.263 jiwa yang terdiri dari 3.209 laki-laki dan 3.054 perempuan (lihat Gambar 3). Sebesar 65 persen dari total penduduk tersebut berada dalam kategori berusia produktif yaitu di range usia 15-59 tahun, sedangkan sisanya sebesar 35 persen adalah non-produktif yaitu range usia ≤14 tahun dan >60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.Lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Kelurahan Situ Gede 2011

Gambar 3 Jumlah Penduduk Kelurahan Situ Gede

5.1.3 Kondisi Ekonomi Kelurahan Situ Gede

Sumber penghasilan utama yang terbesar penduduk di Kelurahan Situ Gede bergerak di bidang jasa, yaitu sebesar 34 persen. Penduduk yang penghasilan utamanya Porli/ TNI dan pertukangan merupakan sumber penghasilan yang paling kecil yaitu sebesar 1 persen. Lebih jelasnya data tersebut dapat di lihat pada Gambar 4.

(45)

Sumber: Kelurahan Situ Gede 2011

Gambar 4 Jumlah dan Persentase Penduduk Kelurahan Situ Gede Menurut Mata Pencaharian

5.1.4 Kondisi Lingkungan Kelurahan Situ Gede

Secara umum kondisi lingkungan Situ Gede merupakan potensi dan aset alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, tentu saja tanpa melupakan kewajiban pelestarian lingkungan demi terciptanya keberlanjutan. Kondisi lingkungan kawasan wisata Situ Gede saat ini telah terjadi penurunan kualitas lingkungan, dilihat dari sisi kebersihan lingkungan, serta terjadinya pendangkalan danau akibat penumpukan sampah di dasar danau. Kondisi lingkungan Situ Gede relatif kotor akibat banyak sampah berserakan. Hal tersebut dikarenakan minimnya sarana dan tenaga kebersihan yang ada. Pola hidup dan tingkah laku pengunjung yang belum sadar akan kebersihan juga menjadi faktor yang menyebabkan buruknya kebersihan lingkungan obyek wisata.

(46)

5.2 Gambaran Umum Desa Cikarawang

Gambaran umum kawasan Desa Cikarawang terdiri dari letak geografis dan administratif, kondisi demografis, kondisi ekonomi dan kondisi pertanian.

5.2.1 Letak Geografis dan Administratif Desa Cikarawang

Desa Cikarawang merupakan salah satu dari sepuluh desa yang terdapat di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah sebesar 226,56 Ha Batas-batas administratif pemerintah Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga sebagai berikut.

a. Utara : Sungai Cisadane

b. Timur : Kelurahan Situ Gede Kec. Bogor Barat Kota Bogor c. Selatan : Sungai Ciapus

d. Barat : Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane

Dilihat dari topografi dan kuntur tanah, Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga secara umum berupa daratan dan persawahan yang berada pada ketinggian antara 193 mdpl dengan suhu rata-rata berkisar 250C sampai 300C. Jarak dari pusat pemerintahan desa ke pusat pemerintahan kecamatan sejauh 5 km, jarak ke pusat pemerintahan administrasi kota sejauh 45 kmsedangkan jarak ke ibu kota kabupaten/kotamadya daerah tingkat II sejauh 40 km. Kondisi transportasi dari dan ke Desa Cikarawang sudah cukup baik yaitu adanya fasilitas jalan yang beraspal dengan lebar empat meter sehingga bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Desa Cikarawang dibagi menjadi tiga dusun, 7 RW dan 32 RT. Jumlah total penduduk di desa ini 8.214 jiwa yang terdiri atas 4.195 jiwa laki-laki dan 4.019 jiwa perempuan, serta jumlah kepala keluarga sebanyak 2.020 kepala keluarga.

5.2.2 Kondisi Demografi Desa Cikarawang

(47)

bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber: Desa Cikarawang 2012

Gambar 5 Jumlah Penduduk Desa Cikarawang

5.2.3 Kondisi Ekonomi Desa Cikarawang

Sumber penghasilan utama yang terbesar penduduk Desa Cikarawang ada wirausaha yaitu sebesar 27 persen dan penghasilan utamanya yang paling sedikit yaitu TNI/Polri sebesar 1 persen. Penduduk yang penghasilan utamanya dari petani sebesar 13 persen. Lebih jelas data tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Sumber: Cikarawang 2012

Gambar 6 Penduduk Desa Cikarawang Menurut Mata Pencaharian 31%

≤ 15 16-30 31-45 46-60 >60

Ju

(48)

5.2.4 Kondisi Pertanian Desa Cikarawang

Lahan pertanian di Desa Cikarawang terutama digunakan untuk sawah dan ladang, yaitu seluas 194,572 hektar. Sebagian besar tanah pertanian yang dikelola warga merupakan milik sendiri. Dari hasil sawah dan ladang inilah masyarakat desa dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan sistem bergilir antara padi dan palawija.

Potensi pertanian yang sangat dominan di Desa Cikarawang ini maka terdapat kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor Kecamatan Dramaga. Jumlah kelompok yang terdapat di Desa Cikarawang ada empat kelompok tani, yaiyu Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia dan Subur Jaya. Kelompok Tani Hurip merupakan kelompok tani yang berdiri paling awal dibandingkan kelompok tani lainnya. Kelompok Tani Hurip (KTH) telah diakui keberadaannya dan telah terdaftar di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kelompok ini merupakan satu kelompok tani yang berada di Desa Cikarawang dan telah berdiri sejak tahun 1.974. Jumlah anggota kelompok tani sekarang mencapai 60 orang.

5.3 Karakteristik Responden Pemancingan di Situ Gede

Hasil survei dan wawancara kepada 30 orang responden yang melakukan kegiatan memancing semuanya adalah berjenis kelamin laki-laki. Perempuan jarang melakukan kegiatan memancing sehingga dalam penelitian ini tidak ditemukan pemancing perempuan. Dominasi kaum laki-laki yang melakukan pemancingan merupakan suatu hal yang umum dikarenakan kegiatan ini lebih dulu dikenal sebagai aktifitas kaum laki-laki. Dalam sejarah memancing, kegiatan ini pada awalnya adalah kegiatan untuk mencari bahan makanan sehari-hari yang umumnya dilakukan oleh laki-laki.

(49)

Menurut status pernikahan didapatkan bahwa sebagian besar responden yang melakukan kegiatan memancing di Situ Gede adalah sudah menikah. Sebaran status pernikahan responden terdiri atas sudah menikah sebanyak 77 persen dan sisanya belum menikah sebanyak 23 persen. Sesuai dengan tingkat usia mayoritas pemancing pada umur 29-55 tahun. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden yang melakukan kegiatan memancing yang paling banyak yaitu 1-2 orang sebanyak 30 persen dan lebih dari lima orang sebanyak 17 persen. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan seorang dalam melakukan kegiatan memancing. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pertimbangan yang dilakukan oleh seorang individu dalam melakukan kegiatan memancing. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik Responden Kegiatan Memancing di Situ Gede

No. Karakteristik Skala Jumlah (orang) Persentase (%)

(50)

Pendidikan responden yang melakukan kegiatan memancing di situ terdiri dari 43 persen SMA/SMK/Aliyah dan tidak ada responden yang berpendidikan perguruan tinggi. Responden yang melakukan kegiatan memancing umumnya memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu SMA/SMK/Aliyah. Pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan memiliki peran sebagi penentu ketersediaan waktu dan uang karena setiap tipe pekerjaan tentu menghabiskan waktu dan menghasilkan uang yang berbeda-beda. Sebaran pekerjaan responden yang melakukan kegiatan memancing di Situ Gedeterdiri atas wiraswasta sebanyak 27 persen dan mahasiswa sebanyak 3 persen. Umumnya mereka melakukan kegiatan memancing setelah pulang bekerja. Responden yang melakukan kegiatan memancing memiliki sebaran tingkat pendapatan yang cukup merata. Pendapatan responden paling besar yaitu antaraselang Rp 1.000.001 – 2.000.000 sebanyak 50 persen dan lebih dari Rp 3.000.000 sebanyak 7 persen

Sebaran jarak rumah ke lokasi pemancingan terdiri atas jarak ≤ 1.000 meter sebanyak 43 persendan jarak 5.001 -10.000 meter sebanyak 17 peren. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.Jarak lokasi tempat tinggal mempengaruhi motivasi responden dalam melakukan kegiatan memancing. Pada umumnya semakin dekat jarak lokasi dari tempat tinggal semakin tinggi motivasi responden. Responden tersebut umumnya datang pada hari Sabtu, Minggu dan pada hari libur lainnya.

5.4 Karakteristik Responden Petani di Desa Cikarawang

(51)

Tabel 5 Karakteristik Responden Kegiatan Pertanian di Desa Cikarawang

6 Status Kepemilikan Lahan

Tingkatan usia petani padi Desa Cikarawang, usia responden cukup bervariasi dengan persentase terbesar berada pada selang usia 41 – 50 tahun yaitu 27 persen, sedangkan persentase terendah berada padaselang usia 81-90 tahun dengan nilai persentase 3 persen. Hal ini dikarenakan beberapa warga Desa Ciakrawang menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Mata pencaharian ini sudah menjadi kegiatan turun temurun dari orangtua tua responden. Selain itu Desa Cikarawang juga memiliki lahan pertanian yang masih luas, sehingga beberapa masyarakat desa yang ketika memasuki masa dewasa lebih memilih bekerja sebagai seorang petani

(52)

yaitu dari usia 30 tahun hingga 90 tahun. Usia responden sebagian besar pada kisaran 41-60 tahun sebanyak 47 persen yang merupakan usia tidak-produktif.

Penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan lahan juga bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Responden pada penelitian ini sebagian besar telah menganyam pendidikan formal, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Akhir (SMA),namun masih ada beberapa masyarakat yang tidak memiliki pendidikan formal. Pendidikan petani yang semakin tinggi maka akan berpengaruh dengan hasil pertanian. Pendidikan ini berpengaruh dariinformasi-informasi seputar pertanian yang di dapat dan penggunaan teknologi pertanian yang terbaru.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu karakteristik responden yang ditentukan dari jumlah anggota yang terdiri dari istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama dalam satu rumah. Berdasarkan data hasil penelitian, responden memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-15 orang, Responden memiliki jumlah tanggungan 1-3 orang sebanyak 50 persen responden dan sisanya sebanyak tiga persen responden memiliki tanggungan keluarga lebih dari 10 yaitu sebanyak tiga persen.

Berdasarkan survei dan wawancara terhadap responden sebanyak 100 persen, dimana lahan yang mereka miliki merupakan milik sendiri. Kepemilikan lahan ini berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan untuk lahan pertanian dalam jangka panjang. Dalam hal ini petani tidak mengeluarkan biaya sewa lahan, karena lahan yang dimiliki merupakan milik sendiri. Lahan pertanian di desa Cikarawang merupakan warisan yang turun temurun yang diberikan ke anaknya.

Masyarakat Desa Cikarawang umumnya menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian pokok atau utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Status pekerjaan petani padi di Desa Cikarawang cukup merata. Tabel 7 menyajikan sebaran petani responden berdasarkan status pekerjaan petani padi. Sebanyak 57 persen bermata pencaharian pokok sebagai petani dan sisanya sebesar 43 persen memilih usahatani sebagai mata pencaharian sampingan.

(53)

mata pencaharian pokok, maka seluruh waktu dan perhatiannya akan tertuju pada usahatani tersebut. Sebaliknya, jika petani menjadikan usahatani sebagai mata pencaharian sampingan, waktu dan perhatian petani tidak akan tercurah maksimal untuk kegiatan pertanian. Hal ini berpengaruh terhadap fokusnya pengawasan petani terhadap segala kegiatan pertanian, sehingga akan berdampak terhadap produksi padi dan pendapatan yang akan diterima petani

Pengalaman usahatani petani Desa Cikarawang cukup beragam, dengan pengalaman paling rendah yaitu 1 tahun dan pengalaman paling lama yaitu 80 tahun. Pengalaman usahatani petani Desa Cikarawang sebagian besar berkisar pada 2-20 tahun yaitu sebanyak 40 persen, sedangkan petani dengan pengalaman usahatani 61-80 tahun merupakan selang pengalaman usahatani terendah yaitu sebanyak tujuh persen. Pengalaman usahatani merupakan salah satu indikator keberhasilah pengelolaan lahan pertanian, dimana dengan semakin lama pengalaman seorang petani dalam mengelola lahan pertanian, maka diharapkan produksi padi dari suatu lahan tersebut akan meningkat. Hal ini dikarenakan petani sangat mengerti dalam pengelolaan lahan agar menjadi lebih baik dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

5.5 Karakteristik Responden Pengunjung Situ Gede

(54)

Tabel 6 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Pengunjung Situ Gede

No. Karakteristik Skala Jumlah (orang) Persentase (%) Pengusaha/Wiraswasta 16 26 Ibu Rumah Tangga 11 18 Pelajar/Mahasiswa 10 17

Buruh 4 7

Berdasarkan hasil survei dilapangan diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 9 bahwa usia responden berkisar antara 17 tahun hingga 52 tahun. Umur responden paling banyak berada di usia 17-25 tahun sebanyak 47 persen, dan pengunjung dengan usia 44-52 tahun sebanyak lima persen. Hal ini dapat melihat bahwa wisata Situ Gede merupakan tempat wisata yang sangat diminati oleh masyarakat kelompok umur remaja.

(55)

perngusaha/wiraswasta sebanyak 27 persen, dan yang paling rendah pegawai negeri sipil/BUMN sebanyak 7 persen.

Tingkat pendapatan pengunjung situ gede sebanyak 40 persen memiliki tingkat pendapatan kisaran RP 1.500.000 – 2.500.000 per bulan, sebanyak 2 persen pengunjung memiliki pendapatan perbulan kurang atau sama dengan Rp 500.000.Sebagian besar pengunjung Situ Gede merupakan pengunjung lokal yang berada disekitar kawasan dengan jarak tempuh relatif dekat. Keberadaan lokasi wisata ini kurang diketahui pengunjung dari luar daerah, karena kurangnya promosi dan informasi. Hal ini mengakibatkan sedikitnya pengunjung dari luar daerah datang ke lokasi Situ Gede.

5.5.1 Cara Kedatangan Pengunjung Ke Situ Gede

Kedatangan pengunjung ke Situ Gede, sebagian besar dilakukan secara berdua baik bersama teman yaitu sebanyak 42 persen. Sebanyak 28 persen pengunjung yang berkunjung ke Situ Gede datang bersama keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa Situ Gede sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung secara berdua untuk berkumpul bersama teman. Adapun sebaran cara kedatangan pengunjung dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Cara Kedatangan Pengunjung Situ Gede

No. Cara Kedatangan Jumlah Persentase (%)

1 Berdua 25 42

2 Keluarga 17 28

3 Rombongan 18 30

Jumlah 60 100

5.5.2 Jenis Kendaraan Pengunjung Ke Situ Gede

Gambar

GAMBARAN UMUM ...............................................................................
Gambar 1  Nilai Ekonomi Total
Gambar 2  Diagram Alur Kerangka Berfikir
Tabel 2  Matriks Metode Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terlihat dari keadaan transportasi yang teratur, tingkat kebisingan yang tidak mengganggu, kondisi kemacetan yang tidak macet,kondisi jalan yang baik, dan debit

Data primer yang dibutuhkan antara lain: karakteristik sosial ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat mengenai kerusakan Situ Pladen, total biaya yang dikeluarkan

1) Persepsi responden terhadap dampak abrasi menjadikan keadaan lingkungan semakin memburuk. Terlihat dari 2% responden menyatakan bahwa keadaan lingkungan semakin

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka kualitas situ di Kota Bogor terbagi menjadi tiga yaitu situ dengan kualitas baik pada Situ Gede dan Danau Kebun Raya,

Kegunaan Teoretis Mampu menganalisa suatu fenomena atau peristiwa terkait dengan aktivitas pengunjung pasca revitalisasi objek wisata Situ Gede di Kelurahan Linggajaya Kecamatan

Objek wisata Situ Gede merupakan salah satu Objek Wisata andalan Kota Tasikmalaya yang terletak di Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya.. Kualitas objek wisata

135 4.4.2 Aktivitas Pengunjung Pasca Revitalisasi di Objek Wisata Situ Gede Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya 136 4.5 Analisis Geografi Mengenai Aktivitas

Aktivitas pengunjung pasca revitalisasi di objek wisata Situ Gede Kelurahan Linggajaya Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya, yaitu berupa: 1 Aktivitas Hiburan a Naik perahu b Sepeda