• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisispengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisispengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISISPENGARUH FAKTOR KEKASARAN DENGAN

PERSAMAAN HAZEN WILLIAM DAN DARCY

WEISBACH TERHADAP KECEPATAN ALIRAN DAN

KEHILANGAN TENAGA PADA PIPA DENGAN

WATERCAD VERSI 8i

Disusun Oleh :

100404 078

LEO FERNANDO SITANGGANG

Disetujui Oleh :

Ir. SYAHRIZAL M.T.

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

digunakan untuk mengaliri fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialiri pipa biasanya berupa zat cair atau gas dan tekanan di dalamnya biasanya lebih besar atau lebih rendah dari tekanan atmosfer. Pipa memiliki berbagai jenis bahan atau material penyusun pipa itu sendiri, dimana setiap jenis pipa tersebut memiliki perbedaan kekasaran pada permukaannya yang berbeda-beda.

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas yaitu perbandingan besar kecepatan dan head loss pada setiap pipa dalam jaringan pipa, dimana pipa yang dibandingkan adalah pipa yang berbahan tembaga dan berbahan beton. Data-data tersebut dikumpulkan untuk menjadi objek studi Tugas Akhir ini yang akan dianalisa dengan metode Hardy-Cross dan software WaterCAD v8i menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan Hazen-William .

Data-data objek studi seperti layout jaringan pipa, debit, diameter, panjang pipa dan jenis pipa yang digunakan pada jaringan pipa dibagi menjadi 8 alternatif perhitungan, dimana masing-masing alternatif mempunyai kondisi tersendiri yang akan dibandingkan untuk menentukan perbedaan kecepatan aliran dan headloss masing-masing alternatif perhitungan.

Dari hasil perhitungan semua alternatif perhitungan yang dibandingkan diperoleh besar kecepatan aliran dan headloss masing-masing alternatif perhitungan

, dimana pipa copper atau tembaga lebih baik daripada pipa concrete atau beton bila digunakan pada sistem jaringan pipa karena headloss pada pipa tembaga lebih kecil sehingga air secara optimal dapat mengalir ke semua titik pada jaringan perpipaan.

(3)

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat, dan karunia-Nya, akhirnya penyusunan Tugas Akhir ini dapat saya

selesaikan dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Teknik,

Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari

bimbingan, dukungan, motivasi, dan bantuan semua pihak. Untuk itu melalui

tulisan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan tidak

terhingga kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu memberikan yang terbaik serta tiada

henti mengiringi dengan doa dan motivasi yang tidak ternilai.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Bapak Ivan Indrawan ST, MT sebagai dosen

pembimbing saya, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil,

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Teruna Jaya, M. Sc. selaku Koordinator Subjurusan Teknik Sumber

Daya Air.

5. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil,

(4)

kepada penulis terhadap Tugas Akhir ini.

7. Bapak/ Ibu staff pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera

Utara yang selama ini ikhlas dan sabar mencurahkan ilmunya kepada seluruh

anak didiknya termasuk penulis.

8. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Kepada keluargaku tersayang Ranita Sitanggang, Ameliana Sitanggang,

Dolly Sitanggang, Dolesman Sitanggang, Boris Sitanggang, Johanes, Alicia,

Regina serta yang lainnya, terima kasih atas semua dukungan, doa, motivasi,

semangat, bimbingan, dan rasa sayangnya untuk penulis.

10.Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, sahabat

seperjuangan : Darwinton, Mardi, Uke, Cila, Jernih, Elfridani, Grandson,

Rano, Boston, Haposan, Fadlin, Ahmad Himawan, Cika, Sari, Ikhsan, Fander,

Melli, Dilla, Rendy, Monica, Zefanya, Boby, Welman, Mangasi, Hopnagel,

Anggi, Festus, Putra, Rebekka, Tohap, Alfian, dan seluruh rekan-rekan

seperjuangan di kampus tercinta, atas bantuan, dukungan, dan doa kalian.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dan melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan, penulis

ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Penulis juga menyadari manusia tidak luput dari khilaf dan salah, demikian

juga penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini sehingga Tugas Akhir ini

(5)

Akhir ini. Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat

bagi kita semua khususnya yang bergerak dalam bidang Teknik Sipil.

Medan, 2015

Hormat Saya

(6)

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR NOTASI……….. xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1.Latar Belakang………. 1

1.2.Perumusan Masalah……… 2

1.3.Tujuan………. 2

1.4.Manfaat………... 3

1.5.Pembatasan Masalah………... 3

1.6.Sistematika Penulisan………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 6

2.1. Uraian ……… 6

2.2. Dasar Teori………. 7

2.2.1. Metode Pendistribusian Air pada Pipa………..7

(7)

2.2.1.3. Sistem gabungan antara pemompaan dan

gravitasi……… 8

2.3. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida ………... 8

2.4. Jenis Aliran Fluida ……….. 8

2.5. Energi dan Head ……….. 10

2.6. Kerugian Tinggi Tekan ( Head Loss)………. 11

2.6.1 Kerugian Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)…… 12

2.6.1.1. Persamaan Hazen-Williams……….. 12

2.6.1.2. Persamaan Darcy-Weisbach……… 14

2.6.2. Kerugian Head Minor (Minor Losses)……… 17

2.7. Aliran Dalam Sistem Pipa... 17

2.7.1. Aliran Dalam Pipa Seri... 17

2.7.2. Aliran Dalam Pipa Paralel... 19

2.7.3. Aliran dalam jaringan Pipa……… 21

2.8. Pengenalan Tentang Software Watercad V8i……….. 23

BAB III METODOLOGI PENULISAN………...………. 27

3.1. Sumber dan Jenis Data……….. 27

3.2. Pengumpulan Data………. 27

3.3. Analisis Data……….. 27

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...……… 32

(8)

BAB V KESIMPULAN ……….. 77

5.1. Kesimpulan………. 77

DAFTAR PUSTAKA……….……….. 80

(9)

Gambar 2.1 : Diagram Moody ………... 17

Gambar 2.2 : Pipa Seri ……… 19

Gambar 2.3 : Pipa Paralel………..……….. 20

Gambar 2.4 : Jaringan Pipa ……..……… 23

Gambar 2.5 : Tampilan Penuh Ruang Kerja pada WaterCAD v8i ….. 25

Gambar 2.6 : Tampilan Menubar pada WaterCAD v8i……… 26

Gambar 2.7 : Tampilan Toolbar pada WaterCAD v8i ………. 26

Gambar 2.8 : Tampilan Layout Toolbar pada WaterCAD v8i……… 26

(10)

Tabel 2.1 : Nilai Viskositas Kinematik Air………... 10

Tabel 2.2 : Nilai Koefisien Hazen-William………..… 14

(11)

Q Debit aliran (m

V Laju aliran rata-rata dalam pipa (m/s) )

Vn Laju aliran rata-rata dalam pipa n (m/s)

D Diameter pipa (m)

L Panjang pipa (m)

Ln Panjang pipa n (m)

e Kekasaran relative (mm)

Re Bilangan Reynold

R Jari-jari hidrolis (m)

f Faktor gesekan pipa Darcy-Weisbach

ν Viskositas Kinematik (m2

C

/s)

HW

h

Koefisien Hazen-William

f

h

Kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)

fn

W Berat Fluida (N)

(12)

Ek Energi Kinetik (Nm)

Ef Energi Tekanan (Nm)

γ Berat jenis air (kg/m2

g Percepatan gravitasi (m/s

)

2

(13)

digunakan untuk mengaliri fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialiri pipa biasanya berupa zat cair atau gas dan tekanan di dalamnya biasanya lebih besar atau lebih rendah dari tekanan atmosfer. Pipa memiliki berbagai jenis bahan atau material penyusun pipa itu sendiri, dimana setiap jenis pipa tersebut memiliki perbedaan kekasaran pada permukaannya yang berbeda-beda.

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas yaitu perbandingan besar kecepatan dan head loss pada setiap pipa dalam jaringan pipa, dimana pipa yang dibandingkan adalah pipa yang berbahan tembaga dan berbahan beton. Data-data tersebut dikumpulkan untuk menjadi objek studi Tugas Akhir ini yang akan dianalisa dengan metode Hardy-Cross dan software WaterCAD v8i menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan Hazen-William .

Data-data objek studi seperti layout jaringan pipa, debit, diameter, panjang pipa dan jenis pipa yang digunakan pada jaringan pipa dibagi menjadi 8 alternatif perhitungan, dimana masing-masing alternatif mempunyai kondisi tersendiri yang akan dibandingkan untuk menentukan perbedaan kecepatan aliran dan headloss masing-masing alternatif perhitungan.

Dari hasil perhitungan semua alternatif perhitungan yang dibandingkan diperoleh besar kecepatan aliran dan headloss masing-masing alternatif perhitungan

, dimana pipa copper atau tembaga lebih baik daripada pipa concrete atau beton bila digunakan pada sistem jaringan pipa karena headloss pada pipa tembaga lebih kecil sehingga air secara optimal dapat mengalir ke semua titik pada jaringan perpipaan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia secara tidak

langsungmengakibatkanbertambahnya permintaan akan kebutuhan air bagi

masyarakat. Dimana air merupakan faktor penting dalam kehidupan

masyarakat.Untuk pengembangan sistem air bersih berbagai kegiatan

pengembangan sarana telah dilakukanseiring dengan kebutuhan yang memenuhi

syarat kualitas dan kuantitas. Secara kualitas air bisa dikatakan memenuhi syarat

bila kondisi fisik air tersebut mempunyai kadar Kimia, bakteriologi yang

kondisinya tidak dapat mengganggu kesehatan yang mengkonsumsinya. Dan

secara kuantitas adalah penyediaan air bersih yang sesuai dengan kebutuhan

penduduk masyarakat kota sesuai dengan perkembangan sosial yang ada.Apabila

ada masalah dalam penyediaan air maka menyebabkan ketidaknyamanan dalam

kehidupan masyarakat. Adapun masalah yang akan dihadapi dalam penyediaan

kebutuhan air bersih yaitu sistem pendistribusian air bersih ke daerah

tempattinggal penduduk, jumlah atau ketersediaan sumber air bersih dan cara

pengolahan airbaku menjadi air bersih agar layak dikonsumsi masyarakat. Oleh

sebab itu dibutuhkan suatu jaringan distribusi air bersih yang baik dan efisien.

Dalam perencanaan sistem pendistrubusian air bersih ditentukan oleh

kebutuhan air dan tekanan aliran yang diperlukan. Dimana dalam penyediaanair

masih banyak menggunakan pipa karena murah dan baik untuk mencegah

(15)

Untuk mengatasi masalah pada pendistribusian air maka kita perlu

mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan sistem jaringan pipa seperti

kehilangan tenaga pada sistem jaringan pipa yaitu kehilangan tinggi tekan mayor

dan kehilangan tinggi tekan minor.Kehilangan energi yang berlebihan (terlalu

besar) mengakibatkan penurunan energi tekanan pada air yang mengalir di

sepanjang pipa secara drastis sehingga energi tekanan sisa di hilir saluran menjadi

sangat kecil dan bahkan dapat menjadi negatif. Hal ini dapat menyebabkan sistem

jaringan pipa tidak mampu mendistribusikan air ke semua titik dengan tekanan

yang cukup.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terjadi perbedaan kecepatan aliran dan kehilangan tenaga pada

masing- masing jenis pipa yang disebabkan dari faktor kekasaran pipa itu

sendiri?

2. Apakah ada perbedaan antara perhitungan kecepatan aliran dan kehilangan

tenaga pada pipa antara menggunakan metode Hardy- Cross dengan

perhitungan menggunakan software WaterCAD V8i ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui arah aliran air pada masing-masing pipayang terdapat di

dalam sistem jaringan pipa.

2. Mengetahui debit aliran air pada masing-masing pipa yang terdapat di

(16)

3. Mengetahui kecepatan aliran air pada masing-masing pipa yang terdapat di

dalam sistem jaringan pipa.

4. Menghitung headloss (kehilangan tenaga) mayor pada masing-masing

pipa selama melewati sistem jaringan pipa dengan persamaan

Hazen-William.

5. Menghitung headloss (kehilangan tenaga) mayor pada masing-masing

pipa selama melewati sistem jaringan pipa dengan persamaan Darcy

Weisbach.

6. Membandingkan besar kecepatan aliran dan kehilangan tinggi tekan pada

masing-masing pipa yang terdapat di dalam jaringan pipa antara metode

analisa dan hasil simulasi menggunakan WaterCAD v8i.

1.4. Manfaat

Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Memperoleh informasi tentangpengaruh kekasaran pada kehilangan tenaga

pada jaringan pipa.

2. Mengetahui cara penggunaan software WaterCAD v8i.

3. Menjadi referensi khususnya mahasiswa lainnya apabila akan mengambil

topik bahasan yang sama khususnya jaringan pipa.

1.5. PEMBATASAN MASALAH

Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara

meyeluruh. Agar penulisan skripsi lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan

yang dimaksud, dalam skripsi ini penulis membatasinya pada ruang lingkup

(17)

1. Membandingkan pengaruh kekasaran dari dua jenis pipa yang berbahan

material berbeda terhadap kecepatan aliran dan kehilangan tenaga pada

sistem perpipaan dengan mengabaikan kehilangan tenaga minor ( akibat

belokan, penyempitan pada pipa, perbesaran pipa, dll).

2. Tidak memperhitungkan adanya pengaruh kavitasi, suhu , ataupun faktor

lainnya yang mempengaruhi pipa selain faktor kekasaran pada pipa itu

sendiri.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 ( lima ) bab, yang

diuraikan sebagai berikut :

Bab I: Pendahuluan

Berisi latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat, pembatasan

masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II: Tinjau Pustaka

Berisi dasar teori, rumus, dan segala sesuatu yang digunakan untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang diperoleh dari buku literatur, tulisan

ilmiah, website / search engine, dan hasil penulisan sebelumnya.

Bab III: Metodologi Penulisan

Berisi metodologi penulisan Tugas Akhir berupa pengumpulan

data dan metode analisisis data.

Bab IV: Analisis dan Perhitungan

Berisi perhitungan mengenai pengaruh faktor kekasaran terhadap

(18)

membandingkan dua jenis pipa yang materialnyaberbeda menggunakan

metode Hardy – Cross dan software WaterCAD V8i

Bab V: Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan dari hasil analisa dan saran berdasarkan kajian

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. URAIAN

Dalam menyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis

dan ternyata ada beberapa mahasiswa/I sebelumnya menulis dalam masalah yang

hampir sama bahkan menyerupai dengan judul yang akan penulis buat. Oleh

karena itu, untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

”menduplikat” hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan

antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas, yaitu sebagai berikut :

“ Membandingkan Besar Kecepatan Aliran dan Kehilangan Tenaga antara Pipa

Berbahan Tembaga dengan Berbahan Beton dengan Layout Jaringan Pipa serta

Dimensi yang sama Menggunakan Metode Hardy-Cross dan juga

Mensimulasikannya ke dalam Software WaterCAD V8i ” oleh LEO

FERNANDO SITANGGANG/ NIM 100404078 .

Sedangkan judul skripsi penulis “Analisis Pengaruh Faktor Kekasaran Dengan

Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan

Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i“

Dari beberapa metode yang telah dikembangkan untuk analisis jaringan

pipa, diantaranya adalah metode keseimbangan head. Metode keseimbangan head

adalah metode yang paling awal digunakan untuk analisis jaringan pipa. Metode

keseimbangan head dipakai untuk sistem pipa yang membeniuk loop tertutup.

Dengan metode keseimbangan head laju aliran pipa diasumsikan ,memenuhi

(20)

memenuhi kriteria kontinuitas. Laju aliran berturut-turut disesuaikan dari satu

loop dengan loop yang lain, sampai laju aliran tiap-tiap loop dicukupi dalam suatu

toleransi kecil yang telah ditetapkan (Cross, 1936).

2.2. DASAR TEORI

2.2.1. Metode Pendistribusian Air pada Pipa

Di dalam pendistribusian air diperlukan cara untuk mengalirkan air agar

air dapat mengalir dari sumber air ke semua pemakai air. Adapun metode

pendistribusian air terdiri dari tiga tipe sistem yaitu Sistem Gravitasi, Sistem

Pemompaan, dan Sistem Gabungan.

2.2.1.1 Sistem Gravitasi

Metode pendistribusian dengan sistem gravitasi bergantung pada topografi

sumber daya air yang ada dan daerah pendistribusiannya. Biasanya sumber air

ditempatkan pada daerah yang lebih tinggi dari daerah distribusinya, agar air yang

didistribusikan dapat mengalir dengan sendirinya tanpa pompa. Adapun

keuntungan dengan sistem ini yaitu energi yang dipakai tidak membutuhkan biaya

dan sistem pemeliharaannya murah.

2.2.1.2. Sistem Pemompaan

Metode ini menggunakan pompa dalam mendistribusikan air menuju

lokasi pemakaian air. Pompa langsung dihubungkan dengan pipa yang menangani

pendistribusian. Dalam pengoperasiannya pompa terjadwal untuk beroperasi

sehingga dapat menghemat pemakaian energi. Keuntungan dari metode ini yaitu

tekanan pada daerah distribusi dapat terjaga.

(21)

Metode ini merupakan gabungan antara metode gravitasi dan pemompaan

yang biasa digunakan untuk daerah distribusi yang berbukit-bukit dan

pendistribusian air di gedung bertingkat.

2.3. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran

sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam

menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan

pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel untuk bergerak

sepanjang jarak yang telah ditentukan.

Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel (Ihwanda,2000). yaitu:

Q = A . v ……….(2.1)

Di mana:

Q= Kapasitas aliran = (m3/s),

A = luas penampang aliran (m2),

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

Untuk nilai kecepatan searah gaya gravitasi, maka kecepatan dihitung berdasarkan

tinggi jatuh air atau √(2gh) , maka diperoleh persamaan:

Q = √(2gh)x 0,25 π D2

2.4. Jenis Aliran Fluida

…….………...(2.2)

Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran transisi,

dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapat dari hasil eksperimen yang dilakukan

oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran menjadi 3

(22)

rata-rata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarkan eksperimen

tersebut maka didapatkan bilangan Reynold di mana bilangan ini tergantung pada

kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter.

Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur

mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran

ini terjadi apabila kecepatan kecil dan atau kekentalan besar. Aliran disebut

turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di

sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa.

Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.

Aliran laminar Re < 2000

Aliran Turbulen Re > 4000

Aliran Transisi 2000 < Re < 4000

Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

µ . .

Re= ρDV ………(2.3)

Di mana: ρ = massa jenis fluida (kg/m3), d = diameter pipa (m), V = kecepatan

aliran fluida (m/s), μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas

kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan

v V D.

Re= ………..……..(2.4)

(23)

Tabel 2.1. Nilai – nilai Viskositas Kinematik air, ν

Sumber: Kerry J.Howe ,dkk, John Wiley & Sons, Inc. (2012). Principles of Water

Treatment

2.5. Energi dan Head

Energi biasanya didenefisikan sebagai kemampuan untuk melakukan

kerja. Kerja merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung

pada suatu jarak tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule).

Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi. Dalam

menganalisa masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan adalah mengenai

energi potensial, energi kinetik dan energi tekanan.

Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran fluida

karena adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat jatuhnya.

Energi potensial (Ep) (Ihwanda,2000) dirumuskan sebagai:

z W

Ep= . ………....(2.5)

(24)

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena pengaruh

kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik dirumuskan sebagai:

2

Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang

dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu

dan berlawanan dengan tekanan fluida.

Besarnya energi yang disebabkan tekanan (Ef) dirumuskan sebagai:

γ W P Ef = .

………...…(2.8)

Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi diatas

dirumuskan sebagai:

Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H)

dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W

(berat fluida) dirumuskan sebagai:

γ

2.6. Kerugian Tinggi Tekan ( Head Loss)

Kerugian tinggi-tekan terdiri atas kerugian tinggi-tekan mayor dan minor,

(25)

karena kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head losses minor disebabkan

karena kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya.

Istilah head loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika

abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Arti head

loss sendiri adalah hilangnya energi mekanik persatuan massa fluida. Sehingga

satuan Head loss adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi

yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satun

panjang yang bersesuaian.

2.6.1Kerugian Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)

Bila fluida mengalir melalui suatu pipa dan tekanan fluida diukur pada dua

tempat sepanjang pipa, akan dijumpai kenyataan bahwa tekanan berkurang dalam

arah aliran. Penurunan tekanan ini disebabkan karena gesekan fluida pada dinding

pipa. Penurunan tekanan (∆p) sepanjang pipa (L).

Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams dan

Darcy-Weisbach

2.6.1.1. Persamaan Hazen-Williams

hf = S .L , jadi dapat diturunkan sebagai berikut:

L

dengan mensubstitusi A = 0.25 π D

(26)

Q = debit aliran pada pipa (m3

0.849 = konstanta,

/det),

Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams,

A = Luas penampang aliran (m2

R = Jari-jari hidrolis (m) =

S = kemiringan garis energi (m/m) =

L hf

hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m),

D= Diameter pipa (m),

L = panjang pipa (m)

Tabel 2.2 Harga Koefisien Kekasaran Pipa Hazen- William

(27)

2.6.1.2. Persamaan Darcy-Weisbach

Persamaan Darcy berlaku untuk aliran laminer atau turbulen. Faktor gesekan

untuk laminer dapat dihitung secara analisis sedangkan untuk aliran turbulen

harus ditentukan secara empiris.

g

hf = kerugian head karena gesekan (m)

f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody)

D = diameter pipa (m)

L = panjang pipa (m)

V = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/det)

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

Q = A.V

Diagram Moody memberikan faktor gesekan pipa. Faktor ini dapat ditentukan

oleh bilangan Reynold dan kekasaran relatif dari pipa.Bila pipa semakin kasar,

maka kemungkinan turbulent akan semakin besar. Kekasaran relatif dapat

didefinisikan sebagai :

e/D………(2.15)

dengan,e = absolute roughness atau kekasaran relatif,( tergantung oleh jenis bahan

material pipa)

Berikut ini tabel dari nilai absolute roughness ,e , untuk setiap jenis bahan

(28)

Tabel 2.3. Nilai absolute roughness ,e

Sumber : Houghtalen, Robert J (2010)

D = diameter of pipe

sedangkan bilangan reynold didefinisikan sebagai:

v V D R= .

dengan,

R = Reynolds number

D = diameter

V = velocity

ν = kenimatic viscosity of fluid

NB: Faktor gesekan pada aliran turbulen

(29)

• Tergantung pada bilangan Reynold dan kekasaran relative

• Harus ditentukan secara empiris (grafik, tabel, persamaan empiris)

Gambar 2.1. Diagram Moody

Sumber: Bambang Triatmodjo, 2013

Untuk aliran laminar nilai f dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Re 64

= f

Untuk aliran turbulen dapat digunakan persamaan Swamee-Jain yang

dikembangkan untuk memperoleh faktor gesekan, f selain menggunakan diagram

Moody dimana nilai Re dan e/d sudah diketahui :

(30)

2.6.2.Kerugian Head Minor (Minor Losses)

Ada berbagai macam kehilangan tinggi tekan minor sebagai berikut:

1. Kehilangan Tinggi Minor karena Pelebaran Pipa

2. Kehilangan Tinggi Minor karena Penyempitan Mendadak pada Pipa

3. Kehilangan Tinggi Minor karena Mulut

4. Kehilangan Tinggi Minor karena Belokan pada Pipa

5. Kehilangan Tinggi Minor karena Sambungan dan Katup pada Pipa

2.7. ALIRAN DALAM SISTEM PIPA

Sistem jaringan pipa berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat

ke tempat lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua

tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena

adanya tambahan energi dari pompa. Sistem jaringan pipa biasanya digunakan

untuk mendistribusikan air di daerah perkotaan (air minum), mengalirkan minyak

dari lokasi pengeboran ke lokasi pengolahan dan lain lain.

Sistem distribusi jaringan pipa pada daerah perkotaan atau kawasan industri yang

besar bisa sangat komplek. Pada bab ini akan dibahas sistem jaringan pipa yang

sederhana, yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Aliran dalam pipa seri

2. Aliran dalam pipa paralel

3. Aliran dalam jaringan pipa

2.7.1 Aliran Dalam Pipa Seri

Bila dua buah pipa atau lebih yang mempunyai diameter atau kekasaran

berbeda dihubungkan sehingga zat cair dapat mengalir dalam pipa yang satu ke

(31)

8-1. menunjukkan suatu sistem yang terdiri dari dua buah reservoir yang

dihubungkan dengan dua buah pipa yang dihubungkan secara seri.

Persoalan pada pipa seri pada umumnya adalah menentukan besarnya debit aliran

Q bila karakteristik masing-masing pipa, yaitu : panjang : L1, L2; diameter : D1,

D2; koefisien gesekan f1, f2

Gambar 2.2. Pipa Seri

dan beda tinggi elevasi muka air pada kedua reservoir

diketahui atau menentukan perbedaan elevasi muka air H bila debit dan

karakteristik pipa diketahui.

Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan aliran dalam pipa seri adalah :

Persamaan Kontinuitas :

2

1 Q

Q

Q= = ...(2.17)

Persamaan Bernoulli di titik (1) dan titik (2) :

d

Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan persamaan kehilangan

energi sekunder, maka persamaan (3-2) menjadi :

H v

(32)

v Q

2.7.2 Aliran Dalam Pipa Paralel

Kombinasi dari dua atau lebih pipa seperti ditunjukkan pada Gambar 8-3

sehingga aliran terbagi ke masing-masing pipa dan kemudian bergabung kembali,

disebut sebagai susunan pipa paralel. Pada susunan pipa seri, debit aliran pada

semua pipa adalah sama dan kehilangan energi merupakan penjumlahan dari

kehilangan energi pada semua pipa, sedangkan dalam pipa paralel, kehilangan

energi pada setiap pipa adalah sama dan debit aliran merupakan penjumlahan dari

debit pada setiap pipa.

Gambar 2.3. Pipa Paralel

Dalam perhitungan tinggi kecepatan biasanya diabaikan, sehingga garis energi

berimpit dengan garis tekan.

Dari Gambar 2.3 di atas, persamaan untuk menyelesaikan pipa paralel adalah :



Terdapat dua persoalan pada pipa paralel, yaitu :

adalah elevasi titik A dan B, dan Q adalah debit pada pipa utama

(33)

2) Diketahui Q, dicari distribusi debit pada setiap pipa dan besarnya kehilangan

energi

Pada kedua persoalan di atas, diameter pipa, sifat zat cair dan kekasaran pipa

diketahui.

Persoalan pertama, sesungguhnya merupakan persoalan pipa sederhana untuk

menentukan debit, karena kehilangan energi sama dengan penurunan garis gradien

hidrolik. Debit pada setiap pipa dijumlahkan untuk mendapatkan debit total.

Persoalan kedua lebih rumit, karena baik kehilangan energi maupun besarnya

debit untuk pipa yang manapun tidak diketahui. Untuk itu bisa digunakan langkah

berikut untuk menyelesaikan masalah yang kedua.

1) Misalnya debit pada pipa 1 adalah Q

2)

(34)

2.7.3. Aliran dalam jaringan Pipa

Suatu jaringan pipa terbentuk dari pipa-pipa yang dihubungkan

sedemikian rupa sehingga aliran keluar pada suatu titik bisa berasal dari beberapa

jalur pipa. Sistem jaringan pipa banyak dijumpai pada jaringan suplai air bersih

kota. Suatu jaringan kota sering rumit dan diperlukan suatu desain sistem

distribusi yang efisien dan efektif sehingga kriteria besarnya tekanan dan debit

pada setiap titik dalam jaringan dapat dipenuhi.

Analisis jaringan suatu kota cukup rumit dan memerlukan perhitungan

yang besar, dalam banyak hal perhitungan dengan bantuan kalkulator tidak

mampu, sehingga diperlukan bantuan komputer. Perangkat lunak untuk membantu

kecepatan dan ketelitian perhitungan banyak tersedia di pasar dari yang sederhana

sampai yang sangat rumit dan berharga mahal. Ada beberapa metoda untuk

menyelesaikan perhitungan sistem jaringan pipa, diantaranya adalah metoda

Hardy Cross dan metoda Matriks. Dalam skripsi ini perhitungan sistem jaringan

pipa akan diselesaikan menggunakan metoda Hardy Cross.

Gambar 2.4. Jaringan Pipa

Pada jaringan pipa yang kompleks pemakaian persamaan Hazen williams

sangat mempermudah dibandingkan dengan persamaan lain. Perhitungan jaringan

(35)

dan terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada sebuah lokasi serta proses

interasi penentuan head loss pada tiap pipa. Sebuah jaringan yang terdiri dari

beberapa pipa mungkin membentuk beberapa loop dan sebuah pipa mungkin

dipakai secara bersama-sama oleh dua loop. Seperti Hukum Kirchoff pada

rangkaian listrik, maka pada jaringan pipa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi

1. Aliran netto ke sebuah titik pertemuan harus sama dengan nol atau laju aliran

ke arah titik pertemuan harus sama dengan laju aliran dari titik pertemuan yang

sama

2. Head loss netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol. Metode iterasi

untuk perhitungan loop jaringan pipa disebut metode Hardy-Cross. Metode ini

memberikan nilai koreksi kapasitas aliran pada tiap pipa dari perbandingan head

loss yang diasumsikan sebelumnya.

Metode Hardy Cross digunakan untuk jaringan pipa loop tertutup. Laju

aliran keluar sistem secara umum diasumsikan untuk setiap percabangan,

pengasumsian ini menentukan laju aliran yang seragam dalam saluran pipa yang

dapat menyederhanakan analisis. Dengan mengetahui laju keluaran pada

percabangan, metode Hardy Cross didasarkan dengan prosedursecara iterasi pada

awal perhitungan laju aliran dalam pipa. Pada setiap percabangan laju aliran

tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Setiap pipa dari sistem jaringan

terdapat hubungan antara kehilangan tenaga dan debit.

Langkah perhitungan dengan metode Hardy-Cross adalah sebagai berikut :

1. Mengasumsikan besar dan arah kapasitas aliran pada tiap pipa dengan

berpedoman pada syarat 1, yaitu total aliran pada tiap titik pertemuan

(36)

2. Membuat tabel perhitungan untuk analisa tiap loop tertutup.

3. Menghitung head loss dalam setiap pipa

4. Menentukan arah aliran dan head loss, yaitu positif untuk arah aliran yang

searah jarum jam dan negatif untuk arah aliran yang berlawanan dengan

jarum jam

5. Menghitung jumlah aljabar head loss pada setiap loop

6. Menghitung total head loss per laju aliran, hf /Q untuk setiap pipa dan

menentukan jumlah aljabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop.

7. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan rumus

Q

Koreksi ini diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan

ditambahkan untuk aliran yang searah jarum jam dan di kurangkan untuk

aliran yang berlawanan dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan

secara bersama dengan loop lain, koreksi aliran untuk pipa tersebut

adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk kedua loop.

8. Mengulangi langkah 1 sampai dengan langkah ke 7 sampai nilai koreksi

aliran sekecil mungkin.

2.8. PENGENALAN TENTANG SOFTWARE WATERCAD V8I

Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem

jaringan distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Epanet

1.1, Epanet 2.0, WaterCAD, dan WaterNet. Dalam studi ini digunakan program

(37)

diketahui dalam fungsinya untuk menganalisis perbedaan kecepatan aliran dan

mayor loss pada masing masing pipa .

Berikut ini pengenalan singkat tentang software WaterCAD v8i:

Gambar 2.5. Tampilan Penuh Ruang Kerja pada WaterCAD v8i

Gambar 2.6. Tampilan Menubar pada WaterCAD v8i

(38)

Gambar 2.8. Layout Toolbars pada WaterCAD v8i

Keterangan : Layout toolbar ini berfungsi mendefinisikan objek seperti reservoir,

pipa, tank, junction, pompa pada jaringan pipa sehingga dapat disimulasikan

layaknya sistem jaringan pipa sebenarnya.

(39)

Keterangan : Background layers berfungsi menampilkan peta layout jaringan pipa

yang bersumber dari aplikasi lain seperti AutoCAD sehingga dapat diplot kedalam

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber dan Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari

berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas

yaitu perbandingan besar kecepatan dan head loss pada setiap pipa dalam jaringan

pipa, dimana pipa yang dibandingkan adalah pipa yang berbahan tembaga dan

berbahan beton. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah buku

pelajaran teknik sipil, jurnal imiah edisi cetak maupun edisi online, dan artikel

ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh variatif.

3.2 Pengumpulan Data

Metode penelitian bersifat studi literatur. Informasi didapatkan dari berbagai

literatur dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh.

Penulisan diupayakan saling terkait antar satu sama lain dan sesuai dengan topik

yang dibahas.

3.3 Analisis Data

Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.

Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah

dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat deskriptif

argumentatif.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan suatu langkah

pengerjaan secara sistematis. Adapun langkah-langkah pengerjaan studi sebagai

berikut:

(41)

2. Melakukan pengumpulan data-data sekunder seperti data teknis dan data

pendukung lainnya yang digunakan dalam menganalisa masing – masing

jenis pipa.

3. Menganalisa data dengan dua metode perhitungan, yaitu:

a) Perhitungan jaringan menggunakan Metode Hardy-Cross

b) Perhitungan jaringan menggunakan WaterCAD v8i

A. Perhitungan jaringan menggunakan Metode Hardy-Cross

Untuk perhitungan pada masing-masing jenis pipa pada Metode Hardy-Cross

diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Mengasumsikan besar dan arah kapasitas aliran pada tiap pipa dengan

berpedoman pada syarat 1, yaitu total aliran pada tiap titik pertemuan

mempunyai jurnlah aljabar sama dengan nol.

2. Membuat tabel perhitungan untuk analisa tiap loop tertutup.

3. Menghitung head loss dalam setiap pipa

4. Menentukan arah aliran dan head loss, yaitu positif untuk arah aliran yang

searah jarum jam dan negatif untuk arah aliran yang berlawanan dengan

jarum jam

5. Menghitung jumlah aljabar head loss pada setiap loop

6. Menghitung total head loss per laju aliran, hr /Q untuk setiap pipa dan

menentukan jumlah a;jabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop.

7. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan rumus

Q

Koreksi ini diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan

(42)

aliran yang berlawanan dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan

secara bersama dengan loop lain, koreksi aliran untuk pipa tersebut

adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk kedua loop.

8. Mengulangi langkah 1 sampai dengan langkah ke 7 sampai nilai koreksi

aliran sekecil mungkin.

B. Perhitungan jaringan menggunakan WaterCAD v8i

Untuk simulasi pada masing-masing jenis pipa pada WaterCAD ver 8 i

diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Membuka dan memberi nama file baru untuk masing-masing pipa dalam

format WaterCAD (xxx.wtg).

b. Mengisi tahap pembuatan file baru dengan cara:

• Memilih Satuan yang digunakan dalam sistem operasi program.

Satuan yang disediakan oleh WaterCAD ver 8 I yaitu Satuan US dan

Satuan Internasional (SI).

• Memilih rumus kehilangan tinggi tekan. Program WaterCAD ver 8 I

menyediakan beberapa pilihan rumus kehilangan tinggi tekan

diantaranya: Darcy-Weisbach,Hazen-Williams dan Manning.

• Penggambaran pipa dapat secara Schematic (skema) dan Schalatic

(sebenarnya sesuai dengan skala).

c. Menggambar elemen elemen dalam perpipaan dengan memodelkan atau

memberi notasikan komponen seperti reservoir, titik simpul, dan pipa.

d. Melakukan simulasi sistem jaringan distribusi air bersih serta menganalisa

(43)

dapat dilakukan perbaikan pada komponen sistem jaringan distriusi air bersih

hingga didapatkan hasil yang sesuai.

Komponen-komponen perpipaan mempunyai beberapa kata kunci dalam

pemrogramannya, yaitu:

a) Presure Pipe, data pipa, nomer titik, titik simpul awal dan akhir, panjang,

diameter, koefisien kekasaran serta bahan pipa.

b) Pressure Junction, titik simpul, nomer titik, elevasi debit kebutuhan.

c) Reservoir, data sumber, elevasi, diasumsikan konstan.

d) Compute, melakukan proses simulasi.

(44)
(45)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Dalam bab ini akan menyajikan hasil penulisan. Setelah semua data yang

diperlukan dalam analisa perhitungan dalam penulisan ini terkumpul dari

berbagai sumber studi pustaka yang ada, maka dilakukan pengolahan data. Data

yang digunakan sebagai objek studi dalam penulisan ini ada empat (4) yaitu:

skala/ukuran layout jaringan pipa , dimensi pipa, panjang pipa, dan debit yang

tersedia serta debitkeluaran pada tiap titik yang ditentukan. Keempat data

diperoleh berdasarkan studi pustaka yang dilakukan penulis.

Berikut ini data – data serta layout peta jaringan pipa yang merupakan objek studi

untuk digunakan sebagai bahan analisa tugas akhir ini, yaitu:

Bahan pipa : Copper dan Concrete

Panjang dan diameter pipa : Tercantum pada layout jaringan pipa di bawah

Kekasaran relatif pipa (e) : 0.0015 mm ( copper ) dan 0.36 mm ( concrete )

Fluida yang bekerja : air

Jumlah loop : 2 loop

Jumlah pipa : 7 buah pipa

Jumlah sumber air masuk : 1 sumber

(46)

Gambar 4.1. Layout Peta Jaringan Pipa

Keterangan gambar :

R1 = Reservoir ( elevasi = 200 m )

J1 = Titik 1

J2 = Titik 2

J3 = Titik 3

J4 = Titik 4

J5 = Titik 5

Data yang diperlukan untuk analisa perhitungan adalah sebagai berikut :

Q1 = 150 L/s

Q2 = 20 L/s

Q3 = 60 L/s

Q4 = 35 L/s

Q5 = 35 L/s

Q1 = Debit yang tersedia berasal dari Reservoir (L/s)

(47)

Debit keluaran untuk perhitungan yaitu debit Q2, Q3, Q4, Q5, dimana Q1

merupakan penjumlahan dari debit Q2, Q3, Q4, Q5 sehingga Debit masuk harus

sama dengan debit keluar.

P-1 = Panjang pipa 1 = 400 meter

P-2 = Panjang pipa 2 = 300 meter

P-3 = Panjang pipa 3 = 400 meter

P-4 = Panjang pipa 4 = 300 meter

P-5 = Panjang pipa 5 = 400 meter

P-6 = Panjang pipa 6 = 300 meter

P-7 = Panjang pipa 7 = 400 meter

D-1 = Diameter pipa 1 = 12 inci

D-2 = Diameter pipa 2 = 10 inci

D-3 = Diameter pipa 3 = 10 inci

D-4 = Diameter pipa 4 = 12 inci

D-5 = Diameter pipa 5 = 10 inci

D-6 = Diameter pipa 6 = 10 inci

D-7 = Diameter pipa 7 = 8 inci

Permasalahan yang akan dibahas adalah membandingkan besar kecepatan aliran

dan head loss masing-masing pipa dalam suatu jaringan pipa yaitu dengan

membandingakan analisa perhitungan dengan menggunakan metode Hardy Cross

dan WaterCAD V8i

Berikut ini 8 alternatif perhitungan jaringan pipa yang akan dianalisis dan

dibandingkan sebagai acuan atau bahan dalam mencari perbedaan kecepatan

(48)

1) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan copper menggunakan metode Hardy-Cross (

Perhitungan head loss dengan persamaan Darcy – Weisbach ).

2) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan copper dengan metode Hardy-Cross (

Perhitungan head loss dengan persamaan Hazen-William ).

3) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan concrete dengan metode Hardy-Cross (

Perhitungan head loss dengan persamaan Darcy – Weisbach ).

4) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan concrete dengan metode Hardy-Cross (

Perhitungan head loss dengan persamaan Hazen-William).

5) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan copper dengan WaterCAD V8i ( Perhitungan

head loss dengan persamaan Darcy – Weisbach ).

6) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan copper dengan WaterCAD V8i ( Perhitungan

head loss dengan persamaan Hazen-William).

7) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan concrete dengan WaterCAD V8i ( Perhitungan

head loss dengan persamaan Darcy – Weisbach ).

8) Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan concrete dengan WaterCAD V8i ( Perhitungan

(49)

4.2. Analisa Perhitungan

Dari delapan alternatif yang akan dianalisa di atas , maka akan dijabarkan

pembahasan untuk masing-masing alternatif perhitungan di atas seperti dibawah

ini:

Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada masing – masing

pipa untuk pipa berbahan copper menggunakan metode Hardy-Cross

(dengan catatan perhitungan head loss persamaan yang digunakan

persamaan Darcy – Weisbach ).

Alternatif pertama

Penyelesaian:

Iterasi percobaan pertama

Dengan mengasumsikan kapasitas aliran pada pipa 1 sampai

dengan pipa 7 dengan berpedoman pada langkah pertama dalam

perhitungan jaringan pipa dengan metode Hardy-Cross yang sudah

diterangkan pada bab sebelumnya, yaitu jumlah aljabar kapasitas pada tiap

titik pertemuan adalah sama dengan nol. Untuk lebih jelasnya lihat pada

gambar di bawah ini:

(50)

Pada pipa 1,4 150 = 75 + 75

Menghitung head loss pada tiap pipa, yaitu :

1. Pada pipa 1

Data Pada Pipa 1: ( Dapat dilihat dari gambar )

Q1

Mencari nilai Re dan e/D untuk memperoleh nilai faktor gesekan , f :

v

= , maka persamaannya menjadi :

v

Re > 4000, jadi aliran pada pipa adalah aliran turbulen

b. Mencari nilai e/D

(51)

Jadi dengan diperolehnya nilai Re1 dan e/D1

diketahui melalui diagram Moody , untuk mendapatkan besar nilai f yang lebih

akuratnya digunakan persamaan 2.16 seperti di bawah ini:

0143

Sehingga Headloss dapat dihitung sebagai berikut:

g

= , substitusi ke persamaan diatas, jadi:

5

Data Pada Pipa 2: ( Dapat dilihat dari gambar )

Q2

(52)

a. Mencari nilai Re

= , maka persamaannya menjadi :

v

Re > 4000, jadi aliran pada pipa adalah aliran turbulen

b. Mencari nilai e/D

e/D2

Jadi dengan diperolehnya nilai Re = 0.0015/250 = 0.000006

2 dan e/D2

diketahui melalui diagram Moody , untuk lebih akuratnya kita bisa menggunakan

dari persamaan 2.16 seperti di bawah ini:

0164

Sehingga Headloss dapat dihitung sebagai berikut:

g

V = = π , substitusi ke persamaan diatas, jadi:

(53)

Dengan mempermudah perhitungan digunakan program excel untuk perhitungan

selanjutnya untuk pipa 3, 4, 5, 6, 7 sebagai berikut:

(54)

LOOP1

PIPA DIAMETER

(M)

E -0.193047363 0.05911627

∆ Q 1.63

LOOP2

PIPA DIAMETER

(M)

E -0.999453245 0.10186348

∆ Q 4.90

karena ∆Q belum mendekati 0 jadi, perlu diiterasi ulang lagi dengan

mengasumsikan kapasitas aliran dengan debit yang baru, salah satu cara agar

memperoleh hasil ∆Q yang mendekati 0 adalah dengan menambahkan besar ∆Q

pada iterasi percobaan pertama ke dalam Q yang diasumsikan lagi pada percobaan

iterasi yang kedua, sehingga diperoleh besar Q untuk percobaan iterasi yang

(55)

Iterasi percobaan kedua

Gambar 4.3. Asumsi Kapasitas aliran untuk iterasi percobaan kedua.

Q1 = 77 L/s

Dari asumsi debit aliran yang baru untuk iterasi kedua yang ada diatas , sehingga

diperoleh hasil iterasi kedua sebagai berikut:

RE1 = 325820.7

(56)

LOOP1

PIPA DIAMETER

(M)

PIPA DIAMETER

(M)

mengasumsikan kapasitas aliran dengan besar yang baru, salah satu cara agar

memperoleh hasil ∆Q yang mendekati 0 adalah dengan menambahkan besar ∆Q

pada iterasi percobaan kedua ke dalam Q yang diasumsukan lagi pada percobaan

(57)

iterasi yang ketiga, sehingga diperoleh besar Q untuk percobaan iterasi yang

ketiga . Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Iterasi percobaan ketiga

Gambar 4.4. Asumsi Kapasitas aliran untuk iterasi percobaan ketiga.

Q1 = 78 L/s

Q2 = 27 L/s

Q3 = 37 L/s

Q4 = 72 L/s

Q5 = 51 L/s

Q6 = 31 L/s

Q7 = 29 L/s

Dari asumsi debit aliran yang baru untuk iterasi ketiga, sehingga diperoleh hasil

iterasi ketiga sebagai berikut:

RE1 = 330052.1

RE2 = 137098.6

RE3 = 187875.8

RE4 = 304663.5

RE5 = 258964

RE6 = 157409.5

RE7 = 184067.5

E/D1 = 0.000005

E/D2 = 0.000006

E/D3 = 0.000006

E/D4 = 0.000005

E/D5 = 0.000006

(58)

E/D7 = 7.5E-06

PIPA DIAMETER

(M)

PIPA DIAMETER

(59)

Setelah melakukan iterasi ketiga diperoleh besar ∆Q yang mendekati 0 , sehingga

debit masing-masing pipa yang diasumsikan adalah debit sebenarnya pada

masing-masing pipa sehingga diperoleh juga besar kecepatan aliran dan headloss

masing-masing pipa seperti yang ada pada perhitungan excel di atas.

Untuk mempermudah perhitungan selanjutnya maka perhitungan untuk

persoalan alternatif 2, 3 dan 4 dapat dikerjakan dengan excel tercantum pada

lampiran Tugas Akhir ini, dimana setelah dilakukan menggukan excel hasil yang

didapat juga setelah melakukan percobaan iterasi 3 maka rekapitulasi hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Q1 = 78 D1 = 0.3 M 300 MM L1 = 400 Q2 = 27 D2 = 0.25 M 250 MM L2 = 300 Q3 = 37 D3 = 0.25 M 250 MM L3 = 400 Q4 = 72 D4 = 0.3 M 300 MM L4 = 300 Q5 = 51 D5 = 0.25 M 250 MM L5 = 400 Q6 = 31 D6 = 0.25 M 250 MM L6 = 300 Q7 = 29 D7 = 0.2 M 200 MM L7 = 400

Hasil perhitungan percobaan iterasi 3 untuk alternatif 2

Hasil untuk Alternatif 2

HAZEN WILLIAM

C = 135

HF1 = 1.522963

HF2 = 0.389632

HF3 = 0.930559

HF4 = 0.98501

HF5 = 1.684906

HF6 = 0.503096

(60)

LOOP1

PIPA DIAMETER

(M)

PIPA DIAMETER

(M)

Hasil perhitungan percobaan iterasi 3 untuk alternatif 3

Hasil untuk alternatif 3

(61)

E/D6 = 0.00144

PIPA DIAMETER

(M)

PIPA DIAMETER

(62)

Hasil perhitungan percobaan iterasi 3 untuk alternatif 4

Hasil untuk alternatif 4 HAZEN WILLIAM

PIPA DIAMETER

(M)

PIPA DIAMETER

(63)

Setelah didapat hasil perhitungan jaringan dari alternatif 1, 2, 3, 4 dengan

metode Hardy-Cross, maka untuk alternatif 5, 6, 7, 8 perhitungan jaringan pipa

akan dianalisis menggunakan software WaterCAD v 8i.

Di bawah ini perhitungan jaringan pipa untuk persoalan pada alternatif 5.

Menghitung besar kecepatan aliran dan headloss pada setiap pipa dalam

jaringan pipa dengan pipa berbahan copper menggunakan WaterCAD V8i

( Perhitungan head loss menggunakan persamaan Darcy – Weisbach ).

Alternatif kelima

Di dalam perhitungan jaringan pipa menggunakan software WaterCAD ini

diperlukan data-data yang akan di input berdasarkan data objek studi yang sudah

dikumpulkan untuk mencari besar kecepatan dan headloss masing-masing pipa

sebagai berikut :

Q2 = 20 L/s

Q3 = 60 L/s

Q4 = 35 L/s

Q5 = 35 L/s

Q1 = Debit yang tersedia berasal dari Reservoir (L/s)

Q2, Q3, Q4, Q5 = Debit yang diperlukan pada masing-masing titik (L/s)

P-1 = Panjang pipa 1 = 400 meter

P-2 = Panjang pipa 2 = 300 meter

P-3 = Panjang pipa 3 = 400 meter

P-4 = Panjang pipa 4 = 300 meter

P-5 = Panjang pipa 5 = 400 meter

(64)

P-7 = Panjang pipa 7 = 400 meter

D-1 = Diameter pipa 1 = 12 inci

D-2 = Diameter pipa 2 = 10 inci

D-3 = Diameter pipa 3 = 10 inci

D-4 = Diameter pipa 4 = 12 inci

D-5 = Diameter pipa 5 = 10 inci

D-6 = Diameter pipa 6 = 10 inci

D-7 = Diameter pipa 7 = 8 inci

Skema gambar AutoCAD dari layout jaringan yang akan dianalisis juga termasuk

data yang diperlukan sebelum menginput data, dimana gambar ini nantinya akan

di plot ke WaterCAD v8i .

Berikut ini prosedur perhitungan jaringan pipa pada alternatif 5 :

1. Membuka aplikasi WaterCAD v8i

(65)

3. Pada menubars pilih tools > option.

4. Pada jendela menu option pilih tab Units , setelah itu ubah default units system

for new project menjadi SI , agar semua satuan dalam jaringan pipa menggunakan

(66)

5. Pada jendela menu option pilih lagi tab Drawing, lalu drawing scale dan

annotation multipliers diubah seperti di bawah ini .(NB : skala harus disamakan

dengan skala skema jaringan pipa yang ada pada gambar AutoCAD).

(67)

6. Pada toolbars pilih calculation option atau menubars pilih analysis > calculation

option

Di bawah ini jendela Calculation Option:

7. Pada jendela calculation option pilih Steady State/EPS Solver > Base

(68)

Pada jendela base calculation option ini dapat dilihat friction method adalah

Hazen-William , maka diganti menjadi Darcy-Weisbach sesuai dengan kondisi

pada alternatif 5 yang akan dianalisis.

8. Setelah prosedur di atas selesai, lalu pilih pada menubars view > Prototype, (

(69)

Pada jendela prototype klik kanan pipe lalu pilih new

Setelah itu akan muncul tulisan “Pipe prototype-1” seperti di bawah ini:

Setelah itu double click pipe prototype-1 untuk mengubah atau mendefinisikan

dimensi dan material pipa yang akan digunakan.

Cara mengubah material adalah klik symbol yang sudah ditandai pada gambar di

(70)

Setelah itu double klik material library > materiallibrary.xml > pilih material pipa

yang akan digunakan .( pada kondisi alternatif 5 menggunakan pipa berbahan

copper ) .Lalu pilih copper dan bisa dilihat disamping kanan dari jendela

engineering libraries diberikan informasi nilai dari koefisien Hazen-William,CHW,

dan kekasaran relatif, e dari material pipa copper.

Setelah selesai mendefenisikan material pipa lalu tutup jendela engineering

libraries lalu simpan file dengan nama file copper darcy.

9. Langkah selanjutnya menyediakan layout jaringan pipa yang sudah ada

ditentukan pada objek studi untuk selanjutnya di plot ke WaterCAD.

(71)

Agar bisa diplot ke WaterCAD v8i maka gambar diatas file extension harus

diubah dari jaringan pipa.dwg menjadi jaringan pipa.dxf.

Cara mengubah file extensionnya :

1) Buka file jaringan pipa.dwg

2) Setelah itu save as filenya

3) Lalu pada jendela file save as ada tulisan files of type , pada kotak isiannya

diganti menjadi jaringan pipa.dxf sperti gambar di bawah ini:

10. Setelah file extension diubah , file waterCAD yang diberi nama file copper

(72)

Langkah-langkah memplot layout jaringan pipa ke WaterCAD v8i adalah sebagai

berikut:

1) Pada jendela Background Layer , klik kanan background layer > file >

new .

2) Setelah itu akan muncul jendela “ select background “ seperti dibawah ini:

3) Lalu cari file jaringan pipa yang sebelumnya sudah diubah file

extensionnya, lalu klik open. Setelah itu muncul jendela DXF properties >

(73)

4) Setelah itu, gambar sudah terplot ke ruang kerja waterCAD seperti di

bawah ini:

11. Klik reservoir pada layout toolbar , lalu letakkan pada gambar jaringan

pipa. Untuk memasukkan elevasi reservoir double klik symbol reservoir yang

(74)

12. Untuk junction, dapat dilakukan hal yang sama seperti meletakkan reservoir

13. Untuk meletakkan pipa caranya klik tarik garis dari titik ke titik

selanjutnya mengikuti gambar jaringan pipa . Setelah selesai menarik garis lalu

(75)

14. Data – data jaringan pipa diinput, seprti diameter pipa dan water demand pada

titik 2, 3, 4, dan 5.

A. Langkah input diameter pipa :

1) Pilih view > flex table > pipe table ( klik pada toolbar )

2) Karena diameter pipa pada data dalam satuan inci, maka satuan diganti

caranya pada jendela flex table klik kanan kolom diameter > unit and

formating… maka akan muncul jendela set field option- diameter lalu

pada kolom units mm diganti menjadi in .

(76)

B. Langkah input water demand sebagai berikut:

1) Klik pada toolbar , lalu lalu pilih initialize demand for all

element pada jendela demand control center.

2) Input data debit pada titik 2, 3, 4, 5 yang merupakan debit yang diterima

pada titik tersebut.

15. Setelah semua data selesai di input, klik validate pada toolbar , ini perlu

(77)

suatu kesatuan sistem agar saat dianalisis oleh waterCAD dapat memberikan

report mengenai hasil dari rangkaian sistem jaringan yang direncanakan.

Bila validate tidak mengalami masalah, akan muncul pemberitahuan seperti di

bawah ini.

16. Setelah itu lalu klik coumpute yang ada pada toolbar , lalu akan muncul

(78)

17. Untuk melihat hasil atau report dari perhitungan klik flex table pada

toolbar. Dari report bisa dilihat hasil dari report perhitungan dengan software

WaterCAD adalah debit pada masing pipa, headloass pada

(79)

Dengan prosedur yang sama seperti perhitungan pada alternatif 5 , maka alternatif

6, 7, dan 8 dapat diselesaikan.

(80)
(81)
(82)
(83)

Berikut ini tabel rekapitulasi dari seluruh perhitungan untuk setiap alternatif :

(84)

Sebagai tambahan untuk bahan perbandingan dari hasil perhitungan

masing-masing alternatif di atas maka pada tugas akhir ini ditambahkan dua hal terkait

mengetahui pengaruh kekasaran terhadap kecepatan aliran dan headloss pada

jaringan pipa, yaitu:

1. Menambahkankan dua jenis material pipa yaitu galvanized iron dan steel

menggunakan WaterCAD v8i.

2. Mengubah ukuran diameter pipa bertujuan mengetahui perbedaaan hasil

perhitungannya dengan hasil perhitungan alternatif di atas.

Berikut ini tabel rekapitulasi hasil perhitungan jaringan pipa untuk pipa

galvanized iron dan steel menggunakan WaterCAD v8i:

(85)

Berikut ini tabel rekapitulasi hasil perhitungan jaringan pipa dengan ukuran

diameter berbeda:

(86)
(87)

4.3. Pembahasan

Sesuai dengan hasil analisis perhitungan untuk masing-masing alternatif

perhitungan jaringan pipa di atas, diperoleh bahwa perhitungan menggunakan

metode Hardy-Cross dan WaterCAD memberikan hasil yang tidak berbeda jauh

secara signifikan. Hasil pembahasan analisis terhadap masing-masing alternatif

perhitungan jaringan pipa dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Hasil perhitungan untuk setiap alternatif perhitungan jaringan pipa

menunjukkan debit yang relatif sama pada setiap pipa sebagai contoh debit

pada pipa 1 untuk alternatif 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,dan 8. Diakibatkan debit yang

relatif sama itu maka kecepatan aliran pada setiap pipa juga sama karena

kecepatan aliran tergantung pada debit dan luas penampang pipa, dimana

luas penampang untuk setiap alternatif perhitungan jaringan pipa adalah

(88)

2) Hasil perhitungan untuk setiap alternatif perhitungan jaringan pipa juga

menunjukkan perbedaan antara alternatif 1 sampai 8, yaitu headloss pada

setiap pipa yang terdapat dalam jaringan pipa untuk masing-masing

alternatif perhitungan jaringan pipa berbeda.

Berikut ini hal-hal yang membuat headloss pada setiap pipa yang terdapat dalam

jaringan pipa berbeda untuk alternatif 1 sampai 8 :

• Besar koefisien kekasaran Hazen-William ( CHW ) yang didapat pada studi

pustaka dengan koefisien kekasaran Hazen- William( CHW

• Kekasaran relatif atau absolute roughness ( e ) yang didapat pada studi

pustaka dengan kekasaran relatif maupun absolute roughness ( e ) yang

sudah ada ditentukan di dalam software WaterCAD pada pipa copper dan

concrete berbeda-beda.

) yang sudah

ada ditentukan pada software WaterCAD pada pipa copper dan concrete

berbeda-beda.

• Karena perhitungan Head loss mayor tergantung oleh panjang pipa ( L ),

maka hal ini juga termasuk faktor yang menyebabkan perbedaan headloss

antara setiap alternatif walaupun sangat kecil. Ini disebabkan saat proses

penggambaran layout pipa pada aplikasi WaterCAD v8i tidak sesuai

dengan ukuran sebenarnya dikarenakan kurang teliti saat penggambaran

layout jaringan pipa pada workspace WaterCAD v8i.

• Setelah dilakukan simulasi pada jaringan pipa untuk jenis pipa galvanized

dan steel dapat disimpulkan pipa copper masih lebih baik daripada kedua

pipa tersebut karena headloss yang terjadi dalam jaringan pipa untuk pipa

(89)

• Setelah dilakukan perhitungan jaringan pipa untuk diameter yang lebih

besar diperoleh hasil perhitungan yaitu kecepatan aliran dan headloss pada

pada pipa semakin kecil dan berbanding terbalik dengan debit pada pipa

(90)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis dapat menarik kesimpulan

antara lain :

1. Dalam perhitungan jaringan pipa didapatkan beberapa hasil perhitungan

antara lain arah aliran setiap pipa , debit aliran setiap pipa, kecepatan

aliran setiap pipa, dan headloss setiap pipa.

2. Dalam perhitungan jaringan pipa dari masing-masing alternatif

perhitungan, hasil analisa diperoleh adanya perbedaan hasil antara pipa

tembaga dan pipa beton akibat pengaruh faktor kekasaran masing-masing

jenis pipa tersebut. Sebagai bahan perbandingan dapat ditinjau pada

saluran pipa 1 ( P1 ) adalah:

a) Perbandingan antara pipa berbahan tembaga dan pipa berbahan

beton pada dari hasil perhitungan alternatif 1 dan 3 (dimana kedua

alternatif ini menggunakan metode Hardy-Cross) :

• Pada saluran pipa 1 pada alternatif 1 (menggunakan pipa

tembaga) diperoleh debit Q = 78 L/s , kecepatan aliran V =

1,107 m/s, headloss hf = 1,175 m.

• Pada saluran pipa 1 pada alternatif 3 (menggunakan pipa

beton) diperoleh debit Q = 78 L/s , kecepatan aliran V =

(91)

b) Perbandingan antara pipa berbahan tembaga dan pipa berbahan

beton yaitu pada alternatif 5 dan 7 (dimana kedua alternatif ini

disimulasikan dengan WaterCAD v8i) :

• Pada saluran pipa 1 pada alternatif 5 (menggunakan pipa

tembaga) diperoleh debit Q = 78.06 L/s , kecepatan aliran V

= 1.070 m/s, headloss hf = 1,088 m.

• Pada saluran pipa 1 pada alternatif 7 (menggunakan pipa

beton) diperoleh debit Q = 77.93 L/s , kecepatan aliran V =

1.068 m/s, headloss hf = 1,429 m.

3. Dengan membandingkan proses pengerjaan perhitungan jaringan pipa

antara menggunakan analisa perhitungan menggunakan metode Hardy-

Crosss dengan WaterCAD v8i disimpulkan bahwa software ini lebih

mudah dan akurat ditinjau dari waktu pengerjaan perhitungan jaringan

pipa dan keakuratan hasil perhitungan,apabila dibandingkan dengan

metode Hardy-Cross yang memerlukan beberapa kali percobaan iterasi

untuk mengasumsikan debit kebutuhan pada tiap pipa dan keakuratan hasil

perhitungan lebih rendah daripada hasil perhitungan menggunakan

WaterCAD.

4. Dari hasil perhitungan semua alternatif dapat juga disimpulkan bahwa pipa

copper sangat baik digunakan pada suatu jaringan pipa karena headlossnya

lebih kecil dibandingkan dengan jenis pipa lain. Ini disebabkan oleh faktor

kekasaran pipa copper yang kecil.

5. Diameter pipa mempengaruhi besar debit, kecepatan aliran dan headloss

(92)

semakin besar, tetapi kecepatan aliran dan headloss pada pipa semakin

(93)

DAFTAR PUSTAKA

Bentley Systems, Incorporated, 2011, Building a Network with Fire

Flow

Brater, E. F & King, H. W, 1963, Handbook of Hydraulics,McGraw-Hill Inc, Unites States of America.

Elgamal, Mohamed, 2014, Water Pipe

Network

Houghtalen, J.P., dkk, 2010, Fundamental of Hydraulic

Engineering Systems, Pearson Education, New Jersey

Howe, Kerry J., dkk , 2012, Principles of Water Treatment,John Wiley & Sons Inc, New Jersey.

Jonas M. K. Dake, 1985, Hidrolika Teknik, Terjemahan Tachyan, E. P & Pangaribuan, Y.P Erlangga, Jakarta.

Nurcholis, Lutfi, 2008, Perhitungan Laju Aliran Fluida Pada

Jaringan Pipa, Traksi, Volume 7, No.1.

(94)

LAMPIRAN

PERHITUNGAN UNTUK ALTERNATIF 1 :

Percobaan iterasi pertama:

Gambar

Gambar 2.1  : Diagram Moody …………………………..................
Tabel 2.1. Nilai – nilai Viskositas Kinematik air, ν
Tabel 2.2 Harga Koefisien Kekasaran Pipa Hazen- William
Tabel 2.3.  Nilai  absolute roughness ,e
+7

Referensi

Dokumen terkait