• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Motivasi Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak : Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Motivasi Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak : Studi Kasus Pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu)

Skripsi

:

Oleh: Susi Dianawati NIM: 104082002632

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu)

Skripsi

Ditujukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Susi Dianawati NIM. 104082002632

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE., Ak., MM

NIP. 130 676 334 NIP. 150 377 441

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu)

Skripsi

Ditujukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Susi Dianawati NIM. 104082002632 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Rahmawati, SE., Ak., MM

NIP. 130 676 334 NIP. 150 377 441

Penguji Ahli

Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA NIP. 132 055 044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

Hari ini Kamis Tanggal Dua Belas Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Aditya Dwi Purwoko NIM: 104082002676 dengan judul Skripsi "PENGARUH PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM, KUALITAS PELAYANAN KPP, DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK (Studi Kasus pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu)". Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA Afif Sulfa, SE, AK., M.si Ketua Sekretaris

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Susi Dianawati

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 20 Juni 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pulo Cempaka Raya No.36 Rt 007/Rw 014 Kemandoran I, Kelurahan Grogol Utara,

Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12210

No. telepon : 081511767741

e-mail : susi_ob@plasa.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1992 - 1998 SDN Grogol Utara 10 Pagi 1998 - 2001 SLTP Negeri 16 Jakarta 2001 - 2004 SMK Negeri 6 Jakarta

2004 - 2008 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

III. RIWAYAT KELUARGA

Nama Ayah : Suardi

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Barakat

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Pulo Cempaka Raya No.36 Rt 007/Rw 014 Kemandoran I, Kelurahan Grogol Utara,

(6)

ABSTRACT

Susi Dianawati. The title of script "Analysis Influence of Motivation and Education Level to Taxpayer Compliance". Strata One (S1). Tax Concentration, Accounting Major in Economic and Social Sciense The State of Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this research is to know influence motivation and education level to taxpayer compliance with using multiple linear regression with dummy's variable. The sample in this research includes 61 respondences listed at Tax Service Office "Pratama Jakarta Tanah Abang Satu". The sampling method is convenience sampling. The collected of data to use primary data with questionnaire technique.

The result of the research with partial, motivation has a positive relations and significant to taxpayer compliance. Education level have a positive relations but unsignificant with taxpayer compliance.

Simultaneously, independents variable's influences to taxpayer compliance as a dependent variable's.

(7)

ABSTRAK

Susi Dianawati. Judul Skripsi "Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak". Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi, Konsentrasi Pajak Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan menggunakan regresi linear berganda dengan variabel dummy. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 responden yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden dengan teknik kuisioner.

Hasil penelitian yang diperoleh dalam pengujian secara parsial adalah bahwa motivasi mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak sebagai variabel dependen.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jaman yang terang benderang.

Dengan segala kemampuan peneliti, kerja keras dan do’a akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Namun, peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Peneliti hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil atas penyelesaian skripsi ini:

1. Ayah dan ibu atas segala kasih sayang, do’a, dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga memotivasi peneliti untuk tetap kuat dan sabar dalam menjalani hari-hari di bangku kuliah.

2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku Dosen Pembimbing I atas kesabarannya dalam membimbing dan memberikan dorongan serta ide-ide baru.

3. Ibu Rahmawati, SE., Ak., MM, selaku Dosen Pembimbing II yang meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan berbagai solusi kepada peneliti.

4. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak. MBA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah

membantu kelancaran administrasi.

(9)

8. Keluarga Besar Akuntansi A '04 : Yusar, Sanusi, Rozak , Ucup, Eli, Rio, Wendy, Wahyu, Bang Hate, Yahya, Fian, Ican, Irvan, Altaf, Haris, Silky, Nana, Tika, Ika, Neneng, Fitri, Indah, Nindy, Devi, Ani, Eva, Tia, Ita, dan Team Soulmate Denok, Rifka, Nissa, Putri (kalian pasti bisa!!), bagiku begitu banyak kenangan yang sulit terlupakan bersama kalian. Makasih buat semuanya karena kalian sumber semangatku.

9. Teman seperjuangan kompre Ieda dan Nica makasih kerjasamanya.

10.Teman-teman “Tax Accounting A” pertemuan yang singkat namun sangat berarti, buat Rifta dan Uni Dewi makasih buat do’a dan dukungannya.

11.Teman-teman Akuntansi FEIS angkatan 2004 semoga silaturrahmi kita tetap terjaga.

12.Idris makasih ya SPSSnya, rahma, jenk dwe, widhya, dika, yani, rahil, makasih buat semangatnya.

13.Aditya Dwi Purwoko makhluk terlucu yang tak pernah bosan menemani, menyemangati, dan mendo’akanku makasih buat kebersamaannya (Cepet selesai ya skipsi’a).

14.Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu, namun sangat berarti dihatiku.

Semoga segala bantuan, dukungan dan do’a yang telah peneliti terima dari semuanya mendapat ridha Allah SWT dan menjadi pengikat silaturrahmi bagi kita semua. Akhir kata peneliti mohon maaf bila terdapat kesalahan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 23 Mei 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT... vi

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Konsep Dasar Perpajakan ... 11

1. Pengertian Pajak ... 11

2. Fungsi Pajak ... 12

3. Jenis Pajak ... 13

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 15

5. Definisi Wajib Pajak ... 16

6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 17

7. Pajak Penghasilan ... 19

B. Motivasi... 22

C. Pendidikan ... 26

D. Kepatuhan Wajib Pajak... 29

(11)

2. Kepatuhan Wajib Pajak... 30

E. Kerangka Pemikiran ... 33

F. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35

B. Metode Penentuan Sampel ... 35

C. Metode Pengumpulan Data ... 36

D. Metode Analisis Data... 37

1. Statistik Deskriptif ... 37

2. Uji Kualitas Data ... 37

3. Uji Asumsi Klasik... 38

4. Uji Hipotesis... 49

E. Operasional Variabel... 41

1. Variabel Independen ... 41

2. Variabel Dependen ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu... 44

1. Sejarah Singkat KPP ... 44

2. Struktur Organisasi ... 45

3. Susunan Organisasi... 46

4. Tugas dan Fungsi ... 47

B. Karakteristik Responden ... 48

1. Hasil Analisis Data Kualitatif... 48

2. Hasil Analisis Deskriptif ... 51

C. Uji Kualitas Data ... 70

1. Uji Validitas ... 70

2. Uji Reliabilitas ... 73

D. Uji Asumsi Klasik ... 74

(12)

2. Uji Heteroskedastisitas... 74

E. Uji Hipotesis... 75

1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 75

2. Persamaan Regresi Berganda Variabel Dummy ... 76

3. Uji Statistik t... 77

4. Uji Statistik Fisher (F) ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Implikasi... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.5 : Melaksanakan kewajiban perpajakan dengan sukarela ... 51

Tabel 4.6 : Mendaftarkan sebagai Wajib Pajak dengan sukarela ... 52

Tabel 4.7 : Membayar pajak sebagai bentuk pengabdian kepada Negara ... 53

Tabel 4.8 : Membayar pajak sebagai wujud gotong royong nasional ... 53

Tabel 4.9 : Membayar pajak dapat mengurangi tingkat kemiskinan ... 54

Tabel 4.10: Pajak berfungsi untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat ... 55

Tabel 4.11: Penghasilan WP diatas PTKP wajib membayar pajak ... 55

Tabel 4.12 :Manfaat pajak sebagai sarana pendidikan dan layanan kesehatan gratis ... ... 56

Tabel 4.13: Rakyat taat pajak jika keuangan negara dikelola dengan tertib, efisien, transparan, dan bertanggung jawab ... 57

Tabel 4.14: Proporsi tarif pajak menganut asas keadilan... 57

Tabel 4.15:Pembayaran PPh dilakukan sebelum jatuh tempo agar tidak terkena denda 2%... 58

Tabel 4.16: Informasi pajak diperlukan bagi masyarakat yang belum tahu gunanya pajak... 59

Tabel 4.17:Sosialisasi perpajakan perlu dilakukan oleh aparat pajak untuk meningkatkan pengetahuan pajak... 59

Tabel 4.18: Pemberian penghargaan atau hadiah oleh KPP diperlukan untuk merangsang WP dalam membayar pajak ... 60

Tabel 4.19: Tingkat Pendidikan... 61

(14)

dan Tahunan ... 62

Tabel 4.22: WP telah menghitung dengan benar dalam mengisi SSP dan fiskus telah menghitung pajak secara pasti ... 63

Tabel 4.23: WP selalu menyetor dan melaporkan SPT Masa tepat waktu ... 64

Tabel 4.24: WP tepat waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan ... 64

Tabel 4.25: WP bersedia memenuhi tunggakan pajaknya bila ada ... 65

Tabel 4.26: WP tidak mempunyai tunggakan pajak ... 66

Tabel 4.27: WP tidak pernah melakukan kejahatan dibidang perpajakan ... 66

Tabel 4.28: WP tidak pernah mendapat sanksi atau denda pajak... 67

Tabel 4.29: WP akan membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak oleh petugas pajak ... 68

Tabel 4.30: WP bersedia memberikan data yang diperlukan dalam proses Pemeriksaan ... 68

Tabel 4.31: WP masih merasa takut bila berhubungan dengan pemeriksaan Pajak ... ... 69

Tabel 4.32: WP mengetahui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK/03/2003 mengenai Kriteria WP Patuh ... 70

Tabel 4.33: Hasil Uji Validitas Motivasi ... 71

Tabel 4.34 : Hasil Uji Validitas Kepatuhan ... 72

Tabel 4.35 : Hasil Uji Reliabilitas Motivasi ... 73

Tabel 4.36 : Hasil Uji Reliabilitas Kepatuhan... 73

Tabel 4.37 : Hasil Uji Multikolonieritas ... 74

Tabel 4.38 : Hasil Uji Regresi ... 75

Tabel 4.39 : Hasil Uji t ... 76

Tabel 4.40 : Hasil Uji t ... 77

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuisioner ... 84

Lampiran 2: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi ... 89

Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak ... 90

Lampiran 4: Hasil Uji Regresi... 91

Lampiran 5: Hasil Uji Multikolonieritas ... 92

Lampiran 6: Hasil Uji Hereroskedastisitas... 92

Lampiran 7: Rekapitulasi jawaban Kuisioner ... 93

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanpa mengingkari fenomena-fenomena riil di masyarakat sekarang ini yang masih terpuruk dalam krisis ekonomi, pemerintah dengan kebijakan fiskal mengisyaratkan untuk dapat memelihara dan mempertahankan disiplin kebijakan makroekonomi sebagai kunci penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi upaya pemulihan. Ini adalah faktor penting untuk mendukung pemulihan sektor riil dan dunia usaha. Kebijakan fiskal melalui penerimaan dan belanja negara merupakan instrumen ampuh guna mengambil tindakan bagaimana output nasional dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (http://www.fiskal.depkeu.go.id, Anggito Abimanyu, 12 Desember 2005, 5:33:00 PM).

(18)

(http://www.fiskal.depkeu.go.id/bappekki/artikelaa/detailaa.asp?NewsID=N8

02909217).

Pajak bagi suatu masyarakat yang modern, memegang peranan penting. Pembiayaan penyelenggaraan negara sebagian besar bersumber dari pajak, juga merupakan sumber dana utama dalam melakukan pembangunan. Karena peranannya yang sangat sentral dalam negara, tentunya masyarakat sebagai warga negara mestinya paham tentang pentingnya pajak serta mengerti bagaimana melaksanakan hak dan kewajibannya terkait dengan pajak. Apalagi dengan sistem self assesment seperti yang diterapkan Indonesia ( doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-38k).

Sejak diterapkannya sistem self assesment dalam undang-undang perpajakan di Indonesia, kunci pokoknya adalah kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya. Konsekuensi dari penerapan sistem self assesment tersebut, Direktorat Jendral Pajak berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi perpajakan. Karena pada sistem self assesment Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan, dan membayar sendiri kewajiban pajaknya (Media Indonesia, 30 oktober 2007).

(19)

undang-undang mewajibkan setiap orang yang penghasilannya diatas PTKP wajib memiliki Nomor Pokok Wajib pajak (NPWP). Namun kenyataannya jarang sekali orang yang sukarela mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP. Hal ini dapat dilihat pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Pasal 21, banyak pegawai yang penghasilannya diatas PTKP tetapi tidak memiliki NPWP. Faktor-faktor yang menyebabkannya antara lain ketidaktahuan tentang aturan perpajakan, kurangnya pengawasan, lemahnya penegakan hukum, malas berurusan dengan kantor pajak, sampai pada kesan “tidak bersahabatnya” kantor pajak. Selain itu, tingkat pemahaman terhadap ketentuan perpajakan juga menunjukkan tingkat yang rendah. Misalnya kita sering mendengar keluhan tentang rumitnya pengisian SPT dan adanya peraturan-peraturan baru yang belum diketahui oleh wajib pajak ( doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-38k).

(20)

Menurut Dudi Wahyudi (2007) Terdapat dua aspek perpajakan yang perlu disosialisasikan. Pertama, aspek kesadaran dan pemahaman tentang pajak. Aspek inilah sebenarnya yang harus diarahkan kepada masyarakat luas, baik itu wajib pajak atau bukan. Alat yang efektif adalah sekolah dan perguruan tinggi. Rasanya perlu dimasukkannya materi pajak secara umum dalam kurikulum pendidikan kita, misalnya melalui mata pelajaran PPKn dan Ekonomi. Namun di perguruan tinggi sebaiknya diseluruh jurusan diberikan mata kuliah perpajakan, terutama aspek pajak atas bidang industri yang akan dimasukinya selepas kuliah ( doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-38k). Dunia pendidikan merupakan tempat yang tepat untuk memperkenalkan pengetahuan tentang pajak sehingga kesadaran dan kepatuhan membayar pajak sudah tertanam sejak dini. Hal ini ditunjukkan oleh Ditjen Pajak dengan menggelar sosialisasi pajak bertajuk “High School Tax Roadshow” yang diikuti 300 SMU di Medan. Sosialisasi tersebut berjalan dengan sukses karena mendapat respon yang baik dari siswa (http://hariansib.com /2007/05/16/ditjen-pajak-gelar-sosialisasi-pajak-diikuti-300-smu-di-medan/).

(21)

mungkin masih terdapat jarak psikologis antara wajib pajak dan aparat pajak. Dengan modernisasi kantor pajak masalah ini akan teratasi karena dengan sifat struktur dan kultur yang baru memungkinkan adanya saling percaya antara wajib pajak dan aparat pajak sehingga jarak psikologisnya semakin berkurang ( doytea.wordpress.com/2007/08/06/sosialisasi-pajak-tanggung-jawab-siapa/-38k).

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya juga dipengaruhi oleh motivasi wajib pajak. Menurut Robert L Malthis dan John H. Jackson, motivasi asal kata motif adalah suatu kehendak atau keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang itu berbuat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati, menguasai, mencapai benda atau bukan benda tersebut (Munir, 2001:136). Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki individu. Karena dengan motivasi inilah orang akan tergerak untuk melaksanakan suatu aktivitas. Tanpa adanya motivasi, orang akan lemah, pesimis, dan tidak terdorong untuk beraktifitas.

(22)

pajaknya. Hal ini akan menyebabkan wajib pajak kurang termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dalam teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow dijelaskan mengenai hirarki kebutuhan akan penghargaan, yakni setiap manusia akan selalu senang bila mendapat penghargaan (Winardi:2002). Begitu pula wajib pajak akan terdorong untuk memenuhi perpajakan bila mendapatkan imbalan

secara langsung. Untuk menumbuhkan motivasi wajib pajak, maka dalam pelaksanaan

sosialisasi aparat pajak harus memaparkan secara konkret manfaat pajak dan menumbuhkan kesadaran bahwa pajak digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Diantaranya pajak digunakan untuk menggaji PNS, membangun sekolah, rumah sakit, jalan, jembatan, keamanan dan fasilitas umum lainnya sehingga motivasi wajib pajak semakin kuat untuk patuh dalam memenuhi kewajiban pajak (http://www.jawapos.co.id/index.php?a...id =182102&c=88).

Salah satu upaya aparat pajak dalam memberi motivasi wajib pajak adalah mengadakan program Pekan Penyampaian SPT PPh 2006 di Bojonegoro. Hal itu guna mewujudkan adanya peningkatan wajib pajak di Bojonegoro, KPP berencana aktif turun ke lapangan untuk mendata wajib pajak yang mempunyai PTKP di atas 13,2 juta setahun. Target utama pendataan itu antara lain karyawan mall dan pasar besar yang ada di Bojonegoro

(23)

memberikan hadiah kepada wajib pajak yang telah membayar PBB lebih awal sebelum jatuh tempo. Kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi antara wajib pajak dengan pemkot Semarang dan memberi motivasi untuk membayar PBB (http://infosemarang.net/index.php?option= com_content&task=view&id=122&Itemid=1).

Penelitian sebelumnya oleh Nurseto (2002) dengan judul “Pengaruh Persepsi tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan terhadap Kesadaran Wajib Pajak”. Hasilnya menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan dapat memberikan sumbangan efektif terhadap kesadaran wajib pajak sebesar 37,15%. Ini berarti semakin tinggi persepsi pajak dan tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib semakin signifikan.

Penelitian selanjutnya oleh Setiadi (2006) dengan judul “Persepsi tentang Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak para responden termasuk kategori baik dengan tingkat persepsi rata-rata 76,14% dari skor idealnya. Sedangkan dalam konteks kepatuhan wajib pajak diketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak rata-rata mencapai 77,24% dari skor idealnya. Dari hasil perhitungan korelasi diketahui bahwa tingkat hubungan kedua variabel penelitian ini 0,443 sehingga ada hubungan positif dan cukup signifikan antara persepsi tentang pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

(24)

pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikansi diatas 5% (lima persen).

Berdasarkan penelitan-penelitian sebelumnya penulis mencoba untuk meneliti kembali. Penulis ingin mengetahui pengaruh motivasi dan tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, apakah terdapat pengaruh yang signifikan atau tidak. Penelitian ini lebih mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Yusronillah (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Kecamatan Jatinegara. 2. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu motivasi (X1), tingkat

pendidikan (D), dan kepatuhan (Y), sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel tingkat pendidikan (X1), jenis pekerjaan (X2), dan motivasi (Y).

3. Penelitian ini menggunakan pengujian statistik Regresi Berganda Variabel Dummy, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan pengujian statistik Two Way ANOVA.

4. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2006.

(25)

“ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Motivasi Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?

2. Apakah Tingkat Pendidikan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?

3. Apakah Motivasi dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah Motivasi Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

b. Untuk mengetahui apakah Tingkat Pendidikan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

(26)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi pihak KPP, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan dan tetap memperhatikan hak-hak wajib pajak itu sendiri.

b. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini sebagai sarana informasi bahwa pembinaan pendidikan pajak sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan pajak.

c. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan atau referensi bagi beberapa penelitian dengan objek peneliti yang sejenis.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama. Beberapa kutipan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli antara lain:

Menurut Mr.Dr.N J. Feldman dalam Siti Resmi (2003:1)

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya konte-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Burton dan Ilyas (2004:5) berpendapat:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

(28)

a) Iuran dari rakyat kepada negara

b) Sifatnya dapat dipaksakan berdasarkan Undang-Undang, artinya pajak dipungut dengan kekuatan Undang-Undang dan aturan pelaksanaannya c) Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan

oleh pembayar pajak

d) Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta)

e) Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

2. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2003:1) fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam dua fungsi, yaitu:

a. Fungsi Budgetair (Sumber Dana bagi Pemerintah)

Fungsi ini bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-banyaknya antara lain mengisi APBN sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang (balance budget) tercapai.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

(29)

akan dapat menumbuhkan obyek pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi. 3. Jenis Pajak

Menurut Djunaedi (2004:11) jenis pajak dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan sifat :

1) Pajak Pribadi (Perseorangan)

Dalam hal ini pengertian pajak lebih memperhatikan keadaan pribadi seseorang seperti: berapa anak.

2) Pajak Kebendaan

Yang diperhatikan adalah obyek pajaknya, pribadi Wajib Pajak dikesampingkan.

3) Pajak atas Kekayaan

Yang menjadi obyek pajak adalah kekayaan seseorang atau badan. 4) Pajak atas Bertambahnya Kekayaan

Pengenaannya didasarkan atas seseorang atau badan yang mengalami pertambahan kekayaan, biasanya dikenakan hanya sekali.

5) Pajak atas Konsumsi

(30)

b. Berdasarkan Ciri : 1) Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak untuk menetapkan pajaknya dicari alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan keadaan material (Contoh: Pajak Penghasilan).

2) Pajak Objektif

Pertama melihat kepada obyeknya kemudian barulah dicari subyeknya (Contoh: Pajak Pertambahan Nilai).

c. Berdasarkan Golongan :

1) Pajak langsung dalam arti pajak yang langsung disetor secara periodik berdasarkan kohir dan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. (Contoh: PPh)

2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dilimpahkan kepada orang lain, bisa tidak periodik. (Contoh: Bea materai, PPN).

d. Berdasarkan Lembaga Pemungut :

1) Pajak Pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.

Contoh : Pajak Penghasilan, PPN dan PPnBM, Bea materai, PBB dan BPHTB.

(31)

Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak pembangunan I, Pajak reklame.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Mardiasmo (2003:7) pada dasarnya terdapat 3 (tiga) sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu:

a. Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh Wajib Pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus (aparat pajak).

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang terletak pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat ketetapan Pajak (SKP) oleh pihak fiskus.

b. Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak harus menghitung, menyetor, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang terletak pada Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang.

(32)

c. Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang mana besar pajak terutangnya dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud disini antara lain pemberi kerja, bendaharawan pemerintah. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga.

5. Definisi Wajib Pajak

Undang-Undang No. 28 tahun 2007 Pasal 1 menyebutkan, definisi Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Wajib Pajak tersebut wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak. a. Wajib Pajak Terdaftar

(33)

b. Wajib Pajak Non Efektif

Dalam SE No. 14/PJ.9/1990 disebutkan, bahwa yang termasuk Wajib Pajak Non Efektif adalah:

1) Wajib Pajak yang selama dua tahun berturut-turut tidak pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan, baik berupa melakukan pembayaran pajak, memasukkan SPT Masa ataupun SPT Tahunan.

2) Wajib Pajak meninggal atau bubar

a) Wajib Pajak Perseorangan yang telah meninggal dunia tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya.

b) Wajib Pajak Badan yang telah bubar tetapi belum ada Akte Pembubarannya dari instansi yang berwenang.

3) Wajib Pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya walaupun sudah dilakukan pencarian oleh petugas verifikasi atau petugas yang ditunjuk untuk itu.

4) Wajib Pajak yang secara nyata berdasarkan hasil penelitian atau pengamatan tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha lagi. 6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

(34)

tegas. Dalam bukunya Siti Resmi (2004:22) dituliskan hak dan kewajiban Wajib Pajak diantaranya yaitu:

a. Kewajiban Wajib Pajak

1) Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

3) Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan, mengisinya dengan benar dan memasukkannya sendiri ke KPP dalam batas waktu yang telah ditetapkan.

4) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. 5) Jika diperiksa, wajib:

a) memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;

b) memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan guna memperlancar pemeriksaan;

c) memberikan keterangan yang diperlukan. b. Hak Wajib Pajak

1) Mengajukan surat keberatan dan banding.

(35)

3) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

4) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta pembetulan surat ketetapan yang salah.

5) Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

7. Pajak Penghasilan

Setelah mengetahui pengertian pajak, definisi penghasilan menurut UU No. 17 tahun 2000 pasal 4 ayat 1 adalah:

“Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Sehingga definisi Pajak Penghasilan menurut Siti Resmi (2004) adalah: “Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak”.

a. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan.

Pasal 2 ayat 1 UU No. 17 tahun 2000 mengelompokkan Subjek Pajak Penghasilan sebagai berikut:

1) Subjek Pajak Orang Pribadi

(36)

2) Subjek Pajak Warisan yang belum terbagi sebagi satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan yang berhak yaitu ahli waris.

3) Subjek Pajak Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. 4) Subjek Pajak Badan Usaha Tetap (BUT)

(37)

b. Objek Pajak Penghasilan

Yang dimaksud Objek Pajak adalah penghasilan, penghasilan yang dimaksud dalam perpajakan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai sebagai konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Menurut Pasal 4 ayat 1 UU Pajak Penghasilan yang dikenakan pajak atau disebut objek pajak yaitu:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; 3) Laba usaha;

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

(38)

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8) Royalti;

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; 10)Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11)Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; 12)Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

13)Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; 14)Premi asuransi;

15)Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16)Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

B. Motivasi

(39)

Pengertian dasar motivasi adalah internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Syah, 1997:136).

Pengertian motivasi dapat pula dinyatakan sebagai proses psikologis yang terjadi karena interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan pemecahan persoalan. Motivasi adalah kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang tesebut. Maslow dan Herzberg adalah dua tokoh pencetus teori motivasi yang terkenal. Perbedaan keduanya adalah Maslow menekankan kebutuhan psikologis orang-orang, sedangkan Herzberg berfokus pada kondisi pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan. Hirarki kebutuhan Maslow dalam Winardi (2002:13) yaitu:

1. Kebutuhan untuk merealisasikan diri 2. Kebutuhan akan penghargaan 3. Kebutuhan sosial

4. Kebutuhan akan keamanan 5. Kebutuhan fisiologikal

(40)

jajaran kelompok yang lebih mampu (prestise). Karena sesuai aturan, sistem dan mekanismenya tidak semua masyarakat tergolong sebagai pembayar pajak. Di samping itu, pembayar pajak di sini juga sebagai bukti kepedulian terhadap sesama.

Masalah inti motivasi yang berkaitan dengan perpajakan adalah bagaimana merangsang sekelompok orang yang masing-masing memiliki kebutuhan mereka yang khas untuk bekerja sama menuju pencapaian sasaran pembangunan ekonomi di suatu negara. Tujuan teori motivasi adalah memprediksi perilaku. Perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku, dan kinerja (perfomance). Motivasilah penyebab perilaku. Andaikan perilaku tersebut efektif atau baik, maka akibatnya adalah berupa kinerja yang tinggi. Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented) dengan kata lain perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku disebabkan atau dipengaruhi oleh upaya manusia untuk mencapai suatu kondisi hidup tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan masing-masing model/obyek yang memotivasi bersifat static

dalam arti bahwa ia terus-menerus memotivasi sekalipun hal tersebut telah tercapai (Winardi, 2002:29).

(41)

mengenai motivasi, pada dasarnya semua memiliki pandangan yang sama yaitu motivasi merupakan dorongan dari dalam manusia yang menjadi pangkal seseorang untuk melakukan tindakan.

Menurut Syah (1997:136), motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Motivasi Intrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar.

2. Motivasi Ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif karena adanya rangsangan dari luar.

Motivasi ekstrinsik ini tidak mudah timbul, maka aparat pajak sangat berperan menumbuhkan motivasi pajak agar proses penerimaan negara berjalan dan berhasil dengan baik. Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik itu dapat membagkitkan motivasi intrinsik. Hubungan peran aparat pajak dengan motivasi wajib pajak adalah aparat pajak (fiskus) yang dipercaya untuk mengelola penerimaan negara harus mampu meyakinkan kepada wajib pajak akan manfaat pajak dalam suatu negara. Motivasi timbul dari dalam diri seseorang yang kemudian terealisasi yang berupa usaha atau kegiatan untuk mencapai tujuan.

Apabila motivasi masyarakat tinggi dalam memenuhi kewajiban pajaknya maka secara tidak langsung pembangunan di Indonesia diharapkan akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tetapi, jika motivasi masyarakat rendah dalam memenuhi kewajiban pajaknya maka diperkirakan perjalanan pembangunan akan terhambat.

(42)

C. Pengertian Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewaskan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 1997:10).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk membimbing peserta didik oleh si pendidik terhadap jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian utama, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia, yang dilakukan secara sistematis, pragmatis dan berjenjang, agar menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan sekaligus meningkatkan harkat dan martabatnya (Hasan, 2005:136).

(43)

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Atas (SMP) atau bentuk lain yang sederajat.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bentuk lain yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

Pendidikan di Indonesia dewasa ini sudah merupakan suatu kewajiban dalam rangka untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat vital sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Di Indonesia masalah pendidikan tidak ada diskriminasi, setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama mengenai masalah pendidikan.

(44)

1. Peningkatan kualitas fikir (kecerdasan, kemampuan analisis, kreativitas, dan visioner).

2. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan dan tanggung jawab).

3. Peningkatan kualitas kerja (ketrampilan, profesional, dan efisien).

4. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani, ketentraman dan terlindungnya martabat dan harga diri).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan demikian merupakan suatu prasyarat keharusan (necessary condition) yang perlu diwujudkan. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui pendidikan, bukan hanya pendidikan dalam arti sempit sekolah, tetapi juga dalam arti yang luas mencakup pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pembudayaan sikap, watak, dan perilaku yang berlangsung sejak dini bahkan sejak manusia masih berupa janin dalam rahim seorang ibu. Melalui pendidikan sebagai proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia seperti kelakuan, keimanan, disiplin, akhlak, dan etos kerja serta nilai-nilai instrumen seperti penguasaan iptek dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian bangsa (Subri, 2003:241).

(45)

segala kehidupan. Diharapkan melalui proses pendidikan setiap peserta didik (siswa) sebagai anggota suatu masyarakat dan negara, dapat menyadari hak dan kewajiban sebagai masyarakat maupun sebagai warga negara (Soemitro, 1993).

C. Kepatuhan Wajib Pajak 1. Pengertian Kepatuhan

Menurut Safri Nurmantu (2003:148), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai:

“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak dan perpajakannya. Terdapat dua macam kepatuhan, yakni kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya, ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan SPT PPh sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kepatuhan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara subtantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar SPT sesuai dengan ketentuan dan menyampaikannya ke kantor pelayanan pajak sebelum batas waktu berakhir”.

(46)

penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Jadi, kepatuhan itu merupakan sikap taat dalam melaksanakan sesuatu tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak manapun.

2. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Burton (2005:4-6) ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Adapun faktor-faktor tersebut, antara lain:

a. Tarif pajak.

b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen. c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar.

d. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tidak pandang bulu.

Menurut kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya pada dasarnya tercermin dari 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Pemenuhan kewajiban interim, seperti pembayaran masa dan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa termasuk SPT PPN dan PPN BM yang dilaksanakan setiap bulan.

b. Pemenuhan kewajiban tahunan, seperti menghitung dan melunasi utang pajak, serta melaporkan perhitungan dan SPT diakhir tahun. c. Pemenuhan ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui

(47)

Undang-undang tidak pernah menegaskan siapa dan bagaimana kriteria dari Wajib Pajak yang tergolong patuh. Kriteria siapa yang digolongkan patuh sebagai WP Patuh hanya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 yang diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 jo Keputusan Dirjen Pajak Nomor 550 tahun 2000. Hal ini pun hanya kriteria yang dikaitkan dengan masalah Pengambilan Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 17C UUKUP (Burton, 2005:46). Apabila 4 (empat) kriteria di bawah ini dipenuhi, maka WP dapat digolongkan sebagai WP Patuh. Kriteria Wajib Pajak Patuh tersebut diantaranya, yaitu:

a. WP tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) untuk semua jenis pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir.

b. WP tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

c. WP tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun.

(48)

1) disusun dalam bentuk panjang (long form report)

2) menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal

e. Dalam hal laporan keuangan yang tidak diaudit oleh akuntan publik, maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk ditetapkan sebagai wajib pajak patuh sepanjang:

1) memenuhi kritetia pada butir 1 sampai 3 di atas, dan 2) dalam 2 (dua) tahun terakhir:

- menyelenggarkan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000.

- dalam hal WP patuh dilakukan pemeriksaan koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.

- Permohonan diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku terakhir.

Sedangkan menurut Indra Ismawan (2001:83) agar terciptanya kepatuhan yang sukarela ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya:

1) Pelayanan yang baik

2) Prosedur yang sederhana dan mudah

(49)

D. Kerangka Pemikiran

Model penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas (X) yang mempengaruhi variabel terikat (Y) yang dapat digambarkan:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentative atau sementara yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang peneliti amati dalam usaha untuk memahaminya. Fungsi utama dari hipotesis adalah membuka kemungkinan untuk menguji kebenaran teori sehingga segala pernyataan berdasarkan suatu

Motivasi (X1)

Kepatuhan Wajib Pajak

(Y)

Tingkat Pendidikan (D)

Uji Kualitas Data

Uji Asumsi Klasik

Uji Regresi Berganda Variabel

(50)

teori dalam bentuk yang dapat diuji validitasnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0: artinya tidak terdapat pengaruh antara motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dibatasi pada seberapa besar pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Mengingat jumlah wajib pajak yang terdapat cukup banyak dan adanya keterbatasan tenaga, dana dan waktu maka penelitian ini hanya dilakukan terhadap Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi yang aktif datang menyampaikan SPT secara langsung ke KPP.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Convenience Sampling. Bentuk sampling ini termasuk ke dalam sampling nonprobabilitas dimana anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan data yang kemudahan mendapatkan diperlukan atau unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan atau mudah untuk mengukurnya dan bersifat kooperatif (Abdul Hamid, 2007:30).

(52)

C. Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2004:129). Untuk memperoleh data digunakan metode penelitian lapangan (field research) melalui kuesioner. Kuesioner diberikan kepada wajib pajak orang pribadi aktif yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Pengiriman kuesioner secara langsung kepada wajib pajak dan meminta bantuan di bagian pelayanan kantor pajak tersebut. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, pertama memuat pertanyaan tentang data diri responden dan kedua berisi pernyataan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dan kepatuhan Wajib Pajak.

Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pernyataan penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo, 2002:104). Skala

likert yang digunakan untuk menjawab pernyataan penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1

Bobot dan Kategori Skala Likert

(53)

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi pustaka dari berbagai buku, majalah, literatur, peraturan perundang-undangan dan sebagainya.

D. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Di samping itu juga untuk mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, dan sebagainya (Ghozali, 2005).

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

Uji validitas adalah adalah pengujian yang digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2005).

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r hitung (tabel

Corrected Item-Total Correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment

(54)

memiliki r hitung untuk menilai df=n-2, dan suatu kuisioner dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2005).

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu, dan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach's Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozaly, 2005:42).

3. Uji Asumsi Klasik

Adapun pengujian yang dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Uji Multikolonieritas

(55)

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai variansnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika nilai variansnya berbeda, maka disebut heteroskedastisitas, dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

4. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2005:83).

b. Regresi Berganda Variabel Dummy

Analisis regresi linier berganda variabel dummy memprediksi besar Variabel Tergantung menggunakan data variabel bebas, adalah variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk membuat kategori data yang bersifat kualitatif (nominal). Rumus linier berganda dengan variabel dummy sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2D + e Di mana:

(56)

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi X1= Motivasi

D = Tingkat pendidikan (variabel dummy) D = 0 = jika non perguruan tinggj D = 1 = jika perguruan tinggi

e = Standar error c. Uji Statistik t

Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai t hitung lebih kecil dari t tabel pada taraf signifikan 0,05 maka Ha ditolak. Sedangkan jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Ha diterima (Ghozali, 2005: 84-85).

d. Uji Statistik Fisher (F)

Uji F pada dasarnya digukan untuk melihat apakah variabel independen secara simultan dapat memprediksi atau memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan syarat jika probabilitas memenuhi syarat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau dapat dilihat dari nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada tingkat signifikansi 5% (Ghozali, 2005:84).

E. Operasional Variabel Penelitian

(57)

a. Motivasi

Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang tersebut.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Variabel pendidikan ini merupakan variabel dummy atau bebas kualitatif, sehingga penelitian dibatasi hanya pada pendidikan formal wajib pajak yaitu: 1. SD – SMU (Non Perguruan Tinggi) 2. Perguruan Tinggi.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan Wajib Pajak adalah kesediaan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu adanya pemeriksaan, investigasi, peringatan atau pengancaman, dan penerapan sanksi baik hukuman maupun administrasi.(Gunadi, 2005:5)

(58)

dengan tepat waktu setiap bulannya, memenuhi kewajiban jika memiliki tunggakan hutang pajak, dan bersedia dilakukan pemeriksaan pajak dan membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak tersebut.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala

1. Motivasi (X1) 1. Intrinsik

2. Ekstrinsik

a. Sukarela

b. Mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP

(59)
(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang satu 1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang Satu merupakan salah satu KPP Paripurna di wilayah Jakarta Pusat yang beralamat di Jalan Penjernihan I No. 36 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 519/KMK.01/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil DJP, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Karipka, dan KP4. Tanggal 31 Maret 2005 Kantor Pelayanan Pajak Tanah Abang Satu berubah menjadi KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta I dengan wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang meliputi satu kelurahan yaitu Kelurahan Karet Tengsin.

Adanya perubahan menjadi KPP Pratama diharapkan ada kesetaraan antara Wajib Pajak dengan aparat pajak. KPP Pratama juga dituntut untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan wajib pajak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

KPP Pratama atau dikenal dengan istilah STO (Small Tax Office)

(61)

orientasi kepada Wajib Pajak Orang Pribadi, mengingat bahwa secara teori dan bukti empiris di banyak negara seharusnya kontribusi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) lebih dominan daripada kontribusi Wajib Pajak Badan.

Hal tersebut menunjukkan sebenarnya potensi penerimaan dari WPOP masih sangat besar. KPP Pratama selain fokus kepada WPOP dengan struktur organisasi berdasarkan fungsi, namun juga mempunyai konsep penguasaan daerah untuk mengakomodasikan sisi administrasi Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Struktur Organisasi

Gambar 4.1

Sumber: Pengolahan Data dan Informasi

(62)

3. Susunan Organisasi

Susunan organisasi pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu terdiri dari:

a. Sub Bagian Umum bertugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) bertugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing, serta penyiapan laporan kerja.

c. Seksi Pelayanan bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, administrasi dokumen dan berkas pajak, menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta surat lainnya, pelaksanaan penyuluhan dan kerjasama pajak dan registrasi wajib pajak. d. Seksi Penagihan bertugas melakukan urusan piutang pajak, penundaan

dan angsuran pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, dan penyimpanan dokumen-dokumen tagihan.

e. Seksi Pemeriksaan bertugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan lainnya.

(63)

himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, penyusunan profil wajib pajak, analisa kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, serta melakukan evaluasi hasil banding.

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan bertugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

h. Kelompok Jabatan Fungsional bertugas melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi:

- Pemeriksaan Lengkap - Pemeriksaan Sederhana

- Pemeriksaan dalam rangka penagihan (Deliquency Audit)

4. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas KPP Pratama adalah melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu menyelenggarakan fungsinya antara lain:

(64)

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak; f. Pelaksanaan ekstensifikasi;

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak; j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

k. Pelaksanaan intensifikasi;

l. Pelaksanaan administrasi KPP Pratama.

B. Karakteristik Responden 1. Hasil Analisis Data Kualitatif

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian melalui kuisioner yang dibagikan sebanyak 65 buah kepada Wajib Pajak Orang Pribadi. Kuesioner yang kembali sebanyak 61 buah (94%) dan yang tidak dapat dianalisis sebanyak 4 buah (6%). Sehingga kuisioner yang dapat dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 61 buah.

(65)

sisanya 29 orang atau 47,54% dipenuhi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, sebagian besar responden yang mengisi kuisioner adalah laki-laki.

Tabel 4.1 : Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 32 52,46

Perempuan 29 47,54

Jumlah 61 100

Sumber: data primer yang diolah

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan usia tersebar berada pada responden berusia 26 – 40 tahun sebanyak 31 orang atau 50,62% dari 61 responden. Responden yang berusia 17–25 tahun sebanyak 16 orang atau 26,23%, responden yang berusia 41 – 55 tahun sebanyak 14 orang atau 22,95%. Sedangkan responden yang berusia di atas 55 tahun tidak ada atau 0%.

Tabel 4.2 : Usia Responden

Usia Frekuensi Persentase (%)

17 – 25 Tahun 16 26,23

26 – 40 Tahun 31 50,82

41 – 55 Tahun 14 22,95

> 55 Tahun 0 0

Jumlah 61 100

(66)

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan tingkat SMU sederajat dengan kategori Non Perguruan Tinggi sebanyak 15 orang atau 24,59% dan yang berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 46 orang atau 75,41%, meliputi Diploma (D3), Sarjana (S1), Master (S2), dan Doktor (S3). Artinya, kondisi ini menggambarkan bahwa WPOP sebagai responden yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu sebagian besar berpendidikan terakhir hingga perguruan tinggi.

Tabel 4.3 : Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Non Perguruan Tingggi 15 24,59

Perguruan Tinggi 46 75,41

Jumlah 61 100

Sumber: data primer yang diolah

(67)

Tabel 4.4 : Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

PNS 6 9,84

Pegawai Swasta 43 70,49

Profesi 4 6,56

Wirausaha 7 11,48

Lain-lain 1 1,63

Jumlah 61 100

Sumber: data primer yang diolah 2. Hasil Analisis Deskriptif

Dalam analisis deskriptif ini peneliti menyajikan tanggapan responden berkaitan dengan motivasi dan tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu.

a. Motivasi

Tabel 4.5

Melaksanakan kewajiban perpajakan dengan sukarela

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 11 18,03

Setuju 50 81,97

Ragu-ragu 0 0

Tidak Setuju 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0

(68)

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh informasi semua responden berpendapat setuju bahwa responden melaksankan kewajibannya dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun sebesar 100%. Artinya, Wajib Pajak Orang Pribadi sudah memahami manfaat dari pajak.

Tabel 4.6

Mendaftarkan sebagai Wajib Pajak dengan sukarela

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Sangat Setuju 10 16,39

Setuju 44 72,13

Ragu-ragu 7 11,48

Tidak Setuju 0 0

Sangat Tidak Setuju 0 0

Total 61 100

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Gambar 4.1  Kepala Kantor
Tabel 4.1 : Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

kebun sendiri dan dapat dipisahkan dari usaha pertaniannya, atau bahan bakunya berasal dari pembelian... Usaha pemerahan susu hewan besar maupun

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Beneish M-Score dari aspek Days Sales in Receivables Index (DSRI), Gross Margin Index (GMI), Asset Quality Index (AQI), Sales Growth Index (SGI), Depreciation

Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan biaya per-m 2 antara di lapangan dan sesuai RKS pada bekesting semi modern tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan bekisting

Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perkara lain yang paling petama disebut Allah dalam Alquran dari ciri orang bertakwa selain beriman kepada perkara gaib.. Ini sekali lagi

Setelah Anda melakukan registrasi Anda akan mendapatkan email notifikasi bahwa Anda mendaftar sebagai member, Setelah itu Anda bisa langsung masuk ke halaman Login

Menurut Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang

Halaman single record test digunakan untuk membandingkan klasifikasi cuaca user dengan klasifikasi cuaca hasil dari algoritma C4.5 dengan hanya menggunaka satu