KREATIVITAS GURU PENJASORKES DALAM MENGATASI
KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA
PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SE-KECAMATAN PREMBUN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Universitas Negeri Semarang
oleh
BAGAS ANUNG HANDHINITO
6101411132
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2015
ABSTRAK
Bagas Anung Handhinito. 2015. Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/S1. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd.
Kata Kunci: Kreativitas, Guru Penjasorkes, Sarana dan Prasarana Olahraga
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sehingga guru Penjasorkes dituntut untuk kreatif dalam mengatasi keterbatasan tersebut supaya pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei dengan teknik pengambilan data menggunakan angket sebagai data primer, serta observasi, dokumentasi, dan wawancara sebagai data sekunder. Populasi penelitian ini adalah semua guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen yang berjumlah 23 guru. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%). Berdasarkan masing-masing faktor diperoleh hasil sebagai berikut: 1) faktor kemampuan melihat atau memecahkan masalah dalam kategori Sedang (52,17%), 2) faktor kemampuan menciptakan dan menerapkan ide dalam kategori Sedang (30,43%), 3) faktor sikap menerima dan terbuka terhadap hal-hal baru dalam kategori Sedang (34,78%). Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, guru Penjasorkes sudah cukup kreatif dalam pembelajaran dan secara keseluruhan sarana dan prasarana Penjasorkes memiliki kelengkapan 66,57%. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa guru Penjasorkes mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana dengan cara memodifikasi dan memanfaatkan sarana dan prasarana Penjasorkes.
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah secara umum kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dalam kategori Sedang (34,78%). Saran dari peneliti adalah: 1) guru Penjasorkes perlu meningkatkan lagi kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana Penjasorkes, 2) Sekolah maupun pemerintah perlu meningkatkan lagi kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana Penjasorkes.
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:
Nama : Bagas Anung Handhinito
NIM : 6101411132
Jurusan/Prodi : PJKR/PJKR
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
Judul Skripsi : “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan
Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
Tahun Pelajaran 2015/2016”
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri dan bukan menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik
sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila pernyataan saya ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi
akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sumber hukum sesuai
ketentuan yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia.
Semarang, Desember 2015
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi
Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran
2015/2016”ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Jumat
Tanggal : 4 Desember 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Yang mengajukan
Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd. Bagas Anung Handhinito
NIP.
19650821 199903 2 001
NIM. 6101411132Mengetahui
PENGESAHAN
Skripsi atas nama Bagas Anung Handhinito NIM 6101411132 dengan judul
“Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan
Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016” telah dipertahankan
di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang pada hari Rabu tanggal 23 Desember 2015.
Panitia Ujian
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Hidup adalah sebuah perjuangan” (Ahmad Dhani).
“Menuntut ilmu adalah takwa, menyampaikan ilmu adalah ibadah,
mengulang ilmu adalah dzikir, mencari ilmu adalah jihad” (Imam Al-Ghozali).
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Teruntuk yang tercinta dan tersayang,
kedua orang tuaku Bapak Sutrisno Hadi
dan Ibu Nuraeni Endah Suwarni, terima
kasih atas doa, dukungan, dan
semangatnya.
Kakakku Okta Restia Kusumawati, adikku
Gusti Husnul Anami dan keponakanku
Muhammad Nur Hakim.
Sahabat-sahabatku dan teman-teman
seperjuangan Jurusan PJKR 2011.
Almamater FIK UNNES.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul "Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan
Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016". Skripsi
ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri
Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, yang
telah memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan PJKR, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan kemudahan administrasi sehingga
peneliti tidak mengalami kesulitan dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Anirotul Qoriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan, pengarahan, kritikan, dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen PJKR FIK UNNES, yang telah menanamkan ilmu
dan pengetahuan sebagai bekal yang bermanfaat.
6. Staf Tata Usaha PJKR FIK UNNES, yang telah memberikan bantuan
segala bentuk urusan administrasi.
7. Kepala UPTD Unit Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, yang telah
memberikan rekomendasi izin penelitian di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen.
8. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen, yang telah memberikan izin penelitian dan
pengambilan data.
9. Kedua orang tua, Bapak Sutrisno Hadi dan Ibu Nuraeni Endah Suwarni,
serta keluarga yang selalu memanjatkan doa, memberikan dukungan,
maupun motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan PJKR 2011, yang selalu memberikan
motivasi dan saran-saran yang membantu terselesaikannya skripsi ini.
11. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan baik
serta mendapat pahala dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi diri penulis dan semua
pihak pada umumnya.
Semarang, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
ABSTRAK... ii
PERNYATAAN ... ii
PERSETUJUAN ... iv
PERNGESAHAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 9
1.3 Pembatasan Masalah ... 10
1.4 Rumusan Masalah... 10
1.5 Tujuan Penelitian... 10
1.6 Manfaat Penelitian... 11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kreativitas ... 13
2.1.1 Ciri-ciri Kreativitas ... 15
2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas ... 18
2.2 Penjasorkes... 20
2.2.1 Tujuan Penjasorkes... 22
2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes ... 26
2.3 Kurikulum Penjasorkes ... 27
2.3.1 KTSP... 28
2.3.2 Ruang Lingkup ... 29
2.4 Guru Penjasorkes... 31
2.4.1 Peranan Guru Penjasorkes ... 35
2.4.2 Guru Penjasorkes yang Kreatif ... 36
2.4.3 Profil Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar ... 40
2.5 Pembelajaran ... 41
2.6 Inovasi dan Modifikasi Pembelajaran ... 43
2.7 Pengertian Sarana dan Prasarana Penjasorkes ... 47
2.7.1 Standar Sarana dan Prasarana Penjasorkes... 50
2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sarana dan Prasarana Penjasorkes.. 52
2.7.3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana... 53
2.8 Kecamatan Prembun... 54
2.8.1 Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen... 56
2.9 Kajian Penelitian yang Relevan ... 59
2.10 Kerangka Berpikir ... 60
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 62
3.2 Variabel Penelitian... 62
3.3 Populasi dan Sampel... 63
3.3.1 Populasi ... 63
3.3.2 Sampel ... 64
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 65
3.4.1 Observasi ... 65
3.4.2 Dokumentasi ... 65
3.4.3 Wawancara ... 66
3.4.4 Angket ... 67
3.5 Instrumen Penelitian... 68
3.5.1 Uji Validitas Instrumen ... 72
3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 74
3.6 Teknik Analisis Data ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi ... 78
4.2 Deskripsi Subjek... 79
4.3 Waktu Penelitian ... 80
4.4 Hasil Penelitian... 81
4.4.1 Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ... 82
4.4.2 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .. 85
4.4.2.1 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... 88
4.4.2.2 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ... 91
4.4.2.3 Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... 94
4.4.3 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... 97
4.4.3.1 Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... 100
4.4.3.2 Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... 103
4.4.4 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... 106
4.4.4.1 Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 109
4.4.4.2 Indikator Pengetahuan ... 112
4.5 Pembahasan ... 115
4.5.1 Kreativitas Guru Penjasorkes ... 115
4.5.1.1 Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah .. 116
4.5.1.2 Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... 117
4.5.1.3 Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal
Baru ... 119
4.5.2 Hasil Observasi Pembelajaran Penjasorkes ... 121
4.5.3 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan, Kabupaten Kebumen ... 127
4.5.4 Hasil Wawancara ... 130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 132
5.2 Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA... 134
LAMPIRAN ... 136
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Hasil Observasi Awal Sarana dan Prasarana Penjasorkes di Beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 5 Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 3.1
Ruang Lingkup Materi Mata Pelajaran Penjas untuk Jenjang SD Standar Umum Sarana dan Prasarana Sekolah dan Olahraga atau Kesehatan ... Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain atau Berolahraga ... Jumlah Data Satuan Pendidikan Jenjang SD Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... Jumlah Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen...
29
50
52
58
64 Tabel 3.2 Bobot Skor Jawaban ... 68 Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam
Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 71 Tabel 3.4 Data Uji Validitas Instrumen... 73 Tabel 3.5 Instrumen Angket Kreativitas Guru Penjasorkes dalam
Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 74 Tabel 3.6 Data Uji Reliabilitas Instrumen... 75 Tabel 3.7 Interval dan Kategori ... 77 Tabel 4.1 Data Guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen ... 79 Tabel 4.2 Waktu Pengambilan Data Penelitian... 80 Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Kreativitas Guru
Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri se- Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 81 Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Secara Keseluruhan ... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ...
82
83
85
86
Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23
Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar... Skor dan Kategori Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... Distribusi Frekuensi Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide... Skor dan Kategori Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Distribusi Frekuensi Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Skor dan Kategori Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana... Skor dan Kategori Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... Skor dan Kategori Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi... Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi... 88 89 91 92 94 95 97 98 100 101 103 104 106 107 109 110 Tabel 4.24 Skor dan Kategori Indikator Pengetahuan ... 112 Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Indikator Pengetahuan... 113 Tabel 4.26 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 127
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 56 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6
Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Secara
Keseluruhan... Histogram Kreativitas Guru Pejasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar ... Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar... Histogram Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar ... Histogram Kreativitas Guru Pejasorkes Berdasarkan Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ...
83 86 89 92 95 98 Gambar 4.7 Histogram Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana 101 Gambar 4.8
Gambar 4.9
Histogram Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... Histogram Kreativitas Guru Penjasorkes Berdasarkan Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru...
104
107 Gambar 4.10 Histogram Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 110 Gambar 4.11 Histogram Indikator Pengetahuan ... 113 Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Modifikasi Lapangan Bola Voli Mini di SD Negeri 2 Pesuningan ... Modifikasi Pemukul Kasti pada Pembelajaran Kasti di SD Negeri 2 Mulyosri ... Modifikasi Tongkat pada Pembelajaran Lari Estafet di SD Negeri Sembirkadipaten... 122 122 123 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 137
Lampiran 2 Usulan Tema dan Judul Skripsi... 138
Lampiran 3 Pengesahan Proposal Skripsi ... 139
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Fakultas... 140
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Izin Penelitian UPTD Unit Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen ... 141
Lampiran 6 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Prembun ... 142
Lampiran 7 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Prembun ... 143
Lampiran 8 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 3 Prembun ... 144
Lampiran 9 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 4 Prembun ... 145
Lampiran 10 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Kabekelan... 146
Lampiran 11 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Kabekelan... 147
Lampiran 12 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Tunggalroso ... 148
Lampiran 13 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Tunggalroso ... 149
Lampiran 14 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kedungwaru... 150
Lampiran 15 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Bagung ... 151
Lampiran 16 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Tersobo... 152
Lampiran 17 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Tersobo... 153
Lampiran 18 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 3 Tersobo... 154
Lampiran 19 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Sidogede... 155
Lampiran 20 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Sidogede... 156
Lampiran 21 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Sembirkadipaten ... 157
Lampiran 22 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kedungbulus ... 158
Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25 Lampiran 26 Lampiran 27 Lampiran 28
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Mulyosri ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Mulyosri ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 1 Pesuningan ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri 2 Pesuningan ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Kabuaran ... Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD Negeri Pecarikan... 159 160 161 162 163 164
Lampiran 29 Instrumen Angket Uji Coba ... 165
Lampiran 30 Instrumen Angket Penelitian ... 169
Lampiran 31 Tabulasi Data Uji Coba Instrumen Penelitian ... 173
Lampiran 32 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 174
Lampiran 33 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 177
Lampiran 34 Tabulasi Data Hasil Penelitian Kreativitas Guru Penjasorkes. 179 Lampiran 35 Kategorisasi Data Kreativitas Guru Penjasorkes ... 180
Lampiran 36 Lampiran 37 Lampiran 38 Lampiran 39 Lampiran 40 Lampiran 41 Lampiran 42 Lampiran 43 Lampiran 44 Lampiran 45 Lampiran 46 Lampiran 47 Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Kategorisasi Data Faktor Kemampuan Melihat atau Memecahkan Masalah ... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sebelum Mengajar... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Saat Mengajar ... Kategorisasi Data Indikator Melihat atau Memecahkan Masalah Sesudah Mengajar... Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ... Kategorisasi Data Faktor Kemampuan Menciptakan dan Menerapkan Ide ... Kategorisasi Data Indikator Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... Kategorisasi Data Indikator Penerapan Ide Memodifikasi Sarana dan Prasarana ... Tabulasi Data Hasil Penelitian Faktor dan Indikator Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru ... Kategorisasi Data Faktor Sikap Menerima dan Terbuka Terhadap Hal-hal Baru... Kategorisasi Data Indikator Pemanfaatan Informasi dan Teknologi ... 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 Lampiran 48 Kategorisasi Data Indikator Pengetahuan ... 193
Lampiran 49 Kelengkapan Sarana dan Prasarana Penjasorkes ... 194
Lampiran 50 Panduan Observasi Daftar Check-list Sarana dan Prasarana 195 Lampiran 51 Transkip Observasi Daftar Check-list Sarana dan Prasarana. 196
Lampiran 52 Panduan Dokumentasi... 219
Lampiran 53 Panduan Wawancara... 220
Lampiran 54 Transkip Wawancara ... 222
Lampiran 55 Dokumentasi Penelitian ... 242
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam
kehidupan manusia. Pendidikan akan selalu ada di kehidupan manusia.
Pendidikan sebagai gejala yang universal merupakan suatu keharusan bagi
manusia, karena di samping sebagai gejala pendidikan juga sebagai upaya
memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan
manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih
baik, lebih teratur, dan didasarkan atas pemikiran yang matang.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu mata
pelajaran wajib di sekolah. Menurut Harsuki (2003:47) pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan
meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional
melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan keolahragaan nasional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional Bab II Pasal 4, terdapat tujuan keolahragaan
nasional yaitu memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
2 2
prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas,
disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan
kehormatan bangsa. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan di antaranya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kesehatan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Apabila mempunyai
kesegaran dan daya tahan tubuh yang baik diharapkan siswa dapat mencapai
prestasi belajar yang maksimal.
Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes)
dapat berjalan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara
lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan
yang mendukung, dan penilaian. Guru dan sarana prasarana merupakan unsur
yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran Penjasorkes. Namun,
unsur utama untuk keberhasilan tersebut adalah guru itu sendiri. Pada umumnya
jumlah siswa di sekolah lebih banyak dibandingkan dengan alat dan fasilitas
yang ada. Hal tersebut membuat siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran,
sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, guru
Penjasorkes harus mampu membawa siswa ke dalam situasi belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran dengan memunculkan dan
mengembangkan kreativitasnya dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana Penjasorkes.
Semua unsur yang mendukung keberhasilan di dalam proses
pembelajaran Penjasorkes saling terkait satu dengan yang lainnya. Sarana dan
prasarana Penjasorkes merupakan satu di antara unsur penunjang keberhasilan
3 3
menjadi masalah di beberapa sekolah di Indonesia. Soepartono (2000:13)
menyatakan bahwa fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di
negara kita dan ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak
merata, serta masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standar minimal.
Sekolah-sekolah yang ada memiliki kecenderungan kurang memikirkan
penyediaan atau pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena
itu, Penjasorkes perlu mendapat dukungan sarana dan prasarana yang memadai
karena sarana dan prasarana mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses pembelajaran Penjasorkes dan tanpa adanya sarana dan prasarana
proses pembelajaran akan mengalami hambatan bahkan terhenti, sehingga
tujuan dari pembelajaran tidak tercapai.
Sarana dan prasarana Penjasorkes yang ideal menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana yang dapat menunjang lancarnya proses pembelajaran pendidikan
jasmani di tingkat Sekolah Dasar meliputi tempat berolahraga yang berfungsi
sebagai tempat bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan
kegiatan ekstrakurikuler. Tempat bermain atau berolahraga memiliki rasio luas
minimum 3 m²/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta
didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain atau berolahraga 500 m². Di
dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran
20 m x 15 m. Tempat berolahraga yang merupakan ruang terbuka sebag ian
ditanami pohon penghijauan. Diletakkan di tempat yang tidak mengganggu
proses pembelajaran di kelas. Tidak digunakan untuk parkir. Tempat dengan
beberapa kriteria di atas maksudnya adalah sebuah tempat atau ruang
4 4
pohon, saluran air, dan benda-benda lain yang mengganggu kegiatan
olahraga.
Seiring dengan banyaknya cabang olahraga yang akan dilakukan dan telah
diprogram dalam kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana yang baik
sangat dibutuhkan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mencukupi dan
sesuai dengan perbandingan siswa yang ada, sangat membantu guru
Penjasorkes dalam memberikan pembelajaran. Guru akan lebih mudah dan
terarah dalam menyampaikan materi dengan berbagai variasi dan metode
pembelajaran. Begitu juga dengan siswa. Siswa menjadi lebih maksimal dalam
menerima materi pembelajaran. Siswa lebih sering dalam melakukan berbagai
keterampilan dan aktivitas di dalam proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik.
Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang baik menimbulkan banyak
hambatan dalam proses pembelajaran. Akibatnya jika guru tidak kreatif, maka
dalam pembelajaran Penjasorkes guru tidak dapat menyampaikan materi
pembelajaran dengan frekuensi dan intensitas yang sesuai dengan kebutuhan.
Hal ini juga berdampak terhadap siswa. Siswa tidak dapat maksimal dalam
menerima materi pembelajaran dan tidak maksimal dalam melakukan berbagai
gerak keterampilan dalam permainan ataupun aktivitas jasmani lainnya, sehingga
tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
Prembun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah yang terletak di sebelah timur Kebumen dan perbatasan langsung
dengan Kabupaten Purworejo yang sebagian besar wilayahnya merupakan
5 5
No Sekolah Alat Jumlah Keterangan
1. SD Negeri Pecarikan Bola sepak
Net voli Tenis meja Net takraw Pemukul kasti Bola kasti Peluru Cakram Bola plastik Lapangan sepak bola 1 1 1 set 1 1 5 1 set 1 set 5 1 Baik Rusak Baik Rusak Baik Baik Baik Rusak Baik Baik
2. SD Negeri 2 Pesuningan Bola sepak
Bola voli Net voli 2 3 1 Baik Baik Baik Berdasarkan observasi awal kondisi dan jumlah sarana dan prasarana
olahraga pada hari Rabu, 13 Mei 2015 di beberapa SD Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen ternyata masih minim. Sekolah-sekolah
kebanyakan tidak mempunyai lapangan tersendiri untuk berolahraga. Halaman
sekolah yang ada untuk olahraga kurang luas, sehingga pada saat aktivitas
Penjasorkes sangat mengganggu pembelajaran siswa lain yang ada di dalam
kelas. Sarana atau alat penunjang dalam pembelajaran sangat kurang. Jumlah
bola yang diperlukan untuk bermain tidak sebanding dengan jumlah siswa yang
ada. Sebagian sarana dan prasarana di SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen belum sesuai dengan standar sarana dan prasarana
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dengan
keadaan yang demikian, proses pembelajaran Penjasorkes tidak dapat
berlangsung secara maksimal sehingga tujuan dari pembelajaran tidak tercapai
dengan baik. Berikut hasil observasi awal dengan melihat langsung sarana dan
prasarana Penjasorkes di beberapa SD Negeri se-Kecamatan Prembun,
Kabupaten Kebumen.
6 6 Lapangan voli Bola kasti Pemukul kasti Bola kasti Cone Tongkat estafet Bola plastik Lapangan sepak bola 1 5 2 5 10 5 5 1 Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Baik Baik
3. SD Negeri 1 Prembun Bola sepak
Bola futsal Bola voli Bola basket Tenis meja Bola takraw Pemukul kasti Bola kasti Cone Lembing Tongkat estafet Matras senam Bola plastik Lapangan sepak bola 3 2 4 2 1 set 1 3 10 10 10 6 3 10 1 Baik Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
4. SD Negeri Bagung Bola sepak
Bola voli Bola basket Tenis meja Bola takraw Peluru Pemukul kasti Bola kasti Lembing Cakram Tongkat estafet Matras senam Bola plastik 2 1 1 1 set 2 1 set 2 5 5 1 set 5 1 5 Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Bagas Anung H, 2015.
Berdasarkan observasi pada saat pembelajaran bola voli, bola sering mati
saat permainan dan membuat pembelajaran kurang lancar. Bahkan terasa
membosankan bagi siswa karena menunggu giliran main, serta hanya
7 7
dengan jumlah siswa yang banyak, minimal sekolah mempunyai 6 buah bola,
serta bola terasa berat dan sakit saat digunakan servis. Selain itu, pada saat
pembelajaran sepak bola, para siswa kesulitan menggunakan bola. Siswa
merasa kesakitan saat menendang bola. Selain itu, bola terasa berat saat
ditendang.
Guru Penjasorkes sebaiknya memberikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran karena siswa SD
masih senang bermain dan berlomba yang menyenangkan. Dalam hal ini, guru
harus berpikir kreatif salah satunya adalah dengan memodifikasi bola yang lebih
ringan dan lunak, misalnya: menggunakan bola plastik yang dilapisi bahan karet
tipis atau dengan membuat plastik bekas dibentuk bulat. Dengan berpikir kreatif,
maka kualitas pembelajaran bisa ditingkatkan dan diharapkan materi yang
disampaikan dapat diterima murid dengan mudah.
Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu, 13 Mei 2015 dengan guru
Penjasorkes SD Negeri Pecarikan yaitu Bapak Wisnu Septyadi, S.Pd., dan guru
Penjasorkes SD Negeri 2 Pesuningan yaitu Bapak Nur Sahid, S.Pd., mengakui
bahwa sarana dan prasarana Penjasorkes masih minim, jumlah alat tidak
sebanding dengan jumlah siswa, pembelajaran kurang berjalan dengan efektif,
kesempatan siswa masih kurang dalam mempraktikkan materi pembelajaran,
guru Penjasorkes sebagian masih ada yang pasrah dan monoton dalam
memberikan materi atau pembelajaran karena keterbatasan sarana dan
prasarana tersebut.
Guru yang profesional tidak bersikap pasrah, menerima, dan pasif jika ada
masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana Penjasorkes, tetapi
8 8
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah, maka
guru Penjasorkes di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen
hendaknya mampu memotivasi siswa-siswanya, menciptakan ide-ide baru,
kreatif memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran. Guru dapat
memodifikasi sarana dan prasarana dengan apa yang ada di sekitarnya atau
dapat pula menggunakan sarana dan prasarana lain yang fungsinya sama
sebagai pengganti sarana dan prasarana yang sebenarnya atau dengan usaha
lain yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa
demi tercapainya tujuan pembelajaran Penjasorkes yang diharapkan atau lebih
baik lagi. Seorang guru Penjasorkes harus mampu dalam pengelolaan kelas
yang baik, serta berkreasi ketika mengajar. Mengingat Penjasorkes merupakan
kajian terhadap gerak manusia yang disusun dalam muatan yang aktual.
Materi Penjasorkes disampaikan dalam rangka memberi kesempatan bagi
siswa untuk tumbuh dan berkembang secara proporsional, rasional, ranah
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan permasalahan yang dihadapi, seorang
guru Penjasorkes harus jeli dan mampu mencari jalan keluar dari permasalahan
yang dihadapi di lapangan. Oleh karena itu, guru Penjasorkes dituntut kreatif dan
selalu mencari pemecahan dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Penjasorkes di Sekolah Dasar merupakan awal dari jenjang pendidikan. Di
Sekolah Dasar, guru Penjasorkes mempunyai tanggung jawab terhadap
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru Penjasorkes di Sekolah Dasar
harus mampu membimbing dan mengembangkan kemampuan gerak,
menanamkan nilai dan sikap. Selain itu, guru Penjasorkes harus dapat memacu
9 9
harus mampu mengatasi persoalan dalam proses pembelajaran Penjasorkes di
sekolah, karena dalam proses pembelajaran Penjasorkes akan menemukan
berbagai faktor yang menghambat proses pembelajaran di sekolah salah satunya
keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga perlu adanya kreativitas seorang
guru dalam mengelola pembelajaran Penjasorkes. Minimnya sarana dan
prasarana Penjasorkes yang tidak merata serta tidak sesuai dengan kondisi
murid, menuntut guru Penjasorkes lebih kreatif. Oleh karena itu, guru harus bisa
memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
Penjasorkes yang tersedia di sekolah.
Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, mendorong penulis untuk
melakukan penelitian lebih dalam tentang bagaimana tingkat kreativitas guru
Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran
Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten
Kebumen.
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD Negeri
se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
2. Minimnya alat, perkakas, dan fasilitas Penjasorkes yang dimiliki sekolah.
3. Tidak sebandingnya antara jumlah sarana dan prasarana yang ada dengan
jumlah siswa sehingga proses pembelajaran Penjasorkes berjalan kurang
10 10 10 10
4. Belum diketahui seberapa tinggi tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes
di SD Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
1. 3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Dengan keterbatasan peneliti
baik waktu maupun dana, maka peneliti hanya membatasi masalah pada
“Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi Keterbatasan Sarana dan
Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen”.
1. 4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
yaitu: “Bagaimana Tingkat Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Mengatasi
Keterbatasan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen?”.
1. 5 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kreativitas guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-
11 11 11 11
1. 6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Teoritis
a. Dapat dijadikan gambaran atau informasi tentang tingkat kreativitas
guru Penjasorkes dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal
yang sama.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan keterampilan
meneliti terutama pada bidang yang dikaji.
b. Bagi Guru Penjasorkes
Dapat dijadikan masukan atau bahan evaluasi agar dapat mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes
sehingga pembelajaran tercapai dengan baik.
c. Bagi Lembaga
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen dan lembaga pendidikan
agar lebih memperhatikan keadaan sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes supaya lebih lengkap agar proses
12 12 12 12
d. Bagi Instansi Terkait
Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Dinas Dikpora, Kabupaten
Kebumen agar lebih memperhatikan kualitas dan kuantitas maupun
keadaan sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di SD
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kreativitas
Setiap individu pada zaman globalisasi ini dituntut untuk menciptakan
sesuatu yang baru dengan tujuan memberikan manfaat untuk diri sendiri dan
orang lain. Oleh karena itu, individu dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif
agar dapat bersaing di era globalisasi saat ini. Begitu juga dengan guru
Penjasorkes, dituntut kreatif dalam mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran Penjasorkes supaya tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai dengan baik. Untuk menunjang pemahaman mengenai kreativitas,
berikut disajikan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kreativitas.
Menurut Conny Semiawan, dkk (1990:7) kreativitas ialah kemampuan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur,
data, atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Sedangkan, menurut Oemar Hamalik (2008:179) seseorang yang kreatif
adalah yang memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan
apresiasi, dapat dikatakan melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen.
Pembahasan tentang kreativitas bertalian dengan aspek-aspek abilitet kreatif,
mempelajari abilitet-abilitet itu, serta mengembangkan dan menggunakannya
dalam pemecahan masalah (problem solving). Abilitet-abilitet kreatif sebagai alat
individu untuk mengekspresikan kreativitas apa yang dia miliki, bersifat umum,
dan dapat diterapkan pada macam-macam tugas.
14 14
Selain itu, menurut Utami Munandar (2009:12) kreativitas adalah hasil dari
interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Dengan demikian, baik perubah
di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat
ditingkatkan melalui pendidikan. Sedangkan, menurut Clark Moustakis
sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2009:18) kreativitas adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, alam, dan orang lain.
Lebih lanjut, menurut Slameto (2010:145) kreativitas adalah penemuan
sesuatu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa
perbuatan, tingkah laku, suatu bangunan, hasil-hasil kesusasteraan, dan lain-
lain.
Sedangkan, menurut Momon Sudarma (2013:18) kreativitas dimaknai
sebagai sebuah kekuatan atau energi (power) yang ada dalam diri individu.
Energi ini menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu
dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sedangkan menurut
Robert Franken sebagaimana dikutip oleh Momon Sudarma (2013:18) ada tiga
dorongan yang menyebabkan orang bisa kreatif, yaitu: 1) kebutuhan untuk
memiliki sesuatu yang baru, bervariasi, dan lebih baik, 2) dorongan untuk
mengomunikasi nilai dan ide, serta 3) keinginan untuk memecahkan masalah.
Ketiga dorongan itulah yang kemudian menyebabkan seseorang untuk berkreasi.
15 15
atau dorongan dalam diri yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan
tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu
yang baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah, kemampuan
menemukan ide-ide baru dari hasil menganalisis dan dapat mengubahnya
menjadi kenyataan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain.
2.1.1 Ciri-Ciri Kreativitas
Biasanya orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas,
dan mempunyai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Ciri-ciri perilaku yang
ditemukan pada orang-orang yang memiliki sifat kreatif menurut para ahli adalah
sebagai berikut.
Menurut Conny Semiawan, dkk (1990:7) kreativitas meliputi baik ciri-ciri
kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian
(orisinalitas) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri afektif (non-aptitude), seperti rasa
ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan selalu ingin mencari
pengalaman baru. Selain itu, menurut Conny Semiawan, dkk (1990:10) ciri-ciri
mencerminkan kepribadian yang kreatif adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai daya imajinasi yang kuat.
2. Mempunyai inisiatif.
3. Mempunyai minat yang luas.
4. Bebas dalam berpikir.
5. Bersifat ingin tahu.
16 16
7. Percaya pada diri sendiri.
8. Penuh semangat.
9. Berani mengambil risiko.
10. Berani dalam pendapat dan keyakinan.
Sedangkan, menurut Guilford sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar
(2009:10) ciri-ciri utama dari kreativitas, membedakan antara aptitude dan non-
aptitude traits. Ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi
kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir. Ciri-ciri non-
aptitude (afektif) seperti kepercayaan diri, keuletan, apresiasi estetik,
kemandirian.
Menurut Utami Munandar (2009:36) ciri-ciri pribadi yang kreatif sebagai
berikut: 1) imajinatif, 2) mempunyai prakarsa, 3) mempunyai minat luas, 4)
mandiri dalam berpikir, 5) ingin tahu, 6) senang berpetualang, 7) penuh energi, 8)
percaya diri, 9) bersedia mengambil risiko, 10) berani dalam pendirian dan
keyakinan. Sedangkan, ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang
memberikan sumbangan kreatif yang menonjol, digambarkan sebagai berikut: 1)
berani dalam pendirian, 2) ingin tahu, 3) mandiri dalam berpikir dan
mempertimbangkan, 4) bersibuk diri dengan kerjanya, 5) intuitif, 6) ulet, dan 7)
tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Lebih lanjut, menurut
Utami Munandar (2009:71) ciri-ciri untuk kreativitas sebagai berikut:
1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4. Bebas dalam menyatakan pendapat.
17 17
6. Menonjol dalam suatu bidang seni.
7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang.
8. Mempunyai rasa humor yang luas.
9. Mempunyai daya imajinasi.
10. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Menurut Sund sebagaimana dikutip oleh Slameto (2010:147) menyatakan
bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar.
2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
3. Panjang akal.
4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti.
5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.
6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.
8. Berpikir fleksibel.
9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak.
10. Kemampuan membuat analisis dan sintesis.
11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.
12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, ciri-ciri kreativitas secara
garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan dalam
18 18
memecahkan masalah, 3) terbuka pada hal-hal baru serta tanggap menerima
hal-hal tersebut.
2.1.2 Aspek-aspek Kreativitas
Menurut Guilford (Nursito, 2000) aspek-aspek kreativitas adalah sebagai
berikut:
1. Fluency yaitu kesigapan, kelancaran untuk menyampaikan banyak
gagasan.
2. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam
pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3. Orisinalitas yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang asli.
4. Elaborasi yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail atau
terperinci.
5. Redefinition yaitu kemampuan untuk menentukan batasan-batasan
dengan melihat dari sudut yang lain daripada cara-cara yang lazim.
Sedangkan aspek-aspek kreatif menurut Utami Munandar (2009) yaitu:
1. Keterampilan berpikir lancar yaitu kemampuan mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.
2. Keterampilan berpikir luas yaitu kemampuan menghasilkan gagasan,
jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, serta dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
3. Keterampilan berpikir orisinal yaitu kemampuan melahirkan ungkapan yang
19 19
4. Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu kemampuan
mengembangkan, memperkaya, atau memperinci detail-detail dari suatu
gagasan hingga menjadi lebih menarik.
5. Keterampilan menilai atau mengevaluasi yaitu kemampuan menentukan
penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan, suatu
rencana, atau suatu tindakan itu bijaksana atau tidak.
Lebih lanjut, menurut Utami Munandar (2009:20) aspek-aspek dari
kreativitas berdasarkan 4P, yaitu:
1. Pribadi.
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang mencerminkan
orisinilitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah
diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.
2. Proses.
Untuk mengembangkan kreatif, perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri
secara aktif.
3. Produk.
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana
keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses
(kesibukan, kegiatan) yang kreatif.
4. Press.
Bakat kreatif akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari
lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi
20 20
Selain itu, menurut Oemar Hamalik (2008:179) aspek khusus berpikir
kreatif adalah berpikir devergen (devergen thinking), yang memiliki ciri-ciri:
1. Fleksibilitas, menggambarkan keragaman (devergency) ungkapan atau
sambutan terhadap sesuatu stimulus.
2. Originalitas, menunjuk pada tingkat keaslian sejumlah gagasan, jawaban,
atau pendapat terhadap sesuatu masalah, kejadian, dan gejala.
3. Fluency (keluwesan, keaslian, dan kuantitas output), menunjuk pada
kuantitas output, lebih banyak jawaban berarti lebih kreatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa ada beberapa
aspek kreatif yaitu: 1) kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,
serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran,
2) kemampuan menciptakan ide atau gagasan yang unik dan asli, jawaban-
jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi dalam pemecahan
masalah, 3) terbuka terhadap hal-hal yang baru.
2.2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Menurut Abdulkadir Ateng (1992:4) pendidikan jasmani merupakan usaha
pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses
pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan
pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara
keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk
mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual, dan sosial.
Sedangkan, menurut Harsuki (2003:47) pendidikan jasmani merupakan
21 21
individu secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui
aktivitas fisik.
Selain itu, menurut E. Mulyasa (2003:90) pendidikan jasmani merupakan
proses pendidikan melalui penyedian pengalaman belajar kepada peserta didik
berupa aktivitas jasmani, bermain, dan atau berolahraga yang direncanakan
secara sistematis dengan memperhatikan tahap pertumbuhan dan
perkembangan guna merangsang perkembangan fisik, keterampilan berpikir,
emosional, sosial, dan moral. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina dan sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif di
sepanjang hayat. Melalui pendidikan jasmani siswa bukan hanya memperoleh
kemampuan dalam hal aktivitas, tetapi juga keterampilan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Menurut Sukintaka (2004:17) pendidikan jasmani pada dasarnya adalah
bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan namun kadang sering
dianggap orang adalah sesuatu yang tidak penting dan hanya sebagai pelengkap
dari sistem pendidikan. Sebagian orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem yang mencoba
mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial,
serta emosional bagi masyarakat dengan pendidikan jasmani sebagai
wahananya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
22 22
dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan
kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan keolahragaan nasional.
2.2.1 Tujuan Penjasorkes
Menurut Abdulkadir Ateng (1992:7) tujuan dari pendidikan jasmani adalah:
1. Pembentukan Gerak.
1) Memenuhi serta mempertahankan gerak.
2) Penghayatan ruang, waktu, dan bentuk serta pengembangan
perasaan irama.
3) Mengenal kemungkinan gerak diri sendiri.
4) Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap.
5) Memperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan
pengalaman gerak.
2. Pembentukan Prestasi.
1) Mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan
ketangkasan-ketangkasan .
2) Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi (kemauan,
konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, kepercayaan pada diri sendiri).
3) Penguasaan emosi.
4) Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri.
5) Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan
bidang prestasi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat, dan
23 23
3. Pembentukan Sosial.
1) Pengakuan dan penerimaan peraturan-peraturan dan norma-norma
bersama.
2) Mengikutsertakan ke dalam struktur kelompok fungsional, belajar
bekerja sama, menerima pimpinan, dan memberikan pimpinan.
3) Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap
orang lain sebagai pribadi.
4) Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan,
memberi perlindungan dan berkorban.
5) Belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepas lelah
secara aktif untuk pengisian waktu senggang.
4. Pertumbuhan Badan.
1) Peningkatan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh,
bersikap dan bergerak dengan baik, dan untuk dapat berprestasi
secaraa optimal (kuatan dan mobilitas, pelepasan ketegangan, dan
kesiapsiagaan).
2) Meningkatan kesehatan jasmani dan rasa tanggung jawab terhadap
kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat.
Sedangkan, menurut Adang Suherman (2000:23) secara umum tujuan
pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Perkembangan Fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas
yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang
24 24
2. Perkembangan Gerak.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara
efektif, efisien, halus, indah, sempurna.
3. Perkembangan Mental.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan
menginterpretasikan keseluruan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke
dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya
pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4. Perkembangan Sosial.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan
diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
Selain itu, menurut Rusli Lutan (2000:1-2) pendidikan jasmani adalah
wahana untuk mendidik anak. Pendidikan jasmani merupakan alat untuk
membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik
tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di
sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman
langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Dijelaskan pula tujuan ideal
pendidikan jasmani adalah bahwa program pendidikan jasmani itu bersifat
menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya
yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral dengan maksud
kelak anak muda itu menjadi seseorang yang percaya diri, disiplin, sehat, bugar,
dan hidup bahagia. Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan
25 25
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan
dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan
sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antarorang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tujuan pendidikan jasmani secara
umum adalah pengembangan individu yang bersifat menyeluruh, sebab
mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup
26 26
2.2.2 Aspek-aspek Penjasorkes
Menurut Rusli Lutan (2000:5-7) aspek-aspek pendidikan jasmani sebagai
berikut:
1. Aspek Psikomotor.
Mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-
motorik, bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau
aktivitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik,
sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan
itu sendiri.
2. Aspek Kognitif.
Mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi
adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam
pendidikan jasmani tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan yang
berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta
kegiatan pengisi waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
3. Aspek Afektif.
Mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang
kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu
dikembangkan, namun lebih penting di antaranya adalah konsep diri dan
komponen kepribadian lainnya seperti intelegensia emosional dan watak.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting yakni pengendalian diri,
27 27
2.3 Kurikulum Penjasorkes
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan perangkat utama dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan formal di suatu lembaga pendidikan. Kurikulum adalah segala
kegiatan dan pengalaman belajar yang dirancang, direncanakan, diprogramkan,
dan diselenggarakan oleh lembaga bagi anak didiknya dengan maksud untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum pendidikan jasmani adalah kurikulum
yang terdiri dari semua situasi yang secara sadar dipilih dan diorganisasi dengan
maksud untuk mengembangkan kepribadian anak didik meliputi pengetahuan
atau wawasan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kemampuan-
kemampuan (Nadisah, 1992:3).
Dalam mata pelajaran Penjasorkes mengalami perubahan yaitu dari
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berubah menjadi pendidikan
jasmani, yang lebih menegaskan bahwa mata pelajaran ini menggunakan
aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai
mata pelajaran yang menitikberatkan pada ranah jasmani dan psikomotor,
pendidikan jasmani tetap tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif. Ketiga
ranah tersebut tetap diberikan kepada siswa agar siswa mampu berkembang
dengan baik dan seimbang antara kemampuan fisik dan kemampuan berpikir.
Dalam materi pendidikan jasmani, selain dibekali dengan materi teori,
28 28
berupa permainan, atletik, maupun yang lainnya. Dalam pendidikan jasmani
mencakup materi, antara lain: kesadaran akan tubuh dan gerakan, keterampilan
motorik dasar, kesegaran jasmani, aktivitas jasmani, aktivitas pengkondisian
tubuh, modifikasi permainan dan olahraga, keterampilan mandiri di alam terbuka,
serta gaya hidup aktif dan sportif.
2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dalam rangka
memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Dalam penyusunannya, KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, dan berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah bahwa pada tingkat
satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Pemerintah hanya memberikan
29 29
Aspek/Sub Aspek
SD/MI Kelas
1 2 3 4 5 6
Permainan dan Olahraga
Olahraga tradisional Permainan Eksplorasi gerak Keterampilan lokomotor Keterampilan non-lokomotor Keterampilan manipulatif Atletik Kasti v v v v v v - - v v v v v v - - v v v v v v - - v v v v v v v v v - - - - - v v v - - - - v v v diharapkan bisa mengembangkan KTSP sebagai dasar untuk merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran bagi siswa.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
Standar Ketuntasan Belajar Minimal adalah batas minimal yang harus
dikuasai oleh peserta didik pada setiap Kompetensi Dasar. Oleh sebab itu, bagi
peserta didik yang belum dapat mencapai batas miimal harus mengikuti remidi.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarka prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus.
2.3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani untuk jenjang
SD/MI adalah sebagai berikut: