• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI BUAH

NUTRISARI

READY TO DRINK

(RTD)

(Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen

Agribisnis Program Diploma IPB)

SKRIPSI

ALVIAN LISIADI H34087004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ALVIAN LISIADI. Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB). (Dibawah bimbingan YUSALINA).

Pertumbuhan industri minuman ringan di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. PT. Nutrifood Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada indutri makanan dan minuman di Indonesia. Nutrisari mampu mengkokohkan posisisnya sebagai pioneer dalam minuman sari buah serbuk. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola gaya hidup, mendorong Nutrisari mengembangkan inovasi dalam memperkenalkan produk minuman sari buah dalam kemasan siap minum. Berbeda dengan Nutrisari serbuk yang telah berada pada fase kedewasaan dalam daur siklus produknya. Minuman sari buah Nutrisari ready to drink merupakan produk baru yang masih berada pada tahap siklus perkenalan (introduction). Posisinya sebagai follower dibawah Buavita dan ABC juice yang sudah lebih dahulu memasarkan minuman sari buah dalam kemasan, merupakan tantangan tersendiri yang sangat menarik untuk dianalisis.

Kebutuhan akan kandungan gizi yang besar pada usia remaja menjadikan produk minuman sari buah sangat baik dikonsumsi pada usia ini. Kecenderungan pola konsumsi pada usia remaja yang lebih menyukai makanan dan minuman siap saji (fast food) sangat memungkinkan perusahaan minuman sari buah dalam kemasan menjadikan remaja sebagai target utama pasarnya. Namun bila dilihat dari proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan pada usia remaja sebagai target pasar, tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, terlebih dengan produk Nutrisari ready to drink yang masih berada pada fase perkenalan (introduction). Apakah masa perkenalan tersebut sudah cukup efektif dalam meningkatkan nilai total penjualan perusahaan?; dan bagaimanakah tingkat persaingan Nutrisari terhadap pesaingnya Buavita dan ABC Juice.

Untuk itu tujuan pada penelitian ini adalah bagaimana sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode propotional random sampling. Besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 persen mahasiswa dari tiap kelasnya dengan jumlah keseluruhan masing-masing tiap kelasnya adalah kelas A 64 orang, kelas B 67 orang dan kelas C 61 orang, sehingga terdapat 57 mahasiswa dan dibulatkan menjadi 60 orang yang dijadikan responden untuk dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengidentifikasi tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan analisis deskripstif alat analisis model multiatribut Fishbein serta menganalisis analisis kesenjangan untuk mengevalusai kinerja secara terperinci.

(3)

persen pada usia 20 tahun. Sebanyak 56,67 persen responden adalah berjenis kelamin perempuan Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 60 persen responden memiliki jumlah uang saku berada pada kisaran Rp.100.000 - Rp.500.000 dan tertinggi kedua berada pada selang Rp.500.001 - Rp.1.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki daya beli yang cukup terhadap pembelian minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan siap minum.

Tahapan keputusan pembelian minuman sari buah Nutrisari ready to drink

dimulai dari pengenalan kebutuhan. Motivasi terbesar dalam mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap minum adalah alasan kepraktisan dan kemudahan dalam mengkonsumsi sebesar 48 persen. Sejalan dengan tahap perkenalan produknya Nutrisari ready to drink mampu mendorong keingintahuan responden yang begitu besar untuk mencoba 18 persen. Dalam pencarian informasi sebanyak 90 persen responden menyatakan tidak melakukan pencarian khusus terhadap produk minuman sari buah karena telah memiliki kriteria dasar terhadap kategori produk tersebut. Media televisi merupakan sumber informasi terbesar (83 persen) dalam pencarian informasi, dengan memberikan penilaian terbesar pada kandungan nutrisi sebagai sumber perhatian utamanya.

Adapun sebanyak 35 persen responden menyatakan bahwa rasa merupakan faktor penting dalam pemilihan minuman sari buah. Setelah mengkonsumsi, konsumen diharapkan dapat menilai dan mengevaluasi terhadap konsumsi produk atau jasa yang telah dilakukan sebanyak 83 persen responden menyatakan rasa puas terhadap minuman sari buah dalam kemasan. Sebanyak 55 responden menyatakan harga yang relatif mahal menjadikan kendala terbesar dalam mengkonsumsi

Hasil analisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari

ready to drink dengan dua produk pembandingnya Buavita dan ABC Juice, menunjukkan responden mengevaluasi secara positif dari kesemua atribut yang diberikan. Atribut informasi izin Depkes, kejelasan tanggal kadaluarsa, label halal MUI, kandungan bulir/serat buah dan rasa merupakan atribut yang sangat penting dalam minuman sari buah dalam kemasan ready to drink. Meskipun Nutrisari merupakan follower ternyata Nutrisari memiliki penilaian kepercayaan terhadap tingkat kinerja tertinggi yakni sebesar 11,467, disusul Buavita dan ABC Juice sebesar 11,350 dan 8,733. Skor sikap fishbein terhadap minuman sari buah Nutrisari ready to drink pun menunjukkan hasil yang sama, Nutrisari memiliki skor sikap paling tinggi sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan ABC Juice sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menandakan Nutrisari lebih disukai responden secara keseluruhan dibandingkan produk pembandingnya.

Sejalan dengan hasil analisis kesenjangan (GAP) terhadap evaluasi kinerja yang dilakukan, Nutrisari ready to drink ternyata masih memiliki 11 atribut yang berada dibawah harapan konsumen, yaitu atribut warna, ukuran saji/volume, kandungan serat/bulir buah, label halal MUI, desain kemasan, efek samping, variasi rasa, harga, ketersediaan produk, kekentalan minuman dan promosi. Diantara atribut yang memiliki kesenjangan positif atau sudah memenuhi harapan konsumen diantaranya rasa keseluruhan, kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, merek, dan iklan memiliki nilai positif.

(4)

negative terhadap keseluruhan atribut kecuali pada atribut label halal MUI yakni sebesar 0.12. Hal tersebut menunjukkan meskipun kinerja Nutrisari yang sangat baik meskipun berada pada posisi sebagai follower dan fase perkenalan. Melalui brand image dan media iklan dan promosi yang gencar mampu mendongkrak posisi Nutrisari ready to drink sebagai produk baru yang patut diperhitungkan.

(5)

ANALISIS SIKAP TERHADAP MINUMAN SARI BUAH

NUTRISARI

READY TO DRINK

(RTD)

(Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen

Agribisnis Program Diploma IPB)

SKRIPSI

ALVIAN LISIADI H34087004

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJAMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Proposal : Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink Studi Kasus Mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB

Nama : Alvian Lisiadi

NIM : H34087004

Disetujui, Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 19650115 199003 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajamen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Sikap

Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa

Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB) “ adalah karya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor, 26 Mei 1987 dan dibesarkan di kota Bogor sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Iswadi Yasmomiharjo dan Lilis Maryani. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Ciriung di KotaCibinong pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri1 di Kota Cibinong dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 3 Bogor. Pada tahun yang sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahliam Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka skripsi yang berjudul “Analisis Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink (Studi Kasus Mahasiswa

Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma IPB)” dapat

diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses keputusan pembeliannya terkait dengan identifikasi sikap konsumen terhadap minuman sari buah dalam kemasan serta menganalisis kesenjangan antara harapan dan kinerja pada masing-masing atribut.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta informasi bagi PT. Nutrifood Indonesia tentang bagaimana tingkat kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi minuman

ringan sari buah siap minum (ready to drink), sehingga dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan strategi pengembangan produk. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Kesuksesan penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dra. Yusalina, MSi., selaku dosen pembimbing dan pembimbing akademik yang senantiasa membimbing selama menempuh pendidikan serta memberikan arahan pada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM yang telah bersedia menjadi penguji utama serta

Arif Karyadi, SP yang telah bersedia menjadi dosen penguji komisi pendidikan dalam sidang skripsi penulis sehingga memberikan masukan dalam penyempurnaan karya tulis ini.

3. Orang tua serta adik, yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Mudah-mudahan ini bisa menjadi suatu persembahan yang terbaik.

4. Ibu Shinta Wulansari, yang sudah meluangkan waktu kegiatan perkuliahannya sebagai tempat penelitian. Terima kasih sudah menjadi orang tua kedua yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam penyusunan skripsi ini.

5. Departemen Internal Audit PT. Nutrifood Indonesia, Bapak Willy

Novianto “as great leaders“ dan rekan-rekan lainnya yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya hingga selesainya penulisan skripsi ini.

6. Mahasiswa Direktorat Program Diploma IPB Program Keahlian Manajemen Agribisnis Angkatan 46 yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya terhadap pengisian kuesioner.

7. Yuri Subrata, terima kasih atas cinta, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. v

DAFTAR GAMBAR………. vii

DAFTAR LAMPIRAN………. viii

I PENDAHULUAN ………. 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 5

1.3. Tujuan Penelitian ………. 7

1.4. Kegunaan Penelitian ………. 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………. 8

II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9

2.1. Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia…. 9

2.2. Studi Perilaku dan Kepuasan Konsumen Minuman Ringan 12 III KERANGKA PEMIKIRAN……… 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ……….. 15

3.1.1. Definisi Konsumen ………. 15

3.1.2. Perilaku Konsumen ……… 15

3.1.3. Sikap ……….. 16

3.1.4. Persepsi ……….. 16

3.1.5. Faktor-faktor Pembentukan Keputusan Konsumen.. 18

3.1.6. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ……….. 22

3.1.7. Daur Siklus Produk ……….…………... 23

3.1.8. Atribut Produk ……….. 25

(12)

VI METODE PENELITIAN……… 29

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 29

4.2. Metode Pengumpulan Contoh ………...29

4.3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……….... 30

4.4. Pengolahan dan Analisis Data …………..……… 30

4.4.1. Skala Likert dan Rentang Skala……..……..……….. 31

4.4.2. Analisis Deskritif ………..……….. 31

4.4.3. Model Sikap Fishbein ………. 32

4.4.4. Analisis Kesenjangan (GAP) ……….. 33

4.4.5. Uji Validitas ………..……….. 34

4.4.6. Uji Reliabilitas ………..………….. 35

4.4.7. Penentuan Atribut Dugaan ……….. 37

V ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ……… 40

5.1. Karakteristik Umum Responden Minuman Sari Buah…….. 40

5.1.1. Profil Responden Berdasarkan Domisili…….………. 40

5.1.2. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 41

5.1.3. Profil Responden Berdasarkan Usia…..……….. 41

5.1.4. Profil Responden Berdasarkan Uang Saku………….. 42

5.1.5. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga……….. 43

5.2. Analisis Proses Keputusan Pembelian ….………. 43

5.2.1. Pengenalan Kebutuhan…….……… 44

5.2.2. Pencarian Informasi…….……….... 45

5.2.3. Evaluasi Alternatif…….……….. 47

5.2.4. Keputusan Pembelian…………..…….………48

(13)

VI ANALISIS SIKAP KONSUMEN ……….. 51

6.1. Penilaian Evaluasi Atribut (ei) ……….. 51

6.2. Penilaian Kinerja Atribut Merek ………... 53

6.3. Analisis Multiatribut Fishbein ………... 55

6.4. Analisis Kesenjangan (GAP) ………... 59

VII KESIMPULAN DAN SARAN ………. 62

7.1. Kesimpulan ………. 62

7.2. Saran ……… 64

DAFTAR PUSTAKA……… 66

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 ... 1

2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia …...…... 2

3. Indikator Gaya Hidup Indonesia Tahun ………..…… 3

4. Daftar Nama Perusahaan Minuman Sari Buah …………... 4

5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu ……… 14

6. Atribut yang akan diuji validitasnya ……..………….……... 35

7. Daftar Ukuran Atribut-Atribut Dugaan dengan Skala Likert …. 39

8. Sebaran Responden Berdasarkan Domisili ………. 41

9. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………. 41

10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ………... 41

11. Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku………..… 42

12. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga …. 43

13. Motivasi Responden Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink………...……….... 44

14. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari……….. 46

15. Sumber Informasi Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink………... 47

16. Sumber Informasi yang Paling Dipertimbangkan ……….. 47

17. Atribut yang Paling Dipertimbangkan dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to Drink……... 48

18. Sebaran Tempat Pembelian Nutrisari Ready to Drink……….... 49

19. Sebaran Kendala Terhadap Konsumsi Minuman Sari Buah Nutrisari ……….. 50

20. Skor Evaluasi (ei) Kepentingan Terhadap Minuman Sari Buah (Ready to Drink) dalam Kemasan ………... 51

21. Skor Kepercayaan (bi) Terhadap Minuman Sari Buah Ready to Drink………. 53

22. Skor Sikap Terhadap Minuman Sari Buah Kemasan Nutrisari, Buavita dan ABC Juice……….. 56

(15)

24. Rentang Skor dan Kategori Penilaian ………..…….... 58 25. Analisis Kesenjangan Berdasarkan Merek Minuman Sari

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses terbentuknya persepsi ……… 19 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ………. 25 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Proses Keputusan

Pembelian Terhadap minuman Sari Buah Buavita dan

Nutrisari………...… 28

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan industri minuman ringan di Indonesia memiliki potensi yang

besar untuk dikembangkan. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau

cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik

alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi

(Ditjen Bea Cukai, 2008). Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman

ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi.

Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

(GAPMMI) pasar Indonesia memiliki daya tarik yang kuat dalam pengembangan

industri minuman ringan, hal ini dikarenakan adanya ketersediaan bahan baku

yang melimpah, tenaga kerja yang murah, dan jumlah konsumen yang sangat

besar. Menurut perhitungan GAPMMI, potensi pasar Indonesia mencapai Rp 500

triliun, sedangkan omset 2008 baru sekitar Rp 400 triliun dengan demikian masih

ada sekitar Rp 100 triliun yang belum tergarap (GAPMMI, 2008). Pasar inilah

yang kini diperebutkan perusahaan-perusahaan besar nasional maupun global.

Selain itu, produk makanan dan minuman memberikan kontribusi PDB tertinggi

dibandingkan dengan subsektor lainnya. Tabel 1 menunjukkan nilai tambah PDB

menurut subsektor di Indonesia tahun 2004-2008.

Tabel 1 . Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 (juta rupiah)

No Komoditi 2004 2005 2006 2007 2008 e

(19)

Berdasarkan data pada Tabel 1, komoditi makanan dan minuman

memberikan kontribusi yang positif bahkan terbesar pada perekonomian nasional.

Makanan dan minuman memberikan nilai tambah sebesar Rp 115,828 juta, terpaut

jauh dengan nilai kontribusi tembakau dan pakaian jadi yang hanya mencapai Rp.

77,952 dan 26,743 juta pada tahun 2008. Adapun nilai penjualan dari sektor

industri minuman di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Penjualan Sektor Industri Minuman di Indonesia

Komoditi 2005 2006 2007 2008 2009

Kopi (US$mn) 124.6 129.2 134.0 139.0 144.2

Teh (US$mn) 57 59.1 61.2 63.4 65.7

Bir (mn litres) 166 166.5 167 167.8 168.3

Softdrink (US$mn) 2500 3004 3554 3805 4512.9

Anggur (mn litres) 10.2 10.3 10.3 10.4 10.5

Sumber : Euromonitor, 2009

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai penjualan keseluruhan dari

industri minuman mengalami peningkatan tiap tahunnya, terlebih untuk industri

minuman ringan (softdrink) yang mengalami peningkatan rata-rata terbesar tiap tahunnya sebesar 16,033 persen dan mengalami peningkatan yang signifikan dari

tahun 2005 ke tahun 2009 sebesar 179,70 persen. Hal ini diikuti dengan

pertumbuhan minuman kopi dan teh yang mengalami peningkatan sebesar 3,71

dan 3,61 persen.

Euromonitor melaporkan bahwa dari 2003 sampai 2008, penjualan global

industri minuman ringan meningkat mencapai 37 persen. Pada tahun 2006

penjualan minuman fungsional di AS mencapai angka US$ 21,3 miliar dan

dipasar Eropa mencapai US$ 8 miliar. Sementara di Indonesia, pada tahun 2006

The Nielsen Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan minuman ringan di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 33,8 persen.

Hal ini sejalan dengan besarnya pengeluaran masyarakat untuk

mengkonsumsi minuman ringan, baik berdasarkan jumlah liter minuman ringan

yang dikonsumsi maupun dalam jumlah dana yang dikeluarkan konsumen untuk

mengkonsumsi minuman ringan. Tabel 3 menunjukkan besarnya pengeluaran

(20)

Tabel 3. Indikator Gaya Hidup Indonesia Tahun 2009 3 Registrasi mobil penumpang

baru (ribu)

364 222 200 162 -

4 Belanja produk elektronik (miliar rupiah) 9 Kosmetik dan alat kecantikan

(miliar rupiah)

11541 12104 12690 13301 13924

10 Devisa dan pariwisata (miliar dollar AS)

4522 4448 4386 4325 -

11 PDB berdasarkan paritas daya beli (juta dollar AS)

705162 767988 838479 909061 962252

12 Pengeluaran konsumen (juta dollar AS)

181977 225888 271374 309617 326117

13 Pendapatan kotor tahunan (juta dollar AS)

227076 285721 347355 388701 415455

14 Pendapatan yang bisa dibelanjakan (juta dollar AS)

188900 237006 287012 320446 341741

Sumber : Euromonitor International (2009)

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa terjadi peningkatan konsumsi

minuman ringan yang semula sebesar 13.088 juta liter pada tahun 2005

mengalami rata-rata peningkatan tiap tahunnya sebesar 10 persen dan mencapai

tingkat konsumsi sebesar 17.410 juta liter pada tahun 2008, hal ini terjadi juga

pada konsumsi minuman ringan dalam jumlah dana yang dikeluarkan meningkat

sebesar 7,6 persen tiap tahunnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, peluang untuk mengembangkan industri

minuman ringan di Indonesia sangatlah besar. Salah satu jenis minuman ringan

yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah minuman sari buah dalam

kemasan. Banyaknya perusahaan yang menggarap bisnis pasar minuman sari buah

saat ini disebabkan karena pertumbuhan pasar yang pesat tiap tahunnya. Setiap

tahun Industri minuman sari buah dalam kemasan tumbuh antara 15 hingga 20

persen, terlebih saat ini bisnis sari buah baru lima persen dari total pasar minuman

(21)

70 persen memang merupakan air minum dalam kemasan, sementara minuman

teh siap saji mencapai proporsi sebesar 11 persen, sedangkan total penjualan

minuman berkarbonasi, minuman kesehatan (energy drink) dan minuman sari buah baru mencapai angka sebesar 12 persen.

Dewasa ini tingkat konsumsi minuman sari buah cenderung mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Adapun hingga tahun 2009 tingkat konsumsi

minuman sari buah dalam kemasan telah mencapai angka 135,2 milimeter

perkapita per tahun (foodreview, 2009) Hal ini diikuti pula dengan semakin banyaknya perusahaan besar yang menambahkan portofolionya pada usaha ini.

Tabel 4 menujukkan perusahaan besar yang bergerak di dalam bisnis minuman

sari buah.

Tabel 4 . Daftar Nama Perusahaan Minuman Sari Buah

No Nama

Perusahaan Nama Produk Kemasan Target Usia Penghargaan 1. PT. Unilever Buavita dan

Gogo Karton 18-30

Top Brand 2008-2010

2. PT. Nutrifood

Indonesia Nutrisari Karton 18-35

Top Brand

Indonesia ABC Juice Karton Semua umur

Top Brand 2002 Sumber : Marketing dan SWA, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa keenam perusahaan tersebut

merupakan perusahaan besar yang memiliki kekuatan posisi pasar dan keunggulan

produk yang berbeda. Kini ditengah terbukanya era globalisasi dan kemajuan teknologi menyebabkan industri minuman sari buah tidak terlepas dari tingginya tingkat persaingan, sehingga menuntut perusahaan untuk berupaya mempertahankan dan mengembangkan inovasi dalam varian produknya.

Nutrisari, sebelumnya hanya dikenal sebagai pioneer dalam minuman sari buah serbuk. Kini pada awal tahun 2010 PT. Nutrifood Indonesia

(22)

kalinya pada tahun 2010. Nutrisari serbuk berhasil memperoleh total brand index sebesar 68,5 persen terpaut jauh dengan kompetitornya Marimas dan Jasjus sebesar 23,6 persen dan 6,0 persen.

Hal ini berlaku sebaliknya, karena minuman sari buah Nutrisari dalam kemasan merupakan produk baru yang masih berada pada tahap siklus perkenalan (introduction). Posisinya sebagai follower dibawah Buavita dan ABC juice yang sudah lebih dahulu memasarkan minuman sari buah dalam kemasan merupakan tantangan tersendiri yang sangat menarik untuk dianalisis. Posisi tersebut terlihat jelas dari hasil survei yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group bersama majalah Marketing, dimana minuman sari buah dalam kemasan Nutrisari hanya mampu meraih bahwa total brand index sebesar 6,6 persen sedangkan Buavita berada pada posisi puncak dengan nilai total brand index sebesar 34,4 persen disusul oleh ABC Juice sebesar 11 persen (Marketing, 2010).

Pasar utama Nutrisari adalah masyarakat Indonesia dengan range usia antara 18-35. Usia tersebut merupakan usia remaja dimana memiliki peranan yang penting pada pertumbuhan dan kematangan manusia. Periode ini banyak terjadi

perubahan unik, serta banyak pula pemantapan pola-pola berfikir dan bertindak ke

arah dewasa. Dekatnya masa remaja dengan kematangan biologi dan orang

dewasa memberikan peluang untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang

dirancang untuk mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan pada masa

dewasa nanti (Riyadi, 2001).

1.2 Perumusan masalah

Kebutuhan akan kandungan gizi yang besar pada usia remaja menjadikan

produk minuman sari buah sangat baik dikonsumsi pada usia ini. Remaja

memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, zat besi, vitamin

dan serat, untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Pada remaja

kandungan vitamin C pada minuman sari buah sangat diperlukan dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan fisik.

Kecenderungan pola konsumsi pada usia remaja yang lebih menyukai

makanan dan minuman siap saji (fast food) sangat memungkinkan perusahaan

minuman sari buah dalam kemasan menjadikan remaja sebagai target utama

(23)

lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset

pemasaran DEKA yang menunjukkan bahwa 40 persen dari konsumen minuman

sari buah dalam kemasan di Indonesia adalah konsumen remaja.

Konsumen dengan kategori usia remaja pada dasarnya memiliki sifat yang

dinamis dan aktif mencari informasi. Sesuai dengan target pasar yang dituju

Nutrisari, usia tersebut umumnya adalah mahasiswa dimana kegiatan mereka

lebih sering dilakukan baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu, tingkat

interaksi di dunia maya dan menonton televisi pun lebih tinggi sehingga

memudahkan mereka dalam mengakses beragam informasi.

Kecenderungan ini juga disebabkan karena remaja mudah terpengaruh

dengan lingkungan terutama pergaulan seperti teman kampus dan keluarga. Selain

itu, pengaruh iklan juga memberikan dampak yang besar pada konsumen remaja

dalam memilih produk yang mereka konsumsi. Beragamnya informasi yang

dimiliki membuat remaja semakin selektif dalam memilih minuman sari buah

dalam kemasan, sehingga mendorong PT. Nutrifood Indonesia untuk semakin

kreatif dalam berinovasi dalam menciptakan produk minuman sari buah dalam

kemasan siap minum. Hal itulah yang kini tengah dibuktikan PT. Nutrifood

Indonesia dengan memasarkan berbagai varian rasa minuman sari buah dalam

kemasan antara lain Nutrisari Jeruk, Nutrisari FV Pomegranate, Nutrisari FV Kiwi, Nutrisari FV Cucumber Lime, Nutrisari Fruit’N Veggie, Nutrisari Less Sugar dan Nutrisari Dragon Fruit.

Namun bila dilihat dari proses keputusan pembelian minuman sari buah

dalam kemasan pada usia remaja, tentunya sangat dipengaruhi oleh berbagai

(24)

1. Bagaimanakah proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam

kemasan Nutrisari?

2. Bagaimana sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam

kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice?

3. Bagaimanakah tingkat kesenjangan antara harapan dan kinerja minuman sari

buah Nutrisari terhadap merek Buavita dan ABC Juice?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi proses keputusan pembelian minuman sari buah dalam

kemasan Nutrisari

2. Menganalisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah Nutrisari dalam

kemasan terhadap merek Buavita dan ABC Juice

3. Menganalisis tingkat kesenjangan antara harapan dan kinerja minuman sari

buah Nutrisari terhadap merek Buavita dan ABC Juice

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Konsumen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi konsumen pada umumnya

dan bagi konsumen remaja pada khususnya, untuk memberikan informasi

akan pentingnya mengkonsumsi buah agar konsumen dapat terus berupaya

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi buah tersebut misalnya dengan

mengkonsumsi minuman sari buah dalam kemasan siap saji. Serta dapat

bermanfaat bagi orangtua agar selalu memperhatikan kesehatan anggota

keluarga terutama asupan buah, yang berarti akan memberikan contoh yang

baik pada anggota keluarga lainnya.

2. Perusahaan

Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi tentang bagaimana tingkat

kesukaan serta kebiasaan konsumen dalam mengkonsumsi minuman ringan

(25)

3. Instansi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan studi acuan

kepustakaan untuk penelitian selanjutnya.

4. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam meningkatkan wawasan

pengetahuan dan keilmuan tentang perilaku konsumen, khususnya perilaku

konsumsi minuman sari buah. Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam

melatih kemampuan menganalisis masalah yang terjadi di lapang berdasarkan

fakta serta memberikan pengalaman untuk menerapkan ilmu yang telah

diperoleh selama masa perkuliahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada analisis sikap konsumen

terhadap minuman sari buah dengan ketentuan usia yang diteliti antara usia 18-20

tahun. Hal ini berbeda dengan target perusahaan yang berada pada usia 18-35

tahun. Penelitian ini memfokuskan kepada sikap konsumen terhadap keputusan

(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia

Industri minuman merupakan salah satu segmen industri pangan yang

cepat melakukan inovasi dan perubahan dibandingkan segmen industri lainnya.

Industri minuman yang awalnya menghasilkan produk minuman penghilang

dahaga kemudian berkembang dan muncul dengan berbagai inovasi dan konsep

baru tentang minuman. Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai

penghilang dahaga namun juga menawarkan fitur fungsi lainnya seperti

penambahan rasa dan warna, penambahan kandungan minuman seperti vitamin,

mineral dan sejenisnya, minuman yang mengandung karbon, minuman sari

buah,dan lain-lain.

Perkembangan konsep tersebut berdampak pada berkembangnya minuman

ringan yang memadukan fungsi dasar minuman sebagai penghilang rasa haus

dengan penambahan fungsi-fungsi lain seperti yang dijelaskan pada paragraph

sebelumnya. Industri minuman ringan juga menambahkan fungsi kepraktisan

dalam berkonsumsi dengan cara mengemas berbagai produk minuman tersebut

kedalam kemasan-kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Beberapa tahun belakangan industri minuman ringan mengalami

pertumbuhan cukup signifikan yang ditandai dengan merebaknya berbagai jenis

dan merek minuman ringan yang beredar di pasaran. Hal tersebut menjadi salah

satu indikator bahwa konsumen menyukai produk-produk minuman ringan

sehingga permintaannya meningkat dan merangsang munculnya pesaing-pesaing

baru dengan strategi penjualan masing-masing.

Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-2972-1992, minuman

ringan siap minum adalah minuman yang mengandung pemanis alami atau buatan

dengan atau tanpa penambahan CO2 dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Bahan makanan dan tambahan lainnya yang ditambahkan dalam

minuman ringan terdiri dari:

a. Bahan makanan alami meliputi buahan dan / atau produk dari

buah-buahan, daun-daunan dan/atau produk dari daun, akar-akaran, batang/kayu

tumbuhan, rumput laut, susu dan / atau produk dari susu (Ditjen Bea

(27)

b. Bahan makanan sintetik meliputi sari kelapa, vitamin, stimulan.

c. Tambahan lainnya meliputi: pemberi rasa, pemberi asam, pemberi aroma,

pewarna, pengawet dan garam.

Berikut ini penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan minuman

ringan:

1. Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar di dalam carbonated soft

drink. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air,

alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm, dan kandungan

logam besi dan mangan <0.1 ppm (Ditjen Bea Cukai, 2002).

2. Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi dalam dua

kategori yaitu :

a. Natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung,dengan kadar fruktosa tinggi, dan dekstrosa.

b. Sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendaasikan oleh FDA (Food & Drugs Administration Standard, Amerika Serikat) adalah sakarin.

3. Pemberi asam (acidulants) ditambahkan dalam minuman dengan tujuan untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai

pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam sirup/minuman.

Acidulant yang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat dimakan (edible/food grade) antara lain asam sitrat, asam phosphate, asam malat, asam tartarat, asam fumarat, asam adipat, dan lain-lain.

4. Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri

minuman dengan formula khusus, terkadang telah ditambah dengan asam dan

pewarna, dalam bentuk:

a. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan

alkoholik), misalnya: jahe, anggur, lemon-lime dan lain-lain b. Larutan alkkoholik (melarutkan bahan dalam larutan air-alkohol),

misalnya: strawberry, cherry, cream soda dan lain-lain.

c. Emulsi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi,

misalnya: vegetable gum), misalnya untuk citrus flavor, rootbeer

(28)

d. Fruit juices, misalnya: orange, grapefruit, lemon, lime dan grape.

e. Caffeine, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulan) f. Sintetik flavor, misalnya: ethyl acetate/amyl butyrate yang

memberikan aroma grape.

5. Pewarna untuk meningkatkan daya tarik minuman:

a. Natural, misalnya dari grape, strawberry, cherry dan lain-lain. b. Semi sintetik, misalnya: caramel color

c. Sintetik, dari delapan jenis pewarna yang dapat dimakan (food

grade), hanya lima yang diperkenankan oleh FDA untuk digunakan sebagai pewarna dalam minuman ringan.

6. Pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah fermentasi dan sodium

benzoate.

8. Pengemasan, minuman berkarbonat umumnya dikemas dalam botol (gelas

plastik) atau kaleng, sedangkan minuman tanpa karbonat dapat juga dikemas

dalam kotak kardus dengan persyaratan umum sebagai berikut:

a. Mempunyai kekuatan mekanis sehingga dapat menjaga mutu,

penampilan dan kandungan produk.

b. Mempunyai penampilan yang menarik.

c. Steril pada setiap pemakaian.

d. Mudah dalam pengisian maupun penyegelan

Adapun menurut Ditjen Bea Cukai, masing-masing pengemas mempunyai

kelebihan dan kekurangan antara lain:

1. Botol gelas, dapat digunakan ulang (reuse)tanpa mengalami pengolahan atau perubahan bentuk, akan tetapi harus melalui proses pencucian dan

sterilisasi dengan menggunakan detergent dan soda kaustik.

2. Botol plastik, dapat didaur ulang (recycle) dengan pengolahan fisik atau kimiawi untuk menghasilkan produk sama atau produk yang lain.

3. Kaleng, dapat melindungi produk dari cahaya, mencegah kandungan

produk yang mudah teroksidasi karena cahaya maupun udara dalam

kaleng, akan tetapi relatif lebih mahal karena dibuat dari bahan tahan

korosi misalnya dari plat baja dengan lapisan timah atau dari aluminium.

4. Kotak kardus, kekuatan mekanisnya relatif lebih rendah, umur produk

(29)

2.2 Studi Sikap Perilaku dan Kepuasan Konsumen Minuman Ringan

Penelitian terdahulu tentang sikap perilaku dan kepuasan konsumen

minuman ringan pada dasarnya telah banyak dilakukan. Syahida (2008)

melakukan penelitian mengenai analisis sikap konsumen terhadap minuman lidah

buaya (aloe vera) Kavera di Jawa Barat. Penilaian responden secara keseluruhan terhadap Kavera menyatakan positif terhadap minuman lidah buaya Kavera. Hal

ini menunjukkan bahwa Kavera secara keseluruhan dapat diterima oleh konsumen

dengan nilai total sikap konsumen terhadap produk 155,19. Manfaat dinilai sangat

positif oleh konsumen, karena manfaat yang terdapat pada minuman lidah buaya

Kavera dapat dirasakan oleh konsumen. Atribut minuman lidah buaya Kavera

yang dinilai positif berturut-turut adalah rasa, higienis, kesegaran dan rasa.

Sedangkan atribut yang dinilai netral oleh konsumen adalah aroma., kemasan,

volume, warna dan merek.

Berbeda dengan penelitian Cut (2009) mengenai analisis sikap dan

kepuasan konsumen terhadap minuman susu fermentasi probiotik Vitacharm

didapatkan bahwa dari penilaian evaluasi atribut, menujukkan atribut kejelasan

tanggal dan kadaluwarsa (4,93) merupakan hal penting bagi para konsumen dalam

membentuk sikap terhadap minuman susu fermentasi probiotik. Konsumen

menilai suatu merek minuman susu fermentasi probiotik yang terbaik adalah yang

memiliki kejelasan tanggal kadaluarsa pada produknya, sehingga konsumen

merasa aman dalam mengkonsumsi minuman susu fermentasi probiotik.

Sementara atribut yang mempunyai kepentingan terendah adalah atribut

kekentalan minuman dan atribut warna (3,21). Kedua atribut ini dianggap tidak

penting dalam pembentukan sikap terhadap produk minuman susu fermentasi

probiotik. Dalam benak konsumen ternyata faktor kekentalan minuman dan warna

tidak terlalu diperhatikan dan tertutupi oleh atribut-atribut yang lain.

Berdasarkan kinerja industri minuman ringan secara umum di Indonesia

dalam penelitian Sunencih (2009) tentang Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja

Industri Minuman Ringan di Indonesia dari tahun 1980 sampai tahun 2005

menunjukkan bahwa struktur pasar yang dimiliki oleh industri minuman ringan di

Indonesia adalah struktur persaingan oligopoli sedang dengan nilai rata-rata

konsentrasi adalah 44,08 persen. Hal ini sejalan dengan penelitian Sarifah (2007)

(30)

Kemasan (AMDK) di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur

pasar pada industri AMDK sampai saat ini cenderung mengarah pada struktur

oligopoli longgar. Berdasarkan kedua penelitian tersebut didapat bahwa penetapan

harga oleh suatu perusahaan dalam industri minuman ringan akan dipengaruhi

oleh penetapan harga oleh pesaingnya. Mengingat industri minuman ringan

berada pada struktur persaingan oligopoli sedang bahkan cenderung bersifat longgar, maka perilaku konsumen masih diperhitungkan dalam menentukan

harga. Hal ini terbukti dengan adanya produksi second brand product yaitu produk yang serupa dengan produk utama namun lebih murah dari segi harganya.

Adapun berdasarkan proses keputusan pembelian dan kepuasan pembelian

minuman ringan antara lain Artayati (2009) meneliti mengenai analisis proses

keputusan pembelian dan kepuasan konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory

Shop Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen dan menganalisis proses keputusan pembelian produk yoghurt Cimory, menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut produk yoghurt cimory, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran. Penelitian ini menggunakan analisis deskritif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan penelitian tersebut didapat kesimpulan karakterisik umum konsumen Cimory yoghurt drink sebagaian responden adalah kalangan muda yang aktif dan produktif. Nilai indeks kepuasan pelanggan adalah 74.23

persen yang menunjukkan kriteria puas karena berada pada rentan skala 50-75

persen.

Berbeda dengan Nugroho (2006) dalam penelitian mengenai analisis tingkat

kepuasan pelanggan produk Pocari Sweat. Secara umum rata-rata tingkat

kepuasan kesesuaian atribut Pocari Sweat adalah 93,50 persen. Hal ini mendekati

skor 100 persen sehingga dinilai sangat baik. Tanggapan terhadap atribut yang

dianggap sangat penting tersebut yaitu atribut rasa, aroma, menambah tenaga,

untuk kesehatan, dapat diminum kapan saja, desain kemasan, ketersediaan/mudah

didapat, rasa yang diterima dibanding harga, dan kepraktisan konsumen

dibandingkan harga. Untuk tingkat kepuasan pelanggan secara keseluruhan

responden merasa puas dengan kinerja PT AIO, hal ini tercermin dari besar nilai

yaitu sebesar 71,99 persen. Sedangkan Savitri (2004) meneliti mengenai tingkat

(31)

Bottling Indonesia, Cibitung) yang bertujuan mengindentifikasi atribut-atribut

minuman teh, mengetahui tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan

metode Quality Function Deployment. Penelitian Savitri menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan harapan konsumen sudah

cukup baik dan pihak manajemen mutu perlu melakukan pemantauan dan

perbaikan proses untuk meningkatkan mutu.

Tabel 5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu

No Nama Pengarang dan Judul Skripsi Persamaan Perbedaan 1 Syahida (2008) Analisis Sikap

Konsumen Terhadap Minuman Lidah

2 Cut (2009) Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Terhadap

3 Sunencih (2009), Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman

5 Savitri (2004) Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Minuman Teh Kemasan Botol (studi kasus PT Coca Cola Bottling Indonesia, Cibitung)

(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Definisi Konsumen

Konsumen merupakan pengguna barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya. Menurut Sumarwan (2003) konsumen dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen

organisasi. Konsumen individu melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya

untuk dirinya sendiri tetapi juga digunakan orang lain seperti anggota keluarga

dan teman. Konsumen individu merupakan konsumen akhir dalam

penggunaan barang dan jasa. Sementara konsumen organisasi yang meliputi

organisasi bisnis yayasan dan lembaga lainnya merupakan konsumen yang

menggunakan produk untuk menjalankan kegiatan organsasinya.

Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku

dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik konsumen terdiri dari

pengetahuan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik

demografi konsumen (Sumarwan, 2003). Karakteristik demografi dapat dilihat

dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,

suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, lokasi geografi dan kelas sosial.

3.1.2 Perilaku Konsumen

Menurut Engel et al (1994) perilaku konsumen didefinisikan sebagai

tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan

menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan

menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang membentuk proses keputusan pembelian yaitu faktor-faktor lingkungan,

faktor individu dan proses psikologis. (Engel et al, 1994).

Perilaku konsumen secara sederhana mempelajari tentang apa yang

dibeli konsumen, mengapa konsumen membelinya, kapan mereka

membelinya, dimana mereka membelinya, berapa serimg mereka membelinya,

dan berapa sering mereka mengkonsumsinya (Sumarwan, 2003).

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menunjukkan karakteristik

(33)

prilaku konsumen sangat erat kaitannya untuk dipelajari terutama dalam

pemasaran, pendidikan dan perlindungan konsumen serta kebijakan umum

3.1.3 Sikap

Sikap merupakan kecenderungan dalam diri subjek untuk menerima

atau menolak suatu obyek. Engel et al. (1994) mendefinisikan sikap sebagai

evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara

menguntungkan secara konsisten dengan obyek atau alternatif yang diberikan.

Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan obyek sikap.

Sikap yang dipegang konsumen terhadap atribut produk memainkan peranan

penting dalam menentukan sikap terhadap produk.

Sikap menurut Shiffman dan Kanuk (1994) adalah ekspresi perasaan

yang menggambarkan preferensi seseorang atau ketidaksukaan seseorang pada

suatu obyek. Obyek sikap didefinisikan sebagai produk, kategori produk,

merek, jasa kepemilikan, kegunaan produk, harga, media atau pengecer.

Komponen sikap adalah kepercayaan (cognitive), perasaan (affective) dan intense perilaku (conative). Kepercayaan meliputi apa yang dipercayai dan diketahui oleh seseorang sehingga membentuk persepsi terhadap obyek dan dapat diterangkan dengan pertanyaan “apa yang saya percaya?. Perasaan meliputi perasaan seseorang mengenai perilaku objek, lebih berdasarkan

emosi seseorang dan dapat dijelaskan dengan pertanyaan “apa yang saya

rasa?. Intensi perilaku meliputi aksi atau perilaku seseorang menuju perilaku objek dan dapat diterangkan dengan pertanyaan “Bagaimana saya menanggapinya?”.

Beberapa sikap penting dari sikap adalah kepercayaan dalam

memegang sikap dan sifat dinamis, sehingga dapat berubah bersama waktu.

Sikap dapat berbeda dalam beberapa dimensi, antara lain valensi yang

menunjuk apakah sikap itu positif, negatif dan netral. Selain itu dapat pula

berbeda pada ekstrimisitas yaitu menyukai atau tidak menyukai yang

menunjukkan derajat kesukaan. Kemudian resistensi sikap yang terhapus

secara lambat akibat perubahan waktu. Sikap memiliki banyak karakteristik

atau sifat. Menurut Engel et al. (1994) sikap memiliki sifat yang dinamis,

(34)

3.1.4 Persepsi

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), persepsi dapat digambarkan sebagai cara seseorang melihat dunia disekitarnya. Dua individu mungkin menerima stimulus yang sama dalam kondisi yang sama pula, namun cara dalam menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus tersebut dapat berbeda, bergantung pada kebutuhan, nilai, dan harapan konsumen tersebut. Persepsi didefinisikan sebagai cara individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus menjadi gambaran yang berarti.

Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi terdiri atas tiga tahap, yaitu pemaparan, perhatian, dan pemahaman. Pada tahap pemaparan, konsumen menerima stimulus yang berasal dari produsen, sehingga konsumen merasakan sensasi, yaitu respon langsung dan cepat dari panca indera terhadap stimulus yang datang, seperti iklan, kemasan atau merek (Sumarwan 2004).

Mowen dan Minor (2002) mengemukakan bahwa persepsi akan memiliki hubungan timbal balik terhadap pemrosesan informasi. Tingkat keterlibatan, memori, dan persepsi akan mempengaruhi pemrosesan informasi. Sebaliknya, persepsi pun timbul sebagai hasil dari pemrosesan informasi yaitu melalui interpretasi dan pemaknaan rangsangan. Tahapan persepsi merupakan suatu rangkaian proses yang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada tahap pemaparan stimulus, konsumen menerima informasi melalui panca inderanya. Pada tahap perhatian, konsumen akan mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Akhirnya, konsumen akan menyusun dan menterjemahkan informasi untuk memberikan arti terhadap informasi tersebut yang disebut sebagai tahap pemahaman yang melibatkan panca indera.

Gambar 1 Proses terbentuknya persepsi

Sumber : Engel et.al 1994

(35)

3.1.5 Faktor-Faktor Pembentuk Keputusan Konsumen

Pada perilaku komsumen, keputusan pembelian dipengaruhi oleh

beberapa faktor karena keputusan pembelian tidak terbentuk begitu saja. Hal

tersebut didasarkan pada adanya variasi dalam proses keputusan yang diambil

oleh konsumen. Menurut Engel et al (1994) faktor-faktor yang menjadi

determinan dalam proses keputusan pembelian adalah:

1. Pengaruh Lingkungan

Engel et al (1994) mengungkapkan bahwa lingkungan konsumen yang

kompleks memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku

konsumen. Pengaruh lingkungan yang terdiri dari beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Faktor-faktor

lingkungan tersebut terdiri dari:

a. Budaya

Menurut Kotler (2005), faktor budaya merupakan faktor yang dimiliki

pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Budaya mampu memberikan

pengaruh sebagai penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Engel

et al (1994) menyatakan bahwa budaya memberikan tiga pengaruh utama

dalam proses keputusan pembelian yaitu struktur konsumsi, pengambilan

keputusan individu dan variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi

produk. Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan,

artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna pada individu untuk

membantu berkomunikasi, melakukan penafsiran, dan evaluasi sebagai

anggota masyarakat (Engel et al, 1994).

b. Kelas Sosial

Masyarakat memiliki stratifikasi yang dikenal sebagai kelas sosial.

Menurut Engel et al (1994) kelas sosial didasarkan pada nilai, minat dan

perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan pengahasilan

tapi indikator lainnya seperti indikator demografi yaitu pekerjaan,

pendidikan dan wilayah tempat tinggal. Kelas sosial akan mencerminkan

perilaku yang berbeda terhadap pembelian produk. Hal tersebut

merupakan suatu hal yang menarik bagi pemasar karena kelas sosial dapat

(36)

perlu cermat dalam memasarkan produk untuk segmen konsumen dengan

variabel kelas sosial. Hal tersebut didasarkan kelas sosial menunjukkan

preferensi atas produk dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang

seperti pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan waktu luang dan mobil

(Kotler, 2005).

c. Pengaruh Pribadi

Kepercayaan, sikap dan prilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain

digunakan sebagai kelompok acuan terutama dalam pencarian informasi.

Pengaruh dari kelompok acuan terjadi dengan tiga cara yaitu utilitarian, niali ekspresif dan informasional (Engel et al, 1994). Selain kelompok

acuan, komunikasi lisan dari pemimpin opini menjadi dampak pribadi

yang menonjol (Engel et al, 1994). Variabel yang penting dalam pengaruh

pribadi adalah keterlibatan. Peningkatan keterlibatan terjadi jika pilihan

yang dibuat dapat menpengaruhi kelas sosial konsumen. Selain itu

keterlibatan yang tinggi juga akan memunculkan informasi dari orang

yang dipercaya. Pengaruh pribadi menjadi sebab dan hasil dari keterlibatan

yang tinggi.

d. Keluarga

Keluarga menjadi unit keputusan utama denagan pola peranan dan fungsi

yang kompleks dan bervariasi. Pada perilaku konsumen, keluarga menjadi

faktor penting karena adanya konsumen ganda yang bertindak sebagai unit

keluarga dalam membeli produk dan adanya pengaruh dari anggota

keluarga yang lain ketika ada pembelian individu (Engel et al, 1994)

e. Situasi

Perilaku konsumen terjadi dalam suatu situasi. Pengaruh situasi tidak

hanya melibatkan orang tapi juga melibatkan obyek. Pengaruh situasi

dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor khusus pada

waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan

karakteristik obyek (Engel et al, 1994)

2. Perbedaan Individu

Faktor internal yang mempengaruhi konsumen dalam perilaku konsumen

(37)

komponen yang mendasari individu berbeda dalam proses pengambilan

keputusan. Komponen tersebut antara lain:

a. Sumberdaya konsumen

Sumberdaya yang digunakan konsumen dalam proses pembelian adalah

sumberdaya ekonomi, temporal dan kognitif. Sumberdaya konsumen

memiliki pengaruh penting terutama sumberdaya ekonomi yang dapat

menggambarkan daya beli konsumen terhadap produk. Persepsi konsumen

terhadap sumberdaya yang tersedia dapat berpengaruh terhadap kesediaan

untuk menggunakan waktu dan uang untuk pembelian produk (Engel et

al,1994)

b. Motivasi dan Keterlibatn

Motivasi dan keterlibatan saling berkaitan, Engel et al (1994) menyatakan

bahwa keterlibatan merupakan faktor pengaruh yang potensial dan mampu

mempengaruhi motivasi dalam proses keputusan pembelian. Kebutuhan

menjadi variabel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai

perbedaan yang didasari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya

yang memadai untuk mengaktifkan perilaku. Jika kebutuhan diaktifkan

maka akan menimbulkan dorongan yang disalurkan untuk tindakan

pembelian. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi dalam tindakan

pembelian dan konsumsi. Jika keterlibatan tinggi maka ada motivasi untuk

memperoleh dan mengolah informasi.

c. Pengetahuan

Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam

ingatan. Pengetahuan merupakan faktor penentu utama dalam perilaku

konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari produk yang dibeli konsumen,

tempat pembelian dan waktu pembelian bergantung pada pengetahuan

yang relevan tentang keputusan pembelian (Engel et al, 1994).

Pengetahuan konsumen terbagi dalam tiga jenis yaitu pengetahuan produk

mencakup kesadaran merek dalam kategori produk, terminologi produk,

atribut produk dan kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan

merek spesifik, pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi

(38)

pemakaian yang mencakup informasi dalam ingatan tentang penggunaan

suatu produk dan hal yang diperoleh dalam penggunaan produk.

d. Sikap

Sikap didefinisikan oleh Engel et al (1994) sebagai suatu evaluasi

menyeluruh yang memungkinkan orang merespon dengan cara

menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif

yang diberikan. Sikap konsumen tergantung dari pengalaman dengan suatu

produk jika pengalaman baru dirasakan oleh konsumen terutama untuk

membantu pengambilan keputusan yaitu mengindentifikasi pangsa pasar

meramalkan perilaku masa datang dan mengevaluasi pemasaran yang

potensial.

e. Kepribadian, gaya hidup dan demografi

Kepribadian, gaya hidup dan demografi merupakan faktor-faktor yang

saling berkaitan untuk menunjukkan adanya perbedaan individu dalam

konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian dan gaya hidup

merupakan faktor yang lebih mudah dilihat dibandingkan motivasi dan

pengetahuan. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang

dapat berbeda dengan hasil tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan

lama terhadap lingkungannya (Kotler, 2005). Kepribadian biasanya

digambarkan dengan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi,

otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri dan

kemampuan beradaptasi. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana

orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang (Engel et all,1994). Gaya

hidup merupakan cerminan dari niali konsumen. Gaya hidup merupakan

konsep kontemporer dan komprehensif dan dapat berubah lebih cepat.

3. Proses Psikologis

Proses psikologis terdiri dari tiga proses sentral yang membentuk

motivasi dan perilaku konsumen yaitu pemerosesan informasi, pembelajaran

dan perubahan sikap dan perilaku (Engel et al 1995)

a. Pemrosesan Informasi

Komunikasi menjadi faktor penting dalam pemasran karena berkaitan

dengan proses pengolahan informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada

(39)

akan diambil kembali (Engel et al 1995). Pemrosesan informasi terdiri dari

beberapa tahapan yaitu, pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan

dan retensi (McGuire 1976 diacu dalam Engel et al 1995)

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana pengalaman menyebabkan

perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Perspektif yang

digunakan dalam perilaku konsumen terdiri dari perspektif pembelajaran

kognitif dan pembelajaran bahaviourisme.

c. Perubahan Sikap dan Perilaku

Perubahan sikap dan perilaku konsumen menjadi sasaran utama

pemasaran. Sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh komunikasi

persuasif. Selain komunikasi persuasif sikap dan perilaku konsumen dapat

dipengaruhi oleh modifikasi perilaku seperti dorongan dan komitmen.

3.1.6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses yang dilakukan konsumen dalam keputusan pembelian, meliputi

beberapa tahapan. Menurut Engel et.al (1994), proses pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan yaitu :

a. Pengenalan kebutuhan: konsumen akan mempersiapkan perbedaan antara

keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk

membangkitkn dan mengaktifkan proses keputusan.

b. Pencarian Informasi: konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam

ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan

dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).

c. Evaluasi Alternatif: konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan

manfaat yang diharapkan dan menyempitkan hingga alternatif yang dipilih.

d. Pembelian: konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti

yang dapat diterima.

e. Hasil/Pasca pembelian: konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang

dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan.

Engel et.al (1994) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dalam

pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen

(40)

a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumber daya konsumen, motivasi dan

keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian , gaya hidup dan demografi

b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial , pengaruh pribadi ,

keluarga dan situasi

c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran,

perubahan sikap/perilaku

Model prilaku pengambilan keputusan pembelian dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya tersebut dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Sumber : Engel et.al 1994

3.1.7 Daur Siklus Produk

Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti halnya dengan manusia, maka suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik dari pasar.

PLC ini merupakan konsep yang penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika bersaing suatu

(41)

produk. Apabila PLC dianggap sebagai nilai strategik bagi suatu perusahaan, maka manajernya harus dapat menentukan dimana posisi PLC produknya. Identifikasi tahapan PLC ini dapat ditentukan dengan kombinasi tiga faktor yang menunjukkan ciri status produk dan membandingkan hasilnya dengan pola yang umum.

Tahap PLC suatu produk dapat ditentukan dengan mengidentifikasikan statusnya dalam market volume, rate of change of market volume. Dalam keempat tahap dari analisa PLC ini memiliki beberapa strategi (Kotler 1997) yaitu :

1.Tahap perkenalan (introduction).

Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang dijual umumnya barang baru (betul-betul baru) karena masih berada pada tahap permulaan, umumnya biaya yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agresif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.

2. Tahap pertumbuhan (growth)

Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Pada tahap ini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.

3. Tahap kedewasaan (maturity)

Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam, sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.

(42)

Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami keusangan dan harus diganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain memperbarui barang (dalam arti fungsinya), meninjau kembali dan memperbaiki program pemasaran serta program produksinya agar lebih efisien, menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik, menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada, atau meninggalkan sama sekali barang tersebut.

3.1.8 Atribut Produk

Atribut adalah karakteristik atau sifat suatu produk, umumnya mengacu

pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama pengambilan

keputusan oleh seorang konsumen. Keunikan suatu produk dapat dengan mudah

menarik perhatian konsumen, keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oelh

suatu produk. Suatu produk pada dasarnya merupakan kumpulan dari

atribut-atribut, dan setiap produk baik barang atau jasa dapat diekspresikan dengan

menyebutkan atribut-atributnya. Para pemasar perlu memahami pengetahuan

konsumen akan atribut, karena pengetahuan mengenai atribut akan mempengaruhi

pengambilan keputusan pembelian.

Menurut Kotler (2002), atribut produk terdiri dari tiga hal yaitu mutu

produk, ciri produk, dan desain produk. Mutu produk menunjukkan kemampuan

sebuah produk untuk menjalankan fungsinya. Ciri produk dapat dipergunakan

sebagai alat untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya.

Desain produk merupakan kekhasan penampilan produk yang dapat menarik

perhatian.

Menurut Engel et al., (1994), keunikan ini terlihat dari atribut yang dimilki

(43)

1. Ciri-ciri atau rupa (fetatures), dapat berupa ukuran, tampilan, harga, servis atau jasa, komposisi, nilai estetika, warna dan lain-lain

2. Manfaat (benefit) dapat berupa kegunaan atau kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, dapat juga manfaat yang tak berwujud

seperi kesehatan dan penghematan waktu

3. Fungsi (function) atribut ini jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri dan manfaat

Atribut menurut Solomon (1991) adalah karakteristik atau sifat dari suatu

obyek dan umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria

evaluatif dalam pengambilan keputusan. Atribut produk dapat menjadi tersendiri

bagi konsumen terhadap suatu produk. Setelah melakukan penilaian melalui

evaluasi konsumen akan memberikan kekuatan kepercayaan konsumen terhadap

atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kepercayaan konsumen inilah yang

merupakan kekuatan harapan dan keyakinan konsumen terhadap atribut yang

dimilki oleh suatu produk. Selanjutnya kekuatan kepercayaan ini akan tercermin

pada pengetahuan konsumen dan manfaat yang sudah diberikan oleh suatu

produk.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Perkembangan industri minuman sari buah dalam kemasan di pasaran,

semakin membuka peluang bagi para produsen untuk dapat memasarkan produk

minuman sari buah dalam kemasan dengan lebih baik lagi. Selain didukung oleh

pertumbuhan pasar sari buah yang meningkat tiap tahunnya, tentunya akan

menciptakan tingkat persaingan yang kompetitif. Adanya perubahan pola

konsumsi pada konsumen Indonesia dan usia remaja pada khususnya, yang lebih

menyukai makanan dan minuman cepat saji sangat memungkinkan hal tersebut

untuk dijadikan target pasar.

Konsumen dengan karakteristik kategori usia remaja pada dasarnya

memiliki sifat yang dinamis dan aktif mencari informasi. Kecenderungan ini juga

disebabkan karena remaja mudah terpengaruh dengan lingkungan terutama

pergaulan seperti teman sekolah atau kampus dan keluarga. Selain itu pengaruh

iklan juga memberikan dampak yang besar pada konsumen remaja dalam memilih

Gambar

Grafik Analisis Kesenjangan ………………………………….  61
Tabel 1 . Nilai Tambah PDB Menurut Subsektor Tahun 2001-2008 (juta rupiah)
Tabel 5. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-
+6

Referensi

Dokumen terkait