• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah menurut (Tan dalam Rusman, 2010:229) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena didalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,

menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara

berkesinambungan.

Arends (2007:43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran dengan menggunakan masalah riil sebagai konteks pembelajaran serta sistem kerja individu atau pengelompokkan peserta didik menjadi tim-tm kecil. Dimana keberhasilan kerja sangat ditentukan oleh keaktifan dari setiap anggota kelompok. Dengan demikian setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab terhadap masalah yang sedang dipelajari. Untuk mencapai pembelajaran secara optimal,

pembelajaran berbasis masalah perlu dirancang dengan baik, mulai dari mempersiapkan masalah yang sesuai dengan materi yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik serta instrumen penilaian yang diperlukan.

b. Karakteristik dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai suatu rangkaian aktvitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi dengan kemampuan berfikir dan kemampuan analisis secara ilmiah. Menurut Mattews melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental (Suparno, 1997-56)

Kemampuan berfikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah kedalam langkah-langkah nyata yang kemudian dijadikan pedoman berfikir. Satu contoh kemampuan berfikir adalah menarik kesimpulan, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk serta fakta atau informasi dengan teori yang telah dimiliki untuk membuat hasil akhir yang sudah terumuskan.

Bridges dan Charlin menggariskan beberapa ciri-ciri utama model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah Pembelajaran berpusat dengan masalah, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia yang sebenarnya, pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses

pembelajaran, serta para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri (Suparno, 1997:65).

Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah. Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkai aktivitas pembelajaran. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah.

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran. Dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang dilakukan peserta didik. Peseta didik tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal, akan tetapi peserta didik aktif berfikir, berkomunikasi, mencari serta mengolah data dan akhirnya menyimpulkan masalah yang sedang menjadi kajian materinya.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah pada proses pembelajarannya. Artinya tanpa adanya masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran, maka tidak mungkin adanya proses pembelajaran yang berlangsung.

3) Pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.

Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah menurut Wardhani (dalam Supinah dan Sutanti, 2010:45) adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pertanyaan dan masalah yang diajukan pada awal kegiatan pembelajaran adalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang diangkat hendaknya dipilih yang benar-benar nyata sehingga dalam pemecahannya siswa dapat meninjaunya dari banyak mata pelajaran.

3) Penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik, berarti Peserta didik dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode yang digunakan tergantung pada masalah yang dipelajari. 4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Peserta

didik dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak. Artefak yang dihasilkan antara lain dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video, program komputer. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Penjelasan antara lain dapat dilakukan dengan presentasi, simulasi, peragaan.

c. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik seperti pada pembelajaran langsung dan ceramah, tetapi pembelajaran berbasis

masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, keterampilan intelektual, dan menjadi siswa yang mandiri.

d. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-PBL) dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru (Sugiyanto, 2010:159-160)

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah

Fase Perilaku pendidik Perilaku peserta didik

Fase 1 Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik Pendidik membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah Peserta didik memahami bahwa pembelajaran berbasis masalah bukan untuk memperoleh informasi sebanyaknya, tetapi melakukan

penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan menjadi siswa yang mandiri Fase II

Mengorganisasikan siswa untuk meneliti

Pendidik membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorgansasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya

Peserta didik secara mandiri atau

berkelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama

Fase III Membantu menyelidiki secara mandiri atau

Pendidik

mendorong peserta didik untuk

Peserta didik bertukar ide dan gagasan dengan peserta didik lain serta

kelompok mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen mencari penjelasan dan solusi pendidik

Peserta didik aktif melakukan

penyelidikan terhadap masalah yang dibahas

Fase IV Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja Pendidik membantu peserta didik untuk menyiapkan hasil belajar seperti laporan atau rekaman viideo untuk menyampaikan pada yang lain

Peserta didik secara mandiri atau kelompok membuat produk hasil belajar serta

menyajikannya untuk kemudian peserta didik atau kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil karya temannya. Fase V : Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses yang peserta didik jalankan

Peserta didik berkewajiban untuk bertanya kepada pendidik akan hal-hal yang masih belum untuk dipahami.

Berikut Adalah Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tabel 2. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

Tahap 3 Mamandu

menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi

tugas dengan temannya. Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah

Kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model pembelajaran (http://digilib.uinsby.ac.id/8742/5/bab2.pdf) adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik lebih memhami konsep yang diajarkan, sebab peserta didik sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2) Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran yang lebih riil, sebab masalah yang diselesaikan dalam pembelajaran berkaitan dengan kehidupan nyata.

3) Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis.

4) Proses pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan kebiasaan baik pada peserta didik untuk dapat memecahkan masalah secara terampil.

5) Membantu peserta didik untuk menyalurkan pengetahuan pada situasi-situasi baru.

Di samping kelebihan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan, sebagai berikut:

1) Menentukan masalah dengan tingkat kesulitan sesuai dengan kemampuan berfikir peserta didik, serta pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik, sangat memerlukan keterampilan dan kemampuan pendidik.

2) Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang lama.

3) Mengubah kebiasaan peserta didik dari yang terbiasa mendengarkan dan menerima informasi menjadi aktif berfikir untuk dapat memecahkan masalah merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik.

f. Peran atau Fungsi Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah berbeda dengan peran guru di dalam kelas (Rusman, 2010:234). Pendidik dalam pembelajaran ini berfikir aktif akan beberapa hal, yaitu:

1) Pendidik harus dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada disekitar maupun dunia nyata, agar peserta didik dapat belajar pembelajaran berbasis masalah dengan baik.

2) Pendidik harus dapat menjadi pelatih peserta didik dalam pemecahan masalah, pengarahan peserta didik serta belajar dengan teman sebaya.

3) Pendidik harus dapat menjadikan pandangan peserta didik bahwasanya diri mereka sendiri sebagai pemecah masalah yang utama.

Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Masalah juga memusatkan perhatiannya pada:

1) Memfasilitasi proses belajar mengajar, yaitu dengan cara mengubah cara berfikir peserta didik, mengembangkan keterampilan inkuiri, menggunakan pembelajaran kooperatif.

2) Melatih peserta didik tentang pemecahan suatu masalah, yakni pemberian alasan mendalam tentang berfikir secara kritis dan berfikir secara ilmiah.

3) Menjadi perantara proses penyampaian informasi “meneliti lingkungan informasi, mengakses sumber informasi yang beragam, dan mengadakan koneksi”.

Dokumen terkait