i
SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Amirul Khoirudin NIM 7211409038
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii Ujian Skripsi pada:
Hari : Senin
iii Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Rabu
iv
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Mei 2013
v
....Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain) dan ingat kepada Tuhanmulah kamu berharap... (QS. Al Insyiroh:6-8)
Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim).
vi
hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul Pengaruh Elemen Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia . Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulisan skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada.
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melanjutkan studi.
2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan dorongan kepada penyusun untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini. 4. Drs. Asrori, MS. Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar memberikan
bimbingan dan arahan yang berharga.
5. Agung Yulianto, S.Pd., M.Si. Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.
6. Drs. Heri Yanto, MBA. Ph.D. Dosen Penguji yang memberikan saran berharga dan bermanfaat.
7. Lesta Karolina Br Sebayang S.E., M.Si yang telah memberikan bimbingan dan membantu penulis saat melaksanakan penelitian.
vii peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Mei 2013
viii
Semarang. Pembimbing I: Drs. Asrori, MS. Pembimbing II: Agung Yulianto, S.Pd., M.Si.
Kata Kunci: Bank Syariah, Good Corporate Governance, Islamic Social Reporting.
Pengungkapan tanggung jawab sosial tidak hanya berkembang pada ekonomi konvensional, tetapi berkembang juga pada ekonomi syariah. Selama ini pengukuran pengungkapan tanggung jawab sosial pada perbankan syariah masih mengacu pada Global Reporting Initiative Index (GRI), padahal saat ini banyak diperbincangkan mengenai Islamic Social Reporting yang sesuai dengan prinsip syariah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari elemen Good Corporate Governance terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia. Elemen Good Corporate Governance yang digunakan yaitu ukuran Dewan Komisaris dan Ukuran Dewan Pengawas Syariah.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia. Total sampel yang diuji sebanyak 10 bank umum syariah yang dipilih dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menganalisis laporan tahunan perusahaan dengan metode content analysis. Teknik analisis dari penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan indeks Islamic Social Reporting pada tahun 2011. Rata-rata pengungkapan Islamic social reporting yang dilakukan oleh perbankan syariah adalah sebesar 55,20%. Ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan pengawas syariah secara simultan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di Indonesia. Ukuran dewan komisaris terbukti memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di Indonesia, sedangkan ukuran dewan pengawas syariah tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic social reporting pada perbankan syariah di Indonesia.
ix
Indonesia . Final Project. Accounting Department, Faculty of Economics, Semarang State University.
Advisor: Drs. Asrori, MS. Co Advisor: Agung Yulianto, S.Pd., M.Si.
Keywords: Sharia Banking, Good Corporate Governance, Islamic Social Reporting.
Social responsibility disclosure is not only developed by conventional economy, but also developed by sharia economy. So far social responsibility disclosure measurement is still referred to Global Reporting Initiative (GRI) index, although many recent discussions about Islamic Social Reporting which is in favor with Sharia Principles. This research aims at identifying the influence of Good Corporate Governance on Islamic Social Reporting disclosure of sharia banking in Indonesia. Good Corporate Governance elements used by the study are Board of Commissioner size and Sharia Supervisory Board size.
The population of this research are all of Islamic banks in Indonesia. Ten Islamic banks selected by using purposive sampling. This research analyzes the company s annual reports by conducting content analysis. The study uses descriptive and regression analyses.
The result shows that there is an increase of Islamic Social Reporting index in 2011. Islamic social reporting disclosure average conducted by sharia banking is 55,20%. The Commissioner Board Size and Sharia Supervisory Board Size simultaneously influence Islamic social reporting disclosure on sharia banking in Indonesia. Commissioners Board size affect significantly on Islamic social reporting disclosure of sharia banking in Indonesia, while Sharia Supervisory Board size does not affect Islamic Social Reporting of Sharia banking in Indonesia.
x
2.2.Corporate Social Responsibility(CSR) ... 15
2.2.1. Pengertian dan KonsepCorporate Social Responsibility ... 15
2.2.2.Islamic Social Reporting(ISR) ... 19
2.3.Good Corporate Governance(GCG) ... 29
2.3.1. Pengertian dan KonsepGood Corporate Governance ... 29
2.3.2. ImplementasiGood Corporate Governance ... 35
2.4. Dewan Komisaris ... 37
2.5. Dewan Pengawas Syariah ... 43
xi
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ... 56
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 57
3.3. Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel ... 58
3.3.1. Variabel Terikat (dependent variable)... 58
3.3.2. Variabel Bebas (independent variable) ... 59
3.3.2.1. Ukuran Dewan Komisaris... 59
3.3.2.2. Ukuran Dewan Pengawas Syariah ... 59
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 61
3.4.1. Jenis Data ... 61
3.4.1.1. Jenis Data Menurut Sifat... 61
3.4.1.2. Jenis Data Menurut Sumber... 61
3.4.1.3. Jenis Data Menurut Skala Pengukuran ... 61
3.4.1.4. Jenis Data Menurut Waktu Pengumpulan... 62
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 71
4.1. Analisis Deskriptif ... 71
4.1.1 PengungkapanIslamic Social Reporting(ISR) ... 71
4.1.2 Ukuran Dewan Komisaris... 74
4.1.3 Ukuran Dewan Pengawas Syariah ... 75
4.1.4 Analisis Statistik Deskriptif ... 77
4.2. Uji Normalitas dan Hasil Estimasi... 79
xii
4.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T) ... 86
4.4. Pembahasan Hasil Estimasi... 88
4.4.1 Pengujian Simutan Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah terhadap pengungkapan ISR ... 88
4.4.2 Pengujian Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan ISR ... 88
4.4.3 Pengujian Pengaruh Ukuran Dewan Pengawas Syariah terhadap Pengungkapan ISR ... 90
BAB V PENUTUP... 93
5.1. Simpulan ... 93
5.2. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
xiii
Tabel 2.1 Indeks ISRFinance and Investment Theme... 24
Tabel 2.2 Indeks ISRProduct and Service Theme... 25
Tabel 2.3 Indeks ISREmployee Theme... 26
Tabel 2.4 Indeks ISRSociety (Community Involvement) Theme... 27
Tabel 2.5 Indeks ISREnvironment Theme... 28
Tabel 2.6 Indeks ISRCorporate Governace Theme... 29
Tabel 3.1 Perolehan Sampel Penelitian ... 58
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 60
Tabel 4.1 NilaiContent AnalysisBUS di Indonesia Berdasarkan Tema ... 72
Tabel 4.2 NilaiIslamic Social Reportingpada BUS di Indonesia ... 73
Tabel 4.3 Ukuran Dewan Komisaris BUS di Indonesia 2010-2011 ... 75
Tabel 4.4 Ukuran Dewan Pengawas Syariah pada BUS Periode 2010-2011 ... 77
Tabel 4.5 Hasil Statistik Deskriptif ... 78
Tabel 4.6 Hasil PengujianLikelihood Ratio ... 81
Tabel 4.7 Hasil PengujianHausman Test... 82
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji LM... 83
Tabel 4.9 Hasil EstimasiPooled Least Square ... 84
xiv
xv
Lampiran 2 NilaiContent AnalysisBUS di Indonesia Berdasarkan Tema ... 103
Lampiran 3 NilaiIslamic Social Reportingpada BUS di Indonesia ... 104
Lampiran 4 Sampel beserta Variabel Penelitian ... 105
Lampiran 5 Tabel yang digunakan dalam Analisis Hasil Penelitian ... 106
Lampiran 6 Nilai Indeks ISR ... 110
Lampiran 7 HasilChecklistIndeks ISR 2010 ... 112
1
!" # $%&'() ( $* + +)& " '+!, -./0123405,()(% & +'! # %&6() ( 7 8& * 6 ! ! ! & ##(! #6 %&( + 6& #( "! # % (% + 6! $% 96!$% * + &!#! %! %& 6&)! + (, -./ 0 123405 ,) "6 ) &6& #&$ ! ! * + & &% '()($% 7 :6 %& ( + "6) "! +(% & ' +! ('& ! ! * + 6 &)! + & +& ! % "! ! & % ! 6& ( $ * + '& +( ()(% 6&)!'+ "# 6& + '!# %&6()( 7 ;& + ! ! * + % ()< #&+% 6 " )& 6 ) =% )( & ("$% ! >& ) ()(%& + '!#%&6() ( * +"! $6%"6 )& '& !% $ !#* + & (! "& +%&! +! !>& ) )& & '()7
! *+ & ! +%#! "! ! ) ()(% "! (+% 6% #& $ 6&( $ "#$ &+& ! ) ++(+
?='
!# ) (
OPQPRS TPUPVQPWV XUYZ P TPPWR PV P[OXWS W \QP[QP WQXVXU ]P^P PWO PZ^PU PQP[_PT`P VXUYZPTP PW R Pa PO O Xa PQZPWPQPW PQ[S bS [ PZW^P cY \ P [ YUY[ OXOVXU TP[ S QPW RPO VPQ ^PW \RS [SO_YaQPW[ XU T PR PVa S W\QY W\PWZXQS [ PUd
ePRS f2011:65g OXW\ X OY QPQPW _PT`P hijk lm nopq ir pksk mk tu R XW\PW VXUc Pa PWPW ` PQ[Y O XWcPRS _P\S PW ^PW\ [PQ [ XU VSZPTQPW R PUS QX_ XUP R PPW VXUYZPTP PWdePaS [Y QPU XWPQX_ XUPRPPWVXUYZPTPP WRS[ XW\PTaSW\QY W\ PWO XOSa S QS R POVPQ VvZ S[ S w OPY VY W WX\ P[ S wd xTYZ YZ R POVPQ WX\P[ S w f roy ltk z o o{t o|rlmk tk op g OXOS ]YU XPQZ SR PWVU v[ XZpt l} o~ imo| ZXTS W\\PV XUaYVXW^XS O _PW\ PWa X`P[VXU PW p ijklm| opq ir pk sk mk tuZ X_P\PSZPaPTZP[YZ [U P[ X\SaX\S[ S O PZ SVXUYZ PTPPWd
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (¸¹º® ° ¹ »»°» ¼¹ ¼°½°¾¼), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting .
Dalam Exposure Draft PSAK nomor 20 tahun 2005 tentang Akuntansi
Lingkungan bagian Pendahuluan paragraf 01 dinyatakan bahwa :
...perusahaan-perusahaan pada masa kini diharapkan atau diwajibkan untuk mengungkapkan informasi mengenai kebijakan dan sasaran-sasaran lingkungannya, program-program yang sedang dilakukan dan kos-kos yang terjadi karena mengejar tujuan-tujuan ini dan menyiapkan serta mengungkapkan risiko-risiko lingkungan. Dalam area akuntansi, inisiatif yang telah digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan data dan untuk menigkatkan kesadaran perusahaan dalam hal terdapatnya implikasi keuangan dari masalah-masalah lingkungan .
Perusahaan akan mendapatkan manfaat tersendiri dengan melakukan
praktik pengungkapan CSR. Secara tidak langsung CSR dapat menjadi media
promosi bagi perusahaan untuk memperkuat citra positifnya kepada masyarakat.
Hadi (2011:156) menyatakan bahwa perusahaan akan mendapatkan sejumlah
keuntungan dengan melakukan pengungkapan atas biaya sosial yang telah
¿ÀÁÂÃÄÁ ÂÅÁ Æ ÅÁ ÇÅÈÉÅ ÊÅÃÅË ÈÌà ÀËÅÊ; (2) transparansi; (3) wujud Í ÎÏÐÑÒ ÓÔÍÕÎÖÍÐ×ÐÒ ÐØ Ù; (4) membangunÐÚÑÛÔperusahaan; (5) membangunÐÚÑÛÔterhadap ÚÜØÜÑÒ Ý ÜÖÞ dan Í ßÑ ÓÔßÎÒÞÔÓ; (6) mendukung tingkat kembalian investasi; (7)
membangunÐÚÑÛÔterhadap investor supaya investasi saham lebih aman.
Praktik dan pengungkapan CSR merupakan konsekuensi logis dari
implementasi konsep à ÎÎÞ á ÎÓ ÕÎÓÑØ Ô àÎâÔ Ó ÖÑ ÖÏÔ (GCG), yang prinsipnya
antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan
Í ØÑ ãÔß ÎÒ ÞÔ ÓÍ-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerjasama yang
aktif dengan Í ØÑ ãÔß ÎÒ Þ ÔÓ Í demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan
(Utama 2007). Terkait dengan pelaksanaan CSR, Sudana dan Arlindania (2011)
menyatakan bahwa CSR dapat dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan di
bawah divisi ß ÜÚÑ Ö ÓÔÍ ÎÜÓ ÏÔ ÞÔâ ÔÒÎÕÚÔ ÖØ atau ÕÜ×Ò Ð Ï ÓÔÒ ÑØÐÎÖ. CSR bisa pula
dilakukan oleh yayasan yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan,
namun tetap bertanggungjawab kepada CEO atau kepada dewan direksi.
CSR tidak hanya terdapat pada ekonomi konvensional, tetapi berkembang
juga pada ekonomi syariah. Bahkan ekonomi syariah sudah mempunyai konsep
CSR sebelum dikeluarkannya UU No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan
syariah. Konsep tersebut diwujudkan dalam laporan sumber dan penggunaan dana
zakat dan kebajikan. Seperti yang dikemukakan Widiawati dan Raharja (2012)
bahwa konsep CSR dalam Islam erat kaitannya dengan perusahaan-perusahaan
yang menjalankan bisnis sesuai dengan konsep syariah yang diharapkan
perusahaan tersebut dapat melakukan tanggung jawab sosial perusahaan secara
äåæ çè çé æè êëé ìå íìå æîìïèìðñ ê ðé æé æ å îì òëïó ìåê ìå æîìïè ìð æë ðì ïé æ åîì ôë ô òé å îìè ê õôè ç ôë å êé ìç öì÷ ìô ôë åíë ôó ìåíê ìå òïõíïìô øù ú û ü ìïëåì ó ìåê æîì ïè ìð çèöìê öèóë åçéê ðìå îì óë ïõïè ëåç ìæè òìö ì òïõýè ç æ ìþ ì çë çìòè þé íì é åçéê ôë ôó ìåçé ôëåæëþ ìðçëï ìê ìå ôìæîìï ìê ìçû ÿé æ é ý 2010 ôëåîìçìê ìå ó ìðì òïõíïìô øù ú òëïó ìåê ì å æîìïè ìð ðì ïé æ óë åìïó ë åìï ôëåîë åçé ð êëóé çé ð ìå ìæ ìæè ôìæîì ïìêìç é åçéê ôëåèòçìê ìå òë ôëï ìçììå êë æëþìðçë ïì ìå ëê õåõôè ó ìíè ôìæîì ïìêìç û
ìðé å 2008 òë ôë ïè åç ìð ôë åë ïóè çê ìå õ û 21 çë åçìå í ëïó ìåêì å ùîìïèìðû èåèôëåþìöè òìîé åí ðéêé ôóì íè æëêçõï òë ïóìåê ìå æîì ïèìðû ìöèïåîì òë ïó ìåê ìå æîìïè ìð æ ì åíìçöè ðìïìòêìåô ìô òé ôëô ìé òë åèåíêìç ìåòë ïìåöìå ê õåçïè óé æè òë ïó ìåê ìå æîìïèìð ö ì÷ìô ôë å íë åçì æê ìå êë ôèæêè åìåñ êëæëþìðçë ïì ìå ôìæîì ïìêìç ñ æë ïçì òë ôó éê ììå ÷ ìò ìå íìå êë ïþì ô ë÷ ì÷éè òïõ íï ìô æ õæèì÷û ëóë ïìò ì ìåê ùîì ïèìð ç ë÷ìð ôë÷ìêéê ìå òë å íé å íê ìòìå øù ú æëóë÷é ô çëïóèçå îì åöìå í åöìå í õûçìðé å08 çëåç ìåí ëïó ìåê ìåùîìïèìðñóë ïèêé çöè ìåç ìïìåîì:
ìåêùîìïèìðîìå íë å íé åíê ìòêìåø ù úç ìðé å 2008
õû ìôì ìåê
ë åíé å íê ìò ìåøù ú
2007 2008
1û û ìåêùîì ïè ìðéìôì÷ìçäåöõåë æè ì
2û û ìåêùîì ïè ìð ìåöè ïè
3û û ìåêùîì ïè ìðëíìäåöõåë æè ì X
Sumber: !Bank Umum Syariah 2007-2008
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diterbitkannya
Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, beberapa bank
"#$%&$ %' ( "($ )* + '( ,#$( "#,-($'($ ./(,0 (1 2 #$ %( $ %%( " -(13 ( ) * + 2 #,& "('($ -( %0($ 4(' 4 #,"0.(1'($ 5( ,0 4& 6 &($ & .(1( "# ,& .(1( ($ &$4 &' 2 #3 & 6& 5'($ 4(4 ($($ 2(./(,('(4 /($ % (507 5($ 2('2 & , . #6(7($ 5#$ %($ ",0$ . 0 "8 ",0$ . 0"5( .( ,"# ,#' 9$ 920($./( ,0(1 :
; #,' #2-($ %($ "# ,-($'($ ./(,0(1 50 <$ 59$ # . 0( /($% 2 (6& "#.(4 = 2#$ 6( 50'($ "#$ #7040($ 4 #$4 ($% )*+ "(5( -($' . /( ,0 (1 50"#,7&'($ : * 4(40.4 0' "#,' #2-($%($ "# ,-($' ($ ./( ,0 (1 .(2"(0 5#$%($ -&7 ($ > ($&( ,0 2013 2 #$&$ 6&''($-(13 (" #,-($'($./( ,0 (1. #2(' 0$7 &( .4 #,.#-( ,50. #7& ,&1<$59$ #. 0( 5#$%($ 11 ?($' @2 &2 */( ,0(1 A?@*B 5($ 6& 27 (1 '($4 9, 1:CDE &$ 04= 24 @ $ 04 @ .(1( */(,0(1 A@ @*B= . #,4 ( 158 ?;+*: F 94(7 ( .#4 "#,-($'($ ./( ,0 ( 1 4 #7 (1 2 #$ G( "( 0+ "HIJ=HHE4,070&$ :
K($ 0LL(A2002B 2#$/( 4 ('($-(13 ( .#7 (2 ( 0$ 0"#$%&'& ,($)* + MNO PQRO STU "( 5( " #,-($' ($ ./(,0(1 2( . 01 2#$%( G& "( 5( V Q RWX Q YUZR T [ N\] ^\N[ NX [ N_U ^\MU ` Aa+ <B: ;( 5(1 (7 .( (4 0$ 0 -($/(' 50"# ,-0$ G($ %'($ 2#$ %#$(0 ^O QXb N P cR PNX Q YU ZR T [N \] /($% . #.&(0 5#$%($ ",0$ . 0" ./( ,0(1 : ;#$ #7040 8"#$ #7 04 0 #' 9$ 920 . /( ,0(1 .((4 0$ 0 -($/(' /($ % 2#$%%&$(' ($ ^OQXbNP cR PNX Q YU ZR T[ N\] ^\MU` A <* +B &$4&' 2 #$%&'&, )* + 0$ .404 & .0 ' #&($ %($ ./(,0(1 : <$ 5#'. <* + - #,0 .0 04#2804#2 .4 ($ 5( ,5 )* + /($ % 504 #4( "' ($ 97#1 dd e<f< Ag PPR S\[N \] X \M gSMN [N \] h T ]X \NiX [NR \ jR T ^O QXb N P k N \X \PNX Q ^\O[N [S[ NR \OB: f 04,0( 5($ K( ,4($40 A2010B 2#$/(4 (' ($ -(13( 0$ 5#' .<* + 50/(' 0$ 0 5( "(4 2#$ 6( 50"06('($(3(7 5(7(21(7 .4($ 5( ,"#$%&$%'( "($ )* +/($ %.#.&( 05#$%($"#,. "#'4 0L<.7 (2 :
mnop n qrst nunqvr qr s mnq nwnx untn vrsnx yv nur z nu {snx w {w | nz }n x y t| z nv~v nx { zro zr mnyn v{ xr xw |{ xnz w ro|xyyn | n r x yr ~v nvnx vrsnx yv n v{ xw r uq~nz
r xr z|q|nx rxyr xn| urxy~ x yv nu nx qnx yy~ x y npnm w {w|nz urs mnxvnx w}ns| no nw| o qrs mnqnw ns nonu2002 rxr z| q| qr xq nxy urxy~ xyv nu nxx|zn|x| z n| wz n u ntn nxv ~ n nznq xt{ xrw|n tr x yn x r znv~v nx nxnz| w| w qrso ntnu znu{s nx qno~ xnxx}n qno~ x 19932000 r xrz|q| nx qrsw r m~ q r mnxt| xyv nx ur xy~ x yvnunx }n x y t|y~ xnvnx untn nv~xq nxw | v{ xrxw | { xnz tr xynx ur xy~ x yvnunx }nxy mrstnwns u ntn wq nxtns r xr z|q|nx qrswr m~ q r x~ x ~vv nxo nw|zm nopnnxv~nnznqxt{ xr w | n nw | or x yy~ xnvnxw q nxtns nv~ xqnxw | v{ xr xw| { xnz }n x y mr z~ w rw~ n| tr x ynx us|xw|u w}ns|no rtnxyvnx mt~ z zno 2011 r z nv~v nx ur xr z| q| nx r x yr x n| urxy~ xyv nu nx urznu{snx qnxyy~ x y npnm w{w | nz }nxy m rs {v~w unt n znu{snx trp nx ur x ynp nw w}ns | no tnx ur znu{s nx ¡ nv nq untn mnxv w}ns| no t| xt{ xrw | n tnx nz n}w |n nw|zx}n ur xy~ x yvnunx}n x yt|znv~v nx{ zromnxvw}ns|not|vr t~ nxryns nnw |oqrs mnqnw
¢| t|np nq| tnx £ no nsn 2012 r z nv~v nx ur xr z|q|nx r xyrxn| nv q{s nv q{s }n x y r ur x yns~o| urs~wno nnx }nx y qrs tnunq untn tn q ns r rv w}ns| no q no~ x 20092011 nw | z ur xr z| q|nx rx~ x ~vv nx mnop n ~v~s nx urs~wno nnx¤us{ |q nm| z| qnw¤q| ur|xt~w qs| tnxr x| w mnxv mr sur x yns~ou{w|q| w | yx| | v nxqrsontnu£
§¨©ª« ¬ª« ©®¯°¬ §¬± «¯¬ ²¯ © ®§¬± ª«©® ¯± ²¯ § © ®±³¬ ´ ¬« ª µ¬± © ®©¶®ª§¬± ° ®²¯± ·¯ § µ¬± ¬ ¬¸¬± § ®°¬ µ¬ ° ®± ³ ®¹ ¨¹¬ ° ®¯«¬¸¬¬± ¬ ²¬¯ ° ª ¸¬§ ©¬±¬·®©®± º »¬±¬ · ®©®± ¶®²¬± ³³¯± ³·¬ ´¬ ¶ ¯± ²¯ § ©®± ª±³§¬ ² §¬± ®¼ª« ª ®±« ª µ¬± µ¬½¬ «¬ ª±³ ° ®¯« ¬ ¸¬ ¬±¾ «®µ¬±³§¬± µ®´¬± §¨© ª« ¬ª« ¶®² ¬± ³³¯± ³·¬ ´ ¬¶ ¯± ²¯ § © ®± ³¬´¬ « ª ©¬±¬ · ®© ®± ¿ ÀÁ à 2001Ä º Å®´¬± §¨©ª«¬ª« ¶®²¯ ³¬« © ®± ³¬ ´ ¬« ª ° ®¯«¬ ¸¬ ¬± µ¬± ©®± ½¬ ©°¬ª §¬± «®©¯¬ ª±¼ ¨©¬«ª § ®°¬ µ¬ Æ ÇÈÉÊËÌÍÎ ÊÏ Æ¾ ²® ©¬« ¯ § ª ±¼ ¨©¬« ª ° ®±³¯± ³§¬°¬± ² ¬± ³³¯± ³ ·¬´¬ ¶ « ¨«ª¬ ¹ º Ю§ ¬ª ² µ®±³¬± ° ®± ³¯± ³§¬°¬± ª± ¼ ¨©¬« ª ¨¹®¸° ®¯«¬ ¸¬¬±¾«®©¬ §ª± ¶®« ¬ ¯ §¯ ¬±µ®´¬± §¨ ©ª« ¬ª« ¾ ©¬§¬ ° ®± ³¬ ´¬« ¬±¬ §¬± «®©¬ §ª± ¶¬ ª§º Å ®± ³¬± °®±³¬ ´¬«¬± ½¬ ± ³ ¶¬ ª§¾ ©¬ §¬ µª¸¬ ¬° §¬± ° ®± ³¯ ±³§¬°¬± ÑÆÍÈÒ ÓÔÆ ÌÔ ÓÈ ÍÏÊÕ ÌÏÇ ÓÖ× ¬ §¬±«®©¬ §ª±¹¯¬«§¬ ®± ¬ µ¬°¬ ²© ®©ª± ª©¬¹ ª« ª ª±¼ ¨©¬« ª ½¬±³ ©¯± ³§ª± µ¬° ¬ ² µª«®©¶¯± ½ª§¬± ¨¹ ®¸ © ¬± ¬ ·®© ®± º ج ¹ ª± ª ¶®µ ¬« ¬ °¬µ¬ ° ®± ®¹ª ²ª¬± ½¬±³ µª¹¬ §¯ §¬± °¬ µ¬ °®¯« ¬ ¸¬¬± §¨± Ù ®±«ª¨±¬ ¹ ¨¹ ®¸ Ú ®© ¶ªª±³ ¿2005Ä ½¬±³ © ®±¯± ·¯ §§¬±¸¬«ª¹¶¬ ¸´¬ ° ¨°¨« ª µ ®´¬± §¨© ª« ¬ ª« © ®©° ®± ³¬ ¯ ¸ª ² ª±³§¬ ² ° ®±³¯± ³§¬°¬±Á ÚÛ º
À¬ §²¨ ¹¬ ª± ½¬± ³ µª µ¯ ³¬ ©®©° ®±³¬¯ ¸ª ÃÚÛ ¬ µ¬ ¹¬ ¸ ¯ §¯ ¬± µ® ´¬± ° ®±³¬ ´¬« «½¬ ª¬ ¸º Ü §¯ ¬± µ®´ ¬± ° ®± ³¬ ´¬« «½¬ª¬ ¸ ¬ µ¬ ¹¬ ¸ ·¯ ©¹¬¸ µ¬ ª ¬±³³¨² ¬ µ®´¬± ° ®± ³¬ ´¬« «½¬ª¬¸ µ¬ ¹¬© « ¯¬ ²¯ ° ®¯« ¬ ¸¬¬± º »®±¯ ¯ ² Ý ®¬²¯ ¬± Þ¬± § ñ µ¨±®«ª¬ ß ¨º11/33/PBI/2009, dewan pengawas syariah adalah dewan yang
bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan
bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Dewan pengawas syariah merupakan
badan independen internal yang berfungsi untuk melakukan pengawasan atas
kepatuhan terhadap aturan dan prinsip-prinsip syariah dalam keseluruhan aspek
àáâãäâ ãå æ àæâ ç è é àáêëæâåæâ ìíæ êîæï ðî ì áñäêäï ðäâ îæ ò ó áâ áñ îô îæâ ô áêì áëä ô õáâ áõäåæâ ëæïöæ÷ø ù ú ûü ý þÿ úý ì áëæ ãæî àêå ì î ýÿ ÿ ú ÿ úý ðî ëæâå ìñ æ õô áêëäå ô îëáê à áâãæêäïàìî ôîìáæ êæìîãâ î îåæâô áêïæ ðæ ààáâ ãä âãåæ àæâ ôæâããäâ ã æöæ ë ì ì îæ ñ ò æ ñæ õ æêîæëáñ ÷ø ù úûü ý þÿ úý ôáêì áëä ô ðîëæïæ ì õáâã áâæ î ð áöæâ à áâ ãæ öæ ì ìíæ ê îæï íæâ ã ôäêä ô õ áõàáâ ãæêäï î àáâãäâãåæ àæâ ç è é ò è áðæâãåæâ é îå îâ îâãìîï 2012 íæâ ã õáâ áñ î ôî õ áâãáâæ î æå ôêæå ôê íæâ ã õáõ àáâãæêäï î àáâ ãäâ ãåæ àæâ ÷ø ù úûü ý øÿ ýüúù ÿ ü àæ ðæ ëæâå ìíæê îæï ðî â ðâáì îæ æ ñæíìîæ ðæâ â áãæêæâ áãæ êæ þù ÿÿ ú üÿ ÿýüù õáâäâ äååæâ ëæïöæ÷øùúûüýþÿ ú ýôî ðæåõ áõàáâ ãæêäï îà áâãäâ ãå æ àæâ è é ò
áê ðæ ìæêå æâ äêæ î æâäêæ îæâ ðî æôæ ì ÷øùúûüýø ø ÿ ýü úù ÿ ü è é æ ðæ ñæï ïæ ñ íæâ ã àáâ ô îâã ëæ ã î àáê ëæâåæâ ìíæ ê îæï äâ ôäå õáõàáê ñîïæ ôåæâ å áàæ ðæ õæ ìíæ êæå æ ô õáâ áãáâæî å áàæ ôäïæâ ëæâå ðæ ñæ õ õ áâ æ ñæâåæâ àê îâ ì îà ì íæ ê îæïò óáâ áñî ôîæâ îâ î ðîñæåäåæâ åæêáâæ ô îðæåå â ìî ìô áââíæ ïæ ìî ñ ðæê î àáâ áñî ôîæâ àáâ áñ îô îæâ ôáê ðæïä ñäõ áâ ãáâæî àáâãäâãåæ àæâ ÷ø ù úûü ý ø ÿ ýü úù ÿ üòè áñæ îâ î ôä àáâáñî ôîæâ õáâã áâæ î àáâ ãæêäï ÿÿ ú þÿ ú ý ô áêïæ ðæ à ÷øùúûü ý ø ÿ ýüúù ÿ ü õæ ì îïìæâãæ ôæêæâ ãðî ñæå äåæâðî â ðâ áì îæ ò
óáâ áñî ôîæâ îâ î åä ì àæ ðæ áñ áõáâ ýÿ ÿ ú ÿ úý ì áæ êæ ì ôêäå ôäêæñ ðæâ ëäåæâ åä ì àæð æ õáåæâ îì õ á ýÿ ÿ ú ÿ úý ò æ ñ æõ ó õê 11/33/PBI/2009 telah diatur struktur ýÿ ÿ ú ÿ úý yang diwajibkan bagi
bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia. Struktur yang dimaksud
adalah elemen-elemen fungsional yang membentuk pelaksanaan keadaan ÿÿ
ýÿ ÿ ú ÿ úý pada suatu perbankan syariah. Contoh elemen struktur CG
! "# $ " !% & #' ( ! "& #& &!%& ! ) !*+$ ) ! %,- & (!%,. " )! /0120134 5 6 0751838/5 # . ( ( ! %,! % (! 9: ; ( ($! !<& .=>!# , ))$ ! ! %!( ! " &# &!<! %" &! ') (! ,"& ) !%%,! ! ?@! A +)& & ! ?@ ! B!% @ :<&. $ %& C& $ " &! (! != ?&) ! ,!< #) , )! -)! (,!* <! % $ #,% ) " , ! (!%@ ! # . ( %&# ! ($ ! ! < & .= : " & ! & # , ?@! B !% @ :<& . ) ,( ! ") ! DE <!% .!< # (# ( & ! #& # , & ,! %! < & .= A ),& ! & %,! ! FG H3I J/ K0/J3 H L 52 014J86 M9: ; N ,!# , ) !%, , D:; <! % &< & !& $ %& #! ( !%,! % (! D :; < ! % ,& !%!( ( # & O9 ")= !" # $ " !% < ! % # " .& , & ! ' (! ,"& # #& ,!# , ) " , ! (! "&# &! ! %! - , ," Pengaruh Elemen Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting pada
Perbankan Syariah di Indonesia .
PQR STUVWVXYZ[YXY\ Y]
! ( , & ! " # $ " !% & # ' ) <! % )! -& ,) , !()" .!<!% !& # "& #&")(! " &# &!&!&" .:
1= ^( . , ,! ?@ ! A+) & & ! , ,! ? @ ! B !%@ : <& .
(# )) (! % ,.& (!%,! % (! FGH3I J/ K0/J3 H L 52 014J86 M9: ;N ($! !< & .&9!+! & ?
2. Apakah ukuran Dewan Komisaris dapat mempengaruhi pengungkapan
3_ `abcbd ec efbg h ij bg kig lb jb m nobfpb d qbabr si saig lb fedp
aig leglc babg tu vwx yz {|zyw v }~| y n ai fbgcbg m obfp bd qp gqg i mpb?
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini menganalisis
pengaruh struktur elemen || z| | w ~ |~wz ~ yang terdiri dari dewan
komisaris dan dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan tu vwxyz u |z yw v
~| y pada perbankan syariah di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bukti empiris pengaruh ukuran Dewan Komisaris dan ukuran
Dewan Pengawas Syariah terhadap pengungkapan tu vwx yz u | z yw v ~| y
perbankan syariah di Indonesia.
2. Mengetahui bukti empiris pengaruh ukuran Dewan Komisaris terhadap
pengungkapantu vwx yzu|zyw v~| y perbankan syariah di Indonesia.
3. Mengetahui bukti empiris pengaruh ukuran Dewan Pengawas Syariah
terhadap pengungkapan tu vwx yz u |z yw v ~| y perbankan syariah di
Indonesia.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi dalam pengembangan akuntansi mengenai bagaimana
¡ ¢ ¢ £¤ ¥ ¦§¨ © ¤ª ©¨ ¦¥ «¬ª« ®¨ ¯° ±¢² ¢³ ²¢´µ¢ ¶ ¢· ¢ µ¸¢¡ ¢ ¹º¢µ» ¢·¼
2¼ ½¢¾¢¢¶¿ µ¢¡¶»¹
¢¼ À ¸¢¢» ¸¢· ¢ ³¢¹ ¡ ¢ ¶ ¶¢ µ¢ ¢ °ªªÁ ©ª« ª« ¦® ¬ °ª ¬«¯ ¦¯ © ¬ ¢±¢²¢´µ¢¶ ¢· ¢µ¸¢¡¢¹º¢µ»¢·¼
2
Ð1
ÑÒ ÓÔÒ ÕÒÓÖ ×Ø ÙÚ 2ÛÜÛÜ ÝÞßàáâ Þãá äáåæçáèé êë ìë íîïë íî ïðîñîòî ì íé ñóôîòî õ öîò ì÷ñ ðî õê øë î õêêîô ôéõìë õê ôé õìë õê ùîêëôé ñó ï îúîî õ ó õìóò ìé ñó ï ùé ñìîúî õ øî õ íé õêéíùî õêò î õôé ñó ïîú îî õ òé øéôî õû üý÷õ÷þî õ(ÿ îøë, ÄÄ ) íé õ ðî ì îòîõùîú î éêë ìë íî ïë÷ñêî õë ïî ïëøîôîìøëë úî ì ïéùî êîë ïé ïóî ìó ðîõê øëùéñëòî õ íî ïðî ñîòî ì òéôî øî ôé ñó ïîúî î õ øî õ ïé ïóî ìó ðî õê øëëõêë õòî õî ìîó
øëîñë
ôéñó ïîúî î õøî ñëíîïðîñîòî ì.
üñêî õë ïî ïëíé í îë õòî õô é ñî õîõôé õìëõêøîî ííîïðî ñîòî ìøî õíé íôó õðîë ìî õêêó õê î î ù ó õìóò øëîòóë òé ùé ñî øî î õõðî øë øîî í íî ïðî ñîòî ì ( î ñ÷ ÷ò øî õ èî õë ï ). é ñó ùîúîõ õë îë øî õ õ÷ñíî ï ÷ïë î øî î í íî ï ðî ñîòîì ïé ùî êîë ò ÷õïéòóé õïë ôéñòé íùîõêî õ ôé ñî øî ùî õ íî õóïë î, óêî íé õîøë í ÷ìëþîì ÷ñ ôé ñó ùîúî õ é êëìëíî ïë ôé ñó ïîúîîõ øëïîíôë õ ê
óêî øîôî ì
íé õî øë
ìéòî õîõ ùîêë éêëìëíî ïëôé ñó ïîú îî õ(èëõøù ÷íøîî íÿî øë, ÄÄ).
ñîð., (ÿ î øë, ÄÄ)ùéñôé õøîôî ìùîúî é êëìëíî ïëíé ñóôîò î õ
... - permits us
to focus on the role of information and disclosure in the relationship between organizations, the state, individuals and group .
$% $& '( )*+, ('+,'- '.*+/ *+ / '0' 1.% 2*/ *+ / '.* -* society, 3 .'1*$% .'14$*2**+ 2*14$/3+,14'+-'+,*+2 *1*.*+(*$)*1 */ *&.
53 67% + , -*+ 8 9 '99'1 (: *-%, ;< ""= >") ( '+)*&*/ *+ 0*26* &'1-*. *& -4* -% ( '+ $% *,*1 .' 14$ *2* *+ ('( .'137 '2 -4/ 4+ ,*+ 7 ',%& % ( *$%, )*%&4= (") */&% ?%&*$ 3 1,*+%$ *$% .' 14$ *2* *+ 2*14$ $'$ 4 *% (congruence) - '+,*+ $% $&'( + % 7 *% -% (*$ )* 1*/*&; (2) pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai sosial.
Dengan mengungkapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh
legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka
panjang (Kiroyan dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Pengungkapan informasi
CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk
membangun, mempertahankan, dan meligitimasi kontribusi perusahaan dari sisi
ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker dalam Sayekti dan Wondabio, 2007).
Pattern (Hadi, 2011:92) menyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan
oleh perusahaan dalam rangka mengelola legitimasi agar efektif, yaitu dengan
cara:
1. Melakukan identifikasi dan komunikasi/dialog dengan publik.
2. Melakukan komunikasi dialog tentang masalah nilai sosial kemasyarakatan
dan lingkungan, serta membangun persepsinya tentang masyarakat.
3. Melakukan strategi legitimasi dan pengungkapan, terutama terkait dengan
masalah tanggung jawab sosial (social responsibility).
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa teori legitimasi adalah salah
untuk menjelaskan keterkaitan antara struktur good corporate governance, dalam hal ini adalah dewan komisaris dan dewan pengawas syariah dengan
pengungkapan CSR perbankan syariah. Dewan komisaris dan dewan pengawas
syariah dapat mendorong manajemen, selaku pelaksana operasi perusahaan untuk
mengungkapkan CSR agar regulasi dari BI terpenuhi serta menjalankan fungsi
bank syariah yang turut mengupayakan kesejahteraaan ekonomi bagi masyarakat.
Penggunaan teori legitimasi dalam penelitian ini memiliki implikasi bahwa
program CSR dilakukan perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan nilai
positif dan legitimasi dari masyarakat. Ini berarti apabila perusahaan mendapatkan
legitimasi dari masyarakat, maka perusahaan dapat terus bertahan dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat serta mendapatkan keuntungan pada
masa datang.
2
@2
C
A BCABDEFGAHID J KFL CAMLI NI JIEO(CSR)
2.2.1 Pengertian dan KonsepPQRS QRTU VW QXYTZ[ V\S Q]\ Y^YZ YU _(CSR)
Akhir-akhir ini publik menginginkan adanya transparansi dan akuntabilitas
perusahaan sebagai bentuk penerapan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari GCG, yang
sekarang ini menjaditrendterkait dengan isu tentang lingkungan.
Program CSR menjadi penting saat perusahaan melakukan eksploitasi
sumber daya baik itu besar maupun kecil. Dengan adanya eksploitasi itu maka
perusahaan harus memikirkan tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan
Ada banyak definisi tentang CSR, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang merupakan lembaga internasional
mendefinisikan CSR sebagai berikut:
Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workface and their families as well as of the local community and society at large .
Dari definisi tersebut, tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu
komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi, melalui kerja sama dengan karyawan,
keluarga mereka, komunitas setempat serta masyarakat luas untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat.
Post (Hadi, 2011:61) menyatakan bahwa ragam tanggung jawab
perusahaan terdiri dari tiga dimensi, yaitu: (1) economic responsibility; (2) legal responsibility;dan (3)social responsibility.
Economic responsibility, keberadaan perusahaan ditujukan untuk meningkatkan nilai bagi shareholder, seperti: meningkatkan keuntungan (laba),
harga saham, pembayaran dividen, dan jenis lainnya. Di samping itu, perusahaan
juga perlu meningkatkan nilai bagi para kreditur, yaitu kepastian perusahaan dapat
mengembalikan pinjaman berikutinterestyang dikenakan.
Legal responsibility, sebagai bagian anggota masyarakat, perusahaan memiliki tanggung jawab mematuhi peraturan perundangan yang berlaku.
Termasuk, ketika perusahaan sedang menjalankan aktivitas operasi, maka harus
Social responsibility, merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan dan para pemangku kepentingan. Social responsibility menjadi satu
tuntutan ketika operasional perusahaan mempengaruhi pihak eksternal, terutama
ketika terjadiexternalities dis-economic.
Perusahaan berusaha memberikan kontribusinya terhadap lingkungan dan
sosial kedalam operasinya melalui CSR. Darwin (Anggraini 2006) menyatakan
bahwa operasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya berkomitmen
dengan ukuran keuntungan secara finansial saja, tetapi juga harus berkomitmen
pada pembangunan sosial ekonomi secara menyeluruh dan berkelanjutan.
David (Hadi, 2011:59) menguraikan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial
(social responsibility) menjadi tiga, yaitu:
1. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan
aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa
depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan
sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhitungkan
kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumberdaya
agar tetap memeperhatikan generasi masa datang.
2. Accountability, adalah upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktiivitas
perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini
menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal
3. Transparency, merupakan prinsip yang penting bagi pihak eksternal. Transparansi berperan mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman,
khususnya informasi dan pertanggung jawaban berbagai dampak dari
lingkungan.
Perkembangan pengungkapan CSR semakin berkembang sampai saat ini,
John Eklington (1997) mengemukakan konsep The Triple Bottom Line yang menyatakan bahwa perusahaan harus memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya
memikirkan profit tapi juga harus memberikan kontribusi pada masyarakat (people) serta aktif dalam melestarikan lingungan (planet). Hadi (2011:56)
menyatakan bahwa konsep Triple Bottom Line telah mengaitkan antara dimensi
tujuan dan tanggung jawab, baik kepadashareholdermaupunstakeholder.
Konsep CSR juga terdapat dalam Islam. Ahmad dalam Fitria dan Hartanti
(2010) menjelaskan bahwa lembaga yang menjalankan bisnisnya berdasarkan
syariah pada hakekatnya mendasarkan pada filosofi dasar Al Qur an dan sunnah,
sehingga hal ini menjadikan dasar bagi pelakunya dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sesamanya.
Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga bisnis yang menjalankan
operasionalnya sesuai syariah. Dusuki dan Dar (2005) menyatakan bahwa pada
perbankan syariah tanggung jawab sosial sangat relevan untuk dibicarakan
mengingat beberapa faktor yaitu perbankan syariah berlandaskan syariah yang
beroperasi dengan landasan moral, etika dan tanggung jawab sosial dan adanya
Menurut AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions), CSR dalam perspektif Islam adalah segala kegiatan yang
dilakukan institusi finansial Islam untuk memenuhi kepentingan religius,
ekonomi, hukum, etika dan discretionary responsibilities sebagai lembaga finansial intermediary baik itu bagi individu maupun bagi institusi. Tanggung
jawab religius yaitu kewajiban bagi institusi finansial Islam untuk mematuhi
hukum Islam pada semua kegiatan operasionalnya. Tanggung jawab ekonomi
yaitu kewajiban bank syariah untuk mematuhi kelayakan ekonomi secara efisien
dan menguntungkan. Tanggung jawab hukum yaitu kewajiban institusi finansial
Islam untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di negara beroperasinya
institusi tersebut. Tanggung jawab etika yaitu menghormati masyarakat, norma
agama dan kebiasaan yang tidak diatur dalam hukum. Discretionary
responsibilities mengacu pada ekspektasi yang diharapkan oleh pemegang saham bahwa institusi finansial Islam akan melaksanakan peran sosialnya dalam
mengimplementasikan cita-cita Islam.
2`a`a Ib cdefgh igfd cjkli m n fo p(ISR)
Saat ini tuntutan publik agar perusahaan melakukan dan mengungkapkan
CSR cukup tinggi, ini terjadi karena kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
CSR. Seperti dikemukakan oleh Fitria dan Hartanti (2010) bahwa tanggung jawab
sosial (CSR) merupakan wacana yang makin umum dalam dunia bisnis di
Indonesia, dimana fenomena ini dipicu oleh semakin mengglobalnya tren
Anggraini (2006), menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan untuk
memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel, serta tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) memaksa perusahaan
untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya.
Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa
regulasi, antara lain pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
menyarankan perusahaan agar mengungkapkan tanggung jawab mengenai sosial
dan lingkungan sebagaimana dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) nomor 1 (Revisi 1998) Paragraf kesembilan:
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (added value statement), khusunya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Pemerintah Indonesia turut mendukung praktik dan pengungkapan CSR
yaitu dengan mengeluarkan regulasi tentang tanggung jawab sosial (social responsibility) sebagaimana dimuat dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas Pasal 66 dan Pasal 74. Pada pasal 66 ayat (2) bagian c
disebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga
diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Sedangkan dalam pasal 74 menjelaskan kewajiban untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan
dengan sumber daya alam. Selain itu, kewajiban pelaksanaan CSR juga diatur
pasal 17, dan pasal 34 yang mengatur setiap penanaman modal diwajibkan untuk
ikut serta dalam tanggung jawab sosial perusahaan.
Praktek CSR umumnya dilakukan oleh perusahaan manufaktur maupun
pertambangan. Akan tetapi karena CSR telah menjadi trend global, maka perbankan juga ikut melaksanakan program CSR. Program CSR tidak hanya
dilakukan oleh perbankan konvensional, tetapi dilakukan juga oleh perbankan
syariah.
Perkembangan yang pesat dari perbankan syariah di Indonesia membuat
pemerintah perlu mengeluarakan regulasi mengenai CSR khusus bagi perbankan
syariah. Regulasi tersebut adalah UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah. Pada pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa bank syariah dan Unit Usaha
Syariah (UUS) wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat. Selanjutnya ayat (2) dijelaskan bahwa bank syariah dan UUS dapat
menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembagabaitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Kemudian pada ayat (3)
disebutkan bahwa bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang
berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pegelola wakaf (nazir)
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
Menurut Setiawan (2009), bahwa selain penghimpunan dan penyaluran
zakat dan wakaf, bank syariah juga memiliki produk pembiayaan qard (dana kebajikan). Produk ini juga dapat dikategorikan sebagai wujud tanggung jawab
Standar pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia mengacu pada
standar yang dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Initiatives). Ikatan
Akuntan Indonesia, Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM) atau
sekarang dikenal Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) merujuk standar
yang dikembangkan oleh GRI dalam pemberian penghargaan Indonesia
Sustainability Report Award (ISRA) kepada perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam membuat laporan keberlanjutan atau sustainability report. Standar
GRI dipilih karena memfokuskan pada standar pengungkapan berbagai kinerja
ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas,rigor, dan pemanfaatansustainability reporting.
Terkait dengan adanya kebutuhan mengenai pengungkapan tanggung
jawab sosial pada perbankan syariah, peneliti-peneliti ekonomi syariah saat ini
banyak yang menggunakanIslamic Social Reporting Index (ISR) untuk mengukur CSR institusi keuangan syariah. Indeks ISR diyakini dapat menjadi pijakan awal
dalam hal standar pengungkapan CSR yang sesuai dengan perspektif Islam.
Menurut Fitria dan Hartanti (2010) Indeks ISR adalah indeks yang berisi
item-item standard CSR yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti-peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya
diungkapkan oleh suatu entitas Islam.
Indeks ISR pertama kali dikembangkan oleh Haniffa (2002) yang
kemudian dikembangkan oleh Othman et al.(2009). Haniffa (2002) menyatakan
lembaga konvensional sehingga ia mengemukakan kerangka konseptual Islamic Social Reporting.
Social reporting adalah perluasan dari sistem pelaporan keuangan yang merefleksikan perkiraan yang baru dan yang lebih luas dari masyarakat
sehubungan dengan peran komunitas bisnis dalam perekonomian (Haniffa, 2002).
Menurut Maali (2006) ada beberapa hal yang penting dalam social reporting dalam perspektif Islam yaitu pemahaman mengenai akuntabilitas,
keadilan sosial dan kepemilikan sosial. Akuntabilitas sangat dipengaruhi oleh
antara hubungan individu perusahaan dengan Allah. Hal ini berdasarkan tauhid,
yang menegaskan bahwa segala sesuatu harus dipertanggungjawabkan kepada
Allah SWT dan segala sesuatu yang dilakukan harus sesuai dengan perintah-Nya.
Keadilan sosial yang dimaksud Maali (2006) adalah berlaku adil kepada siapa
pun. Konsep keadilan sosial meliputi keadilan kepada karyawan, pelanggan dan
seluruh anggota masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Kemudian yang
penting dalam ISR adalah konsep kepemilikan. Islam mengakui adanya
kepemilikan individu, tetapi pada hakekatnya segala sesuatu adalah milik Allah
SWT sehingga pemilik bertanggung jawab menggunakan sumber daya yang
dimilikinya sesuai perintah Allah SWT dan bertujuan memberikan manfaat bagi
ummat.
Penelitian ini menggunakan indeks Islamic social reporting yang
digunakan oleh Rizkiningsih (2012) yang merupakan adaptasi dari penelitian
Indeks ISR dalam penelitian ini terdiri dari enam tema. Tema yang
pertama adalah finance and investment theme.Tema ini berisi mengenai kegiatan
keuangan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Indikatornya antara lain
kegiatan yang mengandung riba (contoh: beban bunga dan pendapatan bunga), kegiatan yang mengandung ketidakjelasan (gharar) termasuk di dalamnya unsur
judi, zakat (jumlah dan penerimanya), kebijakan atas pembayaran tertunda dan
penghapusan hutang tak tertagih, kegiatan investasi (secara umum) serta proyek
pembiayaan (secara umum).Itemtemafinance and investment themedapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
qrs tu 2vw
Indeks ISRFinance and Investment Theme
x Finance and Investment Theme y z {st|
1 Kegiatan yang mengandungRiba Haniffa (2002), Othmanet.al(2009) 2 Kegiatan yang mengandung ketidakjelasan
(gharar)
Haniffa (2002), Othmanet.al(2009) 3 Zakat (jumlahnya dan penerima zakatnya) Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009) 4 Kebijakan atas pembayaran tertunda dan
penghapusan piutang tak tertagih Othmanet.al(2009) 5 Kegiatan investasi (secara umum) Haniffa (2007)
6 Proyek pembiayaan (secara umum) Haniffa (2007) Sumber: Rizkiningsih (2012) pada lampiran 1
Tema indeks ISR yang kedua adalah product and service theme. Tema ini berisi tentang produk dan pelayanan perusahaan. Indikatornya adalah persetujuan
DPS untuk suatu produk baru, definisi setiap produk dan pelayanan atas keluhan
}~ 2
Indeks ISRProduct and Service Theme
Product and Service Theme
1 Persetujuan Dewan Pengawas Syariah untuk suatu
produk baru Haniffa (2007)
2 Definisi setiap produk Haniffa (2007)
3 Pelayanan atas keluhan konsumen Haniffa (2007) Sumber: Rizkiningsih (2012) pada lampiran 1
Tema indeks ISR yang ketiga adalahemployee theme. Tema ini terdiri dari
sebelas item yang menjelaskan mengenai perlakuan perusahaan terhadap karyawan yang dipekerjakan.Itemnya antara lain jam kerja, hari libur, tunjangan, renumerasi, pengembangan SDM, kesetaraan hak pria dan wanita, keterlibatan
karyawan, kesehatan dan keselamatan, lingkungan kerja, karyawan dari kelompok
khusus serta tempat beribadah yang memadai bagi karyawan. Itemtema karyawan
2
Indeks ISREmployee Theme
Employee Theme
1 Jam kerja karyawan Othmanet.al(2009)
2 Hari libur Othmanet.al(2009)
3 Tunjangan karyawan Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009) 4 Renumerasi karyawan Othmanet.al(2009) 5 Pendidikan dan pelatihan karyawan
(Pengembangan Sumber Daya Manusia) Othmanet.al(2009) 6 Kesetaraan hak antara pria dan wanita Othmanet.al(2009) 7 Keterlibatan karyawan Othmanet.al(2009) 8 Kesehatan dan keselamatan karyawan Othmanet.al(2009)
9 Lingkungan kerja Othmanet.al(2009)
10 Karyawan dari kelompok khusus (misalnya cacat
fisik atau mantan pengguna narkoba) Othmanet.al(2009) 11 Tempat beribadah yang memadai bagi karyawan Othmanet.al(2009)
Sumber: Rizkiningsih (2012) pada lampiran 1
Tema keempat adalah Society (Community Involvement)Theme. Tema ini
berisi sepuluh item mengenai kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Beberapa item dalam tema ini sudah sesuai dengan prinsip syariah antara lain yaitu pemberian donasi (sadaqoh), wakaf dan pinjaman untuk kebaikan (Qard
2
Indeks ISRSociety (Community Involvement) Theme
Society (Community Involvement) Theme 1 Pemberian donasi (sadaqoh) Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009)
2 Wakaf Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009) 3 Pinjaman untuk kebaikan (Qardh Hassan) Maaliet.al(2003),
Othmanet.al(2009) 4 Sukarelawan dari kalangan karyawan Othmanet.al(2009) 5 Pemberian beasiswa sekolah Othmanet.al(2009) 6 Pemberdayaan kerja para lulusan sekolah/kuliah Othmanet.al(2009) 7 Pengembangan generasi muda Othmanet.al(2009) 8 Peningkatan kualitas hidup masyarakat Othmanet.al(2009) 9 Kepedulian terhadap anak-anak Othmanet.al(2009) 10 Menyokong kegiatan sosial
kemasyarakatan/kesehatan/olahraga Othmanet.al(2009) Sumber: Rizkiningsih (2012) pada lampiran 1
Environtment theme merupakan tema kelima dalam indeks ISR dalam
penelitian ini. Tema ini terdiri dari lima item yang berisi mengenai hubungan perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Tema ini menjelaskan apakah
perusahaan mencemari lingkungan atau tidak, apakah perusahaan melakukan
konservasi lingkungan atau tidak, apakah perusahaan turut melakukan pendidikan
lingkungan hidup dan sistem manajemen lingkungan. Secara lengkap item dari
¡¢£ ¤¥ 2¦5
Indeks ISREnvironment Theme
E Environment Theme Sumber
1 Konservasi lingkungan hidup Othmanet.al(2009) 2 Tidak membuat polusi lingkungan hidup Othmanet.al(2009) 3 Pendidikan mengenai lingkungan hidup Othmanet.al(2009) 4 Penghargaan/sertifikasi lingkungan hidup Othmanet.al(2009) 5 Sistem manajemen lingkungan Othmanet.al(2009)
Sumber: Rizkiningsih (2012) pada lampiran 1
Tema indeks ISR yang terakhir adalah corporate governance theme. Tema ini terdiri dari tiga belasitemyang menjelaskan bagaimana tata kelola perusahaan
yang dilakukan. Pada tema ini terdapat juga item tentang status kepatuhan perusahaan terhadap prinsip syariah, kemudian terdapat juga struktur kepemilikan
saham perusahaan serta kebijakan anti korupsi yang dilakukan perusahaan. Selain
itu tema ini berisi apakah perusahaan mengungkapkan rincian nama, profil,
rincian tanggungjawab serta pernyataan mengenai renumerasi manajemen dan
§¨© ª« 2¬
Indeks ISRCorporate Governace Theme
® Corporate Governance Theme ¯ ° ±©ª²
1 Status kepatuhan terhadap syariah Othmanet.al(2009) 2 Rincian nama direksi/manajemen Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009) 3 Profil jajaran direksi/manajemen Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009) 4 Rincian tanggung jawab manajemen Haniffa (2002),
Othmanet.al(2009) 5 Pernyataan mengenai renumerasi manajemen Othmanet.al(2009) 6 Jumlah pelaksanaan rapat manajemen Othmanet.al(2009) 7 Rincian nama dewan pengawas syariah Othmanet.al(2009) 8 Profil dewan pengawas syariah Othmanet.al(2009) 9 Rincian tanggung jawab dewan pengawas syariah Othmanet.al(2009) 10 Pernyataan mengenai renumerasi dewan pengawas
syariah Othmanet.al(2009)
11 Jumlah pelaksanaan rapat dewan pengawas
syariah Othmanet.al(2009)
12 Struktur kepemilikan saham Othmanet.al(2009) 13 Kebijakan anti korupsi Othmanet.al(2009)
Sumber: Rizkiningsih (2012) pada lampiran 1
2
³3
Good Corporate Governance
(GCG)
2.3.1 Pengertian dan KonsepGood Corporate Governance(GCG)
Corporate Governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk
memastikan kepada pihak penyandang dana (principal/investor) bahwa dana
yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien (Setyapurnama dan
Norpratiwi 2007). Tanpa adanya penerapan corporate governance yang efektif, perbankan syariah akan sulit untuk bisa memperluas jaringan, meningkatkan
skim pembiayaan syariahnya dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih efektif
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/33/PBI/2009 tentang
Pelaksanaan GCG bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah, Good
Corporate Governance yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional),
dan kewajaran (fairness). Sedangkan Forum for Corporate Governance in Indonesia(FCGI 2001) mendefiniskanCorporate Governancesebagai berikut:
Seperangkatperaturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan(stakeholders).
Hasan (Saptia 2012) mendefinisikan corporate governance dalam
perspektif Islam sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan mengupayakan tercapaianya tujuan perusahaan melalui
perlindungan atas hak dan kepentingan semua stakeholder.
Salah satu bagian terpenting dalam GCG di perbankan adalah komitmen
penuh dari seluruh jajaran pengurus bank hingga pegawai yang terendah untuk
melaksanakan ketentuan tersebut. Oleh karena itu seluruh karyawan wajib untuk
menjunjung tinggi prinsip GCG yang menganut prinsip keterbukaan
(transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan
ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang
yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank (responsibility), objektif dan
bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan
(independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness) atau biasa disingkat dengan TARIF (Komite Nasional KebijakanGovernance, 2006).
Lebih lanjut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menjelaskan bahwa dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Keterbukaan (Transparency)
a. Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
stakeholderssesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada
hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko (risk management), sistem pengawasan dan
pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaanGCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi
tentang kebijakan tersebut.
2. Akuntabilitas (Accountability)
a. Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan.
b. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya
dalam pelaksanaan GCG.
c. Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
pengelolaan bank.
d. Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan
ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan
(corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards and punishment system.
3. Tanggung Jawab(Responsibility)
a. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada
prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku.
b. Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang
baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
4. Independensi(Independency)
a. Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).
b. Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran(Fairness)
a. Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).
b. Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang
transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin
bagus semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai
aktivitas sosialnya (Anggraini 2006). Berikut adalah manfaat yang diperoleh
apabila menerapkan GCG, yaitu:
1. Mengurangiagency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai
akibat penyalahgunaan wewenang (wrong doing), ataupun berupa biaya
2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana
atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan)
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan
berbagaistrategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya
mereka mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal
dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran
dan kesejahteraan (www.madani-ri.com).
Manfaat GCG bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka
panjang. FCGI (2001) juga menjelaskan manfaat yang akan diperoleh apabila
menerapkan GCG, yaitu:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepadastakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkancorporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkanshareholders valuedan dividen.
2´µ´¶ ·¸¹ º» ¸»¼ ½¾¿ ÀGood Corporate Governance(GCG)
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut
berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional KebijakanGovernance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2011 (Kaihatu 2006).
KNKCG berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia
mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah
diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG,
banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan
prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena
dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang
menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur perusahaan. Selain itu,
kewajiban penerapan prinsip GCG seharusnya mempunyai pengaruh yang positif
terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan.
Perbankan Syariah memiliki peraturan tersendiri mengenai pelaksanaan
good corporate governance, yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/33/PBI/2009. Terbitnya peraturan ini diharapkan mampu memperkuat industri
perbankan syariah menjadi industri yang sehat dan tangguh. Kemudian peraturan
ini juga memperjelas bahwa pelaksanaan GCG di dalam industri perbankan
syariah berbeda dengan pelaksanaan GCG di perbankan konnvensional, dimana
Compliance). Dengan dilaksanakannya GCG di perbankan syariah diharapkan mampu melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku secara umum pada industri
perbankan syariah.
Menurut Choudhury dan Hoque (Saptia 2012), terdapat empat prinsip dan
instrumen yang mengatur tata kelola perusahaan, yaitu Tauhid melalui (1) proses
interaktif, integratif dan evolusi untuk berinteraksi dengan faktor lingkungan; (2)
prinsip keadilan; (3) prinsip sumber daya yang produktif dalam sosial; dan (4)
prinsip kegiatan ekonomi.
Isfandayani (2012) menyatakan bahwa GCG mempunyai pilar-pilar
mekanisme supaya sistem GCG efektif. Pilar-pilar tersebut adalah:
a. Peran dan tanggung jawab DPS harus dioptimalkan untuk memberikan
keyakinan bahwa seluruh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan tidak
melanggar kaidah-kaidah syariah.
b. Bank syariah harus memiliki sistem pengawasan internal dan manajemen
resiko yang tangguh untuk mendeteksi dan menghindari terjadinya salah
kelola dan penipuan maupun kegagalan sistem dan prosedur pada bank
syariah.
c. Dalam konteks syariah, auditor eksternal tidak saja berperan untuk
memberikan opini bahwa laporan keuangan bank telah disajikan secara wajar
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Auditor eksternal juga harus
internal untuk mendapatkan keyakinan bahwa penyajian laporan keuangan
telah memiliki tingkat pengungkapan dan transparansi yang memadai.
d. Transformasi budaya korporasi yang Islami dan peningkatan kualitas SDM
harus menjadi komitmen bagi manajemen bank syariah.
e. Perangkat hukum dan peraturan Bank Indonesia dan pasar modal yang sesuai
dengan karakteristik bank syariah menjadi prasyarat guna terciptanya iklim
pengawasan dan GCG yang sehat bagi perbankan syariah.
Mustapha dan Salleh (Saptia 2012) menyatakan bahwa konsep corporate governance dalam perspektif Islam lebih menekankan pada tiga prinsip governance yang paling utama, yaitu adanya akuntabilitas, transparansi dan
kepercayaan dalam tata kelola perusahaan.
2
Á4
ÂÃÄÅÆÇÈ ÉÊ ËÅÌÊËBerdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 11/33/PBI/2009, dewan
komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta member nasihat
kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas.
Komposisi anggota dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif tepat dan cepat serta dapat
bertindak independen dalam arti tidak mempunyai kepentingan yang dapat
mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan
Dewan komisaris memiliki wewenang untuk mengawasi dan memberikan
petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Dengan wewenang yang
dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk
menekan manajemen untuk mengungkapkan CSR. Dengan mengungkapkan
informasi sosial perusahaan, image perusahaan akan semakin baik (Gray et al.,
dalam Anggraini 2006).
Terdapat dua sistem manajemen yang membedakan mekanisme
pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris yaitu (FCGI, 2001):
1. Sistem Satu Tingkat atauOne Tier System.
Sistem ini berasal dari sistem hukum anglo saxon, dalam sistem ini
perusahaan hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada umumnya
merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (Direktur
Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dengan paruh waktu
(Non Direktur Eksekutif). Negara-negara yang menganutOne Tier System adalah Amerika Serikat dan Inggris.
ÍÎ ÏÐÎÑ2ÒÓStrukturBoard of DirectorsdalamOne Tier System Sumber : FCGI
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
DEWAN DIREKSI DIREKTUR
EKSEKUTIF