• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa dan desain model knowledge management pada sekolah menengah atas (studi kasus SMAN 3 Tangsel) )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa dan desain model knowledge management pada sekolah menengah atas (studi kasus SMAN 3 Tangsel) )"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE

MANAGEMENT PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)

Disusun Oleh:

REZA FATAHILLAH 107093002904

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE

MANAGEMENT PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Dalam Menyelesaikan Studi Akhir

Program Strata Satu (S1) Program Studi Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :

REZA FATAHILLAH 107093002904

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisa dan Desain Model Knowledge Management pada Sekolah

Menengah Atas (Studi Kasus: SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel)” telah

diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 October

2011. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S1) program Studi Sistem Informasi.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2 008

Elsy Rahajeng, MTI

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP 19680117 200112 1 001

Suci Ratnawati, MTI

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ketua Program Studi Sistem Informasi

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP 19680117 200112 1 001

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAUPUN LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2011

(5)

ABSTRAK

REZA FATAHILLAH, Analisa dan Desain Model Knowledge Management

pada Sekolah Menengah Atas (studi kasus: SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel).

Di bawah bimbingan SYOPIANSAH JAYA PUTRA dan SUCI RATNAWATI.

Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Kualitas tersebut dapat di lihat dari kemampuan lulusan suatu lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan hasil yang ingin dicapai dari dinas pendidikan, yaitu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Untuk menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat suatu standar pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional. Sekolah yang telah memenuhi standar tersebut menjadi sekolah dengan status SSN (Sekolah Standar Nasional). Sedangkan untuk bersaing di

dunia global, sekolah harus memiliki nilai “plus” selain terpenuhinya standar-standar pendidikan nasional, sehingga suatu sekolah yang memiliki nilai plus termasuk ke dalam sekolah dengan status RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Karena adanya status SSN dan RSBI menyebabkan perbedaan kualitas kemampuan yang dimiliki

sekolah dalam melakukan pengelolaan knowledge. Dikarenakan knowledge merupakan

suatu keunggulan kompetitif yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi tiap individu dalam berbagi, maka salah satu strategi yang bisa digunakan adalah dengan

menggunakan knowledgemanagement (KM). dengan mengelola pengetahuan tidak hanya

meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas pengetahuan didalamnya. Dengan dibantu alat analisa SWOT dan analisa K-Gap akan diketahui analisa lingkungan internal dan eksternal serta kesenjangan pengetahuan yang ada antara sekolah SSN dengan RSBI. Tahap desain model KM menggunakan SSM (Soft system methodology) hanya sampai pada tahap keenam, SSM yaitu suatu metode yang digunakan untuk permodelan proses di dalam organisasi dan lingkungannya, SSM sering digunakan untuk permodelan pada manajemen perubahan di mana organisasi pembelajar merupakan manajemen perubahan. Sehingga hasil dari penelitian ini bisa memberikan gambaran dan alur proses pada tenaga pendidik di sekolah menengah atas, khususnya pada daerah Tangerang Selatan dalam melakukan akuisisi serta berbagi pengetahuan, agar

tacit knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan baik dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar.

Kata Kunci: Knowledge Management (KM), Soft system methodology (SSM),

K-Gap, SWOT, Tacit, organisasi pembelajar.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim…

Alhamdulillahi rabbil‟aalamiin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan nikmat kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat

menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam juga disampaikan

kepada nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa menjadi salah satu umatnya yang

terbaik.

Skripsi merupakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana komputer dari

program studi Sistem Informasi/Teknik Informasi di Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul Skripsi

ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA

Teknologi UIN Jakarta dan sebagai dosen pembimbing pertama yang telah

banyak membantu dan memberikan arahan terbaik dalam penelitian.

2. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI., selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Jakarta. yang telah banyak membantu dalam

proses akademik.

3. Ibu Suci Ratnawati, MTI sebagai dosen pembimbing kedua yang juga telah

banyak membantu dan memberikan semangat dan arahan terbaik dalam

penelitian.

4. Kedua orang tua tercinta, serta adik dan kakak yang telah membantu dalam doa

dan dukungan yang luar biasa sehingga dapat memperoleh gelar sarjana

komputer.

5. Ibu Aan (Wakasek Humas SMAN 3 Tangsel) dan Bapak Rohman (Wakasek

Humas SMAN 1 Tangsel) beserta seluruh guru-guru lainnya yang ikut membantu

dan berpartisipasi dalam penelitian.

6. Keluarga besar Fosma165 UIN Jakarta, Fosma165 Nasional, KAHFI AL-Karim,

(7)

dikirimkan hingga hari ini yang telah memberikan dukungan semangat dan

motivasi hebat dalam menjalani setiap waktu yang ada.

7. Seluruh keluarga besar Sistem Informasi 2007, spesial untuk sahabat-sahabat SIC

2007, SIK B 2007, dan temen-teman seperjuangan KKN BISA 2010 (Hafiz,

Dodi, Anis, Siti, Eka, Ratna, Vio, Rara, Yuyun, Kiki, Puput, Mayang, Nurul, K‟

Raudha, K‟DJ, Raja, Hasyim dan Fuad) terima kasih dengan kekeluargaan dan

bantuannya hingga akhir. Kalian memang orang-orang hebat.

8. Sahabat-sahabat spiritual, rogo, zhya, mas fahmi, mas dika, rizka, citra, rizky,

arin, ayie, jaenal, dani, amar, mpo nina, jeung tut, mas satria, bang wildan, abe,

bun meta, nek isty, rianty, nyun, qubil, gitchil, luluth, giri, fiki, ismet, ratna,

angga, iben, dion, teh cin, romi. Monic, ucup, dika, sapto, hani, azka, galuh, kiki,

friska, Susi Maya, Asih, Damar, Ali, Tong Heri, Dini, Evi, Septa, eko, serta

rekan-rekan M2M lainnya dengan bersama kalian lah penelitian ini hidup.

Teruskan perjuangan dan lanjutkan apa yang sudah kita impikan.

Rekan-rekan yang meneliti dan yang mau menjadikan Knowledge Management sebagai

penelitian. Kalian pasti bisa dan mendapatkan pengetahuan yang luar biasa dari ilmu ini.

Semangat.! Saran dan kritik bisa dikirim ke email: [email protected]. Terima kasih.

Jakarta, Desember 2011

Reza Fatahillah

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAKS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Metode Penelitian ... 7

1.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.6.2 Metode Analisis ... 9

1.6.3 Metode Desain Sistem ... 9

1.6.4 Sistematika Penulisan ... 11

(9)

2.1.1 Definisi Data, Informasi, dan Pengetahuan ... 13

2.1.1.1Data ... 13

2.1.1.2Informasi ... 13

2.1.1.3Pengetahuan ... 14

2.1.2 Jenis-jenis Pengetahuan ... 15

2.1.3 Tingkat Pengetahuan ... 16

2.1.4 Konversi Pengetahuan ... 17

2.1.5 Knowledge Management ... 20

2.2 Akuisisi Pengetahuan ... 21

2.3 Organisasi Pembelajar ... 22

2.4 Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar ... 24

2.5 Analisa SWOT ... 26

2.6 Matriks Threats-Opportunitties-Weaknesses-Strengths ... 27

2.7 Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan) ... 29

2.7.1 Analisis Kesenjangan Pengetahuan ... 29

2.7.2 Pengetahuan Wajib dan Pilihan bagi Karyawan .... 31

2.7.3 Kesenjangan Pengetahuan ... 31

2.8 Strategi Pengelolaan Pengetahuan ... 32

2.9 SSM (Soft System Methodology) ... 33

2.10 Pengukuran Data ... 35

2.10.1 Jenis Statistik ... 36

2.10.2 Jenis Data ... 36

(10)

2.11 Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan ... 40

2.12 Definisi dan Sejarah ISO 9001:2008... 42

2.13 Profil Pendidikan Nasional ... 45

2.13.1 Visi dan Misi Pendidikan Nasional ... 46

2.13.1.1Visi Pendidikan Nasional ... 46

2.13.1.2Misi Pendidikan Nasional ... 46

2.13.2 Reformasi Pendidikan ... 47

2.14 Infrastruktur ICT ... 50

2.14.1 Arsitektur Hardware ... 50

2.14.2 Arsitektur Jaringan Komputer ... 54

2.14.2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer ... 54

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 55

3.1.1 Observasi ... 55

3.1.2 Wawancara ... 55

3.1.3 Kuesioner ... 57

3.1.4 Studi Literatur Sejenis ... 57

3.2 Metode Desain Model Knowledge Management ... 58

3.2.1 Mendefinisikan Situasi Riil ... 59

3.2.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan ... 60

3.2.3 Menganalisa Root Definition (CATWOE) ... 60

(11)

3.2.5 Membandingkan Model Konseptual dengan situasi

Riil ... 61

3.2.6

Mengusulkan Model Usulan ... 61

3.3 Kerangka Berfikir ... 62

BAB IV ANALISA DAN DESAIN MODEL KM 4.1 Mendefinisikan Situasi Riil ... 63

4.1.1 Proses Bisnis ... 63

4.1.2 Analisa Sosial ... 64

4.1.2.1 Analisa Internal ... 65

4.1.2.2 Analisa Eksternal... 67

4.1.3 Identifikasi Knowledge ... 70

4.1.4 Analisa SWOT ... 71

4.1.5 Analisa K-GAP ... 76

4.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan ... 79

a. SMAN 3 Tangsel (RSBI) ... 79

b. SMAN 1 Tangsel (SSN) ... 80

4.3 Menganalisa Root Definition ... 82

4.4 Membangun Model Konseptual ... 83

4.5 Membandingkan Model Konseptual Dengan Situasi Riil ... 90

4.5.1 Disiplin Visi Bersama (Shared Vision) ... 91

4.5.2 Disiplin Model Mental (Mental Model) ... 94

(12)

4.5.2.2Strategi Benchmark ... 96

4.5.3 Disiplin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) dan Disiplin Pembelajaran Tim (Team Learning) ... 98

4.5.4 Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking) ... 104

4.6 Mengusulkan Model Usulan Desain Knowledge Management System ... 105

4.6.1 System Definition ... 105

4.6.2 Software ... 106

4.6.3 Database ... 112

4.6.4 Hardware... 115

4.6.5 Networking ... 116

4.6.6 Brainware ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hierarki dari Data ke Pengetahuan ... 15

Gambar 2.2 SECI Model ... 18

Gambar 2.3 Model Organisasi Pembelajar ... 23

Gambar 2.4 Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack ... 32

Gambar 2.5 Model SSM P. Checkland ... 33

Gambar 2.6 Arsitektur Tersentralisasi ... 51

Gambar 2.7 Arsitektur Desentralisasi ... 52

Gambar 2.8 Arsitektur Client/Server ... 53

Gambar 3.1 Model SSM P. Checkland ... 58

Gambar 3.2 Kerangka Berfikir Penelitian... 62

Gambar 4.1 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 3 Tangsel)... 80

Gambar 4.2 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 1 Tangsel)... 81

Gambar 4.3 Rich Picture Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA... 82

Gambar 4.4 Model Konseptual ... 84

Gambar 4.5 Karakteristik Lima Disiplin Pembelajaran ... 91

Gambar 4.6 Rich Picture Usulan SECI Model... 103

Gambar 4.7 Rich Picture Usulan Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA ... 104

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks TOWS ... 29

Tabel 2.2 Keuntungan Arsitektur Client/Server ... 53

Tabel 4.1 SWOT SMAN 3 Tangsel ... 72

Tabel 4.2 SWOT SMAN 1 Tangsel ... 74

Tabel 4.3 K-Gap SMAN 3 Tangsel ... 77

Tabel 4.4 K-Gap SMAN 1 Tangsel ... 78

Tabel 4.5 CATWOE ... 83

Tabel 4.6 Knowledge dengan K-Gap Tertinggi ... 95

Tabel 4.7 Knowledge Pilihan ... 95

Tabel 4.8 Kombinasi Sistem Operasi-Peramban Situs untuk Google Docs ... 112

Tabel 4.9 Spesifikasi Hardware ... 112

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Penelitian SMAN 1 Tangsel

Lampiran 2 SK Penelitian SMAN 3 Tangsel

Lampiran 3 Struktur Organisasi SMAN 1 Tangsel

Lampiran 4 Struktur Organisasi SMAN 3 Tangsel

Lampiran 5 Hasil Wawancara (SMAN 1 Tangsel)

Lampiran 6 Hasil Wawancara (SMAN 3 Tangsel)

Lampiran 7 Kuesioner

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya

meningkatkan kualitas sumber daya mausia yang dimilikinya. Sumber daya

manusia yang berkualitas tentunya akan mampu mengelola sumber daya alam dan

memberikan layanan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh

karena itu, Indonesia juga termasuk salah satu bangsa yang berusaha

meningkatkan kualitas pendidikan.

Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki

oleh lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Karena sekolah memiliki tugas

yang salah satunya mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

Berkembangnya kemajuan tehnologi dalam dunia pendidikan juga menjadikan

timbulnya persaingan dalam memajukan setiap sekolah/lembaga pendidikan. Hal

ini sejalan dengan hasil yang ingin di capai dari dinas pendidikan nasional, yaitu

mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat

dan berdaya saing dalam kehidupan global.

Untuk menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat

suatu standar nasional pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah

nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, meliputi: standar isi,

standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian

(17)

pendidik dan tenaga kependidikan. Apabila kedelapan standar tersebut terpenuhi,

maka suatu sekolah dapat dikategorikan menjadi sekolah standar nasional (SSN).

Selain itu, ada pula kategori sekolah rintisan bertaraf intenasional (RSBI)

apabila sekolah telah memenuhi kedelapan standar dan mampu memiliki nilai

plus, yaitu berupa kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju atau berkembang

serta memiliki kerjasama dengan sekolah yang ada di negara tersebut (sebagai

sisterhood).

Perbedaan pada sekolah dengan status SSN dan RSBI juga berdampak pada

sistem manajemen yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Misalkan pada

SMAN 3 Tangsel yang sudah berstatus sebagai RSBI, sistem manajemen atau

pengelolaan dokumen di dalam sekolah sudah lebih baik dibandingkan dengan

SMAN 1 Tangsel yang berstatus SSN.

Hal ini dikarenakan, setiap sekolah yang berstatus RSBI diwajibkan

memiliki sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2008, yang dalam setiap

prosesnya melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur

dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan

perbaikan yang sesuai dengan monitoring pelaksanaannya, agar benar-benar bisa

menuntaskan masalah yang terjadi di sekolah.

Dalam proses penyimpanan dokumen (cetak), sekolah dengan status RSBI

juga lebih unggul dibandingkan dengan sekolah berstatus SSN, hal ini

ditunjukkan dengan dibuatnya sebuah bagian bangdik (pengembangan

pendidikan) pada SMAN 3 Tangsel, yang bertugas untuk mengelola

(18)

melakukan pencarian kembali dokumen-dokumen lebih mudah karena sudah

dilakukan penomorisasi terhadap dokumen yang disimpan.

Perbedaan tersebut berakibat juga ketika individu ingin memperoleh

kembali pengetahuan. Karena dalam melakukan akuisisi pengetahuan di tiap

individu, SMAN 1 Tangsel belum memiliki bidang khusus untuk penyimpanan

dokumen. Sehingga antara SMAN 1 Tangsel dengan SMAN 3 Tangsel terdapat

kesenjangan pengetahuan pada tiap individu, terutama pada tenaga pendidik.

Mengelola pengetahuan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan

aset dunia pendidikan. Dengan pengelolaan yang baik maka akan tercipta pula

individu yang berkompetensi unggul, sebaliknya ketika pengelolaan pengetahuan

buruk maka akan terjadinya ketidakseimbangan kompetensi yang dimiliki oleh

tiap individu, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Pengetahuan bisa berbentuk ekplisit (dapat diformulasikan atau

diekspresikan) maupun dalam bentuk tacit (sesuatu yang masih terbatinkan).

Menurut Busch (2006), Tacit knowledge termasuk merupakan penelitian di area

kontemporer yang sedang dieksplorasi karena kemampuannya untuk membantu

dalam mengembangkan modal pengetahuan organisasi. Untuk itu diperlukan

perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resource based menjadi

knowledge based yang di dukung dengan kemajuan pada bidang ilmu

pengetahuan tertentu, misalnya sains, teknologi maupun kemampuan manajemen

yang baik dalam mengelola pengetahuan.

Dalam dunia pendidikan, khususnya pada sekolah menengah atas,

(19)

pendidik, hal ini dikarenakan knowledge merupakan suatu keunggulan kompetitif

yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi tiap individu dalam

berbagi knowledge yang dimiliki. Dengan mengelola pengetahuan tidak hanya

meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas

pengetahuan di dalamnya (Harsh 2009).

Albers (2009) dalam makalahnya menerangkan bahwa organisasi harus

menerapkan strategi kowledge management (KM) yang memungkinkan mereka

untuk menangkap, berbagi dan mengintegrasikan pengetahuan dalam lingkungan

mereka. Disinilah KM dapat berfungsi untuk membantu sekolah dalam

mengakuisisi pengetahuan serta berbagi pengetahuan yang dimiliki, agar tacit

knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan

baik dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar.

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka “ANALISA DAN DESAIN

MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA SEKOLAH

MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)” di angkat sebagai skripsi.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat uraian pada latar belakang sebelumnya dan perbedaan

pengelolaan yang berlangsung antara sekolah SSN dan RSBI, maka beberapa

(20)

1. Sulitnya melakukan proses akuisisi kembali terhadap pengetahuan yang

telah dimiliki sebelumnya.

2. Sekolah yang tidak memiliki standarisasi manajemen ISO 9001:2008

membutuhkan waktu yang lama dalam pencarian kembali dokumen

(cetak) yang di simpan.

3. Perbedaan kulaitas kompetensi individu mengakibatkan kualitas

pelayanan SMAN 3 Tangsel dalam melakukan pengelolaan pengetahuan

lebih baik dari SMAN 1 Tangsel.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimana cara melakukan strategi pengelolaan, akuisisi dan berbagi

pengetahuan pada tiap individu tenaga pendidik di sekolah?”.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah berdasarkan uraian yang dijabarkan dari perumusan

masalah tersebut, antara lain:

1. Ruang lingkup penelitian terbatas pada studi kasus di sekolah standar

nasional (SSN) yaitu SMAN 1 Tangerang Selatan dan sekolah rintisan

bertaraf internasional (RSBI) yaitu SMAN 3 Tangerang Selatan.

2. Strategi knowledge management yang digunakan adalah dengan cara

personalisasi, dengan mengusulkan strategi knowledge management

untuk pengelolaan, akuisisi dan berbagi pengetahuan pada tenaga

(21)

3. Mendesain sebuah model knowledge management (KM) menggunakan

SSM (Soft System Methodologhy) oleh Peter Checkland, hanya sampai

pada tahap keenam yaitu hanya memberikan usulan model yang bisa

diterapkan oleh sekolah, tidak sampai pengujian dan implementasi

sistem di sekolah.

4. Menganalisa kesenjangan pengelolaan pengetahuan antara sekolah SSN

dan RSBI menggunakan analisa K-GAP dan analisa SWOT. Kemudian

membuat tabel matriks TOWS berdasarkan hasil analisa lingkungan

internal dan eksternal sekolah.

5. Tools yang digunakan dalam membuat mindmap/rancangan model KM

adalah Ms. Visio 2003. Serta untuk pengujian validitas dan pengukuran

realibilitas kuesioner menggunakan SPSS 16.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu mengidentifikasi pengelolaan

pengetahuan serta kesenjangan pengetahuan antara SSN dan RSBI. Sedangkan

tujuan khususnya untuk menghasilkan:

1. Model knowledge management yang dapat membantu sekolah dalam

mengetahui cara melakukan proses pengelolaan pengetahuan dengan

knowledge yang dimiliki sumber daya manusia didalamnya.

2. Membantu tenaga pendidik untuk dapat melakukan akuisisi dan berbagi

(22)

3. Membantu mengetahui knowledge wajib dan knowledge pilihan yang ada

pada SSN dan RSBI.

1.5 Manfaat Penelitian.

Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan pemahaman akan pentingnya pengelolaan pengetahuan dalam

dunia pendidikan.

2. Dapat memberikan pemahaman mengenai proses pembuatan model

knowledge management dengan menggunakan SSM untuk peneliti

selanjutnya.

3. Dapat memberikan pemahaman mengenai cara melakukan proses akuisisi

dan berbagi pengetahuan tiap individu di dalam sekolah.

1.6 Metode Penelitian.

Penelitian ini menggunakan beberapa metode yang mendukung dalam

analisa dan desain model knowledge management untuk sekolah menengah atas,

yaitu:

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan mencari informasi yang dibutuhkan

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Observasi

Melalui pengamatan secara langsung. Observasi yang dilakukan pada

(23)

Tangsel sebagai studi kasus pada sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI)

untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis segala bentuk

pengelolaan pengetahuan yang ada dan aset pengetahuan di dalamnya. Observasi

dilakukan pada Mei-Juni 2011.

2. Wawancara

Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data secara lebih

mendalam karena bertatapan langsung dengan narasumber yaitu kepala sekolah

atau wakasek dan humas pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel.

3. Kuesioner

Kumpulan pertanyaan dan pernyataan untuk responden dalam rangka

pengumpulan data agar sesuai dengan tujuan penelitian. Koresponden terdiri dari

tenaga pendidik pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel. Hal ini untuk

mengetahui lebih rinci mengenai aset pengetahuan yang dimiliki oleh sumber

daya manusia yang ada di dalam sekolah, khususnya tenaga pendidik.

4. Studi Literatur Sejenis

Studi Literatur Sejenis dilakukan untuk menambah referensi teori-teori

yang diperlukan dalam penelitian dengan cara membaca dan mempelajari literatur

yang mendukung penelitian ini, pada penelitian ini menggunakan referensi

beberapa jurnal, skripsi dan thesis yang membahas mengenai knowledge

(24)

1.6.2 Metode Analisis

Dalam menganalisis data dan informasi yang telah didapatkan, dilakukan

dengan dua jenis analisis, yaitu:

1. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatment)

Analisis ini berguna untuk analisis lingkungan dan eksternal sekolah.

Melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terjadi, kemudian

dibuatkan tabel matriks TOWS dan dicocokkan antara strategi internal dengan

eksternal sehingga menghasilkan strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi

WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi

WT (Weaknesses-Threats).

2. Analisa Knowledge Gap

Analisa Knowledge Gap merupakan analisa untuk memperoleh

kesenjangan pengetahuan dari penelitian. Suatu alat bisnis dan metode penilaian

yang berfokus pada kesenjangan antara kinerja organisasi saat ini dan kinerja yang

diinginkan. Analisa kesenjangan juga mengevaluasi kinerja aktual saat ini dan

upaya perbaikan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja masa depan

yang diinginkan.

1.6.3 Metode Desain Sistem

Langkah akhir dalam desain sistem ini, menggunakan SSM (Soft System

(25)

di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk permodelan

pada manajemen perubahan di mana organisasi pembelajar merupakan

manajemen perubahan. Tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan desain

model knowledge management pada sekolah menengah atas, antara lain:

1.6.3.1Mendefinisiskan Situasi Riil

Mendefinisikan situasi permasalaham yang terjadi pada SMAN 1 Tangsel

dan SMAN 3 Tangsel, dengan melakukan analisa terhadap proses bisnis dalam

melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, analisa internal dan eksternal yang

dihadapi sekolah, identifikasi knowledge yang dimiliki, analisa SWOT dan K-Gap

untuk mengetahui kesenjangan pengetahuan yang ada di dalam sekolah.

1.6.3.2Mengekpresikan Situasi Permasalahan

Situasi riil kemudian diekspresikan ke dalam rich picture. Karena tujuan

dari Peter mengembangkan SSM adalah untuk pemecahan suatu masalah. maka

rich picture berupa gambaran kondisi terhadap alur proses bisnis yang berjalan

saat ini di dalam sekolah.

1.6.3.3Menganalisa Root Definition

Dari permasalahan yang telah di identifikasi, kemudian mendefinisikan

sumber permasalahan dari setiap permasalahan yang ada dengan dibuatkan

(26)

1.6.3.4Membangun Model Konseptual

Model konseptual merupakan usulan strategi yang diadaptasi dari

permasalahan yang ada pada situasi riil. Kemudian diusulkan suatu model strategi

yang bisa diterapkan sekolah dalam membangun sistem knowledge management

kedepannya.

1.6.3.5Membandingkan Model Konseptual Dengan Kondisi Riil

Selanjutnya, model konseptual (tahap keempat) dibandingkan dengan

kondisi riil (tahap pertama) untuk mendapatkan perbedaan sistem yang berjalan

untuk dapat dibuatkan suatu model usulan kedepannya.

1.6.3.6Mengusulkan Model Usulan

Langkah terakhir adalah mengusulkan sebuah model sistem baru yang bisa

digunakan sekolah dalam mengembangkan sistem knowledge management

kedepannya. Namun dalam penelitian ini, hanya sebatas mengusulkan belum

sampai pada pengujian dan implementasi sistem.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penyususnan skripsi ini sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima)

(27)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian

dan sistemtika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan di bahas mengenai dasar-dasar teori yang

mendukung penulisan skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan metode yang digunakan, dari pengumpulan data, metode

analisa data, hingga desain model dengan strategi KM, juga

menggambarkan kerangka berfikir.

BAB IV ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT

Menguraikan analisa data dan strategi KM yang digunakan dalam

mendesain model KM pada sekolah mengengah atas.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari penelitian ini untuk

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Memahami Pengetahuan

Untuk lebih memahami definisi pengetahuan, perlu di pahami terlebih

dahulu mengenai perbedaan data, informasi dan pengetahuan, jenis-jenis

pengetahuan, tingkat pengetahuan serta konversi pengetahuan.

2.1.1.Definisi Data, Informasi dan Pengetahuan 2.1.1.1. Data

Menurut Bergeron dikutip Sangkala (2007), yang dimaksud dengan

data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut,

simbol-simbol, fakta-fakta, grafik, peta yang bersifat kuantitas yang berasal

dari hasil observasi, eksperimen atau kalkulasi.

2.1.1.2. Informasi

Informasi menurut Bergeron adalah data di dalam satu konteks

tertentu, kumpulan data dan terkait dengan penjelasan, interpretasi serta

berhubungan dengan materi lainnya mengenai objek, peristiwa-peristiwa

atau proses tertentu, misalnya: Tempratur anton sudah mencapai 34o.

termasuk didalamnya adalah metadata. Metadata merupakan data mengenai

informasi, contohnya: Apabila temperatur anton 34o sudah termasuk

kategori demam. Metadata juga merupakan ringkasan deskripsi yang lebih

tinggi, juga informasi mengenai konteks di mana informasi tersebut

(29)

Menurut Russel Ackoff dalam Tobing (2007) menyatakan data

sebagai simbol-simbol dan Informasi sebagai data yang diproses agar dapat

dimanfaatkan, informasi ini menjawab pertanyaan tentang “who”, “what”,

“where” dan “when”.

2.1.1.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi yang telah diorganisasi,

disintesiskan, di ringkas untuk meningkatkan pengertian, kesadaran atau

pemahaman. Untuk memahami konsep yang dijelaskan oleh Bergeron,

contoh dari pengetahuan adalah Anton kemungkinan mengalami gejala

demam berdarah.

Sehingga pengetahuan atau knowledge dianggap bukan sebuah data

bukan pula informasi, namun sulit sekali dipisahkan dari keduanya.

Sedangkan menurut wolf dalam Munir (2008) menjelaskan pengetahuan

sebagai informasi yang terorganisir sehingga dapat diterapkan untuk

pemecahan masalah.

Menurut Davidson dan voss dikutip sangkala (2007) menjelaskan

pemahaman mengenai data, informasi dan pengetahuan dengan hierarki

(30)

DATA

Simbol-simbol dan fakta-fakta

INFORMASI

Fakta-fakta dimaknai dari data

PENGETAHUAN

Ide-ide, pemikiran, dan keyakinan

+ Memaknai + Tujuan

Gambar 2.1 Hierarki dari Data ke Pengetahuan (Sumber: Sangkala 2007)

2.1.2.Jenis-Jenis Pengetahuan

Pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu Tacit Knowledge dan Expilicit

Knowledge. Pemahaman antara tacit dan explicit merupakan kunci untuk

memahami knowledge management. Sangkala (2007) menjelaskan kedua jenis

pengetahuan tersebut sebagai berikut:

Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang

dan sangat sulit untuk diformalisasikan, sulit dikomunikasikan atau dibagi dengan

orang lain. Pemahaman yang melekat di dalam pengetahuan individu tersebut

masih bersifat subjektif. Sedangkan pengetahuan yang dimiliki masih dapat

dikategorikan sebagai intuisi atau dugaan. Tacit knowledge ini berada dan berakar

di dalam tindakan maupun pengalaman seseorang, termasuk idealisme, nilai-nilai

maupun emosionalnya. Tacit knowledge merupakan pengetahuan yang sangat

bersifat pribadi dan juga sangat susah dibentuk.

Sedangkan, Explicit knowledge merupakan pengetahuan yang dapat

(31)

bentuk data, formula ilmu pengetahuan maupun spesifikasi produk. Pengetahuan

ini bisa di transfer kepada orang lain secara formal dan sistematik, lebih mudah

diproses dan didistribusikan melalui media, seperti kaset/cd, video, audio,

spesifikasi produk atau dokumen-dokumen elektronik dan non-elektronik.

Menurut Nonaka dalam Munir (2008), pengetahuan eksplisit dan tacit

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pengetahuan = Pengetahuan Explicit + Pengetahuan Tacit.

2.1.3.Tingkat Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan digunakan dalam pemetaan dan pengelolaan

knowledge di organisasi. Sesuai tingkatannya, Munir (2008) menjelaskan

kategorisasi pengetahuan sesuai tingkatannya, yaitu:

Pertama, pengetahuan inti (core knowledge) adalah tingkatan dan cakupan

pengetahuan yang dibutuhkan hanya untuk sekedar dapat beroperasi dalam

industri atau lingkungan di mana organisasi berada. Pengetahuan jenis ini tidak

menjamin keunggulan bersaing organisasi, apalagi kelangsungannya dalam jangka

panjang. Namun pada persaingan organisasi sejenis diperlukan sebagai

pengetahuan dasar yang tanpa pengetahuan ini organisasi tidak dapat beroperasi

dengan efektif. Misalkan suatu perusahaan produsen kue kering harus mempunyai

pengetahuan khusus untuk memproduksi kue kering, atau perusahaan pelatihan

harus mempunyai pengetahuan dalam menyusun bahan pelatihan dan memberikan

(32)

Kedua, pengetahuan lanjut (advance knowledge) merupakan pengetahuan

yang dimiliki oleh organisasi yang ingin mempunyai kinerja prima. Pengetahuan

ini membuat organisasi bisa melakukan „serangan-serangan‟ dalam persaingan. Organisasi yang berada dalam satu industri mungkin mempunyai knowledge yang

sama tingkat, cakupan dan kualitasnya. Namun ada pengetahuan yang spesifik

yang mungkin dimiliki oleh lebih dari organisasi, mungkin pula setiap organisasi

berbeda-beda. Dengan mengetahui pengetahuan yang berbeda inilah organisasi

dapat melakukan diferensiasi. Misalnya untuk produsen kue kering diperlukan

pula pengetahuan dalam jejaring distribusi pemasaran kue kering.

Ketiga, pengetahuan inovatif (innovative knowledge) merupakan

pengetahuan yang membuat organisasi mampu menjadi pemimpin dalam

persaingan. Bedanya dengan pengetahuan lanjut adalah pengetahuan ini

melakukan diferiansiasi yang sangat berarti dibandingkan para pesaingnya.

Misalnya untuk membuat kue yang lezat, mengandung kolesterol rendah, dengan

penampilan menarik, dan kemasan yang unik bagi perusahaan kue kering.

2.1.4.Konversi Pengetahuan

Kedua jenis pengetahuan explicit knowledge dan tacit knowledge

(pengetahuan terbatinkan) merupakan jenis pengetahuan yang saling melengkapi

serta berperan sangat penting dalam proses kreasi pengetahuan. Kedua jenis

pengetahuan ini berinteraksi satu sama lainnya dan berubah dari satu jenis ke jenis

lainnya secara dinamis. Menurut Nonaka dan takeuchi dalam Munir (2008),

(33)

dengan konversi pengetahuan. Oleh Nonaka dan takeuchi pengetahuan tersebut

dapat di konversi dengan empat cara, yang disebut dengan SECI Model, yaitu:

Socialization (S), Externalization (E), Combination (C) dan Internalization (I).

Gambar 2.2 SECI Model

Model pertama, yaitu Socialization atau Sosialisasi, merupakan suatu konversi pengetahuan antara tacit ke Tacit (T T). Munir (2008) mengartikan istilah sosialiasi untuk menekankan pada pentingnya kegiatan bersama antara

sumber pengetahuan dan penerima pengetahuan dalam proses konversi tacit

knowledge. Karena pengetahuan tacit (terbatinkan) sangat dipengaruhi oleh

konteksnya dan sulit sekali diformalkan, maka untuk menularkan pengetahuan

terbatinkan dari satu individu ke individu lain dibutuhkan pengalaman yang

terbentuk melalui kegiatan bersama atau hidup dalam lingkungan yang sama dan

bisa juga tanpa menggunakan bahasa. Misalkan dengan cara meniru, mencontoh,

menggunakan bahasa tubuh maupun pelatihan-pelatihan yang digunakan.

(34)

kontekstualisasikan kembali menjadi pengetahuan baru) beragam explicit

knowledge yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga seseorang dapat

mempertukarkan dan mengombinasikan pengetahuan melalui semacam satu

kejadian. Dalam proses ini pengetahuan tacit diekpresikan dan diterjemahkan

menjadi metafora, bentuk konsep, hipotesis, diagram, model, atau prototipe

sehingga dapat dengan mudah dimengerti pihak lain.

Model ketiga, Combination atau Kombinasi. Suatu proses konversi antara pengetahuan explicit ke pengetahuan explicit (EE). Proses ini merupakan pertukaran dan pengkombinasian melalui media seperti dokumen-dokumen, rapat,

percakapan telepon maupun komunikasi melalui jaringan komputer dan internet.

Munir (2008) menyebutkan ada tiga proses kombinasi yang terjadi dalam praktik

konversi kombinasi, yaitu:

1. Pengetahuan eksplisit dikumpulkan dari dalam dan luar organisasi,

kemudian dikombinasikan.

2. Pengetahuan eksplisit disunting atau diproses agar dapat lebih

bermanfaat bagi organisasi.

3. Pengetahuan-pengetahuan eksplisit tersebut disebarkan ke seluruh

organisasi melalui berbagai media.

Model keempat, yaitu Internalization atau Internalisasi. Suatu proses konversi antara expilicit knowledge menjadi Tacit knowledge (ET). Pengetahuan ini juga bisa disebut dengan pembelajaran mandiri, learning by

(35)

didokumentasikan. Suatu pembelajaran individu terhadap suatu pengetahuan dan

kemudian menjadi pengetahuan tacit individu tersebut.

2.1.5.Knowledge Management

Knowledge Management (KM) atau manajemen pengetahuan pada dasarnya

muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola

pengetahuan dan bagaimana mengelolanya. Kesadaran untuk menerapkan

pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi bisnis diperlukan karena

terbukti perusahaan yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai aset

utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara

kepada kepemilikan daya saing organisasi terhadap para pesaingnya (Sangkala,

2007).

Menurut Carl Davidson dan Philip Voss dalam Setiarso et.al (2009)

mengartikan knowledge management adalah bagaimana orang-orang dari berbagai

tempat yang berbeda mulai saling bicara. Davidsion dan voss juga mengatakan

bahwa sebenarnya mengelola knowledge merupakan cara organisasi mengelola

karyawan mereka dan berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk

menggunakan teknologi informasi.

Sangkala (2007) menjelaskan perbedaan generasi dari manajemen

pengetahuan, yaitu:

Generasi pertama, ditandai dengan meningkatnya masyarakat informasi.

(36)

kemampuan pemrosesan informasi melekat di dalam lingkungan sehari-hari dan

kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrosesan informasi.

Generasi kedua, ditunjukkan dengan komputer konvensional. Saat ini sudah

tidak lagi cukup untuk menangani tacit knowledge dan pengetahuan situsional.

Karena di masa depan, sistem komputer menyediakan informasi yang kontekstual

yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense making (memaknai,

memahami, mengenali, mengerti dunia sekelilingnya melalui persentuhan dengan

berbagai institusi, media, pesan, dan situasi). Pandangan para konstruktivis juga

memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran.

Sebagai bentuk pembelajaran, fenomena interaksi sosial, sistem informasi akan

mendukung pemobilisasian sumber daya sosial sebagai bagian dari proses

pembelajaran.

Generasi ketiga manajemen pengetahuan, gambaran pengetahuan akan

semakin meningkat penggunaannya di mana pengetahuan dapat di kelola. Bahkan

upaya empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga

pengetahuan akan menjadi sesuatu yang fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih

menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan.

2.2 Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan yang penting bagi organisasi.

Dengan hanya memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada, seberapa

(37)

keunggulan-keunggulan yang menjamin kelangsungan hidup organisasi di tengah

lingkungan yang dinamis.

Pengakuisisian (penambahan) pengetahuan dalam perspektif manajemen

pengetahuan pada dasarnya berorientasi pada penambahan pengetahuan. Misalnya

dengan mendapatkan, mencari, melahirkan, menciptakan, menangkap dan

berkolaborasi. Inovasi merupakan aspek lain dari pengakuisisian yang berarti

menciptakan pengetahuan baru dari penerapan pengetahuan yang telah ada.

Perbaikan dalam penggunaan pengetahuan yang sudah ada juga merupakan aspek

kunci pengakuisisian pengetahuan (Sangkala 2007).

Contoh yang paling sering digunakan dalam mengakuisisi pengetahuan

adalah dengan berkolaborasi atau menyewa seseorang yang menguasai

pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi. Misalnya menyewa jasa sebuah

tempat pelatihan untuk men-training-kan para karyawan, sehingga organisasi

dapat mengakuisisi pengetahuan melalui dokumen atau sudah dalam bentuk

terkomputerisasi dan juga melalui rutinitas maupun proses yang melekat di dalam

perusahaan tempat pengetahuan tersebut di beli/di sewa.

2.3 Organisasi Pembelajar (Learning Organization)

Sangkala (2007) mendefinisikan organisasi pembelajar secara sistematis

sebagai organisasi yang belajar dengan sekuat tenaga, secara kolektif dan terus

menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan

menggunakan pengetahuan bagi kesuksesan organisasi. Peter senge menjelaskan

(38)

memperluas kapasitasnya menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan,

di mana pola-pola berpikir baru maupun perluasan pola berpikir dipelihara,

aspirasi kolektif disusun dengan leluasa, dan orang secara berkelanjutan belajar

mengenai bagaimana belajar secara bersama-sama.

Marquadt menggambarkan sistem model organisasi pembelajar secara

sistematis berupa gambar irisan antara: pembelajaran (learning), organisasi

(organization), anggota organisasi (people), pengetahuan (knowledge), dan

teknologi (technology) dengan pembelajaran berada di pusat irisan.

Organisasi Orang

Pengetahuan Tehnologi Pembelajaran

Gambar 2.3 Model Organisasi Pembelajar (Sumber: Sangkala 2007)

Gambar 2.3 pada hakikatnya menjelaskan bahwa proses pembelajaran juga

merupakan bagian dan harus terjadi baik dalam subsistem manusia, teknologi,

pengetahuan, dan organisasi. Jika proses pembelajaran dalam organisasi

pembelajar terjadi, maka akan terjadi perubahan persepsi, perilaku, kepercayaan,

mentalitas, strategi, kebijakan, dan prosedur baik yang berkaitan dengan manusia

(39)

2.4 Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar

Peter senge dikutip setiarso (2009) menjelaskan diperlukan lima disiplin

yang dapat membentuk suatu tatanan organisasi yang berhasil untuk menjadi

organisasi pembelajar. Organisasi yang tidak memiliki salah satu atau beberapa

dari kelima disiplin ini akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara

maksimal. Kelima disiplin ini menjadi indikator adanya habitat yang kondusif

untuk terjadinya proses transformasi knowledge dari potensi individual menjadi

modal maya bagi organisasi. Dengan kata lain, kelima disiplin ini menjadi

lingkungan belajar bagi para anggota organisasi (karyawan) sehingga potensi

individu bisa menjadi modal yang baik bagi organisasi. Kelima disiplin itu adalah

sebagai berikut:

1. Dispilin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang secara konsisten

memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian masing-masing,

memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi dan akan

membangun kemampuan untuk melihat kenyataan apa adanya, secara jujur

dan terbuka.

2. Disiplin Model Mental (Mental Model)

Model mental adalah suatu pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai

yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota organisasi.

Disiplin ini berfokus pada upaya berbagi model mental di antara anggota

(40)

interaksi dan pertukaran atau kombinasi knowledge di antara anggota akan

menghasilkan tranformasi knowledge untuk membangun nilai tambah.

3. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision)

Disiplin visi bersama merupakan kemampuan seluruh anggota organisasi

untuk menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi

kemudian meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi.

Fokusnya adalah untuk mengupayakan peningkatan seluruh karyawan agar

mau dan mampu menunjukkan usaha dan semangat untuk berkorban demi

kepentingan bersama agar organisasi dapat berumur panjang.

4. Disiplin Berpikir Sistemik ( System Thinking).

Disiplin berpikir sistemik merupakan kemampuan seluruh anggota

organisasi untuk berpikir dan bertindak secara sistemik dengan

menimbang berbagai permasalahan terkait secara menyeluruh dan

terintegrasi. Berfokus pada peningkatan kapasitas organisasi untuk mampu

melihat/mempelajari hubungan keterkaitan seluruh permasalahan dan

proses perubahan secara menyeluruh dan mampu merealisasikan secara

tuntas.

5. Disiplin Pembelajaran Tim ( Team Learning).

Disiplin pembelajaran tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk

mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Belajar dalam

tim penting karena yang menjadi unit belajar fundamental dalam suatu

organisasi modern adalah tim, bukan individu. Apabila tim tidak dapat

(41)

Organisasi bisa disebut sebagai organisasi pembelajar (learning organization)

apabila organisasi tersebut melakukan lima kegiatan utama, yaitu: penyelesaian

masalah yang sistemik, bereksperimentasi secara kreatif, belajar dari pengalaman

masa lalu, belajar dari praktik organisasi lain yang telah sukses dan mentrasfer

knowledge secara tepat dan benar ke seluruh sumber daya yang ada di dalam

organisasi.

2.5 Analisa SWOT

Analisa SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi organisasi (Rangkuti, 2006). Analisa ini didasarkan

pada data yang di dapat untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan yang

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan keputusan strategis,

pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan organisasi.

Dengan demikian, untuk membuat suatu perencanaan yang strategis

(strategic planner) organisasi harus dapat menganalisa data-data (kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman) yang berkaitan dengan organisasi. SWOT

merupakan model yang sering digunakan dan salah satu alat analisa yang popular

dalam menganalisa untuk menentukan strategi organisasi.

Pada dasarnya analisa SWOT terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu

(42)

kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan

ancaman.

1. Kekuatan (Strengths), merupakan kekuatan utama organisasi jika

dibandingkan dengan pesaingnya. Misalnya sumber daya, modal,

keterampilan, pengalaman, keunggulan persaingan dan penguasaan

pasar.

2. Kelemahan (Weaknesses), merupakan kelemahan dari organisasi.

Seperti, keterbatasan sumber daya, modal, pengalaman, dan kapabilitas

yang menghambat kinerja perusahaan.

3. Peluang (opportunitties), merupakan kesempatan atau situasi yang

penting yang dapat menguntungkan organisasi di dalam proses

bisnisnya.

4. Ancaman (Threats), merupakan situasi yang tidak menguntungkan

bagi organisasi dan dapat membawa dampak yang merugikan bagi

organisasi.

2.6 Matriks Threats-Opportunities-Weaknesses-Strengths (TOWS)

Menurut David dikutip oleh Suteja (2007), matriks Matriks Threats

-Opportunities-Weaknesses-Strengths (TOWS) merupakan perangkat pencocokan

yang penting yang dapat membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi:

strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weaknesses-Opportunities),

(43)

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang, menggunakan kekuatan internal

organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya

akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT supaya organisasi dapat masuk ke

dalam situasi di mana organisasi dapat menerapkan strategi SO. Jika organisasi

mempunyai kelemahan besar, maka organisasi akan berusaha keras untuk

mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Jika menghadapi ancaman

besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan

perhatiannya pada peluang.

Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang, bertujuan untuk memperbaiki

kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Misalkan untuk mencapai

tujuan sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka seluruh sumber daya di

sekolah diharapkan mampu paham dan berkomunikasi dengan bahasa asing, tetapi

mungkin masih ada guru/staf yang belum menguasai dengan baik. Salah satu

kemungkinan strategi WO adalah berkerjasama dengan sebuah lembaga dalam

melatih kemampuan guru/staf tersebut.

Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman, menggunakan kekuatan

organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

Misalkan ada perusahan pesaing yang meniru ide, inovasi, dan produk yang

dipatenkan di perusahaan AS menjadi sebuah ancaman bagi mereka yang ingin

menjual produk di Cina. Sedangkan strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman

merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal

(44)

Untuk menggunakan table matriks TOWS, perlu di analisa dahulu strategi

Internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dan strategi eksternal organisasi

(peluang dan ancaman). Kemudian mencocokkan strategi internal dengan

eksternal sehingga menghasilkan strategi SO, WO, ST, dan WT.

Tabel 2.1 Matriks TOWS Internal

eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (o)

2.7 Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan) 2.7.1 Analisis Kesenjangan Pengetahuan

Menurut Thornton (1999) analisis kesenjangan adalah alat bisnis dan

metode penilaian yang berfokus pada kesenjangan antara kinerja perusahaan saat

ini dan kinerja yang diinginkan. Analisis kesenjangan mengevaluasi kinerja aktual

saat ini dan upaya perbaikan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja

(45)

Manfaat dari analisis kesenjangan ini adalah membantu perusahaan yang

kinerjanya kurang baik karena tidak efisiennya penggunaan sumber daya atau

kegagalan untuk berinvestasi dengan benar dan meningkatkan produksi serta

kinerja. Selain itu, manfaat lain dari analisis kesenjangan adalah dapat mengukur

waktu, uang, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi potensi

organisasi dan mencapai keadaan yang diinginkan.

Menurut O‟Farrell (1999) analisis kesenjangan pengetahuan adalah alat

yang berguna untuk membantu perusahaan untuk tetap fokus pada gambaran

besar. Dengan mengidentifikasi dimana perusahaan saat ini berdiri dan dimana dia

ingin berada akan menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi cara untuk

mencapai tingkat pengetahuan yang diinginkan di seluruh perusahaan. Analisis

kesenjangan pengtahuan juga merupakan sebuah cara untuk melihat apa

sumber-sumber pengetahuan perusahaan atau individu yang ada. Pengetahuan ini

dibandingkan dengan tingkat target dan rencana dikembangkan untuk mencapai

tujuan.

Analisis kesenjangan pengetahuan digunakan untuk mengukur pengetahuan

yang dimiliki. Dengan melakukan analisis ini, perusahaan dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik dari basis pengetahuan yang saat ini telah tersedia

dan pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Selain itu, analisis

kesenjangan pengetahuan bermanfaat untuk mengeksekusi dan memahami dengan

mendirikan tujuan relatif terhadap tingkat pengetahuan saat ini dalam perusahaan,

(46)

2.7.2 Pengetahuan Wajib dan Pengetahuan Pilihan bagi Karyawan

Menurut Setiarso (2009), pengetahuan wajib didefinisikan sebagai

pengetahuan yang perlu dan harus dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan

tugasnya secara efektif dan efisien. Kriteria yang termasuk dalam pengetahuan

wajib adalah pengetahuan yang memiliki nilai kepentingan 3-4 dan/atau memiliki

nilai kesenjangan pengetahuan tertinggi. Sedangkan pengetahuan pilihan

didefinisikan sebagai pengetahuan pelengkap yang dapat membantu dalam

pelaksanaan tugas karyawan. Kriteria yang termasuk dalam pengetahuan pilihan

adalah pengetahuan dengan nilai kepentingan kurang dari tiga dan selain dari

pengetahuan dengan nilai kesenjangan tertinggi.

2.7.3 Kesenjangan Pengetahuan

Seringkali pengetahuan yang dimiliki karyawan tidak sesuai dengan yang

diinginkan oleh organisasi. Kondisi ini memungkinkan menculnya kesenjangan

pengetahuan di organisasi. Dengan dilakukannya suatu proses penilaian

kesenjangan pengetahuan di dalam suatu perusahaan, maka dapat diketahui

keadaan pengetahuan yang dibutuhkan dan pengetahuan yang sekarang tersedia

menurut Setiarso (2008). Sesudah pengetahuan yang dibutuhkan dapat

diidentifikasi maka dilakukan analisis kesenjangan pengetahuan berdasarkan

(47)

Gambar 2.4. Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack (Sumber: Setiarso, 2008)

2.8 Strategi Pengelolaan Pengetahuan

Menurut Hansen et al dikutip oleh Munir (2008) cara organisasi mengelola

pengetahuan yang dimiliki dibagi atas dua ekstrim, yaitu strategi kodifikasi

(Codification Strategy) dan strategi personalisasi (Personalization Strategy). Bila

pengetahuan diterjemahkan dalam bentuk eksplisit secara berhati-hati (Codified)

dan disimpan dalam basis data sehingga pengguna yang membutuhkan dapat

mengakses pengetahuan tersebut, maka cara mengelola seperti itu dikatakan

menganut strategi kodifikasi. Strategi kodifikasi digunakan untuk menyimpan

pengetahuan di dalam empat penyimpanan yang terstruktur dari pengetahuan

sebagai database untuk penggunaan yang berulang-ulang. Davenport dan Prusak

dikutip oleh Tobing (2007) menyatakan bahwa tujuan kodifikasi adalah membuat

pengetahuan organisasi ke dalam suatu bentuk yang membuat pengetahuan

(48)

2.9 SSM (Soft System methodology)

Gambar 2.5 Model SSM P. Checkland

SSM (Soft System Methodology) merupakan suatu metode yang digunakan

untuk mendukung dan membuat suatu struktur dari hasil perbandingan antara

model asli dengan model yang diusulkan. Dikembangkan oleh Peter Checkland di

Inggris, Universitas Lancaster. SSM adalah pendekatan untuk pemodelan proses

di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk pemodelan

manajemen perubahan, di mana organsiasi pembelajar itu sendiri merupakan

manajemen perubahan. SSM dikelompokkan dalam “soft” operation research

tools, sebagai alternatif dari “hard” model matematik dan model keputusan

konvensional yang merupakan tools yang ada pada bidang operation research

(OR). SSM adalah sebuah metodologi untuk menganalisis dan pemodelan sistem

(49)

Dalam melakukan proses model P. Checkland (1960) menjelaskan ada

tujuh tahapan, yaitu:

Pertama, Identifikasi situasi permasalahan yang belum terstruktur. Pada langkah pertama ini situasi riil atau situasi yang berjalan di dalam organisasi dan

situasi sosial yang berhubungan dengan organisasi di identifikasi.

Kedua, situasi permasalahan diekspresikan. setelah mengidentifikasi situasi permasalahan yang ada di dalam organisasi, Kemudian

diekpresikan/digambarkan ke dalam rich picture sesuai dengan situasi

permasalahan yang ada. Analisa rich picture merupakan suatu cara untuk

mengindikasikan banyak elemen yang terjadi pada organisasi. Tehnik ini berusaha

untuk menggambarkan situasi yang sedang berlangsung, pemangku-pemangku

kepentingan dan isu-isu yang terjadi di dalam aktifitas sehari-hari di dalam

sekolah.

Ketiga, menganalisa root definition. Langkah ini mendefinisikan akar permasalahan dari langkah pertama dan kedua. Setiap permasalahan didefinisikan

ke dalam CATWOE untuk Mendefinisikan elemen-elemen yang berhubungan

dengan model yang akan di usulkan, yaitu:

C ( Customer) = Setiap orang yang merasakan dampak dari sistem.

A (Actors) = Individu yang nantinya melakukan aktifitas di dalam

sistem.

T (Transformation Process) = Proses yang mengubah Input menjadi

Output.

(50)

O (Owners) = orang yang dapat memulai/mematikan sistem.

E ( Environment Constrains) = sistem yang lebih besar di mana sistem

berada.

Keempat, membangun model konseptual. Dari permasalahan yang telah didefinisikan di dalam CATWOE kemudian dibangun sebuah model konseptual

untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

Kelima, membandingkan model konseptual dengan situasi permasalahan. Pada langkah kelima ini, model konseptual dibandingkan dengan situasi

permasalahan yang telah diekspresikan ke dalam rich picture. Untuk di ambil

suatu usulan model yang relevan dengan organisasi.

Keenam, Mengusulkan model usulan. Setelah usulan model didapatkan, langkah selanjutnya adalah menguji model tersebut, melihat kelayakan, apakah

bisa dilanjutkan atau ada yang harus di ubah dan di sesuaikan kembali dengan

kondisi organisasi.

Ketujuh, implementasi sistem. Di tahap ini model yang sudah berhasil disetujui dan layak untuk di lakukan menjadi suatu role model atau bisa jadi

sebagai siklus baru dalam organisasi dalam menjalankan organisasinya

2.10 Pengukuran Data

Statistik merupakan salah satu alat bantu penelitian dalam menganalisis dan

mengukur data. Secara umum, pengertian statistik meliputi dua hal. Pertama

adalah sebagai kumpulan angka-angka. Dalam hal ini statistik dimaksudkan

(51)

pertandingan sepak bola adalah sekumpulan angka-angka yang menjelaskan hasil

pertandingan sepak bola dari beberapa klub. Kedua adalah statistik sebagai cabang

ilmu pengetahuan tentang pengumpulan, pengelompokkan, penyajian, analisis dan

interprestasi data untuk membantu pengambilan keputusan yang lebih efektif.

2.10.1 Jenis Statistik

Berdasarkan kegunaan dan teknik yang digunakan, statistik terbagi

menjadi dua jenis, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Statistik deskriptif

Bidang statistik yang berhubungan dengan metode pengelompokan,

peringkasan, dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif. Pada

statistik jenis ini, penyajian data dalam bentuk gambaran angka-angka.

Teknik-teknik umum yang digunakan adalah analisis deskriptif yang

meliputi rata-rata, median, modus dan varians.

2. Statistik Inferensial

Teknik statistik yang berhubungan dengan analisis data untuk penarikan

kesimpulan atas data. Teknik statistik inferensial berhubungan dengan

pengolahan statistik sehingga dengan menggunakan hasil analisis tersebut

dapat ditarik kesimpulan atas karakteristik populasi. Teknik-teknik umum

yang dipakai meliputi uji hipotesis, analisis varians, dan teknik regresi dan

korelasi.

2.10.2 Jenis Data

Dalam penggunaan statistik, pasti akan selalu berhubungan dengan data.

(52)

1. Data Kualitatif

Jenis data yang mempunyai sifat non-angka. Pada data jenis ini, informasi

yang dihasilkan oleh data adalah informasi yang bukan angka-angka.

Misalnya data jenis kelamin, data tingkat pendidikan, dan data agama yang

di anut oleh penduduk.

2. Data Kuantitatif

Data yang berupa angka-angka. Pada data jenis ini, sifat informasi yang di

kandung oleh data berupa informasi angka-angka. Misalnya data jumlah

penduduk, jumlah pendapatan nasional, jumlah keluarga di suatu daerah.

Data kuantitatif bisa berupa variabel diskrit, yaitu variabel yang berasal

dari hasil penghitungan. Data diskrit merupakan data kuantitatif yang

mempunyai sifat bulat, tidak dalam bentuk pecahan, misalnya data jumlah

penduduk. Juga bisa berupa variabel kontinyu yang merupakan data yang

berasal dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran tergantung pada

keakuratan alat ukur yang digunakan. Data tinggi badan, data suhu, dan

data kelembaban udara adalah beberapa contoh data kontinyu. Data ini

bisa berbentuk pecahan, misalkan tinggi badan seorang balita adalah

35cm. tinggi badan ini bisa 35,2cm atau 35,25 cm tergantung pada

keakuratan alat ukur yang digunakan.

2.10.3 Pengujian Kuesioner

Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner yang baik adalah

validitas dan realibilitas kuesioner dinyatakan valid. tujuan pengujian validitas

(53)

susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang

valid.

1. Uji validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen

pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Jika misalkan alat ukur

nya adalah meteran, maka validitas alat ini adalah sejauh mana alat ini

mampu mengukur jarak suatu titik. Begitu juga misalkan menyusun

kuesioner kepuasan pelanggan, maka validitas kuesioner adalah sejauh

mana kuesioner mampu mengukur kepuasan pelanggan. Terdapat beberapa

jenis validitas:

- Validitas konstruksi, suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan.

Jadi misalkan akan mengukur konsep tentang kepuasan pelanggan,

maka kuesioner tersebut dikatakan valid jika mampu menjelaskan dan

mengukur kerangka konsep kepuasan pelanggan.

- Validitas Isi, adalah suatu alat yang mengukur sejauh mana kuesioner atau alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai

kerangka konsep. Misalkan menggunakan beberapa sampel terhadap

pelanggan produk X.

- Validitas Prediktif, adalah kemampuan dari kuesioner dalam memprediksi perilaku dari konsep.

Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah dengan

(54)

pertanyaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam

melakukan pengujian validitas adalah:

1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.

Jadi untuk menguji validitas suatu konsep, tahap awal yang harus

dilakukan adalah menjabarkan konsep dalam suatu definisi

operasional (berupa tabel angka-angka hasil kuesioner).

2. Melakukan uji coba pada beberapa responden. Tergantung dari sampel

yang digunakan.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.

4. Menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor butir jawaban

dengan skor total dari butir jawaban.

2. Uji realibilitas.

Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap

selanjutnya adalah mengukur realibilitas dari alat tersebut. Realibilitas

adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama di lain kesempatan. Misalkan memiliki

kuesioner yang mengukur kepuasan pelanggan, maka hasil tersebut akan

sama jika digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan pada penelitian

yang lain. Setelah di uji validitas, maka di uji realibilitas. Pengukuran

realibilitas dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Repeated measure atau pengukuran berulang. Pengukuran dilakukan

Gambar

Gambar  2.1   Hierarki dari Data ke Pengetahuan
Gambar 2.2  SECI Model
Gambar 2.3 pada hakikatnya menjelaskan bahwa proses pembelajaran juga
Tabel  2.1  Matriks TOWS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang itu dan dikaitkan dengan pendidikan di SMAN di Kota Pekalongan membuat peneliti tertarik dengan membuat judul penelitian: Implementasi Pendidikan Agama Islam

Pengelolaan Dana BOS harus dikelola oleh sekolah itu sendiri tidak boleh ada campur tangan dari yayasan apabila sekolah tersebut berstatus swasta, nantinya dalam

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin