• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Rinitis Alergi Dan Otitis Media Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Rinitis Alergi Dan Otitis Media Pada Anak"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

HUBUNGAN ANTARA RINITIS ALERGI DAN OTITIS MEDIA PADA ANAK

NOVA YULIA RITA 097103031 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Penelitian : Hubungan antara rinitis alergi dan otitis media pada anak

Nama Mahasiswa : Nova Yulia Rita Nomor Induk Mahasiswa :097103031 /IKA

Program Magister :Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Rita Evalina, SpA(K)

Anggota Dr. Hakimi,SpA(K)

Ketua Program Magister Dekan

NIP. 19540220 198011 1 001 Prof.dr.Chairuddin P Lubis, DTM&H,Sp.A(K)Prof.dr.Gontar A Siregar,Sp.PD-KGEH

(3)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA RINITIS ALERGI DAN OTITIS MEDIA PADA ANAK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Maret 2014

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 11 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa mendatang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Pembimbing utama dr. Rita Evalina, SpA(K) dandr. Hakimi, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

(6)

3. Dr. H. Emil Azlin, SpA(K), dr. Farhat, M.Ked (ORL-HNS), SpTHT-KL(K), dr. Nelly Rosdiana, SpA(K), dr. Mahrani Lubis M.Ked(Ped) SpA yang membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr Togu S sebagai kepala RSUD Kota Sabang yang telah memberikan izin peneliti dalam melakukan penelitian.

5. Dr. Arif, SpTHT sebagai kepala Rumah Sakit Angkatan Laut J. Liliapoly, Sabang yang telah memberikan izin dan membimbing peneliti dalam mempelajari pemeriksaan rinoskopi anterior.

6. Dr. Taufik, SKM yang telah membantu dalam analisis statistik penelitian ini.

7. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalampelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

8. Teman-teman yang telah membantu saya dalam keseluruhan proses penelitian maupun penyelesaian tesis ini,dr. Elvina Yulianti, Mked(Ped) SpA, dr. Cut Mutia A SpA, dr.Faradilah, dr.Syarifah Mahlisa, dr.Bia Safitri, dr.Ade Astrida, dr.Soewira,para dokter internship kota Sabang, dan semua teman PPDS. Terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

(7)

pengorbanan serta dukungan kepada saya. Serta ucapan terima kasih kepada keempat adik saya, Nella Rizka Zahara, MPsi, M. Rizal Abdul Munaf Sked, Andina Fitriani dan M. Iqbal Arizal Munaf, atas dukungannya.

Akhirnya penulis mengharapkan penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi semua.

Medan, Maret 2014

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ii

Lembar Pernyataan iii Ucapan Terima Kasih v Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi Daftar Singkatan dan Lambang xii

(9)

3.10. Masalah Etika 24

BAB 4. Hasil 25

Bab 5. Pembahasan 30

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan 35

6.2. Saran 35

RINGKASAN 36

DAFTAR PUSTAKA 40 Lampiran:

1. Personil Penelitian 2. Biaya Penelitian

3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian 4. Data Umum

5. Data Khusus

6. Lembar Penjelasan kepada Orangtua

7. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 8. Lembar Persetujuan komite etik

(10)

DAFTAR TABEL

2.1. Klasifikasi rinitis alergi 9

(11)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Konseptual 17

3.1. Alur penelitian 22

(12)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ARIA Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma

AAAAI American Academy of Allergy, Asthma & Immunology ACAAI American College of Allergy, Asthma and Immunology

cm sentimeter

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

RS-AL Rumah Sakit Angkatan Laut PAUD Pendidikan Anak Usia Dini IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia IK 95% interval kepercayaan 95%

IL interleukin

ISAAC International Study on Asthma and Allergies in Childhood

OR odds ratio

P tingkat kemaknaan

SPSS Statistical Package for Social Science

SD Standard Deviation

Zα deviat nilai baku normal untuk α Zβ deviat nilai baku normal untuk β

+ positif

- negatif

< lebih sedikit

(13)

ABSTRAK

Latar Belakang :rinitis alergi merupakan salah satu penyakit kronis anak dengan insidensi yang terus bertambah selama beberapa dekade terakhir di negara-negara maju dengan sebab yang masih belum sepenuhnya dipahami. Rinitis alergi dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit penyerta salah satunya yaitu otitis media.Pada rinitis alergi terjadi inflamasi, yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada tuba eustasius. Blockade pada tuba eustasius ini menyebabkan terjadinya otitis media.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan rinitis alergi dan kejadian otitis media pada anak. Metode :Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada anak usia 5 bulan sampai 5 tahun di kota Sabang dari bulan Maret sampai April 2013. Anak-anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi menjadi dua kelompok,kelompok dengan rinitis alergi dan tidak. Rinitis alergi dan otitis media didiagnosis berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan otoskopi.Data dianalisis dengan menggunakan uji X2 dikatakan signifikan bila P < 0.05 .

Hasil:jumlah total 35 anak yang mengikuti penelitian ( kelompok I n=15, kelompok II n=20). Risiko otitis media secara signifikan lebih tinggi pada anak yang menderita rinitis alergi (OR 1.92; 95% CI 1.141 to 3.251; P= 0.03)

Kesimpulan :terdapat hubungan yang bermakna antara rinitis alergi dan otitis media pada anak.

(14)

ABSTRACT

Background.Allergic rhinitis is one of the most common chronic diseases in childhood and the incidence increase over the past several decades for unclear reasons. Allergic rhinitis can be associated with multiple comorbidities including otitis media. Inflammation in allergic rhinitis occurs in blockade of eustachian tube causing otitis media.

Objective.To determine association between allergic rhinitis and otitis media in children.

Methods.A cross-sectional study was conducted in children among 5 months to 5 years old children at Sabang hospital from March to April 2013. Children fulfilled the inclusion and exclusion criteria divided into two groups, with and without allergic rhinitis. Allergic rhinitis and otitis media was diagnosed based on history, physical examination, anterior rhinoscopy and otoscopy. Data was analyzed by using X2 test showed significant relation if P < 0.05.

Result. A total of 35 subjects were enrolled (group I n=15, group II n=20). The risk of otitis media was significantly higher in children with allergic rhinitis (OR 1.92; 95% CI 1.141 to 3.251; P= 0.03).

Conclusion :There is an association between allergic rhinitis and otitis media in children.

(15)

ABSTRAK

Latar Belakang :rinitis alergi merupakan salah satu penyakit kronis anak dengan insidensi yang terus bertambah selama beberapa dekade terakhir di negara-negara maju dengan sebab yang masih belum sepenuhnya dipahami. Rinitis alergi dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit penyerta salah satunya yaitu otitis media.Pada rinitis alergi terjadi inflamasi, yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada tuba eustasius. Blockade pada tuba eustasius ini menyebabkan terjadinya otitis media.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan rinitis alergi dan kejadian otitis media pada anak. Metode :Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada anak usia 5 bulan sampai 5 tahun di kota Sabang dari bulan Maret sampai April 2013. Anak-anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi menjadi dua kelompok,kelompok dengan rinitis alergi dan tidak. Rinitis alergi dan otitis media didiagnosis berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan otoskopi.Data dianalisis dengan menggunakan uji X2 dikatakan signifikan bila P < 0.05 .

Hasil:jumlah total 35 anak yang mengikuti penelitian ( kelompok I n=15, kelompok II n=20). Risiko otitis media secara signifikan lebih tinggi pada anak yang menderita rinitis alergi (OR 1.92; 95% CI 1.141 to 3.251; P= 0.03)

Kesimpulan :terdapat hubungan yang bermakna antara rinitis alergi dan otitis media pada anak.

(16)

ABSTRACT

Background.Allergic rhinitis is one of the most common chronic diseases in childhood and the incidence increase over the past several decades for unclear reasons. Allergic rhinitis can be associated with multiple comorbidities including otitis media. Inflammation in allergic rhinitis occurs in blockade of eustachian tube causing otitis media.

Objective.To determine association between allergic rhinitis and otitis media in children.

Methods.A cross-sectional study was conducted in children among 5 months to 5 years old children at Sabang hospital from March to April 2013. Children fulfilled the inclusion and exclusion criteria divided into two groups, with and without allergic rhinitis. Allergic rhinitis and otitis media was diagnosed based on history, physical examination, anterior rhinoscopy and otoscopy. Data was analyzed by using X2 test showed significant relation if P < 0.05.

Result. A total of 35 subjects were enrolled (group I n=15, group II n=20). The risk of otitis media was significantly higher in children with allergic rhinitis (OR 1.92; 95% CI 1.141 to 3.251; P= 0.03).

Conclusion :There is an association between allergic rhinitis and otitis media in children.

(17)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit atopi anak mencakup dermatitis atopi, asma dan rinitis alergi,1 ketiganya termasuk dalam penyakit kronis anak dengan insidensi yang terus bertambah selama beberapa dekade terakhir di negara-negara maju dan telah menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia dengan sebab yang masih belum sepenuhnya dipahami.1-3

Prevalensi kejadian penyakit atopi lebih sering ditemukan pada negara maju bila dibandingkan di negara berkembang.4 Secara umum, terdapat hubungan antara prevalensi asma dan rinitis. Pada negara dengan prevalensi kejadian asma yang rendah yaitu kurang dari 5% seperti di Indonesia, Albania, Romania menunjukkan prevalensi kejadian rinitis yang rendah, sedangkan pada negara dengan prevalensi kejadian asma yang tinggi yaitu lebih dari 30%, juga menunjukkan prevalensi kejadian rinitis yang tinggi.5

(18)

retrospektif didapatkan bahwa sekitar 18.5% anak yang mengunjungi poli rawat jalan di Rumah Sakit Umum kota Denpasar merupakan kasus rinitis alergi.9 Rinitis alergi merupakan suatu bentuk inflamasi pada mukosa hidung yang diperantarai oleh IgE.3

Berdasarkan penelitian International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) fase 3, dilaporkan bahwa prevalensi rinitis alergi di Indonesia pada anak usia 6 sampai 7 tahun dan 13 sampai 14 tahun masing-masing sebesar 3.6% dan 6.4%. terdapat perbedaan yang bermakna prevalensi kejadian rinitis alergi antara negara berkembang dan negara maju. Perbedaan yang terjadi antar negara tersebut, mungkin dapat menggambarkan bahwa tidak hanya pada perbedaan faktor risiko seseorang untuk menderita rinitis alergi, tetapi faktor perbedaan yang berhubungan dengan perbedaan bahasa turut memegang peranan.10,11

Rinitis alergi bukan merupakan penyakit yang mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan morbiditas dan dampak sosial.Kejadian rinitis secara signifikan dapat mengurangi kualitas hidup seseorang (Quality Of life / QoL), berhubungan dengan angka kehadiran dan aktivitas di sekolah maupun di tempat kerja. Gejala yang ditimbulkan pada rinitis alergi termasuk rhinorrhea, hidung tersumbat, gatal-gatal dan bersin, serta dapat juga dihubungkan dengan gejala alergi pada mata. Rinitis alergi juga dapat dihubungkan dengan beberapa penyakit penyerta seperti sinusitis dan otitis media berulang, hipertrofi adenoid, obstructive sleep apnea, dan asma.1,12,13

(19)

Sekitar 30% sampai 60% anak pada populasi umum mengalami otitis media akut (OMA) pada usia satu tahun. Pada anak usia 3 tahun, sekitar 80% mengalami otitis media akut. Dihubungkan dengan kejadian otitis media dengan efusi, sekitar 80% sampai 90% anak mengalami minimal satu kali otitis media akut atau efusi telinga tengah asimptomatik pada anak usia satu tahun.16 Insidensi kejadian otitis media sekitar 10% sampai 20% setiap tahun sampai usia 6 tahun, kemudian turun secara dramatis kurang dari 1% sampai usia 12 tahun. Pada suatu studi disebutkan bahwa alergi turut memegang peranan terhadap terjadinya otitis media. Insidensi terjadinya RA pada anak dengan otitis media dengan efusi (OME) ditemukan bervariasi antara 14% sampai 89%.17 Pada literatur lain disebutkan bahwa kejadian otitis media berhubungan dengan gangguan pada hidung (nasal allergy), dan disfungsi tuba eustasius.18

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut apakah terdapat hubungan antara otitis media dan kejadian rinitis alergi pada anak

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara kejadian otitis media dan rinitis alergi pada anak.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

(20)

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan urutan kelahiran terhadap kejadian rinitis alergi pada anak

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang alergi-imunologi anak, khususnya mengenai rinitis alergi dan otitis media pada anak

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rinitis alergi 2.1.1. Definisi

Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang diinduksi oleh inflamasi yang diperantarai IgE (Ig-E mediated) terhadap paparan alergen pada membran nasal.19,20

Rinitis alergi dapat juga didefinisikan sebagai gangguan pada hidung yang diinduksi oleh paparan terhadap alergen melalui reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh IgE, yang ditandai dengan 4 gejala utama yaitu rhinorrhea (hidung berair), nasal obstruction (hidung tersumbat), nasal itching (hidung gatal) dan sneezing (bersin) yang bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.21,22

2.1.2.Epidemiologi

Prevalensi RA pada beberapa studi epidemiologi bervariasi antara 3% sampai 19%. Disebutkan pula bahwa sekitar 42% anak didiagnosis dengan RA pada usia 6 tahun.23 Suatu studi epidemiologi menyebutkan bahwa RA musiman (hay fever) ditemukan sekitar 10% pada populasi umum dan RA parennial sekitar 10% sampai 20% pada populasi.24

(22)

tahun menunjukkan gejala saluran pernapasan (berupa RA dan asma). Angka ini meningkat menjadi 85% pada usia 10 tahun sampai 17 tahun.25

Prevalensi kejadian RA pada populasi anak juga terlihat mengalami peningkatan dimana meningkat dari 9% menjadi 12.3%. Secara umum, RA merupakan penyakit alergi yang paling umum ditemukan dan merupakan keadaan kronis yang paling sering ditemukan pada anak usia kurang dari 18 tahun.24,26

2.1.3 Faktor risiko

Faktor risiko RA diduga berkaitan dengan usia. Faktor risiko untuk RA termasuk yaitu faktor genetik (riwayat keluarga atopi), pemberian makanan padat terlalu dini, ibu merokok selama kehamilan, serta ibu perokok berat selama menyusui.19

Sedangkanfaktor usia ibu dimana saat hamil ibu berusia muda, kehamilan multipel, bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, gangguan pertumbuhan serta perinatal asfiksia secara signifikan berhubungan dengan penurunan risiko seorang anak untuk menderita RA.19

2.1.4 Etiologi dan klasifikasi

(23)

Tabel 2.1. Klasifikasi rinitis alergi19,20

1 “Intermittent” bila gejala ditemukan: • kurang dari 4 hari dalam seminggu, • atau berlangsung kurang dari 4 minggu 2 “Persistent” bila gejala ditemukan:

• lebih dari 4 hari dalam seminggu, • dan berlangsung lebih dari 4 minggu 3 “Mild”bila tidak dijumpai gejala-gejala berikut:

• gangguan tidur,

• gangguan aktivitas sehari-hari, pada waktu luang dan/atau olahraga, • gangguan kegiatan sekolah atau kerja,

• gejala lainnya yang mengganggu

4 ”Moderate-severe” bila dijumpai satu atau lebih gejala berikut: • gangguan tidur,

• gangguan aktivitas sehari-hari, pada waktu luang dan/atau olahraga, • gangguan kegiatan sekolah atau kerja,

• gejala lainnya yang mengganggu

Berdasarkan klasifikasi di atas, seorang pasien dengan RA dapat dimasukkan dalam salah satu dari 4 kategori: (1) mild intermittent, (2) mild persistent, (3) moderate/severe intermittent, dan (4) moderate/severe persistent. Klasifikasi tersebut tidak menggunakan istilah ‘seasonal’ dan ‘perennial’, dan menekankan bahwa suatu alergen inhalan (seperti grass pollen) yang terdapat secara musiman pada suatu daerah geografis tertentu kemungkinkan bisa terdeteksi sepanjang tahun di area geografis lainnya.19 Namun, American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI), American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI)dan Joint Council of Allergy, Asthma and Immunology Joint Task Force on Practice Parameters

(24)

menggolongkan pasien secara akurat ke dalam kategori rinitis alergi musiman (seasonal), sepanjang tahun (perennial), atau rinitis alergi sepanjang tahun dengan eksaserbasi musiman.21,27

2.1.5 Patofisiologi

Patofisiologi RA diawali ketika alergen pada udara masuk ke dalam mukosa hidung, menyebabkan terbentuknya alergen imunoglobulin E spesifik (IgE).28 Paparan berulang terhadap alergen akan menghasilkan presentasi alergen oleh antigen presenting cells (APC) ke limfosit T-CD4+ yang menyebabkan pelepasan interleukin (IL)-3, IL-4, IL-5 dan sitokin Th-2 lainnya. Sitokin-sitokin tersebut memiliki efek proinflamasi yang melibatkan produksi IgE, sel plasma, sel mast dan eosinofil dan berlanjut dengan terjadinya kaskade respons imun sehingga menimbulkan gejala-gejala klinis RA.24Respons alergi pada rinitis alergi dibagi atas fase awal dan fase lambat.24,29 Selama fase awal, terjadi peningkatan IgE yang berikatan pada sel mast yang menimbulkan degranulasi sel mast dan pelepasan mediator yang telah terbentuk (preformed mediators) seperti histamin, triptase, kininogenase (menghasilkan bradikinin), heparin dan enzim-enzim lainnya. Selain itu, sel mast juga mensekresi mediator seperti prostaglandin-D2 (PGD2) dan sulfidopeptidyl leukotrienes (LT)C4, LTD4, dan LTE4.24 Mediator-mediator tersebut menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, menimbulkan gejala klinis bersin, edema mukosa, hidung berair dan gatal yang merupakan karakteristik rinitis alergi. Respons imun fase awal timbul dalam beberapa menit segera setelah paparan alergen.24,29

(25)

lambat. Gejala timbul setelah 4 sampai 6 jam pasca paparan alergen akibat reaksi inflamasi jaringan yang berkepanjangan.29 Gejala rinitis alergi fase lambat seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman dan hipereaktivitas hidung disebabkan oleh eosinofilia pada mukosa hidung dengan mekanisme yang belum sepenuhnya dimengerti.19,21,29

2.1.6 Tanda dan gejala rinitis alergi

Manifestasi klinis RA baru ditemukan pada anak berusia 4-5 tahun dan insidensinya akan meningkat secara progresif dan akan mencapai 10% sampai 15% pada usia dewasa. Pada anak, manifestasi klinis alergi dapat berupa rinosinusitis berulang, adenoiditis, otitis media dan tonsilitis.29

Gejala RA mencakup rhinorrhea (hidung berair), nasal obstruction (hidung tersumbat), nasal itching (hidung gatal) dan sneezing (bersin) yang bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.20,21Rasa gatal di hidung akan menyebabkan bersin berulang (paroxysmal sneezing). Sekret hidung yang timbul dapat keluar melalui lubang hidung atau berupa post -nasal drip yang tertelan.12,29 Hidung tersumbat dapat terjadi bilateral, unilateral atau bergantian.29

(26)

Pemeriksaan rinoskopi anterior merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan. Pada rinoskopi anterior akan ditemukan tanda klasik berupa mukosa nasal yang edema dan berwarna pucat kebiruan (lividae) disertai sekret yang encer.29

2.1.7 Diagnosis

Riwayat atopi dalam keluarga merupakan faktor predisposisi RA yang terpenting pada anak.29 Anamnesis yang efektif sangat penting dalam mengevaluasi dan diagnosis pasien.12,19 Anamnesis harus mencakup informasi pola penyakit, lama penyakit, variasi gejala sepanjang tahun dan gejala lain yang berhubungan, respons pengobatan, ada tidaknya penyakit penyerta, serta paparan lingkungan dan faktor-faktor pencetus.19 Pemeriksaan fisik menyeluruh dengan memfokuskan pada saluran nafas atas harus dilakukan pada semua pasien dengan riwayat rinitis, baik dengan atau tanpa riwayat atopi.19-21

Pada anak terdapat tanda karakteristik rinitis alergi, namun demikian, tidak satupun yang patognomonik.Pemeriksaan THT dapat dilakukan dengan menggunakan rinoskopi, sekaligus dapat menyingkirkan kelainan seperti infeksi, polip nasal atau tumor.Pada RA ditemukan tanda klasik yaitu mukosa edema dan pucat kebiruan dengan ingus encer. Tanda ini hanya dapat ditemukan pada pasien yang sedang dalam serangan.29

(27)

2.1.8 Komplikasi RA

Komplikasi yang dapat terjadi bersifat psikososial dan fisik. Komorbiditas utama pasien dengan RA yaitu asma, rinosinusitis (RS), OME, dan gangguan tidur.22

Data menggambarkan bahwa RA merupakan penyakit kronis yang sering diderita oleh anak. Pengaruh RA terhadap seorang anak berhubungan dengan kehidupan sehari - hari. Anak dapat menjadi iritabilitas, mengalami gangguan tidur, keterbatasan aktivitas di sekolah, mudah lelah serta dapat dijumpai adanya gangguan fungsi kognisi dan memori pada anak.22,32

2.2 Otitis media

Otitis media adalah proses inflamasi yang terjadi pada telinga bagian tengah tanpa melihat penyebab maupun patogenesisnya.33,34Otitis media dapat diklasifikasikan menjadi otitis media akut (OMA) dan otitis media dengan efusi (OME) serta kelainan yang menyertai seperti disfungsi tuba eustasius.34

Pada anak dengan OME, penyebab utama berhubungan dengan adanya keterlibatan disfungsi tuba eustasius yang menyebabkan terjadinya inflamasi pada nasofaring.34,35 Otitis media tanpa efusi merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah yang melibatkan mukosa, tetapi efusi sudah tidak tampak lagi.34

2.2.1Epidemiologi otitis media

(28)

Otitis media akut merupakan penyakit utama pada bayi dan anak anak, dengan usia terbanyak penderita antara usia 6 bulan sampai 18 bulan. Sekitar 9% sampai 62% anak akan mengalami otitis media pada usia 1 tahun, dan sekitar 50% mengalami 3 atau lebih episode otitis media akut. Prevalensi OME sulit diketahui oleh karena gejala klinis yang ditimbulkan tidak begitu berat. Akan tetapi, uji tapis yang dilakukan dengan menggunakan timpanometri dalam 1 tahun dengan interval 3 bulan sampai 4 bulan didapati sekitar 26% sampai 41% anak dengan adanya penumpukan cairan pada telinga tengah.37 Disebutkan pula bahwa sedikitnya 90% anak usia presekolah pernah mengalami OME.38

Suatu studi klinis dan epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara otitis dengan kejadian atopi, serta atopi sebagai penyerta kejadian otitis media dilaporkan sekitar 10% sampai 80%.39 Suatu studi terhadap 209 anak dengan riwayat otitis media kronis maupun berulang ditemukan bahwa sekitar 89% anak menderita rinitis, 36% anak dengan asma serta sekitar 24% anak menderita eksema.40

2.2.2 Faktor risiko kejadian otitis media Faktor risiko terjadinya otitis media yaitu :

- Faktor lingkungan seperti riwayat pemberian ASI, paparan asap rokok, infeksi saluran pernapasan

Faktor host seperti genetika, imunodefisiensi, bibir sumbing, down sindrom.42 Sedangkan faktor risiko seseorang menderita OMA yaitu:

(29)

- Usia pada serangan pertama (makin muda menderita otitis media, maka angka kekambuhan semakin tinggi)

- Faktor genetik

- Faktor lingkungan seperti alergi, paparan asap rokok, breast-feeding,danmusim.15 Pada studi yang dilakukan di rumah sakit anak Pittsburgh yang melibatkan orang dewasa menggambarkan adanya hubungan antara percobaan antigen internasal, rinitis alergi dan obstruksi tuba eustasius.42

2.3 Hubungan RA dan otitis media

Beberapa faktor dapat menjadi predisposisi bayi menderita infeksi telinga bagian tengah.Selain itu, pada bayi dan anak, tuba eustasius yang pendek dan posisinya yang lebih horizontal, dibandingkan dengan dewasa menyulitkan drainase, sehingga fungsi proteksi telinga tengah menjadi terganggu. Pada alergi, mediator inflamasi pada nasofaring menyumbat tuba eustasius, menyebabkan terjadinya edema pada jaringan sekitar tempat tuba eustasius membuka, sehingga mengganggu ventilasi dan mukosiliari cleareance pada telinga tengah.23,43

(30)

Adanya hubungan antara nasal allergy dan OME dijelaskan pada beberapa literatur. Kongesti hidung dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya OME.38,45 Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kejadian otitis media sering pada pasien dengan atopi. Alergi menyebabkan terjadinya inflamasi, yang berperan secara tidak langsung terhadap terjadinya OME berulang. Inflamasi yeng terjadi mengakibatkan terjadinya blokade tuba eustasius, atau inflamasi pada telinga tengah itu sendiri yang menyebabkan terjadinya OME berulang.46

OME secara independent dapat dikaitkan dengan sensitisasi yang diperantarai oleh IgE dan alergi pada saluran pernapasan.47,48 Satu studi menemukan adanya kesamaan antara mukosa telinga bagian tengah pada anak dengan OME dan respon alergi ditempat lain seperti pada rinitis alergi, sinusitis dan asma.49 Dikatakan bahwa pasien dengan rinitis alergi memiliki insiden timpanogram yang abnormal lebih tinggi dibandingkan dengan pasien sehat. Timpanogram yang abnormal banyak ditemukan

pada anak dengan rinitis alergi usia kurang dari 11 tahun.50

Pada suatu literatur disebutkan adanya hubungan antara rinitis alergi dengan otitis media, dilaporkan bahwa OME dihubungkan dengan kejadian alergi pada sekitar 35% sampai 40% kasus.42 Pada anak dengan rinitis alergi, sekitar 21% mengalami OME, dimana sekitar 50% anak dengan kronis menderita rinitis alergi berulang.28

(31)

Pada rinitis alergi, terjadi inflamasi pada membran mukosa hidung, mata, tuba eustasius, sinus paranasal, telinga tengah serta faring. Pajanan alergen pada nasofaring ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya,menyebabkan terjadinya obstruksi tuba eustasius dan menyebabkan terjadinya efusi pada telinga tengah.51

2.4 Kerangka Konseptual

yang diamati dalam penelitian

Infeksi Otitis Media

Disfungsi Tuba Eustasius Atopi

(32)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional untuk menilai hubungan antara rinitis alergi dan kejadian otitis media pada anak.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD kota Sabang, RS- Angkatan Laut J. Liliapoly, serta beberapa PAUD kota Sabang, Propinsi Aceh. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – April 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dengan populasi terjangkau anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang bertempat tinggal di kota Sabang, propinsi Aceh. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi :

1. Anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun dengan riwayat atopi. 2. Riwayat orang tua menderita atopi

3. Orangtua bersedia mengisi kuesioner penelitian.

(33)

Kriteria Eksklusi :

1. Infeksi akut pada telinga

2. Kelainan bawaan seperti bibir sumbing

3.5. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen:

n1 = n2 = (Zα √2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2 )2 (P1 – P2)2

n1 = jumlah subjek dengan rinitis alergi n2 = jumlah subjek tanpa rinitis alergi

α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%

Zβ = 0,842

P1 = prevalensi anak otitis media dengan rinitis alergi = 0,8 Q1 = 1 – P1 = 0,2

P2 =prevalensi anak otitis media tanpa rinitis alergi = 0,3 Q2 = 1 – P2 = 0,70

P = P1+P2 = 0,55 2

(34)

Dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel untuk masing-masing kelompok sebesar 15 orang.

3.6. Cara Kerja dan Alur Penelitian

- Peneliti memberikan penjelasan mengenai jalannya penelitian dan pemeriksaan serta risiko yang mungkin terjadi kepada orangtua dan populasi terjangkau.

- Kepada orangtua diberikan lembar persetujuan penelitian. Orangtua menandatangani lembar persetujuan penelitian sebagai bukti kesediaan anaknya diikutsertakan dalam penelitian.

- Pada populasi terjangkau dilakukan penilaian risiko alergi berdasarkan anamnese yang dilakukan terhadap orang tua.

- Pada populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dibagikan kuesioner tentang data umum subjek penelitian, dan kuesioner standar ISAAC core questionnaire. Kuesioner ISAAC diisi oleh orangtua.

- Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimasukkan sebagai sampel penelitian.

- Pemeriksaan mencakup anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan THT dengan alat rinoskopi anterior serta otoskopi.

(35)

- Sampel penelitian berjumlah masing-masing 15 orang untuk kelompok anak dengan rinitis alergi dan 20 anak tanpa rinitis alergi

- Dilakukan penilaian kejadian otitis media pada kedua kelompok sampel. Data dimasukkan dalam tabel dan dilakukan analisis statistik.

(36)

Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian Populasi terjangkau

yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

anak dengan rinitis alergi

anak tanpa rinitis alergi Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan otoskopi, rinoskopi

& kuesioner

Otitis Media (+)

Otitis Media (+) Otitis

Media (-)

(37)

3.7. Identifikasi variabel

Variabel bebas Skala

Rinitis Alergi Nominal

Variabel tergantung Skala

Otitis media Nominal

3.8. Analisis Data

Analisis data menggunakan uji X2 untuk melihat hubungan otitis media pada anak dengan riwayat rinitis alergi dan tanpa riwayat rinitis alergi. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 14.0 dengan tingkat kemaknaan P < 0.05.

3.9. Definisi Operasional

1. Rinitis alergi adalah reaksi peradangan (inflamasi) pada mukosa hidung, diakibatkan oleh reaksi tipe cepat degranulasi sel mast terkait IgE dan pelepasan mediator inflamasi, terutama histamin; yang menimbulkan gejala rhinorrhea (hidung berair), sneezing (bersin), nasalitching (rasa gatal pada hidung) dan nasal blockage (hidung tersumbat). Rinitis alergi ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, riwayat atopi dalam keluarga, pemeriksaan fisik dan rinoskopi anterior. 2. Otitis media adalah proses inflamasi yang terjadi pada telinga bagian tengah

(38)

Disfungsi tuba eustasius memegang peranan penting terhadap patogenesa terjadinya otitis media pada anak. Tuba eustasius yang tidak berfungsi dengan baik disebabkan oleh inflamasi yang melibatkan telinga tengah sebagai salah satu mekanisme alergi.

3. Atopi / riwayat atopi adalah kecenderungan untuk menghasilkan antibodi IgE sebagai respon terhadap alergen dan menyebabkan gejala seperti rinitis, asma, wheezing maupun eksema. Anak dengan orang tua yang memiliki riwayat atopi, memiliki faktor risiko untuk menderita atopi yang lebih besar.

4. Mekanisme terjadinya rinitis alergi dan otitis media yaitu pada rinitis alergi, edema mukosa terjadi selain terjadi di kavum nasi, juga meluas ke nasofaring dan tuba eustasius sehingga dapat mengganggu pembukaan sinus dan tuba eustasius. Rinitis alergi dihubungkan sebagai etiologi otitis media dengan 2 cara yaitu disfungsi tuba yang disebabkan oleh reaksi alergi dari mukosa nasal atau adanya fungsi mukosilier yang terganggu.

3.10. Masalah Etika

1. Persetujuan setelah penjelasan (informed consent) dari orang tua.

(39)

BAB 4. HASIL

(40)

Gambar 4.1 Profil Penelitian 100 anak bersedia dilakukan

(41)

Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Subjek

Karakteristik Rinitis Alergi

Ya Tidak

(42)

Tabel 4.2 Hubungan Rinitis Alergi dan Otitis Media

Variabel Otitis Media P OR (IK 95%)

Ya Tidak

Rinitis Alergika

Ya 13 (86.7) 2 (13.3) 0.03 1.92 (1.141; 3.251) Tidak 9 (45) 11 (55)

(43)

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Risiko terhadap Otitis Media Variabel

Otitis Media

P Ya (n = 22) Tidak (n = 13)

Usia 2.64 (1.22) 2.69 (1.25) 0.906a

Jenis Kelamin

Laki-laki 9 (60) 6 (40) 1.000b

Perempuan 13 (65) 7 (35)

Urutan Anak

1 16 (61.5) 10 (38.5) 0.522b

2 4 (57.1) 3 (42.9)

3 2 (100) 0

a

Mann Whitney, b Chi Square

(44)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian ini mendapatkan hubungan yang signifikan antara rinitis alergi dan otitis media pada anak. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan rinitis alergi memiliki risiko untuk menderita otitis media sebanyak 1.92% lebih tinggi dibandingkan anak tanpa otitis media ( nilai OR 1.92). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian pada tahun 2011 yang dilakukan di Saudi Arabia dimana dibandingkan angka kejadian rinitis alergi pada 300 orang anak dengan otitis media dan tanpa otitis media.Dari 300 orang subjek penelitian didapatkan sebanyak 53 anak (17.3%) menderita rinitis alergi, dan kelompok kontrol sebanyak 26 anak (8.7%). Disebutkan bahwa seorang anak dengan alergi memiliki reaksi inflamasi yang lebih kuat pada mukosa membran eustasius atau pada nasofaring yang dapat menyebabkan proses infeksi yang lama dan kegagalan dalam pengobatan. Reaksi alergi yang terjadi menyebabkan fungsi silier menjadi tidak normal, edema mukosa serta hipersekresi.52

Terdapat beberapa kontroversi yang menjelaskan hubungan antara rinitis alergi dan otitis media pada anak. Pada suatu studi yang dilakukan pada 209 anak dengan otitis media kronik dengan penyakit atopi, ditemukan sekitar 89% menderita rinitis alergi. Akan tetapi pada penelitian lain ditemukan hanya sekitar 28.4% anak dengan OME yang menderita rinitis alergi, sehingga disimpulkan bahwa rinitis alergi tidak berhubungan dengan terjadinya OME pada anak.17,53

(45)

penelitian yang dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2007 sampai 2008 yang meneliti tentang hubungan antara otitis media supuratif kronik dan rinitis alergi sebagai faktor risiko didapatkan hasil adanya rinitis alergi merupakan faktor risiko pada kejadian otitis media supuratif kronik benigna (OMSKB). Risiko seseorang menderita OMSKB 21 kali lebih sering pada penderita rinitis alergi dibandingkan dengan bukan penderita rinitis alergi. Dikatakan pula bahwa RA diduga merupakan faktor predisposisi terjadinya OME, sehingga pengobatan terhadap RA dapat pula mengobati OME.49,54

Frekuensi Rinitis alergi (RA) pada populasi umum semakin meningkat. Proporsi angka kejadian RA meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Pada satu penelitian terhadap 564 anak usia 5 bulan sampai 17 tahun, didapatkan sekitar 30% anak usia 5 bulan sampai 4 tahun menunjukkan gejala saluran pernapasan (berupa RA dan asma). Angka ini meningkat menjadi 85% pada usia 10 tahun sampai 17 tahun.25

Prevalensi kejadian RA pada populasi anak juga terlihat mengalami peningkatan dimana meningkat dari 9% menjadi 12.3%. Secara umum, RA merupakan penyakit alergi yang paling umum ditemukan dan merupakan keadaan kronis yang paling sering ditemukan pada anak usia kurang dari 18 tahun. Berdasarkan studi yang dilakukan di Singapura pada tahun 2003 dikatakan bahwa prevalensi terjadinya rinitis alergi pada anak usia 0-6 tahun sekitar 2.8% sampai 42.7%. Hal ini sesuai dengan penelitian, dimana terlihat bahwa rerata umur pada kelompok sampel alergi yaitu berkisar antara 2 tahun sampai 3 tahun.24,26,55

(46)

Asthma (ARIA) pada tahun 2001 yang kemudian dipertegas kembali pada tahun 2008 telah menyusun klasifikasi rinitis alergi berdasarkan tingkat keparahan gejala dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup.19,20 Diagnosis rinitis alergi menurut International Study of Asthma and Allergies in Childhood(ISAAC) ditegakkan apabila alergen pencetus rinitis dapat ditemukan. Bila alergen penyebab tidak dapat ditemukan, maka didiagnosis dengan rinitis non alergi. Kuesioner standar yang dikeluarkan oleh ISAAC merupakan suatu studi epidemiologi dalam penegakan diagnosis untuk memahami variasi prevalensi kejadian penyakit atopi pada anak.56,57

Pemeriksaan rinoskopi anterior merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan. Pada rinoskopi anterior akan ditemukan tanda klasik berupa mukosa nasal yang edema dan berwarna pucat kebiruan (lividae) disertai sekret yang encer.29 Pada penelitian ini, diagnosis RA ditegakkan melalui kuesioner yang diadaptasi dari kriteria ARIA, dilakukan anamnesa berdasarkan gejala klinis serta pemeriksaan rinoskopi anterior.

(47)

Kepustakaan lain mengatakan, prevalensi OME terbanyak pada usia kurang dari 2 tahun dan angka tersebut akan menurun pada usia di atas 6 tahun. Angka kejadian OME akan menurun seiring dengan peningkatan usia, karena perkembangan tuba menjadi lebih panjang dan lebih vertikal, serta peningkatan daya tahan tubuh terhadap infeksi.15,30Pada penelitian ini terlihat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, dimana usia rata-rata responden yaitu kurang dari 3 tahun.

Diagnosis otitis media dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dijumpai. Pada otitis media akut terjadi demam, nyeri telinga (otalgia), penebalan, dan bulging pada membran timpai yang dapat terlihat melalui pemeriksaan otoskopi, pendengaran berkurang, serta keluar cairan dari telinga (otorrhea). Pada penelitian ini, diagnosis otitis media ditegakkan berdasarkan gelaja klinis yang terlihat dan pemeriksaan otoskopi.30

Suatu penelitian pada tahun 1989 menemukan bahwa infeksi berulang pada awal kehidupan dapat mencegah berkembangnya rinitis alergi (hay fever). Teori ini dikenal sebagai hipotesis higiene.60 Hipotesis ini yang mulai berkembang akhir 1980-an, diyakini sebagai jawaban terhadap peningkatan prevalensi rinitis alergi, asma dan penyakit atopi lain di seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah kelahiran yang rendah dalam keluarga merupakan suatu faktor risiko terjadinya rinitis alergi dan penyakit atopi. Dikatakan bahwa faktor penting yang berkaitan dengan peningkatan penyakit atopi di negara maju adalah adanya hubungan terbalik antara jumlah anggota dalam keluarga dan risiko terhadap atopi.60-62

(48)

keluarga yang banyak meningkatkan risiko kejadian infeksi dan berhubungan terbalik terhadap kejadian asma.63.

Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa urutan anak dalam keluarga tidak berhubungan dengan kejadian alergi pada anak, dimana rata rata responden merupakan anak pertama pada kedua kelompok responden dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit.

(49)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara rinitis alergi dan otitis media pada anak.Akan tetapi urutan kelahiran anak yang lebih tinggi tidak berhubungan dengan kejadian rinitis alergi yang lebih rendah.

6.2. Saran

(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Stone KD. Atopic diseases of childhood. Curr Opin Pediatr. 2003;15:495-511 2. Kay AB. Allergic and allergic disease. Dalam: Mackay IR, Rossen FS,

penyunting. Advances in immunology. N Engl J Med.2001;344(1):1-8

3. Pawankar R, Canonica GW, Holgate ST, Lockey RF. WAO White bookon Allergy 2011-2012: executive summary.World Allergy Organization. 2011:1-24

4. Sahebi L, Shabestary MS. The prevalence of asthma, allergic rhinitis, and eczema among middle school students in Tabriz (northwestern Iran). Turk J Med Sci 2011; 41 (5): 927-38

5. Quah BS, Razak AR, Hassan MH. Prevalence of asthma, rhinitis and eczema among schoolchildren in Kelantan, Malaysia. Ada Paediafrica Japonica (1997) 39,329-35

6. Nency YM. Prevalensi dan faktor risiko alergi pada anak usia 6-7 tahun di Semarang. [tesis]. Semarang: Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005

(51)

8. Gary A, Hendra S. Clinical manifestations of allergic rhinitis in children at Denpasar Hospital. Paediatr Indones. 2001;41:160-5

9. Asher MI, Montefort S, Lai CK, Strachan DP, Welland SK, William H. Worldwide

time trends in the prevalence of symptoms of asthma, allergic rhinoconjunctivitis,

and eczema in childhood: ISAAC Phases One and Three repeat multicountry

cross-sectional surveys. Lancet 2006; 368: 733–43

10. Khaled NA, Pearce N, Anderson HR, Ellwood P, Montefort S, Shah J, et al. Global map of the prevalence of symptoms of rhinoconjunctivitis in children: the International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) phase three. Allergy. 2009;64:123–48

11. Scadding GK, Durham SR, Mirakian R, Jones NS, Leech SC, Faroogue S, et al. BSACI guidelines for the management of allergic and non-allergic rinitis. Clinical and Experimental Allergy. 2008;38:19-42

12. Munawwaroh S, Munasir Z, Bramantyo B, Pudjiadi A. Insidens dan Karakteristik Otitis Media Efusi pada Rinitis alergi anak. Sari Pediatri 2008;10(3):212-8

13. Koksal Y, Reisli I. Acute otitis media in children. J of ank med sch. 2002;55(1):19-24

14. Menner AL. Disorder of middle ear. Dalam: Menner AL, penyunting. A pocket guide to the ear. Thieme, 2003.51-66

15. Linsk R, Blackwood A, Cooke J, Harrison V, Lesperance M, Hildebrant HM. Otitis media. University of Michigan Health System. 2002:1-12

(52)

17. Z Pelikan. Chronic otitis media (secretory) and nasal allergy. Script Med,2006;79 (4):177–98

18. Bousquet J, van Cauwenberge P, Khaltaev N, Ait-Khaled N, Annesi-Maesano I, Bachert C, et al. Allergic rinitis and its impact on asthma, ARIA workshop report. J Allergy Clin Immunol. 2001; 108[Suppl]:S147-334

19. Dykewicz MS, Fineman S, Skoner DP, Nicklas R, Lee R, Moore JB, et al. Diagnosis and management of rinitis: Complete guidelines of the Joint Task Force on Practice Parameters in Allergy, Asthma and Immunology. Ann Allergy Asthma Immunol. 1998; 81:478–518

20. Wallace DV, Dyokewicz MS, Bernstein DI, Moore JB, Cox L, Khan DA, et al. The diagnosis and management of rinitis: An updated practice parameter. J Allergy Clin Immunol. 2008; 122[Suppl]:S1-84

21. Han DH, Rhee CS. Comorbidities of allergic rinitis. Dalam: C Pereira, penyunting. Allergic disease – highlights in the clinic, mechanisms and treatment. Seoul: Department of Otorhinolaryngology; 2012.239-54

22. Skoner David P. Control of allergic rinitis with antihistamines may prevent the onset or recurrence of otitis media. Ped asthma, allergy & immunol. 2007;11(4):193-205

23. Skoner DP. Allergic rinitis: definition, epidemiology, pathophysiology, detection and diagnosis. J Allergy Clin Immunol. 2001;108:S2-8

(53)

25. Helmy M, Munasir Z. Pemakaian cetirizinedan kortikosteroid pada penyakit alergi anak. Dexa Media. 2007;2(20):68-73

26. Akerlund A, Anderson M, Leflein J, Lildholdt T, Mygind N. Clinical trial design, nasal allergen challenge models, and considerations of relevance to pediatrics, nasal polyposis, and different classes of medication. J Allergy Clin Immunol. 2005;115(1):1-23

27. Luskin AT, Scherger JE, Pollart SM. Beyond the nose : the systemic inflammatory effects of allergic disease. Clinical review. 2004:1-10

28. Munasir Z, Rakun MW. Rinitis alergik. Dalam: Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku Ajar Alergi Imunologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 2007.h.246-52

29. Boguniewicz M. Allergic rhinoconjunctivitis. Dalam: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, penyunting. Current Diagnosis & Treatment in Pediatrics. Edisi ke-18. New York Toronto: McGraw-Hill, 2007.h.1060-2

30. Mir E, Panjabi C, Shah A. Impact of allergic rinitis in school going children. Current review. Asia Pac Allergy. 2012;2:93-100

31. Asher MI, Keil U, Anderson HR, Beasley R, Crane J, Martinez F, dkk. International study of asthma and allergies in childhood (ISAAC): rationale and methods. Eur Respir J. 1995;8:483-91

32. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. Dalam: Snow JB, penyunting. Manual of otolaringology head and neck surgery. London: BC Decker, 2002.34-45

(54)

33. Bluestone CD, Klein JO. Definition,terminology, and clasification. Dalam: otitis media in infants and children edisi ke 3. BC Decker. 2001.1-19

34. Doner F, yariktas M, Demirci M.The role of allergy in recurrent otitis media with effusion. J Invest Allergol Clin Immunol. 2004; 14(4):154-8

35. Kenna MA, Latz AD. Otitis media with effusions. Dalam Bailey BJ, Johnson JT, penyunting. Head and neck surgery otolaryngology. Lippincot williams and wilkins, 2006.1266-75

36. Darrow DH, Dash N, Derkay CS. Otitis media: concepts and controversies. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Surg. 2003;11:416–23

37. Aydemir G, Ozkuri FE. Otitis media with effusion in primary schools in princes’ island ,Istanbul: prevalence and risk factors. The J of int Med research. 2011;39:866-72

38. Bentdal YE, Nafstad P, Karevold G, kvaerner KJ. Acute otitis media in schoolchildren: allergic diseases and skin prick test positivity. Acta Oto-Laryngologica. 2007;127:480-5

39. Doyle WJ. The link between allergic rinitis and otitis media. Curr Op in All and Clin Immunol. 2002;2:21-5

40. Anari S. Otitis media. Dalam :Lalwani Ani K, penyunting. Current diagnosis and treatment otolaryngology head and neck surgery. Lange, 2007

(55)

42. Downs BW, Butehorn HF, Prazma Jiri, Rose Austin S, Stamat JC, Pillsbury HC. Action of histamine on eustachian tube function. Am Academy of Oto–Head and Neck Surgery Found. 2001:414-20

43. Smirnova MG, Birchall JP, Pearson JP.The immunroregulatory and allergy-associated cytokines in the aetiology of the otitis media with effusion. Med of Infl. April 2004;13(2):75-88

44. Skoner DP, Doyle WJ, Chamovitz AH, Fireman P. Eusthachian tube obstruction after intranasal challenge with house dust mite. Arch Otolaryngol Head neck surg.1986;112:840-2

45. Bennet KE,Haggard MP. Accumulation of factors influencing children ‘s middle ear disease: risk factors modelling on a large population cohort. J Epidemiol Community Health. 1998;52:786–93

46. Suvilehto J, Seppanen M, Notkola IL, Antikainen M, Malmberg H, Meri S, dkk. Association of allergy, asthma and IgE sensitisation to adenoidectomy and infections in children. Rhinology. 2007;45:286-91

47. Bakhshaee M, Rajati M, Fereidouni M, Khadivi E, Varasteh A. Allergic rinitis and chronic suppurative otitis media. Springer. 2010;1-5

48. Lack G, Caulfield H, Penagos M. The link between otitis media with effusion and allergy: A potential role for intranasal corticosteroids. Pedtr Allergy Immunol. 2010;22:1–10

(56)

50. Hadley JA, Derebery MJ, Marple BF. Comorbidities and allergic rinitis: Not just a runny nose. Dalam :J of Family Practice. February 2012; [Suppl]:S1-32

51. Ghonaim MM, El-Edel RH, Basiony LA, Zahrani SS. Risk Factors and Causative Organisms of Otitis Media in Children. Ijmbs. 2011; 172-82

52. Basquet J, Khaltaev N, Cruz AA, Denburg J, Fokkens WJ, Zuberbier T, Canonica

GW, et al. allergic rhinitis and its impact on asthma 2008. Allergy 2008: 63 ( Suppl 86): 8-160

53. Utami TF, Sudarman K, Rianto BU, Cristanto A. Rinitis Alergi sebagai Faktor Risiko Otitis Media Supuratif Kronis. (Hasil penelitian). Yogyakarta: Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok–Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Gajah Mada; 2010

54. Hardjojo A, Sheck LC, Bever HP, Lee BW. Rhinitis in children less than 6 years of age: current knowledge and challenges. Asia Pac Allergy 2011;1:115-22

55. Department of Paediatrics School of Medicine. ISAAC. Diunduh dari: http://www

56. Lima RG, Pastorino AC, Casagrande RRD, Sole D, Jacob CMA. Prevalence of asthma, rhinitis and eczema in 6-7 years old students from the western districts of Sao Paulo City, using the standardized questionnaire of the international study of asthma and allergies in childhood (ISAAC)- phase IIIB. CLINICS 2007;62(3):225-34

(57)

58. Auinger P, Lanphear BP, Kalkwarf HJ, Mansour ME. Trends in Otitis Media Among Children in the United States. Pediatrics. 2003; 112-514

59. Strachan DP. Hay fever, hygiene, and household size. Br Med J. 1989;299:1259-60

60. Rautava S, Ruuskanen O, Ouwehand A, Salminen S, Isolauri E. The Hygiene Hypothesis of Atopic Disease An Extended Version. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 38. 2004 :378–88

61. Bodner C, Godden D, Seaton A. Family size, childhood infections, and atopic disease. The Aberdeen WHEASE group. Thorax 1998;53:28–32.

(58)

LAMPIRAN

1. Personalia Penelitian 1. Ketua penelitian

Nama : dr. Nova Yulia Rita

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP. H. Adam Malik, Medan

2. Supervisor penelitian 1. dr. Rita Evalina, SpA(K) 2. dr. Hakimi, SpA(K)

4. Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K) 5. dr. Lily Irsa, SpA(K)

(59)

3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

WAKTU

KEGIATAN

Desember 2012

Januari S/D Mei 2013

Juni 2013

Persiapan Pelaksanaan

(60)

4. DATA UMUM No urut :

Tanggal :

1. Nama : ...………... 2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

3. Alamat :

4.Tempat / Tanggal Lahir : ………..………...……... 5. Pendidikan orang tua : 1. Ayah : ... 2. Ibu : ... 6. Pekerjaan orang tua : 1. Ayah : ... 2. Ibu : ...

7. Penghasilan orang tua : 1. Ayah : ... 2. Ibu : ...

8. No telp yang bisa di hubungi :

(61)

5.

DATA KHUSUS

Kuesioner standar untuk pasien dengan gejala hidung kronis

(diambil dan diadaptasi dari

ISAAC and ECRHS standardised

questionaires

)

Rinitis Alergi

1. Apakah anak anda mengalami bersin atau hidung berair atau hidung sumbat walaupun anak anda tidak sedang menderita pilek?

( ) ya ( ) tidak

2. Jika Ya, dalam 12 bulan terakhir, apakah keluhan itu disertai dengan mata gatal dan berair?

( ) ya ( ) tidak

3. Dalam 12 bulan terakhir, keluhan itu muncul pada bulan berapa? ...(jawaban boleh lebih satu)

4. Apakah terdapat hal lain yang mencetuskan atau memperburuk keluhan hidung

anak anda? ( ) ya ( ) tidak

Sebutkan ...

5. Apakah anak anda sedang / pernah menderita hidung berair, asma atau alergi kulit? ( ) ya ( ) tidak

6. Apakah anggota keluarga anda sedang/ pernah menderita asma, alergi pada kulit atau hidung?

(62)

Menilai keparahan

1. Dalam 12 bulan terakhir, seberapa sering keluhan tersebut timbul? ≤ 4 hari/minggu atau ≤ 4 minggu/tahun ...

≥ 4 hari/minggu atau ≥ 4 minggu/tahun ...

2. Dalam 12 bulan terakhir, apakah keluhan tersebut menyebabkan gangguan tidur? ( ) ya ( ) tidak

3. Dalam 12 bulan terakhir, apakah keluhan tersebut menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, dan/atau kerja atau bermain dan/atau olahraga?

( ) ya ( ) tidak

Identifikasi frekuensi

1. Apakah keluhan itu dirasakan sepanjang tahun atau hanya waktu/bulan tertentu dalam setahun?

( ) ya ( ) tidak

2. Apakah keluhan itu dirasakan setelah meminum obat penghilang sakit?

(63)
(64)

HASIL PEMERIKSAAN RINOSKOPI ANTERIOR

(65)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANGTUA

Dengan hormat,

Bersama ini saya akan memberikan sedikit informasi kepada ibu/bapak.

Infeksi pada telinga merupakan penyakit yang sering ditemui, khususnya pada bayi dan anak.Biasanya disebabkan oleh sumbatan pada saluran pernapasan oleh karena virus yang menyebar ke telinga tengah.Jalur infeksi yaitu melibatkan saluran penghubung telinga dan hidung yang tersumbat.Faktor pencetus terjadinya penyakit ini yaitu infeksi saluran pernapasan berulang, rinitis, nasal allergy.

(66)

Jika dari pemeriksaan tersebut terdapat keluhan berkelanjutan pada putra/putri Bapak/Ibu, silahkan menghubungi :

dr. Nova Yulia Rita (HP: 085262110021) dr. Rita Evalina, SpA (HP : 0816 3131 981) . dr H. Hakimi SpAK (HP : 0812 6023 503 )

Demikian informasi ini kami sampaikan.Atas bantuan dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Salam,

(67)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ...Umur : ... tahun (L / P)

Alamat : ...

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan otoskopi dan rinoskopi terhadap anak saya :

Nama : ...Umur : ... tahun (L / P)

Alamat rumah : ...

Alamat sekolah : ...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat

ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan.

Sabang, ... 2013

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

dr. ... ...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ...

(68)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nova Yulia Rita

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 11 Juli 1985

Alamat : Komp. Taman Alamanda Indah, Jln

Djamaliah 1 no D5, Medan

Suami : dr. Heru Kurniawan

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Negeri 1 Dumai, tamat tahun 1997 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : SLTP Negeri 2 Dumai, tamat tahun 2000 Sekolah Menengah Umum : SMU Negeri 2 Dumai, tamat tahun 2003

Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat

tahun 2009 PEKERJAAN

-

PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN

1. Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Ilmu Kesehatan Anak di Medan, tahun 2010, sebagai peserta

2. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IV Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang Sumatera Utara, tahun 2010, sebagai peserta

3. Kongres Nasional IV Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia (BKGAI) di Medan, tahun 2010, sebagai peserta

4. Workshop Evidence Based Medicine Ikatan Dokter Anak Indonesia, tahun 2011, sebagai peserta

5. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan V Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang Sumatera Utara, tahun 2012, sebagai peserta

(69)

7. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan VI Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang Sumatera Utara, tahun 2013, sebagai peserta

PENELITIAN

1. Hubungan rinitis alergi dan otitis media pada anak

ORGANISASI

1. 2008 – sekarang : anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia)

Gambar

Gambar 3.1 Alur penelitian
Gambar 4.1 Profil Penelitian
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Hubungan Rinitis Alergi dan Otitis Media
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dan apabila dipandang dari segi peningkatan yang terjadi pada kontribusi penerimaan pajak daerah juga tidak lepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah

[r]

Definisi bank dirumuskan dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

(8) Dalam hal Pemilih tidak sempat melaporkan diri kepada PPS tempat Pemilih akan memberikan suaranya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tetapi yang bersangkutan telah

dalam nada dasar yang sarna dan sesuai dengan terapi wama yang dibutuhkan. (terapi musik dengan nada dasar B untuk terapi wama ungu) dapat

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-A MTs Taris tahun pelajaran 2011/2012 dengan subyek penelitian sebanyak 8 orang dari 40 orang dan diambil dari

Untuk dapat diregistrasi, maka bangunan, fasilitas pendukung, dan sistem pengelolaan rumah kemas harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan

Saya akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Sensibilitas Kornea Dengan Kadar Hba1c Pada Pasien Diabetes Melitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk