• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. URAIAN - Analisispengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. URAIAN - Analisispengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. URAIAN

Dalam menyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis dan ternyata ada beberapa mahasiswa/I sebelumnya menulis dalam masalah yang hampir sama bahkan menyerupai dengan judul yang akan penulis buat. Oleh

karena itu, untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ”menduplikat” hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan

antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas, yaitu sebagai berikut : “ Membandingkan Besar Kecepatan Aliran dan Kehilangan Tenaga antara Pipa Berbahan Tembaga dengan Berbahan Beton dengan Layout Jaringan Pipa serta

Dimensi yang sama Menggunakan Metode Hardy-Cross dan juga Mensimulasikannya ke dalam Software WaterCAD V8i ” oleh LEO

FERNANDO SITANGGANG/ NIM 100404078 .

Sedangkan judul skripsi penulis “Analisis Pengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan

Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i“

Dari beberapa metode yang telah dikembangkan untuk analisis jaringan

pipa, diantaranya adalah metode keseimbangan head. Metode keseimbangan head adalah metode yang paling awal digunakan untuk analisis jaringan pipa. Metode keseimbangan head dipakai untuk sistem pipa yang membeniuk loop tertutup.

(2)

memenuhi kriteria kontinuitas. Laju aliran berturut-turut disesuaikan dari satu

loop dengan loop yang lain, sampai laju aliran tiap-tiap loop dicukupi dalam suatu toleransi kecil yang telah ditetapkan (Cross, 1936).

2.2. DASAR TEORI

2.2.1. Metode Pendistribusian Air pada Pipa

Di dalam pendistribusian air diperlukan cara untuk mengalirkan air agar

air dapat mengalir dari sumber air ke semua pemakai air. Adapun metode pendistribusian air terdiri dari tiga tipe sistem yaitu Sistem Gravitasi, Sistem

Pemompaan, dan Sistem Gabungan.

2.2.1.1 Sistem Gravitasi

Metode pendistribusian dengan sistem gravitasi bergantung pada topografi

sumber daya air yang ada dan daerah pendistribusiannya. Biasanya sumber air ditempatkan pada daerah yang lebih tinggi dari daerah distribusinya, agar air yang

didistribusikan dapat mengalir dengan sendirinya tanpa pompa. Adapun keuntungan dengan sistem ini yaitu energi yang dipakai tidak membutuhkan biaya dan sistem pemeliharaannya murah.

2.2.1.2. Sistem Pemompaan

Metode ini menggunakan pompa dalam mendistribusikan air menuju lokasi pemakaian air. Pompa langsung dihubungkan dengan pipa yang menangani

pendistribusian. Dalam pengoperasiannya pompa terjadwal untuk beroperasi sehingga dapat menghemat pemakaian energi. Keuntungan dari metode ini yaitu

tekanan pada daerah distribusi dapat terjaga.

(3)

Metode ini merupakan gabungan antara metode gravitasi dan pemompaan

yang biasa digunakan untuk daerah distribusi yang berbukit-bukit dan pendistribusian air di gedung bertingkat.

2.3. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida

Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran

sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan

pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel untuk bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan.

Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel (Ihwanda,2000). yaitu:

Q = A . v ……….(2.1)

Di mana:

Q= Kapasitas aliran = (m3/s),

A = luas penampang aliran (m2), v = kecepatan aliran fluida (m/s)

Untuk nilai kecepatan searah gaya gravitasi, maka kecepatan dihitung berdasarkan tinggi jatuh air atau √(2gh) , maka diperoleh persamaan:

Q = √(2gh)x 0,25 π D2

2.4. Jenis Aliran Fluida

…….………...(2.2)

Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran transisi,

dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapat dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran menjadi 3

(4)

rata-rata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarkan eksperimen

tersebut maka didapatkan bilangan Reynold di mana bilangan ini tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter.

Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan atau kekentalan besar. Aliran disebut

turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa.

Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil. Aliran laminar Re < 2000

Aliran Turbulen Re > 4000

Aliran Transisi 2000 < Re < 4000

Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

µ . .

Re= ρDV ………(2.3)

Di mana: ρ = massa jenis fluida (kg/m3), d = diameter pipa (m), V = kecepatan aliran fluida (m/s), μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas

kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan

v V D.

Re= ………..……..(2.4)

(5)

Tabel 2.1. Nilai – nilai Viskositas Kinematik air, ν

Sumber: Kerry J.Howe ,dkk, John Wiley & Sons, Inc. (2012). Principles of Water Treatment

2.5. Energi dan Head

Energi biasanya didenefisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Kerja merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung

pada suatu jarak tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule). Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi. Dalam

menganalisa masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan adalah mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi tekanan.

Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran fluida

karena adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat jatuhnya. Energi potensial (Ep) (Ihwanda,2000) dirumuskan sebagai:

z W

Ep= . ………....(2.5)

(6)

Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena pengaruh

kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik dirumuskan sebagai:

2 Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang

dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu dan berlawanan dengan tekanan fluida.

Besarnya energi yang disebabkan tekanan (Ef) dirumuskan sebagai:

γ

W P

Ef = .

………...…(2.8) Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi diatas

dirumuskan sebagai:

γ

Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H) dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W

(berat fluida) dirumuskan sebagai:

γ 2.6. Kerugian Tinggi Tekan ( Head Loss)

Kerugian tinggi-tekan terdiri atas kerugian tinggi-tekan mayor dan minor,

(7)

karena kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head losses minor disebabkan

karena kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya. Istilah head loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika

abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Arti head loss sendiri adalah hilangnya energi mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan Head loss adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi

yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satun panjang yang bersesuaian.

2.6.1Kerugian Tinggi Tekan Mayor (Major Losses)

Bila fluida mengalir melalui suatu pipa dan tekanan fluida diukur pada dua tempat sepanjang pipa, akan dijumpai kenyataan bahwa tekanan berkurang dalam

arah aliran. Penurunan tekanan ini disebabkan karena gesekan fluida pada dinding pipa. Penurunan tekanan (∆p) sepanjang pipa (L).

Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams dan Darcy-Weisbach

2.6.1.1. Persamaan Hazen-Williams hf = S .L , jadi dapat diturunkan sebagai berikut:

L dengan mensubstitusi A = 0.25 π D

(8)

Q = debit aliran pada pipa (m3

0.849 = konstanta,

/det),

Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams,

A = Luas penampang aliran (m2

R = Jari-jari hidrolis (m) = ),

4 .

. . 25 .

0 2 D

D D P

A

= =

π π

S = kemiringan garis energi (m/m) =

L hf

hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m),

D= Diameter pipa (m), L = panjang pipa (m)

Tabel 2.2 Harga Koefisien Kekasaran Pipa Hazen- William

(9)

2.6.1.2. Persamaan Darcy-Weisbach

Persamaan Darcy berlaku untuk aliran laminer atau turbulen. Faktor gesekan untuk laminer dapat dihitung secara analisis sedangkan untuk aliran turbulen

harus ditentukan secara empiris.

g D

V L f hF

2 .

.. . 2

= ………...……….……….(2.14)

Dimana:

hf = kerugian head karena gesekan (m)

f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody)

D = diameter pipa (m) L = panjang pipa (m)

V = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/det)

g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2 Q = A.V

Diagram Moody memberikan faktor gesekan pipa. Faktor ini dapat ditentukan oleh bilangan Reynold dan kekasaran relatif dari pipa.Bila pipa semakin kasar, maka kemungkinan turbulent akan semakin besar. Kekasaran relatif dapat

didefinisikan sebagai :

e/D………(2.15)

dengan,e = absolute roughness atau kekasaran relatif,( tergantung oleh jenis bahan material pipa)

Berikut ini tabel dari nilai absolute roughness ,e , untuk setiap jenis bahan

(10)

Tabel 2.3. Nilai absolute roughness ,e

Sumber : Houghtalen, Robert J (2010) D = diameter of pipe

sedangkan bilangan reynold didefinisikan sebagai:

v V D R= .

dengan,

R = Reynolds number D = diameter

V = velocity

ν = kenimatic viscosity of fluid

(11)

• Tergantung pada bilangan Reynold dan kekasaran relative

• Harus ditentukan secara empiris (grafik, tabel, persamaan empiris)

Gambar 2.1. Diagram Moody

Sumber: Bambang Triatmodjo, 2013

Untuk aliran laminar nilai f dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Re 64 =

f

Untuk aliran turbulen dapat digunakan persamaan Swamee-Jain yang dikembangkan untuk memperoleh faktor gesekan, f selain menggunakan diagram

Moody dimana nilai Re dan e/d sudah diketahui :

(12)

2.6.2.Kerugian Head Minor (Minor Losses)

Ada berbagai macam kehilangan tinggi tekan minor sebagai berikut: 1. Kehilangan Tinggi Minor karena Pelebaran Pipa

2. Kehilangan Tinggi Minor karena Penyempitan Mendadak pada Pipa 3. Kehilangan Tinggi Minor karena Mulut

4. Kehilangan Tinggi Minor karena Belokan pada Pipa

5. Kehilangan Tinggi Minor karena Sambungan dan Katup pada Pipa

2.7. ALIRAN DALAM SISTEM PIPA

Sistem jaringan pipa berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke tempat lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena

adanya tambahan energi dari pompa. Sistem jaringan pipa biasanya digunakan untuk mendistribusikan air di daerah perkotaan (air minum), mengalirkan minyak

dari lokasi pengeboran ke lokasi pengolahan dan lain lain.

Sistem distribusi jaringan pipa pada daerah perkotaan atau kawasan industri yang besar bisa sangat komplek. Pada bab ini akan dibahas sistem jaringan pipa yang

sederhana, yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Aliran dalam pipa seri

2. Aliran dalam pipa paralel

3. Aliran dalam jaringan pipa

2.7.1 Aliran Dalam Pipa Seri

(13)

8-1. menunjukkan suatu sistem yang terdiri dari dua buah reservoir yang

dihubungkan dengan dua buah pipa yang dihubungkan secara seri.

Persoalan pada pipa seri pada umumnya adalah menentukan besarnya debit aliran

Q bila karakteristik masing-masing pipa, yaitu : panjang : L1, L2; diameter : D1, D2; koefisien gesekan f1, f2

Gambar 2.2. Pipa Seri

dan beda tinggi elevasi muka air pada kedua reservoir diketahui atau menentukan perbedaan elevasi muka air H bila debit dan

karakteristik pipa diketahui.

Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan aliran dalam pipa seri adalah :

Persamaan Kontinuitas :

2

1 Q

Q

Q= = ...(2.17)

Persamaan Bernoulli di titik (1) dan titik (2) :

d

Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan persamaan kehilangan energi sekunder, maka persamaan (3-2) menjadi :

H v

(14)

v Q

2.7.2 Aliran Dalam Pipa Paralel

Kombinasi dari dua atau lebih pipa seperti ditunjukkan pada Gambar 8-3

sehingga aliran terbagi ke masing-masing pipa dan kemudian bergabung kembali, disebut sebagai susunan pipa paralel. Pada susunan pipa seri, debit aliran pada semua pipa adalah sama dan kehilangan energi merupakan penjumlahan dari

kehilangan energi pada semua pipa, sedangkan dalam pipa paralel, kehilangan energi pada setiap pipa adalah sama dan debit aliran merupakan penjumlahan dari

debit pada setiap pipa.

Gambar 2.3. Pipa Paralel

Dalam perhitungan tinggi kecepatan biasanya diabaikan, sehingga garis energi berimpit dengan garis tekan.

Dari Gambar 2.3 di atas, persamaan untuk menyelesaikan pipa paralel adalah :



Terdapat dua persoalan pada pipa paralel, yaitu :

adalah elevasi titik A dan B, dan Q adalah debit pada pipa utama

(15)

2) Diketahui Q, dicari distribusi debit pada setiap pipa dan besarnya kehilangan

energi

Pada kedua persoalan di atas, diameter pipa, sifat zat cair dan kekasaran pipa

diketahui.

Persoalan pertama, sesungguhnya merupakan persoalan pipa sederhana untuk menentukan debit, karena kehilangan energi sama dengan penurunan garis gradien

hidrolik. Debit pada setiap pipa dijumlahkan untuk mendapatkan debit total.

Persoalan kedua lebih rumit, karena baik kehilangan energi maupun besarnya

debit untuk pipa yang manapun tidak diketahui. Untuk itu bisa digunakan langkah berikut untuk menyelesaikan masalah yang kedua.

1) Misalnya debit pada pipa 1 adalah Q

2)

(16)

2.7.3. Aliran dalam jaringan Pipa

Suatu jaringan pipa terbentuk dari pipa-pipa yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga aliran keluar pada suatu titik bisa berasal dari beberapa

jalur pipa. Sistem jaringan pipa banyak dijumpai pada jaringan suplai air bersih kota. Suatu jaringan kota sering rumit dan diperlukan suatu desain sistem distribusi yang efisien dan efektif sehingga kriteria besarnya tekanan dan debit

pada setiap titik dalam jaringan dapat dipenuhi.

Analisis jaringan suatu kota cukup rumit dan memerlukan perhitungan

yang besar, dalam banyak hal perhitungan dengan bantuan kalkulator tidak mampu, sehingga diperlukan bantuan komputer. Perangkat lunak untuk membantu kecepatan dan ketelitian perhitungan banyak tersedia di pasar dari yang sederhana

sampai yang sangat rumit dan berharga mahal. Ada beberapa metoda untuk menyelesaikan perhitungan sistem jaringan pipa, diantaranya adalah metoda Hardy Cross dan metoda Matriks. Dalam skripsi ini perhitungan sistem jaringan

pipa akan diselesaikan menggunakan metoda Hardy Cross.

Gambar 2.4. Jaringan Pipa

Pada jaringan pipa yang kompleks pemakaian persamaan Hazen williams

(17)

dan terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada sebuah lokasi serta proses

interasi penentuan head loss pada tiap pipa. Sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa pipa mungkin membentuk beberapa loop dan sebuah pipa mungkin

dipakai secara bersama-sama oleh dua loop. Seperti Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik, maka pada jaringan pipa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi 1. Aliran netto ke sebuah titik pertemuan harus sama dengan nol atau laju aliran

ke arah titik pertemuan harus sama dengan laju aliran dari titik pertemuan yang sama

2. Head loss netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol. Metode iterasi untuk perhitungan loop jaringan pipa disebut metode Hardy-Cross. Metode ini memberikan nilai koreksi kapasitas aliran pada tiap pipa dari perbandingan head

loss yang diasumsikan sebelumnya.

Metode Hardy Cross digunakan untuk jaringan pipa loop tertutup. Laju aliran keluar sistem secara umum diasumsikan untuk setiap percabangan,

pengasumsian ini menentukan laju aliran yang seragam dalam saluran pipa yang dapat menyederhanakan analisis. Dengan mengetahui laju keluaran pada

percabangan, metode Hardy Cross didasarkan dengan prosedursecara iterasi pada awal perhitungan laju aliran dalam pipa. Pada setiap percabangan laju aliran tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Setiap pipa dari sistem jaringan

terdapat hubungan antara kehilangan tenaga dan debit.

Langkah perhitungan dengan metode Hardy-Cross adalah sebagai berikut :

(18)

2. Membuat tabel perhitungan untuk analisa tiap loop tertutup.

3. Menghitung head loss dalam setiap pipa

4. Menentukan arah aliran dan head loss, yaitu positif untuk arah aliran yang

searah jarum jam dan negatif untuk arah aliran yang berlawanan dengan jarum jam

5. Menghitung jumlah aljabar head loss pada setiap loop

6. Menghitung total head loss per laju aliran, hf /Q untuk setiap pipa dan menentukan jumlah aljabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop.

7. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan rumus

Q

Koreksi ini diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan ditambahkan untuk aliran yang searah jarum jam dan di kurangkan untuk

aliran yang berlawanan dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan

secara bersama dengan loop lain, koreksi aliran untuk pipa tersebut

adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk kedua loop.

8. Mengulangi langkah 1 sampai dengan langkah ke 7 sampai nilai koreksi aliran sekecil mungkin.

2.8. PENGENALAN TENTANG SOFTWARE WATERCAD V8I

Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem

jaringan distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Epanet 1.1, Epanet 2.0, WaterCAD, dan WaterNet. Dalam studi ini digunakan program

(19)

diketahui dalam fungsinya untuk menganalisis perbedaan kecepatan aliran dan

mayor loss pada masing masing pipa .

Berikut ini pengenalan singkat tentang software WaterCAD v8i:

Gambar 2.5. Tampilan Penuh Ruang Kerja pada WaterCAD v8i

Gambar 2.6. Tampilan Menubar pada WaterCAD v8i

(20)

Gambar 2.8. Layout Toolbars pada WaterCAD v8i

Keterangan : Layout toolbar ini berfungsi mendefinisikan objek seperti reservoir, pipa, tank, junction, pompa pada jaringan pipa sehingga dapat disimulasikan

layaknya sistem jaringan pipa sebenarnya.

(21)

Keterangan : Background layers berfungsi menampilkan peta layout jaringan pipa

Gambar

Tabel 2.1. Nilai – nilai Viskositas Kinematik air, ν
Tabel 2.2 Harga Koefisien Kekasaran Pipa Hazen- William
Tabel 2.3.  Nilai  absolute roughness ,e
Gambar 2.1. Diagram Moody
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penelitian kedua pada pipa penstock 2 menghasilkan keluaran tegangan dan arus relatif lebih kecil, hal ini disebabkan oleh aliran air yang relatif lebih kecil

Menurut Aditya (2012), komponen kecepatan aliran udara di setiap titik di dalam pipa ham- pir memiliki besar dan arah yang sama (lami- nar) sehingga penentuan besarnya nilai waktu

Judul Skripsi : SIMULASI ALIRAN FLUIDA DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA PESAT PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SINDANG CAI Telah berhasil dikoreksi atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecepatan aliran pipa pada sistem Hidroponik DFT yang memiliki luas penampang kecil dengan pipa yang memiliki

Sedangkan pada gambar 14 dapat dilihat bahwa besar laju korosi menurut persentase korosi pada pipa galvanis yang dialiri fluida air laut pada laju aliran 100 %

Dari hasil penghitungan dan analisa yang telah dilakukan pada pengaruh viscositas lumpur dan kecepatan aliran fluida pada variasi sudut pipa isap lumpur terhadap

Pada pengujian menggunakan puli berdiameter 6,5 cm dan 4,5 cm terlihat debit aliran bahan bakar yang sama pada semua plunger dalam setiap variasi pengujiannya, akan tetapi semakin kecil

Kesimpulan yang diperoleh adalah penggunaan diameter pipa yang sama pada jaringan pipa akan menghasilkan debit tetap tidak berubah, karena diameter pipa dapat saling meniadakan dalam