• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BALAPULANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BALAPULANG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

PELAKSANAANMODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH PADA MATA PELAJARAN PPKn KELAS XI DI

SMA NEGERI 1 BALAPULANG

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:

Arie Tri Wijayanto 3301411112

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jum;at

Tanggal : 18 Oktober

Penguji I

Drs. Slamet Sumarto, M.Pd. NIP. 196101271986011001

Penguji II

Drs. Tijan, M.Si. NIP. 196211201987021001

Penguji III

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan hasil karya orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 04 September 2015

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan, dan tidak ada perjuangan tanpa

pengorbanan

 Kesulitan yang menghadang adalah yang harus dilalui bukan untuk dijauhi

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, karya kecilku ini

kupersembahkan untuk:

 Bapak dan Ibu tercinta, Suwarto Wibowo (Alm) dan Mutomimah, terimakasih atas pengorbanan dan do’a yang tak henti untukku.

 Kakak-kakaku tersayang, Siswo Panuto (Alm) dan Rendra Asmo Dwi Putro yang selalu memberi do’a dan motivasi.

 Dosen-dosen ku, terutama pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar

memberikan bimbingan dan arahan kepada ku.

 Sahabat-sahabatku kost potret yang selalu memberikan semangatnya..

(6)

vi SARI

Wijayanto, Arie Tri. 2015. “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang”. Skripsi. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universirtas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Tijan, M.Si. Pembimbinng II Andi Suhardiyanto, S.Pd.,M.Si

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah. PPKn

Permasalahan di SMA Negeri 1 Balapulang pada mata pelajaran PPKn peserta didik kurang aktif dalam berfikir kritis dan kurang aktif dalam mengemukakan pendapat. Keberhasilan dalam pembelajaran PPKn terletak pada penggunaan model pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki spesifikasi dapat melatih peserta didik untuk aktif berfikir kritis dalam memecahkan masalah, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang dan mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran PPKn kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Balapulang. Tekhnik pengumpulan data dengan oservasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis data interaktif yang ditempuh melalui proses reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis

Masalahpada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI

(7)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Pelaksanaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI Di SMA Negeri 1 Balapulang” telah diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Politik dan

Kewaarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan kerja sama serta dukungan

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di UNNES.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan yang telah memberi kemudahan administrasi dalam

perijinan penelitian.

3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd.,Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang

telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Tijan, M.Si., Dosen Pembimbing I dan Andi Suhardiyanto,S.Pd.,M.Si., Dosen

Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk mengoreksi dan

(8)

viii

5. Segenap Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberi bekal

pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1.

6. Keluarga besar SMA Negeri 1 Balapulang yang telah membantu selama proses

penelitian hingga skripsi ini selesai.

7. Keluarga dan teman-teman PPKn 2011 UNNES yang telah memberi semangat dan

dukungan dalam mengerjakan skripsi ini

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang

besar dari Allah SWT. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan pada

penulisan skkripsi ini, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan. Harapan

penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 04 September 2015

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Landasan Teori ... . 10

1. Belajar dan Pembelajaran... 10

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 10

b. Model Pembelajaran... 11

(10)

x

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 13

b. Karakteristik dan Ciri-Ciri PBM... 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 39

a. Sejarah Umum Berdirinya SMAN 1 Balapulang... 39

b. Letak Geografis... 40

c. Visi dan Misi Sekolah... 41

(11)

xi

e. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 43

2. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang... 43

a. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah... 43

b. Proses PelaksanaanPembelajaran Berbasis Masalah………. 46

c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah... 62

d. Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 64

B. Pembahasan... 66

BAB V PENUTUP A. Simpulan... 71

B. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA………..……….……… 73

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Gedung SMA Negeri 1 Balapulang ... 40

2. Gambar Struktur Organisasi Sekolah... 42

3. Aktivitas Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah ... 51

4. Aktivitas diskusi peserta didik... 54

5. Aktivitas konsultasi peserta didik dengan guru... 55

6. Rekap Permasalahan Internasional... 56

7. Hasil kerja siswa... 58

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan

1. Bagan Kerangka Berfikir ... 28

2. Bagan Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data ... 34

3. Bagan Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data ... 35

4. Bagan Komponen Analisis Data Model ... 36

5. Bagan Tahapan Berfikir... 48

Tabel 1. Tabel Langkah-Langkah Pembelejaran Berbasis Masalah... 17

2. Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah... 18

3. Tabel Jumlah Siswa... 42

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan

potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang bertujuan

untuk membantu peserta didik dalam pengembangan semua potensi serta

karakteristik pribadinya menuju ke arah yang lebih baik. Keberhasilan dalam

pencapaian suatu tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran

yang sedang dilaksanakan oleh peserta didik. Dengan adanya proses

pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat meningkatkan aspek

pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.

Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat diharapkan

pendidik dalam melaksanakan tugasnya, namun pendidik bukanlah satu-satunya

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar tersebut. Faktor tujuan, peserta

didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi dan suasana evaluasi

merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses

pembelajaran.

Proses belajar mengajar yang baik dan benar akan sangat menentukan dari

keberhasilan pendidikan. Belajar itu sendiri mempunyai pengertian aktivitas

atau kegiatan seseorang sehingga menyebabkan adanya menuju tingkah laku

yang lebih baik. Belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

(15)

dilaksanakan pendidik secara sadar akan merencanakan pembelajaran secara

sistematis dengan selalu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada guna

kepentingan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang akan

dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah pembelajaran

masih didominasi oleh pendidik, sehingga aktivitas peserta didik dalam proses

belajar mengajar di kelas menjadi pasif. Akibatnya peserta didik menjadi acuh

terhadap apa yang sedang dijelaskan pendidik di depan kelas. Peserta didik

lebih senang bermain atau berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Dalam

proses pembelajaran di kelas peserta didik masih disuruh untuk menghafal,

mengingat serta mengumpulkan informasi tanpa dituntut untuk memahami apa

yang didapatkan dari informasinya tersebut. Hal ini mengakibatkan kegiatan

pembelajaran PPKn masih bersifat monoton dan cenderung kurang menarik,

sehingga setiap pelajaran berlangsung peserta didik menjadi kurang tertarik dan

minat belajar menjadi hilang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata

pelajaran yang sangat penting bagi siswa. Fokus dari Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan ini adalah pembentukan warganegara yang mampu

memahami serta mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, taat pada hukum sesuai dengan

(16)

mempunyai cara atau strategi pembelajaran yang tepat, supaya pembelajaran

dapat fokus terhadap peserta didik dan suasana di kelas menjadi menyenangkan

serta tidak pasif. Hal ini dimaksudkan supaya peserta didik menjadi aktif

berfikir, aktif mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan pendidik dituntut untuk

dapat memanfaatkan berbagai macam model pembelajaran yang ada dengan

baik. Dari uraian singkat diatas, penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah atau yang biasa kita sebut juga dengan “Problem Based Learning”.

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi

pada masalah dunia nyata. Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah lingkungan belajar yang terbuka dan

menekankan pada peran siswa aktif. Seluruh proses membantu siswa untuk

menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada ketrampilan intelektual mereka

sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran sentral peserta didik bukan

pada pendidik. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dilakukan dengan cara

mencari permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, dan peran guru hanya

menjadi fasilitator dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan.

Dalam model pembelajaran berbasis masalah, masalah dapat berasal dari

peserta didik atau mungkin juga diberikan oleh pendidik. Peserta didik harus

terpusat pada masalah yang sedang dibahas, dengan seperti itu maka peserta

(17)

dapat memecahkan masalah yang sedang dibahas dengan baik dan benar.

Pemecahan masalah dalam pembelajaran ini harus sesuai dengan

langkah-langkah metode ilmiah. Hal ini mengakibatkan efek positif pada peserta didik,

yakni peserta didik memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.

Pemilihan masalah yang akan disajikan dalam proses pembelajaran harus tepat.

Hal ini mempunyai pengertian bahwa pemilihan masalah yang cakupannya

kurang luas, masalah yang tidak sesuai dengan materi yang sedang dipelajari

akan menghambat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu,

pendampingan pendidik dalam hal ini sangat besar tanggung jawabnya.

Pendidik tidak diperkenankan mengintervensi terhadap masalah, akan tetapi

pendidik lebih memfokuskan melalui pertanyaan-pertanyaan agar peserta didik

merefleksi lebih dalam tentang masalah yang dipilih.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan pendidik

mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Balapulang, diketahui bahwa di SMA

Negeri 1 Balapulang pendidik mata pelajaran PPKn sudah menerapkan model

pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan

peneliti dengan pendidik diketahui bahwa pada saat pendidik menerapkan

model pendekatan berbasis masalah, keberhasilan pembelajaran dapat tercapai

dengan baik, peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Sehingga peneliti

bermaksud untuk mengetahui lebih jauh pelaksanaan mengenai proses

(18)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul

penelitian tentang “Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas XI DI SMA Negeri 01 Balapulang”.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dalam mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri

1 Balapulang?

2. Adakah hambatan-hambatan dalam penerapan model pembelajaran berbasis

masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas

XI Di SMA Negeri 1 Balapulang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan model pembelajaran masalah dalam mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI Di SMA Negeri 1

Balapulang.

2. Mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapan model pembelajaran

masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

(19)

D. MANFAAT

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil dari penelitian bermanfaat memberikan kontribusi dalam

pengembangan model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran. Khususnya untuk pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan guna memperbaiki kelemahan serta kekurangan dalam proses

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan, keterampilan, serta kualitas mengajar yang lebih

berkualitas dan interaktif, dalam hal pemilihan model pembelajaran

yang sesuai dengan materi yang akan di sampaikan dalam proses

pembelajaran.

b) Bagi sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses pembelajaran di

SMA Negeri 1 Balapulang sehubungan dengan penggunaan

pembelajaran berbasis masalah.

(20)

Upaya yang dilakukan agar penelitian ini lebih terarah diperlukan adanya

batasan yang berkenaan dengan judul skripsi. Berikut beberapa istilah yag penulis

gunakan dalam rumusan judul penelitian, yaitu:

1. Implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan,

atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan

(Usman,2002:70). Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwasanya

implementasi adalah bukan sekedar aktivitas yang hanya dijalankan secara

secara sadar, akan tetapi suatu kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan

secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu yang sudah

diterapkan untuk mencapai tujuan kegiatan yang ingin dikehendaki.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang cara berfikir dan keterampilan penyelesaian masalah serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep essensial dari mata pelajaran (Kunandar,

2007:35) Hakikat masalah dalam pembelajaran ini adalah kesenjangan antara

situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu materi pelajaran

tidak terbatas pada sumber dari buku saja, tetapi dapat mengacu pada

peristiwa-peristiwa tertentu yang bersangkutan dengan materi pelajaran.

Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran berbasis masalah

(21)

sampai 6 orang. Dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan

dari setiap peserta didik dalam menganalisa serta mencari penyelesaian

permasalahan nyata yang dijadikan kajian belajar sesuai dengan materi yang

sedang dipelajari. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berfikir

secara kritis dalam memberikan pendapatnya mengenai permasalahan nyata

yang sedang menjadi bahan diskusi kelompok. Setiap individu akan saling

memberikan masukan mengenai sebab serta penyelesaian dari permasalahan

yang sedang dibahas.

3. Pembelajaran PPKn

Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan

(Syaiful Sagala, 2009:61). Dengan menggunakan asas serta teori yang sudah

ada, perubahan yang dihasilkan dari proses belajar bersifat progresif, baik

mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Misal dari yang tidak

mengerti menjadi mengerti.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945.

Dengan demikian, Pembelajaran PPKn adalah membelajarkan siswa

(22)

yang lebih baik. Dengan demikian, siswa akan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajibannya untuk menjadi warga Indonesia yang cerdas, terampil dan

(23)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan

(Syaiful Bahri Djamarah, 2002:11). Menurut Winkel belajar adalah aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang maknanya adalah pengalaman (Darsono, 2000:4). Banyak ahli yang

mengemukakan pendapatnya mengenai belajar.

Beberapa pendapat ahli tentang belajar, sebagai berikut:

1) Belajar menurut James O.Whittaker adalah merumuskan belajar

sebagai dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui

latihan atau pengalaman.

2) Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in

behavior as aresult of ex perience. Belajar sebagai suatu aktivitas

yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman.

3) Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses

(24)

4) perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu it sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Syaiful Bahri Djamarah 2012:12)

Dari definisi di atas belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik

dalam membangun sebuah makna dan pemahaman ke arah yang lebih baik

serta perubahan tingkah laku yang terbentuk karena pengalaman ataupun

ilmu pengetahuan. Pendidik mempunyai peran untuk mendorong

kemampuan peserta didik dalam membangun gagasan atau ide-ide. Pendidik

harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap peserta didiknya, hal ini

sangat berguna untuk memberikan dorongan yang sesuai kepada peserta

didik.

Pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna

menarik dan memberi informasi kepada siswa, sehingga persiapan yang

dirancang oleh guru dapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan

(Dimyati dan Mudjiono, 2009:7). Definisi pembelajaran menurut Oemar

Hamalik (2005:57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Dari definisi di atas, pembelajaran adalah proses interaksi yang terjadi

antara pendidik dan peserta didik dalam lingkungan belajar untuk mencapai

(25)

b. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran (Joyce dan Weil dalam Mulyani

Sumantri, dkk: 1999:42). Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto,

2010:51) model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pengajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur

sistematik dalam proses pembelajaran untuk mengorganisasikan pengalaman

belajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para pendidik dalam merancang dan

melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2010:53) fungsi dari model pembelajaran adalah

sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh materi yang akan di ajarkan dan juga tujuan pembelajaran

(26)

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011:142) istilah model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode

atau prosedur.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah menurut (Tan dalam Rusman, 2010:229)

merupakan inovasi dalam pembelajaran karena didalam PBM kemampuan

berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok

atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,

menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

berkesinambungan.

Arends (2007:43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan

berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang

dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan.

Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran berbasis masalah

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan masalah riil sebagai

konteks pembelajaran serta sistem kerja individu atau pengelompokkan

peserta didik menjadi tim-tm kecil. Dimana keberhasilan kerja sangat

ditentukan oleh keaktifan dari setiap anggota kelompok. Dengan demikian

setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap masalah

(27)

pembelajaran berbasis masalah perlu dirancang dengan baik, mulai dari

mempersiapkan masalah yang sesuai dengan materi yang akan

dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik serta

instrumen penilaian yang diperlukan.

b. Karakteristik dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai suatu rangkaian

aktvitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian

masalah yang dihadapi dengan kemampuan berfikir dan kemampuan analisis

secara ilmiah. Menurut Mattews melalui aktivitas secara fisik pengetahuan

siswa secara aktif dibangun berdasarkan pengalaman atau bahan yang

dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara

mental (Suparno, 1997-56)

Kemampuan berfikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang

dipecah-pecah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudian dijadikan

pedoman berfikir. Satu contoh kemampuan berfikir adalah menarik

kesimpulan, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan

berbagai petunjuk serta fakta atau informasi dengan teori yang telah dimiliki

untuk membuat hasil akhir yang sudah terumuskan.

Bridges dan Charlin menggariskan beberapa ciri-ciri utama model

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran berpusat dengan

masalah, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia yang

(28)

pembelajaran, serta para siswa bertanggung jawab terhadap proses

pembelajaran mereka sendiri (Suparno, 1997:65).

Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah. Pertama,

pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkai aktivitas pembelajaran.

Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah.

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkaian aktivitas

pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada

sejumlah kegiatan yang dilakukan peserta didik. Peseta didik tidak

hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal, akan

tetapi peserta didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari serta

mengolah data dan akhirnya menyimpulkan masalah yang sedang

menjadi kajian materinya.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah pada proses

pembelajarannya. Artinya tanpa adanya masalah yang disajikan dalam

proses pembelajaran, maka tidak mungkin adanya proses pembelajaran

yang berlangsung.

3) Pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

(29)

Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir

deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan

empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui

tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian

masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah menurut Wardhani (dalam

Supinah dan Sutanti, 2010:45) adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti Peserta didik dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari. 4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Peserta

didik dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik seperti

(30)

masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan

kemampuan berpikir, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,

keterampilan intelektual, dan menjadi siswa yang mandiri.

d. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning-PBL) dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru (Sugiyanto,

2010:159-160)

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah

Fase Perilaku pendidik Perilaku peserta didik

(31)

kelompok mendapatkan

Berikut Adalah Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tabel 2. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

(32)

Tahap 3

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model

pembelajaran (http://digilib.uinsby.ac.id/8742/5/bab2.pdf) adalah sebagai

berikut:

1) Peserta didik lebih memhami konsep yang diajarkan, sebab peserta

didik sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran yang lebih riil,

sebab masalah yang diselesaikan dalam pembelajaran berkaitan

(33)

3) Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis.

4) Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat

menjadikan kebiasaan baik pada peserta didik untuk dapat

memecahkan masalah secara terampil.

5) Membantu peserta didik untuk menyalurkan pengetahuan pada

situasi-situasi baru.

Di samping kelebihan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki

kelemahan, sebagai berikut:

1) Menentukan masalah dengan tingkat kesulitan sesuai dengan

kemampuan berfikir peserta didik, serta pengetahuan yang dimiliki

oleh peserta didik, sangat memerlukan keterampilan dan

kemampuan pendidik.

2) Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah memerlukan waktu yang lama.

3) Mengubah kebiasaan peserta didik dari yang terbiasa mendengarkan

dan menerima informasi menjadi aktif berfikir untuk dapat

memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta

didik.

f. Peran atau Fungsi Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah berbeda dengan peran

guru di dalam kelas (Rusman, 2010:234). Pendidik dalam pembelajaran ini

(34)

1) Pendidik harus dapat merancang dan menggunakan permasalahan

yang ada disekitar maupun dunia nyata, agar peserta didik dapat

belajar pembelajaran berbasis masalah dengan baik.

2) Pendidik harus dapat menjadi pelatih peserta didik dalam

pemecahan masalah, pengarahan peserta didik serta belajar dengan

teman sebaya.

3) Pendidik harus dapat menjadikan pandangan peserta didik

bahwasanya diri mereka sendiri sebagai pemecah masalah yang

utama.

Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah juga memusatkan

perhatiannya pada:

1) Memfasilitasi proses belajar mengajar, yaitu dengan cara mengubah

cara berfikir peserta didik, mengembangkan keterampilan inkuiri,

menggunakan pembelajaran kooperatif.

2) Melatih peserta didik tentang pemecahan suatu masalah, yakni

pemberian alasan mendalam tentang berfikir secara kritis dan

berfikir secara ilmiah.

3) Menjadi perantara proses penyampaian informasi “meneliti

lingkungan informasi, mengakses sumber informasi yang beragam,

dan mengadakan koneksi”.

3. Pembelajaran PPKn

(35)

Aziz Wahab, dkk (dalam Cholisin, 2004:10) mengemukakan bahwa, “Pendidikan Kewarganegaraan ialah media pengajaran yang akan meng

-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas dan penuh tanggung jawab”.

Indonesia yang terkenal keberanekaragaman budaya, agama, serta bahasa

akan sangat sulit jikalau tidak ada pelajaran yang materinya berisikan hal-hal

tersebut untuk menjadikan pembentukan diri warga negara sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu

upaya untuk membangkitkan rasa nasionalisme kebangsaan penerus bangsa,

dalam menghadapi tekanan gejolak dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pendidikan ini lebih mengajarkan tentang konsep atau materi saja,

implementasi dari pelajaran ini dapat dilaksanakan dalam kehidupan

sehari-sehari.

b. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa tujuan mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

(36)

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi.

Terdapat beberapa aspek penting dalam tujuan yang ingin diwujudkan

dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diatas,

yaitu menjadikan warga negara yang cerdas dengan memiliki pengetahuan

kewarganegaraan yang baik, terampil dan berfikir kritis serta aktif dalam

partisipasi kehidupan berbangsa dan bernegara serta memiliki sikap dan

keterampilan yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Negara Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

(37)

3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan

internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong-royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara

5) Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran PPKn

Cogan dalam Somantri (2001) menyatakan pembelajaran PPKn merupakan

proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter

individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Strategi pembelajaran PKn

yaitu dengan menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

(38)

pembelajaran PPKn adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah yang

dirancang untuk meningkatkan keaktifan dan keefektifan pembelajaran di kelas.

a. Perencanaan pembelajaran PKn

Perencanaan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung dan

memegang peranan penting guna menciptakan sebuah kondisi yang kondusif

dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran PKn hendaknya

dapat mendorong guru lebih siap melakukan pembelajaran yang matang.

Oleh karena itu, setiap akan melakukan persiapan pembelajaran guru wajib

melakukan persiapan pembelajaran. Persiapan tersebut bertujuan agar guru

sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) mengetahui proses belajar dan

hasil belajar peserta didik. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru PKn

dalam proses pembelajaran adalah dengan membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran.

1) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

RPP adalah sebuah kewajiban yang harus dibuat oleh setiap guru yang

mengampu mata pelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus

untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya

mencapai kompetensi dasar (Kurniasih dan Sani, 2014:1). Dari

pernyataan ahli di atas, guru wajib membuat RPP supaya kegiatan

(39)

dengan model pembelajaran yang akan diterapkan, serta dapat mencapai

kompetensi dasar yang ingin dicapai.

RPP itu sendiri mencakup: 1) data sekolah, mata pelajaran dan

kelas/semester; 2) materi pokok; 3) alokasi waktu; 4) tujuan

pembelajaran; 5) KD dan indikator pencapaian kompetensi; 6) materi

pembelajaran, metode pembelajaran; 7) media, alat dan sumber belajar;

8) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan 9) penilaian (Kurniasih

dan Sani, 2014:3)

2) Pelaksanaan Pembelajaran PPKn

Pelaksanaan proses pembelajaran mencakup kegiatan persyaratan

pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran meliputi hal-hal seperti;

ketentuan rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks

pelajaran, dan pengelolaan kelas. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

(Winarno, 2013: 218).

3) Penilaian Pembelajaran PPKn

Penilaian pembelajaran adalah penilaian dilakukan oleh guru

terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan

(40)

Penilaian dalam PPKn dapat dinyatakan sebagai proses pengumpulan,

analisis, dan interpretasi informasi yang dilakukan oleh guru PKn untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik pada bidang studi

PPKn (Winarno, 2013:218).

B. KERANGKA BERFIKIR

Penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar di kelas.

Masalah-masalah yang ada dalam proses belajar mengajar di kelas seperti,

peserta didik kurang aktif dalam proses belajar mengajar merupakan masalah

lama yang masih ada sampai sekarang. Dengan penggunaan Model Pembelajaran

Berbasis masalah diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah pembelajaran

yang ada di kelas. Karena Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang baik untuk digunakan

dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

pelaksanaannya terdapat 5 tahapan yang harus dilaksanakan agar tercapainya

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah, pendidik akan

memberikan orientasi kepada peserta didik mengenai permasalahan yang akan

dijadikan sebagai bahan kajian belajar, dalam hal ini peserta didik memahami

bahwasanya Pembelajaran Berbasis masalah lebih menekankan kepada belajar

(41)

melalui belajar mandiri atau dengan belajar berkelompok. Kegiatan belajar yang

dijalani peserta didik akan lebih aktif dan menyenangkan, karena peserta didik

dapat mengeluarkan ide atau gagasannya terhadap masalah yang sedang menjadi

kajian belajar. Pendidik harus selalu memberikan bimbingannya agar peserta

didik tidak melakukan salah pemahaman ide atau gagasan dalam mengkaji

masalah.

Bimbingan selama proses belajar mengajar sangat penting, karena jika

peserta didik salah pemahaman dari awal, maka hasil atau produk dari proses

belajar mengajar menjadi salah. Penyajian dari hasil atau produk belajar dapat

dilakukan untuk menggairahkan semangat peserta didik dalam mengeluarkan

pendapatnya mengenai hasil belajar dari peserta didik yang lain. Dalam kegiatan

ini pendidik mengamati setiap hasil belajar yang disampaikan dan pendapat yang

dikeluarkan dari peserta didik, guna untuk dilakukan evaluasi secara bersama

(42)

Kerangka berfikir tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik pasif dalam proses pembelajaran 2. Proses pembelajaran hanya

(43)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Pendekatan deskriptif analisis

adalah suatu pengumpulan data secara banyak dari fenomena yang ada untuk

dijadikan bahan analisa, sehingga dapat diperoleh gambaran-gambaran terhadap

apa yang sedang diteliti. Data yang dikumpulkan bisa berupa kata ataupun

gambar. Hal ini dipertegas oleh Kaelan (2005:20) dalam penelitian kualitatif

pengumpulan data deskriptif, bukan menggunakan angka-angka sebagai alat

metode utamaya. Data-data yang dikumpulkan berupa teks, kata-kata, simbol,

gambar, walaupun demikian juga dapat dimungkinkan terkumpulnya data-data

yang bersifat kuantitatif.

Metode penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji tentang pelaksanaan

model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas XI IPS 3. Pendekatan kualitatif dalam penelitian

ini digunakan untuk memperoleh data berbentuk kata-kata berdasarkan temuan di

SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal baik yang diperoleh melalui

observasi ataupun wawancara mengenai pelaksanaan model Pembelajaran

(44)

data berisi laporan hasil observasi dan wawancara serta bukti-bukti yang

disajikan dalam bentuk deskriptif.

Peneliti dalam penelitian kualitatif secara langsung mengadakan hubungan

dengan informan untuk memperoleh data mendalam guna menjawab rumusan

permasalahan mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah

pada mata pelajaran PPKn siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balapulang, serta

hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis

Masalah.

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri 01

Balapulang Kabupaten Tegal. Alasan peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri

01 Balapulang, karena pada saat observasi awal diketahui pendidik mata

pelajaran PPKn sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah. Hal ini lah yang menjadikan penelitian memilih

lokasi ini, untuk mengetahui pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis

Masalah pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 01 Balapulang dan

hambatan-hambatan dalam pelaksaaan model pembelajaran tersebut.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan persoalan apa yang menjadi pusat perhatian,

terdapat dua tujuan dalam fokus penelitian. Pertama, penetapan fokus dapat

(45)

inklusif-eksklusif atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang

diperoleh di lapangan (Meleong, 2000:237).

Yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pelaksanaan Pembelajaran

Berbasis Masalah pada mata pelajaran pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan Di SMAN 1 Balapulang.

1. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas XI IPS 3 di

SMA Negeri 1 Balapulang yang terdiri dari

a) Peencanaan Pembelajaran

b) Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah

c) Penilaian Pembelajaran

2. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis

Masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

D. Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif orang-orang yang menjadi sumber data disebut

informan (Nana, 2009:285) dan nantinya akan dijadikan sebagai data primer

dalam penelitiaini. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang

melakukan penelitian. Informan tersebut meliputi :

(46)

b) Peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung

2. Data Sekunder adalah data tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis

masalah pada mata pelajaran ppkn di SMAN 1 Balapulang yang diperoleh

secara tidak langsung, yang diambil dari sumbernya yaitu tugas-tugas,

catatan-catatan dan dokumen lain yang relevan.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis, karena tujuan utama

penelitian ini adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan pada

kondisi yang alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi

(Rachman, 2011:162). Alat dan teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Pembelajaran yang dipersiapkan, media pembelajaran, interaksi antara

guru dengan peserta didik, aktivitas peserta didik, kegiatan evaluasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah dialog atau percakapan yang dilakukan untuk

memperoleh informasi. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(47)

mendalam untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian.

Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan data secara

mendalam mengenai pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah

pada mata pelajaran PPKn siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Balapulang.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus wawancara adalah guru Mata

Pelajaran PPKn Kelas XI dan peserta didik kelas XI SMA Negeri 1

Balapulang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal variabel yang berupa transkip,notulen, dan sebagainya

(Arikunto, 2010:201). Metode ini digunakan untuk mencari dan

mengumpulkan data serta informasi tertulis yang berhubungan dengan

penelitian. Penelitian ini, peneliti akan mengambil atau mengutip dokumen

berhubungan dengan pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah,

data tersebut digunakan untuk mendukung kelengkapan data penelitian.

Dokumentasi tersebut seperti perangkat pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan meliputi RPP. Dokumentasi dalam proses pembelajaran,

Gambar yang diperoleh akan dideskripsikan secara jelas dengan

menggabungkan hasil wawancara yang dilaksanakan.

(48)

Keabsahan data merupakan faktor penting dalam penelitian, sebab itulah

perlu dilakukan pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan. Hal ini berguna

untuk menentukan tingkat kepercayaan data yang diperoleh. Adanya tingkat

kepercayaan yang tinggi menjadikan data yang digunakan semakin baik karena

teruji kebenarannya. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Meleong, 2000:231)

untuk memeriksa keabsahan dalam penelitian kualitatif, maka digunakan taraf

kepercayaan data dengan tekhnik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan

data adalah tekhnik triangulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Meleong, 2000:178).

Peneliti dalam penelitian ini akan memfokuskan diri dalam pengumpulan

data dengan cara Triangulasi yang terbagi menjadi 2 cara yaitu:

1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda (observasi, wawancara dokumentasi) untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2010:330).

Bagan 2. Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data Observasi

Wawancara

(49)

Teknik pemeriksaan data yang pertama akan dilakukan dengan

membandingkan data hasil pengamatan, wawancara dan dokumen yang

diperoleh dari sumber yang sama. Pada lokasi penelitian, peneliti akan

mengamati proses belajar mengajar dengan menggunakan model

Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan oleh guru kelas XI IPS 3.

Kemudian untuk mendapatkan keabsahan data peneliti juga akan melakukan

melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran PPKn kelas XI.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

Bagan 3. Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data juga akan dilakukan pada

informasi yang diperoleh dari informan dengan cara membandingkan hasil

wawancara dengan beberapa informan. Dalam peneltian ini, wawancara

akan dilakukan kepada guru mata pelajaran PPKn kelas XI sebagai kunci wawancara

Informan A

(50)

yakni Ibu Rokhmiati. Untuk melihat informasi yang diterima oleh guru,

peneliti juga akan melakukan wawancara kepada peserta didik kelas XI IPS

3 (Irfan Muzaki, Ismi Ismawati, Nazrul Aziz, Selvi Suciana, Muh.

Budiman). Hasil wawancara yang diperoleh dari Ibu Rokhmiati akan

dibandingkan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Irfan Muzaki,

Ismi Ismawati, Nazrul Aziz, Selvi Suciana, Muh. Budiman (peserta didik

kelas XI IPS 3). Ketika data yang diperoleh melalui sumber yang berbeda

tetapi tetap menggunakan teknik yang sama telah mengalami kesamaan,

maka data tersebut dapat dinyatakan valid atau terpercaya.

G. Metode Analisis Data

Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja yang dirumuskan oleh data (Meleong. 2000:103).

Data yang diperoleh dari lapangan berupa data kualitatif. Data kualitatif tersebut

akan diolah dengan model interaksi. Adapun langkah-langah dalam model

interaksi adalah sebagai berikut:

Bagan 4. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:92)

Pengumpulan Penyajian Data

(51)

1. Pengumpulan

Dalam hal ini peneliti melakukan pencatatan data secara objektif dan

apa adanya sesuai dengan hasil observasi di lapangan, yaitu pencatatan data

yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai bentuk data yang

ada di lapangan. Peneliti mencatat semua kegiatan pada saat observasi tidak

berperanserta, yakni kegiatan pada saat proses kegiatan belajar mengajar

berlangsung, serta wawancara yang dilakukan dengan pendidik Mata

Pelajaran PPKn dan peserta didik yang diajar pada saat pelajaran PPKn

dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mncari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010:338). Dengan proses

pemilihan, serta pemfokusan dan transformasi data kasar yang diperoleh dari

lapangan akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya

bila diperlukan. Data yang direduksi yaitu data yang diperoleh melalui

wawancara dengan Ibu Rokhmiati selaku pengajar mta pelajaran PPKn kelas

XI SMA Negeri 1 Balapulang mengenai pelaksanaan model Pembelajaran

(52)

kemudian digolongkan berdasarkan sub-sub kajian yang dipelajari. Hal ini

dilakukan karena data yang didapat tidak urut. Jika data kurang lengkap

maka peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan

3. Penyajian Data

Penelitian kualitatif Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya

(Sugiyono, 2010:95). Dalam hal ini menurut Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono, 2010:95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifta

naratif.

4. Verifikasi Data

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masihbelum jelas atau remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2010:99).

Ketiga kegiatan dalam analisis data tersebut memperkuat dalam

penelitian kualaitatif yang dilakukan oleh peneliti, sehingga sifat data

dikumpulkan dalam bentuk laporan, uraian dan proses untuk mencari

makna sehingga mudah difahami kondisinya, baik oleh peneliti maupun

(53)

74 BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan

dapat diambil berapa simpulan yaitu:

1. Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1

Balapulang sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran. Pelaksanaan model Pembelajarn Berbasis Masalah pada mata

pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 3

SMA Negeri 1 Balapulang meningkatkan kemampuan berfikir kritis,

meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan meningkatkan sikap tanggung

jawab.

2. Terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hambatan yang terjadi

adalah kurangnya waktu pembelajaran, pendidik sulit menjadi fasilitator

yang baik, terdapat beberapa peserta didik yang kurang aktif dalam diskusi

kelompok

B. Saran

1. Sekolah perlu melakukan sosialisasi model Pembelajaran Berbasis

(54)

Berbasis Masalah dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru di SMA Negeri 1 Balapulang.

2. Terkait dengan proses pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas, guru harus dapat lebih memanfaatkan

waktu pembelajaan agar lebih efisien, serta selama proses pembelajaran

berlangsung diharapkan guru untuk aktif membimbing peserta didik dalam

(55)

Kumpulan Daftar Pustaka:

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Cholisis. (2004). Diktat Pendidikan Kwarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta: UNY Press.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2005), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Ibrahim, M. Dan Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Iskandar. (2009). Metodologi penelitian pendidikan dan sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.

Kaelan. (2005). Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma.

Kunandar. (2007). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Meleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(56)

Nana Syaodih Sukmadnata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajarn Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesionalisme dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyanto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Group.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta Kencana

(57)
(58)
(59)
(60)

Lampiran 3

Materi Pokok : Peran Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa

Kelas/Program : XI/2

Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit

II. STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR

1. Standar Kompetensi

5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional

2. Kompetensi Dasar

5.2. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah Internasional

2 Menguraikan cara penyelesaian

(61)

Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif :  Percaya diri (Kteguhan hati, optimis)

 Berorientasi pada tugas (bermotivasi, tekun/tabah, bertekad, enerjik)  Pengambil resiko (suka tantangan, mampu memimpin)

 Orientasi ke masa depan (punya perspektif untuk masa depan)

IV. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pokok pembelajaran adalah agar siswa mampu dan dapat :  Mengidentifikasi penyebab timbulnya sengketa internasional

 Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah internasional

V. STRATEGI PEMBELAJARAN

No. Kegiatan Belajar Waktu

(62)
(63)
(64)

yang belum diketahui

3 Penutup

 Tanya jawab

 Penenangan

20’  Pengendalian

diri

VI. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Buku Paket PKn Kelas XI

2. UUD 1945 yang Telah Diamandemen

3. Buku-buku sumber yang relevan 4. Lembar Kerja Siswa

5. Majalah, Koran dan Internet

VII. PENILAIAN DAN TINDAK LANUUT

 Penilaian Kognitif  Penilaian Afektif  Penilaian Psikomotorik

Balapulang,....,...2015 Mengetahui

Kepala SMA N 1 Balapulang Guru Mata Pelajaran

Ahmad, S.Pd Rokhmiati, S.Pd

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah
Tabel 2. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Referensi

Dokumen terkait

a) Penulis bersama pengamat melakukan analisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran. b) Penulis bersama pengamat menganalisis kelemahan dan

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yang berjudul Perilaku Siswa tentang Penggunaan Nama Ilmiah pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X di SMA

Media pembelajaran focusky memiliki tiga aspek yang sangat mendukung yaitu materi yang digunakan berdasarkan dari buku pedoman geografi kurikulum 2013 yang telah direvisi, perumusan

Berdasarkan wawancara dengan guru PAI terkait pelaksanaan penguatan pendidikan karakter religius pada pembelajaran PAI melalui kegiatan spontan, beliau mengungkapkan bahwa: “Penguatan

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1 kepada guru dan pihak sekolah disarankan untuk mampu merancang kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi siswa

Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka perlu dilakukan penerapan model PjBL yang dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik agar hasil belajarnya meningkat maka melakukan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua kali siklus mendapatkan hasil sebagai berikut : 1 Model Discovery Learning dapat meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek pada Mata Pelajaran Animasi 3 Dimensi Kelas XI Kompetensi Keahlian Multimedia di SMK Negeri