ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI DALAM
PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL DENGAN KOMUNIKASI SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA PT. BANK NEGARA
INDONESIA, TBK DI MEDAN
TESIS
Oleh
KORNELIUS HAREFA
067017033/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pengaruh partisipasi manajer dalam penganggaran dan kinerja manajerial telah di uji dalam berbagai penelitian akuntansi dengan hasil yang bertentangan. Hasil ini mungkin menunjukkan adanya variabel moderating. Dengan menggunakan pendekatan kontijensi, penelitian ini untuk menguji pengaruh moderating komunikasi terhadap hubungan antara partisipasi manajer dalam pengganggaran dan kinerja manajerial.
Subjek penelitian ini adalah seluruh manajer (46 responden) yang ada di kantor PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan. Data di kumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Enam item untuk variabel partisipasi manajer sebagai variabel bebas, delapan untuk variabel kinerja manajerial sebagai variabel terikat dan dua belas item untuk komunikasi sebagai variabel moderating. Metode sensus digunakan dengan pengembalian jawaban 78% atau 36 dari 46 responden . Analisis regresi moderat digunakan untuk mengetahui pengaruh moderating berdasarkan jawaban yang lengkap dari 36 manajer.
Penelitian ini menghasilkan penemuan sebagaimana yang telah di ajukan dalam hipotesis penelitian. Partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
ABSTRACT
The correlation of manager participation in budgeting and manajerial performance have been tested in various accountancy research with conflicting results. This result might show that there was a moderating variable. By using the contingency approach, this research was conducted to test the influence of moderating communications toward the correlation between manager participation in budgeting and manajerial performance.
The subject of this research was all the managers ( 46 respondents) at the PT. Bank Negara Indonesia,Ltd in Medan. Data were collected by using the questionnaire. Six items for the variable of manager participation as independent variable, eight items for the variable of manajerial performance as dependent variable and twelve items for communications as moderating variable. Census method was applied with 78% or 36 out of 46 respondents returning the questionnaire. Moderate applied regression analysis was used to find out the moderating effect based on the completed answers from 46 managers.
This research resulted in findings as had been proposed in the research hypotheses.The manager participation in compilation of budget have an effect toward managerial performance.
Kata Pengantar
Segala puji syukur dan hormat bagi kemuliaan nama Tuhan Yang Maha Esa dimana telah melimpahkan kasih anugerahNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan Judul “Analisis Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komunikasi Sebagai Variabel Moderating Pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Di Medan.
Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Tesis ini banyak bantuan dan sumbangsih pemikiran dari berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, namun diantaranya Kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dan motivasi yang sangat besar nilai dan manfaatnya bagi penulis selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara hingga dapat selesai tepat pada waktnya. Beliau juga merupakan pembimbing utama dalam penulisan tesis ini yang telah meluangkan banyak waktu untuk mengarahkan penulis sehingga dapat selesai dengan baik.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing dan memberikan ide-ide beserta saran-saran selama proses penelitian hingga penyelesaian penulisan tesis ini.
4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak dan Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan gagasan dan saran-saran yang konstruktif dalam proses penyelesaian tesis ini.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B, MSc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
7. Manajemen PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan. Kepada Bapak Suhandoyo bagian SDM BNI Wilayah I Sumatera, Bapak Eddy Yusuf bagian SDM BNI Cabang USU dan Bapak Ade Wedhasmara Penyelia Adm II BNI Cabang Sutomo, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan.
8. Teman-teman Mahasiswa angkatan XI Program Magister Ilmu Akuntansi – USU yang telah banyak membantu pada masa perkuliahan.
Akhirnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun sprituil, teristimewa buat Ibu saya Nur Dewi Harefa yang begitu tabah dan sabarnya untuk mengasuh dan menantikan ananda hingga dapat selesai studi dengan baik. Suka dan duka telah dilalui bersama, Tuhan senantiasa tetap menolong dan memberkati kita.
Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Kornelius Harefa
Tempat/Tanggal lahir : Gunungsitoli, 10 Desember 1977
Agama : Kristen
Nama Ayah : Asambowo Harefa
Nama Ibu : Nur Dewi
PENDIDIKAN
SD 1990 : SDN 070981 Gunungsitoli
SLTP 1993 : SMP Katolik Bunga Mawar, Nias
SLTA 1996 : SMA Katolik ST. Xaverius, Nias
Perguruan Tinggi
S1 2005 : FE – USU Jurusan Akuntansi
S2 2008 : PPS - Magister Akuntansi USU
PEKERJAAN
DAFTAR ISI
ABSTRAK…..……….. i
ABSTRACT..………..……….. ii
KATA PENGANTAR……….. iii
RIWAYAT HIDUP..……….. v
DAFTAR ISI..……….. vi
DAFTAR TABEL.………. ix
DAFTAR GAMBAR………. x
DAFTAR LAMPIRAN..………. xi
BAB I : PENDAHULUAN...……… 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ………... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……… 6
1.3 Tujuan Penelitian ………... 6
1.4 Manfaat Penelitian ………. 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS... 8
2.1 Tinjauan Teori ……….. 8
2.1.1 Anggaran ………. 8
2.1.2 Partisipasi Manajer dalam Proses Penyusunan Anggaran ... 10
2.1.3 Komunikasi Dalam Proses Penyusunan Anggaran .……… 13
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 20
2.3 Kerangka Konseptual ………... 21
2.4 Hipotesis Penelitian ……….. 22
BAB III : METODE PENELITIAN….………. 23
3.1 Rancangan Penelitian ………... 23
3.2 Populasi dan Sampel ………. 23
3.3 Variabel Penelitian ……… 24
3.3.1 Klasifikasi Variabel …...……… 24
3.3.2 Definisi Operasional ………..……..……… 26
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 26
3.5 Prosedur Pengambilan Data …….………. 27
3.6 Metode dan Teknik Alalisis Data ……….... 27
3.6.1 Metode Analisis Data ……….. 27
3.6.2 Teknik Analisis Data ……….. 28
3.6.3 Model Pengujian Hipotesis ……….. ……….. 31
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 33
4.1 Hasil Penelitian …...……….... 33
4.1.1 Uji Kualitas Data ...……….. 34
4.1.2 Uji Asumsi Klasik …....……….. 36
4.1.3 Uji Hipotesis …...…….. ……….. 38
4.1.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Alaternatif 2 .………….. 41
4.2 Pembahasan ...…...……….... 43
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN...………. 45
5.1 Kesimpulan ...………... 45
5.2 Saran ...………. 46
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu... 20
3.1 Defenisi Operasional ... 26
4.1 Statistik Deskriptif ……... 33
4.2 Uji Reliability ……... 34
4.3 Hasil Uji Validitas …... 36
4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 36
4.5 Hasil Uji Statistik t ... 40
4.6 Hasil Uji Hipotesis Alternatif 1 ... 41
4.7 Hasil Uji Statistik F ... 42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka konseptual ... 22
4.1 Scatterplot uji heteroskesdastisitas ... 37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
I Kuesioner Penelitian ... 51
II Tabel Data Penelitian ... 56
III Hasil Uji Statistik ... 58
IV r tabel Product Moment ... 69
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Untuk mencapai tujuan perusahaan dengan baik diperlukan suatu rencana kerja
yang terarah secara komprehensif, sehingga mempermudah bagi manajemen untuk
mengendalikan kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Rencana kerja tersebut
disusun berdasarkan target yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
perusahaan, periodenya bisa dalam jangka waktu kurang atau lebih dari satu tahun.
Rencana kerja pada umumnya disusun dengan format tertentu yang biasanya disebut
sebagai anggaran. Anggaran merupakan rencana kerja yang disusun secara sistematis
yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan)
moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang
(Munandar,2001:1).
Penyusunan anggaran yang baik seyogianya menggunakan prinsip dari bawah
ke atas (bottom up) yang melibatkan berbagai level jabatan di setiap departemen
dalam suatu perusahaan. Hal ini akan lebih baik karena dapat mengharapkan berbagai
masukan dari kalangan bawahan untuk menentukan target kinerjanya yang hendak
ingin dicapai dalam suatu periode atau jangka waktu tertentu. Penyusunan anggaran
semacam ini merupakan pendekatan anggaran partisipatif atau self imposed budget
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran perusahaan, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasional baik secara individual maupun kinerja
manajerial didalamnya, karena dengan partisipasi tersebut akan meningkatkan
semangat kerja dan tanggungjawab moral dari semua komponen yang ada dalam
perusahaan untuk mensukseskan rencana kerja dimaksud. Oleh karena anggaran
tersebut merupakan suatu konsep secara komprehensif yang melibatkan semua
komponen yang ada dalam perusahaan, maka dalam penyusunannya memerlukan
komunikasi yang baik dikalangan semua pihak untuk merumuskannya dengan
kejujuran dan keterbukaan satu sama lainnya, sehingga mewujudkan adanya
kesamaan persepsi dan komitmen untuk mencapai tujuan perusahaan. Komunikasi
yang baik merupakan perekat yang menyatukan semua komponen yang ada dalam
perusahaan agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan perusahaan.
Anggaran yang disusun berdasarkan pendekatan partisipatif tersebut salah satu
alat bagi top manajemen untuk menilai kinerja seluruh bawahan terlebih khusus para
manajer diberbagai level di setiap departemen yang ada dalam perusahaan, dan
sekaligus juga sangat penting dalam meningkatkan motivasi kerja dari setiap elemen
perusahaan. Singkatnya, anggaran tersebut berfungsi sebagai alat pendorong yang
dapat membangkitkan motivasi para manajer dalam mencapai tujuan pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Hal yang sangat penting untuk dimiliki dan dipahami oleh manajemen puncak
berkenaan dengan situasi ini yaitu kemampuan untuk menganalisis dan menentukan
secara cermat tentang ketepatan anggaran yang telah disampaikan oleh para manajer
dari semua level dalam perusahaan; sebab apabila rencana dan target kerja tersebut
terlalu tinggi maka akan menimbulkan tekanan mental bagi para manajer dan seluruh
karyawan yang berada dibawahnya untuk mencapai anggaran dimaksud. Sudah tentu
hal ini akan berakibat buruk pada hasil kinerja manajer tersebut beserta seluruh
bawahannya. Juga, jika anggaran yang telah dibuat atau disampaikan oleh para
manajer terlalu rendah, maka keadaan ini tidak efektif bagi kemajuan perusahaan,
sebab anggaran tersebut tidak menantang dan terlalu mudah untuk dicapai. Keadaan
semacam ini dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan
dalam mencapai tujuannya karena masih banyaknya sumber daya perusahaan yang
belum berfungsi secara optimal. Untuk itulah manajemen puncak sudah seharusnya
memiliki kemampuan analisis yang memadai dalam mengevaluasi dan menetapkan
anggaran kerja para manajer disetiap departemen dalam perusahaan, agar sesuai
dengan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki oleh para manajer tersebut, serta
diselaraskan dengan kebutuhan perusahaan dan dinamisasi perkembangan dunia
usaha secara menyeluruh.
Selain hal-hal positif yang telah diuraikan diatas, perlu juga dicermati secara
seksama bahwa penggunaan anggaran partisipatif tersebut tidak begitu efektif
dalam satu departemen ataupun perusahaan memiliki hubungan dan komunikasi yang
tidak harmonis satu sama lainnya. Jikalau terdapat komunikasi yang kurang baik
antara pemimpin dengan bawahan dalam suatu perusahaan, seringkali anggaran
dijadikan sebagai alat oleh manajemen untuk menekan para manajer dan karyawan
yang berada di bawah mereka. Bila hal ini terjadi maka akan menimbulkan keadaan
yang tidak kondusif dalam perusahaan tersebut. Tekanan ini memunculkan stress
bahkan frustrasi dari setiap elemen yang ada di setiap departemen dalam perusahaan,
yang akhirnya berakibat buruk terhadap kinerja dari masing-masing manajer dan para
bawahan mereka. Masalah komunikasi yang kurang harmonis merupakan suatu hal
yang kontradiktif apabila penerapan anggaran partisipatif memiliki pengaruh yang
positif terhadap kinerja manajerial, oleh karena sebaik apapun ide seseorang baik itu
pimpinan maupun bawahan tidak ada manfaatnya apabila tidak dapat
dikomunikasikan dengan baik untuk diimplementasikan. Oleh sebab kesenjangan dan
pernyataan ini merupakan faktor-faktor pendorong yang sangat kuat dari penulis
untuk mengadakan penelitian ulang tentang penerapan anggaran partisipatif tersebut,
karena hasil-hasil penelitian tentang anggaran partisipatif ini terhadap kinerja
manajerial sebagian besar selalu berpengaruh positif.
Penelitian tentang anggaran hingga saat ini masih tetap merupakan hal yang
sangat menarik bagi para calon peneliti untuk terus melaksanakan penelitian lebih
lanjut ataupun melakukan replikasi dari hasil-hasil penelitian sebelumnya.
terjadinya perbedaan-perbedaaan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan juga
karena kebutuhan manajerial dalam menentukan kebijakan untuk penyusunan
rencana kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan target perusahaan.
Beberapa penelitian sebelumnya yang menguji tentang pengaruh anggaran
yang disusun secara partisipatif terhadap kinerja manajerial yang dilakukan oleh para
peneliti terdahulu, masih terdapatnya hasil-hasil penelitian yang bertentangan antara
yang satu dengan yang lainnya, misalnya seperti penelitian Sinambela (2003:46)
dengan pengujian hipotesis melalui analisa regresi menyatakan bahwa hubungan
antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial mempunyai
hubungan yang kuat, sedangkan hasil penelitian Yenti (2003:715) menemukan bahwa
partisipasi dalam penyusunan anggaran berhubungan positif dengan kinerja manajer
tidak dapat diterima. Penelitian yang dilakukan oleh Alfar (2006:35) menyatakan
bahwa partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supriyono dan Syakhroza
(2003:961) menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran mempunyai hubungan positif
dan signifikan dengan kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan oleh Deliana
(2004:55) menemukan hal yang sama bahwa partisipasi anggaran berpengaruh
terhadap kinerja manajerial secara signifikan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Sinambela (2003). Perbedaan penelitian ini terletak dari penggunaan variabel
moderating yang digunakan adalah komunikasi dalam penyusunan anggaran, yang
mana PT Bank Negara Indonesia, Tbk di kota Medan sebagai objek penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal yang akan menguji pengaruh
komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dalam proses penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajer pada perusahaan perbankan.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial pada PT Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan ?
2. Apakah ada pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial dengan komunikasi sebagai variabel moderating pada
PT Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan ?
1.3Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh partisipasi dalam
penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada PT. Bank Negara
2. Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh partisipasi dalam
penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komunikasi
sebagai variabel moderating pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di kota
Medan.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik ke
berbagai kalangan, antara lain :
1. Peneliti. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk mengembangkan
wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan anggaran, sekaligus
berguna dalam pemahaman penelitian.
2. Praktisi. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT Bank Negara Indonesia,
Tbk di Medan untuk menyempurnakan berbagai keputusan berkaitan dengan
anggaran perusahaan ke arah yang lebih baik, demi kemajuan badan usaha
dimaksud dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terdahulu.
3. Akademis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Anggaran
Anggaran merupakan alat manajemen yang sangat penting untuk
mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen didalam suatu organisasi,
mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasi aktivitas. Secara umum anggaran
dimaksud menggambarkan tentang rencana manajemen secara komprehensif untuk
masa yang akan datang dan bagaimana rencana tersebut dapat dicapai dengan baik
(Garrison dan Norren,2000:402). Anggaran dalam arti lain adalah suatu rencana kerja
yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun
(Mulyadi,2001:488). Budget adalah konsep yang membantu manajemen, ia larut
dalam fungsi manajemen, membantu dan mempermudah manajemen dalam mencapai
tujuannya. Ia memiliki sifat-sifat dan persyaratan yang harus dimiliki agar konsep ini
dapat berfungsi sebagai alat manajemen (tool of management) yang memudahkan
manajemen dalam mencapai tujuannya (Harahap,2001:15).
Selain berbagai macam hal diatas yang perlu diperhatikan dalam menyusun
suatu anggaran, perusahaan hendaknya memiliki keyakinan bahwa perusahaan
(relevant variables) yang akan mempengaruhi perusahaan dalam mencapai tujuan,
melaksanakan sistem manajemen ilmiah, memberikan motivasi kepada
anggota-anggotanya, mendorong adanya partisipasi dari seluruh komponen perusahaan, dan
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif (Adisaputro dan
Asri,2003:7).
Semua hal-hal penting yang telah diuraikan ini seyogianya tidak bertolak
belakang dengan fungsi anggaran. Fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001:502),
yaitu :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dengan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan yang lemah bagi perusahaan. 6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi
manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
Fungsi anggaran selain sebagai alat perencanaan, manajemen modern
menggunakan anggaran sebagai alat pemotivasi personel dalam melakukan
improvement berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk menghasilkan
produk dan jasa bagi customer (Mulyadi dan Setiawan, 2001:590). Motivasi tersebut
akan semakin meningkat, jika para manajer berperan secara aktif dalam menyusun
Sebagaimana diketahui bahwa anggaran tersebut merupakan suatu konsep
secara komprehensif yang melibatkan semua komponen yang ada dalam perusahaan,
semua jenjang kepangkatan baik dari atasan sampai kebawahan, maka
implementasinya memerlukan komunikasi yang baik di kalangan semua pihak, sebab
jika dalam suatu perusahaan komunikasi tidak baik, maka anggaran tersebut tidak
akan berjalan secara efektif (Harahap,2001:115).
2.1.2. Partisipasi Manajer dalam Proses Penyusunan Anggaran
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak
atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat dan penerima
keputusan tersebut. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan para
manajer operasional (operating managers) dalam memutuskan bersama dengan
komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan dimasa yang akan datang tentang yang
akan ditempuh oleh para manajer operasional tersebut dalam pencapaian sasaran
anggaran, sebab para manajer tersebut ditugasi untuk mengupayakan agar tugas-tugas
khusus dilaksanakan secara berhasil dan bertanggungjawab terhadap
tindakan-tindakan pihak bawahan mereka. Sukses atau kegagalan para bawahan merupakan
suatu refleksi langsung tentang keberhasilan atau kegagalan sang manajer yang
bersangkutan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diembannya
(Winardi,2004:5). Inilah salah satu faktor penting melibatkan para manajer dalam
tersebut dalam penyusunan anggaran akan mendorong moral kerja yang tinggi dan
inisiatif serta kegairahan para manajer itu sendiri. Moral kerja yang tinggi merupakan
kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya dan dengan rekan sekerjanya. Moral kerja
ditentukan oleh seberapa besar seseorang mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian
dari organisasi tersebut dan sejauhmana ia dilibatkan dalam proses penyusunan
rencana serta pengambilan keputusan bagi perusahaan. Partisipasi ini dapat dilakukan
dalam berbagai kegiatan, yang seluruhnya dapat disebutkan sebagai partisipasi dalam
memecahkan masalah. Kemampuan mewujudkan dan membina partisipasi dalam
memecahkan masalah itu, akan bermuara pada perkembangan rasa tanggung jawab
dalam melaksanakan setiap tugas secara operasional (Nawawi dan Martini,2004:171).
Pada umumnya semakin besar keterlibatan para manajer maupun bawahan
dalam merumuskan sesuatu hal yang dapat menghasilkan keputusan dalam
perusahaan, maka sangat tinggi rasa tanggung jawab mereka untuk menyukseskan
kesepakatan atau keputusan tersebut terlaksana dengan baik. Partisipasi ini juga
sangat mudah diterima oleh semua khalayak karena mengandung asas musyawarah
dan mufakat, sehingga terdapat kegairahan untuk terus bekerja dalam melaksanakan
hal-hal yang telah disepakati bersama dengan baik tanpa pemimpinnya ada atau tidak
disamping mereka (Effendy,1989:185). Para manajer dan karyawan yang dilibatkan
dalam sistem perencanaan berarti menghargai kebutuhan untuk sebuah lingkungan
kerja yang nyaman dan ramah, yang mendukung terlaksananya komunikasi yang
bahwa gagasan mereka akan dihargai dan diterapkan dalam perusahaannya
(Corrado,2004:68). Begitu pula halnya dalam proses penyusunan anggaran, apabila
para manajer dan bawahan dapat ikut berpartisipasi untuk merumuskannya, maka
kemungkinan besar hasil yang akan diperoleh dari realisasi anggaran dimaksud jauh
lebih baik oleh karena telah adanya tanggung jawab moril dari para manajer dan
bawahan yang terlibat didalamnya. Bagaimanapun anggaran hanya efektif jika
mendapat dukungan dari semua pihak baik atasan maupun bawahan. Konsep
anggaran ini melibatkan semua orang terlebih-lebih bawahan. Oleh sebab itu tanpa
dukungan dari bawahan maka anggaran ini tidak akan berjalan baik. Untuk
mengusahakan supaya anggaran ini mendapat dukungan dari bawahan maka bisa
ditempuh melalui cara penyusunan secara demokratis atau bottom up
(Harahap,2001:118). Kalau ditinjau dari siapa yang membuat anggaran tersebut,
maka penyusunan anggaran dimaksud dapat dilakukan dengan cara : otoriter (top
down), demokrasi (buttom up), dan campuran. Penggunaan cara demokrasi inilah
yang dimaksud dengan penyusunan anggaran partisipatif, karena disusun berdasarkan
hasil keputusan bawahan.
Selain berbagai alasan-alasan penting diatas tentang partisipasi para manajer
dan bawahan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting bagi perusahaan
khususnya dalam penyusunan anggaran, bagi top manajemen akan lebih mudah untuk
mensosialisasikan berbagai kebijakan yang telah diputuskan sampai ke level paling
komunikasi yang baik kepada bawahan mereka, dan juga dengan para manajer lain
dalam perusahaan. Hal yang tak kalah penting lagi bahwa para manajer tersebut dapat
melakukan atau menggunakan persuasi dan kompromis untuk mempromosikan
tujuan-tujuan organisasi (Winardi,2004:8). Inilah hal utama yang membedakan
anggaran partisipatif dengan non-partisipatif, yakni terletak pada keterlibatan para
manajer dan bawahan dari hampir semua level dalam menyusun dan merumuskan
anggaran perusahaan.
2.1.3. Komunikasi dalam Proses Penyusunan Anggaran
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bantuan dari orang lain
disekitarnya. Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial, maka komunikasi tidak
saja sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan antar individu, namun
komunikasi juga merupakan alat bagi manusia untuk bertahan hidup
(Soemanagara,2006:45). Untuk itulah manusia memerlukan dan melakukan
komunikasi dengan baik. Manusia sebagai makhluk berbudi pekerti luhur yang harus
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, akan selalu berinteraksi untuk
berbicara, menyampaikan keinginan, dan lain sebagainya melalui atau dengan cara
berkomunikasi. Semua kebutuhan dan keinginan dimaksud hanya dapat disampaikan
dan dipenuhi dengan jalan berkomunikasi dengan baik antara yang satu dengan yang
lainnya, terlebih dalam suatu sistem organisasi perkantoran atau perusahaan, dimana
kegiatan operasional dan demi kelangsungan hidup perusahaan, sebab bila manusia
tidak mampu berkomunikasi dengan baik mereka tidak akan bisa bekerjasama
(Effendy,1989:7). Komunikasi yang baik berarti bisnis yang baik. Komunikasi
merupakan perekat yang menyatukan manusia bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama (Corrado,2004:11). Peran penting komunikasi dalam memulihkan
keseimbangan antara kebutuhan perusahaan dan kebutuhan karyawan, serta
membantu untuk mengembalikan dan memelihara kepercayaan, menjadi jelas bagi
lebih banyak orang, karena komunikasi amat penting bagi peremajaan kembali
organisasi. Komunikasi yang baik meningkatkan keharmonisan kerja dalam
perkantoran. Sebaliknya apabila tidak ada komunikasi yang baik, maka koordinasi
akan terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses
pencapaian target dan tujuan perusahaan (Suranto,2005:57).
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti
bersama. Banyak sekali defenisi dari komunikasi menurut para ahli, misalnya
menurut Theodore Herbert (1981) dalam Suranto (2005:15) mendefenisikan
komunikasi sebagai proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai
beberapa tujuan khusus. Menurut Everett M.Rogers (1955) dalam Suranto (2005:15)
menyatakan bahwa komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan
yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah perilakunya.
masing-masing para ahli, dan disesuaikan konteks yang dihadapi dalam komunitas
yang dihadapi. Menurut penulis bahwa komunikasi tersebut merupakan
ungkapan-ungkapan penyampaian keinginan ataupun pesan-pesan dan informasi antara sesama
individu dan kelompok baik secara lisan maupun tulisan dengan maksud dan tujuan
tertentu untuk mendapatkan respons tentang keinginan ataupun pesan-pesan dan
informasi dimaksud.
Komunikasi yang baik dan lancar adalah komunikasi terbuka dimana informasi
mengalir secara bebas dari atas ke bawah atau sebaliknya. Dalam suatu organisasi,
informasi tersebut sebaiknya harus terbuka, ada umpan balik yang dapat diutarakan
dalam suasana saling percaya, orang saling tertarik, saling memperhatikan dan saling
menghormati. Hal-hal ini yang dapat membuat komunikasi dalam semua organisasi
menjadi lancar (Arep dan Tanjung,2004:81). Sama halnya dalam penyusunan
anggaran di suatu perusahaan, komunikasi yang baik dan lancar antara pimpinan
dengan bawahan atau sebaliknya, sangat dibutuhkan dalam menyamakan persepsi
untuk menyusun dan merumuskan serta melaksanakan dengan baik rencana kerja
yang ingin dicapai oleh perusahaan. Sebab, kendati begitu cemerlangnya hasil
berpikir seseorang baik pimpinan maupun bawahan tidak ada artinya jika tidak
dinyatakan dan dikomunikasikan dengan baik. Pemimpin tidak hanya memiliki
kemampuan membuat komitmen atau keputusan, tetapi harus diterjemahkan menjadi
gagasan, prakarsa, inisiatif, kreativitas, pendapat, saran, perintah, dan lainnya yang
keputusan akan kehilangan artinya tanpa kemampuan mengkomunikasikannya
(Namawi dan Martini,2004:167). Dengan komunikasi yang baik maka seluruh
komponen dalam perusahaan dapat secara sistematis bekerja dalam satu arah yang
sama yaitu untuk meningkatkan produktivitas perusahaan (Suranto,2005:57). Jika
terjadinya miscommunication dalam perusahaan, khususnya dalam penyusunan
anggaran ini, akan menimbulkan dampak negatif yang berakibat buruk bagi
kelangsungan hidup perusahaan.
Anggaran tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya komunikasi yang baik
antara pimpinan dan bawahan. Kemampuan berkomunikasi secara efektif bagi
seorang pimpinan erat kaitannya dengan kepemimpinan yang berwibawa. Kalau
seorang pimpinan ingin memiliki kepemimpinan yang berwibawa, maka ia perlu
mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif. Kemahiran berkomunikasi
bagi seorang manajer dapat memperkecil, bahkan menghilangkan konflik antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi (Effendy,1989:134,141). Untuk
itulah komunikasi yang baik dan lancar tersebut selalu ditumbuhkembangkan dalam
perusahaan, yang salah satunya dengan cara melibatkan (partisipasi) para manajer
dan karyawan dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu keputusan atau hal-hal
penting dalam perusahaan, terlebih khusus tentang penyusunan anggaran dimaksud.
Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dari anggaran dimaksud, maka
manajemen hendaknya menggerakkan para karyawan agar mempunyai otoaktivitas
ketidakadanya gairah para karyawan dalam melaksanakan tugas mereka, akan
merupakan masalah bagi manajemen. Untuk sampai kepada suasana bekerja seperti
itu, diperlukan kegiatan komunikasi, persuasi dan motivasi melalui partisipasi, yang
sangat erat hubungannya dengan kejiwaan para pekerja dalam mencapai tujuan yang
telah digariskan dan direncanakan sebelumnya. Kemampuan berkomunikasi yang
baik akan besar artinya bagi para manajer dalam mengemban tugasnya mengelola dan
mencapai tujuan perusahaan, khususnya dalam upaya melakukan perubahan sikap
(attitude change), perubahan pendapat (opinion change), perubahan tingkah laku
(behavior change) para karyawan, sehingga sesuai, serasi, selaras, senada dan
seirama dengan perilaku organisasi (organizational behavior) (Effendy,1989:29,149).
Dengan demikian tujuan dan sasaran organisasi atau perusahaan yang telah
dituangkan kedalam anggaran, akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
2.1.4. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah dicapai
oleh para personil yang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk
melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan
operasional perusahaan. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini yakni
kinerja individu dari manajer dalam kegiatan manajerial yang mencakup
perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, staffing, negosiasi, dan
rating yang dikembangkan oleh mahoney (1963) dalam alfar (2006), dimana setiap
responden diminta untuk mengukur kinerja sendiri ke dalam delapan dimensi, yaitu
perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf,
negosiasi, dan perwakilan, serta satu dimensi pengukuran kinerja seorang manajer
secara keseluruhan.
Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk
selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan
yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara
pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga
terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Investigasi merupakan
kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian
informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah
dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan
bagian-bagian lain dalam organisasi melalui tukar-menukar informasi yang dikaitkan dengan
penyesuaian program-program kerja. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh
manajer terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan
catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan
yang diperlukan. Pengawasan merupakan penilaian untuk mendapatkan keyakinan
bahwa perencanaan, pengkoordinasian, penyusunan personalia dan pengarahan telah
Pemilihan staf (staffing) yang sering disebut sebagai penyusunan personalia
merupakan fungsi manajemen yang berkenaan dengan perengkrutan, penarikan,
penempatan, pemberian latihan kepada pegawai, mempromosikan pegawai, dan
melakukan mutasi terhadap pegawai, yang sudah tentu memperhatikan ketrampilan
pegawai dan kebutuhan perusahaan. Proses penyusunan personalia dapat dipandang
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan terus-menerus untuk menjaga
pemenuhan kebutuhan personalia perusahaan agar setiap bagian ditempatkan oleh
personil yang tepat dan pada saat yang tepat. Negosiasi dalam hal ini berkaitan
dengan pengambilan keputusan, baik dalam satu bagian maupun secara keseluruhan
dalam perusahaan dengan menyelaraskan antara kebutuhan perusahaan dengan
kebutuhan karyawan terlebih khusus dalam proses penyusunan dan pencapaian target
anggaran. Sedangkan perwakilan dalam hal ini dimaksudkan dengan kegiatan
manajer dalam hal menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain,
perkumpulan bisnis, acara kemasyarakatan, dan pendekatan-pendekatan ke
masyarakat untuk mempromosikan tujuan umum perusahaan.
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai hasil
yang diinginkan. Penilaian kinerja juga memberikan pendalaman yang penting pada
manajemen mengenai segala segi efisiensi operasional, dan mengungkapkan masalah
perilaku yang penting karena inefisiensi maupun efisiensi perorangan (Welsch, dkk,
dan sekaligus mendorong untuk menegakkan prilaku yang semestinya melalui umpan
balik hasil kinerja pada waktunya.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya seperti Sinambela (2003), yang melakukan penelitian tentang pengaruh
partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada perguruan
tinggi swasta di kota Medan. Adapun perbedaan penelitian ini terletak pada
penggunaan variabel moderating yang digunakan yakni komunikasi, tahun penelitian,
dan objek penelitian.
Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai pedoman untuk
melakukan penelitian ini mengenai pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran
terhadap kinerja manajerial dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun Nama
Peneliti
Judul Penelitian Varibel yang digunakan Hasil Penelitian
2003 Elizar Sinambela
Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan)
Variabel Independen : (X) Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Variabel Dependen : (Y) Kinerja Manajeial Terhadap Tujuan, Dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial Dalam Penyusunan Anggaran.
Variabel Independen : (X) Partisipasi Anggaran
Tabel 2.1 Lanjutan 2006 Raflia Alfar Pengaruh Partisipasi Manajer Dalam
Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Budgetary Slack Sebagai Variabel Moderating Pada Kantor Direksi PTPN Wilayah SUMUT
Variabel Independen : (X1) Partisipasi, (X2) Budgetary Slack.
Variabel Dependen : (Y) Kinerja Manajeial
Peran Asimetri Informasi Dan Peresponan Keinginan Sosial Sebagai Variabel Moderating Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran Dan Kinerja Manajer Di Indonesia.
Variabel Independen : (X) Partisipasi Penganggaran Variabel Dependen : (Y) Kinerja Manajer Variabel
2004 Deliana Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dan Kepuasan Kerja Dengan Gaya Kepemimpinan Dan Persepsi Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderator
Variabel Independen : (X) Partisipasi Anggaran
Variabel Dependen : (Y) Kepuasan Kerja dan Kinerja
Manajerial Variabel
tujuan perusahaan secara komprehensif, maka dalam penyusunan dan pelaksanaannya
memerlukan partisipasi dan komunikasi yang baik dari semua komponen yang ada
dalam perusahaan mulai dari atasan maupun sampai kebawahan. Partisipasi dimaksud
sangat diharapkan dari para manajer pertanggungjawaban yang ada dalam
perusahaan, sebab semakin besar keterlibatan mereka dalam merumuskan sesuatu hal
yang dapat menghasilkan keputusan dalam perusahaan, maka sangat tinggi rasa
tanggung jawab mereka untuk menyukseskan keputusan tersebut terlaksana dengan
baik. Hal yang tak kalah penting juga diperhatikan dalam proses pengambilan dan
terdapatnya jalinan komunikasi yang baik di kalangan semua pihak, sebab jika dalam
suatu perusahaan komunikasi tidak baik, maka anggaran tersebut tidak akan berjalan
secara efektif. Komunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan
operasional dan demi kelangsungan hidup perusahaan, sebab bila setiap personil yang
ada dalam perusahaan tidak mampu berkomunikasi dengan baik antara yang satu
dengan yang lainnya, maka mereka tidak akan bisa bekerjasama. Komunikasi yang
baik berarti bisnis yang baik. Komunikasi yang baik merupakan perekat yang
menyatukan semua komponen yang ada dalam perusahaan agar dapat bekerjasama
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dari uraian diatas maka dapat dibuat kerangka konseptual penelitian, yaitu :
Komunikasi
Kinerja Manajerial
Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tinjauan teori, dan
kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
H1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H2. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dikuantitatifkan dimana
menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Tujuan penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian yang berkaitan dengan
current status dari subyek (responden) yang diteliti. Hasil pengujian data digunakan
sebagai dasar untuk menarik kesimpulan penelitian, mendukung atau menolak
hipotesis yang dikembangkan dari telaah teoritis. Penelitian ini akan
mengidentifikasikan bagaimana variabel independen dan moderating mempengaruhi
variabel dependen.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu PT. Bank Negara Indonesia,Tbk di Medan
yang terletak pada cabang utama, cabang USU dan Sutomo Medan. Sampel yang
ditargetkan adalah para manajer dan penyelia yang terlibat dalam penyusunan
anggaran pada PT. Bank Negara Indonesia,Tbk di Medan sebanyak 46 orang.
Penelitian ini menggunakan metode sensus oleh karena pertimbangan sedikitnya
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
Variabel bebas (independent variable) yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran dan moderating variable adalah
komunikasi, sedangkan variabel terikat (dependent variable) yang merupakan
perhatian utama yakni kinerja manajerial. Variabel partisipasi dalam penyusunan
anggaran diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Milani (1975) dalam Alfar
(2006). Instrumen tersebut berisi enam butir pertanyaan yang mengukur tingkat
partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran, yaitu keikutsertaan manajer dalam
menyusun anggaran, revisi anggaran, pendapat ataupun usulan manajer dalam
menyusun anggaran, pengaruh manajer yang tercermin dalam anggaran akhir
perusahaan, kontribusi manajer terhadap anggaran, dan frekuensi permintaan
pendapat manajer oleh atasan dalam penyusunan anggaran. Responden diminta untuk
memilih skala nilai satu sampai dengan tujuh pada setiap butir pertanyaan. Skala
pengukuran adalah skala interval dari angka satu sampai tujuh. Berdasarkan jawaban
responden dapat diukur apakah para manajer ikut berpartisipasi dan memberikan
kontribusi mereka dalam penyusunan anggaran perusahaan. Skor terendah adalah
nilai satu yang menunjukkan ketidakikutsertaan manajer untuk berpartisipasi dalam
penyusunan anggaran, dan skor tertinggi adalah nilai tujuh yang menunjukkan
keikutsertaan atau partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran. Untuk variabel
tersebut berisi dua belas butir pertanyaan yang mengukur kebijakan komunikasi
dalam perusahaan, tingkat kejujuran dan keterbukaan informasi, struktur organisasi
yang menunjukkan saluran komunikasi, informasi tentang rencana dan kemajuan
perusahaan, alasan mengapa semua urusan diberikan secara langsung kepada
supervisior yang kemudian diteruskan kepada karyawan, pertemuan dengan bawahan
untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, pertemuan manajemen dengan para manajer
dan supervisior untuk mendiskusikan hal-hal penting dalam perusahaan, apakah
kebutuhan dan minat yang paling mendasar dari karyawan diperhatikan dalam
menetapkan informasi yang akan disampaikan kepada perusahaan, pemberian
informasi tentang gaji, pelatihan, dan kesempatan untuk meningkatkan karir,
pengkomunikasian rencana kerja kepada para supervisi untuk disampaikan kepada
karyawan, sosialisasi dan kunjungan secara tidak resmi para pejabat tinggi
perusahaan untuk berbicara dengan karyawan ditempat kerja, dan penjelasan tentang
masalah-masalah ekonomi yang mempengaruhi kondisi perusahan. Responden
diminta untuk memilih skala nilai satu sampai tujuh pada setiap butir pertanyaan
seperti petunjuk pada variabel partisipasi, sedangkan variabel kinerja manajerial
diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Mahoney (1963) dalam Alfar (2006).
Instrumen tersebut berisi sembilan butir pertanyaan yang mengukur perencanaan,
investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi,
representasi dan penilaian kinerja secara keseluruhan. Responden diminta untuk
pengukuran adalah skala interval dari angka satu sampai dengan sembilan, Angka
satu sampai tiga, menunjukkan kinerja dibawah rata-rata, angka empat sampai dengan
enam, kinerja rata-rata dan angka tujuh sampai dengan sembilan adalah kinerja diatas
rata-rata.
3.3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Jenis Variabel Nama Variabel Defenisi Instrumen Skala Pengukuran Independen Partisipasi dalam
penyusunan Anggaran
Keikutsertaan para manajer dan penyelia yang berkompeten dalam merumuskan rencana kerja dan target perusahaan dalam periode tertentu.
Kuesioner Interval
Dependen Kinerja Manajerial Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja individual dalam perusahaan melalui perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi dan representasi.
Kuesioner Interval
Moderating Komunikasi Suatu bentuk informasi yang jujur dan terbuka baik dari pihak atasan maupun bawahan tentang rencana-rencana dan kemajuan perusahaan, pembahasan masalah-masalah yang timbul dalam perusahaan, pertemuan antara atasan dan bawahan untuk bertukar pikir dan mendiskusikan hal-hal penting dalam organisasi, penjelasan tentang kompensasi yang diberikan kepada karyawan sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka serta penjelasan tentang masalah ekonomi yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
Kuesioner Interval
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan dengan PT. Bank Negara
Indonesia,Tbk di Medan sebagai objek penelitian. Waktu penelitian dimulai dari
3.5 Prosedur Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode
pengumpulan data adalah menggunakan metode survei dengan menggunakan
pertanyaan tertulis melalui pengisian kuisioner oleh unit sampel. Unit sampel adalah
unit individual yang terdiri dari para personil yang terlibat dalam penyusunan
anggaran pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan. Kuisioner penelitian
diedarkan langsung oleh peneliti melalui personalia di Cabang-Cabang yang diteliti.
Metode pemilihan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu
didasarkan pada metode sensus (complete enumeration), karena elemen populasi
relatif sedikit. Peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data
penelitian.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
3.6.1 Metode Analisis Data
Data akan dianalisis dengan menggunakan metode Dependen, yang mana
metode ini merupakan metode statistik deskriptif dan inferensial yang digunakan
untuk menganalisis data lebih dari dua variabel penelitian. Tujuan penelitian
disamping mendeskripsikan distribusi data, juga menguji dependensi dan
interdependensi antar variabel yang diteliti (Indriantoro dan Supomo,1999:200).
Analisis dependensi (analysis of dependence) merupakan metode statistik dalam
lebih variabel dependen berdasarkan beberapa variabel independen. Analisis
interdependensi (analysis of interdependence) merupakan metode statistik dalam
analisis multivariate yang digunakan untuk mengetahui struktur dari sekelompok
variabel atau objek.
3.6.2 Teknik Analisis Data
Data penelitian akan dianalisis melalui penggunaan alat bantu statistik, dengan
cara uji kualitas data dan uji asumsi klasik.
1. Uji kualitas data
Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas
data, yaitu :
a. Uji reliabilitas, yaitu untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten jika diulangi beberapa kali (Supramono
dan Utami,2004:72). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60
(Nunnally,1969) dalam Ghozali (2002:133).
b. Uji validitas, dilakukan untuk menjawab pertanyaan apakah instrumen
penelitian yang telah disusun benar-benar akurat sehingga mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur (variabel kunci yang diteliti).
yang digunakan sudah memadai untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur dengan cara meminta pendapat atau penilaian ahli yang
berkompeten dengan masalah yang sedang diteliti (Supramono dan
Utami,2004:72). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Jika r hitung (untuk r tiap butir dapat dilihat
pada kolom Corrected Item-Total Correlation) lebih besar dari r tabel
dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid
(Ghozali, 2002:135).
2. Uji asumsi klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yang menggunakan analisis regresi,
maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi :
a. Uji multikolinieritas, diperlukan untuk mengetahui apakah ada
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan
variabel independen lain dalam satu model (Nugroho,2005:58). Selain
itu deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk
menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan
mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinieritas pada
tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka
model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. VIF =
1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
b. Uji heteroskesdastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan
ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu
periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau
homokesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya
heteroskesdastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar
scatterplot model tersebut (Nugroho,2005:62).
c. Uji normalitas, yaitu bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal (Nugroho,2005:18). Untuk menguji apakah distribusi data
normal atau tidak dapat dilihat melalui normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
3.6.3 Model Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi
berganda (multiple regression analysis). Regresi bertujuan untuk menguji hubungan
pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Regresi yang memiliki satu
variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi berganda.
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi ( ) 0,05 atau 5%. Untuk menguji
apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian
terhadap variabel-variabel penelitian dengan cara menguji secara simultan melalui uji
signifikansi simultan (uji statisitk F), yang bermaksud untuk dapat menjelaskan
pengaruh variabel independen dan variabel moderating terhadap variabel dependen.
Sedangkan untuk menguji masing-masing variabel secara parsial, dilakukan dengan
uji signifikansi parameter individual (uji t statistik) yang bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel independen maupun variabel moderating berpengaruh atau tidak
terhadap variabel dependen, serta variabel mana yang dominan mempengaruhi
variabel dependen.
Untuk menguji regresi dengan variabel moderating digunakan uji interaksi.
Menurut Ghozali 2002:94, Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated
Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau
Y = a + bõXõ + b2X2 + b3Xõ.X2 + e
Dimana : Y = Kinerja Manajerial
a = Konstanta
Xõ = Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
X2 = Komunikasi Dalam Penyusunan Anggaran
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Variabel Kisaran Teoritis
Kisaran Sesungguhnya
Rata-rata
Partisipasi 6 – 42 6 – 42 17.8056 Komunikasi 12 - 84 48 - 84 73.7222 Kinerja Manajerial 9 - 81 31 - 80 59.2778
Untuk memperoleh pemahaman tentang variabel-variabel penelitian, maka
peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif sebagaimana disajikan pada tabel 4.1
diatas. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jawaban dari 36 responden terhadap
setiap variabel penelitian. Partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki jawaban
terendah 6 dan jawaban tertinggi 42. Skor jawaban responden berkisar antara 6 s/d 42
sama dengan kisaran teoritis antara 6 s/d 42. Hal ini menunjukkan bahwa ada
responden dalam penelitian ini yang memiliki partisipasi pada tingkat ekstrim (terlalu
rendah atau terlalu tinggi). Semakin tinggi skor jawaban dari responden maka
semakin tinggi partisipasi manajer. Hasil pengukuran variabel komunikasi dari tabel
di atas menunjukkan bahwa jawaban terendah 48 dan jawaban tertinggi 84. Skor
jawaban responden berkisaran antara 48 s/d 84 tidak sama dengan kisaran teoritis 12
s/d 84. Keadaan ini menunjukkan bahwa tidak ada responden dalam penelitian ini
tingkat komunikasi yang sangat tinggi. Begitu pula hanya dengan variabel
komunikasi, Semakin tinggi skor jawaban dari responden maka semakin tinggi
tingkat komunikasi para manajer Untuk selanjutnya variabel penelitian mengenai
kinerja manajerial memiliki jawaban terendah 31 dan jawaban tertinggi 80. Kisaran
teoritis antara 9 s/d 81 tidak sama dengan kisaran jawaban responden sesungguhnya
yang berkisar antara 31 s/d 80. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada responden
dalam penelitian ini yang memiliki kinerja pada tingkat ekstrim.
4.1.1 Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan uji reliabilitas,
yakni :
1. Uji reliabilitas
Adapun hasil uji reliabilitas dari penelitian ini dengan menggunakan alat bantu
statistik yang terlihat pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha dari
ketiga variabel penelitan lebih besar dari 0,60. jadi, dapat disimpulkan bahwa
konstruk atau variabel yang digunakan reliabel.
Tabel 4.2 Uji Reliability
Nama Variabel Cronbach’s Alpha
Partisipasi 0.931
Komunikasi 0.860
Adapun hasil uji reliabilitas dari penelitian ini dengan menggunakan alat bantu
statistik yang terlihat pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha dari
ketiga variabel penelitan lebih besar dari 0,60. jadi, dapat disimpulkan bahwa
konstruk atau variabel yang digunakan reliabel.
2. Uji Validitas
Hasil uji validitas dalam penelitian ini melalui alat bantu statistik dengan
jumlah responden sebanyak 36 orang, maka nilai r tabel dapat diperoleh dari df
(degree of freedom) = n – k, n adalah jumlah sampel dan k jumlah konstruk. Pada
penelitian ini df dapat dihitung 36 – 3 = 33 yang r tabelnya 0,334 dengan alpha 0,05.
Dari tabel 4.2 dibawah ini dapat diperoleh hasil analisisnya bahwa semua butir
pertanyaan dalam variabel partisipasi memiliki r hitung lebih besar dari 0,334, maka
dapat disimpulkan bahwa keenam butir pertanyaan tersebut valid. Untuk butir
pertanyaan dalam variabel komunikasi, butir pertanyaan 1 s/d 6 dan butir 8 s/d 11
memiliki r hitung lebih besar dari 0,334, maka kesepuluh butir tersebut dapat
disimpulkan valid, sedangkan butir pertanyaan 7 dan 12 memiliki r hitung lebih kecil
dari 0,334 sehingga dapat dikatakan tidak valid. Untuk kedua butir tersebut tidak
diikutsertakan dalam regresi uji hipotesis. Untuk butir pertanyaan dalam variabel
kinerja manajerial, semuanya memiliki r hitung lebih besar dari 0,334, maka dapat
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas
Variabel Butir Nilai CITC Status
Partisipasi 1 0.794 Valid
Komunikasi 1 0.589 Valid
( X2 ) 2 0.708 Valid
Kinerja Manajerial 1 0.844 Valid
( Y ) 2 0.875 Valid
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Selanjutnya akan diuji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinieritas,
heteroskesdastisitas, dan normalitas. Masing-masing pengujian tersebut akan dibahas
berikut ini :
1. Uji multikolinieritas
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF
Partisipasi 0.989 1.011
Komunikasi 0.989 1.011
Hasil uji multikolinieritas dari variabel independen yaitu partisipasi dalam
penyusunan anggaran dan komunikasi, nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari
kedua variabel independen tersebut masing-masing memiliki nilai tidak lebih dari 10,
begitu juga apabila ditinjau dari nilai Tolerance dari kedua variabel tersebut memiliki
nilai tidak kurang dari 0,1. Jadi dapat dikatakan bahwa kedua variabel dimaksud
terbebas dari multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Uji heteroskesdastisitas
Gambar 4.1 Scatterplot uji heteroskesdastisitas
Dari output pada gambar Scatterplot diatas menunjukkan bahwa penyebaran
titik-titik terjadi secara acak dan tidak memiliki pola tertentu, yang berarti menyebar
diatas dan di bawah atau disekitar angka 0. Maka keadaan ini dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik heteroskesdastisitas
3. Uji normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Gambar 4.2 Normal P-P plot uji normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Jika
distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya
akan mengikuti garis diagonalnya. Dilihat dari gambar 4.2 diatas, terlihat bahwa
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena
memenuhi asumsi normalitas.
4.1.3 Uji Hipotesis
Kriteria pengujian hipotesis ststistik yang digunakan dalam penelitian ini,
a. Ho1, Tidak ada pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial pada PT Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan.
b. Ha1, Terdapat pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial pada PT Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan.
c. Ho2, Tidak ada pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial dengan komunikasi sebagai variabel moderating pada PT
Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan.
d. Ha2, Terdapat pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial dengan komunikasi sebagai variabel moderating pada PT
Bank Negara Indonesia, Tbk di Medan.
1. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas dengan tingkat signifikansi
sebesar 5 %, dengan ketentuan :
a. Ha diterima, jika probabilitas (p-vaue) < level of signifikan (0,05).
b. Ha ditolak, jika probabilitas (p-value) >level of signifikan (0,05).
2. Pengambilan keputusan berdasarkan F tabel dan t tabel :
a. Ha diterima, jika F hitung > F tabel.
b. Ha diterima, jika t hitung > t tabel.
c. Ha ditolak, jika F hitung < F tabel.
4.1.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis Alternatif 1
(Constant) 44.914 3.424 13.116 .000
1
Partisipasi .807 .172 .627 4.692 .000
a Dependent Variable: Kinerja Manajerial
Hasil uji regresi yang dilakukan dengan alat bantu statistik sebagaimana terlihat
pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa variabel partisipasi memiliki nilai p-value 0,000
< 0,05 dan t hitung 13,116 > t tabel 2,030, yang berarti bahwa signifikan. Signifikan
disini berarti bahwa Ha1 diterima. Ha1 diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Dengan demikian Ha1 yang menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Bank Negara Indonesia,
Tbk di Medan, dapat diterima. Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yenti (2003) yakni partisipasi dalam penyusunan anggaran
berhubungan baik dengan kinerja manajer tidak dapat diterima, dan mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sinambela (2003), Syakhroza dan Supriyono (2003),
Deliana (2004), dan Alfar (2006), yang menunjukkan hubungan positif antara
partisipasi manajer dalam penganggaran terhadap kinerja manajerial.
Model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial secara
parsial partisipasi dalam penyusunan anggaran mempengaruhi kinerja manajerial,
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Alternatif 1
Y = a + b1X1+ e KM = a + b1.P + e KM = 44,914 + 0,807P + e Std error (3,424) (0,172) Signifikansi (0,000) (0,000)
R² = 0,393 F = 22,018 Sig = 0,000
Dari analisis persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa variabel
independen secara parsial berpengaruh posisitif terhadap kinerja manajerial. Variabel
partisipasi menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,807 dengan tingkat signifikansi
0,000 < 0,05. Signifikan disini berarti bahwa Ha1 diterima. Ha1 diterima, maka hal ini
menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap
kinerja manajerial. Dengan demikian Ha1 yang menyatakan bahwa partisipasi dalam
penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. Bank Negara
Indonesia, Tbk di Medan, dapat diterima. Besarnya nilai R² 0,393 atau sama dengan 39,3%, menerangkan bahwa 39,3% variasi kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen partisipasi. Sedangkan sisanya 60,7% (100% - 39,3%)
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
4.1.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Alternatif 2
Hasil Uji Anova atau F test menghasilkan F hitung sebesar 8,263 > dari F tabel
kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), artinya signifikan. Signifikan disini berarti bahwa
partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan komunikasi sebagai variabel
moderating secara simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Dengan
demikian Ha2 yang menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial dengan komunikasi sebagai variabel
moderating tidak dapat diterima.
(Constant) 103.347 37.479 2.758 .010
Partisipasi -1.995 1.962 -1.550 -1.017 .317
Komunikasi -.909 .580 -.594 -1.567 .127
1
Part*Kom .043 .030 2.214 1.430 .162
a Dependent Variable: Kinerja Manajerial
Model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial dimana
secara simultan partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan komunikasi sebagai
moderating variabel mempengaruhi kinerja manajerial, sebagai berikut :
Dari ketiga variabel independen yang diikutsertakan dalam persamaan regresi
tidak satupun variabel yang berpengaruh secara signifikan. Variabel partisipasi
menunjukkan nilai koefisien sebesar -1,995 dengan tingkat signifikansi 0,317 > 0,05,
komunikasi menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,909 dengan tingkat signifikansi
0,127 > 0,05, dan interaksi antara partisipasi dan komunikasi (PK) menunjukkan
nilai koefisien sebesar 0,043 dengan tingkat signifikansi 0,162 > 0,05. Walaupun dari
ketiga variabel tersebut tidak satupun yang berpengaruh secara signifikan, namum
interaksi antara partisipasi dan komunikasi memiliki pengaruh positif untuk = 17%
terhadap variabel dependen. Besarnya nilai Adjusted R² 0,384 atau sama dengan 38,4%, menerangkan bahwa 38,4% variasi kinerja manajerial dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen partisipasi, komunikasi, dan PK. Sedangkan sisanya
61,6% (100% - 38,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan
anggaran secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial, atau dengan kata
lain bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini mendukung beberapa hasil penelitian
terdahulu, seperti Sinambela (2003:46) menyatakan bahwa hubungan antara
partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial mempunyai